ABSTRAK
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN MEDIA PICTURE SERIES DAN MIND MAPPING DENGAN
KEMAMPUAN AWAL PADA SISWA KELAS X SMA N 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh DESSYANNA
Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis : (1) interaksi antara penggunaan media picture series dan media mind mapping dengan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan menulis narasi, (2) kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media mind mapping, (3) perbedaan kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media mind mapping untuk siswa yang memiliki kemampuan awal tinggi, (4) perbedaan kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media mind mapping untuk siswa yang memiliki kemampuan awal rendah.
Penelitian ini merupakan penelitian quasi eksperimen dengan desain faktorial 2x2. Populasi penenlitian ini adalah siswa kelas X SMAN 2 Menggala semester ganjil tahun pelajaran 2012-2013. Pengumpulan data mernggunakan instrumen tes, dan dianalisis menggunakan analisis varian dua arah anava dan uji t.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa : (1) Ada interaksi antara penggunaan media dan kemampuan awal terhadap prestasi menulis narasi siswa dengan nilai signifikan 0,000, (2) kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media picture series lebih tinggi yaitu 64,20 dan yang menggunakan media mind mapping 55,56 (3) kemampuan menulis narasi siswa berkemampuan awal tinggi yang mengunakan media picture series adalah 23,31 lebih tinggi dari siswa yang menggunakan media mind mapping (4) kemampuan menulis narasi siswa berkemampuan awal rendah yang menggunakan media picture series adalah 12,62 lebih tinggi dari rata-rata prestasi menulis narasi siswa yang menggunakan media mind mapping.
ABSTRACT
THE DIFFERENCES ACHIEVEMENT OF WRITING NARRATIVE COMPOSITION USING PICTURE SERIES AND MIND MAPPING
MEDIA WITH INITIAL ABILITY OF X GRADE STUDENTS OF SENIOR HIGH SCHOOL 2 MENGGALA IN 2012/2013
By DESSYANNA
The Purpose of this reserach is to analyze : (1) the interaction between media and initial ability toward students achievement, (2) students’ achievement who write narrative composition by using picture series is higher than the students who write narrative composition using mind mapping media, (3) the difference of students’ achievement who write narrative composition by using picture series is higher than the students narrative composition using mind mapping media for high initial ability students, and (4) the difference of students’ achievement who write narrative by using picture series is higher than the students’ narrative composition using mind mapping media for low initial ability students.
The research was the quaesy experiment research using 2x2 factorial design. The population was the first grade students of Senior High School Students 2 Menggala in the first semester, 2012-2013. The data collection was conducted by test, and it analyzed using two-way analysis variance and t test.
The research result showed that : (1) there was an interaction between media and initial ability toward students’ achievement in significance 0,000, (2) students’ achievement on narative composition using media picture series 64,20 which is higher than using mind mapping, 55,56, (3) the students’ achievement who make narrative composition using picture series is 25,31 higher than mind mapping, and (4) the students’ achievement who make narrative composition using picture series is 12,62 higher than mind mapping.
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN
MEDIA
PICTURE SERIES
DAN
MIND MAPPING
DENGAN
KEMAMPUAN AWAL YANG BERBEDA PADA SISWA
KELAS X SMAN 2 MENGGALA TAHUN
PELAJARAN 2012/2013
(Tesis)
Oleh
DESSYANNA
NPM 0923011013
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN
MEDIA
PICTURE SERIES
DAN
MIND MAPPING
DENGAN
KEMAMPUAN AWAL YANG BERBEDA PADA SISWA
KELAS X SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2
MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2012/2013
Oleh
DESSYANNA
NPM 0923011013
Tesis
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar
MAGISTER TEKNOLOGI PENDIDIKAN
PROGRAM PASCASARJANA TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
Judul Tesis : PERBEDAAN KEMAMPUAN MENULIS NARASI MENGGUNAKAN MEDIA PICTURE SERIES DAN MIND MAPPING DENGAN KEMAMPUAN AWAL YANG BERBEDA PADA SISWA KELAS X
SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 2 MENGGALA TAHUN PELAJARAN 2012-2013 Nama Mahasiswa : Dessyanna
Nomor Pokok Mahasiswa : 0923011013
Program Studi : Teknologi Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Prof. Dr. Cucu Sutarsyah, M.A Dr. Adelina Hasyim, M.Pd.
NIP. 19570406 198603 1 002 NIP. 19531018 198112 2 001
2. Ketua Program Pasca Sarjana Teknologi Pendidikan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Prof. Dr. Cucu Sutarsyah, M.A ...
Sekretaris : Dr. Adelina Hasyim, M.Pd. ...
Penguji Anggota : I. Dr. Dwi Yulianti, M.Pd. ...
II. Dr. Herpratiwi, M.Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP. 19600315 198503 1 003
3. Direktur Program Pascasarjana
Prof. Dr. Sudjarwo, M.S. NIP. 19530528 198103 1 002
LEMBAR PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenarnya bahwa:
1. Tesis dengan judul “Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi
Menggunakan Media Picture Series dan Mind Mapping Dengan Kemampuan Awal Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Menggala” adalah karya
saya sendiri dan tidak melakukan penjiplakan/pengutipan atas karya
penulis lain dengan cara yang tidak sesuai dengan tata etika ilmiah yang
berlaku dalam masyarakat akademik/yang disebut plagiatisme.
2. Hak intelektual atas karya ilmiah ini diserahkan sepenuhnya kepada
Universitas Lampung.
Atas pernyataan ini, apabila dikemudian hari ternyata ditemukan adanya
ketidakbenaran, saya bersedia menanggung akibat dan sanksi yang diberikan
kepada saya, saya bersedia dan sanggup dituntut sesuai dengan hukum yang
berlaku.
Bandar Lampung, Januari 2013
Pembuat Pernyataan,
Dessyanna
!
" # #
SANWACANA
Dengan memanjatkan puji dan syukur ke hadirat Allah subhanawataala, atas
segala rahmat dan karunia-Nya pada penulis, akhirnya dapat menyelesaikan
penyususnan tesis yang berjudul “Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi
Menggunakan Media Picture Series dan Mind Mapping Dengan Kemampuan
Awal Yang Berbeda Pada Siswa Kelas X SMAN 2 Menggala”.
Tesis ini ditulis dalam rangka memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar
Magister Pendidikan pada Program Studi Pascasarjana Teknologi Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.
Penulis menyadari bahwa tesis ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan
bantuan-bantuan dari berbagai pihak. Secara khusus pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. Sugeng P. Haryanto, M.Si, selaku Rektor Unila.
2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Pascasarjana Universitas
Lampung
3. Dr. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Unila.
Dr. Adelina Hasyim, M. Pd., selaku Ketua Program Pascasarjana
Teknologi Pendidikan dan Pembimbing 2, yang telah memberi bantuan
kepada penulis selama penulis menempuh pendidikan S2 Program Studi
Dr. Herpratiwi, M.Pd., selaku Sekretaris Program Pascaarjana yang selalu
mengingatkan, memotivasi dan memberikan kritik dan saran kepada
peneliti demi sempurnanya tesis ini.
Prof. Cucu Sutarsyah, selaku Pembimbing I yang telah banyak
mencurahkan perhatian untuk membimbing dan mengarahkan penulis
selama penyusunan tesis ini dari awal hingga tesis ini dapat diselesaikan.
Kepala SMA N 2 Menggala, Febriansyah, S.Pd. dan Guru Bahasa Inggris,
Uswatun Hasanah, S.Pd., Bety, S.Pd. dan Darmalina, S.Pd. yang telah
memberikan bantuan dan kerjasamanya kepada penulis dalam
melaksanakan penelitian di SMA N 2 Menggala.
Kepala SMP N 3 Menggala, Suradi, S.Pd.,M.M.Pd dan Rekan-rekan guru
yang dengan ikhlas mengizinkan penulis menyelesaikan studi S2.
Rekan-rekan mahasiswa Pasca TP khususnya angkatan 2009: Husnul
Khotimah, Herita Dewi, Lidya Aryani, yang selalu memberikan support.
Kepada orang tua, kakak, adik dan seluruh keluarga besar ku yang tidak
henti-hentinya memberikan do’a dan semangat demi selesainya
pendidikan.
Penulis berharap tesis ini dapat memberikan sumbangsih bagi dunia pendidikan,
khususnya bagi kemudahan pendidikan bahasa Inggris bagi SMA dan umumnya
bagi dunia pendidikan untuk menghadapi tantangan zaman era globalisasi ini.
