• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau Di Kota Bukittinggi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau Di Kota Bukittinggi"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU

DI KOTA BUKITTINGGI

ANNISA BURMAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

(4)
(5)

ABSTRAK

ANNISA BURMAN. Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi. Dibimbing oleh ALINDA FM ZAIN.

Kota Bukittinggi sebagai kota wisata dan pusat perdagangan dan jasa menjadikan kota ini sebagai kota yang banyak dituju serta menjadi tempat tinggal. Meningkatnya urbanisasi menyebabkan bertambahnya jumlah penduduk dan aktivitas kota sehingga terjadi penurunan kualitas lingkungan dari waktu kewaktu. Dalam menguranginya, diperlukan suatu konsep kota yang berkelanjutan yaitu konsep kota hijau. saat ini kota Bukittinggi sedang menerapkan konsep kota hijau. penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi sehingga dapat diketahui kinerja Kota Bukittinggi dalam menerapkan konsep kota hijau. Metode yang digunakan dalam penelitian mengacu kepada Asian Green City Index dengan mengidentifikasi dan menganalisis kondisi umum dan upaya kota dalam menerapkan konsep kota hijau berdasarkan delapan kategori Asian Green City Index. Untuk mengetahui preferensi masyarakat, dilakukan perhitungan Index of Happiness masyarakat Kota Bukittinggi. Hasil dari evaluasi diketahui bahwa kinerja Kota Bukittinggi dalam penerapan konsep kota hijau berada pada tingkatan rata-rata dengan tingkat kebahagiaan masyarakat Kota Bukittinggi 54.84 pada skala 20-60 dengan preferensi masyarakat terkait penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi 91% bahagia, 9 % kurang bahagia, dan 0% tidak bahagia .

Kata kunci: asian green city index, index of happiness, konsep kota hijau, Kota Bukittinggi, urbanisasi

ABSTRACT

ANNISA BURMAN. Evalution of Implementation Green City Concept in Bukittinggi City. Supervised by ALINDA FM ZAIN.

Bukittinggi as a popular tourism destination and business center attract is citizens from other cities and districts to come. The growing population caused by the migration and urbanization led to the increase of activity level in this city thus causing environmental degradation from time to time. To reduce the rate of degradation, currently Government of Bukittinggi is implementing green city concept. It is a concept of sustainable development based city by focusing on water and energy efficiency, waste reduction, integrated transportation system, environmental health promotion, and synergizing man-made and natural environment which involves environment-oriented programs and regulations. The objective of this research is to evaluate the implementation of green city concept in Bukittinggi. The evaluation was carried on by identifying and analyzing the general conditions and the city’s efforts in applying the green city concept based on eight categories of Asian Green City index. Index of Happiness was also measured as an indicator of quality of life of the citizens in psychological terms. The result shows that the application of the green city concept in Bukittinggi city is at average level with index of happiness 54.84 on scale 20-60 and preferens of society wich taken from 100 respondent for happy, less happy, and unhappy are 91%, 9%, and 0% respectively.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2014 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan IPB

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

EVALUASI PENERAPAN KONSEP KOTA HIJAU

DI KOTA BUKITTINGGI

ANNISA BURMAN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wata’ala yang telah memberikan nikmat ilmu, rahmat dan hidayah kepada penulis sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi ini. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2010 ini ialah Konsep Kota Hijau, dengan judul

“Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi”.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dr Ir Alinda FM Zain, MSi selaku pembimbing skripsi, serta Bapak Dr Ir Setia Hadi, MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan banyak bimbingan, dukungan dan masukan kepada penulis dalam pembuatan skripsi ini. Disamping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Dinas Kota Bukittinggi yang telah memberikan izin penulis untuk mengambil data penelitian. Ucapan terimakasih penghargaan juga penulis sampaikan kepada orangtua tercinta Bapak Burman dan Ibu Deswita atas semua kasih sayang, doa terbaik, dan motivasi yang tidak akan pernah bisa terbalas serta kepada Kakak tersayang Asy Syifa Burman atas do’a dan motivasi yang diberikan. Ucapan terimakasih penulis sampaikan kepada kerabat cendrawasih, sahabat dan teman-teman Arsitektur Lanskap (Arl) angkatan 47, serta seluruh pihak yang telah memberikan doa, bantuan serta dukungannya.

Demikian skripsi penelitian ini dibuat, semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi pihak Pemerintah Kota Bukittinggi dan pihak lainnya yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2014

(12)

DAFTAR ISI

DAFTAR ISI x

DAFTAR TABEL xii

DAFTAR GAMBAR xiii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pikir Penelitian 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Urbanisasi dan Urban Ecology 4

Kota dan Tata Ruang Kota 4

Kota Hijau 5

Asian Green City Index 6

Energi dan Emisi CO2 7

Penggunaan Lahan 7

Transportasi 7

Sampah 8

Air 9

Sanitasi dan Air Limbah 10

Kualitas Udara 10

Tata Kelola Lingkungan 11

Indeks Kebahagiaan 11

METODE 12

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian 12

Alat dan Bahan 12

Batasan Penelitian 12

Metode Penelitian 12

HASIL DAN PEMBAHASAN 20

Profil Wilayah Kota Bukittinggi 20

(13)

Inventarisasi 24

Analisis 26

Energy & CO2 26

Land Use and Buildings 31

Transport 34

Waste 37

Water 42

Sanitation 46

Air Quality 49

Environmental Governance 50

Evaluasi 54

Energy & CO2 54

Land Use and Buildings 54

Transport 55

Waste 56

Water 56

Sanitation 57

Air Quality 57

Environmental Governance 57

Kinerja Kota 58

Index of Happiness 59

Green Initiative 60

SIMPULAN DAN SARAN 65

Simpulan 65

Saran 65

DAFTAR PUSTAKA 66

LAMPIRAN 68

(14)

DAFTAR TABEL

1 Data yang dibutuhkan dalam penelitian 13

2 Data yang diambil untuk kategori Asian Green City Index 14

3 Jumlah sampel per kecamatan 15

4 Baku mutu untuk menganalisis aspek kuantitatif 16

5 Bobot nilai Asian Green City Index 17

6 Contoh tabel performa kota 19

7 Luas wilayah kota bukittinggi per kecamatan tahun 2012 20 8 Kemiringan lahan wilayah Kota Bukittinggi per kecamatan 21 9 Luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota Bukittinggi 22

10 Luas penggunaan lahan Kota Bukittinggi 23

11 Data aspek kuantitatif yang diperoleh 24

12 Data aspek kualitatif yang diperoleh 25

13 Jumlah konsumsi listrik berdasarkan golongan langganan 27

14 Analisis indikator kebijakan clean energy 29

15 Realisasi kegiatan penghijauan Kota Bukittinggi tahun 2010 29 16 Realisasi kegiatan penghijauan Kota Bukittinggi tahun 2011 30 17 Realisasi kegiatan penghijauan Kota Bukittinggi tahun 2013 30 18 Analisis indikator kebijakan mengurangi perubahan iklim 31 19 Jumlah ruang terbuka hijau di Kota Bukittinggi 31 20 Analisis indikator kebijakan mengenai eco buildings 33 21 Analisis indikator kebijakan penggunaan lahan 34 22 Analisis indikator kebijakan transportasi massa perkotaan 36 23 Analisis indikator kebijakan mengurangi kemacetan 37 24 Analisis indikator kebijakan pengumpulan sampah 40 25 Analisis indikator kebijakan daur ulang sampah 42 26 Analisis indikator kebijakan mengenai kualitas air 43

27 Pembangunan bak dan sumur resapan Kota 44

28 Jumlah sumur resapan di Kota Bukittinggi tahun 2012 45 29 Analisis indikator kebijakan mengenai keberlanjutan air 46 30 Jumlah kepemilikian jamban di Kota Bukittinggi 46 31 Analisis indikator kebijakan mengenai sanitasi 49 32 Analisis indikator kebijakan mengenai kualitas udara 50

33 Produk hukum bidang pengelolaan lingkungan 50

34 Analisis indikator pengelolaan lingkungan 51

35 Jumlah izin lingkungan di Kota Bukittinggi 52

36 Analisis indikator pengawasan lingkungan 53

37 Komunitas lingkungan Kota Bukittinggi 53

38 Analisis indikator partisipasi publik 54

39 Evaluasi kategori Energy & CO2 54

40 Evaluasi kategori Land Use and Buildings 55

41 Evaluasi kategori Transport 55

42 Evaluasi kategori Waste 56

43 Evaluasi kategori Water 56

44 Evaluasi kategori Sanitation 57

45 Evaluasi kategori Air Quality 57

(15)

