• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Nyeri Pasca Bedah pada Pasien Bedah Ortopedi Tulang Panjang di RSUP Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Nyeri Pasca Bedah pada Pasien Bedah Ortopedi Tulang Panjang di RSUP Haji Adam Malik Medan"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama Lengkap : Nita Aulia Nadana Lubis Jenis Kelamin : Perempuan

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan / 5 Juni 1995 Warna Negara : Indonesia

Status : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat :Jln. Anggaran VI No.21 MDL-1 Nomor Handphone : 081397651083

Email : nitaaulianadana@gmai

Riwayat Pendidikan :

1. SD Swasta Al-Azhar Medan (2001-2007) 2. SMP Swasta Al-Azhar Medan (2007-2010) 3. SMA Negeri 1 Medan (2010-2013)

4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (2013-sekarang) Riwayat Pelatihan :

1. Peserta PMB (Penerimaan Mahasiswa Baru) FK USU 2013 2. Peserta MMB (Manajemen Mahasiswa Baru) FK USU 2013

3. Peserta Seminar dan Workshop Basic Life Support TBM FK USU 2014 4. Peserta Pelatihan Pekan Ta’aruf PHBI FK USU 2013

(2)

6. Peserta Workshop Hewan Coba Pekan Ilmiah Mahasiswa SCORE PEMA FK USU 2014

Riwayat Kepanitiaan :

1. Anggota acara Pengabdian Masyarakat HMI Komisariat FK USU 2013. 2. Anggota Konsumsi Pengabdian Masyarakat PEMA FK USU 2014. 3. Anggota Dana Pekan Ta’aruf PHBI FK USU 2014

4. Panitia Pekan Ilmiah Mahasiswa SCORE PEMA FK USU 2016

5. Anggota Administrasi Kesekertariatan Pengabdian Masyarakat Akbar persatuan Mahasiswa Kedokteran Tapanuli Bagian Selatan 2015

6. Anggota Dana dan usaha Scripta Research Festival SCORE PEMA FK USU 2013.

7. Anggota Dana dan usaha Scripta Research Festival SCORE PEMA FK USU 2014.

8. Anggota Acara Scripta Research Festival SCORE PEMA FK USU 2015.

Riwayat Organisasi :

1. PHBI FK USU tahun 2014

(3)

Lampiran 1: Informed Consent

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

(INFORMED CONSENT)

Kepada Yth. Calon Responden Penelitian

Dengan hormat, saya yang bertanda tangan di bawah ini, Nama : Nita Aulia Nadana Lubis

Nim : 130100116

Saya adalah mahasiswa fakultas kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan yang sedang melakukan penelitian dengan judul “Karakteristik Nyeri Pasien Pasca Bedahpada Pasien Bedah Ortopedi Tulang Panjang di RSUP Haji Adam Malik Medan”.Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik nyeri pada pasien pasca bedah. Penelitian tidak menimbulkan akibat yang merugikan bagi saudara/i sebagai responden, kerahasiaan semua informasi yang diberikan akan dijaga dan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian. Jika saudara/i tidak bersedia menjadi responden maka tidak ada ancaman bagi saudara/i serta memungkinkan untuk mengundurkan diri dari mengikuti penelitian ini.Apabila saudara/i setuju, maka saya mohon kesediaannya untuk menandatangani persetujuan dan melengkapi data.Atas perhatian dan kesedian saudara/i menjadi responden, saya mengucapkan terima kasih.

Medan,… September 2016 Peneliti

(4)

LEMBAR PERSETUJUAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini: Nama :

Umur :

Jenis kelamin : Alamat :

Setelah mendapat penjelasan tentang penelitian ini, saya memahaminya, dan menyatakan bersedia dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun, maka dengan ini saya menyatakan bersedia untuk ikut serta. Apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri dari penelitian ini, maka saya tidak akan dituntut apapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, agar dapat dipergunakan bila diperlukan.

Medan, …, September 2016 Peserta penelitian

(5)

Lampiran 2: Lembar Isian Data Penelitian

DATA DEMOGRAFI

Nama (Inisisal) :

Usia :

Jenis Kelamin : Laki-Laki Perempuan

Suku :

Pendidikan : TK SD SMP SMA

(6)

Daftar Pustaka

1. Ganong W. F. Ganong’s Review of Medical Physiology. 23rd

2. International Association for Study of Pain. Pain Definition. http://www.iasp-pain.org/Taxonomy#Pain.

edition.New York: McGraw-Hill; 2010.

3. Sherwood L. Fisiologi Manusia Dari Sel ke Sistem. Edisi ke-6. Jakarta: EGC; 2012.

4.

Goldberg D S, McGee S J. Pain as A Global Health Priority. BMC Public Health. 2011; 11:770.

5. Büyükylmaz F E, Aşti T. Postoperstive Pain Characteristics in Turkish Orthopedic Patients. Pain ManagementNursing. 2010 June; 11(2): 76-68. 6. Apfelbaum JL, Chen C, Mehta SS, Gan TJ. Postoperative pain experience:

Results froma a national survey suggest postoperative pain continues to be undermanaged. Anesth Analg. 2003 March; 97:534-40.

7. Rawal N. Current Issues in Postoperative Pain Management. Eur J Anaesthesiol. 2016; 33:160–171.

8. Meissner W, Coluzzi F, Fletcher D, editors. Improving The Management of Post-Operative Acute Pain: Priorities for Change. CMRO. 2015; 31(11): 2131-2143

9. Lubis A.F. Pengaruh Pemberian Klonidine 75ΜG Oral Pre Operatif Terhadap Tramadol Hidrochloride 2,5 Mg/Kgbb/Iv Untuk Penatalaksanaan Nyeri Paska Bedah [Tesis] Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011.

10. Pasaribu I.S. Intensitas Nyeri dan Perilaku Nyeri pada Pasien Pasca Bedah ORIF di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan [skripsi] Medan: Universitas Sumatera Utara; 2011.

11. Clark CW, Chokhavatia SS, Kashani A, Clark BS. Pain Management Secret. 3rd Edition. Philadelphia: Elseiver Publisher; 2009.

12. Sommer M, de-Rijke J.M, van-Kleef M, Kessels G.H, Peters M. L, et all. The Prevalence Of Postoperative Pain In A Sample of 1490 Surgical Inpatients. Eur J Anaesthesiol. 2008April;25 (4), 267-74.

13. Couceiro TCM, Valença MM, Lima LC, Menezes TC, Raposo MCF. Prevalence and Influence of Gender, Age, and Type of Surgery on Postoperative Pain. Rev Bras Anestesiol. 2009; 59(3), 314-320.

14. American Chronic Pain Association.. ACPA Resoursce Guide to Chronic Pain Treatment; 2016. :Available at:

https://theacpa.org/uploadsdocuments/ACPA_Resource_Guide_2016.pdf 15. Barbosa MH, de Araújo NF, da Silva JAJ, Corrȇa TB, Moreira TM,

Andrade EV. Pain Assessment Intensity and Pain Relief in Patients Post-operative Orthopedic Surgery. Esc Anna Nery. 2014; 18(1),143-147. 16. Chung F, Ritchie E, Su J. Postoperative Pain in Ambulatory Surgery.

(7)

17. World Health Organization. Guidelines on the pharmacological treatment of persisting pain in children with medical illnesses. World Health Organization; 2012.

18. Hall J.E, Arthur C.G. Guyton and Hall Textbook of Medical Physiology. 11th

19. Wijaya I.P.A

edition. Philadelphia, PA: Saunders Elsevier; 2006.

.

20. Suza D.E. Pain Experiences and Pain Management in Postoperative Patients. Majalah Kedokteran Nusantara. 2007 Maret; 40 (1): 45-51.

Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Intensitas Nyeri Pasien Pasca Bedah Abdomen dalam Kontek Asuhan Keperawatan di RSUD Bandung Bali. Jurnal Dunia Kesehatan vol. 3 no. 1: 47-57.

21. Chou R.G, Debra B, editors. Management of Postoperative Pain: A Clinical Practice Guidline From the America Pain Society, the American society of Regional Anesthesia and Pain Medicine, and the American Society of Anesthesiologist’ Committee on Regional Anesthesia Executive Committee, and Administrative Council. The Journal of pain. 2016 Feb; 17 (2): 131-157.

