• Tidak ada hasil yang ditemukan

Quantitative Modeling for Mitigation of Supply and Quality Risk on Mini Floricultures

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Quantitative Modeling for Mitigation of Supply and Quality Risk on Mini Floricultures"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

PEMODELAN KUANTITATIF

PENANGANAN RISIKO PASOKAN DAN MUTU

PADA RANTAI PASOK TANAMAN HIAS MINI

MUSLIMAH UMMY NASTITI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Pemodelan Kuantitatif Penanganan Risiko Pasokan dan Mutu pada Rantai Pasok Tanaman Hias Mini adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

RINGKASAN

MUSLIMAH UMMY NASTITI. Pemodelan Kuantitatif Penanganan Risiko Pasokan dan Mutu pada Rantai Pasok Tanaman Hias Mini. Dibimbing oleh TAUFIK DJATNA dan INDAH YULIASIH.

Tanaman hias mini merupakan komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi terutama jika diproduksi dalam bentuk unik, seperti parsel, souvenir maupun produk lainnya. Tanaman hias mini ini dapat mengalami kerusakan atau penurunan mutu karena produknya dinikmati konsumen dalam bentuk produk hidup/segar. Tesis ini memuat model kuantitatif untuk penanganan risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini, yang dapat digunakan untuk memecahkan permasalahan risiko pada komoditas agroindustri. Tahapan dalam penelitian ini adalah identifikasi dan analisis risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini dengan menggunakan fuzzy failure mode and effect analysis (fuzzy FMEA) untuk mendapatkan profil risiko, kemudian mendisain model untuk penanganan risiko pasokan dan mutu pada rantai pasok tanaman hias mini.

Anggota primer rantai pasok tanaman hias mini terdiri dari petani sebagai pemasok tanaman hias yaitu petani Ciapus dan petani Lembang, Rumah Teduh Green Souvenir sebagai industri, serta konsumen yang pada umumnya adalah event organizer, hotel, kantor, atau masyarakat/perorangan. Produk yang dihasilkan oleh Rumah Teduh adalah souvenir (ekonomis dan eksklusif), parsel, potscaping dan dishplant. Anggota sekunder rantai pasok yaitu pemasok tanaman hias jenis tertentu (yang tidak dimiliki oleh petani Lembang dan Ciapus) serta pemasok bahan pengemasan seperti plastik mika, pot (plastik dan keramik), keranjang, pasir untuk hiasan pot plastik, batu zeolit dan bahan-bahan lainnya.

Penanganan mutu produk tanaman hias mini dilakukan mulai dari penanganan mutu tanaman hias di tingkat petani sampai penanganan mutu proses dan produk di tingkat industri. Penanganan mutu tanaman di petani dilakukan untuk menghasilkan tanaman dengan standar dan kriteria yang diinginkan oleh industri yaitu bentuk dan warna menarik, dapat menampilkan bentuk mini dengan tinggi tanaman sekitar 10 cm, tanaman berpenampilan rimbun, pertumbuhan tanaman relatif lambat, mudah perawatan, relatif tahan di kondisi alam Jakarta, tahan hama penyakit, dan mudah dalam pengemasan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa risiko yang prioritas untuk ditangani di petani Ciapus adalah gangguan cuaca/iklim, kerusakan dan penurunan mutu bibit/tanaman hias saat penerimaan, keterbatasan bibit, tanaman hias dan sarana produksi, kekurangan modal, dan kekurangan persediaan tanaman hias, sedangkan di petani Lembang, risiko yang prioritas untuk ditangani adalah kekurangan modal, gangguan hama dan penyakit tanaman, kerusakan dan penurunan mutu bibit selama pembibitan dan gangguan cuaca/iklim.

Risiko pasokan dan mutu di tingkat industri yang prioritas untuk ditangani adalah perubahan jumlah permintaan, penambahan jumlah pesanan secara mendadak, mahalnya harga kemasan, tumpang tindih proses untuk pelanggan yang berbeda, kekurangan persediaan tanaman hias dan bahan penunjang, dan keterbatasan tenaga kerja.

(6)

produk dan meminimalkan biaya produksi sehingga dapat memaksimalkan keuntungan. Upaya pemenuhan permintaan produk dilakukan dengan menjamin ketersediaan pasokan bahan baku dan bahan penunjang, yaitu dengan cara meminimalkan biaya produksi dan mengoptimalkan sumberdaya yang ada, sehingga risiko-risiko pasokan dan mutu produk dapat ditangani dengan baik.

(7)

SUMMARY

MUSLIMAH UMMY NASTITI. Quantitative Modeling for Mitigation of Supply and Quality Risk on Mini Floricultures Supply Chain. Supervised by TAUFIK DJATNA and INDAH YULIASIH.

Mini floricultures are agricultural commodities that have high economic value, especially if that are produced in unique forms such as parcels, souvenirs and others. This plants can be damaged or decrease in quality since its products enjoyed by consumers in the form of live or fresh products. This thesis contains quantitative models for mitigation of supply and quality risk of mini floricultures which can be used to solve the problems of risk in agro commodities. Stages in this study were identification and analysis of risks of supply and quality of mini floricultures using fuzzy failure mode and effect analysis (fuzzy FMEA) to acquire a risk profile, and then to design models for risk mitigation of supply and quality in mini floricultures supply chain.

Primary members of the supply chain consists of Ciapus and Lembang farmers as floriculture’s suppliers, Rumah Teduh Green Souvenir as an industry, and customers in general are event organizers, hotels, offices, public, individual and so on. Products of Rumah Teduh are economical and exclusive souvenirs, parcels, pot scapings dan dishplants. Secondary members of the supply chain are the other farmers that have specific floricultures (that are not owned by Lembang and Ciapus farmers) as well as suppliers of packaging material such as mica, pot (plastic and ceramic), baskets, the sand for accessories, zeolit stones dan other materials.

Handling product quality of mini plants conducted from handling quality of plants at the farmer up the handling quality of processes and products at the industry level. Handling quality of plants at farmers aim to produce plants with desired standards and criteria by the industry which are plants have attractive shapes and colors, can display a mini form with about 10 cm tall plants, plants look lush, plant growth is relatively slow, easy maintenance, relatively resistant in conditions of Jakarta nature, pest-resistant, and easy packaging.

The results showed that the risks priorities to be addressed in Ciapus farmer were climate/weather disruption, damage to and deterioration of seeds / plants at the reception, the limitations of seedling, floricultures and cultivation facilities, lack of capital, dan shortage of stocks and supplies of mini plants, whereas in Lembang farmer, the risks priorities to be addressed were the lack of capital, attack of pests and plant diseases, damage and deterioration during seed breeding, and climate/weather disruption.

The supply and quality risks in the industry level priorities to be addressed were the change in the number of requests, increasing the number of orders unexpectedly, the high price of packaging, overlapping processes for different customers, shortage of supplies of floricultures and auxiliary materials, and manpower shortages.

(8)

existing resources, so that the risks of the supply and quality of the products can be handled well.

Completion of the model results indicate that the optimal production of 1.250 units souvenir per order and 25 units parcel per order will benefit the industry by Rp 16.250.000,00. The optimal production can be able to ensure the availability and supply of floricultures as well as ensuring the quality of products produced by utilizing the available resources efficiently and effectively.

(9)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2013

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(10)
(11)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Teknologi Industri Pertanian

PEMODELAN KUANTITATIF

PENANGANAN RISIKO PASOKAN DAN MUTU

PADA RANTAI PASOK TANAMAN HIAS MINI

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2013

(12)
(13)
(14)

Judul Tesis : Pemodelan Kuantitatif Penanganan Risiko Pasokan dan Mutu pada Rantai Pasok Tanaman Hias Mini

Nama : Muslimah Ummy Nastiti NIM : F 351090101

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi

Ketua Dr Indah Yuliasih, STP MSi Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi

Teknologi Industri Pertanian

Dr Ir Machfud, MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

(15)
(16)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah subhaanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2011 ini ialah manajemen risiko rantai pasok, dengan judul Pemodelan Kuantitatif Penanganan Risiko Pasokan dan Mutu pada Rantai Pasok Tanaman Hias Mini.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Eng Taufik Djatna, STP MSi dan Ibu Dr Indah Yuliasih, STP MSi selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Sukardi, MM yang telah banyak memberikan saran kepada penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Ibu Ir Astuti Rusmarawati dan Ibu I.G.A. Ngurah Novianti Suryakasih, SE.Ak dari Rumah Teduh-Green Souvenir serta Bapak Atim Yohana dari Chipa Kaktus Lembang dan Bapak Usman Suhendar, yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada almarhum bapak, ibu, bapak mertua dan umi, suami, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(17)
(18)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL xviii

DAFTAR GAMBAR xviii

DAFTAR LAMPIRAN xviii

1 PENDAHULAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 4

2 TINJAUAN PUSTAKA 5

Pemodelan Kuantitatif 5

Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management) 5

Manajemen Risiko Rantai Pasok 6

Risiko Pasokan (Supply Risk) 8

Risiko Mutu 8

Tanaman Hias Mini 8

Penelitian Terdahulu 10

3 METODE PENELITIAN 13 Kerangka Pemikiran 13 Tata Laksana Penelitian 13 Lokasi dan Waktu Penelitian 13 Tahapan Penelitian 13 4 LANDASAN TEORI 15 Logika Fuzzy 15 Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) 17 Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy FMEA) 18 Multi Objective Programming 20 5 HASIL DAN PEMBAHASAN 23 Struktur Rantai Pasok Tanaman Hias Mini 23 Anggota Rantai Pasok 23 Pola Aliran Rantai Pasok dan Penanganan Mutu Produk 25

