i
PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA, DAN
PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP
PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN
PEKALONGAN TAHUN 1986-2009
SKRIPSI
Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Universitas Negeri Semarang
Oleh Wildan Qisthi NIM 7450407006
JURUSAN EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :
Pembimbing I Pembimbing II
Prasetyo Aribowo,SE.,M.Si Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si
NIP. 197902082006041002 NIP. 196702071992031001
Mengetahui,
Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, S.E, M.Si
iii
PENGESAHAN KELULUSAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ekonomi Universitas Negeri Semarang pada :
Hari :
Tanggal :
Penguji Skripsi
Shanty Oktavilia, SE., M.Si
NIP. 19708152228012016
Anggota I Anggota II
Prasetyo Aribowo,SE.,M.Si Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si
NIP. 197902082006041002 NIP. 196702071992031001
Mengetahui :
Dekan
Drs. S. Martono, M.Si
iv
PERNYATAAN
Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam skripsi ini benar-benar hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau seluruhnya.
Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk
berdasarkan kode etik ilmiah. Apabila di kemudian hari terbukti skripsi ini adalah hasil
jiplakan dari karya tulis orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
Semarang, 14 September 2011
Wildan Qisthi
NIM. 7450407006
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
Motto
Sesungguhnya ilmu pengetahuan menempatkan orang dalam kedudukan terhormat dan mulia (tinggi), dan ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi
ahlinya di dunia dan di akhirat (HR. Ar Rabii’)
Sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi orang lain.(HR. Addaruquthni dan Ath Thabarani)
Alloh tidak akan membawaku sejauh ini kalau hanya untuk meninggalkanku (Penulis)
Persembahan:
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, atas
segala karunia-Nya skripsi ini kupersembahkan kepada:
Allah SWT yang telah memberi kekuatan
menyelesaikan amanah ini.
Bapak, Ibu, Adiku yang telah memberikan do’a, cinta, kasih sayang, dukungan moral, spiritual dan material
yang takkan pernah ternilai.
vi PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Di
Kabupaten Pekalongan Tahun 1986-2009”.
Skripsi ini disusun untuk menyelesaikan Studi Strata 1 (satu) guna meraih gelar
Sarjana Ekonomi. Penulis menyampaikan rasa terima kasih atas segala bantuan dan
dukungan yang telah diberikan, kepada:
1. Prof. Dr. Sudijono Sastroatmodjo, M.Si, Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk menimba ilmu dengan segala
kebijakannya .
2. Drs. S. Martono, M.Si, Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Semarang yang
dengan kebijaksanaanya memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat
menyelesaikan skripsi dan studi yang baik
3. Dr. Hj. Sucihatiningsih DWP, S.E, M.Si, Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan
Fakultas Ekonomi yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk menyusun skripsi.
4. Prasetyo Aribowo, SE, M.Si, Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,
arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.
5. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si, Dosen Pembimbing II yang telah memberikan
bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.
vii SARI
Qisthi, Wildan. 2011. PENGARUH MODAL, TENAGA KERJA, DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 1986-2009. Skripsi. Jurusan Ekonomi Pembangunan. Fakultas Ekonomi. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Prasetyo Aribowo, SE, M.Si. II. Drs. Bambang Prishardoyo, M.Si.
Kata kunci : Modal, Tenaga Kerja, Pendapatan Asli Daerah, Pertumbuhan Ekonomi. Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah beserta masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada, membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan pemerintah swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru untuk dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Proses tersebut mencakup pembentukan institusi-institusi baru, pembangunan industri-industri alternatif, perbaikan kapasitas tenaga kerja yang ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
Berdasarkan Kriteria Tipologi Klassen, Kabupaten Pekalongan termasuk daerah relatif tertinggal yaitu baik pertumbuhan ekonomi maupun PDRB per kapitanya lebih rendah dari rata-rata Jawa Tengah. Kegiatan pembangunan di Kabupaten Pekalongan ditujukan untuk terwujudnya pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat. Hal yang penting di dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi daerah terletak pada analisis mobilitas faktor-faktor produksi (faktor movement). Dalam penelitian ini ada 3 faktor yang akan diteliti yaitu Modal, Tenaga Kerja dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Pengaruh masing-masing variabel terhadap pertumbuhan ekonomi menggunakan analisis regresi berganda dengan data time series dari tahun 1986-2009. Hasil penelitian menunjukkan tingkat Modal (KAP) berpengaruk positif dan signifikan pada taraf 5%, dengan koefisien sebesar 0,060212 dan probability sebesar 0,0000. Tenaga Kerja (TK) berpengaruh negatif dan tidak signifikan pada taraf 5% dengan koefisien 17.16 dan probability sebesar 0,2005. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif dan signifikan pada taraf 5%, dengan koefisien sebesar 0,024708 dan probability sebesar 0,0060.
viii DAFTAR ISI
Halaman.
HALAMAN JUDUL... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
PENGESAHAN KELULUSAN ... iii
PERNYATAAN ... iv
2.1.1 Pertumbuhan Ekonomi Wilayah ... 9
ix
4.1 Gambaran Umum Kabupaten Pekalongan ... 35
4.1.1 Keadaan Wilayah Kabupaten Pekalongan ... 34
4.1.4 Ketenagakerjaan Kabupaten Pekalongan ... 41
x
4.2.4 Uji Asumsi Klasik ... 46
4.2.4.1 Uji Multikolinearitas ... 46
4.2.4.2 Uji Normalitas ... 47
4.2.4.3 Uji Heteroskedastisitas ... 48
4.2.4.4 Uji Autokorelasi ... 49
4.3 Pembahasan ... 49
a) Pengaruh Modal Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 50
b) Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi ... 51
c) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi... 52
BAB 5 PENUTUP ... 53
5.1 Kesimpulan... 53
5.2 Saran... 54
DAFTAR PUSTAKA ... 56
xi
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman.
1.1 Kondisi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Kriteria Tipologi
Klassen Tahun 2001-2005 ... 6
4.1 Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan tahun 2009...37
4.2 Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Pekalongan Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2007-2008 ... 38
4.3 Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan 2000 tahun 2008-2009 di Kabupaten Pekalongan ... 39
4.4 Jumlah Investasi di Kabupaten Pekalongan Tahun 2005-2009 ... 41
4.5 Hasil Estimasi Pengaruh Modal, Tenaga Kerja, dan Pendapatan asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pekalongan ... 43
4.6 Hasil Uji Multikolinieritas ... 46
4.7 Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan metode Breusch-Pagan-Godfrey ... 48
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman.
1.1 Pertumbuhan Ekonomi Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut
Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Tahun 2007-2009 ... 4
2.1 Diagram Ketenagakerjaan ... 14
2.2 Kerangka Konseptual Penelitian ... 21
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman.
1 Data Variabel Penelitian... 59
2 Kondisi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah berdasarkan analisis tipologi
klassen ... 60
3 Analisis Regresi ... 61
4 Produk Domestik Regional Bruto Kabupaten Pekalongan Atas Dasar
Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2009 ... 65
5 Produk Domestik Regional Bruto Propinsi Jawa Tengah Atas Dasar Harga
Konstan 2000 Tahun 2007-2009 ... 66
6 Rekapitulasi Penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun
Anggaran 2007-2009 ... 68
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.I. Latar Belakang
Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan total pendapatan dengan
memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari
pertumbuhan ekonomi (economic growth). Pertumbuhan ekonomi memperlancar proses pembangunan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi itu sendiri ditandai dengan adanya laju kenaikan produk perkapita yang tinggi, sehingga untuk mendorong
terjadinya pertumbuhan ekonomi daerah perlu ditentukan prioritas pembangunan daerah. Pertumbuhan ekonomi adalah proses kenaikan output per kapita dalam jangka
panjang. Jadi, persentase pertambahan output itu haruslah lebih tinggi dari persentase pertambahan jumlah penduduk dan ada kecenderungan dalam jangka panjang bahwa pertumbuhan itu akan berlanjut (Boediono, 1988:87).
