• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Berbagai Diameter Puli pada Alat Pembuat Sari Kedelai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Berbagai Diameter Puli pada Alat Pembuat Sari Kedelai"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

34 Lampiran

Lampiran 1. Flowchart Penelitian

Dipasang pulley dan V-belt yang sesuai

Ditimbang kedelai basah sebanyak 1 kg dan air sebanyak 1,5 liter

Mulai

Analisis

Dimasukan kedelai ke hooper

Pengukuran Parameter: 1. Kapasitas efektif alat 2. Rendemen

3. Persentase bahan tertinggal

Ditunggu pengepresan selama 6 menit Dihaluskan kedelai selamat 2 menit

Selesai

Dihidupkan motor listrik untuk mengoperasikan screwpress

(2)

35

Lampiran 2. Data pengamatan kapasitas efektif alat (liter/jam)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data analisis sidik ragam

SK Db JK KT Fhit. F.05 F.01

1. Perhitungan kapasitas efektif alat a) Puli dengan diameter 3 inch

- Ulangan 1

Kafasitas efektif =Volume sari (l) Waktu (jam)

=1,350 liter 0,13 jam

= 10,38 liter/jam - Ulangan 2

Kafasitas efektif =Volume sari (l) Waktu (jam)

=1,400 liter 0,13 jam = 10,76 liter/jam - Ulangan 3

(3)

36

=1,33 liter 0,13 jam = 10,23 liter/jam b) Puli dengan diameter 4 inch

- Ulangan 1

Kafasitas efektif =Volume sari (l) Waktu (jam)

=1,33 liter 0,13 jam = 10,23 liter /jam - Ulangan 2

Kafasitas efektif =Volume sari (l) Waktu (jam)

=1,31 liter 0,13 jam = 10,07 liter/jam - Ulangan 3

Kafasitas efektif =Volume sari (l) Waktu (jam)

= 1,3 liter 0,13 jam = 10 liter/jam c) Puli dengan diameter 5 inch

- Ulangan 1

Kafasitas efektif =Volume sari (l) Waktu (jam)

(4)

- Ulangan 2

Kafasitas efektif =Volume sari (l) Waktu (jam)

= 1,2 liter 0,13 jam = 9,23 liter/jam - Ulangan 3

Kafasitas efektif =Volume sari (l) Waktu (jam)

(5)

38

Lampiran 3. Data pengamatan rendemen alat (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data analisis sidik ragam

SK Db JK KT Fhit. F.05 F.01

(6)

=1330 gram

2500 gram ×100% = 53,2 %

b) Puli dengan diameter 4 inch - Ulangan 1 c) Puli dengan diameter 5 inch

(7)

40

- Ulangan 2

Rendemen=Berat setelah pengolahan

Berat awal ×100% =1200 gram

2500 gram ×100% = 48 %

- Ulangan 3

Rendemen=Berat setelah pengolahan

Berat awal ×100%

= 1220 gram

(8)

Lampiran 4. Data pengamatan persentase bahan tertinggal (%)

Perlakuan Ulangan Total Rataan

I II III

Data analisis sidik ragam

SK Db JK KT Fhit. F.05 F.01

Perhitungan persentase bahan tertinggal di alat (%) a) Puli dengan diameter 3 inch

- Ulangan 1

Persentase bahan tertinggal= bahan tertinggal

berat total setelah pengolahan ×100%

= 70 gram

640 gram ×100% = 10,93 %

- Ulangan 2

Persentase bahan tertinggal= bahan tertinggal

berat total setelah pengolahan ×100%

= 50 gram

600 gram ×100%

(9)

42

- Ulangan 3

Persentase bahan tertinggal= bahan tertinggal

berat total setelah pengolahan ×100%

= 80 gram

640 gram ×100% = 12,5 %

b) Puli dengan diameter 4 inch - Ulangan 1

Persentase bahan tertinggal= bahan tertinggal

berat total setelah pengolahan ×100%

= 80 gram

670 gram ×100% = 10,66 %

- Ulangan 2

Persentase bahan tertinggal= bahan tertinggal

berat total setelah pengolahan ×100%

= 90 gram

620 gram ×100%

= 12,69 % - Ulangan 3

Persentase bahan tertinggal= bahan tertinggal

berat total setelah pengolahan ×100%

=100 gram

550 gram ×100% = 15,38 %

c) Puli dengan diameter 5 inch - Ulangan 1

Persentase bahan tertinggal= bahan tertinggal

berat total setelah pengolahan ×100%

= 80 gram

(10)

- Ulangan 2

Persentase bahan tertinggal = bahan tertinggal

berat total setelah pengolahan ×100%

=100 gram

710 gram ×100% = 12,34 %

- Ulangan 3

Persentase bahan tertinggal= bahan tertinggal

berat total setelah pengolahan ×100%

=100 gram

(11)

44

Lampiran 5. Gambar teknik alat pembuat sari kedelai

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT SARI PADA KACANG

KEDELAI

(12)

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT SARI PADA KACANG

(13)

46

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT SARI PADA KACANG

(14)

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT SARI PADA KACANG

(15)

48

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT SARI PADA KACANG

(16)

RANCANG BANGUN ALAT PEMBUAT SARI PADA KACANG

(17)

50

Lampiran 6. Dokumentasi

Kedelai sebelum di olah

Sari Kedelai yang dihasilkan

(18)

Ampas Tertinggal

(19)

32

DAFTAR PUSTAKA

Adisarwanto, T., 2005. Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

Anonim., 1982. Ilmu Pengetahuan Tepat Guna: Susu Kedelai. Diakses dari dari http:// www.warintek.ristek.go.id [8 Maret 2015].

Anonim., 2012. Deby Delima Dewi Pembuat Sari Kedelai Three in One. Diakses

da

Budimarwanti, C., 2013. Komposisi dan Nutrisi pada Kedelai. Diakses dari dari http:// www.staff.uny.ac.id [9 Januari 2015].

Darmono, K., Oktavianus Y. F. W., Johanes B. P., Andrian, K. M., Aditya, P. P., Arief, S. R., Made, A. D., Achmad, F., Stephanus, D. K., dan Abiniswu.., 2006. V- Belt. Diakses dari http:// www. Dharmastiti. Staff. UGM. ac.id [16 Maret 2014].

Daryanto., 1994. Pengetahuan Teknik Bangunan. Rineka Cipta. Malang. Daryanto., 2002. Pengetahuan Listrik. Bumi Aksara. Jakarta.

Daywin, F.D., Radja., G.S., dan Imam, H., 2008. Mesin-Mesin Budidaya Pertanian di Lahan Kering. Graha Ilmu, Yogyakarta.

Dwi, P., 2010. Pembuatan Alat Praktikum Perawatan Sistem Transmisi I. Diakses

da

Hardjosentono, M., Amanto, H. An Haryanto., 1996. Mesin-mesin Pertanian. Bumi Aksara, Jakarta.

Koswara, S., 2009. eBook pangan.com: Teknologi Pengolahan Kedelai (Teori

Dan Praktek). Diakses dari

[8 Maret 2015].

Lubis, H. S. A., 2008. Uji RPM Alat Pengaduk untuk Pembuatan Dodol. Universitas Sumatera Utara, Medan.

Mabie, H. H F. W. Overirick., 1967. Mechanics and Dynamic of Machinery. Jhon Wiley & Sons, Inc., New York.

Malik, M.A., 2002. Perencanaan Proses Produksi Pulley V Menggunakan Metode

Sand Mold Casting. Diakses dari

(20)

Margono, dkk., 2000. Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Jakarta.

Mangunwidjaja, D dan Sailah, I., 2005. Pengantar Teknologi Pertanian. Penebar Swadaya, Jakarta.

Muchtaridi., 2008. Pembuatan Susu Kedelai. Diakses dari

[3 Maret 2015].

Muinah, 2011., Analisis Pengaruh Tingkat Pendapatan Dan Tingkat Pendidikan Masyarakat Terhadap Permintaan Produk Asuransi Jiwa. Diakses dari

[11 September 2015].