47 Bobot nilai performa Kota Bukittinggi 58

48 Tabel performa Kota Bukittinggi 59

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pikir penelitian 3

2 Segitiga keberlanjutan tiga konflik tujuan perencanaan 6

3 Lokasi penelitian 12

4 Lampu solar energy di Jalan By-Pass Kota Bukittinggi 28

5 Lajur sepeda di Kota Bukittinggi 29

6 Penghijauan pada turus jalan di Kota Bukittinggi, 30 7 Kebun bibit Dinas Kebersihan dan Pertamanan Bukittinggi 30

8 Ruang terbuka hijau Kota Bukittinggi 31

9 Kepadatan wisatawan di area Jam Gadang Bukittinggi 32

10 Lokasi RTH baru 33

11 Moda angkutan umum perkotaan Kota Bukittinggi 35

12 Bus pariwisata Kota Bukittinggi 35

13 Pembangunan jalan layang di Kota Bukittinggi 37

14 Gedung parkir Kota Bukittinggi 37

15 Sistem pelayanan persampahan Kota Bukittinggi 39

16 Beberapa fasilitas pengelolaan persampahan 39

17 Kegiatan sosialisasi bank sampah 39

18 Kegiatan komposting 41

19 Produk daur ulang sampah 41

20 Sumur resapan yang terdapat di SMPN 6 Bukittinggi 44 21 Saluran drainase tempat pembuangan limbah domestik 47

22 Pie chart Index of Happiness 59

23 Contoh taman ketetanggaan 61

24 Urban agriculture di New York 61

25 Contoh prak and ride di New York 62

26 Contoh filter penjernih air 63

27 Beberapa tanaman penyerap polutan di air 63

28 Contoh pengolahan air limbah dengan tanaman 64

29 Tanaman hias penyerap polusi udara 64

DAFTAR LAMPIRAN

1 Kuesioner Index of Happiness 68

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Peningkatan pertumbuhan penduduk di Indonesia berpengaruh kepada kualitas lingkungannya. Begitu pula dengan kota-kota di Indonesia salah satunya Kota Bukittinggi. Kota Bukittinggi dikenal sebagai kota pariwisata dan sebagai pusat perdagangan dan jasa. Selain itu, Kota Bukittinggi juga dikenal sebagai kota yang bersejarah di Indonesia. Keindahan alam dan nilai sejarah Kota Bukittinggi yang tinggi memberikan nilai tambah bagi kota ini. Keadaan tersebut menjadikan Kota Bukittinggi sebagai destinasi wisata bagi masyarakat yang tinggal di daerah luar Kota Bukittinggi. Semakin meningkatnya pertumbuhan wisata Kota Bukittinggi serta perdagangannya, menyebabkan semakin meningkat pula lapangan pekerjaan di Kota Bukittinggi. Banyak masyarakat dari luar Kota Bukittinggi memilih untuk bermukim di Kota Bukittinggi sehingga semakin meningkatnya urbanisasi di Kota Bukittinggi.

Urbanisasi yang semakin meningkat di Kota Bukittinggi menyebabkan meningkatnya kepadatan penduduk, dan semakin pesatnya pembangunan di Kota Bukittinggi sehingga menimbulkan berbagai permasalahan lingkungan perkotaan. Permasalahan lingkungan perkotaan yang ada perlu ditanggulangi dengan menerapkan sebuah konsep kota yang ekologis dan berkelanjutan. Kota yang ekologis disebut juga dengan urban ecological concept. Urban ecological concept merupakan konsep kota yang ekologi dan ramah lingkungan dengan memperhatikan hubungan organisme hidup satu sama lain dan lingkungannya dalam konteks lingkungan perkotaan. Metafora dari konsep kota yang ekologi adalah konsep kota hijau.

Konsep kota hijau adalah salah satu konsep kota yang ekologis dan berkelanjutan yang dikenal saat ini. Konsep kota hijau merupakan suatu konsep kota yang ramah lingkungan dalam pengefektifan dan efisiensi sumberdaya air dan energi, mengurangi limbah, menerapkan sistem transportasi terpadu, menjamin adanya kesehatan lingkungan, dan mampu mengsinergikan lingkungan alami dan buatan yang mengacu pada perencanaan dan perancangan kota dan berpihak kepada prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan (Kementrian Pekerjaan Umum, 2011). Sebuah penelitian mengenai kota hijau yang dilakukan oleh Economist Intelligence Unit (EIU) di Asia mengemukakan 8 (delapan) kategori dan beberapa indikator kota hijau. Kedelapan kategori ini disebut Asian Green City Index yang terdiri dari Energy & CO2, Land Use and Buildings, Transport, Waste, Water,

Sanitation, Air Quality, dan Environmental Governance.

(18)

2

suatu kinerja. Sehingga, dalam evaluasi penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi perlu dilakukan pengukuran indeks kebahagiaan atau Index of Happiness masyarakat Kota Bukittinggi. Hal ini dapat memberikan penilaian terhadap bagaimana hasil evaluasi dari penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi dari aspek sosial masyarakat.

Perumusan Masalah

Berdasrkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. bagaimana perkembangan penataan Kota Bukittinggi saat ini, dan

2. seberapa jauh kinerja Kota Bukittinggi dalam menerapkan konsep kota hijau dalam penataan dan pembangunan kotanya.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. mengidentifikasi kondisi umum dan upaya Kota Bukittinggi dalam menerapkan konsep kota hijau berdasarkan 8 (delapan) kategori Asian Green City Index, 2. menganalisis kondisi umum dan upaya Kota Bukittinggi dalam menerapkan

konsep kota hijau berdasarkan 8 (delapan) kategori Asian Green City Index, 3. mengukur indeks kebahagiaan masyarakat (Index of Happiness) Kota

Bukittinggi terkait penerapan konsep kota hijau, dan

4. mengevaluasi penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman baru bagi peneliti. Penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perencanaan dan pengembangan pembangunan daerah setempat. Diharapkan dengan menggunakan konsep ini perkembangan kota selanjutnya dapat lebih berorientasi pada lingkungan.

Ruang Lingkup Panalitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah mengidentifikasi dan menganalisis kinerja Kota Bukittinggi berdasarkan Asian Green City Index serta usaha kota dalam meningkatkan kualitas lingkungan kotanya menuju kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Evaluasi yang dilakukan meliputi evaluasi berdasarkan kategori Asian Green City Index yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Pengukuran indeks kebahagiaan masyrakat Kota Bukittinggi digunakan untuk mendukung hasil evaluasi.

Kerangka Pikir Penelitian

(19)

3 CO2, Land Use and Buildings, Trasport, Waste, Water, Sanitation, Air Quality, dan

Environmental Governance. Masing-masing kategori memiliki indikator yang terbagi menjadi aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Analisis yang dilakukan adalah analisis pada aspek kuantitatif dan analisis pada aspek kualitatif.

Analisis yang dilakukan akan menghasilkan evaluasi penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi yang nantinya akan disusun menjadi tabel performa kota. Evaluasi dilakukan dengan menilai sudah berada pada tingkat manakah penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi dengan mengacu kepada Asian Green City Index. Dalam mendukung hasil evaluasi yang diperoleh dilakukan penilaian kinerja kota dengan melihat aspek sosial yaitu Index of Happiness masyarakat. Index of Happiness masyarakat tidak hanya mengukur tingkat kebahagiaan masyarakat saja tetapi juga persepsi masyarakat terkait penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi. Kerangka pikir penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka pikir penelitian

Index of Happiness

Kota Bukittinggi

Kota Bukittinggi Menuju Kota Hijau

Kondisi Umum dan Upaya Kota Bukittinggi Terkait Penerapan Konsep Kota Hijau Berdasarkan Asian Green City Index

8 Kategori Asian Green City Index

Analisis Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi Berdasarkan Asian Green City Index

Evaluasi Penerapan Konsep Kota Hijau di Kota Bukittinggi Energy

& CO2 Land Use

and Buildings Transport Waste Water Sanitation

Environmental Governance Air

Quality

(20)

4

TINJAUAN PUSTAKA

Urbanisasi dan Urban Ecology

Urbanisasi adalah suatu proses kenaikan proporsi jumlah penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Urbanisasi adalah proses perpindahan jumlah penduduk ke kota atau daerah permukiman padat. Urbanisasi adalah suatu proses perpindahan penduduk desa ke kota atau dapat dikatakan urbanisasi merupakan proses terjadinya masyarakat. Terdapat faktor-faktor yang menarik dan mendorong terjadinya urbanisasi. Faktor yang menarik terjadinya urbanisasi antara lain kota memiliki sarana dan prasarana yang lebih baik daripada di desa, penghasilan yang didapat di kota lebih tinggi, kehidupan di kota lebih modern dan menarik, terdapat banyaknya hiburan di kota dibandingkan di desa, dan pendidikan serta fasilitasnya lebih baik di kota dari pada di desa. Faktor yang mendorong terjadinya urbanisasi adalah sempitnya lahan pekerjaan di desa, lingkungan desa yang bersifat kaku, ingin mencoba mangadu nasib di kota, terpaksa pindah dari desa, dan dorongan orang tua terhadap anaknya. Tujuan dari urbanisasi adalah untuk meningkatkan taraf hidup dan juga untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik. Sasaran urbanisasi secara umum memilih pusat industri atau perdagangan yang dapat memberikan lapangan pekerjaan yang luas. Kota-kota besar merupakan kota tujuan arus urbanisasi karena kota merupakan pusat pemerintahan, pembangunan, industri dan, pusat perdagangan baik barang maupun jasa.

