• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (Learning Cycle) (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA Gajah Mada Bandar Lampung Semester Ganjil T.P. 2011/2012).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (Learning Cycle) (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA Gajah Mada Bandar Lampung Semester Ganjil T.P. 2011/2012)."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI

MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA

Gajah Mada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

INAYATUS SOLEIHAH

Gaya belajar merupakan cara seseorang untuk menyerap dan menyimpan informasi yang diperoleh selama pembelajaran. Gaya belajar siswa termasuk salah satu faktor internal yang mempengaruhi belajar. Berdasarkan hasil observasi dengan guru biologi dan beberapa siswa kelas XI SMA Gajah Mada Bandar Lampung diketahui bahwa tingkat penguasaan materi oleh siswa pada materi pokok Sistem Gerak pada Manusia baru mencapai 46,2%.

Kemungkinan hal ini terjadi karena kurangnya kesesuaian model pembelajaran yang digunakan guru dengan adanya variasi gaya belajar siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh gaya belajar terhadap peningkatan penguasaan materi pokok sistem gerak manusia melalui model siklus belajar.

(2)

diperoleh melalui lembar observasi. Data kuantitatif dianalisis statistik menggunakan uji anova pada taraf kepercayan 5% melalui program SPSS 17, sedangkan data kualitatif dianalisis secara deskriptif dalam bentuk persentase.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa kelas XI IPA3 di SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang memiliki gaya belajar visual sebanyak 6 siswa, auditori 15 siswa, dan kinestetik 17 siswa dari jumlah keseluruhan 38 siswa. Penguasaan materi siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik berbeda nyata dengan auditori. Namun antara gaya belajar kinestetik dengan visual maupun visual dengan auditori tidak berbeda nyata. Kelompok siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik menghasilkan N-gain paling tinggi dibandingkan dengan gaya belajar visual maupun auditori. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa gaya belajar siswa (visual, auditori dan kinestetik) berpengaruh nyata terhadap penguasaan materi pokok Sistem Gerak Manusia.

(3)
(4)

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI

MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA

Gajah Mada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

INAYATUS SOLEIHAH

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI

MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA

Gajah Mada Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

Inayatus Soleihah

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Purbalingga pada hari Minggu 9 April 1989, yang merupakan anak kedua pasangan Bapak Muchson Fathurrahman dan Ibu Chalimah.

Pendidikan Taman Kanak-kanak GPM Lampung Tengah diselesaikan tahun 1995, Sekolah Dasar GPM Lampung Tengah diselesaikan tahun 2001, Madrasah Tsanawiyah Wali Songo Bumiratunuban, Lampung Tengah diselesaikan tahun 2004, Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Ambarawa, Pringsewu diselesaikan tahun 2007 dan pada tahun 2007 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Pendidikan MIPA Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Mahasiswa Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).

(7)

DAFTAR ISI

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis data.. ... 26

2. Teknik Pengambilan Data ... 27

F. Teknik Analisis data 1. Uji Prasyarat ... 29

2. Pengujian Hipotesis ... 30

3. Pengolahan Data Aktivitas Siswa ... 31

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 34

B. Pembahasan ... 38

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 47

B. Saran ... 47

(8)

1. Perangkat Pembelajaran ... 52

2. Data Hasil Penelitian ... 81

3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian... 85

4. Foto-foto Pelaksanaan Pembelajaran ... 89

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Lembar observasi aktivitas siswa ... 32

2. Klasifikasi indeks aktivitas siswa ... 33

3. Nilai pretes, postes, dan N-Gain Penguasaan Materi Siswa ... 35

4. Hasil uji anova satu faktor terhadap nilai pretes, postes, dan N-gain penguasaan materi siswa pada tiga gaya belajar ... 36

5. Hasil uji Tukey terhadap N-gain penguasaan materi pada tiga kelompok gaya belajar ... 37

6. Data aktivitas siswa selama pembelajaran ... 37

7. Penilaian hasil angket gaya belajar siswa ... 81

8. . Data nilai pretes, postes, dan N-gain penguasaan materi siswa ... 82

9. . Data Aktivitas Siswa Kelompok Gaya Belajar Visual ... 83

10.Data Aktivitas Siswa Kelompok Gaya Belajar Auditori ... 83

11.Data Aktivitas Siswa Kelompok Gaya Belajar Kinestetik ... 84

12.Hasil uji normalitas nilai pretes pada setiap gaya belajar ... 85

13.Hasil uji normalitas nilai postes pada setiap gaya belajar ... 85

14.Hasil uji normalitas nilai N-gain pada setiap gaya belajar ... 86

15.Hasil uji homogenitas nilai pretes, postes, dan N-gain ... 86

16.Hasil uji anova ... 87

(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pikir ... 7

2. Desain penelitian ... 20

3. Siswa sedang melakukan pretes ... 89

4. Siswa melaksankan proses pembelajaran fase engagement ... 89

5. Siswa kelompok visual melaksanakan proses pembelajaran fase exploration ... 90

6. Siswa kelompok auditorial melaksanakan proses pembelajaran fase exploration ... 90

7. Siswa kelompok kinestetik melaksanakan proses pembelajaran fase exploration ... 91

8. Siswa melaksanakan proses pembelajaran fase explanation ... 91

9. Guru mengajukan pertanyaan pada fase elaboration ... 92

10.Guru menunjuk siswa menjawab pertanyaan pada fase evaluation ... 92

(11)

Motto

Tersenyumlah untuk hidup.

(

Penulis)

Sesuatu perkara/kegiatan yang apabila dikerjakan tetapi tidak mendukung tercapainya

tujuan hidup mulya dan sejahtera lebih baik sesuatu itu ditinggalkan meskipun sesuatu itu

menyenangkan.

(H. Imam Surjani)

You have to endure caterpillars if you want to see butterflies.

Anda harus tahan terhadap ulat jika ingin dapat melihat kupu-kupu.

(12)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini adalah :

Nama : Inayatus Soleihah NPM : 0713024033

Fakultas / Jurusan : KIP / Pendidikan MIPA Program Studi : Pendidikan Biologi

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripisi saya adalah asli dan belum pernah diajukan untuk mendapatkan gelar akademik (sarjana, magister, atau doctor), baik di Universitas Lampung maupun di perguruan tinggi lainnya. Skripsi ini murni gagasan, rumusan, dan penilaian saya sendiri, tanpa bantuan pihak lain, kecuali dosen pembimbing. Dalam skripsi ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau dipublikasikan orang lain, kecuali tertulis dengan jelas dicantumkan dalam daftar pustaka.

Pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila di kemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini, maka saya bersedia menerima sangsi akademik berupa pencabutan gelar yang diperoleh karena karya tulis ini, serta sangsi lainnya sesuai norma yang berlaku di perguruan tinggi ini.

Bandar Lampung, April 2012

(13)

Dengan menyebut nama Alloh yang Maha pengasih lagi Maha penyayang (Alfatihah 1)

Persembahan

Alhamdulillahirobbil’alamin, segala puji untuk Mu Ya Rabb

atas segala kemudahan, limpahan rahmat dan karunia yang Engkau berikan selama ini. Teriring doa ,rasa syukur dan segala kerendahan hati

Dengan segala cinta dan kasih sayang kupersembahkan karya sederhana ini untuk orang-orang yang berharga dalam hidupku :

Ayahanda H. Muchson Fathurrahman

dan Ibunda Chalimah

Sosok mulia yang telah membesarkanku, mendidik serta mendo’akanku dengan penuh kasih sayang yang tercurah tanpa batas.

Mas Erur dan Dek Mamah

Atas bantuan, do’a, semangat dan motivasi untuk tetap terus maju dan bertahan.

Para pendidik ku (guru-guruku)

Atas bimbingan dan ajarannya hingga aku dapat melihat dunia dengan ilmu

Insan pilihan Alloh yang kelak akan menjadi imamku

(14)

BANDAR LAMPUNG 2012

Judul Skripsi : PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK PADA MANUSIA MELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (Learning Cycle) (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA Gajah Mada Bandar Lampung Semester Ganjil T.P. 2011/2012).

Nama Mahasiswa : INAYATUS SOLEIHAH Nomor Pokok Mahasiswa : 0713024033

Program Studi : Pendidikan Biologi Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Neni Hasnunidah,S.Pd., M.Si. Rini Rita T. Marpaung, S.Pd., M.Pd. NIP 19700327 199403 2 001 NIP 19770715 200801 2 020

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M. Si.

(15)

SANWACANA

Puji syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA, FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PENGARUH GAYA BELAJAR SISWA TERHADAP PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM GERAK MELALUI MODEL SIKLUS BELAJAR (LEARNING CYCLE) (Kuasi Eksperimen pada Siswa Kelas XI di SMA Gajah Mada Bandar Lampung Semester Ganjil T.P. 2011/2012).

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

2. Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Universitas Lampung; 3. Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi

sekaligus pembimbing I yang telah banyak memberikan motivasi dan saran hingga skripsi ini dapat selesai;

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si., selaku pembahas atas saran dan arahan untuk membantu penulis dalam menyusun skripsi ini;

5. Rini Rita T Marpaung, S.Pd. M.Pd., selaku pembimbing II atas kesabaran, bimbingan, arahan, dan masukannya kepada penulis;

(16)

7. Seluruh dewan guru, staf, dan siswa-siswi kelas XI IPA3 SMA Gajah Mada Bandar Lampung atas kerjasama yang baik selama penelitian berlangsung;

8. Ramane H. Muchson Fathurrahman, biyunge Chalimah atas doa, kepercayaan, dan kasih sayang serta Mas Erur dan Dek Mamah atas warna kehidupan keluarga yang telah diberikan;

9. Teman seperjuangan penelitian tim gaya belajar (Nurma, K’Ranggi, Bu Yun, Mb Vi, dan Mb Eci) atas kebersamaan kita hingga skripsi ini selesai; Mas Eko Sang Konselor skripsi tim gaya; Christie Andrian P sebagai tim sukses; Feni dan Rika guru spiritual khusus tim gaya; sahabatku Jeng Es beserta teman-teman di Salifa terima kasih atas nasihat, dan keikhlasannya membantuku;

10.Saudara-saudaraku di UKM Tapak Suci Putera Muhammadiyah Unila, Ama, K’Asri, Mb Ve, K’Aming,K’Tanjung, Aini, Marithex, Topik, Dora, K’Roni, K’Kosasi, Awal, Yuli minyak, Ela, Hendra, Hana, Yuber, dll atas senyuman dan kebersamannya;

11.Teman-temanku di Pendidikan Biologi angkatan 2007, kakak tingkatku dan adik tingkatku, terima kasih untuk persaudaraan, motivasi, dan kritikannya;

12.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin. Bandar Lampung, April 2012

Penulis

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan dapat membimbing seseorang ke arah suatu tujuan yang dinilai tinggi. Dengan pendidikan, potensi diri seseorang akan tergali dan meningkat sehingga dapat memberikan manfaat bagi dirinya, masyarakat, dan negara. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum pada Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab I Ayat 1 bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan proses pembelajaran yang dapat

meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga siswa benar-benar dapat memahami pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Berdasarkan hasil observasi, guru di SMA Gajah Mada Bandar Lampung, khususnya guru IPA kelas XI, selama ini tidak pernah memperhatikan gaya belajar siswa-siswanya. Dalam proses pembelajaran, guru monoton

(18)

2

mempunyai gaya belajar auditorial saja. Siswa yang mempunyai gaya belajar visual dan kinestetik akan merasa kurang nyaman karena proses pembelajaran tidak sesuai dengan gaya belajar mereka.

Materi pokok sistem gerak pada manusia dipilih dalam penelitian ini, karena nilai hasil ulangan pada materi ini sangat rendah. Dari data yang diperoleh pada tahun pelajaran 2010/2011, hanya 46,2% siswa kelas XI IPA SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu ≥ 67. Hasil ulangan tersebut masih rendah jika dibandingkan dengan kriteria ketuntasan belajar yaitu 100% siswa

memperoleh nilai ≥ 67.

Beberapa hal yang menyebabkan rendahnya nilai siswa pada materi pokok sistem gerak di sekolah tersebut antara lain belum adanya kesesuaian model atau metode pembelajaran yang digunakan guru dengan adanya variasi gaya belajar siswa. Selain itu, guru cenderung menggunakan satu macam metode, yaitu ceramah. Padahal, metode ceramah hanya disukai oleh siswa yang mempunyai gaya belajar auditori saja. Hal ini menyebabkan kurangnya minat dan motivasi siswa yang mempunyai gaya belajar lain. Media yang digunakan oleh gurupun kurang mendukung proses pembelajaran. Guru hanya monoton menggunakan buku paket yang disediakan oleh sekolah saja.

Dalam menyampaikan pelajaran, seharusnya guru memperhatikan karakteristik siswanya. Siswa yang satu dengan yang lainnya, mempunyai cara yang

(19)

3

tingkatannya. Beberapa studi menunjukkan bahwa terjadi kenaikan prestasi akademik dan peningkatan sikap pebelajar terhadap lingkungan belajar ketika gaya belajar cocok atau selaras (matched) dengan metode dan media

pendukung pembelajaran (Dunn and Dunn, 1993:393). Para peneliti menyimpulkan bahwa kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas belajar (Nasution, 2008:93).

