PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP
PENGEMBANGAN BAMBU DI KABUPATEN PEKALONGAN
MENURUT PERSPEKTIF GENDER
SUKMANDARI HERSANDINI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
ABSTRAK
SUKMANDARI HERSANDINI. Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender. Dibimbing oleh LETI SUNDAWATI.
Pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan merupakan salah satu upaya pengelolaan hutan rakyat yang ditempuh pemerintah daerah untuk membantu meningkatkan pendapatan masyarakat dan melestarikan salah satu jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) unggulan di kabupaten tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Penelitian dilakukan di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen terhadap 73 rumah tangga petani peserta program pengembangan bambu dengan komposisi responden 12 orang laki-laki dan 61 orang perempuan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui tingkat persepsi laki-laki baik dan perempuan sangat baik. Karakteristik responden yang berkorelasi dengan persepsi laki-laki secara signifikan adalah jumlah anggota keluarga, dan persepsi perempuan berkorelasi dengan pekerjaan, pendapatan, dan kontribusi bambu bagi pendapatan. Tingkat sikap masyarakat laki-laki termasuk kategori baik dan perempuan termasuk kategori sangat baik. Karakteristik luas lahan yang dimiliki mempengaruhi pembentukan sikap laki-laki secara signifikan, sedangkan untuk perempuan tidak ada karakteristik responden yang mempengaruhi sikap secara signifikan.
Kata kunci: bambu, gender, persepsi, sikap
ABSTRACT
SUKMANDARI HERSANDINI. People’s Perception and Attitude about Bamboo’s Development in The Regency of Pekalongan with Gender Perspective. Supervised by LETI SUNDAWATI.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Manajemen Hutan
PERSEPSI DAN SIKAP MASYARAKAT TERHADAP
PENGEMBANGAN BAMBU DI KABUPATEN PEKALONGAN
MENURUT PERSPEKTIF GENDER
SUKMANDARI HERSANDINI
DEPARTEMEN MANAJEMEN HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
Judul Skripsi : Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender
Nama : Sukmandari Hersandini NIM : E14100036
Disetujui oleh
Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop Pembimbing
Diketahui oleh
Dr Ir Ahmad Budiaman, MScFTrop Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Mei 2014 ini ialah perspektif gender dalam pengelolaan hutan, dengan judul Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan Menurut Perspektif Gender.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Dr Ir Leti Sundawati, MScFTrop selaku pembimbing, serta pihak lain yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada bapak, ibu, seluruh keluarga, serta teman-teman atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Kerangka Pikir 2
Tujuan Penelitian 3
Manfaat Penelitian 3
METODE 3
Alat dan Bahan Penelitian 3
Pemilihan Daerah Contoh dan Jumlah Responden 3
Jenis Data yang Dikumpulkan 4
Uji Validitas dan Reliabilitas 4
Pengolahan dan Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 8
Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Pekalongan 8
Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan 9
Karakteristik Responden 12
Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu 15 Hubungan antara Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan
Bambu 18
Karakteristik Responden yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Masyarakat
terhadap Pengembangan Bambu 18
SIMPULAN DAN SARAN 20
Simpulan 20
Saran 21
DAFTAR PUSTAKA 21
LAMPIRAN 23
DAFTAR TABEL
1 Tingkat Reliabilitas Metode Alpha Cronbach 4
2 Skor pertanyaan pada persepsi 5
3 Kategori tingkat persepsi 5
4 Skor pertanyaan pada sikap 6
5 Kategori tingkat sikap 6
6 Data dan pengolahan karakteristik responden 7
7 Luasan hutan rakyat tahun 2009−2013 di Kabupaten Pekalongan 8 8 Luasan lahan kritis tahun 2009 dan 2013 di Kabupaten Pekalongan 9 9 Sebaran potensi bambu di Kabupaten Pekalongan 10
10 Distribusi responden berdasarkan umur 12
11 Distribusi responden berdasarkan pendidikan 13
12 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga 13 13 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama 14 14 Distribusi responden berdasarkan luas lahan yang dimiliki 14 15 Distribusi responden berdasarkan pendapatan per tahun 15 16 Distribusi responden berdasarkan kontribusi bambu bagi pendapatan 15 17 Tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut
jenis kelamin 16
18 Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu 16 19 Tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut
jenis kelamin 17
20 Rata-rata tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu 17 21 Korelasi persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu 18 22 Karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi 19 23 Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap 20
DAFTAR GAMBAR
1 Kerangka pikir penelitian 2
2 Bambu di pekarangan rumah 9
3 Bambu di pinggiran sungai 9
4 Kegiatan pelatihan usaha ekonomi produktif/kreatif berbasis kehutanan
bagi masyarakat di sekitar hutan 11
5 Kegiatan keterampilan para ibu dalam memanfaatkan bambu 12
DAFTAR LAMPIRAN
1 Sebaran luasan hutan rakyat beserta jenis tanamannya di Kabupaten
Pekalongan tahun 2013 23
2 Lahan kritis Kabupaten Pekalongan tahun 2013 24
3 Peta Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan tahun
2013 25
4 Jenis bambu di Indonesia beserta kegunaannya 26
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Hutan merupakan sumberdaya alam berupa hamparan lahan dengan didominasi pohon yang saling berinteraksi satu sama lain. Semakin pesatnya laju pertumbuhan penduduk membuat laju kerusakan hutan semakin meningkat, untuk itu dibutuhkan sebuah pengelolaan hutan yang lebih baik dan lestari agar fungsi hutan tetap terjaga. Pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan dalam hal ini melalui Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Kehutanan (DPPK) khususnya sub bidang kehutanan terus melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Adapun salah satu cara yang dilakukan dengan pengembangan hutan rakyat di 19 kecamatan yang ada. Upaya pengembangan hutan rakyat ini sejalan dengan pendapat Suharjito (2000) bahwa beberapa faktor yang mendorong budidaya hutan rakyat di Jawa adalah faktor ekologis, ekonomi, dan budaya.
Hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan mampu mengurangi laju kerusakan hutan dan lahan di Kabupaten Pekalongan terlihat dari kenaikan luasan hutan rakyat sebesar 2% pada lima tahun terakhir, tahun 2009 luasnya sebesar 17 993.45 ha menjadi 18 360.31 ha pada tahun 2013. Megalina (2009) berpendapat bahwa hutan rakyat sebagai alternatif untuk mengatasi masalah lahan kritis dan meningkatkan pendapatan masyarakat, dalam pengelolaannya masih dilakukan secara sederhana dan belum memperhatikan prinsip ekonomi sehingga manfaat yang diperoleh belum optimal, karena lebih mengandalkan faktor alam dengan teknik budidaya yang minim serta kurang memperhatikan kelestarian hasil.
Pengelolaan hutan rakyat hingga kini terus dibenahi, dikembangkan dan ditingkatkan oleh Pemerintah daerah Kabupaten Pekalongan. Berbagai program terkait pengembangan hasil hutan juga terus dijalankan, seperti yang sedang berjalan sekarang yaitu pengembangan bambu. Pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan merupakan langkah strategis yang diambil karena potensi bambu yang masih baik dan bambu mempunyai berbagai manfaat. Bambu selain dikenal sebagai tanaman pencegah erosi juga dapat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat dengan menjadikannya sebagai bahan baku berbagai jenis kerajinan, dan apabila dikembangkan lebih jauh tanaman bambu dapat dijadikan sebagai komoditas substitusi kayu, rotan, dan plastik. Program ini didorong juga dengan adanya rencana pembentukan sentra Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) 2013 wilayah kerja BPDAS Pemali Jratun yang menjadikan Kabupaten Pekalongan dan Kabupaten Demak sebagai sentra HHBK bambu di Jawa Tengah.
2
Kerangka Pikir
Semakin pesatnya kenaikan laju kerusakan hutan di Kabupaten Pekalongan mendorong Pemerintah daerah melakukan upaya rehabilitasi hutan dan lahan. Dalam hal ini banyak dibangun dan dikembangkan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan dengan sistem pengelolaan hutan yang lestari. Berbagai program pengembangan hasil hutan juga terus dilaksanakan yang salah satunya adalah pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan.
Demi keberlangsungan program ini diperlukan peran serta masyarakat yang dilihat menurut perspektif gender, demi terwujudnya pengelolaan hutan rakyat dan pembangunan kehutanan yang berkeadilan gender. Analisis persepsi dan sikap laki-laki dan perempuan dilihat berdasarkan karakteristik responden berupa umur, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, pekerjaan, luas lahan yang dimiliki, pendapatan keluarga, dan kontribusi bambu bagi pendapatan keluarga. Berdasarkan pemikiran ini dapat dibentuk kerangka pemikiran secara sederhana yang ditunjukkan pada Gambar 1.
Gambar 1 Kerangka pikir penelitian Peningkatan Laju Kerusakan Hutan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan Hutan Rakyat
Pengelolaan Hutan Rakyat Pemanfaatan Hasil Hutan
Program Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (Bambu)
Pemerintah Masyarakat
Laki-laki Perempuan
Karakteristik responden
Persepsi Persepsi
Sikap Sikap
3 Tujuan Penelitian
Menganalisis persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menurut perspektif gender, dan menganalisis hubungan karakteristik responden dengan persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan.
Manfaat Penelitian
1. Sebagai bahan masukan, pertimbangan, dan memberikan gambaran tindakan bagi para pengambil keputusan dalam program pengembangan bambu yang berwawasan gender.
2. Menyediakan data terpilah jenis kelamin sebagai acuan untuk menyusun program-program selanjutnya dalam pengelolaan hutan rakyat yang responsif gender.
3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya.
METODE
Alat dan Bahan Penelitian
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner sebagai interview guide disertai alat tulis dan alat rekam untuk wawancara di lapangan, kamera untuk keperluan dokumentasi, kalkulator, laptop, Microsoft Excel, IBM SPSS (Statistical Program for Social Science) Statistics 22 dan Microsoft Word untuk pengolahan data.
Pemilihan Lokasi dan Jumlah Responden
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai bulan Juni 2014 di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa lokasi tersebut merupakan salah satu desa sasaran program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dengan potensi bambu yang masih cukup baik. Sasaran penelitian ini yaitu rumah tangga petani peserta program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan, yang terdiri dari petani dan pengrajin bambu. Sampel yang diteliti terdiri dari laki-laki dan perempuan dengan jumlah yang dihitung berdasarkan metode Slovin (Rahayu 2005), yaitu dengan rumus:
N Keterangan: n = n = jumlah sampel 1+Ne² N = jumlah populasi
4
Jumlah populasi petani dan pengrajin bambu laki-laki dan perempuan keseluruhan (N) sebanyak 267 jiwa, maka diperoleh nilai n sebesar 72.75 atau 73 orang untuk keseluruhan responden laki-laki dan perempuan. Jumlah responden laki-laki (n1) dan responden perempuan (n2) ditentukan secara random berdasarkan perbandingan komposisi laki-laki 45 orang dan perempuan 222 orang (17 : 83) di daerah tersebut, sehingga didapatkan nilai n1 sebanyak 12 orang dan n2 sebanyak 61 orang.
