• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

PENGARUH MOTIF BERBELANJA (SHOPPING MOTIVES) DAN ALAT PERLENGKAPAN (ATRIBUTE TOOLS) TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI USU DI CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

OLEH

RENI DAMAYANTI 090502013

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN PENANGGUNG JAWAB SKRIPSI

Nama : Reni Damayanti

NIM : 090502013

Program Studi : S-1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul :“Pengaruh Motif Berbelanja (shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair”

Tanggal……….2013

Penulis

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN LEMBAR PENGESAHAN

Nama : Reni Damayanti

NIM : 090502013

Program Studi : S-1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul :“Pengaruh Motif Berbelanja (shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair”

Pembimbing Skripsi Pembaca Penilai

Dra. Marhayanie, M.Si Prof. Dr. Rismayani, M.Si NIP. 19580427 198503 1 002 NIP. 19520512 198303 2 002

Ketua Program Studi S1 Manajemen

(4)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

DEPARTEMEN MANAJEMEN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

Nama : Reni Damayanti

NIM : 090502066

Program Studi : S-1 Manajemen

Konsentrasi : Manajemen Pemasaran

Judul :“Pengaruh Motif Berbelanja (shopping Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair”

Tanggal………. Ketua Program Studi Manajemen

Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si NIP. 19620513 199203 2 001

Tanggal……… Ketua Departemen Manajemen

(5)

Lembar Pernyataan

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sesungguhnya

bahwa skripsi saya yang berjudul :“Pengaruh Motif Berbelanja (shopping

Motives) dan Alat Perlengkapan (Attribute Tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair” adalah benar hasil karya tulis saya sendiri yang disusun sebagai tugas akademik guna menyelesaikan beban akademik pada Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara.

Bagian atau data tertentu yang saya peroleh dari perusahaan atau lembaga

dan/atau saya kutip dari hasil karya orang lain telah mendapat izin, dan/atau

dituliskan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika

penulisan ilmiah.

Apabila kemudian hari ditemukan adanya kecurangan dan plagiat dalam skripsi

ini, saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Medan, Oktober 2013

(6)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIF BERBELANJA (SHOPPING MOTIVES) DAN ALAT PERLENGKAPAN (ATRIBUTE TOOLS) TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI USU DI CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU yang melakukan keputusan pembelian di Carrefour Plaza Medan Fair. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampel yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi berganda. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi, wawancara dan kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara statistik dengan program SPSS 17.00 for windows, yaitu model uji t, uji F dan identifikasi determinan (R2).

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Secara parsial dapat dilihat bahwa variabel motif berbelanja (shopping motives) merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Nilai Adjusted R Square = 0,234, berarti 23,4% faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel bebas motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) sedangkan sisanya 76,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(7)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE SHOPPING MOTIVES AND ATTRIBURE TOOLS DECISIONS TO PURCHASE USU STUDENTS FACULTY OF

ECONOMICS AT CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

This study aims to determine the influence of shopping motives and attribute tools on purchasing decisions USU Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. The population in this study is the Faculty of Economics USU Students who purchase decisions at Carrefour Plaza Medan Fair. Sampling technique using accidental sampling method is a technique of sampling by chance. The analytical method used is descriptive method of analysis and multiple regression analysis. This research is quantitative descriptive research, and data used are primary data and secondary data obtained through the study of documentation, interviews and questionnaires using a Likert scale measurement and statistically processed using SPSS for windows 17.00, which models the t test, F test and identification of determinant (R2).

The results of this study indicate that simultaneous shopping motives, The results of this study indicate that simultaneous shopping motives and attribute tools have a significant influence on purchasing decisions USU students of the Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. Partially shopping motives can be seen that the variable is the most dominant variable influencing purchasing decisions USU students of the Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. Value Adjusted R Square = 0.234, mean 23,4% purchase decision factors can be explained by the independent variable (shopping motives and attribute tools) while the remaining 76,6% is explained by other factors not examined in this study.

(8)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji dan syukur penulis ucapkan

kepada ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-NYA sehingga penulis

dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Motif Berbelanja (Shopping

Motives) dan Alat Perlengkapan (attribute tools) Terhadap Keputusan Pembelian Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair”. Skripsi ini

merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi di

Universitas Sumatera Utara.

Selama studi dan pengerjaan penelitian ini penulis telah banyak

mendapatkan bantuan berupa masukan, saran, motivasi dan do’a dari berbagai

pihak khususnya pihak keluarga. Penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada kedua orang tua saya, Ayahanda Selo dan Ibunda Alm.

Sumarliah atas semua kasih sayang, do’a, dan dukungan yang selalu Ayahanda dan Ibunda berikan selama ini pada penulis. Sampai kapan pun cinta dan kasih

sayang Ayahanda dan Ibunda tidak akan pernah dapat penulis lupakan. Kemudian

pada kesempatan ini juga penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, S.E., M.Ec,. Ak., selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE., ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen.

3. Ibu Dra. Marhayanie MSi., selaku sekretaris Departemen Manajemen dan

(9)

waktu, tenaga, saran dan pemikirannya untuk membantu penulis dalam

penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE., MSi., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Prof. Dr. Rismayani, MSi., selaku Dosen Pembaca Penilai yang telah

menyediakan waktu dan tenaga dalam penyempurnaan skripsi ini.

6. Seluruh dosen dan pegawai Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi

Universitas Sumatera Utara atas jasa yang telah diberikan.

7. Kepada adikku Lisa Aprilia dan keluarga besar penulis, terima kasih banyak

atas do’a dan dukungan yang kalian berikan.

8. Para sahabat-sahabat terkasih yanti, imah, dila, astri, indri, windi, andre,

jubah, iman, eky, saidina, adena dan kepada teman-teman manajemen lainnya

yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu. Terima kasih atas seluruh

bantuan, dan motivasi yang telah diberikan selama ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang disebabkan

oleh kelalaian dan keterbatasan waktu, tenaga juga kemampuan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis memohon maaf apabila terdapat

banyak kekurangan dan kesalahan. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Medan, Oktober 2013 Penulis

(10)

DAFTAR ISI

2.1.1 Motif Berbelanja (shopping motives) ... 8

2.1.2 Alat Perlengkapan (attribute tools) ... 11

2.1.3 Perilaku konsumen ... 15

2.1.4 Keputusan Pembelian ... 16

2.1.5 Usaha Eceran ... 21

2.2 Penelitian Terdahulu ... 27

2.3 Kerangka Konseptual ... 28

2.4 Hipotesis ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian... 31

3.3 Batasan Operasional ... 31

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 32

3.5 Skala Pengukuran ... 33

3.8 Metode Pengumpulan Data ... 36

3.8.1 Kuesioner (daftar pernyataan) ... 36

(11)

3.8.3 Studi Dokumentasi ... 37

3.9 Uji Validitas dan Reabilitas ... 37

3.9.1 Uji Validitas ... 37

3.9.2 Uji Reabilitas ... 39

3.10 Teknik Analisis Data ... 39

3.10.1 Analisis Deskriptif Statistik ... 39

3.10.2. Uji Asumsi Klasik ... 40

3.10.3 Analisis Regresi Berganda ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 44

4.1.1 Perusahaan Carrefour International ... 44

4.1.1 Perusahaan Carrefour Indonesia ... 47

4.1.3 Visi Perusahaan Carrefpur Indonesia ... 49

4.1.4 Perusahaan Carrefour Plaza Medan Fair ... 50

4.2 Hasil Penelitian ... 53

4.2.1 Analisis Deskriptif ... 53

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 63

4.3.1 Uji Normalitas ... 63

4.3.2 Uji Heteroskedastisitas ... 66

4.3.3 Uji Multikolinearitas ... 68

4.4 Analisis Regresi Berganda ... 69

4.4.1 Koefisien Determinasi (R²) ... 70

4.4.2 Uji Simultan (Uji-F) ... 72

DAFTAR PUSTAKA ... 80

(12)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman

1.1 Omset Peritel Hypermarket ... 5

2.1 Daftar Beberapa Penelitian Terdahulu Yang Relevan ... 27

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 32

3.2 Skala Likert... 34

3.3 Uji Validitas ... 38

3.4 Uji Reliabilitas ... 39

4.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 54

4.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54

4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Program Studi ... 55

4.4 Pembagian Responden Berdasarkan Stambuk ... 55

4.5 Pembagian Responden Berdasarkan Kuantitas Kunjungan ... 56

4.6 Penjelasan Responden Atas Variabel Motif Berbelanja (Shopping Motives) (X1) ... 58

4.7 Penjelasan Responden Atas Variabel Alat Perlengkapan (Attribute Tools) (X2) ... 60

4.8 Penjelasan Responden Atas Variabel Keputusan Pembelian (Y) ... 61

4.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 65

4.10 Uji Glejser... 67

4.11 Uji Nilai Tolerance dan VIF ... 68

4.12 Analisis Regresi Berganda... 69

4.13 Tabel Hubungan Antar Variabel ... 70

4.14 Model Summary ... 71

4.15 Uji F ... 73

(13)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Manfaat yang Diharapkan ... 10