Pasar Produk Tanaman Hias Mini 29

Manajemen Risiko Rantai Pasok Tanaman Hias Mini 29

Identifikasi dan Penilaian Risiko 29

Pemodelan Kuantitatif Penanganan Risiko 38

6 SIMPULAN DAN SARAN 43 Simpulan 43

Saran 43

DAFTAR PUSTAKA 45

LAMPIRAN 49

(19)

DAFTAR TABEL

1 Ringkasan penelitian terdahulu 11

2 Kategori variabel input pada fuzzy FMEA 19

3 Kategori variabel output pada fuzzy FMEA 19

4 Produk-produk Rumah Teduh - Green Souvenir 24

5 Anggota rantai pasok tanaman hias mini 26

6 Parameter fungsi keanggotaan variabel input 30 7 Parameter fungsi keanggotaan variabel output 31

DAFTAR GAMBAR

1 Prosedur penelitian 14

2 Kurva segitiga/triangular fuzzy number 16

3 Kurva trapesium/trapezoidal fuzzy number 16

4 Skema aturan fuzzy FMEA 20

5 Rantai pasok tanaman hias mini 25

6 Modifikasi kemasan sekunder tanaman hias 27

7 Proses pengemasan produk souvenir 28

8 Fungsi keanggotaan fuzzy untuk input tingkat keparahan (a),

tingkat kejadian (b) dan deteksi (c) 30

9 Fungsi keanggotaan output fuzzy RPN 33

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner untuk petani 49

2 Kuesioner untuk industri 71

3 Kombinasi basis aturan (rule) dalam fuzzy FMEA 91

4 Portopolio risiko 95

5 Jumlah permintaan produk dan pasokan tanaman ke Rumah Teduh

periode April - November 2011 101

6 Biaya produksi dan harga jual per unit produk 102 7 Hasil keluaran model penanganan risiko tanaman hias mini

(20)

1 PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman hias merupakan komoditas pertanian yang memiliki nilai ekonomis dan nilai estetika yang tinggi terutama jika diproduksi dalam bentuk dan kemasan yang unik, seperti dalam bentuk parsel, souvenir maupun produk-produk untuk hiasan indoor lainnya. Saat ini, tanaman hias sudah mengalami pengembangan dan modifikasi menjadi produk unik yang memiliki nilai tambah dan daya jual yang jauh lebih tinggi. Permintaan produk-produk unik berbahan baku tanaman hias pun saat ini semakin meningkat seiring bergesernya gaya hidup dan minat masyarakat terhadap produk-produk segar yang ramah lingkungan dan memiliki nilai estetika yang tinggi. Permintaan produk unik tersebut mendorong semakin banyaknya pihak-pihak atau agroindustri yang berinovasi untuk mengembangkan produk-produk unik berbahan baku tanaman hias. Salah satunya adalah Rumah Teduh Green Souvenir, yang memproduksi souvenir, parsel maupun produk unik tanaman hias lainnya. Peningkatan permintaan produk unik tanaman hias ke Rumah Teduh terlihat dari peningkatan omzet perusahaan mulai dari Rp 50.000.000,- sampai Rp 300.000.000,- dalam setahun, meski baru dirintis sejak tahun 2009.

Produk unik tanaman hias yang dihasilkan oleh Rumah Teduh berupa souvenir eksklusif, souvenir ekonomis, parsel, potscaping maupun dishplant. Bahan baku yang digunakan untuk produk-produk tersebut adalah tanaman hias mini, yaitu tanaman hias yang masih muda, tetapi dipertahankan tetap dalam ukuran kecil atau ukuran yang dikehendaki, dengan tinggi tanaman berukuran sekitar 5 – 25 cm (Tamam dan Soedjatmiko 2006).

Permasalahan dalam rantai pasok dan agroindustri tanaman hias mini ini adalah dari sisi budidaya di tingkat petani, sisi produksi di tingkat industri, serta struktur rantai pasok dan hubungan antar anggota rantai pasok tanaman hias. Permasalahan tersebut memberikan peluang terjadinya risiko pasokan dan mutu pada rantai pasok produk tanaman hias mini.

(21)

Pada sisi produksi di tingkat industri, proses produksi tanaman hias mini memerlukan proses yang panjang dan penanganan yang tepat sehingga menghasilkan produk dengan mutu dan kesegaran yang dapat diterima konsumen dengan baik, mengingat produk ini diterima konsumen dalam bentuk segar atau hidup. Proses produksi yang panjang ini memberikan peluang terjadinya risiko mutu seperti kerusakan tanaman hias dan kerusakan produk (tanaman patah, layu, mati, kemasan rusak dan sebagainya), akibat kesalahan atau ketidaktepatan penanganan dalam proses produksi. Oleh karena itu, proses produksi tanaman hias mini yang meliputi proses mendesain produk, proses perlakuan tanaman dan bahan penunjang, serta proses pengemasan dan pengiriman produk ke konsumen, harus dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal yang dapat menjamin mutu produk yang dihasilkan sehingga dapat memenuhi permintaan konsumen. Proses mendesain produk sebaiknya dilakukan dengan mempertimbangkan karakteristik tanaman hias, ketersediaan tanaman hias dan bahan penunjang, permintaan konsumen, pertimbangan biaya, kemudahan penanganan dan perawatan oleh konsumen serta nilai seni (artistic view) dari produk yang dihasilkan. Proses perlakuan tanaman dan bahan penunjang sebelum pengemasan meliputi pemilihan jenis tanaman hias, pemilihan pot, pemilihan media tanam yang sesuai dengan jenis tanaman serta penambahan nutrisi atau suplemen dan media khusus yang mampu menyimpan air dan menjaga kelembaban media sehingga mampu mempertahankan kesegaran produk sampai ke tangan konsumen. Proses pengemasan produk dilakukan dengan memperhatikan ketepatan waktu pengemasan, karakteristik tanaman hias, pemilihan jenis kemasan, teknik pengemasan, kemudahan perawatan oleh konsumen, dan tenaga kerja yang ada. Distribusi produk dilakukan dengan mempertimbangkan jumlah dan jenis produk yang dikirim, jenis kendaraan, jarak tempuh, waktu pengiriman produk, peluang terjadinya benturan, goncangan dan gangguan di luar perkiraan (kemacetan, gangguan kendaraan, kecelakaan, dan lainnya) untuk mencegah terjadinya kerusakan produk selama distribusi dan menjamin ketepatan pengiriman produk sampai ke tangan konsumen dengan jumlah dan jenis produk sesuai dengan permintaan.

(22)

dalam rantai pasok tanaman hias mini harus ditekan seminimal mungkin melalui suatu respon manajemen risiko agar produk yang dihasilkan memiliki mutu yang baik, sesuai dengan keinginan konsumen dan sampai ke tangan konsumen tepat waktu, sehingga memberikan keuntungan bagi semua pihak.

Respon manajemen risiko ini harus dilakukan dengan kontrol proses yang efektif dan aplikatif untuk menangani risiko, yang dimulai dari risiko dengan tingkat prioritas paling tinggi. Respon manajemen untuk penanganan risiko ini dapat dimodelkan menjadi suatu pemodelan kuantitatif penanganan risiko pasokan dan mutu produk tanaman hias mini sehingga dapat meminimalkan dan mengurangi risiko pasokan dan mutu produk, serta mampu menjamin upaya pemenuhan permintaan konsumen dengan baik. Model kuantitatif ini dimaksudkan untuk penyederhaaan masalah sehingga memudahkan para pengambil keputusan dalam memecahkan permasalahan penanganan risiko komoditas tanaman hias mini.

Penelitian ini dilakukan untuk merancang pemodelan kuantitatif bagi penanganan risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini sehingga dapat meminimalkan risiko pasokan dan mutu tanaman hias, serta dapat menjamin upaya pemenuhan permintaan konsumen. Tahapan dalam penelitian ini adalah mengidentifikasi dan melakukan penilaian risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini sehingga diperoleh profil risikonya, dan merancang pemodelan kuantitatif untuk penanganan risiko pada rantai pasok tanaman hias mini.

Perumusan Masalah

Produk yang dihasilkan oleh agroindustri tanaman hias mini dipengaruhi oleh pasokan dan mutu komoditas tanaman hias mini serta proses produksi yang dilakukan. Pasokan dan mutu tanaman hias yang mencukupi dan sesuai kriteria industri, serta proses produksi yang dilakukan dengan baik, akan menjamin industri mampu memenuhi permintaan konsumen dengan baik juga. Sebaliknya, risiko-risiko yang memungkinkan terganggunya pasokan dan mutu pada rantai pasok tanaman hias mini, akan menyebabkan industri kesulitan dalam memenuhi permintaan konsumen.

Proses budidaya tanaman hias di tingkat petani, proses produksi di tingkat industri, serta struktur rantai pasok dan hubungan antar anggota rantai pasok, memungkinkan terjadinya risiko pasokan dan mutu produk yang dihasilkan sehingga mempengaruhi kemampuan industri untuk memenuhi permintaan konsumen. Oleh karena itu, risiko pasokan dan mutu tersebut harus ditangani dengan baik melalui suatu respon manajemen risiko agar permintaan konsumen dapat dipenuhi dengan baik.

