• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH APLIKASI EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.) (Lepidoptera : Plutellidae)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH APLIKASI EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KUBIS (Plutella xylostella L.) (Lepidoptera : Plutellidae)"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH APLIKASI EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni

Jacq.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KUBIS

(Plutella xylostella L.) (Lepidoptera : Plutellidae)

Oleh

WAHYU SUSANTO

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PERTANIAN

pada

Program Studi Ilmu Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(2)

ABSTRAK

PENGARUH APLIKASI EKSTRAK BIJI MAHONI (Swietenia mahagoni Jacq.) TERHADAP MORTALITAS ULAT KUBIS

(Plutella xylostella L.) (Lepidoptera : Plutellidae)

Oleh

WAHYU SUSANTO

Plutella xylostella L. merupakan hama penting pada pertanaman sayuran dari famili Cruciferae seperti kubis (Brassica oleracea var capitata L.), kubis bunga atau cauliflower (Brassica oleracea var botrytis L.) dan sawi putih (B. pekinensis Lour.). Salah satu alternatif pengendalian hama ini adalah dengan penggunaan pestisida nabati yang ramah lingkungan. misalnya mahoni. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap mortalitas ulat kubis (P. xylostella L.). Perlakuan disusun dalam rancangan acak lengkap (RAL), yang terdiri dari enam perlakuan dengan empat ulangan. Setiap satuan percobaan menggunakan dua puluh ekor larva P. xylostella instar 3. Perlakuan terdiri atas aplikasi ekstrak biji mahoni konsentrasi 0, 5, 10, 15, 20 dan 25 g/l air. Data yang diperoleh dianalisis dengan

sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf 5% dan analisis probit untuk menentukan LC50. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aplikasi ekstrak biji mahoni dapat menyebabkan mortalitas ulat kubis. Mortalitas pada perlakuan ekstrak biji mahoni 25 g/l, yaitu sebesar 56, 25 %. Nilai LC50 insektisida nabati

biji mahoni terhadap ulat kubis adalah 28,1 g/l. Aplikasi ekstrak biji mahoni

dapat menyebabkan mortalitas larva serangga uji, selain itu juga mampu menghambat pembentukan pupa dan imago.

(3)
(4)
(5)

DAFTAR ISI

3. Kandungan Kimia dan Potensi Mahoni sebagai Pestisida Nabati ... 9

3. Aplikasi Larutan Pestisida Nabati Ekstrak Biji Mahoni Terhadap P. xylostella ... 14

(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Mortalitas Ulat Kubis (P. Xylostella) ... 16 B. Mortalitas Ulat Kubis (P. Xylostella) pada Berbagai Taraf

Konsentrasi Ekstrak Biji Mahoni(S. mahagoni) ... 21

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... 23 B. Saran. ... 23

DAFTAR PUSTAKA

(7)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tanaman sayuran merupakan salah satu komoditas penting di Indonesia karena

tanaman sayuran banyak mengandung vitamin yang dibutuhkan tubuh manusia.

Oleh karena itu pembudidayaan tanaman sayuran harus terus dilakukan untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Sayuran yang banyak dikonsumsi masyarakat

diantaranya dari famili Cruciferae. Jenis-jenis tanaman dari famili Cruciferae

yang banyak digemari masyarakat antara lain, kubis (Brassica oleracea var

capitata L.), kubis bunga atau cauliflower (B. oleracea var botrytis L.) dan sawi

putih (Brassica pekinensis Lour.). (Rukmana, 1994)

Budidaya tanaman sayuran seperti sawi dan kubis tidak terlepas dari berbagai

kendala, salah satunya adalah serangan hama. Ada dua jenis hama penting yang

menyerang tanaman Cruciferae yaitu Plutella xylostella L. dan Crocidolomia

binotalis Zell. Akibat serangan hama P. xylostella dapat menyebabkan

produksinya menurun sampai lebih dari 90 persen (Verkerk, et al., 1996 dalam

(8)