Jenis Data yang Dikumpulkan
Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian, yaitu: jenis data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari responden melalui wawancara, yang terdiri dari:
Identitas responden (nama, jenis kelamin, umur, agama, pendidikan, pekerjaan dan jumlah anggota keluarga, pendapatan, kontribusi bambu terhadap pendapatan)
Persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan (Pengenalan dan pengetahuan bambu, manfaat bambu bagi kehidupan masyarakat, pengembangan bambu)
Sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan (ketertarikan, kesetujuan, dukungan, dan kesediaan untuk dilibatkan dalam program pengembangan bambu)
Saran terhadap pengembangan bambu dan pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan.
Sedangkan data sekunder diperoleh dari dokumen, arsip, laporan dari instansi dan pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Data yang diambil berupa kondisi umum lokasi penelitian, data potensi bambu, sebaran hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan dan data-data lainnya.
Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dan reliabilitas dilakukan sebelum kuisioner digunakan di lapangan untuk menentukan keabsahan dan konsistensi alat ukur/kuisioner yang digunakan dalam penelitian ini, sehingga dapat digunakan berulang-ulang kepada kelompok yang sama dan hasil data yang sama. Uji reliabilitas menggunakan metode koefisien alpha cronbach pada software SPSS 17.0 (Sarwono 2006). Jika ri positif dan nilainya mendekati 1 (mempunyai alpha cronbach lebih dari 0.6) maka pengukuran yang digunakan reliabel (Tabel 1).
Tabel 1 Tingkat reliabilitas metode alpha cronbach
5 Berdasarkan hasil uji validitas dan reliabilitas menggunakan program IBM SPSS (Statistical Program for Social Science) Statistic 22, diketahui dari 10 pertanyaan penduga persepsi jumlah pertanyaan yang valid sebanyak 7 pertanyaan dengan nilai reliabilitas (Cronbach’s Alpha) sebesar 0.591 sehingga dapat disimpulkan pertanyaan tersebut valid dan cukup reliabel. Adapun untuk pertanyaan penduga sikap dari 6 pertanyaan jumlah pertanyaan yang valid adalah 4 pertanyaan dengan nilai reliabilitas sebesar 0.747 sehingga pertanyaan penduga sikap tersebut dapat disimpulkan valid dan reliabel.
Pengolahan dan Analisis Data
Dalam penelitian ini dilakukan beberapa tahapan pengolahan dan analisis data:
1. Sistem pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan
Data yang didapatkan diolah dan dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabulasi untuk mendapatkan gambaran sistem pengelolaan hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan.
2. Pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan
Data yang didapatkan diolah dan dianalisis secara deskriptif disajikan dalam bentuk tabulasi dan gambar untuk mendapatkan gambaran program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan.
3. Persepsi masyarakat menurut perspektif gender
Persepsi masyarakat laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan diukur berdasarkan jumlah skor dari 7 pertanyaan persepsi dalam kuisioner dengan menggunakan skala Likert. Skor dari masing-masing pertanyaan tertera pada Tabel 2 dan untuk mengkategorikan tingkat persepsinya bisa dilihat pada Tabel 3.
Tabel 2 Skor pertanyaan pada persepsi
Kategori Skor
Tabel 3 Kategori tingkat persepsi
Kategori Skor 4. Sikap masyarakat menurut perspektif gender
masing-6
masing pertanyaan tertera pada Tabel 4 dan untuk mengkategorikan tingkat persepsinya bisa dilihat pada Tabel 5.
Tabel 4 Skor pertanyaan pada sikap
Kategori Skor
Setuju Ragu-ragu Tidak Setuju
3 2 1
Tabel 5 Kategori tingkat sikap
Kategori Skor
Sangat baik Baik Cukup Tidak baik Sangat tidak baik
10.4 ≤ X < 12.0 8.8 ≤ X < 10.4 7.2 ≤ X < 8.8 5.6 ≤ X < 7.2 4 ≤ X < 5.6 5. Karakteristik responden
7 Tabel 6 Data dan pengolahan karakteristik responden
Variabel Kategori Skor Dasar pengukuran
Umur (tahun)
Ibu/Bapak rumah tangga 1
Sebaran contoh
6. Uji korelasi dan hubungan antar peubah
8
kualitatif. Pada analisis kuantitatif digunakan uji korelasi peringkat Spearman untuk melihat besarnya hubungan antar peubah yang digunakan dalam menduga karateristik responden yang mempengaruhi tingkat persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan. Digunakan program Microsoft Excel dan IBM SPSS Statistics 22.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengelolaan Hutan Rakyat di Kabupaten Pekalongan
Hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan kondisinya 5 tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang cukup baik seperti yang tertera pada Tabel 7. Hutan rakyat tersebut tersebar di 19 kecamatan, yaitu: Bojong, Buaran, Doro, Kajen, Kandangserang, Karanganyar, Karangdadap, Kedungwuni, Kesesi, Lebakbarang, Paninggaran, Petungkriyono, Siwalan, Sragi, Talun, Tirto, Wiradesa, Wonokerto, dan Wonopringgo. Tabel 7 memperlihatkan bahwa dari tahun 2009 luas hutan rakyat 17 933.45 ha dan menjadi 18 360.31 ha pada tahun 2013.