Respon manajemen risiko yang dilakukan pada penelitian ini meliputi identifikasi sumber-sumber dan kejadian risiko yang mungkin terjadi dalam rantai pasok tanaman hias mini, penilaian terhadap kejadian risiko di tingkat petani dan industri, serta penanganan risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini di tingkat industri. Pada penelitian ini, dirancang suatu model kuantitatif bagi penanganan risiko pasokan dan mutu di tingkat industri. Model kuantitatif ini dimaksudkan agar para pengambil keputusan dapat menentukan sikapnya dengan memilih penyelesaian yang terbaik dari fungsi obyektif yang digunakan untuk penanganan risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini, serta memungkinkan eksplorasi yang cepat terhadap adanya efek perubahan masukan dari fungsi obyektif tersebut.

(23)

Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mendapatkan profil risiko pada rantai pasok tanaman hias mini melalui identifikasi dan penilaian risiko pasokan dan mutu

2. Mendapatkan model kuantitatif untuk penanganan risiko pasokan dan mutu pada rantai pasok tanaman hias mini

Ruang Lingkup Penelitian

Cakupan kajian tentang manajemen risiko rantai pasok suatu produk sebenarnya sangat luas karena mencakup integrasi aliran barang dan informasi mulai dari sumber bahan baku (produsen/petani) sampai pengiriman produk ke konsumen. Mengingat cakupannya yang luas dan adanya kendala waktu, dana serta kendala lainnya, maka penelitian ini difokuskan pada perancangan model kuantitatif untuk penanganan risiko pasokan dan mutu pada rantai pasok tanaman hias mini, dengan ruang lingkup sebagai berikut :

1 Identifikasi dan penilaian risiko pasokan dan mutu pada rantai pasok tanaman hias mini di agroindustri tanaman hias mini (Rumah Teduh Green Souvenir) serta di petani pemasok tanaman hias yaitu petani Ciapus Tamansari Bogor dan petani Lembang Bandung

(24)

2 TINJAUAN PUSTAKA

Pemodelan Kuantitatif

Model didefinisikan sebagai deskripsi konseptual/matematis/numerik dari skenario fisik tertentu yang meliputi data geometris, data material, data awal maupun data pembatas (Thacker et al. 2004). Menurut Muslich (2009), model merupakan representasi dari realita. Representasi realita ini dimaksudkan sebagai penyederhanaan masalah dalam pengambilan keputusan. Model biasanya lebih abstrak dari sistem atau realita yag digambarkannya. Abstraksi dan asumsi yang dibuat dalam model, difokuskan pada elemen-elemen penting dalam sistem dan mengeliminasi detil-detil yang tidak diperlukan.

Pemodelan kuantitatif merupakan perancangan model matematika yang menyatakan hubungan antara beragam komponen dari sistem yang diamati, dalam bentuk kuantitatif, yaitu hubungan antara variabel yang dapat dikontrol (variabel keputusan) dan variabel yang tidak dapat dikontrol, dengan atau tanpa pembatas di dalamnya. Model kuantitatif ini sangat berguna bagi pengambil keputusan karena sederhana, lengkap, adaptif, mudah diubah-ubah, mudah dikomunikasikan, menghasilkan informasi yang relevan dan tepat guna untuk situasi yang sedang dipelajari bagi pengambil keputusan, serta memungkinkan pengambil keputusan untuk melakukan eksplorasi cepat dalam upaya pengambilan keputusan. Dengan demikian, model kuantitatif ini dapat dipandang sebagai model keputusan karena hasil pemecahannya dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan (Muslich 2009).

Model kuantitatif dapat dibuat untuk memecahkan permasalahan dalam upaya pengambilan keputusan penanganan risiko komoditas pertanian seperti komoditas tanaman hias. Pembuatan model kuantitatif melibatkan spesifikasi dan interaksi banyak variabel, dan untuk mendapatkan model kuantitatif ini, masalah harus dinyatakan dalam bahasa matematika. Proses penyusunan model kuantitatif dapat dibuat dalam tiga tahap yaitu studi lingkungan, formulasi dari representasi masalah, dan penyusunan formulasi yang dinyatakan dalam simbol matematika atau model matematika (Muslich 2009).

Model matematika terdiri dari model konseptual, persamaan matematika dan pemodelan data yang dibutuhkan untuk menggambarkan reality of interest. Model konseptual adalah kumpulan asumsi, algoritma, hubungan dan data yang menggambarkan reality of interest. Reality of interest yaitu aspek dunia nyata seperti unit masalah, komponen masalah, subsistem atau suatu sistem yang utuh, yang digambarkan atau diukur dan disimulasikan dalam bentuk model. Model matematika biasanya dibuat dalam bentuk persamaan diferensial, persamaan konstitutif, geometri, kondisi awal dan kondisi pembatas yang digunakan untuk menggambarkan kondisi fisik yang relevan secara matematis. Model matematika yang dibuat diimplementasikan secara numerik dalam bentuk model komputer untuk diverifikasi (Thacker et al. 2004)

Manajemen Rantai Pasok (Supply Chain Management)

(25)

pendukung lainnya) yang secara bersama-sama bekerja untuk menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai akhir. Rantai pasok ini terdiri dari seluruh tahapan yang terlibat secara langsung dalam memenuhi kebutuhan konsumen, tidak hanya meliputi pabrik (manufaktur) dan pemasok saja tetapi juga transportasi, gudang retailer dan konsumen (Chopra dan Meindl 2007). Tiga aliran yang harus dikelola dalam suatu rantai pasok adalah aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir, misalnya bahan baku yang dikirim dari supplier ke pabrik, dari pabrik ke distributor, lalu ke pengecer atau ritel, kemudian ke pemakai akhir; aliran uang dan sejenisnya yang mengalir dari hilir ke hulu, dan aliran informasi yang terjadi dari hulu ke hilir dan sebaliknya (Pujawan 2005).

Supply Chain Management (manajemen rantai pasok) menurut Stadtler (2008) didefinisikan sebagai tugas untuk mengintegrasikan unit-unit organisasi sepanjang rantai pasok dan mengkoordinasikan aliran barang, informasi dan finansial untuk memenuhi kebutuhan konsumen sehingga mampu meningkatkan daya saing rantai pasok secara keseluruhan. Dengan demikian, semua pihak yang terlibat dalam rantai pasok tersebut harus bekerjasama untuk menghasilkan produk yang murah dan berkualitas serta tepat waktu dalam pengirimannya sehingga mampu memenuhi kebutuhan konsumen (Pujawan 2005).

Manajemen rantai pasok produk pertanian berbeda dengan manajemen rantai pasok produk manufaktur karena : (1) produk pertanian mudah rusak, (2) proses penanaman, pertumbuhan dan pemanenan tergantung pada iklim dan musim, (3) hasil panen memiliki bentuk dan ukuran yang bervariasi dan (4) produk pertanian bersifat kamba sehingga sulit untuk ditangani. Seluruh faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam manajemen rantai pasok produk pertanian karena kondisi rantai pasok produk pertanian lebih kompleks serta bersifat probabilistik dan dinamis (Marimin dan Maghfiroh 2010).

Struktur rantai pasok produk tanaman hias mini sebagai produk agroindustri, memiliki keunikan yang hampir sama dengan produk pertanian lainnya. Produk agroindustri adalah produk yang dihasilkan oleh suatu perusahaan atau industri yang memproses bahan-bahan yang berasal dari tanaman atau hewan, melalui proses transformasi dan preservasi yang berupa proses perubahan fisika atau kimia, penyimpanan, pengemasan dan distribusi (Brown 1994). Pada struktur rantai pasok tanaman hias mini, petani dapat langsung menjual hasil pertaniannya ke pasar selaku ritel, sehingga memutus rantai pelaku tengkulak, manufaktur/industri dan distributor. Petani juga bisa langsung memasok hasil pertaniannya ke manufaktur/industri, dan industri juga bisa langsung memasok produknya ke pelanggan tanpa melalui distributor atau ritel (Marimin dan Maghfiroh 2010).

Manajemen Risiko Rantai Pasok

Risiko didefinisikan oleh Dani (2009) sebagai ketidakpastian yang didasarkan pada probabilitas yang terukur dengan baik (kuantitatif), atau diformulasikan dengan : risiko = (probabilitas kejadian yang mungkin terjadi) x (dampak jika kejadian tersebut terjadi). Norrman dan Jansson (2004) mendefinisikan risiko sebagai perkalian antara probabilitas suatu kejadian dengan dampak bisnisnya (severity).

(26)

suatu kejadian atau keluaran, consequences (dampak) dari sebagian kejadian atau keluaran yang terjadi dan exposure or causal pathway yang memulai kejadian, sedangkan menurut Liew dan Lee (2012), risiko rantai pasok adalah kejadian-kejadian yang sangat tidak diharapkan yang akan mengganggu kelancaran aliran bahan sepanjang rantai pasok. Risiko rantai pasok pada dasarnya merujuk pada kemungkinan dan dampak dari ketidaksesuaian antara pasokan dan permintaan. Risiko rantai pasok ini terdiri dari perbedaan dalam masalah aliran informasi, aliran bahan dan produk, mulai dari pemasok awal sampai pengiriman kepada konsumen akhir (Gaonkar dan Viswanadham 2006). Dalam suatu rantai pasok, jika satu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok, maka akan berpengaruh kepada mitra dalam rantai pasok tersebut baik secara langsung maupun tidak langsung, begitu juga dengan risiko akibat dari permasalahan tersebut, sehingga akan terjadi interaksi antar risiko yang menyebabkan kerugian (Marimin dan Maghfiroh 2010). Risiko dipacu oleh adanya ketidakpastian, sehingga risiko rantai pasok merupakan ketidakpastian atau ketidakterprediksian suatu kejadian yang dapat memberikan pengaruh pada rantai pasok dan mengarah pada kerugian (Gaonkar dan Viswanadham 2006).

