• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Antara Psychological Empowerment Dan Work Life Balance

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Antara Psychological Empowerment Dan Work Life Balance"

Copied!
104
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN

Lampiran 1

(2)

No.

SKALA

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

Nama (Inisial) :

Usia :

Jenis Kelamin* : Laki-laki / Perempuan Pendidikan Terakhir :

Dinas/Bagian :

Pangkat/Golongan :

Status* : Menikah/ Belum Menikah

*) coret yang tidak perlu

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

MEDAN

Dengan hormat,

Dalam rangka memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Psikologi Universitas Sumatera Utara, Saya bermaksud mengadakan penelitian di bidang Psikologi Industri & Organisasi. Untuk itu Saya membutuhkan sejumlah data yang hanya akan Saya peroleh dengan adanya kerja sama dari Bapak/Ibu dalam mengisi kuesioner ini.

Kuesioner ini terdiri dari 2 bagian yaitu Skala I yang berisi 36 pernyataan dan Skala II yang berisi 40 pernyataan. Dalam mengisi skala ini tidak ada jawaban yang benar maupun salah. Setiap orang akan memiliki jawaban yang berbeda. Oleh karena itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri Bapak/Ibu dengan sejujur-jujurnya tanpa mendiskusikan dengan orang lain. Semua jawaban akan dijaga kerahasiaannya dan hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini saja.

Cara menjawab pernyataan-pernyataan tersebut akan dijelaskan dalam petunjuk pengisian. Untuk itu Saya mengharapkan agar Bapak/Ibu memperhatikan petunjuk pengisian dengan baik. Jika telah selesai dikerjakan, periksalah kembali jawaban Bapak/Ibu, karena saya mengharapkan tidak ada pernyataan yang terlewati.

Bantuan Bapak/Ibu dalam menjawab pernyataan dalam kuesioner ini adalah bantuan yang sangat besar artinya bagi keberhasilan penelitian ini. Untuk itu Saya mengucapkan terima kasih.

Hormat Saya,

Claudia Cindry

(4)

Dibawah ini terdapat sejumlah pernyataan. Bacalah dan pahami baik-baik setiap pernyataan tersebut. Bapak/Ibu diminta untuk mengemukakan apakah pernyataan tersebut sesuai dengan diri Bapak/Ibu, dengan cara memberi tanda silang (X) pada salah satu pilihan jawaban yang tersedia, yaitu:

STS : Sangat Tidak Sesuai TS : Tidak Sesuai

N : Netral S : Sesuai

SS : Sangat Sesuai Contoh:

No Pernyataan STS TS N S SS

1. Saya dapat mengerjakan

kuesioner dengan baik. X

Bila Bapak/Ibu ingin mengganti jawaban yang telah Bapak/Ibu berikan sebelumnya, coret tanda silang (X) sebelumnya dengan dua garis (=), dan berikan tanda silang (X) pada pilihan yang menurut Bapak/Ibu sesuai.

Contoh:

No Pernyataan STS TS N S SS

1. Saya dapat mengerjakan

kuesioner ini dengan baik. X X

(5)

SKALA I

5. Kadang-kadang saya menyelesaikan pekerjaan ketika sudah di rumah

6. Saya bingung bila menghadapi masalah dalam pekerjaan, tidak tahu bagaimana menyelesaikannya

7. Ketika masalah muncul dalam pekerjaan, saya mampu mengatasinya

8. Saya membutuhkan rekan kerja untuk membantu menyelesaikan sebuah pekerjaan

9. Saya tidak menunda-nunda pekerjaan

10. Tujuan saya bekerja adalah untuk mensejahterakan kehidupan saya

11. Saya tidak memiliki standar tertentu dalam bekerja

(6)

17. Saya bekerja sesuai dengan urutan yang

21. Saya selalu menyelesaikan pekerjaan tepat waktu

22. Sebagai anggota dalam sebuah tim, saya hanya mengikuti keputusan yang dibuat oleh tim

23. Saya memiliki cara tersendiri dalam bekerja

24. Saya mampu menyelesaikan tugas dan pekerjaan secara mandiri dengan mengandalkan kemampuan saya

25. Saya tidak mampu membaca situasi

26. Hasil pekerjaan saya dijadikan sebagai panutan untuk karyawan lain

27. Saya memiliki target dalam setiap pekerjaan

28. Kadang-kadang saya tidak memahami tujuan saya bekerja

(7)

33. Saya kurang tertarik untuk memberikan pendapat dalam rapat

34. Saya memahami seluruh pekerjaan saya

35. Saya sering dipercayakan untuk mengatasi kondisi sulit yang dihadapi perusahaan

36. Menurut saya bekerja adalah sebuah keharusan

SKALA II

No. PERNYATAAN STS TS N S SS

1. Karena kesibukan pekerjaan saya tidak bisa ikut berkumpul dengan teman-teman saya

2. Saya memanfaatkan waktu istirahat untuk tidur

(8)

4. Saya mendahulukan pekerjaan daripada urusan pribadi

5. Kegelisahan saya tidak mempengaruhi hasil pekerjaan saya

6. Hati yang gembira adalah kunci saya untuk sukses hadapi, saya tetap mampu berkonsentrasi dalam bekerja

17. Weekend saya gunakan untuk berkumpul dengan teman-teman saya.

(9)

19. Saya sudah lama tidak melakukan hobi saya karena banyaknya pekerjaan

20. Fokus pada saat bekerja adalah hal yang utama bagi saya.

21. Saya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk memikirkan sebuah pemecahan masalah. bila mengalami suatu masalah sehingga rekan kerja langsung mengetahuinya

26. Sedang banyak pikiran atau tidak, pekerjaan saya harus selesai

27. Kemampuan berhitung saya membuat saya lebih detail mengatur keuangan pribadi saya

28. Saya masih perlu pengalaman mengenai cara membangun relasi yang baik

29. Suasana hati saat bekerja (apakah senang atau sedih) sangat penting bagi saya

30. Menurut saya ilmu yang saya dapat hanya bisa dipraktekkan dengan bantuan alat-alat tertentu

31. Komunikasi yang baik antara saya dan atasan memungkinkan saya menjalin relasi diluar konteks pekerjaan

(10)

33. Bila situasi di rumah sedang kacau, saya tidak bisa fokus bekerja

34. Pada hari libur saya akan melakukan hobi saya

35. Saya tidak pernah membawa masalah pribadi ke kantor

36. Saya sulit membagi waktu antara pekerjaan dan urusan keluarga.

37. Saya tidak pernah membawa tugas dari kantor ke rumah

38. Saya tidak mau terbawa emosi dalam bekerja

39. Produktifitas kerja semakin meningkat setelah berlibur bersama teman atau keluarga

40. Keahlian saya menggunakan komputer membuat saya tak perlu menservis komputer apabila ada kerusakan

MOHON PERIKSA KEMBALI JAWABAN ANDA, PASTIKAN TIDAK ADA YANG KOSONG.

(11)

Lampiran 2

Data Mentah Alat Ukur Psychological Empowerment Tahap Uji Coba

(12)

25 5 3 4 2 2 1 2 1 2 3 2 1 3 4 5 5 4 3 1 3 2 3 2 2 2 2 4 4 1 2 2 3 5 1 1 2

26 2 2 2 2 1 1 3 4 4 2 5 3 2 1 2 2 2 1 3 1 4 2 1 3 2 1 1 2 1 2 5 5 2 2 2 3

27 4 4 5 2 3 1 4 2 1 2 3 4 3 1 3 1 1 2 2 2 2 2 5 3 3 3 3 5 2 1 4 2 4 2 2 1

28 5 2 1 2 5 1 3 5 2 3 2 3 4 5 4 3 1 4 3 4 4 4 2 5 1 3 1 4 2 3 2 4 2 4 2 3

29 4 3 2 1 4 2 2 4 1 2 3 4 5 3 2 1 2 3 4 3 3 3 3 4 2 2 2 3 2 4 3 3 3 3 3 2

30 2 2 3 1 4 4 5 2 5 3 4 3 3 2 4 2 4 2 4 5 4 1 4 4 2 1 1 3 2 3 3 1 1 3 3 1

31 4 1 3 3 4 1 1 4 5 1 2 3 4 3 1 2 2 3 1 5 5 3 1 4 2 2 3 3 2 5 3 5 1 3 1 1

32 2 3 5 1 4 4 5 3 5 3 4 2 1 2 5 2 3 1 2 4 3 2 1 3 4 2 3 2 5 3 5 5 3 1 3 3

33 5 2 5 2 5 1 3 5 2 3 2 3 4 5 4 3 1 4 3 4 4 4 2 5 1 3 1 4 2 3 2 4 2 4 2 3

34 4 1 3 3 4 1 1 4 5 1 2 3 4 3 1 2 2 3 1 5 5 3 1 4 2 2 3 3 2 5 3 5 1 3 1 1

35 2 1 4 2 1 2 4 2 4 2 4 2 2 2 4 2 3 2 4 3 4 2 2 4 4 2 2 2 4 3 2 4 4 2 2 4

36 5 2 3 4 1 4 1 2 1 3 4 1 4 1 2 5 5 4 1 2 1 2 4 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 1 1 3