Dalam mendefinisikan konsep urban ecology terdapat dua kata yang

membangun yaitu kata “urban” dan “ecology”. Urban mengacu kepada komunitas manusia yang dengan kepadatan tinggi, tempat tinggal mereka dan konstruksinya (McDonnell et al, 2009). Urban juga didefinisikan sebagai pertimbangan gradien penggunaan lahan. Menurut Forman dan Godron (1986) dalam McDonnell et al (2009) intensitas pengaruh manusia membagi lanskap menjadi lima jenis yang luas mencakup kontinum dari lingkungan alam murni untuk pusat-pusat kota yang sangat dimodifikasi oleh orang-orang.

Arti kata “ecology” telah berkembang selama beberapa dekade terakhir. Lebih khusus, Haila dan Levins (1992) dalam McDonnell et al (2009) mengakui empat arti yang berbeda dari istilah itu. Ekologi ilmu menyelidiki alam 'ekonomi' (aliran materi dan energi atau distribusi dan kelimpahan organisme), sedangkan ekologi sebagai alam dipandang sebagai sumber daya bagi manusia. Ekologi adalah sebuah konsep yang memandang eksistensi manusia dalam kaitannya dengan ekologi ilmu (ekologi manusia) dan ekologi gerakan mengacu pada kegiatan politik yang berkaitan dengan isu-isu ekologi dan lingkungan (gerakan hijau). Sehingga dalam McDonnel et al (2009) Rebele (1994) mendifinisikan “ekologi perkotaan” diartikan sebagai sebuah konsep yang kompleks dengan dimensi yang berbeda. Namun, di sini kita mendefinisikan 'ekologi' sebagai ilmu alam. Pendekatan yang berbeda untuk penelitian ekologi perkotaan menunjukkan bahwa ekologi perkotaan adalah disiplin yang luas yang dapat didefinisikan sebagai penelitian ekologi di perkotaan.

Kota dan Tata Ruang Kota

(21)

5 dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Peraturan Mendagri RI No. 4/1980 menjelaskan bahwa kota adalah suatu wadah yang memiliki batasan administrasi wilayah seperti kotamadya dan kota administratif. Kota juga berarti suatu lingkungn kehidupan perkotaan yang mempunyai ciri nonagraris, misalnya ibukota kabupaten, ibukota kecamatan yang berfungsi sebagai pusat pertumbuhan. Sedangkan Bintarto (1984) dalam Mirsa (2012) menjelaskan bahwa dari segi geografis kota diartikan sebagai suatu sistem jaringan kehidupan yang ditandai dengan kepadatan penduduk yang tinggi dan diwarnai dengan strata ekonomi yang heterogen dan bercorak materialistir atau dapat pula diartikan sebagai bentang budaya yang ditimbulkan oleh unsur-unsur alami dan nonalami dengan gejala-gejala pemusatan penduduk yang cukup besar dengan corak kehidupan yang bersifat heterogen dan materialistis dibandingkan dengan daerah di belakangnya.

Menurut UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang kawasan perkotaan di Indonesia secara formal adalah kawasan yang mempunyai kegiatan kegiatan utama bukan pertanian dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat permukiman perkotaan, pemusatan dan distribusi pelayanan jasa, pelayanan sosial dan kegiatan ekonomi. Kota yang telah berkembang maju mempunyai peranan yang lebih luas lagi antara lain sebagai pusat permukiman penduduk, pusat kegiatan ekonomi, pusat kegiatan sosial ekonomi, dan pusat kegiatan politik administrasi pemerintahan serta tempat kependudukan pemimpin pemerintahan. Kota memiliki beberapa ciri fisik yang menjadi ciri khas bentuk kota yaitu meliputi tersedianya tempat-tempat untuk pasar dan pertokoan, parkir, dan terdapatnya sarana rekreasi dan sarana olahraga.

Tata ruang kota adalah wujud struktural dari pola pemanfaatan ruang yang direncanakan maupun tidak. Menurut UU No. 24 tahun 1992 tentang penataan ruang, tata ruang adalah wujud struktural dari pola pemanfaatan ruang yang direncanakan maupun tidak. Kondisi sosial dan ekonomi penduduk sangat berkaitan dengan penataan ruang kota, serta pengelolaan lingkungan dan sumber daya alam yang ada. Selanjutnya pada UU No. 22 tahun 1999 tata ruang adalah mengenai penetapan kawasan perkotaan selain kawasan perkotaan yang berstatus daerah kota, penetapan tersebut terdiri dari daerah kabupaten, kawasan perkotaan baru, yang merupakan hasil pembangunan yang mengubah kawasan pedesaan menjadi kawasan perkotaan yang merupakan bagian dari dua atau lebih daerah yang berbatasan sebagai daerah satu kesatuan sosial, ekonomi, dan fisik perkotaan. Dalam penataan ruang kota ada tiga hal yang perlu diperhatikan sebagai garis besar dalam menata ruang antara lain perancanaan tata ruang, pemanfaatan ruang, dan pengendalian pemanfaatan ruang.

Kota Hijau

(22)

6

dimensi sosial, ekonomi dan lingkungan, serta dimensi tata kelolanya, termasuk kepemimpinan dan kelembagaan kota yang mantap. Menurut Campbell (1996) dalam Panduan Kota Hijau di Indonesia secara konseptual, pembangunan perkotaan berkelanjutan merupakan upaya untuk mengintegrasikan secara sinergis dari tiga kepentingan utama dalam pembangunan perkotaan yang meliputi keadilan sosial, mendorong pertumbuhan dan efisiensi ekonomi, dan perlindungan terhadap kelestarian lingkungan. Tiga kepentingan ini tergabung kedalam segitiga keberlanjutan tiga konflik tujuan perencanaan perkotaan (Gambar 2).

Gambar 2 Segitiga keberlanjutan tiga konflik tujuan perencanaan Sumber : Panduan kota hijau di Indonesia

Indonesia memiliki delapan atribut kota hijau yang sedang dikembangkan pada saat sekarang ini. Kedelapan atribut tersebut terdiri dari: 1) green planing and design adalah perencanaan dan perancangan yang beradaptasi pada biofisik kawasan, 2) green openspace adalah peningkatan kuantitas dan kualitas RTH sesuai karakteristik kota/kab dengan target 30%, 3) green waste adalah usaha untuk zero waste dengan melaksanakan prinsip 3R yaitu mengurangi sampah/limbah, mengembangkan proses daur ulang dan meningkatkan nilai tambah, 4) green transportation adalah pengembangan sistem transportasi yang berkelanjutan, misalnya transportasi publik dan jalur sepeda, 5) green water adalah efisiensi pemanfaatan sumberdaya air, 6) green energy pemanfaatan sumber energi yang efisien dan ramah lingkungan, 7) green buildings adalah bangunan hemat energi, dan 8) green community adalah kepekaan, kepedulian dan peran serta aktif masyarakat dalam pengembangan atribut-atribut kota hijau.

Asian Green City Index

Asian Green City Index adalah sebuah rangkaian penelitian yang dilakukan oleh Economic Intelligence Unit (EIU) mengenai kinerja kota-kota yang ada di Asia terkait penerapan konsep kota hijau. Penilaian yang dilakukan adalah berdasarkan 8 (delapan) kategori antara lain Energy & CO2, Land Use and Buildings, Transport,

(23)

7

Energi dan Emisi CO2

Karbondioksida (CO2) adalah suatu gas penting dan dalam kadar yang normal sangat bermanfaat dalam melindungi kehidupan manusia di bumi. Komposisi ideal dari CO2 dalam udara bersih seharusnya adalah 314 ppm sehingga jumlah yang berlebihan di atmosfer bumi akan mencemari udara. Emisi CO2 berasal dari pembakaran bahan bakar fosil merupakan penyebab terbesar sekitar 50% dari efek gas rumah kaca. Umumnya pencemaran yang diakibatkan oleh emisi CO2 bersumber dari 2 (dua) kegiatan yaitu alam (natural), dan manusia (antropogenik) seperti emisi CO2 yang berasal dari transportasi, sampah, dan konsumsi energi listrik rumah tangga. Emisi CO2 yang dihasilkan dari kegiatan manusia (antropogenik) konsentrasinya relatif lebih tinggi sehingga mengganggu sistem kesetimbangan di udara dan pada akhirnya merusak lingkungan dan kesejahteraan manusia.