2

Untuk mengatasi seranggan hama pada tanaman sawi, umumnya petani

melakukan aplikasi pestisida kimiawi sintetik. Cara pengendalian secara kimiawai

ini memiliki kekurangan dan kelebihan. Penggunaan insektisida kimiawi yang

berlebih dalam pengendalian akan membahayakan karena aplikasi yang langsung

mengenai permukaan daun dan masa panen tanaman sawi relatif cepat sehingga

pada saat panen mungkin terdapat residu pestisida. Penggunaan pestisida nabati

saat ini menjadi salah satu alternatif yang banyak diminati oleh petani dalam

dalam pengendalian hama.

Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan dasarnya berasal dari tanaman yang

dapat digunakan untuk mengendalikan serangan hama. Pestisida nabati tidak

meninggalkan residu yang berbahaya pada tanaman maupun lingkungan serta

dapat dibuat dengan proses yang mudah dengan menggunakan bahan yang murah

dan peralatan yang sederhana (Direktorat Bina Perlindungan Tanaman

Perkebunan, 1994).

Pestisida nabati sudah lama digunakan oleh petani, misalnya penggunaan

tembakau sebagai pestisida nabati sudah dilakukan tiga abad yang lalu. Petani di

Prancis pada tahun 1690 telah menggunakan perasan daun tembakau untuk

mengendalikan hama sejenis kepik pada tanaman persik. Pada waktu itu,

penggunaan pestisida nabati menjadi tumpuan pengendalian hama. Tidak hanya

daun tembakau, jenis tanaman lain juga dapat digunakan sebagai pestisida nabati

(9)

3

Piretrum oleh masyarakat parsi sudah digunakan untuk mengendalikan kutu sejak

tahun 1800, sedangkan derris sudah digunakan di kawasan asia sejak tahun 1848.

Namun dalam kurun waktu selanjutnya, penggunaan pestisida nabati mulai

ditinggalkan akibat ditemukannya DDT pada tahun 1939 yang kemudian

digunakan secara meluas. Saat ini penggunaan pestisida nabati kembali diminati

setelah disadari bahwa pestisida kimiawi sintetis menimbulkan dampak negatip

(Sudarmo, 2005).

Salah satu bahan tanaman yang dapat digunakan sebagai bahan pestisida nabati

adalah biji mahoni (Sweitenia mahagoni Jacq.). Biji mahoni mengandung

senyawa flavonoid, saponin, dan swietenin. Exstrak biji mahoni berpotensi

sebagai pestisida nabati dalam pengendalian hama P. xylostella. Sebelum

digunakan di tingkat petani, terlebih dahulu perlu dilakukan penelitian tentang

konsentrasi efektif dari biji mahoni yang dapat membunuh larva P. xylostella.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh aplikasi ekstrak biji mahoni

(10)

4

C. Kerangka Pemikiran

Pengendalian menggunakan pestisida nabati muncul dilatar belakangi oleh

timbulnya berbagai dampak samping penggunaan pestisida kimia, sehingga

diperlukan usaha untuk mencari pestisida baru yang tidak mencemari lingkungan

memberikan keuntungan saecara ekonomis, dan mudah diaplikasikan oleh para

petani. Melihat biji mahoni memiliki potensi yang cukup besar untuk digunakan

sebagai bahan pestisida nabati, maka perlu terus dikembangkan penelitian tentang

hal ini.

Pemanfaatan insektisida nabati dengan penggunaan biji mahoni (Swietenia

mahagoni) karena biji mahoni mengandung senyawa flavonoid, saponin dan

swietenin. Flavonoid dapat menimbulkan kelemahan pada saraf serta kerusakan

pada spirakel yang mengakibatkan serangga tidak bisa bernafas dan akhirnya

mati. Saponin menunjukkan aksi sebagai racun dan antifeedant pada larva

Lepidoptera, kumbang dan berbagai serangga lain. Sedangkan sweitenin

merupakan termasuk senyawa limonoid yang bersifat sebagai antifeedant,

penghambat pertumbuhan dan insektisidal kuat terhadap serangga Lepidoptera

(Rosyidah, 2007).

