• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kebijakan Politik Hugo Chavez Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Venezuela (1998-2008)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Kebijakan Politik Hugo Chavez Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Venezuela (1998-2008)"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

KEBIJAKAN POLITIK HUGO CHAVEZ DALAM PENANGGULANGAN KRISIS EKONOMI VENEZUELA (1998-2008)

OLEH : Try Edo Ati Pinem

(090906039)

DOSEN PEMBIMBING : Drs. Tonny P. Situmorang M.Si

DEPARTEMEN ILMU POLITIK

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSISAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

TRY EDO ATI PINEM (090906039)

Kebijakan Politik Hugo Chavez Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Venezuela (1998-2008)

Rincian isi Skripsi, 115 halaman, 19 buku, 15 jurnal, 7 situs internet. (Kisaran buku dari tahun 1981-2013)

ABSTRAK

Hugo Chavez adalah Presiden Venezuela yang memiliki peranan penting dalam perubahan arah politik dalam menanggulangi krisis ekonomi yang berkepanjangan di Venezuela dengan Revolusi Bolivariannya. Kebijakan politik dan ekonominya mampu mengatasi buruknya kondisi Venezuela. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah (1) Mendeskripsikan kondisi Venezuela ketika mengalami krisis ekonomi (2) Mendeskripsikan Revolusi Bolivarian (3) Mendeskripsikan kebijakan-kebijakan Hugo Chavez dalam menanggulangi krisis ekonomi Venezuela (4) Mendeskripsikan kebijakan nasionalisasi Hugo Chavez (5) Mendeskripsikan dampak kebijakan Hugo Chavez.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif historis yang fokus terhadap kebijakan dan pengaruh kebijakan politik Hugo Chavez dalam menanggulangi krisis ekonomi Venezuela sebagaimana adanya secara menyeluruh dan diikuti dengan melakukan interpretasi dari masalah tersebut. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui studi pustaka (library research) dengan mengumpulkan sumber – sumber / bahan antara lain dari buku, jurnal ilmiah, dokumentasi resmi dan penelusuran internet.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kepemimpinan presiden sebelumnya kondisi Venezuela sangat buruk akibat pemerintahan yang otoriter dan korup dan Hugo Chavez tampil kepanggung politik dengan Revolusi Bolivarian untuk memperbaiki kondisi Venezuela serta melakukan perubahan-perubahan positif.

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA range of books from the year 1981 to 2013)

ABSTRACT

Hugo Chavez is the President of Venezuela who has an important role for change of political direction to resolve economic crisis in Venezuela with his Bolivarian Revolution. His political and economic policies able to cope with the bad condition in Venezuela.

The purpose of this study was (1) to describe the condition of Venezuela when the economic crisis (2) Describe the Bolivarian Revolution (3) Describe the policies of Hugo Chavez in Venezuela tackling the economic crisis (4) Describe the nationalization policy of Hugo Chavez (5) Describe the impact of policy Hugo Chavez. The shape of this research is descriptive historical research that focuses on policy and political policy influence of Hugo Chavez in Venezuela to resolve the economic crisis as it is thoroughly and followed by the interpretation of the problem. Means of data collection in this research is through library (library research) to collect sources - sources / materials include books, scientific journals, official documentation and from the internet. The results of this study indicate that the leadership of the former president of Venezuela is very bad condition due to the authoritarian and corrupt government and politics Hugo Chavez appeared on stage with the Bolivarian Revolution to improve the condition of Venezuela and make positive changes.

(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan atas berkat dan karunia Tuhan Yang Maha Esa karena penulis diberikan waktu, pikiran, kesehatan, dan kekuatan mental sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dengan judul skripsi “Kebijakan Politik Hugo Chavez dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Venezuela (1998-2008)’’. Skripsi ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu syarat dalam mencapai gelar Sarjana Ilmu Politik pada Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis menyadari akan sejumlah kekurangan dan kelemahan sehingga mengurangi nilai kesempurnaan. Hal ini dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan dan pengalaman menulis. Maka dengan kerendahan hati penulis membuka diri untuk saran dan kritik yang membangun guna perbaikan di masa akan datang.

Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini,dengan secara khusus penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Badaruddin,M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra. T. Irmayani, M.si, selaku Ketua Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Antonius Sitepu , selaku sekretaris Departemen ilmu Politik FISIP USU. 4. Bapak Drs. Tonny P. Situmorang, Msi. , selaku dosen pembimbing yang telah

bersedia menyediakan waktu dan tenaga membimbing penulis serta member dukungan dalam penyelesaian skripsi ini.

(6)

6. Seluruh Bapak dan Ibu Dosen dan Pegawai Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara untuk segala ilmu pengetahuan, bimbingan dan jasa-jasanya hingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan.

7. Terimakasih saya kepada kedua orang tua saya Bapak Joni Pinem dan Ibu Hotma Nainggolan atas kasih dan sayang yang tidak pernah terukur yang selalu menerima segala kekurangan anak-anaknya dan memberi dukungan.

8. Terimakasih saya kepada tiga saudara kandung saya, Rio Permana Pinem, Timanta Pinem, Jan Sabarta Pinem.You’re always my Bodyguard guys..

9. Terimakasih kepada sahabat terdekat “Novi (sukses dan bahagia selalu mpog),

Mei (kejarlah cinta dan cita-citamu ke Korea Selatan), Jimmy ( semoga menikah di tahun 2017), Ian (semoga tercapai cita-citamu dan sukses buat S2 mu), dan Leo (be nice bro) ” dan kawan-kawan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Untuk itu sangat diharapkan saran dan kritik guna menyempurnakannya. Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Medan, 29 Januari 2015

(7)
(8)
(9)

BAB II GAMBARAN UMUM VENEZUELA

2.1 Sejarah Berdirinya Venezuela……….. 26

2.2 Letak Geografis dan Geopolitik Venezuela………. 31

2.3 Republik Bolivarian Venezuela………... 32

2.3.1 Sistem Pemerintahan Venezuela……….. 33

2.3.2 Sistem Politik Venezuela………. 34

2.3.3 Sistem Ekonomi Venezuela……….. 35

2.4 Kondisi Perekonomian Venezuela……… 36

2.4.1 Puncak Krisis ekonomi Venezuela Pra Pemerintahan Chavez... 36

2.4.2 Dampak Krisis……… 41

2.5 Kondisi Politik Venezuela ……….. 46

2.5.1 Terpilihnya Hugo Chavez sebagai Presiden Venezuela … 46 2.5.2 Pemerintahan Venezuela dibawah kepemimpinan Hugo Chavez……….. 50

2.5.2.1 Tahun 1999-2000 (Konsolidasi Power)…..……… 50

2.5.2.2 Tahun 2001-2004 ( Kudeta, Referendum, Konflik)…... 52

2.5.2.3 Tahun 2004-2008 (Kemenangan Referendum)……….. 58

BAB III Kebijakan dan Peranan Hugo Chavez dalam Penanggulangan krisis ekonomi di Venezuela 3.1 Strategi Pemerintahan Hugo Chavez dalam Penanggulangan krisis ekonomi Venezuela………. 62

3.1.1 Pembentukan Bolivarian Revolution (Revolusi Bolivarian)… 63 3.1.2 Kebijakan Nasionalisasi Hugo Chavez……… 67

3.1.3 Kebijakan Hugo Chavez di bidang Politik……… 75

3.1.4 Kebijakan Hugo Chavez di bidang Ekonomi……… 88

(10)

BAB IV

KESIMPULAN……… 107

SARAN……… 111

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Tingkat Kemiskinan di Venezuela (1995-1999)…… 44 44

Tabel 1.2 Tingkat Pengangguran di Venezuela (1995-1998)… 44

Tabel 1.3 Butir-butir Penalaran Bolivarianisme Chavez……… 64

Tabel 1.4 Nasionalisasi Perusahaan di Venezuela…………... 69

Tabel 1.5 Pengelolaan PDVSA……….. 73

Tabel 1.6 Kronologi Perjalanan Perekonomian Perekonomian.. 93

Tabel 1.7 Indikator Tenaga Kerja di Venezuela………. 97

Tabel 1.8 Tabel Kemiskinan di Venezuela………. 99

(12)

DAFTAR GAMBAR

(13)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSISAL DAN ILMU POLITIK DEPARTEMEN ILMU POLITIK

TRY EDO ATI PINEM (090906039)

Kebijakan Politik Hugo Chavez Dalam Penanggulangan Krisis Ekonomi Venezuela (1998-2008)

Rincian isi Skripsi, 115 halaman, 19 buku, 15 jurnal, 7 situs internet. (Kisaran buku dari tahun 1981-2013)

ABSTRAK

Hugo Chavez adalah Presiden Venezuela yang memiliki peranan penting dalam perubahan arah politik dalam menanggulangi krisis ekonomi yang berkepanjangan di Venezuela dengan Revolusi Bolivariannya. Kebijakan politik dan ekonominya mampu mengatasi buruknya kondisi Venezuela. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah (1) Mendeskripsikan kondisi Venezuela ketika mengalami krisis ekonomi (2) Mendeskripsikan Revolusi Bolivarian (3) Mendeskripsikan kebijakan-kebijakan Hugo Chavez dalam menanggulangi krisis ekonomi Venezuela (4) Mendeskripsikan kebijakan nasionalisasi Hugo Chavez (5) Mendeskripsikan dampak kebijakan Hugo Chavez.