Sumber dan driver risiko terdiri dari risiko sistematik (risiko yang tidak dapat dicegah) dan risiko tidak sistematik (dapat dicegah). Risiko sistematik mencakup karakteristik lingkungan, karakteristik industri, konfigurasi rantai pasok, dan anggota rantai pasok, sedangkan risiko tidak sistematik mencakup strategi organisasi, decision making unit (DMU) dan variabel problem spesifik (Ritchie dan Brindley 2009). Kategori risiko dalam rantai pasok menurut Chopra dan Sodhi (2004) yaitu disruptions, delays, system, forecast, intelectual property, procurement, receivables, inventory dan capacity. Tipe risiko dalam rantai pasok menurut Matook et al. (2009) yaitu price risk, quantity risk, quality risk, technology risk, economic risk, environmental risk, process risk, management risk, chaos risk dan inventory risk.

Tingkat risiko rantai pasok agroindustri tergantung dari jenis komoditasnya. Komoditas yang memiliki diversifikasi yang sangat tinggi akan berisiko tinggi dari sisi pasokan, dan sebaliknya. Kompleksitas akan semakin tinggi jika komoditas yang menjadi bahan baku memiliki produktivitas panen yang sangat rendah dan sumber pasokan yang terbatas. Dengan demikian, manajemen risiko sangat membutuhkan penanganan berbasis teknologi dan operasional, sehingga dapat membantu mengurangi tingkat risiko dan mengakomodir risiko sebagai bagian dari upaya efisiensi (Zsidisin 2003).

(27)

mengevaluasi apakah penanganan risiko sudah sesuai rencana misalnya sesuai dengan biaya yang diperkirakan dan jadwal yang direncanakan atau tidak.

Risiko Pasokan (Supply Risk)

Risiko pasokan (supply risk) didefinisikan sebagai terjadinya kegagalan yang signifikan dan/atau merugikan dalam suatu aliran barang dan jasa, atau kemungkinan terjadinya loss akibat tidak tersedianya bahan baku. Secara umum, definisi risiko pasokan difokuskan pada pengetahuan bagaimana risiko tersebut mempengaruhi kemampuan suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan konsumennya. Zsidisin (2003) mendefinisikan risiko pasokan sebagai kemungkinan terjadinya suatu insiden yang berhubungan dengan pasokan inbound, yang berasal dari gagalnya pemasok individu atau dari pasar suplai, dan mengakibatkan perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan konsumen atau insiden tersebut menimbulkan ancaman bagi kehidupan dan keselamatan konsumen.

Kerangka kerja dalam manajemen risiko pasokan menurut Matook et al. (2009) adalah mendefinisikan sasaran risiko, mengevaluasi kemungkinan kejadian (likelihood of occurrence) dan konsekuensi dari kejadian khusus.

Risiko Mutu

Risiko mutu produk menurut Chavez dan Seow (2012) didefinisikan sebagai keadaan mutu produk yang secara langsung atau tidak langsung dipengaruhi oleh bahan baku dari pemasok, dimana kejadian risiko minor akan memberikan dampak kumulatif bagi keseluruhan rantai.

Risiko mutu produk berkaitan dengan karakteristik produk agroindustri. Produk agroindustri pada dasarnya memiliki dua tipe karakteristik yaitu produk segar dan produk yang diproses. Produk segar merupakan produk yang tidak membutuhkan proses pengolahan khusus atau proses transformasi kimia, seperti produk sayuran, buah-buahan dan sejenisnya, sedangkan produk yang diproses membutuhkan transformasi kimia atau perubahan bentuk. Produk tanaman hias mini sebagai salah satu produk agroindustri, memiliki gabungan dua tipe karakteristik produk agroindustri, yaitu karakteristik sebagai produk segar, sekaligus juga sebagai produk yang merupakan hasil proses produksi (perlakuan kimia, pengemasan dan distribusi), sehingga proses penanganan produk-produk tanaman hias mini harus dilakukan dengan mempertimbangkan peluang terjadinya risiko mutu, mengingat proses penanganannya akan mempengaruhi penurunan mutu produk segar (Widodo et al., 2004).

Risiko mutu produk dapat diminimalisasi dengan memenuhi spesifikasi bahan baku yang disyaratkan melalui pengembangan standar spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan, penentuan kapasitas produksi bahan baku, dan penyediaan insentif bagi produsen yang mampu memenuhi standar produksi dan pengiriman. (Widodo et al. 2004).

Tanaman Hias Mini

(28)

memiliki keunikan. Petani sebagai pemasok dapat langsung menjual hasil pertaniannya langsung ke pasar selaku retail sehingga memutus rantai pelaku tengkulak, manufaktur dan distributor. Manufaktur juga bisa langsung memasok produk ke konsumen misalnya restoran, rumah sakit dan hotel, tanpa harus melalui distributor ke retail (Marimin dan Maghfiroh 2010).

Tanaman hias mini sebagai produk pertanian didefinisikan sebagai tanaman hias biasa yang masih muda, tetapi dipertahankan tetap dalam ukuran kecil atau ukuran yang dikehendaki, dengan tinggi tanaman berukuran sekitar 5 – 25 cm, tergantung jenis tanamannya, dan bukan tanaman hias dewasa yang ditata dan diberi perlakuan tertentu sehingga penampilannya menjadi mini. Tanaman hias mini ini dapat dibentuk dari tanaman hias indoor maupun outdoor dengan bentuk yang mungil/kecil, unik, menarik dan perawatan yang relatif mudah, serta diletakkan dalam pot atau kemasan dengan jenis, model dan ukuran beragam sehingga memberikan penampilan yang unik dan eksklusif (Tamam dan Soedjatmiko 2006). Tanaman hias mini ini dapat diproduksi dalam bentuk souvenir, parsel, potscaping maupun dishplant. Jenis tanaman hias yang dapat dipilih untuk menjadi tanaman hias mini dapat berasal dari tanaman hias daun indah maupun tanaman hias bunga seperti kalandiva atau cocor bebek (calanchoe), hipoestes (hypoestes polythyrsa), miana (coleus hybrid), jengger ayam (celosia cristata), lipstik (aeschynanthus radicans), sanseviera sp, aglonema sp, philodendron sp, haworthia sp dan jenis tanaman hias lainnya yang memenuhi persyaratan untuk dijadikan produk tanaman hias mini (http://www.rumah teduh.com).

Sansevieria sp sebagai salah satu tanaman hias yang dapat dijadikan tanaman hias mini, termasuk dalam genus Sansevieria, family Agaveceae, ordo Liliales dan kelas Monocotyledoneae. Tanaman ini dicirikan dengan daun yang tebal yang mengelilingi batang semu, memiliki akar serabut (wild root) dan rhizoma yang tumbuh di atas atau di bawah permukaan tanah, sehingga mampu bertahan di berbagai kondisi. Jenis Sansevieria yang biasanya digunakan untuk tanaman hias mini adalah jenis Sansevieria trifasciata terutama kultivar ”golden hahnii” karena memiliki daun yang lebih pendek dan rimpang yang berukuran kecil (Purwanto 2006), dengan tinggi hanya mencapai 25 cm (Mattjik 2010).

Haworthia sp merupakan tanaman hias indoor dan sukulen yang sekilas mirip dengan lidah buaya, namun memiliki daun yang cukup tebal, liat dan berbobot dengan motif seperti kulit zebra. Sukulen ini berukuran kecil dan dapat ditempatkan pada pot dengan diameter kurang dari 10 cm.

Bromelia sp termasuk dalam famili Bromeliaceae, dengan warna daun yang beraneka ragam dan penuh mengisi ruang tumbuh. Bromelia neoregelia sp dapat dipilih sebagai tanaman hias mini karena merupakan tanaman epifit yang tumbuhnya lambat dan sangat mudah dipelihara dengan rentang waktu penyiraman yang relatif panjang, memiliki bentuk dan warna daun yang menarik dan variatif serta mempunyai bunga yang indah dengan warna yang beragam. Tanaman ini juga sangat diminati oleh konsumen karena mampu membersihkan polutan udara hingga 80 persen. Cryptanthus sp adalah jenis bromelia mini dengan struktur daun yang tipis, kaku dan berbentuk seperti bintang dengan corak yang beragam. Cryptanthus acaulis dapat digunakan sebagai tanaman hias mini karena pertumbuhannya cukup lambat dan memiliki tinggi tanaman hanya 12,5 cm dengan lebar 15 cm (Arifin 2007, Sulianta dan Yonathan 2009, Mattjik 2010).

(29)

Philodendron sp merupakan tanaman hias indoor yang termasuk dalam genus Philodendron dan famili Araceae, ordo Alismatales dan kelas Liliopsida. Tanaman ini memiliki daun berbentuk hati, jantung, oval, menjari, maupun berpola yang tak lazim tapi menarik. Warna daunnya pun beragam misalnya merah, kuning, oranye, hijau, coklat, perak, bahkan warna-warna variegata, dengan tekstur daun ada yang halus dan kasar (Kadir 2008).

