• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Pemeliharaan dan Tingkat Kesejahteraan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Satwa Cikembulan Garut.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Teknik Pemeliharaan dan Tingkat Kesejahteraan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Satwa Cikembulan Garut."

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

TEKNIK PEMELIHARAAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas Cuvier, 1809)

DI TAMAN SATWA CIKEMBULAN GARUT

AGUNG GUNADI ANDRIAN

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Teknik Pemeliharaan dan Tingkat Kesejahteraan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Satwa Cikembulan Garut adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Mei 2014

(4)

ABSTRAK

AGUNG GUNADI ANDRIAN. Teknik Pemeliharaan dan Tingkat Kesejahteraan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Satwa Cikembulan Garut. Dibimbing oleh BURHANUDDIN MASY’UD dan ABDUL HARIS MUSTARI.

Macan tutul jawa merupakan salah satu satwa endemik Pulau Jawa dan terancam punah. Salah satu upaya untuk mempertahankannya yaitu melalui konservasi eksitu, salah satunya di Taman Satwa Cikembulan. Penelitian ini bertujuan mengkaji teknik pemeliharaan dan tingkat kesejahteraan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan. Capaian implementasi kesejahteraan satwa diperoleh dengan menggunakan metode PKBSI (Persatuan Kebun Binatang Seluruh Indonesia). Teknik pemeliharaan termasuk aspek perkandangan belum sesuai walaupun ukuran kandang telah memenuhi ukuran minimum, pakan sudah mencukupi, kesehatan baik walaupun ketersediaan fasilitas medis masih kurang, reproduksi sudah baik dengan lahirnya anakan, dan adaptasi sudah baik. Tingkat kesejahteraan macan tutul jawa menurut pengelola 80.60% dengan kategori sangat baik sedangkan menurut pengamat yaitu 65.11% dengan kategori cukup.

Kata kunci: kesejahteraan satwa, macan tutul jawa, pemeliharaan, Taman Satwa Cikembulan.

ABSTRACT

AGUNG GUNADI ANDRIAN. Captive Breeding Management and Welfare Rate of Javan Leopard (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) in Cikembulan Animal Park Garut. Supervised by BURHANUDDIN MASY’UD and ABDUL HARIS MUSTARI.

Javan leopard is one of endemic and endangered animals of Java Island. One of efforts to keep its existence is through ex situ conservation, as example in Cikembulan Animal Park. The objectives of this research were to study captive breeding and welfare rate of javan leopard in Cikembulan Animal Park. The implementation performance of welfare was obtained using PKBSI (Indonesia Zoo Association) method. Captive breeding management which includes housing aspect, was not ideal yet, although the size of the enclosure has sufficient minimum size, feeding aspect was ideal, health aspect was good although the medical feature wasn’t available enough, reproduction and adaptation was good. Welfare rate of javan leopard according to manager was 80.60% with category of very good, while according to observer, it was 65.11% with category of enough.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2014

AGUNG GUNADI ANDRIAN

TEKNIK PEMELIHARAAN DAN TINGKAT KESEJAHTERAAN

MACAN TUTUL JAWA (Panthera pardus melas Cuvier, 1809)

(6)
(7)

Judul Skripsi : Teknik Pemeliharaan dan Tingkat Kesejahteraan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Satwa Cikembulan Garut.

Nama : Agung Gunadi Andrian NIM : E34100143

Disetujui oleh

Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS Pembimbing I

Dr Ir Abdul Haris Mustari, MScF Pembimbing II

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Sambas Basuni, MS Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala anugerah dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada bulan Maret 2014 ini adalah pemeliharaan dan kesejahteraan satwa, dengan judul Teknik Pemeliharaan dan Tingkat Kesejahteraan Macan Tutul Jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) di Taman Satwa Cikembulan Garut.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Burhanuddin Masy’ud, MS dan Bapak Dr Ir Abdul Haris Mustari, MScF selaku pembimbing, serta Bapak Dr Ir Rinekso Soekmadi, MScF sebagai pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Rudi Arifin, SE dari Taman Satwa Cikembulan beserta pegawai Taman Satwa Cikembulan yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, kakak, serta seluruh keluarga dan sahabat Nepenthes rafflesiana 47, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 1

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 2

Metode Pengumpulan Data 2

Pengolahan dan Analisis Data 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 5

Deskripsi Macan Tutul Jawa di Taman Satwa Cikembulan 5 Teknik Pemeliharaan Macan Tutul Jawa di Taman Satwa Cikembulan 6 Tingkat Kesejahteraan Macan Tutul Jawa di Taman Satwa Cikembulan 15

SIMPULAN DAN SARAN 18

Simpulan 18

Saran 18

DAFTAR PUSTAKA 19

(10)

DAFTAR TABEL

1 Bobot parameter kesejahteraan satwa 4

2 Klasifikasi nilai kesejahteraan satwa 4

3 Deskripsi macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan 6 4 Ukuran dan luasan kandang macan tutul jawa di Taman Satwa

Cikembulan 7

5 Rataan nilai kesejahteraan macan tutul jawa di Taman Satwa

Cikembulan 15

DAFTAR GAMBAR

1 Individu macan tutul di Taman Satwa Cikembulan: (a) Jagur; (b) Ompong; (c) Mayang dan Bulan; (d) Sikuning; dan (e) Ibel 5 2 Kandang display di Taman Satwa Cikembulan: (a) Jagur, Mayang, dan

Bulan; (b) Ompong; (c) Sikuning; (d) Ibel 8

3 Kandang inap macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan 8 4 Pengayaan habitat dalam kandang macan tutul jawa di Taman Satwa

Cikembulan: (a,b) shelter; dan (c) kolam serta dahan-dahan pohon 9 5 Rata-rata suhu dan kelembaban udara dalam kandang macan tutul jawa

di Taman Satwa Cikembulan 10

6 Kegiatan pemeliharaan kandang di Taman Satwa Cikembulan: (a) pembersihan kandang oleh keeper; dan (b) zat desinfektan yang

digunakan 11

7 Pakan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan: (a) daging

sapi mentah dan (b) daging ayam mentah 12

(11)

21

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Macan tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) merupakan satu dari sembilan sub-spesies macan tutul di dunia, dan diketahui sebagai salah satu satwa endemik Pulau Jawa. Perlindungan terhadap macan tutul jawa sebagai salah satu mamalia yang dilindungi tercantum dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi. Keberadaan populasi satwa ini di alam semakin terancam, sebagai akibat dari banyaknya perusakan habitat dari adanya pengalihfungsian lahan hutan, perburuan liar, serta dampak dari aktivitas manusia lainnya. Perusakan habitat yang mencakup juga hilangnya habitat, degradasi kualitas, dan fragmentasi habitat merupakan penyebab paling signifikan dari kepunahan populasi dan spesies (Hanski 1998). Berdasarkan hal tersebut maka IUCN (International Union for Conservation of Nature and Natural Resources) memasukkan macan tutul jawa ke dalam Redlist dengan kategori Critically Endangered (Ario et al. 2008). Satwa ini juga termasuk ke dalam Appendix I CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) (CITES 2013) yang berarti dilarang untuk diperdagangkan. Salah satu langkah untuk tetap menjaga keberadaan jenis ini adalah dengan upaya konservasi baik insitu (di habitat alaminya) maupun eksitu (di habitat buatan). Konservasi insitu merupakan strategi yang terbaik dalam pelestarian dan perlindungan satwa. Namun dengan semakin berkurangnya luasan habitat alami satwa ini, maka jalan untuk mencegah kepunahan spesies perlu didukung dengan konservasi eksitu (Primack et al. 1998).

