• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

FITRI KOMALASARI

TIPOLOGI PENGUNJUNG BERDASARKAN JENIS GANGGUAN

DI TAMAN WISATA ALAM DAN CAGAR ALAM

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2015

(4)

ABSTRAK

FITRI KOMALASARI. Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran. Dibimbing oleh ARZYANA SUNKAR dan EVA RACHMAWATI.

Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan penting untuk perencanaan wisata. Penelitian dilakukan di Pananjung Pangandaran pada Juni 2014. Gangguan yang teramati adalah mengambil bunga, mengambil jamur, membakar kayu, memberi makan satwaliar, mengusir monyet, mengambil pasir, mengkoleksi berbagai biota laut termasuk batu karang, kulit kerang, ikan dan lainnya. Kelas umur, teman perjalanan, motivasi berkunjung, frekuensi kunjungan dan lama kunjungan adalah karakteristik pengunjung yang paling berpengaruh terhadap gangguan. Terdapat perbedaan karakteristik dari kelima karakteristik tersebut pada lokasi wisata pantai dan area terbuka, sehingga tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan di Pananjung Pangandaran adalah: tipologi pengunjung pantai dibagi menjadi tipe player, family, beach visitor, first timer dan long stay, sedangkan tipologi pengunjung area terbuka dibagi menjadi active enjoyment of nature, friends, comfortable naturalist, frequent visitor dan long stay.

Kata kunci: Pananjung Pangandaran, tipologi pengunjung, gangguan, perencanaan wisata, kawasan konservasi

ABSTRACT

FITRI KOMALASARI. Visitors Typology Based on Types of Disturbance in Pananjung Pangandaran Nature Recreation Park and Strict Nature Reserve. Supervised by ARZYANA SUNKAR and EVA RACHMAWATI.

Building visitors typology based on disturbance types is important for tourism planning in protected area. Research was conducted in Pananjung Pangandaran in June 2014. Disturbances that were observed include: flower picking, mushroom collection, wood burning, wildlife feeding, chasing monkey, sand dredging, collections of various marine life including coral, shell, fish and other marine creatures. A direct relationship could be observed between visitor characteristics and types of disturbances. The results emphasized the importance of age class, visitor group, main motivation for visiting, visit frequency and time spent in an area. The sub-characteristics of these characteristics varied with primary attractions, i.e beach and open area. Visitor typology in Pananjung Pangandaran based on disturbance types in beach area were player, family, beach visitor, first timer and long stay types, while for open area comprised of active enjoyment of nature type, friends, comfortable naturalist, frequent and long stay types.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

FITRI KOMALASARI

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA

FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2015

TIPOLOGI PENGUNJUNG BERDASARKAN JENIS GANGGUAN

DI TAMAN WISATA ALAM DAN CAGAR ALAM

(6)
(7)

Judul Skripsi : Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran

Nama : Fitri Komalasari

NIM : E34090078

Disetujui oleh

Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc Pembimbing I

Eva Rachmawati, SHut, MSi Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Tipologi Gangguan Berdasarkan Karakteristik Pengunjung di Taman Wisata Alam dan Cagar Alam Pananjung Pangandaran berhasil diselesaikan.

Terima kasih penulis ucapkan kepada suami ku tersayang (Akbar Sumirto, SHut) yang selalu memberi masukan, semangat, doa dan kesabarannya, mamah ku tersayang (inspirasi dan penyejuk hati), bapa, kaka Razqa, a Fajar, adik-adik ku (Fauzi dan Fayyadh) tercinta atas doa, perhatian, kasih sayang dan semangatnya. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ibu Dr Ir Arzyana Sunkar, MSc dan Ibu Eva Rachmawati, SHut, MSi selaku pembimbing yang telah banyak memberi saran dan arahan selama penelitian berlangsung dan dalam penulisan skripsi ini, serta kepada Bapak Dr Ir Iwan Hilwan, MSc selaku dosen penguji yang telah memberikan ilmu dan nasihatnya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada pihak Resort Pangandaran (Pak Yana, a Ona, Pak Bambang dan keluarga, a Deni, Pak Ence dan seluruh staf Resort pangandaran) yang telah membantu selama pengumpulan data. Penulis mengungkapkan rasa terima kasih kepada Intan Purnamasari, Reni Anggraeni, teman-teman Wisma Kilimanjaro (Desca, Linda, Tami dan Yuli) dan Romi Prasetyo atas bantuannya, seluruh keluarga besar DKSHE, Himakova dan Anggrek hitam 46, serta anomers (mami Lusi, atew, Afni dan Zen) atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Maret 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 1

Batasan Penelitian 2

METODE 2

Waktu dan Lokasi 2

Alat dan Instrumen 2

Jenis Data 2

Metode Pengumpulan Data 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 4

Karakteristik Pengunjung 4

Aktivitas Wisata di Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran 5

Gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran 6

Korelasi Jenis Gangguan dengan Karakteristik Pengunjung 10 Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan 17 Tantangan dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Pananjung

Pangandaran 19

SIMPULAN DAN SARAN 20

Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

(10)
(11)

DAFTAR TABEL

1 Jenis data yang dikumpulkan 3

2 Proporsi responden penelitian 3

3 Korelasi mengambil bunga dengan karakteristik pengunjung 10 4 Korelasi membakar kayu dengan karakteristik pengunjung 11 5 Korelasi mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu dengan

karakteristik pengunjung 12

6 Korelasi memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras 13 7 Korelasi mengambil ikan dan biota laut lainnya dengan karakteristik

pengunjung 14

8 Korelasi mengambil pasir dengan karakteristik pengunjung 15 9 Korelasi mengambil batu karang dengan karakteristik pengunjung 15 10 Korelasi mengambil cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung 16 11 Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan 17 12 Perencanaan wisata di Pananjung Pangandaran berdasarkan tipologi

pengunjung 20

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi penelitian 2

2 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran 5

3 Peta sebaran gangguan di TWA dan CA Pananjung 7

4 Aktivitas pengunjung terhadap tumbuhan: (a) Gangguan mengambil 8 5 Perubahan perilaku satwaliar: (a) perilaku makan monyet ekor panjang,

(b) perilaku makan rusa timor, (c) perilaku sosial lutung jawa 9 6 Kegiatan yang membunyikan musik keras-keras: (a) Aerobik, (b)

outbond 13

7 Aktivitas pengunjung mengambil ikan dan biota laut lainnya: (a) pengambilan ikan di CA, (b) Contoh hasil pengambilan biota laut 14

8 Papan larangan di Pantai Pasir Putih 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran 25 2 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil bunga dengan

karakteristik pengunjung 26

3 Hasil analisis uji chi-square antara membakar kayu dengan karakteristik

pengunjung 26

4 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil jamur dengan

karakteristik pengunjung 27

5 Hasil analisis uji chi-square antara memberi makan satwaliar dengan

(12)

6 Hasil analisis uji chi-square antara mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu dengan karakteristik pengunjung 27 7 Hasil analisis uji chi-square antara memainkan alat musik dan

membunyikan musik keras-keras dengan karakteristik pengunjung 28 8 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil ikan dan biota laut

lainnya dengan karakteristik pengunjung 29

9 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil pasir dengan

karakteristik pengunjung 29

10 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil batu karang dengan

karakteristik pengunjung 30

11 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil cangkang kerang dengan

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tingginya permintaan akan kegiatan wisata alam akan meningkatkan potensi konflik antara tujuan konservasi dengan tujuan wisata dan rekreasi. Potensi konflik yang dimaksud disebabkan oleh gangguan akibat aktivitas wisata. Gangguan di kawasan konservasi adalah fenomena yang menyebabkan perubahan secara signifikan pada dinamika populasi atau karakteristik ekologi populasi satwaliar dan tumbuhan pada suatu kawasan (Blanc et al. 2006 dalam Marzano dan Dandy 2012). Peluang terjadinya gangguan di suatu kawasan konservasi, akan lebih tinggi di kawasan dengan fungsi utama untuk wisata seperti di Taman Wisata Alam (TWA) dari pada di Cagar Alam (CA) yang memiliki fungsi utama untuk perlindungan dan pelestarian keanekaragaman hayati dan tidak diperuntukkan untuk kegiatan wisata. Hal yang menarik adalah jika TWA berbatasan langsung dengan CA seperti dikawasan Pananjung Pangandaran, karena gangguan dari TWA berpotensi mengganggu CA.