Bentuk penelitian ini adalah penelitian deskriptif historis yang fokus terhadap kebijakan dan pengaruh kebijakan politik Hugo Chavez dalam menanggulangi krisis ekonomi Venezuela sebagaimana adanya secara menyeluruh dan diikuti dengan melakukan interpretasi dari masalah tersebut. Alat pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu melalui studi pustaka (library research) dengan mengumpulkan sumber – sumber / bahan antara lain dari buku, jurnal ilmiah, dokumentasi resmi dan penelusuran internet.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pada kepemimpinan presiden sebelumnya kondisi Venezuela sangat buruk akibat pemerintahan yang otoriter dan korup dan Hugo Chavez tampil kepanggung politik dengan Revolusi Bolivarian untuk memperbaiki kondisi Venezuela serta melakukan perubahan-perubahan positif.

(14)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA range of books from the year 1981 to 2013)

ABSTRACT

Hugo Chavez is the President of Venezuela who has an important role for change of political direction to resolve economic crisis in Venezuela with his Bolivarian Revolution. His political and economic policies able to cope with the bad condition in Venezuela.

The purpose of this study was (1) to describe the condition of Venezuela when the economic crisis (2) Describe the Bolivarian Revolution (3) Describe the policies of Hugo Chavez in Venezuela tackling the economic crisis (4) Describe the nationalization policy of Hugo Chavez (5) Describe the impact of policy Hugo Chavez. The shape of this research is descriptive historical research that focuses on policy and political policy influence of Hugo Chavez in Venezuela to resolve the economic crisis as it is thoroughly and followed by the interpretation of the problem. Means of data collection in this research is through library (library research) to collect sources - sources / materials include books, scientific journals, official documentation and from the internet. The results of this study indicate that the leadership of the former president of Venezuela is very bad condition due to the authoritarian and corrupt government and politics Hugo Chavez appeared on stage with the Bolivarian Revolution to improve the condition of Venezuela and make positive changes.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Dalam perjalanan sejarah, Venezuela adalah negara yang dahulunya miskin dengan perekonomian di sektor pertanian yang goyah, berubah menjadi gudang kekayaan yang tidak ternilai harganya. Kekayaan Venezuela didapat dari kemajuan industri modern ketika ditemukan ladang minyak sekitar tahun 1917.1 Minyak adalah dasar bagi bentuk-bentuk hubungan sosial politik dalam

masyarakat Venezuela.Terry Lynn Karl mengatakan bahwa “minyak merupakan

aktor tunggal terpenting yang menjelaskan penciptaan kondisi-kondisi struktural bagi kehancuran otoritarianisme militer dan keberlangsungan suatu sistem

demokratis.”2

Masalah minyak menandai keberhasilan ekonomi dan merupakan penyebab pertentangan antara rakyat biasa dengan kalangan konglomerat swasta yang menguasai perusahaan minyak di Venezuela yang kemudian memunculkan gerakan revolusioner dan krisis ekonomi berkepanjangan di Venezuela.

Awal abad ke-20, Venezuela dikuasai oleh pemerintahan yang otoriter dan diktator. Presiden-presiden dari kalangan militer berkuasa pada periode tersebut sehingga militer ikut campur tangan langsung terhadap pemerintahan.

1

Nurani Soyomukti, Hugo Chavez: Revolusi Bolivarian dan Politik Radikal, Yogyakarta, Resist Book, 2007, hal 72

2

(16)

Sejak tergulingnya Jenderal Marcos Perez Jimenez pada tahun 1958 dan kebijakan penarikan militer secara langsung dalam politik negara, Venezuela mengalami transformasi menjadi negara demokrasi pada masa pemerintahan Presiden Romulo Betancourt yang berkuasa pada tahun 1958-1964, dengan meletakkan dasar corak politik yang baru. Sistem multipartai diterapkan di Venezuela.3 Pemerintahannya dikenal dengan program reformasi agraria, negosiasi ulang mengenai royalti minyak dengan perusahan minyak, dan pembentukan demokrasi di Venezuela. Ketika pemerintahan Betancourt selesai dan digantikan oleh Carlos Andres Perez, maka pada tahun 1976 Perez mempercepat nasionalisasi industri minyak Venezuela melalui pembentukan Petroleous de Venezuela S.A (PDVSA). Kebijakan Perez dalam masa jabatannya ditandai dengan kekecewaan yang telah memperburuk keadaan karena pengeluaran dana yang ceroboh serta berkurangnya pendapatan minyak bumi yang menempatkan Venezuela menjadi negara penghutang.

Selanjutnya, kekuasaan Perez jatuh akibat buruknya kepemimpinannya dan digantikan oleh Luis Herrera Campins, Presiden Luis mengambil momentum harga minyak yang kembali membaik pada tahun 1980. Namun, sebagai pemimpin baru, pemerintahannya juga menghabiskan banyak biaya seperti pemerintahan sebelumnya yang mengakibatkan tingkat inflasi tetap tinggi. Sejak tahun 1979 hingga tahun 1982, Venezuela mengalami defisit sebesar 8 milyar dollar. Selain itu, penurunan GDP dari rata-rata 6,1% selama 4

3

(17)

tahun terakhir menjadi 1,2% antara tahun 1979 dan 1983, serta angka pengangguran kurang lebih 20% pada tahun 1980.4 Situasi ekonomi semakin memburuk saat harga minyak menurun lagi pada tahun 1981 dan membuat Venezuela memiliki hutang sebesar 3 milyar dollar menjelang tahun 1983. Pemerintah mengalokasikan milyaran dollar cadangannya di PDVSA untuk membayar hutang. Akan tetapi, tindakan pemerintahan tersebut direspon serikat pekerja dengan melakukan berbagai macam pemogokan sepanjang pertengahan tahun 1980-an, yang mengakibatkan kondisi perekonomian Venezuela pada tahun 1983 berada dalam keadaan kacau dan menyebabkan kemiskinan rakyat menjadi berlanjut.5 Presiden Jaime Lusinchi (1984 -1989) muncul untuk mencoba mengatasi krisis yang terjadi, dengan mendevaluasikan nilai mata uang, pengetatan proteksi impor, meningkatkan produksi sektor agrikultural dan program ketahanan pangan, serta memberikan subsidi bagi sektor publik. Kebijakan tersebut cukup memberi stimulasi pada pertumbuhan ekonomi, sehingga mampu mengangkat tingkat petumbuhan dari yang semula negatif pada tahun 1980 – 1981 hingga stagnan pada tahun 1982. Namun, pertumbuhan ini tidak cukup cepat untuk menopang beban subsidi sektor publik dan lonjakan hutang luar negeri. Hal itu diperparah karena turunnya harga minyak dunia hingga 5% pada tahun 1986.

Kondisi perekonomian negara pun belum mengalami pemulihan, terpilihnya kembali Carlos Andres Perez sebagai presiden pada tahun 1989

4

Nurani Soyomukti, Op.cit, hal 79

5 Jurnal Ilmiah Administrasi Publik dan Pembangunan, Vol. 3, No. 2, Juli-desember 2012 “Neososialisme

(18)

semakin memperburuk perekonomian. Perez meluncurkan program penyelamatan ekonomi dengan melakukan kesepakatan terhadap IMF dengan mengumumkan restruksi ekonomi dengan membawa Venezuela pada sistem pasar bebas dan memberi jalan bagi masuknya dominasi asing terhadap sektor-sektor ekonomi strategis Venezuela, termasuk minyak. Perez yang pada awalnya melakukan nasionalisasi penuh atas industri minyak Venezuela akhirnya melakukan kebijakan yang sebaliknya. Ia mengeluarkan kebijakan suku bunga mengambang, kenaikan pajak di sektor pelayanan publik, kenaikan upah hanya sebesar 5%, penghapusan tarif impor secara progresif, pengurangan 4% dalam defisit anggaran dan pendapatan negara, pelemahan buruh melalui sistem ikatan kerja yang fleksibel, pencabutan subsidi pupuk, dan privatisasi sejumlah besar perusahaan negara. 6

Akibat kebijakan-kebijakan yang dilakukan Perez, inflasi mencapai 80,7%, upah riil menurun hingga 40%, pengangguran mencapai 14%, angka kemiskinan meningkat dari 43,9% pada tahun 1988 menjadi 66,5% pada tahun 1989, dan jumlah penduduk yang hidup dibawah garis kemiskinan meningkat hingga 84%. Dalam kurun waktu tiga tahun masa kekuasaan Perez, sekitar 600 ribu penduduk pindah ke kota-kota dan mengakibatkan jumlah tenaga kerja sektor pertanian merosot sampai 90%.7 Krisis ekonomi pada tahun 1980-an dan 1990-an ini pada akhirnya berujung pada krisis politik. Ketika harga minyak tumbang dan merosot, pemerintah yang kekurangan uang menaikkan kebutuhan,

6

Ibid hal 474

(19)

sehingga pada Februari 1989 masyarakat miskin melakukan penentangan gelombang kemarahan yang disebut “Caracazo” menjarah pusat kota dan memporak-porandakan negara. Negara menjadi panik dan tentara membunuh ratusan dan mungkin ribuan demonstran.8

Laporan resmi menyebutkan 276 warga sipil tewas. Akan tetapi, berdasarkan temuan lanjutan atas kuburan-kuburan massal, Mahkamah HAM Inter-Amerika memperkirakan jumlah korban melebihi 3.000 jiwa. Kondisi yang terjadi membentuk panggung politik untuk pengambilalihan kekuasaan oleh Chavez pada tahun 1992, Chavez melakukan kudeta terhadap pemerintahan Presiden Carlos melalui barisan Bolivarian Revolution bentukannya karena prihatin melihat kondisi Venezuela. Akan tetapi sebuah kegagalan kudeta namun dipropagandakan sebagai sebuah kemenangan oleh Chavez membuatnya dipenjara selama dua tahun dan secara sembunyi-sembunyi membentuk partai bernama Gerakan Republik Ke-5 (Movement of Fifth Republik) dan diberikan pengampunan oleh Presiden Rafael Caldera (menggantikan Presiden Carlos) pada tahun 1994.