22. Cole B.E. Pain Management: Classifying, Understanding and Treating Pain. Hospital Physician. 2002 June.23-30.

23. Katzung B.G. Farmakologi Dasar & Klinik. Edisi ke-10. Jakarta: EGC; 2010.

24. Isiolek H, Cettler M, Woroń J, Editors. The 2014 guidliness for post -operative pain management. Anaesthesiology Intensive Therapy. 2014. 46 (4): 221-244.

25. Smith T, Pinnock C, Lin T. Fundamental of Anaesthesia. 3rd

26. Sastroasmoro S, Ismael S. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian. Edisi ke-5. Jakarta: Sagung seto; 2014.

edition. USA: Cambridge University Press; 2009.

27. Blondell R.D, Azadfard M, Wisniewski A.M. Pharmacologic Therapy for Acute Pain. American Physician. 2013. 87(11)766-72.

28. Schaffer G.V. Is The WHO Analgesic Ladder Still Valid? Twenty-four experienced. Canadian Family Physician. 2010. 56: 514-7.

29. Fillingim R.B, King C.D, Ribeiro-Dasilva M.C, Williams B.R, Riley III J.L. Sex, gender, and pain: A review of recent clinical and experimental findings. J pain. 2009 May. 10(5):447-485.

30. Robleda G, Silero-Silero A, Puig T, Gich I, Banos J-E. Influence of perioperative emotional state on postoperative pain following orthopedic and trauma surgery. Rev. Latino-Am. Enfermegem.2014. 22(5):785-91. 31. Wandner L.D, Scipio C.D, Hirsh A.T, Torres C.A, Robinson M.E. J pain.

2012 March. 13(3): 220-227.

32. Thumboo J, Chew L-H, Lewin-Koh S-C. Socioeconimic and psychosocial factors influence pain or physical function in Asian patients qith knee or hip osteoarthritis. Ann Rheum Dis. 2002 Nov. 61(11):1017-20.

(8)

34. Suza D.E. Comparison of pain experiences between Javanese and Batak patients undergoing major surgery in Medan, Indonesia. Songkla Med J. 2007; 25(4):247-256.

35. Chung F, Ritchie E, Su J. Postoperative pain in ambulatory surgery. Anesth Analg. 1997. 85;808-16.

(9)

BAB 3

KERANGKA KONSEP PENELITIAN

3.1.

Kerangka Teori

Persepsi Nyeri Klasifikasi Nyeri

- Nyeri akut - Nyeri kronis - Nyeri nosiseptif - Nyeri neuropati

Penilaian Nyeri - Lokasi - Intensitas - Kualitas - Onset, durasii,

variasi dan ritme Terapi:

• Farmakologi: NSAID Opioid

• Nonfarmakologi: Distraksi

Pembedahan/kerusakan jaringan (Stimulus)

nosiseptor

Serat nyeri aferen

Talamus

(10)

3.2.

Kerangka Konsep Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang sudah dibahas sebelumnya, maka terbentuklah kerangka konsep sebagai berikut:

• Jenis kelamin • Suku

• Umur • Pendidikan • Derajat nyeri ( VAS)

• Terapi

Karakteristik nyeri pasien pasca bedah di RSUP H.

Adam Malik Medan

Faktor-faktor yang mempengaruhi:

Usia Jenis kelamin Tingkat pendidikan

Budaya Ansietas

(11)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini penelitian deskriptif, dengan desain cross sectional yang dilakukan dengan tujuan utama untuk mengetahui karakteristik nyeri pasien pasca bedah di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Haji Adam Malik. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit tipe A dan menjadi rumah sakit rujukan utama untuk wilayah Sumatera Utara dan sekitarnya

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian terhitung mulai dari bulan September- Desemeber 2016.

4.3 Populasi dan Sampel 4.3.1 Populasi

Yang dimaksudkan dengan populasi dalam penelitian adalah sekelompok subyek dengan karakteristik tertentu.24

4.3.2 Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien pasca bedah di RSUP Haji Adam Malik Medan pada periode bulan September- Oktober 2016 yang telah memenuhi kriteria inklusi.

Besar sampel yang diperoleh menggunakan metode total sampling. Dimana di dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah semua populasi pasien pasca bedah di RSUP Haji Adam Malik dalam periode 1 September-31 Oktober 2016.

Adapun kritera inklusi dan kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah: (a) Kriteria Inklusi

(12)

Pasien pasca bedah fraktur ekstremitas di ruang PACU RSUP Haji Adam Malik periode bulan September- Oktober 2016.

Pasien berumur > 18 tahun.

Pasien bedah tulang panjang (b) Kriteria Eksklusi

Dari kriteria eksklusi, yang tidak diambil sebagai data adalah:. • Pasien tuna wicara (bisu).

• Pasien tuna rungu (tuli).

4.4.1 Teknik Pengumpulan Data

Setelah mendapat persutujuan dari Komisi Etik Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara dan RSUP, Haji Adam Malik Medan, pasien diberi penjelasan tentang prosedur yang akan dijalani serta diminta keikutsertaan secara tertulis dalam penelitian.

4.4.2 Alat dan Bahan

Penelitian ini menggunakan skala VAS dalam bentuk gambar untuk menilai derajat nyeri pasien pasca bedah di ruang PACU RSUP Haji Adam Malik Medan.

4.4.3 Masalah Etik

(13)

4.4.4 Alur Kerja

Adapun alur kerja dalam penelitian ini adalah:

4.4.5 Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan setelah memperoleh izin dari pihak kampus Fakultas Kedokeran Universitas Sumatera Utara dan RSUP Haji Adam Malik. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh dari wawancara langsung terhadap pasien pasca bedah di RSUP. Haji Adam Malik Medan.

Pasien Pasca Bedah

PACU

Penilaian: • Jenis kelamin

• Suku • Umur • Pendidikan • Derajat nyeri ( VAS)

(14)

4.5 Pengelolaan dan Metode Analisis Data 4.5.1 Pengelolaan Data

1. Editing

Dilakukan pemeriksaan kelengkapan data yang telah dikumpul. Apabila data belum lengkap ataupun ada kesalahan data maka rekam medis tersebut tidak digunakan dan menggunakan rekam medis yang lain.

2. Coding

Data yang telah dikumpul dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode secara manual oleh peneliti sebelum diolah dengan komputer.

3. Entry

Data yang telah dibersihkan, di masukkan ke dalam program komputer SPSS (Statistical Package for Social Science).

4. Cleaning

Pemeriksaaan semua data yang telah dimasukkan kedalam komputer berguna untuk menghindari terjadinya kesalahan dalam pemasukan data.

5. Saving

Penyimpanan data untuk siap dianalisis.

4.5. Metode Analisis Data

(15)

4.6. Definisi Operasional

Tabel 4.1 Definisi Operasional

No. Variabel Definisi Operasional

Cara Ukur

Alat Ukur

Hasil Ukur Skala

1 Umur Usia pasien pasca

pembedahan

Mencatat Wawan cara

• Remaja akhir: 17 -25

• Dewasa : 26-45 • Lansia : 46-65

Interval

2 Jenis Kelamin

Sifat rohani da jasmani yan membedakan di seseorang

Mencatat Wawan cara

• Laki-laki • Perempuan

Nominal

3 Suku Mencatat Wawan

cara • Aceh • Batak • Jawa • Minang • Karo

• Dan lain-lain

Nominal

4 Pendidikan Bimbingn yang diberikan seseorang

kepada orang lain agar dapat memahami sesuatu hal.

Mencatat Wawan cara • TK • SD • SMP • SMA • Perguruan Tinggi

• Dan lain-lain

Ordinal

5 Derajat nyeri

Tingkat

keparahan yang

Mencatat Wawan cara

Visual Analog Scale (VAS)

(16)

di keluhkan penderita

tentang

perasaan yang dirasakan

secara sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan dan menganggu pasca

pembedahan

6 Terapi Usaha untuk

memulihkan kesehatan

orang yang sedang sakit

Mencatat Wawan cara

Opioid NSAID Dan lain-lain

(17)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

5.1 Hasil Penelitian

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian

RSUP Haji Adam Malik Medan beralamat di Jalan Bunga Lau no. 17 Medan Kelurahan Kemenangan, Kecamatan Medan Tuntungan adalah rumah sakit kelas A sesuai dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990. RSUP Haji Adam Malik Medan ditetapkan menjadi Rumah Sakit Pendidikan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.502/Menkes/IX/1991 pada tanggal 6 September 1991. RSUP Haji Adam Malik Medan merupakan pusat rujukankesehatan utuk wilayah D.I. Aceh, Sumatera Barat dan Riau dan memiliki visi sebagai rumah sakit pendidikan dan pusat rujukan nasional yang terbaik dan bermutu di Indonesia pada tahun 2019.