37 2 4 1 4 2 2 2 4 4 3 2 4 3 4 2 4 3 2 2 2 3 4 2 4 2 2 3 2 4 4 5 4 4 2 4 4

38 2 5 2 3 2 3 3 1 4 4 3 2 3 3 3 2 3 4 3 3 3 2 2 3 3 2 4 2 3 4 3 4 3 2 1 2

39 4 1 5 5 2 5 2 2 4 2 3 2 5 3 1 5 4 1 2 1 3 3 1 2 3 2 3 2 5 4 2 2 2 2 3 2

(13)

Lampiran 3

Data Mentah Alat Ukur Work Life Balance Tahap Uji Coba

(14)

25 5 2 5 2 5 4 3 5 2 4 2 3 4 5 4 3 4 4 3 4 4 4 2 5 5 3 5 4 2 3 2 4 2 4 2 3 3 3 3 2

26 3 3 3 3 3 5 4 3 3 3 3 2 3 2 4 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 4 4 3 2 2 2 2 3 2 3 3 3

27 4 3 2 5 2 5 4 4 3 4 4 3 2 5 3 2 3 2 3 4 3 2 5 3 5 5 2 4 5 3 4 3 3 3 2 2 3 2 3 3

28 5 2 3 4 3 4 5 2 2 3 4 4 4 5 2 5 5 4 5 2 4 2 4 4 2 3 4 3 3 3 2 3 3 5 4 3 2 3 3 4

29 4 5 3 3 4 3 4 4 5 4 2 4 4 3 4 2 2 3 5 5 5 3 4 5 2 2 3 3 2 5 3 5 4 3 4 4 2 4 5 5

30 4 5 4 3 2 3 3 2 2 4 5 2 3 2 3 2 3 5 2 3 2 5 3 4 5 4 4 4 5 2 3 5 2 2 2 2 3 2 4 3

31 5 4 2 4 4 3 4 4 5 2 4 4 3 4 4 2 3 2 4 2 4 2 5 3 3 3 2 2 2 5 2 2 5 3 4 2 2 2 3 2

32 4 5 4 3 4 4 2 3 4 5 3 3 5 3 2 2 3 5 2 4 4 4 3 3 5 3 4 3 4 3 4 2 2 4 3 4 4 4 5 2

33 3 2 5 2 5 2 3 2 3 2 5 2 4 2 3 5 3 3 3 4 3 3 2 5 2 2 3 4 3 4 3 3 4 2 4 3 3 3 2 5

34 4 4 5 2 3 4 4 4 2 4 3 4 3 4 3 4 4 2 2 2 2 2 5 3 3 3 3 5 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4 5 3

35 4 4 3 5 2 5 2 4 4 2 3 2 5 3 4 5 4 5 2 4 3 3 5 5 3 2 3 2 5 4 2 2 2 2 3 2 2 5 2 5

36 3 2 3 4 3 4 3 2 3 5 4 3 3 2 3 4 3 2 3 2 4 5 3 3 4 5 2 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 4 5 4

37 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 5 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3

38 4 4 3 4 3 2 4 4 4 3 3 4 5 4 5 3 4 4 4 4 5 3 5 4 4 4 5 3 3 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4

39 5 4 4 4 4 5 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 4 5 5 3 5 4 5 3 4 5 4 5 3 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4

(15)

Lampiran 4

Analisis Reliabilitas Data Uji Coba Alat Ukur Psychological Empowerment a. Reliabilitas Uji Coba Pertama

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(16)
(17)
(18)

Reliability

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

(19)
(20)

Lampiran 5

Analisis Reliabilitas Data Uji Coba Alat Ukur Work Life Balance a. Reliabilitas Uji Coba Pertama

Reliability

Scale: ALL VARIABLES

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 40 100.0

Excludeda 0 .0

Total 40 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics Cronbach's Alpha N of Items

(21)
(22)
(23)

b. Reliabilitas Uji Coba Kedua

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

(24)
(25)

Lampiran 6

Data Mentah Alat Ukur Psychological Empowerment Tahap Penelitian

(26)
(27)
(28)
(29)
(30)

Lampiran 7

Data Mentah Alat Ukur Work Life Balance Tahap Penelitian

1 5 1 1 5 1 5 5 5 5 1 4 4 5 5 5 4 5

2 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2

3 4 2 4 2 4 2 3 2 2 2 3 4 2 2 2 4 2

4 4 2 4 2 4 2 3 2 2 2 3 4 2 2 2 4 2

5 2 2 4 2 4 3 4 2 4 2 2 4 2 4 1 5 1

6 2 3 2 2 2 2 3 2 4 3 5 4 2 4 2 4 2

7 4 2 4 2 4 2 3 2 2 2 3 4 2 2 2 4 2

8 2 3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 4 2 2 4 3 1

9 3 1 3 4 3 2 3 2 4 2 2 4 2 2 2 4 2

10 3 3 3 3 3 2 4 3 3 2 3 3 3 2 4 3 2

11 3 2 3 5 3 2 2 2 2 2 4 3 2 3 3 2 3

12 2 2 3 4 4 3 2 2 4 3 3 3 3 2 3 2 2

13 4 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 3 2 4 4 3 3

14 3 3 4 2 4 2 3 2 2 2 4 3 3 3 3 4 3

15 3 3 4 2 2 3 2 2 3 3 4 4 3 3 4 3 3

16 2 2 4 2 4 2 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2

17 2 2 2 5 2 4 4 2 2 2 3 3 4 4 2 4 3

18 2 3 4 2 2 1 4 4 4 1 3 1 3 1 3 3 2

19 2 2 4 2 3 2 2 3 2 2 2 3 2 4 2 4 2

20 4 2 2 1 2 1 5 4 3 3 3 3 3 4 2 4 4

(31)
(32)
(33)
(34)
(35)

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

pe wlb

N 186 186

Normal Parametersa,,b Mean 49.74 45.38

Std. Deviation 6.757 5.229

Most Extreme Differences Absolute .058 .079

Positive .052 .046

Negative -.058 -.079

Kolmogorov-Smirnov Z .787 1.075

Asymp. Sig. (2-tailed) .565 .198

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Lampiran 9

Hasil Uji Linearitas Data Penelitian

(36)

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

wlb * pe Between Groups

(Combined) 1095.074 31 35.325 1.373 .108

Linearity 253.739 1 253.739 9.861 .002

Deviation from Linearity 841.335 30 28.045 1.090 .356

Within Groups 3962.582 154 25.731

(37)
(38)

DAFTAR PUSTAKA

Annisa, S. 2015. Pengaruh Organizational Citizenship Behavior (OCB) Terhadap Kinerja

Karyawan pada PT Telkom Blimbing Malang. (Tesis) Universitas Islam Negeri Maulana

Malik Ibrahim, Malang.

Asarkarya, C., & Erdogan, I. 2014. The Effect of Psychological Empowerment and Job Involvement on Work Life Balance. Instanbul: Journal of Business and Management.

1(2), 130-138.

Avolio, J.B., Zhu, W., Koh, W. & Bathia, P. 2004. Transformational Leadership and Organizational Commitment: Mediating Role of Psychological Empowerment and Moderating Role of Structural Distance. Journal of Organizational Behavior 25,

951-968.

Azwar, S. 2000. Reliabiltas dan Validitas. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Azwar, S. 2012. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Budianto, E. 2013. Evaluasi Dampak Hubungan Beban Kerja dan Kapasitas Kerja Berpengaruh terhadap Produktivitas Kerja Karyawan Universitas Komputer Indonesia (Unikom) Bandung baik secara Simultan maupun Parsial. (Skripsi). Universitas Komputer Indonesia, Bandung.

Choong, Y.O, Wong, K.L., & Lau, T.C. 2011. Psychological Empowerment and

Organizational Commitment in The Malaysian Private Higher Education Institutions: a Review and Research Agenda. Journal of Academic Research International 1(3),

236-245.

Debora. 2006. Pengaruh Pemberdayaan Kerja dan Psikologis terhadap Kepercayaan

Organisasional dan Kepuasan Kerja Dosen Terhadap Perguruan Tinggi Swasta. Jurnal

(39)

Dekhordi, et.al, 2011. Correlation between Psychological Empowerment with Job Satisfaction and Organizational Commitment. Interdisciplinary Journal of Contemporary Research

in Business, 3(7), 808.