Konservasi energi adalah upaya untuk menghemat energi melalui perilaku yang lebih berkelanjutan atau penggatian menjadi bahan bakar yang lebih ramah lingkungan, hemat, dan ekonomis. Konservasi energi dapat dilakukan dalam berbagai cara, diantaranya adalah melalui pengaturan transportasi, bangunan, dan guna lahan. Upaya yang dilakukan antara lain melalui pengembangan permukiman yang lebih padat, penggunaan teknologi baru, dan perbaikan sistem transportasi. Penggunaan Lahan

Lahan berarti tanah yang sudah ada peruntukannya dan umumnya ada pe- miliknya baik perorangan maupun lembaga (Sudipta et al, 2009). Istilah penggunaan lahan (land use) berbeda dengan penutupan lahan (land cover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutupan lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu.Penggunaan lahan merupakan hasil akhir dari setiap bentuk campur tangan kegiatan (intervensi) manusia terhadap lahan di permukaan bumi yang bersifat dinamis dan berfungsi untuk memenuhi kebutuhan hidup baik material maupun non material. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 tahun 2002 tentang Bangunan Gedung bangunan gedung adalah wujud fisik hasil pekerjaan konstruksi yang menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di atas dan/atau di dalam tanah dan/atau air, yang berfungsi sebagai tempat manusia melakukan kegiatannya, baik untuk hunian (tempat tinggal), kegiatan keagamaan, kegiatan usaha, kegiatan sosial, maupun kegiatan khusus.

Transportasi

(24)

8

mengangkut atau membawa barang dan atau penumpang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Transportasi merupakan komponen utama dalam sistem hidup dan kehidupan, sistem pemerintahan, dan sistem kemasyarakatan. Kondisi sosial demografis wilayah memiliki pengaruh terhadap kinerja transportasi di wilayah tersebut. Sistem transportasi berkelanjutan lebih mudah terwujud pada sistem transportasi yang berbasis pada penggunaan angkutan umum dibandingkan dengan sistem yang berbasis pada penggunaan kendaraan pribadi. Sistem transportasi berkelanjutan merupakan tatanan baru sistem transportasi di era globalisasi saat ini.

Menurut Kusbantoro (2009) dalam Maryati (2013) pada dasarnya sistem transportasi merupakan keterkaitan antara empat aspek elementer, yaitu sistem kegiatan, sistem pergerakan, sistem jaringan (infrastruktur), dan kelembagaan.

1. Sistem kegiatan (transport demand)

Pergerakan lalu lintas timbul karena adanya proses pemenuhan kebutuhan. Kegiatan atau tata guna lahan mempunyai jenis kegiatan tertentu yang akan membangkitkan pergerakan dan akan menarik kegiatan seperti kegiatan sosial, ekonomi, kebudayaan, dan lain-lain. Besarnya pergerakan berkaitan dengan jenis dan intensitas yang dilakukan.

2. Sistem jaringan atau sistem infrastruktur (transport supply)

Pergerakan orang dan barang membutuhkan infrastruktur. Infrastruktur transportasi terdiri dari simpul (stasiun, terminal, pelabuhan, bandar udara) dan jaringan (jalan raya, rel kereta api, alur pelayanan, dan jalur penerbangan)

3. Sistem pergerakan (traffic)

Pergerakan timbul akibat interaksi antara sistem kegiatan dan sistem jaringan sehingga menghasilkan pergerakan orang dan barang dengan menggunakan kendaraan

4. Sistem kelembagaan

Kelembagaan menjamin terwujudnya pergerakan yang aman, nyaman, lancar, murah, dan handal sesuai dengan kondisi lingkungan.

Sampah

(25)

9 menurut derajat keterpakaiannya, dalam proses-proses alam sebenarnya tidak ada konsep sampah, yang ada hanya produk-produk yang dihasilkan setelah dan selama proses alam tersebut berlangsung. Akan tetapi karena dalam kehidupan manusia didefinisikan konsep lingkungan maka sampah dapat dibagi menurut jenis-jenisnya.

Pada saat ini terutama di kota-kota besar, infrastruktur persampahan merupakan hal yang sangat diperlukan untuk mendukung kehidupan manusia. Jumlah timbulan sampah terus mengalami peningkatan akibat pertambahan jumlah penduduk dan kemajuan masyarakat sehingga diperlukan upaya pengelolaan sampah yang ditempuh melalui berbagai strategi, di antanya pengurangan dari sumber, daur ulang dan pengomposan, pembakaran, dan landfill. Kebutuhan infrastruktur sampah ditentukan oleh timbulan sampah dan karakteristiknya. Sampah dihasilkan dari beberapa sumber yang diklasifikasikan sebagai berikut:

1. perumahan dan komersial, terdiri dari sampah organik dan anorganik yang berasal dari sisa kegiatan perumahan dan komersil,

2. fasilitas umum, seperti sekolah, rumah sakit, kantor pemerintahan. sampah yang dihasilkan dari sumber ini pada umumnya berupa kertas, plastik, kayu, sisa makanan, gelas, kaleng, dan limbah berbahaya, 3. konstruksi dan domulisi, merupakan sampah yang dihasilkan dari

aktivitas konstruksi, pemugaran, dan renovasi rumah secara individu, bangunan komersil maupun struktur-struktur lainnya,

4. pelayanan masyarakat, merupakan sampah yang dihasilkan dari operasi dan pemeliharaan fasilitas pemerintahan, seperti pembersihan jalan dan taman kota, hewan-hewan mati, dan kendaraan,

5. fasilitas pengolahan dan sisa lainnya, merupakan sampah yang berasal dari sisa pengolahan air minum, air limbah, dan industri,

6. industri, merupakan sampah yang dihasilkan dari lokasi industri. Sampah dari sumber ini dapat dibagi dua yaitu sampah dari industri dan sampah dari non industri, seperti debu, sampah dari kegiatan konstruksi dan demolisi, dan limbah berbahaya, dan

7. pertanian, merupakan sampah yang dihasilkan dari aktivitas pertanian yang beragam, seperti penanaman, dan pemanenan tanaman pangan, produksi susu,dan pemberian makan ternak.

Air

(26)

10

keperluan rumah tangga (domestic use), dan keperluan non rumah tangga (non domestic use).

Kebutuhan air adalah jumlah air yang dibutuhkan secara wajar untuk memenuhi keperluan pokok manusia dan kegiatan-kegiatan lainnya yang memerlukan air. Kebutuhan akan air bersih berbeda-beda tergantung dari penggunaanya. Secara garis besar penggunaan air dibagi menjadi dua yaitu sebagai berikut :

1. keperluan rumah tangga (domestic use), meliputi keperluan minum dan masak, mandi dan membersihkan diri, keperluan cuci-mencuci, fasilitas sanitasi dalam rumah, dan keperluan dalam rumah tangga, dan

2. keperluan non rumah tangga (non domestic), meliputi penggunaan air untuk keperluan fasilitas umum dan sosial, seperti fasilitas pendidikan, komersial, dan sebagainya. Besarnya kebutuhan air untuk keperluan non rumah tangga pada umumnya adalah 20%.

Sanitasi dan Air Limbah

Sanitasi adalah perilaku disengaja dalam pembudayaan hidup bersih dengan maksud mencegah manusia bersentuhan langsung dengan kotoran dan bahan buangan berbahaya lainnya dengan harapan usaha ini akan menjaga dan meningkatkan kesehatan manusia. Definisi lain dari sanitasi adalah segala upaya yang dilakukan untuk menjamin terwujudnya kondisi yang memenuhi persyaratan kesehatan. Sementara beberapa definisi lainnya menitikberatkan pada pemutusan mata rantai kuman dari sumber penularannya dan pengendalian lingkungan. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia sanitasi adalah usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik dibidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat. Sanitasi lingkungan adalah cara menyehatkan lingkungan hidup manusia terutama lingkungan fisik, yaitu tanah, air, dan udara.

Air limbah perupakan air sisa atau air bekas digunakan sebagai ait bersih yang dapat digunakan kembali untuk tujuan semula. Air limbah bersumber dari permukiman, komersial, institusi, industri, infiltrasi, inflow, dan air hujan yang jatuh ke permukaan bumi. Air limbah yang berasal dari permukiman, komersial, dan institusi disebut air limbah domestik, air limbah yang berasal dari industri disebut air limbah industri, dan air hujan yang jatuh ke permukaan bumi disebut air limpasan.

Kualitas Udara

(27)

11 sebagai komponen IKU karena pengaruh keduanya yang sangat signifikan terhadap kehidupan manusia.

Tata Kelola Lingkungan

Tata kelola lingkungan adalah konsep dalam ekologi politik dan kebijakan lingkungan yang menganjurkan keberlanjutan (sustainable development) sebagai pertimbangan tertinggi untuk mengelola semua manusia kegiatan politik, sosial dan ekonomi. Menurut UU RI No. 23 tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, yang tertera dalam pasal 1 ayat 2 yang berbunyi Pengelolaan lingkungan hidup adalah upaya terpadu untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup yang meliputi kebijaksanaan penataan, pemanfaatan, pengembangan, pemeliharaan, pemulihan, pengawasan, dan pengendalian lingkungan hidup. Sedangkan sumberdaya alam disebutkan dalam ayat 10 mencakup sumberdaya alam hayati maupun non hayati dan sumberdaya buatan.

Pembangunan yang dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu mengakibatkan daya dukung lingkungan hidup terganggu dan daya tampung lingkungan hidup menurun. Hal ini akan menyebabkan pencemaran lingkungan, menurut UU No. 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup menjelaskan mengenai pencemaran lingkungan bahwa yang dimaksud dengan pencemaran lingkungan adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia sehingga kualitasnya turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan hidup tersebut tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukkannya atau fungsinya.