Bandar Lampung, Februari 2013
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ...
ix
DAFTAR GAMBAR DAN GRAFIK ...
x
I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ...
1
1.2 Identifikasi Masalah ...
11
1.3 Batasan Masalah ...
12
1.4 Rumusan Masalah ...
12
1.5 Tujuan Penelitian ...
13
1.6 Manfaat Penelitian ...
14
II KAJIAN PUSTAKA
2.1
Teori Belajar dan Pembelajaran ...
15
2.1.1
Hakikat Belajar dan Pembelajaran ... 15
2.1.2
Teori Belajar dan Pembelajaran ... 16
2.2 Desain Pembelajaran ...
24
2.3 Karakeristik Pembelajaran Bahasa Inggris ...
31
2.4 Kemampuan Menulis ...
37
2.4.1 Karakteristik Pembelajaran Menulis ... 40
2.4.2 Karangan Narasi ...
44
2.5
Media Pembelajaran ...
47
2.5.1
Media
Picture
Series
……… ... 52
2.5.2
Hakekat Pembelajaran Menulis dengan
Picture Series ...
55
2.5.4 Hakikat Pembelajaran Menulis dengan
Mind
Mapping ...
62
2.6
Kemampuan Awal ... 63
2.7
Kajian Penelitian yang Relevan ... 66
2.8
Kerangka Pikir ...
69
2.8.1
Interaksi Antara Penggunaan Media dan Kemampuan
Awal Terhadap Kemampuan Menulis Narasi Siswa ....
69
2.8.2
Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi Siswa yang
Menggunakan Media
Picture Series
dan
Mind Mapping
70
2.8.3
Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi Siswa yang
Menggunakan Media
Picture Series
dengan Siswa yang
Menggunakan
Mind Mapping
untuk Siswa Berkemampuan
Awal Tinggi ...
73
2.8.4
Perbedaan Kemampuan Menulis Narasi Siswa yang
Menggunakan Media
Picture Series
dengan Siswa yang
Menggunakan
Mind Mapping
untuk Siswa Berkemampuan
Rendah ...
74
2.9 Hipotesis ...
75
III METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ...
77
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ...
78
3.3 Populasi dan Teknik Sampling ...
79
3.4 Tehnik Pengumpulan Data ...
80
3.5 Instrumen Penelitian ...
80
3.5.1 Variabel Penenlitian ...
80
3.5.2 Definisi Konseptual dan Operasionala ... 82
3.5.3 Kisi-Kisi Instrumen Evaluasi Karangan Narasi ...
84
3.6. Tehnik Analisis Data ...
85
3.6.1 Uji Normalitas Data ...
86
3.7 Hipotesis Statistik ... 88
IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Data ... 91
4.1.1 Data Kemampuan Awal ...
91
4.1.1 Data Hasil Inter-rater ...
93
4.2 Pengujian Hipotesis ... 96
4.2.1 Hipotesis Pertama ... 96
4.2.2 Hipotesis Kedua ... 99
4.2.3 Hipotesis Ketiga ... 101
4.2.4 Hipotesis Keempat ... 103
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian ... 105
4.4. Keterbatasan Penelitian ... 108
V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
5.1 Simpulan ... 109
5.2 Implikasi ... 110
5.3 Saran ... 111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN – LAMPIRAN
LAMPIRAN 1 PERANGKAT PEMBELAJARAN ... 115
LAMPIRAN 2 PERANGKAT TES ... 128
LAMPIRAN 3 MEDIA
PICTURE SERIES ...
134
LAMPIRAN 4 MEDIA
MIND MAPPING ...
136
LAMPIRAN 5 HASIL UJI NORMALITAS DAN HOMOGENITAS ... 138
LAMPIRAN 6 HASIL PERBANDINGAN ANTAR RATER ... 139
LAMPIRAN 7 HASIL MENULIS NARASI SISWA ... 160
DAFTAR TABEL
TABEL Halaman
3.1 Pengelompokkan Jumlah Siswa Berdasarkan Kemampuan
Awal ... 71
3.2 Desai Penenlitian ... 73
3.3 Kisi-kisi Instrumen Karangan Narasi ... 75
3.4 Hasil Uji Normalitas Data ... 80
3.5 Hasil Uji Homogenitas Data ... 81
4.1Data Kemampuan Awal Siswa Yang Menggunakan Media Picture Series ... 85
4.2 Data Kemampuan Awal Siswa Yang Menggunakan Media Mind Mapping ... 85
4.3 Hasil Perolehan Rata-rata Akhir ... 86
4.4 Hasil Perbandingan Antar Rater ... 87
4.5 Perolehan Data Kemampuan Menulis Siswa ... 88
4.6 Test of Between-Subjects Effects of Kemampuan Menulis ... 90
4.7 Hasil Perhitungan Rata-rata Berdasarkan Penggunaan Media ... 93
4.8 Independent Sample Test of Kemampuan Menulis ... 93
4.9 Hasil Perhitungan Rata-rata Kemampuan Menulis Siswa Berdasarkan Penggunaan Media Kemampuan Awal Tinggi ... 95
4.10 Independent Sample Test ... 95
4.11 Hasil Perhitungan Rata-rata Kemampuan Menulis Siswa Berdasarkan Penggunaan Media Kemampuan Awal Rendah ... 97
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
2.1 Contoh Mind Mapping Yang Digunakan Sebagai Kerangka
Karangan ...
71
2.2 Contoh Mind Mapping Berpikir Lurus ...
73
DAFTAR GRAFIK
Halaman
4.1 Grafik Interaksi Antara Penggunaan Media dan Kemampuan Awal
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pendidikan Nasional diarahkan (1) untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, dan (2) untuk menembangkan potensi siswa
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara
yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun demikian, untuk mewujudkan
tujuan mulia tersebut tidak semuah yang dibayangkan, berbagai upaya harus
dilakukan untuk mewujudkannya.
Menyikapi hal tersebut, pemerintah berupaya mewujudkan tujuan Pendidikan
Nasional dengan memulai berbagai cara, antara lain dengan menyempurnakan
Sistem Pendidikan Nasional sebagaimana telah ditetapkan melalui
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003. Salah satu aspek penting dalam Sistem
Pendidikan Nasional adalah kurikulum. Pada tahun pelajaran 2006/2007
kurikulum yang diterapkan adalah KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).
KTSP diharapkan benar-benar dapat diterapkan dan efektif dalam mencapai
2
Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Bahasa Inggris tahun 2006,
kurikulum yang digunakan sebagai dasar pendidikan saat ini, dijelaskaan bahwa
keterampilan berbahasa (language skills) mencakup empat aspek, yaitu
keterampilan menyimak/mendengarkan (listening skills), keterampilan berbicara
(speaking skills), keterampilan membaca (reading skills) dan keterampilan
menulis (writing skills). Tujuan pembelajaran Bahasa Inggris secara umum di
tingkat SMA adalah siswa memiliki kemampuan untuk mengembangkan
kompetensi berkomunikasi dalam bentuk lisan maupun tulisan.
Menulis adalah salah satu kemampuan bahasa Inggris yang merupakan
keterampilan menuangkan atau mengungkapkan gagasan atau pikiran melalui
saluran tulis. Macdonald and Macdonald (1996: xii) mengatakan, “Writing is a
vital part of any education, because writing is basic to thinking and education is
all about thinking.”
Hal ini membuktikan bahwa menulis tidak dapat dipisahkan dari proses
pembelajaran karena keterampilan menulis merupakan suatu rangkaian proses
mulai dari memikirkan gagasan yang akan disampaikan kepada pembaca sampai
menentukan cara mengungkapkan atau menyajikan gagasan itu dalam rangkaian
kalimat.
Pembelajaran menulis harus diajarkan walaupun kemampuan tersebut tidak
diujikan dalam ujian semester, ujian nasional maupun ujian masuk perguruan
3
disebabkan oleh siswa, guru, dan proses pembelajarannya, seperti yang
diungkapkan oleh Bell and Burnaby (1984:127):
“writing is an extremely complex cognitive activity in which the writer required to demonstrate control of a number of variables simultaneously. At the sentence level these include control of content, format, sentence structure, vocabulary, punctuation, spelling, and letter formation. Beyond the sentence, the writer must be able to structure and integrated information into cohesive and coherent paragraph and text.”
