KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN FREKUENSI RIWAYAT SEKSIO SESAREA DENGAN
KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA KEHAMILAN BERIKUTNYA
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PERIODE TAHUN
2013-2015
M
J U
Disusun oleh :
FATIMATUS SOLEKHAH 20120310152
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
KARYA TULIS ILMIAH
HUBUNGAN FREKUENSI RIWAYAT SEKSIO SESAREA DENGAN
KEJADIAN PLASENTA PREVIA PADA KEHAMILAN BERIKUTNYA
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL PERIODE TAHUN
2013-2015
M
J U
Disusun oleh :
FATIMATUS SOLEKHAH 20120310152
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Fatimatus Solekhah
NIM : 20120310152
Program Studi : Pendidikan Dokter
Fakultas : Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UMY
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Karya Tulis Ilmiah yang penulis tulis ini benar-benar
merupakan hasil karya penulis sendiri dan belum diajukan dalam brntuk apapun kepada
perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang
diterbitkan maupun tidak ditertibkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian Karya Tulis Ilmiah ini.
Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan Karya Tulis Ilmiah ini hasil jiplakan,
maka penulis bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut.
Yogyakarta, 10 Mei 2016
Yang membuat pernyataan
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmaanirrahim
Assalamua’alaikum Wr. Wb
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan nikmat serta
ridho-Nya yang tidak terhingga. Shalawat dan salam sejahtera senantiasa tercurahkan atas
junjungan Rasulullah SAW, keluarga serta para sahabat, sehingga penulis dapat menyelesaikan
proposal Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Hubungan Frekuensi Persalinan Seksio Sesarea
dengan Kejadian Plasenta Previa Pada Kehamilan Berikutnya di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Periode 2012-2015”. Penulis harapkan penelitian ini dapat memberi manfaat terhadap
banyak pihak.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan rasa terima kasih dengan tulus kepada:
1. Allah SWT, atas segala rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal karya tulis ilmiah ini dengan baik.
2. Nabi Muhammad SAW, selaku nabi junjungan umat islam atas jasa-jasa beliau dan
teladan yang diajarkan.
3. dr. Ardi Pramono, Sp.An, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta.
4. dr. Alfun Dhiya An, Sp.OG, M.Kes, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan
bimbingan, nasehat serta dorongan dalam menyelesaikan proposal Karya Tulis Ilmiah
ini.
5. dr. Siti Aminah TSE, Sp.KK, M.Kes selaku penanggung jawab blok metodologi
6. Orang tua tercinta, H. Ahmad Munif dan Hj. Sri Kuswati serta kakak dan adik tersayang
Lia Pratama dan Futikha Ofta Nurul Azizah yang selalu memberikan dukungan,
bimbingan, dan senantiasa mendoakan.
7. Sahabat Calon Istri Idaman (Rons, Wistha, Lita, Adlina, Atiya, Amma, Fida, Rully,
Qonitya) dan teman-teman sejawat pendidikan dokter 2012 yang telah membantu
dalam penyelesaian Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teruntuk Dedi Fajar Riyadi dan Robeth Muchtar Munir, terimakasih sudah membantu
dan meluangkan waktuknya.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu seluruh
proses penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini.
Penulis menyadari bahwa karya tulis ini tidak luput dari kesalahan dan masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan adanya saran dan kritik
yang membangun dari pembaca sehingga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
kita semua.
Yogyakarta, 10 Mei 2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN PENGESAHAN KTI ... ii
C. Hubungan Frekuensi Riwayat Seksio Sesarea dengan Kejadian Plasenta Previa pada Kehamilan Berikutnya ... 24
D. Kerangka Teori ... 26
E. Kerangka Konsep ... 27
F. Hipotesis ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 28
A. Desain Penelitian ... 28
B. Populasi dan Sampel ... 28
C. Lokasi dan Waktu ... 29
D. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional ... 29
DAFTAR TABEL
1. Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia pada Ibu ... 34
2. Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas ... 35
3. Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Kehamilan ... 35
4. Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Persalinan Sectio Cesarea ... 36
5. Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Riwayat Sectio Cesarea ... 37
6. Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Placenta Previa ... 38
7. Tabel 4.7 Uji Hubungan Frekuensi Tindakan Sectio Cesarea dengan Riwayat Sectio Cesarea ... 39
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat ijin pengambilan data
Lampiran 2. Surat pengantar penelitian
Lampiran 3. Surat bukti penelitian
Lampiran 4. Jadwal penelitian
Lampiran 6. Tabulasi data
Lampiran 7. Analisa statistik
INTISARI
HUBUNGAN ANTARA FREKUENSI RIWAYAT SECTIO CAESAREA DENGAN KEJADIAN PLACENTA PREVIA PADA KEHAMILAN BERIKUTNYA DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL TAHUN 2013-2015
Latar Belakang: Persalinan seksio sesarea adalah kelahiran janin melalui insisi pada abdomen dan uterus. Pada tahun 1996 angka kejadian seksio sesarea di Amerika Serikat adalah 19,7%, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 31,3%. Plasenta previa mempersulit 0,4-0,8% dari seluruh kehamilan dan berhubungan dengan kelahiran darurat melalui operasi caesar dengan morbiditas maternal dan neonatal (Eschbach et al, 2015). Menurut Llewelyn dan Jones (2004), plasenta previa terjadi pada 0,5% dari semua kehamilan, dan bertanggung jawab terhadap 20% kasus perdarahan antepartum. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan frekuensi persalinan seksio sesarea dengan kejadian plasenta previa pada kehamilan berikutnya pada ibu hamil yang dirawat di RSUD Panembahan Senopati Bantul periode 2013-2015.
Metode Penelitian: Penelitian ini merupakan deskriptif correlative research dengan pendekatan cross sectional. Sampel pada penelitian ini sebanyak 2061 ibu hamil dengan metode total sampling. Instrumen penelitian berupa catatan medik ibu hamil di Bagian Kandungan dan Kebidanan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode 2013-2015.
Hasil Penelitian: Ada hubungan antara frekuensi persalinan Sectio Cesarea dengan kejadian
Placenta Previa pada kehamilan berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015 dengan nilai Chi-Square hitung sebesar 8,706 (nilai Chi-Square tabel= 5,991)
Kesimpulan: Ada hubungan antara frekuensi persalinan Sectio Cesarea dengan kejadian
Placenta Previa pada kehamilan berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015.
ABSTRACT
CORRELATION BETWEEN THE FREQUENCY OF SECTIO CAESAREA PRIOR AND THE PLACENTA PREVIA ON THE SUBSEQUENT PREGNANCY IN THE
PANEMBAHAN SENOPATI PUBLIC HOSPITAL BANTUL YEAR 2013-2015 Background of the Research: Sectio Caesarea is the birthing process through an incision on the abdomen and uterus. In 1996, the number of Sectio Caesarea in US was 19,7% of total childbirth. While in 2011, there was 31,3% of the total childbirth. The Placenta Previa complicates 0,4% - 0,8% of the total pregnancies and dealing with the emergency birth through the Caesarea surgery with the maternal and neonatal morbidities (Eschbach et al, 2015). According to Llewelyn dan Jones (2004), the Placenta Previa occurred in 0,5% of the total pregnancies, and responsible to the 20% cases of antepartum hemorrhage. The objective of the research wasto determine the correlation between the frequency of Sectio Caesarea childbirth and the Placenta Previa on the next subsequent pregnancy on the pregnant women in Panembahan Senopati Public Hospital Bantul year 2013-2015.
Research Method: This research was a descriptive correlative research with the cross sectional approach. The sample of this research was 2061 pregnant women with the total sampling method. The instrument of the research was the pregnant women medical records in The Obstetrics Division, Panembahan Senopati Public Hospital Bantul.
Research Result : There was correlation between the frequency of Sectio Caesarea Prior and the Placenta Previa on the next subsequent pregnancy on the pregnant women in Panembahan Senopati Public Hospital Bantul year 2013-2015 with the Chi Square score = 8,706 (Chi Square table = 5,991).
Conclusion: There was correlation between the frequency of Sectio Caesarea childbirth and the Placenta Previa on the next subsequent pregnancy on the pregnant women in Panembahan Senopati Public Hospital Bantul year 2013-2015.
