STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PENANGKARAN
BENIH PADI BERSERTIFIKASI
(Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH:
M. SUCAHYO AKBAR 100304037
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI PENANGKARAN
BENIH PADI BERSERTIFIKASI
(Studi Kasus: Desa Tumpatan Nibung Kec. Batang Kuis Kab. Deli Serdang)
SKRIPSI
Oleh :
M. SUCAHYO AKBAR 100304037
AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pertanian di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
Disetujui oleh : Komisi Pembimbing
Ketua
Anggota
Ir. Iskandarini, MM, Phd
Ir. AT Hutajulu, MS
NIP : 19640505199432002
NIP. 194606181980032001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
M. SUCAHYO AKBAR (100304127) dengan judul Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Studi Kasus Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd dan Ibu Ir. AT Hutajulu, MS
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal dalam meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi. Serta menganalisis strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis swot untuk mendeskripsikan faktor berpengaruh dalam usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian serta menentukan strategi peningkatan produksinya. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani penangkar benih padi sawah di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan pertanyaan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan april tahun 2015 di Kabupaten Deli Serdang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor internal dan faktor eksternal dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian terdiri dari kualitas fisik produksi yang sangat baik, penguasaan teknologi yang baik, kepercayaan pembeli gabah sangat tinggi, bahan baku benih tersedia ketika musim tanam. ketersediaan lahan yang minim, modal usaha tani, sarana prasarana produksi yang minim. adanya kelompok tani yang mendukung, permintaan benih sangat tinggi, pemerintah sangat mendukung kesejahteraan petani. perubahan iklim dan cuaca, tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan, adanya alih fungsi lahan. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian adalah strategi diversifikasi atau strategi ST (Strengths – Threats) yaitu menggunakan kekuatan untuk meminimalkan ancaman yang ada dengan kegiatan sebagai berikut Memanfaatkan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Usaha-usaha meningkatkan pendapatan dengan melakukan pencatatan usaha tani dan pelatihan pengembangan bisnis, dan Mempertahankan dan melakukan disversifikasi tanaman dalam meningkatkan pendapatan petani
RIWAYAT HIDUP
SUCAHYO AKBAR lahir di Medan pada tanggal 23 februari 1993 anak dari Bapak
Drs. Ramlan MM dan Ibu Dra. Roswita Hafni Hasibuan M.Si. Penulis merupakan
anak pertama dari tiga bersaudara.
Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut :
1. Tahun 1999 masuk Sekolah Dasar Budisatrya Medan tamat tahun 2004.
2. Tahun 2004 masuk Sekolah Menengah Pertama Negeri 7 Medan tamat
tahun 2007.
3. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Atas Negeri 4 Banda Aceh tamat
tahun 2010.
4. Tahun 2010 menempuh pendidikan di Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan melalui jalur UMB-PTN
(Ujian Masuk Bersama Perguruan Tinggi Negeri).
5. Bulan Juli-Agustus 2014 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa
Lubuk Kertang, Kecamatan Brandan Barat, Kabupaten Langkat,
Provinsi Sumatera Utara.
karunia-Nya serta nikmat kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini
dengan baik. Adapun judul ini adalah Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran
Benih Padi Studi Kasus Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang. Tujuan dari penulisan skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat guna
memperoleh gelar sarjana Pertanian di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara, Medan.
Penulis pada kesempatan ini mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Ibu Ir.
AT Hutajulu, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing yang telah banyak
membimbing dan memberikan masukan sehingga penulis bisa menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
2. Ayahanda Drs. Ramlan MM dan Ibu Dra. Roswita Hafni Hasibuan M.Si.
atas kasih sayang, motivasi, dan dukungan baik secara materi maupun doa
yang diberikan kepada penulis dan juga kepada adik Muhammad Agus
Ramadhan dan Ayu Putri Nurjannah yang telah memberikan semangat
kepada penulis.
3. Seluruh dosen dan Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
USU yang selama ini telah membekali ilmu pengetahuan kepada penulis.
4. Seluruh pegawai di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara khususnya
pegawai Program Studi Agribisnis yang telah membantu seluruh proses
5. Institusi/ Dinas dan responden yang terkait dengan penelitian penulis.
6. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman angkatan 2010 di
Program Studi Agribisnis dan teman-teman lain yang tidak bisa disebutkan
satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga penulis
menerima saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kebaikan skripsi ini.
Penulis juga berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan khususnya
bagi penulis pribadi. Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih.
Medan, Januari 2015
ABSTRAK ... i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
2.3 Penelitian Terdahulu ... 17
2.4 Kerangkan Pemikiran ... 19
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21
3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 22
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 23
3.4 Metode Analisis Data ... 24
3.5 Definisi ... 29
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1 Kondisi Georafis ... 30
4.2 Keadaan Penduduk ... 30
4.3 Tata Guna Lahan ... 31
4.4 Sarana dan Prasarana ... 32
4.5 Karakteristik Sampel ... 33
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi... 35
5.1.1 Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi ... 35
5.1.3 Peluang dalam Peningkatan Produksi Penangkaran
Benih Padi... 37 5.1.4 Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran
Benih Padi... 39 5.2 Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi ... 40
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan... 52 6.2 Saran ... 53
Tabel Judul Hal
1 Produksi padi sawah menurut kabupaten/Kota (ton) 2011 –2013
2
2 Tabel permintaan dan keterseduaan benih di kabupaten Deli Serdang tahun 2012 – 2014
4
3 Produksi Benih Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
21
4 Populasi dan Sampel Petani Penangkar Benih Padi di Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis
22
5 Spesifikasi Pengumpulan Data Dalam Penelitian 23 6
Tabel Skoring Faktor Internal dan Eksternal Tabel Faktor – Faktor Strategi
Distribusi Penduduk Menurut Sumber MataPencaharian di Desa Tumpatan Nibung 2014
Penggunaan Lahan di Desa Tumpatan Nibung 2014 Sarana dan Prasarana di Desa Tumpatan Nibung
Karakteristik Petani Penangkar Desa Tumpatan Nibung Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Luas Lahan Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman berusahatani Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman
DAFTAR GAMBAR
Gambar Judul Hal
1
2 3
Kerangka pemikiran strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi
Matriks Posisi SWOT
Matriks Posisi Strategi Peningkatan Produksi
Penangkaran Benih Padi
20
27
ABSTRAK
M. SUCAHYO AKBAR (100304127) dengan judul Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi Studi Kasus Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang. Penelitian ini dibimbing oleh Ibu Ir. Iskandarini, MM, Phd dan Ibu Ir. AT Hutajulu, MS
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal dalam meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi. Serta menganalisis strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang.
Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis swot untuk mendeskripsikan faktor berpengaruh dalam usahatani penangkaran benih padi di daerah penelitian serta menentukan strategi peningkatan produksinya. Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, dan untuk pengambilan data dilakukan wawancara menggunakan kuesioner terhadap petani penangkar benih padi sawah di daerah penelitian. Kuesioner yang digunakan mencakup karakteristik petani dan pertanyaan sesuai dengan tujuan dan kebutuhan penelitian. Penelitian ini dilakukan pada bulan april tahun 2015 di Kabupaten Deli Serdang.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Faktor internal dan faktor eksternal dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian terdiri dari kualitas fisik produksi yang sangat baik, penguasaan teknologi yang baik, kepercayaan pembeli gabah sangat tinggi, bahan baku benih tersedia ketika musim tanam. ketersediaan lahan yang minim, modal usaha tani, sarana prasarana produksi yang minim. adanya kelompok tani yang mendukung, permintaan benih sangat tinggi, pemerintah sangat mendukung kesejahteraan petani. perubahan iklim dan cuaca, tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan, adanya alih fungsi lahan. Strategi yang diperoleh untuk meningkatkan produksi penangkaran benih padi di daerah penelitian adalah strategi diversifikasi atau strategi ST (Strengths – Threats) yaitu menggunakan kekuatan untuk meminimalkan ancaman yang ada dengan kegiatan sebagai berikut Memanfaatkan teknologi untuk mengatasi perubahan iklim dan cuaca yang tidak menentu. Usaha-usaha meningkatkan pendapatan dengan melakukan pencatatan usaha tani dan pelatihan pengembangan bisnis, dan Mempertahankan dan melakukan disversifikasi tanaman dalam meningkatkan pendapatan petani
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan negara agraris, sebagian besar penduduk Indonesia tinggal di
pedesaan, mata pencaharian mereka adalah usaha pertanian. Umumnya mereka
berniat meningkatkan produksi padi semaksimal mungkin menuju swasembada
pangan. Tetapi tantangan untuk menuju cita-cita tersebut sangat besar terutama
karena faktor luas tanah pertanian yang makin sempit. Usaha meningkatkan produksi
dengan menerapkan berbagai teknologi telah dilakukan, semua ini bermaksud
meningkatkan produksi guna mengimbangi laju permintaan pangan (Aak, 1990).
Peranan komoditi pangan di Indonesia, khususnya padi begitu besar, sebab padi
merupakan bahan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Hal itu
terkait pada penyediaan kebutuhan pangan pokok, terutama pada komoditas padi
sebagai pangan utama. Oleh karena itu, kapasitas produksi padi nasional menjadi
salah satu permasalahan yang menonjol.
Kabupaten Deli Serdang yang berada di Provinsi Sumatera Utara merupakan salah
satu sentra produksi padi terbesar di provinsinya dengan jumlah produksi sebesar
Tabel 1 : Produksi padi sawah menurut kabupaten/Kota (ton) 2011 – 2013
Deli Serdang sebagai daerah penghasil padi yang besar di sumatera utara, tentu peran
benih menjadi hal yang menarik untuk di teliti
Dalam usaha memproduksi gabah tentunya tidak terlepas dari tersedianya benih,
3
produktivitas tanaman. Agar tanaman padi yang kita tanam dapat berproduksi tinggi
dengan mutu yang baik, tentunya benih yang digunakan harus berasal dari benih
(butiran gabah) yang bermutu.
Dalam budidaya tanaman, pembenihan merupakan salah satu faktor pokok yang
harus diperhatikan, karena faktor tersebut ikut menentukan produksi. Benih padi
adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk disemaikan
menjadi pertanaman. Kualitas benih itu sendiri akan ditentukan dalam proses
perkembangan dan kemasakan benih, panen dan perontokan, pembersihan,
pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Aak,
1990).
Dalam agribisnis modern, industri perbenihan/pembibitan memegang peranan yang
sangat penting. Di Negara-negara yang maju agribisnisnya, antara lain dicirikan oleh
pesatnya perkembangan industri perbenihan/pembibitan. Bahkan benih/bibit
merupakan salah satu eksport yang penting bagi negara maju. Hampir semua
benih/bibit unggul yang dewasa ini digunakan di negara-negara berkembang
termasuk Indonesia berasal dari negara maju, atau yang lebih maju sistem dan usaha
agribisnis (Pambudy, 2002).
Penangkaran benih padi swadaya merupakan suatu usaha penangkaran benih padi
yang mempunyai misi untuk menyediakan benih sumber bermutu yang memenuhi
standar perbenihan. Dengan adanya penangkaran ini, petani dapat dengan mudah
membeli benih yang bermutu untuk kegiatan usaha taninya. Penggunaan benih yang
keuntungan, antara lain peningkatan produksi dan mutu, mengatasi kendala dari
gangguan hama penyakit, serta peningkataan pendapatan.
Sebagai suatu usaha, penangkaran benih pada umumnya didirikan untuk
meningkatkan usaha di bidang ekonomi pertanian, menghasilkan benih pertanian
bermutu tinggi dan berkualitas yang langsung menunjang kegiatan usaha para
petani,mendapatkan keuntungan yang berkesinambungan serta meningkatkan peran
swasta dalam industri perbenihan di daerah tersebut.
Tabel 2 : tabel permintaan dan ketersediaan benih di kabupaten Deli Serdang tahun 2012 - 2014
Tahun Luas tanam (Ha) Kebutuhan benih (kg) (25kg x luas tanam)
Sumber : badan pusat stastistik dan balai pengawasan dan sertifikas benih
Dari data pada tabel 2 kita tahu bahwa setiap tahunnya terjadi kekurangan benih
untuk kabupaten Deli Serdang, pada tahun 2012 terjadi kekurangan benih sebesar
1.398 ton, pada tahun 2013 terjadi kekurangan benih sebesar 398 ton dan 1.566 ton
benih kekurangan pada tahun 2014.
Ketersediaan dan kebutuhan benih yang diperlukan oleh petani di Kabupaten Deli
Serdang tidak sepenuhnya berasal dari pemerintah. Petani juga mendapatkan benih
padi sawah yang berasal dari penangkaran swadaya di daerah petani tersebut. Hal
tersebut dikarenakan sulitnya mendapatkan benih yang berasal dari pemerintah
karena ketika pada saat petani membutuhkan benih untuk usaha tani mereka stock
5
Selain karena tidak adanya stock pada saat dibutuhkan, harga yang masih tergolong
tinggi juga menjadi kendala petani dalam mendapatkan benih yang berkualitas untuk
usaha tani mereka. Sehingga, petani lebih memilih benih dari penangkaran swadaya
yang menjual benih lebih murah dari benih yang disediakan oleh pemerintah.
Diperlukan adanya strategi yang tepat guna meningkatan produksi petani
penangkaran benih padi untuk pemenuhan kebutuhan benih padi bagi petani serta
menunjang program swasembada beras dan ketahanan pangan. Peningkatan produksi
juga tentunya berdampak terhadap peningatan Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Kabupaten Deli Serdang.
1.2Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa
masalah sebagai berikut.
1. Apa saja yang menjadi faktor eksternal dan internal dalam meningkatkan
produksi usaha tani penangkaran benih padi di kecamatan Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang?
2. Bagaimana strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran benih padi
di desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten Deli Serdang?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Untuk mendeskripsikan faktor-faktor internal dan eksternal dalam
meningkatkan produksi usaha tani penangkaran benih padi di Desa Tumpatan
2. Untuk menganalisis strategi peningkatan produksi usaha tani penangkaran
benih padi di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis Kabupaten
Deli Serdang.
1.4 Kegunaan Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang telah diuraikan tersebut, maka kegunaan
penelitian dirumuskan sebagai berikut.
1. Sebagai masukan dan bahan pertimbangan bagi petani dalam meningkatkan
produksi usahatani penangkaran benih padi.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah atau instansi terkait
untuk perumusan kebijakan dalam meningkatkan produksi benih unggul
bermutu.
3. Sebagai bahan referensi dan informasi bagi peneliti selanjutnya yang
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Padi merupakan bahan makanan yang menghasilkan beras. Bahan makanan ini
merupakan makanan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia. Meskipun
sebagai bahan makanan pokok padi dapat digantikan/disubstitusi oleh bahan
makanan lainnya, namun padi memiliki nilai tersendiri bagi orang yang biasa makan
nasi dan tidak dapat dengan mudah digantikan oleh bahan makanan yang lain (Aak,
1990).