2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian ... 17

2.3 Kerangka Konseptual ... 22

2.4 Hipotesis ... 29

4.1 Histogram Uji Normalitas ... 64

4.2 Plot Uji Normalitas ... 64

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian ... 83 2 Tabulasi Data Penelitian ... 87 3 Hasil Analisis Data ... 91

(15)

ABSTRAK

PENGARUH MOTIF BERBELANJA (SHOPPING MOTIVES) DAN ALAT PERLENGKAPAN (ATRIBUTE TOOLS) TERHADAP KEPUTUSAN

PEMBELIAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI USU DI CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU yang melakukan keputusan pembelian di Carrefour Plaza Medan Fair. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode accidental sampel yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan metode analisis regresi berganda. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif, dan data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder yang diperoleh melalui studi dokumentasi, wawancara dan kuesioner yang pengukurannya menggunakan skala likert dan diolah secara statistik dengan program SPSS 17.00 for windows, yaitu model uji t, uji F dan identifikasi determinan (R2).

Hasil yang didapat dari penelitian ini menunjukkan bahwa secara simultan motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Secara parsial dapat dilihat bahwa variabel motif berbelanja (shopping motives) merupakan variabel yang paling dominan mempengaruhi keputusan pembelian mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair. Nilai Adjusted R Square = 0,234, berarti 23,4% faktor-faktor keputusan pembelian dapat dijelaskan oleh variabel bebas motif berbelanja (shopping motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) sedangkan sisanya 76,6% dijelaskan oleh faktor-faktor lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini.

(16)

ABSTRACT

THE EFFECT OF THE SHOPPING MOTIVES AND ATTRIBURE TOOLS DECISIONS TO PURCHASE USU STUDENTS FACULTY OF

ECONOMICS AT CARREFOUR PLAZA MEDAN FAIR

This study aims to determine the influence of shopping motives and attribute tools on purchasing decisions USU Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. The population in this study is the Faculty of Economics USU Students who purchase decisions at Carrefour Plaza Medan Fair. Sampling technique using accidental sampling method is a technique of sampling by chance. The analytical method used is descriptive method of analysis and multiple regression analysis. This research is quantitative descriptive research, and data used are primary data and secondary data obtained through the study of documentation, interviews and questionnaires using a Likert scale measurement and statistically processed using SPSS for windows 17.00, which models the t test, F test and identification of determinant (R2).

The results of this study indicate that simultaneous shopping motives, The results of this study indicate that simultaneous shopping motives and attribute tools have a significant influence on purchasing decisions USU students of the Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. Partially shopping motives can be seen that the variable is the most dominant variable influencing purchasing decisions USU students of the Faculty of Economics at Carrefour Plaza Medan Fair. Value Adjusted R Square = 0.234, mean 23,4% purchase decision factors can be explained by the independent variable (shopping motives and attribute tools) while the remaining 76,6% is explained by other factors not examined in this study.

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan timbulnya

berbagai macam usaha bisnis yang bermunculan, salah satu usaha bisnis yang

semakin berkembang pesat saat ini adalah usaha bisnis ritel dengan berbagai

macam tipe bisnis. Salah satunya adalah usaha bisnis ritel modern, hal ini dapat

kita lihat dengan semakin banyaknya hypermarket, supermarket dan minimarket

yang berdiri di berbagai kota yang ada di Indonesia yang dapat dengan mudah kita

jumpai dalam kehidupan sehari-hari. Fenomena munculnya berbagai bisnis ritel

modern juga berlaku di kota Medan Sumatra Utara, kota medan berupaya untuk

semakin menguatkan citranya bukan hanya sebagai tujuan pariwisata saja, tetapi

juga sebagai tujuan wisata belanja. Hal tersebut menyebabkan munculnya

persaingan antar pengembang pusat perbelanjaan modern yang saling berlomba

untuk merebut hati dan loyalitas pengunjung.

Warga kota Medan adalah salah satu warga yang memiliki perilaku konsumtif,

dimana belanja menjadi alat pemuas keinginan mereka akan barang-barang yang

sebenarnya tidak mereka butuhkan, akan tetapi karena pengaruh trend atau mode

yang tengah berlaku, maka mereka merasa akan suatu keharusan untuk membeli

barang-barang tersebut. Oleh karena itu, pemasar harus dapat memahami

kebutuhan dan keinginan konsumen agar dapat menciptakan dan mengembangkan

strategi pemasarannya untuk memenangkan persaingan di pasar. Setiap strategi

(18)

konsumen. Perilaku konsumen adalah tindakan yang langsung telibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk

proses keputusan yang mendahului tindakan ini (Setiadi, 2003:3).

Perilaku konsumen dapat dipahami melalui rangsangan pemasaran dan

lingkungan yang masuk kesadaran pembeli serta karakteristik pembeli dan proses

pengambilan keputusannya yang kemudian menghasilkan keputusan pembelian

tertentu. Dalam proses pengambilan keputusan barang dan jasa mana yang akan

dikonsumsi oleh konsumen, perilaku konsumen merupakan hal penting yang

sangat menentukan, apalagi untuk perusahaan dan para pemasar mengetahui

proses yang dilalui konsumen sebelum mengambil keputusan untuk membeli

adalah salah satu kunci sukses barang yang akan dipasarkan. Ini bisa diartikan

bagaimana para pemasar berusaha untuk memasuki setiap fase dalam

pengambilan keputusan membeli konsumen sehingga konsumen tertarik terhadap

produk yang ditawarkan perusahaan.

Bisnis ritel modern dalam toko serba ada (toserba) seperti Hypermarket,

supermarket, dan mini market telah menjadi pilihan utama sebagai tempat

berbelanja bagi konsumen di Indonesia. Konsumen lebih memilih toserba karena

adanya beberapa pertimbangan dan faktor seperti keragaman barang yang

tersedia, harga rendah, kemudahan dengan konsep berbelanja disatu tempat (one

stop shopping), hingga kenyamanan, pertimbangan-pertimbangan inilah yang menjadi alasan berkembangnya ritel saat ini. Keputusan pembelian adalah suatu

proses yang dilakukan konsumen untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Kotler

(19)

karakteristik budaya, sosial, pribadi, dan psikologis. Biasanya pemasar tidak dapat

mengendalikan faktor-faktor semacam itu, tetapi mereka harus

memperhitungkannya. Keputusan pembelian mempunyai dasar pertimbangan

yang masuk akal yang dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor, diantaranya motif

berbelanja (Shopping motives) dan atribute tools.

Motif berbelanja (Shopping Motives) merupakan salah satu faktor yang

mendorong konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk. Motivasi

berbelanja didasari oleh kebutuhan serta sasaran yang telah terbentuk dengan

sendirinya oleh konsumen. Kebutuhan dapat berupa kebutuhan dasar yang

mencakup kebutuhan primer dan kebutuhan yang diperoleh setelah melewati

proses tahap pembelajaran seperti kebutuhan sekunder. Sedangkan sasaran yang

diinginkan tergantung dari sasaran yang dipilih, karena setiap individu memiliki

kebutuhan tertentu serta sasaran yang berbeda. Motif konsumen tentu sangat

berperan penting dalam menentukan langkah dan tindakan konsumen dalam

melakukan keputusan pembelian. Jika konsumen memiliki keinginan kuat serta

desakan kebutuhan akan produk tertentu, bisa menjadi dorongan untuk melakukan

keputusan pembelian.