Aktivitas wisata ditentukan oleh perilaku pengunjung yang dipengaruhi oleh karakteristiknya termasuk umur, jenis kelamin (Muntasib et al. 2014); tingkat pendidikan, pekerjaan (Zakiah 1996); asal pengunjung, tujuan kunjungan dan frekuensi kunjungan (Simbolon 2000), sehingga kunci utama dalam pengelolaan kawasan konservasi yang berfungsi sebagai area wisata adalah pengelolaan pengunjung. Salah satu cara dalam pengelolaan pengunjung adalah membuat tipologi pengunjung sebagaimana ditegaskan oleh Coccossis dan Constantoglou (2006) bahwa pembuatan tipologi pengunjung sangat penting dalam perencanaan wisata. Pembuatan tipologi juga akan berkontribusi terhadap peningkatan kepuasan pengunjung tanpa mengganggu fungsi utama kawasan konservasi sebagai area perlindungan dan pengawetan keanekaragaman hayati (Torbidoni et al. 2004). Deskripsi tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan, akan membantu mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi gangguan di kawasan tersebut sebagai salah satu strategi perencanaan wisata di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk membuat tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran

Manfaat Penelitian

(14)

2

Batasan Penelitian

Gangguan dalam penelitian ini hanya dibatasi pada jenis-jenis gangguan yang berdampak langsung terhadap keanekaragaman hayati karena TWA dan CA Pananjung Pangandaran merupakan kawasan konservasi.

METODE

Waktu dan Lokasi

Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni 2014 di TWA dan CA Pananjung Pangandaran, di 4 lokasi di dalam TWA (sekitar kantor, Gua Jepang, Wisma Ciborok dan Wisma Rengganis) dan di Pantai Pasir Putih (CA) (Gambar 1) .

Gambar 1 Lokasi penelitian

Alat dan Instrumen

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, kamera, dan laptop sedangkan instrumen penelitian yang digunakan berupa kuesioner dan panduan wawancara.

Jenis Data

(15)

3

Tabel 1 Jenis data yang dikumpulkan

Jenis Data Metode

Pengumpulan Data

Karakteristik pengunjung

Jenis kelamin1 (R1), umur1 (R2), asal3 (R3), pendidikan terakhir2 (R4), pekerjaan2 (R5), pendapatan3(R6), teman perjalanan1 (R7), objek wisata yang disukai1 (R8), frekuensi kunjungan3 (R9), lama kunjungan3 (R10)

Wawancara, lainnya4 (X9) dan mengambil jamur4 (X10)

Wawancara, observasi lapang,

studi pustaka

Pengelolaan kawasan

Peraturan-peraturan, pengelolaan pengunjung, sarana dan prasarana.

Wawancara dilakukan dengan menggunakan panduan wawancara dan kuesioner. Panduan wawancara ditujukan kepada narasumber yaitu kepala Resort Pangandaran, Polisi Hutan dan Tim Pembantu Hutan Lainnya, sedangkan kuesioner ditujukan kepada responden pengunjung. Menurut Gujarati (2007) jumlah sampel minimal 30 sampel akan mendekati normal. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 160 orang (32 orang dikalikan dengan 5 lokasi pengambilan sampel). Pemilihan responden menggunakan metode quota sampling berdasarkan dua kriteria yaitu kelas umur dan jenis kelamin (Tabel 2).

Tabel 2 Proporsi responden penelitian pada setiap lokasi Kelas umur

(Santrock 1996) I II III IV

Jenis kelamin 5-11 tahun 12-22 tahun 23-55 tahun >56 tahun

Laki-laki 4 orang 4 orang 4 orang 4 orang

(16)

4

Alasan pemilihan berdasarkan jenis kelamin, karena adanya perbedaan aktivitas wisata oleh perempuan dan laki-laki (Ross 1998), sedangkan perbedaan kelas umur menunjukkan tingkat pengetahuan yang berbeda (Zent 2009).

Observasi lapang

Pengamatan dilakukan dua kali ulangan pada akhir pekan dan hari kerja untuk masing-masing lokasi yaitu mulai pukul 08.00-17.00 WIB. Data yang dicatat selama penelitian meliputi aktivitas pengunjung dan perilaku satwaliar yang diamati pada satu titik pengamatan.

Studi Pustaka

Studi pustaka dilakukan dengan mempelajari berbagai dokumen seperti buku, skripsi, jurnal, website dan laporan yang terdapat di Resort Pangandaran dan di kantor Bidang Konservasi Sumberdaya Alam (KSDA) Wilayah III Jawa Barat.

Analisis Data

Penentuan korelasi antar peubah gangguan dan karakteristik pengunjung dalam kawasan dilakukan melalui uji chi square. Pengujian dilakukan dengan bantuan software SPSS 20. Pengambilan keputusan dilakukan berdasarkan probabilitas (asymptotic significance) sebagai berikut:

1. Jika probabilitas > 0,05, maka H0 diterima

2. Jika probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima

Peubah-peubah yang menunjukkan adanya korelasi dipilih sebagai peubah penyebab terjadinya gangguan dalam kawasan TWA dan CA Pananjung Pangandaran.

Korelasi gangguan dengan karakteristik pengunjung

Pengujian dilakukan terhadap 160 responden. Peubah gangguan yang diuji adalah X1, X2, X3, X4,X5, X6, X7, X8, X9 dan X10, dengan 10 peubah karakteristik pengunjung yaitu R1, R2, R3, R4, R5, R6, R7, R8, R9 dan R10 yang menghasilkan 100 pasang peubah. Hipotesis yang dibangun :

H0= X1, X2, X3,.. X10 tidak berkorelasi dengan R1/R2/R3/.../R10 H1= X1, X2, X3,.. X10 berkorelasi dengan R1/R2/R3/.../R10

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Pengunjung

(17)

5

2014). Kota ini tidak memiliki objek wisata pantai seperti di Pananjung Pangandaran. Seseorang akan memilih tempat dengan suasana yang berbeda dari tempat tinggalnya (Douglass (1982); dan ingin melepaskan diri dari kejenuhan pada pekerjaan sehari-hari (Pitana dan Gayatri 2005). Selain itu, sebanyak 44% pengunjung termasuk kategori tidak bekerja (penghasilan Rp 0). Penghasilan akan menentukan aktivitas wisata yang dilakukan karena suatu kegiatan ditentukan berdasarkan kemampuan, kemauan dan kesempatan (Slamet 1985 dalam Amba 1998). Data selengkapnya mengenai karakteristik pengunjung di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran disajikan pada Gambar 2 dan Lampiran 1. Karakteristik pengujung pada Gambar 2 merupakan karakteristik yang memiliki nilai tertinggi, karena karakteristik pengunjung yang dominan dindikasikan akan melakukan gangguan.