Fisher, G.G., Bulger, A.C., & Smith, S.C. 2009. Beyond Work Family: A Measurement of Work or Nonwork Interference and Enhancement. Journal of Occupational Health

Psychology,14(4), 441-456.

Ganapathi, D.I.M., 2016. Pengaruh Work Life Balance terhadap Kepuasan Kerja Karyawan

(Studi Pada PT. Bio Farma Persero). Jurnal Komunikasi Ecodemica, 4(1), 125-134.

Givens, R.J. 2011. The Role of Psychological Empowerment and Value Congruence in Mediating the Impact of Transformational Leadership on Follower Commitment in American Church.Journal of Leadership Studies,6(2), 189-214.

Grawitch, M.J., Gottschalk, M., Munz, D.C. 2006. Consulting Psychological Journal:

Practice And Research, 58(3), 126-147.

Jha, S. 2010. Influence of Psychological Empowerment on Affective, Normative and Continuence. Journal of Business Studies Quarterly, 3(4), 263-284

Koesindratmono, F. & Septarini, G.B., 2011. Hubungan antara Masa Kerja dengan Pemberdayaan Psikologis pada Karyawan PT. Perkebunan Nusantara X (Persero). Jurnal

Psikologi Universitas Airlangga Surabaya, 13(1), 50-57.

Lathifah, I. 2008. Pengaruh Konflik Pekerjaan-Keluarga terhadap Turnover Intensions

dengan Kepuasan Kerja sebagai Variabel Intervening.(Tesis) Universitas Diponegoro,

Semarang.

(40)

Lockwood, N.R. 2003. Work/Life Balance: Challenges and Solutions. SHRM Research Department. USA:Society for Human Resource Management.

Meyerson, Shauna, L.&Kline, B.J.T.T. 2007.Psychological and Environmental Empowerment: Antecedents and Consequences. Leadership & Organization Development Journal,

29(5), 444-460.

Moedy, D.M.R. 2013. Analisis Work Life Balance, Keinginan Untuk Meninggalkan Organisasi, Kepenatan dan Kepuasan Kerja pada Dosen Universitas Atma Jaya Yogyakarta. (Skripsi) Universitas Atma Jaya, Yogyakarta.

Murtiningrum, A. 2005. Analisis Pengaruh Konflik Pekerjaan Keluarga terhadap Stres Kerja

dengan Dukungan Sosial sebagai Variabel Moderasi. (Tesis)Universitas Diponegoro,

Semarang.

Novelia, P., Sukhirman, I., & Hartana, G. 2013. Hubungan antara Work Life Balance dan Komitmen Berorganisasi pada Pegawai Perempuan. (Tesis). Universitas Indonesia, Jakarta.

Parker, C.C., 2007. Generational Differences in Work Life Balance Attitudes. (Tesis). State University of New York, New Paltz.

Porter & Lawler. 2004. The Measurement of Organizational Commitment. Journal of

Vocational Behavior 14, 224-227.

(41)

Rahmasari. 2011. Peningkatan Motivasi melalui Pemberdayaan Psikologis dan Dampaknya Terhadap Kinerja Karyawan. Jurnal lmiah Informatika Fakultas Ekonomi Universitas

AKI, 2(1), 57-67.

Ramadhani, M. 2012. Analisis Pengaruh Keseimbangan Kehidupan Kerja Terhadap Kesuksesan Karir. Studi pada Karyawan PT. Asuransi Jiwa Generali Indonesia.

Sandra, I.K. Dan Djajali, A.M.,. 2013. Manajemen Waktu, Efikasi Diri Dan Prokastinasi, 2(3). 217-222.

Sari, P.D. 2015. Tingkat Work Life Balance Ditinjau Dari Big Five Personality. (Skripsi). Fakultas Psikologi Universitas Surabaya, Surabaya.

Scholarios, Dora &Marks, A. 2004. Work Life Balance and Software Worker. Journal of

Human Resources Management, 14(2), 54-74.

Shobita, P. & Sudarsan, N. 2014. Work Life Balance : A Conceptual Review. International

Journal of Advances in Management and Economics, 3(2), 1-17.

Spreitzer, G.M. 1995. Psychological Empowerment in the Workplace: Dimension, Measurement and Validation. Journal of Academy of Management, 20(5), 1442-1465.

Styawahyuni, A., Yuniari, M.,.2014. Pengaruh Pemberdayaan Karyawan Dan Stress Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Bandung:Alfabeta

(42)

Ugboro, I. 2006. Organizational Commitment, Job Redesign, Employee Empowerment and Intent to Quit among Survivors of Restructuring and Downsizing.(Skripsi). State University, North Carolina.

Westman, M., Brough, P., & Kalliath. 2009. Expert Commentary on Work Life Balance and Crossover of Emotions and Experiences: Theoretical and Practices Advancements.

Journal of Organizational Behavior, 30(5), 581-585.

Wessels, C. 2012. Getting Engaged: It’s More than Saying “Yes” to Your Organization The Effect of Work Engagement on Work Life Balance and Job Satisfaction and the Moderating Role of Flexible Working. (Thesis). School of Management Erasmus University, Rotterdam.

Widhiarso, W. 2010. Uji Linieritas Hubungan. Diakses dari www.widhiarso.staff.ugm.ac.id (29 Desember 2016)

Widyaningrum, P. 2015.Pengaruh Kepuasan Kerja, Keadilan Organisasi dan Pemberdayaan

Karyawan Terhadap Komitmen Organisasi pada PT. Sinarmas. (Tesis). Universitas

Atma Jaya, Yogyakarta.

W.S., C., Oktorina, M., &Mulia, I. Pengaruh Konflik Pekerjaan dan Konflik Keluarga Terhadap Kinerja dengan Konflik Pekerjaan Keluarga sebagai Intervening Variabel.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Identifikasi Variabel dan Definisi Operasional

1. Identifikasi Variabel

Menurut Sugiyono (2012) variabel penelitian adalah suatu atribut atau sifat, nilai dari

orang, obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Pada penelitian ini terdapat dua variabel

yaitu variabel bebas (independent) dan variabel terikat (dependent). Variabel bebas adalah

psychological empowerment dan variabel terikat nya adalah work life balance.

2. Definisi Operasional

a. Psychological Empowerment

Psychological empowerment adalah keadaan ketika karyawan merasa mampu

memahami makna pekerjaan, percaya terhadap kemampuan yang dimiliki dalam

menyelesaikan pekerjaan, memiliki kendali penuh dalam menentukan metode bekerja dan

dapat memberikan pengaruh dalam hal strategi pengoperasian kerja.

Psychological empowerment seorang karyawan diukur dengan skala dari Spreitzer

(1995) yang meliputi empat dimensi. Pertama, dimensi meaning yaitu ketika ia sudah

memahami pekerjaan apa yang harus ia lakukan. Kedua, dimensi competence yaitu ketika

seorang karyawan menggunakan keahlian yang dimilikinya untuk menyelesaikan tugas yang

diberikan. Ketiga, dimensi self determination yaitu ketika karyawan memutuskan sendiri

metode apa yang ia pakai untuk menyelesaikan tugas yang diberikan. Keempat, dimensi impact

yaitu ketika ide karyawan diterima oleh karyawan lain ketika menyelesaikan suatu tugas.

(44)

Sebaliknya, semakin rendah skor psychological empowerment maka karyawan kurang

empowered.

b. Work Life Balance

Work life balance adalah pemahaman karyawan mengenai tidak adanya konflik antara

kehidupan pekerjaan dan keluarga yang tampak dalam kemampuan karyawan menggunakan

jam kerja yang fleksibel untuk berkomitmen dengan hal lain diluar pekerjaan seperti keluarga,

hobi, seni dan studi.

Work life balance dapat diukur dengan mengembangkan konsep empat dimensi yang

dibuat oleh Fisher, Bulger & Smith (2009) yang meliputi WIPL (Work Interference With

Personal Life), PLIW (Personal Life Interference With Work) yaitu keadaan ketika karyawan

tidak, PLEW (Personal Life Enhancement Of Work), dan WEPL (Work Enhancement Of

Personal Life). Semakin tinggi skor work life balance maka karyawan lebih menyeimbangkan

peran nya ditempat kerja dan diluar pekerjaan. Sebaliknya, semakin rendah skor work life

balance maka karyawan kurang menyeimbangkan peran nya di tempat kerja maupun luar

pekerjaan.