Nugraha, B., J. Nugroho, N. Bintoro, 2012. Pengaruh Laju Udara dan Suhu Selama Pengeringan Kelapa Parut Kering Secara Pneumatic. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.

Pratomo, M. dan Irwanto K., 1983. Alat dan Mesin Pertanian. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Prihatman, K., 2000. Kedelai ( Glycine Max L ). Diakses dari http:// www.warintek.ristek.go.id [28 Februari 2015].

Purwadi, T. P dan Tjitrosoepomo, G., 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah mada University Press, Yogyakarta.

Roth, L. O. F. R Crow, and G.W. A. Mahoney., 1982. Agriculture Engineering. AVI Publishing. Westport, USA.

Rukmana, R. dan Y. Yuniarsih., 1996. Kedelai Budidaya dan Pascapanen. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sari, H, R., 2015. Pemerintah Belum Berniat Tutup Keran Impor Kedelai Tahun Ini dalam berita http//:www.merdeka.com. [7 Januari 2015].

Smith, H. P. dan L. H. Wilkes, 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Soenarta, N dan S. Furuhama., 2002. Motor Serbaguna. Pradnya Paramita, Jakarta.

Stolk, J. dan Kross., 1981. Elemen Mesin : Elemen Konstruksi Dari Bangunan Mesin. Terjemahan Hendersin dan A. Rahman. Erlangga, Jakarta.

Suprapto., 2001. Bertanam Kedelai. Penebar Swadaya, Jakarta.

(21)

21

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni 2015 sampai dengan

Agustus 2015 di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara.

Bahan dan Alat Penelitian

Adapun bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: kedelai

sebagai bahan yang akan diambil sarinya, air untuk merendam dan membersihkan

kedelai, kertas, puli 3, 4, dan 5 inci sebagai penggerak sabuk V sebagai

transmisi/pengubah gaya.

Sedangkan alat yang digunakan yaitu: alat pembuat sari kedelai yang di

rancang oleh Winanda Pardhanu di Program Studi Keteknikan Pertanian pada

tahun 2015, alat tulis, kalkulator, komputer, timbangan, gelas ukur, kamera

digital, stopwatch, dan baskom.

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode perancangan percobaan rancangan

acak lengkap (RAL) non faktorial dengan satu faktor yaitu diameter puli alat

pembuat sari kedelai. Dengan tiga kali ulangan pada tiap perlakuan. Faktor

diameter puli pada alat pembuat sari kedelai yaitu:

D1 = 3 inci

D2 = 4 inci

(22)

Model Rancangan Penelitian

Model rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan acak

lengkap (RAL)

Yik = µ + Ti+ εik ... (4) Di mana:

Yik = Hasil pengamatan dari perlakuan faktor diameter puli pada taraf ke-i dan pada ulangan ke k.

µ = Nilai tengah.

Ti = Pengaruh perlakuan ke-i.

εik = Pengaruh galat percobaan dari perlakuan diameter puli pada taraf ke-i

dan ulangan ke-k.

Pelaksanaan Penelitian Persiapan Bahan

1. Disiapkan biji kedelai berkualitas baik.

2. Direndam biji kedelai selama 12 jam.

3. Dilepaskan kedelai dari dari kulit arinya dengan cara diremas-remas.

4. Ditiriskan air perendaman, dan bahan siap untuk diolah.

Persiapan Alat

1. Dibersihkan alat dari kotoran yang menempel.

2. Diperiksa alat pada bagian mur dan baut yang mengalami pengenduran.

3. Dipersiapkan puli yang dan sabuk V yang akan digunakan, yaitu puli

ukuran 3, 4, dan 5 inci.

4. Dinyalakan alat, untuk mempersiapkan alat dalam keadaan dapat

(23)

23

Prosedur Penelitian

1. Dipasang puli ukuran 3 inci dan sabuk V yang sesuai.

2. Dimasukkan kedelai sebanyak 1 kg dan air sebanyak 11/2 liter melalui

corong masukan (hopper).

3. Dihidupkan elektromotor pisau untuk menghaluskan bahan selama 2 menit.

4. Dihidupkan motor listrik setelah penghalusan bahan berjalan sekitar satu

setengah menit untuk mengoperasikan screwpress. 5. Dimatikan elektromotor pisau setelah 2 menit.

6. Diturunkan tuas pembuka secara perlahan agar bahan turun dari silinder

pisau ke silinder pengepresan.

7. Ditunggu proses pengepresan selama 6 menit dan ditampung sari kedelai

dan ampas yang keluar.

8. Dimatikan motor listrik screwpress. 9. Dilakukan pengamatan parameter.

10. Diulang perlakuan diatas sebanyak dua kali.

11. Dilakukan perlakuan 1-10 untuk diameter puli 4 dan 5 inci.

Parameter yang Diamati 1. Kapasitas efektif alat

Kapasitas efektif alat dipeoleh dengan menghitung banyaknya sari kedelai

yang dihasilkan (kg) tiap satuan waktu yang dibutuhkan selama proses

pengepresan (jam), yaitu dengan Persamaan 3.

2. Rendemen

Rendemen diperoleh dengan menghitung berat kedelai setelah

(24)

100 %. Adapun cara perhitungan untuk mendapatkan nilai rendemen digunakan

rumus:

Rendemen = Berat kedelai setelah pengepresan (kg)

Berat kedelai sebelum pengepresan (kg)X 100 %

...

(5)

3. Persentase bahan yang tertinggal di alat

Perhitungan persentase bahan yang tertinggal di alat dilakukan dengan

mengeluarkan bahan yang tertinggal di alat setelah pengepresan dengan cara

manual yaitu dengan menggunakan tenaga operator. Kemudian bahan tertinggal

tersebut ditimbang untuk mengetahui berat bahan yang tertinggal di alat.

Persentase bahan yang tertinggal di alat dihitung dengan rumus:

% Bahan tertinggal

=

Berat bahan tertinggal di alat

(25)

25

HASIL DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa perlakuan pengujian

diameter puli pada alat pembuat sari kedelai memberikan pengaruh sangat nyata

terhadap volume sari kedelai yang dihasilkan dan rendemen alat serta memberikan

pengaruh tidak nyata terhadap persentase bahan yang tertinggal. Hasil dari

penelitian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3. Pengaruh diameter puli terhadap parameter yang diamati Diameter puli

Berdasarkan Tabel 3 kapasitas alat terbesar terdapat pada perlakuan puli

dengan diameter 3 inci yaitu 10,46 liter/jam sedangkan nilai kapasitas alat terkecil

terdapat pada perlakuan dengan puli 5 inci yaitu 9,43 liter/jam. Nilai rendemen

paling tinggi terdapat pada perlakuan puli dengan diameter 3 inci yaitu 54,40%

dan perolehan rendemen paling rendah terdapat pada perlakuan puli dengan

diameter 5 inci yaitu 49,06%. Untuk persentase bahan tertinggal, nilai tertinggi

terdapat pada perlakuan puli dengan diameter 5 inci yaitu 11,63% sedangkan

persentase bahan tertinggal terendah terdapat pada perlakuan puli dengan diameter

3 inci yaitu 11,08%.

Kapasitas Alat Pembuat Sari Kedelai

Kapasitas efektif alat diperoleh dengan perbandingan berat hasil olahan

dengan waktu. Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 2 dapat dilihat bahwa

perlakuan diameter puli memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap

(26)

dengan menggunakan duncan multiple range test (DMRT) untuk mengetahui hubungan antar perlakuan.