Kalanchoe sp termasuk dalam genus Kalanchoe dan family Crassulaceae (orpine), serta merupakan tanaman hias pot yang tahan lama dan mudah perawatannya. Panjang daunnya bisa mencapai 1- 3 inci, bunga berbentuk kecil dengan warna yang bervariasi dan menarik (Larson 1992).

Peperomia sp termasuk dalam famili Piperaceae yang mudah sekali tumbuh. Spesies Peperomia yang biasa digunakan sebagai tanaman hias mini adalah Peperomia argyreia atau disebut juga Peperomia ”water melon” karena memiliki ukuran yang kecil dengan daun yang tebal berbentuk elips atau oval, lembut dan berwarna strip perak abu-abu atau hijau strip perak.

Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian terdahulu tentang pemodelan dan risiko sudah dilakukan oleh beberapa peneliti diantaranya adalah Zsidisin (2003) yang mendapatkan suatu teori atau definisi risiko pasokan, sebagai dasar bagi perusahaan untuk membuat strategi dalam pendugaan dan manajemen risiko pasokan, dengan menggunakan pendekatan teori dasar. Wu et al (2006) membuat model atau implementasi sistem komputer untuk analisis risiko pasokan inbound, dengan menggunakan teknik Analitical Hierarchy Processing (AHP) yang sudah diperbaiki konsistensinya. Hadiguna dan Marimin (2007) membuat formulasi model perencanaan pasokan untuk rantai pasok sayuran segar, yang terbagi menjadi sub model pemilihan produk, sub model perencanaan pasokan dan sub model alokasi pasokan. Hadiguna dan Machfud (2009) merancang model perencanaan produksi pada rantai pasok Crude Palm Oil. Hadiguna (2010) membuat model matematik untuk manajemen panen angkut olah minyak sawit kasar dan menghasilkan sistem penunjang keputusan untuk pengelolaan risiko penurunan mutu dan optimasi rantai pasok minyak sawit kasar. Suhardjito (2010) membuat sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas untuk manajemen risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung. Widodo et al. (2004) membuat suatu model proses pembungaan-panen produk segar pertanian untuk memaksimalkan tingkat kepuasan permintaan secara konstan di semua periode. Wu et al. (2010) membuat model pemrograman multi obyektif fuzzy untuk memutuskan pemilihan pemasok dengan mempertimbangkan faktor-faktor risiko yang ada. Penelitian ini menghasilkan suatu model matematika yang dapat digunakan oleh pihak manajemen untuk menangani risiko pasokan dan mutu produk agroindustri tanaman hias mini. Ringkasan penelitian terdahulu disajikan pada Tabel 1.

(30)

Tabel 1. Ringkasan penelitian terdahulu

No Referensi Hasil Risiko Model

1. Zsidisin 2003 Teori atau definisi risiko pasokan, dengan menggunakan pendekatan teori

3. Suharjito 2011 Sistem penunjang pengambilan keputusan cerdas untuk manajemen

risiko rantai pasok produk atau komoditas jagung

 

4. Hadiguna dan

Marimin 2007 Model perencanaan pasokan untuk rantai pasok sayuran segar  5. Hadiguna dan

Machfud 2008 Model perencanaan produksi pada rantai pasok Crude Palm Oil  6. Wu et al.

2010 Model pemrograman multi obyektif fuzzy untuk memutuskan pemilihan pemasok dengan mempertimbangkan

faktor-faktor risiko yang ada

 

7. Hadiguna 2010 Model matematik untuk manajemen panen angkut olah minyak sawit kasar

dan menghasilkan sistem penunjang keputusan untuk pengelolaan risiko penurunan mutu dan optimasi rantai

pasok minyak sawit kasar

 

8. Santoso 2005 Sistem penunjang keputusan dengan lima model utama yang digunakan

untuk melakukan analisis dan manajemen risiko agroindustri

 

9. Widodo et al.

2004 Model proses pembungaan-panen produk segar pertanian  10. Permana 2009 Model dinamika sistem rancangbangun

manajemen rantai pasokan industri teh hijau

11. Penelitian ini Model matematika untuk penanganan risiko pasokan dan mutu produk

tanaman hias mini

 

(31)
(32)

3 METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Produk-produk unik tanaman hias mini memiliki karakteristik yang berbeda dengan produk-produk industri non pertanian. Produk ini disajikan dalam bentuk segar atau hidup sehingga proses produksinya mulai dari budidaya tanaman, distribusi tanaman, proses perlakuan tanaman, proses pengemasan sampai proses distribusi produk ke tangan konsumen harus harus dilakukan dengan baik sehingga menghasilkan produk dengan mutu yang baik sesuai keinginan konsumen. Proses budidaya tanaman hias mini sebagai bahan baku produk, proses produksi di tingkat industri serta struktur rantai pasok dan hubungan antara anggota rantai pasok memberikan peluang terjadinya risiko pasokan dan mutu produk seperti kekurangan pasokan tanaman, kerusakan tanaman hias dan kerusakan produk (tanaman patah, layu, mati, kemasan rusak dan sebagainya). Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya-upaya manajemen risiko agar permasalahan tersebut dapat ditangani dan mampu menjamin upaya pemenuhan permintaan konsumen.

Tata Laksana Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada pelaku usaha yang terlibat dalam rantai pasok tanaman hias mini dengan obyek utama yaitu Rumah Teduh - Green Souvenir. Pelaksanaannya yaitu dari bulan Desember 2011 – Mei 2012 untuk mendapatkan data-data dan informasi yang dibutuhkan, pengolahan data dan pengembangan model. Prosedur penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Tahapan Penelitian

Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu :

a. Identifikasi serta penilaian risiko pasokan dan mutu tanaman hias.

Tahap identifikasi dan penilaian risiko diawali dengan studi pendahuluan untuk mengetahui struktur rantai pasok tanaman hias mini dan hubungan antar anggota rantai pasok. Pengambilan data pada tahapan ini dilakukan melalui studi pustaka, observasi lapang, pengisian kuesioner dan wawancara mendalam dengan pihak industri dan petani yang terlibat dalam rantai pasok tanaman hias mini. Wawancara dilakukan secara langsung atau melalui media seperti email, mobile phone/telepon dan facebook.

(33)

(O) dan detection rating/deteksi (D) dengan skala 1-10, yang diberikan oleh petani dan industri melalui kuesioner, sedangkan output yang dihasilkan berupa nilai fuzzy risk priority number (fuzzy RPN) dengan skala 1-1000.

Gambar 1. Prosedur penelitian

b. Perancangan model kuantitatif untuk penanganan risiko pasokan dan mutu pada rantai pasok tanaman hias mini menggunakan teknik optimasi multi obyektif atau multi objective programming. Perancangan model kuantitatif ini dilakukan berdasarkan hasil observasi lapang dan hasil penilaian risiko di tingkat industri. Asumsi yang digunakan adalah :

 Model dibuat berdasarkan hasil penilaian risiko di tingkat industri

 Model dibuat untuk produk souvenir ekonomis dan parsel

 Pasokan bahan penunjang selalu tercukupi dan biaya pengiriman produk ditanggung oleh konsumen sehingga tidak diperhitungkan dalam model. c. Verifikasi dan validasi model menggunakan data-data yang diperoleh dari

obyek studi dan untuk meyakinkan bahwa model yang dihasilkan mampu bekerja sesuai kebutuhan pengambil keputusan.

Verifikasi dan validasi Perancangan model kuantitatif penanganan risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini

Selesai

Optimasi multi obyektif

Sesuai? Valid?

Model penanganan risiko tanaman hias mini

Y T

Identifikasi serta penilaian risiko pasokan dan mutu tanaman hias mini Fuzzy FMEA

Mulai

Diskusi dan wawancara ke beberapa pihak Studi Pendahuluan

Studi literatur

Profil risiko Kuesioner

(34)

4 LANDASAN TEORI

Logika Fuzzy

Logika fuzzy digunakan sebagai suatu cara untuk memetakan permasalahan dari input (masukan) menuju output (keluaran) yang diharapkan, sehingga data masukan yang tersedia dapat diolah menjadi keluaran dalam bentuk informasi yang baik. Logika fuzzy ini menyediakan cara untuk memahami perilaku sistem dengan mengizinkan kita menyisipkan perkiraan antara masukan dan keluaran, sehingga mampu menjembatani komunikasi yang lebih efektif dan efisien antara mesin dan manusia.

Alasan digunakannya logika fuzzy ini adalah konsep logika fuzzy mudah dimengerti, sangat fleksibel karena mampu beradaptasi dengan perubahan-perubahan dan ketidakpastian yang menyertai suatu permasalahan, memiliki toleransi terhadap data yang tidak tepat, mampu memodelkan fungsi-fungsi non linear yang sangat kompleks, mampu membangun dan mengaplikasikan pengalaman para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan, mampu bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara konvensional, serta didasarkan pada bahasa alami sehingga mudah dimengerti (Wang et al. 2007; Naba 2009; Kusumadewi dan Purnomo 2010).