B. Populasi, Sampel, dan Metode Pengambilan Sampel 1. Populasi

Menurut Sugiyono (2012) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek

atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti

untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah

pegawai kantor Bupati Serdang Bedagai, Sei Rampah, Sumatera Utara yang terdiri dari 11

Dinas/Bagian.

(45)

Menurut Sugiyono (2010) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai

pada kantor Bupati Serdang Bedagai, Sei Rampah, Sumatera Utara. Azwar (2007) mengatakan

bahwa statistik menggangap jumlah sampel lebih dari 60 orang sudah cukup banyak. Sampel

dalam penelitian ini adalah 186 orang. Adapun teknik pengambilan sampel yang digunakan

dalam penelitian ini adalah accidental sampling yaitu memilih siapa saja yang ditemui.

(Sugiyono, 2010).

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara-cara yang dipergunakan dalam

pengumpulan data. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer yaitu data

yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat

pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari (Azwar, 2012).

Salah satu cara mengambil data menurut Azwar (2012) adalah menggunakan metode skala

yaitu perangkat pernyataan yang disusun untuk mengungkap atribut tertentu melalui respon

terhadap pernyataan tersebut. Oleh sebab itu, penelitian ini menggunakan metode skala sebagai

cara untuk mengambil data.

1. Skala Psychological Empowerment

Data dikumpulkan dengan cara memberikan kuisioner langsung kepada subjek

penelitian. Kuisioner menggunakan skala yang diadaptasi dari Spreitzer (1995) yang meliputi

empat dimensi yaitu meaning, competence,self determination dan impact. Kuisioner

menggunakan skala Likert yang terdiri dari lima rentang pilihan jawaban yaitu STS (Sangat

Tidak Setuju), TS (Tidak Setuju), N (Netral), S (Setuju), dan SS (Sangat Setuju). Rentang skor

yang diberikan adalah 1 sampai 5. Pada aitem favorable, skor yang diberikan adalah STS = 1,

(46)

STS = 5, TS = 4, N = 3, S = 2, SS = 1. Berikut ini dilampirkan blueprint dari skala psychological

Data dikumpulkan dengan cara memberikan kuisioner langsung kepada subjek

penelitian. Kuisioner menggunakan skala yang mengembangkan konsep empat dimensi yang

dibuat oleh Fisher, Bulger & Smith (2009) yang meliputi WIPL (Work Interference With

Personal Life), PLIW (Personal Life Interference With Work), PLEW (Personal Life

Enhancement Of Work), dan WEPL (Work Enhancement Of Personal Life). Rentang skor yang

diberikan adalah 1 sampai 5. Pada aitem favorable, skor yang diberikan adalah STS = 1, TS =

2, N = 3, S = 4, SS = 5. Sebaliknya, pada aitem unfavorable, skor yang diberikan adalah STS

= 5, TS = 4, N = 3, S = 2, SS = 1. Berikut ini dilampirkan blueprint dari skala work life balance.

Tabel 2.

Blue print Skala Work Life Balance

(47)

2 Personal Life Interference With Work

33,21,3,15,25 20,35,16,4,22 10

3 Personal Life Enhancement Of Work

Sugiyono (2012) menyatakan bahwa suatu alat ukur dikatakan valid apabila alat ukur

tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur. Validitas yang digunakan dalam penelitian

ini adalah validitas isi yaitu mengukur sejauh mana aitem-aitem di dalam tes dapat mencakup

keseleruhan objek yang hendak di ukur. Pengujian validitas isi menggunakan analisis rasional

atau dengan pendapat dari para ahli di bidang tersebut. Teknik yang dilakukan untuk pengujian

validitas isi adalah professional judgement yaitu melakukan bimbingan dengan dosen

pembimbing.

2. Daya Diskriminasi Aitem

Menurut Azwar (2010), uji daya diskriminasi aitem dilakukan untuk melihat sejauh mana aitem dapat membedakan antara individu atau kelompok yang tidak memiliki atribut

dengan yang memiliki atribut yang akan diukur. Pengujian daya diskriminasi aitem dilakukan

dengan komputasi korelasi antara distribusi antar skor skala itu sendiri dengan menggunakan

teknik korelasi Pearson Correlation dengan bantuan komputasi program SPSS version 17.00

for Windows. Adapun kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi aitem menggunakan

batasan rix ≥ 0.30. Namun jika jumlah aitem yang valid tidak memenuhi jumlah yang

diinginkan, maka peneliti dapat mempertimbangkan untuk menurunkan batasan kriteria

(48)

3. Reliabilitas Alat Ukur

Sugiyono (2012) menyatakan bahwa suatu alat ukur dikatakan reliabel ketika alat ukur

tersebut jika digunakan untuk mengukur objek yang sama selama berulang kali akan

menghasilkan data yang sama. Pengujian reliabilitas alat ukur dengan internal consistency

dilakukan dengan mencobakan instrumen sekali saja kepada subjek (Sugiyono, 2012). Azwar

(2000) mengatakan bahwa pengujian ini menggunakan Alpha Cronbarch. Reliabilitas dapat

dikatakan memuaskan ketika koefisiennya mencapai 0.90.

E. Hasil Analisa Alat Ukur

1. Hasil Analisa Skala Psychological Empowerment

Uji daya diskriminasi aitem dan reliabilitas skala penelitian dihitung dengan

menggunakan SPSS version 17.00 for Windows. Hasil analisa skala psychological

empowerment menunjukkan bahwa terdapat 15 aitem yang diterima karena telah memenuhi

kriteria pemilihan aitem dengan koefisien korelasi diatas 0,30. Koefisien reliabilitas yang

diperoleh sebesar 0.852. Sedangkan terdapat 21 aitem yang dinyatakan gugur dari keseluruhan

jumlah aitem yang digunakan pada uji analisis yakni 36 aitem. Berikut ini dilampirkan blue

print skala psychological empowerment setelah membuang aitem yang gugur.

Tabel 3.

Blue print Skala Psychological Empowerment setelah analisa

(49)

2. Hasil Analisa Skala Work Life Balance

Hasil analisa skala work life balance menunjukkan bahwa terdapat 17 aitem yang

diterima karena telah memenuhi kriteria pemilihan aitem dengan koefisien korelasi diatas 0,30.

Sedangkan terdapat 23 aitem yang dinyatakan gugur dari keseluruhan jumlah aitem yang

digunakan pada uji analisis yakni 40 aitem. Koefisien reliabilitas yang diperoleh sebesar 0.789.

Berikut ini dilampirkan blue print skala work life balance setelah membuang aitem yang gugur.

Tabel 4.

Blue print Skala Work Life Balance setelah analisa

No ASPEK

2 Personal Life Interference With Work

15,21 20 3

3 Personal Life Enhancement Of Work

Prosedur pelaksanaan penelitian terbagi menjadi beberapa tahap sebagai berikut :

1. Tahap Persiapan

(50)

Pada tahap ini peneliti mulai merancang alat ukur yang didasarkan pada teori yang

sudah dijelaskan sebelumnya. Skala tersebut terdiri dari skala psychological empowerment dan

skala work life balance. Skala psychological empowerment dibuat berdasarkan

dimensi-dimensi dari Spreitzer (1995) yang terdiri dari 36 aitem. Sedangkan skala work life balance

dibuat berdasarkan dimensi-dimensi dari Fisher, Bulger&Smith (2009) yang terdiri dari 40

aitem. Penyusunan alat ukur dimulai dengan membuat blue print kemudian meminta penilaian

professional judgement kepada dosen pembimbing agar dapat menilai kesesuaian aitem-aitem

yang telah dibuat oleh peneliti.

b. Uji Coba Alat Ukur

Uji coba alat ukur dilakukan untuk mendapatkan alat ukur yang memiliki validitas dan

reliabilitas yang baik. Uji coba alat ukur ini menggunakan metode try out terpakai sehingga

peneliti hanya menyebar skala sekali saja kepada subjek penelitian. Tujuan metode ini adalah

untuk menghemat waktu pengumpulan data. Kemudian skala psychological empowerment dan

skala work life balance disebar pada pegawai kantor Bupati Serdang Bedagai, Sei Rampah,

Sumatera Utara yang berjumlah 186 orang. Setelah itu, peneliti mengumpulkan kembali

skala-skala tersebut agar dapat dilakukan analisa.

Analisa dilakukan secara kuantitatif menggunakan SPSS version 17.00 for Windows

agar dapat mengetahui daya diskriminasi aitem dan nilai reliabilitas skala. Kriteria yang

digunakan untuk pemilihan aitem adalah koefisien korelasi yang berada di atas 0.30.