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Khudrotinnisa (2010), diketahui model siklus belajar mampu meningkatkan aktivitas siswa dan penguasaan materi sistem gerak pada manusia oleh siswa. Penelitian lain yang dilakukan oleh Citrawathi (2006) di SMA Laboratorium IKIP Singaraja juga

menunjukkan bahwa prestasi belajar menggunakan pendekatan

konstruktivistik dengan modul berorientasi siklus belajar siswa lebih baik dibandingkan dengan cara konvensional.

Model ini memiliki beberapa tahap siklus belajar. Salah satunya adalah tahap eksplanation (menyelidiki). Pada tahap ini siswa dibagi menjadi beberapa

kelompok untuk melakukan pengamatan dengan berdikusi dengan kelompoknya. Siswa yang memiliki gaya belajar visual melakukan

(20)

4

yang berjudul “Pengaruh gaya belajar terhadap penguasaan materi pokok

sistem gerak pada manusia melalui model siklus belajar (learning cycle) (studi eksperimental pada siswa kelas XI SMA Gajah Mada Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah pengaruh gaya belajar terhadap peningkatan penguasaan materi pokok sistem gerak pada manusia dalam pembelajaran melalui model siklus belajar?

2. Manakah gaya belajar yang menghasilkan penguasaan materi paling tinggi pada materi pokok sistem gerak manusia melalui model siklus belajar?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui :

1. Pengaruh gaya belajar terhadap peningkatan penguasaan materi pokok sistem gerak pada manusia melalui model siklus belajar.

2. Gaya belajar yang menghasilkan penguasaan materi yang paling tinggi pada materi pokok sistem gerak manusia melalui model siklus belajar.

D. Manfaat Penelitian

(21)

5

1. Peneliti yaitu untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman sebagai calon guru tentang pengaruh gaya belajar melalui model siklus belajar. 2. Guru yaitu sebagai sumbangan pemikiran dan alternatif pembelajaran dalam

usaha untuk meningkatkan penguasaan materi siswa dengan memperhatikan gaya belajar melalui model siklus belajar.

3. Siswa yaitu untuk memperoleh pengalaman belajar sesuai gaya belajarnya melalui model siklus belajar.

4. Sekolah yaitu memberikan sumbangan pemikiran atau bahan pertimbangan dalam memilih model pembelajaran yang berorientasi pada gaya belajar siswa untuk meningkatkan penguasaan materi siswa.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini adalah:

1. Gaya belajar merupakan cara siswa bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Dalam penelitian ini, gaya belajar yang digunakan adalah gaya belajar visual, gaya belajar auditori, dan gaya belajar kinestetik.

2. Model siklus belajar yang digunakan dalam penelitian memiliki lima fase sebagai sintak pembelajarannya, yaitu fase 5E, kelima tahap itu meliputi : engagement ( mengajak), eksploration (menyelidiki), eksplanation (menjelaskan), elaboration (memperluas), dan evaluation (menilai). 3. Penguasaan materi siswa yang diukur, meliputi aspek kognitif dengan

(22)

6

4. Materi pokok yang digunakan dalam penelitian adalah materi pokok Sistem Gerak pada Manusia, mencakup uraian materi, antara lain : fungsi rangka secara umum, macam-macam rangka tubuh manusia, jenis, bentuk,

pembentukan dan pertumbuhan tulang, macam persendian, macam otot dan fungsinya, mekanisme kontraksi otot rangka, macam-macam gerak otot rangka, serta kelainan dan gangguan pada sistem gerak. 5. Siswa yang menjadi subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA3

semester ganjil SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.

F. Kerangka Pemikiran

Biologi merupakan salah satu bidang IPA yang menyediakan berbagai pengalaman belajar untuk memahami konsep dan proses sains. Biologi tidak hanya terdiri atas kumpulan pengetahuan yang dihapal tetapi lebih

(23)

7

Model siklus belajar (learning cycle) terbukti dapat meningkatkan penguasaan materi pokok sistem gerak pada manusia. Siswa yang memiliki berbagai gaya belajar akan menerima pelajaran dengan menggunakan model yang sama, yaitu siklus belajar. Model ini dapat memfasilitasi ketiga gaya belajar siswa (visual, auditorial, dan kinestetik) dengan dukungan media pembelajaran yang diyakini dapat meningkatkan penguasaan materi siswa. Namun demikian, perlu diketahui gaya belajar mana yang paling berpengaruh terhadap penguasaan materi siswa dengan menggunakan model siklus belajar.

Variabel dalam penelitian ini adalah variabel X dan variabel Y. Variabel X adalah variabel bebas yaitu gaya belajar siswa yang terdiri dari gaya belajar visual, gaya belajar auditorial, dan gaya belajar kinestetik. Variabel Y adalah variabel terikat yaitu penguasaan materi pokok sistem gerak pada manusia oleh siswa. Hubungan antara variabel tersebut digambarkan dalam diagram dibawah ini:

Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat

Keterangan : X : gaya belajar siswa ( 1=gaya visual, 2 =gaya auditorial, 3=gaya kinestetik)

Y : penguasaan materi sstem gerak pada manusia oleh siswa.

X3 X2 X1

(24)

8

G. Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji pada penelitian ini adalah :

1. H0 : Tidak ada pengaruh gaya belajar terhadap peningkatan penguasaan materi pokok sistem gerak manusia melalui model siklus belajar. H1 : Ada pengaruh gaya belajar terhadap peningkatan penguasaan materi

pokok sistem gerak manusia melalui model siklus belajar.

2. H0 : Ketiga gaya belajar menghasilkan penguasaan materi yang sama pada materi pokok sistem gerak manusia melalui model siklus belajar. H1 : Salah satu gaya belajar menghasilkan penguasaan materi paling tinggi

(25)

9

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Gaya Belajar

Nasution (2008: 93) mengemukakan bahwa gaya belajar atau learning style siswa yaitu cara ia bereaksi dan menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses belajar. Para peneliti menemukan adanya berbagai gaya belajar pada siswa yang dapat digolongkan menurut kategori-kategori tertentu. Mereka berkesimpulan bahwa :

1. Tiap murid belajar menurut cara sendiri yang kita sebut gaya belajar. Juga guru mempunyai gaya mengajar masing-masing.