Indeks Kebahagiaan

Tingkat kebahagiaan juga dikenal dengan Index of Happiness. Dalam World Happiness Report 2013 kata “happiness” berarti aspirasi dari setiap hal yang dilakukan oleh manusia dan juga dapat diartikan sebagai ukuran dari

perkembangan sosial. Kata “happiness” diartikan dalam dua hal yaitu emosi dan

evaluasi. Emosi yaitu mengenai “apakah anda bahagia?” sedangkan evaluasi mengenai “apakah anda bahagia dengan kehidupan anda sekarang?”. Index of Happiness adalah salah satu indikator yang digunakan untuk mengukur kesejahteraan masyarakat berdasarkan tingkat kebahagiaan masyarakat. Tingkat

kebahagiaan diperoleh dengan menggunakan pertanyaan “apakah anda bahagia kemarin?”, sedangkan untuk evaluasi atau penilaian dengan menanyakan “apakah

(28)

12

METODE

Lokasi dan Waktu Pelaksanaan Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Bukittinggi, Propinsi Sumatera Barat (Gambar 3). Letak Kota Bukittinggi secara astronomis terletak antara 1000 20’ – 1000 25’ BT dan 000 16’ - 00020 LS. Kota Bukittinggi memiliki luas 25.239 km2 dengan jumlah penduduk 114 415 jiwa (BPS Kota Bukittinggi, 2012). Penelitian ini dilakukan dari bulan Februari hingga bulan Juli 2014.

Gambar 3 Lokasi penelitian

Sumber : http://geospasial.bnpb.go.id, 2012 Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah voice recorder untuk merekam suara, dan kamera untuk mengambil gambar di lapang. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah delapan kategori Asian Green City Index, kuesioner untuk mengumpulkan data persepsi masyarakat yaitu Index of Happiness, peta dasar sebagai panduan pengambilan, pengolahan dan analisis data berdasarkan kondisi tapak, Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) untuk mengetahui rencana pengembangan ruang kota, dan bahan pustaka untuk studi literatur.

Batasan Penelitian

Batasan penelitian ini adalah mengevaluasi kinerja Kota Bukittinggi menerapkan konsep kota hijau berdasarkan 8 (delapan) kategori Asian Green City Index dan Index of Happiness sehingga dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi bagi pemerintahan dan pengembang swasta dalam mewujudkan kota hijau di Kota Bukittinggi.

Metode Penelitian

(29)

13 kategori Asian Green City Index terdiri dari beberapa indikator yang terbagi dalam dua aspek yaitu aspek kuantitatif dan aspek kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu persiapan, inventarisasi, analisis, dan evaluasi. Persiapan

Tahapan persiapan yaitu tahapan persiapan administrasi dan perizinan terhadap dinas yang dituju dalam melakukan penelitian. Persiapan administrasi yang dilakukan adalah pembuatan surat izin penelitian yang ditujukan kepada dinas terkait yang menangani masing-masing kategori Asian Green City Index.

Inventarisasi

Tahap inventarisasi merupakan tahap pengumpulan data berupa data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diambil secara langsung oleh peneliti pada lokasi penelitian, sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan dari literatur yang membantu peneliti dalam mengolah data. Data primer yang dikumpulkan merupakan data visual berupa dokumentasi eksisting kondisi tapak dan wawancara terhadap pihak dinas terkait penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi. Data sekunder adalah data yang tidak bisa didapatkan langsung dari lokasi penelitian. Data sekunder pada penelitian ini diperoleh dari pihak dinas terkait penerapan konsep kota hijau serta literatur pendukung. Untuk mengetahui Index of Happiness dan persepsi masyarakat, dilakukan pengumpulan data menggunakan kuesioner Index of Happiness. Tabel jenis dan sumber data primer dan sekunder yang dikumpulkan terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data yang dibutuhkan dalam penelitian

No. Data Data yang diambil Jenis Data Sumber Data

a.Bukittinggi dalam Angka 2013,

b.RTRW Kota Bukittinggi

Studi

Sekunder a. Bukittinggi dalam Angka 2013,

b. RTRW Kota Bukittinggi c. Dinas Kebersihan dan

Pertamanan d. Kantor Lingkungan

Hidup

e. Dinas Pekerjaan Umum f. Dinas Perhubungan

Studi

b. RTRW Kota Bukittinggi c. Dinas Kebersihan dan

Pertamanan d. Kantor Lingkungan

Hidup

e. Dinas Pekerjaan Umum f. Dinas Perhubungan

(30)

14

Tabel 1 Data yang dibutuhkan dalam penelitian (lanjutan)

No. Data Data yang diambil Jenis Data Sumber Data

Primer Kuesioner Index of Happiness

Setiap kategori Asian Green City Index memiliki indikator. Indikator dari setiap kategori dibagi menjadi dua tipe yaitu kuantitatif dan kualitatif. Data yang diambil untuk setiap indikator berbeda-beda. penjelasan untuk setiap kategori dan indikator Asian Green City Index tersaji pada Tabel 2.

Tabel 2 Data yang diambil untuk kategori Asian Green City Index

No Kategori Indikator Tipe Jenis Data

1 Energy & CO2 Jumlah emisi CO2 (kg) Kuantitatif Sekunder

Jumlah konsumsi energi di Kota Bukittinggi (kWh/orang)

Kuantitatif

Kebijakan mengenai clean energy Kualitatif Primer Sekunder

Jumlah ruang terbuka hijau (%) Kuantitatif Sekunder Kepadatan penduduk (orang/km2) Kuantitatif

Kebijakan mengenai eco building Kualitatif Primer Sekunder Kebijakan penggunaan lahan Kualitatif

3 Transport Jaringan transportasi (km/km2) Kuantitatif Sekunder

Kebijakan mengenai transportasi

4 Waste Sampah yang dihasilkan (m3/hari) Kuantitatif Sekunder

Sampah yang di kelola (%) Kuantitatif

Kebijakan pengumpulan sampah Kualitatif Primer Sekunder Kebijakan dalam daur ulang

sampah

Kualitatif

5 Water Jumlah konsumsi air per kapita (liter/orang)

Kuantitatif Sekunder

Kebocoran sistem air (%)

Kuantitatif

Kebijakan mengenai kualitas air Kualitatif Primer Sekunder Kebijakan mengenai keberlanjutan

air

Kualitatif

6 Sanitation Populasi yang telah memilki jamban (%)

Kuantitatif Sekunder

Jumlah limbah cair yang dapat dikelola (%)

Kuantitatif

(31)

15 Tabel 2 Data yang diambil untuk kategori Asian Green City Index (lanjutan)

No Kategori Indikator Tipe Jenis Data

7 Air Quality Konsentrasi NO2 di udara per hari

(µg/Nm3/hari)

Kuantitatif Sekunder

Konsentrasi SO2 di udara per hari

(µg/Nm3/hari)

Kuantitatif

Konsentrasi PM10 diudara per hari

(µg/Nm3/hari)

Kuantitatif

Kebijakan mengenai kualitas udara

Kualitatif Primer Sekunder 8 Tatakelola

Lingkungan

Pengelolaan lingkungan Kualitatif Primer

Sekunder Pengawasan lingkungan Kualitatif

Partisipasi publik Kualitatif

Pengambilan data Index of Happiness dimulai dengan menghitung jumlah sampel yang akan dijadikan responden penelitian. Penghitungan banyaknya sampel dilakukan dengan perhitungan sampel menggunakan rumus Slovin. Berikut perhitungan jumlah sampel atau responden untuk mengukur Index of Happiness terkait penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi:

n = + .

Keterangan : n = Jumlah sampel atau responden N = Jumlah populasi

d = Nilai presisi (dipakai 95% dengan α = 0.1)

Jumlah sampel atau responden dalam penelitian ini adalah 99.912 orang dibulatkan menjadi 100 orang. Perhitungannya sebagai berikut :

n = + . = .

Sampel adalah sebagian dari populasi. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel acak (probability random sampling) yaitu semua populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dijadikan sampel. Dalam memilih sampel pada penelitian ini, peneliti memilih sampel dengan cara membagi jumlah sampel yang diperoleh dengan rumus Slovin yaitu 100 sampel/responden pada tiap kecamatan yang ada di Kota Bukittinggi. Berikut pembagiannya tersaji pada Tabel 3.

Tabel 3 Jumlah sampel per kecamatan

No Kecamatan Jumlah Penduduk Banyaknya

sampel*

1 Guguk Panjang 42 627 37

2 Mandiangin Koto Selayan 46 342 40

3 Aur Birugo Tigo Baleh 25 446 23

*[Banyaknya Sampel = Jumlah Penduduk Kecamatan / Jumlah Penduduk Kota x 100] 100 = jumlah sampel / responden

Analisis

(32)

16

Asian Green City Index. Indikator Asian Green City Index (AGCI) memiliki bobot nilainya masing-masing yang akan dikalikan dengan hasil perhitungan data kuantitatif dan hasil skoring data kualitatif masing-masing indikator.