Keputusan konsumen dalam membeli produk sering kali dilakukan di toko

atau supermarket, karena informasi yang diperoleh di toko atau komunikasi yang

dilakukan saat berbelanja sangat mempengaruhi keputusan pembelian, berbagai

perusahaan sering membuat atribut- atribut yang menarik (Sumarwan,2002:276).

(20)

supermarket seperti atmosfir toko, display produk, fasilitas, serta

peralatan-peralatan yang terdiri dari rak, keranjang belanja dan trolly. Keragaman barang

yang tersedia pada toko menjadi hal utama dalam toserba lingkungan didalam

toko seperti lay out, music, cahaya, maupun keleluasaan dalam berbelanja

merupakan rangsangan yang berpengaruh pada lokasi perbelanjaan. Oleh karena

keputusan pembelian konsumen dipengaruhi oleh rangsangan-rangsangan yang

ada disekitarnya, pemilik toserba harus dapat menciptakan rangsangan yang

menjadikan konsumen tertarik untuk melakukan pembelian.

Carrefour adalah retailer kedua terbesar (omset) di dunia dengan konsep

hypermarket. Saat ini Carreour sudah beroperasi di 83 gerai dan tersebar di 28

kota/kabupaten di Indonesia, perkembangan Carrefour yang pesat mempunyai

pengaruh terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Menyediakan lapangan

pekerjaan, menumbuhkan usaha-usaha kecil menegah yang merupakan pemasok

bagi Carrefour dan menambah income untuk negara serta meramaikan roda

perekonomian Indonesia. Fokus konsumen, Carrefour terjemahkan 3 pilar utama

yang diyakini akan membuat Carrefour menjadi pilihan tempat belanja bagi para

konsumen Indonesia. Ketiga pilar utama tersebut adalah harga bersaing, pilihan

yang lengkap, serta pelayanan yang memuaskan.

Carrefour merupakan salah satu toserba (hypermarket) yang banyak

dikunjungi oleh masyarakat Indonesia, termasuk masyarakat Medan. Menurut pra

survei yang dilakukan oleh peneliti terhadap sepuluh orang konsumen, adapun

faktor-faktor yang mampu mempengaruhi motif berbelanja konsumen dalam

(21)

letaknya yang strategis memungkinkan masyarakat datang ke Carrefour untuk

berbelanja. Toserba ini menyediakan kebutuhan konsumen dengan lengkap mulai

dari barang-barang kebutuhan sehari-hari sampai barang elektronika. Dengan

tempat yang luas, bersih dan nyaman serta sering melakukan diskon pembelian

pada barang-barang tertentu membuat Carrefour menjadi pilihan masyarakat

Medan dalam berbelanja.

Carrefour juga mengeluarkan kartu kredit yang membuat masyarakat mudah

dalam membeli barang-barang. Selain itu Carrefour terletak di dalam Plaza Medan

Fair yang membuat masyarakat dapat berjalan-jalan sebelum atau sesudah

berbelanja. Sedangkan dilihat dari bagaimana produk-produk dipajang (display

product), tata letak (layout), fasilitas, layanan pramuniaga dan lingkungan di dalam toko seperti musik, cahaya, warna maupun keleluasaan berbelanja

merupakan bagian dari atribut tools yang dirancang dengan baik pada Carrefour

Plaza Medan Fair yang akhirnya sangat mempengaruhi bagaimana seorang

konsumen melakukan keputusan pembelian.

Tabel 1.1

Omset Peritel Hypermarket (Rp Triliun) Tahun 2010-2012 Nomor Hypermarket Omset (Rp Milyar) Market Share(%)

1 Carrefour 11.250 48,70%

Dari Tabel 1.1 dapat kita lihat bahwa Carrefour menduduki peringkat

(22)

bahwa Carrefour merupakan pilihan masyarakat Indonesia sebagai tempat

berbelanja.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan sebelumnya, maka

perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut :

Bagaimana pengaruh variabel motif berbelanja (Shopping Motives) dan alat

perlengkapan (Attribute Tools) terhadap keputusan pembelian mahasiswa

Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

Mengetahui dan menganalisis pengaruh motif berbelanja (shopping motives)

dan alat perlengkapan (atribute tools) terhadap keputusan pembelian

Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU di Carrefour Plaza Medan Fair.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

a. Bagi Carrefour, hasil penelitian ini berguna sebagai informasi yang dapat

dijadikan referensi didalam strategi untuk mempengaruhi keputusan

pembelian dan juga meningkatkan daya saing perusahaan.

b. Bagi Departemen Manajemen, Untuk memberikan masukan serta

menyampaikan saran yang mungkin bermanfaat bagi Fakultas Ekomoni

USU khususnya pada Departemen Manajemen, teutama dalam hal untuk

membantu mahasiswa melayani segala kebutuhan yang menyangkut di

(23)

c. Bagi peneliti, menambah wawasan dan pengetahuan disamping

memberikan kontribusi pemikiran dalam bidang pemasaran berdasarkan

teori yang didapat selama masa perkuliahan.

d. Bagi peneliti selanjutnya, sebagai referensi yang dapat menjadi bahan

perbandingan bagi penulis lain yang melakukan penelitian yang berkaitan

dengan motif berbelanja (shopping motives), atribute tools, dan keputusan

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Tentang

2.1.1 Motif Berbelanja (shopping motives)

Motivasi berasal dari bahasa latin movere yang artinya menggerakan, Seorang

konsumen tergerak untuk membeli suatu produk karena ada sesuatu yang

menggerakan. Proses timbulnya dorongan sehingga konsumen tergerak untuk

membeli sesuatu produk itulah yang disebut motivasi. Sedangkan yang

memotivasi untuk membeli namanya motif. Motivasi adalah kecenderungan

dalam diri seseorang yang membangkitkan topangan dan tindakan. Selain itu

motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang (konsumen) untuk

berperilaku tertentu, dan upayanya untuk mencapai kepuasan, baik secara rasional

maupun emosional.

Motivasi meliputi faktor kebutuhan biologis dan emosional yang hanya dapat

diduga dari pengamatan tingkah laku manusia. Motivasi dapat pula diartikan

sebagai kesediaan untuk mengeluarkan tingkat upaya yang tinggi kearah

tujuan-tujuan yang hendak dicapainya, yang dikondisikan oleh kemampuan upaya untuk

memenuhi suatu kebutuhan individual. Berdasarkan defenisi tersebut maka

terdapat unsur-unsur kunci, yaitu upaya, tujuan dan kebutuhan. Motif berbelanja

(shopping motives) terdiri dari dua yaitu utilitarian shopping motives dan hedonic

shopping motives. Utilitarian shopping motives dan hedonic shopping motives umumnya berfungsi secara serentak di dalam keputusan pembelian

(25)

1. Utilitarian Shopping Motives

Utilitarian shopping motives yaitu motif yang mendorong konsumen membeli produk karena manfaat fungsional dan karakteristik objektif

dari produk tersebut dan disebut juga motif rasional (Setiadi,2003:96).

Untuk menarik konsumen yang motif berbelanjanya adalah Utilitarian

shopping motives perusahaan dapat menyediakan ragam kebutuhan sehari – hari berdasarkan manfaat produk tersebut secara lebih variatif,

baik dari segi harga maupun pilihan ataupun kelengkapan produknya.

2. Hedonic Shopping Motives

Hedonic shopping motives yaitu kebutuhan yang bersifat psikologis seperti rasa puas, gengsi, emosi, dan perasaan subjektif lainnya.

Kebutuhan ini seringkali muncul untuk memenuhi tuntutan sosial dan

estetika dan disebut juga motif emosional (Setiadi,2003:96). Untuk

mendapatkan konsumen yang motif berbelanjanya Hedonic shopping

motives, perusahaan lebih memfokuskan lagi pada produk-produk apa yang biasanya motif pembeliannya berdasarkan motif ini. Suasana toko

yang bersih, nyaman, pelayanan yang baik, serta pengadakan diskon

penjualan merupakan hal yang termasuk dalam motif ini.