2. Kita dapat menemukan gaya belajar itu dengan instrumen tertentu. 3. Kesesuaian gaya mengajar dengan gaya belajar mempertinggi efektivitas

belajar.

(26)

10

Grinder (dalam DePorter, 2003:112) telah mengajarkan gaya-gaya belajar dan mengajar kepada banyak instruktur. Ia mencatat bahwa dalam setiap kelompok yang terdiri dari tiga puluh murid, sekitar dua puluh dua orang mampu belajar secara cukup efektif dengan cara visual, auditorial, dan kinestetik sehingga mereka tidak membutuhkan perhatian khusus. Dari sisa delapan orang, sekitar enam orang memilih gaya belajar dengan sangat menonjol melebihi dua gaya belajar lainnya sehingga setiap saat mereka harus selalu berusaha keras untuk memahami perintah, kecuali jika perhatian khusus diberikan kepada mereka dengan menghadirkan cara yang mereka pilih. Dua murid lainnya mempunyai kesulitan belajar karena sebab-sebab eksternal.

Berdasarkan kemampuan yang dimiliki otak dalam menyerap, mengelola dan menyampaikan informasi, maka gaya belajar individu dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu gaya belajar visual, auditori dan kinestetik yang ditandai dengan ciri-ciri perilaku tertentu. Pengkategorian ini tidak berarti bahwa individu hanya memiliki salah satu karakteristik gaya belajar tertentu sehingga tidak memiliki karakteristik gaya belajar yang lain. Pengkategorian ini hanya merupakan pedoman bahwa individu memiliki salah satu karakteristik yang paling menonjol sehingga jika ia mendapatkan rangsangan yang sesuai dalam belajar maka akan memudahkannya untuk menyerap pelajaran.

Menurut DePorter & Hernacki (2000:112-120), ciri-ciri perilaku individu dengan karakteristik gaya belajar adalah sebagai berikut :

(27)

11

Individu yang memiliki kemampuan belajar visual yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

a) Rapi dan teratur

b) Berbicara dengan cepat

c) Mampu membuat rencana dan mengatur jangka panjang dengan baik d) Teliti dan rinci

e) Mementingkan penampilan

f) Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada apa yang didengar g) Mengingat sesuatu berdasarkan asosiasi visual

h) Memiliki kemampuan mengeja huruf dengan sangat baik

i) Biasanya tidak mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik ketika sedang belajar

j) Sulit menerima instruksi verbal (oleh karena itu seringkali ia minta instruksi secara tertulis)

k) Merupakan pembaca yang cepat dan tekun l) Lebih suka membaca daripada dibacakan

m) Dalam memberikan respon terhadap segala sesuatu, ia selalu bersikap waspada, membutuhkan penjelasan menyeluruh tentang tujuan dan berbagai hal lain yang berkaitan

n) Jika sedang berbicara di telpon ia suka membuat coretan-coretan tanpa arti selama berbicara

o) Lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

(28)

12

r) Lebih tertarik pada bidang seni (lukis, pahat, gambar) daripada music s) Sering kali menegtahui apa yang harus dikatakan, tetapi tidak pandai

menuliskan dalam kata-kata

t) Kadang-kadang kehilangan konsentrasi ketika mereka ingin memperhatikan.

2. Gaya Belajar Auditorial (Auditory Learners)

Individu yang memiliki kemampuan belajar auditorial yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

a) Sering berbicara sendiri ketika sedang bekerja (belajar) b) Mudah terganggu oleh keributan atau suara berisik

c) Menggerakan bibir dan mengucapkan tulisan di buku ketika membaca d) Lebih senang mendengarkan (dibacakan) daripada membaca

e) Jika membaca maka lebih senang membaca dengan suara keras f) Dapat mengulangi atau menirukan nada, irama dan warna suara g) Mengalami kesulitan untuk menuliskan sesuatu, tetapi sangat pandai

dalam bercerita

h) Berbicara dalam irama yang terpola dengan baik i) Berbicara dengan sangat fasih

j) Lebih menyukai seni musik dibandingkan seni yang lainnya

k) Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang didiskusikan daripada apa yang dilihat

(29)

13

m) Mengalami kesulitan jika harus dihadapkan pada tugas-tugas yang berhubungan dengan visualisasi

n) Lebih pandai mengeja atau mengucapkan kata-kata dengan keras daripada menuliskannya

o) Lebih suka humor atau gurauan lisan daripada membaca buku humor/komik.

3. Gaya Belajar Kinestetik (Tactual Learners)

Individu yang memiliki kemampuan belajar kinestetik yang baik ditandai dengan ciri-ciri perilaku sebagai berikut:

a) Berbicara dengan perlahan b) Menanggapi perhatian fisik

c) Menyentuh orang lain untuk mendapatkan perhatian mereka d) Berdiri dekat ketika sedang berbicara dengan orang lain e) Banyak gerak fisik

f) Memiliki perkembangan awal otot-otot yang besar g) Belajar melalui praktek langsung atau manipulasi

h) Menghafalkan sesuatu dengan cara berjalan atau melihat langsung i) Menggunakan jari untuk menunjuk kata yang dibaca ketika sedang

membaca

j) Banyak menggunakan bahasa tubuh (non verbal)

k) Tidak dapat duduk diam di suatu tempat untuk waktu yang lama l) Sulit membaca peta kecuali ia memang pernah ke tempat tersebut m) Menggunakan kata-kata yang mengandung aksi

(30)

14

o) Menyukai kegiatan atau permainan yang menyibukkan (secara fisik) p) Ingin melakukan segala sesuatu.

Gaya belajar dapat diketahui melalui pengukuran gaya belajar. Beberapa cara untuk mengukur gaya belajar menurut Yunus (2005:9) adalah :

1. Angket, berisi tentang pertanyaan reflektif yang dijawab oleh siswa. 2. Kidwatching , dilakukan melalui observasi, interviu, dan interaksi dalam

kegiatan belajar.

3. Mencobakan langsung berbagai strategi pembelajaran yang

memungkinkan guru memperoleh masukan strategi pembelaajran dan gaya belajar yang paling sesuai dengan siswanya.

4. Menggunakan instrumen yang dirancang khusus berdasarkan teori tertentu yang disebut learning inventory.

B.Model Siklus Belajar (Learning Cycle)

Model learning cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi- kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif. Pada model siklus belajar, siswa diorganisasi untuk melakukan beberapa tahapan pembelajaran yang aktif oleh guru, dengan pembelajaran yang aktif siswa akan dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran (Suyatna, 2007: 111-112). Secara umum siklus belajar

(31)

15

berfikir konkret. Herron dan Lawson (1988, dalam Dahar, 1989:164) mengatakan bahwa model pembelajaran ini secara garis besar memiliki tiga fase sebagai sintak pembelajarannya, yaitu : fase eksplorasi, fase pengenalan konsep, dan fase aplikasi konsep.