Aitem-aitem yang memiliki koefisien korelasi di atas 0.30 akan dianggap memuaskan. Hasil uji

reliabilitas yang didapat pada skala psychological empowerment sebesar 0,852 dan reliabilitas

pada skala work life balance sebesar 0,789. Hasil tersebut menunjukkan bahwa kedua skala

tersebut cukup baik untuk dapat digunakan menjadi alat ukur.

Sebelum peneliti melakukan penyebaran skala, terlebih dahulu peneliti mencari

(51)

peneliti memutuskan bahwa yang akan menjadi subjek penelitian adalah pegawai yang bekerja

di Kantor Bupati Serdang Bedagai, Sei Rampah, Sumatera Utara. Kemudian peneliti mencari

informasi mengenai hal-hal yang dibutuhkan agar dapat melakukan penelitian di sana. Setelah

itu, peneliti menyusun beberapa kelengkapan yaitu surat izin, print out proposal dan CD

proposal penelitian kemudian memberikannya kepada Kantor Bupati Serdang Bedagai, Sei

Rampah, Sumatera Utara.

c. Pengurusan Surat Izin Penelitian

Peneliti mencari perusahaan yang sesuai untuk dijadikan populasi kemudian menyebarkan

skala. Kemudian peneliti akan mempersiapkan surat-surat dan kelengkapan yang diperlukan

sebagai syarat untuk mengambil data di perusahaan kemudian memberikan surat-surat tersebut

kepada perusahaan.

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada 24 Oktober 2016. Penyebaran skala dilakukan pada 16

pegawai di setiap dinas yakni Dinas PU Bina Marga, Badan Kepegawaian Daerah, Badan

Pembangunan dan Perencanaan Daerah, Dinas Inspektorat, Badan Pemberdayaan Masyarakat

dan Pemberdayaan Desa, Dinas Perhubungan, Dinas Kesehatan, Dinas PPKA, Dinas

Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Lingkungan Hidup dan Dinas Pendidikan dan

Pengajaran. Kemudian penyebaran skala dibantu oleh pegawai yang merupakan perwakilan

dari Kantor Bupati Serdang Bedagai, Sei Rampah, Sumatera Utara dan setelah 10 hari, peneliti

mengambil seluruh skala yang sudah terisi.

G. Metode Pengolahan Data

Tujuan analisis ini adalah melihat hubungan positif psychological empowerment

terhadap work life balance, melihat pengaruh dan seberapa besar pengaruh yang diberikan.

Oleh karena itu uji statistik yang digunakan adalah Analisis Regresi Sederhana yakni suatu

(52)

(Sugiyono, 2012). Metode analisis linier sederhana dapat dilakukan dengan bantuan SPSS

version 17.00 for Windows. Sebelum menganalisis data, maka terlebih dahulu dilakukan uji

asumsi terhadap variabel-variabel penelitian menurut Sugiono (2012) yang meliputi :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui apakah variabel terikat

(work life balance) dan variabel bebas (psychological empowerment) terdistribusi secara

normal. Uji ini menggunakan teknik One-Sample Kolmogorov Smirnov. Suatu data

dikatakan terdistribusi normal apabila nilai p>0.05.

2. Uji Linearitas

Uji linearitas merupakan uji yang dilakukan dengan tujuan mengetahui apakah variabel

bebas (psychological empowerment) dan variabel terikat (work life balance) mempunyai

hubungan yang linear atau tidak secara signifikan. Uji ini dilakukan menggunakan analisis

(53)

BAB IV

ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

Bab ini berisi uraian mengenai keseluruhan hasil penelitian yang telah dilakukan.

Pembahasan akan dimulai dengan memberikan gambaran umum mengenai subjek penelitian

kemudian diikuti dengan hasil penelitian.

A. Analisa Data

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah pegawai kantor Bupati Serdang

Begadai, Sei Rampah, Sumatera Utara yang berjumlah 186 orang yang teridiri dari 11

Dinas/Bagian. Dari 186 orang diperoleh beberapa hasil gambaran umum subjek sebagai berikut

:

1. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Tabel berikut ini berisi gambaran subjek berdasarkan jenis kelamin :

Tabel 5.

Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah (N) Persentase (%)

Laki-Laki 115 61.8

Perempuan 71 38.2

(54)

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa karya laki-laki sebanyak 115 orang

(61,8%) dan pegawai perempuan sebanyak 71orang (43,2%). Jadi dapat dikatakan bahwa

mayoritas subjek berjenis kelamin laki-laki.

2. Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Subjek penelitian dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok berdasarkan usia yaitu

dewasa awal dan dewasa madya. Individu termasuk kelompok dewasa awal jika berusia 20-40

tahun. Sedangkan individu termasuk kelompok dewasa madya jika berusia 41-59 tahun. Tabel

berikut ini berisi gambaran subjek berdasarkan usia :

Tabel 6.

Gambaran Umum Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Usia (Tahun) Jumlah (N) Persentase (%)

20-40 138 74.1

41-59 48 25.9

Total 186 100

Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pegawai yang dapat dikelompokkan menjadi

dewasa awal berjumlah 138 orang (74,1%). Sedangkan pegawai yang dapat dikelompokkan

menjadi dewasa madya berjumlah 48 orang (25,9%). Jadi dapat dikatakan bahwa mayoritas

subjek berada pada usia 20-40 tahun.

3. Gambaran Umum Subjek Peneltian berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Terakhir

Subjek penelitian dapat dikelompokkan menjadi tujuh kelompok berdasarkan latar

belakang pendidikan terakhir yaitu SMP, SMA, Diploma 1, Diploma 3, Diploma 4, Strata 1

dan Strata 2.

(55)

Gambaran Umum Subjek Peneltian berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Terakhir

Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase (%)

SMP 1 1.86

SMA 20 10.75

D1 1 1.86

D3 10 5.37

D4 1 1.86

S1 120 64.51

S2 33 17.74

Jumlah 186 100

Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa pegawai dapat dikelompokkan menjadi beberapa

jenis tingkat pendidikan. dewasa awal berjumlah 138 orang (74,1%). Pada tingkat SMP ada

satu orang (1.86%), SMA sebanyak 20 orang (10.75%), D1 sebanyak satu orang (1.86) orang,

D3 sebanyak 10 orang(5.37%), D4 sebanyak satu orang (1.86%), S1 sebanyak 120 orang

(64.51%) dan S2 sebanyak 33 orang (17.74%). Jadi dapat disimpulkan bahwa mayoritas subjek

penelitian memiliki pendidikan terakhir Strata 1.

4. Gambaran Umum Subjek Peneltian berdasarkan Dinas/Bagian

Subjek penelitian dapat dikelompokkan dalam 11 Dinas/Bagian berdasarkan data dari

Kantor Bupati Serdang Bedagai, Sei Rampah, Sumatera Utara yaitu Dinas PU Bina Marga,

Badan Kepegawaian Daerah, Badan Pembangunan dan Perencanaan Daerah, Dinas

Inspektorat, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Desa, Dinas Perhubungan,

Dinas Kesehatan, Dinas PPKA, Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil, Badan Lingkungan

(56)

Tabel 8.

Gambaran Umum Subjek Peneltian berdasarkan Dinas/Bagian

Dinas/Bagian Jumlah

Dinas Pendidikan dan Pengajaran 16

Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda)

16

Badan Kepegawaian Daerah 16

Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset (DPPKA)

16

Badan Pemberdayaan Masyarakat dan

Pemberdayaan Desa (BPMPD)

16

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil (Capil) 16

PU Bina Marga 16

Bedagai, Sei Rampah, Sumatera Utara. Masing-masing dinas dan bagian terdiri dari 16 subjek

penelitian dengan persentase sebesar 8.66%.

5. Gambaran Umum Subjek Peneltian berdasarkan Pangkat

Subjek penelitian dapat dikelompokkan dalam tiga kelompok berdasarkan pangkat nya

(57)

Tabel 9.

Gambaran Umum Subjek Penelitian berdasarkan Pangkat

Pangkat Jumlah (orang) Persentase (%)

Pengatur 25 13.44

Penata Muda 134 72.04

Pembina 27 14.51

Jumlah 186 100

Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa berdasarkan pangkat, pegawai dapat

dikelompokkan menjadi pengatur, penata muda dan Pembina. Pada pangkat pengatur, terdapat

25 orang (13.44%), pangkat penata muda terdapat 134 orang (72.04%) dan pembina sebanyak

27 orang (14.51%). Jadi dapat dikatakan bahwa mayoritas subjek penelitian memiliki pangkat

penata muda.

6. Gambaran Umum Subjek Peneltian berdasarkan Golongan

Subjek penelitian dapat dikelompokkan dalam sebelas kelompok berdasarkan golongan

nya yaitu golongan IIA, IIB, IIC, IID, IIIA, IIIB, IIIC, IID, IVA, IVB dan IVC.