Ekspresi motif dalam pembelian dan pemakaian produk, dapat dilihat

(26)

Sumber: Setiadi (2003: 97)

Gambar 2.1 Manfaat yang Diharapkan

Adapun tujuan motivasi konsumen adalah meningkatkan kepuasan,

mempertahankan loyalitas, efisiensi, efektivitas, menciptakan hubungan yang

harmonis antara produsen dengan konsumen. Sedangkan asas-asas motivasi

antara lain :

1. Asas Mengikutsertakan

Asas ini berusaha untuk memberikan kesempatan kepada konsumen

untuk mengajukan ide-ide, rekomendasi dalam proses pengambilan

keputusan pembelian.

2. Asas Komunikasi

Asas komunikasi maksudnya menginformasikan secara jelas tentang

yang ingin dicapai, cara mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi.

3. Asas Pengakuan

Asas pengakuan memberikan penghargaan dan pengakuan yang tepat

serta wajar kepada konsumen atas prestasi yang dicapainya. Hedonik/ Pengalaman

(subjek/emosional) Utilitarian (sifat produk yang

objektif)

Kebutuha n

(27)

4. Asas wewenang yang didelegasikan

Maksudnya memberikan kebebasan kepada konsumen untuk mengambil

keputusan dan beraktivitas sebebas-bebasnya tapi masih ada aturan yang

membatasi.

5. Asas perhatian timbal balik

Adalah memotivasi para konsumen dengan mengemukakan keinginan

dan harapan perusahaan di samping berusaha memenuhi kebutuhan-

kebutuhan yang diharapkan konsumen dan produsen. Jadi

kesimpulannya bahwa asas motivasi yang diterapkan harus dapat

meningkatkan produktivitas pembelian dan memberikan kepuasan

kepada konsumen (Setiadi, 2003:101).

2.1.2 Alat Perlengkapan (Atribute Tools)

Menurut Bloemer dan Schroeder (2002:12) Alat Perlengkapan (Atribute

Tools) adalah stimuli (dorongan) yang meliputi rasa kenyamanan, rancangan fisik serta sosial yang dipandang sebagai bagian keseluruhan citra supermarket.

Atribute tools juga merupakan perlengkapan atau peralatan yang ada dalam

toserba (supermarket). Perlengkapan tersebut terdiri dari: display produk,

atmosfer toko serta tata letak (layout) sementara peralatan yang ada dalam

supermarket seperti rak untuk penempatan produk-produk, keranjang belanja serta

trolly.

a. Display Produk

Menurut Utami (2006:236) terdapat beberapa metode bagi ritel untuk

(28)

yang terbaik untuk situasi khusus, para perencana toko harus

memerhatikan empat masalah:

− Pertama, dan mungkin yang paling penting, barang harus dipamerkan

dengan cara sedemikian rupa sesuai dengan kesan toko.

− Kedua, para perencana toko harus memerhatikan sifat produk.

− Ketiga, kemasan sering kali menentukan bagaimana produk dipamerkan.

− Keempat, kemungkinan keuntungan produk mempengaruhi keputusan

untuk memamerkan barang.

Penyajian merchandise (merchandise presentation) berkenaan dengan teknik penyajian barang-barang dalam gerai untuk menciptakan situasi dan

suasana tertentu. Teknik dan metode penyajian merchandise berkenaan

dengan keragaman produk, koordinasi kategori produk, display, contoh:

pencahayaan, tata warna, dan window display (Ma’ruf,2005:213). Untuk

menciptakan display produk yang berhasil diperlukan beberapa

persyaratan, antara lain:

a. Pajangkan bagian depan pembungkus, bukan sisinya atau ujungnya.

b. Pajangan yang baik harus terletak pada arus lalu lintas (traffic flow)

agar mudah terlihat oleh konsumen

c. Pajangan sebaiknya berada pada ketinggian pandangan mata (eye

level) dan bukan dibawah dekat lantai atau diatas dekat atap atau plafon.

d. Pajangan sebaiknya ditempatkan yang terbuka dan tidak tertutup oleh

(29)

e. Pemajangan dengan cahaya yang baik/cukup akan memberikan

dampak positif.

b. Atmosfer Toko

Suasana atau atmosfer dalam gerai berperan penting memikat pembeli,

membuat nyaman mereka dalam memilih barang belanjaan, dan

mengingatkan mereka produk apa yang perlu dimiliki baik untuk

keperluan pribadi maupun utnuk keperluan rumah tangga. Suasana yang

dimaksud adalah dalam arti atmosfer dan ambience yang tercipta dari

gabungan unsur-unsur desain toko/gerai, perencanaan toko, komunikasi

visual, dan merchandising. Gerai kecil yang tertata rapi dan menarik akan

lebih mengundang pembeli dibandingkan gerai yang diatur biasa saja.

Sementara, gerai-gerai yang diatur biasa saja tapi bersih lebih menarik dari

pada gerai yang tidak diatur sama sekali dan tampak kotor

(Ma’ruf,2005:201).

Atmosfer toko merupakan kombinasi dari karakteristik fisik toko,

seperti arsitektur, tata letak, pencahayaan, pemacangan, warna, temperatur,

music, serta aroma yang secara menyeluruh akan menciptkan citra dalam

benak konsumen. Melalui atmosfer toko yang sengaja diciptakan, ritel

berupaya untuk mengkomunikasikan infromasi yang terkait dengan

layanan, harga maupun, ketersediaan barang dagangan yang bersifat

(30)

c. Tata Letak (Layout)

Menurut Royan (2003:66), tata letak mempengaruhi berapa lama

konsumen tinggal di toko, berapa banyak produk yang dilihat lewat kontak

mata visual dan rute yang mesti dijalani konsumen. Faktor-faktor itu

mempengaruhi produk apa saja dan berapa banyak yang di beli. Satu

prinsip mendasar dalam layout toko ialah pengelompokan kelas-kelas

produk pelengkap. Ada dua tipe dasar layout yaitu grid layout (layout lalu

lintas) dan free flow layout (layout alur-bebas).

a. Grid Layout

Grid Layout, tata letak toko dibuat secara berlajur-lajur. Lajurnya terdiri atas lorong-lorong, di mana setiap lorong diletakkan barang

khusus. Cara ini sudah umum digunakan di supermarket dan toko-toko

makanan lainnya. Dengan konsep tata letak grid ini, diharapkan

barang yang bisa dipajang cukup banyak, tetapi cukup memberikan

keleluasaan bagi pelanggan untuk “hilir mudik”. Yang harus

dipertimbangkan dalam metode ini adalah barang-barang mana yang

harus kita tampilkan di lorong utama. Tentu saja, kurang bijak bila

barang yang kita letakkan di lorong utama adalah barang-barang yang

laku dan paling jarang dicari orang.

b. Free-flow Layout

Pada sistem ini, barang-barang dagangan diletakkan secara

mengelompok dengan pola yang memudahkan pelanggan untuk hilir

(31)

kelompok-kelompok barang. Diharapkan, dengan tata letak seperti ini,

para pelanggan akan melakukan pembelian spontan (impulsive

buying). Dibandingkan dengan sistem grid, metode free flow ini menuntut biaya yang lebih tinggi, karena konsekuensinya adalah

penyediaan ruangan yang lebih luas.

2.1.3 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen merupakan tindakan yang langsung terlibat dalam

mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa termasuk

proses keputusan yang mendahului dan mengikuti tindakan ini (Setiadi, 2003:3).

Sementara Schiffman dan Kanuk (dalam Sumarwan, 2004:25) mendefinisikan

perilaku konsumen sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen dalam mencari,

membeli, menggunakan, mengevaluasi, dan menghabiskan produk dan jasa yang

mereka harapkan akan memuaskan kebutuhan mereka.