Semakin lama tahapan model learning cycle semakin berkembang. Anthony W. Lorsbach dari Illinois State University mengemukakan 5 tahapan learning cycle yang telah dikembangkan. Tahap-tahap dalam learning cycle yang dikemukakan oleh Lorsbach (2006, dalam Wena, 2009:173) sering disebut 5E, kelima tahap itu meliputi :

1. Engagement ( mengajak)

Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan minat dan keingintahuan siswa tentang topik. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan mengenai permasalahan yang berhubungan dengan topik bahasan yang akan diajarkan. Dengan demikian siswa akan

memberikan respon atau jawaban, kemudian jawaban siswa dapat dijadikan pijakan oleh guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan diajarkan. Kemudian guru perlu melakukan identifikasi ada atau tidaknya kesalahan konsep pada siswa. Pada fase ini pula siswa diajak membuat prediksi-prediksi tentang

fenomena yang akan dipelajari dan dibuktikan dalam tahap eksplorasi. 2. Exploration (menyelidiki)

(32)

16

hipotesis, mencoba alternatif pemecahannya dengan melakukan

pengamatan, mengumpulkan data, diskusi kelompoknya dan membuat suatu kesimpulan. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dan motivator.

3. Explanation (menjelaskan)

Pada tahap ini guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep-konsep yang telah diperoleh ketika tahap explore dengan pemikiran sendiri. Guru meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan siswa dan mengarahkan kegiatan diskusi. Dengan adanya diskusi, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan

menggunakan penjelasan siswa. 4. Elaboration (memperluas)

Pada tahap ini siswa menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru. Pada tahap ini siswa akan menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk menjawab pertanyaan, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5. Evaluation (menilai)

(33)

17

mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan yang lebih lanjut dimasa yang akan datang.

Menurut Dasna ( 2005:2) model pembelajaran siklus belajar memiliki beberapa kelebihan, yaitu sebagai berikut:

1. Suasana pembelajaran menjadi lebih aktif karena keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Siswa lebih termotivasi dalam proses pembelajaran.

3. Siswa berlatih untuk mengemukakan konsepnya sesuai dengan bahasanya setelah melakukan pembelajaran.

4. Pemahaman siswa terhadap konsep biologi dapat bertahan lebih lama karena siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran.

C.Penguasaan Materi

Penguasaan materi merupakan salah satu aspek dalam ranah ( domain) kognitif dari tujuan pembelajaran. Ranah kognitif meliputi berbagai tingkah laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi, yaitu pengetahuan, pemahaman,

penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. ( Dimyati, 2002: 10). Menurut Anderson, dkk ( 2000:67-68) ranah kognitif terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut :

1. Remember mencakup kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, dan metode.

(34)

18

3. Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya, mengurai masalah menjadi bagian yang lebih kecil.

5. Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

6. Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru.

Menurut Nurhadi (2004:27) penguasaan materi tidak hanya penguasaan fakta. Penguasaan materi juga berkenaan dengan sikap terhadap belajar dan sikap terhadap pandangan yang bertentangan. Penguasaan materi harus membantu siswa untuk menghubungkan pengetahuan teknik terhadap nilai-nilai pribadi. Hal ini juga memungkinkan siswa membuat keputusan berdasarkan pemikiran yang mendalam dan melakukan diskusi bersama orang lain yang berbeda pandangan.

(35)

19

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitan

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November 2011 di SMA Gajah Mada Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/ 2012.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XI IPA semester ganjil tahun pelajaran 2011/2012 di SMA Gajah Mada Bandar Lampung. Sedangkan sampel dipilih dari populasi dengan teknik purposive sampling (sampling bertujuan khusus). Sampel merupakan siswa kelas XI IPA3 dengan alasan bahwa siswa di kelas tersebut memiliki tingkat akademik yang paling rendah dibandingkan siswa-siswa di kelas yang lain. Teknik ini dilakukan setelah memperhatikan ciri-ciri antara lain siswa mendapatkan materi

berdasarkan kurikulum yang sama, siswa diampu oleh guru yang sama, siswa yang menjadi obyek penelitian duduk pada tingkat kelas yang sama, dan pembagian kelas berdasarkan rangking di sekolah.

C. Desain Penelitian

(36)

20

design). Perlakuannya adalah gaya belajar yang terdiri dari tiga taraf yaitu

visual, auditorial, dan kinestetik. Seluruh sampel terlebih dahulu diberi pretest untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah pembelajaran

menggunakan model siklus belajar, siswa diberi postest. Desain tersebut digambarkan seperti di bawah ini :

Gambar 2: Desain pretes postes kelompok pembanding Keterangan : I,II,III = kelompok siswa

O = Observasi (1: pretes, 2 : postes)

X = Gaya belajar (1: visual, 2: auditorial, 3: kinestetik)

(dimodifikasi dari Sugiyono, 2010:110).

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut yaitu sebagai berikut :

1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah : a. Membuat izin penelitian ke sekolah.

b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat diadakannya penelitian, untuk mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti.

c. Menetapkan sampel penelitian.

(37)

21

d. Memodifikasi angket gaya belajar siswa. Angket dimodifikasi dari DePorter (2005:166) dengan menggunakan skala Likert. Dari

pengisian angket tersebut, akan diperoleh tiga kelompok sesuai gaya belajar yang dominan, yaitu kelompok visual, kelompok auditorial, dan kelompok kinestetik.

e. Membuat perangkat pembelajaran yang terdiri dari Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), dan Lembar Kerja Kelompok (LKK).

f. Membuat instrumen tes yaitu soal pretes dan postes serta lembar observasi untuk pengamatan aktivitas belajar siswa.

g. Melakukan uji ahli instrumen tes dan uji ahli angket gaya belajar kepada seorang konselor.

h. Membagikan angket gaya belajar siswa untuk mengetahui gaya belajar yang paling dominan pada setiap siswa. Angket gaya belajar ini telah diuji validitas dan reabilitasnya pada siswa dengan tingkat akademik yang sama.

i. Melakukan analisis angket gaya belajar setelah angket diisi oleh siswa.

j. Membuat kelompok belajar siswa berdasarkan gaya belajar siswa.

2. Pelaksaan Penelitian

Mengadakan kegiatan pembelajaran yang dalam kelas tersebut

(38)

22

a. Pendahuluan

1) Siswa mengerjakan soal pretes sebagai penilaian kemampuan awal siswa.