1. Aspek Kuantitatif

Analisis yang dilakukan pada aspek kuantitatif menggunakan teknik normalisasi yang dikalikan dengan bobot indikator AGCI. Perhitungan aspek kuantitatif menggunakan rumus sebagai berikut:

a. untuk data dengan ketentuan semakin mendekati angka baku mutu, semakin

bagus atau semakin “hijau” digunakan perhitungan Bobot nilai % = (Nilai yang diperoleh

Nilai baku mutu ) x Bobot indikator %

b. untuk data dengan ketentuan semakin mendekati angka baku mutu semakin jelek atau semakin “tidak hijau” digunakan perhitungan

Bobot nilai % = ( −Nilai yang diperolehNilai baku mutu ) × Bobot Indikator %

c. untuk data yang memiliki baku mutu dengan nilai maksimal dan nilai minimal, digunakan perhitungan

Bobot nilai % = (Nilai maksimal baku mutu − Nilai minimal baku mutu) × Bobot indikator %Nilai yang diperoleh − Nilai minimal baku mutu

d. untuk data yang memiliki baku mutu dengan nilai maksimal dan nilai minimal dan semakin mendekati baku mutu semakin tidak bagus digunakan perhitungan

Bobot nilai % = ( −Nilai maksimal baku mutu − Nilai minimal baku mutu) × Bobot indikator %Nilai yang diperoleh − Nilai minimal baku mutu

Bobot nilai dengan nilai yang melebihi bobot AGCI dan bobot nilai yang memliki nilai negatif akan dilakukan penilaian dengan bobot nilai maximum dan bobot nilai minimum AGCI. Bobot nilai yang bernilai negatif akan diberi nilai 0% dan bobot nilai yang melebih bobot nilai AGCI akan diberi nilai 25%. Baku mutu yang digunakan aspek kuantitatif pada penelitian ini disajikan pada Tabel 4.

Tabel 4 Baku mutu untuk menganalisis aspek kuantitatif

No Kategori Indikator Baku Mutu

1 Energy & CO2 Jumlah emisi CO2 ≤83 084 168.475 kg(1) Jumlah konsumsi energi ≤815 kWh / kapita(2)

2 Land Use and

Buildings

Luas ruang terbuka ≥ 30 %(3)

Kepadatan penduduk ≤10 000 orang / km2(4)

3 Transport Jaringan transportasi perkotaan ≤0.3 km/km2 (4)

4 Waste Sampah yang dihasilkan ≤ 228.83 m3 / hari (5)

Sampah yang dikelola/dikumpulkan ≤ 70 %(6)

5 Water Konsumsi air per kapita Min :60

Max: 126.9 l/o/hr(7)

Kebocoran sistem air ≤ 45 %(4)

6 Sanitation persentase populasi yang telah memiliki akses terhadap jamban

Min 20% Max 100 %(4)

Jumlah limbah cair yang diolah Min 10%

(33)

17 Tabel 4 Baku mutu untuk menganalisis aspek kuantitatif (lanjutan)

No Kategori Indikator Baku Mutu

7 Air Quality Tingkat konsentrasi NO2 di udara ≤ 150 ug/Nm3/hari(8)

Tingkat konsentrasi SO2 di udara ≤ 365 ug/Nm3/hari(8)

Tingkat konsentrasi TSP di udara ≤ 230 ug/Nm3/hari(8)

Sumber : (1)Mentri ESDM 2012 dan hasil perhitungan, (2) Mentri ESDM 2012 (3)UU No. 26/2007, (4)AGCI, (5)SNI 19-3964-1994, (6)Permen PU No. 14/2010, (7)Standar PU, (8) PP No. 41/1999

2. Aspek Kualitatif

Aspek kualitatif akan dihitung menggunakan metode skoring. Metode ini merupakan metode expert judgement yang mengacu pada penelitian sebelumnya. Kriteria yang digunakan adalah sebagai berikut:

0 = ada rencana belum ada penerapan

1 = ada aturan belum ada penerapan /belum ada aturan sudah ada penerapan

2 = ada aturan dengan penerapan ≤ 50% 3 = ada aturan dengan penerapan > 50%

Skor pada kriteria penerapan ≤ 50% dan > 50%, dihitung dengan melihat sudah berapa jauh kualitas dari penerapan yang dilakukan. Pengukuran persentasenya dilakukan perhitungan dengan melihat apakah sudah sesuai dengan kriteria masing-masing upaya atau belum. Setiap upaya memiliki batasan skoring (Lampiran 2). Nilai hasil skoring akan dikalikan dengan bobot nilai masing-masing indikator.

Bobot Nilai =Skor Tertinggi x Bobot Indikator %Total Skor

Kategori dan indikator Asian Green City Index beserta bobot masing-masing indikator disajikan pada Tabel 5.

Tabel 5 Bobot nilai Asian Green City Index

No. Kategori Indikator Tipe Bobot

AGCI 1 Energy & CO2 Jumlah emisi CO2 (kg) Kuantitatif 25%

Jumlah konsumsi energi per kapita (kWh/orang)

Kuantitatif 25%

Kebijakan energi yang tidak menghasilkan emisi

Kualitatif 25%

Perencanaan aksi untuk mengurangi perubahan iklim

Kualitatif 25%

2 Land Use and Buildings

Luas ruang terbuka hijau (%) Kuantitatif 25% Kepadatan penduduk (orang/km2) Kuantitatif 25%

Kebijakan eco buildings Kualitatif 25%

Kebijakan penggunaan lahan Kualitatif 25%

3 Transport Total panjang jaringan transportasi umum (km/km2)

Kuantitatif 33%

(34)

18

Tabel 5 Bobot nilai Asian Green City Index (lanjutan)

No. Kategori Indikator Tipe Bobot

AGCI 4 Waste Sampah yang dihasilkan (m3) Kuantitatif 25%

Sampah yang dikelola atau dikumpulkan (m3/hari)

Kuantitatif 25%

Kebijakan pengumpulan sampah Kualitatif 25% Kebijakan dalam daur ulang sampah

dan penggunaan kembali

Kualitatif 25%

5 Water Konsumsi air per kapita (l/orang/hari) Kuantitatif 25%

Kebocoran sistem air (%) Kuantitatif 25%

Kebijakan mengenai kualitas air Kualitatif 25% Kebijakan mengenai keberlanjutan air Kualitatif 25% 6 Sanitation Persentase populasi yang telah

memiliki akses terhadap jamban (%)

Kuantitatif 33%

Jumlah limbah cair yang dapat dikelola (%)

Kuantitatif 33%

Kebijakan mengenai sanitasi Kualitatif 33% 7 Air Quality Tingkat konsentrasi NO2 di udara

(µg/Nm3/hari)

Kuantitatif 25%

Tingkat konsentrasi SO2 di udara

(µg/Nm3/hari)

Kuantitatif 25%

Tingkat konsentrasi PM10 di udara

(µg/Nm3/hari)

Kuantitatif 25%

Kebijakan mengenai kualitas udara Kualitatif 25% 8 Environmental

Governance

pengelolaan lingkungan Kualitatif 33%

pengawasan lingkungan Kualitatif 33%

partisipasi publik Kualitatif 33%

Sumber : Asian Green City Index, 2011

3. Index of Happiness

Penilaian Index of Happiness masyarakat Kota Bukittinggi terkait penerapan konsep kota hijau dengan melakukan penilaian hasil kuesioner Index of Happiness. Hasil penilaian kuesioner ini akan memberikan gambaran apakah masyarakat Kota Bukittinggi bahagia dengan adanya penerapan konsep kota hijau di kotanya dan dapat diketahui persepsi masyarakat Kota Bukittinggi terkait penerapan konsep kota hijau di kotanya. Index of Happiness (tingkat kehagiaan) masyarakat Kota Bukittinggi dinalisis dengan menghitung rata-rata skor kuesioner Index of Happines (Lampiran 1) dari 100 sampel kuesioner sehingga menghasilkan angka indeks kebahagiaan atau Index of Happiness masyarakat Kota Bukittinggi. Berikut rumus yang digunakan dalam menghitung Index of Happiness :

� � � =Jumlah total skor kuesionerJumlah sampel

(35)

19 Interval Kelas =Total Skor Terbesar − Total Skor TerkecilJumlah Kelas

Penentuan interval kelas untuk menghitung Index of Happiness masyarakat Kota Bukittinggi dengan skor tertinggi adalah 60 dan skor terendah adalah 20 adalah sebagai berikut :

Interval Kelas = − = .