Tabel 10.

Gambaran Umum Subjek Peneltian berdasarkan Golongan Golongan Jumlah (orang) Persentase (%)

IIA 4 2.15

IIB 6 3.22

IIC 14 7.52

IID 2 1.07

(58)

IIIB 29 15.60

IIIC 41 22.04

IIID 22 11.80

IVA 15 8.06

IVB 11 5.91

IVC 1 1.86

Jumlah 186 100

Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa berdasarkan golongannya, pegawai pada

golongan IIA sebanyak 4 orang (2.15%), IIB sebanyak 6 orang (3.22%), IIC sebanyak 14 orang

(7.52%), IID sebanyak dua orang (1.07%), IIIA sebanyak 41 orang (22.04%), IIIB sebanyak

29 orang (15.60%), IIIC sebanyak 41 orang (22.04%), IIID sebanyak 22 orang (11.80%), IVA

sebanyak 15 orang (8.06%), IVB sebanyak 11 orang (5.91%) dan IVC sebanyak 1 orang

(1.86%). Jadi dapat dikatakan bahwa mayoritas subjek memiliki golongan IIIA dan IIIC.

7. Gambaran Umum Subjek Peneltian berdasarkan Status Pegawai

Subjek penelitian dapat dikelompokkan dalam dua kelompok berdasarkan status nya

yakni belum menikah atau menikah.

Tabel 11.

Gambaran Umum Subjek Penelitian berdasarkan Status Pegawai

Status Pegawai Jumlah (orang) Persentase (%)

Belum menikah 23 12.36

Menikah 163 87.63

(59)

Pada tabel diatas, dapat dilihat bahwa jumlah pegawai yang belum menikah sebanyak

23 orang (12.36%) dan yang menikah sebanyak 163 orang (87.63%). Jadi dapat disimpulkan

bahwa mayoritas subjek penelitian sudah menikah.

2. Hasil Uji Asumsi Penelitian

Berikut ini akan diuraikan mengenai gambaran hasil uji asumsi. Uji asumsi dilakukan

sebelum melakukan analisis data menggunakan uji korelasi. Uji asumsi yang digunakan pada

penelitian ini adalah uji normalitas dan uji linearitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data tersebar secara

normal. Pengukuran uji normalitas ini menggunakan uji Kolmogorov Smirnov dengan bantuan

SPSS 17.00. Suatu data dikatakan terdistribusi secara normal apabila p>0.05.

Tabel 12.

Hasil Uji Asumsi Normalitas

Variabel Z Ρ Keterangan

Psychology empowerment 0.787 0.565 Sebaran normal

Work life balance 1.075 0.198 Sebaran normal

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai signifikansi variabel psychological

empowerment adalah 0,565 dan nilai signifikansi variable work life balance adalah 0.198. Hasil

ini menunjukkan bahwa nilai signifikansi kedua variabel tersebut lebih besar dari 0,05. Oleh

karena itu dapat dikatakan bahwa data terdistribusi secara normal.

b. Uji Linearitas

Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah variabel bebas yaitu psychological

(60)

atau tidak. Uji ini dilakukan dengan menggunakan analisis statistik uji F dengan bantuan

program SPSS 17.00. Menurut Widhiarso (2010) data dikatakan linear apabila nilai

siginifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0.05) dan nilai deviasi lebih besar dari 0.05. Berikut ini

adalah hasil dari uji linearitas :

Tabel 13.

Hasil Uji Asumsi Linearitas

ANOVA Table

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

wlb * pe Between Groups (Combined) 1095.074 31 35.325 1.373 .108

Linearity 253.739 1 253.739 9.861 .002

Deviation from Linearity 841.335 30 28.045 1.090 .356

Within Groups 3962.582 154 25.731

Total 5057.656 185

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai deviasi sebesar 0.356 yakni lebih besar dari

0.05 dan nilai signifikansi kedua variabel adalah 0,002 yakni lebih kecil dari 0,05 maka dapat

dikatakan bahwa psychological empowerment dan work life balance memiliki hubungan yang

linear.

B. Hasil Analisa Data Utama

Berikut adalah uraian beberapa hasil analisa data utama :

1. Regresi

Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan positif antara dua variabel yaitu

psychological empowerment dan work life balance, melihat pengaruh dan seberapa besar

(61)

Serdang Bedagai, Sei Rampah, Sumatera Utara. Oleh karena itu penelitian ini menggunakan

metode analisis regresi sederhana dengan bantuan program SPSS 17.00. Berikut hasil dari uji

regresi sederhana :

Berdasarkan tabel 14 dapat dilihat bahwa nilai F = 9.719 dan p = 002. Jika nilai p<0.05

maka dapat dikatakan bahwa terdapat pengaruh antara psychological empowerment dan work

(62)

Pada tabel 15 dapat dilihat bahwa nilai koefisien determinan (R square) sebesar 0.050.

Hal ini menunjukkan bahwa psychological empowerment memberikan sumbangan 5% dalam

menimbulkan work life balance pada pegawai.

Tabel 16.

dilambangkan dengan Y dan psychological empowerment dilambangkan dengan X, a

merupakan harga konstan ketika X = 0 dan b merupakan koefisien regresi yang menunjukkan

peningkatan atau penurunan variabel tergantung yang didasarkan pada perubahan variabel

bebas.

Pada tabel 16 menunjukkan bahwa persamaan garis regresi yang diperoleh adalah

Y=36.576+0.173X. Persamaan tersebut menunjukkan bahwa nilai konstanta sebesar 36.576,

berarti bahwa apabila psychological empowerment (X) memiliki nilai 0 maka work life balance

memiliki nilai positif sebesar 36.576. Koefisien regresi variabel psychological empowerment

(X) memiliki nilai 0.173. Hal ini berarti bahwa apabila psychological empowerment mengalami

(63)

0.173. koefisien positif memiliki arti bahwa terdapat hubungan positif dan juga pengaruh pada

psychological empowerment terhadap work life balance.

a. Gambaran nilai empirik dan nilai hipotetik variabel

1. Gambaran nilai empirik dan nilai hipotetik psychological empowerment

Skala psychological empowerment terdiri dari 15 aitem dengan lima pilihan jawaban

yang bergerak dari satu sampai lima. Berikut adalah gambaran skor empirik dan hipotetik

seperti di bawah ini :

Tabel 17.

Gambaran Nilai Empirik dan Hipotetik Psychological Empowerment N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Empirik 186 29 67 49.74 6.75

Hipotetik 186 15 75 45 10

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor perbandingan mean empirik dan mean

hipotetik dari variabel psychological empowerment yang menunjukkan μE>μH yaitu 49.74>45 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor psychological empowerment pada responden

penelitian berada pada kategori sedang.

2. Gambaran nilai empirik dan nilai hipotetik work life balance

Skala work life balance terdiri dari 17 aitem dengan lima pilihan jawaban yang bergerak

dari satu sampai lima. Berikut adalah gambaran skor empirik dan hipotetik seperti di bawah ini

Tabel 18.

(64)

Empirik 186 29 58 45.38 5.29

Hipotetik 186 17 85 51 11.33

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh skor perbandingan mean empirik dan mean

hipotetik dari variabel work life balance yang menunjukkan μE<μH yaitu 45.38<51 sehingga dapat disimpulkan bahwa skor work life balance pada subjek penelitian berada pada kategori

rendah.

2. Kategorisasi Data Penelitian

Pengkategorisasian hasil penelitian dilakukan berdasarkan pada asumsi bahwa skor

subjek penelitian terdistribusi secara normal (Azwar,2000). Kategori hasil penelitian dibagi

menjadi tiga yaitu rendah, sedang, dan tinggi. Berikut adalah norma yang digunakan :

Tabel 19. Norma Skor

Kategorisasi Rentang Nilai

Rendah X < (μ -1.0 SD)

Sedang (μ -1.0 SD) ≤ X ≤ (μ +1.0 SD)

Tinggi X > (μ +1.0 SD)

(i) Kategorisasi Data Penelitian Psychological Empowerment

Berdasarkan deskripsi nilai hipotetik seperti pada tabel 17 maka dapat dihitung norma

kategorisasi jenjang. Berikut adalah tabel kategorisasi variabel psychological empowerment :

Tabel 20.

Kategorisasi Variabel Psychological Empowerment

(65)

<42.99 Rendah 28 15.05

42.99-56.49 Sedang 129 69.35

>56.49 Tinggi 29 15.60

Total 186 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pegawai yang memiliki psychological

empowerment dengan kategori tinggi sebesar 15.60%, kategori sedang sebesar 69,35%, dan

kategori rendah sebesar 15.05%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian

tertinggivariabel psychological empowerment berada pada kategori sedang sebanyak 129 orang

(69.35%).