Keterengan : Persentase tersebut merupakan dua nilai tertinggi untuk setiap karakteristik pengunjung

Gambar 2 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran

Aktivitas Wisata di Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran

Karakteristik pengunjung akan mempengaruhi aktivitas wisata yang dilakukan, sejalan dengan Muntasib et al. (2014), aktivitas seseorang akan berbeda dan dipengaruhi oleh umur dan jenis kelamin. Kelas umur anak-anak dan remaja lebih menyukai aktivitas yang menggunakan kekuatan tubuh seperti

(18)

6

berpetualang, sedangkan kelas umur dewasa akhir lebih menyukai aktivitas yang tidak menggunakan kekuatan tubuhnya karena kekuatan tubuhnya sudah semakin menurun (Santrock 1996).

Aktivitas wisata biasanya dilakukan pada area yang menjadi tujuan utama pengunjung, sejalan dengan pendapat Mayo (1975) dalam Ross (1998), tempat tujuan yang ideal bagi wisatawan adalah tempat yang menawarkan banyak pemandangan alam, tidak padat orang dan menawarkan iklim yang nyaman, sehingga lokasi menjadi tempat yang penting untuk aktivitas. Lokasi yang menjadi konsentrasi kunjungan di Pananjung Pangandaran adalah pantai dan area terbuka, sehingga diindikasikan aktivitas wisata akan banyak dilakukan pada kedua lokasi tersebut. Aktivitas wisata di sekitar pantai adalah berenang, snorkeling, bermain pasir, mencari ikan dan berperahu. Sedangkan aktivitas wisata yang dilakukan di area terbuka adalah outbond dan istirahat. Satwaliar yang sering terlihat pada lokasi pengambilan sampel yaitu monyet, lutung jawa, rusa, merak dan biawak. Lokasi yang dijadikan tempat wisata diduga akan menimbulkan gangguan terhadap keanekaragaman hayati pada kawasan tersebut.

Gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran

Gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran yang terlihat selama penelitian yaitu mengambil bunga, mengambil jamur, membakar kayu, memberi makan satwaliar, mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu, memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras, mengambil pasir, mengambil batu karang, mengambil cangkang kerang dan ikan serta biota laut lainnya. Gangguan tersebut sudah teramati oleh Tyas (1981) dan Zakiah (1996) sampai sekarang. Kegiatan yang dilakukan tanpa henti akan menyebabkan kerusakan yang permanen bahkan pemusnahan (Napitupulu (2013). Jenis gangguan tersebut terjadi pada lokasi yang berbeda, sehingga sebaran gangguan menjadi penting untuk diketahui.

Sebaran gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran

Lokasi yang dijadikan tempat wisata diduga akan menimbulkan gangguan terhadap keanekaragaman hayati pada kawasan tersebut. Jenis gangguan yang terjadi di pantai dan area terbuka memiliki perbedaan karena kondisi lanskapnya berbeda. Sebaran gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran disajikan pada Gambar 3.

(19)

7

(20)

8

Jika gangguan terjadi di kawasan konservasi maka sumberdaya hutan dan ekosistemnya akan terganggu yang akan berdampak terhadap kerusakan tumbuhan, kerusakan habitat ikan, perubahan perilaku satwaliar dan pola makan satwaliar. Seluruh sumberdaya yang terdapat di kawasan konservasi termasuk satwaliar dan tumbuhannya dilindungi oleh negara berdasarkan Peraturan Pemerintah No 28 Tahun 2011.

Kerusakan tumbuhan

Kawasan konservasi Pananjung Pangandaran merupakan habitat bagi beragam tumbuhan termasuk bunga padma (Rafflesia patma) yang sudah langka dan terancam punah sehingga aktivitas wisata dapat berdampak terhadap kerusakan tumbuhan. Selain itu, penginjakan tanah yang berulang kali juga akan berpengaruh terhadap produktivitas tumbuhan (Hakim 2004) dan dapat menyebabkan pemadatan tanah sehingga pergerakan air dalam tanah akan terbatas dan menghambat pertumbuhan akar yang akan mengganggu pertumbuhan pohon (Pickering dan Hill 2007). Aktivitas pengunjung yang mengganggu tumbuhan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran yang teramati adalah pengambilan bunga (Gambar 4a), pengambilan jamur, pematahan cabang, penggunaan kayu untuk bahan bakar dan tongkat (Gambar 4b). Pematahan cabang pohon dan pengambilan bunga akan berbahaya jika pengunjung tidak mengetahui bahwa di TWA dan CA Pananjung Pangandaran terdapat pohon inang bunga padma (Rafflesia patma) sehingga ditakutkan akan merusak pohon inangnya.

(a) (b)

Gambar 4 Aktivitas pengunjung terhadap tumbuhan: (a) Gangguan mengambil bunga, (b) tongkat dari cabang pohon

Perubahan perilaku sosial dan pola makan satwaliar

(21)

9

menyimpulkan bahwa jika satwa herbivora seperti rusa mengkonsumsi makanan yang mudah dijumpai dalam kondisi lapar (sisa-sisa makanan manusia), dapat disimpulkan bahwa habitatnya tidak mampu lagi mendukung kehidupan mereka. Habitat yang disenangi rusa berupa tempat terbuka seperti padang penggembalaan. Pada kenyataannya, padang penggembalaan rusa di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran telah tertutup oleh semak belukar dan suksesi hutan sekunder muda serta tertutup oleh invasi gulma dari vegetasi semak (Hoogerwerf 1970), oleh karenanya rusa timor mencari sumber makanannya keluar kawasan dan memakan sisa-sisa makanan manusia.

Perilaku mengkonsumsi makanan manusia (Gambar 5a-b) merupakan indikasi adanya perubahan perilaku (Hingginbottom 2004). Satwaliar belajar dan terbiasa terhadap kehadiran manusia sehingga satwaliar tidak merasa terancam lagi bahkan cenderung mengharapkan kehadiran manusia untuk diberi makan (Hingginbottom 2004).

(a) (b)

(c)

Gambar 5 Perubahan perilaku satwaliar: (a) perilaku makan monyet ekor panjang, (b) perilaku makan rusa timor, (c) perilaku sosial lutung jawa

(22)

10

akan mempengaruhi kelestarian populasinya. Lebih lanjut, jenis aktivitas pengunjung yang mengganggu satwaliar di TWA dan CA Pananjung Pangandaran adalah mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu, memainkan alat musik, membunyikan musik keras-keras dan mengambil ikan serta biota laut lainnya.

Kerusakan habitat ikan

Aktivitas snorkeling dan bermain di pantai yang dijumpai di CA Pananjung Pangandaran, dapat merusak habitat terumbu karang karena terumbu karang dapat terinjak dan patah sehingga akan mengurangi fungsinya sebagai habitat ikan (Tapper 2006). Selain merusak terumbu karang, biota laut pantai akan mati karena terinjak oleh pengunjung (Hakim 2004). Terumbu karang merupakan ekosistem perairan laut yang produktif dengan kekayaan hayati spesies tinggi (Hakim 2004). Dampak dari gangguan pengunjung terhadap keanekaragaman hayati pada suatu kawasan dapat diminimalisir dengan membuat perencanaan wisata. Salah satu perencanaan wisata yaitu dengan membuat tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguannya. Tipologi pengunjung ditentukan dari hasil korelasi antara jenis gangguan dengan karakteristik pengunjungnya.