Taman Satwa Cikembulan merupakan salah satu lembaga konservasi yang berfungsi sebagai sarana perlindungan dan pelestarian jenis satwaliar. Taman Satwa Cikembulan juga merupakan salah satu lembaga konservasi eksitu yang menangkarkan macan tutul jawa di areal tersebut. Macan tutul jawa yang terdapat di lokasi ini dipelihara dengan menimbang beberapa aspek pemeliharaan satwa.

Aspek-aspek pemeliharaan satwa yang penting dalam suatu lembaga konservasi meliputi perkandangan, pakan, dan kesehatan karena terkait dengan pemenuhan prinsip kesejahteraan satwa. Praktik pemeliharaan macan tutul jawa oleh pengelola di Taman Satwa Cikembulan saat ini mengikuti pada standar pemeliharaan yang umum dilakukan di lembaga konservasi. Sementara itu, tingkat kesejahteraan macan tutul jawa di lokasi ini masih belum dikaji. Pemeliharaan dan kesejahteraan satwa sangat penting untuk diperhatikan oleh pengelola, karena jika diabaikan bisa menimbulkan kerugian diantaranya berupa satwa sakit, tertekan, bahkan hingga menyebabkan kematian. Berdasarkan hal tersebut, maka penelitian ini penting dilakukan.

Tujuan Penelitian

(12)

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu bahan masukan bagi pihak pengelola dalam perbaikan pengelolaan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan, juga sebagai informasi ilmiah yang digunakan sebagai acuan bagi para pihak yang akan melakukan pengembangan penangkaran dan/atau konservasi eksitu macan tutul jawa.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Taman Satwa Cikembulan, Garut, Jawa Barat. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret 2014.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah peta lokasi penelitian, jam tangan, kamera, termometer, hygrometer, meteran, laptop, tally sheet, serta alat tulis. Adapun bahan yang digunakan sebagai obyek penelitian yaitu macan tutul jawa sebanyak enam ekor.

Metode Pengumpulan Data

Data Primer

1. Teknik Pemeliharaan

Data yang dikumpulkan mengenai teknik pemeliharaan macan tutul jawa meliputi:

a) Perkandangan, meliputi: jenis, jumlah kandang, fungsi, konstruksi, ukuran, peralatan dan perlengkapan kandang, daya dukung kandang, suhu dan kelembaban kandang, serta perawatan kandang. Data yang terkait dimensi kandang (lebar, panjang, tinggi) diukur dengan menggunakan meteran.

b) Teknik pemeliharaan dan pemberian pakan, meliputi: jenis, jumlah, sumber, waktu, frekuensi pemberian pakan, cara pemberian pakan, jenis pakan tambahan, serta tempat penyimpanan pakan.

c) Teknik pemeliharaan kesehatan, meliputi: jenis penyakit yang sering dialami oleh macan tutul jawa, cara pencegahan, dan pengobatan. Selain itu sistem sanitasi, yaitu pemeliharaan kebersihan lingkungan dalam maupun luar kandang. d) Aspek reproduksi meliputi: cara macan tutul jawa melakukan reproduksi, serta

perlakuan pengelola dalam proses reproduksi macan tutul jawa.

e) Teknik adaptasi meliputi lamanya macan tutul jawa baru beradaptasi dan perlakuan dalam proses adaptasi.

2. Komponen Kesejahteraan Satwa

(13)

3 a) Kecukupan dari kebutuhan nutrisi (termasuk air) macan tutul jawa dalam

menjaga fungsi fisiologinya.

b) Keberadaan aspek penunjang seperti lingkungan yang sesuai dengan habitat alaminya.

c) Perawatan yang dilakukan pengelola dalam menangani satwa yang sakit serta pencegahannya terhadap penyakit.

d) Perlindungan terhadap macan tutul jawa oleh pihak pengelola Taman Satwa Cikembulan sehingga satwa tidak takut dan stress.

e) Perbandingan antara perilaku macan tutul jawa di habitat alaminya dengan yang ada di Taman Satwa Cikembulan.

Data di atas secara umum diperoleh dengan metode pengamatan lapang secara langsung yaitu mengikuti keeper dalam kegiatan pengelolaan dan pemeliharaan macan tutul jawa, termasuk kegiatan pemberian pakan, pembersihan kandang, pengendalian kesehatan, pengukuran kandang, serta pengukuran suhu dan kelembaban udara kandang. Sementara itu, wawancara dilakukan kepada pihak pengelola Taman Satwa Cikembulan mengenai pemeliharaan dan kesejahteraan macan tutul jawa.

Data Sekunder

Untuk melengkapi data-data pokok tersebut juga dikumpulkan data sekunder sebagai penunjang antara lain berupa:

a) Keadaan umum lokasi penelitian, diperoleh dari orientasi lapangan dan studi literatur.

b) Data mengenai macan tutul jawa khususnya di habitat alami serta habitat buatan melalui penelusuran pustaka dan dokumen.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang diperoleh diolah dan dianalisis dengan menjelaskan semua aspek pemeliharaan serta kesejahteraan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan. Penyajian hasil analisis dilengkapi dengan tabel dan gambar untuk mempermudah pemahaman mengenai teknik pemeliharaan macan tutul jawa.

(14)

Nilai terbobot = bobot x skoring

Penentuan bobot komponen dilakukan berdasarkan tingkat kepentingannya. Komponen bebas dari rasa lapar dan haus memiliki bobot yang paling tinggi sebesar 30%, karena pakan dan air merupakan faktor pembatas bagi kelangsungan hidup satwa. Menurut Thohari (1987) faktor makanan merupakan pemegang peran kunci dalam suatu usaha penangkaran. Nilai bobot bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit diambil dari buku penilaian PKBSI tahun 2012, sedangkan bobot untuk komponen bebas dari ketidaknyamanan lingkungan, bebas dari rasa takut dan tertekan, dan bebas mengekspresikan perilaku alami mengacu pada Ayudewanti (2013), yaitu berturut-turut sebesar 20%, 15%, dan 15% (Tabel 1).