Beberapa hal yang perlu diketahui dalam memahami sistem fuzzy (Kusumadewi dan Purnomo 2010), yaitu :

1. Variabel fuzzy, yaitu variabel yang hendak dibahas dalam suatu sistem fuzzy 2. Himpunan fuzzy, yaitu suatu grup yang mewakili suatu kondisi atau keadaan

tertentu dalam suatu variabel fuzzy, misalnya variabel umur terbagi menjadi tiga himpunan fuzzy yaitu muda, parobaya, tua

3. Semesta pembicaraan, yaitu keseluruhan nilai yang diperbolehkan untuk dioperasikan dalam suatu variabel fuzzy. Semesta pembicaraan merupakan bilangan real yang selalu naik (bertambah) secara monoton dari kiri ke kanan, dan nilainya bisa berupa bilangan positif atau negatif

4. Domain himpunan fuzzy, yaitu keseluruhan nilai yang diizinkan dalam semesta pembicaraan dan boleh dioperasikan dalam suatu himpunan fuzzy

Fungsi keanggotaan ( μ[x]) merupakan suatu kurva yang menunjukkan pemetaan titik-titik input data ke dalam nilai atau derajat keanggotaan pada himpunan fuzzy yang memiliki interval antara 0 dan 1, dan ini berbeda dengan nilai keanggotaan pada himpunan crisp yang hanya ada 2 kemungkinan yaitu 0 atau 1. Derajat keanggotaan sistem fuzzy dapat diperoleh melalui pendekatan fungsi. Jenis fungsi keanggotaan yang biasa digunakan diantaranya adalah representasi kurva segitiga dan kurva trapesium.

(35)

Gambar 2. Kurva segitiga/triangular fuzzy number (Kusumadewi dan Hartati 2010)

Fungsi keanggotaan untuk kurva segitiga (triangular fuzzy number) adalah sebagai berikut :

Kurva trapesium pada dasarnya seperti bentuk kurva segitiga, namun ada beberapa titik yang memiliki derajat keanggotaan 1 (Gambar 3).

Gambar 3. Kurva trapesium/trapezoidal fuzzy number (Kusumadewi dan Hartati 2010)

Fungsi keanggotaan untuk kurva trapesium (trapezoidal fuzzy number) adalah sebagai berikut :

(36)

Operator-operator dasar dalam himpunan fuzzy adalah operator AND, operator OR dan operator NOT. Operator AND berhubungan dengan operasi interseksi pada himpunan, dimana -predikat sebagai hasil operasi dengan operator AND ini, diperoleh dengan mengambil derajat atau nilai keanggotaan terkecil antar elemen pada himpunan-himpunan yang bersangkutan (Kusumadewi dan Hartati 2010).

μA∩B=min μA[x],μB[y]

Operator OR berhubungan dengan operasi union pada himpunan, dimana  -predikat diperoleh dengan mengambil nilai keanggotaan terbesar antar elemen pada himpunan-himpunan yang bersangkutan.

μAB=min μA[x],μB[y]

Operator NOT berhubungan dengan operasi komplemen pada himpunan, dimana -predikat diperoleh dengan mengurangkan nilai keanggotaan elemen pada himpunan yang bersangkutan dari 1.

μA = 1 - μA[x]

Fuzzy Inference System diperlukan sebagai suatu kerangka komputasi yang didasarkan pada teori himpunan fuzzy, aturan fuzzy berbentuk IF – THEN dan penalaran fuzzy. Sistem inferensi fuzzy ini memetakan suatu input menjadi output berdasarkan IF – THEN rule yang diberikan. Input yang berupa nilai yang crisp, difuzzifikasi dan dilakukan operasi logika fuzzy dengan mengirimkannya ke basis pengetahuan yang berisi n aturan fuzzy dalam bentuk IF – THEN. Derajat keanggotaan atau fire strength (-predikat) akan dicari pada masing-masing aturan, dan jika jumlah aturan lebih dari satu, maka akan dilakukan agregasi dari semua aturan. Hasil agregasi ini selanjutnya di-defuzzifikasi untuk mendapatkan output yang berupa nilai tunggal (Naba 2009, Kusumadewi dan Hartati 2010).

Failure Mode and Effect Analysis (FMEA)

Failure mode and effect analysis (FMEA) adalah teknik analisis untuk mengidentifikasi permasalahan potensial dalam desain ataupun dalam proses produksi dengan menentukan penyebab dan dampak kegagalan di tingkat terendah. FMEA digunakan secara luas dalam peningkatan mutu dan alat penilaian risiko di industri manufaktur. FMEA ini menggabungkan pengetahuan manusia dan pengalaman untuk mengidentifikasi potensi kegagalan yang dikenal atau mode dari suatu produk atau proses, mengevaluasi kegagalan suatu produk atau proses dan dampaknya, membantu perekayasa untuk melakukan tindakan perbaikan atau

tindakan preventif, dan menghilangkan atau mengurangi kemungkinan terjadinya kegagalan (Yeh dan Hsieh 2007).

FMEA terdiri dari dua jenis yaitu desain FMEA dan proses FMEA. Desain FMEA digunakan untuk mengidentifikasi apakah bahan baku yang digunakan adalah bahan baku yang tepat dan sesuai dengan harapan konsumen. Proses FMEA digunakan untuk mendeteksi atau mengevaluasi kegagalan yang dapat disebabkan oleh proses produks, mesin maupun metode produksi.

(37)

keparahan/severity rating (S) dari masing-masing mode kegagalan, (3) tentukan penyebab kegagalan dan perkirakan kemungkinan kejadian kegagalan, kemudian tentukan tingkat kejadian (O) dari masing-masing mode kegagalan, (4) identifikasi pendekatan untuk mendeteksi kegagalan dan mengevaluasi kemampuan sistem untuk mendeteksi kegagalan sebelum kegagalan terjadi, kemudian tentukan tingkat deteksi (D) dari masing-masing mode kegagalan, (5) hitung nilai RPN (risk priority number) dan tentukan prioritas kegagalan/risiko yang harus diperhatikan, (6) tentukan tindakan perbaikan untuk menurunkan tingkat kegagalan risiko, dan (7) tampilkan laporan FMEA dalam bentuk tabel (Yeh dan Hsieh 2007).

Tiga parameter dalam FMEA konvensional yaitu keparahan/severity, kejadian/occurence dan deteksi/detection digunakan untuk menggambarkan masing-masing mode kegagalan menurut penilaian pada skala 1-10. Tingkat keparahan (severity rating) adalah keseriusan efek kegagalan komponen berikutnya, subsistem, sistem, atau pelanggan. Tingkat kejadian adalah kemungkinan atau frekuensi kegagalan yang terjadi, dengan nilai 1 berarti paling tidak ada kejadian dan nilai 10 berarti ada kejadian tertinggi. Tingkat deteksi adalah ketidakmampuan untuk mendeteksi kegagalan atau probabilitas dari kegagalan tidak terdeteksi sebelum dampak efek terwujud. Penilaian FMEA dilakukan dengan menggunakan risk priority number (RPN) yang merupakan hasil perkalian dari tingkat keparahan (S), kejadian (O), dan deteksi (D). Mode kegagalan yang memiliki nilai RPN lebih tinggi diasumsikan lebih penting dan diberi prioritas lebih tinggi untuk tindakan korektif daripada yang memiliki nilai RPN lebih rendah.

RPN = SxOxD

Nilai RPN ini digunakan sebagai panduan untuk mengetahui risiko atau kegagalan yang paling serius untuk ditangani. Nilai RPN yang paling tinggi menunjukkan bahwa mode kegagalan risiko tersebut memerlukan penanganan serius yang lebih prioritas.

Fuzzy Failure Mode and Effect Analysis (Fuzzy FMEA)

Fuzzy FMEA digunakan untuk mengatasi beberapa kelemahan dalam metode FMEA konvensional, diantaranya (1) sulit untuk mengevaluasi keandalan produk atau proses dengan tepat karena pernyataan dalam FMEA bersifat subyektif dan kualitatif, (2) ketiga tingkat parameter (severity, occurence dan detection) diasumsikan memiliki bobot kepentingan yang sama, padahal pada praktiknya bobot kepentingan ketiga parameter tidak sama, (3) nilai RPN yang dihasilkan dari perkalian S, O dan D dari dua atau lebih mode kegagalan, memungkinkan hasil nilai yang sama meskipun pada kenyataannya memiliki risiko yang berbeda. Misalnya, mode kegagalan A memiliki nilai S, O dan D berturut-turut 6, 3 dan 2, sedangkan mode kegagalan B memiliki nilai 3, 4 dan 3, sehingga kedua mode kegagalan tersebut memiliki nilai RPN yang sama yaitu 36 dan karenanya memiliki prioritas yang sama untuk diselesaikan. Namun pada kenyataannya, mungkin keduanya memiliki risiko yang berbeda karena tingkat keparahannya berbeda. Dengan demikian, fuzzy FMEA sebagai metodologi yang didasarkan pada logika fuzzy, digunakan untuk memanipulasi istilah linguistik yang digunakan secara langsung dalam membuat penilaian yang kritis.

Input fuzzy FMEA adalah berupa nilai tingkat keparahan/severity rating (S), kejadian/occurence (O) dan deteksi/detection (D). Nilai-nilai S, O dan D ini dinilai

(38)

dengan variabel input skala 1-10, serta dikelompokkan menjadi lima kategori tingkatan linguistik, yaitu Very Low (VL), Low (L), Moderate (M), High (H) dan Very High (VH). Kategori variabel input pada fuzzy FMEA disajikan pada Tabel 2. Ketiga input tersebut difuzzifikasi menggunakan fungsi keanggotaan untuk menentukan derajat keanggotaan masing-masing input.