1
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Persalinan merupakan periode kritis bagi seorang ibu hamil. Masalah
komplikasi atau adanya faktor penyulit menjadi faktor risiko terjadinya
kematian ibu sehingga perlu dilakukan tindakan medis sebagai upaya untuk
menyelamatkan ibu dan anak. Oleh karena itu, banyak wanita hamil merasa
khawatir, cemas dan gelisah menanti saat kelahiran tiba. Setiap wanita
menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi yang
sempurna. Seperti yang telah diketahui, ada dua cara persalinan yaitu
persalinan pervaginam yang lebih dikenal dengan persalinan normal atau alami
dan persalinan dengan operasi caesar dapat disebut juga dengan bedah sesar
atau sectio sesarea (Sumelung, 2014).
Persentase cara persalinan menurut kabupaten atau kota provinsi
Daerah Istimewa Yogyakaerta pada tahun 2013 untuk daerah DI Yogyakarta
yang mengalami persalinan normal adalah 81,0% dan untuk persalinan yang
menggunakan vakum adalah 2,8% untuk persalinan yang menggunakan forcep
adalah 0,5% untuk persalinan yang menggunakan sesar atau operasi perut
adalah 15,7% untuk persalinan lainnya adalah 0,0% data tersebut berdasarkan
hasil riskesdas 2013 DI Yogyakarta.
Presentase cara persalinan menurut karakteristik daerah istimewa
yogyakarta pada tahun 2013 yaitu kelompok umur < 20 tahun 100%
2
mengalami persalinan normal adalah 79,5% yang menggunakan vakum 2,8%
yang menggunakan forcep 0,7%, sedangkan yang mengalami operasi perut
atau sesar 17,0%. Dan untuk umur > 35 tahun yang mngalami persalinan
normal adalah 79,3%, untuk persalinan vakum 3,8%, untuk persalinan forcep
tidak mengalami, untuk persalinan yang mengalami operasi perut atau sesar
adalah 16,9%.
Persalinan seksio sesarea adalah kelahiran janin melalui insisi pada
abdomen dan uterus. Saat ini terjadi peningkatan angka seksio secara global
(Dorland, 2012) . Peningkatan angka seksio sesarea terjadi di negara maju
maupun berkembang. Pada tahun 1996 angka kejadian seksio sesarea di
Amerika Serikat adalah 19,7%, sedangkan pada tahun 2011 sebesar 31,3%. Hal
ini menunjukan bahwa angka kejadian seksio sesarea cenderung meningkat
disetiap tahunnya baik dinegara maju maupun berkembang. Presentasi seksio
sesarea dengan indikasi medis sebesar 65,8%, sedangkan yang bukan dengan
indikasi medis sebesar 34,82% (Oesterman, 2013).
Plasenta previa mempersulit 0,4-0,8% dari seluruh kehamilan dan
berhubungan dengan kelahiran darurat melalui operasi caesar dengan
morbiditas maternal dan neonatal (Eschbach et al, 2015) Plasenta Previa adalah
plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah rahim sehingga
menutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Nugroho, 2012).
Plasenta previa adalah komplikasi obstetri yang berpotensi parah di mana
plasenta terletak dalam segmen yang lebih rendah rahim, Faktor risiko dari
3
parut (Termasuk paritas lebih tinggi, riwayat sectio sesarea atau sebelum
aborsi) atau kehamilan multipel (Gurol-Urganci et al, 2011).
Hasil Prevalensi keseluruhan plasenta previa adalah 5,2 per 1000
kehamilan. Namun, ada bukti variasi daerah prevalensi tertinggi di antaraStudi
Asia 12,2 per 1000 kehamilan, dan lebih rendah di antara studi dari Eropa 3,6
per 1000 kehamilan, Amerika Utara 2,9 per 1000 kehamilan, dan Sub-Sahara
Afrika 2,7 per 1000 kehamilan. Prevalensi previa plasenta utama adalah 4,3 per
1000 kehamilan. Kesimpulan Prevalensi previa plasenta rendah di sekitar 5 per
1000 kehamilan. Ada beberapa bukti sugestif variasi regional dalam prevalensi,
tetapi tidak mungkin untuk menentukan dari data yang ada apakah ini karena
perbedaan etnis benar atau faktor lain yang tidak diketahui (Cresswell J.A,
2013).
Penyebab kematian ibu terbesar adalah Perdarahan yang terjadi pada
kehamilan trisemester ketiga dan yang terjadi setelah anak atau plasenta lahir
pada umumnya adalah perdarahan yang berat, dan jika tidak mendapat
penanganan yang cepat bisa mendatangkan syok dan kematian. Salah satu
sebabnya adalah plasenta previa (Chalik, 2008). Tetapi Plasenta previa tidak
membawa risiko yang besar pada ibu,tetapi dengan risiko yang signifikan
terjadi bagi janin (Green-top Guideline,2011). Menurut (Mochtar, 2013),
perdarahan antepartum terdiri atas kelainan plasenta (plasenta previa, solusio
plasenta, dll) dan bukan kelainan plasenta (bisanya tidak terlalu berbahaya,
4
Chalik (2009) menjabarkan definisi plasenta previa sebagai plasenta
yang implantasinya tidak normal,dapat rendah sekali seperti pada segmen
bawah rahim hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum, yang
disebabkan oleh cacat endometrium akibat beberapa faktor, di antaranya adalah
riwayat persalinan seksio sesarea.
Berdasarkan uraian ( Manuaba dkk, 2010), endometrium yang kurang
subur pada ibu dengan umur di atas 35 tahun; endometrium yang belum
sempurna pertumbuhannya pada usia terlalu muda; endometrium cacat akibat
bekas persalinan berulang, bekas operasi sesar, bekas kuretase; serta pada
paritas dengan jarak antara persalinan pendek sehingga endometruium belum
tumbuh sempurna ketika menjadi tempat implantasi plasenta; dapat menjadi
faktor terjadinya plasenta previa. Jejas endometrium yang timbul akibat
tindakan seksio sesarea menyebabkan jaringan lebih tipis dan vaskularisasi
sedikit sehingga bukan merupakan tempat yang baik bagi pertumbuhan
plasenta. Plasenta akan mencari jaringan lain yang lebih sehat, misalnya
segmen bwah rahim, sehingga menyebabkan kejadia plasenta previa.
Seksio sesarea diperlukan pada hampir semua kasus plasenta previa.
Pada sebagian besar kasus dilakukan insisi uterus transversal. Karena
perdarahan janin dapat terjadi akibat insisi kedalam plasenta anterior,
kadang-kadang dianjurkan insisi vertikal pada keadaan ini. Namun, bahkan apabila
insisi meluas hingga mencapai plasenta, prognosis ibu dan janin jarang
5
Menurut (Llewelyn dan jones, 2004), plasenta previa terjadi pada 0,5%
dari semua kehamilan, dan bertanggung jawab terhadap 20% kasus perdarahan
antepartum. Plasenta previa 3 kali lebih sering pada wanita multipara daripada
primipara, dan belum terdeteksi faktor etiologik yang lain. Perdarahan terjadi
ketika panjang segmen bawah uteri bertambah dan terjadi gaya-gaya gesekan
antara trofoblas dengan sinus darah ibu. Menurut (Gurol-Urganci et al, 2011)
bahwa risiko plasenta previa dikehamilan setelah sectio sesarea antara 1,5 dan
6 kali lebih tinggi dari pada persalinan pervaginam.
ALLAH SWT BERFIRMAN :
َٱْأَفََْْدَةَوَٱْأَبَْلفَََلََََْْلَكٱمَو َجَََلفًَََْْاعَََََُْْتَدَفََََْْْتَْٱْبأَة لََِ َ َۢأَخَرَجَكَْوَ َۢأَخ
َشَْٱَْتََْلخَةَََُْْ
ARTINYA : “dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran,
penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur”.(QS: An-Nahl Ayat: 78)
Ayat di atas memiliki kandungan yaitu Allah SWT dengan
kekuasaan-Nya mengeluarkan bayi melalui proses kelahiran ibunya. Pada awalnya bayi
lahir dengan lemah tanpa daya dan dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa
atau suatu apapun. Kemudian Allah memberikan anugerah kepada bayi
tersebut di antaranya pendengaran, penglihatan, hati, agar mampu bersyukur.