Tabel 4. Uji DMRT terhadap kapasitas alat pembuat sari kedelai

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - D1 10,46 a A

2 0,4421 0,6700 D2 10,10 a AB

3 0,4582 0,6951 D3 9,43 b B

Keterangan: Notasi huruf yang berbeda menunjukan berbeda nyata pada taraf 5% dan berbeda sangat nyata pada taraf 1%

Pada Tabel 4 menunjukkan bahwa uji DMRT dengan taraf uji 0,05 yaitu

kapasitas alat dengan perlakuan D1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2,

tetapi perlakuan D1 dan D2 berbeda nyata dengan perlakuan D3. Sedangkan pada

taraf uji 0,01 kapasitas alat dengan perlakuan D1 tidak berbeda nyata dengan

perlakuan D2 namun berbeda nyata dengan perlakuan D3, sedangkan perlakuan

D2 tidak berbeda nyata dengan perlakuan D3. Dari hasil penelitian maka dapat

disimpulkan bahwa puli terbaik adalah dengan perlakuan D1 yaitu menggunakan

puli berdiameter 3 inci.

Perbedaan diameter puli pada alat pembuat sari kedelai mempengaruhi

kecepatan putaran yang ditransmisikan oleh sabuk V terhadap screwpress menyebabkan perbedaan kapasitas alat. Kecepatan screwpress yang semakin besar menyebabkan kedelai yang masuk melalui silinder pisau mengalami banyak

proses penekanan terhadap dinding silinder saringan dan dinding pengeluaran

ampas, sehingga volume sari kedelai yang dihasilkan lebih banyak dan ampas

yang keluar dari saluran pengeluaran lebih kering. Hal ini sesuai dengan literatur

Wiraatmadja (1995) cara untuk memperbesar atau memperkecil kapasitas yaitu

(27)

27

yang paling mudah dilakukan untuk memperbesar dan memperkecil kapasitas alat

adalah dengan merubah rpm.

Hubungan antara dimeter puli pada alat pembuat sari kedelai terhadap

kapasitas efektif alat dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3. Hubungan diameter puli terhadap kapasitas efektif alat

Berdasarkan Gambar 1 menunjukan bahwa semakin besar diameter puli

maka kapasitas alat yang dihasilkan semakin rendah begitu pula sebaliknya,

semakin kecil diameter puli maka kapasitas alat yang dihasilkan semakin tinggi.

Persamaan garis pada gambar terbentuk dari persamaan ŷ= -0.515x + 11.02

disebut dengan persamaan regresi. Persamaan regresi merupakan persamaan yang

dapat digunakan untuk melihat bagaimana variabel-variabel saling berhubungan

atau dapat diramalkan. Hubungan yang dimaksud adalah antara diameter puli dan

kapasitas efektif alat, sehingga kita dapat menghitung nilai dari kapasitas efektif

alat jika dilakukan perubahan diameter puli tanpa melakukan pengujian kembali.

Dari gambar diatas juga diperoleh nilai r² = 0.970 yang merupakan koefisien

(28)

variabel-variabel tersebut. Berdasarkan literatur Muinah (2011) jika nilai koefisien

korelasi antara 0,800-1,000 berarti tingkat hubungan antara dua variabel sangat

kuat.

Rendemen

Persentase rendemen diperoleh dengan perbandingan berat bahan akhir

terhadap berat bahan awal dikali 100%. Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran

3 dapat dilihat bahwa perlakuan diameter puli memberikan pengaruh sangat nyata

terhadap persentase rendemen alat pembuat sari kedelai. Sehingga analisa duncan multiple range test (DMRT) dilanjutkan.

Tabel 5. Uji DMRT terhadap persentase rendemen alat pembuat sarai kedelai

Jarak DMRT Perlakuan Rataan Notasi

0,05 0,01 0,05 0,01

- - - D1 54,40 a A

2 2,2915 3,4724 D2 52,53 a AB

3 2,3750 3,6022 D3 49,06 b B

Pada Tabel 5 menunjukkan uji DMRT dengan taraf uji 0,05 yaitu

rendemen perlakuan D1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2, tetapi

perlakuan D1 dan D2 berbeda nyata dengan perlakuan D3. Sedangkan pada taraf

uji 0,01 rendemen perlakuan D1 tidak berbeda nyata dengan perlakuan D2 namun

berbeda nyata dengan perlakuan D3, sedangkan perlakuan D2 tidak berbeda nyata

dengan perlakuan D3. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa puli terbaik

adalah dengan perlakuan D1 yaitu dengan menggunakan puli berdiameter 3 inci.

Hubungan antara diameter puli terhadap rendemen alat pembuat sari

(29)

29

Gambar 4. Hubungan diameter puli terhadap persentase rendemen alat

Berdasarkan pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa semakin kecil diameter

puli maka rendemen alat semakin besar. Hal ini disebabkan jumlah putaran

screwpress pada silinder pengepresan lebih banyak dengan menggunakan puli berdiameter 3 inci daripada puli 4 dan 5 inci, sehingga volume sari yang

tertampung lebih banyak. Roth, et all., (1982) menyatakan rumus perbandingan puli, jika semakin kecil puli yang digunakan maka rpm yang dihasilkan akan

semakin cepat dan jika semakin besar ukuran puli maka rpm yang dihasilkan akan

semakin lambat.

Persentase Bahan Tertinggal di Alat

Dari hasil analisis sidik ragam Lampiran 4 dapat dilihat bahwa perlakuan

diameter puli memberikan pengaruh tidak nyata terhadap persentase bahan

tertinggal alat pembuat sari kedelai, sehingga analisa duncan multiple range test (DMRT) tidak dilanjutkan. Hubungan antara diameter puli dan persentase bahan

(30)

Gambar 5. Hubungan diameter puli terhadap persentase bahan tertinggal

Berdasarkan Gambar 3 dapat dilihat bahwa semakin besar diameter puli

maka persentase bahan tertinggalnya semakin tinggi dan semakin kecil diameter

puli maka persentase bahan tertinggal semakin rendah, maka dapat disimpulkan

perlakuan terbaik adalah D1 yaitu dengan diameter 3 inci. Bahan yang tertinggal

di screwpress disebabkan karena sudut screwpress terlalu kecil sehingga kedelai yang akan di press masuk kedalam sudut yang kecil tersebut, sehingga putaran screw tidak dapat mengolah atau menghantar kedelai untuk di press ke saluran pengeluaran.

Bahan tertinggal juga terdapat dalam silinder pisau penghancur kedelai,

sebagian besar bahan yang keluar dari silinder pisau disebabkan karena air yang

membawa kedelai turun ke silinder pengepresan, sehingga pada saat air habis

maka ampas yang tersisa tidak dapat turun ke silinder pengepresan kerena lubang

(31)

31

KESIMPULAN

Kesimpulan

1. Kapasitas alat dan rendemen tertinggi terdapat pada perlakuan D1 yaitu

dengan menggunakan puli diameter 3 inci, persentase bahan tertinggal

tertinggi terdapat pada perlakuan D3, yaitu dengan puli diameter 5 inci.

2. Diameter puli pada alat pembuat sari kedelai memberikan pengaruh sangat

nyata pada kapasitas efektif dan rendemen alat.

3. Berdasarkan uji DMRT, kapasitas efektif alat terbaik terdapat pada

perlakuan D1, yaitu dengan puli diameter 3 inci.

4. Berdasarkan uji DMRT, persentase rendemen alat tertinggi terdapat pada

perlakuan D1, yaitu dengan puli diameter 3 inci.

5. Diameter puli pada alat pembuat sari kedelai memberikan pengaruh tidak

nyata pada persentase bahan tertinggal.

6. Secara keseluruhan, perlakuan terbaik yang diperoleh adalah perlakuan

D1, yaitu dengan menggunakan puli dengan diameter 3 inci.

Saran

1. Dilakukan modifikasi alat pada silinder pisau, sehingga ketika

pengoperasian alat silinder pisau tidak bergesekan dengan as pisau.