2) Siswa mendengarkan pembacaan Standar Kompetensi (SK), Kompetensi Dasar (KD), dan indikator pembelajaran.

3) Siswa memperhatikan dan menjawab apersepsi dari guru, “Apa yang terjadi bila seluruh rangka pada tubuh kita hilang?”

(pertemuan I). “Apa yang akan terjadi bila antara tulang tengkorak

kita dihubungkan dengan sendi yang memungkinkan adanya pergerakan tulang?” (pertemuan II). “Kita dapat melakukan gerakan dalam kehidupan sehari-hari. Apa yang menyebabkan terjadinya gerakan pada manusia?” (pertemuan III).

4) Siswa mendengarkan motivasi dari guru, “Dengan adanya

rangka,kita bisa bergerak, berjalan, berlari, memasak, dan kegiatan lainnya. Tuhan menciptakan sesuatu di dunia ini taka da yang

sia-sia.”(pertemuan I). Guru mengatakan kepada siswa, “Tuhan telah

meletakkan sendi-sendi sesuai pada tempatnya.Bayangkan saja jika pada lutut kita terdapat sendi yang seharusnya ada diantara tulang tengkorak kita, maka kaki kita tidak akan dapat bergerak leluasa.”

(pertemuan II). Guru mengatakan kepada siswa, “Seluruh tulang

(39)

23

perut kita menjadi sixpack hanya dengan meminum susu tersebut? Mengapa?”(pertemuan III).

5) Siswa mendengarkan penjelasan proses pembelajaran yang akan dilakukan.

b. Kegiatan inti

1) Fase engagement (mengajak). Siswa menjawab permasalahan dari

guru, “ Suatu hari Devi mengalami kecelakaan sepeda motor.

Tulang betis dan tulang telinga Devi berbenturan dengan jalan raya. Tulang betisnya mengalami patah tulang. Menurut dokter, tulang betis Devi harus disambung dengan bantuan sinar X. Pada tulang yang patah akan dipasang pen sehingga tulang dapat diperbaiki. Sedangkan tulang telinga Devi tidak mengalami patah tulang.Apa nama gangguan yang terjadi pada tulang betis Devi? Tulang betis dan tulang telinga Devi sama-sama berbenturan dengan jalan raya. Mengapa hanya tulang betisnya saja yang mengalami patah tulang?” (pertemuan I).

(40)

24

“Akibat suatu kecelakaan sepeda motor, Devi dilarang untuk

menggerakkan kaki kanannya selama empat bulan. Ia berjalan dengan menggunakan tongkat untuk menopang tubuhnya sebagai ganti kaki kanannya. Adiknya, Shinta melihat suatu keanehan yang terjadi pada kaki kanan kakaknya. Kaki tersebut menjadi lebih kecil ukurannya dibandingkan kaki kiri kakaknya. Ia kemudian menanyakan alasan hal itu dapat terjadi. Jika Anda sebagai Devi,

jawaban ilmiah apa yang akan diberikan?” (pertemuan III).

2) Fase eksploration (menyelidiki). Siswa duduk ke dalam beberapa kelompok diskusi berdasarkan gaya belajarnya. Siswa yang

memiliki gaya belajar visual akan berkelompok dengan siswa yang bergaya belajar visual. Begitu pula dengan siswa yang bergaya belajar auditorial maupun kinestetik. Kemudian siswa mengerjakan LKK. (Pertemuan I: Rangka dan fungsinya, Pertemuan II:

(41)

25

3) Fase explanation (menjelaskan). Beberapa siswa

mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka dan kelompok lain memberi pendapat ataupun sanggahan dari penjelasan yang disampaikan kelompok tersebut.

Siswa membahas masalah-masalah yang ada dalam LKK yang belum dapat dipecahkan bersama guru.

4) Fase elaboratation (memperluas). Siswa duduk pada masing-masing kelompok dan menjawab pertanyaan lanjutan dengan menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk menjawab pertanyaan selanjutnya.

5) Fase evaluation (menilai). Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, kemudian siswa diberi evaluasi terhadap efektifitas fase-fase

sebelumnya dengan memberikan pertanyaan, “Sebutkan

macam-macam tulang berdasarkan bentuknya! Bagaimankah proses

pembentukan tulang? Penyakit/kelainan apa saja yang dapat terjadi pada tulang kita?” (pertemuan I ). “Struktur apa yang dapat

menghubungkan antar dua tulang? Sebutkan macam-macam sendi!” (pertemuan II) “Dapatkah anda membedakan otot polos, otot lurik, dan otot jantung? Bagaimanakah terjadinya proses kontraksi otot ? Kelainan/penyakit apa saja yang dapat mengganggu kerja otot?” (pertemuan III).

c. Penutup

(42)

26

Pertemuan II: Hubungan antar tulang dan macam-macam persendian, pertemuan III: Otot).

2) Siswa mengerjakan soal postes mengenai materi yang telah dipelajari.

3) Siswa mendengarkan informasi tentang materi untuk pertemuan yang akan datang (Pertemuan II: Hubungan antar tulang dan macam-macam persendian, pertemuan III: Otot).

4) Siswa yang nilai postesnya paling tinggi mendapatkan penghargaan dari guru.

E. Jenis dan Teknik Pengambilan Data

Jenis dan teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Jenis Data

a. Data Kuantitatif

Data kuantitatif berupa data nilai penguasaan materi pokok Sistem Gerak Manusia yang diperoleh dari nilai pretes dan postes, kemudian dihitung selisihnya dalam bentuk N-Gain. N-Gain diperoleh dengan menggunakan rumus Meltzer (dalam Coletta dan Phillips, 2005: 1172) sebagai berikut:

Keterangan : N-Gain: selisih nilai postest dan pretes yang

dinormalisasi; X: nilai postes; Y: nilai pretes; Z: nilai maksimum

(43)

27

b. Data Kualitatif

Data kualitatif berupa data gaya belajar siswa yang diperoleh melalui pengisian angket oleh siswa, serta data aktivitas siswa yang diperoleh melalui lembar observasi yang diisi oleh observer. Adapun aspek yang diamati adalah mengemukakan pendapat/ ide, melakukan kegiatan diskusi, mempresentasikan hasil diskusi kelompok, menerapkan konsep, dan bertanya.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Pretes dan Postes

Nilai pretes diambil pada pertemuan pertama di awal pembelajaran. Sedangkan nilai postes diambil di akhir pembelajaran pada pertemuan ketiga di akhir pembelajaran. Bentuk soal yang diberikan berupa soal uraian.