Tabel 7 Luasan hutan rakyat tahun 2009−2013 di Kabupaten Pekalongan Tahun Luas hutan rakyat (ha) Persentase kenaikan (%)
2009 17 993.45
2010 19 096.24 5.77
2011 18 089.77 -5.56
2012 18 167.31 0.43
2013 18 360.31 1.05
Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
9 Tabel 8 Luasan lahan kritis tahun 2009 dan 2013 di Kabupaten Pekalongan
Kondisi Tahun Perubahan
2009 2013
Sangat kritis (ha) 733.02 0 -733.02
Kritis (ha) 2316.67 607.430 -1709.24
Agak kritis (ha) 4184.89 9105.267 4920.40
Potensial kritis (ha) 8329.19 9452.023 1122.80
Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
Hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan pada umumnya memiliki pola tanam sistem agroforestri, di mana tidak hanya ditanami dengan jenis kayu-kayuan saja namun di bawahnya juga ditanami dengan jenis tanaman seperti ketela pohon, jagung, lengkuas, dan nilam. Jenis pohon yang ditanam kebanyakan merupakan jenis yang cepat tumbuh seperti sengon, ada pula jenis yang menghasilkan buah dan HHBK lain seperti durian, petai, rambutan, jengkol, bakau, pinus, dan damar, serta beberapa juga ada yang menanam jenis mahoni, suren, dan jati. Manfaat dari hutan rakyat di Kabupaten Pekalongan ini bisa langsung dirasakan oleh masyarakat, selain hasilnya dijual untuk menambah pendapatan juga bisa digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Pengembangan Bambu di Kabupaten Pekalongan
Bambu merupakan tanaman masyarakat Indonesia yang sudah dikenal secara luas dan memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Bambu juga memiliki sifat-sifat yang baik untuk dimanfaatkan, antara lain batangnya kuat, ulet, lurus, rata, keras, mudah dibelah, mudah dibentuk dan mudah dikerjakan serta ringan sehingga mudah diangkut. Selain itu, bambu juga relatif murah dibandingkan dengan bahan bangunan lain karena banyak ditemukan di sekitar pemukiman pedesaan (Rahmawati 2009). Gambar 2 dan 3 memperlihatkan lokasi tanaman bambu di Kabupaten Pekalongan yang berada di pekarangan rumah dan di pinggiran sungai.
10
2012 tanggal 28 Desember 2012 tentang Penetapan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) Unggulan di Kabupaten Pekalongan, yaitu: durian, getah pinus, jamur tiram, dan bambu. Adanya program ini selain bertujuan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dari hasil budidaya bambu baik berupa penjualan langsung maupun hasil olahan kerajinan bambu, juga demi menyukseskan rencana pembentukan sentra bambu di Kabupaten Pekalongan. Berikut data sebaran potensi bambu di Kabupaten Pekalongan tertera pada Tabel 9.
Tabel 9 Sebaran potensi bambu di Kabupaten Pekalongan Kecamatan
Karanganyar 683.6 Lokal 4150
Kandangserang 30.0 Lokal 500
Paninggaran 45.0 Lokal 500
Doro 40.0 Lokal 500
Lebak Barang 40.0 Lokal 500
Petung Kriyono 25.0 Lokal 500
Jumlah 993.6 8150
Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
Perkiraan potensi bambu yang cukup baik untuk meningkatkan perekonomian masyarakat baik dalam produksi maupun memasarkan bambu dan produk olahan bambu lainnya di Kabupaten Pekalongan, jika dilihat dari perkiraan produksi 8150 batang/ha/tahunnya dan luas lahan bambu 993.6 ha dengan harga jual bambu Rp 7000 per batangnya, maka setiap tahun dapat diperkirakan menghasilkan pendapatan Rp 56 684 880 000. Masyarakat perlu dibekali dengan penyuluhan dan berbagai pelatihan terkait budidaya dan pembuatan olahan kerajinan bambu agar nantinya bambu bisa terus dilestarikan serta berdampak positif bagi kehidupan masyarakat. Menurut Nadeak (2009) bambu juga merupakan bahan baku yang cukup tersedia dan murah untuk membuat alat-alat dan perabotan rumah tangga, bahan bangunan, pipa untuk distribusi air, instrumen musik, dan keperluan keagamaan. Selain itu, beberapa jenis bambu merupakan tanaman hias maupun pengolah penyaring limbah dan pencegah erosi. Bambu tergolong ke dalam hasil hutan non kayu yang dapat digunakan sebagai alternatif pengganti kayu.