Korelasi Jenis Gangguan dengan Karakteristik Pengunjung

Mengambil bunga

Hasil analisis korelasi antara gangguan mengambil bunga dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 3. Hasil analisis korelasi secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 2.

Tabel 3 Korelasi mengambil bunga dengan karakteristik pengunjung Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas

(asymtotic significances)

Mengambil bunga ~ Kelas umur 0.009

Mengambil bunga ~ Pendapatan 0.020

Mengambil bunga ~ Kegiatan rekreasi 0.000

Mengambil bunga ~ Frekuensi kunjungan 0.021

Mengambil bunga ~ Lama kunjungan 0.028

(23)

11

pengunjung akan sering menemukan bunga dan kesempatan untuk mengambilnya tinggi karena berada di area terbuka.

Membakar kayu

Hasil analisis korelasi antara gangguan membakar kayu dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 4.Hasil analisis secara lengkap dapat dilihat pada Lampiran 3. Gangguan membakar kayu berkorelasi nyata dengan asal, teman perjalanan dan frekuensi kunjungan.

Tabel 4 Korelasi membakar kayu dengan karakteristik pengunjung Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas

(asymtotic significances)

Membakar kayu ~ Asal 0.038

Membakar kayu ~ Teman perjalanan 0.000

Membakar kayu ~ Frekuensi kunjungan 0.027

Pengunjung yang datang ke TWA dan CA Pananjung Pangandaran lebih dari 8 kali berdomisili dekat dengan kawasan. Pola perjalanan datang bersama teman memungkinkan pengunjung merasa lebih memiliki kawasan dan bebas melakukan aktivitas apa saja di dalam kawasan karena seringnya mereka berinteraksi dengan kawasan. Selain itu, Ross (1998) berpendapat bahwa orang yang menilai tinggi keanggotaan dalam kelompok lebih menyukai kegiatan yang bisa dinikmati secara bersama seperti membakar kayu untuk membuat api unggun.

Mengambil jamur

Hasil analisis korelasi antara gangguan mengambil jamur dengan karakteristik pengunjung menunjukkan bahwa hanya lama kunjungan yang berkorelasi nyata dengan perolehan nilai asymptotic significance sebesar 0.003, (data selengkapnya disajikan pada Lampiran 4). Pengunjung dengan lama kunjungan lebih dari 5 jam memiliki persentase yang tinggi dalam melakukan gangguan ini. Semakin lama waktu kunjungan maka akan semakin banyak kegiatan yang dapat dilakukan (Murtiartini 2000), dalam hal ini hubungannya dengan kesempatan untuk menemukan jamur yang bagus dan mengambilnya.

Memberi makan satwaliar

(24)

12

Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu

Aktivitas monyet seperti mendekati, menggertak, menggigit, dan merampas membuat pengunjung takut dan bersiaga dari serangan monyet. Pengunjung menggunakan tongkat dan batu untuk mengusirnya. Hasil analisis korelasi antara mengusir monyet dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 5, data selengkapnya disajikan pada Lampiran 6.

Tabel 5 Korelasi mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu dengan karakteristik pengunjung

Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas (asymtotic significances) Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Teman perjalanan

0.039 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Objek wisata yang disukai

0.005 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Kegiatan rekreasi

0.028 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Frekuensi kunjungan

0.034

Karakteristik pengunjung yang paling banyak mengganggu adalah kelas umur remaja, tidak bekerja dan pendapatan Rp 0. Bentuk-bentuk emosi yang nampak pada masa remaja yaitu marah, takut dan rasa ingin tahu tinggi (Fargo 1994). Hubungannya dengan gangguan mengusir monyet, remaja memiliki rasa takut apabila diserang oleh monyet sehingga remaja akan menggunakan tongkat dan batu untuk melindungi dirinya dari serangan monyet, namun rasa usil juga sering nampak pada remaja.

Pengunjung yang datang bersama keluarga untuk menikmati pantai dengan berperahu dan sudah datang ke Pananjung pangandaran lebih dari 8 kali untuk juga berkorelasi dengan gangguan ini. Pantai pasir putih merupakan lokasi wisata yang banyak dikunjungi dengan menggunakan aksesibilitas laut menggunakan perahu dan paling banyak aktivitas monyet (Fargo 1994), sehingga pengunjung yang datang bersama keluarga akan lebih waspada karena mereka biasanya melakukan makan bersama di pantai.

Memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras

(25)

13

berpendapat bahwa kelas umur remaja dalam bertingkah laku umumnya sangat dikuasai emosi dan bentuk yang sering nampak salah satunya yaitu selalu bergembira, sehingga remaja melakukan kegiatan tersebut bisa dimana saja tanpa memikirkan dampak negatif yang terjadi jika dilakukan di kawasan konservasi. Selain itu, Ross (1998) berpendapat bahwa orang yang menilai tinggi keanggotaan dalam kelompok lebih menyukai kegiatan yang bisa dinikmati secara bersama-sama.

Tabel 6 Korelasi memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras dengan karakteristik pengunjung

Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas (asymtotic significances) Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Kelas umur

0.001 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Pendidikan terakhir

0.006 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Teman perjalanan

0.005 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Objek wisata yang disukai

0.018 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Frekuensi kunjungan

0.031 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Lama kunjungan

0.000

Objek wisata yang disukai satwaliar dengan lama kunjungan lebih dari 5 jam juga berkorelasi dengan gangguan ini, karena pada area terbuka biasanya pengunjung melakukan banyak aktivitas seperti perlombaan dan duduk santai. Selama penelitian, terlihat 3 kali yang membunyikan musik keras-keras untuk mendukung kegiatan outbond (Gambar 6).

(a) (b)

(26)

14

Kegiatan outbond terlihat di sekitar kantor dan wisma rengganis, dimana tempat tersebut merupakan habitat untuk makan rusa dan tempat bermain monyet, selain itu di lapangan sekitar kantor terdapat pohon tidur lutung jawa. Semakin lama kunjungan maka semakin banyak kesempatan untuk melakukan aktivitas (Murtiartini 2000) dan aktivitas tersebut akan mengganggu satwaliar karena pendengarannya sensitif dan akan mengacaukann pergerakannya (Hingginbottom 2004).

Mengambil ikan dan biota laut lainnya

Hasil analisis korelasi antara mengambil ikan dan biota laut lainnya dengan karakteristik pengunjung berdasarkan uji chi-square menunjukkan bahwa hanya frekuensi kunjungan dan lama kunjungan yang berkorelasi (Tabel 7), data selengkapnya disajikan pada Lampiran 8.

Tabel 7 Korelasi mengambil ikan dan biota laut lainnya dengan karakteristik pengunjung

Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas

(asymtotic significances) Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~ Frekuensi

kunjungan

0.006 Mengambil ikan dan biota laut lainnya ~ Lama

kunjungan

0.011

Pengunjung yang sering datang akan lebih ingat dan memperhatikan rambu-rambu yang ada (Ross 1998). Sejalan dengan hasil penelitian, pengunjung yang baru datang pertama kali berkorelasi dengan gangguan ini. Lama kunjungan 2-3 jam juga berkorelasi nyata dengan gangguan ini, dimana gangguan ini terjadi di pantai. Lama kunjungan 2-3 jam diindikasikan dipengaruhi oleh jasa ojeg perahu, dimana pengunjung pada umumnya menggunakan perahu untuk datang ke pantai yang dibatasi lama kunjungan yaitu maksimal 3 jam, selain itu pantai memiliki suhu sampai 370C (panas) sehingga pengunjung akan merasa tidak nyaman dengan suhunya. Gangguan ini terlihat terjadi di perbatasan TWA ke CA dan di pantai pasir putih (CA) (Gambar 7).