Kebijakan pemerintah untuk mempersempit kesenjangan regional adalah diterapkannya kebijakan pembangunan daerah yang dilakukan berdasarkan potensi
masing-masing daerah. Perubahan konsep dari kewenangan daerah semula ditujukan atas dasar pemusatan kebijakan pusat, selanjutnya diarahkan menjadi kemandirian
2
letak geografis, sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sarana prasarana yang tersedia. Kebijakan pembangunan harus disesuaikan dengan karakteristik potensi
daerah itu sendiri, sehingga pengenalan potensi melalui pengenalan faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi daerah mutlak dibutuhkan bagi
pembangunan daerah. (Tarigan, 2004:49).
Menurut Sadono Sukirno dalam analisis makro, tingkat pertumbuhan ekonomi diukur dari perkembangan pendapatan nasional riil yang dicapai suatu negara/daerah.
Pendapatan nasional riil dan produktivitas dapat ditingkatkan apabila tujuan dari pembangunan ekonomi dapat tercapai. Dengan diberlakukannya UU No. 32 tahun
2004 tentang “Pelimpahan sebagian wewenang pemerintah daerah untuk mengatur
dan menyelenggarakan urusan rumah tangga sendiri dalam rangka pembangunan
nasional negara Republik Indonesia” dan UU No. 33 tahun 2004 tentang
“Perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah” dapat menjadi acuan
dan dorongan bagi tiap-tiap daerah agar dapat memanfaatkan potensi-potensi daerah
yang tersedia dengan sebaik-baiknya, terpadu, serasi, dan terarah agar pembangunan di tiap-tiap daerah dapat sesuai dengan potensi dan prioritas dari daerah tersebut.
Pembangunan ekonomi daerah adalah suatu proses dimana pemerintah daerah
beserta masyarakatnya mengelola sumber-sumber daya yang ada, membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah daerah dan pemerintah swasta untuk menciptakan
suatu lapangan kerja baru untuk dapat merangsang perkembangan kegiatan ekonomi dalam wilayah tersebut. Proses tersebut mencakup pembentukan institusi-institusi
3
ada untuk menghasilkan produk dan jasa yang lebih baik, identifikasi pasar-pasar baru dan pengembangan perusahaan-perusahaan baru.
Kegiatan pembangunan tidak lepas dari dari peran seluruh pemerintah daerah yang berhasil memanfaatkan segala sumber daya di daerah masing-masing. Sebagai
upaya meningkatkan kemampuan tersebut pemerintah daerah dituntut untuk lebih mandiri dalam membiayai kegiatan operasionalnya. Dengan diberlakukannya otonomi daerah semua daerah diharapkan dapat mengoptimalkan semua potensi yang
dimiliki tanpa mengharapkan bantuan dari pemerintah pusat.
Pembangunan daerah merupakan bagian integral dari pembangunan nasional,
dilaksanakan berdasarkan prinsip otonomi daerah dan pengaturan sumberdaya nasional yang memberikan kesempatan bagi peningkatan demokrasi dan kinerja daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat menuju masyarakat madani
bebas kolusi, korupsi dan nepotisme.
Teori pertumbuhan ekonomi dalam rangka pembangunan ekonomi salah
satunya adalah teori pertumbuhan neoklasik yang dikembangkan oleh Robert M Solow (1970) dan T.W. Swan (1956), menggunakan unsur pertumbuhan penduduk, akumulasi kapital, kemajuan teknologi dan besarnya output yang saling berinteraksi.
Selain itu mereka juga menggunakan model fungsi produksi yang memungkinkan adanya substitusi antara capital (K) dan tenaga kerja (L). Teori ini juga
4
sehingga produktivitas perkapita dapat meningkat. Model ini menganggap teknologi sebagai fungsi dari waktu, dan fungsi produksinya berbentuk :
Y = f (K, L, t).
Dimana :
Y = Jumlah Output K = Modal
L = Tenaga Kerja t = Teknologi
Teori pertumbuhan neo-klasik menyatakan bahwa pertumbuhan output tergantung dari tingkat akumulasi/pembentukan modal, jumlah penggunaan tenaga
kerja, teknologi yang dipaparkan oleh (Solow, 1956- dalam Mulyanto, 1999). Faktor teknologi ditentukan secara eksogen dan datang begitu saja dari model. Kelemahan
terhadap keberadaan teknologi yang mendorong munculnya teori pertumbuhan baru yang lebih dikenal dengan teori pertumbuhan endogen (endogenous growth theory).
Menurut Boediono (1988:91), teori pertumbuhan ekonomi didefinisikan
sebagai penjelasan mengenai “faktor-faktor apa” yang menentukan kenaikan output
perkapita dalam jangka panjang, serta penjelasan mengenai bagaimana faktor-faktor
6
Berdasarkan grafik 1.1, diketahui bahwa rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah adalah 4,24 persen. Dari seluruh kabupaten/kota di Jawa Tengah,
pertumbuhan ekonomi yang berada diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah sekitar 28,57% (10), selebihnya sekitar 71,43% atau 25 kabupaten/kota di
Jawa Tengah memiliki tingkat pertumbuhan ekonomi yang masih dibawah rata-rata. Kabupaten Pekalongan adalah termasuk dari 25 kabupaten/kota tersebut.
7
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan Kriteria Tipologi Klassen, Kabupaten Pekalongan termasuk
daerah relatif tertinggal yaitu baik pertumbuhan ekonomi maupun PDRB per kapitanya lebih rendah dari rata-rata Jawa Tengah. Kegiatan pembangunan di
Kabupaten Pekalongan ditujukan untuk terwujudnya pertumbuhan ekonomi daerah dan kesejahteraan masyarakat.
Tabel 1.1
Kondisi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah Berdasarkan Kriteria Tipologi
Klassen Tahun 2005-2009
Daerah Berkembang Cepat
Klaten, Tegal, Brebes
Daerah Cepat Maju dan Cepat
Tumbuh
Cilacap, Kudus, Karanganyar, Kota Tegal, Kota Semarang, kota Magelang
Daerah Relatif Tertinggal
Grobogan, Kebumen, Purbalingga, Rembang, Pati, Boyolali, Blora, Batang,
Sragen, Banyumas, Banjarnegara, Temanggung, Demak, Kab. Pekalongan,
Purworejo, Wonogiri, Pemalang, Jepara, Wonosobo, Kab. Magelang
Daerah Maju Tertekan
Sukoharjo, Kab. Semarang, Kendal, Kota Pekalongan, Kota Salatiga, Surakarta
8
Hal yang penting di dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi daerah terletak pada analisis mobilitas faktor-faktor produksi (faktor movement). Dalam
penelitian ini ada 3 faktor yang akan diteliti yaitu Modal, Tenaga Kerja dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, maka pertanyaan penelitian yang ada adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah pengaruh faktor modal terhadap pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Pekalongan.
2. Bagaimanakah pengaruh faktor tenaga kerja terhadap pertumbuhan ekonomi
di Kabupaten Pekalongan.
3. Bagaimanakah pengaruh faktor Pendapatan Asli Daerah terhadap
pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pekalongan.
4. Bagaimanakah pengaruh faktor Modal, Tenaga Kerja, dan Pendapatan Asli
Daerah secara bersama-sama terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupeten
Pekalongan.
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor Modal terhadap Pertumbuhan
Ekonomi di Kabupaten Pekalongan.
2. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor Tenaga Kerja terhadap
9
3. Untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor Pendapatan Asli Daerah (PAD)
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pekalongan.