D.Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah semakin tinggi konsentrasi

ekstrak biji mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) terhadap ulat daun kubis (Plutella

(11)

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Hama Ulat Kubis (Plutella xylostella)

1. Klasifikasi

Klasifikasi ulat kubis (Plutella xylostella L.) menurut Kalshoven (1981) adalah

sebagai berikut :

Kingdom : Animalia

Phylum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Lepidoptera

Famili : Plutellidae

Genus : Plutella

Spesies : Plutella xylostella L.

2. Morfologi dan Biologi

Plutella xylostella adalah serangga kosmopolitan pada daerah tropis dan daerah

subtropis. Di Indonesia saat ini penyebaranya bukan hanya di daerah pegunungan

tetapi saat ini sudah menyebar sampai di dataran rendah. P. xylostella memiliki

kisaran inang yang luas. Banyak jenis kubis, sawi dan beberapa tanaman silangan

lainnya, termasuk Raphanaus sativius (lobak). Ulat kubis banyak memakan daun

(12)

6

menampilkan jendela putih tidak teratur, jarang lebih besar dari 0,5 cm yang

kemudian memecah ke lubang bentuk (Kalshoven, 1981).

Stadium telur antara 3-6 hari. Larva instar pertama setelah keluar dari telur segera

menggerek masuk ke dalam daging daun. Instar berikutnya baru keluar dari daun

dan tumbuh sampai instar keempat. Pada kondisi lapangan, perkembangan larva

dari instar I-IV selama 3-7; 2-7; 2-6; dan 2-10 hari. Larva atau ulat mempunyai

pertumbuhan maksimum dengan ukuran panjang tubuh mencapai 10-12 mm.

Prepupa berlangsung selama lebih kurang 24 jam, setelah itu memasuki stadium

pupa. Panjang pupa bervariasi sekitar 4,5-7,0 mm dan lama umur pupa 5-15 hari

(Hermintato, 2010).

Larva P. xylostella berukuran kecil, sekitar 0,33 inci ketika tumbuh penuh. Tubuh

larva melebar di bagian tengah dan meruncing ke arah anterior dan posterior

dengan dua proleg pada segmen terakhir (posterior) membentuk huruf-V. Ketika

terganggu, larva bergerak panik atau cepat menempel pada garis sutra menuju

daun. Larva sebagian besar makan daun luar atau daun tua baik pada tanaman tua

maupun titik-titik tumbuh tanaman muda. Larva juga akan memakan tangkai

bunga dan kuncup bunga (Kalshoven, 1981).

Siklus hidup larva berlangsung 10 sampai 14 hari dan membentuk kokon pada

daun atau tangkai untuk pupasi. Telur imago ulat kubis (ngengat) berukuran

sangat kecil, agak bulat telur. Diletakkan secara tunggal pada sisi bawah daun.

Produksi telur adalah 180-320 per. Telur yang diletakkan secara terpisah pada

(13)

7

Menurut Hermintato (2010) serangga dewasa atau ngengat berbentuk ramping,

berwarna coklat-kelabu. Sayap depan bagian dorsal memiliki corak khas seperti

berlian, sehingga hama ini terkenal dengan nama ngengat punggung berlian

(diamondback moth). Nama lain dari serangga tersebut adalah ngengat tritip dan

ngengat kubis (cabbage moth). Ngengat memakan sari bunga dan merupakan

penerbang yang lemah serta sering terlihat pada waktu senja.

3. Gejala Serangan dan Kerusakan

Infestasi P. xylostella yaitu dengan meletakan telur didekat urat daun pada

permukaan daun. Larva yang baru menetas memakan bagian dalam jaringan daun,

dan menimbulkan gejala pada daun yang khas (Anonim, 2010).