(a) (b)

(27)

15

Mengambil pasir

Pengunjung kelas umur 5-11 tahun dan berasal dari jarak tempuh sedang (70-200 km) berkorelasi dengan mengambil pasir berdasarkan hasil uji chi-square dengan selang kepercayaan 95% (Tabel 8), data selengkapnya disajikan pada Lampiran 9. Hasil wawancara dengan pengujung, pengunjung sengaja mengambil pasir untuk dijadikan hiasan dalam aquarium, karena pengunjung tidak perlu membeli. Jika pasir diambil secara terus menerus dalam skala besar akan berdampak negatif terhadap kehidupan karang, perikanan dan kekeruhan air (Supriharyono 2006).

Tabel 8 Korelasi mengambil pasir dengan karakteristik pengunjung Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas

(asymtotic significances)

Mengambil pasir ~ Kelas umur 0.007

Mengambil pasir ~ Asal 0.024

Mengambil pasir ~ Teman perjalanan 0.009

Mengambil pasir ~ Lama kunjungan 0.000

Pengunjung yang datang bersama keluarga dengan lama kunjungan 2-3 jam berkorelasi juga dengan gangguan ini. Seluruh anggota keluarga selama penelitian terlihat bersama-sama memasukkan pasir kedalam plastik dan botol untuk dibawa ke rumah.

Mengambil batu karang

Hasil analisis korelasi antara mengambil batu karang dengan karakteristik pengunjung berdasarkan hail uji chi-square disajikan pada Tabel 9 dan data selengkapnya disajikan pada Lampiran 10. Pengunjung laki-laki berumur 12-22 tahun (pelajar dan pendapatan Rp 0) dan berasal dari jarak tempuh sedang (70-200 km) berkorelasi terhadap gangguan ini, dimana perempuan lebih peduli dibandingkan laki-laki terhadap hal yang spesifik pada objek, symbol atau orang yang dekat dengannya (Porteous 1997).

Tabel 9 Korelasi mengambil batu karang dengan karakteristik pengunjung

Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas

(asymtotic significances) Mengambil batu karang ~ Jenis kelamin 0.040

Mengambil batu karang ~ Kelas umur 0.002

Mengambil batu karang ~ Asal 0.032

Mengambil batu karang ~ Pekerjaan 0.021

Mengambil batu karang ~ Pendapatan 0.026

Mengambil batu karang ~ Objek wisata yang disukai

(28)

16

Pengunjung yang baru datang pertama kali untuk berenang di pantai TWA dan CA Pananjung Pangandaran dengan lama kunjungan 2-3 jam berkorelasi nyata dengan gangguan mengambil batu karang. Hal ini terjadi karena habitat batu karang berada di pantai, sehingga pengunjung tertarik untuk memiliki batu karang sebagai kenang-kenangan dan sebagai hiasan di aquarium. Pengunjung yang baru pertama kali datang biasanya kurang memerhatikan rambu-rambu yang ada. Pengelola telah memasang papan interpretasi berupa larangan mengambil kekayaan alam laut (Gambar 8), namun hal tersebut tidak dihiraukan oleh sebagian besar pengunjung. Selain itu, aktivitas wisata yang dilakukan akan berpengaruh terhadap jenis gangguannya.

Gambar 3 Papan larangan di Pantai Pasir Putih

Mengambil cangkang kerang

Hasil analisis uji chi-square untuk melihat korelasi antara mengambil cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung disajikan pada Tabel 10 dan data selengkapnya disajikan pada Lampiran 11. Pengunjung berumur 5-11 tahun (belum menikah, pelajar dan pendapatan Rp 0) berkorelasi dengan gangguan mengambil cangkang kerang. Umur 5-11 tahun termasuk kedalam masa anak-anak, dimana pengalaman dan informasi yang didapatkan masih sedikit. Sejalan dengan Apriyanti (2011), semakin tinggi umur seseorang maka semakin banyak pengalaman dan informasi yang diketahui terhadap suatu objek yang mempengaruhi persepsinya. Kaitannya dengan hal ini, anak-anak belum memiliki pengetahuan dan informasi yang cukup tentang kegiatan yang tidak boleh dilaksanakan di CA Pananjung Pangandaran.

Tabel 10 Korelasi mengambil cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung Peubah yang berkorelasi Nilai probobalitas

(asymtotic significances) Mengambil cangkang kerang ~ Kelas umur 0.001

Mengambil cangkang kerang ~ Pekerjaan 0.040 Mengambil cangkang kerang ~ Pendapatan 0.022 Mengambil cangkang kerang ~ Objek wisata yang

disukai

(29)

17

Objek wisata pantai dan kegiatan rekreasi berperahu juga berkorelasi dengan gangguan ini, karena pantai merupakan habitat bagi biota laut seperti ikan, umang, moluska dan lainnya, sehingga pengunjung yang datang ke pantai pasir putih (CA) akan mudah menemukan cangkang kerang. Hasil wawancara menunjukkan bahwa pengunjung sengaja datang ke pantai pasir putih untuk mencari cangkang kerang dann biota laut lainnya karena diberi tahu orang lain bahwa di CA Pananjung Pangandaran terdapat cangkang kerang yang bagus dan gratis.

Tipologi Pengunjung Berdasarkan Jenis Gangguan

Hasil uji chi-square digunakan untuk mencari dan menentukan peubah dominan yang menentukan tipologi pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran yang mengganggu pada lokasi yang menjadi konsentrasi kunjungan (pantai dan area terbuka). Karakteristik pengunjung yang paling dominan melakukan banyak gangguan yaitu kelas umur, teman perjalanan, objek wisata yang disukai, frekuensi kunjungan dan lama kunjungan (Tabel 11). Peubah-peubah yang berkorelasi tersebut digunakan sebagai dasar dalam merumuskan tipologi pengunjung yang dibedakan berdasarkan jenis gangguan pada lokasi aktivitas wisatanya. Kombinasi peubah tersebut diharapkan dapat memberikan gambaran kepada pengelola untuk mengatasi dan mengurangi dampak dari gangguan yang terjadi sehingga fungsi kawasan dapat berfungsi sebgaimana mestinya.

Tabel 11 Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan Karakteristik

(30)

18

Tabel 11 Tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguan (lanjutan) Karakteristik

(31)

19

1. Player type adalah pengunjung yang melakukan aktivitas secara berulang demi kesenangannya tanpa dipengaruhi tujuan atau objeknya dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

2. Active enjoyment of nature type adalah pengunjung yang aktif bersenang-senang di alam.

3. Family type adalah pengunjung yang datang ke suatu kawasan wisata bersama keluarganya dan lebih menyukai kegiatan yang dapat dilakukan oleh bersama.

4. Friends type adalah pengunjung yang datang bersama teman dan menyukai kegiatan yang dapat dinikmati bersama.

5. Beach visitor type pantai adalah pengunjung yang suka berinteraksi dengan pantai.

6. Comfortable naturalist type adalah pengunjung yang menyukai kenyamanan dalam menikmati alam.

7. First timer type adalah pengunjung yang baru pertama kali melakukan kunjungan ke suatu kawasan wisata.

8. Frequent visitor type adalah pengunjung yang sudah >8 kali melakukan kunjungan ke suatu kawasan wisata.

9. Long stay type adalah pengunjung yang menghabiskan waktu dalam suatu kawasan selama 2-3 jam untuk di pantai dan >5 jam untuk di area terbuka.