Menulis adalah menyusun atau mengkoordinasikan buah pikiran atau ide ke
dalam rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis. Menulis
merupakan salah satu kegiatan keterampilan berbahasa yang harus dimiliki oleh
siswa. Dengan menulis, siswa dapat mengekspresikan atau menginformasikan
kekayaan ilmu, pikiran, perasaan, pengalaman, dan imajinasinya kepada orang
lain dalam bentuk tulisan.
Sesuai dengan penjelasan tersebut maka dapat dinyatakan bahwa keterampilan
menulis (writing skills) merupakan salah satu aspek penting dalam pembelajaran
Bahasa Inggris. Oleh karena itu, guru bahasa Inggris dituntut untuk melakukan
berbagai upaya dalam meningkatkan kemampuan siswa dalam menuangkan ide
dan gagasannya ke dalam bentuk tulisan atau karangan guna mencapai tujuan
pembelajaran yang ditetapkan sebelumnya. Hal ini selaras dengan konsep bahwa
kemampuan menggunakan bahasa, baik secara lisan maupun secara tulisan
merupakan hal yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari, sebagai alat
komunikasi dan sebagai alat untuk mengungkapkan informasi dan ide yang
4
Proses pembelajaran saat ini masih menggunakan model konvensional, serta
berhadapan dengan kelas yang kurang atraktif, guru masih menganggap bahwa
kemampuan siswa sama sehingga penyelenggaraan pembelajaran bersifat klasikal.
Pada dasarnya kegiatan pembelajaran dilakukan oleh dua orang pelaku, yaitu guru
dan siswa. Perilaku guru adalah mengajar dan perilaku siswa adalah belajar.
Perilaku mengajar dan perilaku belajar tersebut terkait dengan bahan
pembelajaran. Bahan pembelajaran dapat berupa pengetahuan, nilai- nilai
kesusilaan, seni, agama, sikap, dan ketrampilan. Hubungan antara guru, siswa dan
bahan ajar bersifat dinamis dan kompleks. Untuk mencapai keberhasilan dalam
kegiatan pembelajaran, terdapat beberapa komponen yang dapat menunjang, yaitu
komponen tujuan, komponen materi, komponen strategi belajar mengajar, dan
komponen evaluasi.
Proses pembelajaran, khususnya bahasa Inggris, selama ini masih banyak
mengalami kendala antara lain dominasi guru dalam pembelajaran yang masih
tinggi, kurangnya penggunaan media dan alat peraga, penggunaan strategi
pembelajaran yang kurang tepat dan kurangnya guru memahami karakteristik
siswa dengan memperlakukan seluruh siswa dengan perlakuan yang sama,
walaupun kenyataannnya kemampuan siswa dalam menyerap materi
berbeda-beda. Khususnya pada SMA N 2 Menggala, sebagian siswa ada yang dapat
mengikuti dengan baik namun tidak sedikit siswa yang mengalami kesulitan
dalam menguasainya. Hal ini dikarenakan keterampilan menulis dianggap lebih
sulit dibandingkan keterampilan berbahasa lain, karena meliputi beberapa
5
pengorganisasian ide, dan tanda baca sehingga sangat diperlukan penguasaan
yang cukup untuk membuat suatu karangan selain itu juga perlu adanya kriteria
penilaian menulis yang sangat mendetail agar hasil dari sebuah keterampilan
menulis bisa dikatagorikan berhasil atau tidak. Komponen-komponen yang harus
dikuasai siswa merupakan suatu kemampuan awal yang harus dimiliki siswa
untuk dapat menulis dengan baik dan berurutan sehingga dapat dibaca dan
dipahami oleh pembaca dengan baik. Dengan kata lain kemampuan awal yang
dimiliki siswa akan berpengaruh pada tingkat berfikir dalam membuat suatu
karangan, karenanya perlu adanya alat pembelajaran yang bersifat konkrit.
Proses pembelajaran Bahasa Inggris pada menulis disajikan kurang menarik siswa
dalam belajar, karena dominasi guru masih tinggi dan tidak melibatkan siswa
secara aktif, sehingga berakibat banyak siswa mengalami kesulitan untuk
memahami materi dan akibatnya mereka memiliki prestasi belajar rendah.
Rendahnya hasil menulis dapat dilihat pada data ketuntasan belajar dan rata-rata
nilai yang diperoleh siswa kelas X SMA N 2 Menggala tahun 2012 masih banyak
siswa yang belum dapat mencapai standard ketuntasan, yaitu siswa dinyatakan
tuntas belajar bila mencapai KKM 67 secara individual.
Dalam kegiatan pembelajaran menulis, guru pada umumnya tidak memberikan
bekal yang cukup pada siswa sehingga siswa mampu menggunakan buah
pikirannya dalam tulisan yang benar. Banyak siswa sulit menemukan ide dan
menuangkannya ke dalam bentuk tulisan yang terorganisasi dengan baik. Hal
6
menemukan ide dan mampu mengungkapkan buah pikirannya dalam tulisan yang
runtut dan baik.
Dari semua komponen tersebut salah satu yang tidak kalah penting adalah
menjadikan siswa sebagai subjek belajar yang aktif dalam proses pembelajaran
karna selama ini peran aktif siswa dalam proses pembelajaran masih rendah
terutama dalam menulis. Selain itu alur, alur proses belajar tidak harus berasal
dari guru menuju siswa akan tetapi dari siswa ke siswa. Dengan demikian
diharapkan dapat memacu motivasi belajar siswa yang pada akhirnya akan
berpengaruh pada prestasi belajar.
Proses pembelajaran akan berhasil dengan baik jika guru mengawali pembelajaran
dari yang diketahui oleh siswa. Pembelajaran akan sukar dipahami oleh siswa,
jika tidak atau belum memiliki pengetahuan dasar tentang materi yang akan
dipelajari. Kemampuan awal siswa adalah kemampuan yang dimiliki oleh siswa
sebelum mengikuti pembelajaran yang akan diberikan. Kemampuan awal ini
dapat menggambarkan kesiapan siswa dalam menerima pelajaran yang akan
disampaikan oleh guru. Dari gambaran tersebut jelas bahwa kemampuan awal
siswa penting untuk diketahui guru sebelum memulai pembelajaran dan
Kemampuan awal yang dimiliki oleh siswa SMAN 2 Menggala rata-rata masih
7
Tabel 1.1. Data nilai ulangan harian siswa kelas X.1 dan X.6 mata pelajaran Bahasa Inggris untuk kemampuan menulis semester Ganjil T.P 2012-2013
Kategori Interval Jumlah siswa Presentase (%)
Baik sekali 75 5 8,33 %
Baik 65 nilai siswa < 75 8 13,3 %
Cukup 56 nilai siswa < 65 11 18,3 %
Kurang 41 nilai siswa < 56 15 25 %
Gagal < 41 21 35 %
Berdasarkan tabel 1.1 terlihat bahwa hanya 8,33% siswa yang memiliki nilai
dengan katagori baik sekali sedangkan siswa lainnya memiliki nilai baik
berjumlah 13,3%, kategori cukup sebanyak 18,3%, kurang 25% dan yang gagal
35% dari jumlah siswa 60 orang
Berdasarkan permasalahan yang muncul di kelas X.1 dan X.6 yaitu rendahnya
hasil tes pada pembelajaran menulis bahasa Inggris khususnya pada teks
narrative. Persoalan ini muncul diantaranya disebabkan oleh pembelajaran yang
monoton dan jarangnya guru menggunakan media pembelajaran bahasa Inggris,
media yang memudahkan siswa belajar. Tehnik pembelajaran dan media dalam
pembelajaran merupakan sumber belajar yang dapat menyampaikan pesan-pesan
pendidikan pada siswa. Perbedaan gaya belajar, minat, intelegensi, keterbatasan
indera, hambatan jarak dan waktu dan lain-lain dapat dibantu dengan
8
media dan tehnik pembelajaran tidak mungkin diabaikan dalam proses
pembelajaran.
Upaya mengatasi siswa dalam memahami dan menerapkan unsure instrinsik
dalam menulis teks narrative yang dibuatnya serta kesulitan dalam
mengembangkan ide cerita, dipilihlah media yang dirancang oleh peneliti guna
memudahkan siswa dalam mengembangkan menulis narasi.