Kegiatan makannya meninggalkan pola bergaris pada permukaan daun. Larva

yang lebih dewasa, yang biasanya berwarna hijau keabu-abuan dan berubah

menjadi hijau cerah, akan memakan permukaan daun. Larva tidak memakan urat

daun, hanya jaringan di antaranya, membuat efek “jendela” pada tanaman yang

mengalami serangan serius. Larva meliuk dengan cepat saat diganggu dan

bergantung pada utas sutra. Larva dewasa membentuk kepompong berwarna hijau

muda atau coklat muda di dalam gulungan sutra pada batang atau bagian bawah

(14)

8

Larva bisa memakan tanaman sawi pada semua tahap pertumbuhan. Serangan

paling merusak saat tanaman masih muda atau pada tahap menguncup. Ngengat

tidak menyebabkan kerusakan langsung terhadap kuncup, tetapi merusak daun

pembungkus, walaupun tidak secara langsung mempengaruhi hasil panen, tetapi

bisa mengurangi nilai panen.

B. Mahoni (Swietenia mahagoni)

1. Klasifikasi

Klasifikasi tanaman mahoni (Swietenia mahagoni Jacq.) menurut Van Steenis

(1997) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Magnoliopsida

Ordo : Sapindales

Famili : Meliaceae

Genus : Swietenia

Spesies : Swietenia mahagoni Jacq.

2. Arti Ekonomi dan Penyebaran Mahoni

Tanaman mahoni (Swietenia mahagoni Jacq) merupakan salah satu tanaman yang

dianjurkan untuk pengembangan HTI (Hutan Tanaman Industri). Sifat Mahoni

yang dapat bertahan hidup di tanah gersang menjadikan pohon ini sesuai ditanam

di tepi jalan. Bagi penduduk Indonesia khususnya Jawa, tanaman ini bukanlah

(15)

9

pohon asam, sudah banyak ditanam di pinggir jalan sebagai peneduh terutama di

sepanjang jalan yang dibangun oleh Daendels antara Anyer sampai Panarukan.

Penanaman secara extensif telah dilakukan terutama di Pacific (Malaysia,

Philippina, Indonesia dan Fiji). Sifat ekologis yang sangat penting untuk

membedakan S. mahogany dari S. macrophylla yaitu kemampuan tumbuh di

daerah kering. Jenis ini secara alami dijumpai pada iklim dengan curah hujan

tahunan 580-800 mm (Van Steenis, 1997).

Mahoni dalam klasifikasinya termasuk famili Meliaceae. Ada dua spesies yang

cukup dikenal yaitu: S. macrophyla (mahoni daun lebar) dan S. mahagoni

(mahoni daun sempit). Tanaman mahoni dapat digunakan sebagai insektisida

nabati. Biji mahoni mengandung senyawa flavonoid, saponin, alkaloid, steroid,

dan terpenoid (Rosyidah, 2007).

3. Kandungan Kimia dan Potensi Mahoni Sebagai Pestisida Nabati

Biji mahoni mengandung senyawa flavonoid, saponin dan swietenin. Flavonoid

dapat menimbulkan kelayuan pada saraf serta kerusakan pada spirakel yang

mengakibatkan serangga tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Saponin

menunjukkan aksi sebagai racun dan antifeedant pada kutu Lepidoptera, kumbang

dan berbagai serangga lain. Sedangkan sweitenin merupakan termasuk senyawa

limonoid yang bersifat sebagai antifeedant, penghambat pertumbuhan dan

(16)

10

Penelitian Genus Swietenia (mahoni) sekarang ini semakin berkembang. Dadang

dan Ohsawa (2000) melaporkan bahwa ekstrak biji S. mahagoni pada konsentrasi

(17)

11

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April sampai dengan September 2012

bertempat di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan Agroteknologi, Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

B. Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah timbangan, baskom plastik,

toples plastik diameter 25 cm, toples plastik diameter 10 cm, gelas ukur, pipet

tetes, kamera, pisau pemotong, kain kasa, saringan ukuran 0,2 mm, tabung reaksi,

kertas label, erlenmeyer, alat penumbuk (grinder), aluminium foil dan alat tulis.

Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak biji mahoni, ulat kubis instar 3, daun

(18)

12

C. Metode Penelitian

Perlakuan disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri dari 6

perlakuan dengan 4 ulangan sehingga terdapat 24 satuan percobaan. Sebagai

perlakuan adalah 6 taraf ekstrak biji mahoni. Setiap satuan percobaan

menggunakan 20 ekor sehingga dalam percobaan ini membutuhkan 480 ekor larva

P. xylostella instar 3.

Toksisitas ekstrak biji mahoni (S. mahagoni) diketahui dari data yang diperoleh

dianalisis menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan uji BNT pada taraf

5% dan analisis probit untuk menentukan LC50 diuji dengan lethal dose (LD50).

Data persentase mortalitas, persentase pupa dan imago diolah dengan sidik ragam

serta untuk mengetahui pengaruh antar perlakuan dilanjutkan dengan Uji BNT

dengan taraf 5%.

D. Pelaksanaan Penelitian

1. Perbanyakan Serangga P. xylostella

Serangga uji yaitu P. xylostella diperoleh dari areal petani di Kecamatan Way

Halim, Bandar Lampung. Larva dibiakkan di dalam toples yang berdiameter 24

cm, tinggi 6 cm yang berisi daun sawi sebagai pakan larva, dan diberi tutup kain

kasa. Setelah larva menjadi pupa dimasukan ke dalam toples yang berukuran

lebih besar dilapisi kertas. Setelah menjadi imago serangga uji dipindahkan ke

(19)

13

Toples tersebut dilengkapi dengan kapas yang telah diolesi madu 50%. Imago

tersebut dibiakkan hingga bertelur kembali dan telur menjadi larva, larva yang

digunakan pada pengujian adalah instar 3.

2. Pembuatan Ekstrak Biji mahoni

Cara pembuatan ekstrak biji mahoni yaitu biji mahoni dibersihkan dari kulit buah

dan kotoran lain. Biji mahoni selanjutnya dilumatkan menggunakan alat

penumbuk atau ginder. Selanjutnya, biji mahoni yang telah halus ditimbang

sesuai dengan perlakuan kemudian ditambahkan air dan direndam semalam (12

jam) kemudian diperas dengan menggunakan kain kasa untuk memperoleh

ekstrak biji mahoni. Setelah itu ekstrak yang terkumpul disaring untuk

menghilangkan padatan yang masih tercampur sehingga menghasilkan ekstrak biji

mahoni.

Pada penelitian ini digunakan 6 perlakuan dengan komposisi larutan pestisida

nabati pada beberapa tingkat konsentrasi yaitu :

P0 : Kontrol (Tanpa ekstrak biji mahoni)

P1 : ekstrak biji mahoni yang dibuat dari 5 g biji halus mahoni per

liter air

P2 : ekstrak biji mahoni yang dibuat dari 10 g biji halus mahoni per

liter air

P3 : ekstrak biji mahoni yang dibuat dari 15 g biji halus mahoni per

liter air

P4 : ekstrak biji mahoni yang dibuat dari 20 g biji halus mahoni per

(20)

14

P5 : ekstrak biji mahoni yang dibuat dari 25 g biji halus mahoni per

liter air

Ekstrak yang diperoleh, sebelum diaplikasikan diberi bahan perata dan perekat

(indostik) dengan konsentrasi 2 ml per liter larutan.

3. Aplikasi Larutan Pestisida Nabati Ekstrak Biji Mahoni Terhadap P. xylostella

Setiap perlakuan diaplikasi dengan menggunakan metode celup pakan.

Pencelupan daun (pakan) dilakukan dalam suatu wadah yang terbuat dari toples

plastik. Sebelum aplikasi pestisida ekstrak biji mahoni ditambah bahan perata dan

perekat. Kemudian daun sawi yang digunakan sebagai pakan dicelup dan

dikeringanginkan.