Perilaku konsumen adalah studi tentang unit pembelian (buying unit) dan

proses petukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi, dan pembuangan barang

dan jasa, pengalaman, serta ide-ide (Mowen dan Minor, 2002:6). Perilaku

pembelian konsumen (consumer buyer behavior) menurut Kotler dan Amstrong

(2008:158) mengacu pada pembelian konsumen akhir, perorangan, dan rumah

tangga yang membeli barang dan jasa untuk konsumsi pribadiSemua konsumen

akhir ini bergabung membentuk pasar konsumen (consumer market). Adapun

faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen tersebut adalah faktor

sosial, budaya, pribadi dan kekuatan psikologis, dimana faktor budaya dikatakan

(32)

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tindakan atau keputusan

konsumen sebagai individu atau kelompok untuk menentukan pilihannya atas

penggunaan atau pembelian. Tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu,

kelompok maupun organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan

keputusan dalam memilih, membeli dan memakai barang dan jasa-jasa,

semata-mata untuk memuaskan kebutuhannya. Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi

perilaku konsumen tersebut adalah faktor sosial, budaya, pribadi dan kekuatan

psikologis, dimana faktor budaya dikatakan mempunyai pengaruh yang paling

luas dan dalam.

Dari definisi diatas, kita mengetahui bahwa ada dua komponen kunci yang

harus dilakukan perusahaan untuk memahami perilaku konsumen :

a. Perusahaan harus berusaha memuaskan kebutuhan dan keinginan

konsumen

b. Perusahaan mempelajari proses pertukaran, yaitu dua pihak yang

saling mentransfer sesuatu yang bernilai bagi orang lain.

2.1.4 Keputusan Pembelian

Keputusan pembelian merupakan kegiatan individu yang secara langsung

terlibat dalam pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian terhadap

produk yang ditawarkan oleh penjual. Menurut Setiadi (2003:416), keputusan

pembelian merupakan perilaku konsumen dalam memperlakukan pengambilan

keputusan konsumen sebagai pemecahan masalah yang dihadapinya. Menurut

Kotler dan Keller (2009:188) dalam melaksanakan maksud pembelian, konsumen

(33)

kuantitas (satu komputer), waktu (akhir minggu), dan metode pembayaran (kartu

kredit).

a. Proses Pengambilan keputusan pembelian

Proses pembelian secara spesifik terdiri dari urutan kejadian berikut:

pengenalan masalah, pencarian informasi, evaluasi alternatif, keputusan

pembelian, dan perilaku pasca pembelian. Tugas pemasar adalah

memahami pe rilaku pembeli pada tiap-tiap tahap dan pengaruh apa yang

bekerja pada tahap-tahap itu. (Setiadi, 2003: 16).

Secara umum proses tersebut dapat dilihat pada gambar 2.2 berikut:

Sumber: Setiadi (2003: 16)

Gambar 2.2

Proses Pengambilan Keputusan Pembelian

Gambar 2.1 di atas menunjukkan bahwa konsumen melewati kelima tahap

tersebut pada setiap melakukan pembelian. Adapun dalam pembelian yang lebih

rutin, konsumen seringkali melompati atau membalik beberapa tahap ini. Seorang

wanita yang membeli pasta gigi dari merek yang sudah biasa dipergunakanya

akan mengenali kebutuhannya sehingga dia langsung pada keputusan pembelian.

Model tersebut menunjukkan bahwa semua pertimbangan akan muncul ketika

konsumen menghadapi situasi pembelian yang kompleks dan baru.

Secara rinci tahap-tahap tersebut dapat diuraikan sebagai berikut:

(34)

1. Pengenalan Masalah

Proses membeli diawali saat pembeli menyadari adanya masalah

kebutuhan. Pembeli menyadari terdapat perbedaan antara kondisi

sesungguhnya dengan kondisi yang diinginkannya. Kebutuhan ini dapat

disebabkan oleh ransangan internal dalam kasus pertama dari kebutuhan

normal seseorang atau ransangan eksternal seseorang.

2. Pencarian Informasi

Seorang konsumen yang mulai timbul minatnya untuk melakukan

pembelian akan terdorong untuk mencari informasi yang lebih banyak.

Salah satu faktor kunci bagi pemasar adalah sumber-sumber informasi

utama yang dipertimbangkan konsumen dan pengaruh relatif dari

masing-masing sumber terhadap keputusan pembelian. Sumber-sumber informasi

dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu:

a. Sumber Pribadi: keluarga, teman, tetangga, dan kenalan.

b. Sumber Komersil: iklan, tenaga penjual, penyalur, kemasan, pameran.

c. Sumber Umum: media massa, organisasi konsumen.

d. Sumber Pengalaman: pernah menangani, menguji, menggunakan produk.

3. Evaluasi Alternatif

Ada beberapa proses evaluasi alternatif keputusan. Kebanyakan model dari

proses evaluasi konsumen sekarang bersifat kognitif, yaitu mereka memandang

konsumen sebagai pembentuk penilaian terhadap produk terutama berdasarkan

(35)

4. Keputusan Membeli

Ada 2 faktor yang mempengaruhi tujuan membeli dan keputusan membeli.

Faktor yang pertama adalah sikap atau pendirian orang lain, sejauh mana sikap

orang lain akan mengurangi alternatif pilihan seseorang akan tergantung pada

dua hal yaitu intensitas sikap negatif orang lain tersebut terhadap alternatif

pilihan konsumen dan motivasi konsumen untuk menuruti keinginan orang lain

tersebut.

Faktor yang kedua adalah situasi yang tidak bisa diantisipasi. Konsumen

membentuk suatu maksud pembelian atas dasar faktor-faktor seperti

pendapatan keluarga yang diharapkan, harga yang diharapkan, dan manfaat

produk yang diharapkan. Ketika konsumen akan bertindak, faktor situasi yang

tidak diantisipasi mungkin terjadi dan mengubah maksud pembelian tersebut.

5. Perilaku Pasca Pembelian

Setelah pembelian terhadap suatu produk dilakukan, konsumen akan

mengalami beberapa tingkat kepuasan atau ketidakpuasan. Konsumen tersebut

juga akan terlibat dalam tindakan-tindakan sebuah pembelian dan penggunaan

produk yang akan menarik perhatian pemasar. Pekerjaan pemasar tidak akan

berakhir pada saat suatu produk dibeli, tetapi akan terus berlangsung hingga

periode sesudah pembelian. Kepuasan pembeli merupakan fungsi dari seberapa

dekat harapan pembeli atas produk dengan manfaat yang dirasakan dari produk

tersebut. Jika manfaat produk tersebut dibawah harapan pelanggan, pelanggan

(36)

pelanggan tersebut akan merasa puas, dan jika melebihi harapan maka

pelanggan tersebut akan merasa sangat puas.

b. Jenis-jenis perilaku keputusan pembelian

Tingkah laku membeli berbeda untuk setiap produk, semakin kompleks

kebutuhan yang harus dibeli biasanya semakin banyak peserta pembelian

dan semakin banyak pertimbangan untuk membeli. Jenis-jenis tingkah

laku membeli konsumen berdasarkan derajat keterlibatan dan tingkat

perbedaan antara merek (Kotler dan Amstrong, 2008:177) yaitu:

1. Perilaku pembelian kompleks

Konsumen melakukan perilaku pembelian kompleks (complex buying behavior) ketika mereka sangat terlibat dalam pembelian dan merasa ada perbedaan yang signifikan antar merek. Konsumen mungkin

sangat terlibat ketika produk itu mahal, berisiko, jarang dibeli, dan

sangat memperlihatkan ekspresi diri.

2. Perilaku pembelian pengurangan disonasi

Perilaku pembelian pengurangan disonansi (dissonance-reducing

buying behavior) terjadi ketika konsumen sangat terlibat dalam pembelian yang mahal, jarang dilakukan, atau berisiko, tetapi hanya

melihat sedikit perbedaan antar merek. Contoh, konsumen yang

membeli karpet mungkin menghadapi keputusan dengan keterlibatan

tinggi karena karpet adalah barang yang mahal dan memperlihatkan

ekspresi diri. Tetapi pembeli mungkin menganggap sebagian besar

(37)

ini, karena anggapan perbedaan mereka tidak besar, pembeli mungkin

berkeliling untuk mempelajari merek yang tersedia, tetapi membeli

dalam waktu relative singkat.