Media pembelajaran diartikan sebagai semua benda yang menjadi perantara
terjadinya proses belajar, dapat berwujud perangkat lunak, maupun perangkat
keras. Berdasarkan fungsinya media pembelajran dapat berbentuk alat peraga dan
sarana. Banyak macam media pembelajaran dan alat peraga yang digunakan
dalam menyajikan suatu meteri pembelajaran. Untuk keterampilan menulis
biasanya diberikan suatu perintah agar siswa dapat menuliskan beberapa kalimat
berdasarkan contoh yang terkadang membuat siswa bingung serta siswa kurang
tertarik karena penyajiannya terlalu monoton sehingga membuat siswa tidak
begitu antusias dan menimbulkan kejenuhan dalam belajar.
Salah satu media pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru dalam rangka
menulis karangan narasi adalah dengan menggunakan gambar berseri (picture
series). Menurut Atmazaki (2006: 28), karangan narasi adalah cerita yang
didasarkan atas urutan serangkaian kejadian atau peristiwa. Dalam kejadian
tersebut, terdapat satu atau berapa tokoh dan tokoh tersebut mengalami satu
9
sebuah narasi, dan ketiganya secara bersama-sama bisa pula membentuk plot
atau alur.
Penggunaan media picture series dapat dijadikan solusi terhadap permasalahan
yang dihadapi dalam pembelajaran keterampilan menulis karangan narasi. Media
picture series dalam menulis karangan narasi diharapkan dapat membantu siswa
dalam memecahkan suatu permasalahan dan membereskan peluang siswa untuk
menemukan ide, gagasan, pendapat dan pengetahuan secara tertulis serta siswa
memiliki kegemaran menulis karangan narasi.
Selain media picture series, penelitian ini juga menggunakan media yang
dirancang oleh peniliti yang merupakan hasil dari peta pemikiran mengenai
sebuah cerita yaitu mind mapping. Peta pikiran (mind mapping) merupakan
tehnik pencatat yang dikembangkan oleh Tony Buzan, yang didasarkan pada riset
tentang cara kerja otak. Peta pikiran menggunakan pengingat visual dan sensorik
alam suatu pola dari ide-ide yang berkaitan. Peta ini dapat membangkitkan ide-ide
orisinil dan memicu ingatan yang mudah.
Buzan (2004:15) mengatakan bahwa mind mapping adalah alat yang lebih ampuh
untuk berpikir karena alat ini memungkinkannya (dan juga para pengguna mind
maping) membuat sketsa ide utama dan melihat dengan cepat serta jelas
bagaimana semua data saling berkaitan. Mind mapping membekali penggunanya
dengan tahap antara yang bermanfaat, antara proses berpikir, dan benar-benar
10
menggunakan teknik mind mapping dalam menulis berarti menjembatani
kesenjangan antara berpikir dan menulis narrative.
Terciptanya partisipasi siswa dapat dilakukan dengan diadakannya program
pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik siswa binaan, secara alamiah
siswa memang siswa sudah memiliki karakteristik yang berbeda. Ragam
karakteristik ini ternyata mempengaruhi bagaimana hasil implementasi
pembelajaran yang telah dirancang. akan tetapi yang terjadi di lapangan program
pembelajaran yang ada hanya mementingkan satu sisi saja tidak sesuai dengan
yang dibutuhkan.
Program pembelajaran yang kurang sesuai dapat ditanggulangi dengan adanya
kegiatan pembelajaran kelompok. Hal ini sangat penting untuk membantu siswa
dalam menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi dalam proses pembelajaran,
namun kegiatan kerja berkelompok yang diterapkan oleh guru bahasa Inggris
belum berbentuk pembelajaran kooperatif akan tetapi hanya bertujuan
menyelesaikan tugas.
Dalam penelitian ini dilakukan studi untuk mengetahui perbandingan dua media
pembelajaran dalam menulis narasi yaitu media picture series dan media mind
mapping yang telah di rancag oleh peneliti. Pemilihan dua media pembelajaran ini
didasarkan atas karakteristik yang terdapat didalamnya, terutama kesempatan
siswa untuk mengeksplorasi kemampuan belajarnya secara kelompok, sehingga
dapat membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam menghadapi materi yang
11
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka dapat diidentifikasi
masalah yang ada sebagai berikut:
1. Dominasi guru sangat tinggi dalam kegiatan pembelajaran, sehingga
pembelajaran menjadi monoton dan membosankan yang menimbulkan
kejenuhan siswa dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
2. Siswa kurang kreatif dalam pembelajaran karena pembelajaran berpusat
pada guru.
3. Proses pembelajaran masih menggunakan model konvensional,
kemampuan siswa dianggap sama sehingga penyelenggaraan pembelajaran
bersifat klasikal.
4. Peran aktif siswa di dalam menulis narasi masih rendah
5. Rata-rata kemampuan awal siswa di SMAN 2 Menggala masih rendah
6. Program pembelajaran yang di rancang oleh guru kurang memperhatikan
karakteristik siswa binaan
7. Kegiatan belajar kelompok yang diterapkan oleh guru bahasa Inggris
belum berbentuk pembelajaran kooperatif tetapi hanya bertujuan
menyelesaikan tugas.
8. Dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya menulis narasi guru belum
12
1.3 Pembatasan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah disebutkan, maka
penulis membatasi masalah yang akan di teliti sebagai berikut:
1. Pemilihan model pembelajaran belum tepat sehingga tidak optimal dalam
proses pembelajaran.
2. Peran aktif siswa di dalam menulis narasi masih rendah
3. Rata-rata kemampuan awal siswa di SMAN 2 Menggala masih rendah
4. Dalam pembelajaran bahasa Inggris khususnya menulis narasiguru belum
menggunakan media picture series.
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi dan pembatasan masalah, di susun rumusan masalah
sebagai berikut:
1. Apakah ada interaksi antara penggunaan media picture series dan media
mind mapping dengan kemampuan awal berbeda terhadap kemampuan
menulis narasi.
2. Apakah kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis siswa yang
menggunakan media mind mapping?
3. Apakah kemampuan menulis narasi bagi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi bagi siswa
yang menggunakan media mind mapping pada siswa berkemampuan awal
13
4. Apakah kemampuan menulis narasi bagi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi bagi siswa
yang menggunakan media mind mapping pada siswa berkemampuan awal
rendah?
1.5 Tujuan Penelitian
Seiring dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini untuk
mengetahui:
1. Interaksi antara penggunaan media picture series dan media mind
mapping dengan kemampuan awal siswa terhadap kemampuan menulis
narasi.
2. Kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media picture series
lebih tinggi dari kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan
media mind mapping.
3. Perbedaan kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi siswa yang
menggunakan media mind mapping untuk siswa yang memiliki
kemampuan awal tinggi.
4. Perbedaan kemampuan menulis narasi siswa yang menggunakan media
picture series lebih tinggi dari pada kemampuan menulis narasi siswa yang
menggunakan media mind mapping untuk siswa yang memiliki
14
1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Manfaat Secara Teoritis
Hasil penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat untuk kepentingan Ilmu
pengetahuan khususnya pada teknologi pendidikan dalam kawasan pengelolaan
dan desain pembelajaran.
1.6.2 Manfaat Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat secara praktis dan mampu
diaplikasikan ke dalam kegiatan proses pembelajaran baik di kelas maupun
pembelajaran di luar kelas terutama bagi:
a. Penulis
Penelitian ini memberikan pengalaman yang sangat berguna dam menambah
pengetahuan serta meningkatkan kemampuan dalam melaksanakan penelitian.
b. Guru
Memberikan wawasan dalam pembelajaran bahasa Inggris agar dapat
meningkatkan kualitas pembelajaran bahasa Inggris, dan secara khusus
sebagai rujukan dalam mengatasi masalah dalam menulis narasi.
c. Siswa
Mendapatkan pembelajaran menulis narasi yang lebih sistematis, menarik,
menyenangkan dan bermakna
d. Sekolah
Sebagai masukan dalam usaha peningkatan kualitas pembelajaran dan
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1. Teori Belajar dan Pembelajaran 2.1.1 Hakekat Belajar dan Pembelajaran
Istilah pembelajaran mengandung makna ada siswa yang belajar dan ada guru
yang mengajar, keduanya membutuhkan proses yang panjang. Slameto (2003:2)
menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil
pengalaman sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Belajar merupakan
hal yang kompleks, dari segi siswa yang belajar dialami sebagai proses mental
dalam menghadapi bahan belajar. Sedangkan dari sisi guru proses belajar
merupakan prilaku belajar tentang satu hal. Siswa yang belajar diharapkan dapat
mengalami perubahan dalam hal pengetahuan, pemahaman, sikap, tingkah laku,
keterampilan, kecakapan, kebiasaan, serta perubahan aspek-aspek lain yang ada
pada individu, dan perubahan tersebut sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam
interaksi dengan lingkungannya.Seperti dikatakan Gredler dalam Winataputra
(2006;4b) tentang pengertian belajar, “... is the process by which human beings acquire a vast variety of competencies, skills, and attitudes.” Suatu proses dimana manusia mencapai suatu keanekaragaman yang luar biasa berupa kompetensi,
(2001:38) mengatakan “... the process whereby knowledge is created through the transformation of experience.” Belajar merupakan proses pengetahuan dibentuk melalui transformasi pengalaman.