4. Untuk mengetahui bagaimanakah faktor Modal, Tenaga Kerja, dan
Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara bersama-sama mempengaruhi
Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pekalongan.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Secara akademik sebagai bahan informasi dan dapat dijadikan referensi bagi
penelitian-penelitian selanjutnya yang berkaitan dengan pertumbuhan
ekonomi.
2. Secara praktis diharapkan dapat berguna sebagai tambahan pengetahuan bagi
pembaca yang memerlukan informasi mengenai pengaruh modal, tenaga
10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teori
2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi Wilayah
Pertumbuhan ekonomi wilayah adalah pertambahan pendapatan masyarakat secara keseluruhan yang terjadi di wilayah tersebut, yaitu kenaikan seluruh nilai
tambah (added value) yang terjadi. Perhitungan pendapatan wilayah pada awalnya dapat dibuat dalam harga berlaku. Namun agar dapat melihat pertambahan dari satu krun waktu ke kurun waktu berikutnya, harus dinyatakan dalam nilai riil, artinya
dinyatakan dalam harga konstan. Dan umumnya BPS (Badan Pusat Statistik) dalam menerbitkan laporan pendapatan regional tersedia angka dalam harga berlaku dan
harga konstan. Pendapatan wilayah menggambarkan balas jasa bagi faktor-faktor produksi yang beroperasi di wilayah tersebut.
Menurut Sukirno (1985:131) Laju pertumbuhan ekonomi daerah diartikan
sebagai kenaikan dalam produk domestik regional bruto tanpa memandang apakah kenaikan itu lebih besar atau lebih kecil dari pada pertambahan jumlah penduduk,
atau apakah perubahan struktur ekonomi terjadi atau tidak. Pertumbuhan ekonomi daerah ini oleh para ahli biasanya disama artikan dengan pembangunan ekonomi
11
2.1.2. Pengertian Modal
Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti pentingnya pembentukan
modal/investasi sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Arti penting dari pembentukan investasi disini adalah bahwa masyarakat
tidak menggunakan semua pendapatannya untuk konsumsi, melainkan ada sebagian yang disimpan atau ditabung, dan dari tabungan ini diperlukan untuk pembentukan investasi. Dengan adanya pembentukan modal investasi, maka proses pembangunan
menjadi lebih baik.
Modal merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai peranan cukup
penting untuk meningkatkan pembangunan ekonomi suatu negara/daerah. Keterbatasan modal merupakan salah satu faktor penghambat kegiatan pembangunan, dan ini adalah salah satu ciri Negara sedang berkembang meminjam atau meminta
bantuan dari Negara asing.
Pendekatan pembangunan ekonomi yang menekankan pentingnya
pembentukan modal atau sering disebut dengan aliran fundamentalis modal (capital fundamentalism), menganggap bahwa pembentukan modal merupakan kunci bagi
pertumbuhan ekonomi. Keterbatasan modal dinilai sebagai satu-satunya hambatan pokok bagi percepatan pembangunan ekonomi. Untuk itu perlu adanya suntikan modal awal yang cukup besar guna membiayai pembangunan dengan harapan dapat
12
mengurangi permintaan akan bantuan/pinjaman luar negeri dalam jangka panjang (Arsyad, 1997:115).
Menurut Rostow pembangunan akan mudah diciptakan hanya jika jumlah tabungan ditingkatkan. Tingkat modal yang tinggi akan mempengaruhi peningkatan
tingkat investasinya, sehingga dapat mempercepat pertumbuhan ekonomi yang terlihat dari kenaikan pendapatan nasional.
Kenaikan investasi yang akan menciptakan pembangunan ekonomi yang lebih
cepat dari sebelumnya bukan semata-mata tergantung pada kenaikan tingkat tabungan tetapi juga kepada perubahan radikal dalam sikap masyarakat terhadap ilmu
pengetahuan, perubahan teknik produksi, pengalihan resiko dan lain-lain. Di samping itu pertumbuhan dapat dapat dicapai jika diikuti oleh perubahan lain dalam masyarakat. Perubahan-perubahan tersebut yang memungkinkan terjadinya kenaikan
tabungan dan penggunaan tabungan yang sebaik-baiknya.
Perubahan-perubahan tersebut antara lain kemampuan masyarakat untuk
menggunakan ilmu pengetahuan modern dan membuat penemuan-penemuan baru yang dapat menurunkan biaya produksi. Sebagai akibat dari perubahan-perubahan tersebut secara teratur akan tercipta inovasi-inovasi dan peningkatan investasi. Dan
investasi yang semakin tinggi akan dapat mempercepat laju pertumbuhan pendapatan nasional dan melebihi tingkat laju pertumbuhan penduduk.
13
karena jumlah dan tingkat pertumbuhan output tergantung pada laju pertumbuhan stok modal (Arsyad, 1997:120).
Sedangkan barang modal adalah barang yang mempunyai unsur pemalaian satu tahu atau lebih. Sedangkan yang dimaksud pemakaian adalah penggunaan barang
modal sebagai alat yang tetap dalam berproduksi. Barang yang tidak diproduksi kembali, seperti tanah dan cadangan mineral tidak termasuk dalam pembentukan modal tetap bruto. Tetapi pengeluaran untuk meningkatkan penggunaan tanah
merupakan pengeluaran untuk pembentukan modal tetap bruto. Pengeluaran untuk perbaikan besar barang modal, yang mengakibatkan bertambah panjangnya umur
pemakaian atau menambah kapasitas produksi dari barang modal tersebut, juga merupakan pengeluaran untuk pembentukan modal tetap bruto (BPS, 2005).
2.1.3. Pengertian Tenaga Kerja
Sektor tenaga kerja merupakan salah satu sektor penting bagi pembangunan
ekonomi khususnya dalam upaya pemerintah menanggulangi kemiskinan. Tenaga kerja adalah modal bagi geraknya roda pembangunan, sehingga kemakmuran suatu Negara atau daerah banyak tergantung kepada pemanfaatan tenaga kerja seefektif
mungkin. Tenaga kerja adalah setiap orang yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun
14
Tenaga kerja terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja :
Angkatan kerja adalah bagian tenaga kerja yang ingin dan yang benar-benar
menghasilkan barang dan jasa.
1. Angkatan kerja terdiri dari :
a. Golongan yang bekerja
b. Golongan yang menganggur / mencari pekerjaan
2. Sedangkan kelompok yang bukan merupakan angkatan kerja :
a. Golongan yang bersekolah
b. Golongan yang mengurus rumah tangga
c. Golongan lain-lain / yang menerima pendapatan
Penduduk terbagi menjadi dua bagian yaitu penduduk usia kerja dan bukan usia kerja. Sesuai dengan UU No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan, maka telah
ditetapkan batas usia kerja penduduk Indonesia menjadi 15 tahun.
Penduduk usia kerja terdiri atas angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.
Angkatan kerja terdiri dari (a) golongan yang bekerja, dan (b) golongan yang menganggur dan mencari pekerjaan. Golongan yang tidak termasuk dalam angkatan
kerja adalah mereka yang khusus melakukan kegiatan bersekolah, mengurus rumah tangga, atau melakukan kegiatan lainnya dan sama sekali tidak bekerja atau mencari pekerjaan. Penggolongan penduduk tersebut dapat dilihat pada diagram
15
Gambar 2.1. Diagram Ketenagakerjaan
Sumber : Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah,Profil ketenagakerjaan 2008
Sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 2.1, golongan angkatan kerja terdiri
atas penduduk yang bekerja dan tidak bekerja tetapi sedang mencari pekerjaan. Menurut BPS (2008), bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan
memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara terus menerus selama seminggu yang lalu. Kegiatan bekerja ini mencakup baik yang sedang bekerja maupun yang memiliki pekerjaan tetapi dalam seminggu yang
lalu sementara tidak aktif bekerja, misalnya karena cuti, sakit dan sejenisnya. Sementara yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan
untuk memperoleh pekerjaan. Penduduk
Usia kerja Bukan usia kerja
Angkatan kerja Bukan angkatan kerja
Lain-lain Mencari
pekerjaan Bekerja
16
2.1.4. Pengertian Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Sejak diberlakukannya UU mengenai perimbangan keuangan daerah, maka
daerah dapat mengelola keuangan dengan kewenangan yang lebih untuk mengatur keuangan dan pengeluaran/pembelanjaan daerahnya.
Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain. Pendapatan daerah yang sah bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi (UU No. 33
Tahun 2004:213).
Sedangkan menurut Suparmoko, Pendapatan Asli Daerah dapat berasal dari pendapatan asli daerah itu sendiri, pendapatan asli daerah yang berasal dari
pembagian pendapatan asli daerah, dana perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pinjaman daerah, dan pendapatan daerah yang lainnya yang sah.
Selanjutnya pendapatan asli daerah terdiri dari pajak dan retribusi daerah, keuntungan perusahaan milik daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah, dan lain-lain pendapatan asli daerah (Suparmoko, 2002:55).
Menurut pasal 6 UU No. 32 Tahun 2004 mengenai Pendapatan Asli Daerah dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Pajak daerah
Pajak merupakan iuran yang dapat dipaksakan kepada wajib pajak oleh
17
pokoknya pajak memiliki dua peranan utama, yaitu sebagai sumber penerimaan Negara dan sebagai alat untuk mengatur (Suparmoko,2002:135).
Menurut Mardiasmo (1997), mendefinisikan pajak daerah sebagai pajak yang dipungut daerah berdasarkan peraturan pajak yang ditetapkan oleh daerah
untuk kepentingan pembiayaan rumah tangga daerah tersebut.
Berdasarkan kewenangan memungut, pajak digolongkan menjadi dua, yaitu pajak Negara dan pajak daerah. Pengertian dari keduanya sama, adapun
perbedaannya terletak pada :
1. Pajak Negara ditetapkan dan dikelola oleh pemerintah pusat
(Direktorat Jendral Pajak).
2. Pajak daerah adalah pajak yang ditetapkan dengan peraturan
daerah/pajak Negara yang pengelolaan dan penggunaannya diserahkan
kepada daerah.
Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa pajak
merupakan salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan daerah dan pembangunan daerah untuk meningkatkan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat.
b. Retribusi daerah
Menurut PP No.66 Tahun 2002 menyebutkan bahwa retribusi daerah adalah
18
komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Sedangkan menurut UU No.34 Tahun 2000, retribusi merupakan pungutan
daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan dan atau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan
pribadi atau badan.
Retribusi daerah sebagaimana halnya pajak daerah merupakan salah satu pendapatan asli daerah yang diharapkan menjadi salah satu sumber
pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah, untuk meningkatkan dan memeratakan kesejahteraan masyarakat.
c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan
Menurut Halim (2004:68), hasil pengelolaan kekayaan milik daerah yang dipisahkan merupakan penerimaan daerah yang berasal dari hasil perusahaan
milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan. d. Pendapatan daerah lain-lain yang sah
Dalam UU No.33 Tahun 2004 pasal 6 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, bahwa PAD lain-lain yang sah meliputi :
1. Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan 2. Jasa giro
3. Pendapatan bunga
4. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing, dan 5. Komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan
19
Dalam penelitian ini yang dimaksud dengan Pendapatan Asli Daerah adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil
pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan pendapatan daerah lain-lain yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menggali pendanaan
dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi.
2.2. Penelitian Terdahulu
Beberapa penelitian mengenai pembangunan ekonomi baik tingkat nasional
maupun regional dengan menggunakan model pertumbuhan ekonomi, antara lain :
Penulis (Th), Judul Variabel Model analisis Hasil Penelitian
20
signifikan dan positif terhadap positif dan signifikan terhadap
pertumbuhan
ekonomi di Propinsi Yogyakarta.
2.3. Kerangka Berpikir
Kebijakan pemerintah untuk mempersempit kesenjangan regional adalah diterapkannya kebijakan pembangunan daerah berdasarkan potensi yang dimiliki oleh
21
daerah dalam mengelola daerahnya, termasuk konsekuensinya tidak dapat mengidentifikasi pola pembangunan yang seragam, akibat perbedaan karakteristik,
letak geografis, Sumber daya alam, Sumber daya manusia, dan sarana prasarana yang ada.
Kabupaten Pekalongan merupakan daerah di Jawa Tengah yang memiliki potensi industri perdagangan sangat pesat terutama komoditas batik dan letak pada jalur pantura juga menjadi faktor terwujudnya kondisi ini. Tetapi dengan data yang
terlihat sekarang bahwa Kabupaten Pekalongan adalah salah satu daerah yang yang termasuk daerah relatif tertinggal karena PDRB Kabupaten Pekalongan masih
dibawah rata-rata PDRB Jawa Tengah.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu daerah. Hal yang penting di dalam menganalisis pertumbuhan ekonomi daerah terletak pada
analisis mobilitas faktor-faktor produksi (faktor movement). Dan dalam penelitian ini ada 3 faktor yang akan diteliti yaitu Modal, Tenaga Kerja dan Pendapatan Asli
22
Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Penelitian
2.4. Hipotesis
Hipotesis adalah pendapat sementara dan pedoman serta arah dalam penelitian yang disusun berdasarkan pada teori yang terkait, dimana suatu hipotesisi selalu
dirumuskan dalam bentuk pernyataan yang menghubungkan dua variable atau lebih (Supranto, 1997:89). Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Modal berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Pekalongan.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten
Pekalongan (Y)
Pendapatan Asli Daerah (X3)
1. Pajak Daerah tahun ke atas yang bekerja selama seminggu yang lalu
Modal (X1)
23
2. Tenaga kerja berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Pekalongan.
3. Pendapatan Asli Daerah (PAD) berpengaruh positif terhadap pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Pekalongan.
4. Modal, tenaga kerja, dan PAD secara bersama-sama berpengaruh positif
24
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Variabel Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis pengaruh modal, tenaga kerja, dan pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten
Pekalongan. Dengan menggunakan empat variabel yang telah digunakan pada penelitian-penelitian sebelumnya, dengan demikian variabel-variabel yang digunakan
adalah sebagai berikut :
3.1.1. Variabel Dependen
Variabel dependen adalah variabel yang nilainya tergantung pada nilai variabel lain yang merupakan konsekuensi dari perubahan yang terjadi pada variabel bebas (variabel independen). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel dependen
(terikat) adalah Pertumbuhan Ekonomi (PDRB).
3.1.2. Variabel Independen
25
independen adalah : Modal (KAP), Tenaga Kerja (TK), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD).
3.1.3. Definisi Operasional Variabel
Berikut ini diuraikan definisi operasional mengenai variabel yang diamati
dalam penelitian :
1. Pertumbuhan ekonomi dilihat dari perubahan indikator ekonomi makro yaitu
perubahan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut harga konstan
(output riil) di Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009 (dalam jutaan rupiah).
2. Modal dinyatakan sebagai realisasi modal swasta di Kabupaten Pekalongan
tahun 1986-2009 (dalam ribuan rupiah).
3. Tenaga kerja dinyatakan sebagai jumlah penduduk usia 10 tahun ke atas yang
bekerja selama seminggu yang lalu untuk laki-laki dan perempuan di
Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009 (dalam satuan jiwa).