11
(a) (b)
Gambar 4 Kegiatan pelatihan usaha ekonomi produktif/kreatif berbasis kehutanan bagi masyarakat di sekitar hutan (a) pemaparan materi dan (b) para peserta pelatihan
Gambar 4 memperlihatkan kegiatan pelatihan usaha ekonomi produktif/kreatif berbasis kehutanan bagi masyarakat di sekitar hutan yang telah dilaksanakan pada tanggal 20 hingga 21 Mei 2014 di Hotel Indonesia Pekalongan. Materi pelatihan disampaikan oleh 3 pihak pada Gambar (a) yaitu dari DPPK Kabupaten Pekalongan, Balai pengendali pemanfaatan hasil hutan wilayah III, dan Pusat penelitian dan pengembangan keteknikan kehutanan dan pengolahan hasil hutan Bogor. Pada Gambar (b) para peserta pelatihan dibekali wawasan seputar bambu dan pelatihan usaha bambu baik kerajinan, pengawetan, hingga produk-produk kreatif bambu lain hasil penelitian badan penelitian dan pengembangan (LITBANG) seperti pembuatan bambu lamina. Pada bulan Oktober 2014 kegiatannya akan berlanjut dengan penerapan di lapangan, pemerintah akan memberikan bantuan bibit bambu kultur jaringan sebanyak 7400 bibit dan pisau pembelah bambu sebanyak 120 buah kepada beberapa desa pada kecamatan yang sebelumnya telah didata potensinya, yaitu Desa Batursari, Sengare, dan Karangasem (Kecamatan Talun), Desa Tambakroto, Kutorejo, dan Linggoasri (Kecamatan Kajen), Desa Tenogo dan Lambanggelun (Kecamatan Paninggaran), Desa Wangkelang (Kecamatan Kandangserang), Desa Gutomo dan Pedawang (Kecamatan Kesesi).
12
terutama para perempuan merasa terbantu, selain bisa menambah penghasilan juga pengalaman dan keterampilan ilmu baru seperti terlihat pada Gambar 5.
(a) (b)
Gambar 5 Kegiatan keterampilan para ibu dalam memanfaatkan bambu (a) keterampilan menyayat bambu secara manual dan (b) keterampilan menganyam bambu
Masyarakat Desa Kutorejo telah dikenal oleh masyarakat dari berbagai kecamatan terutama di Kabupaten Pekalongan sebagai pengahasil kerajinan besek yang bagus. Keluhan masyarakat akhir-akhir ini adalah semakin sulitnya mencari bahan baku dan mahalnya harga bambu tali di Desa Kutorejo sehingga menurunkan produksi besek, karena dinilai tidak sebanding dengan harga jualnya. Kondisi demikian yang menjadikan masyarakat mempunyai berbagai persepsi dan sikap akan hal ini.
Karakteristik Responden
Umur
Responden laki-laki dan perempuan di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen terdiri dari berbagai tingkatan umur. Responden laki-laki didominasi oleh kelompok umur 48 hingga 58 tahun yaitu sebesar 58.33%, sedangkan responden perempuan didominasi oleh kelompok umur 37 hingga 47 tahun sebesar 50.82%. Distribusi responden berdasarkan umur tertera pada Tabel 10.
13 Pendidikan
Pendidikan responden di Desa Kutorejo Kecamatan Kajen baik laki-laki maupun perempuan didominasi oleh kelompok dengan tingkat pendidikan terakhir SD yaitu sebesar 58.33% dan 49.18%. Distribusi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir tertera pada Tabel 11.
Tabel 11 Distribusi responden berdasarkan pendidikan Kelompok
Dalam karakteristik jumlah anggota keluarga responden laki-laki didominasi dengan 5 hingga 7 orang sebanyak 58.33%, sedangkan responden perempuan didominnasi dengan 2 hingga 4 orang sebanyak 50.82%. Distribusi responden menurut jumlah anggota keluarga tertera pada Tabel 12.
Tabel 12 Distribusi responden berdasarkan jumlah anggota keluarga Jumlah anggota keluarga
14
Tabel 13 Distribusi responden berdasarkan pekerjaan utama
Kelompok pekerjaan
Luas lahan yang dimiliki oleh responden laki-laki dan perempuan didominasi dengan 0 hingga 0.25 ha sebesar 41.67% dan 85.25%. Distribusi berdasarkan luas lahan yang dimiliki responden tertera pada Tabel 14.
Tabel 14 Distribusi responden berdasarkan luas lahan yang dimiliki
Luas lahan (ha)
15 Tabel 15 Distribusi responden berdasarkan pendapatan per tahun
Pendapatan keluarga
Responden laki-laki maupun perempuan didominasi oleh karakteristik kontribusi bambu bagi pendapatan sebesar 0 hingga 20% yaitu sebesar 91.67% dan 55.74%. Distribusi kontribusi bambu bagi pendapatan tertera pada Tabel 16.
Tabel 16 Distribusi responden berdasarkan kontribusi bambu bagi pendapatan Kontribusi bambu bagi
Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu
Persepsi
Wade dan Tavris (2007) mendefinisikan persepsi sebagai sekumpulan tindakan mental yang mengatur impuls-impuls sensorik menjadi satu pola bermakna. Persepsi terbagi kedalam persepsi obyek dan persepsi sosial, persepsi obyek diartikan sebagai kesan yang diberikan pada suatu obyek atau benda yang melibatkan proses diantaranya pemberian nama, penggambaran dan pemberian makna pada dunia di sekeliling kita.
16
yang diukur dengan skala Likert seperti yang tercantum dalam Tabel 17 dan rata-rata tingkat persepsinya tertera pada Tabel 18 dibawah ini.