Padi (Oryza Sativa L), termasuk ke dalam sub family Oryzoidae, family Orizeac.
Dari sejak berkecambah sampai panen, tanaman padi memerlukan 3-6 bulan. Sistem
akar padi digolongkan ke dalam akar serabut. Batang terdiri dari beberapa ruas yang
dibatasi oleh buku. Daun dan tunas (anakan) tumbuh pada buku. Padi dapat tumbuh
baik di daerah-daerah yang berhawa panas dan udaranya banyak mengandung uap
air. Di Indonesia padi ditanam dari dataran rendah sampai 1300 meter di atas
permukaan laut. Tanaman padi banyak membutuhkan air, maka padi ditanam di
musim hujan, baik sebagai padi ladang atau padi gogo. Di musim kemarau bisa juga
padi ditanam di sawah akan tetapi hanya pada sawah yang dapat drainase secara
teratur (Fitriadi, 1998).
Benih padi adalah gabah yang dihasilkan dengan cara dan tujuan khusus untuk
disemaikan menjadi pertanaman. Kualitas benih ditentukan oleh prosesnya, mulai
pengeringan, penyimpanan benih sampai fase pertumbuhan di persemaian (Arsanti,
1995).
Salah satu kunci budidaya padi terletak pada kualitas benih yang memiliki daya
kecambah tinggi (90-100%), sehat, dan murni. Benih yang memiliki persyaratan
tersebut diharapkan akan menghasilkan bibit yang kekar (vigorous), seragam, dan
sehat. Berdasarkan persyaratan kualitas, benih padi yang ditanam harus yang
bermutu tinggi (Suparyono dan Setyono, 1993).
Dalam hal pertanaman, benih menurut Peraturan Menteri Pertanian Republik
Indonesia Nomor: 39/Permentan/OT. 140/8/2006 dibagi atas beberapa kelas, di
antaranya.
1. Benih Penjenis (Breederseeds/BS) adalah benih yang dihasilkan di bawah
pengawasanpara pemulia dengan prosedur baku yang memenuhi standar
sertifikasi sistem mutu sehingga tingkat kemurnian geneticvarietas terpelihara
dengan baik. Bentuk benih penjenis ini dapat berupa pohon induk pemulia
ataupun organ vegetative. Dimana benih selanjutnya digunakan sebagai bahan
dasar untuk memproduksi benih selanjutnya.
2. Benih Dasar/BD (Foundationseeds/FS) adalah benih yang dihasilkan dari
turunan benih penjenis yang dipelihara sehingga identitas dan tingkat kemurnian
varietas dapat memenuhi standar mutu benih bina yang ditetapkan. Pada
perbanyakan vegetatif, benih ini dapat berupa kebun sumber mata temple
(Entress) dan biasanya diproduksi oleh lembaga perbenihan (pemerintah).
3. Benih Pokok/BP (Stock seeds/SS) adalah benih yang dihasilkan dari perbanyakan
9
memenuhi standar mutu bina yang ditetapkan dan disebarkan oleh balai-balai
benih dan merupakan turunan dari benih dasar.
4. Benih Sebar/BS atau benih reproduksi/BR (Extension seeds/ES) dapat diproduksi
dari benih pokok, benih dasar atau benih penjenis yang memenuhi standar mutu
bina. Merupakan benih yang dihasilkan oleh kebun-kebun benih atau petani
penangkar
Produksi benih di daerah penelitian adalah Benih Dasar, Benih Pokok, dan Benih
Sebar. Untuk Benih Penjenis, Penangkar mendapatkanya dari balai penelitian.
2.2. LandasanTeori 2.2.1 Produksi.
Menurut Sadono Sukirno (2005), fungsi produksi adalah hubungan antara
faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakanya. Faktor-faktor-faktor produksi
seperti yang dijelaskan dapat dibedakan kedalam empat golongan yaitu, tenaga kerja,
tanah, modal, dan keahlian keusahawan. Dalam teori ekonomi, dalam menganalisis
mengenai produksi selalu dimisalkan bahwa tiga faktor produksi yang belakangan
dinyatakan (tanah, modal, dan keahlian keusahawanan) adalah tetap jumlahnya.
Menurut Kartasapoetra (1985), secara kenyataan bahwa rakyat Indonesia di
pelosok-pelosok tanah air dan yang tinggal di kota-kota, dari dahulu hingga sekarang
merupakan rakyat yang mampu berproduksi, tetapi secara kenyataan pula hanya
sebagian kecil pula yang mampu mengembangkan produksinya, sedangkan sebagian
yang lainya merupakan usahawan – usahawan perorangan yang sulit
kemiskinan, hal ini dikarenakan : 1) modal yang mereka miliki sangat terbatas 2)
pengetahuan ekonomi mereka sangat terbatas, 3) usaha hanya di tujukan untuk
menanggulangi kesulitan hidup keluarga, 4) cara dan teknik pemasaran produksi
yang menguntungkan belum dikuasai dengan wajar, 5) kesadaran untuk menyatukan
usaha sehingga merupakan suatu usaha yang besar masih kurang.
Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan
sumberdaya yang mengubah suatu komoditas menjadi komoditas lainnya yang sama
sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, di mana, atau kapan komoditas-komoditas
itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh
konsumen terhadap komoditas itu (Miller dan Meiners, 1997).
Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi
dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan
produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan
keluaran (Agung, dkk., 2008).
Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi.
Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai
macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu
perusahaan (Beattie dan Taylor, 1996).
Dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yang
menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi.
Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:
11
Y = f (X1,X2, X3,…., Xn)
Dimana :
Y = hasil produksi fisik
X1, …, Xn = faktor-faktor produksi
(Mubyarto, 1994).
Faktor produksi dalam suatu usaha pertanian mencakup tanah, modal, dan tenaga
kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya
mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah masih banyak lagi
faktor yang harus diperhatikan, seperti luas lahan, topografi, kesuburan, keadaan
fisik, lingkungan, lereng, dan lain sebagainya (Daniel, 2002).
Perkaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan disebut
dengan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat
golongan, yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan keahlian keusahawanan. Untuk
faktor-faktor produksi usahatani meliputi bibit/benih, tenaga kerja, luas lahan, pupuk,
pengendali hama penyakit dan gulma serta faktor lainnya. (Sukirno, 1996).
Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk. Produk produksi dalam bidang
pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan
kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses
produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas
produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dikelola dengan kurang baik
pula (Soekartawi, 2002).
Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa prinsip optimalisasi penggunaan faktor
seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini
dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : 1) efisiensi teknis. 2) efisiensi alokatif
(efisiensi harga), 3) efisiensi ekonomi. Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai
sebagai patokan yaitu bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian
rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor produksi
tersebut. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi
teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum.
Dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis
dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.
Peningkatan produksi hanya akan tercapai, selain adanya kegairahan kerja para
petani adalah juga karena pihak pemerintah mampu memberikan pembinaan,
pengarahan, dan penyuluhan tentang pola kerja yang menguntungkan (efektif) jenis
dan kualitas benda yang harus diproduksi, cara dan teknik pengolahan, dan
pengelolaan yang berkaitan dengan itu. Karena para petani menginginkan
terwujudnya peningkatan produksi, dimana mereka dapat memperoleh peningkatan
pendapatan dan peningkatan taraf hidupnya maka segala pembinaan pengarahan dan
penyuluhan dilaksanakan sebagaimana mestinya. Dalam pembinaan, pengarahan dan
penyuluhan terkandung pengetahuan yang mudah diserap oleh mereka
(kartasapoetra, 1985)
Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran dan rencana yang
komprehensif. Strategi yang mengintegrasikan segala sumber daya dan kemampuan
yang bertujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Jadi strategi adalah
13
pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat untuk memenangkan kompetisi.
Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung pada kriteria yang
digunakan.
Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu:
1. Tahap pengumpulan data
2. Tahap analisis
3. Tahap pengambilan keputusan
Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan
pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data
dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari
dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:
- Matriks faktor strategi internal
- Matriks faktor strategi eksternal
(Soepeno, 1997).
2.2.2 Kemitraan
Kemitraan merupakan suatu strategi bisnis dimana keberhasilan kemitraan sangat
ditentukan oleh adanya kepatuhan diantara yang bermitra dalam menjalankan etika
bisnis. Dalam konteks ini pelaku-pelaku yang terlibat langsung dalam kemitraan
tersebut harus memiliki dasar-dasar etika bisnis yang dipahami bersama dan dianut
sangat bervariasi, tetapi merupakan representasi pelaku ekonomi seperti produsen,
pedagang, eksportir, pengolah, pemerintah daerah/pusat, perguruan tinggi, lembaga
riset lain, lembaga swadaya masyarakat dan sebagainya (Darmono, 2004).
Kemitraan bukan sebuah pengaturan resmi berdasarkan kontrak. Kemitraan adalah
sebuah cara melakukan bisnis dimana pemasok dan pelanggan berniaga satu sa ma
lain untuk mencapai tujuan bisnis bersama. Kemitraan menggantikan hubungan
pembeli atau pemasok teradisional dengan suatu derajat kerjasama dan saling
percaya serta memanfaatkan keahlian setiap mitra usaha guna memperbaiki
persaingan secara keseluruhan (Linton, 1997).
Kemitraan menyediakan banyak manfaat dan kegunaan dari fungsinya yaitu sebagai
berikut:
1. Membangun hubungan jangka panjang.
2. Memperbaiki kinerja bisnis jangka panjang.
3. Perencanaan produk yang difokuskan.
4. Kesadaran pelanggan ditingkatkan
5. Membuka saluran- saluran penjualan.
6. Mengendalikan biaya-biaya penjualan
(Linton, 1997).
2.2.3 Analisis SWOT
Rangkuti (2008) mengemukakan strategi sebagai alat untuk mencapai tujuan
perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut,
15
maupun adiktif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan
kelemahan internal yang dapat mempengaruhiorganisasi. Menurut Umar (2008),
strategi merupakan tindakan yang bersifat senantiasa meningkat dan terus-menerus,
serta dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para
pelanggan di masa mendatang.
Tujuan utama strategi dalam setiap kegiatan adalah mencapai keberhasilan. Dalam
mencapai tujuanya itu keberhasilan, ada beberapa elemen strategi yang harus
dipenuhi. Pertama, tujuan yang diformulasikan secara sederhana, konsisten dan
berjangka panjang. Kedua, pengertian mendalam terhadap lingkungan persaingan.
Ketiga, penilaian objektif terhadap sumber daya dan implementasi yang efektif
(David, 2006).
Analisis SWOT dapat digunakan secara deskriptif dan secara kuantitatif. Penggunaan
analisis SWOT secara deskriptif yaitu hanya menjelaskan bagaimana pengembangan
suatu organisasi tanpa menjelaskan strategi faktor-faktor internal dan eksternalnya.
Sedangkan penggunaan analisis SWOT secara kuantitatif yaitu menjelaskan dengan
terperinci faktor-faktor internal dan eksternalnya dengan menggunakan bobot dan
bagaimana strategi pengembangan tersebut bermanfaat bagi suatu usaha atau
organisasi. Analisis SWOT ditujukan untuk mengidentifikasi berbagai faktor internal
dan faktor eksternal untuk merumuskan strategi (Pearce dkk, 2009).
Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh, yaitu :
1. Analisis Internal
Setiap perusahaan perlu menilai kekuatan dan kelemahannya dibandingkan para
pesaingnya. Penilaian tersebut dapat didasarkan pada faktor-faktor seperti teknologi,
sumber daya finansial, kemampuan kemanufakturan, kekuatan pemasaran dan basis
pelaggan yang dimiliki. Strenght (kekuatan) adalah keahlian dan kelebihan yang
dimiliki oleh perusahaan pesaing.
Analisis Kelemahan (Weaknesses)
Merupakan keadaan perusahaan dalam menghadapi pesaing mempunyai keterbatasan
dan kekurangan serta kemampuan menguasai pasar, sumber daya serta keahlian.Jika
orang berbicara tentang kelemahan yang terdapat dalam tubuh suatu satuan bisnis,
yang dimaksud ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan
dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi
yang memuaskan. Dalam praktek, berbagai keterbatasan dan kekurangan
kemampuan tersebut bisa terlihat pada sarana dan prasarana yang dimiliki atau tidak
dimiliki, kemampuan manajerial yang rendah, keterampilan pemasaran yang tidak
sesuai dengan tuntutan pasar, produk yang tidak atau kurang diminta oleh para
pengguna atau calon pengguna dan tingkat perolehan keuntungan yang kurang
memadai.
2. Analisis Eksternal
Analisis Peluang (Opportunity)
Setiap perusahaan memiliki sumber daya yang membedakan dirinya dari perusahaan
17
membutuhkan sejumlah besar modal untuk dapat dimanfaatkan. Dipihak lain,
perusahaan-perusahaan baru bemunculan. Peluang pemasaran adalah suatu daerah
kebutuhan pembeli di mana perusahaan dapat beroperasi secara menguntungkan.
Analisis Ancaman (Threats)
Ancaman adalah tantangan yang diperlihatkan atau diragukan oleh suatu
kecenderungan atau suatu perkembangan yang tidak menguntung-kan dalam
lingkungan yang akan menyebabkan kemerosotan kedudukan perusahaan. Pengertian
ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang.Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa ancaman adalah faktor-faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu
satuan bisnis.
Jika tidak diatasi, ancaman akan menjadi ganjalan bagi satuan bisnis yang
bersangkutan baik untuk masa sekarang maupun di masa depan. Dengan melakukan
kedua analisis tersebut maka perusahaan dikenal dengan melakukan analisis SWOT
(Kotler, 2000).
2.3. PenelitianTerdahulu
Salsabila (2015) dengan judul penelitian “Analisis Finansial Usaha Penangkaran
Benih Padi Penelitian ini dilakukan pada bulan Oktober tahun 2014 di Kabupaten
Serdang Bedagai. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) penyelenggaraan usaha
penangkaran benih padi terdiri dari persemaian, pengolahan lahan, penanaman,
pemeliharaan, panen dan pengolahan benih serta diawasi oleh petugas Badan
benih pokok dan benih sebar perhektar per satu kali musim tanam adalah Rp Rp
19.451.544,4, Rp 9.712.277,7 dan Rp 9.328.388,2. Sedangkan penerimaan yang
diperoleh untuk tiga kelas benih tersebut adalah Rp 49.500.000, Rp 26.060.126,5 dan
Rp 25.271.414,3 sehingga diperoleh pendapatan untuk tiga kelas benih tersebut
adalah Rp 30.048.455,5, Rp 16.347.848 dan Rp 15.943.025,7. (3) Nilai R/C dan B/C
untuk benih dasar adalah 2,62 dan 1,62, untuk benih pokok adalah 2,68 dan 1,68
sedangkan untuk benih sebar adalah 2,71 dan 1,71. Nilai R/C > 1 dimana setiap Rp 1
biaya yang dikeluarkan akan memberikan penerimaaan sebesar Rp 2,62 untuk benih
dasar, Rp 2,68 untuk benih pokok dan Rp 2,71 untuk benih sebar yang artinya usaha
penangkaran benih padi layak untuk dikembangkan dan memiliki prospek yang
bagus untuk ke depannya. Sedangkan nilai B/C untuk benih dasar sebesar 1,62, benih
pokok sebesar 1,68 dan benih sebar sebesar 1,71. Nilai B/C > 0 dimana setiap Rp 1
biaya yang dikeluarkan akan memberikan pendapatan sebesar Rp 1,62 untuk benih
dasar, Rp 1,68 untuk benih pokok dan Rp 1,71 untuk benih sebar artinya usahatani
penangkaran benih padi ini dan layak untuk diusahakan dan menguntungkan.