Selanjutnya Thorndike dalam Suciati (2001:32) menyatakan belajar adalah
perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi antara stimulus dan respon.
Belajar dipandang sebagai suatu proses yang aktif melibatkan eksplorasi daripada
sekedar penerimaan informasi yang pasif yang diberikan oleh guru. Hal ini juga
dikemukakan oleh Mc. Pherson dalam Siregar (2005:21) yaitu “Learning is an active process, involving exploration, rather than the passive receipt of information downloaded by teachers.” Belajar merupakan suatu proses pencarian makna oleh karena itu belajar sebagai suatu proses atau aktifitas yang
menekankan kepada suatu hasil atau produk.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah proses
perubahan tingkah laku yang mengakibatkan bertambahnya pengetahuan,
keterampilan dan nilai sikap yang diperoleh melalui interaksi yang aktif dari diri
siswa dengan lingkungannya.
2.1.2 Teori Belajar dan Pembelajaran
Masing-masing teori memiliki kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri. Beberapa
teori yang mendukung penelitian ini diantaranya:
a. Teori Belajar Konstruktivisme
Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar merupakan usaha
pemberian makna oleh siswa kepada pengalamnannya melalui asimilasi dan
akomodasi yang menuju struktur kogniifnya. Untuk itu pembelajaran
diupayakan agar dapat memberikan kondisi terjadinya proses pembentukan
tersebut seara optimal pada diri siswa. Proses belajar sebagai usha pemberian
makna kepada siswa oleh siswa kepada pengalamannya akan membentuk
suatu konstruksi pengetahuan. Konstruktivisme sebagai aliran psikologi
kognitif menyatakan manusialah yang membangun makna terhadap suatu
realita. Siswa dalam belajar kostruktivistik harus aktif melakukan kegiatan,
aktif berfikir, menyusun konsep, dan member makna tentang hal-hal yang
sedang dipelajari. Sedangkan guru memiliki peran sebagai pemberdaya
potensi siswa agar siswa mampu melaksanakan proses pembelajaran.
Untuk itu menurut Zahronik (1995:28) dalam proses pembelajaran guru harus
dapat mengkondisikan siswanya untuk memecahkan masalah, menemukan
sesuatu yang berguna bagi dirinya dengan belajar dari mengalami sendiri
bukan dari menghafal. Dalam mengkondisikan atau mewujudkan system
pembelajaran yang mendukung kemudahan belajar bagi siwa agar memiliki
peluang optimal berlatih untuk memperoleh kompetensi, guru harus dapat
Pembelajaran dalam konteks konsruktivistik harus lebih menekankan
penggunaan media sebagai satu-satunya sarana untuk mempercepat
pemahaman terhadap materi. Oleh sebab itu guru mutlak memiliki
kemampuan untuk memberdayakan media pembelajaran. Dengan sarana
tersebut siswa akan berlaih untuk berfikir sendiri, memecahkan masalah yang
dihadapinya, mandiri, kritis, kreatif dan mampu mempertanggungjawabkan
pemikirannya secara rasional.
Pembelajaran penting bagi siswa untuk mengetahui ‘untuk apa’ ia belajar, dan
bagaimana ia menggunakan pengetahuannya serta keterampilan yang telah ia
miliki. Atas dasar itulah pembelajaran harus dikemas menjadi proses
mengkonstruksi bukan hanya sekedar transfer pengetahuan siswa hanya
menerima, tetapi siswa harus dikondisikan untuk membangun pengetahuannya
sendiri melalui keterlibatan aktif dalam proses pembelajaran. Untuk itu dalam
pembelajaran konstruktivis harus berlandaskan pada pengetahuan dibangun
(dikonstruksi) secara aktif oleh diri subyek belajar, bukan secara pasif
diterima dari lingkungan belajar dan peranjakan dalam memahami suatu
pengetahuan merupakan proses adaptif, yang mengorganisasikan pengalaman
si pebelajar dalam interaksi dengan lingkungannya Vigotsky (1986;26)
b. Teori Belajar Humanistik
Menurut teori belajar humanistic, proses belajar harus dimulai dan ditujukkan
untuk kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Ide pokok teori belajar
sendiri dalam belajar dan tidak pasif dalam proses pembelajaran. Dalam
pembelajaran, toeri ini menekankan pentingnya emosi atau perasaan dan
adanya komunikasi terbuka serta nilai-nilai yang dimiliki oleh setiap siswa.
Tujuan yang ingin dicapai bukan hanya pada ranah kognitif saja, melainkan
menjadikan siswa bertanggung jawab, perhatian penuh pada lingkungannya,
dan dewasa secara emosi dan spiritual. Prinsip lain dalam teori humanistik
adalah mengajarkan siswa bagaimana belajar dan menilai kegunaan belajar
bagi dirinya sendiri. Materi yang dipelajari diasimilasikan dan dihubungkan
dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Factor motivasi dan
emosional sangat penting dalam peristiwa belajar, karena tanpa motivasi dan
keinginan dari pihak si pebelajar, maka tidak aakan terjadi asimilasi
pengetahuan baru ke dalam struktur kognitif yang telah dimilikinya. Teori
belajar humanistic berpendapat bahwa teori belajar apapun dapat
dimanfaatkan, asal tujuannya untuk memenusiakan manusia, yaitu untuk
mencapai aktualisasi diri, pemahaman diri, dan relisasi diri si pebelajar secara
optimal.
Kolb dalam Saekhan (2008:82) sebagai penganut aliran humanistic membagi
tahap-tahap belajar menjadi (a) tahap pengalaman konkret, (b) tahap
pengamatan aktif dan reflektif, (c) tahap konseptualisasi, (d) tahap
eksperimentsi aktif. Pada tahap pengelaman konkret, siswa harus dapat
melihat dan merasakan sendiri agar mereka dapat merumuskan konsep atau
prinsip-prinsip, dengan kata lain belajar akan efektif jika didesain dengan cara
merasakan suatu kejadian apa adanya namun belum dapat memahami dan
menjelaskan bagaimana atau mengapa peristiwa itu terjadi. Kemampuan inilah
yang dimiliki seseorang pada tahap yang paling awal dalam proses belajar.
Konsekuensinya guru harus menyediakan fasilitas atau kondisi yang
memungkinkan siswa untuk mengelaborasikan segala pengalaman sehingga
dapat dijadikan bahan untuk mengembangkan potensi yang ada dalam dirinya.
Tahap pengamatan aktif dan reflektif, pada tahap ini belajar harus member
kebebasan kepada seluruh siswa untuk melakukan observasi secara aktif
terhadap peristiwa yang dialaminya. Tahap konseptualisasi, tahap ketiga ini
siswa diberi kebebasan untuk merumuskan (konseptualisasi) terhadap hasil
pengamatannya, artinya siswa berupaya untuk membuat abstraksi,
mengembangkan suatu teori atau konsep dan prosedur tentang suatu obyek
yang menjadi perhatiannya. Berfikir induktif banyak dilakukan untuk
merumuskan suatu aturan umum atau sebagai contoh peristiwa yang
dialaminya. Walaupun kejadian yang diamatinya berbeda-beda, namun
memiliki komponen yang sama yang dapat dijadikan dasar aturan bersama.
Tahap eksperimentasi aktif, tahap ini didasarkan atas hasil dari asumsi bahwa
hasil dari proses belajar harus bersifat produk nyata. Oleh sebab itu siswa
harus mampu melakukan eklsperimentasi aktif dengan mengaplikasikan
konsep-konsep, teori-teori atau aturan-aturan untuk memecahkan masalah
yang belum ia jumpai sebelumnya. Tahap-tahap belajar yang demikian
dianggap oleh Kolb sebagai suatu siklus yang berkesinambungan dan
Dalam prakteknya teori humanistik cendrung mengarahkan siswa untuk
berfikir induktif, mementingkan pengalaman, membutuhkan keterlibatan
secara aktif dalam belajar. Langkah-langkah pembelajaran humanistic dimulai
dari menentukan tujuan, menentukan materi, mengidentifikasikan kemampuan
awal (entry behavior) siswa, mengidentifikasikan topic-topik pembelajaran, merancang fasilitas belajar seperti lingkungan dan media pembelajaran,
membimbing siswa untuk belajar aktif, memahami hakikat makna
pembelajaran, membuat konseptualisasi pengalaman belajar, mengaplikasikan
konsep baru ke situasi nyata, dan mengevaluasi proses dan hasil belajar.
Suciati (2001;70).
c. Teori Belajar Kognitif
Teroi kognitif lebih menenkankan bagaimana proses atau upaya untuk
mengoptimalkan kemampuan aspek rasional. Asumsi teori ini adalah bahwa
setiap siswa telah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang telah tertata
dalam bentuk struktur kognitif yang dimilikinya. Skema kognitif tersebut
berbeda untuk setiap siswa, dan senantiasa berkembang sejalan dengan
perkembangan usia mereka serta menjadi dasar dan motivasi bagi dirinya
untuk berfikir dan bertindak (memahami hubungan-hubungan) atas situasi
yang dihadapi.
Belajar adalah proses reorganisasi atau restrukturisasi (struktur atau skema),
pengetahuan, proses informasi dan pengambilan keputusan secara cerdas dan
dari konkrit menuju abstrak; serta melalui proses asimilasi dan akomodasi
(Piaget); pengaitan (Ausebel), antara bahan dan materi atau informasi baru
yang dipelajari dengan struktur kognitif siswa. Belajar tidak sekedar
melibatkan hubungan antara stimulus dan respon namun juga elibatkan proses
berfikir yang kompleks. Teori ini lebih mementingkan proses belajar dari pada
prestasi belajar itu sendiri.
Meurut Piaget dalam Saekhan (2008;60), bahwa belajar akan lebih berhasil
apabila disesuakan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Siswa
hendaknya diberi kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan obyek
fisik, yang ditunjang oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh
pertanyaan tilikan dari guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan
kepada siswa agar mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari
dan menemukan berbagai hal dari lingkungan.
Istilah belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah proses belajar yang
sengaja diciptakan atau intentional learning, bukan belajar yang terjadi secara spontan atau incidental learning. Agar dapat berlangsung efektif dan efisien, proses belajar perlu dirancang menjadi sebuah kegiatan pembelajaran.
Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk menciptakan
terjadinya aktivitas belajar dalam diri individu. Dengan kata lain,
pembelajaran merupakan sesuatu hal yang bersifat eksternal yang sengaja
dirancang untuk mendukung terjadinya proses belajar internal dalam diri
Menurut teori belajar kognitif, belajar akan lebih berhasil apabila disesuaikan
dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Siswa hendaknya diberi
kesempatan untuk melakukan eksperimen dengan objek fisik, yang ditunjang
oleh interaksi dengan teman sebaya dan dibantu oleh pertanyaan pengarah dari
guru. Guru hendaknya banyak memberikan rangsangan kepada siswa agar
mau berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, mencari dan menemukan
berbagai hal dari lingkungan.
Ada tiga prinsip belajar dalam teori belajar kognitif, yaitu belajar aktif akan
menghindarkan siswa dari kebosanan, belajar lewat interaksi sosial manusia,
dan belajar lewat pengalaman sendiri. Pada pembelajaran ini proses mencari
ilmu dilakukan secara tidak sengaja, jadi siswa merasa tidak terpaksa untuk
belajar.
Implikasi teori belajar kognitif ini dalam belajar, yakni (1) bahasa dan cara
berpikir siswa berbeda dengan orang dewasa, oleh karena itu guru
membelajarkan dengan menggunakan bahasa yang sesuai dengan cara berpikir
siswa, (2) siswa-siswa akan belajar lebih baik apabila dapat menghadapi
lingkungan dengan baik, guru harus membantu siswa agar dapat berinteraksi
dengan lingkungan sebaik-baiknya, (3) bahan yang harus dipelajari siswa
hendaknya dirasakan baru tetapi tidak asing, (4) berikan peluang agar siswa
belajar sesuai tahap, (5) di dalam kelas, para siswa hendaknya diberi peluang
Jean Piaget dalam Sukmadinata, (2006:50) mengemukakan tahap-tahap
perkembangan kemampuan kognitif anak. Menurut Piaget, yang terpenting
adalah penguasaan dan kategori konsep-konsep. Melalui penguasaan konsep,
anak mengenal lingkungan dan memecahkan berbagai problema yang
dihadapi dalam kehidupannya.
Aplikasi teori belajar kognitif dalam penelitian ini terjadi pada saat siswa aktif
dalam menulis narasi dengan media picture series dan mind mapping. Keterlibatan siswa secara aktif dalam pembelajaran akan menghindarkan
siswa dari kebosanan. Dalam pembelajaran Bahasa Inggris siswa belajar lewat
interaksi sosial antar manusia yang ada terlibat dalam pembelajaran, yakni
guru dan teman sekelas.
Sementara itu, pembelajaran adalah proses interaksi siswa dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran merupakan
bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses pemerolehan ilmu
dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap
dan kepercayaan pada siswa. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses
untuk membantu siswa agar dapat belajar dengan baik. Proses pembelajaran
dialami sepanjang hayat seorang manusia serta dapat berlaku di manapun dan
kapanpun.
2.2 Teori Desain Pembelajaran
Menurut Sagala (2005:136) Desain pembelajaran adalah proses pengembangan
pembelajaran unuk menjamin kualitas pembelajaran. Pernyataan tersebut
mengandung arti bahwa penyusunan perencanaan pembelajaran harus sesuai
dengan konsep pendidikan dan pembelajaran yang dianut dalam kurikulum yang
digunakan.
Desain pembelajaran merupakan ilmu untuk menciptakan spesifikasi
pengembangan, pelaksanaan, penilaian, serta pengelolaan situasi yang
memberikan fasilitas pelayanan pembelajaran dalam skala makro dan mikro
untuk berbagai mata pelajaran pada berbagai tingkatan kompleksitas.
Menurut Sagala (2005:138) komponen utama desain pembelajaran adalah :
1. Pembelajar (pihak yang menjadi fokus) yang perlu diketahui meliputi,
karakteristik mereka, kemampuan awal dan pra syarat.
2. Tujuan Pembelajaran (umum dan khusus) Adalah penjabaran kompetensi yang
akan dikuasai oleh pembelajar.
3. Analisis Pembelajaran, merupakan proses menganalisis topik atau materi yang
akan dipelajari
4. Strategi Pembelajaran, dapat dilakukan secara makro dalam kurun satu tahun
atau mikro dalam kurun satu kegiatan belajar mengajar.
5. Bahan Ajar, adalah format materi yang akan diberikan kepada pembelajar
6. Penilaian Belajar, tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah
dikuasai atau belum.
Terdapat beberapa model desain pembelajaran salah satunya adalah ASSURE
desain pembelajaran ASSURE menggabungkan semua kegiatan instruksional
seperti; timbulnya minat siswa kemudian berlanjut pada penyajian material baru,
melibatkan para siswa dalam praktik dengan umpan balik, menilai pemahaman
mereka dan memberikan kegiatan tindak lanjut yang relevan.
Model untuk membantu belajar ASSURE menurut Smaldino (2011; 110) yaitu:
1. Menganalisis Pembelajar ( Analyze Learner)
Menganalisis karakteristik siswa yang disesuaikan dengan hasil-hasil belajar
sangat penting. Analisis tersebut menyediakan informasi yang memungkinkan
guru secara strategis merencanakan pelajaran yang disesuaikan agar memenuhi
kebutuhan spesifik para siswa. Faktor yang harus diperhatikan dalam analisis
pemelajar adalah; karakteristik umum, kompetensi dasar spesifik dan gaya belajar.
a. Karakteristik umum mencakup usia, gender, kelas, dan faktor budaya atau
sosioekonomi.
b. Kompetensi dasar spesifik merujik pada pengetahuan dan keterampilan
yang dimiliki siswa atau yang belum dimiliki
c. Gaya belajar merujuk pada serangkaian sifat psikologis yang menentukan
bagaimana seorang individual merasa, berinteraksi, merespon secara
emotional terhadap uji terhadap lingkungan belajar.