Teknik penskoran nilai pretes dan postes yaitu :

S = R x 100 N

Keterangan : S = nilai yang diharapkan (dicari); R = jumlah skor dari item atau soal yang dijawab benar; N = jumlah skor maksimum dari tes tersebut (Purwanto, 2008:112).

b) Lembar Observasi Aktivitas Siswa

(44)

28

siswa diamati dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi

sesuai dengan aspek yang telah ditentukan. c) Angket Gaya Belajar Siswa

Angket gaya belajar berisi pernyataan yang sesuai dengan kebiasaan siswa dalam kehidupan sehari-hari. Dalam angket ini terdapat tiga puluh enam pernyataan yang mencerminkan gaya belajar. Pernyataan nomor 1, 4, 8, 10, 13, 17, 18, 22, 25, 28, 30, dan 32 merupakan pernyataan yang mengidentifikasikan gaya belajar visual. Pernyataan nomor 2, 5, 9, 14, 15, 20, 23, 27, 31, 33, dan 35 mengidentifikasikan gaya belajar auditori. Sedangkan pernyataan nomor 3, 6, 11, 12, 16, 19, 21, 24, 26, 29, 34, dan 36 mengidentifikasikan gaya belajar kinestetik. Tiap-tiap pernyataan memiliki lima pilihan jawaban, yaitu selalu, sering, kadang-kadang, jarang, dan tidak pernah. Kategori pilihan jawaban tersebut memiliki bobot : selalu = 5, sering = 4, kadang-kadang = 3, jarang = 2, dan tidak pernah = 1. Angket gaya belajar ini telah diuji validitas dan reabilitasnya pada siswa dengan tingkat akademik yang sama. Setelah siswa mengisi angket gaya belajar, kemudian dilakukan analisis angket gaya belajar. Skor tertinggi diantara ketiga gaya belajar pada angket gaya belajar masing-masing siswa menunjukkan gaya belajar yang paling tinggi pada siswa tersebut. Gaya belajar siswa diketahui dari skor terbanyak yang diperoleh, dengan kategori sebagai berikut :

(45)

29

dan kinestetik.

b. Auditori : Jika skor total pernyataan aspek auditori lebih tinggi dibandingkan skor total pernyataan aspek visual dan kinestetik.

c. Kinestetik : Jika skor total pernyataan aspek kinestetik lebih tinggi dibandingkan skor total pernyataan aspek visual dan auditori.

Dimodifikasi dari DePorter (2003: 166-167).

F. Teknik Analisis Data 1. Uji Prasyarat

Uji prasyarat terhadap nilai pretes, postes dan N-Gain dianalisis menggunakan program SPSS 17. Uji prasyarat yang dilakukan berupa: a. Uji Normalitas Data

Uji normalitas data (uji Liliefors) menggunakan program SPSS 17. Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah data pretes dan postes berdistribusi normal atau tidak.

 Hipotesis

Ho : Sampel berdistribusi normal H1 : Sampel tidak berdistribusi normal

 Kriteria Pengujian

(46)

30

b. Uji Homogenitas

Apabila masing-masing data berdistribusi normal, maka uji prasyarat dilanjutkan dengan uji homogenitas (uji F) menggunakan program SPSS 17. Tujuan uji homogenitas adalah untuk mengetahui bahwa setiap kelompok yang dibandingkan memiliki varians yang sama atau tidak.

 Hipotesis

Ho : Setiap kelompok mempunyai varians sama H1 : Setiap kelompok mempunyai varians berbeda

 Kriteria Uji

Jika Fhitung < Ftabel atau probabilitasnya > 0,05 maka Ho diterima Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Pratisto, 2004: 13).

2. Pengujian Hipotesis

Apabila masing masing data berdistribusi normal dan homogen, maka dilanjutkan dengan uji anova menggunakan SPSS 17. Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan rata-rata untuk lebih dari dua kelompok sampel.

a. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata pada sampel. H1 : Ada perbedaan rata-rata pada sampel. b. Kriteria Uji

(47)

31

- Jika Fhitung > Ftabel atau probabilitasnya < 0,05 maka Ho ditolak (Priyatno, 2010: 46).

Jika Ho ditolak, maka dilakukan uji lanjutan untuk mengetahui sampel mana yang terdapat perbedaan secara signifikan dengan uji Tukey menggunakan SPSS 17.

a. Hipotesis

Ho : Tidak ada perbedaan rata-rata pada ketiga kelompok. H1 : Ada perbedaan rata-rata pada ketiga kelompok. b. Kriteria Uji

- Jika signifikansinya > 0,05 maka Ho diterima - Jika signifikansinya < 0,05 maka Ho ditolak

(Dimodifikasi dari Pidekso, 2009 :213)

3. Pengolahan Data Aktivitas Siswa

Data kualitatif berupa aktivitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung merupakan data yang diambil melalui observasi yang diisi oleh observer. Data tersebut dianalisis dalam bentuk persentase dengan langkah sebagai berikut:

(48)

32

Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Keterangan :

I, II, III : Pertemuan ke 1, 2, dan 3.

A. Mengemukakan pendapat/ ide di depan kelas

1. Tidak mengemukakan pendapat /ide di depan kelas. 2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan

pembahasan.

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan pembahasan. B. Melakukan kegiatan diskusi

1. Diam saja, tidak melakukan diskusi dalam kelompok.

2. Melakukan diskusi, tapi kurang tepat dan tidak sesuai dengan permasalahan.

3. Melakukan diskusi dengan tepat dan sesuai dengan permasalahan. C. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok

1. Siswa dalam kelompok kurang dapat

mempresentasikan hasil diskusi kelompok yang sistematis, dan tidak dapat menjawab pertanyaan.

2. Siswa dalam kelompok kurang dapat mempresentasikan hasil diskusi kelompok dengan cara yang kurang

sistematis,menjawab pertanyaan dengan benar.

3. Siswa dalam kelompok dapat mempresentasikan hasil diskusi dengan cara sistematis, menjawab pertanyaan dengan benar dan ilmiah.

D. Menjawab pertanyaan

1. Tidak menjawab pertanyaan.

2. Menjawab pertanyaan, tetapi tidak sesuai dengan konsep yang telah dipelajari.

3. Menjawab pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan konsep yang telah dipelajari.

E. Bertanya

1. Tidak mengemukakan pertanyaan.

2. Mengajukan pertanyaan, tetapi tidak mengarah pada permasalahan.

(49)

33

3. Mengajukan pertanyaan yang mengarah dan sesuai dengan permasalahan.

2) Menghitung rata–rata persentase aktivitas menggunakan rumus:

∑Xi

X = x 100% n

Keterangan: X = Rata-rata persentase aktivitas siswa ∑Xi = Jumlah skor yang diperoleh

n = Jumlah skor maksimum (15) (Sudjana, 2002 : 69).