Tabel 1 Bobot parameter kesejahteraan satwa

Komponen Bobot Skoring Nilai kesejahteraan satwa menggunakan rumus:

Skor penilaian = Σ nilai terbobot 5

Skor penilaian selanjutnya dimasukkan dalam klasifikasi penilaian kesejahteraan satwa dengan mengacu pada Peraturan Direktur Jenderal PHKA No. P.6/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi (Tabel 2).

Tabel 2 Klasifikasi nilai kesejahteraan satwa

Klasifikasi Penilaian Nilai (%)

Sangat Baik 80.00 – 100.00

Baik 70.00 – 79.99

Cukup 60.00 – 69.99

Perlu Pembinaan <60.00

Suhu rata-rata harian kandang dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Swarinoto dan Sugiyono 2011):

Suhu rata − rata T = 2 x T pagi + T siang + T sore4

Sedangkan kelembaban udara dihitung dengan rumus:

Kelembaban udara RH = 2 x RH pagi + RH siang + RH sore4

(15)

5

HASIL DAN PEMBAHASAN

Deskripsi Macan Tutul Jawa di Taman Satwa Cikembulan

Macan tutul jawa yang terdapat di Taman Satwa Cikembulan berjumlah enam ekor, terdiri dari empat jantan dewasa, satu betina dewasa, dan satu betina anakan (Gambar 1). Empat macan tutul jawa yang berada di Taman Satwa Cikembulan berasal dari alam hasil tangkapan oleh penduduk, satu berasal dari peliharaan warga yang diserahkan kepada BBKSDA Jawa Barat, sedangkan satu lagi merupakan anak dari macan tutul jawa yang sudah ditangkarkan sebelumnya (Tabel 3). Status macan tutul jawa dalam daftar IUCN Redlist adalah kritis (Critically Endangered) dan merupakan satwa yang dilindungi dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999.

(a) (b)

(c) (d)

(e)

(16)

Tabel 3 Deskripsi macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan No. Nama Jenis

Kelamin Umur Deskripsi Asal/ Sumber Satwa 1 Jagur Jantan 6 tahun Satwa merupakan titipan dari BBKSDA

Jawa Barat kepada Taman Satwa Cikembulan pada 12 Oktober 2009. 2 Ompong Jantan 4 tahun Satwa berasal dari hasil tangkapan warga

Kp. Babakan Cicangkrung, Ds. Kertamandala, Kec. Panjalu, Kab. Ciamis yang diserahkan ke BBKSDA Jawa Barat. Kemudian dititipkan ke Taman Satwa Cikembulan pada 4 Mei 2011.

3 Mayang Betina 4 tahun Satwa berasal dari hasil tangkapan warga Kp. Cipari, Ds. Sukamurni, Kec. Cilawu, Kab. Garut yang diserahkan ke BBKSDA Jawa Barat. Kemudian dititipkan ke Taman Satwa Cikembulan pada 15 September 2011.

4 Sikuning Jantan 4 tahun Satwa berasal dari penyerahan Kapolres Kuningan kepada Taman Satwa Cikembulan pada 16 Oktober 2012. 5 Ibel Jantan 12 tahun Satwa berasal dari hasil sitaan oleh

BBKSDA Jawa Barat yang kemudian dititipkan di Taman Satwa Cikembulan pada 4 Desember 2012.

6 Bulan Betina 3 bulan Hasil perkawinan Jagur dan Mayang. Lahir pada 28 Desember 2013.

Macan tutul jawa yang berasal dari alam langsung dimasukkan ke kandang karantina. Hal ini dimaksudkan agar satwa beradaptasi dengan iklim, cuaca, pakan, dan lingkungan baru. Kesehatan satwa dipantau dan diperiksa secara keseluruhan dalam proses karantina ini, meliputi: kondisi fisik dan perilaku satwa khususnya perilaku makan.

Teknik Pemeliharaan Macan Tutul Jawa di Taman Satwa Cikembulan

Perkandangan

Perkandangan merupakan aspek utama dalam suatu manajemen konservasi eksitu. Hal yang perlu dipertimbangkan dalam aspek perkandangan diantaranya jenis, jumlah, ukuran, konstruksi, peralatan, perlengkapan, dan daya dukung kandang. Selain itu perlu juga dikaji suhu dan kelembaban kandang serta pemeliharaan kandang.

1. Jenis, Jumlah, dan Ukuran Kandang

(17)

7 serta satunya lagi ditempati oleh sepasang (Jagur dan Mayang) dan satu individu anakan (Bulan). Kandang permanen ini memiliki ukuran yang berbeda-beda (Tabel 4). Kandang macan tutul yang ada di Taman Satwa Cikembulan terdiri dari kandang main/display (Gambar 2) dan kandang inap (Gambar 3). Kandang main/display merupakan kandang yang biasa digunakan untuk memperagakan satwa serta tempat main bagi satwa. Sementara itu, kandang inap merupakan kandang yang biasa digunakan satwa untuk beristirahat dan berlindung dari cuaca ekstrem seperti hujan dan kedinginan. Kandang inap memiliki sistem tertutup seperti ruangan, letaknya berdekatan dengan kandang main/display, untuk memudahkan satwa dalam berpindah maupun dipindahkan.

Tabel 4 Ukuran dan luasan kandang macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan

Nama Ukuran (m) Keterangan

Jagur Panjang : 28.20 Lebar : 6.00 Tinggi : 3.00

Terdiri dari kandang main/display dan kandang inap (5.20 x 5.00 x 2.00 meter3)

Terdiri dari kandang main/display dan kandang inap (6.60 x 3.60 x 2.00 meter3) Ibel Panjang : 17.50

Lebar : 8.05 Tinggi : 4.20

Terdiri dari kandang main/display dan kandang inap (5.00 x 5.00 x 2.00 meter3) Mayang Panjang : 28.20

Lebar : 6.00 Tinggi : 3.00

Terdiri dari kandang main/display dan kandang inap (5.20 x 5.00 x 2.00 meter3) bebas. Rekomendasi mengenai ukuran kandang menurut Environment and Heritage Service (2004) sekurang-kurangnya memiliki luasan 28 m2 per ekor dan tinggi kandang 3-3.50 m. Kandang main/ display di Taman Satwa Cikembulan sudah memenuhi syarat minimum karena rata-rata ukuran kandangnya yaitu 102.09 m2 dengan tinggi rata-rata 3.45 m2. Kandang inap cenderung berukuran lebih kecil dibandingkan dengan kandang main/display, namun begitu ukuran kandang inap sudah cukup sesuai jika mengikuti rekomendasi yang ditetapkan di Jerman yaitu 25 m2 (Bush et al. 1987).