5.1.2. Deskripsi Karateristik Responden

Penelitian ini dilakukan selama bulan September sampai Oktober 2016 di ruang Post Anesthesia Care Unit RSUP Haji Adam Malik Medan yang diikut i sebanyak 52 pasien pasca bedah tulang panjang dan telah memenuhi kriteria inklusi. Karakteristik responden yang diamati adalah jenis kelamin, usia, pendidikan, suku dan jenis anestesi.

Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin N %

Laki-laki 35 67,3

Perempuan 17 23,7

(18)

Berdasarkan hasil distribusi menurut jenis kelamin, terlihat pada tabel 5.1 bahwa kelompok yang tertinggi adalah laki-laki, yaitu sebesar 67,3% (36 orang) dan sisanya sebanyak 23,7% (17 orang) kelompok perempuan.

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Menurut Usia

Umur N %

18-25 2 3.8

26-45 27 51.9

46-65 14 26.9

>65 9 17.3

Total 52 100

Menurut hasil distribusi frekuensi yang terlihat pada tabel 5.2, terdapat beragam umur responden.Frekuensi umur yang paling banyak ada dalam rentang umur 26-45, yaitu sebanyak 27 orang (54%).

Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan

Pendidikan N %

SD 1 1.9

SMP 17 32.7

SMA 25 48.1

Sarjana 9 17.3

Total 52 100.0

(19)

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa jumlah tertinggi menuruttingkat pendidikan adalah SMA dan yang paling sedikit adalah kelompok SD.

5.4 Distribusi Frekuensi Menurut Suku

SUKU N %

Jawa 11 21.2

Batak 33 63.5

Melayu 8 15.4

Total 52 100.0

Berdasarkan frekuensi menurut suku, kelompok suku yang terbanyak adalah batak, yaitu sebesar 33 orang (63,5%), Jawa sebanyak 11 orang (21.2%) dan yang paling sedikit adalah suku Melayu 8 orang (15,4%). Hal ini dapat dilihat pada tabel distribusi frekuensi 5.4.

Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Anestesi

Anestesi N %

Regional 18 35,6

General 34 65,4

Total 52 100

(20)

5.1.3 Hasil Anaisis Data

5.6 Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Nyeri

Nyeri N %

Nyeri ringan 46 88,5

Nyeri sedang 6 11,5

Nyeri Berat 0 0

Total 52 100

Berdasarkan frekuensi distribusi terhadap tingkatan nyeri pada responden diperoleh bahwa 88,5% (46 orang) pasien menglami nyeri ringan, sebanyak 11,5% (6 orang) mengalami nyeri sedang dan tidak ada responden yang mengalami nyeri berat. Hal ini bisa dilihat pada tabel 5.6 diatas.

Tabel 5.7 Frekuensi Distribusi Menurut Terapi

Obat N %

Ketorolac 46 88,5

Tramadol 6 11,5

Total 52 100

(21)

Tabel 5.8 Frekuensi Distribusi Tingkat Nyeri Terhadap Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Tingkat Nyeri Total

Nyeri ringan Nyeri sedang

Laki-Laki 33 (63,5%) 2 (3,8%) 35 (67,3%) Perempuan 13 (25%) 4 (7,7%) 17 (32,7%)

Total 46 (88,5%) 6 (11,5%) 52 (100%)

Dari hasil analisis tabel 5.8 frekuensi distribusi tingkat nyeri terhadap jenis kelamin terlihat bahwa 63.5% (33 orang) laki-laki mengalami nyeri ringan, sementara perempuan hanya 25% (13 orang). Namun pada perempuan nyeri sedang dialami sebanyak 4 orang (7,7%) dan lebih tinggi daripada laki-laki yang hanya 2 orang (3,8%).

5.9 Frekuensi Distribusi Tingkat Nyeri Terhadap Jenis Kelamin

Usia Tingkat Nyeri Total

Ringan Sedang

18-25 1 (1.9%) 1 (1,9%) 2 (3,8%)

26-45 26 (50%) 1(1,9%) 27 (51.9%)

46-65 13 (25%) 1 (1,9%) 14 (26,9%)

>65 6 (11,5%) 3 (5,8%) 9 (17,3%)

Total 46 (88,5%) 6 (11,5%) 52 (100%)

(22)

5.10 Frekuensi Distribusi Tingkat Nyeri Terhadap Pendidikan

Pendidikan Tingkat Nyeri Total

Nyeri Ringan Nyeri Sedang

SD 1 (1.9%) 0 (0%) 1 (1.9%)

SMP 15 (28.8%) 2 (3.8%) 17 (32.7%)

SMA

23 (44.2%)

2 (3.8%) 25 (48.1%)

Sarjana 7 (13.5%) 2 (3.8%) 9 (17.3%)

Total 46 (88.5%) 6 (11,5%) 52 (100%)

Pada tabel 5.10 diperoleh bahwa responden yang pendidikan terakhirnya SMA mengalami nyeri sebanyak 25 orang (48,1%) dan lebih banyak daripada responden yang tingkat pendidikannya sudah sarjana . Pada nyeri sedang tidak terlihat perbedaan pada kelompok SMP, SMA dan sarjana yaitu sebesar 3,8% (2 orang).

Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Terhadap Suku

Suku Tingkat Nyeri Total

Nyeri Ringan Nyeri Sedang

Jawa 11(11,2%) 0 (0%) 11(21,2%)

Batak 27 (51,9%) 6 (11,5%) 33(63,5%

Melayu 8 (15,4%) 0 (0%) 8 (15,4%)

Total 46 (88,5%) 6 (11,5%) 52 (100%)

(23)

menglami nyeri ringan. Berbeda dengan suku melayu dan jawa, pada kedua kelompok suku ini hanya mengalami nyeri ringan.

5.2. PEMBAHASAN

5.2.1. KARAKTERISTIK RESPONDEN

Hasil dalam penelitian ini menunjukkan bahwa kebanyakan pasien yang menjadi responden adalah laki-laki yang berjumlah 35 orang (67,3%) sesuai dengan tabel 5.1. Berdasarkan penelitian sebelumnya, tidak terdapat perbedaan jenis kelamin dengan nyeri yang diukur dengan VAS dan tidak adanya perbedan signifikan antara nyeri dan jenis kelamin.

Pada tabel 5.2 didapatkan bahwa setengah dari responden penelitian berada pada rentang usia 26-45 tahun hal ini bertentangan dengan penelitian yang dilakukan Wandner, yang mengatakan bahwa orang yang lebih tua lebih sensitive terhadap nyeri dan lebih ingin mengutarakannya dari pada dewasa muda atau dewasa tua.

29,30

31

Namun, pada penelitian yang dilakukan di Singapura menunjukkan bahwa nyeri yang lebih ringan berhubungan dengan usia yang lebih muda.

Dari hasil analisa frekuensi tingkat pendidkan yang tertinggi adalah SMA sebesar 48,1% . Tingkat pendidikan merupakan prediktor yang signifikan terhadap nyeri, pasien yang tingkat pendidikannya rendah lebih merasa nyeri pada satu minggu pertama pasca operasi.

32

Suku yang terbanyak yang menglami nyeri pada penelitian ini adalah suku batak (63,5%) mungkin hal ini dikarenakan mayoritas penduduk Sumatera Utara adalah suku batak. Namun terdapat penelitian yang mengatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara nyeri terhadap suku batak dan suku jawa karena perbedaan budaya dan perbedaan persepsi nyeri.

33

Pada penelitian ini terdapat dua jenis kelompok responden yang mendapat anestesi, ada yang diberi anestesi general dan ada yang diberikan anestesi regional. Pasien yang mendapatkan anestesi general lebih banyak daripada anestesi regional yaitu sebanyak 65,4%. Penelitian yang dilkukan Robelda, pasien

(24)

yang mendapatkan anestesi general merasa lebih nyeri saat berad di Postoperative Care Unit (PCU) daripada yang mendapatkan anestesi kombinasi atau anestesi

regional.

