• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah bagi umkm dan efektivitas pembiayaan mudharabah bagi umkm (studi kasus : pada bmt x jakarta)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan mudharabah bagi umkm dan efektivitas pembiayaan mudharabah bagi umkm (studi kasus : pada bmt x jakarta)"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PERMINTAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BAGI UMKM

DAN EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MUDHARABAH BAGI

UMKM (Studi Kasus : BMT X Jakarta)

MUFIDA AMALIA AZZAHRAH

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah dan Efektivitas Pembiayaan Mudharabah bagi UMKM pada BMT X Jakarta adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka dibagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)

ABSTRAK

MUFIDA AMALIA AZZAHRAH. Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah bagi UMKM dan Efektivitas Pembiayaan Mudharabah bagi UMKM (Studi kasus : Pada BMT X Jakarta). Dibimbing oleh IRFAN SYAUQI BEIK.

Sektor usaha mikro, kecil dan menengah sangat berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia. Sektor ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 97.16%, sehingga dapat menjadi penyedia lapangan pekerjaan. Pertumbuhan dan perkembangan usaha kecil di Indonesia saat ini belum sepenuhnya diimbangi dengan peningkatan kualitas usaha kecil. Hal ini dikarenakan masih terdapat kendala dalam melakukan usaha dan perkembangan usahanya, yaitu keterbatasan modal. Baitul Maal wat Tamwil (BMT) hadir sebagai penyedia jasa keuangan usaha mikro dengan alternatif penawaran pembiayaan pada sistem bagi hasil, salah satunya yaitu akad pembiayaan Mudharabah. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah dan efektivitas pembiayaan Mudharabah bagi UMKM pada BMT X Jakarta dengan menggunakan metode path analysis dan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah bagi UMKM adalah pendapatan sebelum mendapat pembiayaan Mudharabah, margin pembiayaan dan besaran agunan.Selain itu, hasil path analysis menunjukkan permintaan pembiayaan Mudharabah berpengaruh positif terhadap pendapatan setelah mendapat pembiayaan Mudharabah. Efektivitas pembiayaan Mudharabah pada BMT X Jakarta dinilai secara langsung berdasarkan persepsi nasabah dan didapat hasil penilaian efektivitas pada BMT X Jakarta yang tergolong cukup efektif. Kata kunci: efektivitas, faktor, path analysis, pembiayaan mudharabah

ABSTRACT

(5)

financing and the amount of collateral. In addition, the results of path analysis show that Mudharaba financing demand has a positive effect on earnings prior to Mudharaba financing. Effectiveness of Mudharaba financing in BMT X Jakarta Area is assessed based on the customer perception and the resultsof BMT X Jakarta Area effectiveness is classified as fairlyeffective.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Ilmu Ekonomi

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI

PERMINTAAN PEMBIAYAAN MUDHARABAH BAGI UMKM

DAN EFEKTIFITAS PEMBIAYAAN MUDHARABAH BAGI

UMKM PADA BMT X JAKARTA

MUFIDA AMALIA AZZAHRAH

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah pembiayaan Mudharabah bagi UMKM, dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah bagi UMKM dan Efektivitas Pembiayaan Mudharabah bagi UMKM pada BMT X Jakarta.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Irfan Syauqi Beik selaku pembimbing, serta penghargaan penulis sampaikan kepada Bapak Hendarsa yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Ayah Kholil, Ibu Aning dan adikku atas segala doa dan motivasinya. Selain itu penulis mengucapkan terimakasih kepada Papau, Evan, Tyas, Bodi, Irin, Putri Eka, Uda Fauzi, Nurin, Miska, Anjani, Anisah, Huna, Arisya, Ameli dan sahabat terbaik ekonomi syariah angkatan 47 yang senantiasa membantu dan memberikan doa serta motivasi.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(12)
(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 3

Tujuan Penelitian 4

Manfaat Penelitian 4

Ruang Lingkup Penelitian 5

TINJAUAN PUSTAKA 5

Pembiayaan Syariah 5

Pembiayaan Mudharabah 7

Baitul Maal Wat Tamwil 10

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) 10

Tinjauan Penelitian Terdahulu 12

Kerangka Pemikiran 13

METODE PENELITIAN 16

Jenis dan Sumber Data 16

Lokasi dan Waktu Penelitian 16

Metode Pengambilan Sampel 16

Metode Analisis Data 16

GAMBARAN UMUM BMT 19

HASIL DAN PEMBAHASAN 21

Karakteristik Umum Responden 21

Hasil Path Analysis 22

Analisis Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah 22

Analisis Efektivitas Pembiayaan Mudharabah 28

SIMPULAN DAN SARAN 37

Simpulan 37

(14)

DAFTAR PUSTAKA 38

LAMPIRAN 40

(15)

DAFTAR TABEL

1 Data UMKM dan Usaha Besar Tahun 2011-2012 1

2 Komposisi Mudharabah tahunan pada BUS dan UUS 2

3 Jumlah pembiayaan Mudharabah BMT X 3

4 Kriteria UMKM menurut UU no.20/2008 11

5 Perkembangan BMT X tahunan 20

6 Karakteristik responden berdasarkan usia 21

7 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin 21 8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan 21 9 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha 22 10 Karakteristik responden berdasarkan pendapatan 22

11 Hasil kriteria kesesuaian model Path 25

12 Ringkasan hasil estimasi parameter model 26

13 Pengaruh antar variabel 36

14 Efektivitas tahap prosedur awal pembiayaan 28

15 Efektivitas tahap prosedur pencairan pembiayaan 30 16 Efektivitas tahap penawaran akad pembiayaan 31 17 Efektivitas tahap prosedur pengembalian pembiayaan 33

18 Efektivitas dampak pembiayaan 34

19 Rekapitulasi total skor 35

DAFTAR GAMBAR

1 Skema pembiayaan Mudharabah 9

2 Skema prosedur pembiayaan Mudharabah BMT X 9

3 Kerangka pemikiran 15

4 Diagram jalur lengkap berdasarkan koefisien pengaruh 23

5 Uji-T diagram jalur lengkap 24

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil output path analysis 44

2 Kuesioner penelitian 47

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tantangan terbesar pembangunan Indonesia saat ini dihadapkan pada masalah kemiskinan, pengangguran dan ketahanan pangan. Salah satu upaya yang harus dilakukan pemerintah adalah menggerakkan sektor riil dan mendorong masyarakat melakukan kegiatan ekonomi produktif yang berbasis pada usaha mikro dan kecil. Sektor usaha mikro, kecil dan menengah sangat berperan penting dalam pertumbuhan perekonomian di Indonesia.