Berdasarkan hal tersebut disarankan kepada pemerintah untuk membantu penangkar
dalam bentuk permodalan, membeli kelebihan benih dari penangkar dan menetapkan
kepastian harga jual benih padi bersertifikat/bermutu, supaya merangsang petani
untuk menjadi penangkar benih dan kebutuhan benih di Kabupaten Serdang Bedagai
dapat terpenuhi. Disarankan kepada penangkar untuk memperbaiki cara penanaman
dan budidaya agar produktivitas yang dihasilkan dapat lebih tinggi dan
19
2.4. Kerangka Pemikiran
Perkembangan usaha tani penangkaran benih tidak terlepas dari faktor-faktor
keragaan sumber daya, yakni sumber daya alam dan lingkungan, sumber daya
manusia, sumber daya sosial dan kelembagaan serta sumber daya buatan. Setelah
dilakukan pengumpulan data keragaman sumber daya di Kabupaten Deli Serdang
maka dapat diidentifikasi faktor eksternal dan faktor internal yang berkaitan dengan
usaha tani penangkaran benih. Faktor strategis internal adalah kekuatan dan
kelemahan yang dimiliki oleh daerah.Faktor strategi eksternal adalah peluang dan
ancaman yang mungkin dihadapi oleh daerah penelitian.Faktor eksternal dan faktor
internal tersebut kemudian dianalisis dengan analisis SWOT.
Analisis SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, threats) merupakan salah satu
alat analisis strategi pengembangan. Analisis SWOT mengidentifikasi berbagai
faktor untuk merumuskan strategi. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman
(threats).Kemudian dapat ditentukan strategi apa yang dapat mengembangkan usaha
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada skema kerangka pemikiran berikut ini:
Gambar 1.Kerangka pemikiran strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi
Keterangan : : Ada pengaruh
Peningkatan produksi penangkaran benih padi
Strategi Peningkatan produksi penangkaran benih padi
Faktor Internal FaktorEksternal
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Kabupaten Deli Serdang.
Penentuan lokasi penelitian dilakukan dengan pertimbangan berdasarkan data dan
informasi yang diperoleh.Hal ini dikarenakan Kabupaten Deli Serdang merupakan
salah satu daerah penghasil gabah terbesar di Sumatera Utara, juga merupakan salah
satu daerah yang memproduksi dan mendistribusikan benih padi dalam jumlah besar.
Selain itu, kondisi lingkungan di daerah ini cukup mendukung dalam memproduksi
benih padi.
Tabel 3. Produksi Benih Padi di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2014
Nama Penangkar Produksi
2012 2013 2014
PT. SHS T. Morawa 190.075 790.400
UPT.BBI Murni 27.324 25.000
KT. Rawa Badak 45.000 25.000
CV. Surya Mandiri Sejahtera 115.000
KT. Lestari Tani 15.000 68.500
KT. Karya Tani 10.000
Sumber Rezeki 10.000
Jaya Tani 30.000 233.600 65.000
Kelp Harapan Tani 10.500
PT. Hidayah Nur Wahara 153.000
Tani Lestari 5.000 10.000
JUMLAH 627.599 1.625.400 280.000
Sumber Balai pengawasan dan Sertifikasi Benih Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan tabel tersebut, pada tahun 2014 Kabupaten Deli Serdang menghasilkan
yang berada di desa Tumpatan nibung kecamatan Batang Kuis merupakan produsen
dengan jumlah produksi menengah dan sedang mengalami perkembangan. Hal ini
menjadi acuan dalam menentukan daerah penelitian terhadap strategi peningkatan
produksi sehingga diharapkan di masa mendatang produksinya dapat lebih
ditingkatkan.
3.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode yang digunakan dalam pengambilan sampel adalah metode Stratified
Random Sampling secara proporsional, dengan besar sample ditetapkan sebesar 30
kepala keluarga. Populasi merupakan 81 petani penghasil benih padi di desa
Tumpatan Nibung kecamatan Batang Kuis. Populasi dikelompokkan atas dua strata
berdasarkan luas lahan yaitu lahan dengan luas < 1Ha dan lahan dengan luas ≥ 1Ha.
Jumlah populasi dan sampel berdasarkan strata luas lahan dapat dilihat pada tabel 4
berikut:
Tabel 4. Populasi dan Sampel Petani Penangkar Benih Padi di Desa Tumpatan Nibung Kecamatan Batang Kuis
Dari jumlah sampel berdasarkan strata tersebut, penentuan sample yang akan diteliti
23
3.3. Metode Pengumpulan Data
Jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Jenis dan sumber data yang dikumpulkan dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 5. Spesifikasi Pengumpulan Data Dalam Penelitian
No Jenis Data Sumber Data Metode / Yang Digunakan
1 Identitas Penangkar Koresponden Wawancara
2 Faktor Internal Koresponden Wawancara
dan Observasi
3 Faktor Eksternal Koresponden Wawancara
dan Observasi
4 Produksi Balai Pengawasan dan
Sertifikasi Benih Sumatera
Utara
Wawancara dan
Studi Kepustakaan
5 Teknik Pengelolaan Koresponden Wawancara
dan Observasi
6 Monografi Daerah
Penelitian
Perangkat desa Wawancara dan
Studi Kepustakaan
Dari tabel dapat dijelaskan bahwa data primer diperoleh dari hasil wawancara
langsung dan observasi dengan responden dari penangkar dengan daftar pertanyaan
(kuisioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu sesuai dengan tujuan dan
kebutuhan penelitian. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang
diperoleh dari Dinas Pertanian Kabupaten Deli Serdang, Balai Sertifikasi dan
Pengawasan Benih Sumatera Utara dan kepustakaan lainnya yang digunakan sebagai
3.4. Metode Analisis Data
Untuk menganalisis masalah (1) dan (2), digunakan analisis deskriptif dengan
menggunakan matriks SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat). Analisis
SWOT didasarkan pada asumsi bahwa strategi yang efektif adalah memaksimalkan
kekuatan dan peluang, meminimalkan kelemahan dan ancaman. Matriks SWOT
terdiri atas empat sel faktor (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) dan
empat sel alternatif strategi (Strategi SO, Strategi WO, Strategi ST dan Strategi WT).
Matrik ini menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal
yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya.
Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan
pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan model matrik
25
Tabel 6 Tabel Skoring Faktor Internal dan Eksternal
Faktor Internal Faktor Eksternal Kategori Rating
Kekuatan Peluang Sangat Setuju 5
Kekuatan Peluang Setuju 4
Kekuatan Peluang Biasa 3
Kekuatan Peluang Tidak Setuju 2
Kekuatan Peluang Sangat Tidak Setuju 1
Kelemahan Ancaman Sangat Setuju 5
Kelemahan Ancaman Setuju 4
Kelemahan Ancaman Biasa 3
Kelemahan Ancaman Tidak Setuju 2
Kelemahan Ancaman Sangat Tidak Setuju 1
Total Skor
Setiap faktor internal dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat setuju
sampai sangat tidak setuju dan diberi rating mulai dari 5 untuk kategoti sangat setuju
Untuk tabel faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternalnya ditunjukkan oleh
tabel 7. berikut:
Tabel 7. Tabel Faktor – Faktor Strategi Faktor Strategi
Eksternal/Internal
Rating Bobot
Skoring (Rating × Bobot)
Kekuatan/Peluang
1. Luas lahan
2. Pemanfaatan teknologi
3. Modal
4. Dll
Total Bobot Kekuatan/Peluang 100
Kelemahan/Ancaman
1. Permintaan benih
2. Iklim
3. Kebijakan pemerintah
4. Dll
Total Bobot Kelemahan/Ancaman 100 Selisih
Kekuatan-Peluang/Kelemahan-Ancaman
Berdasarkan tabel di atas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor
strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta
peluang- ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor tersebut
27
Kemudian peringkatkan setiap faktor dari 5 (sangat setuju) sampai 1 (sangat tidak
setuju) dalam kolom 3 berdasarkan respon petani terhadap faktor itu. Kemudian yang
terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam
kolom 4. Setelah itu, hasil analisis pada tabel matrik faktor strategi internal dan
faktor eksternal dipetakan pada matrik posisi sebagai berikut:
a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan
sumbu (y) menunjukkan peluang dan ancaman.
b. Posisi perusahaan ditentukan dengan hasil sebagai berikut ;
- Kalau peluang lebih besar daripada ancaman nilai y > 0 dan sebaliknya kalau
ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y <0.
- Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan
sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x<0
Y (+)
Kuadran III Kuadran I
Strategi Turn-around Strategi agresif
X (-) X(+)
Kuadran IV Kuadran II
Strategi Defensif Strategi Diversifikasi
Y (-)
Gambar 2. Matriks Posisi SWOT
Kuadran I;
- Merupakan posisi yang menguntungkan
- Petani mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat
memanfaatkan peluang secara maksimal
- Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan
pertumbuhan yang agresif.
Kuadran II :
- Meskipun menghadapi berbagai macam ancaman, petani mempunyai
keunggulan sumberdaya.
- Petani dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk
memanfaatkan peluang jangka panjang.
- Dilakukan dengan penggunaan diversifikasi produk atau pasar.
Kuadran III :
- Petani menghadapi peluang besar tetapi sumberdayanya lemah, karena
itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal, fokus strategi
perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala
internal perusahaan.
Kuadran IV :
- Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan
- Petani menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya
yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.
29
3.5. Defenisi
1. Benih padi adalah benih untuk pembibitan tanaman padi, yaitu padi sawah
2. Usaha tani penangkaran benih padi adalah kegiatan mengusahakan (mengelola)
komoditi benih padi sawah.
3. Strategi peningkatan produksi usahatani penangkaran benih padi adalah cara-cara
yang efisien dan sistematis untuk meningkatkan produksi penangkaran benih padi
di masa yang akan datang.
4. Kekuatan adalah faktor internal yang mendukung usahatani penangkaran benih
padi.
5. Kelemahan adalah masalah atau kekurangan yang perlu diminimalkan dalam
usaha tani penangkaran benih padi yang berasal dari dalam atau internal.
6. Ancaman adalah masalah-masalah yang perlu dihindari dalam usaha tani
penangkaran benih padi yang berasal dari luar atau eksternal.
7. Peluang adalah kesempatan-kesempatan yang mendukung usaha tani
penangkaran benih padi.
8. Produksi benih padi adalah produksi benih padi dalam satuan ton per hektar per
tahun.
Batasan Operasional:
1. Tempat penelitian adalah di Desa Tumpatan nibung Kecamatan Batang Kuis
Kabupaten Deli Serdang.
2. Sampel dalam penelitian ini adalah petani penangkar benih padi pada
penangkaran swadaya.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Kondisi Geografis
Desa Tumpatan Nibung terletak di Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli
Serdang, Provinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah 3,7 km2. Jarak tempuh Desa
Tumpatan Nibung ke Ibu kota Kecamatan Batang Kuis 4,50 Km. Desa ini
merupakan desa dataran rendah dan desa persawahan dengan ketinggian 20 m di atas
permukaan laut memiliki batas wilayah sebagai berikut :
- Sebelah Utara : Desa Tanjung Sari
- Sebelah Selatan : Desa Dalu X
- Sebelah Timur : Desa Aras Kabu
- Sebelah Barat : Desa Sena
4.2 Keadaan Penduduk
Berikut komposisi penduduk berdasarkan sumber mata pencaharian.
Tabel 8. Distribusi Penduduk Menurut Sumber Mata Pencaharian di Desa Tumpatan Nibung 2014
Sumber Mata Pencaharian Jumlah (Jiwa) Persentase (%)
Tani
31
Pada Tabel 6 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Tumpatan Nibung adalah
6.835 jiwa dengan 1.604 KK. Jumlah penduduk laki laki 3.479 orang dan jumlah
perempuan 3.356 orang. Sumber mata pencaharian penduduk paling banyak adalah
pertanian sebesar 5.227 jiwa (76,5%). Hal ini karena masyarakat di desa tersebut
memiliki budaya dan turun temurun berprofesi sebagai petani.
4.3 Tata Guna Lahan
Wilayah Desa Tumpatan Nibung mempunyai luas yang fungsinya dibagi menjadi
areal persawahan, pemukiman, dan untuk keperluan lainnya. Untuk lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 9 berikut :
Tabel 9. Penggunaan Lahan di Desa Tumpatan Nibung 2014 Jenis Penggunaan Lahan Luas Lahan
(Ha)
Persentase (%)
Luas Persawahan 190 51
Luas Pemukiman 140 38
Luas Perkebunan 21 6
Lain lain 19 5
Total 370 100
Sumber : Monografi Desa Tahun 2014
Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa penggunaan lahan yang dominan ada
pada areal pertanian sebesar 190 Ha (51%) dari seluruh lahan. Untuk lahan
perkebunan sebesar 21 Ha (6%), lahan pemukiman sebesar 140 Ha (38%) dan
sisanya sebesar 19 Ha (5%) untuk lain – lain seperti perkuburan, pekarangan,
4.4 Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di desa sangat dibutuhkan demi perkembangan dan
kemajuan masyarakat di desa tersebut. Sarana dan prasarana yang ada di Desa
Tumpatan Nibung dapat dilihat pada tabel 10. berikut :
Tabel 10. Sarana dan Prasarana di Desa Tumpatan Nibung
Fasilitas Sarana & Prasarana Jumlah
Pendidikan TK/Paud 3 unit
SD/Sederajat 2 unit
Lembaga Pendidikan Agama 2 unit
Kesehatan Poskesdes 1 unit
Posyandu 5 unit
Praktik bidan 1 unit
Peribadahan Mesjid 2 unit
Musholla 3 unit
Transportasi Jalan 5,8 km
Sumber : Monografi Desa Tumpatan Nibung 2014
Berdasarkan Tabel 10. dapat dilihat bahwa sarana dan prasarana di daerah penelitian
terdiri dari fasilitas pendidikan, fasilitas kesehatan, fasilitas peribadahan dan
transportasi. Fasilitas pendidikan yang jumlahnya terbatas menyebabkan tingkat
pendidikan yang ditempuh masyarakat di desa penelitian cukup rendah, dan kondisi
33
4.5 Karakteristik Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah petani Penangkar benih di Desa Tumpatan
Nibung, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang. Karakteristik petani
sampel yang diteliti meliputi Umur, Pendidikan, Lama berusahatani dengan deskripsi
sebagai berikut.