2. Menyatakan standar dan tujuan (State Objektives)
Langkah kedua dalam model ASSURE yaitu menyatakan standar dan tujuan
belajar untuk mata pelajaran. Tujuan belajara akan bersumber dari standar
merupakan pernyataan dari apa yang akan dicapai siswa bukan bagaimana mata
pelajaran diajarkan. Standard an tujuan sangat penting dengan daftar periksa
“ABCD”. Proses dimulai dengan menyebutkan audiensi (Audience) yang men jadi sasaran tujuan. Prose situ kemudian merinci perilaku (Behavior) yang harus ditampilkan dan kondisi (Condition) dimana perilaku tersebut akan diamati. Akhirnya, proses tersebut merinci tingkat (Degree) sampai dimana pengetahuan atau kemampuan baru harus dikuasai.
Tujuan belajar yang muncul dalam standar kurikulum, buku teks, mata pelajaran
online dan material pembelajaran lainnya. Dalam pembelajaran bahasa Inggris
biasanya siswa mengalami kesulitan. Siswa akan merasa mudah apabila guru
dapat menyesuaikan tujuan tersebut dengan menambah kondisi dengan diberi
rekayasa sepeti halnya diberikan teknik picture series
3. Memilih Strategi, Teknologi, media dan Material ( Select Methods, Media and Material)
Langkah selanjutnya dalam menyusun mata pelajaran yang efektif adalah salah
satunyan dengan memilih strategi. Ketika mengidentifikasi strategi pengajaran
untuk mata pelajaran guru harus memilih dua jenis strategi yaitu: startegi yang
berpusat pada guru dan strategi yang berpusat pada siswa. Strategi guru adalah
kesiatan yang digunakan untuk mengajarkan mata pelajaran, contohnya,
menyajikan sebuah konsep dengan permainan kartu yang dicocokkan atau berupa
permainan kelompok. Strategi yang berpusat pada siswa merupakan kegiatan yang
melibatkan siswa dalam belajar aktif seperti membahas kelebihan dan
Ketika kita telah memilih strategi maka kemudian kita memilih materi yang
diperlukan unttuk mendukung pelaksanaan mata pelajaran. Langkah ini
melibatkan pilihan sebagai berikut:
(1) Memilih materi yang tersedia
Mayoritas materi pembelajaran yang digunakan oleh para guru adalah ‘siap pakai’
jadi sebagai seorang guru kita harus memilih mana materi yang tepat yang sesuai
dengan kondisi siswa. Guru yang berpengalaman harus dilibatkan karena
pengetahuan mereka tentang materi alternative memberi mereka kemampuan yang
lebih kritis. Pendekatan lainnya untuk memilih materi adalah menyurvey panduan
referensi melalui media online atau tulisan dan meninjau materi yang gratis dan
murah.
(2) Mengubah materi yang ada
Guru berusaha memenuhi kebutuhan yang beragam dari para siswa . Materi yang
siap pakai sering kali membutuhkan modifikasi agar selaras dengan tujuan belajar.
Merancang materi baru harus sesuai dengan kebutuhan dan tujuan siswa.
4. Menggunakan Teknologi, Media dan Materi (Utilize Technology, Media and Materi)
(1) Pratinjau
Selama proses seleksi guru harus mempratinjau materi yang dipilih terkait dengan
tujuan belajar. Tujuannya adalah memilih bagian yang langsung selaras dengan
mata pelajaran. Materi yang peneliti gunakan disini adalah question tag maka
peneliti harus menggunakan teknik mam dan tgt untuk menemukan aktifitas
latihan dan praktik yang sesuai dengan tujuan.
(2) Menyiapkan materi
Guru harus menyiapkan materi yang akan mendukung aktifitas pembelajaran.
Langkah pertama yang harus disiapkan dalam materi ini adalah pembentukan
kelompok , memberikan tema mengenai sebuah cerita fiksi.
(3) Menyiapkan Lingkungan
Penggunaan materi harus efektif baik itu diruang kelas, laboratorium ataupun
pusat media. Guru harus mengatur tempat duduk sehingga para siswa bisa
melihatr dan mendengar satu sama lain jika sedang membahas suatu topik.
(4) Menyiapkan pemelajar
Apa yang dipelajari dari sebuah kegiatan sangat bergantung pada bagaimana para
siswa disiapkan untuk mata pelajaran tersebut. Dalam tujuan pembelajarannya
kita harus menginformasikan kepada siswa contohnya seperti memperkenalkan
(5) Menyediakan Pengalaman Belajar
Pengalaman belajar berpusat pada guru, maka akan melibatkan presentasi,
demonstrasi, latihan, dan praktik. Jika menggunakan presentasi sebagai salah satu
strategi adalah penting untuk menggunakan kemampuan presentasi diruang kelas.
2. Mengharuskan Partisipasi Pemelajar (Require Learner Participation) Belajar merupakan proses mental aktif yang dibangun berdasarkan pengalaman
autentik yang relevan dimana para siswa akan menerima umpan balik informatif,
respons yang memungkinkan mereka mengetahui sejauh mana mereka telah
mencapai tujuan dan bagaimana meningkatkan kinerja mereka. Siswa menerima
umpan balik mengenai ketepatan response mereka. Umpan balik bisa berasal dari
guru, atau para siswa yang bekerja di dalam kelompok kecil dan saling member
umpan balik. Umpan balik bisa diperoleh melalui aktivitas sendiri. Umpan balik
dari guru membantu para siswa meningkatkan pembelajaran siswa.
5. Mengevaluasi dan Merevisi (Evaluate and Revise)
Komponen terakhir dari model ASSURE untuk belajar yang efektif adalah
mengevaluasi dan merevisi. Evaluasi dan revisi sangat penting bagi
pengembangan pengajaran yang berkualitas, tetapi komponen dari perancangan
mata pelajaran ini sering kali diabaikan. Ada dua tujuan dari komponen ini yaitu:
(1) Menilai prestasi siswa
Metode dalam menilai prestasi bergantung pada sifat dari tujuan belajar. Beberapa
tujuan belajar mengharuskan kemampuan kognitif yang relative sederhana
kalimat sesuai rumus dan membuat kalimat menjadi paragraf. Tujuan belajar
seperti itu semua bermanfaat bagi ujian tertulis konvensional.
(2) Mengevaluasi dan merevisi strategi, teknologi dan media
Salah satu komponen kunci bagi evaluasi dan revisi sebuah mata pelajaran adalah
masukan dari siswa. Siswa lebih menyukai belajar mandiri ketimbang presentasi
kelompok.
2.3 Karakteristik Pembelajaran Bahasa Inggris
Menurut Bloom (1977;14), bahasa adalah sistem yang sangat kompleks yang
dapat dipahami dengan baik dengan merincinya menjadi elemen atau komponen
fungsinya. Bahasa dapat dibagi menjadi tiga komponen yang terdiri dari pola, isi,
dan kegunaan. Pola termasuk syntax, morphology, dan phonology yang berhubungan dengan bunyi atau simbol-simbol dengan makna. Secara tradisional,
belajar bahasa telah dianggap sama dengan belajar pola bahasa. Isi meliputi
makna atau semantics, dan kegunaan termasuk pragmatics. Lima komponen ini
syntax, morphology, phonology, semantics, dan pragmatics adalah sistem aturan dasar dalam bahasa.
Tujuan belajar bahasa Inggris adalah agar siswa dapat berkomunikasi dalam
bahasa Inggris baik secara lisan maupun tulisan, secara lancar dan sesuai dengan
konteks sosialnya (Depdiknas, 2003:15). Kompetensi Bahasa Inggris siswa
mencakup keterampilan: mendengar, membaca, berbicara, dan menulis.