Kelas dalam penilaian Index of Happiness adalah : Tidak Bahagia : 20.00 – 33.33 Kurang Bahagia : 33.34 – 46.67 Bahagia : 46.68 – 60.00 Evaluasi

Proses evaluasi dilakukan dengan menilai hasil analisis yang telah dilakukan. Evaluasi yang dilakukan adalah dengan memberikan penilaian dan rekomendasi atau green initiative dalam meningkatan kinerja kota. Nilai hasil evaluasi masing-masing indikator akan dikategorikan kedalam 5 (lima) tingkatan dan disusun ke dalam tabel performa kota. Tabel performa terdiri atas 5 (lima) tingkatan yaitu sangat di bawah rata-rata (well below average), di bawah rata-rata (below average), rata-rata (average), di atas rata-rata (above average), dan sangat di atas rata-rata (well above average). Masing-masing kategori memiliki hasil perhitungan berupa persentase nilai penerapannya. Persentase ini akan dikelompokkan kepada 5 (lima ) tingkatan yang terdapat pada tabel performa kota (Tabel 6). Setelah dilakukan penilaian kinerja kota selanjutnya akan dilakukan evaluasi Index of Happiness dan preferensi masyarakat Kota Bukittinggi terkait penerapan konsep kota hijau.

Tabel 6 Contoh tabel performa kota

Well below

(36)

20

HASIL DAN PEMBAHASAN

Profil Wilayah Kota Bukittinggi

Letak Kota Bukittinggi secara astronomis terletak antara 1000 20’ – 1000 25’ BT dan 000 16’ - 00020 LS. Sedangkan secara geografis Kota Bukittinggi terletak pada posisi sentral dalam lingkup Provinsi Sumatera Barat maupun antar provinsi terdekat dan Kota Bukittinggi terletak dalam lingkup Kabupaten Agam. Kota Bukittinggi dikelilingi oleh Gunung Marapi, Gunung Singgalang dan rangkaian bukit barisan. Secara administrasi, Kota Bukittinggi memiliki luas wilayah ± 25,239 km2 (2.523,9 ha) atau sekitar 0,06 % dari luas Provinsi Sumatera Barat yang berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten Agam diantaranya :

utara : Nagari Gadut dan Kapau Kecamatan Tilatang Kamang Kabupaten Agam,

selatan : Taluak IV Suku Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam, timur : Nagari Tanjuang Alam, Ampang Gadang Kecamatan IV Angkat

Kabupaten Agam, dan

barat : Nagari Sianok, Guguk dan Koto Gadang Kecamatan IV Koto Kabupaten Agam.

Kota Bukittinggi terbagi menjadi 3 (tiga) kecamatan dan 24 kelurahan (Tabel 7).

Tabel 7 Luas wilayah kota bukittinggi per kecamatan tahun 2012

No Kecamatan Luas dan Persentase Terhadap Kota

(Ha) (%)

1 Kecamatan Guguk Panjang 683.10 27.07

2 Kecamatan Mandiangin Koto Selayan 1215.60 48.16

3 Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh 625.20 24.77

Luas Kota Bukittinggi 2523.90 100.00

Sumber: Bukittinggi Dalam Angka 2012

Kondisi Fisik dan Lingkungan

Kondisi Topografi

Dalam sistem fisiografis regional, Kota Bukittinggi secara umum terletak pada ketinggian antara 780 – 950 mdpl. Letak Kota Bukittinggi yang dikelilingi oleh perbukitan di sebelah utara, timur dan barat serta pegunungan di sebelah selatan menjadikan Kota Bukittinggi sebagai daerah perlintasan sistem sungai regional, yang mengalir dari hulu di selatan ke arah hilir di utara. Sistem drainase di Kota Bukittinggi akan didukung oleh sistem sungai regional tersebut, dengan mengalirkan limpasan air hujan yang jatuh di Kota Bukittinggi ke sistem sungai terkait, yang secara topografis mengalir ke arah hilir utara di Kabupaten Agam.

(37)

21 sebagian besar di Kecamatan Aur BirugoTigo Baleh bagian barat, Kecamatan Guguk Panjang bagian barat dan Kecamatan Mandiangin Koto Selayan bagian Tengah dan Timur. Berdasarkan faktor topografi dan kelerengan, klasifikasi lahan Kota Bukittinggi terbagi berdasarkan 3 (tiga) klasifikasi yaitu :

1. Dataran (kemiringan < 8%) 2. Perbukitan (Kemiringan 8-75%) 3. Lembah (76 -100%)

Tabel 8 Kemiringan lahan wilayah Kota Bukittinggi per kecamatan

No Lereng Ket : ABTB: Aur Birugo Tigo Baleh, GP: Guguak Panjang, MKS:Mandiangin Koto Selayan Sumber : Bukittinggi Dalam Angka Tahun 2012

Iklim

Kota Bukittinggi terletak pada daerah ketinggian dengan jumlah hari dan curah hujan yang tinggi memiliki iklim yang sangat basah. Curah hujan dan suhu udara merupakan unsur iklim yang sangat mempengaruhi kondisi iklim suatu wilayah. Kota Bukittinggi dan sekitarnya secara umum termasuk dalam iklim tropis basah dengan kelembaban minimum 82.0% dan maksimum 90.8%, suhu udara minimum 16.10 C dan maksimum mencapai 24.90 C dan tekanan udara berkisar antara 22-25. Bulan-bulan dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan oktober sampai desember, curah hujan bulanan terbesar 400 mm, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan juni dan juli dengan curah hujan terendah bulanan 50 mm.

Tanah dan Geologi

(38)

22

Wilayah Kota Bukittinggi didominasi oleh kelompok batuan beku yang berasal dari aktivitas Gunung Merapi, Gunung Singgalang dan Gunung Tandikat serta dari kaldera Danau Maninjau yang umumnya bersifat andesitic. Jenis batuan yang terdapat di Kota Bukittinggi dan sekitarnya diantaranya, batuan filit, batuan gamping hablur, batuan lanau bergradasi ke batuan meta lunak, kwarsit yang bersifat kompak, batuan granit, dan andesit dan profit dasit.

Hidrologi

Kota Bukittinggi dialiri sungai kecil yaitu Batang Tambuo disebelah timur dengan lebar 5-7 m dan batang sianok dengan lebar 12-15 m serta Batang Agam di wilayah kota dengan lebar 5-7 m. Sepanjang perbatasan sebelah barat Kota Bukittinggi dengan Kabupaten Agam membentang ngarai yang disebut dengan Ngarai Sianok, dibawahnya mengalir Sungai Batang Sianok.

Penduduk

Salah satu faktor yang sangat penting dalam setiap perencanaan pembangunan adalah penduduk, karena tujuan utama pembangunan adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Jumlah penduduk dan kegiatan sosial lainnya mempengaruhi perkembangan dan pertumbuhan suatu wilayah. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dalam Bukittinggi Dalam Angka 2013, jumlah penduduk Kota Bukittinggi pada tahun 2012 adalah 114.415 jiwa (Tabel 9). Kepadatan penduduk Kota Bukittinggi adalah 4533 jiwa/km2, dengan rasio penduduk laki-laki lebih kecil dibandingkan perempuan yaitu sebanyak 55 287 jiwa penduduk laki-laki dan 59 128 jiwa penduduka perempuan.

Tabel 9 Luas wilayah dan kepadatan penduduk Kota Bukittinggi

No. Kecamatan

2 Mandiangin Koto

Selayan

12.16 10 919 22 701 23 641 46 342 3812

3 Aur Birugo Tgo Baleh 6.25 6263 11 963 13 483 25 446 4070

Jumlah 25.24 27 689 55 287 59 128 114 415 4533

Sumber : BPS Kota Bukittinggi dalam Bukittinggi Dalam Angka 2013

Sebagaimana diketahui masyarakat Sumatera Barat merupakan masyarakat Minangkabau yang sangat dipengaruhi oleh adat istiadat Minangkabau. Nilai dan norma tersebut didasarkan kepada ajaran islam dan budaya luhur Minangkabau sebagaimana dalam pepatah Minangkabau dikatakan “Adaik Basandi Syara’,

Syara’ Basandi Kitabullah”. Sebahagian besar masyarakat Kota Bukittinggi adalah

masyarakat pedagang dan perantau. Penggunaan Lahan

(39)

23 Selain sektor pariwisata, Kota Bukittinggi juga memiliki potensi pada sektor dan kegiatan non perkotaan seperti pertanian (persawahan perkebunan, dan hutan). Hal ini dapat dilihat dari penggunaan lahan saat ini yang masih didominasi oleh lahan-lahan non terbangun yang dimanfaatkan untuk kegiatan-kegiatan pertanian atau perkebunan serta hutan kota.

Berdasarkan daerah terbangunnya, bentuk Kota Bukittinggi mencerminkan pola konsentrik, hal ini dipengaruhi oleh letak geografis kota yang berada di tepi Ngarai Sianok. Keberadaan Ngarai Sianok membatasi perkembangan kota ke arah barat dan sebagian ke arah utara, sehingga perkembangan kota cenderung mengarah ke timur.

Kota Bukittinggi pada dasarnya terbentuk dari percampuran kegiatan bersifat perkotaan dan sebagian kegiatan bersifat pedesaan berupa lahan pertanian, serta kegiatan kepariwisataan. Kegiatan perkotaan yang mempunyai jangkauan pelayanan wilayah (regional) berupa fasilitas perdagangan, fasilitas kesehatan, fasilitas pendidikan, fasilitas transportasi regional, dan fasilitas perkotaan dan atau pemerintahan. Kegiatan pariwisata di Kota Bukittinggi memiliki tingkat pelayanan internasional, nasional, maupun regional antara lain berupa fasilitas akomodasi (hotel), gedung konferensi, pelayanan jasa kepariwisataan yang mengintegrasikan objek-objek wisata. Komponen kota bersifat pedesaan berupa lahan-lahan pertanian tanaman pangan sawah dan kebun lahan kering terdapat lebih banyak di wilayah hinterland kota.