(18)

(a) (b)

(c) (d)

Gambar 2 Kandang display di Taman Satwa Cikembulan: (a) Jagur, Mayang, dan Bulan; (b) Ompong; (c) Sikuning; (d) Ibel

Gambar 3 Kandang inap macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan

2. Kontruksi Kandang

(19)

9 semak. Atap kandang berkontruksi kawat ram sehingga sinar matahari dapat langsung masuk ke dalam kandang. Lebih dari 50% ruangan yang terdapat di dalam kandang adalah ruang terbuka yang dapat ditembus oleh sinar matahari. Menurut Prahara (1999), minimal 70% dari kandang harus merupakan ruang terbuka dan dapat ditembus oleh sinar matahari. Menurut Prijono dan Handini (1998), sinar matahari pagi berfungsi membantu pembentukan vitamin D, dapat membunuh kuman penyakit dan akan mengurangi kelembaban di dalam kandang. Kandang yang lembab akan mempermudah penyebaran kuman penyakit.

Sementara itu kandang inap berkontruksi beton dengan jeruji pada bagian depannya. Namun begitu, bagian depan kandang inap ini tidak bisa terlihat dari luar melainkan harus masuk terlebih dulu ke dalam ruangan khusus yang biasa dimasuki pengelola dalam pemberian pakan dan pembersihan kandang. Di dalam kandang inap terdapat dipan kayu yang dapat dimanfaatkan untuk beristirahat. Pintu yang menghubungkan antara kandang inap dengan kandang main/ display berupa pintu besi.

3. Peralatan, Perlengkapan, dan Daya Dukung Kandang

Adanya peralatan, perlengkapan, dan daya dukung di dalam kandang sangat berperan penting bagi macan tutul jawa sehingga dapat merasa nyaman, tidak stres, serta dapat berperilaku alamiah seperti berada di habitat alaminya. Perlengkapan yang ada dalam kandang disesuaikan dengan kebutuhan macan tutul jawa. Kandang macan tutul jawa memiliki tempat beristirahat berupa dipan (shelter), kandang inap (cover), kolam air untuk minum, serta batang-batang pohon untuk mainannya (Gambar 4).

(a) (b)

(c)

(20)

Tempat bersitirahat macan tutul jawa berbentuk dipan kayu atau menyerupai rumah beratap dengan ketinggian rata-rata 2 m di atas permukaan tanah. Hal ini sesuai rekomendasi Environment and Heritage Service (2004) bahwa dalam kandang harus disediakan papan tidur panggung. Kandang inap berupa ruangan yang terdapat di samping kandang main/ display, di dalamnya berisi dipan berukuran 1.50 x 1.50 m yang dapat digunakan untuk beristirahat. Sementara itu kolam air (berdiameter 2.20 m) dibuat untuk memudahkan satwa dalam aktivitas minum. Batang pohon sengaja disediakan di setiap kandang. Hal ini karena macan tutul merupakan satwa yang senang memanjat serta bertengger untuk beristirahat. Selain itu, macan tutul gemar mencakar-cakar batang pohon.

Menurut Mallapur et al. (2002), pengayaan lingkungan yang berpengaruh pada aktivitas macan tutul diantaranya adalah papan tidur, dahan pohon, dan pohon. Macan tutul akan lebih menghabiskan waktunya untuk beraktivitas di zona yang banyak pengayaan dalam kandang dibandingkan dengan zona yang sedikit pengayaannya. Walaupun dalam kandang macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan tidak diberikan pengayaan berupa pohon asli, satwa masih tetap menunjukan perilaku yang normal. Pengayaan lain yang dapat dilakukan yaitu metode pemberian pakan (menyembunyikan pakan di sekitar kandang atau memberi pakan yang berbeda) dan menambahkan tanaman di dalam kandang (Environment and Heritage Service 2004).

4. Suhu dan Kelembaban Kandang

Rata-rata suhu harian kandang yaitu 25.0⁰C, dengan suhu rataan pada pagi hari 22.9⁰C, siang hari 28.3⁰C, dan sore hari 25.7⁰C (Gambar 5). Kondisi kelembaban udara di lokasi tersebut disajikan pada Gambar 5. Kelembaban udara rata-rata harian yaitu 81-90% dengan rataan pada pagi hari 90%, siang hari 87%, dan sore hari 89%.

Gambar 5 Rata-rata suhu dan kelembaban udara dalam kandang macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan

(21)

11 Nasional Gunung Halimun Salak yang memiliki suhu rataan 31.5⁰C dan kelembaban rata-rata 88%. Kondisi suhu dan kelembaban udara di Taman Satwa Cikembulan cukup sesuai bagi macan tutul jawa karena masih masuk dalam rentang suhu dan kelembaban udara habitat macan tutul jawa di alam.

5. Perawatan Kandang

Perawatan kandang bertujuan agar macan tutul jawa dapat hidup sehat dan terhindar dari penyakit. Kegiatan ini meliputi pembersihan kandang dari sisa-sisa pakan dan feses macan tutul jawa (Gambar 6). Pembersihan kandang dilakukan setiap hari. Zat desinfektan diberikan dalam pembersihan kandang sekali dalam seminggu. Pembersihan kandang dilakukan dengan cara menyemprotkan air dengan menggunakan selang plastik ke dalam kandang. Air yang digunakan berasal dari air sungai di sekitar lokasi. Selain itu, pembersihan areal sekitar kandang juga dilakukan agar kebersihan tetap terjaga dan menjauhkan satwa dari bibit-bibit penyakit.

(a) (b)

Gambar 6 Kegiatan pemeliharaan kandang di Taman Satwa Cikembulan: (a) pembersihan kandang oleh keeper; dan (b) zat desinfektan yang digunakan

Menurut Setio dan Takandjandji (2007), tindakan yang diperlukan untuk menjaga kebersihan kandang, antara lain adalah:

a) Mengeruk, menyikat, dan menyapu kotoran yang melekat pada bagian-bagian kandang untuk dibuang pada tempat pembuangan yang telah disiapkan.

b) Menyemprot atau menyiram dengan air pada bagian kandang yang telah dibersihkan secara rutin dua kali sehari.

c) Menyemprot kandang dengan desinfektan secara reguler 1 bulan sekali.

Teknik Pemeliharaan dan Pemberian Pakan

Pakan merupakan faktor pembatas dalam kehidupan makhluk hidup, termasuk satwa di lembaga konservasi eksitu. Pakan yang baik akan berpengaruh baik pada kesehatan dan reproduksi satwa. Aspek pakan meliputi jenis, jumlah, sumber, penyediaan dan penyimpanan pakan, waktu, frekuensi, dan cara pemberian pakan, serta jenis pakan tambahan.