Pembuatan tipologi diatas dapat membantu untuk membuat perencanaan wisata yang disesuaikan dengan tipologi pengunjungnya untuk meningkatkan kepuasan pengunjung tanpa mengganggu fungsi kawasan konservasi.

Tantangan dalam Pengelolaan Kawasan Konservasi Pananjung Pangandaran

(32)

20

Perencanaan wisata di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran dapat dilakukan dengan membuat tipologi pengunjung berdasarkan jenis gangguannya yang didasarkan pada hasil uji chi-square. Terdapat perbedaan tipologi pengunjung yang dipengaruhi oleh lokasi tempat beraktivitasnya yaitu pantai dan area terbuka (Tabel 12). Terdapat dua cara untuk membuat perencanaan wisata di kawasan konservasi yaitu pembuatan zonasi (blok) dan pengelolaan pengunjung (Tapper 2006).

Tabel 12 Perencanaan wisata di Pananjung Pangandaran berdasarkan tipologi pengunjung

Lokasi Tipologi pengunjung Perencanaan wisata

Pantai Player type - Pembatasan blok wisata yang dikhususkan untuk tempat bermain anak-anak

- Penyediaan petugas yang mengawasi blok wisata

- Penyediaan pemandu wisata

- Penyediaan media interpretasi cetak yang berisi tentang peraturan berkunjung

Family type - Pembatasan jumlah kelompok - Penyediaan pemandu wisata

Beach visitor type - Pembatasan blok wisata di pantai seperti No Fishing Area

- Penyediaan petugas yang mengawasi blok wisata

- Membuat menara pengamat - Meningkatkan biaya tiket masuk - Mengalihkan pusat kunjungan

Jika gangguan masih terjadi, maka langkah terakhir yaitu penutupan kawasan atau pengalihan fungsi kawasan

First timer type - Pembuatan papan interpretasi di pintu masuk kawasan

- Penjelasan mengenai peraturan dalam kawasan sebelum masuk kawasan

Long stay type - Pembatasan waktu kunjungan - Pembuatan blok wisata di pantai

- Penyediaan petugas yang mengawasi di pantai Area

terbuka

Active enjoyment of nature type

- Pembatasan blok wisata yang dikhususkan untuk tempat berkreasi

- Penyediaan petugas yang mengawasi blok wisata

- Penyediaan pemandu wisata Friends type - Pembatasan jumlah kelompok

(33)

21

Tabel 12 Perencanaan wisata di Pananjung Pangandaran berdasarkan tipologi pengunjung (lanjutan)

Lokasi Tipologi pengunjung Perencanaan wisata Area

terbuka

Comfortable naturalist type

- Pembatasan blok wisata yang dikhususkan untuk tempat berkreasi

- Penyediaan petugas yang mengawasi blok wisata

Frequent visitor type - Pembuatan papan interpretasi di pintu masuk kawasan mengenai peraturan berkunjungan dan larangan

- Pembatasan blok wisata untuk tempat bersantai

Long stay type - Pembatasan waktu kunjungan

- Pembatasan blok wisata untuk tempat bersantai

- Mempromosikan objek lain dalam kawasan

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Karakteristik pengunjung di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran yang berkorelasi dengan jenis gangguan adalah: kelas umur, teman perjalanan, motivasi utama mengunjungi suatu kawasan, frekuensi kunjungan dan lama kunjungan.Tipologi pengunjung berdasarkan gangguan di TWA dan CA Pananjung Pangandaran berbeda berdasarkan lokasi aktivitas wisatanya yaitupantai dan area terbuka. Tipologi pengunjung pantai dapat dikategorikan sebagai tipe player, family, beach visitor, first timer dan long stay. Sedangkan tipologi pengunjung di area terbuka (non pantai) dikategorikan sebagai tipe active enjoyment of nature, friends, comfortable naturalist, frequent visitor dan long stay.

Saran

1. Peraturan pengunjung perlu disampaikan sebelum masuk dalam kawasan 2. Diperlukan penambahan petugas untuk berpatroli terutama pada waktu

liburan.

3. Patroli dibutuhkan untuk mengawasi kawasan pantai pasir putih (CA) dan area perbatasan antara TWA dan CA.

4. Diperlukan pemahaman dan pelatihan kepada pemandu wisata terkait status kawasan.

5. Diperlukan batasan jenis aktivitas wisata.

(34)

22

7. Pengelola perlu mempertimbangkan aktivitas wisata dengan tidak mengganggu terhadap keanekaragaman hayati.

8. Pengelola perlu mempertimbangkan pengalihan sebagian fungsi kawasan CA menjadi TWA, terutama terkait objek wisata laut.

9. Pengelola perlu menyediakan tongkat bambu dan pegangan di tangga supaya pengunjung tidak mengambil tongkat dari cabang-cabang pohon di kawasan konservasi Pananjung Pangandaran

10. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh kegiatan wisata terhadap populasi satwaliar dan tumbuhannya.

11. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai analisis pengelolaan kawasan konservasi Pananjung Pangandaran yang terdiri dari pengelola wisata (IPPA) dan pengelola kawasan (Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan). 12. Perlu dilakukan penelitian mengenai daya dukung kawasan wisata di TWA

Pananjung Pangandaran

DAFTAR PUSTAKA

Alokodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar jilid I. Bogor (ID) : Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan.

Amba M. 1998. Faktor-faktor yang mempengaruhi partisipasi masyarakat dalam pelestarian hutan mangrove (studi kasus di kecamatan Teluk Ambon Baguala, Kotamadya Ambon, Maluku) [tesis]. (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Apriyanti H. 2011. Persepsi dan sikap pengunjung Kebun Raya Bogor terhadap koleksi tumbuhan obat [skripsi]. Bogor (ID) :Institut Pertanian Bogor. Bateman PW, Fleming PA. 2013. Does human pedestrian behavior influence risk

assessment in a successful mammal urban adapter. Australia (AU): Jurnal of zoology

Coccossis H dan Constantoglou ME. 2006. The use typologies in tourism planning : Problem and conflicts [Internet]. [diunduh pada 2015 Feb 11];

Tersedia pada:

http://www-sre.wu-wien.ac.at/ersa/ersaconfs/ersa06/papers/712.pdf.

Damanik dan Weber. 2006. Perencanaan Ekowisata Jilid I. Yogyakarta (ID) : Penerbit Andi.

Darda AG. 2013. Efektivitas museum karst Indonesia sebagai media interpretasi konservasi kawasan karst [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Doglass RW. 1982. Forest Recreation. New York (US) : Pergamon Press.

Fargo SJD.1994. Studi interaksi monyet ekor panjang (Macaca fascisularis) terhadap pengunjung di Taman Wisata/Cagar Alam Pananjung Pangandaran Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Gujarati DN. 2007. Dasar-dasar Ekonomika.Edisi 3 Jilid 1. Jakarta (ID) :Erlangga Hakim L. 2004. Dasar- Dasar Ekowisata. Malang (ID) : Bayumedia publishing. Halim NR. 1992. Hubungan karakteristik sosial ekonomi dengan perilaku

(35)

23

Hoogerwerf A. 1970. Ujung Kulon The Land of The Last Rhinoceros. Leiden E, J.Brill Pp 286-292.

Santrock JW. 1996.Perkembangan Remaja. Adelar SB, Saragih S, penerjemah. Jakarta (ID): Penerbit Erlangga. Terjemahan dari: Adolescence

Kasali R. 2000. Membidik Pasar Indonesia. Jakarta (ID) : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mappiare A. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya (ID) : Usaha Nasional.

Marzano M dan Dandy D. 2012.Recreational use of forests and disturbance of wildlife. Endinburgh (DE) : Forestry Comission Research Report.