Perkembangan fisik ruang kota dari awal hingga mencapai besaran luas seperti sekarang berawal dari lingkungan pusat Benteng Fort de Kock, Pasar Atas dan Pasar Bawah. Perkembangan ke arah utara, selatan, timur, mengikuti pola jaringan jalan utama. Penggunaan lahan Kota Bukittinggi terdsaji pada Tabel 10.

Tabel 10 Luas penggunaan lahan Kota Bukittinggi

No Jenis Penggunaan Lahan Luas

(Ha)

Persen Luas (%)

1 Hutan Primer 104.694 3.89%

2 Hutan Sekunder 1.887 0.07%

3 Hutan 222.937 8.28%

4 Kebun Campuran 247.569 9.19%

5 Kolam 2.792 0.10%

6 Ladang 301.561 11.20%

7 Sawah 700.982 26.02%

8 Semak Belukar 156.823 5.82%

9 Lapangan Olahraga & Rekreasi 9.913 0.37%

10 Permukiman 737.561 27.38%

11 Perdagangan dan Jasa 98.899 3.67%

12 Fasilitas Pendidikan 52.027 1.93%

13 Fasilitas Kesehatan 5.797 0.22%

14 Fasilitas Peribadatan 1.712 0.06%

15 Fasilitas Sosial Budaya 3.827 0.14%

16 Pekantoran 18.986 0.70%

17 Pemerintahan 7.447 0.28%

18 Militer 11.584 0.43%

19 Industri 6.71 0.25%

(40)

24

Inventarisasi

Tahap inventarisasi dilakukan identifikasi kondisi umum dan upaya Kota Bukittinggi terkait penerapan konsep kota hijau. Identifikasi ini dilakukan berdasarkan kategori Asian Green City Index yang terdiri dari aspek kuantitatif dan aspek kualitatif

Aspek Kuantitatif

Identifikasi pada aspek kuantitatif adalah identifikasi kondisi umum Kota Bukittingg terkait penerapan konsep kota hijau di Kota Bukittinggi berdasarkan Asian Green City Index. Data yang diperoleh untuk masing-masing indikator pada aspek kuantitatif tersaji pada Tabel 11.

Tabel 11 Data aspek kuantitatif yang diperoleh

No Kategori Indikator Data Satuan Tahun Sumber

1 Energy & CO2

Jumlah emisi CO2 86 795 088.19 kg 2012 Konsumsi energi

(PLN) x faktor emisi Jumlah konsumsi

Kepadatan penduduk 4533.26 orang / km2 2012 Bukittinggi Dalam

Angka 3 Transport Jaringan transportasi

perkotaan

0.243 km/km2 2012 Dinas Perhubungan

4 Waste Sampah yang 6 Sanitation persentase populasi

yang telah memiliki 7 Air Quality Tingkat konsentrasi

NO2 di udara

137.48 µg/Nm3/hari 2013 Kantor Lingkungan

Hidup

Aspek Kualitatif

(41)

25 Tabel 12 Data aspek kualitatif yang diperoleh

No Kategori Indikator Upaya

1 Energy & CO2 Kebijakan clean

energy

Pembangunan lampu solar energy Menciptakan kendaraan ramah lingkungan Pengembangan lajur sepeda

Pengembangan jalur pejalan kaki Perencanaan Aksi

untuk mengurangi perubahan iklim

Melakukan penghijauan (penanaman pohon)

Car Free Day

Penyusunan Ranperda bangunan gedung Rencana pembangunan kantor Dinas Pekerjaan Umum dengan konsep eco-building

Kebijakan Penggunaan lahan

Menyusun perda mengenai wilayah yang boleh dibangun dan tidak boleh dibangun

Mengakuisisi RTH privat menjadi RTH kota Menyusun perda tentang ruang terbuka hijau kota Membangun lahan hijau baru (HUB)

Mengembangkan koridor ruang terbuka hijau (link)

Refungsi RTH eksisting

Penyusunan perda pengelolaan lingkungan dan mitigasi bencana

3 Transport Kebijakan mengenai

transportasi massa perkotaan

Pengembangan angkutaan massal moda bus seperti bus rapid transit (BRT) untuk pelayanan umum dan wisata

Mengaktifkan kembali moda angkutan massal kereta api

Kebijakan dalam mengurangi kemacetan

Pengembangan jalan layang di daerah rawan macet yaitu daerah Aur Kuning

Pembangunan gedung parkir

Pengelolaan sampah berbasis masyarakat Kerajinan daur ulang sampah

Kegiatan komposting

Penyelenggaraan tempat pembuangan akhir (TPA) regional yang menggunakan sistem

sanitary landfill yang lebih ramah lingkungan Pemilahan sampah

5 Water Kebijakan

mengenai kualitas air

Pemeliharaan sumber air bersih PDAM

Perda No. 11 tahun 2002 tentang Pengawasan retensi / tandon retensi

Membuat lobang resapan biopori (LBR)

(42)

26

Tabel 12 Data aspek kualitatif yang diperoleh (lanjutan)

No Kategori Indikator Upaya

6 Sanitation Kebijakan mengenai sanitasi

Pembangunan instalasi Pengeolahan Limbah Terpadu (IPLT)

Mengembangkan sistem pembuangan air limbah terpusat

Pembuatan fasilitas Mandi Cuci Kakus (MCK) di beberapa kelurahan di Bukittinggi Perda No. 8 tahun 2001 tentang Retribusi Pemakaian Kakus

7 Air Quality Kebijakan mengenai kualitas udara

Uji emisi kendaraan bermotor

Car free day

Kegiatan rehabilitasi lingkungan dengan melakukan kegiatan penghijauan dan reboisasi

Mengadakan kegiatan sosialisasi lingkungan Pembuatan produk hukum dalam bidang pengelolaan lingkungan hidup (perda, perwal, dan kepwal)

Pegawasan Lingkungan

Pembentukan tim penyelidik pelanggaran pemanfaatan ruang

Melakukan pengawasan lingkungan mengenai Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dengan membuatan dokumen izin lingkungan berupa Surat Pernyataan Penglolaan Lingkungan (SPPL),

Melakukan pengawasan izin lingkungan Melakukan penanganan masalah mengenaian dugaan pencemaran pencemaran lingkungan hidup

Pemberian penghargaan kepada perseorangan/kelompok/organisasi yang berprestasi dibidang pengelolaan lingkungan Partisipasi publik Peningkatan edukasi dan komunikasi

masyarakat dibidang lingkungan hidup Pembinaan sekolah adiwiyata

Pembentukan komunitas hijau Kota Bukittinggi

Analisis

Tahapan analisis dilakukan analisis aspek kuantitatif dan aspek kualitatif Asian Green City Index.

Energy & CO2

Aspek Kuantitatif

1. Emisi CO2

Gambar

Tabel 1 Data yang dibutuhkan dalam penelitian (lanjutan)
Tabel 2  Data yang diambil untuk kategori Asian Green City Index (lanjutan)
Tabel 4 Baku mutu untuk menganalisis aspek kuantitatif
Tabel 5  Bobot nilai Asian Green City Index
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu harus dilakukan langkah terakhir yaitu transformasi basisdata spasial wisata kuliner (terutama peta-peta) ke dalam bentuk interaktif yang berbasis

TRADING BUY : Posisi beli untuk jangka pendek / trading , yang menitikberatkan pada analisa teknikal dan isu-isu yang beredar.. NEUTRAL : Tidak mengambil posisi pada saham

Dana Alokasi Khusus (DAK) Bidang Pendidikan Tahun Anggaran 2012 dialokasikan untuk menunjang program wajib belajar pendidikan dasar 9 (sembilan) tahun yang bermutu

Pelaksananan yang dilakukan pada pasien sudah sesuai dengan perencanaan asuhan kebidanan yaitu mengobservasi TTV, his, DJJ, melakukan asuhan sayang ibu, menghadirkan

Pada tanggal 25 April 2016, saldo Rekening Giro Rupiah Bank A pada Bank Indonesia adalah sebesar Rp5.000.000.000.000,00 (lima triliun rupiah) dan Bank A memiliki SBI, SDBI,

Aktivitas enzim terbaik dihasilkan oleh isolat dari cairan rumen domba, akan tetapi keenambelas isolat yang diperole h mempunyai potensi untuk dijadikan probiotik

Selain itu bagi kegiatan usaha yang menghasilkan limbah telah dilakukan pemantauan dan pengawasan rutin oleh Badan Lingkungan Hidup kota Denpasar dan secara

logi dan geofisika telah dilakukan pada data yang berasal dari data seismik, well (sumur) maupun core pada sumur C-3, C-4 dan C-5. Data tersebut terdiri atas absis, ordinat