2. Diperlukan pengujian lanjutan mengenai besar lubang saringan pada

silinder pengepresan sehingga ampas tidak keluar melalui pengeluaran sari

(32)

5

TINJAUAN PUSTAKA

Kedelai

Menurut para ahli botani, kedelai adalah tanaman yang berasal dari

Manchuria dan sebagian Cina, dan terdapat jenis kedelai liar yang tergolong

dalam spesies Glycine ussuriensis. Kemudian menyebar ke daerah tropika dan subtropika serta dilakukan pemuliaan sehingga dihasilkan berbagai jenis kedelai

unggul yang dibudidayakan (Koswara, 2009).

Menurut Adisarwanto (2005), pada awalnya, kedelai dikenal dengan

beberapa nama botani, yaitu Glycine soja dan Soja max. Namun demikian, pada tahun 1948 telah disepakati bahwa nama botani yang dapat diterima dalam istilah

ilmiah, yaitu Glycine max (L.) Merill. Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Subdivisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Rosales

Famili : Leguminosae (Papilionaceae)

Genus : Glycine

Spesies : Glycine max (L.) Merill.

Akar

Sistem perakaran kedelai terdiri dari dua macam, yaitu akar tunggang dan

(33)

6

tunggang dapat mencapai panjang sekitar 2 meter atau lebih pada kondisi yang

optimal, namun demikian, umumnya akar tunggang hanya tumbuh pada

kedalaman lapisan tanah olahan yang tidak terlalu dalam, sekitar 30-50 cm.

Sementara akar serabut dapat tumbuh pada kedalaman tanah sekitar 20-30 cm

(Adisarwanto, 2005).

Batang dan Cabang

Pertumbuhan batang kedelai dibedakan menjadi dua tipe, yaitu tipe

determinate dan indeterminate. Perbedaan sistem pertumbuhan batang ini didasarkan atas keberadaan bunga pada pucuk batang. Pertumbuhan batang tipe

determinate ditunjukkan dengan batang yang tidak tumbuh lagi pada saat tanaman mulai berbunga. Sementara pertumbuhan batang tipe indeterminate dicirikan bila pucuk batang tanaman masih bisa tumbuh daun, walaupun tanaman sudah mulai

berbunga. Pada kondisi normal, jumlah buku berkisar 15-30 buah. Cabang akan

muncul di batang tanaman. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi

tanah, tetapi ada juga varietas kedelai yang tidak bercabang (Adisarwanto, 2005).

Daun

Tanaman kedelai mempunyai dua bentuk daun yang dominan, yaitu stadia

kotiledon yang tumbuh saat tanaman masih berbentuk kecambah dengan dua helai

daun tunggal dan daun bertangkai tiga (trifoliate leaves) yang tumbuh selepas masa pertumbuhan. Umumnya, bentuk daun kedelai ada dua, yaitu bulat (oval)

dan lancip (lanceolate). Kedua bentuk daun tersebut dipengaruhi oleh faktor genetik. Bentuk daun diperkirakan mempunyai korelasi yang sangat erat dengan

(34)

Biji

Di dalam polong terdapat biji yang berjumlah 2-3 biji. Setiap biji kedelai

mempunyai ukuran bervariasi, mulai dari kecil (sekitar 7-9 g/100 biji), sedang

(10-13 g/100 biji) dan besar (>13 g/100 biji). Bentuk biji bervariasi, tergantung

pada varietas tanaman, yaitu bulat, agak gepeng, dan bulat telur. Namun

demikian, sebagian besar biji berbentuk bulat telur (Adisarwanto, 2005).

Syarat tumbuh

Indonesia mempunyai iklim tropis yang cocok untuk pertumbuhan kedelai,

karena kedelai menghendaki hawa yang cukup panas. Pada umumnya

pertumbuhan kedelai sangat ditentukan oleh ketinggian tempat dan biasanya akan

tumbuh baik pada ketinggian tidak lebih dari 500 meter diatas permukaan laut.

Namun demikian, diatas batas itu kedelai masih bisa ditanam dengan hasil yang

memadai (Suprapto, 2001).

Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis

dan subtropis. Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah

hujan sekitar 100-400 mm/bulan. Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara

21-340C. Pada proses perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok

sekitar 300C. Kedelai tidak menuntut struktur tanah yang khusus sebagai suatu

persyaratan tumbuh. Bahkan pada kondisi lahan yang kurang subur dan agak asam

pun kedelai dapat tumbuh dengan baik, asal tidak tergenang air yang akan

menyebabkan busuknya akar (Prihatman, 2000).

Panen

Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning,

(35)

8

warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah

kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Perlu diperhatikan

umur kedelai yang akan dipanen yaitu sekitar 75-110 hari, tergantung pada

varietas dan ketinggian tempat. Perlu diperhatikan, kedelai yang akan digunakan

sebagai bahan konsumsi dipetik pada usia 75-100 hari, sedangkan untuk dijadikan

benih dipetik pada umur 100-110 hari, agar kemasakan biji betul-betul sempurna

dan merata (Prihatman, 2000).

Pasca Panen

Pasca panen merupakan kegiatan yang dilakukan sesudah kegiatan

pemanenan, hal ini dilakukan sebelum kedelai dipasarkan atau dikonsumsi.

Kegiatan pasca panen kedelai digolongkan beberapa tahap, yaitu:

1. Pengeringan, kegiatan ini dilakukan setelah pemungutan polong kedelai,

polong kedelai yang terkumpul dijemur selama 3 hari untuk memudahkan

pengupasan, atau pemisahan biji kedelai dengan polongnya. Penjemuran

dilakukan sampai kadar air 10-15%.

2. Penyortiran dan Penggolongan, terdapat beberapa cara untuk memisahkan

biji dari kulit polongan. Diantaranya dengan cara memukul-mukul

tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau

brangkasan kedelai sebelum dipukul-pukul dimasukkan ke dalam karung,

atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah,

brangkasan disingkirkan. Biji yang terpisah kemudian ditampi agar

terpisah dari kotoran-kotoran lainnya. Biji yang luka dan keriput

dipisahkan. Biji yang bersih ini selanjutnya dijemur kembali sampai kadar

(36)

dan dipasarkan atau disimpan. Sebagai perkiraan dari batang dan daun

basah hasil panen akan diperoleh biji kedelai sekitar 18,2%.

3. Penyimpanan dan pengemasan, sebagai tanaman pangan, kedelai dapat

disimpan dalam jangka waktu cukup lama. Caranya kedelai disimpan di

tempat kering dalam karung. Karung-karung kedelai ini ditumpuk pada

tempat yang diberi alas kayu agar tidak langsung menyentuh tanah atau

lantai. Apabila kedelai disimpan dalam waktu lama, maka setiap 2-3 bulan

sekali harus dijemur lagi sampai kadar airnya sekitar 9-11%

(Prihatman, 2000).

Kandungan Gizi dan Manfaat Kedelai

Secara umum kedelai merupakan sumber vitamin B, karena kandungan

vitamin B1, B2, niasin, piridoksin dan golongan vitamin B lainya banyak terdapat

di dalamnya. Vitamin lain yang terkandung dalam jumlah cukup banyak ialah

vitamin E dan K. Kedelai mengandung karbohidrat sekitar 35%, dari kandungan

karbohidrat tersebut hanya 12-14 persen saja yang dapat digunakan tubuh secara

biologis (Koswara, 2009).

Biji kedelai mempunyai nilai gizi yang terbaik diantara semua sayuran

yang dikonsumsi di seluruh dunia. Karena kedelai kaya akan sumber protein,

karbohidat, lemak nabati, mineral dan vitamin. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada tabel berikut:

Tabel 1. Kandungan Gizi Kedelai

Unsur zat – zat Makanan Kedelai Putih (%)

(37)

10

Kulit kedelai mengandung 87 serat makanan (dietary fiber), 40-53% selulosa kasar, 14–33% hemiselulosa kasar dan 1-3% serat kasar. Serat kedelai

adalah bukan kulit atau sekam kedelai, tetapi produk kedelai yang tidak berbau,

tawar dan bentuknya dapat disesuaikan dengan tujuan penggunaanya, yang

terutama sebagai sumber serat makanan. Efek fisiologis dan manfaat klinis serat

kedelai pada manusia telah banyak diteliti. Hasilnya dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. menurunkan kolesterol pada penderita hiperkolesterolamia.