Muntasib EKSH, Rachmawati E.2009. Rekreasi Alam, Wisata dan Ekowisata. Bogor (ID) :Institut Pertanian Bogor.

Muntasib EKSH, Rachmawati E, Meilani R, Mardiastuti A, Rushayati SB, Sunkar A, Kosmaryandi N. 2014. Rekreasi Alam dan Ekowisata. Bogor (ID) : IPB Press.

Murtiartini N. 2000. Studi perilaku vandalisme pengunjung di Kebun Raya Bogor [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Napier JR, PH Napier. 1967. A Handbook of Living Primates: Morphology, Ecology and Behaviourof Nonhuman Primates. London (UK) : Academic press.

Napitupulu A. 2013. Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Bekelanjutan. Bogor (ID): IPB Press.

Nurlinda R. 2012. Peran situs keramat alami terhadap efektifitas pengelolaan Cagar Alam Nusa Gede Panjalu, Kabupaten Ciamis, Provinsi Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Nursal WI. 2001. Aktivitas harian lutung Jawa (Trachypithecus auratusGeoffroy 1812) di Pos Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

[PP] Pemerintah Republik Indonesia. 2011. Perauran Pemerintah Nomor 28 Tahun 2011 tentang Pengolahan Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam. Jakarta (ID): Sekretariat Negara.

Pickering C, Hill W. 2007.Impact of Recreation and Tourism on plants in Protected Areas in Australia. Australia (AU) : CRS for Sustainable Tourism Pitana IG, Gayatri PG. 2005. Sosiologi Pariwisata. Yogyakarta (ID) : Penerbit

Andi

Ross G. 1998. Psikologi Pariwisata. Jakarta (ID) : Yayasan Obor Indonesia. Sevilla CG, Ochave JA, Punsalan TG, Regala BP, Uriarte GG. 1993. Pengantar

Metode Penelitian. Jakarta (ID) : Universitas Indonesia Press.

Simbolon H. 2000. Analisis keterkaitan peraturan berkunjung dengan perilaku pengunjung di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

Sujarwo. 2004. Pengetahuan, sikap, dan tindakan masyarakat sekitar hutan dalam pelestarian hutan (kasus di Hutan Diklat Tabo-Tabo Kabupaten Pangkep, Provinsi Sulawesi Selatan) [tesis]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. Suryabrata S. 1999. Pengembangan Alat Ukur Psikologis. Jakarta (ID) :

Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

(36)

24

Tan. 2005. 15 tempat wisata di Bandung yang wajib dikunjungi [Internet].[Waktu dan pertemuan tidak diketahui]. Bandung (ID): Aneka Tempat wisata; [diunduh 2015 Jan 8]. Tersedia pada: http://anekatempatwisata.com/15-tempat-wisata-di-bandung-yang-wajib-dikunjungi/

Torbidoni EIF, Grau HR, Camps A. 2005. Trail preferences and visitor characteristics in Aigüestortes I Estany de Sant Maurici national Park, Spain. Spain (ES) : International Mountain Society.

Tyas SM. 1981. Studi Perilaku Pengunjung di Cagar Alam dan Taman wisata Pananjung Pangandaran [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor. [UU] Undang- undang. 1990. Undang-undang No 5 Tahun 1990 Tentang

Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya. Jakarta (ID) : Sekertaris Negara.

Yoeti O. 2005. Perencanaan Strategi Pemasaran Daerah Tujuan Wisata. Jakarta (ID) : Pradnya Paramitha.

Zakiah YH. 1996. Persepsi dan perilaku Pengunjung Usia Muda Terhadap Konservasi Sumberdaya Alam dan Lingkungan di Taman Wisata Pananjung Pangandaran [skripsi]. Bogor (ID) : Institut Pertanian Bogor.

(37)

25

Lampiran 1 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran

Karakteristik pengunjung Presentase

Asal Bandung 21.00%

Banjar, bekasi, bogor, cirebon, kebumen, kuningan, magelang, majalengka, padang, riau, solo, surabaya, wonoharjo

1.00%

Banjarsari, ciamis 7.00%

Brebes, jakarta, klaten, sukabumi 3.00%

Cianjur, yogyakarta 2.00%

Pendidikan terakhir Tidak Sekolah 1.00%

Taman Kanak-kanak (TK) 23.00%

Sekolah Dasar (SD) 20.00%

Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama

(SLTP) 16.00%

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

(SLTA) 22.00%

Perguruan Tinggi (PT) 18.00%

Pekerjaan Tidak bekerja 44.00%

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 5.00%

Pegawai swasta 12.00%

Wiraswasta 19.00%

Ibu Rumah Tangga 14.00%

Buruh 6.00%

Teman perjalanan Teman 7.00%

Keluarga 49.00%

Satwaliar, gua alam 16.00%

Taman laut 4.00%

Pantai 54.00%

(38)

26

Lampiran 1 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran (lanjutan)

Karakteristik pengunjung Presentase

Frekuensi kunjungan Baru kali ini 44.00%

2 – 4 kali 31.00%

5-7 kali 7.00%

> 8 kali 18.00%

Lama kunjungan < 1 jam 5.00%

2-3 jam 64.00%

4-5 jam 11.00%

> 5 jam 20.00%

Lampiran 2 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil bunga dengan karakteristik pengunjung

Hubungan peubah gangguan dengan karakteristik pengunjung

Nilai probobalitas (asymtotic significances)

Mengambil bunga ~ Jenis kelamin 0.142

Mengambil bunga ~ Kelas umur 0.009

Mengambil bunga ~ Asal 0.617

Mengambil bunga ~ Pendidikan terakhir 0.214

Mengambil bunga ~ Pekerjaan 0.110

Mengambil bunga ~ Pendapatan 0.020

Mengambil bunga ~ Teman perjalanan 0.958

Mengambil bunga ~ Objek wisata yang disukai 0.731

Mengambil bunga ~ Kegiatan rekreasi 0.000

Mengambil bunga ~ Frekuensi kunjungan 0.021

Mengambil bunga ~ Lama kunjungan 0.028

Lampiran 3 Hasil analisis uji chi-square antara membakar kayu dengan karakteristik pengunjung

Hubungan peubah gangguan dengan karakteristik pengunjung

Nilai probobalitas (asymtotic significances)

Membakar kayu ~ Jenis kelamin 0.134

Membakar kayu ~ Kelas umur 0.059

Membakar kayu ~ Asal 0.038

Membakar kayu ~ Pendidikan terakhir 0.387

Membakar kayu ~ Pekerjaan 0.405

Membakar kayu ~ Pendapatan 0.680

Membakar kayu ~ Teman perjalanan 0.000

Membakar kayu ~ Objek wisata yang disukai 0.463

Membakar kayu ~ Frekuensi kunjungan 0.027

(39)

27

Mengambil jamur ~ Jenis kelamin 0.217

Mengambil jamur ~ Kelas umur 0.164

Mengambil jamur ~ Asal 0.455

Mengambil jamur ~ Pendidikan terakhir 0.134

Mengambil jamur ~ Pekerjaan 0.941

Mengambil jamur ~ Pendapatan 0.885

Mengambil jamur ~ Teman perjalanan 0.672

Mengambil jamur ~ Objek wisata yang disukai 0.990 Mengambil jamur ~ Frekuensi kunjungan 0.571

Mengambil jamur ~ Lama kunjungan 0.003

Lampiran 5 Hasil analisis uji chi-square antara memberi makan satwaliar dengan karakteristik pengunjung