4. Pendapatan Asli Daerah adalah jumlah penerimaan asli daerah Kabupaten
Pekalongan tahun 1986-2009 (dalam ribuan rupiah).
3.2. Jenis dan Sumber Data
26
1986-2009 di Kabupaten Pekalongan. Pemilihan periode ini disebabkan perekonomian mengalami fluktuasi yang signifikan, sehingga penelitian ini menarik
untuk diamati dan data tersedia pada periode tersebut.
Dan data-data tersebut yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari
beberapa sumber, antara lain :
a. Badan Pusat Statistik (BPS) Propinsi Jawa Tengah.
b. Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Pekalongan.
c. Bappeda dan PM Kabupaten Pekalongan.
d. Dinas Nakertrans Kabupaten Pekalongan.
e. Lembaga dan instansi-instansi lain yang terkait dalam penelitian ini.
3.3. Metode Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya pengaruh dari suatu variabel bebas (independent
variabel) terhadap variabel terikat (dependent variabel) maka penelitian ini menggunakan model regresi linear berganda (Multiple Regression) dengan metode kuadrat terkecil atau Ordinary Least Square (OLS). Metode ini diyakini mempunyai
27
Regresi Linear Berganda adalah regresi linear dimana sebuah variabel terikat (variabel Y) dihubungkan dengan dua atau lebih variabel bebas (variabel X). Secara
umum model regresinya adalah :
PDRBt= β0+ β1KAPt+ β2TKt+ β3PADt+ εt (3.1)
Keterangan :
PDRB = Variabel terikat (variabel dependen)
β0 = Intercept atau konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien Regresi
KAP = Modal
TK = Tenaga Kerja
PAD = Pendapatan Asli Daerah
t = Tahun
εt = Faktor gangguan
Model di atas menjelaskan pengertian bahwa pertumbuhan ekonomi yang
diukur dengan pertumbuhan PDRB dipengaruhi oleh modal, tenaga kerja, dan kepadatan penduduk. Penelitian ini menggunakan asumsi bahwa variabel lain diluar
variabel penelitian tidak berubah (ceteris paribus).
3.4. Uji Statistik
28
Nilai koefisien determinan (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar keragaman yang dapat diterangkan oleh variabel bebas yang terpilih terhadap variable
tidak bebas. Sifat dari R² adalah besarannya yang selalu bernilai positif namun lebih
kecil dari satu (0 ≤ R² ≤ 1). Jika R² bernilai satu maka terjadi kecocokan sempurna
dimana variabel tak bebas dapat dijelaskan oleh garis regresi, sedangkan jika nilainya nol itu berarti tidak ada varians variabel tak bebas dapat diterangkan oleh variabel bebas. Oleh karena itu, semakin nilai R² mendekati satu, semakin dekat kemampuan
model tersebut menjelaskan variabel dependen, demikian juga sebaliknya. Untuk menghitung R², maka dapat menggunakan rumus di bawah ini:
R² = JKR
JKT
dimana:
R² : Koefisien determinasi
JKR : Jumlah kuadrat regresi
JKT : Jumlah kuadrat total
3.4.2. Uji t-Statistik
29
juga dilakukan untuk melihat secara statistik apakah koefisien regresi dari masing-masing variabel dalam suatu model bersifat signifikan atau tidak.
Hipotesis:
H0 : ai = 0 i = 1,2,3,…..k
H1 : ai≠ 0
t-hitung = ai
S(a) t-tabel = tα / 2(n-k)
dimana :
S(a) = Simpangan baku koefisien dugaan
Kriteria uji :
t-hitung > tα / 2(n-k) , maka tolak H0
t-hitung < tα / 2(n-k) , maka terima H0
Jika H0 ditolak dalam kriteria uji-t berarti variabel bebas berpengaruh nyata terhadap
variabel tak bebas, dan sebaliknya jika H0 diterima berarti variabel bebas tidak
berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Semakin besar nilai t-hit maka akan
30
3.4.3. Uji F-Statistik
Selain uji signifikan t-stat, ada juga uji signifikan serentak yaitu uji F-stat. Uji
ini digunakan untuk mengetahui tingkat signifikan dari pergerakan seluruh variabel bebas secara bersama-sama terhadap pergerakan dari variabel tak bebasnya dalam
suatu persamaan. Hipotesis yang diuji dari pendugaan persamaan adalah variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Hal ini disebut sebagai hipotesis nol.
Hipotesis :
H0 : ai = 0
H1 : minimal ada salah satu ai≠ 0
Uji statistik yang digunakan adalah uji F : F Hitung = R² / k – 1
(1-R²) / n-k F tabel = Fα(k-1,n-k)
Kriteria uji :
F-hitung > Fα(k-1,n-k) , maka tolak H0
F-hitung < Fα(k-1,n-k) , maka terima H0
dimana :
R = Koefisien Determinasi
31
k = Jumlah koefisien regresi dugaan
Jika H0 ditolak berarti minimal ada satu variabel bebas yang berpengaruh
nyata terhadap variabel tak bebas, dan sebaliknya jika H0 diterima berarti tidak ada
satupun variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Semakin
besar nilai F-hit maka akan semakin kuat bukti bahwa terdapat minimal salah satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap keragaman dari variabel tak bebas.
3.5. Uji Asumsi Klasik
3.5.1. Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah pengujian yang dilakukan untuk melihat apakah terdapat hubungan linear yang sempurna diantara beberapa atau semua variabel penjelas dalam model regresi. Multikolinearitas sering terjadi ketika nilai R² tinggi
yaitu ketika nilainya antara 0,7 sampai dengan 1.
Multikolinearitas dapat dideteksi apabila terjadi korelasi yang sangat kuat
antara variabel-variabel bebas. Untuk melihat masalah multikolinearitas dalam penelitian ini dipergunakan uji correlation matrix hasil perhitungan dengan Eviews.
Semakin besar correlation matrix, maka hubungan antara variabel-variabel bebas tersebut semakin erat atau multikolinearitas yang terjadi akan semakin tinggi. Demikian juga sebaliknya jika nilai correlation matrix semakin kecil atau kurang dari
32
Berdasarkan ketentuan dari Uji Klein, disebutkan bahwa masalah korelasi sederhana antara variabel penjelas bisa diabaikan apabila nilai koefisien korelasinya
lebih kecil dari nilai koefisien determinasi. Apabila terjadi nilai korelasi yang lebih besar dari |0,8|, maka menurut Uji Klien model tidak terjadi multikolinearitas selama
nilai korelasi tidak lebih besar dari nilai Adj R-Squared (Gujarati, 1999:76).
3.5.2. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan gejala adanya korelasi antara serangkaian observasi
yang diurutkan melalui deret waktu (time series). Adanya gejala autokorelasi pada suatu persamaan akan menyebabkan suatu persamaan akan memiliki selang
kepercayaan yang semakin lebar dan pengujian menjadi kurang akurat, dan mengakibatkan hasil dari uji-t, uji-F, menjadi tidak sah dan penaksiran regresi akan menjadi lebih tinggi (Gujarati,1999:77).
Uji yang sering digunakan untuk mendeteksi ada atau tidak autokorelasi adalah dengan menggunakan uji Durbin Watson Statistic(D-W). Nilai statistik-d yang
berada pada kisaran angka dua menandakan tidak terdapat autokorelasi, dan sebaliknya jika semakin jauh dari angka dua maka peluang terjadinya autokorelasi
33
Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Squared > taraf nyata (α) yang digunakan,
maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami autokorelasi.
Jika nilai probabilitas pada Obs*R-Squared < taraf nyata (α) yang digunakan,
maka model persamaan yang digunakan terdapat autokorelasi.