3. Perilaku pembelian kebiasan

Perilaku pembelian (habitual buying behavior) terjadi dalam keadaan

keterlibatan konsumen yang rendah dan sedikit perbedaan merek.

Contohnya, garam. Konsumen hanya mempunyai sedikit keterlibatan

dalam kategori produk ini, mereka hanya pergi ke toko dan mengambil

satu merek. Jika mereka terus mengambil merek yang sama, hal ini

merupakan lebih merupakan kebiasaan daripada loyalitas yang kuat

terhadap sebuah merek. Konsumen tampaknya memiliki keterlibatan

rendah dengan sebagian besar produk murah yang sering dibeli.

4. Perilaku pembelian keragaman

Konsumen melakukan perilaku pembelian mencari keragaman (variety

seeking buying behavior) dalam situasi yang mempunyai karakter keterlibatan konsumen rendah tetapi anggapan perbedaan merek yang

signifikan. Dalam kasus ini, konsumen sering melakukan banyak

pertukaran merek.

2.1.5 Usaha Eceran

1. Pengertian usaha eceran

Usaha ritel atau eceran (retailing) dapat dipahami sebagai semua

kegiatan yang terlibat dalam penjualan barang atau jasa secara langsung

(38)

bisnis. Ritel juga merupakan perangkat sari aktivitas-aktivitas bisnis yang

melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan layanan

penjualan kepada para konsumen untuk penggunaan atau konsumsi

perorangan maupun keluarga (Utami,2006:4). Kegiatan yang dilakukan

dalam usaha eceran adalah menjual berbagai produk, jasa dan keduanya

kepada konsumen untuk keperluan konsumsi pribadi maupun bersama.

Para peritel berupaya memuaskan kebutuhan konsumen dengan mencari

kesesuaian antara barang-barang yang dimilikinya dengan harga, tempat

dan waktu yang diinginkan pelanggan. Karena itu usaha eceran memiliki

peranan penting dalam proses pemenuhan konsumen, karena merupakan

tahap akhir dari saluran distribusi yang menyampaikan produk langsung

kepada konsumen akhir. Jalur distribusi adalah sekumpulan atau beberapa

perusahaan yang memudahkan penjualan kepada konsumen sebagai

konsumen akhir. Produsen menjual produknya kepada peritel besar

(wholesaler). Hal ini akan membentuk suatu jalur distribusi, antara

produsen ke konsumen akhir seperti yang ditunjuk Gambar 2.3 berikut:

Sumber: Utami (2006:5)

Gambar 2.3

Jalur distribusi barang dan dagangan pada usaha eceran 2. Jenis-Jenis Pengecer

Usaha eceran memiliki jenis yang berbeda didasarkan pada

karakteristiknya. Terdapat tiga karakteristik dasar ritel, yaitu: Pertama,

Pengelompokan berdasarkan unsur-unsur yang digunakan ritel untuk Pedagang besar

(39)

memuaskan kebutuhan konsumen. Kedua, pengelompokan berdasarkan

sarana atau media yang digunakan. Ketiga, pengelompokan berdasarkan

kepemilikan (Utami, 2006:10). Pada umumya jenis pengecer

dikelompokkan kedalam dua kategori, yaitu pengecer toko dan pengecer

tanpa toko (Utami, 2006:11-13). Masing-masing pengecer diuraikan

sebagai berikut:

a. Pengecer Toko (Store Retailing)

Pengecer toko adalah usaha eceran yang menggunakan toko

sebagai saran untuk memasarkan produk yang dijual. Pada umumnya

usaha eceran menggunakan toko yang disebut toko eceran. Toko eceran

memiliki berbagai macam bentuk dan ukuran. Seiring perkembangan

zaman semakin banyak toko eceran yang muncul dengan berbagai bentuk.

Secara umum jenis-jenis toko pengecer dapat diuraikan sebagai berikut:

1) Toko Khusus (Specialty Store)

Toko khusus berkonsentrasi pada sejumlah kategori produk yang

terbatas dengan level layanan yang tinggi. Jenis toko ini dapat lebih

khusus lagi sesuai dengan barang dagangan yang dijual.

2) Department Store

Merupakan jenis eceran yang menjual variasi produk yang luas dan

berbagai jenis produk dengan menggunakan staff seperti layanan

pelanggan dan tenaga sales counter. Pembelian biasanya dilakukan

(40)

3) Toko Konviniens (Convenience Store)

Toko pengecer ini memiliki variasi dan jenis produk yang terbatas

dengan ukuran relatif kecil dan biasanya didefenisikan sebagai pasar

swalayan mini yang menjual hanya lini terbatas dan perputaran produk

yang relatif tinggi. Toko ini ditujukan kepada konsumen yang

membutuhkan pembelian cepat.

4) Toko Super (Super Store)

Merupakan toko pengecer dengan ukuran toko hampir dua kali luas

supermarket biasa dan menjual rangkaian produk yang luas yang

terdiri dari produk-produk makanan dan non makanan yang secara

rutin dibeli oleh konsumen. Toko Kombinasi (Combination Store)

Merupakan toko yang aktivitasnya menjual kombinasi produk

makanan dan obat-obatan.

5) Toko Kombinasi (Combination Store)

Merupakan toko yang aktivitasnya menjual kombinasi produk

makanan dan obat-obatan.

6) Pasar Hiper (Hypermarket)

Merupakan toko yang memiliki luas antara lebih dari 18.000 meter

persegi lebih luas dari toko kombinasi. Hypermarket mengkombinasikan berbagai bentuk toko pengecer seperti:

supermarket, toko diskon dan ware house. Toko ini menjual lebih

banyak produk yang rutin dibeli oleh konsumen seperti perlengkapan

(41)

7) Toko Diskon (Discount Store)

Toko dislon merupakan jenis ritel yang menjual sebagian besar variasi

produk dengan menggunakan layanan yang terbatas dan harga murah.

Toko diskon menjual produk dengan label atau merek itu sendiri.

8) Pengecer Potongan Harga (Off-prices Retailers)

Ritel off-price dapat menjual merek dan label produk dengan harga yang ebih murah dari grosir. Cenderung menjual barang dagangan

yang berubah-ubah sering merupakan sisa, tidak laku dan cacat yang

diperoleh dengan harga yang lebih murah dari produsen lainnya.

9) Ruang Pamer Katalog (Catalog showroom)

Jenis toko seperti ini menjual serangkaian luas produk dengan mark-up

yang tinggi merek ternama pada harga diskon. Ruang pamer katalog

memperoleh uang dengan memotong biaya marjin untuk menyediakan

harga yang rendah yang akan menarik penjualan bervolume tinggi.

b. Pengecer Tanpa Toko (Nonstore Retailing)

Selain jenis pengecer yang menggunakan toko sebagai sarana memasarkan

produk, dalam pemasaran juga dikenal jenis pengecer yang tidak

menggunakan toko. Klasifikasinya adalah sebagai berikut:

1) Ritel Elektronik (Electronic Retailing)

Merupakan format bisnis ritel atau ritel yang menggunakan

komunikasi dengan pelanggan mengenai produk, layanan dan

penjualan melalui internet guna mencapai cakupan konsumen yang

(42)

2) Katalog dan Pemasaran Surat Langsung

Pemasaran melalui katalog terjadi ketika perusahaan mengirimkan satu

atau lebih katalog produk kepada penerima yang terpilih. Perusahaan

mengirimkan katalog produk yang terpilih. Perusahaan mengirimkan

katalog yang menginformasikan barang dagangan secara lengkap yaitu

keseluruhan lini barang dagangan atau dengan memilih barang

dagangan yang akan menginformasikan secara terbatas dalam bentuk

katalog konsumen khusus dan katalog bisnis. Biasanya berbentuk

cetakan,cd, video, atau secara online.

3) Penjualan Langsung

Merupakan sistem pemasaran interaktif yang menggunakan satu atau

lebih media iklan untuk menghasilkan tanggapan atau transaksi yang

dapat diukur pada suatu lokasi penjualan tertentu.

4) Television Home Shopping

Merupakan format ritel melalui televisi. Pelanggan akan melihat

program TV yang menayangkan demonstrasi produk dagangan dan

kemudian menyampaikan pesanan melalui telepon.