5.2.2. Analisa Hasil Data 30

Nyeri merupakan perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.2 Dalam penelitian ini dilakukan pengukuran nyeri pada pasien pasca bedah ortopedi dengan menggunakan vas yang dimulai nari 0 sampai 10, dimana jika nilainya 0-3 merupakan nyeri ringan, nilai 4-6 adalah nyeri sedang dan 7-10 merupakan nyeri berat. Hasil tabel 5.6 menunjukkan bahwa 88,5% pasien pasca bedah tulang panjang mengalami nyeri ringan dan sisanya 11.5% mengalami nyeri sedang dan tidak ada yang mengalami nyeri berat. Hal ini berbeda dengan penelitian Chung, dimana terdapat 5,3% pasien yang mengalami nyeri berat pasca bedah di ruang PACU35 dan terdapat penelitian lain yang mengungkpkaan terdapat 9,4% pasien mengalami nyeri berat pasca bedah ortopedi di ruang PACU.36

Pada tabel 5.7 terdapat tabel yang menggambarkan terapi nyeri pada pasien pasca bedah. Terapi yang paling banyak digunakan adalah ketorolak sebesar 88,5%. Hal ini berhubungan dengan tingkat nyeri pada responden. Ketorolak merupkan obat NSAID yang digunakan untuk terapi nyeri ringan dengan dosis 30mg/8 jam. Sedangkan Tramadol adalah golongan opioid lemah yang bisa digunakan sebagai terapi nyeri sedang dan tidak mempunyai ceiling effect dan tersedia dalam berbagai macam bentuk.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penanganan nyeri pasca bedah di ruangan PACU sudah sangat baik.

7,24

opioid menurunkan intensitas nyeri dan mengurangi ketakutan dengan cara meningkatkan ambang nyeri, merubah reaksi terhadap nyeri, menginduksi untuk tidur dan hiperkapni.25.Hal ini sesuai dengan tangga analgesik WHO.

(25)

laki-laki. Walaupun tidak terdapat perbadaan antara nyeri dan jenis kelamin, pada hari pertama pasca operasi perempuan bisa mempunyai rerata VAS yang lebih besar daripada laik-laki.

Umur diketahui mempunyai dampak pada persepsi nyeri. 29

33

Hasil dari tabel 5.9 menunjukkan bahwa nyeri sedang lebih banyak dirasakan oleh kelompok usia yang lebih dari 65 tahun. Hal ini sesuai dengan Wadner, bahwa orang yang lebih tua lebih sensitif terhadap nyeri dan lebih ingin mengutarakannya dari pada dewasa muda atau dewasa tua.

Nyeri merupakan keluhan yang paling sering yang dirasakan pasien bedah selama periode pasca bedah. Pendidikan berkaitan dengan tingkat nyeri yang dirasakan pasien.

31

33

Dalam penelitian ini, ditemukan bahwa 32,7% responden dengan tingkat penddikan SMP, 48,1% responden mempunyai tingkat pendidikan SMA, dimana lebih besar dari pada sarjana yang hanya 17,3% . Hasil penelitian ini sesuai dengan pola hasil penelitian Lanitis, dkk dimana pasien yang mepunyai tingkat pendidikan sampai SMP adalah 36,5%, 38% SMA dan 25,5% pada sarjana.33

Perbedaan suku terhadap persepsi nyeri berbeda-beda dan telah banyak didokumentasikan oleh klinisi. Dalam penelitian ini terdapat 63,5% pasien yang bersuku batak yang menglami nyeri dan 11,5% diantaranya mengalami nyeri berat. Hanya 11,2% pasien yang mengalami nyer ringan dan berasal dari suku Jawa. Dalam penelitian Suza,terdapat perbedaan signifikan antara suku jawa dan batak dikarenakan adanya perbedaan budaya dan persepsi nyeri. Pada orang Batak, persepsi nyeri merupakan hal yang mengganggu, tidak nyaman dan melelahkan, namun berbeda pada suku Jawa dimana mereka mengartikannya sebagai bertahan, mengganggu dan cobaan.

Namun tidak ada perbedaan pada nyeri sedang di penelitian ini terhadap pendidikan SMP, SMA dan sarjana.

33

(26)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan:

5. Secara demografi, dari 52 pasien dapat dilihat:

• Laki-laki (67,3%) lebih banyak dari perempuan (23,7%) • Usia 26-45 tahun jumlahnya lebih banyak (51,9%) • Pendidikan terakhir SMA paling banyak (48,1%) • Suku Batak jumlahnya paling banyak (63,5%) • Anestesi general lebih banyk digunakan (65,4%)

6. Derajat nyeri terbanyak pada pasien pasca bedah ortopedi tulang panjang di ruang PACU berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) adalah nyeri ringan (88,5%).

7. Obat yang digunakan pada pasien pasca bedah ortopedi tulang panjang adalah NSAID ketorolac dengan dosis 30mg/ 8 jam

8. Teknik pemberian obat anti nyeri pada periode September- Oktober adalah NSAID ketorolak intravena.

6.2. Saran

Adapun saran dari penelitian ini adalah:

1. Bagi petugas yang bekerja di PACU unutk tetap mpertahankan kualitas dalam menangani nyeri pasien sehingga semua pasien bisa bebas nyeri. 2. Untuk peneliti selanjutnya diharapkan untuk memeriksa VAS

berulang-ulang agar dapat dilihat variasi skala nyerinya.

(27)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Konsep Nyeri

2.1.1.

Definisi Nyeri

Nyeri adalah pengalaman perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.2 Nyeri menurut Sherington adalah “aspek fisik reflex protektif yang penting”, dimana stimulus yang menimbulkan nyeri biasanya mencetuskan respons withdrawal (penarikan) dan penghindaran yang kuat. Berbeda dari sensasi lainnya, sensasi nyeri ini menimbulkan efek yang tidak menyenangkan.

Nyeri terutama adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran akan kenyataan bahwa sedang atau akan terjadi kerusakan jaringan. Selain itu, simpanan pengalaman yang menimbulkan nyeri dalam ingatan membantu kita menghindari kejadian-kejadian yang berpotensi membahayakan di masa mendatang.

1

3

2.1.2.

Klasifikasi Nyeri

2.1.2.1.

Nyeri Akut

Berdasarkan durasinya nyeri dapat dibedakan menjadi nyeri akut dan nyeri kronik. Nyeri akut onsetnya biasanya tiba-tiba dan berkurang selama proses penyembuhan. Nyeri akut dianggap sebagai “good pain” karena merupakan mekanisme proteksi yang penting.1 Nyeri akut ditandai dengan onset yang baru terjadi, sementara, dan biasanya kausanya teridentifikasi.

2.1.2.2.

Nyeri Kronis

14

(28)

2.1.2.3.

Nyeri Nosiseptif

Nyeri nosiseptif timbul ketika jaringan yang rusak mengaktivasi reseptor nyeri spesifik yang disebut nosiseptor, yang mana sensitif terhadap rangsangan yang berbahaya.Nosiseptor dapat merespon rangsangan panas, dingin, getaran, regangan dan substansi kimiawi yang lepas dari respon jaringan terhadap kehilanga oksigen, kerusakan jaringan, atau inflamasi. Nyeri ini dapat dibedakan menjadi nyeri somatik dan nyeri visceral.

Nyeri Somatik disebabkan oleh teraktivasinya nosiseptor di permukaan jaringan (kulit, mukosa mulut, hidung, uretra, anus, dll) atau jaringan yang lebih dalam seperti tulang, sendi, otot atau jaringan ikat. contohnya, saat jaringan terluka menyebabkan jaringan rusak dan menghasilkan nyeri somatic sedangkan otot yang keram karena kekurangan suplai oksigen mengalami nyeri somatik yang lebih dalam.

17

Nyeri visceral disebabkan oleh aktivasi nosiseptor yang terletak di visceral organ internal tubuh. Nyeri ini dapat terjadi karena infeksi, distensi oleh cairan atau gas, peregangan atau kompresi yang biasanya disebabkan oleh tumor yang padat (solid).

17

Serabut aferen dari organ viseral sampai ke sistem saraf pusat (SSP) melewati serabut saraf simpatis dan parasimpatis. Ketika suatu organ visceral mengalami inflamasi atau hiperemis, rangsangan minor dapat menyebabkan nyeri hebat. Ini mungkin salah satu bentuk dari hiperalgesia.