Setelah dikeringanginkan pakan diletakkan pada toples kemudian masukkan ulat

P. xylostella instar 3 sebanyak 20 ekor setelah itu baru ditutup kain sippon dan

diberi label berisi keterangan tanggal aplikasi dan jenis konsentrasi perlakuan

ekstrak biji mahoni.

4. Pengamatan Mortalitas P. xylostella

Pengamatan mortalitas dilakukan setiap 12 jam sampai dengan larva kontrol

menjadi pupa. Larva yang berhasil menjadi pupa dan imago akan terus diamati

(21)

15

Persentase mortalitas S. litura dihitung dengan menggunakan rumus

Mortalitas =

Menurut Hasibuan (2003) sebelum melakukan pengamatan penghitungan

mortalitas pada kontrol yang disebabkan oleh faktor lain harus terlebih dahulu

dikoreksi dengan rumus Abbot (1925) yaitu:

100% X

Y -X terkoreksi Mortalitas

Keterangan:

X = % serangga uji yang hidup pada kontrol

(22)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat disimpulkan, bahwa :

1. Aplikasi ekstrak biji mahoni (S. mahagoni) dapat menyebabkan mortalitas

ulat kubis (P. xylostella). Pada aplikasi dengan konsentrasi 25 g/l

mengakibatkan mortalitas larva sebesar 56,25% yang secara nyata lebih

tinggi bila dibandingkan dengan mortalitas pada perlakuan lainnya kecuali

pada aplikasi dengan konsentrasi 20 g/l .

2. Aplikasi ekstrak biji mahoni juga dapat menyebabkan kematian pupa dan

terbentuknya imago cacat.

3. Nilai LC50 ekstrak biji mahoni terhadap ulat daun kubis adalah 28,1 g/l.

B. Saran

Agar dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai aplikasi biji mahoni (S.

mahagoni) terhadap larva ulat kubis (P. xylostella) dari beberapa daerah dengan

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Abbot, W.S. 1925. A Method of Computing the Effectiveneaa of Incesticide. J.Econ. Entomol. 18:265:267

Anonim. 2010. Diamondback Moth (Plutella xylostella). Kementrian Pertanian Republik Indonesia. Tersedia dalam www.indopetani.com. diakses 10 Oktober 2011

Anonim. 2011. mahoni. Tersedia dalam http://id.wikipedia.org/wiki/Mahoni, 2 oktober 2011

Dadang, dan Ohsawa K., 2000. Penghambatan Aktivitas Makan Larva Plutella

xylostella (L). (Lepidoptera: Yponomeutidae) Yang Diperlakukan

Ekstrak Biji Swietenia mahagoni JACQ. (MELIACEAE). Buletin Hama

dan Penyakit Tumbuhan 12 (1) : 27-32

Direktorat Bina Perlindungan Tanaman Perkebunan. 1994. Upaya Pengenalan Pestisida Botani. Departemen Pertanian. Direktorat jendral Perkebunan. Jakarta. 57 hlm.

Hasibuan, R. 2003. Pestisida dan Teknik Aplikasi: Pemahaman Insektisida. Jurusan Proteksi Tanaman Fakultas pertanian Universitas Lampung. Bandar Lampung. 102 hlm

Hermintato. 2010. Hama ulat daun kubis Plutella xylostella L. Dan upaya pengendaliannya.Tersedia dalam

http://www.gerbangpertanian.com/2010/08/hama-ulat-daun-kubis-plutella.html. 28 Februari 2013

Kalshoven, L.G.E. 1981. The Pests of Crops in Indonesia. Revised and translated by P.A Van der Laan. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. 701 hal

Kartasapoetra, A. G. 1990. Hama Tanaman Pangan dan Perkebunan. Bumi Aksara. Jakarta. 206 hlm.

(24)

25

Pracaya. 2005. Hama Dan Penyakit Tanaman. Penebar Swadaya. Jakarta. 471 hlm.