Tabel 17 Tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin
Kategori Skor Laki-laki Perempuan Total
n1 % n2 % N %
Tabel 18 Rata-rata tingkat persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu
Responden Skor rata-rata Tingkat persepsi
Laki-laki 17.8 Baik
Perempuan 18.7 Sangat baik
Total 18.3 Sangat baik
Persepsi masyarakat laki-laki dan perempuan Desa Kutorejo Kecamatan Kajen terhadap pengembangan bambu di Kabupaten pekalongan dapat disimpulkan termasuk dalam kategori sangat baik dengan skor rata-rata 18.3. Namun jika dilihat menurut jenis kelamin memiliki perbedaan skor rata-rata, nilai persepsi perempuan lebih tinggi dengan skor rata-rata 18.7 termasuk dalam kategori sangat baik, dibandingkan laki-laki yang nilai skor rata-ratanya 17.8 termasuk dalam kategori baik. Simpulan ini sejalan dengan hasil penelitian Baskoro (2010) mengenai persepsi masyarakat terhadap fungsi hutan sebagai pengendali banjir, yang menyatakan bahwa faktor karakteristik responden yang mempengaruhi terhadap persepsi adalah jenis kelamin.
Umumnya masyarakat Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan menganggap bambu penting dan mempunyai dampak positif bagi kehidupannya, karena dapat menambah penghasilan dan memberikan lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu. Adanya pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dinilai dapat meningkatkan penghasilan tambahan, menambah wawasan dan pengetahuan baru terkait tanaman bambu dan berbagai kerajinannya, serta mampu memberikan lapangan pekerjaan tambahan/sambilan.
Sikap
17 affective perasaan senang atau tidak senang, dan ketiga konatif atau psikomotorik yaitu kesiapan untuk merespon.
Pengukuran tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan dilihat dari skor total 4 pertanyaan valid penduga sikap yang diukur dengan skala Likert seperti yang tercantum dalam Tabel 19 dan rata-rata tingkat sikapnya tertera pada Tabel 20 dibawah ini.
Tabel 19 Tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu menurut jenis kelamin
Kategori Skor Laki-laki Perempuan Total
n1 % n2 % N %
Tabel 20 Rata-rata tingkat sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu
Responden Skor rata-rata Tingkat sikap
Laki-laki 10.3 Baik
Perempuan 11.4 Sangat baik
Total 11.2 Sangat baik
Sikap masyarakat keseluruhan baik laki-laki maupun perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan berada pada tingkat sangat baik dengan skor rata-rata 11.2. Namun jika diliat berdasarkan jenis kelamin tingkat sikapnya berbeda antara laki-laki dan perempuan, nilai sikap perempuan lebih tinggi dengan skor rata-rata 11.4 yang termasuk dalam kategori sangat baik, dibandingkan dengan laki-laki dengan skor rata-rata 10.3 yang termasuk dalam kategori baik. Hal ini tidak sejalan dengan hasil penelitian Rahayu (2010) tentang persepsi, sikap dan perilaku masyarakat terhadap kelestarian hutan di Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor, yang menyimpulkan bahwa jenis kelamin berpengaruh negatif terhadap sikap. Hal ini bisa terjadi karena perbedaan dalam obyek yang diteliti dan karakteristik responden laki-laki dan perempuannya.
18
Hubungan antara Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu
Persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu hubungannya dilihat dengan menggunakan uji korelasi Spearman dengan taraf kepercayaan 99%, 95% dan 90%. Tabel 21 menyajikan hasil uji antara persepsi dan sikap laki-laki dan perempuan terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan.
Tabel 21 Korelasi persepsi dan sikap masyarakat terhadap pengembangan bambu
Responden Koefisien Korelasi sig. (2-tailed)
Laki-laki 0.824*** 0.001
Perempuan 0.286** 0.026
Total 0.390*** 0.001
* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.1 (2-tailed); ** Korelasi signifikan pada taraf
nyata 0.05 (2-tailed); *** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.01 (2-tailed)
Persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu berpengaruh nyata terhadap sikapnya dengan tingkat keeratan hubungan sebesar 0.824 pada laki-laki dengan taraf kepercayaan 99%, sebesar 0.286 pada perempuan dengan taraf kepercayaan 95%, dan sebesar 0.390 untuk hubungan total persepsi dan sikap responden baik laki-laki maupun perempuan dengan taraf kepercayaan 99%. Sehingga dapat disimpulkan bahwa semakin baik persepsi masyarakat terhadap pengembangan bambu, maka sikap masyarakat tersebut akan semakin baik pula terhadap pengembangan bambu.