Hubungan peubah gangguan dengan karakteristik pengunjung

Nilai probobalitas (asymtotic significances) Memberi makan satwaliar ~ Jenis kelamin 0.371

Memberi makan satwaliar ~ Kelas umur 0.223

Memberi makan satwaliar ~ Asal 0.777

Memberi makan satwaliar ~ Pendidikan terakhir 0.248

Memberi makan satwaliar ~ Pekerjaan 0.780

Memberi makan satwaliar ~ Pendapatan 0.913

Memberi makan satwaliar ~ Teman perjalanan 0.217 Memberi makan satwaliar ~ Objek wisata yang

disukai

0.732 Memberi makan satwaliar ~ Kegiatan rekreasi 0.021 Memberi makan satwaliar ~ Frekuensi kunjungan 0.391 Memberi makan satwaliar ~ Lama kunjungan 0.065

Lampiran 6 Hasil analisis uji chi-square antara mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu dengan karakteristik pengunjung

Hubungan peubah gangguan dengan karakteristik pengunjung

Nilai probobalitas (asymtotic significances) Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Jenis kelamin

0.176 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Kelas umur

0.000 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Asal

(40)

28

Lampiran 6 Hasil analisis uji chi-square antara mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu dengan karakteristik pengunjung (lanjutan)

Hubungan peubah gangguan dengan karakteristik pengunjung

Nilai probobalitas (asymtotic significances) Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Pendidikan terakhir

0.433 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Pekerjaan

0.000 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Pendapatan

0.001 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Teman perjalanan

0.039 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Objek wisata yang disukai

0.005 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Frekuensi kunjungan

0.034 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Kegiatan rekreasi

0.028 Mengusir monyet menggunakan tongkat dan batu ~

Lama kunjungan

0.483

Lampiran 7 Hasil analisis uji chi-square antara memainkan alat musik dan membunyikan musik keras-keras dengan karakteristik pengunjung Hubungan peubah gangguan dengan

karakteristik pengunjung

Nilai probobalitas (asymtotic significances) Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Jenis kelamin

0.246 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Kelas umur

0.001 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Asal

0.983 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Pendidikan terakhir

0.006 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Pekerjaan

0.827 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Pendapatan

0.586 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Teman perjalanan

0.005 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Objek wisata yang disukai

0.018 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Frekuensi kunjungan

0.031 Memainkan alat musik dan membunyikan musik

keras-keras ~ Lama kunjungan

(41)

29

Lampiran 9 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil pasir dengan karakteristik pengunjung

Hubungan peubah gangguan dengan karakteristik pengunjung

Nilai probobalitas (asymtotic significances)

Mengambil pasir ~ Jenis kelamin 0.207

Mengambil pasir ~ Kelas umur 0.007

Mengambil pasir ~ Asal 0.024

Mengambil pasir ~ Pendidikan terakhir 0.359

Mengambil pasir ~ Pekerjaan 0.310

Mengambil pasir ~ Pendapatan 0.113

Mengambil pasir ~ Teman perjalanan 0.009

Mengambil pasir ~ Objek wisata yang disukai 0.161 Mengambil pasir ~ Frekuensi kunjungan 0.084

(42)

30

Lampiran 10 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil batu karang dengan karakteristik pengunjung

Hubungan peubah gangguan dengan karakteristik pengunjung

Nilai probobalitas (asymtotic significances) Mengambil batu karang ~ Jenis kelamin 0.040

Mengambil batu karang ~ Kelas umur 0.002

Mengambil batu karang ~ Asal 0.032

Mengambil batu karang ~ Pendidikan terakhir 0.207

Mengambil batu karang ~ Pekerjaan 0.021

Mengambil batu karang ~ Pendapatan 0.026

Mengambil batu karang ~ Teman perjalanan 0.424 Mengambil batu karang ~ Objek wisata yang

disukai

0.034 Mengambil batu karang ~ Kegiatan rekreasi 0.008 Mengambil batu karang ~ Frekuensi kunjungan 0.035 Mengambil batu karang ~ Lama kunjungan 0.004

Lampiran 11 Hasil analisis uji chi-square antara mengambil cangkang kerang dengan karakteristik pengunjung

Hubungan peubah gangguan dengan karakteristik pengunjung

Nilai probobalitas (asymtotic significances) Mengambil cangkang kerang ~ Jenis kelamin 0.433

Mengambil cangkang kerang ~ Kelas umur 0.001

Mengambil cangkang kerang ~ Asal 0.347

Mengambil cangkang kerang ~ Pendidikan terakhir 0.092 Mengambil cangkang kerang ~ Pekerjaan 0.040 Mengambil cangkang kerang ~ Pendapatan 0.022 Mengambil cangkang kerang ~ Teman perjalanan 0.081 Mengambil cangkang kerang ~ Objek wisata yang

disukai

0.007 Mengambil cangkang kerang ~ Kegiatan rekreasi 0.012 Mengambil cangkang kerang ~ Frekuensi

kunjungan

(43)

31

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tasikmalaya pada tanggal 22 Agustus 1991 dari pasangan Sudrajat dan Holisoh SPd. penulis merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Penulis menempuh jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 6 Tasikmalaya pada tahun 2006-2009. Pada tahun 2009, penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan Himpunan Mahasiswa Tasikmalaya (HIMALAYA) sebagai sekretaris (2010/2011), Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) sebagai sekretaris II (2010/2011), dan sebagai anggota di Kelompok Pemerhati Ekowisata (KPE) serta Kelompok Pemerhati Gua (KPG). Bersama Himakova, penulis mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Kerinci Seblat (2011) dan Ekspedisi Fauna, Flora, dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam dan Taman Wisata Alam Sukawayana, Cagar Alam Tangkuban Perahu, Sukabumi (2012).

Gambar

Gambar 1 Lokasi penelitian
Tabel 2 Proporsi responden penelitian pada setiap lokasi
Gambar 2 Karakteristik pengunjung di TWA dan CA Pananjung Pangandaran
Gambar 4 Aktivitas pengunjung terhadap tumbuhan: (a) Gangguan mengambil
+7

Referensi

Dokumen terkait

Fleksibel atau luwes berarti sistem filing yang dipergunakan dapat diterapkan di setiap satuan organisasi dan dapat mengikuti perkembangan organisasi. Perlu diingat

Pada surat al-Ghasyiyah ayat 17-20 diatas Allah memerintahkan manusia yang berakal untuk memperhatikan, memikirkan dan memahami semua ciptaan-Nya. Dalam mengerjakan

Pada activity diagram diatas dapat dilihat bahwa sistem yang diajukan di Perumahan Puri Melodi Mangkubumi adalah ketika bagian pemasaran telah membagikan brosur

Letak geografis suatu pesantren juga merupakan hal yang harus dikelola dan direncanakan dengan baik, terbukti masalah di salah satu pesantren (Pondok Pesantren

Deviation Minimum Maximum Range. Interquartile

Set limfosit dengan subset ini dapat dideteksi baik pada sapi Bali yang terserang MCF maupun yang sehat dari RPH.. Antibodi SBU T1 ini merupakan Mo-Ab yang diisolasi untuk mendeteksi

Responden 1 : “ora seko ngendi-ngendi tha mbak nak seng arep ngenggo masker paling yo do ngenggo klamb i ge nutupi irung” Peneliti : Apakah fasilitas yang anda dapatkan?.

Pemberian stimulan pada keenam klon tanaman karet menurunkan KKK pada semua klon dengan tingkat penurunan nilai yang berbeda (Gambar 2).. Secara umum klon IRR 406 memiliki