Dengan kesempurnaan bayi tersebut orang tua wajib merawat, membesarkan,
6
Berdasarkan uraian data di atas, perlu dilakukan penelitian mengenai
hubungan frekuensi persalinan seksio sesarea dengan kejadian plasenta previa
kehamilan berikutnya pada ibu hamil di RSUD Bntul periode 2012-2015.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka permasalahan
yang akan diteliti apakah terdapat hubungan frekuensi riwayat seksio sesarea
dengan kejadian plasenta previa pada kehamilan berikutnya?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan frekuensi riwayat seksio sesarea dengan
kejadian plasenta previa pada kehamilan berikutnya pada ibu hamil yang
dirawat di RSUD Bantul periode 2013-2015.
2. Tujuan Khusus
a) Mengetahui frekuensi ibu hamil dengan 1 kali riwayat persalinan
seksio sesarea yang mengalami plasenta previa pada kehamilan
berikutnya yang dirawat di RSUD Bantul periode 2013-2015.
b) Mengetahui frekuensi ibu hamil dengan 2 kali riwayat persalinan
seksio sesarea yang mengalami plasenta previa pada kehamilan
7
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Manfaat Praktis
a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan kepada
masyarakat, khususnya ibu hamil yang mempunyai riwayat
persalinan dengan dibantu tindakan operasi sesar untuk
senantiasa memeriksakan kondisi kesehatannya beserta janin
yang dikandung, sebagai antisipasi dini terjadinya plasenta
previa,
b. Diharapkan menjadi bahan informasi dalam menyusun program
untuk menurunkan angka kematian ibu dan bayi, terutama akibat
komplikasi perdarahan.
2. Manfaat Pengembangan Ilmu
a) Dapat menambah wacana mengenai plasenta previa sehingga dapat
ditemukan suatu tindakan preventif untuk membatasi frekuensi
kejadian plasenta previa.
b) Menjadi bahan masukan lebih lanjut bagi penelitian-penelitian
berikutnya.
E. Keaslian penelitian
Penelitian Rosna pada tahun 2012 menuliskan penelitian tentang
Hubungan Sectio Caesarea Dengan Kejadian Asfiksa Di Rumah Sakit Umum
Pringsewu Periode Januari-Juni 2012. Penelitian ini menunjukan kejadian
8
periode januari-juni 2012. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
korelasional dengan pendekatan case control yang bertujuan untuk menemukan
ada tidaknya tindakan. Berdasarkan hasil penelitian dan teori diatas menurut
peneliti masih proporsi pasien ibu bersalin dengan seksio sesarea di rumah sakit
umum pringsewu pada tahun 2012, disebabkan karena akibat persalinan yang
tidak bisa dilakukan secara normal baik disebabkan karena faktor janin
misalnya janin terlalu besar, faktor ibu misalnya sempitnya tulang panggul
sehingga menghambat jalan keluar bayi.
Penelitian Amirah pada tahun 2010 menuliskan penelitian tentang
Hubungan Antara Paritas Ibu Dengan Kejadian Pasenta Previa Di Rumah Sakit
Dr Moewardi Surakarta. Penelitian ini menunjukan kejadian paritas, plasenta
previa ang terjadi pada pasien di Rumah sakit Dr. Moewardi Surakarta pada
tahun 2010. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional
analitik dengan pendekatan cross sectional dimana vaiabel bebas dan variabel
terikat di observasi hanya sekali pada saat yang sama. Berdasarkan hasi
penelitian dan teori diatas peneliti mmengemukakan hubungan antara paritas
ibu dengan kejadian plasenta previa di RSUD Dr. Moewardi pada tahun 2010
dan multiparitas meningkatan resiko terjadinya plasenta previa pada ibu antara
paritas dengan kejadian plasenta previa ini adalah 2,53 kali.
Penelitian Suwanti pada tahun 2012 menuliskan penelitian tentang
Hubungan Umur, Jarak Persalinan Dan Riwayat Abortus Dengan Kejadian
Plasenta Previa di RSU Provinsi NTB pada tahun 2012. Jenis penelitian yang
9
bersifat cross sectional, cara pengumpulan data yaitu secara kuantitatif dengan
melakukan penelusuran di buku register dan format rekam medik pasien
periode januari-desember 2012. Berdasarkan dari hasil penelitian dan teori
diatas peneliti menemukan jumlah ibu bersalin yang mengalami plasenta previa
adalah sebanyak 101 kasus dari 789 komplikasi persalinan.
Maka dari semua penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya dengan
penelitian yang akan dilakukan terdapat perbedaan yaitu tempat penelitian,
tahun penelitian, jenis peneitian, dan variabe penelitian. Pada penelitian yang
akan dilakukan adalah Hubungan Frekuensi Persalinan Seksio Sesarea dengan
Kejadian Plasenta Previa pada kehamilan berikutnya periode 2013/2015.
Dengan jenis penelitian ini adalah descriptive correlative research, atau penelitian uji hubungan, dengan studi observasional untuk mengetahui
bagaimana hubungan dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian
melakukan analisis hubungan antara dua variable bebas (independent) dan terikat (dependent). Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan metode pendekatan secara ”Cross Sectional Approach” yaitu pengambilan data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang bisa
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Seksio Sesarea
1. Definisi
Istilah seksio sesarea berasal dari bahasa Latin dari kata Caedera yang artinya memotong. Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat
sayatan pada dinding uterus melalui dinding depan perut (Mochtar, 2012). Definisi
lain dari seksio sesarea adalah sebagai lahirnya janin melalui insisi di dinding
abdomen (laparotomi) dan dinding uterus (histerektomi). (Cuningham et al, 2006).
Operasi caesar adalah salah satu dari sepuluh operasi besar yang paling umum, dengan
perbedaan yang ditandai dalam insiden antara berbagai wilayah dunia dan antar
lembaga rumah sakit yang berbeda (El-Ardat, 2014).
2. Klasifikasi
Terdapat dua kelompok besar operasi sesar yaitu :
a. Seksio Sesarea Klasik
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri
kira-kira sepanjang 10 cm. Keuntungannya dengan teknik ini adalah janin dapat
dikeluarkan lebih cepat dan tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih
yang tertarik. Akan tetapi, kekurangannya bilamana terdapat infeksi, maka akan
dengan mudah menyebar secara intra abdominal, juga tidak jarang ditemukan
ruptur uteri pada persalinan selanjutnya (Mochtar, 2012).
Menurut (Cuningham et al, 2006) teknik insisi sesarea klasik
kadang-kadang perlu dilakukan untuk melahirkan janin dengan indikasi berikut ini:
1) Apabila segmen bawah uterus tidak dapat dipajankan atau dimasuki dengan
atau apabila sebuah mioma menempati segmen bawah uterus, atau apabila
terdapat karsinoma invasif di serviks.
2) Apabila janin berukuran besar dan terletak melintang, terutama apabila
selaput ketuban sudah pecah dan bahu terjepit jalan lahir.
3) Pada sebagian kasus plasenta previa dengan implantasi anterior.
4) Pada sebagian kasus janin yang sangat kecil, terutama dengan presentasi
bokong, yang segmen bawah uterusnya tidak menipis.
5) Pada sebagian kasus ibu dengan obesitas berat yang hanya memungkinkan
untuk mengakses bagian atas uterus saja.
b. Seksio Sesarea Transperitoneal Profundal
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang konkaf pada segmen bawah
rahim (low cervical transversal ) kira-kira 10 cm. Perdarahan yang terjadi tidak sebanyak yang terjadi pada teknik klasik. Keuntungan lain adalah penjahitan luka
lebih mudah kecilnya kemungkinan terjadi ruptur uteri pada kelahiran berikutnya.
Namun karena sayatan dilakukan secara melintang, jika tidak hati-hati maka
menimbulkan risiko ikut terputusnya arteri uterina yang menyebabkan
perdarahan lebih banyak (Mochtar, 2012).