Tabel 11. Karakteristik Petani Penangkar Desa Tumpatan Nibung No Uraian Rata – rata Range
1 Umur (Tahun) 49 tahun 30 – 59 tahun
2 Luas lahan (rantai) 15,2 rantai 4 – 30 rantai 3 Lamanya Berusahatani (Tahun) 12 tahun 1 – 20 tahun Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1
Umur
Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan
petani dalam melakukan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani maka
kemampuan untuk melakukan kegiatan usahataninya cenderung semakin menurun
dan mempengaruhi jumlah produksi usahataninya karena kegiatan usahatani banyak
mengandalkan kegiatan fisik. Keadaan umur sampel di daerah penelitian dapat
dilihat pada tabel berikut ini :
Tabel 12. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Umur
No. Kelompok Umur
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa umur petani yang terbesar berada di kisaran 50 -59
tahun.
Luas lahan
lahan merupakan salah satu faktor produksi, di daerah penelitian luas lahan petani di
bagi dalam 2 tingkatan, yaitu petani dengan luas lahan dibawah 1 hektar dan petani
dengan luas lahan satu hektar ke atas.
Tabel 13. Distribusi Karakteristik Sampel Berdasarkan Luas Lahan No Luas Lahan
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1
Pengalaman Berusahatani
Pengalaman erat hubungannya dengan pengetahuan terhadap cara cara bertani baik
dari segi manfaat ataupun kualitasnya. Pengalaman sampel dilokasi penelitian
bervariasi mulai dari 1- 20 tahun.
Tabel 14. Distribusi Sampel Berdasarkan Pengalaman berusahatani No Tingkat Pengalaman Besar Sampel
(Jiwa)
Sumber : Data Diolah dari Lampiran 1
Berdasarkan tabel 14 diketahui bahwa karakteristik petani sampel berdasarkan
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Tabel Skoring Faktor Eksternal dan Internal
Dalam menganalisis faktor dengan menggunakan swot, langkah pertama adalah
melakukan skoring terhadap faktor – tersebut dengan menggunakan kuisioner kepada
para petani sampel, dari wawancara dan kuisioner terhadap sampel diperoleh nilai –
nilai skoring sebagai berikut :
Tabel 15. Tabel skoring dari kuisioner
No Faktor Skor Keterangan
1 1. Kondisi fisik produksi yang bagus 4,56 Kekuatan
2 Pemanfaatan teknologi yang tepat 4,46 Kekuatan
3 Kepercayaan pedagang pengumpul 4,56 Kekuatan
4 Ketersediaan bahan baku benih 4,6 Kekuatan
5 Ketersediaan lahan yang minim 4,03 Kelemahan
6 Modal usaha tani yang minim 4,46 Kelemahan
7 Sarana produksi yang kurang 4,7 Kelemahan
8 Kelompok Tani yang mendukung 4,33 Peluang
9 Permintaan benih yang tinggi 4,53 Peluang
10 Dukungan pemerintah 4,36 Peluang
11 Iklim dan Cuaca tidak menentu 4,8 Ancaman
12 Lembaga keuangan/ kredit lunak minim 4,06 Ancaman
13 Adanya alih fungsi lahan 4,73 Ancaman
Sumber : lampiran 3
Dari hasil kuisioner pada tabel 15 kita dapat menentukan faktor – faktor apa saja
5.2 Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi
5.2.1 Kekuatan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi
Adapun kekuatan dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah
penelitian adalah sebagai berikut:
1. Kualitas Fisik Produksi yang Baik Dimiliki Petani
Dalam usaha tani penangkaran benih padi, kualitas benih hasil panen merupakan
salah satu faktor penting agar produk dapat diterima di pasaran dengan harga yang
bagus dan tentunya dapat meningkatkan pendapatan tentunya. Di desa Tumpatan
Nibung, gabah benih hasil panen memiliki kualitas fisik yang cukup baik, terbukti
produk dapat laris di pasaran.
2. Pemanfaatan Teknologi yang Baik
Dalam usaha tani penangkaran benih padi, petani memiliki paket teknologi yang
lebih baik di banding kan petani gabah biasa. Hal ini terkait sertifikasi benih, untuk
menjaga kualitas benih yang dihasilkan, pemerintah melalui penyuluh dan Balai
pengawasan dan sertifikasi benih memberikan perhatian, prosedur dan pengawasan
yang lebih terhadap proses produksi untuk menjaga kualitas benih yang di sertifikasi.
37
3. Kepercayaan Pembeli Gabah Terhadap Petani
Dalam suatu kegiatan usaha bisnis, kepercayaan antar pelaku usaha merupakan hal
yang penting untuk kesinambungan dan perkembangan suatu usaha. Berdasarkan
hasil wawancara dengan beberapa petani, pedagang pengumpul memiliki
kepercayaan yang cukup baik terhadap para petani penangkar. Dalam beberapa kasus
sang pedagang pengumpul dapat memberikan piutang berupa sarana produksi untuk
modal usaha tani petani penangkar tanpa menekan harga jual produksinya.
4. Ketersediaan Bahan Baku Benih Saat Musim Tanam Mencukupi
Penangkaran benih padi memerlukan penggunaan benih yang unggul untuk
menjamin kualitas mutu hasil panen kelak. Benih yang unggul didapat dari lembaga
yang memang berkompeten dalam penyediaan benih sehingga memperoleh sertifikat.
Di daerah penelitian ketersediaan bahan baku benih bersertifikat ketika musim tanam
merupakan kekuatan dalam menjalankan usahatani penangkaran benih padi. Hal ini
dikarenakan petani di daerah penelitian tidak kesulitan mendapatkan benih yang
unggul dan bersertifikat dalam menjalankan usahatani penangkaran mereka.
5.1.2 Kelemahan dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi
Adapun kelemahan dalam peningkatan produksi penangkaran benih padi di daerah
penelitian adalah :
1. Ketersediaan Lahan yang Kurang
Lahan merupakan salah satu modal pokok dalam berusaha tani, tidak terkecuali
salah satu faktor produksi yang paling penting , di daerah penelitian ketersedian
lahan menjadi suatu masalah, banyak terjadi alih fungsi lahan baik menjadi lahan
perkebunan atau menjadi lahan pemukiman.
2. Kesulitan dalam Memiliki Modal Berusaha Tani
Pada usaha tani penangkaran benih padi sering mengalami kendala,salah satunya
adalah modal ketika musim tanam, petani selalu kesulitan modal. Rendah nya
kemampuan manajemen keuangan ketika musim panen dan tidak adanya
pencatatatan biaya usaha tani yang dilakukan membuat petani selalu kesusahan
dalam permodalan.
3. Sarana Produksi yang Minim
Sarana dan Prasarana di daerah penelitian sangat minim, tidak adanya irigasi
membuat petani terkadang mengalami kekeringan. Adanya pompanisasi yang di
bangun pemerintah kurang berjalan dengan efektif, selain terkena cost, pompanisasi
juga kurang dapat diandalkan hal menyebabkan banyak petani enggan
menggunakanya. Sarana pengeringan dan penjemuran gabah didaerah penelitian juga
sangat minim.
5.1.3 Peluang dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi
1. Adanya Kelompok Tani yang Mendukung Usaha Tani
Kelompok Tani dan Gabungan Kelompok Tani di daerah penelitian dijadikan petani
sebagai tempat berbagi tentang segala hal yang dialami dalam menjalankan
39
melalui pertemuan antar sesama anggota kelompok yang diadakan secara berkala
oleh pengurus anggota kelompok tani. Kelompok tani didaerah penelitian juga
dijadikan sebagai jembatan penghubung antara pemerintah dan petani dalam upaya
meningkatkan hasil produksi petani. Kordinasi yang baik antara pemerintah dan
petani melalui organisasi kelompok tani merupakan peluang, sehingga petani ikut
serta dan berperan aktif dalam produksinya.