5 ) Vending Machine Retailing

Merupakan format non store yang menyimpan barang dan jasa pada

suatu mesin dan menyerahkan barang ke pelanggan dimana pelanggan

(43)

2.2Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian

ini berkaitan dengan motif berbelanja (shopping motives) dan alat

perlengkapan (attribute tools). Tabel 2.1 menunjukkan beberapa penelitian

terdahulu yang dipakai sebagai panduan dalam penelitian ini.

Tabel. 2.1

Daftar Beberapa Penelitian Terdahulu Yang Relevan

Penulis Judul Tujuan Metode Hasil

(44)

Mahasiswa FE USU didapatkan hasil bahwa

Kerangka konseptual merupakan sitensa tentang hubungan dari beberapa variabel

yang diteliti, disusun dari beberapa teori yang dideskripsikan (Sugiono,2005:49).

Menurut Kotler dan Amstrong (2008:179) proses pengambilan keputusan konsumen

dimulai sebelum pembelian sesungguhnya dan berlanjut dalam waktu yang lama

setelah pembelian. Keputusan pembelian adalah keputusan tentang merek mana yang

dibeli (Kotler dan Amstong, 2008:181).

Keputusan pembelian dipengaruhi salah satunya oleh motif konsumen dalam

berbelanja, motif berbelanja (Shopping Motives) adalah segala sesuatu yang

mendorong seorang konsumen untuk berperilaku tertentu dan upayanya untuk

mencapai kepuasan, baik secara rasional maupun emosional (Setiadi 2003:94).

(45)

stimuli (dorongan) yang meliputi rasa kenyamanan, rancangan fisik serta sosial yang

dipandang sebagai bagian keseluruhan citra supermarket. alat perlengkapan (attribute

tools) juga merupakan perlengkapan atau peralatan yang ada dalam toserba (supermarket). Kesan terhadap alat perlengkapan (attribute tools) dapat dibentuk

pada saat konsumen memasuki atau baru saja memasuki area fasilitas toko. Sebuah

toko yang memiliki atribute tools yang baik akan mendorong konsumen untuk

tinggal lebih lama di dalam toko dan terdapat pada toko tersebut hingga akhirnya

melakukan keputusan pembelian. Berdasarkan teori pendukung diatas, maka

kerangka konseptual pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.4

Kerangka Konseptual penelitian

Gambar 2.4 menunjukkan bahwa motif berbelanja (shopping motives) dan alat

perlengkapan (attribute tools) merupakan variabel-variabel yang dapat mempengaruhi keputusan pembelian pada konsumen. Kedua variabel ini

diharapkan dapat mempengaruhi dan menarik konsumen untuk melakukan

keputusan pembelian pada Supermarket Carrefour. Motif Berbelanja (Shopping

Motives) (X1)

Alat Perlengkapan(Attribute Tools) (X2)

(46)

2.4 Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban yang sifatnya sementara berdasarkan rumusan

masalah yang kebenarannya akan diuji dalam pengujian hipotesis

(Sugiyono,2005:306). Berdasarkan perumusan masalah yang ada, maka hipotesis

penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana pengaruh variabel motif berbelanja (Shopping Motives) dan alat

perlengkapan (Attribute Tools) terhadap keputusan pembelian mahasiswa Fakultas

(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian deskriptif yaitu suatu

metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu set

kondisi, suatu sistem pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang, untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis,

fluktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antar

fenomena yang di selidiki (Nazir, 2011:54). Berdasarkan metode, penelitian

ini memakai metode kuantitatif yaitu metode penelitian yang berlandaskan

pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel

tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random,

pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat

kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah

ditetapkan (sugiyono, 2009:14).

3.2Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan direncanakan di Fakultas Ekonomi Univesitas Sumatera

Utara, Jln. Prof. T.M. Hanafiah, Kampus USU – Padang Bulan Medan.

Penelitian ini akan direncanakan dari bulan Agustus sampai dengan Oktober

2013.

3.3 Batasan Operasional

Batasan operasional dilakukan untuk menghindari kesimpangsiuran dalam

(48)

Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah

dikemukakan, maka penelitian ini dibatasi pada variabel sebagai berikut:

1. Variabel Independent (X) terdiri atas motif berbelanja (shopping motives) (X1) dan alat perlengkapan (attribute tools) (X2).

2. Variabel Dependen (Y) adalah keputusan pembelian

3.4Definisi Operasional Variabel

Defenisi operasional bertujuan untuk melihat sejauh mana

variabel-variabel suatu faktor berkaitan dengan faktor lainnya. Defenisi variabel-variabel

memberikan dan menuntun arah penelitian bagaimana cara mengukur suatu

variabel.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel Variabel Definisi

Operasional

(49)

6. torlly) 4. Faktor keunggulan 5. Tindakan memilih 6. Faktor kepuasan 7. Faktor situasional

Skala Likert

3.5Skala Pengukuran

Pengukuran variabel bebas dan terikat menggunakan skala Likert yang

digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi yang dijabarkan

menjadi indikator variabel dan dijadikan sebagai titik tolak untuk menyusun

item-item instrumen dengan menghadapkan responden terhadap pernyataan

kemudian memberikan jawaban atas pertanyaan yang diajukan. Dalam

melakukan penelitian terhadap variabel-variabel yang akan diuji, pada setiap

jawaban akan diberi skor (Sugiyono, 2005:86). Skala Likert menggunakan lima tingkatan jawaban yang dapat berbentuk seperti ditunjukkan pada Tabel

(50)

Tabel 3.2 Skala Likert

No Alternatif Jawaban Skor

1 Sangat Setuju (SS) 5

3.6Populasi dan Sampel 3.6.1 Populasi

Menurut Sugiyono (2005:72) populasi adalah generalisasi yang

terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian

ditarik kesimpulannya. Populasi dalam penelitian ini adalah Mahasiswa

Fakultas Ekonomi USU yang melakukan pembelian di Carrefour Plaza

Medan Fair.

3.6.2 Sampel

Menurut Kuncoro (2003: 103) sampel adalah himpunan bagian

(subset) dari unit populasi yang dijadikan sebagai sumber data dalam

melakukan penelitian. Karena mahasiswa Fakultas ekonomi USU yang

melakukan pembelian di Carrefour tidak diketahui, maka penentuan

jumlah sampel ditentukan dengan menggunakan rumus (Supramono,

(51)

Dimana:

n = Jumlah Sampel

Zα = Nilai standart normal yang basarnya tergantung α

Bila α = 0,01 Zα = 1,67

Bila α = 0,05 Zα = 1,96

p = estimasi proporsi populasi

q = 1 - p

d = Tingkat kesalahan yang dapat ditoleransi (10%)

Berdasarkan hasil prasurvei yang dilakukan terhadap konsumen yang

melakukan pembelian di Carrefour plaza Medan Fair terdapat 30 orang, 16

orang yang melakukan pembelian di Carrefour Plaza Medan Fair. Hal ini

berarti estimasi proporsi populasi (p) dalam penelitian ini adalah sebesar

53% dan q adalah sebesar 47% maka jumlah sampel dalam penelitian ini

adalah

Metode pengambilan sampel yang digunakan adalah metode Accidental Sampel

yaitu teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Siapa saja yang secara

kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila

dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber data

(Sugiyono, 2005:77). Kriteria pemilihan sampel dalam penelitian ini adalah

(52)

adalah pengunjung yang pernah dan melakukan pembelian minimal telah 2 kali

berbelanja dalam sebulan dan telah berusia 17 tahun.

3.7Jenis Data dan Sumber 3.7.1 Data Primer

Data primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara

langsung dari sumber asli. Dalam penelitian ini data diperoleh

langsung dari responden dengan menggunakan kuesioner dan

wawancara.

3.7.2 Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui studi dokumentasi

yang diperoleh dari buku, jurnal, majalah, dan internet yang dapat

menjadi referensi dalam mendukung penelitian ini.

3.8 Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

3.8.1 Kuesioner (daftar pernyataan)

Teknik ini dilakukan dengan cara memberikan daftar pernyataan

kepada responden untuk dijawab.