2. memperbaiki toleransi terhadap glukosa dan respon insulin pada penderita

hiperlipidemia dan diabetes.

3. meningkatkan volume tinja, sehingga mempercepat waktu transit makanan

(waktu yang diperlukan sejak dimakan sampai dikeluarkan berupa tinja).

4. Tidak berakibat negatif terhadap retensi mineral (penyerapan mineral)

(Koswara, 2009).

Sari Kedelai

Sari kedelai adalah cairan hasil ekstraksi protein biji kedelai dengan

menggunakan air panas. Sejak abad II SM, sari kedelai sudah dibuat di negeri

Cina. Dari sana kemudian berkembang ke Jepang dan setelah Perang Dunia II

masuk ke Asia Tenggara. Komposisi gizi sari kedelai hampir sama dengan susu

sapi. Karena itu sari kedelai dapat digunakan sebagai pengganti susu sapi. Susu ini

baik dikonsumsi oleh mereka yang alergi susu sapi, yaitu orang-orang yang tidak

punya atau kurang enzim laktase dalam saluran pencernaannya, sehingga tidak

(38)

Sari kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama karena

kandungan proteinnya. Selain itu sari kedelai juga mengandung lemak,

karbohidrat, kalsium, phosphor, zat besi, provitamin A, Vitamin B kompleks

(kecuali B12), dan air. Namun perhatian masyarakat kita terhadap jenis minuman

ini pada umumnya masih kurang. Sari kedelai ini harganya lebih murah daripada

susu produk hewani. Sari kedelai dapat dibuat dengan teknologi dan peralatan

yang sederhana, serta tidak memerlukan keterampilan khusus. Penggunaan air

sumur dapat menghasilkan sari kedelai dengan rasa yang lebih enak. Untuk

memperoleh sari kedelai yang baik, kita perlu menggunakan kedelai yang

berkualitas baik. Dari 1 kg kedelai dapat dihasilkan 10 liter sari kedelai.

(Margono, dkk., 2000).

Pembuatan Sari Kedelai

Pembuatan susu kedelai cara pemanasan filtrat (hasil saringan/larutan)

perlu diperhatikan. Selama pemanasan, filtrat perlu diaduk terus sambil

menembahkan gula dan essens moka atau panili. Untuk menghilangkan rasa pahit

perlu diberikan Na3PO4. Pengadukan bertujuan untuk menghancurkan gula dan

meratakan perasa serta mencegah mendidihnya filtrat. Bila filtrat sampai

mendidih, maka protein yang terkandung serta filtrat akan pecah, sehingga susu

tersebut menggumpal, hal ini akan membuat susu kurang disukai serta tidak tahan

lama karena terjadi pembusukan (Anonim, 1982).

Kedelai yang telah disortasi ditimbang, kemudian air selama 8 jam.

Perendaman dilakukan pada suhu ruang dengan perbandingan larutan dan kedelai

3 : 1, dilanjutkan dengan perendaman air panas selama 15 menit dan kedelai

(39)

12

sedikit demi sedikit, kemudian diaduk-aduk selama 3 menit. Bubur kedelai

selanjutnya disaring dengan kain saring dan diperas. Filtrat yang diperoleh

ditampung dalam panic (Muchtaridi, 2008).

Peranan Mekanisasi Pertanian

Ilmu mekanisasi pertanian adalah ilmu yang mempelajari pengasaan dan

pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya kerja manusia

dalam bidang pertanian, demi untuk kesejahteraan manusia. Pengertian pertanian

dalam hal ini adalah pertanian dalam arti yang seluas-luasnya. Peranan mekanisasi

pertanian dalam pembangunan pertanian di Indonesia adalah:

1. Mempertinggi efisiensi manusia.

2. Meningkatkan derajat dan taraf hidup petani.

3. Menjamin kualitas dan kuantitas serta kapasitas produksi pertanian

4. Memungkinkan pertumbuhan tipe usaha tani, yaitu dari tipe pertanian untuk

kebutuhan keluarga (subsistance farming) menjadi tipe perusahaan.

5. Mempercepat transisi bentuk ekonomi Indonesia dari sifat agraris menjadi

sifat industri.

(Hardjosentono, dkk, 1996).

Dalam kegiatan agribisnis dan agroindustri, teknologi pertanian diperlukan

sejak penyiapan lahan, penyediaan pupuk, produksi, pemanenan, penanganan

pasca panen, pengolahan hasil, pengemasan serta distribusi dan pengangkutan

sampai pemasaran. Hal penting yang patut dicermati pada kegiatan agroindutri

adalah teknologi yang menjadi kendala utama. Oleh sebab itu teknologi harus

dikembangkan secara terus menerus melalui kegiatan penelitian dan

(40)

Elemen Alat Motor Listrik

Mesin-mesin yang dinamakan motor listrik dirancang untuk mengubah

energi listrik menjadi energi mekanis, untuk menggerakan berbagai peralatan,

mesin-mesin dalam industri, pengangkutan, dan lain-lain. Setiap mesin sesudah

dirakit, porosnya menonjol melalui ujung penutup (lubang pelindung) pada

sekurang-kurangnya satu sisi supaya dapat dilengkapi dengan sebuah pulley atau sebuah generator atau suatu mesin yang akan digerakan (Daryanto, 2002).

Tuas

Tuas berguna untuk membuka saluran silinder pisau agar kedelai turun ke

silinder pengepresan sesudah dihaluskan oleh pisau. Mekanisme kerjanya ialah

setelah kedelai dihaluskan, tuas diturunkan dengan cara ditekan.

Bantalan

Bantalan adalah elemen mesin yang mampu menumpu poros berbebanan,

sehingga putaran atau gerakan bolak-baliknya dapat berlangsung secara halus,

aman dan tahan lama.

Pisau penghancur

Pisau merupakan elemen yang sangat penting dalam proses pengirisan dan

pemotongan. Bahan pisau harus lebih kuat dan terbuat dari bahan baja stainless, karena pisau digunakan untuk memotong bahan makanan, maka pisau harus

terjamin kebersihannya. Fungsi pisau disini adalah untuk menghaluskan biji

(41)

14

Puli

Jarak yang jauh antara dua poros sering tidak memungkinkan transmisi

langsung dengan pasangan roda gigi. Dalam demikian, cara transmisi putaran dan

daya lain yang dapat diterapkan adalah dengan menggunakan sebuah sabuk atau

rantai yang dibelitkan di sekeliling puli atau sprocket pada poros. Jika pada suatu konstruksi mesin putaran puli penggerak dinyatakan N1 dengan diameter Dp dan

puli yang digerakkan n2 dan diameternya dp, maka perbandingan putaran

dinyatakan dengan persamaan berikut:

N1 n2 =

dp

Dp ... (1)

(Roth, et all., 1982).

Pulley kayu tidak banyak lagi dijumpai. Untuk konstruksi ringan diterapkan pulley dari paduan aluminium. Pulley sabuk baja terutama cocok untuk kecepatan sabuk yang tinggi (diatas 35 m/det) (Stolk dan Kross, 1981).

Gambar 1. Puli

Roda transmisi beralur untuk sabuk V dibuat dari besi tuang, baja tuang,

(42)

transmisi beralur harus mencakup ukuran sabuk, jumlah alur, diameter alur roda,

tipe konstruksinya dan ukuran serta tipe nap (Purwadi dan Tjitrosoepomo, 1990).