3. Indikasi
Dalam persalinan ada beberapa faktor yang menentukan keberhasilan suatu
persalinan yaitu jalan lahir,janin,kekuatan ibu, dan penolong. Apabila terdapat salah
satu gangguan pada salah satu faktor tersebut akan mengakibatkan persalinan tidak
berjalan dengan lancar bahkan dapat menimbulkan komplikasi yang dapat
Operasi seksio sesarea dilakukan jika kelahiran pervaginam mungkin akan
menyebabkan risiko pada ibu ataupun pada janin. Adapun indikasi dilakukannya
seksio sesarea adalah:
a. Pada pasien dengan jaringan parut meluas ke fundus. Hal ini didapatkan pada
seksio sesarea dengan insisi klasik pada kelahiran sebelumnya yang
meningkatkan risiko terjadinya rupture uteri sehingga tidak memungkinkan untuk
dilakukannya persalinan pevaginam.
b. Jika saat inpartu terdapat kontraksi lemah dan tidak terkordinasi yang
menyebabkan kurangnya kekuatan untuk mendorong bayi keluar dari rahim
(incordinate uteri action).
c. Pada pemeriksaan didapatkan kriteria panggul sempit, sehingga besar bagia
terbawah janin tidak proposional dengan panggul ibu (disproporsi).
d. Pada kasus gawat janin akibat infeksi, misalnya kasus ketuban pecah dini (KPD)
dimana bayi terendam cairan ketuban yang busuk.
e. Kasus perdarahan antepartum, seperti plasenta previa dan solusio plasenta.
f. Pada kasus kelainan letak atau presentasi janin. Misalnya janin dengan posisi
melintang atau sungsang. (Cuningham et al, 2006).
B. Plasenta Previa 1. Definisi
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasinya tidak normal, dapat pada
segmen bawah rahim hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum
dan oleh karenanya bagian terbawah janin seringkali terkendala memasuki Pintu Atas
Panggul (PAP). Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di korpus uteri
Plasenta previa adalah suatu kondisi di mana plasenta terletak pada segmen
bawah rahim, sepenuhnya atau sebagian menghalangi os internal serviks (Rosenberg,
2010).
2. Etiologi dan Faktor Resiko
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Namun didapatkan
beberapa faktor risiko, diantaranya :
a. Multiparitas
Plasenta previa lebih sering terjadi pada kasus multiparitas. Hal ini
disebabkan karena jaringan parut (jejas) rahim pada kehamilan berulang akibat
luasnya jaringan yang rusak oleh karena digunakan sebagai tempat implantasi
plasenta kehamilan sebelumnya. Jaringan parut ini menyebabkan tidak
adekuatnya aliran darah ke plasenta sehingga plasenta menjadi lebih tipis
(Wardana dan Karkata. 2007). Plasenta previa juga lebih sering terjadi pada kasus
multiparitas dengan Insiden 2,2% dan meningkat drastis dibandingkan dengan
insiden pada wanita dengan para yang lebih rendah. (Cuningham et al, 2006).
b. Paritas dengan jarak persalinan < 2 tahun
Manuaba dkk (2010) menjelaskan bahwa pada paritas dengan jarak antar
persalinan pendek, endometrium belum tumbuh sempurna ketika menjadi tempat
hasil pembuahan dan implantasi plasenta, sehingga dapat menjadi faktor
terjadinya plasenta previa.
c. Ibu hamil dengan usia ekstrim
Umur adalah lama waktu hidup atau ada (sejak dilahirkan atau diadakan).
Usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20-35 tahun. Kematian
ternyata 2-5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia
20-35 tahun. (Cuningham et al, 2006)
Diduga risiko plasenta previa meningkat dengan semakin ekstrimnya usia
ibu. Plasenta previa dapat terjadi pada umur diatas 35 tahun karena endometrium
yang kurang subur, sklerosis pembuluh darah arteri kecil dan arteriole
miometrium menyebabkan aliran darah ke endometrium tidak merata sehingga
plasenta tumbuh lebih lebar dengan luas permukaan lebih besar, juga pada usia
terlalu muda karena pertumbuhan endometrium belum sempurna (Manuaba dkk,
2010).
d. Riwayat seksio sesarea
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa resiko terjadinya plasenta previa
adalah termasuk riwayat persalinan dengan tindakan seksio sesarea. Risiko
kejadian plasenta previa relatif meningkat pada wanita dengan 4 kali operasi sesar
dibandingkan dengan wanita yang hanya 1 kali melakukan tindakan operasi pada
persalinannya (Cuningham et al, 2006).
e. Riwayat abortus dan kuretase
Endometrium yang cacat akibat bekas operasi dan kuretase menjadi faktor
yang berpengaruh pada kasus plasenta previa (Manuaba dkk, 2010).
f. Merokok
Merokok menyebabkan risiko relatif untuk plasenta previa, insidennya
meningkat dua kali lipat akibat merokok. Beberapa teori menyatakan bahwa
hipoksemia akibat karbon monoksida menyebabkan hipertropi plasenta
kompensatorik. Temuan-temuan lain juga mengemukakan terdapat kaitan antara
gangguan vaskularisasi desidua yang mungkin disebabkan oleh peradangan atau
3. Patofisiologi
Perdarahan antepartum yang disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi
pada trismester ketiga, bisa lebih awal, yaitu pada saat pembentukan segmen bawah
rahim. Apabila plasenta menempel dan tumbuh pada segmen bawah rahim, maka pada
saat terjadi pelebaran isthmus uteri membentuk segmen bawah rahim, plasenta akan
mengalami laserasi, yang menandakan terjadinya perdarahan. Hal yang sama terjadi
bilamana serviks mendatar (effacement) dan membuka (dilatation).
Darahnya berwarna merah segar tanpa rasa nyeri. Perdarahan tidak dapat
dihindarkan karena ketidakmampuan segmen bawah rahim dan serviks, akibat otot
pada area tersebut sangat sedikit, sehingga daya kontraksi yang dihasilkan tidak cukup
kuat untuk menghentikan perdarahan dari pembuluh darah yang terbuka.
Perdarahan dapat berhenti akibat pembekuan darah, tetapi oleh karena
pembentukan segmen bawah rahim terjadi bertahap,maka laserasi baru akan terus
terjadi. Hal ini menyebabkan perdarahan berulang pada kasus plasenta previa.
Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum akan lebih awal
mengakibatkan perdarahan karena pada pembentukan segmen bwah rahim,ostium
uteri internum dibentuk paling awal. Sedangkan pada plasenta previa marginalis,
perdarahan baru akan terjadi saat mendekati atau memulai persalinan (Chalik,2009).
4. Klasifikasi
Plasenta previa diklasifikasikan (Chalik,2009) menjadi beberapa jenis:
a. Plasenta previa totalis (komplit)
Ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
b. Plasenta previa parsialis
Ostium uteri internum tertutup sebagian oleh plasenta. Hal ini terjadi ketika
c. Plasenta previa marginalis
Pinggir bawah pasenta sampai pada pinggir ostium uteri internum,tetapi
tidak menutupi ostium uteri internum.
d. Plasenta previa letak rendah (low-lying)
Terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah rahim, tetapi tepi bawah
plasenta berjarak kurang dari 2 cm dari ostium uteri intrnum.
5. Gambaran Klinis
Gambaran klinis plasenta previa menurut beberapa ahli adalah sebagai berikut:
a. Walyani (2015) menyebutkan gambaran klinis previa mencakup hal berikut:
1) Perdarahan per-vaginam yang terjadi tanpa sebab jelas, tanpa rasa sakit atau
nyeri. Timbulnya perlahan-lahan. Darah sering berwarna merah terang.
Perdarahan semakin bertambah banyak ketika terjadi perubahan isthmus
uteri menjadi segmen bawah rahim.
2) Dalam kasus perdarahan berat, denyut jantung janin dapat menunjukkan
tanda-tanda fetal distress.
3) Implantasi plasenta disegmen bawah rahim menyebabkan bagian terendah
tidak mungkin masuk pintu atas panggul atau menimbulkan kelainan letak
janin dalam rahim.
b. Cuningham el al. (2006), menyebutkan gambaran klinis plasenta previa
mencakup hal berikut:
1) Hal yang paling khas pada plasenta previa adalah perdarahan yang tidak nyeri
dan biasanya belum muncul sampai menjelang akhir trimester kedua atau
setelahnya. Namun beberapa jenis abortus dapat terjadi akibat lokasi
plasenta previa sering muncul tanpa peringatan, tanpa disertai nyeri pada
wanita yang riwayat pranatalnya tampak normal.