3.5.3. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas merupakan suatu kondisi dimana nilai ragam error term tidak memiliki nilai yang sama untuk setiap observasi. Pada heteroskedastisitas
menyebabkan penaksiran koefisien-koefisien regresi menjadi tidak efisien.
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya gejala heteroskedastisitas yaitu dengan menggunakan White heteroskedasticity. Kriteria uji yang digunakan :
Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared > taraf nyata (α) yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan tidak mengalami heteroskedastisitas.
Jika nilai probabilitas pada Obs*R-squared < taraf nyata (α) yang digunakan, maka model persamaan yang digunakan mengalami heteroskedastisitas.
3.5.4. Uji Normalitas
34
Jika nilai probabilitas pada Jarque-Bera (J-B) > taraf nyata (α) yang
digunakan, maka error term dalam model persamaan yang digunakan terdistribusi normal.
Jika nilai probabilitas pada Jarque-Bera (J-B) < taraf nyata (α) yang digunakan, maka error term dalam model persamaan yang digunakan tidak
35
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Kabupaten Pekalongan
4.1.1. Keadaan Wilayah Kabupaten Pekalongan
Kabupaten Pekalongan sebagai salah satu daerah otonom di Propinsi Jawa Tengah, letaknya sepanjang pantai utara Laut Jawa, memanjang ke selatan berbatasan
dengan wilayah Ex Karesidenan Banyumas. Sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Batang dan Kota Pekalongan serta sebelah barat berbatasan dengan Kabupaten Pemalang. Letaknya antara 60-70231 LS dan antara 1090 - 1090781 BT.
Luas wilayah Kabupaten Pekalongan adalah 836,13 Km2. Terdiri dari 19 Kecamatan dan 285 desa/kelurahan. Dari 285 desa/kelurahan yang ada, 6 desa
merupakan desa pantai dan 279 bukan desa pantai. Menurut topografi desa, terdapat 60 desa/kelurahan (20 persen) yang berada di dataran tinggi dan selebihnya 225 desa/kelurahan (80 persen) berada di dataran rendah.
Menurut penggunaannya tanah dibagi menjadi tanah sawah dan tanah kering. Tahun 2009 luas tanah sawah sebesar 253,86 Km2 (30,36 persen) dan luas tanah
kering sebesar 582,27 Km2 (69,64 persen). Sebagian besar luas tanah sawah merupakan sawah berpengairan teknis 215,80 Km2 (85,01 persen) baik merupakan irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, maupun irigasi desa/PU,
36
Gambar 4.1 Peta Kabupaten Pekalongan
37
Menurut penggunaannya tanah dibagi menjadi tanah sawah dan tanah kering. Tahun 2009 luas tanah sawah sebesar 253,86 Km2 (30,36 persen) dan luas tanah
kering sebesar 582,27 Km2 (69,64 persen). Sebagian besar luas tanah sawah merupakan sawah berpengairan teknis 215,80 Km2 (85,01 persen) baik merupakan
irigasi teknis, irigasi setengah teknis, irigasi sederhana, maupun irigasi desa/PU, sedangkan sisanya 38,06 Km2 (14,99 persen) merupakan sawah tadah hujan.
Pada tahun 2009, Kabupaten Pekalongan mengalami rata-rata curah hujan
2.415 mm, lebih rendah bila dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2008 yang mengalami rata-rata curah hujan 2.798 mm, sedangkan rata-rata hari hujan tahun
2009 adalah 147 hari, lebih tinggi bila dibandingkan rata-rata hari hujan tahun 2008 yaitu 131 hari. Curah hujan yang tetinggi terjadi di Kecamatan Lebakbarang sebesar 6.246 mm, sedangkan rata-rata hari hujan terbanyak juga terjadi di Kecamatan
Lebakbarang yaitu 321 hari.
4.1.2. Keuangan Daerah dan Produk Domestik Regional Bruto
4.1.2.1. Keuangan Daerah
Untuk mengetahui kondisi keuangan daerah Kebupaten Pekalongan tahun
38
Tabel 4.1.
Realisasi Penerimaan Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2009
Uraian Realisasi
Pendapatan Asli Daerah Rp. 58.367.319.000
Dana Perimbangan Rp. 567.654.080.000
Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Rp. 47.621.430.000
Jumlah Pendapatan Rp. 673.642.830.000
Sumber : Dinas PPKA Kabupaten Pekalongan
Berdasarkan tabel 4.1. dapat diketahui bahwa realisasi penerimaan pendapatan Kabupaten Pekalongan tahun anggaran 2009 sebesar Rp. 673.642.830.000,-. Sumber penerimaan paling besar berasal dari Dana Perimbangan yaitu sebesar 84,26 persen,
dan sisanya berasal dari Pendapatan Asli Daerah sebesar 8,66 persen, dan Lain-lain Pendapatan yang sah sebesar 7,06 persen.
4.1.2.2. Produk Domestik Regional Bruto
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Pekalongan tahun
39
Tabel 4.2
Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan Usaha Kabupaten
Pekalongan Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2007-2009 (Jutaan Rupiah)
No. Lapangan Usaha Jumlah
2007 2008 2009
1. Pertanian 621.845,08 644.614,84 675.343,08
2. Pertambangan dan Penggalian 31.622,71 32.878,30 33.828,85 3. Industri Pengolahan 769.242,62 792.563,25 803.973,24 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 29.528,66 32.886,89 35.121,76
5. Bangunan 161.822,67 177.833,97 194.255,53
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 542.272,26 562.807,43 577.030,99 7. Pengangkutan dan Komunikasi 111.928,87 118.866,32 120.838,71
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
119.665,03 126.210,79 134.449,44
9. Jasa-jasa 446.757,09 481.553,20 523.231,52
PDRB 2.836.685,00 2.970.214,98 3.098.073,12
Sumber : BPS Kabupaten Pekalongan, Produk Domestik Regional Bruto, 2009
Berdasarkan tabel 4.2, PDRB Kabupaten Pekalongan berdasarkan harga konstan tahun 2009 sebesar Rp. 3 Triliun. Tahun 2007-2008 mengalami kenaikan
sebesar 4,7 persen, dan tahun 2008-2009 naik sebesar 4,3 persen. Kenaikan ini didominasi oleh sektor industri pengolahan yang memberikan sumbangan sebesar 27
40
4.1.2.3. Pertumbuhan Ekonomi Sektoral Kabupaten Pekalongan
Pertumbuhan ini ditunjukan oleh perubahan nominal PDRB dari tahun ke
tahun atas dasar harga konstan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut :
Tabel 4.3
Pertumbuhan Ekonomi Menurut Lapangan Usaha Atas Dasar Harga Konstan
2000 Tahun 2008-2009 di Kabupaten Pekalongan
No. Lapangan Usaha
Tahun
2008 (%) 2009 (%)
1. Pertanian 3,66 4,77
2. Pertambangan dan Penggalian 3,97 2,89
3. Industri Pengolahan 3,03 1,44
4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 11,37 6,80
5. Bangunan 9.89 9,23
6. Perdagangan, Hotel, dan Restoran 3,79 2,53
7. Pengangkutan dan Komunikasi 6,20 1,66
8. Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
5,47 6,53
9 Jasa-jasa 7,79 8,65
PDRB 4,78 4,30
41
Berdasarkan tabel 4.3, selama tahun 2009 semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tertinggi terjadi pada sektor bangunan yang mencapai
9,23 persen, diikuti oleh sektor jasa-jasa 8,65 persen, sektor listrik, gas, dan air bersih 6,80 persen, sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan 6,53 persen, sektor
pertanian 4,77 persen, sektor pertambangan dan penggalian 2,86 persen, sektor hotel, perdagangan dan restoran 2,53 persen, sektor pengangkutan dan komunikasi 1,66 persen, serta sektor industri pengolahan 1,44 persen.