Tabel 2. Kategori variabel input pada fuzzy FMEA

Nilai input

Kategori Severity Occurence Detection

1 1 1 Very Low (VL)

2, 3 2, 3 2, 3 Low (L)

4, 5, 6 4, 5, 6 4, 5, 6 Moderate (M)

7, 8 7, 8 7, 8 High (H)

9, 10 9, 10 9, 10 Very High (VH)

Output fuzzy FMEA berupa nilai fuzzy risk priority number (fuzzy RPN) yang digunakan untuk mewakili prioritas tindakan koreksi dengan skala nilai 1-1000. Fuzzy RPN ini dikategorikan dalam sembilan kelas interval, yaitu Very Low (VL), Very Low-Low (VL-L), Low (L), Low-Moderate (L-M), Moderate (M), Moderate-High (M-H), Moderate-High (H), High-Very High (H-VH) dan Very High (VH). Kategori variabel output disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Kategori variabel output pada fuzzy FMEA

Nilai output Kategori

1 – 50 Very Low (VL)

50 – 100 Very Low-Low (VL-L)

100 – 150 Low (L)

150 – 250 Low-Moderate (L-M)

250 – 350 Moderate (M)

350 – 450 Moderate-High (M-H)

450 – 600 High (H)

600 – 800 High-Very High (H-VH)

800 – 1000 Very High (VH)

Input fuzzy yang dihasilkan dievaluasi dengan menggunakan aturan-aturan fuzzy (IF-THEN rule), yaitu bagian IF sebagai variabel input fuzzy dan bagian THEN sebagai variabel output fuzzy. Contoh ”IF Severity is Very High AND Occurence is Low AND Detection is High, THEN FRPN is Very High”. Pada fuzzy FMEA ini, terdapat tiga variabel input (Severity, Occurence dan Detection) dengan lima tingkatan bahasa linguistik mulai dari Very Low (VL) sampai Very High (VH), sehingga akan diperoleh jumlah 125 (5x5x5) kombinasi basis aturan fuzzy, yang ditampilkan pada Gambar 4.

(39)

. Gambar 4. Skema aturan fuzzy FMEA (Puente et al. 2002 yang diacu dalam

Suharjito 2010)

Sistem inferensi fuzzy digunakan untuk menggabungkan aturan-aturan fuzzy IF-THEN dalam basis aturan dan implikasi fuzzy. Sistem ini dibangun dengan dua metode yaitu metode Mamdani dan Sugeno. Metode Mamdani merupakan metode yang paling sering digunakan dalam membahas metodologi fuzzy. Sistem inferensi minimum menggunakan operator min untuk "AND" pada sisi IF dari aturan fuzzy dan operator maks untuk "OR" dari aturan. Operator gabungan digunakan untuk mengagregasi kombinasi konsekuensi menjadi aturan tunggal. Hasil agregasi ini kemudian di-defuzzifikasi sehingga diperoleh nilai yang crisp. Ada beberapa metode defuzzifikasi yang digunakan yaitu metode centroid, bisector, mean of maximum (MOM), largest of maximum (LOM) dan smallest of maximum (SOM).

Multi Objective Programming

Multi objective programming merupakan metode optimasi dengan beberapa fungsi tujuan yang tunduk pada beberapa batasan. Solusi permasalahan pada multi objective programming ini diperoleh seperti penyelesaian pada optimasi dengan satu fungsi tujuan. Respon manajemen risiko rantai pasok dapat direpresentasikan dalam suatu model matematika multi-obyektif dimana obyektif yang ingin dicapai adalah obyektif majemuk yang saling konflik dengan tidak ada penyelesaian tunggal yang mendominasi. Bentuk umum formulasi modelnya terdiri dari beberapa obyektif (tujuan) maksimasi dan/atau minimasi dengan kendala-kendala persamaan dan/atau pertidaksamaan. Notasi matematikanya (Hadiguna 2010, Zitzler et al. 2002) adalah sebagai berikut :

Fungsi tujuan :

(40)

gj(x) ≤0; j=1,2,…,m hl(x)= 0; l=1,2,…,e Dimana :

fk(x) = vektor fungsi obyektif dalam daerah kriteria layak Z k = jumlah fungsi tujuan (obyektif),

xn = vektor/variabel keputusan dalam daerah keputusan layak X n = jumlah variabel bebas x

m = jumlah kendala pertidaksamaan e = jumlah kendala persamaan

Daerah keputusan layak X didefinisikan sebagai :

x gj(x) ≤0, j=1, 2, …, m danhl(x) =0, l=1, 2, …, e Daerah kriteria layak Z didefinisikan sebagai :

{f(x)|x∈X}

Fungsi kendala :

(41)
(42)

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur Rantai Pasok Tanaman Hias Mini Anggota Rantai Pasok

Anggota rantai pasok tanaman hias dibedakan menjadi anggota primer dan anggota sekunder. Anggota primer adalah pihak-pihak yang terlibat secara langsung dalam kegiatan bisnis rantai pasok, yaitu petani tanaman hias sebagai pemasok, Rumah Teduh - Green Souvenir sebagai industri, dan konsumen. Anggota sekunder adalah anggota rantai pasok yang tidak langsung berhubungan dengan kegiatan produksi namun memiliki pengaruh dalam kegiatan bisnis tanaman hias mini.

a. Pemasok (Petani Tanaman Hias)

Pemasok tanaman hias untuk Rumah Teduh - Green Souvenir adalah petani-petani yang mampu menyediakan tanaman hias dengan jenis, jumlah, kualitas dan ukuran yang diinginkan yaitu berukuran mini dengan besar tanaman tidak melebihi ukuran pot diameter 8 - 9 cm (untuk souvenir ekonomis) atau diameter 5 – 7 cm (untuk souvenir eksklusif) dan diameter 10 - 15 cm (untuk parsel dan souvenir eksklusif). Petani pemasok tanaman hias tersebut adalah mitra beli pihak industri, karena industri membeli langsung tanaman hias dari petani dengan harga yang relatif lebih tinggi dibanding harga komoditas sejenis di pasaran. Sarana produksi untuk pembibitan dan budidaya tanaman seperti pupuk, media tanam, obat-obatan, utilitas dan lainnya disediakan sendiri oleh petani, sedangkan pot dan biaya transportasi disediakan oleh industri.

Kerjasama yang terjadi antara petani dan pihak industri dilakukan atas dasar kepercayaan dan kesepakatan yang saling menguntungkan. Petani menyediakan tanaman hias dengan jenis, jumlah, kualitas dan ukuran yang diinginkan oleh industri, sedangkan pihak industri menyediakan pot, membayar biaya transportasi dan membayar harga beli komoditas sesuai kesepakatan, serta memberikan arahan agar komoditas yang dipesan sesuai dengan yang diinginkan. Dengan kerjasama ini, maka proses seleksi dan pengiriman tanaman dilakukan oleh petani, dan pihak industri hanya melakukan pemeriksaan tanaman yang diterima tanpa melakukan seleksi. Tanaman hias dari petani dikirim dalam pot tertentu (produk khas Rumah Teduh), sehingga tidak perlu melakukan pemindahan tanaman ke pot lain, kecuali untuk keperluan parsel atau souvenir eksklusif. Ada dua petani yang menjadi mitra beli dan pemasok tetap tanaman hias mini ke Rumah Teduh, yaitu Usman Suhendar (Bule) dari kelompok tani Alfa, Ciapus Tamansari Kabupaten Bogor dan Atim Yohana dari Chipa Kaktus, Lembang Kabupaten Bandung Barat.

(43)

Tanaman hias yang paling banyak dipesan untuk produk tanaman hias mini adalah jenis Haworthia sp dan Ephypremnum sp (sirih Belanda/Njoy).

b. Industri

Industri pada rantai pasok tanaman hias mini adalah Rumah Teduh - Green Souvenir atau disingkat dengan Rumah Teduh, yang berlokasi di Jl Lantana IV Puspita Loka AQ/16 Bumi Serpong Damai, Tengerang Selatan. Rumah Teduh ini merupakan indutri rumah tangga yang didirikan pada bulan Agustus 2009 oleh Ir. Astuti Rusmarawati dan I.G.A. Ngr. Novianti Suryakasih, SE.Ak. Proses produksi atau pengemasan produk dilaksanakan di Perumahan Pamulang Permai II Jalan Benda Timur 9B Blok E9/13 Pamulang Tangerang Selatan untuk produk dalam jumlah besar (lebih dari 500 pot), atau di Bumi Serpong Damai untuk produk dalam jumlah sedikit (kurang dari 500 pot).