3.8.2 Wawancara

Yaitu wawancara secara langsung dengan responden dan pihak-pihak

yang berhak dan berwenang dari Carrefour Plaza Medan Fair, untuk

memperoleh informasi tentang berbagai hal yang berkaitan dengan

(53)

3.8.3 Studi Dokumentasi

Yaitu dengan mengumpulkan data dan informasi dari literatur, buku,

akses internet, yang berhubungan dengan penelitian.

3.9Uji Validitas dan Reliabilitas 3.9.1 Uji Validitas

Uji validitas dilakukan untuk mengukur apakah data yang telah

didapat setelah penelitian merupakan data yang valid dengan alat

ukur yang digunakan (kuesioner). Uji validitas dilakukan dengan

menggunakan program SPSS 17.0 dengan kriteria sebagai berikut :

1. Jika r hitung > r tabel maka pertanyaan dinyatakan valid.

2. Jika r hitung < r tabel maka pertanyaan dinyatakan tidak valid.

3. Nilai r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item total

correlation.

Penyebaran kuesioner khusus dalam uji validitas dan reliabilitas diberikan

kepada 30 responden diluar sampel penelitian, tetapi memiliki karakeristik yang

sama dengan responden penelitian. Nilai r tabel dengan ketentuan df = 30 dan

(54)

Tabel 3.3

Tabel 3.3 menunjukkan bahwa seluruh butir pernyataan valid karena nilai

(55)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Menurut Ghozali dan Kuncoro (dalam Ginting dan Situmorang,

2008:179) butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji

validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria sebagai berikut:

1. Menurut Ghozali jika nilai Cronbach's Alpha > 0.60 maka pertanyaan

reliabel.

2. Menurut Kuncoro jika nilai Cronbach's Alpha > 0.80 maka pertanyaan

reliabel.

Tabel 3.4 Uji Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach's

Alpha N of Items

.890 20

Sumber: Hasil Pengolahan SPSS 17.0 ( 2013)

Pada 20 pernyataan dengan tingkat signifikansi 5% diketahui bahwa

koefisien alpha (Cronbach's Alpha) adalah sebesar 0.890, ini berarti 0.890 > 0.60

dan 0.890 > 0.80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah

reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai

instrumen penelitian.

3.10 Teknis Analisis

3.10.1 Analisis Deskripstif Statistik

Statistik deskriptif adalah statistik yang digunakan dalam

menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data

(56)

kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi (Ginting dan

Situmorang, 2008:187).

3.10.2 Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas adalah untuk mengetahui apakah distribusi data

mengikuti atau mendekati distribusi normal. Uji normalitas dilakukan

dengan menggunakan pendekatan Kolmogorov Smirnov. Dengan

menggunakan tingkat signifikansi 5% maka jika nilai Asymp.sig. (2-tailed)

diatas, nilai signifikan 5% artinya variabel residual berdistribusi normal

(Situmorang dan Muslich, 2012:100).

b. Uji Heterokedatisitas

Uji Heteroskedatisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

sebuah grup mempunyai varians yang sama di antara anggota grup

tersebut. Jika varians sama maka dikatakan ada homoskedastisitas.

Sedangkan jika varians tidak sama dikatakan terjadi heterokedastisitas.

Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak terjadi

heterokedastisitas. (Situmorang dan Muslich, 2012:108).

c. Uji Multikolinearitas

Variabel independen yang satu dengan yang lain dalam model

regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau

mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada tidaknya gejala

multikolinieritas dapat dilihat dari besarnya nilai Tolerance dan VIF

(57)

biasa dipakai adalah nilai Tolerance>1, atau nilai VIF<5, maka tidak

terjadi multikolinieritas (Situmorang dan Muslich, 2012:133).

3.10.3 Analisis Regresi Berganda

Metode analisis regresi berganda digunakan untuk mengetahui

berapa besar pengaruh variabel bebas [motif berbelanja (shopping motives)

dan alat perlengkapan (attribute tools)] terhadap variabel terikat

(keputusan pembelian). Untuk memperoleh hasil analisis data peneliti

menggunakan program SPSS 17.0. Adapun bentuk umum persamaan

regresi yang digunakan adalah sebagai berikut (Sugiyono, 2005:211):

Y= a + b1X1 + b2X2 + e

Keterangan:

Y = Keputusan pembelian

a = Konstanta

X1= Motif berbelanja (shopping motives)

X2= Alat perlengkapan (atribute tools)

b1,2= Koefisien regresi

e = Standart error

1. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa besar

kemampuan model dalam menerangkan variabel terikat. Jika R2 semakin

besar (mendekati satu), maka dapat dikatakan bahwa pengaruh variabel

bebas (X1, X2) adalah besar terhadap variabel terikat (Y). Hal ini berarti

(58)

variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat. Sebaliknya jika R2

semakin mengecil (mendekati nol) maka dapat dikatakan bahwa pengaruh

variabel bebas (X1, X2) terhadap variabel terikat (Y) semakin kecil. Hal ini

berarti model yang digunakan tidak kuat untuk menerangkan pengaruh

variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

2. Uji simultan ( UJi-F )

Uji-F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel yang

dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama

terhadap variabel terikat.

H0 : b1 = b2 = 0

Artinya secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel bebas (X1, X2,) yaitu berupa variabel motif berbelanja (shopping

motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian yaitu variabel terikat (Y).

Ha : b1≠ b2≠ 0

Artinya secara bersama–sama terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel motif berbelanja (shopping

motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian yaitu variabel terikat (Y).

Kriteria keputusan pembelian :

H0 diterima jika Fhitung < Ftabel pada α = 5 %

Ha, ditolak jika Fhitung > Ftabel pada α = 5 %

(59)

Uji - t menentukan seberapa besar pengaruh variabel bebas secara

parsial terhadap variabel terikat.

Ho: b1 = b2 = 0

Artinya secara parsial tidak terdapat pengaruh yang signifikan dari

variabel bebas (X1, X2) yaitu, berupa variabel motif berbelanja (shopping

motives) dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian yaitu variabel terikat (Y).

Ha : b1,≠ b2 ≠ 0

Artinya secara parsial terdapat pengaruh yang signifikan dari variabel

bebas (X1, X2) yaitu berupa variabel motif berbelanja (shopping motives)

dan alat perlengkapan (attribute tools) terhadap keputusan pembelian

yaitu variabel terikat (Y).

Kriteria keputusan pembelian :

H0 diterima jika thitung < ttabel, pada α = 5 %

Gambar

Tabel 1.1 Omset Peritel Hypermarket (Rp Triliun) Tahun 2010-2012
Gambar 2.1
Gambar 2.2 Proses Pengambilan Keputusan Pembelian
Gambar 2.3 Jalur distribusi barang dan dagangan pada usaha eceran
+7

Referensi

Dokumen terkait

surut yang ada, maka akan dapat diperoleh sistem fender yang sesuai.. untuk

Kami menyampaikan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada para penulis/penerbit yang telah berkenan mengalihkan hak cipta karyanya kepada Departemen Pendidikan Nasional

Dasar pemerintah melakukan pengawasan terhadap koperasi adalah bahwa pemerintah (dalam arti eksekutif) memiliki kewenangan untuk mengesahkan berdirinya koperasi atau

Peran modal sosial pada masyarakat Desa Bukit Kijang terhadap program restorasi lahan pasca tambang cukup menjadi perhatian penting bagi semua kalangan, baik masyarakat internal

Hasil pengujian menunjukkan bahwa gaya hidup dan atribut produk berpengaruh positif terhadap minat beli mobil toyota yaris di Surabaya.. Key Words: Gaya Hidup,

Hotel Sinar Express Surabaya, sedangkan kompensasi dan kepuasan kerja tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan di PT.. Hotel Sinar

On the basis of the potential to harness seawater as source of nutrients for plant requirement as well as the potential limitation in using it, the possible action can be done

Hijabers Mom Community mempunyai dua pemahaman; pertama, Hijabers Mom Community merupakan kumpulan perempuan mandiri berbusana hijab kekinian yang dapat menunjukkan mix