2) Penyebab perdarahan perlu ditekankan kembali. Apabila plasenta terletak di
atas os interna, pembentukkan segmen bawah uterus dan pembukaan os
interna akan menyebabkan robeknya plasenta pada tempat melekatnya.
Perdarahan diperparah oleh ketidakmampuan saat miometrium di segmen
bawah uterus berkontraksi untuk menjepit pembuluh-pembuluh yang robek.
3) Perdarahan dari tempat implantasi plasenta di segmen bawah utergus dapat
berlanjut setelah plasenta dilahirkan karena segmen bawah uterus lebih
rentan mengalami gangguan kontraksi daripada korpus uterus. Perdarahan
juga dapat terjadi akibat laserasi serviks dan segmen bawah uterus yang yang
rapuh, terutama setelah pengeluaran plasenta yang agak melekat secara
manual.
6. Diagnosis
a. Anamnesis
Pada kehamilan lebih dari 28 minggu terjadi perdarahan yang tiba-tiba,
tanpa rasa sakit,tanpa sebab yang jelas, dapat berulang-ulang sebelum persalinan
berlangsung. Kecepatan dan jumlah darah yang hilang dapat menimbulkan gejala
klinik (Mochtar,2013).
b. Pemeriksaan luar
1) Keadaan Umum Ibu
Dijumpai keadaan bervariasi dari keadaan normal sampai syok.
Tingkat kesdaran bervariasi pun dapat ditemui, dari kompos mentis sampai
koma, pada penilaian vital sign dapat ditemui penurunan tekanan darah, serta
2) Inspeksi
Dapat dapat dilihat perdarahan yang keluar pervaginam: banyak atau
sedikit, encer atau menggumpal. Jika telah berdarah banyak, maka ibu
tampak anemis (Mochtar,2013).
3) Palpasi
Dilakukan palpasi abdomen didapatkan bagian terendah janin belum
masuk Pintu Atas Panggul (PAP) dan tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan (Manuaba dkk,2010).
4) Auskultasi
Pemeriksaan auskultasi digunakan untuk mendengarkan denyut
jantung janin yang bervariasi, dari normal sampai asfiksi dan kematian dalam
rahim (Manuaba dkk,2010).
5) Ultrasonografi
Pemeriksaan USG dapat menentukan letak plasenta dengan lebih
mudah, lebih aman,dan akurat. Pemeriksaan dilakukan dengan cara
transabdominal ataupun cara transvaginal. Diagnosis pasti plasenta previa
berdasarkan hasil USG untuk indikasi tindakan seksio sesarea serta lokasi
sayatannya,sebaiknya dilakukan pada kehamilan aterm, karena jika
pemeriksaan dilakukan pada trimester II, masih dimungkinkan terjadi
migrasi plasenta akibat atrofi sebagian besar vili. Jarak antara tepi terbawah
plasenta dengan ostium uteri internum yang kurang dari 2 cm merupakan
indikasi dilakukan operasi. Sekitar 20% plasenta previa merupakan jenis
totalis, sedangkan 80% lainnya merupakan parsialis dan marginalis
(Karsono,2008).
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan
berasal dari ostium uteri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina.
Apabila pedarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta
previa harus dicurigai (Walyani,2015).
7. Penanganan
Menurut Manuaba dkk. (2010), penanganan tepat dan segera penting dalam
kasus plasenta previa dengan perdarahan karena merupakan keadaan darurat
kebidanan. Menurut (Mochtar,2013) terdapat 2 metode tatalaksana dalam kasus
plasenta previa, yaitu:
a. Penanganan Pasif
Penanganan pasif ialah mengupayakan supaya janin dapat dilahirkan cukup
bulan. Diagnosis sebisa mungkin dilakukan secara non ivasif, jadi tidak dilakukan
pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis, melainkan observasi klinis secara
teliti. Terapi pasif dilakukan pada masa kehamilan preterm dengan janin masih
hidup, perdarahan minimal, belum ada tanda-tanda inpartu, dan keadaan umum
ibu baik, dengan kadar Hb normal. Rencana penanganan:
1) Istirahat baring mutlak.
2) Pemberian obat-obatan spasmolitik, progestin, atau progesteron. roboransia.
3) periksaan Hb, golongan darah, dan Rh, serta siapkan donor transfusi darah,
karena plasenta previa memiliki konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan
bayi, termasuk peningkatan risiko kematian ibu dan bayi. Selain itu juga
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan, sehingga akan memerlukan
transfusi darah. Pemeriksaan Hb juga penting karena kadar Hb merupakan
salah satu indikator status gizi seseorang. Selama kehamilan, anemia lazim
kebutuhan besi seorang ibu hamil akan meningkat sebagai suplai besi untuk
janin. Kadar Hb menunjukkan status anemia. Ibu yang mempunyai kadar Hb
< 11gr% berarti menderita anemia. Anemia pada ibu hamil merupakan salah
satu penyebab pendarahan (Ernawati, 2014).
4) Awasi perdarahan, tekanan darah, nadi, denyut jantung janin secara
terus-menerus, karena jika mengalami hipertensi maka risiko plasenta previa lebih
rendah.
5) Jika kondisi penderita memungkinkan dan janin dalam keadaan baik, tunggu
sampai usia kehamilan 37 minngu.
6) Siapkan rujukan ke Rumah Sakit dengan fasilitas operasi dan transfusi darah,
karena jika terjadi perdarahan maka harus memerlukan transfusi darah dan
segera dilakukan histeroktomi darurat (Gurol-Urganci, 2011).
b. Penanganan Aktif
Tatalaksana secara aktif harus segera dilakukan tanpa memandang
maturitas janin jika pada usia kehamilan lebih dari 22 minggu didapatkan
perdarahan pervaginam 500 cc atau lebih, serta pada pemeriksaan didapatkan
keadaan umum pasien lemah dan anemis dengan kadar Hb rendah. Rencana
penanganan aktif,yaitu:
1) Persalinan Pervaginam
Pada penanganan plasenta previa dengan tindakan partus dilakukan
hal-hal seperti:
a) Amniotomi dengan memecah selaput ketuban, plasenta akan mengikuti
gerakan segmen bawah rahim dan ditekan oleh bagian terbawah janin,
Setelah ketuban pecah, berikan oksitosin drips 2,5-5 satuan dalam 500cc
dekstrosa 5%.
b) Versi Braxton Hicks dilakukan dengan menarik kaki janin yang diikat
dengan kain kasa, kemudian disambungkan pada katrol dengan beban
50-100 gram.
c) Memasang klem cunam Willet Gausz pada kulit kepala janin. Ikatkan
cunam pada kasa atau tali yang telah diberi beban 50-100 gram seperti
kerja katrol.
2) Persalinan Perabdominal
Tindakan sectio sesarea dilakukan jika pada pemeriksaan didapatkan
plasenta previa totalis, plasenta previa pada panggul sempit atau letak
lintang, kasus profause bleeding dimana perdarahan sangat banyak dan
belum dapat tertangani dengan amniotomi, versi Braxton Hick, dan cunam
Willet Gausz.
C. Hubungan Frekuensi Riwayat Seksio Sesarea dengan Kejadian Plasenta Previa pada Kehamilan Berikutnya
Peningkatan kejadian plasenta previa dipengaruhi bebrapa faktor risko, seperti umur
ibu hamil semakin tua, paritas yang tinggi, serta kelahiran secara bedah sesar.
Seksio sesarea diperlukan pada hampir semua kasus plasenta previa. Pada sebagian
besar kasus dilakukan insisi uterus transversal. Karena perdarahan janin dapat terjadi
akibat insisi kedalam plasenta anterior, kadang-kadang dianjurkan insisi vertikal pada
keadaan ini. Namun, bahkan apabila insisi meluas hingga mencapai plasenta, prognosis
ibu dan janin jarang terganggu (Cuningham et al, 2006).
Faktor risiko riwayat seksio sesarea dimasukkan karena pada pemeriksaan kasus
jaringan endometrium yang tidak sehat, dengan vaskularisasi sedikit dan myometrium
tipis, sehingga bukan merupakan tempat implantasi yang baik bagi plasenta janin, yaitu
pada segmen bawah rahim (Manuaba, 2010).