Walaupun telah digantikan oleh presiden Rafael Caldera yang tadinya mengkritik kebijakan neoliberalisme Pemerintahan Carlos, Presiden Rafael tidak dapat memulihkan kondisi perekonomian Venezuela yang sangat parah tersebut dan akhirnya melakukan negosiasi persetujuan penyesuaian struktural dengan IMF sehingga menyebabkan diterimanya lagi program-program neoliberal dan

(20)

mengakibatkan inflasi sebesar 103% pada tahun 1996 dan meningkatkan utang luar negeri sebesar 26, 5 milyar dolar. Melihat permasalahan kondisi Venezuela yang seakan tidak mengalami perubahan dan merugikan rakyat, Chavez memimpin barisannya dan menegaskan pandangannya terhadap kepedulian kesejahteraan rakyat, keadilan sosial, dan persamaan hak. Chavez kemudian melakukan aksi panggung dalam politik. Chavez menyuarakan tuntutan atas perubahan kebijakan dengan mengikuti pemilihan umum pada tahun 1998.

Pemilu tersebut diikuti oleh partai yang dibentuk Chavez yaitu MVR (Movimiento Quinta Republica) bersaing dengan partai AD (Accion Democratica) dan partai COPEI (Comite de Organization Politica electoral Independence). Chavez memenangkan pemilu dengan perbandingan suara yang sangat tipis. Begitu terpilih, Chavez memperkenalkan Revolusi Bolivarian. Revolusi konstitusi yang menambahkan hak-hak kaum terpinggir dan mengubah struktur pemerintahan Venezuela. Kemenangan kelompok Chavez menandai awal dilakukannya perubahan radikal Venezuela yang mengarah untuk proses memulihkan krisis ekonomi negara dan perubahan arah politik Venezuela.

(21)

oleh seluruh rakyat Venezuela, sebuah konstitusi yang berpihak pada rakyat miskin. Untuk mewujudkan hal itu, dibutuhkan legitimasi dari rakyat melalui proses referendum yang dilaksanakan pada tanggal 19 April 1999. Referendum pertama adalah untuk memutuskan perlu atau tidaknya melangsungkan sidang Majelis Konstituante untuk merancang konstitusi yang baru, dengan hasil pendapat sekitar 92% masyarakat setuju. Dalam waktu 6 Bulan tepatnya di bulan Desember 1999, rancangan konstitusi baru telah selesai dan dilakukan pemungutan suara untuk menyetujui konstitusi itu. Untuk pertama kalinya, rakyat miskin Venezuela dapat menentukan konstitusi mereka sendiri. 9

Ketika negara sudah berada dalam kondisi krisis, pemerintah sebagai pemegang otoritas tentunya mengupayakan sebuah solusi untuk mengatasi krisis ekonomi misalnya dengan mengeluarkan sebuah kebijakan. Dalam kasus ini, penulis akan menjelaskan kebijakan yang akan ditempuh oleh Hugo Chavez dilandaskan pada upaya untuk mengembalikan hak-hak ekonomi, politik dan kebudayaan pada rakyat. Yang utama adalah bagaimana aset-aset dan sumber daya ekonomi dapat direbut dari tangan pemodal yang digunakan untuk menumpuk keuntungannya sendiri, dan kemudian dikuasai negara untuk membiayai program-program sosial dan publik terutama masalah kesehatan, perumahan, pendidikan dan pelayanan-pelayanan publik lainnya.

Yang menarik dalam kajian penelitian ini adalah perubahan kebijakan ekonomi menjadi dasar dari revolusi Bolivarian. Dengan kata lain, Revolusi

9

(22)

Bolivarian mempengaruhi kebijakan politik dan ekonomi terhadap negara yang bersangkutan. Hugo Chavez sendiri pada akhirnya menyakini bahwa kebijakan yang akan dilakukan mampu merubah arah politik Venezuela. Dimana Hugo Chavez melakukan kebijakan yang akan berbanding terbalik dengan pemerintahanan Venezuela sebelumnya. Serangkaian langkah perubahan kebijakan secara radikal kemudian ditempuh dalam rangka penanggulangan krisis ekonomi Venezuela. Hal ini menjadi sangat menarik bagi penulis untuk mengetahui sejauh mana kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintahan yang dipegang Hugo Chavez dalam menanggulangi krisis ekonomi yang terjadi di Venezuela.

2. Perumusan Masalah

Perumusan masalah merupakan penjelasan mengenai alasan mengapa masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini dipandang menarik, penting dan perlu untuk diteliti. Perumusan masalah juga merupakan suatu usaha yang menyatakan pertanyaan-pertanyaan penelitian apa saja yang perlu dijawab atau perlu dicari jalan pemecahannya, atau dengan kata lain perumusan masalah adalah merupakan pertanyaan lengkap dan rinci mengenai ruang lingkup masalah yang akan diteliti didasarkan pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah.10 Atas dasar latar belakang masalah diatas maka yang

menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana kebijakan -kebijakan pemerintahan Hugo Chavez menanggulangi krisis ekonomi di Venezuela pada tahun 1998-2008?”.

10

(23)

3. Pembatasan Masalah

Adanya batasan masalah guna memperjelas dan membatasi ruang lingkup penelitian, serta untuk menghasilkan uraian yang sistematis. Adapun batasan-batasan masalah dalam penelitian ini adalah penulis membatasi permasalahan tersebut pada saat Hugo Chavez menduduki pemerintahan di Venezuela yaitu dimulai pada tahun 1999 (awal dari kemenangan Hugo Chavez) hingga tahun 2008 (Kemenangan Chavez dalam referendum dan pendalaman proses kebijakannya).

4. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah pernyataan mengenai apa yang hendak kita tuju dan capai dalam penelitian ini. Adapun yang menjadi tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui dan menjelaskan bentuk kebijakan yang diambil oleh Hugo Chavez dalam mengatasi krisis ekonomi Venezuela.

(24)

5. Manfaat Penelitian

Dalam sebuah penelitian selain terdapat tujuan penelitian, juga terdapat beberapa manfaat yang selanjutnya berguna daya terhadap orang banyak. Beberapa manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara praktis, adalah sebagai masukan bagi penulis dalam usaha untuk mengetahui hasil – hasil kegiatan politik khususnya bidang pembuatan kebijakan ekonomi politik. dan juga memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan studi program sarjana strata satu (S1) Departemen Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara. 2. Secara teoritis, penelitian ini bermanfaat untuk mencari khasanah ilmiah

dalam kaitan politik dan ekonomi serta melihat relevansi teori – teori yang telah dipelajari dengan kenyataan yang terjadi secara langsung.

3. Manfaat akademis, meliputi :

 Untuk memperluas pemahaman pengetahuan penulis mengenai kebijakan politik di Venezuela terutama ketika presiden Hugo Chavez menjabat sebagai presiden. Selain itu, penelitian ini bagi penulis dapat mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis dan sebagai media bagi penulis untuk menghasilkan sebuah karya ilmiah.

(25)

mampu memberikan masukan pemikiran – pemikiran baru bagi para civitas akademika yang nantinya juga akan melakukan penelitian perihal yang sesuai dengan masalah tersebut

.

6. Kerangka Teori 6.1Teori Revolusi

Revolusi adalah manifestasi perubahan sosial yang paling spektakuler. Revolusi menengarai guncangan fundamental dalam proses sejarah, membentuk kembali masyarakat dari dalam dan merancang lagi bangsa. Revolusi tidak membiarkan apa pun seperti sebelumnya, revolusi menutup satu zaman dan membuka zaman baru. Pada saat revolusi, masyarakat mengalami puncak perannya, ledakan potensi transformasi diri. Dengan kata lain revolusi adalah tanda kesehatan sosial.11

Menurut Sztompka, paling tidak ada lima ciri yang membedakan revolusi dari jenis-jenis perubahan sosial lainnya yaitu :

1. Revolusi menimbulkan perubahan pada skala yang paling luas, menyentuh semua tahap dan dimensi masyarakat, ekonomi, politik, budaya, organisasi sosial, kehidupan sehari-hari, kepribadian manusia.

2. Pada semua bidang kehidupan ini, perubahannya bersifat radikal, fundamental, mencapai akar atau inti dari konstitusi dan fungsi masyarakat. 3. Perubahan berlangsung dengan sangat cepat, seperti sebuah ledakan

dinamika yang terbesit dari arus lamban proses sejarah.

11

(26)

4. Revolusi juga menunjukkan perubahan yang paling kentara karena itu paling dikenang.

5. Revolusi menimbulkan reaksi emosional dan intelektual yang sangat istimewa pada para peserta atau saksi revolusi, semangat yang membara, ledakan mobilisasi massa, optimisme, perasaan perkasa, kegembiraan dalam keikutsertaanpada pesta revolusi, aspirasi yang melangit dan utopia masa depan.