17

2.1.2.4.

Nyeri Neuropati

1

Nyeri neuropati disebabkan oleh kerusakan struktural dan disfungsi sel saraf di perifer atau sistem saraf pusat (SSP). Biasanya kondisi ini menyiksa dan sulit untuk diobati. Keadaan ini dapat terjadi dalam berbagai bentuk, contohnya kausalgia, nyeri terbakar spontan yang terjadi lama setelah cedera sepele. Nyeri ini biasanya diikuti dengan hiperaesia dan alodinia.

Nyeri neuropati berhubungan dengan berbagai macam jenis disfungsi sensoris yang di definisikan pada table 1.1

1

(29)

Tabel .1 Jenis- jenis disfungsi sensoris

Disfungsi Sensoris Definisi

Alodinia Nyeri diakibatkan adanya rangsangan yang normalnya tidak menyebabkan nyeri. Contohnya, sentuhan cahaya yang menyebabkan nyeri hebat.

Hiperalgesia Peningkatan respon nyeri terhadap rangsangan nyeri yang normal (taktil atau termal, keduanya jarang). Hiperalgesia terhadap dingin lebih sering terjadi daripada panas

Hipoalgesia Penurunan respon nyeri terhadap rangsang nyeri normal (taktil atau termal, keduanya sering)

Paraestesia Sensasi abnormal terhadap rangsangan yang normalnya tidak menyenangkan seperti perasaan geli,tertusuk atau mati rasa. Ini bias terjadi spontan atau ditimbulkan.

Disestesia Sensasi tidak menyenangkan yang bisa terjadi spontan atau ditimbulkan.

Hiperestesia Peningkatan sensitifitas terhadap rangsangan (taktil, atau termal, keduanya jarang)

Hipoestesia Penurunan sensitivitas rangsangan (taktil, atau termal, kedunya sering)

2.1.3.

Fisiologi Nyeri

Tidak seperti modalitas somatosensorik lain, sensasi nyeri disertai oleh respons perilaku termotivasi (misalnya menarik diri atau bertahan) serta reaksi emosional (misalnya menangis atau takut). Juga, tidak seperti sensasi lain, persepsi subyektif nyeri dapat dipengaruhi oleh pengalamana lalu atau sekarang (misalnya, meningkatnya persepsi nyeri pada seorang atlet yang cedera ketika sedang bertanding).

Reseptor nyeri adalah ujung serabut saraf. Reseptor nyeri merupakan ujung serabut saraf yang tersebar hampir diseluruh tubuh. Terdapat tiga jenis reseptor

(30)

nyeri, yaitu mekanis, suhu, dan polimodal. Nosiseptor mekanis berespons terhadap kerusakan mekanis seperti sayatan, terpukul atau cubitan. Nosiseptor suhu berespon terhadap suhu ekstrim, terutama panas, sedangkan nosiseptor polimodal berespons terhadap semua jenis rangsangan yang merusak, terutama bahan kimia iritan yang dikeluarkan oleh jaringan yang cedera. beberapa bahan kimia yang merangsang nyeri adalah bradikinin, serotonin, histamin, ion-ion kalium, asam, asetilkolin dan enzim proteolitik.

Impuls nyeri disalurkan melalui 2 cara ke sistem saraf pusat (SSP) yaitu dengan jalur nyeri cepat dan lambat. Serabut saraf aferen yang cepat dirangsang oleh stimulus nyeri mekanis atau suhu yang di transmisikan ke saraf tulang

belakang oleh serabut kecil tipe Aδ yang berkecepatan 6-30m/detik. Sebaliknya, serabut saraf aferen yang lambat dirangsang oleh stimulus nyeri kimiawi atau suhu. Serabut saraf tipe ini ditransmisikan ke sumsum tulang belakang dengan serabut saraf tipe C yang berkecepatan 0,5-2m/detik.

3,18

Sebagai respons terhadap potensial aksi yang dipicu oleh rangsangan, serat-serat nyeri aferen mengeluarkan neurotransmiter yang mempengaruhi neuron-neuron berikutnya. Dua neurotransmitter yang paling banyak diketahui adalah substansi P dan glutamat. Substansi P mengaktifkan jalur-jalur asendens yang

memiliki tujuan berbeda-beda di korteks, thalamus, dan formasio retikularis. Daerah pemrosesan di somatosensorik di korteks menentukan lokasi nyeri. Nyeri tetap dirasakan tanpa adanya korteks, mungkin ditingkat talamus. Formasio retikularis meningkatkan derajat kewaspadaan yang berkaitan dengan rangsangan yang mengganggu.interkoneksi dari talamus danformasio retikularis ke hipotalamus dan sistem limbic memicu respons perilaku dan emosi yang

menyertai pengalaman yang menimbulkan nyeri. 18

Glutamat adalah neurotransmitter eksitatorik utama.glutamat dipercaya

merupakan neurotransmite untuk jenis serabut saraf tipe Aδ. Glutamat merupakan

neurotransmitter eksitatorik yang paling banyak digunakan di sistem saraf pusat (SSP), yang durasi kerjanya hanya beberapa milidetik.

3

18

(31)

permeabilitas yang menyebabkan pembentukan potensial aksi di sel tanduk dorsal. Kedua, peningkatan glutamat dengan reseptor NMDA menyebakan masuknya

Ca2+ ke dalam sel tanduk dorsal jalur ini tidak terlibat dalam ransmisi nyeri. Ca2+ malah memicu sistem pembawa pesan kedua yang membuat neuron tanduk dorsal lebih peka dari pada biasanya.3

2.2.

Nyeri Pasca Bedah

Nyeri pasca bedah merupakan nyeri yang dirasakan setelah pembedahan dilakukan. Nyeri pasca bedah merupakan gagasan subjektif yang hanya bisa dijelaskan oleh individu yang merasakannya.5 Walaupun nyeri dapat diprediksi pasca pembedahan, penatalaksanaan yang tidak adekuat sering terjadi.

Nyeri pasca bedah merupakan suatu reaksi yang kompleks pada trauma jaringan yang menstimulasi hipersensitivitas di sistem saraf pusat (SSP)

6

17

. Nyeri pasca bedah dirasakan akibat insisi pembedahan dan secara bertahap berkurang seiring dengan penyembuhan luka.

Beberapa faktor yang mempengaruhi nyeri pasca bedah seperti faktor usia, jenis kelamin, kebudayaan, makna nyeri, perhatian, ansietas, keletihan, pengalaman sebelumnya, gaya koping, dukungan keluarga dan sosial.

5

Lakilaki memiliki sensitifitas yang lebih rendah (kurang mengekspresikan nyeri yang dirasakan secara berlebihan) dibandingkan wanita atau kurang merasakan nyeri.tingkat pendidikan merupakansalah satu faktor yang menentukan terhadap terjadinya perubahan perilaku, dimana semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang, maka seseorang telah mengalami proses belajar yang lebih sering, dengan kata lain tingkat pendidikan mencerminkan intensitas terjadinya proses belajar.

19

19

2.3.

Penilaian Nyeri Pasca Bedah
(32)

membantu kita menentukan tatalaksana yang adekuat. Karena nyeri merupakan pengalaman subyektif, laporan pasien merupakan dasar penilaian nyeri pasien.

Sejumlah penilaian nyeri telah divalidasi untuk akurasi dalam mendeteksi kuantitas keparahan nyeri.Dalam pemilihan alat penilaian nyeri harus berdasarkan faktor-faktor seperti status perkembangan, status kognitif, tingkat kesadaran, tingkat pendidikan, dan perbedaan bahasa.

21

21

Penilaian nyeri harus dilakukan dan dictatat. Informasi tentang nyeri pasien bisa diperoleh dari berbagai sumber: pengamatan, wawancara pasien, pemeriksaan medis dan umpan balik dari tenaga kesehatan.Penilaian nyeri termasuk dalam menentukan lokasi, intensitas, kualitas (mutu), onset, durasi, variasi dan ritmenya.

Lokasi.Anatomi diagnosa adalah sebuah ilustrasi yang tepat untuk menentukan lokasi nyeri, banyak pasien tidak dapat menentukan letak nyeri secara tepat, banyak yang mengindikasikan letak dengan dengan huruf seperti ABC. Pasien boleh menggambarkan lokasi nyeri dalam bentuk atau bekas lokasi pada tubuhnya dan anggota keuarga dapat memberi tanda bilangan atau angka pada bentuk pengkajianya.