Teori lain disampaikan (Cuiningham et al, 2006) yang menjelaskan bahwa rahim
terdiri dari beberapa area dengan kecepatan pertumbuhan berbeda-beda. Pada 7 bulan
pertama kehamilan merupakan masa pertumbuhan otot rahim bagian atas, sedangkan pada
akhir masa gestasi, bagian bawah rahim berkembang lebih cepat. Berdasarkan teori ini,
bilamana terdapat luka bekas operasi pada rahim bagian atas, maka jaringan tidak tumbuh
dengan baik, sehingga pada masa kehamilan tua, akan terjadi migrasi plasenta menuju
segmen bawah rahim yang sedang tumbuh.
(Sumapraja dan Rachimhadi, 2005) memaparkan risiko terjadinya penempelan
abnormal plasenta, seperti plasenta previa, mengalami peningkatan yang berbanding lurus
dengan jumlah jejas yang ditemukan. Dari populasi ibu hamil dengan riwayat seksio
sesarea pada persalinan sebelumnya, separuhnya akan mengalami plasenta previa, dengan
16,66% populasi ditemukan 1 jejas yang menjelaskan bahwa populasi pernah mendapatkn
persalinan dibantu tindakan seksio sesarea sebanyak 1 kali, dan 33,33% populasi dengan
lebih dari 3 jejas, berarti populasi ini mendapatkan lebih dari 3 kali tindakan seksio sesarea
pada persalinannya. Semakin tinggi jumlah tindakan seksio sesarea, maka jejas yang
terdapat pada dinding rahimkan semakin banyak, sehingga meningkatkan risiko terjadinya
plasenta previa pada kehamilan berikutnya.
D. Kerangka Teori
- Resiko ruptur uteri
- Panggul sempit
- Kasus gawat janin
- Perdarahan atepartum (plasenta
previa dan solusio plasenta)
- Kelainan presentasi janin
Gambar 2.1. Kerangka Teori
E. Kerangka Konsep
Frekuensi seksio sesarea
Jejas endometrium
Miometrium tipis,
vaskularisasi
Embrio berimplantasi ke jaringan yang sehat
Kegagalan diferensiasi pertumbuhan otot rahim
Migrasi plasenta menuju segmen bawah rahim yang sedang tumbuh
Plasenta previa
- Jarak antar persalinan < 2 tahun
- Usia reproduksi ≤ 20 tahun atau ≥ 35 tahun
- Riwayat abortus dan kuretase
- Kehamilan dengan janin ganda
Variabel Bebas
Frekuensi riwayat Seksio Sesarea
Variabel Terikat
Kejadian Plasenta Previa pada kehamilan
F. Hipotesis
Null Hypothesis (Ho): “Tidak ada hubungan antara riwayat Sectio Cesarea dengan kejadian Placenta Previa pada kehamilan berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul”.
BAB III
METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian
Jenis penelitian ini adalah descriptive correlative research, atau penelitian uji hubungan, dengan studi observasional untuk mengetahui
bagaimana hubungan dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi, kemudian
melakukan analisis hubungan antara dua variable bebas (independent) dan terikat (dependent). Jenis data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dengan metode pendekatan secara ”Cross Sectional Approach” yaitu pengambilan data yang dikumpulkan pada suatu waktu tertentu yang bisa
menggambarkan keadaan atau kegiatan dalam waktu tertentu.
B. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi penelitian ini adalah semua ibu hamil yang pernah
mendapat tindakan seksio sesarea di Bagian Kandungan dan Kebidanan
RSUD Panembahan Senopati Bantul periode 2013-2015 dengan sebanyak
2061 orang.
b. Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang pernah
mendapat tindakan seksio sesarea di Bagian kandungan dan kebidanan
RSUD Panembahan Senopati Bantul periode 2013-2015 sebanyak 2061
orang. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan total
hamil yang pernah mendapat tindakan seksio sesarea di Bagian Kandungan
dan Kebidanan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode 2013-2015
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Bagian Rekam Medik RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober – Desember 2015.
D. Variabel dan Definisi Operasional
1. Variabel
a. Variabel bebas (independent variable) : Frekuensi riwayat seksio sesarea
b. Variabel terikat (dependent variable) : Kejadian plasenta previa pada kehamilan berikutnya
2. Definisi Operasional
a. Frekuensi riwayat seksio sesarea adalah besarnya insidensi tindakan
persalinan dengan operasi melalui sayatan pada dinding perut
(laparotomi) dan dinding rahim (histeroktomi) yang dicatat sesuai
data rekam medik. Dikategorikan menjadi 1 kali dan 2 kali.
b. Kejadian plasenta previa pada kehamilan berikutnya adalah
perdarahan antepartum dimana plasenta menutupi jalan lahir terjadi
tindakan operasi seksio sesarea, dicatat sesuai data rekam medic
berdasarkan hasil diagnosa dokter ahli. Dikategorikan menjadi ya dan
tidak mengalami plasenta previa. Skala pengukuran data : skala
nominal.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian berupa catatan medik ibu hamil di Bagian
Kandungan dan Kebidanan RSUD Panembahan Senopati Bantul periode
2013-2015.
F. Cara Penelitian
Penelitian dilakukan dalam beberapa tahap, yaitu:
1. Perencanaan
Peneliti mengajukan proposal penelitian yang berisi perumusan
masalah, studi pustaka, penetapan populasi dan sampel penelitian, serta
rancangan penelitian.
2. Pelaksanaan
Dalam penelitian ini diambil data sekunder yang diperoleh dari
catatan medik, melalui perijinan yang diperoleh dari RSUD Panembahan
Senopati Bantul. Pengumpulan data dilakukan dengan mencatat berbagai
variabel penelitian dari catatan medik ibu hamil RSUD Panembahan
Senopati Bantul periode 2013-2015 yang memenuhi kriteria inklusi
maupun eksklusi, kemudian dikelola dan dianalisa.
Cara pengelolaan data dilakukan dengan editing, tabulating, dan
pengelompokan data. Lalu diolah dengan menggunakan sistem
komputerisasi dengan program Statistical Product and Service Solution (SPSS) 16.0 for Windows.
4. Pelaporan
Hasil penelitian disajikan dalam bentuk narasi dan tabel.
G. Analisa Data
Analisis data dalam penelitian adalah sebagai berikut :
1. Analisa Univariat
Analisa Univariat yang dilakukan terhadap variabel dari hasil
penelitian. Pada umumnya analisa ini hanya menggunakan distribusi dari
prosentasi dari tiap variabel (Notoadmojo, 2012). Setiap variable dibuat
kategori berdasarkan jumlah responden dengan menggunakan persentase
dengan rumus sebagai berikut:
� =Xn × %
Keterangan:
P : Persentase
X : Jumlah responden tiap kategori
2. Analisa Bivariat
Analisa yang dilakukan untuk melihat hubungan atau korelasi
kedua variabel, antara variabel bebas dengan variabel terikat. Uji korelasi
dalam penelitian ini menggunakan uji Chi Square, yaitu untuk menguji hipotesis asosiasi atau hubungan dua variabel.
Apabila nilai korelasi Chi Square hitung > korelasi Chi Square
tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga terjadi hubungan antara
variabel frekuensi persalinan Sectio Cesarea dengan kejadian Placenta
Previa pada kehamilan berikutnya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
RSUD Panembahan Senopati Bantul berdiri sejak tahun 1953
sebagai RS Hongeroedem (HO) dan berubah nama menjadi Panembahan Senopati Bantul sejak 29 Maret 2003 yang berlokasi di Jl. Dr. Wahidin
Sudirohusodo Bantul. Adapun visi dan misi RSUD Panembahan Senopati
Bantul adalah sebagai berikut.
a. Visi
Mewujudkan rumah sakit yang unggul dan menjadi kebanggan
seluruh masyarakat.
b. Misi
1) Memberikan pelayanan prima pada pelanggan.
2) Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia.
3) Melaksanakan peningkatan mutu berkelanjutan dalam pelayanan
kesehatan.
4) Meningkatkan jalinan kerja sama dengan mitra terkait.