Karakteristik Responden yang Mempengaruhi Persepsi dan Sikap Masyarakat terhadap Pengembangan Bambu
19 Tabel 22 Karakteristik responden yang mempengaruhi persepsi
Karakteristik
Tingkat pendidikan 0.044 0.892 0.179 0.168
Jumlah anggota
* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.1 (2-tailed); ** Korelasi signifikan pada taraf
nyata 0.05 (2-tailed); *** Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.01 (2-tailed)
20
Tabel 23 Karakteristik responden yang mempengaruhi sikap
Karakteristik Responden
Tingkat pendidikan -0.119 0.713 -0,075 0.566
Jumlah anggota keluarga 0.470 0.123 0,032 0.809
Pekerjaan 0.043 0.893 -0,075 0.566
Luas lahan 0.527* 0.078 0,090 0.491
Pendapatan 0.247 0.438 -0,205 0.113
Kontribusi bambu bagi
pendapatan 0.283 0.374 0,139 0.284
* Korelasi signifikan pada taraf nyata 0.1 (2-tailed)
Pada Tabel 23 terlihat untuk laki-laki karakteristik luas lahan yang dimiliki berpengaruh nyata dengan tingkat keeratan hubungan sebesar 0.527 berpengaruh terhadap pembentukan sikap. Laki-laki dengan kepemilikan lahan 0 hingga 0.25 ha, 0.51 hingga 0.75 ha, 0.76 hingga 1 ha dan lebih dari 1 ha memiliki perbedaan dalam membentuk sikapnya terhadap pengembangan bambu. Semakin luas lahan yang dimiliki membuat laki-laki mempunyai sikap lebih peduli dan mendukung adanya pengembangan bambu, karena dengan luasan lahan yang dimiliki dinilai akan membawa dampak dan hasil yang baik jika pengembangan bambu dilaksanakan. Sedangkan untuk perempuan tidak ada karakteristik responden yang berpengaruh nyata terhadap sikap secara signifikan, karena tidak adanya keragaman tingkat sikap terhadap karakteristik responden perempuan yang diuji dalam penelitian ini. Karakteristik responden yang mempengaruhi pembentukan sikap perempuan mungkin dipengaruhi oleh karakteristik lain diluar karakteristik yang diteliti.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
21 mendukung dan dilibatkan dengan program pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan, karena bagi masyarakat program ini dinilai positif dan banyak manfaat yang bisa dirasakan. Selain dapat menambah penghasilan, menambah ilmu dan wawasan baru, menambah lapangan pekerjaan, serta dapat memajukan Desa Kutorejo, Kecamatan Kajen dan Kabupaten Pekalongan.
Saran
1. Pemerintah Kabupaten Pekalongan perlu melakukan kegiatan penyuluhan kepada masyarakat peserta program pengembangan bambu untuk memberikan wawasan, motivasi dan ajakan melestarikan bambu sebagai salah satu HHBK unggulan.
2. Dalam melaksanakan program pengembangan bambu kedepannya perlu mempertimbangkan kebutuhan dari masyarakat (laki-laki dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak perlu mendapatkan tambahan penghasilan dan perempuan sebagai ibu rumah tangga perlu ditingkatkan keterampilannya) agar bisa berjalan lancar dan tepat sasaran.
3. Segera menindaklanjuti rencana pembuatan sentra bambu di Kabupaten Pekalongan agar masyarakat termotivasi menghasilkan kerajinan bambu yang lebih kreatif sehingga lebih bernilai jual, dan mempermudah pemasaran produknya.
4. Diperlukan penelitian lanjutan terkait partisipasi masyarakat terhadap pengembangan bambu di Kabupaten Pekalongan menurut perspektif gender.
DAFTAR PUSTAKA
Baron RA, Byrne D. 2004. Psikologi Sosial Jilid 1. Jakarta (ID): Erlangga.
Baskoro T. 2010. Persepsi dan sikap masyarakat Kota Jakarta terhadap fungsi hutan di daerah hulu dalam pengendalian banjir [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Megalina PI. 2009. Peran hutan rakyat dalam pereknomian masyarakat desa (studi kasus di Desa Wangunjaya Kecamatan Cugenang Kabupaten Cianjur Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nadeak NM. 2009. Deskripsi budidaya dan pemanfaatan bambu di Kelurahan Balumbang Jaya (Kecamatan Bogor Barat) dan Desa Rumpin (Kecamatan Rumpin), Kabupaten Bogor, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Nuriyatin N. 2000. Studi analisa sifat-sifat dasar bambu pada beberapa tujuan penggunaan [tesis]. Bogor (ID): Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rahayu S. 2005. Aplikasi SPSS Versi 12.00 dalam Riset Pemasaran. Bandung (ID): CV. Alvabeta
22
Caringin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Rahmawati R. 2009. Peningkatan nilai estetika anyaman bambu melalui finishing teknik batik [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Sarwono J. 2006. Analisis Data Penelitian Menggunakan SPSS 13. Bandung (ID): Andi Media.