(ii)Kategorisasi Data Penelitian Work Life Balance

Berdasarkan deskripsi dari nilai hipotetik yang dapat dilihat pada tabel 18 maka berikut

adalah hasil dari kategorisasi work life balance.

Tabel 21.

Kategorisasi Variabel Work Life Balance

Rentang Nilai Kategorisasi Jumlah (orang) Persentasi (%)

<40.16 Rendah 35 18.82

40.16– 50.60 Sedang 124 66.66

>50.60 Tinggi 27 14.52

Total 186 100

Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa pegawai yang mengalami atau memiliki

work life balance dengan kategori tinggi sebesar 14.52%, kategori sedang sebesar 66.66%, dan

kategori rendah sebesar 18.82%. Oleh karena itu, dapat disimpulkan bahwa subjek penelitian

(66)

C. Pembahasan

Hasil utama penelitian yang dilakukan pada pegawai Kantor Bupati Serdang Bedagai,

Sumatera Utara menunjukkan bahwa ada hubungan positif antara psychological empowerment

dan work life balance. Hasil penelitian tersebut sesuai dengan hipotesis yang diajukan yaitu

terdapat hubungan positif antara psychological empowerment dan work life balance. Hal ini

sejalan dengan Akda (2012: Wessels, 2013) yang menemukan adanya hubungan positif antara

psychological empowerment dan work life balance. Menurut Sugiyono (2010) nilai r yang

positif menunjukkan pola hubungan yang searah atau positif pada kedua variabel. Hubungan

positif pada kedua variabel tersebut ditunjukkan dengan nilai korelasi 0.224. Artinya, semakin

pegawai mengalami kenaikan skor psychological empowerment akan menyebabkan kenaikan

skor pada work life balance. Hal ini juga didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh

Asarkarya, Cigdem dan Irmak Erdogan (2014) yang mengungkapkan hasil serupa yaitu

terdapat hubungan positif antara psychological empowerment dan work life balance.

Kemudian diperoleh juga hasil penelitian yakni besaran pengaruh yang diberikan oleh

psychological empowerment terhadap work life balance dengan nilai R square 0.050. Hal ini

berarti psychological empowerment memberikan kontribusi sebesar 5% terhadap

pembentukan work life balance pegawai. Terdapat beberapa alasan yang dapat menerangkan

mengapa nilai korelasi antar variabel dikatakan rendah. Pertama, faktor yang mempengaruhi

psychological empowerment adalah faktor individual dan faktor organisasional. Faktor

individual meliputi jenis kelamin, tingkat pendidikan, tingkat jabatan, locus of control dan

masa kerja. Pada responden penelitian, terdapat variasi tingkat pendidikan yakni dari SMA

(Sekolah Menengah Atas) sampai Strata II dan tingkat jabatan yang berbeda mulai dari

Pengatur sampai Pembina. Sedangkan faktor organisasional meliputi ketidakjelasan peran,

akses untuk informasi dan sumber daya, dukungan sosial dan iklim kerja. Berdasarkan data

(67)

beberapa kantor yang tidak memiliki alat bantu kerja seperti mesin printer dan mesin fotokopi

sehingga dibutuhkan waktu yang lebih lama untuk menyelesaikan tugas-tugas yang berkaitan

dengan kesekretariatan. Ketiga, berkaitan dengan iklim kerja, beberapa bagian digabungkan

dalam sebuah ruangan sehingga ruangan menjadi lebih sempit dan kurang nyaman untuk

bekerja.

Kemudian berdasarkan gambaran nilai empirik, skor empirik work life balance pada

responden tergolong rendah. Salah satu dimensi pembentuk work life balance adalah PLIW

yaitu personal life interference with work yakni sejauh mana kehidupan pribadi mengganggu

pekerjaan. Pada fenomena penelitian, mayoritas pegawai sudah menikah yang berarti pegawai

sudah memiliki peran dan tanggung jawab lain selain pekerjaan yakni kehidupan keluarga nya.

Hal ini mungkin mampu mewakili alasan mengapa skor empirik work life balance pegawai

(68)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini akan diuraikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan diikuti

dengan pemberian saran metodologis dan saran praktis untuk penelitian selanjutnya.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka dapat diambil kesimpulan

antara lain :

1. Terdapat hubungan positif antara psychological empowerment dan work life balance pada

pegawai Kantor Bupati Serdang Bedagai, Sei Rampah, Sumatera Utara. Hal ini memiliki

arti bahwa semakin tinggi psychological empowerment yang dirasakan oleh pegawai maka

semakin tinggi work life balance pegawai tersebut.

2. Berdasarkan kategorisasi data psychological empowerment, pegawai Kantor Bupati,

Serdang Bedagai, Sei Rampah, Sumatera Utara termasuk dalam kategori sedang.

3. Berdasarkan kategorisasi data work life balance, pegawai Kantor Bupati, Serdang Bedagai,

Sei Rampah, Sumatera Utara termasuk dalam kategori sedang.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang telah diuraikan

diatas, maka peneliti memberikan beberapa saran, yaitu saran metodologis dan saran praktis

sebagai berikut :

1. Saran Metodologis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti dapat memberikan

saran metodologis yaitu bagi peneliti yang akan mengangkat tema psychological empowerment

(69)

2. Saran Praktis

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka peneliti dapat memberikan

saran praktis yaitu dikarenakan skor work life balance pada pegawai tergolong rendah

sebaiknya instansi memberikan reward pada pegawai yang masih harus bekerja diluar jam

(70)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Psychological Empowerment

Conger dan Kanungo (1988: Ugboro, 2006) mendefinisikan empowerment sebagai

proses untuk menambah kemampuan diri karyawan dengan cara mengindentifikasikan kondisi

yang cenderung melemahkan karyawan kemudian memperbaikinya dengan cara

menggabungkan praktek formal organisasi dan teknik informal yang terbukti dapat menambah

informasi tentang peningkatan kemampuan individu. Moye dan Hekin (2006: Dehkordi, 2011)

menyatakan bahwa inti dari konsep empowerment merupakan bentuk kekuatan dan efektivitas

organisasi yang menjadi semakin berkembang sebagai hasil dari pembagian otoritas dan

kontrol oleh atasan kepada bawahannya. Pembagian otoritas dan kontrol tersebut menjadi suatu

metode untuk meningkatkan kemampuan pengambilan keputusan pada tingkatan rendah di

dalam organisasi dan memperkaya pengalaman kerja karyawan.

Conger dan Kanungo (1988:Spreitzer, 1995) menyatakan bahwa pemberdayaan

karyawan tidak hanya dipandang sebagai suatu pemberian delegasi namun juga lebih kepada

cara untuk memampukan karyawan dalam melakukan pekerjaannya. Pemberian delegasi dan

wewenang akan membantu karyawan untuk menjadi lebih berani mengambil keputusan dalam

kegiatan bekerja. Moye dan Henkin (2006: Dekhordi, 2011) juga menambahkan bahwa

pemberdayaan karyawanpenting karena merupakan suatu metode yang dapat meningkatkan

kemampuan dalam pengambilan keputusan secara mandiri kemudian dapat digunakan untuk

(71)

Menurut Meyerson, Shauna & Kline (2007) psychological empowerment

menitikberatkan terhadap pemberdayaan karyawan pada keadaan psikis nya sehingga ia

mampu memahami kompetensi dan meningkatkan kapabilitasnya. Jha (2010) juga

menambahkan bahwa psychological empowerment merupakan konsep karyawan juga memiliki

kekuatan. Spreitzer (1995) mengungkapkan bahwa psychological empowerment ada ketika

karyawan memiliki kendali atas kehidupan kerja mereka. Bandura (1986: Jha, 2010)

menyatakan seseorang yang percaya bahwa lingkungan sekitar nya cukup kondusif dan

terkontrol akan lebih termotivasi untuk memaksimalkan kemampuannya, lebih berlatih dalam

mengembangkan kemampuannya dan kemungkinan akan tercapainya sukses pun lebih besar.

Thomas dan Velthouse (1990:Spreitzer, 1995) menyatakan bahwa psychological

empowerment sebagai konsep yang lebih luas sebagai motivasi intrinsik yang termanifestasi

dalam empat refleksi kognisi individu dalam peran kerja mereka di perusahaan yaitu meaning,

competence (sinonim dengan konsep self efficacy oleh Kanungo), self determination dan

impact.

Jadi, psychological empowerment adalah keadaan ketika karyawan merasa mampu

memahami makna pekerjaan , percaya terhadap kemampuan yang dimiliki dalam

menyelesaikan pekerjaan, memiliki kendali penuh dalam menentukan metode bekerja dan

dapat memberikan pengaruh dalam hal strategi pengoperasian kerja.