Secara singkat, revolusi ditandai dengan tiga hal. Pertama, perubahan yang fundamental, komprehensif dan multidimensional, menyentuh inti tatanan sosial. Kedua, revolusi melibatkan massa yang besar dan dimobilisasikan serta bergerak dalam gerakan revolusioner. Ketiga, selalu melibatkan kekerasan dan koersi. Akan tetapi, ada revolusi walaupun tidak banyak yang dijalankan tanpa kekerasan. Sztompka menyebut adanya sepuluh tahap revolusi yaitu :

1. Semua revolusi dimulai dengan keadaan yang disebut sebagai revolutionary prodrome; yakni intesivikasi kekecewaan, keluhan, kekacauan dan konflik karena krisis ekonomi atau keuangan. Krisis ini memukul paling berat kelas sosial yang justru sedang naik. Secara ekonomis mereka lebih baik dari kebanyakan rakyat. Mereka melihat kehancuran bangsanya sebagai akibat kerakusan kelompok aristokrat.

(27)

protes di kalangan para cendekiawan. Sebuah kesadaran sosial, semangat revolusi perlahan menyebar di tengah-tengah masyarakat.

3. Rezim ini berusaha mengendalikan gerakan protes ini dengan reformasi setengah-setengah tetapi tindakan rezim ini dianggap terlambat dan terpaksa. Rezim makin kehilangan legitimasinya.

4. Negara tidak dapat menggunakan alat pemaksa (selalu militer) untuk mengatasi keadaan. Terjadilah apa yang disebut Goldstone sebagai

“paralysis of state” yakni kelumpuhan negara. Ini memberikan peluang pada

kaum revolusioner untuk merebut kekuasaan.

5. Rezim lama tumbang. Muncul “bulan madu revolusi”. Ada periode euphoria

setelah kemenangan.

6. Terjadi perpecahan internal di kalangan revolusioner yang menang. Kaum konservatif ingin meminimalkan perubahan. Kaum radikal ingin bergerak cepat, kaum moderat ingin perubahan gradual.

7. Kaum reformis moderat menang. Mereka berusaha membuat hubungan dengan massa dengan menggunakan lembaga dan pejabat administratif yang lama. Keadaan ini mengecewakan rakyat pendukung revolusi, yang menaruh harapan akan perbaikan nasibnya.

8. Kaum radikal dan ekstrem mengeksploitasi frustasi yang meluas, memobilisasi massa, dan menggantikan kelompok moderat.

(28)

masyarakat memberikan peluang kepada diktator atau kekuatan militer untuk merebut kekuasaan.

10.Akhirnya, terjadi keseimbangan “thermidor” atau kesembuhan dari demam revolusi ketika akses kaum radikal dikecam, dan perhatian beralih dari perubahan politik ke kemajuan ekonomi dalam kerangka institusi yang stabil.12

Dari pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa revolusi adalah sejenis aksi kolektif yang mempunyai dua karakteristik, didorong oleh situasi revolusi dan berakhir dengan hasil revolusi. Situasi revolusi bermula ketika pemerintah yang memegang kedaulatan tunggal berhadapan dengan pesaingnya, yang juga mengklaim kedaulatan. Akan tetapi James Davies menyatakan bahwa Revolusi paling mungkin terjadi jika periode panjang pembangunan ekonomi dan sosial diikuti oleh periode pendek penurunan yang tajam. Efek sangat penting pada pikiran orang dalam masyarakat tertentu ialah menghasilkan. Selama periode terdahulu, ekspektasi kemampuan terus-menerus untuk memuaskan kebutuhan yang terus meningkat dan kemudian pada periode berikutnya terjadilah keadaan mental berupa keresahan dan frustasi ketika realitas yang tampak menjauh dari realitas yang diharapkan.

Dan dalam pemikiran Karl Marx revolusi merupakan kajian sebuah idiologi politik yang dicita-citakan Karl Marx untuk mencapai sosialisme menuju komunisme yang pada hakikatnya merupakan senjata moril kelas buruh, kelas tertindas dan bangsa-bangsa terjajah di muka bumi melawan keserakahan kaum kapitalis. Perjuangan kelas

12

(29)

buruh dan kelas tertindas melawan kapitalis adalah suatu keniscayaan sejarah sebagai hukum perkembangan masyarakat yang digambarkan Marx. Untuk mengakhiri antagonisme kelas ini harus ditempuh jalan melalui revolusi. Oleh sebab itu, revolusi merupakan gerakan politik yang dimulai dari perebutan kekuasaan politik. Sistem masyarakat yang lama telah digantikan dengan sistem yang baru, yang telah melepaskan penghisapan atas manusia dengan manusia lainnya, melahirkan manusia yang bermasyarakat, tidak membelenggu. Bagi Marx, peralihan kekuasaan politik merupakan langkah awal, syarat perlu bagi revolusi yang sesungguhnya. Marx mencermati mutlak pentingnya peralihan kekuasaan politik ke tangan borjuasi dalam rangka penegakan sistem ekonomi kapitalisme.13 Bahkan, tanpa peralihan kekuasaan politik ini sistem ekonomi kapitalisme tidak akan tumbuh subur bahkan bisa saja tidak akan tumbuh karena terhalang oleh keseluruhan sistem ekonomi politik kaum feodal.

6. 2. Teori Kebijakan

6.2.1. Konsep dan Pengertian Kebijakan

Pada penelitian ini mengambil rentan waku pada masa pemerintahan Hugo Chavez yang dapat dilihat pada peran pemerintah dalam keadaan tersebut sangatlah dominan terutama yang berkaitan dengan masalah yang menjadi fokus penelitian ini. Venezuela sebagai negara yang sedang berkembang dan mengalami neraca ekonomi yang defisit dimasa Presiden Carloz Andrez Perez (sebelum Hugo Chavez) dikenal

13

(30)

sebagai negara dengan jumlah pinjaman luar negeri yang cukup besar. Hal ini dapat dilihat melalui semakin meningkatnya krisis ekonomi yang terjadi di Venezuela.

Kebijakan-kebijakan yang dilakukan pemerintah dominan terlihat melalui kebijakan pemerintahan pada masa Hugo Chavez dalam menghadapi masalah-masalah pembangunan saat itu. David Easton menyebutkan kebijakan pemerintah adalah sebagai kekuasaan mengalokasi nilai-nilai untuk masyarakat secara keseluruhan.14 Yang mengandung konotasi tentang kewenangan pemerintah yang meliputi keseluruhan kehidupan bermasyarakat dan tidak ada suatu organisasi lain yang wewenangnya dapat mencakup seluruh masyarakat kecuali pemerintah. Kebijakan (policy) adalah sebuah instrumen pemerintahan yang tidak hanya diartikan sebagai government (menyangkut aparatur negara) tetapi juga governance (menyangkut pengelolaan sumber daya publik).

6.2.2 Proses Pembuatan Kebijakan

Yehezkel Dror, menjelaskan secara rinci makna pembuatan kebijakan publik dengan mengatakan bahwa pembuatan kebijakan publik dengan mengatakan bahwa pembuatan kebijakan publik itu adalah “a very complex, dynamic process whose

various components make different contribution to it. It decides major guidelines for

action directed at future, mainly by governmental organs. These guidelines formally

aim at achieving what is in the public interest by the best possible means” (suatu proses yang sangat kompleks dan dinamis yang terdiri dari berbagai unsur yang satu sama lain kontribusinya berbeda-beda terhadap pembuatan kebijakan publik tersebut. Pembuatan

14

(31)

kebijakan publik memutuskan pedoman-pedoman umum untuk melakukan tindakan yang diarahkan pada masa depan, terutama bagi lembaga-lembaga pemerintah. Pedoman-pedoman umum tersebut dimaksudkan untuk mencapai kepentingan-kepentingan umum dengan cara yang sebaik mungkin).15

Proses pembuatan kebijakan dimulai dengan menganalisis masalah yang harus diselesaikan melalui pembuatan kebijakan. Mengamati sebuah masalah yang menjadi pokok pembahasan dalam kebijakan menjadikan sebuah kebijakan menjadi tepat sasaran ataupun tidak menyimpang dari pemecahan permasalahan yang diinginkan pada awalnya. Kegiatan dalam proses pembuatan kebijakan biasanya berkaitan dengan bagian politik dikarenakan lembaga – lembaga politik sangat sering bersinggungan dengan proses ini. Proses pembuatan kebijakan ditunjukkan melalui serangkaian tahap yang saling bergantung satu dengan yang lain yang diatur menurut sesuai dengan urutan waktu : penyusunan agenda, formulasi kebijakan, adopsi kebijakan, implementasi kebijakan, dan penilaian kebijakan. Proses – proses inilah kemudian menjadi rangkaian kritis yang mengantarkan pembuatan kebijakan menjadi bisa diterima dan dilaksanakan oleh semua kalangan dalam jangka waktu yang sesuai dengan kondisi serta dalam lingkungan yang berbeda.