Lampiran 1 Sebaran luasan hutan rakyat beserta jenis tanamannya di Kabupaten Pekalongan tahun 2013
Kecamatan Luas (Ha) Jumlah tanaman/Ha Jenis tanaman atas Jenis tanaman bawah
Bojong 613.080 350 Jati, mahoni, sengon Ketela pohon, jagung, lengkuas
Buaran 19.821 250 Jati, sengon Ketela pohon
Doro 2 657.446 400 Sengon, mahoni, durian, pete Ketela pohon, jagung
Kajen 2 158.666 375 Jati, mahoni, sengon Ketela pohon, jagung
Kandangserang 1 846.008 400 Sengon, suren, mahoni, pete, pinus Ketela pohon, nilam, jagung Karanganyar 2 032.232 280 Sengon, pete, durian, rambutan Ketela pohon, jagung
Karangdadap 637.657 250 Sengon, mahoni Ketela pohon
Kedungwuni 254.877 250 Sengon, mahoni Ketela pohon
Kesesi 824.603 300 Jati, mahoni, sengon Ketela pohon, jagung, lengkuas Lebakbarang 434.732 400 Sengon, pinus, durian, suren Ketela pohon, jagung
Paninggaran 3.551.844 385 Sengon, pinus, damar, suren Ketela pohon, jagung, lengkuas Petungkriyono 505.864 400 Sengon, pete, jengkol, pinus Ketela pohon, jagung, lengkuas
Siwalan 48.075 275 Sengon, bakau Ketela pohon
Sragi 190.415 280 Sengon, jati, mahoni Ketela pohon
Talun 2 196.427 400 Senngon, rambutan, durian, pete, jengkol Ketela pohon, jagung
Tirto 156.665 250 Sengon Katela pohon
Wiradesa 57.122 250 Sengon, mahoni, jati Ketela pohon
Wonokerto 39.564 280 Sengon, bakau Ketela pohon
Wonopringgo 135.215 250 Sengon, jati, mahoni Ketela pohon, jagung
JUMLAH 18 360.313
Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
24
Lampiran 2 Lahan kritis Kabupaten Pekalongan tahun 2013
Kecamatan Sangat kritis(Ha) Kritis (Ha) Agak kritis (Ha) Potensial kritis (Ha) Tidak kritis(Ha)
Bojong 99.343 4 160.961
Buaran 838.135
Doro 28.937 365.955 944.176 3 489.301
Kajen 7.573 504.824 894.465 4 182.658
Kandangserang 241.006 3 028.824 1 278.014 211.372
Karanganyar 10.440 188.865 1 150.660 3 466.485
Karangdadap 66.907 1 903.535
Kedungwuni 2 469.764
Kesesi 88.618 502.014 5 112.840
Lebakbarang 981.283 309.563 199.511
Paninggaran 235.440 2 699.114 1 087.260 76.877
Petungkriyono 52.806 665.944 1 478.107 137.912
Siwalan 56.828 2 709.430
Sragi 3 429.246
Talun 11.667 612.981 1 177.151 2 526.961
Tirto 78.941 2 019.079
Wiradesa 1 321.155
Wonokerto 679.329 1 449.569
Wonopringgo 198.406 1 746.941
JUMLAH - 587.869 9 136.408 10 001.164 41 451.732
Sumber: DPPK Kabupaten Pekalongan 2013
25
Lampiran 3 Peta Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan tahun 2013
Sumber: Buku Potensi Desa Kutorejo Kecamatan Kajen Tahun 2013
26
Lampiran 4 Jenis bambu di Indonesia beserta kegunaannya
Jenis bambu Nama botanis Kegunaan
Betung Dendrocalamus asper 1, 2, 5, 8
Andong Gigantochloa verticillata/Gigantochloa pseudo Arundinacea 1, 5, 12
Kuning Bambusa vulgaris 5, 7, 10, 16, 17
Tutul Bambusa vulgaris 2, 3, 5, 7
Hitam Gigantochloa atroviolacea 5, 7, 11
Cendani Bambusa multiplex 5, 21, 22, 24
Tamiang Schizostachyum blumei 5, 11, 13, 18
Batu Dendrocalamus strictus 6, 17
Ater Gigantochloa atter 2, 4, 5, 11, 14
Cangkoreh Dinochloa scandens 6, 16
Bali Schizostachyum brachycladum 10
Gendang Bambusa ventricosa 10
Pagar Bambusa glaucescens 1, 5, 7, 10, 12
Loleba Bambusa atra 2, 6, 10, 15
Jepang Arandinari japonica 14
Bambu Talang Schizostachyum brachycladum 2, 5, 19, 20, 23
Bambu Perling Schizostachyum zollingeri 2, 15, 18
Bambu Sian Thyrsostachys siamensisi 10,21
Bambu apus Gigantochloa apus 5, 6,11
Sumber: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keteknikan Kehutanan dan Pengolahan Hasil Hutan Bogor 2014
Keterangan kunci : 1 = bahan bangunan/konstruksi, 2 = dinding rumah, 3 = lantai rumah, 4 = alat rumah tangga, 5 = barang kerajinan, 6 = anyaman, 7 = mebel/furnitur, 8 = saluran air, 9 = penampung air, 10 = tanaman hias, 11 = alat musik, 12 = chopstick, 13 = sumpit, 14 = pagar, 15 = tali/tongkat, 16 = obat, 17 = pulp/kertas, 18 = alat pancing, 19 = rakit, 20 = ukiran, 21 = tangkai payung, 22 = pipa rokok, 23 = bahan atap, 24 = kap lampu.
Lampiran 5 Uji Validitas dan reliabilitas kuisioner
Poin pertanyaan Sig-2 Tailed Cronbach's Alpha
Persepsi 0.591
Pertanyaan 1 0.005
Pertanyaan 2 0.014
Pertanyaan 3 0.000
Pertanyaan 4 0.000
Pertanyaan 5 0.000
Pertanyaan 6 0.001
Pertanyaan 7 0.000
Sikap 0.747
Pertanyaan 1 0.000
Pertanyaan 2 0.000
Pertanyaan 3 0.000
Pertanyaan 4 0.000
28
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekalongan pada tanggal 10 November 1992 dari ayah Subandi Abdul Rozaq dan ibu Heru Syafariyah. Penulis adalah anak ketiga dari tiga bersaudara. Tahun 2004 penulis mengikuti pendidikan menengah pertama di SMP Muhammadiyah Wonopringgo Kabupaten Pekalongan, kemudian pada tahun 2007 penulis melanjutkan sekolah di SMA Muhammadiyah 1 Pekajangan di Pekalongan dan lulus di tahun 2010. Pada tahun yang sama 2010 penulis lulus seleksi Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI) dan diterima pada Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan.