• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Bersertifikasi (Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Bersertifikasi (Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PENANGKARAN

BENIH PADI BERSERTIFIKASI

(Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

M. SUCAHYO AKBAR 100304037

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PENANGKARAN

BENIH PADI BERSERTIFIKASI

(Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)

SKRIPSI

Oleh :

M. SUCAHYO AKBAR 100304037

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

Disetujui oleh : Komisi Pembimbing

Ketua

Anggota

Ir. Iskandarini, MM, Phd

Ir. AT Hutajulu, MS

NIP : 19640505199432002

NIP. 194606181980032001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

M. SUCAHYO AKBAR (100304127) dengan judul Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Studi Kasus Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd dan Ibu Ir. AT Hutajulu, MS

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal dalam meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi. Serta menganalisis strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis swot untuk mendeskripsikan faktor berpengaruh dalam usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian serta menentukan strategi peningkatan produksinya. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani penangkar benih padi sawah di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan pertanyaan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan april tahun 2015 di Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor internal dan faktor eksternal dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian terdiri dari kualitas fisik produksi yang sangat baik, penguasaan teknologi yang baik, kepercayaan pembeli gabah sangat tinggi, bahan baku benih tersedia ketika musim tanam. ketersediaan lahan yang minim, modal usaha tani, sarana prasarana produksi yang minim. adanya kelompok tani yang mendukung, permintaan benih sangat tinggi, pemerintah sangat mendukung kesejahteraan petani. perubahan iklim dan cuaca, tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan, adanya alih fungsi lahan. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian adalah strategi diversifikasi atau strategi ST (Strengths Threats) yaitu menggunakan kekuatan untuk meminimalkan ancaman yang ada dengan kegiatan sebagai berikut Memanfaatkan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Usaha-usaha meningkatkan pendapatan dengan melakukan pencatatan usaha tani dan pelatihan pengembangan bisnis, dan Mempertahankan dan melakukan disversifikasi tanaman dalam meningkatkan pendapatan petani

(4)

RIWAYAT HIDUP

SUCAHYO AKBAR lahir di Medan pada tanggal 23 februari 1993 anak dari Bapak

Drs. Ramlan MM dan Ibu Dra. Roswita Hafni Hasibuan M.Si. Penulis merupakan

anak pertama dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :

1. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar Budisatrya Medan tamat tahun 2004.

2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Medan tamat

tahun 2007.

3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Banda Aceh tamat

tahun 2010.

4. Tahun 2010 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur UMB-PTN

(Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri).

5. Bulan Juli-Agustus 2014 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat,

Provinsi Sumatera Utara.

(5)

karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini

dengan baik. Adapun judul ini adalah Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran

Benih Padi Studi Kasus Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten

Deli Serdang. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna

memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera

Utara, Medan.

Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir.

AT Hutajulu, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak

membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan

skripsi ini dengan baik.

2. Ayahanda Drs. Ramlan MM dan Ibu Dra. Roswita Hafni Hasibuan M.Si.

atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun doa

yang diberikan kepada penulis dan juga kepada adik Muhammad Agus

Ramadhan dan Ayu Putri Nurjannah yang telah memberikan semangat

kepada penulis.

3. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.

4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya

pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses

(6)

5. Institusi/ Dinas dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.

6. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2010 di

Program Studi Agribisnis dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan

satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsi ini.

Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis

menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kebaikan skripsi ini.

Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya

bagi penulis pribadi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, Januari 2015

(7)

ABSTRAK ... i

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

2.3 Penelitian Terdahulu ... 17

2.4 Kerangkan Pemikiran ... 19

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 22

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4 Metode Analisis Data ... 24

3.5 Definisi ... 29

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Georafis ... 30

4.2 Keadaan Penduduk ... 30

4.3 Tata Guna Lahan ... 31

4.4 Sarana dan Prasarana ... 32

4.5 Karakteristik Sampel ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi... 35

5.1.1 Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi ... 35

(8)

5.1.3 Peluang dalam Peningkatan Produksi Penangkaran

Benih Padi... 37 5.1.4 Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran

Benih Padi... 39 5.2 Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi ... 40

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan... 52 6.2 Saran ... 53

(9)

Tabel Judul Hal

1 Produksi padi sawah menurut kabupaten/Kota (ton) 2011 –2013

2

2 Tabel permintaan dan keterseduaan benih di kabupaten Deli Serdang tahun 2012 – 2014

4

3 Produksi Benih Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

21

4 Populasi dan Sampel Petani Penangkar Benih Padi di Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis

22

5 Spesifikasi Pengumpulan Data Dalam Penelitian 23 6

Tabel Skoring Faktor Internal dan Eksternal Tabel Faktor – Faktor Strategi

Distribusi Penduduk Menurut Sumber MataPencaharian di Desa Tumpatan Nibung 2014

Penggunaan Lahan di Desa Tumpatan Nibung 2014 Sarana dan Prasarana di Desa Tumpatan Nibung

Karakteristik Petani Penangkar Desa Tumpatan Nibung Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Luas Lahan Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman berusahatani Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Hal

1

2 3

Kerangka pemikiran strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi

Matriks Posisi SWOT

Matriks Posisi Strategi Peningkatan Produksi

Penangkaran Benih Padi

20

27

(11)

ABSTRAK

M. SUCAHYO AKBAR (100304127) dengan judul Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Studi Kasus Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd dan Ibu Ir. AT Hutajulu, MS

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal dalam meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi. Serta menganalisis strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.

Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis swot untuk mendeskripsikan faktor berpengaruh dalam usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian serta menentukan strategi peningkatan produksinya. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani penangkar benih padi sawah di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan pertanyaan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan april tahun 2015 di Kabupaten Deli Serdang.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor internal dan faktor eksternal dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian terdiri dari kualitas fisik produksi yang sangat baik, penguasaan teknologi yang baik, kepercayaan pembeli gabah sangat tinggi, bahan baku benih tersedia ketika musim tanam. ketersediaan lahan yang minim, modal usaha tani, sarana prasarana produksi yang minim. adanya kelompok tani yang mendukung, permintaan benih sangat tinggi, pemerintah sangat mendukung kesejahteraan petani. perubahan iklim dan cuaca, tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan, adanya alih fungsi lahan. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian adalah strategi diversifikasi atau strategi ST (Strengths Threats) yaitu menggunakan kekuatan untuk meminimalkan ancaman yang ada dengan kegiatan sebagai berikut Memanfaatkan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Usaha-usaha meningkatkan pendapatan dengan melakukan pencatatan usaha tani dan pelatihan pengembangan bisnis, dan Mempertahankan dan melakukan disversifikasi tanaman dalam meningkatkan pendapatan petani

(12)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di

pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka

berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju swasembada

pangan. Tetapi tantangan untuk menuju cita-cita tersebut sangat besar terutama

karena faktor luas tanah pertanian yang makin sempit. Usaha meningkatkan produksi

dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan, semua ini bermaksud

meningkatkan produksi guna mengimbangi laju permintaan pangan (Aak, 1990).

Peranan komoditi pangan di Indonesia, khususnya padi begitu besar, sebab padi

merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Hal itu

terkait pada penyediaan kebutuhan pangan pokok, terutama pada komoditas padi

sebagai pangan utama. Oleh karena itu, kapasitas produksi padi nasional menjadi

salah satu permasalahan yang menonjol.

Kabupaten Deli Serdang yang berada di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah

satu sentra produksi padi terbesar di provinsinya dengan jumlah produksi sebesar

(13)

Tabel 1 : Produksi padi sawah menurut kabupaten/Kota (ton) 2011 – 2013

Deli Serdang sebagai daerah penghasil padi yang besar di sumatera utara, tentu peran

benih menjadi hal yang menarik untuk di teliti

Dalam usaha memproduksi gabah tentunya tidak terlepas dari tersedianya benih,

(14)

3

produktivitas tanaman. Agar tanaman padi yang kita tanam dapat berproduksi tinggi

dengan mutu yang baik, tentunya benih yang digunakan harus berasal dari benih

(butiran gabah) yang bermutu.

Dalam budidaya tanaman, pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang

harus diperhatikan, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi

adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan

menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses

perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan,

pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aak,

1990).

Dalam agribisnis modern, industri perbenihan/pembibitan memegang peranan yang

sangat penting. Di Negara-negara yang maju agribisnisnya, antara lain dicirikan oleh

pesatnya perkembangan industri perbenihan/pembibitan. Bahkan benih/bibit

merupakan salah satu eksport yang penting bagi negara maju. Hampir semua

benih/bibit unggul yang dewasa ini digunakan di negara-negara berkembang

termasuk Indonesia berasal dari negara maju, atau yang lebih maju sistem dan usaha

agribisnis (Pambudy, 2002).

Penangkaran benih padi swadaya merupakan suatu usaha penangkaran benih padi

yang mempunyai misi untuk menyediakan benih sumber bermutu yang memenuhi

standar perbenihan. Dengan adanya penangkaran ini, petani dapat dengan mudah

membeli benih yang bermutu untuk kegiatan usaha taninya. Penggunaan benih yang

(15)

keuntungan, antara lain peningkatan produksi dan mutu, mengatasi kendala dari

gangguan hama penyakit, serta peningkataan pendapatan.

Sebagai suatu usaha, penangkaran benih pada umumnya didirikan untuk

meningkatkan usaha di bidang ekonomi pertanian, menghasilkan benih pertanian

bermutu tinggi dan berkualitas yang langsung menunjang kegiatan usaha para

petani,mendapatkan keuntungan yang berkesinambungan serta meningkatkan peran

swasta dalam industri perbenihan di daerah tersebut.

Tabel 2 : tabel permintaan dan ketersediaan benih di kabupaten Deli Serdang tahun 2012 - 2014

Tahun Luas tanam (Ha) Kebutuhan benih (kg) (25kg x luas tanam)

Sumber : badan pusat stastistik dan balai pengawasan dan sertifikas benih

Dari data pada tabel 2 kita tahu bahwa setiap tahunnya terjadi kekurangan benih

untuk kabupaten Deli Serdang, pada tahun 2012 terjadi kekurangan benih sebesar

1.398 ton, pada tahun 2013 terjadi kekurangan benih sebesar 398 ton dan 1.566 ton

benih kekurangan pada tahun 2014.

Ketersediaan dan kebutuhan benih yang diperlukan oleh petani di Kabupaten Deli

Serdang tidak sepenuhnya berasal dari pemerintah. Petani juga mendapatkan benih

padi sawah yang berasal dari penangkaran swadaya di daerah petani tersebut. Hal

tersebut dikarenakan sulitnya mendapatkan benih yang berasal dari pemerintah

karena ketika pada saat petani membutuhkan benih untuk usaha tani mereka stock

(16)

5

Selain karena tidak adanya stock pada saat dibutuhkan, harga yang masih tergolong

tinggi juga menjadi kendala petani dalam mendapatkan benih yang berkualitas untuk

usaha tani mereka. Sehingga, petani lebih memilih benih dari penangkaran swadaya

yang menjual benih lebih murah dari benih yang disediakan oleh pemerintah.

Diperlukan adanya strategi yang tepat guna meningkatan produksi petani

penangkaran benih padi untuk pemenuhan kebutuhan benih padi bagi petani serta

menunjang program swasembada beras dan ketahanan pangan. Peningkatan produksi

juga tentunya berdampak terhadap peningatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Kabupaten Deli Serdang.

1.2Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa

masalah sebagai berikut.

1. Apa saja yang menjadi faktor eksternal dan internal dalam meningkatkan

produksi usaha tani penangkaran benih padi di kecamatan Batang Kuis

Kabupaten Deli Serdang?

2. Bagaimana strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi

di desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal dalam

meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan

(17)

2. Untuk menganalisis strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran

benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten

Deli Serdang.

1.4 Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan

penelitian dirumuskan sebagai berikut.

1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi petani dalam meningkatkan

produksi usahatani penangkaran benih padi.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah atau instansi terkait

untuk perumusan kebijakan dalam meningkatkan produksi benih unggul

bermutu.

3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang

(18)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini

merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun

sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/disubstitusi oleh bahan

makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan

nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Aak,

1990).

Padi (Oryza Sativa L), termasuk ke dalam sub family Oryzoidae, family Orizeac.

Dari sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan. Sistem

akar padi digolongkan ke dalam akar serabut. Batang terdiri dari beberapa ruas yang

dibatasi oleh buku. Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Padi dapat tumbuh

baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya banyak mengandung uap

air. Di Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai 1300 meter di atas

permukaan laut. Tanaman padi banyak membutuhkan air, maka padi ditanam di

musim hujan, baik sebagai padi ladang atau padi gogo. Di musim kemarau bisa juga

padi ditanam di sawah akan tetapi hanya pada sawah yang dapat drainase secara

teratur (Fitriadi, 1998).

Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk

disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai

(19)

pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Arsanti,

1995).

Salah satu kunci budidaya padi terletak pada kualitas benih yang memiliki daya

kecambah tinggi (90-100%), sehat, dan murni. Benih yang memiliki persyaratan

tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang kekar (vigorous), seragam, dan

sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih padi yang ditanam harus yang

bermutu tinggi (Suparyono dan Setyono, 1993).

Dalam hal pertanaman, benih menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik

Indonesia Nomor: 39/Permentan/OT. 140/8/2006 dibagi atas beberapa kelas, di

antaranya.

1. Benih Penjenis (Breederseeds/BS) adalah benih yang dihasilkan di bawah

pengawasanpara pemulia dengan prosedur baku yang memenuhi standar

sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian geneticvarietas terpelihara

dengan baik. Bentuk benih penjenis ini dapat berupa pohon induk pemulia

ataupun organ vegetative. Dimana benih selanjutnya digunakan sebagai bahan

dasar untuk memproduksi benih selanjutnya.

2. Benih Dasar/BD (Foundationseeds/FS) adalah benih yang dihasilkan dari

turunan benih penjenis yang dipelihara sehingga identitas dan tingkat kemurnian

varietas dapat memenuhi standar mutu benih bina yang ditetapkan. Pada

perbanyakan vegetatif, benih ini dapat berupa kebun sumber mata temple

(Entress) dan biasanya diproduksi oleh lembaga perbenihan (pemerintah).

3. Benih Pokok/BP (Stock seeds/SS) adalah benih yang dihasilkan dari perbanyakan

(20)

9

memenuhi standar mutu bina yang ditetapkan dan disebarkan oleh balai-balai

benih dan merupakan turunan dari benih dasar.

4. Benih Sebar/BS atau benih reproduksi/BR (Extension seeds/ES) dapat diproduksi

dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis yang memenuhi standar mutu

bina. Merupakan benih yang dihasilkan oleh kebun-kebun benih atau petani

penangkar

Produksi benih di daerah penelitian adalah Benih Dasar, Benih Pokok, dan Benih

Sebar. Untuk Benih Penjenis, Penangkar mendapatkanya dari balai penelitian.

2.2. LandasanTeori 2.2.1 Produksi.

Menurut Sadono Sukirno (2005), fungsi produksi adalah hubungan antara

faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakanya. Faktor-faktor-faktor produksi

seperti yang dijelaskan dapat dibedakan kedalam empat golongan yaitu, tenaga kerja,

tanah, modal, dan keahlian keusahawan. Dalam teori ekonomi, dalam menganalisis

mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan

dinyatakan (tanah, modal, dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya.

Menurut Kartasapoetra (1985), secara kenyataan bahwa rakyat Indonesia di

pelosok-pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang

merupakan rakyat yang mampu berproduksi, tetapi secara kenyataan pula hanya

sebagian kecil pula yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian

yang lainya merupakan usahawan – usahawan perorangan yang sulit

(21)

kemiskinan, hal ini dikarenakan : 1) modal yang mereka miliki sangat terbatas 2)

pengetahuan ekonomi mereka sangat terbatas, 3) usaha hanya di tujukan untuk

menanggulangi kesulitan hidup keluarga, 4) cara dan teknik pemasaran produksi

yang menguntungkan belum dikuasai dengan wajar, 5) kesadaran untuk menyatukan

usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang.

Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan

sumberdaya yang mengubah suatu komoditas menjadi komoditas lainnya yang sama

sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, di mana, atau kapan komoditas-komoditas

itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh

konsumen terhadap komoditas itu (Miller dan Meiners, 1997).

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi

dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan

produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan

keluaran (Agung, dkk., 2008).

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi.

Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai

macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu

perusahaan (Beattie dan Taylor, 1996).

Dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yang

menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi.

Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:

(22)

11

Y = f (X1,X2, X3,…., Xn)

Dimana :

Y = hasil produksi fisik

X1, …, Xn = faktor-faktor produksi

(Mubyarto, 1994).

Faktor produksi dalam suatu usaha pertanian mencakup tanah, modal, dan tenaga

kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya

mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah masih banyak lagi

faktor yang harus diperhatikan, seperti luas lahan, topografi, kesuburan, keadaan

fisik, lingkungan, lereng, dan lain sebagainya (Daniel, 2002).

Perkaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan disebut

dengan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat

golongan, yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan keahlian keusahawanan. Untuk

faktor-faktor produksi usahatani meliputi bibit/benih, tenaga kerja, luas lahan, pupuk,

pengendali hama penyakit dan gulma serta faktor lainnya. (Sukirno, 1996).

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk. Produk produksi dalam bidang

pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan

kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses

produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas

produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dikelola dengan kurang baik

pula (Soekartawi, 2002).

Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa prinsip optimalisasi penggunaan faktor

(23)

seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini

dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : 1) efisiensi teknis. 2) efisiensi alokatif

(efisiensi harga), 3) efisiensi ekonomi. Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai

sebagai patokan yaitu bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian

rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor produksi

tersebut. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi

teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum.

Dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis

dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

Peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain adanya kegairahan kerja para

petani adalah juga karena pihak pemerintah mampu memberikan pembinaan,

pengarahan, dan penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif) jenis

dan kualitas benda yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan

pengelolaan yang berkaitan dengan itu. Karena para petani menginginkan

terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan

pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan pengarahan dan

penyuluhan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam pembinaan, pengarahan dan

penyuluhan terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka

(kartasapoetra, 1985)

Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran dan rencana yang

komprehensif. Strategi yang mengintegrasikan segala sumber daya dan kemampuan

yang bertujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Jadi strategi adalah

(24)

13

pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat untuk memenangkan kompetisi.

Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung pada kriteria yang

digunakan.

Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu:

1. Tahap pengumpulan data

2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan

pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data

dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari

dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

- Matriks faktor strategi internal

- Matriks faktor strategi eksternal

(Soepeno, 1997).

2.2.2 Kemitraan

Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat

ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika

bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan

tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut

(25)

sangat bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku ekonomi seperti produsen,

pedagang, eksportir, pengolah, pemerintah daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga

riset lain, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya (Darmono, 2004).

Kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasarkan kontrak. Kemitraan adalah

sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sa ma

lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan

pembeli atau pemasok teradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling

percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki

persaingan secara keseluruhan (Linton, 1997).

Kemitraan menyediakan banyak manfaat dan kegunaan dari fungsinya yaitu sebagai

berikut:

1. Membangun hubungan jangka panjang.

2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang.

3. Perencanaan produk yang difokuskan.

4. Kesadaran pelanggan ditingkatkan

5. Membuka saluran- saluran penjualan.

6. Mengendalikan biaya-biaya penjualan

(Linton, 1997).

2.2.3 Analisis SWOT

Rangkuti (2008) mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan

perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,

(26)

15

maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan

kelemahan internal yang dapat mempengaruhiorganisasi. Menurut Umar (2008),

strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus,

serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para

pelanggan di masa mendatang.

Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Dalam

mencapai tujuanya itu keberhasilan, ada beberapa elemen strategi yang harus

dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan

berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan.

Ketiga, penilaian objektif terhadap sumber daya dan implementasi yang efektif

(David, 2006).

Analisis SWOT dapat digunakan secara deskriptif dan secara kuantitatif. Penggunaan

analisis SWOT secara deskriptif yaitu hanya menjelaskan bagaimana pengembangan

suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal dan eksternalnya.

Sedangkan penggunaan analisis SWOT secara kuantitatif yaitu menjelaskan dengan

terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan menggunakan bobot dan

bagaimana strategi pengembangan tersebut bermanfaat bagi suatu usaha atau

organisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal

dan faktor eksternal untuk merumuskan strategi (Pearce dkk, 2009).

Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh, yaitu :

1. Analisis Internal

(27)

Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya dibandingkan para

pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi,

sumber daya finansial, kemampuan kemanufakturan, kekuatan pemasaran dan basis

pelaggan yang dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah keahlian dan kelebihan yang

dimiliki oleh perusahaan pesaing.

 Analisis Kelemahan (Weaknesses)

Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai keterbatasan

dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber daya serta keahlian.Jika

orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis,

yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan

dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi

yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan

kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak

dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak

sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminta oleh para

pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang

memadai.

2. Analisis Eksternal

 Analisis Peluang (Opportunity)

Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya dari perusahaan

(28)

17

membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat dimanfaatkan. Dipihak lain,

perusahaan-perusahaan baru bemunculan. Peluang pemasaran adalah suatu daerah

kebutuhan pembeli di mana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.

 Analisis Ancaman (Threats)

Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu

kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntung-kan dalam

lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan. Pengertian

ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang.Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu

satuan bisnis.

Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang

bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Dengan melakukan

kedua analisis tersebut maka perusahaan dikenal dengan melakukan analisis SWOT

(Kotler, 2000).

2.3. PenelitianTerdahulu

Salsabila (2015) dengan judul penelitian “Analisis Finansial Usaha Penangkaran

Benih Padi Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014 di Kabupaten

Serdang Bedagai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penyelenggaraan usaha

penangkaran benih padi terdiri dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman,

pemeliharaan, panen dan pengolahan benih serta diawasi oleh petugas Badan

(29)

benih pokok dan benih sebar perhektar per satu kali musim tanam adalah Rp Rp

19.451.544,4, Rp 9.712.277,7 dan Rp 9.328.388,2. Sedangkan penerimaan yang

diperoleh untuk tiga kelas benih tersebut adalah Rp 49.500.000, Rp 26.060.126,5 dan

Rp 25.271.414,3 sehingga diperoleh pendapatan untuk tiga kelas benih tersebut

adalah Rp 30.048.455,5, Rp 16.347.848 dan Rp 15.943.025,7. (3) Nilai R/C dan B/C

untuk benih dasar adalah 2,62 dan 1,62, untuk benih pokok adalah 2,68 dan 1,68

sedangkan untuk benih sebar adalah 2,71 dan 1,71. Nilai R/C > 1 dimana setiap Rp 1

biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaaan sebesar Rp 2,62 untuk benih

dasar, Rp 2,68 untuk benih pokok dan Rp 2,71 untuk benih sebar yang artinya usaha

penangkaran benih padi layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang

bagus untuk ke depannya. Sedangkan nilai B/C untuk benih dasar sebesar 1,62, benih

pokok sebesar 1,68 dan benih sebar sebesar 1,71. Nilai B/C > 0 dimana setiap Rp 1

biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 1,62 untuk benih

dasar, Rp 1,68 untuk benih pokok dan Rp 1,71 untuk benih sebar artinya usahatani

penangkaran benih padi ini dan layak untuk diusahakan dan menguntungkan.

Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada pemerintah untuk membantu penangkar

dalam bentuk permodalan, membeli kelebihan benih dari penangkar dan menetapkan

kepastian harga jual benih padi bersertifikat/bermutu, supaya merangsang petani

untuk menjadi penangkar benih dan kebutuhan benih di Kabupaten Serdang Bedagai

dapat terpenuhi. Disarankan kepada penangkar untuk memperbaiki cara penanaman

dan budidaya agar produktivitas yang dihasilkan dapat lebih tinggi dan

(30)

19

2.4. Kerangka Pemikiran

Perkembangan usaha tani penangkaran benih tidak terlepas dari faktor-faktor

keragaan sumber daya, yakni sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya

manusia, sumber daya sosial dan kelembagaan serta sumber daya buatan. Setelah

dilakukan pengumpulan data keragaman sumber daya di Kabupaten Deli Serdang

maka dapat diidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang berkaitan dengan

usaha tani penangkaran benih. Faktor strategis internal adalah kekuatan dan

kelemahan yang dimiliki oleh daerah.Faktor strategi eksternal adalah peluang dan

ancaman yang mungkin dihadapi oleh daerah penelitian.Faktor eksternal dan faktor

internal tersebut kemudian dianalisis dengan analisis SWOT.

Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) merupakan salah satu

alat analisis strategi pengembangan. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai

faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara

bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman

(threats).Kemudian dapat ditentukan strategi apa yang dapat mengembangkan usaha

(31)

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini:

Gambar 1.Kerangka pemikiran strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi

Keterangan : : Ada pengaruh

Peningkatan produksi penangkaran benih padi

Strategi Peningkatan produksi penangkaran benih padi

Faktor Internal FaktorEksternal

(32)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kabupaten Deli Serdang.

Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan data dan

informasi yang diperoleh.Hal ini dikarenakan Kabupaten Deli Serdang merupakan

salah satu daerah penghasil gabah terbesar di Sumatera Utara, juga merupakan salah

satu daerah yang memproduksi dan mendistribusikan benih padi dalam jumlah besar.

Selain itu, kondisi lingkungan di daerah ini cukup mendukung dalam memproduksi

benih padi.

Tabel 3. Produksi Benih Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014

Nama Penangkar Produksi

2012 2013 2014

PT. SHS T. Morawa 190.075 790.400

UPT.BBI Murni 27.324 25.000

KT. Rawa Badak 45.000 25.000

CV. Surya Mandiri Sejahtera 115.000

KT. Lestari Tani 15.000 68.500

KT. Karya Tani 10.000

Sumber Rezeki 10.000

Jaya Tani 30.000 233.600 65.000

Kelp Harapan Tani 10.500

PT. Hidayah Nur Wahara 153.000

Tani Lestari 5.000 10.000

JUMLAH 627.599 1.625.400 280.000

Sumber Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan tabel tersebut, pada tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang menghasilkan

(33)

yang berada di desa Tumpatan nibung kecamatan Batang Kuis merupakan produsen

dengan jumlah produksi menengah dan sedang mengalami perkembangan. Hal ini

menjadi acuan dalam menentukan daerah penelitian terhadap strategi peningkatan

produksi sehingga diharapkan di masa mendatang produksinya dapat lebih

ditingkatkan.

3.2 Metode Pengambilan Sampel

Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Stratified

Random Sampling secara proporsional, dengan besar sample ditetapkan sebesar 30

kepala keluarga. Populasi merupakan 81 petani penghasil benih padi di desa

Tumpatan Nibung kecamatan Batang Kuis. Populasi dikelompokkan atas dua strata

berdasarkan luas lahan yaitu lahan dengan luas < 1Ha dan lahan dengan luas ≥ 1Ha.

Jumlah populasi dan sampel berdasarkan strata luas lahan dapat dilihat pada tabel 4

berikut:

Tabel 4. Populasi dan Sampel Petani Penangkar Benih Padi di Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis

Dari jumlah sampel berdasarkan strata tersebut, penentuan sample yang akan diteliti

(34)

23

3.3. Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data

sekunder. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 5. Spesifikasi Pengumpulan Data Dalam Penelitian

No Jenis Data Sumber Data Metode / Yang Digunakan

1 Identitas Penangkar Koresponden Wawancara

2 Faktor Internal Koresponden Wawancara

dan Observasi

3 Faktor Eksternal Koresponden Wawancara

dan Observasi

4 Produksi Balai Pengawasan dan

Sertifikasi Benih Sumatera

Utara

Wawancara dan

Studi Kepustakaan

5 Teknik Pengelolaan Koresponden Wawancara

dan Observasi

6 Monografi Daerah

Penelitian

Perangkat desa Wawancara dan

Studi Kepustakaan

Dari tabel dapat dijelaskan bahwa data primer diperoleh dari hasil wawancara

langsung dan observasi dengan responden dari penangkar dengan daftar pertanyaan

(kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan

kebutuhan penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang

diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Balai Sertifikasi dan

Pengawasan Benih Sumatera Utara dan kepustakaan lainnya yang digunakan sebagai

(35)

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menganalisis masalah (1) dan (2), digunakan analisis deskriptif dengan

menggunakan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisis

SWOT didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan

kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks SWOT

terdiri atas empat sel faktor (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) dan

empat sel alternatif strategi (Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST dan Strategi WT).

Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal

yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan

pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model matrik

(36)

25

Tabel 6 Tabel Skoring Faktor Internal dan Eksternal

Faktor Internal Faktor Eksternal Kategori Rating

Kekuatan Peluang Sangat Setuju 5

Kekuatan Peluang Setuju 4

Kekuatan Peluang Biasa 3

Kekuatan Peluang Tidak Setuju 2

Kekuatan Peluang Sangat Tidak Setuju 1

Kelemahan Ancaman Sangat Setuju 5

Kelemahan Ancaman Setuju 4

Kelemahan Ancaman Biasa 3

Kelemahan Ancaman Tidak Setuju 2

Kelemahan Ancaman Sangat Tidak Setuju 1

Total Skor

Setiap faktor internal dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat setuju

sampai sangat tidak setuju dan diberi rating mulai dari 5 untuk kategoti sangat setuju

(37)

Untuk tabel faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternalnya ditunjukkan oleh

tabel 7. berikut:

Tabel 7. Tabel Faktor – Faktor Strategi Faktor Strategi

Eksternal/Internal

Rating Bobot

Skoring (Rating × Bobot)

Kekuatan/Peluang

1. Luas lahan

2. Pemanfaatan teknologi

3. Modal

4. Dll

Total Bobot Kekuatan/Peluang 100

Kelemahan/Ancaman

1. Permintaan benih

2. Iklim

3. Kebijakan pemerintah

4. Dll

Total Bobot Kelemahan/Ancaman 100 Selisih

Kekuatan-Peluang/Kelemahan-Ancaman

Berdasarkan tabel di atas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor

strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta

peluang- ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor tersebut

(38)

27

Kemudian peringkatkan setiap faktor dari 5 (sangat setuju) sampai 1 (sangat tidak

setuju) dalam kolom 3 berdasarkan respon petani terhadap faktor itu. Kemudian yang

terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam

kolom 4. Setelah itu, hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan

faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan

sumbu (y) menunjukkan peluang dan ancaman.

b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut ;

- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman nilai y > 0 dan sebaliknya kalau

ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y <0.

- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan

sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x<0

Y (+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn-around Strategi agresif

X (-) X(+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y (-)

Gambar 2. Matriks Posisi SWOT

(39)

Kuadran I;

- Merupakan posisi yang menguntungkan

- Petani mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat

memanfaatkan peluang secara maksimal

- Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II :

- Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, petani mempunyai

keunggulan sumberdaya.

- Petani dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk

memanfaatkan peluang jangka panjang.

- Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.

Kuadran III :

- Petani menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah, karena

itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal, fokus strategi

perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala

internal perusahaan.

Kuadran IV :

- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan

- Petani menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya

yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

(40)

29

3.5. Defenisi

1. Benih padi adalah benih untuk pembibitan tanaman padi, yaitu padi sawah

2. Usaha tani penangkaran benih padi adalah kegiatan mengusahakan (mengelola)

komoditi benih padi sawah.

3. Strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi adalah cara-cara

yang efisien dan sistematis untuk meningkatkan produksi penangkaran benih padi

di masa yang akan datang.

4. Kekuatan adalah faktor internal yang mendukung usahatani penangkaran benih

padi.

5. Kelemahan adalah masalah atau kekurangan yang perlu diminimalkan dalam

usaha tani penangkaran benih padi yang berasal dari dalam atau internal.

6. Ancaman adalah masalah-masalah yang perlu dihindari dalam usaha tani

penangkaran benih padi yang berasal dari luar atau eksternal.

7. Peluang adalah kesempatan-kesempatan yang mendukung usaha tani

penangkaran benih padi.

8. Produksi benih padi adalah produksi benih padi dalam satuan ton per hektar per

tahun.

Batasan Operasional:

1. Tempat penelitian adalah di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis

Kabupaten Deli Serdang.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani penangkar benih padi pada

penangkaran swadaya.

(41)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1 Kondisi Geografis

Desa Tumpatan Nibung terletak di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli

Serdang, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 3,7 km2. Jarak tempuh Desa

Tumpatan Nibung ke Ibu kota Kecamatan Batang Kuis 4,50 Km. Desa ini

merupakan desa dataran rendah dan desa persawahan dengan ketinggian 20 m di atas

permukaan laut memiliki batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Utara : Desa Tanjung Sari

- Sebelah Selatan : Desa Dalu X

- Sebelah Timur : Desa Aras Kabu

- Sebelah Barat : Desa Sena

4.2 Keadaan Penduduk

Berikut komposisi penduduk berdasarkan sumber mata pencaharian.

Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa Tumpatan Nibung 2014

Sumber Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)

Tani

(42)

31

Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Tumpatan Nibung adalah

6.835 jiwa dengan 1.604 KK. Jumlah penduduk laki laki 3.479 orang dan jumlah

perempuan 3.356 orang. Sumber mata pencaharian penduduk paling banyak adalah

pertanian sebesar 5.227 jiwa (76,5%). Hal ini karena masyarakat di desa tersebut

memiliki budaya dan turun temurun berprofesi sebagai petani.

4.3 Tata Guna Lahan

Wilayah Desa Tumpatan Nibung mempunyai luas yang fungsinya dibagi menjadi

areal persawahan, pemukiman, dan untuk keperluan lainnya. Untuk lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel 9 berikut :

Tabel 9. Penggunaan Lahan di Desa Tumpatan Nibung 2014 Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan

(Ha)

Persentase (%)

Luas Persawahan 190 51

Luas Pemukiman 140 38

Luas Perkebunan 21 6

Lain lain 19 5

Total 370 100

Sumber : Monografi Desa Tahun 2014

Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang dominan ada

pada areal pertanian sebesar 190 Ha (51%) dari seluruh lahan. Untuk lahan

perkebunan sebesar 21 Ha (6%), lahan pemukiman sebesar 140 Ha (38%) dan

sisanya sebesar 19 Ha (5%) untuk lain – lain seperti perkuburan, pekarangan,

(43)

4.4 Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang ada di desa sangat dibutuhkan demi perkembangan dan

kemajuan masyarakat di desa tersebut. Sarana dan prasarana yang ada di Desa

Tumpatan Nibung dapat dilihat pada tabel 10. berikut :

Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Tumpatan Nibung

Fasilitas Sarana & Prasarana Jumlah

Pendidikan TK/Paud 3 unit

SD/Sederajat 2 unit

Lembaga Pendidikan Agama 2 unit

Kesehatan Poskesdes 1 unit

Posyandu 5 unit

Praktik bidan 1 unit

Peribadahan Mesjid 2 unit

Musholla 3 unit

Transportasi Jalan 5,8 km

Sumber : Monografi Desa Tumpatan Nibung 2014

Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian

terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadahan dan

transportasi. Fasilitas pendidikan yang jumlahnya terbatas menyebabkan tingkat

pendidikan yang ditempuh masyarakat di desa penelitian cukup rendah, dan kondisi

(44)

33

4.5 Karakteristik Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah petani Penangkar benih di Desa Tumpatan

Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Karakteristik petani

sampel yang diteliti meliputi Umur, Pendidikan, Lama berusahatani dengan deskripsi

sebagai berikut.

Tabel 11. Karakteristik Petani Penangkar Desa Tumpatan Nibung No Uraian Rata – rata Range

1 Umur (Tahun) 49 tahun 30 – 59 tahun

2 Luas lahan (rantai) 15,2 rantai 4 – 30 rantai 3 Lamanya Berusahatani (Tahun) 12 tahun 1 – 20 tahun Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan

petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani maka

kemampuan untuk melakukan kegiatan usahataninya cenderung semakin menurun

dan mempengaruhi jumlah produksi usahataninya karena kegiatan usahatani banyak

mengandalkan kegiatan fisik. Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat

dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 12. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur

No. Kelompok Umur

(45)

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa umur petani yang terbesar berada di kisaran 50 -59

tahun.

Luas lahan

lahan merupakan salah satu faktor produksi, di daerah penelitian luas lahan petani di

bagi dalam 2 tingkatan, yaitu petani dengan luas lahan dibawah 1 hektar dan petani

dengan luas lahan satu hektar ke atas.

Tabel 13. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Pengalaman Berusahatani

Pengalaman erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap cara cara bertani baik

dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pengalaman sampel dilokasi penelitian

bervariasi mulai dari 1- 20 tahun.

Tabel 14. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman berusahatani No Tingkat Pengalaman Besar Sampel

(Jiwa)

Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1

Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa karakteristik petani sampel berdasarkan

(46)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Tabel Skoring Faktor Eksternal dan Internal

Dalam menganalisis faktor dengan menggunakan swot, langkah pertama adalah

melakukan skoring terhadap faktor – tersebut dengan menggunakan kuisioner kepada

para petani sampel, dari wawancara dan kuisioner terhadap sampel diperoleh nilai –

nilai skoring sebagai berikut :

Tabel 15. Tabel skoring dari kuisioner

No Faktor Skor Keterangan

1 1. Kondisi fisik produksi yang bagus 4,56 Kekuatan

2 Pemanfaatan teknologi yang tepat 4,46 Kekuatan

3 Kepercayaan pedagang pengumpul 4,56 Kekuatan

4 Ketersediaan bahan baku benih 4,6 Kekuatan

5 Ketersediaan lahan yang minim 4,03 Kelemahan

6 Modal usaha tani yang minim 4,46 Kelemahan

7 Sarana produksi yang kurang 4,7 Kelemahan

8 Kelompok Tani yang mendukung 4,33 Peluang

9 Permintaan benih yang tinggi 4,53 Peluang

10 Dukungan pemerintah 4,36 Peluang

11 Iklim dan Cuaca tidak menentu 4,8 Ancaman

12 Lembaga keuangan/ kredit lunak minim 4,06 Ancaman

13 Adanya alih fungsi lahan 4,73 Ancaman

Sumber : lampiran 3

Dari hasil kuisioner pada tabel 15 kita dapat menentukan faktor – faktor apa saja

(47)

5.2 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

5.2.1 Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

Adapun kekuatan dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah

penelitian adalah sebagai berikut:

1. Kualitas Fisik Produksi yang Baik Dimiliki Petani

Dalam usaha tani penangkaran benih padi, kualitas benih hasil panen merupakan

salah satu faktor penting agar produk dapat diterima di pasaran dengan harga yang

bagus dan tentunya dapat meningkatkan pendapatan tentunya. Di desa Tumpatan

Nibung, gabah benih hasil panen memiliki kualitas fisik yang cukup baik, terbukti

produk dapat laris di pasaran.

2. Pemanfaatan Teknologi yang Baik

Dalam usaha tani penangkaran benih padi, petani memiliki paket teknologi yang

lebih baik di banding kan petani gabah biasa. Hal ini terkait sertifikasi benih, untuk

menjaga kualitas benih yang dihasilkan, pemerintah melalui penyuluh dan Balai

pengawasan dan sertifikasi benih memberikan perhatian, prosedur dan pengawasan

yang lebih terhadap proses produksi untuk menjaga kualitas benih yang di sertifikasi.

(48)

37

3. Kepercayaan Pembeli Gabah Terhadap Petani

Dalam suatu kegiatan usaha bisnis, kepercayaan antar pelaku usaha merupakan hal

yang penting untuk kesinambungan dan perkembangan suatu usaha. Berdasarkan

hasil wawancara dengan beberapa petani, pedagang pengumpul memiliki

kepercayaan yang cukup baik terhadap para petani penangkar. Dalam beberapa kasus

sang pedagang pengumpul dapat memberikan piutang berupa sarana produksi untuk

modal usaha tani petani penangkar tanpa menekan harga jual produksinya.

4. Ketersediaan Bahan Baku Benih Saat Musim Tanam Mencukupi

Penangkaran benih padi memerlukan penggunaan benih yang unggul untuk

menjamin kualitas mutu hasil panen kelak. Benih yang unggul didapat dari lembaga

yang memang berkompeten dalam penyediaan benih sehingga memperoleh sertifikat.

Di daerah penelitian ketersediaan bahan baku benih bersertifikat ketika musim tanam

merupakan kekuatan dalam menjalankan usahatani penangkaran benih padi. Hal ini

dikarenakan petani di daerah penelitian tidak kesulitan mendapatkan benih yang

unggul dan bersertifikat dalam menjalankan usahatani penangkaran mereka.

5.1.2 Kelemahan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

Adapun kelemahan dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah

penelitian adalah :

1. Ketersediaan Lahan yang Kurang

Lahan merupakan salah satu modal pokok dalam berusaha tani, tidak terkecuali

(49)

salah satu faktor produksi yang paling penting , di daerah penelitian ketersedian

lahan menjadi suatu masalah, banyak terjadi alih fungsi lahan baik menjadi lahan

perkebunan atau menjadi lahan pemukiman.

2. Kesulitan dalam Memiliki Modal Berusaha Tani

Pada usaha tani penangkaran benih padi sering mengalami kendala,salah satunya

adalah modal ketika musim tanam, petani selalu kesulitan modal. Rendah nya

kemampuan manajemen keuangan ketika musim panen dan tidak adanya

pencatatatan biaya usaha tani yang dilakukan membuat petani selalu kesusahan

dalam permodalan.

3. Sarana Produksi yang Minim

Sarana dan Prasarana di daerah penelitian sangat minim, tidak adanya irigasi

membuat petani terkadang mengalami kekeringan. Adanya pompanisasi yang di

bangun pemerintah kurang berjalan dengan efektif, selain terkena cost, pompanisasi

juga kurang dapat diandalkan hal menyebabkan banyak petani enggan

menggunakanya. Sarana pengeringan dan penjemuran gabah didaerah penelitian juga

sangat minim.

5.1.3 Peluang dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

1. Adanya Kelompok Tani yang Mendukung Usaha Tani

Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di daerah penelitian dijadikan petani

sebagai tempat berbagi tentang segala hal yang dialami dalam menjalankan

(50)

39

melalui pertemuan antar sesama anggota kelompok yang diadakan secara berkala

oleh pengurus anggota kelompok tani. Kelompok tani didaerah penelitian juga

dijadikan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan petani dalam upaya

meningkatkan hasil produksi petani. Kordinasi yang baik antara pemerintah dan

petani melalui organisasi kelompok tani merupakan peluang, sehingga petani ikut

serta dan berperan aktif dalam produksinya.

2. Permintaan yang Tinggi Terhadap Produksi Benih

Ketersediaan benih adalah hal mutlak dalam pembudidayaan. Permintaan pasar

terhadap gabah benih sangat besar karena merupakan kebutuhan pokok petani setiap

musim tanam, berdasarkan hasil wawancara dengan ketua gabungan kelompok tani

di daerah penelitian, benih hasil produksi mereka cepat terjual habis di pasaran. Hal

ini merupakan peluang besar bagi para petani penangkar untuk meningkatkan

produksinya.

3. Adanya Dukungan Pemerintah

Pemerintah melalui penyuluh dan balai pengawasan dan sertifikasi benih

memberikan dukungan penuh untuk petani penangkar. Penyuluh menjadi

penghubung yang cukup baik antara pemerintah dan petani. Namun tentunya

komunikasi antara penyuluh dan petani harus terus ditingkatkan dan dikembangkan

sehingga komunikasi antara penyuluh tidak terbatas hanya mengenai program

pemerintah.

(51)

5.1.4 Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

1. Perubahan Iklim dan Cuaca yang Tidak Menentu Akibat Pemanasan Global

Beberapa tahun belakangan ini dirasakan petani di daerah penelitian perubahan iklim

dan cuaca yang membuat petani bingung untuk memulai pertanaman. Hal ini

merupakan suatu masalah bagi petani di daerah penelitian karena sawah mereka ada

lah sawat tadah hujan. Musim kemarau dan musim hujan tak dapat lagi diketahui

pasti petani kapan mulainya. Akibatnya, pertanaman sering mengalami kegagalan

dan pertumbuhannya terganggu. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian,

banyak sawah yang kekeringan dan kekurangan air. Sawah yang kering

menyebabkan hama rumput. Hal ini menjadi ancaman bagi petani dalam

meningkatkan produksi di daerah penelitian.

2. Tidak Adanya Lembaga Keuangan Dengan Kredit Ringan yang Membantu

Modal merupakan suatu kelemahan untuk petani penangkaran benih padi. Tidak

adanya lembaga pemodalan yang ringan dan membantu petani merupakan ancaman

bagi usaha tani penangkaran benih padi. Petani di daerah penelitian memerlukan

lembaga keuangan yang menyediakan kredit ringan untuk usaha tani meraka.

3. Pembangunan Kawasan Perkotaan

Daerah penelitian Kecamatan Batang Kuis merupakan kawasan dimana

pembangunan Bandara Kuala Namu berada, terdapatnya bandara dan masuknya

banyak dana investasi kedaerah tersebut mendorong pembangunan daerah tersebut

(52)

41

prasarana, namun menjadi dampak negatif ketika pertanian tidak dipandang begitu

menguntungkan. Alih fungsi lahan merupakan hal yang paling ditakutkan untuk

ketersediaan lahan di daerah penelitian

5.2 Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi

Dalam usahatani kita selalu dihadapkan pada masalah, dan tantangan dalam proses

produksinya, masalah dan tantangan tersebut dapat kita jadikan acuan untuk

menentukan strategi dalam berusaha tani. Dalam menetapkan strategi peningkatan

produksi yang tepat bagi petani sebagai pelaku usahatani, dilakukan identifikasi

faktor-faktor internal dan eksternal yang memberikan dampak bagi pelaku usahatani.

Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani

untuk meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan proses produksi usahatani.

Sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui usahatani dapat berubah

(53)

Tabel 16. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan Produksi Penangkarang Benih Padi

Faktor-Faktor Parameter

Faktor Internal

1. Kekuatan a. Kondisi fisik dan kualitas benih panen sangat bagus

b. Pemanfaatan teknologi yang baik

c. Kepercayaan pedagang pengumpul

d. Ketersediaan bahan baku benih ketika musim tanam

2. Kelemahan a. Ketersediaan lahan yang kurang

b. Modal usaha yang kurang

c. Sarana prasarana produksi yang masih kurang

Faktor Eksternal

1. Peluan

g

a. Adanya Kelompok tani yang mendukung

b. Tingginya permintaan hasil produksi

c. Dukungan pemerintah terhadap petani

2. Anca

man

a. Perubahan Iklim dan Cuaca yang tidak menentu

b. Tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan

c. Alih fungsi lahan

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2

Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari petani

penangkaran benih padi di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal

(kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang

mempengaruhi peningkatan produksi Penangkarang benih padi seperti pada tabel 16.

Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam peningkatan produksi

(54)

43

pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal

(IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).

Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan,

rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk diberi skoring

(rating x bobot) seperti pada tabel berikut:

Tabel 17. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)

Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor

Strength (Kekuatan)

1. Kondisi fisik produksi 5 13,16 65,79

2. Pemanfaatanteknologi 4 10,52 41,11

3. Kepercayaan pedagang pengumpul 5 13,16 65,79

4. Ketersediaan bahan baku benih 5 13,16 65,79

Total Skor Kekuatan 19 50 238,48

Weakness (Kelemahan)

1. Ketersediaan lahan 4 15,38 61,54

2. Modal usaha tani 4 15,38 61,54

3. Sarana produksi 5 19,23 96,15

Total Skor Kelemahan 13 50 219,23

TOTAL 32 100 462,52

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2

Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dari

ancaman juga dilakukan pemberian rating dan bobot.

Rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk di beri skoring

(55)

Tabel 18. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)

Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor

Oppurtunity (Peluang)

1. Kelompok Tani yang mendukung 4 15,38 61,54

2. Permintaan benih 5 19,23 96,15

3. Dukungan pemerintah 4 15,38 61,54

Total Skor Peluang 13 50 219,23

Threats (Ancaman)

1. Iklim dan Cuaca tidak menentu 5 17,86 89,29

2. Lembaga keuangan/ kredit lunak minim 4 14,29 57,14

3. Adanya alih fungsi lahan 5 17,86 89,29

Total Skor Ancaman 14 50 235,71

TOTAL 27 100 455,52

Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2

Setelah dilakukan pemindahan rating dan bobot untuk tabel matrik EFAS,

selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor

strategis eksternal. Adapun penggabungan keduanya akan ditampilkan dengan

menghitung bobot dari tiap faktor dikalikan dengan rating dari tiap faktor yang

Gambar

Tabel Judul
Gambar Judul
Tabel 1 : Produksi padi sawah menurut kabupaten/Kota (ton) 2011 – 2013
Tabel 2 : tabel permintaan dan ketersediaan benih di kabupaten Deli Serdang tahun 2012 - 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

umumnya bukan merupakan inang utama dari spesies ini, namun keberadaan tanaman hutan di suatu habitat dapat berperan sebagai inang alternatif bagi lalat buah di suatu

[r]

Deskripsi : Mata kuliah ini merupakan mata kuliah fakulter yang wajib ditempuh oleh setiap mahasiswa FIP UNY dalam rangka membekali mereka berupa kemampuan memahami

Pada elemen koherensi ditemukan 20 data yang terbagi dalam koherensi pembeda, koherensi pengingkaran, koherensi hubungan kausal (sebab akibat), dan koherensi

Adapun tujuan penelitian adalah mendeskripsikan peningkatan keterampilan berpikir analisis siswa SMP dalam menyelesaikan soal IPA terpadu melalui pembelajaran IPA

Butir Kuesioner 1, ―Saya dapat melihat produk headphone muncul dalam salah satu scene MV Friends‖. Sementara 190 responden atau sebanyak 44% dari responden merasa

Sel darah merah dapat hilang melalui perdarahan atau hemolisis (destruksi) pada kasus yang disebut terakhir, masalah dapat akibat efek sel darah merah yang tidak sesuai

Tujuan penulisan ini adalah untuk membuat suatu modul yang diharapkan dapat memberikan kelebihan-kelebihan yang tidak didapatkan dari media buku dan dalam modul ini juga disertai