6.2.3 Analisis Kebijakan

Dalam pengertian yang rinci, analisis kebijakan dijelaskan sebagai sebuah proses dalam menguraikan sebuah kebijakan. Kegiatan menguraikan ini dapat dikatakan untuk

15

(32)

mencari inti ataupun detail dari sebuah kebijakan sehingga dapat menguraikan keterangan bagaimana sebuah kebijakan tersebut dibuat. Didasarkan pada pengertian di atas, dapat digunakan definisi analisis kebijakan publik yang diadopsi dari Thomas Dye, yaitu analisis untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh pemerintah, mengapa mereka mengerjakan hal tersebut, dan keberhasilan apa yang hendak dicapai dengan pekerjaan tersebut. Dalam perspektif analisis kebijakan, perumus kebijakan harus memahami kebijakan sebagai suatu proses. Artinya bahwa dalam proses kebijakan publik tersebut banyak stakeholder (pelaku kebijakan) yang terlibat akan membawa nilai dan berbagai kepentingan tesendiri sehingga analisis kebijakan bukanlah hal yang sederhana. Sbagai sebuah objek yang dianalisis, isi dan proses kebijakan menjadi sebuah studi yang sepertinya tidak dapat dipisahkan. Analisis studi kebijakan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu :16

1. Analisis untuk kebijakan (analysis for policy), yaitu analisis isi kebijakan dalam rangka perumusan kebijakan (policy formulation).

2. Analisis dari kebijakan (analysis of policy), yaitu analisis isi kebijakan dalam tahap pelaksanaan kebijakan (policy implementation) dalam rangka evaluasi kebijakan (policy evaluation).

6.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Dalam Pembuatan Kebijakan

Dalam perumusan kebijakan publik paling tidak terdapat sebanyak enam factor strategis yang biasanya mempengaruhi, factor-faktor tersebut meliputi :

16

(33)

1. Faktor Politik. Faktor ini perlu dipertimbangkan dalam perumusan suatu kebijakan publik, karena dalam perumusan suatu kebijakan diperlukan dukungan dari berbagai actor kebijakan (policy actors), baik aktor-aktor dari pemerintah maupun dari kalangan bukan pemerintah (pengusaha, LSM, asosiasi profesi, media massa, dan lain-lain).

2. Faktor ekonomi/financial. Faktro ini pun perlu dipertimbangkan terutama apabila kebijakan tersebut akan menggunakan atau menyerap dana yang cukup besar atau akan berpengaruh pada situasi ekonomi dalam suatu daerah.

3. Faktor administratif/organisatoris. Dalam perumusan kebijakan perlu pula dipertimbangkan faktor administratif atau organisatoris yaitu apakah dalam pelaksanaan kebijakan itu benar-benar akan didukung oleh kemampuan administratif yang memadai, atau apakan sudah ada organisasi yang akan melaksanakan kebijakan itu.

4. Faktor teknologi. Dalam perumusan kebijakan publik perlu mempertimbangkan teknologi yaitu apakah teknologi yang ada dapat mendukung apabila kebijakan tersebut diimplementasikan.

5. Faktor sosial, budaya dan agama. Faktor ini pun perlu dipertimbangkan, misalnya apakah kebijakan tersebut tidak menimbulkan benturan sosial, budaya, dan agama atau yang sering disebut masalah SARA.

(34)

yang akan dikeluarkan tidak mengganggu stabilitas keamanan suatu daerah.17

6.3 Ekonomi Politik di Venezuela

Dalam hal ini, ekonomi politik merupakan sebuah perpaduan ilmu yang mempelajari bagaimana ekonomi dan politik dapat saling mempengaruhi ataupun sebaliknya. Pada dasarnya pelaksanaan dari sistem ekonomi oleh pemerintah tidak akan terlepas dari sikap politik pemerintahan tersebut. Konsep ekonomi pada dasarnya berkaitan dengan konsep – konsep politik misalnya bagaimana faktor dari industri, ataupun bagaimana sistem ekonomi dilaksanakan oleh pemerintahan. Jika dikaitkan antara konsep ekonomi dan politik maka dapat dikatakan bahwa ekonomi politik adalah kajian tentang relasi sosial, khususnya relasi kekuasaan, yang bersama -sama membentuk produksi, distribusi dan konsumsi sumber daya - sumber daya, termasuk sumber daya komunikasi.18

Di bawah kepemimpinan Chavez, perombakan sistem dan kebijakan-kebijakan ekonomi-politik Venezuela dilakukan dengan menerbitkan konstitusi baru yang tentunya lebih mencerminkan keberpihakan dan kepentingan mayoritas rakyat Venezuela. Undang-undang Bolivarian, yang mengatur tentang hak dasar rakyat serta bagaimana demokrasi patisipatoris benar-benar harus diwujudkan secara total dibawah kontrol rakyat sendiri. Di dalam UUD tersebut tertuang jelas bagaimana negara

17

Diakses dari http://comboran.blogspot.com/2011/11/faktor-faktor-strategis-yang.html pada tanggal 28 Januari 2014 pukul 10:23

18Vincent Mosco, “Apa Itu Ekonomi Politik Komunikasi? Definisi dan Karakteristik”, diakses dari

(35)

menjamin hak rakyat atas tanah dalam makna distribusi secara merata kepada rakyat Venezuela. Hal yang paling fenomenal yang dilakukan oleh Chavez adalah melakukan kontrol atau Nasionalisasi total terhadap perusahaan minyak Negara (PDVSA) untuk didistribusikan secara menyeluruh untuk kepentingan kesejahteraan rakyat Venezuela. Bentuk-bentuk kebijakan ekonomi politik Chavez dapat dilihat dalam :

“ Carolus Wimmer, ketua komisi luar negeri Parlemen Venezuela menyatakan Revolusi

Bolivarian adalah perjuangan pembebasan nasional melalui jalan damai, demokratik

dan mandiri. Ini bukan proyek nasionalisme chauvinis yang disenandungkan elite

politik semata-mata atas keutuhan sebuah negeri; atau perlindungan terhadap

kepentingan ekonominya dari dominasi modal asing. Proyek inilah yang membawa

Venezuela ke tahap distribusi kekayaan negeri untuk kesejahteraan rakyat”.19

Yang menjadi kriteria dari pengertian tentang ekonomi politik dapat diidentifikasikan dari beberapa pokok perhatian yakni : Dalam penelitian yang terkait dengan masalah ekonomi politik ini ditunjukan secara langsung bagimana pasar berhubungan dengan negara, produsen, distributor ataupun konsumen melakukan interaksi langsung dengan pemerintah sebagai pembuat kebijakan.

1. Ekonomi Politik dapat dipahami sebagai suatu bidang pengetahuan dan / atau ilmu pengetahuan yang berhubungan antara disiplin ilmu ekonomi dan politik atau hanya merupakan perluasan konsep / teori daripada masing – masing disiplin ilmu tersebut atau pula hanya sebagai perspektif belaka.

19

(36)

2. Ekonomi politik dapat dipahami sebagai suatu metode dan pendekatan atau suatu cara dan jalan bagi suatu ilmu pengetahuan sebagai alat analisis penelitian atau penyelidikan masalah – masalah sosial, ekonomi, politik, budaya serta lingkungan hidup manusia.

3. Ekonomi politik dapat dipahami sebagai kajian dari berbagai peristiwa, fakta, fenomena, dan gejala yang ditimbulkan oleh efek kebijaksanaan ( public strategy ) pemerintah dalam berbagai aspek yang langsung berkaitan dengan proses hubungan dimensial antara negara, rakyat, dan lingkungan hidupnya.20

7. Metodologi Penelitian

Dalam kegiatan ilmiah diperlukan sebuah metode yang sesuai dengan objek yang dibicarakan agar lebih terarah dan rasional. Metode merupakan cara bertindak dalam upaya agar penelitian dapat terlaksana secara rasional dan terarah agar mendapatkan hasil yang maksimal. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah salah satu yang digunakan untuk memecahkan masalah yang ada pada masa sekarang berdasarkan fakta dan data-data yang ada.21 Tujuan dasar penelitian deskriptif ini adalah membuat

20

Yanuar Ikbar, Ekonomi Politik Internasional 2, Bandung, Refika Aditama, 2007, hal. 21

(37)

deskripsi atau gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta, serta hubungan antar fenomena yang diselidiki.22

7.1 Jenis Penelitian

Berdasarkan metode yang dipakai maka penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif historis. Penelitian ini untuk menggambarkan yang lebih detail mengenai suatu gejala atau fenomena. Dimana menurut peneliti bahwasanya penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian yang tidak mempergunakan angka atau nomor untuk mengolah data yang diperlukan. Data terdiri dari kutipan-kutipan orang dan deskripsi keadaan, kejadian, interaksi, dan kegiatan. Dengan menggunakan jenis data ini, memungkinkan peneliti mendekati dan sehingga mampu mengembangkan komponen-komponen keterangan yang analitis, konseptual dan kategoris dari data itu sendiri.

7.2 Teknik Pengumpulan Data

Pada umumnya penelitian yang menggunakan metode kualitatif menggunakan sebuah teori untuk menganalisis suatu keadaan dan menekankan pada pengumpulan dan analisis teks tertulis. Oleh karena konsep penelitian di atas, maka teknik yang digunakan peneliti dalam memperoleh data dan fakta dalam usaha untuk membahas masalah dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis pustaka ( library research ) yang sumbernya

22

(38)

didapat dari buku-buku yang terkait, jurnal ilmiah, artikel dan juga dokumentasi yang resmi dari situs yang diakses dari internet.