4.1.3. Kondisi Modal Kabupaten Pekalongan
Peranan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) dalam perekonomian adalah sebagai unsur utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, perluasan lapangan usaha serta penyerapan tenaga kerja. PMTB dapat digolongkan dalam bentuk
bangunan/konstruksi, mesin-mesin dan alat perlengkapan. PMTB juga dapat dikatakan sebagai investasi.
Investasi merupakan hal yang penting di dalam proses pertumbuhan ekonomi suatu wilayah atau daerah. Investasi dapat berupa investasi swasta serta investasi pemerintah. Untuk mengetahui jumlah investasi tahun 2005-2009 di Kabupaten
42
Tabel 4.4
Jumlah Investasi di Kabupaten Pekalongan Tahun 2005-2009 (Jutaan Rupiah)
Tahun Investasi % Perubahan
Sumber : Bappeda dan PM Kabupaten Pekalongan
Berdasarkan tabel 4.4, dapat dilihat bahwa secara umum jumlah investasi antara tahun 2005-2006 mengalami penurunan dari 246.188 menjadi 245.300.
Sedangkan tahun 2006-2007 mengalami peningkatan dan perubahan atau pertumbuhan yang dicapai adalah positif 5,36 persen. Pada tahun 2007-2009 terus mengalami penurunan yaitu dari 258.465 menjadi 177.636 (dalam jutaan rupiah).
4.1.4. Ketenagakerjaan Kabupaten Pekalongan
Jumlah penduduk Kabupaten Pekaongan usia 15 tahun ke atas yang bekerja menurut kecamatan dan lapangan usaha berdasarkan hasil Sensus Penduduk (SP)
43
26.564 orang, sebagian besar dari pencari pekerja tersebut berpendidikan setingkat SLTA (63,42 persen) atau sekitar 16.848 orang.
4.2. Analisis Data
4.2.1. Analisis Model Regresi Linear Berganda dengan Metode OLS
Analisis regresi linear berganda adalah analisis yang berkaitan dengan ketergantungan variabel terikat (variabel dependent) pada variabel bebas (variabel
independent) yang jumlahnya lebih dari satu, dengan tujuan untuk memperkirakan atau meramalkan nilai rata-rata dari variabel dependen jika nilai variabel independen
sudah diketahui. Untuk mengetahui pengaruh modal, tenaga kerja, dan pendapatan asli daerah terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pekalongan, digunakan alat analisis regresi berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Square), karena sifat
penaksiran OLS yang BLUE (Best Linear Unbiased Estimator). Model yang digunakan sebagai berikut :
PDRBt = β0+ β1KAPt+ β2TKt+ β3PADt+ εt
Keterangan :
PDRB = Variabel terikat (variabel dependen)
β0 = Intercept atau konstanta
β1, β2, β3 = Koefisien Regresi
KAP = Modal
44
PAD = Pendapatan Asli Daerah
t = Tahun
εt = Faktor gangguan
4.2.2. Hasil Analisis Data
Hasil analisis regresi OLS (Untuk hasil pengujian secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 3) :
Tabel 4.5. Hasil Estimasi Pengaruh Modal (KAP), Tenaga Kerja (TK), dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Pertumbuhan Ekonomi di
45
Dari hasil regresi linier di atas, diperoleh persamaan sebagai berikut : PDRBt= 131372 + 0.052430KAPt–9.021169TKt + 0.020562PADt
4.2.3. Uji Statistik
Untuk menguji hipotesis, maka diperlukan pengujian secara statistik melalui uji t, uji F, dan uji R2 sebagai berikut :
4.2.3.1. Uji t
Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dari masing-masing variabel bebas secara parsial maka digunakan uji t. berdasarkan perhitungan menggunakan
program EViews 5 diperoleh hasil sebagai berikut : a. Modal
Berdasarkan hasil estimasi terhadap model diperoleh nilai probabilitas
Modal signifikan pada tingkat alpha 5%, karena 0,0005 < 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya Modal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009. b. Tenaga Kerja
Berdasarkan hasil estimasi terhadap model diperoleh nilai probabilitas
Tenaga Kerja tidak signifikan pada tingkat alpha 5%, karena 0,6063 > 0,05 maka Ho diterima. Artinya Tenaga Kerja tidak berpengaruh positif dan tidak
46
c. Pendapatan Asli Daerah
Berdasarkan hasil estimasi terhadap model diperoleh nilai probabilitas
Pendapatan Asli Daerah signifikan pada tingkat alpha 5%, karena 0,0134 < 0,05 maka Ho ditolak dan Hi diterima. Artinya Pendapatan Asli Daerah
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009.
4.2.3.2. Uji F
Untuk menguji apakah variabel independen secara simultan berpengaruh
terhadap variabel dependen secara signifikan, maka dipergunakan uji F. Dari hasil regresi, dapat diperoleh prob. statistik adalah signifikan, terbukti dari nilai F-statistik sebesar 44.37661 dan nilai prob. F-hitung (0,0000) < α (5%). Sehingga
disimpulkan bahwa Modal, Tenaga Kerja, dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) secara simultan berpengaruh terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pekalongan
tahun 1986-2009.
4.2.3.3. Uji R2
R2 menjelaskan seberapa besar persentasi total variasi variabel dependen yang dijelaskan oleh model. Berdasarkan hasil regresi diperoleh nilai R2 = 0.869392. Hal
itu berarti bahwa Pertumbuhan Ekonomi di Kabupaten Pekalongan dapat dijelaskan oleh variasi model dari Modal, Tenaga Kerja, dan Pendapatan Asli Daerah sebesar
47
4.2.4. Uji Asumsi Klasik
4.2.4.1. Uji Multikoliniertas
Multikolineritas adalah adanya hubungan linier yang sempurna dan pasti diantara atau semua variabel yang menjelaskan dari model regresi.
Pengujian terhadap multikolinieritas dapat dilakukan dengan Uji Klien yaitu membandingkan R2 majemuk dengan R2 parsial. Apabila R2 majemuk > R2 parsial maka tidak terjadi Multikolinieritas.
Tabel 4.6
Hasil uji Multikolinieritas
Variabel R2 parsial R2 majemuk
Modal dengan Tenaga kerja dan PAD
0,684841 < 0,869392
Tenaga kerja dengan Modal dan PAD
0,184209 < 0,869392
PAD dengan Modal
dan Tenaga kerja 0,657099 < 0,869392
Berdasarkan hasil analisis di atas dapat diketahui bahwa R2 majemuk > R2 parsial. Sehingga dapat disimpulkan model bebas dari masalah
48
4.2.4.2. Uji Normalitas
Untuk mengetahui apakah residu data berdistribusi normal atau tidak dapat diketahui melalui uji Jarque-Bera (Uji J-B). Nilai probabilitas J-B kemudian dibandingkan dengan 0,05, jika nilai J-B > dari 0,05 maka data yang digunakan berdistribusi normal.
Uji ini dilakukan dengan bantuan Histogram-Normality Test Jarque-Bera
Hasil yang diperoleh menunjukan bahwa residual terdistribusi normal. Hal ini ditunjukan oleh nilai Probabilitas > taraf nyata 5% (0,05) yaitu sebesar 0,321362
4.2.4.3. Uji Heteroskedastisitas
Salah satu masalah heteroskedastisitas yang muncul adalah apabila residual dari model regresi memiliki varians yang tidak konstan. Padahal
varians menurut asumsi model OLS harus bersifat homoskedastisitas. Cara 0
-400000 -200000 0 200000 400000 600000
49
mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas antara lain dapat dilakukan menggunakan metode Breusch-Pagan-Godfrey.