1. Jenis, Jumlah, dan Sumber Pakan

(22)

Jumlah pakan yang diberikan tergantung pada jenis kelamin dan umur satwa. Pakan yang diberikan untuk jantan dewasa sebanyak 1.50 – 2 kg daging sapi mentah dan 1 ekor daging ayam mentah (setara dengan 1 – 1.50 kg). Pakan untuk betina dewasa yaitu 1 kg daging sapi mentah dan 1 ekor daging ayam mentah, sedangkan pakan untuk anakan yaitu 1 ekor daging ayam mentah. Perbedaan jumlah pakan yang diberikan antara jantan dan betina disesuaikan dengan kondisi macan tutul di alam. Menurut Friedman dan Traylor-Horzer (2008), jantan memegang wilayah teritori yang lebih besar yang meliputi 2 - 3 wilayah betina, sehingga jantan memerlukan sumber energi yang lebih banyak. Adapun sumber pakan di Taman Satwa Cikembulan berasal dari distributor daging sapi impor di Bandung.

(a) (b)

Gambar 7 Pakan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan: (a) daging sapi mentah dan (b) daging ayam mentah

Menurut Bailey (1993), konsumsi harian rata-rata macan tutul dewasa jantan di alam adalah 3.50 kg dan betina 2.80 kg, sedangkan di Taman Satwa Cikembulan konsumsi harian jantan adalah 3 – 3.50 kg dan betina 3 kg. Hal ini mengindikasikan bahwa kebutuhan pakan macan tutul jawa sudah tercukupi. Sebaiknya, selain itu juga diberikan suplemen agar kebutuhan nutrisinya terpenuhi (Environment and Heritage Service 2004).

2. Penyediaan, Penyimpanan, dan Cara Pemberian Pakan

Pakan yang akan diberikan sebelumnya disimpan dahulu di dalam lemari es (freezer). Pembekuan pakan ini dilakukan agar tidak terjadi pembusukan pakan yang disimpan. Kualitas pakan yang diberikan kepada macan tutul jawa diutamakan agar macan tutul jawa dapat sehat dan terhindar dari penyakit. Hines (2014) mengatakan persediaan pakan harus disimpan dalam freezer dengan suhu -18 sampai -230C. Setiap kenaikan 150C, maka daya tahan pakan akan berkurang 50%. Pakan diberikan tanpa melalui pengolahan. Tahapan penyediaan pakan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan sebagai berikut (Gambar 8):

(23)

13 b) Pembagian pakan. Pakan yang telah dicairkan selanjutnya dipotong/ dibagi sesuai jumlah individu dan jenis kelamin macan tutul jawa yang akan diberikan pakan.

c) Pemberian pakan. Pakan yang telah dibagi kemudian diberikan langsung kepada setiap individu macan tutul jawa. Pakan diberikan di kandang inap, melalui celah khusus atau jeruji pada kandang inap. Di bagian dalam kandang tidak ada tempat khusus untuk pakan sehingga satwa langsung memakan pakan yang berada di lantai kandang. Pakan yang tidak dikonsumsi satwa selama 24 jam atau lebih harus dibuang (Hines 2014).

(a) (b)

(c)

Gambar 8 Tahapan penyediaan pakan di Taman Satwa Cikembulan: (a) pencairan pakan beku; (b) pembagian pakan; dan (c) pemberian pakan

3. Waktu dan Frekuensi Pemberian Pakan

Pakan diberikan secara rutin setiap hari pada sore hari antara pukul 17.30 - 18.00 WIB. Frekuensi pemberian pakan diberikan satu kali sehari, namun pada Kamis sore macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan dipuasakan atau tidak diberi makan. Ini dimaksudkan agar satwa tidak obesitas dan untuk meniru kehidupan liarnya, karena di alam macan tidak selalu mendapatkan mangsa setiap harinya. Selain itu tindakan mempuasakan ini dimaksudkan untuk menjaga nafsu makannya sebagai karnivora, karena menurut Dierenfeld (1987) nafsu makan dan kondisi tubuh mamalia besar karnivora di penangkaran membaik jika dipuasakan sehari atau dua hari dalam seminggu.

Teknik Pemeliharaan Kesehatan

(24)

faktor penting yang akan menentukan keberhasilan penangkaran macan tutul jawa. Aspek kesehatan mencakup jenis penyakit yang sering diderita oleh macan tutul jawa, cara pencegahan, serta pengobatannya.

Pemantauan kesehatan terhadap macan tutul jawa dilakukan secara rutin setiap hari oleh dokter hewan dan keeper. Satwa yang tidak sehat dapat terlihat dari kondisi tubuh dan perilaku makannya. Sejauh ini, macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan dapat dikategorikan sehat. Ini karena masih baiknya nafsu dan perilaku makan setiap individu. Selain itu, kondisi tubuh macan tutul tidak ada yang kurus. Adapun tindakan pencegahan penyakit yang dilakukan meliputi pemberian vaksin, pemeriksaan kesehatan rutin setiap minggunya (namun harinya tidak menentu), serta manajemen nutrisi, perkandangan, dan sistem sanitasi. Menurut Environment and Heritage Service (2004), harus ada pemisahan antara satwa yang sakit atau terluka jika dalam satu kandang lebih dari satu individu. Selain itu, pengontrolan rutin terhadap parasit dan vaksinasi, serta pencatatan kesehatan perlu dilakukan oleh pengelola. Kegiatan vaksinasi dan pencatatan riwayat kesehatan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan belum rutin dan masih kurang lengkap.

Aspek Reproduksi

Macan tutul betina memiliki pola polyestrus, yaitu mengalami beberapa kali birahi dalam satu tahun. Di penangkaran, periode pematangan telur terjadi setiap tiga minggu sekali dengan masa subur selama 4 – 12 hari. Jumlah anak per kelahiran adalah 1 – 3 ekor.

Macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan jumlahnya masih terbatas, terlebih betina dewasa. Macan tutul jawa yang berkelamin betina jumlahnya hanya satu yaitu Mayang. Pada masa awal kedatangannya setelah proses adaptasi, Mayang langsung dikandangkan dengan Jagur. Setelah perkiraan 2 tahun beradaptasi, Jagur mengalami kematangan berreproduksi pada umur 5 tahun sedangkan Mayang pada umur 3 tahun. Macan tutul mulai mengalami kematangan reproduksi pada umur 2 – 2.5 tahun (Karma Cats 2010). Pada Oktober 2013, Mayang diketahui bunting danada 28 Desember 2013, Mayang melahirkan 2 (dua) ekor anak. Namun pada saat itu, satu anak dimakan oleh induknya. Sementara anak satunya lagi diberi nama Bulan oleh pengelola. Menurut Karma Cats (2010), masa kebuntingan macan tutul sekitar 90-105 hari (rata-rata 96 hari) sehingga dapat diperkirakan Mayang mengalami kebuntingan sejak September 2013.