20

Intensitas.Ada dua jenis skala penilaian yang biasa digunkan yaitu skala veral dan numerik.

20

a. Faces Rating Scale

[image:32.595.166.523.654.714.2]

Skala ini diatur secara visual dengan ekspresi guratan wajah untuk meunjukkan intensitas nyeri yang dirasakan. Skala penilaian wajah pada dasarnya digunakan pada anak-anak tetapi juga bisa bermanfaat ketika orang dewasa yang mempunyai kesulitan dalam menggunakan angka-angka dari skala visual analog (VAS) yang merupakan alat penilaian nyeri secara umum.20

(33)

b. Flowsheets (Kartu Pencatatan)

Kartu ini digunakan untuk mendokumentasikan perkembangan yang bertujuan mempertahankan keberhasilan dalam manajemen nyeri. Dokter menggunakan flowsheets untuk mencatat waktu, menilai nyeri dan mengontrol penggunaan obat penghilang rasa nyeri dan efek sampingnya. Informasi yang ada dalam manajemen Flowsheet dapat disatukan dalam bentuk bentuk format yang lain untuk menghindari terjadinya kesalahan pada waktu pencatatan.20

c. Graphic Rating Scale

Graphic rating sacale dikembangkan oleh VAS untuk menambah kata-kata atau angka diantara awal dan akhir skala. Jika menggunakan kata-kata: tidak nyeri, nyeri sedang dan nyeri berat disebut verbal graphic rating scale sedangkan jika angka seperti 0 sampai 10 menjadi numerical graphic rating scale.

d. Numerical Rating Scale

20

Skala ini digunakan secara verbal atau visual dari 0 sampai 10 dan menambahkan kata-kata dan huruf sepanjang garis vertical dan horizontal, 0 menunjukkan hasil dari tidak ada nyeri dan 10 menunjukkan hasil dari nyeri yang tak terbayangkan.20

e. Simple Descriptor Scale

(34)

dalam menggunakannya sebagai contoh tidak ada nyeri, nyeri ringan , nyeri sedang dan nyeri berat.20

f. Visual Analog Scale

Visual Analog Scale digunakan dengan garis horizontal 10 cm dengan menambahkan kata-kata pada garisnya seperti tidak ada nyeri, dan nyeri sangat berat. Pasien membuat sebuah tanda sepanjang garis untuk mengungkapkan intensitas nyeri, angka diperoleh dengan mengukur milimeter dari awal sampai akhir pengukuran dan pasien akan langsung menandainya.20

Kualitas. Didalam penilaian bentuk ini, pasien diminta mendeskripsikan jenis nyeri atau nyeri seperti apakah yang dirasakan oleh mereka.Mereka mungkin akan menggunakan kata-kata sebagai berikut : denyut, seperti terbakar, tajam, stumpul seperti ditikam.

Onset, durasi, variasi dan ritme.Banyak pasien yang mengalami nyeri mempunyai sensasi untuk mengekspresikan rasa nyeri yang mereka rasakan dalam

20 Tidak ada

nyeri

Nyeri ringan

Nyeri sedang

Nyeri hebat

Nyeri sangat hebat

(35)

perubahan atau untuk mengantisipasi prosedur nyeri dan memodifikasi aktivitas (jika mungkin) untuk menambah rasa nyaman, jika nyeri dirasakan 12 jam atau lebih dari waktu 24 jam maka yang harus dilakukan adalah pemberian obat penghilang rasa nyeri jika diperlukan.20

2.4.

Manajemen Nyeri Pasca Bedah

Penatalaksanaan nyeri dapat dilakukan secara farmakologi dan nonfarmakologi. Untuk mengontrol nyeri akut, biasanya digunakan obat anti inflamasi dan analgesik opioid.

Obat-obatan opioid terdiri atas agonis penuh, agonis parsial, dan antagonis. Morfin adalah agonis penuh pada reseptor opioid µ (mu), yakni reseptor opioid analgesik yang utama. Sebaliknya kodein berfungsi sebagai agonis reseptor µ parsial (atau “lemah”).

22

23

Opioid yang paling penting dalam penatalaksanaan nyeri akut termasuk morfin, oxycodone, fentanyl, nalbuphine, buprenorphine, dan tramadol. Biasanya opioid digunakan sebagai pilihan untuk mengatasi nyeri pasca bedah yang sedang sampai berat, tidak mempunyai ceiling effect dan tersedia dalam berbagai macam bentuk.

Penggunaan utama opioid adalah untuk menhasilkan efek analgesik dan menjaga stabilitas hemodinamik selama dilakukan anestesi. Opioid menurunkan intensitas nyeri dan mengurangi ketakutan dengan cara meningkatkan ambang nyeri, merubah reaksi terhadap nyeri, menginduksi untuk tidur dan hiperkapni.

7,24

Analgesik non-opioid atau Nonsteroid Anti-Inflammatory Drugs(NSAID) juga mempunyai efek antipiretik dan algesik, tetapi efek anti-inflamasinyalah yang mebuat obat-obat ini paling bermanfaat dalam tatalaksana kelainan disertai nyeri yang berhubungan dengan intensitas proses peradangan. Mekannisme kerja NSAID diperantarai terutama melalui inhibisi biosintesis prostaglandin. NSAID dapat mengatasi nyeri derajat ringan sampai sedang.

25

WHO mempunyai tangga untuk meredakan nyeri yang digunakan untuk tatalaksana nyeri pada kanker yang dapat digunakan juga pada pasien dengan nyeri akut dan kronis dan nyeri nonmalignan.

23

27

(36)
[image:36.595.133.534.170.362.2]

menunjukkan tatalaksana nyeri harus dimulai dengan obat nonopioid seperti gambar 2.28

Gambar 2. Tangga Analgesik WHO 1986

[image:36.595.112.516.506.730.2]
(37)

Belakangan ini, terjadi peningkatan penggunaan anestesi teknik regional untuk pembedahan dan manajemen nyeri perioperative, terutama pasien yang menjalani pembedahan obstetrik, ortopedik, atau pediatrik. Dengan menghentikan transmisi nyeri, teknik regional dengan anestesi lokal dapat menghasilkan kontol nyeri yang baik.

Insiden keparahan dan durasi nyeri selama pasca bedah dapat diminimalkan dengan intervensi perilaku-kognitif. Ada beberapa teknik untuk mengurangi intensitas nyeri secara nonfarmakologi.

7

Distraksi. Distraksi merupkan pemikiran untuk mengurangi persepsi nyeri dengan menstimulasi sistem kontrol desenden yang menghasilkan sedikit stimulus nyeri yang di antar ke otak. Teknik distraksi sangat bervariasi mulai dari menonton tv, mendengarkan musik, sampai aktivitas fisik yang kompleks dan latihan mental.

20

Relaksasi. Teknik relaksasi terdiri dari pernapasan perut yang ritmenya lambat. Pasien bisa menutup matanya dan bernapas secara perlahan dan nyaman. Teknik relaksasi dan teknik non-invasif lainnya dibutuhkan latihan sebelum pasien mahir dalam melakukannya.

(38)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1.

Latar Belakang

Salah satu alasan mengapa seseorang datang ke dokter adalah nyeri.1Nyeri menurut International Association for Study of Pain (IASP), adalah pengalaman perasaan sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.2 Nyeri terutama adalah mekanisme protektif untuk menimbulkan kesadaran akan terjadinya kerusakan jaringan.3Di dunia, diperkirakan satu diantara lima orang dewasa pernah mengalami nyeri dan satu diantara sepuluh orang dewasa lainnya menderita nyeri kronis setiap tahunnya. Empat penyebab terbesar yang menyebabkan nyeri adalah kanker, osteo/ rematoid artritis, pembedahan dan cedera, yang membuat etiologi dari nyeri kompleks.

Menurut Büyükylmaz, dalam periode pasca bedah salah satu keluhan pasien yang sangat penting adalah nyeri pasca bedah, nyeri akut yang diawali dengan trauma bedah, yang berkurang seiring waktu, dan berakhir dengan penyembuhan jaringan. Nyeri pasca bedah disebabkan oleh iskemik dan pelepasan neuropeptida yang berada disekitar daerah trauma dan sepanjang sistem saraf.