Tabel 1 Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB) Tahun 2011-2012

Sumber : Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2013

Data diatas menunjukan pada tahun 2012 sebesar 99.99% dari pangsa unit sektor ini mampu menyerap tenaga kerja sebesar 97.16%, sehingga dapat menjadi penyedia lapangan pekerjaan. Jumlah unit UMKM tahun 2011 dan 2012 mengalami peningkatan yaitu sebesar 55.2 juta unit dan 56.5 juta unit (Tabel 1).

Pertumbuhan dan perkembangan UMKM di Indonesia saat ini belum sepenuhnya diimbangi dengan peningkatan kualitas UMKM. Hal ini dikarenakan masih terdapat kendala dalam melakukan usaha dan perkembangan usahanya. Beberapa kendalanya seperti kurang berkembangnya dalam hal pemasaran (16.96%), keterbatasan teknik produksi (3.07%), persaingan dengan usaha sejenis (15.74%), kesulitan pada sumber bahan baku (23.75%) dan mengalami keterbatasan modal (40.48%) (Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah 2012). Data tersebut menjelaskan permasalahan dengan porsi terbesar yang menjadi kendala sebagian besar UMKM di Indonesia adalah perihal keterbatasan permodalan. Keterbatasan modal akan menyebabkan tidak berkembangnya skala UMKM, keterbatasan investasi dan pengembangan aspek lainnya. Perolehan legalitas formal juga merupakan persoalan mendasar yang dihadapi usaha kecil dan mikro di Indonesia karena tingginya biaya dalam hal kepengurusan perizinan (Tambunan 2009). Umumnya UMKM adalah kurang bankable karena lemahnya akses terhadap sumber permodalan, yaitu kurang

(18)

2 aspek agunan, 17.12% yang mengatakan sulitnya prosedur peminjaman di bank, dan sebesar 5.07% pelaku usaha sama sekali tidak mengetahui prosedur dan tata cara peminjaman di bank (Muftie2011). Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) merupakan lembaga yang dapat memfasilitasi pelaku usaha mikro dan kecil dalam mengakses sumber pembiayaan. Solusi LKMS memenuhi kondisi UMKM dalam menjalankan dan mengembangkan usahanya adalah Baitul Maal wat Tamwil (BMT). Prinsip dalam operasional BMT adalah dengan bagi hasil (syariah) dan menggunakan penawaran pembiayaan syariah serta memberikan fasilitas pinjaman modal bagi pelaku usaha mikro dan kecil yang jumlahnya banyak tapi mengalami kesulitan dalam mengakses modal dari lembaga keuangan formal seperti bank. Peranan BMT dapat menunjang kegiatan pengembangan usaha produktif dalam peningkatan kualitas usaha mikro dan kecil (Kusmuljono 2009).

Alternatif penawaran pembiayaan dalam BMT untuk pelaku UMKM dengan sistem bagi hasil, salah satunya yaitu dengan akad pembiayaan Mudharabah. Statistik perbankan syariah pada Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah pembiayaan Mudharabah pada BUS dan UUS mengalami peningkatan namun rasio pembiayaan Mudharabah pada BUS (bank umum syariah) dan UUS (unit usaha syariah) di Indonesia terhadap jumlah total pembiayaan mengalami penurunan tiap tahunnya (BI 2013). Padahal pembiayaan dengan sistem akad Mudharabah ini sangat berpotensi dan memberikan kemudahan kepada UMKM. Hal itu dikarenakan pada sistem bagi hasil dengan akad Mudharabah, modal sepenuhnya diberikan dari lembaga keuangan kepada pelaku usaha.

Tabel 2. Komposisi Pembiayaan Mudharabah Tahunan yang diberikan BUS dan UUS (dalam milyar rupiah)

Sumber : Statistik Perbankan Syariah, 2013

Data perkembangan rasio pembiayaan Mudharabah pada statistik perbankan syariah menurun dikarenakan sistem pembiayaan bagi hasil (Mudharabah) saat ini masih sangat sulit diterapkan karena bersifat high risk dan lebih besar resikonya untuk lembaga keuangan. Hal tersebut berbeda dengan data jumlah dan rasio pembiayaan Mudharabah pada BMT X.

Tahun Pemb. Mudharabah Total Pembiayaan Rasio Mudharabah (%)

(19)

3 Tabel 3. Komposisi Pemb. Mudharabah Tahunan yang diberikan BMT X

Tahun Pemb. Mudharabah Total pembiayaan Rasio Mudharabah (%)

2007 18423099000 23 532 000 000 78

2008 33477244500 41 559 000 000 81

2009 54 758 743 500 62 412 750 000 88

2010 81 417 482250 94 984 500 000 86

2011 106 550 053 500 115 245 000 000 92 2012 179 804 292 750 192 767 250 000 93

2013 178 952 190 000 203692500000 88

Sumber: BMT X, 2014

Total dan Rasio pembiayaan Mudharabah pada BMT X hampir mengalami tren yang meningkat setiap tahunnya. Pada tahun 2012 dan 2013 jumlah pembiayaan Mudharabah mencapai 179 804 292 750 dan 178 952 190 000, bahkan rasio pembiayaan Mudharabah pada tahun 2012 dan 2013 mencapai 93% dan 88% (Tabel 3). Hal ini mengindikasikan bahwa sistem pembiayaan Mudharabah merupakan akad pembiayaan bagi hasil yang banyak ditawarkan oleh BMT X kepada anggotanya, yaitu UMKM.