Prijono, D. dan Triwidodo, H. 1993. Pemanfaatan Insektisida Nabati di Tingkat Petani dalam Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam rangka

Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor. Hlm 76-85.

Purba, S. 2007. Uji Efektifitas Exstrak Biji Mengkudu (Morinda citrifolia) Terhadap Plutella xylostella (Lepidoptera : Plutelidae) Di Laboratorium. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatra utara. 60 hlmaRepublik

Rosyidah, A. 2007. Pengaruh Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia macrophylla King)

Terhadap MortalitasUlat Grayak (Spodoptera litura F.).

http://digilib.unej.ac.id/-ainurrosyi-97. diakses 3 Oktober 2011

Rukmana, R. 1994. Budi Daya Kubis Bunga & Brokoli. Kanisius. Yogyakarta. 48 hlm.

Santosa, S. J., dan Sumarmi. 2007. Laporan Penelitian Kajian Insektisida Hayati Terhadap Daya Bunuh Ulat Plutella xylostella Dan Crocidolomia Binotalis Pada Tanaman Kobis Krop.

http://sartonojokosantosa.wordpress.com/penelitian/dosenmuda/ 5 Oktober 2011

Sinaga, R. 2009. Uji Efektifitas Pestisida Nabati Terhadap Hama Spodoptera litura (Lepidoptera: Noctuidae). Pada tanaman Tembakau (Nicotiana tabaccum L.). Skripsi. Universitas Sumatra Utara. 2009

Siregar, B. A., Diana, D. R., dan Amalia, H. 2005. Potensi Ekstrak Biji Mahoni (Swietenia macrophylla) Dan Akar Tuba (Derris elliptica) Sebagai

Bioinsektisida Untuk Pengendalian Hama Caisin. Institut Pertanian Bogor, Bogor. 6 hlm

Solichah, C., Wicaksono dan Martono, E. 2004. Ketertarikan Plutella xylostella L Terhadap Beberapa Macam Ekstrak Daun Cruciferae. Agrosains 6 (2) : 80-84.

Sudarmo, S. 2005. Pestisida Nabati Pembuatan Dan Pemanfaatanya. Kanisius. Yogyakarta. 58 hlm.

Van Steenis. 1997. Flora Untuk Sekolah di Indonesia. Diterjemahkan oleh Moeso S, Soenarto H, Soeryo SA, Wibisono dan Margono P. Pradnya Paramita. Jakarta. 486 hlm.

Referensi

Dokumen terkait

Salah satu bahan yang dapat digunakan sebgai zat warna alami adalah kulit kayu mahoni ( Swietenia mahagoni (L.) Jacq).. Sebagian masyarakat mengolah kulit kayu mahoni

Penelitian terdahulu telah berhasil dilakukan isolasi senyawa bioaktif dari biji mahoni ( Swietenia mahagoni ) yang diduga berpotensi sebagai senyawa obat dengan

mahagoni Jacq.), maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut: Dari sampel daun yang telah diperoleh isolat fungi endofit dari tanaman mahoni ( Swietenia mahagoni

Hasil penelitian kadar glukosa darah menunjukkan pemberian ekstrak air kulit buah mahoni (Swietenia mahagoni) (L.) Jacq dengan dosis 200 mg/200 gr BB tikus dapat menurunkan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan pada penelitian mengenai kerapatan stomata daun mahoni ( Swietenia mahagoni L. Jacq) sebagai tanaman pelindung di Jalan

Kata Kunci : kayu laminasi, kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq), mahoni(Swietenia mahagoni), sifat fisis, sifat mekanis, jumlah lapisan, ketinggian posisi batang...

Kerapatan dan kerapatan total lumut kerak pada pohon Mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.) di Kecamatan Padang Utara Kota Padang.. Jarak antara titik pada stasiun I

Perbedaan tingkat parasitisasi, jumlah keturunan, mortalitas larva dan pupa, persentase kemunculan imago, dan nisbah kelamin di antara strain/jenis parasitoid