4

Meskipun nyeri dapat diprediksi sebagai bagian dari pasca bedah, pengobatan yang tidak adekuat terhadap nyeri merupakan hal yang sering terjadi. Di Amerika, lebih dari 73 juta pembedahan dilakukan setiap tahunnya dan 75% dari pasien merasakan nyeri pasca pembedahan.

5

Survey yang dilakukan di Amerika menunjukkan nyeri pasca bedah umum terjadi dan masih belum teratasi. Pada tahun 2011 di Amerika terdapat lebih dari 80% pasien menderita nyeri pasca pembedahan, dengan kurang dari 50% mendapat terapi nyeri yang adekuat.

6

7

(39)

(parasetamol), NSAID, opioid lemah (kodein, tramadol), opioid kuat (morphine), dan adjuvant (ketamin dan klonidine).9Pada penelitian retrospektif di Amerika terdapat lebih dari 300.000 pasien tersebar di 380 rumah sakit menggunakan opioid sebagai terapi pada pasien pasca bedah.

Intensitas nyeri adalah gambaran tentang seberapa parah nyeri yang dirasakan individu.Pengukuran nyeri dengan pendekatan objektif yang paling mungkin adalah menggunakan respon fisiologi tubuh terhadap nyeri itu sendiri. Pengukuran subjektif nyeri dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat pengukur nyeri seperti visual analog, skala nyeri numerik, skala nyeri deskriptif atau skala nyeri Wong-Bakers untuk anak-anak.

8

Banyak faktor yang dapat menimbulkan nyeri misalnya umur, jenis kelamin, jenis pembedahan, suku, dan pengalaman nyeri.Pasien yang menjalani operasi ekstremitas, abdominal, dan spinal mengeluhkan mengalami nyeri sedang sampai berat. Prevalensi nyeri sedang sampai berat pada pasien bedah abdomen masih tinggi (30-55%) pada hari 0-1 pasca pembedahan.

10

11,12

Dalam penelitian sebelumnya, terdapat korelasi yang signifikan antara nyeri dan jenis pembedahan. Korelasi yang signifikan terlihat pada 59% pasien yang menjalani pembedahan umum dibandingkan 35,8% pada pembedahan subspesial lainnya.

Nyeri pasca bedah merupakan keluhan umum pada pasien fraktur ekstremitas bawah, dimana dapat meningkatkan konsumsi oksigen jantung dan beresiko terjadinya iskemik jantung, mencegah perbaikan fungsi paru, menekan fungsi imun dan memperlama lama rawatan di rumah sakit, yang berakibat terhadap kualitas hidup pasien.

13

14

Pasien yang menjalani pembedahan ortopedi biasanya mempunyai disfungsi muskuloskeletal, seperti fraktur yang tidak stabil, deformitas, kelainan sendi, jaringan yang terinfeksi atau nekrosis, trauma atau tumor.15Pembedahan ortopedi sering disebut sebagai pembedahan yang paling sakit diantara pembedahan lainnya. Keparahan dari pembedahan sering terlihat setelah pembedahan ortopedi, dimana sering melibatkan otot yang

(40)

yang tertinggi (16,1%), diikuti dengan urologi (13,4%), pembedahan umum (11,5%), dan bedah plastik (10,0%).

Tingginya keparahan nyeri pasca pembedahan ortopedi serta sifat nyeri yang subjektif membuat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap karakteristik nyeri pasien pasca bedah ortopedi tulang panjang.

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas, dapat dirumuskan petanyaan penelitian sebagai berikut:

Bagaimana gambaran karakteristik nyeri pasien pasca bedah ortopedi tulang panjang di RSUP Haji Adam Malik Medan?

1.3.

Tujuan Penelitian

1.3.1.

Tujuan Umum

Untuk mengetahui karakteristik nyeri pasca bedah pada pasien bedah ortopedi tulang panjang di RSUP H.Adam Malik Medan.

1.3.2.

Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui variasi demografi nyeri pada pasca bedah pada pasien bedah ortopedi tulang panjang di RSUP H. Adam Malik Medan

2. Untuk mengetahui derajat nyeri berdasarkan Visual Analogue Scale (VAS) 3. Untuk mengetahui obat dan dosis obat yang diberikan pada pasien pasca

bedah ortopedi tulang panjang di RSUP H. Adam Malik Medan.

4. Untuk mengetahui teknik pemberian obat dan efek samping obat yang timbul pada pasien pasca bedah ortopedi tulang panjang.

1.4.

Manfaat Penelitian A.Pengembangan Penelitian:
(41)

2. Sebagai sumber informasi dan bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.

B. Manfaat Akademik:

1. Sebagai sarana pembelajaran untuk meneliti untuk mendapatkan gelar S.ked.

2. Menambah wawasan peneliti mengenai karakteristik nyeri pasien pasca bedah ortopedi tulang panjang.

C. Manfaat Pelayanan

(42)

KARAKTERISTIK NYERI PASCA BEDAH PADA PASIEN

ORTOPEDI TULANG PANJANG DI RSUP HAJI ADAM

MALIK MEDAN

Nyeri merupakan perasaan sensoris yang tidak menyenangkan dan berkitan dengan adanya kerusakan jaringan.Pembedahan merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya nyeri.Keparahan nyeri akibat dari pebedahan ortopedi masih tinggi terutama di bagian ekstremitas bawah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif untuk melihat karakteristik nyeri pasien pasca bedah ortopedi tulang panjang di ruang Post Anesthesia Care Unit (PACU) RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlangsung bulan September-Oktober dengan alat ukur Visual Analogue Scale (VAS). Penelitian diikuti oleh 52 pasien, dimana karakteristiknya adalah laki-laki 67,5% (n=35), usia rata-rata pasien adalah 46,96 tahun, suku batak (63,5%), tingkat pendidikan terakhir SMA (48,1%), anestesi yang digunakan anestesi general (65,4%), sebagian besar basien mengalami nyeri ringan (88,5%) dan sisanya (11,5%) mengalami nyeri sedang, dan terapi anti nyeri yang diberikan adalah ketorolac (88,5%) dari golongan NSAID. Kesimpulan dari penelitian ini tidak ada pasien yang mengalami nyeri berat pada pemeriksaan intensitas nyeri di ruang PACU , semua pasien hanya menglami nyeri ringan-sedang

(43)

POSTOPERATIVE PAIN CHARACTERISTICS IN LONG

BONES ORTHOPEDIC PATIENTS IN RSUP HAJI ADAM

MALIK MEDAN

Introduction Pain is an unpleasant sensory and associated with tissue damage. Surgery is one of the biggest cause of pain. The severity of pain from orthopedic surgery is still high, especially in lower extremity.

Method This study was using descriptive design to discover the characteristic of postoperative pain in long bones orthopedic patients in Post Anesthesia Care Unit (PACU) RSUP Haji Adam Malik Medan from September-October using Visual Analogue Scale (VAS).

Result This study was followed by 52 patients, where the characteristics of postoperative pain in long bones orthopedic patients are male 67,5% (n=35), mean age is 46,96 years, Bataknese (63,5%), the last level of education is Senior High School (48,1%), the anesthesia that used is general anesthesia (65,4%). The result of pain assessment using VAS was most patients having mild pain (88,5%) and other (11,5%) having moderate pain. The therapy that is used as an analgesic is Ketorolac (88,5%) from NSAID 30mg/8hours.

Discussion From this study there is no patients have severe pain assessment in PACU, all the patients are having mild-moderate pain.