3) Menafsirkan atau menentukan persentase aktivitas siswa sesuai klasifikasi :

Tabel 2. Klasifikasi persentase aktivitas siswa Interval Kategori

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi

90,00 – 100,00 Sangat Tinggi

(50)

47

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Gaya belajar siswa (visual, auditorial, dan kinestetik) berpengaruh terhadap peningkatan penguasaan materi pokok sistem gerak manusia melalui model siklus belajar.

2. Ada perbedaan rata-rata penguasaan materi antara siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dengan auditori, sedangkan antara siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik dengan visual dan visual dengan auditori tidak berbeda.

3. Gaya belajar kinestetik menghasilkan penguasaan materi paling tinggi pada materi pokok sistem gerak manusia melalui model siklus belajar.

B. Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dan kesimpulan yang diperoleh, maka penulis menyampaikan saran yaitu sebaiknya :

(51)

48

menggunakan berbagai cara lain yaitu kidwatching, mencobakan langsung berbagai strategi pembelajaran, dan menggunakan instrumen learning inventory.

(52)

49

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, H. 2000. Proceedings of The 2nd Independent Learning Association

Oceania Conference. Manukau Institute of Technology Auckland. Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. PT Bina Aksara. Jakarta. Aryulina, D. 2008. Implementation of 5 E Learning Cycle to Increase Student’s

inquiry Skills and Biology Understanding. 25 April 2011 http:/one.indoskripsi.com.

Citrawathi, D.M. 2006. Pengembangan Pembelajaran Biologi dengan Menggunakan Modul Berorientasi Siklus Belajar dan Pengaruhnya Terhadap Hasil Belajar Siswa di SMA. IKIP Negeri Singaraja. Bali. Colleta, V.P dan Phillips J.A. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized Gain,

Preinstruction Scores, and Scientific Reasoning Ability. Department of Physics, Loyola Marymount University. California.

Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar. Erlangga. Jakarta.

Dasna, I.Wayan. 2005. Kajian Implementasi Model Siklus Belajar (Learning Cycle) dalam Pembelajaran Kimia. FMIPA UM – Dirjen Dikti Depdiknas. Malang.

DePorter, Bobbi and Hernacki, Mike. 2003. Quantum Learning:Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. PT Mizan Pustaka. Bandung. ______. 2005. Quantum Learning: Membiasakan Belajar Nyaman dan

Menyenangkan. Terjemahan Alwiyah Abdurrahman. Kaifa. Bandung. Dimyati dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. PT Rineka Cipta

kerjasama Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta. 298 hlm. Dunn, Rita & Kenneth Dunn. 1993. Teaching Secondary Student Through their

Individual Learning Style : practical approaches for grade 7- 12.

(53)

50

Fajaroh dan Dasna. 2005. Pembelajaran dengan Model Siklus Belajar. 25 April 20011 http:/www.idonbiu.com.

Gunawan, Adi W. 2006. Genius Learning Strategy. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 373 hlm.

Hamalik, Oemar. 1994. Metode Belajar dan kesulitan-Kesulitan Belajar. Usaha Nasional. Surabaya.

Khudrotinnisa. 2010. Penerapan Model Siklus Belajar dalam Meningkatkan Aktivitas Siswa dan Penguasaan Materi Sistem Gerak dan Sistem Peredaran Darah pada Manusia Oleh Siswa. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Latuheru, JD. 1988. Media Pembelajaran dalam Proses Belajar Masa Kini. Depdikbud. Jakarta.

Nasution. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. PT Bumi Aksara. Jakarta.223 hlm.

Nurgiantoro, Gunawan, Marzuki. 2002. Statistik Terapan untuk Penilaian Ilmu-Ilmu Sosial. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Nurhadi dan Senduk, Agus Gerrad. 2004. Pembelajaran Kontekstual dan Penerapannya dalam KBK. Universitas Negeri Malang. Malang.

Pidekso, Ari. 2009. SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang.

Pratisto, Arif. 2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Priyatno, Duwi. 2010. Paham Analisa Statistik Data dengan SPSS. MediaKom. Yogyakarta.

Purwanto. 2008. Metodologi Penelitian Kuantitatif untuk Psikologi dan Pendidikan. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Rustaman, Nuryani. 2005. Strategi Belajar Mengajar Biologi. UM Press. Malang. Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.

Jakarta.

Sudjana, Nana. 2002. Metode Statistika. Tarsito. Bandung.

(54)

51

Suyatna, Agus. 2007. Modul Model-Model Pembelajaran. Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Thabrany, Hisbullah. 1994. Rahasia Kunci Sukses Belajar. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. 28 April 2011 http://docs.google.com/www.inherent-dikti.net/files/sisdiknas.pdf.

Wena, Made. 2009. Strategi Pembelajaran Inovatif Kontemporer. Bumi Aksara. Jakarta.

Yasa, Doantara. 2008. Aktivitas dan Prestasi Belajar. 30 Januari 2012 www.ipotes.wordpress.com.

Gambar

Gambar
Gambar 1. Hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat
Gambar 2: Desain pretes postes kelompok pembanding
Tabel 1. Lembar Observasi Aktivitas Siswa
+2

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan menunjukkan wereng coklat Nilaparvata lugens dan penggerek batang padi merupakan hama yang dominan pada tanaman padi hibrida.. Kedua jenis hama

Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Ahli Madya Program D3 Teknik Informatika. Disusun Oleh :

Depresi merupakan suatu gangguan mental umum yang ditandai dengan mood tertekan, kehilangan kesenangan atau minat, perasaan bersalah atau harga diri rendah,

3. Apakah ada hubungan antara kualitas pelayanan yang diberikan oleh tenaga kesehatan di ruang rawat inap dan rawat jalan terhadap kepuasan pasien dan

(3) Lebar garis terang pada layar berbanding terbalik dengan jarak antara dua celah yang digunakan.. (4) Orde garis terang berbanding terbalik dengan

Dengan penambahan sulfur 40 phr yang akan digunakan sebagai dasar pembuatan yang diaplikasikan pada komponen1. otomotif, maka sifat mekanis yang baik diperlukan

Kedua dengan manfaat yang dirumuskan dengan teori “membuka lubang untuk barang kelebihan” (vent for surplus)” suatu negara yang memasuki perdagangan internasional

Dr Noer Sasongko, Ak, M.Si selaku tim hibah Pasca yang telah memberikan saran dan masukan sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini;... Segenap pengelola dan segenap dosen