Pembelajaran bahasa Inggris di SMA/MA ditargetkan agar siswa dapat mencapai
masalah sehari-hari Bahasa Inggris. Berkomunikasi adalah memahami dan
mengungkapkan informasi, pikiran, perasaan, dan mengembangkan ilmu
pengetahuan, teknologi, dan budaya. Kemampuan berkomunikasi dalam
pengertian yang utuh adalah kemampuan berwacana, yakni kemampuan
memahami dan/atau menghasilkan teks lisan dan/atau tulis yang direalisasikan
dalam empat keterampilan berbahasa, yaitu mendengarkan (listening), berbicara (speaking), membaca (reading), dan menulis (writing).
Dalam belajar bahasa Inggris ada dua keterampilan yang perlu dikembangkan
yaitu keterampilan reseptif dan keterampilan produktif. Keterampilan reseptif
meliputi keterampilan menyimak (listening) dan keterampilan membaca (reading), sedangkan keterampilan produktif meliputi keterampilan berbicara (speaking) dan keterampilan menulis (writing).
Selain itu di dalam kurikulum bahasa Inggris SMA, siswa wajib mengenal
beberapa jenis teks. Teks tersebut adalah teks descriptive, report, narrative, recount dan procedure. Klasifikasi teks ini dibuat berdasarkan beberapa elemen dari teks tersebut yang meliputi tujuan penulisan teks (purpose), sistematika penulisan (generic structure), paragraf-paragrafnya dan aspek gramatikal lainnya yang digunakan penulis untuk membangun tulisan/teksnya.
Agar dapat mempelajari teks tersebut di atas dengan baik, siswa perlu dibekali
dengan unsur-unsur bahasa, misalnya kosa kata, tata bahasa, dan pengucapan
dapat membantu seseorang untuk mengungkapkan gagasannya dan membantu si
pendengar untuk memahami gagasan yang diungkapkan oleh orang lain. Sekali
lagi perlu ditekankan bahwa tata bahasa hanyalah sebagai unsur pembantu dalam
penguasaan keterampilan berbahasa.
Bahasa Inggris sendiri memiliki komponen makna. Menurut Halliday dalam
Tjahyono (2006: 51), komponen makna yang fundamental dalam bahasa adalah
komponen yang fungsional. Makna ideasional, interpersonal, dan tekstual
merupakan tiga macam makna yang terangkum dalam bahasa sebagai suatu
kesatuan yang membentuk landasan semantik semua bahasa. Makna ideasional
merupakan wujud dari pengalaman seseorang, baik pengalaman di dunia nyata
maupun pengalaman di dunia imajiner. Menurut Halliday makna ideasional
merupakan makna yang terkandung didalamnya (in the sense of content).
Selanjutnya, makna interpersonal merupakan makna sebagai bentuk dari tingkah
laku yang kita (sebagai yang berbicara atau yang menulis) tujukan kepada orang
lain (sebagai pendengar atau pembaca). Dalam kalimat, makna interpersonal ini
ditampilkan dalam perubahan peran dalam interaksi, misalnya statements, questions, offers, dan commands, serta kata kerja bantu modalilities (may, could, must, would) yang menyertainya. Misalnya, empat kalimat berikut ini berisi makna ideasional yang sama, namun makna interpersonalnya berbeda:
1. Bill, close the door.
3. If I were you, I would close the door. 4. Why don’t you close the door, Bill?
Menurut Setiadi (2006: 5), pembelajaran Bahasa Inggris di sekolah bertujuan
meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengaplikasian siswa tentang
kecakapan hidup sehingga menjadi manusia yang terampil dengan cara
menumbuhkan dan meningkatkan pengetahuan tentang bahasa Inggris sehingga
menjadi manusia yang terampil dalam hal-hal lain yang membutuhkan
kemampuan berbahasa Inggris. Pembelajaran Bahasa Inggris hendaknya
dilakukan melalui pendekatan komunikatif dengan langkah-langkah penyajian
yang mengarah pada ketrampilan berbicara, menyimak, dan membaca.
Pelaksanaannya dapat dilakukan sesuai dengan perkembangan anak. Untuk
melakukan pendekatan komunikatif maka guru memiliki kemampuan komunikatif
(comunikative skill) dan metode mengajar (teaching method) yang memadai. Sementara Tjahyono (2006: 12) menyatakan kemampuan seseorang dalam
berkomunikasi dapat ditunjukkan dalam dua cara, yaitu komunikasi lisan dan
komunikasi tertulis. Kalau komunikasi berlangsung secara lisan, ada unsur yang
lain yang perlu diperhatikan oleh guru, dan tentu saja perlu diajarkan kepada para
siswanya, yaitu mengenai ucapan atau pronunciation. Lebih-lebih bahasa Inggris yang antara ejaan dan ucapannya kadang-kadang berbeda jauh. Kesalahan dalam
ucapan akan menyebabkan seseorang tidak akan dapat mengemukakan
Sementara Agustian (2005: 34-36) menyatakan bahwa sebagai salah satu alat
untuk berkomunikasi, bahasa Inggris sangat diperlukan, sebab dengan menguasai
bahasa Inggris, seseorang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya
dan ini akan dapat dijadikan sebagai bekal untuk memperoleh serta membuka
lapangan kerja. Dengan demikian, seluruh elemen lembaga pendidikan dan
pelatihan dalam negeri harus berbenah dan memperbaiki diri jika ingin eksis di
persaingan mendatang, atau akan ditinggalkan masyarakat. Mereka dituntut untuk
mengkreasikan visi yang cocok pada lembaga yang dimiliki. Maka itu siswa
belum dapat dikatakan menguasai bahasa Inggris kalau dia belum dapat
menggunakan bahasa Inggris untuk keperluan komunikasi, meskipun dia
mendapat nilai yang bagus pada penguasaan kosa kata dan tata bahasanya.
Memang diakui bahwa seseorang tidak mungkin akan dapat berkomunikasi
dengan baik kalau pengetahuan kosa katanya rendah. Oleh karena itu, penguasaan
kosa kata memang tetap diperlukan tetapi yang lebih penting bukan semata-mata
pada penguasaan kosa kata tersebut tetapi memanfaatkan pengetahuan kosa kata
tersebut dalam kegiatan komunikasi dengan bahasa Inggris.
Menulis merupakan proses penyampaian pesan dari penulis kepada pembaca,
Sugiarto (2001:3). Menulis dapat pula diartikan sebagai kegiatan menggali pikiran
dan perasaan mengenai suatu subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis,
menentukan cara menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan
Aktivitas menulis merupakan suatu bentuk manifestasi kemampuan berbahasa
paling akhir yang dikuasai pelajar setelah kemampuan mendengarkan, berbicara
dan membaca. Dibandingkan dengan tiga kemampuan berbahasa yang lain
kemampuan menulis lebih sulit dikuasai bahkan oleh penutur asli bahasa yang
bersangkutan. Hal tersebut disebabkan kemampuan menulis menghendaki
penguasaan berbagai unsur, dan unsur di luar bahasa itu sendiri yang akan
menjadi isi karangan. Selain terampil menulis, siswa sudah sewajarnya memiliki
sikap positif terhadap pembelajaran menulis, artinya sebagai pandangan dan
perbuatan yang didasarkan pada pendirian terhadap kegiatan pembelajaran
menulis baik di kelas atau di luar kelas.
Gie (2002: 3) menyatakan bahwa menulis adalah segenap rangkaian kegiatan
seseorang mengungkapkan gagasan djuan menyampaikannya melalui bahasa tulis
kepada masyarakat pembaca untulkk dipahami. Proses menulis merupakan
serangkaian aktivitas yang terjadi dan melibatkan beberapa tahap yaitu pra
menulis (pre writing), pengedrapan (drafing), perbaikan (revising), pengeditan (editing), dan publikasi (publishing).
Sementara itu menurut Finoza (2009: 189), menulis adalah kegiatan seseorang
dalam menuangkan ide atau gagasannya ke dalam sebuah tulisan. Menulis
karangan adalah kesanggupan, kecukupan, dan kejayaan untuk menuangkan
ide-ide yang merupakan ungkapan perasaan dan berisikan pengetahuan dan berbagai
pengalaman hidup. Mengarang adalah bentuk tulisan yang mengungkapkan
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, maka dapat dinyatakan bahwa menulis
karangan merupakan sebuah proses menuangkan suatu gagasan atau pikiran ke
dalam bahasa tulis yang berisikan pengetahuan dan berbagai pengalaman hidup
secara teratur agar dapat dipahami oleh pembacanya.
2.4 Kemampuan Menulis
Menulis pada hakikatnya adalah mengarang, yakni memberi bentuk kepada segala
sesuatu ya