5) Meningkatkan ketersediaan sarana prasarana yang berkualitas.
6) Menyelenggarakan tata kelola keuangan yang sehat untuk
2. Karakteristik Responden Penelitian
Responden pada penelitian ini merupakan ibu yang mempunyai
riwayat Sectio Cesarea dengan Placenta Previadi RSUD Panembahan Senopati Bantul selama tahun 2013-2015.Gambaran responden dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan Usia
Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usiapada Ibu yang Mempunyai Riwayat Sectio Cesarea dengan Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Usia Frekuensi %
<20 Tahun 0 0,0%
20 – 35 tahun 12 44,4%
> 35 tahun 15 55,6%
Jumlah 27 100%
Sumber: Data Sekunder, 2015
Berdasarkan Tabel 4.1, diketahui bahwa sebagian besar ibu
yang mempunyai riwayat Sectio Cesarea dengan Placenta Previadi RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015 berasal dari
kelompok usia diatas 35 tahun sebanyak 15 orang atau 55,6%, dan
sisanya berasal dari kelompok usia 20-35 tahun sebanyak 12 orang
atau 44,4%, sehingga tidak ada responden yang berasal dari kelompok
usia <20 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai
riwayat Sectio Cesarea dengan Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015 berasal dari kelompok
b. Berdasarkan Paritas
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Paritas pada Ibu yang Mempunyai Riwayat Sectio Cesarea dengan Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Paritas Frekuensi %
G2 15 55,6%
G3 7 25,9%
G4 4 14,8%
G9 1 3,7%
Jumlah 27 100 %
Sumber: Data Sekunder, 2015
Berdasarkan Tabel 4.2, diketahui bahwa ibu yang mempunyai
riwayat Sectio Cesarea dengan Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015 paling banyak berasal
dari 2 kali paritas yaitu sebanyak 15 orang atau 55,6%, dan paling
sedikit dengan 9 kali paritas yaitu sebanyak 1 orang atau 3,7%. Hal ini
menunjukkan bahwa ibu yang mempunyai riwayat Sectio Cesarea
dengan Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015 memiliki jumlah paritas sebanyak 2 kali.
c. Berdasarkan Usia Kehamilan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia Kehamilan pada Ibu yang Mempunyai Riwayat Sectio Cesarea dengan
Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Usia Kehamilan Frekuensi %
37 Minggu 5 18,5%
38 Minggu 8 29,6%
39 Minggu 9 33,3%
40 Minggu 5 18,5%
Jumlah 27 100 %
Berdasarkan Tabel 4.3, diketahui bahwa ibu yang mempunyai
riwayat Sectio Cesarea dengan Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015 paling banyak
memiliki usia kehamilan 39 minggu yaitu sebanyak 9 orang atau
33,3% dan paling sedikit pada usia 37 dan 40 minggu, masing-masing
sebanyak 5 orang (18,5%). Hasil ini menunjukkan bahwa kejadian
Placenta Previa muncul pada ibu hamil usia 9 minggu atau tergolong dalam trimester ketiga (27-40minggu).
3. Data Frekuensi Penelitian
Data frekuensi pada penelitian ini adalah data frekuensi Sectio Cesarea, kejadian Placenta Previa dan frekuensi ibu hamil dengan jumlah
Sectio Cesarea sebanyak 1 dan 2 kali di RSUD Panembahan Senopati Bantul selama tahun 2013-2015. Distribusi datadalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Frekuensi Tindakan Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Persalinan Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Tahun Frekuensi %
2013 588 28,5%
2014 670 32,5%
2015 803 39,0%
Jumlah 2061 100 %
Sumber: Data Sekunder, 2015
adalah sebanyak 2061 tindakan, paling banyak terjadi pada tahun
2015 sebanyak 803 tindakan (39%), diikuti tahun 2014 sebanyak 670
tindakan (32,5%), dan paling sedikit tahun 2013 sebanyak 588
tindakan (28,5%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi kecenderungan
peningkatan frekuensi tindakan dengan Sectio Cesareadi RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015.
b. Frekuensi Riwayat Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Riwayat Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Tahun Frekuensi %
2013 112 34,4%
2014 94 28,8%
2015 120 36,8%
Jumlah 326 100 %
Sumber: Data Sekunder, 2015
Berdasarkan hasil analisa, diketahui frekuensi riwayat Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015 adalah sebanyak 326 kali, paling banyak terjadi pada tahun 2015
sebanyak 120 riwayat (36,8%), diikuti tahun 2013 sebanyak 112
riwayat (34,4%), dan paling sedikit tahun 2014 sebanyak 94 riwayat
(28,8%). Hal ini menunjukkan bahwa terjadi perubahan frekuensi
c. Frekuensi Kejadian Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Kejadian Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Tahun
Kejadian Placenta Previa
Jumlah 1 x Sectio Cesarea 2 x Sectio Cesarea
N % N % N %
2013 5 18,5% 0 0,0% 5 18,5%
2014 5 18,5% 0 0,0% 5 18,5%
2015 9 33,3% 8 29,6% 17 63,0%
Jumlah 19 70,4% 8 29,6% 27 100,0%
Sumber: Data Sekunder, 2015
Berdasarkan tabel 4.6, diketahui frekuensi kejadian Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015 adalah sebanyak 27 kejadian, paling banyak terjadi pada tahun 2015
sebanyak 17 kejadian (63%), sedangkan tahun 2013 dan 2014
masing-masing sebanyak 5 kejadian (18,5%). Hal ini menunjukkan bahwa
terjadi kecenderungan peningkatan kejadian Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015.
Dari hasil analisa diketahui juga frekuensi ibu hamil dengan 1
kali persalinan Sectio Cesarea yang mengalami Placenta Previa pada kehamilan berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun
2013-2015 adalah sebanyak 19 kejadian, paling banyak terjadi pada
tahun 2015 sebanyak 9 kejadian (33,3%) sedangkan pada tahun 2013
dan 2014 masing-masing sebanyak 5 kejadian (18,5%). Kemudian
diketahui frekuensi ibu hamil dengan 2 kali persalinan Sectio Cesarea
RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015 seluruhnya
terjadi pada tahun 2015 sebanyak 8 kejadian (29,6%) sehingga tidak
terdapat kejadian pada tahun 2013 dan 2014.Hal ini menunjukkan
bahwa kejadian Placenta Previa pada kehamilan berikutnya terjadi paling banyak pada ibu hamil dengan 1 kali riwayat Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015.
4. Hubungan Frekuensi Tindakan Sectio Cesarea dengan Frekuensi Riwayat Sectio Cesarea
Pengujian hubungan pertama dalam penelitian ini menguji
hubungan antara tindakan Sectio Cesarea dengan riwayat Sectio Cesarea. Untuk mengetahui hubungan antara frekuensi tindakan Sectio Cesarea
dengan riwayat Sectio Cesarea digunakan uji Chi-Square. Hasil pengujian
Chi-Square adalah sebagai berikut.
Tabel 4.7 Uji Hubungan Frekuensi Tindakan Sectio Cesarea dengan Riwayat Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Sumber: Data Sekunder, 2015
(df= 2), dan nilai signifikansi 0,036 (α= 0,05). Berdasarkan hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kedua variabel mempunyai hubungan yang
ditunjukkan dengan korelasi Chi-Square hitung (6,676) > nilai korelasi
Chi-Square tabel (5,991). Selain itu, dapat dilihat juga nilai signifikansi (0,036) < α (0,05) yang berarti bahwa hubungan yang antara kedua
variabel adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisis ini, dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan signifikan antara frekuensi
tindakan Sectio Cesarea dengan riwayat Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015.