Tabel 4.7
Hasil uji Heteroskedastisitas dengan metode Breusch-Pagan-Godfrey
Heteroskedasticity Test: Breusch-Pagan-Godfrey
F-statistic 0.622461 Prob. F(3,20) 0.6087
Obs*R-squared 2.049500 Prob. Chi-Square(3) 0.5622
Scaled explained SS 0.776200 Prob. Chi-Square(3) 0.8552
Untuk memutuskan terdapat heteroskedastisitas atau tidak, pertama harus ditentukan terlebih dahulu nilai probabilitasnya. Dari hasil estimasi di atas
menunjukan nilai probabilitas dari R2 dikalikan dengan jumlah observasi (n) sebesar 0,5622 > 0,05. Maka model yang digunakan terbebas dasi masalah heteroskedastisitas.
4.2.4.4. Uji Autokorelasi
50
Tabel 4.8
Hasil Uji Autokorelasi
Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:
F-statistic 2.481575 Prob. F(2,18) 0.1117
Obs*R-squared 5.187250 Prob. Chi-Square(2) 0.0747
Dari hasil estimasi di atas, pengujian autokorelasi dengan metode LM, model terbebas dari autokorelasi jika x2 hitung < x2 tabel. Dari hasil uji LM diatas
nilai x2 hitung = 5.18 dan nilai x2 tabel df (2) = 5.99, jadi x2 hitung < x2 tabel. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model terbebas dari masalah
Autokorelasi.
4.3. Pembahasan
Setelah melakukan uji asumsi klasik dan hasilnya tidak ditemukan masalah terhadap model dan data, maka langkah selanjutnya yaitu mengintrepertasikan
koefisien regresi dari variabel-variabel independen dan dependen.
Berdasarkan hasil pengujian secara statistik dalam penelitian ini menunjukan
adanya pengaruh signifikan melalui uji secara serentak variabel Modal, Tenaga Kerja, dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009 sebesar 86,9% variasi pertumbuhan ekonomi yang dijelaskan oleh
51
a) Pengaruh Modal terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Modal merupakan salah satu faktor produksi yang mempunyai peranan cukup
penting untuk meningkatkan pembangunan ekonomi suatu negara/daerah. Keterbatasan modal merupakan salah satu faktor penghambat kegiatan pembangunan,
dan ini adalah salah satu ciri Negara sedang berkembang meminjam atau meminta bantuan dari Negara asing.
Hasil estimasi terhadap model, diketahui tingkat modal memiliki tanda
koefisien positif yaitu sebesar 0.052430. Artinya, apabila terjadi kenaikan modal sebesar Rp. 1.000, maka akan mengakibatkan kenaikan terhadap pertumbuhan
ekonomi di Kabupaten Pekalongan sebesar Rp. 50, dengan asumsi varabel lain tetap. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menjelaskan bahwa variabel modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten
Pekalongan tahun 1986-2009.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wiratno Bagus
(2003) yang menunjukan adanya hubungan yang positif antara modal dengan pertumbuhan ekonomi Jawa Tengah, baik itu secara simultan maupun parsial.
Hampir semua ahli ekonomi menekankan arti pentingnya pembentukan modal/investasi sebagai penentu utama pertumbuhan ekonomi dan pembangunan ekonomi. Arti penting dari pembentukan investasi disini adalah bahwa masyarakat
52
investasi. Dengan adanya pembentukan modal investasi, maka proses pembangunan menjadi lebih baik.
b) Pengaruh Tenaga Kerja Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Hasil estimasi terhadap model, diketahui tingkat tenaga kerja memiliki tanda koefisien negatif dan tidak signifikan yaitu sebesar 9.021169. Artinya, apabila terjadi kenaikan tenaga kerja sebanyak 1 orang maka akan mengakibatkan penurunan
terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pekalongan sebesar 9 juta rupiah dengan asumsi varabel lain tetap. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis penelitian
yang menjelaskan bahwa variabel tenaga kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009.
Hal ini terjadi karena dimungkinkan dengan semakin berkembangnya
teknologi maka sebagian besar perusahaan menggunakan teknologi yang canggih untuk meningkatkan output perusahaan, tetapi disisi lain banyak tenaga kerja yang
kehilangan pekerjaannya karena telah digantikan oleh mesin-mesin. Faktor lain adalah kemungkinan adanya kesalahan dalam pengambilan data pada waktu sensus penduduk, atau juga sebagaian besar tenaga kerja bekerja di luar Kabupaten
53
c) Pengaruh Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Pendapatan asli daerah merupakan sumber dana yang diperoleh pemerintah
daerah dari pemanfaatan dan pengelolaan sumber-sumber daya yang dimilki oleh daerah tersebut yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan daerah.
Menurut UU No. 33 Tahun 2004, Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil pengelolaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain. Pendapatan daerah yang sah bertujuan untuk
memberikan keleluasaan kepada daerah untuk menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi (UU No. 33
Tahun 2004:213).
Hasil estimasi terhadap model, diketahui tingkat pendapatan asli daerah memiliki tanda koefisien positif yaitu sebesar 0.020562. Artinya, apabila terjadi
kenaikan pendapatan asli daerah sebesar Rp. 1.000, maka akan mengakibatkan kenaikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pekalongan sebesar Rp. 20,
dengan asumsi varabel lain tetap. Hal ini sesuai dengan hipotesis penelitian yang menjelaskan bahwa variabel pendapatan asli daerah memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009.
Hal ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Wiratno (2003) dan Arif (2007) yang menunjukan adanya hubungan yang positif antara
54
BAB V
PENUTUP
5.1. Simpulan
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai
berikut :
a. Modal, tenaga kerja, dan pendapatan asli daerah secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009.
b. Adanya pengaruh yang positif antara modal dengan pertumbuhan ekonomi di
Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009. Hasil ini sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat modal berpengaruh positif dan signifikan
terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009. c. Adanya pengaruh yang negatif antara tenaga kerja dengan pertumbuhan
ekonomi Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009. Hasil ini tidak sesuai
dengan hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat tenaga kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan
tahun 1986-2009.
d. Adanya pengaruh positif antara pendapatan asli daerah dengan pertumbuhan
55
signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi Kabupaten Pekalongan tahun 1986-2009.
5.2. Saran
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, serta dari kesimpulan yang diperoleh, maka dapat diberikan saran-saran sebagai berikut :
a. Semakin berkembangnya modal swasta, pemerintah daerah harus mampu
menciptakan iklim investasi yang kondusif, melalui optimalisasi pelayanan dengan kemudahan perijinan, cepat proses memperoleh izin dengan biaya
yang tidak mahal, penghapusan peraturan-peraturan daerah yang tidak pro-bisnis, serta peningkatan infrastruktur yang baik untuk mendukung investasi yang ada.
b. Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam pembangunan
ekonomi, tetapi tenaga kerja yang memiliki kualitas dan skill yang rendah
justru merupakan penghambat bagi pembangunan ekonomi. Jadi untuk meningkatkan kualitas dan skill tenaga kerja, pemerintah daerah harus memiliki cara untuk dapat meningkatkan produktivitas tenaga kerja. Misalnya
dengan mengadakan choacing clinic (Pelatihan), LDK (Latihan Dasar Kepemimpinan) yang bertujuan untuk membangun mental dan kreatifitas
tenaga kerja agar dapat meningkatkan produktivitasnya.
c. Pendapatan Asli Daerah perlu ditingkatkan dengan cara menggali dan
56
cara, misalnya dengan meningkatkan pelayanan publik baik itu infrastruktur maupun pelayanan-pelayanan masyarakat yang lain dengan cara memberikan
kemudahan dalam pembayaran pajak daerah sehingga pajak daerah dapat terserap maksimal untuk membiayai sarana-sarana publik yang berdampak