7.3 Teknik Analisa Data

Adapun teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis data deskriptif kualitatif, dimana teknik ini melakukan analisa atas masalah yang ada sehingga diperoleh gambaran yang jelas tentang objek yang akan diteliti dan kemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Dengan bersumber pada sejarah yang berorientasi kepada problema yang akan berusaha menganalisa kejadian – kejadian yang sebenarnya menurut topik-topik atau masalah-masalah yang telah dipilh dalam penelitian ini. Menurut Faisal analisis data dalam penelitian kualitatif bergerak secara induktif yaitu data / fakta dikategorikan menuju ke tingkat abstraksi yang lebih tinggi, melakukan sintesis, dan mengembangkan teori bila diperlukan. Setelah data dikumpulkan, dilakukan analisis penguraian dan penarikan kesimpulan tentang makna perilaku subjek penelitian dalam latar serta fokus penelitian. Hal ini dilakukan agar peneliti memiliki gambaran yang jelas mengenai penelitian ini.

8. Sistematika Penulisan

(39)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini akan menguraikan dan memperjelas mengenai latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan signifikansi penelitian, kerangka teori, metodologi penelitian, dan sistematika penelitian.

BAB II : DESKRIPTIF VENEZUELA

Dalam bab ini akan menggambarkan segala sesuatu mengenai objek penelitian yaitu bagaimana sejarah pemerintahan Venezuela sebelum dan sesudah menjabatnya Hugo Chavez menjadi presiden.

BAB III : KEBIJAKAN POLITIK HUGO CHAVEZ DALAM

PENANGGULANGAN KRISIS EKONOMI

VENEZUELA

Bab ini nantinya akan berisikan tentang penyajian data atau fakta yang diperoleh dari beberapa sumber data dan juga akan menyajikan pembahasan dan analisis data atau fakta tersebut. BAB IV : PENUTUP

(40)

BAB II

GAMBARAN UMUM VENEZUELA

2.1 Sejarah Berdirinya Negara Venezuela

Venezuela ditemukan oleh Christopher Columbus pada saat pelayarannya yang ketiga menuju dunia baru. Pada tanggal 1 Agustus 1489 Columbus tercatat sebagai orang Eropa pertama yang menginjakkan kakinya didaratan utama Amerika Selatan. Kemudian Ia menghabiskan waktu dua minggu untuk meneliti daerah delta Rio Orinoco. Columbus mempercayai

bahwa apa yang ditemukannya adalah “Taman Eden” (Garden of Eden) setelah

dia kagum terhadap sumber-sumber alam yang membentang, air yang segar dan bersih, serta perhiasan-perhiasan mutiara yang dipakai penduduk setempat.23

Penjajahan Spanyol di daratan Venezuela dimulai tahun 1522, ketika koloni Spanyol mendirikan permukiman permanen pertama, di Selatan permukiman Amerika yang di masa kini disebut sebagai Cumana. Pada abad ke-16, Jerman juga mencoba untuk memulai kolonisasi, di bawah pimpinan Klein-Venedig (1528-1546). Namun, sejarah mencatat, Jerman tidak bisa mengambil tempat di surga Columbus ini. Sejak awal, pembangunan koloni asing telah mendapatkan perlawanan dari penduduk asli Venezuela, atau yang biasa disebut sebagai Caciques. Pimpinan Caciques, antara lain adalah Guacaipuro (1530-1568) dan Tamanaco (meninggal 1573). Keduanya memimpin penduduk asli

23

(41)

untuk mencoba menahan serbuan Spanyol. Namun, para concequeror Spanyol yang menjadi pemenang. Caciquedes ditundukkan, dan para pemimpinya dihukum mati. Spanyol akhirnya memulai membangun pusat peradaban di Venezuela, dengan membangun Caracas, melalui hasil karya Diego de Losada.

Selama masa kependudukan Spanyol, pada abad ke-16, ajaran agama Katolik Roma mulai mengonversi kepercayaan religi animisme yang dianut oleh pribumi yang disebut Mariches, para keturunan Karibia. Pemilihan beberapa nama tempat, seperti Caracas, Chacao, dan Los Teques sempat ditolak karena dinilai terlalu berbau Katolik. Akan tetapi, penolakan itu berhasil ditundukkan oleh hegemoni para pendatang dari tanah Eropa. Permukiman kolonial awal difokuskan di pantai utara. Tetapi, pada pertengahan abad ke-18, bangsa Spanyol mendorong lebih jauh ke pedalaman, di sepanjang Sungai Orinoco. Di

sekitar sungai itulah, kelompok pribumi Ye’kuana yang dikenal sebagai

Makiritare melakukan perlawanan serius sepanjang tahun 1775-1776.24

Permukiman timur Spanyol di Venezuela masuk dalam kekuasaan Provinsi New Andalusia, yang diperintah oleh Audencia Royal Santo Domingo, sejak awal abad ke-16. Sedangkan sejak abad ke-18, sebagian besar Venezuela menjadi bagian dari Kerajaan Granada Baru. Konon, perampasan Venezuela oleh bangsa Spanyol berjalan lambat dan sulit, tetapi berangsur-angsur mereka berhasil merebut kawasan itu dan membangun jaringan kota. Selama masa penjajahan, Venezuela diperintahkan oleh perwakilan kerajaan Spanyol. Para

24

(42)

birokrat kerajaan memegang pucuk pemerintahan, sedangkan para pastur Spanyol memegang jabatan gereja tertinggi. Golongan Criollos, kulit putih kelahiran Amerika, memiliki lahannya dan mengendalikan politik dan agama, tetapi hanya pada tingkat lokal.

Golongan Mestizo, ditempatkan pada posisi yang lebih rendah oleh golongan minoritas kulit putih. Suku Indian yang hidup di pedalaman benar-benar terpisah dari kehidupan social dan budaya Eropa, sedangkan golongan Negro diperkerjakan sebagai budak di perkebunan pantai Karibia. Karena rasa tidak puas, baik dari golongan Kreol yang paling kaya maupun yang amat miskin, terjadilah gerakan untuk kemerdekaan. Venezuela tidak pernah bisa menerima segala bentuk imperialisme. Negeri ini dihuni oleh mereka yang memiliki nasionalisme kokoh, dan berharap surga mereka tidak berubah menjadi penjara hegemoni politik dan ekonomi asing. Perlawanan tidak henti-hentinya senantiasa dikobarkan untuk mempertahankan keindahan Venezuela.

(43)

Kedaulatan Venezuela baru tercapai setelah Simon Bolivar, dibantu oleh Jose Antonio Paez, dan Antonio Jose de Sucre memenangkan pertempuran Carabobo, pada 24 Juni 1821. Simon Bolivar adalah pembebas bukan hanya bagi negerinya sendiri, tetapi juga bagi Kolumbia, Ekuador, Peru, dan Bolivia. Dan kemudian mendirikan Gran Columbia. Tokoh inilah yang mengilhami gerakan revolusioner Hugo Chavez dalam menjalankan gerakan dan pemerintahannya. Venezuela menjadi bagian dari Gran Columbia sampai pada tahun 1830, hingga akhirnya sebuah pemberontakan yang dipimpin oleh Jose Antonio Paez menghasilkan proklamasi Venezuela sebagai negara baru yang merdeka. Sejak saat itu juga Paez menjadi presiden pertama republik baru.

(44)

Abad ke-20 ditandai dengan masa panjang kekuasaan tunggal Cipriano Castro (1899-1908) dibantu temannya Juan Vicente Gomez. (1908-1935). Pemerintahan Castro dilukiskan gagal dalam mengelola perekonomian negara. Utang Venezuela membengkak dan menolak membayar kompensasi kepada orang asing yang terjebak dalam perang sipil Venezuela. Pemerintahan Gomez dilukiskan sebagai bentuk kediktatoran yang paling kasar. Ia meninggal pada tahun 1935, setelah 27 tahun dengan kekuasaan mutlak, dan membiarkan negeri tanpa politik, lembaga perwakilan atau kebebasan masyarakat. Pada tahun 1935, pendapatan kotor per kapita dari produk domestik Venezuela tercatat sebagai yang tertinggi di Amerika Latin. Berbagai upaya untuk mendirikan pemerintahan demokratis memperoleh hasil cukup baik ketika Romulo Gallegos terpilih menjadi presiden pada tahun 1948, yang tercatat sebagai pemilu bersih dan adil pertama.

(45)

2.2 Letak Geografis dan Geopolitik Venezuela

Venezuela adalah Negara republik bekas jajahan Spanyol yang terletak di pantai utara Amerika Selatan sepanjang Laut Karibia. Negara ini berbatasan dengan Kolombia di Barat, Guyana di Timur, dan Brasil di Selatan. Luas wilayah Venezuela sekitar 912.050 kilometer persegi dengan Ibukota Caracas. Sebuah kota terbesar dan termodern di Venezuela. Nama Venezuela diberikan oleh penjelajah Spanyol yang pertama kali mencapai benua Amerika Selatan. Saat itu mereka menemukan perkampungan Indian berdiri diatas danau, yang mengingatkan mereka pada perkampungan yang berdiri diatas sungai di Venezia di Italia. Venezuela dalam bahasa Spanyol yang berarti Venezia kecil.