Semenjak 29 Desember 2013 hingga akhir penelitian (bulan Maret 2014), kondisi Bulan masih dalam perawatan induknya di kandang inap. Penyapihan akan dimulai ketika proses penyusuan sudah berlangsung antara 3-4 bulan. Anakan akan terus bergantung kepada induknya sampai umur 12-18 bulan dan kemungkinan tidak dilepaskan oleh induknya hingga umur 2-3 tahun (Karma Cats 2010).

Di bawah pengawasan dan pemeliharaan dalam kandang, macan tutul dapat hidup hingga usia dua puluh tiga tahun (Grzimek 1975). Adapun usia macan tutul di alam diperkirakan antara 7-9 tahun (Guggisberg 1975) dan 12-17 tahun (Garman 1997).

Teknik Adaptasi

(25)

15 karena dapat ditemukan di setiap tipe hutan, savana, padang rumput, semak, setengah gurun, hutan hujan tropis berawa, pegunungan yang terjal, hutan gugur yang kering, hutan konifer, sampai sekitar pemukiman (Cat Specialist Group 2002). Tingkat adaptasi macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan tergolong baik. Masa karantina bagi macan tutul selama 1 minggu. Teknik atau perlakuan yang diberikan oleh pengelola yaitu dengan cara menempatkan macan tutul jawa di kandang inap yang sekaligus sebagai kandang karantina. Macan tutul jawa yang sedang beradaptasi diberi perlakuan berupa pemberian pakan hidup yaitu ayam, kelinci, dan marmut. Setelah terbiasa, selanjutnya satwa dipuasakan. Setelah beberapa hari, satwa diberi pakan berupa daging sapi dan daging ayam mentah. Jika macan tutul memakan pakan ini, maka selanjutnya macan tutul sudah dipastikan mampu beradaptasi dan segera dikeluarkan ke dalam kandang main/display.

Tingkat Kesejahteraan Macan Tutul Jawa di Taman Satwa Cikembulan

Tingkat kesejahteraan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan, berdasarkan pengelola sebesar 80.60%, sedangkan berdasarkan pengamat sebesar 65.11% (Tabel 5).

Tabel 5 Rataan nilai kesejahteraan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan

Komponen Rataan Penilaian (%)

Pa Pt

Bebas dari rasa lapar dan haus 106.67 74.00

Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan 92.00 78.67 Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit 86.67 68.89 Bebas untuk berperilaku secara alami 49.33 44.00 Bebas dari rasa takut dan tertekan 68.33 60.00

Total 80.60 65.11

Nilai Sangat Baik Cukup

Keterangan: Pa = Pengelola; Pt = Pengamat

Rataan nilai termasuk kategori sangat baik menurut pengelola dan cukup menurut pengamat. Perbedaan nilai antara pengelola dan pengamat karena penilaian pengelola yang diberikan pada setiap komponen kesejahteraan satwa hanya berdasarkan pengalaman dan pengamatan fisik satwa, sedangkan penilaian pengamat diperoleh dari hasil wawancara dan obeservasi lapang yang dikaitkan dengan literatur dan studi pustaka. Deskripsi praktik pengelolaan termasuk hal terpenting yang sudah baik dan hal yang perlu diperbaiki dibahas berdasarkan masing-masing komponen sebagai berikut:

1. Bebas dari rasa lapar dan haus

(26)

menyebabkan persentase pada komponen bebas dari rasa lapar dan haus sama untuk semua individu macan tutul jawa (Lampiran 2).

Adanya perbedaan persentase menurut pengelola dan pengamat diakibatkan adanya perbedaan dalam skoring. Hal yang sudah baik pada komponen ini yaitu ketercukupan jumlah pakan dan frekuensi pemberian pakan untuk macan tutul jawa dilakukan secara rutin. Sementara itu, hal yang perlu diperbaiki yaitu daftar/ menu pakan seharusnya dibuat dan penimbangan rutin berat tubuh satwa dilakukan. Pakan yang disediakan oleh pengelola hanya tetap pada daging sapi dan daging ayam mentah saja setiap harinya, sehingga daftar/ menu pakan tidak dibuat. Variasi pakan tetap diberikan oleh pengelola berupa daging babi hutan, namun tidak diberikan secara rutin dan sifatnya situasional. Grzimek (1975) menyatakan macan tutul juga memakan buah-buahan yang manis. Namun begitu, hal tersebut bukan menjadi permasalahan kebutuhan nutrisi bagi macan tutul jawa. Masalah nutrisi bagi karnivora adalah masalah kuantitas dan ketersediaan (availability), bukan kualitas makanan (Bailey 1984). Penimbangan rutin satwapun tidak dilakukan. Padahal penimbangan berat tubuh satwa secara berkala perlu dilakukan guna mengetahui kondisi satwa apakah dalam keadaan kekurangan gizi, normal, atau obesitas.

2. Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan

Komponen bebas dari ketidaknyamanan lingkungan merupakan komponen yang disebabkan oleh cuaca yang tidak sesuai dengan habitat jenis satwa (Ditjen PHKA 2011b). Ecclestone (2009) menyatakan bahwa komponen bebas dari rasa ketidaknyamanan lingkungan yaitu dengan memberikan kondisi lingkungan yang sesuai dan menyenangkan bagi satwa. Pada komponen ini lebih menekankan kepada sistem perkandangan yang ada. Persentase pada komponen ini yaitu 92.00% (pengelola) dan 78.67% (pengamat). Nilai terkecil pada keseluruhan kandang berasal dari poin sistem drainase kandang. Sistem drainase kandang macan tutul yang terdapat di Taman Satwa Cikembulan masih kurang. Hal ini dibuktikan dengan tidak adanya saluran yang jelas dalam pembuangan sisa pakan maupun feses macan tutul jawa. Selain itu, feses yang berada di dalam kandang tidak diangkut melainkan hanya disiram air saja, dengan begitu maka sistem drainase kandang perlu diperbaiki.

Hal yang sudah baik pada komponen ini yaitu ketersediaan ventilasi sehingga sinar matahari masuk, serta jauh dan amannya satwa dari pengunjung. Secara keseluruhan kandang macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan memiliki ventilasi yang baik. Hal ini dikarenakan pagar dan dinding kandang berbahan kawat ram. Suhu dan kelembaban udara kandang macan tutul masih dinilai tidak berpengaruh nyata bagi satwa. Hal tersebut karena macan tutul lebih toleran terhadap temperatur ekstrim dan lingkungan yang kering (Santiapillai dan Ramono 1992).