5. Hubungan antara Frekuensi Riwayat Sectio Cesarea dengan Kejadian Placenta Previa pada Kehamilan Berikutnya
Pengujian ketiga dalam penelitian ini adalah hubungan antara
riwayat Sectio Cesarea dengan kejadian Placenta Previa pada kehamilan berikutnya. Tabulasi silang antara riwayat Sectio Cesarea dengan kejadian
Placenta Previa pada kehamilan berikutnya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.8 Tabulasi Silang Riwayat Sectio Cesarea dengan Kejadian
Placenta Previa pada Kehamilan Berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Riwayat Sectio Cesarea
Data Sectio Cesarea
Jumlah
Sectio Cesarea Sectio Cesarea dengan Placenta Previa
N % N % N %
2013 107 32,8% 5 1,5% 112 34,4%
2014 89 27,3% 5 1,5% 94 28,8%
2015 103 31,6% 17 5,2% 120 36,8%
Jumlah 299 91,7% 27 8,3% 326 100,0%
Berdasarkan tabel 4.9, pada tahun 2013, terdapat 112 riwayat Sectio Cesarea dan 5 diantaranya atau 1,5% mengalami Placenta Previa pada kehamilan selanjutnya. Kemudian pada tahun 2014 terdapat 94 riwayat
Sectio Cesarea dan 5 diantaranya 1,5% mengalami Placenta Previa pada kehamilan selanjutnya. Sedangkan pada tahun 2015 terdapat 120 riwayat
Sectio Cesarea dan 17 diantaranya atau 5,2% mengalami Placenta Previa
pada kehamilan selanjutnya.
Pengujian hipotesis antara riwayat Sectio Cesarea dengan kejadian
Placenta Previa pada kehamilan berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul dilakukan untuk menguji apakah hipotesis penelitian
diterima atau ditolak. Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada
hubungan antara frekuensi riwayat Sectio Cesarea dengan kejadian
Placenta Previa pada kehamilan berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul.”Sebelumnya, hipotesis diubeh menjadi null hypothesis
(Ho) sebelum hipotesis diterima atau ditolak. Uji hipotesis penelitian dapat
dilihat pada penjelasan berikut.
a. Null Hypothesis (Ho): “Tidak ada hubungan antara riwayat Sectio Cesarea dengan kejadian Placenta Previa pada kehamilan berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul”.
Untuk menguji hipotesis dalam penelitian ini digunakan uji Chi-Square, yaitu pengujian untuk menguji sejauh mana dua variable, yakni riwayat Sectio Cesarea dengan kejadian Placenta Previa pada kehamilan berikutnya mempunyai hubungan. Hasil analisis uji Chi-Square adalah sebagai berikut:
Tabel 4.9 Uji Hubungan Frekuensi Riwayat Sectio Cesarea dengan kejadian Placenta Previa pada kehamilan berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Variabel df
Sumber: Data Sekunder, 2015
Berdasarkan pada tabel 4.10 diatas, diketahui nilai korelasi Chi-Square hitung sebesar 8,706 dengan nilai Chi-Square tabel sebesar 5,991 (df= 2), dan nilai signifikansi 0,013 (α=0,05). Berdasarkan hasil tersebut,
dapat disimpulkan bahwa kedua variabel mempunyai hubungan yang
ditunjukkan dengan korelasi Chi-Square hitung (8,706) > nilai korelasi
Chi-Square tabel (5,991). Selain itu, dapat dilihat juga nilai signifikansi (0,013) < α (0,05) yang berarti bahwa hubungan yang antara kedua
variabel adalah signifikan. Berdasarkan hasil analisis ini, dapat
Cesarea dengan kejadian Placenta Previa pada kehamilan berikutnya di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015.
B. Pembahasan
1. Frekuensi Tindakan Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa terjadi peningkatan
frekuensi persalinan Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015. Hal ini sesuai dengan pendapat El-Ardat (2014) yang
menyatakan bahwa operasi Sectio Cesarea adalah salah satu operasi paling umum di seluruh dunia dengan insiden yeng berbeda.
Peningkatan frekuensi Sectio Cesarea terjadi karena terjadi peningkatan jumlah penduduk sehingga jumlah ibu hamil juga meningkat.
Hal ini berefek pada peningkatan frekuensi persalinan baik secara normal
maupun dengan Sectio Cesarea. Selain itu, tindakan Sectio Cesarea juga dilakukan selaras dengan kemajuan teknologi dalam bidang kesehatan yang
membantu ibu hamil dalam proses persalinan sehingga ibu hamil tidak harus
merasakan sakit selama proses persalinan meskipun sebagian besar tindakan
Sectio Cesarea dilakukan untuk menyelamatkan ibu dan janin karena berbagai masalah diantaranya adalah ukuran janin yang besar, janin
melintang, ibu hamil dengan obesitas, atau terjadi kasus ketuban pecah dini.
Hasil dari perhitungan menunjukkan bahwa terjadi perubahan
frekuensi riwayat Sectio Cesarea di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015. Perubahan frekuensi riwayat Sectio Cesarea dapat terjadi karena masalah persalinan yang dialami oleh ibu, diantaranya adalah janin
besar, pinggul sempit, hamil ganda, dan sebagainya. Selain itu, dapat juga
karena ibu tidak sanggup untuk melahirkan secara normal atau tidak ingin
menahan sakit sehingga melakukan persalinan dengan Sectio Cesarea.
3. Frekuensi Kejadian Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015
Hasil dari analisa menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kejadian
Placenta Previadi RSUD Panembahan Senopati Bantul tahun 2013-2015. Kejadian Placenta Previa pada tahun 2013 dan 2014 memiliki jumlah yang sama, sedangkan peningkatan yang ada terdapat tahun 2015. Hal ini
menunjukkan bahwa peningkatan kejadian Placenta Previadi RSUD Panembahan Senopati Bantul terjadi pada tahun 2015.
Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian Placenta Previa adalah multiparitas. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kejadian Placenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul terjadi paling banyak pada persalinan selanjutnya pada ibu
dengan 1 kali persalinan Sectio Cesarea. Hal ini berarti kasus kejadian
rusaknya jaringan yang digunakan sebagai tempat implantasi kehamilan
selanjutnya. Jaringan yang rusak inilah yang dapat menyebabkan terjadinya
kejadian Placenta Previa, sehingga diperlukan persalinan dengan Sectio Cesarea.
Kemudian, frekuensi Placenta Previa lebih banyak terjadi pada ibu hamil dengan usia ekstrim, yakni di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari subyek penelitian, sebagian besar
berasal dari kelompok usia diatas 35 tahun. Kecenderungan ini terjadi
karena pada ibu hamil usia diatas 35 tahun memiliki penurunan fungsi organ
tubuh, terutama organ reproduksi, sehingga endometrium kurang subur,
yang menyebabkan aliran darah tidak merata. Hal serupa juga terjadi pada
ibu hamil usia dibawah 20 tahun karena belum sempurnanya pertumbuhan
endometrium sehingga belum berfungsi secara normal.
Selain itu, kejadian Placenta Previa juga lebih sering terjadi pada wanita dengan riwayat Sectio Cesarea (Cunningham et al, 2006). Pernyataan ini sesuai dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
seluruh subyek mengalami kejadian Placenta Previa pada kehamilan setelah persalinan dengan Sectio Cesarea. Sesuai dengan tabel 4.6, kasus
kali persalinan Sectio Cesarea. Kecenderungan ini dapat terjadi karena rusaknya jaringan setelah dilakukan Sectio Cesarea yang dapat mengakibatkan aliran darah kurang merata pada organ reproduksi.
Secara umum, kejadian Placenta Previa paling banyak terjadi pada usia kehamilan trimester ketiga hal ini sesuai dengan hasil penelitian yaitu
pada usia 37 hingga 40 minggu kehamilan, bersamaan dengan proses
pembentukan segmen bawah rahim. Ketika plasenta menempel dan tumbuh
pada segmen bawah rahim, maka akan terjadi pelebaran isthmus uteri membentuk segmen bawah rahim, plasenta akan mengalami laserasi, yang
menandakan terjadinya perdarahan. Perdarahan dapat berhenti akibat
pembekuan darah, tetapi oleh karena pembentukan segmen bawah rahim
terjadi bertahap, maka laserasi baru akan terus terjadi. Hal ini menyebabkan
perdarahan berulang pada kasus Placenta Previa. Plasenta yang menutupi seluruh ostium uteri internum akan lebih awal mengakibatkan perdarahan karena pada pembentukan segmen bawah rahim, ostium uteri internum
dibentuk paling awal. Sedangkan pada Plasenta Previa Marginalis, perdarahan baru akan terjadi saat mendekati atau memulai persalinan
(Chalik, 2009).
Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan bahwa kejadian
Placenta Previa terjadi karena faktor multiparitas, usia ibu, Sectio Cesarea, dan usia kehamilan trimester ketiga.