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan pulley V ini adalah besi tuang kelabu. Alasan menggunakan besi tuang kelabu adalah tahan panas, tahan

korosi, mampu meredam getaran, mudah didapat dan murah harganya. Pola dibuat

pola pejal belahan dengan bahan dari kayu mahoni. Dan untuk pembuatan cetakan

menggunakan pasir silica dan water glass sebagai pengikat dengan proses CO2. Sedangkan proses peleburan menggunakan dapur kupola. Dalam proses

pengecoran akan terjadi perubahan bentuk akibat dari proses pembekuan logam

cair. Hal ini dapat diatasi dengan penambahan penyusutan dan penambahan

permesinan, sehingga didapatkan bentuk dimensi yang sesuai dengan yang kita

inginkan dan tecapai produk yang berkualitas (Malik, 2002).

Menurut Daryanto (1994), ada beberapa jenis tipe pulley yang digunakan untuk sabuk penggerak yaitu:

1. Pulley datar, pulley ini kebanyakan dibuat dari besi tuang dan juga dari baja dengan bentuk yang bervariasi.

2. Pulley mahkota, pulley ini lebih efektif dari pulley datar karena sabuknya sedikit menyudut sehingga untuk slip relatif sukar, dan derajat

ketirusannya bermacam-macam menurut kegunaannya.

3. Tipe lain, pulley ini harus mempunyai kisar celah yang sama dengan kisar urat pada sabuk penggeraknya.

Pemasangan pulley antara lain dapat dilakukan dengan cara:

(43)

16

2. Vertikal, pemasangan pulley dilakukan tegak dimana letak pasangan pulley adalah pada sumbu vertikal. Pada pemasangan ini akan terjadi getaran

pada bagian mekanisme serta penurunan umur sabuk

(Mabie and Overirick, 1967).

Menurut Dwi (2010), hal–hal yang harus diperhatikan dalam instalasi

sabuk puli adalah:

1. Kedua poros harus benar-benar sejajar, agar kekencangan sabuk bisa

seragam.

2. Jarak kedua puli jangan terlalu dekat, agar sudut kontak pada puli kecil

sebesar mungkin.

3. Jarak kedua puli tidak boleh terlalu jauh, karena akan menyebabkan sabuk

membebani poros.

4. Sabuk yang panjang cenderung berayun dari sisi ke sisi yang

menyebabkan sabuk aus.

5. Sisi kencang sabuk harus dibawah, sehingga jika sabuk turun pada sisi

kendor akan menambah besar sudut kontak pada puli.

Sabuk V

V-belt merupakan alat transmisi pemindah daya/putaran yang ditempatkan pada pulley. V-belt adalah belt yang berpenampang trapesium, terbuat dari tenunan dan serat-serat yang dibenamkan pada karet kemudian dibungkus dengan

anyaman dan karet, digunakan untuk mentransmisikan daya dari poros yang satu

(44)

Penggerak berbentuk sabuk bekerja atas dasar gesekan tenaga yang

disalurkan dari mesin penggerak dengan cara persinggungan sabuk yang

menghubungkan antar pulley penggerak dengan pulley yang akan digerakkan. Sebaliknya sabuk mempunyai sifat lekat tetapi tidak lengket pada pulley dan salah satu pulley itu harus dapat diatur (Pratomo dan Irwanto, 1983).

Menurut Dwi (2010), sabuk terdiri dari tiga jenis, yaitu:

Gambar 2. Jenis-jenis sabuk

1. Sabuk datar (flat belt), pada umumnya terbuat dari semak atau kain yang diresapi oleh karet. Sabuk daar yang modern terdiri atas init elastic yang kuat seperti benang baja atau nilon. Pada sabuk datar terjadi pengereman karena

adanya sambungan sabuk.

2. Sabuk V (V-belt), terbuat dari kain dan benang, biasanya katun rayon atau nilon dan diresapi karet. Kelebihan sabuk V dibandingkan dengan sabuk datar, yaitu:

a. Selip antara sabuk dan puli dapat diabaikan.

b. Sabuk V yang dibuat tanpa sambungan sehingga memperlancar putaran.

c. Memberikan umur mesin lebih lama, 3-5 tahun.

d. Sabuk V mudah dipasang dan dibongkar.

e. Operasi sabuk dengan puli tidak menimbulkan getaran.

f. Sabuk V mempunyai kemampuan untuk menahan goncangan saat mesin

dinyalakan.

(45)

18

Sedangkan kelemahan sabuk V dibandingkan dengan sabuk datar, yaitu sabuk V

tidak seawet sabuk datar dan konstruksi puli sabuk V lebih rumit daripada sabuk

datar.

3. Sabuk bundar / tali (circular belt / rope)

Sabuk bundar pada umumnya digunakan untuk meneruskan daya yang

besar dari satu puli ke puli yang lain dan mampu digunakan pada jarak antar puli

lebih dari 8 meter.

Menurut Smith dan Wilkes (1990), apabila pemindahan daya

menggunakan dua roda transisi, maka hubungan antara jarak kedua titik pusat

sumbu roda transisi dengan panjang sabuk dapat ditentukan dengan rumus:

L =2C+π

2(D+d) ... (2) dimana:

L = Panjang efektif sabuk (mm)

C = Jarak antara kedua sumbu roda transmisi (mm)

D = Diameter luar efektif roda transmisi yang besar (mm)

d = Diameter luar efektif transmisi yang kecil (mm)

Transmisi dengan menggunakan sabuk hanya dapat menghubungkan

poros-poros yang sejajar dengan arah putaran yang sama. Dibandingkan dengan

transmisi roda gigi atau rantai, sabuk bekerja lebih halus dan tidak berisik.

Hal yang menentukan besar daya yang ditransmisikan adalah kecepatan

sabuk, kekencangan sabuk, sudut kontak antara sabuk dan puli, kondisi dimana

sabuk digunakan. Sedangkan koefisien gesek antara sabuk dan puli tergantung

(46)

Filter

Filter atau saringan berfungsi untuk memisahkan ampas kedelai dengan sari kedelai pada saat proses pengepresan. Saringan ini terbuat dari stainless steel karena pada pengolahan makanan, bahan yang digunakan harus tahan dari karat

agar tidak terjadi perubahan kualitas.

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian

Menurut Daywin, dkk., (2008), kapasitas kerja suatu alat atau mesin

didefenisikan sebagai kemampuan alat dan mesin dalam menghasilkan suatu

produk (contoh: ha. Kg, lt) persatuan waktu (jam). Dari satuan kapasitas kerja

dapat dokonversikan menjadi satuan produk per kW per jam, bila alat/mesin itu

menggunakan daya penggerak motor. Jadi satuan kapasitas kerja menjadi:

Ha.jam/kW, Kg.jam/kW, Lt.jam/kW. Persamaan matematisnya dapat ditulis

sebagai berikut:

Kapasitas Alat = Produk yang dihasilkan

Waktu ………...…………...(3) Menurut Wiraatmadja (1995), adapun cara untuk memperbesar atau

memperkecil kapasitas pengirisan yaitu dengan mengubah julmlah mata pisau,

rpm alat pengiris atau mengubah tebal irisannya. Perubahan paling mudah

dilakukan dengan memperbesar atau memperkecil tanpa merubah tebal irisannya

adalah dengan merubah rpm yakni dengan menambahkan transmisi, baik dengan

pulley atau sprocket dan rantai.

Analisis korelasi adalah metode statistika yang digunakan untuk menentukan

kuatnya atau derajat hubungan linier antara dua variabel atau lebih. Semakin nyata

hubungan linier (garis lurus), maka semakin kuat atau tinggi derajat hubungan garis

(47)

20

dinamakan koefisien korelasi. Korelasi dilambangkan dengan r dengan ketentuan

nilai r tidak lebih dari harga (-1≤ r ≤ 1). Apabila nilai r = -1 artinya korelasi negatif

sempurna; r = 0 artinya tidak ada korelasi; dan r = 1 artinya korelasinya sangat kuat.

Tabel 2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r

Interval Koefisien Tingkat Hubungan 0,800 – 1,000 Sangat Kuat

Rendemen menyatakan persentase bahan hasil olahan terhadap bahan

mentah atau bahan baku yang diolah per satuan berat bahan. Perhitungan

rendemen diperlukan untuk mengetahui banyaknya jumlah kebutuhan bahan baku

dalam suatu proses industri yang menggunakan alat atau mesin untuk

menghasilkan jumlah produk yang diinginkan. Rendemen dapat dihitung dengan

membandingkan berat hasil olahan dengan berat bahan baku sebelum dilakukan

pengolahan (Lubis, 2008).