(44)

SKRIPSI

KARAKTERISTIK NYERI PASCA BEDAH PADA PASIEN

ORTOPEDI TULANG PANJANG DI RSUP HAJI ADAM

MALIK MEDAN

Oleh :

NITA AULIA NADANA LUBIS

130100116

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(45)

KARAKTERISTIK NYERI PASCA BEDAH PADA PASIEN

ORTOPEDI TULANG PANJANG DI RSUP HAJI ADAM

MALIK MEDAN

SKRIPSI

“Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran”

Oleh :

NITA AULIA NADANA LUBIS

130100116

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(46)

KARAKTERISTIK NYERI PASCA BEDAH PADA PASIEN

ORTOPEDI TULANG PANJANG DI RSUP HAJI ADAM

MALIK MEDAN

Nyeri merupakan perasaan sensoris yang tidak menyenangkan dan berkitan dengan adanya kerusakan jaringan.Pembedahan merupakan salah satu penyebab terbesar terjadinya nyeri.Keparahan nyeri akibat dari pebedahan ortopedi masih tinggi terutama di bagian ekstremitas bawah. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif untuk melihat karakteristik nyeri pasien pasca bedah ortopedi tulang panjang di ruang Post Anesthesia Care Unit (PACU) RSUP Haji Adam Malik Medan yang berlangsung bulan September-Oktober dengan alat ukur Visual Analogue Scale (VAS). Penelitian diikuti oleh 52 pasien, dimana karakteristiknya adalah laki-laki 67,5% (n=35), usia rata-rata pasien adalah 46,96 tahun, suku batak (63,5%), tingkat pendidikan terakhir SMA (48,1%), anestesi yang digunakan anestesi general (65,4%), sebagian besar basien mengalami nyeri ringan (88,5%) dan sisanya (11,5%) mengalami nyeri sedang, dan terapi anti nyeri yang diberikan adalah ketorolac (88,5%) dari golongan NSAID. Kesimpulan dari penelitian ini tidak ada pasien yang mengalami nyeri berat pada pemeriksaan intensitas nyeri di ruang PACU , semua pasien hanya menglami nyeri ringan-sedang

(47)

POSTOPERATIVE PAIN CHARACTERISTICS IN LONG

BONES ORTHOPEDIC PATIENTS IN RSUP HAJI ADAM

MALIK MEDAN

Introduction Pain is an unpleasant sensory and associated with tissue damage. Surgery is one of the biggest cause of pain. The severity of pain from orthopedic surgery is still high, especially in lower extremity.

Method This study was using descriptive design to discover the characteristic of postoperative pain in long bones orthopedic patients in Post Anesthesia Care Unit (PACU) RSUP Haji Adam Malik Medan from September-October using Visual Analogue Scale (VAS).

Result This study was followed by 52 patients, where the characteristics of postoperative pain in long bones orthopedic patients are male 67,5% (n=35), mean age is 46,96 years, Bataknese (63,5%), the last level of education is Senior High School (48,1%), the anesthesia that used is general anesthesia (65,4%). The result of pain assessment using VAS was most patients having mild pain (88,5%) and other (11,5%) having moderate pain. The therapy that is used as an analgesic is Ketorolac (88,5%) from NSAID 30mg/8hours.

Discussion From this study there is no patients have severe pain assessment in PACU, all the patients are having mild-moderate pain.

(48)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh…

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan karuniaNya, sehingga penulis akhinya dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang berjudul: ”Karakteristik Nyeri Pasca Bedah pada Pasien Bedah Ortopedi Tulang Panjang di RSUP Haji Adam Malik Medan”.

Skripsi ini dibuat sebagai tugas akhir dan persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Universitas Sumatera Utara.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini banyak bantuan, bimbingan, dukungan, dan motivasi dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin berterima kasih sebanyak-banyaknya kepada :

1. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

2. dr. Hasanul Arifin, Sp. An, selaku dosen pembimbing 1 dan dr. Bambang Prayugo, Sp. B, selaku dosen pembimbing 2 yang telah bersabar dalam membimbing, meberi dukungan, ide serta bantuan dalam pengerjaan skripsi ini.

3. Direktur RSUP Haji Adam Malik Medan, yang sudah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

4. Seluruh pegawai dan staf bagian Post Anesthesia Care Unit (PACU) RSUP Haji Adam Malik Medan yang telah membantu penulis dalam pengumpulan untuk penelitian ini.

5. Kedua orang tua, Prof. Dr. Ir. Muhammad Turmuzi Lubis, Ms. dan Dr. Ir. Fatimah Batubara, M.T. yang telah mendukung, menyemangati, membantu serta memotivasi penulis dari awal sampai akhir pengerjaan skripsi ini.

(49)

Harahap, Rizka Deliana, Ananda Rizky Saleh Siregar,Fauzan Azima Dalimunthe, Naufi Aprisa, Aisyah Mutiara Langit Biru Damanik, Hana Fauziah dan Dina Silvana.

7. Pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas jasa dan pertolongan yang diberikan terhadap pengerjaan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas bantuan yang telah diberikan kepada penulis dengan karuniaNya yang melimpah.

Penulis sadar bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna.Oleh karena itu penulis menerima saran dan kritikan yang dapat membangun atas kesempurnaan skripsi ini agar dapar bermanfaat kelak bagi seluruh pihak yang terkait dalam skripsi ini.

Medan, Desember 2016 Penulis,

(50)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan .………... i

Daftar Isi………... ii

BAB 1 PENDAHULUAN... 1

1.1.Latar Belakang ... 1

1.2.Rumusan Masalah ... 3

1.3.Tujuan Penelitian ... 3

1.4.Manfaat Penelitian ... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA………... 5

2.1. Konsep Nyeri... 5

2.1.1 Defenisi Nyeri ... ... 5

2.1.2 Klasifikasi Nyeri ... 5

2.1.3 Fisiologi Nyeri ... 7

2.2. Nyeri Pasca Bedah ... 9

2.3. Penilaian Nyeri Pasca Bedah... 9

2.4. Manajemen Nyeri Pasca Bedah ... 13

BAB 3 KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP... 16

3.1. Kerangka Teori Penelitian... 16

3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 17

BAB 4 METODE PENELITIAN... 18

4.1.Jenis Penelitian ... 18

4.2. Lokasi dan Penelitian ... 18

(51)

4.4 Teknik pengumpulan data ... 19

4.5.Pengolahan dan Metode Analisa Datas ... 21

4.6 Definisi Oerasional ... 22

DAFTAR PUSTAKA... 24

(52)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

2.1. Jenis-jenis fungsi sensoris 7

4.1. Definisi Operasional 22

5.1. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin 24 5.2. Distribusi Frekuensi Menurut Usia 25 5.3. Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Pendidikan 25 5.4. Distribusi Frekuensi Menurut Suku 26 5.5. Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Anestesi 26 5.6. Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Nyeri 27 5.7. Frekuensi Distribusi Menurut Terapi 27 5.8. Frekuensi Distribusi Tingkat Nyeri Terhadap Jenis

Kelamin

28

5.9. Frekuensi Distribusi Tingkat Nyeri Terhadap Jenis Kelamin

28

5.10. Frekuensi Distribusi Tingkat Nyeri Terhadap Pendidikan

29

(53)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 1 Faces Rating Scale 10

Gambar 2 Tangga Analgesik WHO 1986 14

Gambar 3 Adaptasi Tangga Analgetik 14

Gambar 4 Kerangka Teori 16

(54)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Riwayat Hidup

Lampiran 2 Lembar Penjelasan oleh Peneliti

Lampiran 3 Lembar persetujuan setelah penjelasan (inform consent) Lampiran 4 Surat Izin Survei Awal Penelitian

Lampiran 5 Ethical Clearance

Lampiran 6 Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 7 Surat Izin Penelitian

Gambar

Tabel 4.1 Definisi Operasional
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Kelamin
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Menurut Usia
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Menurut Jenis Anestesi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 2012, Perseroan telah memasuki babak yang baru dengan melepas saham dan menjadi perusahaan terbuka, serta mengalihkan tongkat es- tafet kepemimpinan.. Akan

Menu-menu yang dibuat pada website ini yaitu Halaman Home, Pulau Lombok, Jadwal Penerbangan, Kota Mataram, Pantai Senggigi,Pulau Gilis, Pulau Gili Trawangan, Pulau Meno, Pulau Gili

(2) Setiap penanggung jawab usaha dan/atau kegiatan yang membuang limbahnya ke laut, wajib memenuhi persyaratan mengenai baku mutu air laut, baku mutu limbah cair, baku mutu emisi

Program aplikasi ini dibuat dengan menggunakan bahasa pemrograman Visual Basic 2005 yang merupakan pengembangan terbaru visual basic.Net dari Microsoft Corporation yang

Pengembangan Bidang Kajian Pusat Studi Olahraga untuk Penelitian dan Pengabdian M asa

ANALISIS PRUBAHAN BEBAN TERHADAP KARAKTERISTIK DAN EFISIENSI GENERATOR SINKRON TIGA FASA.. (Aplikasi Pada Laboratorium Dasar Konversi Energi Listrik FT USU)

[r]

web yang di buat yaitu hanya memberikan informasi dari Apotek Duta Esa Farma diantaranya pada bagian pengunjung terdapat menu Beranda, Tentang Kami, Daftar Obat, Artikel,