(46)

Andes, dengan tipikal geografis yang cukup ekstrem. Pico Bolivar, titik tertinggi Venezuela yang mencapai 4.979 m (16.335 kaki), terletak di wilayah ini. 25

Keadaan alam Venezuela terletak diujung barat laut Amerika Selatan, dengan panjang garis pantai 2.800 kilometer. Deretan pegunungan memanjang dibagian utara dan selatan, sementara dibagian tengah berupa dataran rendah. Pola pegunungan ini membagi Venezuela menjadi empat daerah, yaitu : Lembah Maracaibo, Dataran Tinggi Andean, Daerah Lianos, dan Dataran Tinggi Guiana. Lembah Maracaibo terletak di bagian barat laut, disini terdapat danau Maracaibo yang luasnya 3.512 kilometer persegi dan merupakan danau terbesar di Amerika Selatan. Di daerah ini juga terdapat ladang minyak terbesar di Amerika Selatan. Dataran Tinggi Andean yang terbentang dari barat daya lembah Maracaibo, terdiri dari atas Pegunungan Merida, Dataran Tinggi Tengah dan Dataran Tinggi Timur Laut dengan puncak yang tertinggi adalah Puncak Pico Bolivar.

2.3 Republik Bolivarian Venezuela

Venezuela adalah satu negara yang berbentuk Federal dengan sistem pemerintahan Presidensial. Venezuela terdiri dari 23 negara bagian, sebuah Daerah Khusus Ibukota di Caracas dan beberapa daerah otonomi. Venezuela juga merupakan salah satu negara dengan urbanisasi tertinggi di kawasan Amerika Latin

25

(47)

2.3.1 Sistem Pemerintahan Venezuela

Presiden Venezuela merupakan kepala negara sekaligus kepala pemerintahan yang dipilih secara langsung oleh rakyat Venezuela. Masa jabatannya adalah 6 tahun. Di Venezuela presiden yang sudah dipilih dua kali menjadi presiden dapat mencalonkan diri kembali pada pemilihan berikutnya. Presiden menunjuk wakilnya dan membentuk kabinetnya sendiri dan membuat Undang-undang bersama Parlemen. Presiden dapat meminta UU untuk mempertimbangkan prosi hukum agar dapat menemukan objektivitas, tetapi dapat dibatalkan jika mayoritas parlemen menolaknya.

Sementara sistem parlementernya menganut sistem satu kamar (Unikameral) yang disebut dengan Sidang Nasional (National Assembly). Jumlah anggota DPR bervariasi, masing-masing negara bagian dan Daerah Khusus Ibukota memilih tiga perwakilan ditambah hasil populasi negara bagian 1,1% jumlah populasi negara tersebut. Sistem hukum di Venezuela menganut tradisi sistem Kontinental. Lembaga tertinggi Hukum disebut Pengadilan Tertinggi Keadilan yang para pimpinannya dipilih oleh parlemen untuk 12 tahun sekali. Dewan Elektoral Nasional bertanggung jawab dalam proses pemilihan, dibentuk oleh lima direktur yang ditunjuk oleh Parlemen.

2.3.2 Sistem Politik Venezuela

(48)

partai yang diformalkan oleh penetapan Puntofijismo (Puntofijismo arrangement). Krisis ekonomi di tahun 1980an dan 1990an menuju kepada krisis politik yang mengakibatkan tewasnya ratusan orang dalam kerusuhan Caracazo di tahun 1989, dua percobaan kudeta di tahun 1992 dan pemakzulan presiden Carlos Andrez Perez karena korupsi di tahun 1993. Kepercayaan yang menurun terhadap partai-partai dalam pemilihan umum tahun 1998 membawa pemimpin kudeta Hugo Chavez kemudian meluncurkan program yang dinamakan Revolusi Bolivarian, yang dimulai dengan Sidang Konstituante tahun 1999 untuk membuat sebuah Konstitusi baru bagi negara Venezuela.

(49)

2.3.3 Sistem Ekonomi Venezuela

Venezuela menganut sistem ekonomi campuran namun dengan sentuhan Sosialis yang kental, didominasi oleh sektor minyak, yang menyumbang sepertiga GDP dimana 80% hasil minyak untuk diekspor. Lebih dari setengah pendapatan pemerintah didapat dari sektor ini. Dengan melimpahnya cadangan minyak Venezuela, korupsi di negara ini juga bertumbuh subur, Venezuela menempati urutan ke 85 dunia tingkat korupsi. Sekitar 30% populasi hidup kurang dari 2 dollar per hari. Venezuela memiliki harga minyak paling murah di dunia karena subsidi pemerintah yang sangat tinggi bagi minyak premium untuk konsumsi publik.

Industri Manufaktur menyumbang 17% GDP nasional di tahun 2006. Venezuela merakit dan mengekspor alat-alat industri berat seperti baja, aluminium dan semen dengan konsentrasi produksi di kota Guayana, yang dekat dengan Guri Dam, salah satu DAM terbesar didunia yang menyediakan tiga per empat pasokan listrik Venezuela. Industri manufaktur lainnya elektronik dan automobile, termasuk minuman, perlengkapan makanan. Pertanian di Venezuela menyumbang 3% GDP, 10% dari Buruh dan seperempat tanah di Venezuela. Venezuela mengekspor nasi, jagung, ikan, buah-buahan tropis, kopi, sapi dan babi. Karena Venezuela tidak cukup dalam memenuhi kebutuhan pangannya, negara ini mengimpor dua per tiga kebutuhan makanannya.

(50)

minyak negara terbesar berlokasi di sekitar Danau Maracaibo, Teluk Venezuela, dan di sungai Orinoco di timur Venezuela. Disamping itu, cadangan minyak konvensional terbesar dan cadangan gas kedua terbesar terletak di pinggiran barat Venezuela.

2.4 Kondisi Perekonomian Venezuela

2.4.1. Puncak Krisis Ekonomi Venezuela Pra Pemerintahan Chavez

(51)

Selanjutnya Presiden Luis Herrera Campins berupaya mengambil momentum harga minyak yang kembali membaik pada tahun 1980-an. Kekurangan minyak tahun 1980-an bahkan menyebabkan negara ini terjerambap dalam krisis utang luar negeri dan krisis ekonomi yang berlangsung lama. Ia berupaya meningkatkan kontrol atas minyak dan meningkatkan gaji pegawai. Namun, pemerintahannya juga menghabiskan banyak biaya seperti pemerintahan sebelumnya. Akibatnya, tingkat inflasi tetap tinggi. Sejak tahun 1979 hingga tahun 1982, Venezuela mengalami defisit sebesar 8 milyar dollar. Selain itu, kinerja ekonomi makro ditandai penurunan GDP dari rata-rata 6,1% selama 4 tahun terakhir menjadi 1,2% antara tahun 1979 dan 1983, serta angka pengangguran kurang lebih 20% pada tahun 1980.26

Situasi ekonomi semakin memburuk saat harga minyak menurun lagi pada tahun 1981 dan membuat Venezuela memiliki hutang sebesar 3 milyar dollar menjelang tahun 1983. Pemerintah mengalokasikan milyaran dollar cadangannya di PDVSA27 untuk membayar hutang. Tindakan ini direspon serikat pekerja (CTV)28 dengan melakukan berbagai macam pemogokan sepanjang pertengahan tahun 1980-an. Situasi ini membuat perekonomian Venezuela pada tahun 1983 berada dalam keadaan kacau dan menyebabkan

26

Nurani Soyomukti, Op.cit. hal 79 27

Pada tahun 1973, Venezuela menasionalisasikan industri minyak dan melahirkan PDVSA (Petroleos de Venezuela SA), akan tetapi kebijakan nasionalisasi ini resmi diterapkan 1 Januari 1976. PDVSA memiliki anak perusahaan di U.S bernama CItgo. Investasi Venezuela di luar negeri sebagian besar dilakukan oleh negara dari hasil devisa minyak melalui perusahaan negara PDVSA.

28

(52)

kemiskinan rakyat menjadi berlanjut. Presiden Carlos Andres Perez yang terpilih kembali di tahun 1989 berusaha mempertahankan legitimasi kekuasaannya melalui pencapaian prestasi di bidang ekonomi. Pengekangan politik secara ketat sebagai metode untuk mengamankan pembangunan ekonomi telah diberlakukan. Carlos Andrez Perez, yang mewarisi krisis ekonomi semasa Pemerintahan Luis Herrera Campins, meminta nasehat dan bantuan keuangan dari International Monetary Fund (IMF). Memenuhi permintaan Pemerintahan Venezuela, pihak IMF mensyaratkan perubahan fundamental dalam hubungan antara negara dengan pasar. Persyaratan-persyaratan ini disebut IMF conditionality yang dituangkan dalam Letter of Intent (Lol), berupa program-program yang disepakati oleh kedua belah pihak (pemerintah Venezuela dengan IMF) untuk melakukan perubahan ekonomi secara fundamental.