(27)

17

3. Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit

Komponen bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit memiliki persentase 84.44% (pengelola) dan 68.89% (pengamat). Macan tutul di Taman Satwa Cikembulan dalam kondisi yang sehat dan tidak pernah mengalami gejala sakit maupun penyakit serius. Kondisi kesehatan dan penanganan terhadap kemungkinan satwa sakit merupakan hal yang memiliki nilai tinggi (sangat baik). Akan tetapi, ketersediaan fasilitas peralatan medis dan obat, serta tidak adanya investigasi penyakit pada satwa nilainya masih dibawah rata-rata (buruk) sehingga perlu diperbaiki. Saat ini, Taman Satwa Cikembulan belum memiliki klinik satwa tetap. Adapun klinik hanya sebagai tempat penyimpanan obat yang bersifat sementara dan tidak sesuai dengan prosedur yang seharusnya. Menurut Ditjen PHKA (2011a) fasilitas kesehatan satwa setidaknya memiliki bangunan atau ruang untuk sarana atau fasilitas pemeriksaan kesehatan satwa ataupun perawatan bagi satwa sakit, yang terdiri atas:

a. Bangunan rumah sakit satwa, atau klinik atau ruang rawat satwa akit, stress, dan anak satwa yang memerlukan bantuan perawatan;

b. Bangunan atau ruang laboratorium untuk diagnosa penyakit dan laboratorium penguji kualitas air (untuk akuaria);

c. Bangunan atau ruang karantina beserta fasilitas dan peralatan yang dibutuhkan; d. Ruang isolasi untuk satwa yang sakit atau yang sedang mengalami penyembuhan

atau pemulihan dari pengaruh obat penenang;

e. Raung pemeriksaan dan isolasi untuk satwa yang baru datang;

f. Fasilitas untuk pemeriksaan rutin berupa tempat yang bersih dan berventilasi cukup;

g. Fasilitas untuk pembiusan umum;

h. Fasilitas untuk euthanasia satwa yang sakit kronis atau terserang penyakit menular, perawatan satwa yang stres, sakit, dan terluka atau baru sadar dari pembiusan, yang diberikan berupa ruangan tertutup;

i. Tempat penyimpanan obat-obatan, vaksin, dan produk veteriner berupa lemari terkunci; dan

j. Fasilitas rumah sakit satwa, meliputi meja pemeriksaan, alat bedah, obat dan alat oembiusan, alat pemeriksaan dasar diagnostik, listrik yang cukup, serta obat-obatan yang memadai.

4. Bebas untuk berperilaku secara alami

(28)

menunjukan respon apapun. Sementara itu, Ibel menunjukan perilaku yang menarik perhatian pengamat dengan mendekat dan menggeram pelan. Secara keseluruhan pada komponen ini, hal yang perlu diperbaiki yaitu variasi cara dalam pemberian pakan oleh pengelola dan upaya dari pengelola untuk merubah perilaku alamiah satwa yang sudah cukup lama dikandangkan.

5. Bebas dari rasa takut dan tertekan

Ketakutan merupakan emosi utama yang berpengaruh pada kehidupan satwa, yang dapat mempengaruhi kesejahteraan mental dan fisik, pertumbuhan, dan kemampuan reproduksi satwa (Jones and Waddington 1992). Mencegah satwa dari rasa takut apalagi tertekan merupakan salah satu konsep terakhir dalam kesejahteraan satwa. Komponen bebas dari rasa takut dan tertekan pada macan tutul di Taman Satwa Cikembulan memiliki persentase rataan sebesar 68.33% (pengelola) dan 60.00% (pengamat). Berdasarkan nilai individu, Sikuning dan Ompong memiliki nilai terendah yaitu 64.78% dan 57.89% (Lampiran 2). Kecilnya nilai yang didapatkan disebabkan seringnya satwa menunjukkan gejala stress atau tertekan selama pengamatan. Gejala ini dapat dilihat dari perilaku hariannya, sebagai contoh Ompong selalu diam dan jarang melakukan aktivitas bahkan pada malam hari sekalipun. Hal yang perlu diperbaiki yaitu tindakan preventif dalam mengatasi satwa yang terlihat tertekan seharusnya dilakukan oleh pengelola.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Teknik pemeliharaan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan meliputi aspek perkandangan, pakan, kesehatan, reproduksi, dan adaptasi. Kandang macan tutul jawa belum sesuai walaupun ukuran kandangnya sudah memenuhi syarat minimum ukuran kandang. Pakan yang diberikan sudah sesuai walaupun ketersediaan air bersih masih kurang. Kesehatan satwa tergolong baik dan tidak mengalami penyakit, walaupun ketersediaan fasilitas kesehatan masih kurang lengkap. Reproduksi satwa sudah cukup baik terbukti dengan lahirnya anak dan adaptasi sudah baik. Sementara itu, persentase tingkat kesejahteraan macan tutul menurut pengelola yaitu 80.60% dengan kategori sangat baik sedangkan menurut pengamat yaitu 65.11% dengan kategori cukup.

Saran

Teknik pemeliharaan dan tingkat kesejahteraan yang telah dikaji selanjutnya perlu untuk ditindaklanjuti untuk perbaikan bagi Taman Satwa Cikembulan, khususnya bagi macan tutul jawa di lokasi tersebut. Saran yang dapat diberikan yaitu:

(29)

19 2. Perlu pelibatan tenaga medis/ dokter hewan dalam penentuan pakan, juga

penyediaan fasilitas medis dan obat-obatan bagi satwa.

3. Perlu upaya pengelola untuk membuat satwa berperilaku alami dengan penambahan pengayaan lingkungan berupa pohon serta semak dan pengayaan dalam pemberian pakan, baik variasi pakan maupun cara memberikan pakan. 4. Keeper harus tetap senantiasa memelihara satwa dengan memegang prinsip

kesejahteraan satwa.

DAFTAR PUSTAKA

Ario AS, Sunarto S, Sanderson J. 2008. Panthera pardus ssp melas. IUCN 2013. IUCN Red List of Threatened Species [Internet]. [diunduh 2014 Jan 2]. Tersedia pada: http://www.iucnredlist.org/details/15962/0

Ayudewanti AN. 2013. Pengelolaan dan tingkat kesejahteraan gajah sumatera (Elephas maximus sumatranus Temminck, 1847) di Taman Margasatwa Ragunan [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Bailey JA. 1984. Principles of Wildlife Management. New York (US): John Wiley and Sons.

Bailey TN. 1993. The African Leopard: A Study of The Ecology and Behavior of A Solitary Felis. New York (US): Columbia University Press.

Bush M, Philips L, Montali R. 1987. Clinical Management of Captive Tigers. In Tiger of the world. Eds. RL Tilson and US Seal. New Jersey (US): Noyes Publication.

Cat Specialist Group. 2002. Panthera pardus. IUCN 2013. IUCN Red List of Threatened Species [Internet]. [diunduh 2014 Apr 15]. Tersedia pada: http://www.iucnredlist.org/details/15954/0

[CITES] Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora. 2013. Appendices I, II, and III. Geneva (CH): International Environmnet House. Chemin des Anemones.

Dierenfeld ES. 1987. Nutritional Considerations in Captive Tiger Management. In Tiger of The World Eds. RL Tilson and US Seal. New Jersey (US): Noyes Publication.

[Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam. 2011a. Peraturan Direktur Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) No. P.6/IV-SET/2011 tentang Pedoman Penilaian Lembaga Konservasi. Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam.

[Ditjen PHKA] Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam. 2011b. Peraturan Direktur Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) No. P.9/IV-SET/2011 tentang Pedoman Etika dan Kesejahteraan Satwa di Lembaga Konservasi Jakarta (ID): Direktorat Jenderal Pelestarian Hutan dan Konservasi Alam.

(30)

Environment and Heritage Service. 2004. Guidence on the Keeping of Leopard (Panthers), Puma (Cougar) and Jaguars. Belfast (UK): Department of Environment.

Friedman Y, Traylor-Horzer K. 2008. Leopard (Panthera pardus) Case Study. Mexico City (MX): NDF Workshop Case Studies.

Garman A. 1997. Leopard (Panthera pardus) [Internet]. [diunduh 2014 Apr 12]. Tersedia pada: http://dspace.dial.pipex.com/agarman/leopard.htm. melas Cuvier, 1809) di lansekap terfragmentasi di Jawa Tengah [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Hanski I. 1998. Metapopulation Dynamics. Nature Vol. 396 [Internet]. [diunduh 2014 Jan 2]. Tersedia pada: http://www.nature.com.

Hines R. 2014. Diet feeding and nutritional careof captive tigers lions and leopards [Internet]. [diunduh 2014 Mei 1]. Tersedia pada: http:// http://www.2ndchance.info/bigcatdiet.htm.

Jones RB, Waddington D. 1992. Modification of fear in domestic chicks, Gallus gallus domesticus, via reguler handling and early enviromental enrichment. Animal Behaviour 43: 1021-1033.

Lekagul B, McNeely JA. 1977. Mammals of Thailand. Bangkok (TH): Sahakarnbath Co.

Karma Cats. 2010. Leopards (Panthera pardus) [Internet]. [diunduh 2014 Mei 19]. Tersedia pada: http://karmacats.org.au.

Mochamad EAA. 2009. Studi karakteristik dan preferensi habitat macan tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier 1809) di Taman Nasional Ujung Kulon. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yang Dilindungi.

Prahara W. 1999. Pemeliharaan, Penangkaran, dan Penjinakan Kakatua. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Prijono SN, Handini S. 1998. Memelihara, Menangkar dan Melatih Nuri. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Primack RB, Supriyatna J, Indrawan M, Kramadibrata P. 1998. Biologi Konservasi. Jakarta (ID): Yayasan Obor Indonesia.

Santiapillai C, Ramono WS. 1992. Status of the Leopard (Panthera pardus) in Java, Indonesia. Tigerpaper XIX:1-5.

Setio P, Takandjandji M. 2007. Konservasi ex situ burung endemik langka melalui penangkaran. Di dalam: Konservasi dan Rehabilitasi Sumberdaya Hutan. Prosiding Ekspose Hasil-hasil Penelitian; 20 September 2006. Bogor (ID): Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam Bogor.

(31)
(32)
(33)

25

Lampiran 2 Rekapitulasi tingkat kesejahteraan macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan

Komponen Ibel Jagur Sikuning Mayang Ompong

Pa Pt Pa Pt Pa Pt Pa Pt Pa Pt

1 106.67 76.67 106.67 73.33 106.67 73.33 106.67 73.33 106.67 73.33

2 95.56 82.22 95.56 84.44 95.56 80.00 95.56 84.44 77.78 62.22

3 86.67 68.89 86.67 68.89 86.67 68.89 86.67 68.89 86.67 68.89

4 41.67 38.33 56.67 55.00 50.00 41.67 56.67 55.00 41.67 30.00

5 68.33 61.67 68.33 61.67 68.33 60.00 68.33 61.67 68.33 55.00

Total 398.89 327.78 413.89 343.33 407.22 323.89 413.89 343.33 381.11 289.44

Rataan 79.78 65.56 82.78 68.67 81.44 64.78 82.78 68.67 76.22 57.89

Nilai B C A C A C A C B D

Keterangan: Komponen 1: Bebas dari rasa lapar dan haus; Komponen 2: Bebas dari ketidaknyamanan lingkungan; Komponen 3: Bebas dari rasa sakit, luka, dan penyakit; Komponen 4: Bebas untuk berperilaku secara alami; Komponen 5: Bebas dari rasa takut dan tertekan; Pa: Pengelola; Pt: Pengamat

(34)
(35)

23

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sukabumi pada tanggal 9 Juni 1992. Penulis merupakan putra kedua dari dua bersaudara pasangan Bapak Media Achmad Suhendra dan Ibu Yeni Sri Rahayu. Pendidikan formal ditempuh di TK Tunas Karya Goalpara Sukabumi, SD Negeri 2 Cidadap Sukabumi, SMP Negeri 9 Kota Sukabumi, dan SMA Negeri 1 Kota Sukabumi. Tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN (Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri) dan tahun 2011 penulis tercatat sebagai mahasiswa Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan IPB. Selama menempuh pendidikan di IPB, penulis aktif sebagai pengurus dalam Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (Himakova) periode 2011 – 2012 dan 2012 – 2013.

Gambar

Tabel 1  Bobot parameter kesejahteraan satwa
Gambar 1   Individu macan tutul di Taman Satwa Cikembulan: (a) Jagur; (b) Ompong; (c) Mayang dan Bulan; (d) Sikuning; dan (e) Ibel
Tabel 3  Deskripsi macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan
Tabel 4  Ukuran dan luasan kandang macan tutul jawa di Taman Satwa Cikembulan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aset keuangan dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan untuk dimiliki selama periode tertentu, dimana akan dijual

Setelah ditetapkan model yang digunakan, maka penelitian selanjutnya akan menyiapkan data sekunder yang didapat dari Pemerintah Provinsi DKI Jakarta tentang variabel-variabel

kelas VIII A sebagai subyek penerima tindakan dan guru matematika sebagai subyek pemberi tindakan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode observasi,

T I Eldho, Department of Civil Engineering, IIT Bombay..

Tingkat akurasi perbandingan Wavelet Daubechies dan MFCC antara data asli dan data dengan penambahan noise 30dB, 20dB, dan 10dB dapat dilihat pada Gambar 29. Gambar

Kinerja Pelayanan Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Daerah Istimewa Yogyakarta yang ditunjukkan dengan tingkat capaian kinerja SKPD berdasarkan sasaran/target

Jumlah rorak dan saluran peresapan harus mampu menampung aliran permukaan baik berdasarkan curah hujan rencana maupun curah hujan tertinggi selama penelitian.Unit

(2) Faktor proses pemberdayan dan modal sosial (social capital) merupakan faktor yang paling efektif dalam menjembatani pengaruh modal fisik (physical capita[),