Produk utama yang dihasilkan oleh Rumah Teduh adalah souvenir, parsel, pot scaping dan dishplant tanaman hias mini. Souvenir tanaman hias terdiri dari dua bentuk yaitu souvenir ekslusif dan souvenir ekonomis, sedangkan parsel diproduksi dengan jenis dan desain yang bervariasi. Spesifikasi masing-masing produk disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4. Produk-produk Rumah Teduh – Green Souvenir

Uraian Souvenir ekonomis Souvenir eksklusif Parsel, pot scaping dan dishplant

Pot keramik natural Pot keramik, pot plastik

Diameter pot 8 – 9 cm 5 – 7 cm atau 10 – 15

cm Bervariasi, 10-15 cm Kemasan Plastik bertali pita

atau bertali pandan, atau bertali pandan, Plastik bertali pita keranjang bambu, Keranjang rotan, kotak mika bertali, kotak mika bertali, variasi kemasan

keranjang rotan, keranjang rotan, lain paper bag keranjang bambu,

paper bag Contoh produk

Bahan baku utama untuk produk-produk tanaman hias mini adalah tanaman hias mini yang disesuaikan dengan ukuran potnya dengan diameter pot tergantung produk yang akan dihasilkan (Tabel 4). Perbandingan yang umum antara tanaman dan pot untuk menghasilkan produk yang proporsional adalah diameter pot tidak melebihi diameter rimbunnya daun atau sebesar 7 kali batang tanaman, dengan tinggi pot sekitar seperempat tinggi tanaman diukur dari ujung tanaman hingga bawah/akar (Sulianta dan Yonathan 2009). Bahan penunjang yang digunakan

(44)

adalah pot (plastik atau keramik), hiasan pasir ambon, batu hias dan zeolit, wrapping plastic, label keterangan, kemasan mika, keranjang parsel, bahan cetakan tambahan, media basah (campuran humus, pakis, sekam bakar, daun bambu), media kering (campuran pasir malang, pupuk kandang dan sekam) serta suplemen (vitamin B1 dan pupuk slow release organic).

Produk lain yang dihasilkan oleh Rumah Teduh untuk mendukung produk utama adalah pot plastik dengan hiasan tertentu (mozaik pasir atau batik) yang menjadi ciri khas produk Rumah Teduh. Pemasaran produk dilakukan secara online melalui website dan facebook, atau secara langsung melalui kegiatan-kegiatan tertentu seperti pameran, seminar dan lainnya.

c. Konsumen

Konsumen produk tanaman hias mini pada umumnya adalah event organizer untuk kegiatan-kegiatan seminar, pernikahan maupun pesta lainnya, hotel/kantor, atau masyarakat/perorangan yang memesan untuk keperluan tertentu.

d. Anggota sekunder rantai pasok

Anggota sekunder ini adalah pemasok tanaman hias jenis tertentu (yang tidak dimiliki oleh petani Lembang dan Ciapus) serta pemasok bahan pengemasan seperti kemasan plastik mika, pot (plastik dan keramik), keranjang, pasir untuk hiasan pot plastik, zeolit dan bahan-bahan lainnya. Kerjasama antara industri dengan pemasok-pemasok ini adalah sistem beli lepas dan tidak ada ikatan perjanjian kerjasama.

Pola Aliran Rantai Pasok dan Penanganan Mutu Produk

Ada tiga macam aliran yang harus dikelola pada suatu rantai pasok, yaitu aliran barang yang mengalir dari hulu ke hilir, aliran uang dan sejenisnya (finansial) yang mengalir dari hilir ke hulu, serta aliran informasi yang mengalir dari hulu ke hilir atau sebaliknya (Pujawan 2005). Model rantai pasok tanaman hias mini ini terdiri dari petani sebagai pemasok, industri sebagai prosesor, dan konsumen. Industri yang bertindak sebagai prosesor adalah Rumah Teduh Green Souvenir, sehingga seluruh pemasok dan konsumen merupakan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan Rumah Teduh. Aliran rantai pasok tanaman hias mini dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Rantai pasok tanaman hias mini Petani Ciapus Industri (Rumah Teduh Green Souvenir)

(45)

Setiap anggota rantai pasok memiliki peran yang berbeda antara satu dengan yang lainnya seperti dijelaskan pada Tabel 5.

Tabel 5. Anggota rantai pasok tanaman hias mini

Tingkatan Anggota Proses Aktivitas

Pemasok Petani  Pembelian Melakukan pembelian bibit dan sarana produksi dari

(Industri) Rumah Teduh – Green Souvenir  Pembelian Melakukan pembelian tanaman hias dan bahan penunjang, melakukan

Konsumen  Hotel Pembelian Melakukan pembelian produk (parsel, souvenir

Aliran barang yaitu aliran tanaman hias mini dimulai dari petani tanaman hias yang terlibat kerjasama dengan industri (Rumah Teduh). Jika petani tersebut tidak sanggup menyediakan tanaman hias yang diminta oleh pihak industri, maka pihak industri mencari dan membeli komoditas tersebut dari petani lain, dan biasanya pihak industri harus menyeleksi sendiri tanaman yang diinginkan.

Aliran barang yang terjadi pada rantai pasok tanaman hias mini adalah : a. Petani melakukan pembibitan dan budidaya tanaman hias tanpa harus

(46)

Tanaman hias yang akan dikirimkan ke industri lebih dulu diseleksi jumlah, jenis dan mutunya agar sesuai dengan permintaan industri, kemudian dikemas dalam kemasan sekunder berupa kardus tebal yang dimodifikasi agar aman saat proses pengiriman (Gambar 6). Seleksi dilakukan oleh petani sesuai arahan dari pihak industri. Standar dan kriteria tanaman yang diinginkan oleh Rumah Teduh Green Souvenir adalah (1) bentuk dan warna menarik, (2) dapat menampilkan bentuk mini dengan tinggi tanaman sekitar 10 cm, (3) tanaman berpenampilan rimbun, (4) pertumbuhan tanaman relatif lambat, (5) mudah perawatan, (6) relatif tahan di kondisi alam Jakarta, (7) tahan hama penyakit, dan (8) mudah dalam pengemasan. Pengiriman komoditas dari petani Ciapus dilakukan dengan menggunakan mobil pick up atau angkot untuk pesanan dalam jumlah besar (>150 pot) atau dibawa menggunakan bis untuk pesanan dalam jumlah sedikit (<150 pot). Pengiriman komoditas dari petani Lembang dilakukan dengan menggunakan mobil pick up (pesanan dalam jumlah besar) atau dititipkan ke petani lain bersama pengiriman komoditas sayuran (pesanan dalam jumlah kecil).

Gambar 6. Modifikasi kemasan sekunder tanaman hias

b. Di Rumah Teduh, tanaman hias dari petani selanjutnya dipindahkan ke dalam keranjang dan tempat penyimpanan sementara. Proses ini dimaksudkan untuk memeriksa dan memisahkan tanaman hias yang rusak dan tidak memenuhi persyaratan, memeriksa jenis dan jumlah tanaman hias yang akan dikemas, memberi kesempatan bagi tanaman hias untuk beradaptasi, serta untuk mempermudah proses pengemasan produk. Tanaman hias mini yang akan digunakan sebagai produk souvenir eksklusif, dipindahkan terlebih dahulu ke pot keramik yang diinginkan. Sebelum proses pengemasan, tanaman hias lebih dulu diberikan perlakuan khusus untuk menjaga mutu produk. Perlakuan yang diberikan adalah dengan penyiraman sekaligus pemberian suplemen (vitamin B1 dan pupuk slow release organic/pupuk lambat urai) dan bahan-bahan lain yang mampu mempertahankan kesegaran tanaman. Tanaman yang sudah dikemas sebaiknya tidak disiram dan diberi tambahan suplemen karena akan mengurangi dan merusak tampilan produk, sehingga proses penyiraman dan penambahan suplemen tersebut dilakukan sebelum proses pengemasan agar tampilan produk dan kesegaran tanaman tetap terjaga sampai ke tangan konsumen. Penyiraman sebaiknya dilakukan dengan penyemprotan secara perlahan ke permukaan media tanam secara merata hingga media agak basah dan air tidak sampai keluar dari lubang bagian bawah pot (Tamam dan Soedjatmiko 2006).

Gambar

Tabel 1.  Ringkasan penelitian terdahulu
Gambar 1.  Prosedur penelitian
Gambar 2.  Kurva segitiga/triangular fuzzy number (Kusumadewi dan Hartati
Tabel 2.  Kategori variabel input pada fuzzy FMEA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada perhitungan faktor median, kendaraan yang diperhitungkan pada Jalan yang dilengkapi dengan median berbentuk ditinggikan, pagar, dan garis adalah kendaraan

Hasil akhir produk penelitian ini dalam bentuk buku digital IPA Terpadu pada pokok bahasan Tekanan pada Zat Cair untuk siswa SMP kelas VIII.. Implementasi buku digital

Artikel ini hanya membahas tentang bagian-bagian sabar menurut Imam al-Ghazali jadi tentunya beda dengan yang peneliti teliti karena yang peneliti teliti adalah

Demikian pula sebuah studi untuk sektor perbankan Indonesia oleh Gamaginta dan Rokhim (2011) menunjukkan bahwa bank syariah secara umum memiliki tingkat stabilitas

Lingkungan kerja yang harus diperhatikan bukan hanya tentang lingkungan kerja fisik saja tetapi juga tentang lingkungan kerja non fisik yaitu hubungan antara satu karyawan

Hal ini bisa terjadi karena penambahan volume frother ke dalam limbah yang mengandung Ag tidak memberikan efek negatif terhadap ikatan non-polar antara kenaikan jumlah partikel

Klasifikasi tiga jenis ukuran butir digunakan sebagai titik awal untuk mengklasifikasikan dan nama terrigenous sedimen klastik dan batuan sedimen: kerikil dan

Ruang lingkup analisis sitiran pada penelitian ini adalah hanya menganalisis tingkat relevansi notasi klasifikasi subjek dokumen yang disitir mencakup, semua notasi klasifikasi