(53)

tahun 1998 menjadi 66,5% pada tahun 1989, dan jumlah penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat hingga 84%. Dalam waktu tiga tahun masa kekuasaan Perez, sekitar 600 ribu penduduk pindah ke kota-kota dan mengakibatkan jumlah tenaga kerja sektor pertanian merosot sampai 90%.29 Orang-orang desa pergi ke kota karena daerah pedesaan dikuasai oleh para tuan tanah. Setelah pergi ke kota, ternyata mereka juga kesulitan melanjutkan kehidupan karena kekayaan di kota justru hanya dikuasai oleh segelintir elite. Inilah yang membuat kota Caracas, ibu kota Venezuela, menjadi kota yang terkenal, di samping karena banyaknya pencuri, penjahat, gelandangan, dan pengemis mengiringi kumuhnya kondisi fisik kota tersebut.30 Kebijakan-kebijakan pro asing Perez yang meningkatkan jumlah rakyat miskin di Venezuela semakin memperparah tingkat kesenjangan dan merupakan kondisi yang akut. Tercatat bahwa pada masa kepemimpinan Carlos Andres Perez, rakyat Venezuela terjerumus dalam jurang kemiskinan sekitar 80,42%. Hal yang sangat tidak sebanding dengan kepemilikan ladang di Venezuela.31

Hal ini kemudian berimbas pada sektor pertanian yang menjadi salah satu komoditas penting bagi kehidupan perdagangan Venezuela. Penduduk-penduduk kaya yang hanya sekitar 3% mampu menguasai 76,5% lahan pertanian

29

Nurani Soyomukti, Politik Radikal. Ibid. hal 55 30

Soyomukti. Hugo Chavez vs amerika serikat, Op.cit hal 54 31

(54)

dipedesaan karena kemampuan financial mereka. Sedangkan 42,9% penduduk miskin hanya memiliki lahan seluas 1%.32

Krisis ekonomi kemudian menjadi krisis politik berupa ketidakpercayaan masyarakat kepada pemerintah. Masyarakat melancarkan demonstrasi memprotes paket kebijakan Presiden Perez . Dipicu oleh ketidakpuasaan atas kenaikan harga gas, rakyat menuntut agar Presiden Perez membatalkan

pelaksanaan “paket kebijakan” pasar bebas yang dipaksakan oleh IMF (dalam

bentuk pencabutan subsidi, PHK massal, privatisasi BUMN, dan secara umum mereduksi peran negara dalam perekonomian). Kemudian, Rafael Caldera memenangkan pemilu tahun 1994 setelah Perez dimakzulkan (impeach).

Presiden Rafael Caldera yang pada akhirnya menggantikan Presiden Perez berusaha mengutuk korupsi dan kebijakan yang terjadi semasa Pemerintahan Carlos Andres Perez dengan melakukan perubahan kebijakan. Namun akibat lemahnya posisi tawar menawar di tengah hantaman krisis yang sangat parah mendorong Pemerintahan Caldera untuk melakukan perubahan kebijakan sesuai rekomendasi IMF. Pada bulan Juli 1996, Presiden Caldera menegosiasikan persetujuan struktural dengan IMF sehingga menyebabkan diterimanya kembali program-program neoliberal yang sebelumnya ia kritik. Di tengah krisis yang serius, Caldera meluncurkan sebuah proyek reformasi ekonomi sebanding dengan reformasi Perez di tahun 1989. Caldera mencari dukungan dari partai oposisi terbesar di Venezuela, yakni Accion Democratica. Dengan dukungan

32

(55)

tersebut, Pemerintahan Caldera berhasil melakukan kebijakan privatisasi beberapa perusahaan negara, membuka sektor minyak dan perbankan untuk investasi asing. Namun, Kebijakan ini menjadikan lonjakan inflasi sebesar 103% pada tahun 1996 dan meningkatnya utang luar negeri sebesar 26,5 milyar dollar.

Krisis Venezuela adalah salah satu dampak dari kehadiran IMF, secara jelas dapat dilihat dari fungsi maupun peran IMF menjalankan fungsinya pada negara-negara berkembang, dan negara-negara miskin dengan membantu pembangunan nasional melalui pinjaman yang diberikan, beserta solusi untuk mengatasi krisis yang sedang melanda suatu negara. Venezuela adalah salah atu negara yang perekonomian negaranya tergantung pada penghasilan sumber daya minyak, meskipun demikian Venezuela ada pada bagian penekanan ekonomi oleh negara-negara maju sejak berada dibawah IMF.33 Ini merupakan ironi dari hasil kerjasama yang dilakukan Carlos Andres Perez dengan IMF ketika Perez meminta nasehat kepada IMF pada pertengahan Februari 1989.

2.4.2 Dampak Krisis

Sejak tahun 1926, Venezuela telah mengekspor minyak ke berbagai negara. Perluasan industri minyak dilakukan melalui konsesi untuk mengekstraksi minyak kepada perusahaan asing. Perkembangan industri minyak yang dihasilkan tidak hanya memproses akumulasi modal dan transfer pengetahuan, tetapi juga mempromosikan proses modernisasi sosio-politik dan

33

(56)

pertumbuhan ekonomi. Pemerintah menerima pendapatan dari industri minyak dalam bentuk pajak pendapatan dan dari penjualan hak (konsesi) untuk perusahaan asing. Antara tahun 1920 dan 1958, evolusi kegiatan ekonomi di Venezuela ditentukan oleh industri minyak dan kegiatan yang berhubungan dengan minyak seperti pembangunan proyek-proyek infrastruktur publik yang besar. Ledakan ini menyebabkan proses besar industri minyak terbuka langsung untuk investasi asing. Alokasi pendapatan minyak, memiliki peran penting dalam kegiatan ekonomi. Pada tahun 1950-1957, Venezuela memiliki pemerintahan militer yang mendorong industrialisasi dengan mengabdikan sejumlah besar pengeluaran publik untuk pembangunan infrastruktur umum seperti jalan, jalan raya, pelabuhan, dan pembangkit listrik.34

Setelah tahun 1958, proses yang lambat dari intervensi pemerintah, semua aspek kegiatan ekonomi berlangsung dan dipercepat setelah tahun 1974, yang menyebabkan distorsi besar di dalam perekonomian. Perkembangan yang paling signifikan saat itu adalah nasionalisasi industri minyak pada tahun 1976 dan guncangan harga minyak di tahun 70-an dan 80-an yang mewakili jumlah yang tidak proporsional pada sumber daya yang dialokasikan oleh pejabat pemerintah.35 Awal 70-an dan akhir 90-an Venezuela mengalami penurunan pendapatan perkapita dan peningkatan ketidaksetaraan paling tinggi di Amerika Latin. Angka kemiskinan mencapai 33% di tahun 1975 dan meningkat tajam

34Venezuela’s Growth Experience oleh

Omar D. Bello, Juan. S Blyde, Diego Restuccia dalam LATIN AMERICAN JOURNAL OF ECONOMICS. Volume 48 No. 2 Edisi November 2011 hal 199-226 dikutip dari http://www.scielo.cl/scielo, Sabtu,5 Juli 2014, Pukul 16:20 WIB.

35

(57)

70% di akhir 1995, sementara penduduk yang hidup di bawah garis kemiskinan meningkat dari 15% menjadi 45%. Upah minimum merosot hingga 40% di tahun 1980 layaknya upah tahun 1950-an. Orang-orang yang bekerja di sektor ekonomi informal meningkat dari 34,5% di tahun 1985 menjadi 50% di tahun 1999, paralel dengan penurunan keanggotaan serikat buruh dari 26,4% di tahun 1988 menjadi 13,5% di tahun 1995.36

Sekitar 85% penduduk Venezuela hidup di bawah garis kemiskinan, dimana dalam sepuluh tahun terakhir jumlah penduduk miskin meningkat sebesar 51%. Antara tahun 1975 sampai 2000, jumlah orang miskin bertambah dua kali lipat, dimana jumlah mereka yang hidup dalam kemiskinan ekstrim bertambah dua kali lipat. Demikian juga dalam hal distribusi pendapatan, 20% lapisan penduduk terkaya menerima 84% pendapatan rumah tangga, sementara 20% penduduk termiskin menerima hanya 3% pada tahun 1999. Oleh karena krisis yang berkepanjangan, penurunan ekonomi yang kian berlanjut dan banyaknya pemotongan layanan publik menyebabkan kemarahan publik tetap tinggi, yang pada akhirnya membawa Chavez ke panggung kekuasaan.

Pendapatan minyak rata-rata tahunan per kapita di Venezuela selama periode 2 dekade antara tahun 1982 dan 1998 yaitu dari 15,93 dollar per barel pada tahun 1982, menjadi 3,19 dollar per barel pada tahun 1998. Hal ini menjadikan kemiskinan sangat meningkat secara dramatis di Venezuela, dari

36 Jurnal serial “Administrasi Publik dan Pembangunan” dalam wacana “Neososialisme Kebijakan

Gambar

Tabel  1.2
Tabel 1.3
Tabel 1.5
Tabel 1.6
+5

Referensi

Dokumen terkait

Dengan adanya peningkatan minat dan hasil belajar siswa, tentunya kepala SMK dapat mengambil kebijakan untuk mengembangkan pembelajaran melalui penerapan model

Proses (pengolahan) adalah inti dari suatu sistem informasi akuntansi manajemen dan digunakan untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang memenuhi tujuan suatu sistem.. Suatu

Dan juga wajib memisahkan antara dua jaminan (tanggung jawab resiko barang) jaminan lembaga keuangan dan jaminan nasabah yang sebagai wakil lembaga keuangan untuk membeli barang

Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, dapat dirumuskan masalah yaitu, Bagaimana prevalensi dan faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian tonsilitis

Hasil tabulasi antara perawatan tali pusat menggunakan teknik kassa alkohol terhadap lama lepas menunjukkan bahwa sebanyak 9 responden (75 %) pelepasan tali

Hasil evaluasi efektivitas sistem informasi keuangan daerah pada dinas pendapatan, pengelolaan keuangan dan aset daerah (DPPKAD) Kabupaten Bangka berdasarkan

Rangkaian resistor seri dan paralel, (c) Resistor untuk mengatur arus, (d) Resistor untuk pengatur tegangan, (e) Potensio pengatur arus dan tegangan, (f) Mengamati pengisian dan

perkotaan baik yang bersifat teknis dan nonteknis. Pemantauan pengelolaan sistem drainase perkotaan dilakukan oleh.. penyelenggara pengelolaan sistem drainase perkotaan