1. Dimensi Psychological Empowerment

Spreitzer (1995) dalam penelitiannya merumuskan empat dimensi penting yang

membentuk konstruksi psychological empowerment yaitu :

(72)

Perasaan yang dialami seseorang ketika sudah berhasil memahami pekerjaan dan aktivitas

yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaanya. Pada dimensi ini seseorang akan

menghargai dan memahami arti nilai tujuan pekerjaannya sesuai dengan idealisme dan

standar yang telah ditetapkan secara pribadi oleh dirinya sendiri.

b. Kompetensi (Competence)

Kompetensi merupakan rasa percaya seseorang terhadap kemampuan diri sendiri untuk

melakukan suatu pekerjaan dengan menggunakan keahlian yang ia miliki. Kompetensi

dapat dianalogikan sebagai keyakinan karyawan, penguasaan pribadi atau usaha untuk

melakukan pekerjaan sesuai dengan apa yang menjadi ekspektasinya.

c. Determinasi diri (Self-determination)

Determinasi diri merupakan keadaan ketika seseorang merasa memiliki kontrol terhadap

pilihan dalam memulai dan mengatur pekerjannya sendiri. Dimensi ini juga mengarah

kepada refleksi dari autonomi individu dalam perilakunya untuk memulai, melanjutkan

pekerjaan dan menjalani proses kerja. Determinasi diri dalam pekerjaan dapat dilihat

ketika membuat keputusan sendiri mengenai metode kerja yang akan digunakan,

kecepatan kerja, dan berbagai usaha yang akan dilakukan.

d. Pengaruh (Impact)

Impact merupakan tingkatan dimana seseorang dapat memberikan pengaruh dalam hal

strategi, administrasi, atau pengoperasian hasil kerja di perusahaan.

Meyerson, Shauna & Kline (2007) menyatakan bahwa psychological empowerment pada

karyawan berhubungan erat dengan seberapa besar kompetensi dan kemampuan seseorang

merasa cocok dengan lingkungan kerja yang telah diberdayakan. Adapun ciri-ciri

karyawan yang merasa lebih berkompetensi atas kemampuannya untuk menjalankan

pekerjaan antara lain :

(73)

2) Lebih berkomitmen secara afektif terhadap organisasi

3) Memiliki intensitas rendah untuk keluar dari organisasi

4) Menunjukkan performa kerja yang lebih positif

B. Work Life Balance

Konflik pekerjaan dan keluarga dapat ditimbulkan akibat adanya tekanan dalam

lingkungan kerja dan lingkungan keluarga (Lathifah, 2008). Hal ini sejalan dengan Frame dan

Hartog (2003: Moedy, 2011) bahwa work life balance berarti karyawan dapat dengan bebas

menggunakan jam kerja yang fleksibel untuk menyeimbangkan pekerjaan atau karyanya

dengan komitmen lain seperti keluarga, hobi, seni, studi dan tidak hanya fokus terhadap

pekerjaannya. Scholarious dan Marks (2004) menambahkan bahwa work life balance memiliki

konsekuensi penting bagi sikap karyawan terhadap organisasi mereka serta untuk kehidupan

karyawan. Pengertian work life balance berbeda berdasarkan pemahaman perusahaan dan

pemahaman karyawan.

Menurut karyawan, work life balance adalah pilihan mengelola kewajiban kerja dan

pribadi atau tanggung jawab terhadap keluarga. Sedangkan dalam pandangan perusahaan, work

life balance adalah tantangan untuk menciptakan budaya yang mendukung di perusahaan

dimana karyawan dapat fokus pada pekerjaaan mereka sementara di tempat kerja (Lockwood,

2003).

Jadi, work life balance adalah pemahaman karyawan mengenai tidak adanya konflik

antara kehidupan pekerjaan dan keluarga yang tampak dalam kemampuan karyawan

menggunakan jam kerja yang fleksibel untuk berkomitmen dengan hal lain diluar pekerjaan

seperti keluarga, hobi, seni dan studi. Menurut Fisher (2009: Novelia, Sukhirman & Hatana,

2013) work life balance merupakan stressor kerja yang meliputi empat komponen penting,

(74)

a. Waktu

Hal ini termasuk banyaknya waktu yang digunakan untuk bekerja dibandingkan dengan

waktu yang digunakan untuk aktivitas lain diluar pekerjaan.

b. Perilaku

Hal ini meliputi adanya tindakan untuk mencapai tujuan yang diinginkan berdasarkan pada

keyakinan seseorang bahwa ia mampu mencapai apa yang ia inginkan dalam pekerjaannya

dan tujuan pribadinya.

c. Ketegangan (strain)

Hal ini termasuk kecemasan, tekanan, kehilangan aktivitas penting pribadi dan sulit

mempertahankan atensi.

d. Energi

Energi merupakan sumber yang terbatas dalam diri manusia sehingga apabila individu

kekurangan energi untuk melakukan aktivitas, maka dapat meningkatkan stress.

1. Dimensi Work life Balance

Fisher, Bulger & Smith (2009) menyatakan work life balance memiliki empat dimensi

pembentuk, yaitu :

a. WIPL (Work Interference With Personal Life)

Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat mengganggu kehidupan pribadi

individu, misalnya bekerja dapat membuat seseorang sulit mengatur waktu untuk

kehidupan pribadinya.

b. PLIW (Personal Life Interference With Work)

Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi individu mengganggu

kehidupan pekerjaannya, misalnya apabila individu memiliki masalah di dalam kehidupan

pribadinya akan mengganggu konsentrasi ketika bekerja.

(75)

Dimensi ini mengacu pada sejauh mana kehidupan pribadi seseorang dapat meningkatkan

performa individu dalam dunia kerja, misalnya apabila individu merasa senang karena

kehidupan pribadinya menyenangkan maka suasana hati individu pada saat bekerja

menjadi menyenangkan.

d. WEPL (Work Enhancement Of Personal Life)

Dimensi ini mengacu pada sejauh mana pekerjaan dapat meningkatkan kualitas kehidupan

pribadi individu, misalnya keterampilan yang diperoleh individu pada saat bekerja

memungkinkan individu untuk memanfaatkan keterampilan tersebut dalam kehidupan

sehari-hari.

C. Faktor-faktor yang mempengaruhi Work Life Balance

Berikut ini adalah beberapa faktor yang mungkin saja mempengaruhi work life balance

seseorang yakni :

a. Kepribadian

Menurut Schabracq, Winnubst dan Coope (2003: Novelia, Sukhirman dan Hatana,

2013) setiap karyawan memiliki perbedaan karakteristik kepribadian masing-masing.

Hasil penelitian oleh Devadoss dan Minnie (2013) menunjukkan bahwa tipe

kepribadian agreeableness dan neuroticsm berpengaruh terhadap pembentukan work

life balance. Hal ini juga didukung oleh hasil penelitian Sari (2015) yang menunjukkan

bahwa tipe kepribadian agreeableness dan neuroticsm memiliki hubungan positif

terhadap work life balance.

b. Komitmen organisasi

Menurut Grawitch, Gottschalk dan Munz (2006) work life balance memberikan

kontribusi terhadap keterikatan karyawan dan komitmen organisasi. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian oleh Novelia, Sukhirman dan Hatana (2013) bahwa adanya

Gambar

Tabel 1.
Tabel 3.
Tabel 4.
Gambaran Umum Subjek Peneltian berdasarkan Latar Belakang Pendidikan Terakhir
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam hal ini, dapat dikatakan bahwa pegawai tersebut memiliki tipe active work-life balance, dimana tipe ini menitikberatkan pada penggunaan peran atau

Berdasarkan hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa work-family conflict prajurit wanita TNI-AL di Surabaya berada pada kategori sedang, work life balance

Karyawan yang bekerja dalam suatu perusahaan tidak mendapatkan dukungan supervisor dan Work Life Balance, kebanyakan dari mereka akan merasa tidak puas dengan

Hipotesis dalam penelitian ini yaitu ada hubungan negatif antara beban kerja dengan work-life balance pada pegawai negeri sipil wanita, yang dapat di artikan bahwa semakin

Dapat disimpulkan bahwa tingkat optimisme dan work life balance tidak memiliki pengaruh terhadap munculnya stres kerja pada driver Gojek wanita di Grup Gojek

Beban kerja dan jumlah waktu yang digunakan untuk bekerja dapat mempengaruhi. keseimbangan kehidupan

Saya hanya menggunakan keahlian saya untuk pekerjaan yang

Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) work-life balance terbukti positif berpengaruh namun tidak signifikan terhadap kinerja karyawan, (2) work-life balance