2. Permintaan yang Tinggi Terhadap Produksi Benih
Ketersediaan benih adalah hal mutlak dalam pembudidayaan. Permintaan pasar
terhadap gabah benih sangat besar karena merupakan kebutuhan pokok petani setiap
musim tanam, berdasarkan hasil wawancara dengan ketua gabungan kelompok tani
di daerah penelitian, benih hasil produksi mereka cepat terjual habis di pasaran. Hal
ini merupakan peluang besar bagi para petani penangkar untuk meningkatkan
produksinya.
3. Adanya Dukungan Pemerintah
Pemerintah melalui penyuluh dan balai pengawasan dan sertifikasi benih
memberikan dukungan penuh untuk petani penangkar. Penyuluh menjadi
penghubung yang cukup baik antara pemerintah dan petani. Namun tentunya
komunikasi antara penyuluh dan petani harus terus ditingkatkan dan dikembangkan
sehingga komunikasi antara penyuluh tidak terbatas hanya mengenai program
pemerintah.
5.1.4 Ancaman dalam Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi
1. Perubahan Iklim dan Cuaca yang Tidak Menentu Akibat Pemanasan Global
Beberapa tahun belakangan ini dirasakan petani di daerah penelitian perubahan iklim
dan cuaca yang membuat petani bingung untuk memulai pertanaman. Hal ini
merupakan suatu masalah bagi petani di daerah penelitian karena sawah mereka ada
lah sawat tadah hujan. Musim kemarau dan musim hujan tak dapat lagi diketahui
pasti petani kapan mulainya. Akibatnya, pertanaman sering mengalami kegagalan
dan pertumbuhannya terganggu. Berdasarkan pengamatan di daerah penelitian,
banyak sawah yang kekeringan dan kekurangan air. Sawah yang kering
menyebabkan hama rumput. Hal ini menjadi ancaman bagi petani dalam
meningkatkan produksi di daerah penelitian.
2. Tidak Adanya Lembaga Keuangan Dengan Kredit Ringan yang Membantu
Modal merupakan suatu kelemahan untuk petani penangkaran benih padi. Tidak
adanya lembaga pemodalan yang ringan dan membantu petani merupakan ancaman
bagi usaha tani penangkaran benih padi. Petani di daerah penelitian memerlukan
lembaga keuangan yang menyediakan kredit ringan untuk usaha tani meraka.
3. Pembangunan Kawasan Perkotaan
Daerah penelitian Kecamatan Batang Kuis merupakan kawasan dimana
pembangunan Bandara Kuala Namu berada, terdapatnya bandara dan masuknya
banyak dana investasi kedaerah tersebut mendorong pembangunan daerah tersebut
41
prasarana, namun menjadi dampak negatif ketika pertanian tidak dipandang begitu
menguntungkan. Alih fungsi lahan merupakan hal yang paling ditakutkan untuk
ketersediaan lahan di daerah penelitian
5.2 Strategi Peningkatan Produksi Penangkaran Benih Padi
Dalam usahatani kita selalu dihadapkan pada masalah, dan tantangan dalam proses
produksinya, masalah dan tantangan tersebut dapat kita jadikan acuan untuk
menentukan strategi dalam berusaha tani. Dalam menetapkan strategi peningkatan
produksi yang tepat bagi petani sebagai pelaku usahatani, dilakukan identifikasi
faktor-faktor internal dan eksternal yang memberikan dampak bagi pelaku usahatani.
Melalui faktor internal dapat diketahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki petani
untuk meningkatkan kemampuan petani dalam melakukan proses produksi usahatani.
Sedangkan melalui faktor-faktor eksternal dapat diketahui usahatani dapat berubah
Tabel 16. Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman Peningkatan Produksi Penangkarang Benih Padi
Faktor-Faktor Parameter
Faktor Internal
1. Kekuatan a. Kondisi fisik dan kualitas benih panen sangat bagus
b. Pemanfaatan teknologi yang baik
c. Kepercayaan pedagang pengumpul
d. Ketersediaan bahan baku benih ketika musim tanam
2. Kelemahan a. Ketersediaan lahan yang kurang
b. Modal usaha yang kurang
c. Sarana prasarana produksi yang masih kurang
Faktor Eksternal
1. Peluan
g
a. Adanya Kelompok tani yang mendukung
b. Tingginya permintaan hasil produksi
c. Dukungan pemerintah terhadap petani
2. Anca
man
a. Perubahan Iklim dan Cuaca yang tidak menentu
b. Tidak adanya lembaga keuangan dengan kredit ringan
c. Alih fungsi lahan
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2
Berdasarkan hasil wawancara dan pengolahan data yang diperoleh dari petani
penangkaran benih padi di daerah penelitian, dapat dilihat faktor-faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang
mempengaruhi peningkatan produksi Penangkarang benih padi seperti pada tabel 16.
Setelah diketahui faktor-faktor internal dan eksternal dalam peningkatan produksi
43
pengumpulan data. Model yang digunakan adalah Matriks Faktor Strategi Internal
(IFAS) dan Matriks Faktor Strategi Eksternal (EFAS).
Hasil identifikasi faktor-faktor internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan,
rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks IFAS untuk diberi skoring
(rating x bobot) seperti pada tabel berikut:
Tabel 17. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Internal (IFAS)
Faktor-Faktor Strategi Internal Rating Bobot Skor
Strength (Kekuatan)
1. Kondisi fisik produksi 5 13,16 65,79
2. Pemanfaatanteknologi 4 10,52 41,11
3. Kepercayaan pedagang pengumpul 5 13,16 65,79
4. Ketersediaan bahan baku benih 5 13,16 65,79
Total Skor Kekuatan 19 50 238,48
Weakness (Kelemahan)
1. Ketersediaan lahan 4 15,38 61,54
2. Modal usaha tani 4 15,38 61,54
3. Sarana produksi 5 19,23 96,15
Total Skor Kelemahan 13 50 219,23
TOTAL 32 100 462,52
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2
Selanjutnya, hasil identifikasi faktor-faktor eksternal yang merupakan peluang dari
ancaman juga dilakukan pemberian rating dan bobot.
Rating dan pembobotan dipindahkan ke tabel matriks EFAS untuk di beri skoring
Tabel 18. Matriks Evaluasi Faktor Strategi Eksternal (EFAS)
Faktor- Faktor Strategi Eksternal Peluang Bobot Skor
Oppurtunity (Peluang)
1. Kelompok Tani yang mendukung 4 15,38 61,54
2. Permintaan benih 5 19,23 96,15
3. Dukungan pemerintah 4 15,38 61,54
Total Skor Peluang 13 50 219,23
Threats (Ancaman)
1. Iklim dan Cuaca tidak menentu 5 17,86 89,29
2. Lembaga keuangan/ kredit lunak minim 4 14,29 57,14
3. Adanya alih fungsi lahan 5 17,86 89,29
Total Skor Ancaman 14 50 235,71
TOTAL 27 100 455,52
Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 2
Setelah dilakukan pemindahan rating dan bobot untuk tabel matrik EFAS,
selanjutnya dilakukan penggabungan antara faktor strategis internal dan faktor
strategis eksternal. Adapun penggabungan keduanya akan ditampilkan dengan
menghitung bobot dari tiap faktor dikalikan dengan rating dari tiap faktor yang