Persentase Bahan yang Tertinggal di Alat

Persentase bahan yang tertinggal di alat adalah banyaknya bahan yang

tidak dapat keluar dari alat secara otomatis setelah saluran pengeluaran bahan

dibuka setelah proses pengolahan selesai dilakukan. Bahan yang tidak dapat

keluar dari mesin pengolahan membutuhkan tenaga operator untuk

mengeluarkannya secara manual. Hal ini menyebabkan efisiensi pengolahan dan

(48)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Meski merupakan makanan khas Indonesia, namun bahan baku pembuatan

tahu dan tempe masih harus diimpor. Dirjen Perdagangan Dalam Negeri (PDN)

Kemendag Srie Agustina mengungkapkan, produksi kedelai lokal saat ini hanya

sekitar 995.000 ton. Sedangkan, kebutuhan kedelai dalam negeri mencapai 2,5-2,6

juta ton per tahun. Menurut Kementerian Pertanian rata-rata (peningkatan

produksi) sekitar 10-15%, sebanyak 84% pemenuhan kedelai dalam negeri

diperuntukkan bagi industri tahu dan tempe. Sedangkan, 15% untuk diolah

menjadi susu kedelai. Meski demikian, Indonesia diharapkan dapat mencapai

swasembada kedelai dalam beberapa tahun ke depan (Sari, 2015., dalam

merdeka.com kolom 2 dan 6 tanggal 7/01/2015).

Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring

dengan pertambahan penduduk dan perbaikan pendapatan perkapita. Oleh karena

itu, diperlukan suplai kedelai tambahan yang harus diimpor karena produksi

dalam negeri belum dapat mencukupi kebutuhan tersebut. Lahan budidaya

kedelai pun diperluas dan produktivitasnya ditingkatkan (Adisarwanto, 2005).

Kedelai sudah lama diakui sebagai sumber protein, serat larut air dan

berbagai zat gizi mikro yang memiliki kontribusi unggul dalam pola makan.

Kedelai memiliki kandungan lemak rendah (18%) tetapi memiliki asam lemak tak

jenuh yang tinggi (85%). Banyak hasil olahan kedelai yang nilai gizinya semakin

meningkat, salah satunya susu kedelai. Susu kedelai merupakan minuman hasil

ekstraksi protein biji kedelai dengan menggunakan air panas yang bergizi tinggi

(49)

2

Susu kedelai adalah salah satu hasil pengolahan yang merupakan hasil

ekstraksi dari kedelai. Protein susu kedelai memiliki susunan asam amino yang

hampir sama dengan susu sapi sehingga susu kedelai seringkali digunakan sebagai

pengganti susu sapi bagi mereka yang alergi terhadap protein hewani. Susu

kedelai merupakan minuman yang bergizi tinggi, terutama kandungan proteinnya.

Selain itu susu kedelai juga mengandung lemak, karbohidrat, kalsium, fosfor, zat

besi, provitamin A, vitamin B kompleks (kecuali B12), dan air

(Budimarwanti, 2013)

Sebagai salah satu hasil olahan dari kedelai, sari kedelai atau yang biasa

disebut dengan susu kedelai cukup diminati karena banyaknya kandungan protein

yang dimilikinya. Pengolahan sari kedelai cukup sederhana jika dibandingkan

dengan pengolahan produk kedelai yang lain seperti tempe dan tahu, karena hal

ini peluang untuk berkembangnya pembuatan sari kedelai cukup terbuka jika

dijadikan usaha rumah tangga atau industri seperti industri tempe dan tahu.

Pengolahan kedelai untuk jadi sari kedelai mulai menggunakan alat

mekanis untuk mengekstrak sarinya, karena jika menggunakan tangan atau secara

manual membutuhkan waktu yang lama dan tenaga yang banyak. Untuk

mengekstrak sari kedelai membutuhkan beberapa tahap pekerjaan seperti

perendaman, penghalusan dan pemerasan sari kedelai. Penghalusan dan

pemerasan sari kedelai ini akan membutuhkan tenaga dan waktu yang tidak

sedikit, maka dibuatlah alat mekanis yang dapat menghaluskan dan memeras sari

kedelai agar pembuatan sari kedelai dapat dilakukan lebih mudah dan cepat.

Alat pembuat sari kedelai telah banyak dipasaran, baik itu yang

(50)

dikembangkan oleh mahasiswa. Salah satunya adalah alat yang dikembangkan

oleh Deby Delima Dewi, yaitu mahasiswi Universitas Surabaya (UBAYA), alat

pembuat sari kedelai ini dapat mencacah, memeras dan memasak sekaligus (3 in

1). Mesin rancangannya memadukan alat pencacah (blender), alat penyaring, alat penumbuk (press), dan periuk (dandang) yang dihubungkan dengan elpiji. Waktu yang dibutuhkan untuk membuat sari kedelai adalah 40 menit untuk 1 kg kedelai

dan tanpa ampas sedangkan waktu untuk mencacah dan memeras tidak sampai 10

menit, dari 1 kg kedelai dapat menghasilkan 15 kg sari kedalai. Alatnya ini

membutuhkan dana sebesar Rp 7.000.000 (Anonim, 2012).

Perancangan alat pembuat sari kedelai juga dibuat oleh Winanda Pardhanu

di Program Studi Keteknikan Pertanian Universitas Sumatera Utara (USU) pada

tahun 2015, tetapi perancangan alat ini lebih sederhana karena hanya mencacah,

memeras, menyaring dan memisahkan sari kedelai dengan ampasnya. Alat ini

dapat mengolah 1 kg kedelai dalam waktu 12 menit, banyaknya waktu untuk

memeras sari kedelai membuat kapasitas efektif alat ini tidak maksimal sehingga

dibutuhkan beberapa pengujian komponen alat, misalnya saja dengan melakukan

pengujian diameter puli pada ulir pengepres yang akan mempengaruhi jumlah

putaran ulir pengepres tersebut per menit (rpm), dengan mengamati parameter

kapasitas efektif alat, rendemen serta persentase bahan tertinggal. Pengujian

diameter puli ini diharapkan akan meningkatkan kapasitas efektif alat dan

(51)

4

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh berbagai diameter puli

pada alat pembuat sari kedelai terhadap kapasitas efektif, rendemen dan

persentase bahan tertinggal di alat.

Kegunaan penelitian

1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan untuk menyusun skripsi yang merupakan

syarat untuk menyelesaikan pendidikan di Program Studi Keteknikan

Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

2. Sebagai sumber informasi bagi pihak-pihak yang membutuhkan.

3. Sebagai informasi bagi masyarakat yang ingin memanfaatkan alat pembuat

sari kedelai sebagai usaha rumah tangga atau industri.

Hipotesis Penelitian

1. Diduga ada pengaruh diameter puli terhadap kapasitas efektif alat.

2. Diduga ada pengaruh diameter puli terhadap rendemen alat.

3. Diduga ada pengaruh diameter puli terhadap persentase bahan tertinggal di

alat.

Batasan Penelitian

(52)

UJI BERBAGAI DIAMETER PULI PADA ALAT PEMBUAT

SARI KEDELAI (

Glycine max

)

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD YUSUF

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(53)

UJI BERBAGAI DIAMETER PULI PADA ALAT PEMBUAT

SARI KEDELAI (

Glycine max

)

SKRIPSI

OLEH :

MUHAMMAD YUSUF

110308019/KETEKNIKAN PERTANIAN

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui Oleh :

Komisi Pembimbing

(Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si) (

Ketua Anggota

Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si)

PROGRAM STUDI KETEKNIKAN PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(54)

i

ABSTRAK

MUHAMMAD YUSUF: Uji Berbagai Diameter Puli pada Alat Pembuat Sari Kedelai, dibimbing oleh SAIPUL BAHRI DAULAY dan LUKMAN ADLIN HARAHAP.

Alat pembuat sari kedelai telah banyak dipasaran, baik itu yang dikembangkan oleh rumah industri atau yang dikembangkan oleh mahasiswa. Salah satu alat pembuat sari kedelai dirancang oleh Winanda Pardhanu di Program Studi Keteknikan Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Kapasitas alat pembuat sari kedelai dapat ditingkatkan dengan melakukan pengujian pada beberapa bagian alat. Penelitian ini adalah pengujian berbagai diameter puli pada alat pembuat sari kedelai yang diharapkan dapat meningkatkan kapasitas alat tersebut. Penelitian dilakukan di Laboratorium Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian USU pada bulan Juni-Agustus 2015 dengan menggunakan model rancangan acak lengkap non faktorial dengan faktor diameter puli 3, 4 dan 5 inci. Pada penelitian ini, parameter yang diamati adalah kapasitas efektif alat, rendemen dan persentase bahan tertinggal di alat. Hasil penelitian menunjukan bahwa diameter puli pada alat pembuat sari kedelai memberikan pengaruh berbeda sangat nyata terhadap kapasitas efektif alat dan rendemen dan memberikan pengaruh tidak berbeda nyata terhadap persentase bahan tertinggal. Dari hasil penelitian dapat disimpulkan hasil terbaik adalah dengan menggunakan puli berdiameter 3 inci.

Kata kunci: alat pembuat sari kedelai, sari kedelai, uji diameter puli.

ABSTRACT

MUHAMMAD YUSUF: Pulley diameter test of soybean extractor, supervised by SAIPUL BAHRI DAULAY and LUKMAN ADLIN HARAHAP.

There have been many soybean extractor in the market, that have been developed by home industry or university student. One of the soybean extractor was made by Winanda Pardhanu in Agriculture Engineering Program Study, University of North Sumatera. The capacity of soy bean extractor can be improved by testing their parts. This research was about testing pulley diameter of soybean extractor to improve its capacity. This research had been conducted at Agricultural Engineering Laboratory, Agricultural Faculty USU on June – August 2015 using factorial randomized block design with pulley diameters of 3, 4 and 5 inches. The observed parameter in this research was effective capacity of equipment, yield and percentage of materials left in appliance. The results showed that pulley diameter had highly significant effect on parcentage of process capacity and yield and had no effect on percentage of materials left in appliance. From this research it, can be concluded that the best pulley diameters was 3 inches.

(55)

ii

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Muarasipongi, pada tanggal 13 Mei 1993 dari ayah

Sarpin dan ibu Nur Minah. Penulis merupakan anak keempat dari lima

bersaudara.

Pada tahun 2011 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Muarasipongi dan tahun

yang sama masuk ke Fakultas Pertanian USU melalui jalur Bidik Misi Undangan.

Penulis memilih Program Studi Keteknikan Pertanian, Fakultas Pertanian.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi Ikatan

Mahasiswa Teknik Pertanian (IMATETA). Selain itu, penulis juga pernah

menjadi Asisten Laboratorium Mekanisasi Pertanian.

Penulis melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Pabrik Minyak

Kelapa Sawit di PTPN III Sisumut Kabupaten Labuhan Batu Selatan, Sumatera

(56)

iii

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul

Uji Berbagai Diameter Puli Pada Alat Pembuat Sari Kedelai (Glycine max) yang merupakan salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di

Program Studi Keteknikan Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada

Bapak Ir. Saipul Bahri Daulay, M.Si selaku ketua komisi pembimbing dan kepada

Bapak Lukman Adlin Harahap, STP, M.Si selaku anggota komisi pembimbing

yang telah banyak membimbing penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skipsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh

karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat

membangun untuk kesempurnaan pada masa yang akan datang.

Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih, semoga skripsi ini

bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan.

Medan, Oktober 2015

(57)

iv

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... viii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Tujuan Penelitian ... 4

Kegunaan penelitian ... 4

Hipotesis Penelitian ... 4

Batasan Penelitian ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

Kedelai ... 5

Kandungan Gizi dan Manfaat Kedelai ... 9

Sari Kedelai ... 10

Pembuatan Sari Kedelai ... 11

Peranan Mekanisasi Pertanian... 12

Elemen Alat ... 13

Motor Listrik ... 13

Tuas ... 13

Bantalan ... 13

Pisau penghancur ... 13

Puli ... 14

Sabuk V ... 16

Filter ... 19

Kapasitas Kerja Alat dan Mesin Pertanian... 19

Persentase Bahan yang Tertinggal di Alat ... 20

BAHAN DAN METODE ... 21

Tempat dan Waktu Penelitian ... 21

Bahan dan Alat Penelitian ... 21

Metode Penelitian ... 21

Model Rancangan Penelitian... 22

Pelaksanaan Penelitian ... 22

Persiapan Bahan ... 22

Persiapan Alat ... 22

(58)

Parameter yang Diamati ... 23

Kapasitas efektif alat ... 23

Rendemen ... 23

Persentase bahan yang tertinggal di alat ... 24

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25

Kapasitas Alat Pembuat Sari Kedelai ... 25

Rendemen ... 28

Persentase Bahan Tertinggal di Alat ... 29

KESIMPULAN ... 31

Kesimpulan ... 31

Saran ... 31

DAFTAR PUSTAKA ... 32

(59)

vi

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1. Kandungan Gizi Kedelai ... 9

2. Interpretasi Koefisien Korelasi Nilai r ... 20

3. Pengaruh diameter puli terhadap parameter yang diamati ... 25

4. Uji DMRT terhadap kapasitas alat pembuat sari kedelai ... 26

(60)

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Puli ... 14

2. Jenis-jenis sabuk... 17

3. Hubungan diameter puli terhadap kapasitas efektif alat ... 27

4. Hubungan diameter puli terhadap persentase rendemen alat ... 29

(61)

viii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1. Flowchart Penelitian ... 34

2. Data pengamatan kapasitas efektif alat (liter/jam) ... 35

3. Data pengamatan rendemen alat (%) ... 38

4. Data pengamatan persentase bahan tertinggal (%) ... 41

5. Gambar teknik alat pembuat sari kedelai ... 44

Gambar

Tabel 3. Pengaruh diameter puli terhadap parameter yang diamati
Gambar 3. Hubungan diameter puli terhadap kapasitas efektif alat
Tabel 5. Uji DMRT terhadap persentase rendemen alat pembuat sarai kedelai
Gambar 4. Hubungan diameter puli terhadap persentase rendemen alat
+6

Referensi

Dokumen terkait

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 28 Agustus 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada

Gubernur. *pilih salah satu.. Diisi nama Provinsi/Kabupaten/Kota tempat Pasangan Calon mencalonkan diri. Diisi nama Pasangan Calon yang melaporkan Dana Kampanye. Diisi dengan

bahwa berdasarkan hasil pelaksanaan pelelangan umum Pengadaan Laptop Kementerian Agama Tahun Anggaran 2012, maka perlu menetapkan perusahaan sebagai

Kaltim Tahun Anggaran 2012, menyatakan bahwa pada tanggal 28 Agustus 2012 pukul 11.59 Wita tahapan pemasukan/upload dokumen penawaran ditutup sesuai waktu pada

bahwa berdasarkan ketentuan pasal 74 ayat (9) Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2015 tentang Penetapan

Berdasarkan analisis data dari penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) siswa yang dikenai model pembelajaran TSTS mempunyai prestasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kapasitas dan stabilitas busa Sodium Dodecyl Sulfate (SDS) secara kontinu dan dinamik terhadap variabel perubahan

Hubungan Pengetahuan tentang Kesehatan Reproduksi, Penggunaan Media Informasi, Self-Esteem dan Perilaku Seksual Remaja SMP Negeri 15 Kota