Oleh sebab itu, perlu mengetahui faktor permintaan pembiayaan Mudharabah bagi UMKM pada BMT X untuk mengetahui kinerja dari suatu BMT yang akhirnya akan berpengaruh pada keuntungan dari lembaga tersebut. Selain itu, dapat dijadikan evaluasi sistem pembiayaan Mudharabah dan sebagai referensi pengambil kebijakan pada BMT X. Sedangkan tingkat efektivitas dari pembiayaan Mudharabah yang disalurkan BMT X juga merupakan persoalan utama karena pencapaian efektivitas pembiayaan Mudharabah yang diterima oleh UMKM harus sesuai dengan syariah dan tepat sasaran. Purnamasari (2011) menyatakan penilaian efektivitas pembiayaan akan berdampak positif terhadap perkembangan dan tingkat pendapatan usaha bagi nasabah dan BMT. Pengetahuan efektivitas pembiayaan Mudharabah pada BMT diperlukan untuk lebih mengevaluasi sistem pembiayaan bagi hasil (Mudharabah) yang dilakukan BMT X serta meningkatkan potensi sistem pembiayaan Mudharabah pada BMT X maupun BMT lainnya agar terus mendukung perkembangan dan kemajuan pembiayaan Mudharabah bagi UMKM. Ketidakefektifan pembiayaan Mudharabah pada BMT akan memengaruhi pencapaian pembiayaan pembiayaan terhadap perkembangan usaha.

Perumusan Masalah

(20)

4

Prinsip bagi hasil (profit and loss sharing) merupakan landasan dasar bagi sistem perekonomian syariah. Penawaran produk pembiayaan dengan sistem bagi hasil (Mudharabah) pada BMT merupakan salah satu solusi UMKM dalam hal pengembangan usahanya. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang bersifat produktif karena pembiayaan ini disalurkan untuk kebubutahan modal kerja sehingga pergerakan ekonomi pada sektor riil akan semakin meningkat yang kemudian akan mengurangi pengangguran dan meningkatkan pendapatan rakyat (Beik 2006). Akad pembiayaan Mudharabah merupakan salah satu metode yang berpotensi untuk membantu jalannya dan perkembangan skala usaha mikro dan kecil. Namun demikian, data perkembangan pembiayaan Mudharabah pada statistik perbankan syariah menunjukkan penurunan rasio dikarenakan sistem pembiayaan bagi hasil (Mudharabah) saat ini masih sangat sulit diterapkan karena bersifat high risk dan lebih besar resikonya untuk lembaga keuangan. Hal tersebut berbeda dengan data jumlah dan rasio pembiayaan Mudharabah pada BMT X. Penelitian ini mengambil studi kasus pada BMT X Jakarta. Terlepas dari kelebihan akad pembiayaan Mudharabah, diperlukan pengetahuan mengenai faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah yang diberikan BMT X Jakarta, penilaian kinerja BMT, serta efektivitas pembiayaan Mudharabah yang diberikan oleh BMT tersebut untuk menunjang proses ketepatan penyaluran pembiayaan Mudharabah pada UMKM.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka permasalahan yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah:

1. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah bagi UMKM pada BMT X Jakarta?

2. Bagaimana tingkat efektivitas pemberian pembiayaan Mudharabah bagi UMKM pada BMT X Jakarta?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah bagi UMKM pada BMT X Jakarta.

2. Menganalisis tingkat efektivitas pembiayaan Mudharabah bagi UMKM pada BMT X Jakarta.

Manfaat Penelitian

Hasil penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis maupun pihak-pihak lain yang berkepentingan. Adapun manfaat penulisan ini antara lain adalah:

1. Bagi peneliti

(21)

5 2. Bagi Institusi atau LKMS, khususnya BMT X

Sebagai evaluasi dan perbaikan, sehingga dapat meningkatkan kinerja BMT X, serta tetap sejalan dengan konsep ekonomi Islam untuk pelayanan yang lebih baik bagi para anggotanya.

3. Bagi pemerintah

Sebagai referensi dalam kebijakan yang tepat bagi lembaga keuangan mikro syariah (LKMS), khususnya BMT dalam pengembangan sektor usaha yang lebih produktif namun tetap berada pada teori dan tuntunan syariah Islam.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya terbatas pada analisis faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah bagi UMKM serta efektivitasnya pada BMT X Jakarta. Melalui analisis ini, diharapkan dapat menggambarkan seberapa baik kinerja pembiayaan Mudharabah yang dilakukan pada BMT X Jakarta serta mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi pengambilan pembiayaan Mudharabah bagi UMKM yang didasarkan pada efektivitas penyaluran pembiayaan Mudharabah melalui presepsi nasabah. Pengambilan responden UMKM diperoleh dari anggota yang mendapatkan pembiayaan Mudharabah pada BMT X Jakarta. Metode analisis yang digunakan yaitu analisis kuantitafif.

TINJAUAN PUSTAKA

Pembiayaan Syariah

Definisi dan Kriteria Pembiayaan Syariah

Menurut undang-undang nomor 21 tahun 2008, Pembiayaan syariah adalah penyediaan dana atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa-menyewa, transaksi jual beli, atau transaksi pinjam meminjam dalam bentuk piutang berdasarkan kesepakatan antara pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai dan/atau diberi fasilitas dana untuk mengembalikan dana tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan ujrah, tanpa imbalan, atau bagi hasil.

Produk Pembiayaan Syariah pada BMT

Terdapat beberapa jenis produk pembiayaan syariah pada Baitul Mal wat Tamwil, yaitu (Hakim 2011):

Prinsip Pembiayaan Syariah Sewa 1. Al Ijarah

(22)

6

Prinsip Pembiayaan Syariah Jasa 1. Al-Kafalah

Al-Kafalah merupakan akad jaminan oleh penanggung (kafil) kepada pihak ketiga untuk memenuhi kewajiban pihak kedua (yang ditanggung). Lembaga keuangan syariah dapat memperoleh imbalan jasa berupa ujroh atau fee dalam bentuk nominal yang disepakati di awal (Ifham 2010).

2. Al-Hawalah

Al-Hawalah adalah akad pengalihan beban utang dari orang yang berhutang (muhil) menjadi tanggungjawab muhal„alaih (yang berkewajiban membayar utang).

3. Al-Qardh

Al-Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Nasabah mengembalikan pokok pinjaman pada waktu yang telah disepakati (Ifham 2010).

4. Wakalah

Wakalah adalah pelimpahan wewenang dari seseorang kepada pihak lain untuk mengelola harta pada masa hidupnya.

Prinsip Pembiayaan Syariah Jual Beli 1. Bai Al-Murabahah

Al-Murabahah adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan sesuai yang telah disepakati. Pada akad ini, penjual harus transparan mengenai harga produk yang dibeli dan menentukan keuntungan sebagai tambahannya.

2. Salam

Salam adalah transaksi jual beli dengan barang yang diperjualbelikan belum ada dan pembayaran diserahkan secara tunai dengan kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang ditentukan secara pasti.

3. Istishna

Istishna adalah akad jual beli dengan melakukan pembayaran tunai, cicilan atau ditangguhkan selama jangka waktu tertentu.

Prinsip Pembiayaan Syariah Bagi Hasil

Jenis pembiayaan terpenting yang membedakan sistem lembaga keuangan syariah dengan lembaga keuangan konvensional adalah Equity Financing (pembiayaan berbasis ekuitas) dengan skema bagi hasil. Pada umumnya jenis pembiayaan dengan menggunakan sistem bagi hasil untuk pembiayaan usaha, yakni untuk investasi atau modal usaha (Tarsidin 2010). Beberapa produk pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil:

1. Al-Mudharabah

Mudharabah adalah akad kerja sama dalam menjalankan suatu usaha, dimana terdapat pihak Sahibul Mal sebagai penyedia seluruh dana (modal) usaha dan pihak Mudharib sebagai pihak pegelola modal.

2. Musyarakah

(23)

7 Pembiayaan Mudharabah

Definisi Pembiayaan Mudharabah

Mudharabah merupakan jenis transaksi dimana terdapat pihak yang bersyirkah sebagai pemilik dana (Shahibul Mal) dan pihak yang mengelola dana/modal (Mudharib). Lembaga keuangan mikro syariah menjadi pihak Shahibul Mal menyediakan sepenuhnya pembiayaan untuk sebuah usaha yang produktif, kemudian usaha tersebut dikelola sepenuhnya oleh nasabah yang mendapat pembiayaan Mudharabah. Menurut Hakim (2011), Mudharabah menurut ketetapan fatwa DSN MUI adalah akad kerjasama antara kedua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal dan pihak kedua sebagai pengelolaan dana, sedangkan untuk keuntungan usaha dibagi sesuai kesepakatan yang dituangkan didalam kontrak.

Pengertian Mudharabah dalam penghimpunan dana adalah lembaga keuangan bertindak sebagai pihak kedua selaku Mudharib atau pengelola dana sedangkan nasabah bertindak sebagai pemilik dana. Sedangkan pengertian Mudharabah dalam penyaluran dana atau pembiayaan berbeda dengan pengertian Mudharabah dalam penghimpunan dana, yaitu akad kerjasama suatu usaha antara pihak Sahibul Maal yaitu pihak lembaga keuangan yang menyediakan seluruh mdal dengan pihak Mudharib yaitu nasabah yang menjalani usaha dengan membagi nisbah keuntungan usahanya sesuai dengan kesepakatan bersama pada awal kontrak, sedangkan kerugian dalam usaha ditanggung sepenuhnya oleh lembaga keuangan kecuali jika pihak kedua lalai atau melakukan kesalahan yang disengaja dalam usahanya serta menyalahi perjanjian (Hakim 2011).

Mudharib adalah sebagai orang kepercayaan yang harus bertindak hati-hati dan bertanggung jawab untuk setiap kerugian yang terjadi akibat kelalaiannya (Naja 2011). Resiko kerugian usaha dari pembiayaan Mudharabah ditanggung sepenuhnya oleh penyedia dana, kecuali jika terdapat kesalahan pada pengelola dana yang menyebabkan kerugian, maka kerugian tersebut ditanggung oleh pengelola dana/modal. Sedangkan keuntungan usaha dibagi bersama sesuai nisbah bagi hasil yang ditentukan di awal sesuai kesepakatan bersama. Nisbah bagi hasil secara proporsional digunakan dalam distribusi keuntungan pada akad pembiayaan Mudharabah.

Pada fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) No.07/DSN-MUI/IV/2000, dijelaskan ketentuan dalam akad pembiayaan Mudharabah adalah:

1. Pembiayaan Mudharabah adalah pembiayaan yang disalurkan oleh LKS kepada pihak lain untuk usaha yang produktif.

2. LKS sebagai pihak Sahibul Maal dengan membiayai 100% kebutuhan usaha, sedangkan pengusaha bertindak sebagai Mudharib atau pengelola dana.

3. Jangka waktu usaha, tata cara pengembalian dana, dan pembagian keuntungan ditentukan berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak.

4. Mudharib boleh melakukan berbagai macam usaha yang telah disepakati bersama sesuai syariah dan LKS tidak ikutserta dalam manajemen usaha, namun mempunyai hak untuk melakukan pembinaan dan pengawasan.

(24)

8

6. LKS sebagai penyedia dana menanggung semua kerugian kecuali jika pengelola usaha melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

7. Pada prinsipnya, dalam pembiayaan Mudharabah tidak ada jaminan, namun agar Mudharib tidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaminan. Jaminan ini hanya dapat dicairkan apabila Mudharib terbukti melakukan pelanggaran terhadap hal yang telah disepakati dalam akad.

8. Kriteria pengusaha, prosedur pembiayaan, dan mekanisme pembagian keuntungan diatur oleh LKS dengan memperhatikan fatwa DSN

9. Biaya operasional dibebankan pada Mudharib.

10.Penyedia dana tidak melakukan pelanggaran terhadap kesepakatan

Penggunaan akadMudharabah telah dilakukan oleh bangsa Arab sebelum turunya Islam.Selain itu, saat Nabi Muhammad Saw berprofesi sebagai pedagang, beliau melakukan akad Mudharabah dengan Khodijah yaitu bertindak sebagai Mudharib dengan memperjualkan barang milik Khodijah (Karim 2009). Akad pembiayaan Mudharabah diperbolehkan dalam syariah Islam seperti yang dijelaskan dalam Alquran: “Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan hendaklah ia bertaqwa kepada Tuhannya.” (QS 2:283) serta dari Shalih bin Shuhaib r.a. bahwa Rasulullah SAW bersabda, Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkatan: jual beli secara tangguh, Qiradh (mudharabah), dan mencampur gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk dijual (HR. Ibnu Majah).

Nisbah keuntungan pada pembiayaan Mudharabah adalah sebagai imbalan untuk kedua pihak, yaitu pemberi modal dan pelaku usaha. Pelaku usaha mendapatkan imbalan atas kerja kerasnya, sedangkan pemberi modal mendapatkan imbalan atas penyertaan modal dalam usaha (Karim 2009). Pada akad pembiayaan Mudharabah dalam perspektif hukum Islam, lembaga keuangan wajib menjelaskan karakteristik produk pembiayaan, hak dan kewajiban nasabah. Selain itu, kesepakatan yang dilakukan harus dalam bentuk perjanjian tertulis yang bersinergi berdasarkan rukun Mudharabah, yaitu ijab qobul.

Prosedur Pembiayaan Mudharabah

(25)

9

Gambar 1 Skema Mudharabah

Seluruh data yang telah diberikan oleh calon Mudharib (pengelola modal) akan di periksa dan di analisis oleh pihak Shaibul Maal (lembaga keuangan). Pemeriksaan dilakukan untuk memutuskan layak tidaknya calon Mudharib menerima pembiayaan tersebut. Pihak lembaga keuangan akan mengeluarkan surat keputusan pembiayaan Mudharabah disertai dengan angsuran pengembalian dan jumlah pembiayaan. Pada tahap terakhir, pihak lembaga keuangan melakukan pencairan dana kepada nasabah (Mudharib) untuk digunakan secara produktif. Besarnya porsi yang dibayarkan pemberi modal kepada pengelola usaha dapat ditentukan oleh kinerja yang diukur dari tinggi rendahnya profit yang dihasilkan serta besaran pendapatan atau penjualan (Tarsidin 2010).

Pada Gambar 2, dijelaskan prosedur akad pembiayaan Mudharabah yang dilakukan pada BMT X.

Gambar 2 Skema pembiayaan Mudharabah BMT X

Penyaluran pembiayaan Mudharabah pada BMT X diawali dengan pendaftaran menjadi anggota BMT X dan pengisian formulir administrasi pengajuan pembiayaan Mudharabah. Setelah itu, BMT X melakukan survei pada pelaku usaha dan melakukan analisa usaha. Tahap selanjutnya adalah BMT X memutuskan layak tidaknya pelaku usaha dalam mendapatkan pembiayaan Mudharabah.

Menurut Wiroso (2005), asas kepercayaan sangat diperlukan dalam akad kerja sama Mudharabah. Hal itu dikarenakan Sahibul Maal sebagai pihak yang

LKMS 1. Negosiasi

2. Akad Mudharabah

Anggota/Calon Anggota

Usaha

Keuntungan dibagi sesuai kesepakatan

MODAL

Skill/Usaha Modal

Anggota

Mengisi Formulir danKelengkap

an Administrasi

Survei Analisa

Persetujuan Akad

(26)

10

memberikan suatu amanah pengelolaan usaha kepada pihak Mudharib sebagai penerima amanah yang hendaknya meneladani sifat rasul yaitu siddiq, amanah, dan fathanah. Tanpa dilandasi hal tersebut, keadilan dalam akad kerja sama antara pihak pemilik dana dengan pengelola dana tidak akan terjadi.

Baitul Maal wat Tamwil (BMT)

Definisi dan Peranan Baitul Mal wat Tamwil (BMT)

Baitul Mal wat Tamwil adalah lembaga keuangan mikro syariah berbasis koperasi yang menyediakan permodalan bagi masyarakat yang memiliki usaha mikro kecil dan membutuhkan permodalan. Pengertian BMT dapat dilihat dari

kata “Baitul Tamwil” dan “Baitul Maal”. Baitul tamwil adalah pengembangan

usaha produktif dalam pertumbuhan sektor riil. Sedangkan baitul maal adalah kegiatan sosial dalam pendistribusian dana sesuai ketentuan syariah. BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah berperan dalam pengembangan usaha dan kualitas usaha mikro dan kecil. Hal itu dikarenakan BMT dapat lebih menjangkau permodalan yang dibutuhkan masyarakat pelosok dengan usaha-usaha yang telah mereka jalani.

Menurut Heykal dan Huda (2010), BMT memiliki fungsi dan peranan : 1. Pengatur perputaran dan penghimpunan dana. Adanya pihak kekurangan dana

(unit defisit) dan pihak yang memiliki dana berlebih (unit surplus).

2. BMT dapat memberikan informasi kepada masyarakat mengenai risiko keuntungan dan peluang keuntungan.

3. BMT menjadi lembaga keuangan mikro syariah yang merupakan pemberi pembiayaan bagi UMKM dan koperasi dengan tidak meminta jaminan/ agunan.

4. BMT merupakan sumber pendapatan, yaitu salah satu sarana penciptaan lapangan kerja.

5. Sebagai pemberi likuiditas yang mampu memberikan kemampuan untuk memenuhi kewajiban seseorang/ lembaga.

6. Pada masyarakat sekitar, BMT sangat aktif melakukan sosialisasi berupa pelatihan mengenai pentingnya sistem ekonomi Islam.

7. Sebagai lembaga keuangan mikro, BMT selalu aktif melakukan pendanaan, pembinaan, penyuluhan dan pengawasan pada usaha mikro dan kecil.

8. BMT menjadi sarana pendistribusian merata pada ekonomi masyarakat. Langkah dan evaluasi pada BMT merupakan hal terpenting yang harus diperhatikan agar BMT melakukan pembiayaan yang tepat sasaran.

9. Menjadi solusi ekonomi masyarakat yang bergantung pada rentenir. Oleh sebab itu, BMT harus memberikan pelayanan yang baik terhadap masyarakat.

Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM)

Definisi UMKM

(27)

11 tentang UMKM, usaha mikro adalah usaha produktif yang dimiliki perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana yag diatur dalam Undang-Undang tersebut. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud didalam Undang-Undang tersebut. Sedangkan definisi dari usaha menengah yaitu usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang tersebut.

Kriteria UMKM

Mengacu pada Undang-Undang Republik Indonesia nomor 20 Tahun 2008 yang terdapat pada pasal 6, bahwa kriteria usaha kecil dapat dilihat dari segi keuangan dan modal yang dimilikinya, yaitu kriteria usaha mikro adalah memiliki kekayaan bersih maksimal 50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha atau memiliki hasil penjualan tahunan maksimal 300 juta. Kriteria untuk usaha kecil adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta sampai maksimal 500 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta memiliki hasil penjualan tahunan melebihi 300 juta sampai 2.5 milyar. Sedangkan kriteria usaha menengah adalah memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta sampai 10 milyar tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha serta memiliki hasil penjualan tahunan melebihi 2.5 milyar sampai maksimal sebesar 50 milyar (Tabel 4).

Tabel 4 Kriteria UMKM menurut UU No.20/2008

Jenis Usaha Aset Omset

Usaha Mikro < 50 juta < 300 juta

Usaha Kecil 50 - 500 juta 300 juta – 2.5 milyar Usaha Menengah 500 juta - 10 milyar 2.5 milyar – 50 milyar

Selain itu, definisi UMKM menurut BPS berdasarkan tenaga kerja. Usaha mikro adalah unit usaha dengan jumlah pekerja tetap maksimal 4 orang, usaha kecil dari 5 sampai 9 orang pekerja dan usaha menengah dari 20 sampai 99 orang pekerja. Sedangkan Bank Indonesia (BI) mendefinisikan UMKM dengan dua kriteria. Kriteria yang pertama berdasarkan aset, omset, dan badan hukum. Kriteria yang kedua berdasarkan kredit yang diterima oleh pengusaha. Usaha mikro adalah usaha yang dapat menerima kredit hingga Rp 50 juta. Sedangkan usaha kecil adalah usaha yang dapat menerima kredit mulai dari Rp 50 juta hingga Rp 500 juta. Lalu usaha menengah adalah usaha yang dapat menerima kredit dari Rp 500 juta sampai Rp 5 miliar.

Permasalahan UMKM

(28)

12

hambatan dalam proses melakukan usaha serta perkembangan skala usahanya sehingga hasilnya belum memuaskan.

Seiring dengan berjalannya waktu, UMKM telah menjadi pusat perhatian karena pengetahuan yang kurang dalam menjakankan usahanya, padahal pengaruhnya sangat besar bagi Indonesia. UMKM menghadapi kendala-kendala antara lain kurang pengetahuan pengelolaan dan pengembangan usahanya, lemahnya pada bidang pemasaran dan masalah yang sering dihadapi usaha mikro dan kecil adalah kurangnya pada sisi permodalan. Kondisi pasar yang dihadapi pada UMKM adalah persaingan monopolistik yang merupakan fakta yang harus diperhatikan.Maka untuk mengatasinya, UMKM harus merencanakan strategi bisnisnya yang tepat (Sartika dan Rachman 2002).

Penelitian Terdahulu

Aryati (2006), mengenai analisis permintaan dan efektivitas pembiayaan usaha kecil pada KBMT Khidmatul Ummah Bogor dengan metode analisis regresi linier berganda untuk mengetahui faktor pengaruh permintaan serta analisis deskriptif untuk melihat efektivitas pembiayaan yang diberikan. Hasil penelitian menyatakan bahwa pembiayaan dipengaruhi secara nyata oleh faktor ekonomi (skala usaha), faktor non ekonomi (lama menjadi nasabah dan jenis usaha nasabah). Efektivitas pembiayaan dikatagorikan cukup efektif. Beberapa tolak ukur masih dinilai kurang memuaskan, antara lain kesesuaian pengajuan dengan realisasi pembiayaan. Pencapaian tujuan pembiayaan mikro belum berdampak positif terhadap peningkatan keuntungan usaha dan pendapatan usaha sehingga tujuan pembiayaan belum sepenuhnya tercapai.

Penelitian Hasma (2005) mengenai faktor yang memengaruhi keputusan nasabah dalam mengambil pembiayaan pada Bank BNI Syariah. Peneltian ini menggunakan analisis deskriptif dengan responden sebanyak 100 yang diteliti. Hasilnya adalah 35% menyatakan alasan mereka mengambil pembiayaan pada bank syariah dipengaruhi oleh faktor pelayanan pegawai, kepuasan terhadap sarana dan prasarana yang memadai serta manajemen dan nama baik bank yang sudah dikenal dikalangan masyarakat. Faktor lokasi bank tidak berpengaruh signifikan terhadap keputusan nasabah.

Penelitian Eriyati (2008) mengenai fakto-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan (kredit) pada PT Bank BRI Syariah Pekan Baru dengan metode analisis deskriptif. Hasil kesimpulan penelitian terhadap 41 responden, faktor-faktor pembiayaan yang memengaruhi permintaan pembiayaan (kredit) adalah faktor pelayanan yang mencakup aspek kecepatan proses (7.32%), pelayanan pegawai (19.51%), selera konsumen berupa persyaratan yang mudah (17.07%) serta faktor keyakinan/ menjalankan syariat Islam (56.10%). Sedangkan faktor yang paling dominan memengaruhi permintaan pembiayaan (kredit) pada PT Bank BRI Syariah Pekanbaru adalah faktor keyakinan/ menjalankan Syariat Islam (50.10%).

(29)

13 pengambilan pembiayaan UMKM pada Kospin Jasa Syariah Pekalongan secara signifikan dipengaruhi oleh biaya administrasi dan tingkat pendidikan. Pada model pendapatan setelah pembiayaan, faktor yang memengaruhi pendapatan UMKM setelah pembiayaan pada Kospin Jasa Syariah Pekalongan secara signifikan dipengaruhi pengambilan pembiayaan yang diajukan, keuntungan usaha dan pengeluaran rumah tangga perbulan. Efektivitas pembiayaan pada Kospin Jasa Syariah Pekalongan dikatagorikan efektif dan pencapaian tujuan pembiayaan sudah tercapai.

Penelitian yang dilakukan oleh Sylviana (2012) yang berjudul analisis efektivitas pembiayaan syariah di sektor perdagangan dan analisis faktor permintaan pembiayaan pada BMT Ibadurrahman Bogor. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan metode analisis jalur (path analysis). Hasil kesimpulan menunjukkan faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan sektor perdagangan secara signifikan secara langsung dipengaruhi oleh biaya administrasi, margin pembiayaan, pendapatan usaha, keuntungan usaha sebelum pembiayaan, lama anggota, tingkat pendidikan dan agunan. Berdasarkan variabel tersebut, yang paling besar memengaruhi besarnya pembiayaan adalah biaya administrasi sebesar 0.61%. Sedangkan Variabel berpengaruh signifikan terhadap pendapatan setelah pembiayaan adalah permintaan pembiayaan yang diajukan pelaku usaha sebesar 0.75%. Efektivitas pembiayaan yang dilihat melalui analisis deskriptif pada BMT Ibadurrahman berdasarkan penilaian responden di lapangan tergolong efektif.

Penelitian Sarah (2013) yang berjudul analisis efektivitas pembiayaan bagi sektor pertanian pada BMT Ibadurrahman Bogor menjelaskan bahwa efektivitas pembiayaan syariah pada sektor pertanian dinilai secara langsung berdasarkan presepsi nasabah. Analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis deskriptif. Data yang terkumpul diolah menggunakan skala likert. Peneliti menggunakan 30 orang sebagai sampel untuk mewakili keragaman populasi nasabah sektor pertanian pada BMT Ibadurrahman dan 20 orang sebagi sampel non nasabah petani. Hasil penelitiannya adalah BMT Ibadurrahman secara umum efektif berperan dalam membantu menyediakan permodalan usaha, meningkatkan motivasi berusaha dan kesejahteraan nasabah.

Kerangka Pemikiran

(30)

14

Sistem pembiayaan yang sangat potensial untuk keberlangsungan perkembangan UMKM adalah menggunakan pembiayaan Mudharabah. Monitoring UMKM oleh BMT dengan pembiayaan Mudharabah juga sangat diperlukan untuk pengawasan kegiatan usaha yang dilakukan. Pentingnya mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah dapat meningkatkan kinerja suatu BMT yang sesuai dengan konsep syariah (ekonomi Islam) yang nantinya akan berdampak positif terhadap perkembangan dan tingkat pendapatan usaha bagi anggota dan BMT.

(31)

15

Gambar 3 Kerangka Pikir Potensi UMKM terhadap

perekonomian

Keterbatasan UMKM terhadap permodalan : BMT sebagai alternatif

LKMS untuk menjangkau UMKM

Peranan BMTuntuk membantu modal usaha produktif : Potensi pembiayaan dengan sistem bagi hasil (Mudharabah) bagi UMKM Faktor yang

memengaruhi permintaan pembiayaanMudharaba: -Pendapatan usaha -Margin pembiayaan -Besaran agunan -Lama anggota -Jangka waktu -Tingkat pendidikan

Faktor yang memengaruhi Pendapatan UMKM setelah pembiayaan Mudharabah : -Permintaan Pembiayaan Mudharabah yang diajukan pada BMT

-Margin pembiayaan Mudharabah

Analisis efektivitas pembiayaan Mudharabah pada BMT X - Prosedur pembiayaan - Pendapatan dan keuntungan

UMKM setelah pembiayaan Mudharabah

(32)

16

METODE PENELITIAN

Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder yang bersifat kualitatif maupun kuantitatif. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara langsung kepada pelaku UMKM/Anggota yang mendapat pembiayaan Mudharabah dari BMT X Jakarta. Data sekunder diperlukan untuk melengkapi data primer dalam penelitian ini, yaitu diperoleh melalui dokumen dan laporan dari Baitul Maal wat Tamwil X. Selain itu, data sekunder diperoleh dari Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah, Bank Indonesia, Biro Pusat Statistik, buku, jurnal, thesis, skripsi yang terkait serta sumber lainnya yang dapat membantu ketersedian data.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada BMT X Jakarta, yaitu BMT X . Penentuan lokasi dilakukan secara purposive (sengaja) dengan mempertimbangkan BMT X sebagai Lembaga Keuangan Mikro Syariah (LKMS) yang telah lama berdiri sehingga memiliki banyak anggota dan memiliki aset yang cukup besar. Selain itu, BMT X Jakarta sebagai salah satu LKMS yang bergerak dibidang pembiayaan dan memberikan penawaran pembiayaan sistem bagi hasil kepada nasabahnya. Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret hingga Mei 2014.

Metode Pengambilan Sampel

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan metode studi kasus (case study) kepada para anggota/ pelaku UMKM yang menjadi responden melalui kuesioner dan wawancara serta studi literatur terkait. Sampel penentuan responden yang dipilih menggunakan teknik pengambilan sampel purposive sampling. Purposive sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel dengan mengambil responden tertentu menjadi sampel penelitian yang didasarkan pada kriteria yang ditentukan oleh peneliti. Sampel yang dipilih dalam penelitian ini berjumlah 117 Anggota BMT X Jakarta (pelaku UMKM) yang mendapatkan pembiayaan Mudharabah dari BMT X Jakarta selama periode 2013-2104.

Metode Analisis Data

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dan analisis jalur (Path Anlaysis) dengan menggunakan software Lisrel 8.3 dan menggunakan Microsoft Excel 2013 untuk tabulasi data.

Analisis Deskriptif

(33)

17 UMKM. Data kualitatif yang didapat melalui kuesioner penelitian ini akan diukur berdasarkan skala Likert. Hal ini dikarenakan skala Likert dapat mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau sekelompok sosial.

Skala Likert

Data dari kuesioner akan disajikan dalam bentuk yang dikelompokkan berdasarkan jawaban yang sama. Penentukan skoring terhadap data agar dapat dikelompokkan kedalam beberapa kategori jawaban. Cara penentuan skor setiap kategori adalah :

Setelah interval diketahui maka dapat ditentukan rentang skala berdasarkan tingkat efektivitas untuk efektivitas secara keseluruhan responden dan variabel, yaitu:

468 – 780 = Tidak efektif 781 – 1249 = Cukup efektif 1250 – 1718 = Efektif

Rentang Skala digunakan untuk memberikan intrepretasi terhadap penilaian konsumen. Adapun rumus rentang skala (Mega 2013) :

RS =

Keterangan: m = skor maksimum n = skor minimum

b = banyaknya kelas yang terbentuk

Besarnya interval (range) untuk tingkat efektifitas tiap kategori adalah : RS =

=

= = 78

Dengan demikian, rentang skala berdasarkan tingkat efektivitas tiap variabel yaitu :

117 - 195 = Tidak efektif 196 - 274 = Cukup efektif 275 - 353 = Efektif

Adapun nilai skor maksimum total untuk variabel yang diteliti adalah sebagai berikut :

m = nilai tertinggi x jumlah responden x jumlah variabel tiap aspek m = 3 x 117 x 4 = 1404

Sedangkan skor minimum total untuk variabel yang diteliti adalah: n = nilai terendah x jumlah responden x jumlah variabel tiap aspek n = 1 x 117 x 4 = 468

(34)

18

Setelah data diolah dan didapat skor untuk penilaian tersebut, maka data dapat di intrepretasikan dengan penilaian tidak efektif, cukup efektif dan efektif. Dari penilaian tersebut akan diberikan solusi dan alternatif untuk BMT tersebut. Path Analysis

Metode Path Analysis disebut juga metode analisis jalur digunakan untuk menguji hubungan sebab akibat antar variabel yang terdapat variabel independen (eksogen) dan variabel dependen (endogen). Melalui analisis jalur ini, dapat diketahui seberapa besar pengaruh kausal langsung, kausal tidak langsung, kausal total maupun simultan seperangkat variabel eksogen terhadap variabel endogen (Sugiyono 2011). Penelitian dengan metode path analysis berfungsi untuk mengetahui pengaruh langsung dan tidak langsung variabel penyebab terhadap variabel akibat yang dapat di observasi secara langsung (Kusnendi 2008). Menurut Setyo (2008), beberapa penelitian terutama penelitian bidang ekonomi banyak ditemui semua variabel penelitian yang teramati dan tidak terdapat variabel laten, maka model ini disebut Path analysis. Menurut Byrne (2001), rekomendasi jumlah sampel yang harus dipenuhi pada metode analisis jalur adalah 100.

Penggunaan model path analysis dalam penelitian ini adalah untuk mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah bagi UMKM pada BMT :

a. Faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah PP = ρy1 PU + ρy2 LA + ρy3 JA + ρy4 MP + ρy5TP + ρy6 AA + Ɛi

Keterangan :

PP = permintaan pembiayaan Mudharabah yang diajukan anggota (rupiah) PU = pendapatan usaha anggota perhari sebelum pembiayaan (rupiah) LA = Lama menjadi anggota BMT (hari)

JA = Jangka waktu angsuran (hari)

MP = Tambahan/ Margin pembiayaan (rupiah) TP = dummy tingkat pendidikan anggota

Bernilai 1 jika tingkat pendidikan tergolong tinggi ( ≥ SMA) dan Bernilai 0 jika tingkat pendidikan tergolong rendah (< SMA) AA = Besaran agunan (rupiah)

Pik = koefisien jalur path (path coefficient) untuk setiap variabel eksogen k Ɛi = error ke-i

b. Pengaruh pembiayaan Mudharabah terhadap tingkat pendapatan UMKM Anggota BMT

PS = ρy1 PP + ρy2 MP + Ɛi

Keterangan :

PS = besar pendapatan umkm anggota perhari setelah pembiayaan (rupiah) PP = permintaan pembiayaan Mudharabah yang diajukan anggota (rupiah) MP = Tambahan/ Margin pembiayaan (rupiah)

(35)

19 Uji Kelayakan Model (Goodness of Fit)

Uji kecocokan pada model ini digunakan untuk mengevaluasi secara umum derajat kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) antara data dengan model. Pada uji kecocokan, ukuran kecocokan yang mengaitkan GOF diperlukan untuk mencapai kecocokan suatu model.Jika goodness of fit yang dihasilkan suatu model itu baik (good fit), maka model tersebut dapat diterima dan sebaliknya (Latan 2012). Jika goodness of fit yang dihasilkan pada model ini buruk (close fit), maka model ditolak dan tidak cocok dengan data.

Ukuran ini ditujukan untuk mendiagnosa apakah kecocokan model telah

dicapai melalui “over fitting” data dengan parameter yang jumlahnya banyak.

Prosedur ini serupa dengan “adjustment” R2 pada regresi berganda (Setyo 2008).

Kesesuaian model adalah kesesuaian antara matriks korelasi data sampel (S)

dengan matriks korelasi populasi (Ʃ) yang diestimasi. Hasil uji kriteria kesesuaian

model dalam model Path Analysisyang menjelaskan rata-rata asumsi dalam model ini menunjukan ukuran yang sudah sangat memenuhi (good fit) kriteria goodness of fit (kelayakan suatu model).

Uji Multikolinearitas

Uji multikolinearitas adalah pengujian untuk mengetahui apakah ada hubungan linear diantara variabel-variabel bebas dalam model regresi. Gejala multikolinearitas dalam suatu model akan menimbulkan beberapa konsekuensi (Gujarati 1999). Jika pada model persamaan mengandung gejala multi kolinearitas, maka terjadi koelasi (mendekati sempurna) antar variabel. Pada analisis jalur, terdapat asumsi statistik yang tidak dapat dilanggar, yaitu asumsi multikolinearitas. Jika terdapat korelasi antar variabel bebas maka kita dapat menghitung besarnya pengaruh tidak langsung variabel bebas terhadap variabel tergantung melalui hubungan variabel bebas lainnya (Suliyanto 2005). Untuk menguji asumsi multikolinearitas dapat dilakukan melalui pengamatan terhadap matriks korelasi data sampel (Sylviana 2012). Kriteria uji:

1. Jika matriks korelasi mendekati nol, terdapat masalah multikolinearitas.

2. Jika matriks korelasi sama dengan nol, terdapat masalah multikolinearitas yang serius.

(36)

20

GAMBARAN UMUM

Perkembangan X dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Perkembangan BMT X Tahunan (dalam satuan Rp.000.000) Tahun Jumlah

Anggota

Modal Investasi berjangka

Simpanan Aset

2006 171 817 7 538 14 416 16 336

2007 164 2 410 15 629 27 134 32 087

2008 164 4 400 29 639 45 980 55 200

2009 164 7 106 51 613 73 598 91 223

2010 25 162 11 403 80 162 109 499 135 694

2011 25 284 15 401 116 397 155 053 179 881

2012 73 515 23 183 162 520 212 054 248 159

2013 84 243 31 178 - 222 993 277 946

Saat ini BMT X telah memiliki asset lebih dari Rp 100 miliar rupiah. Dana tersebut sebagian besar disalurkan kepada sektor mikro dan kecil sebagai modal kerja terutama yang ada di pasar-pasar tradisional. Mereka sebagian besar adalah pedagang kecil yang jumlahnya mencapai 84 243 Anggota (Tabel 5). Jumlah pembiayaan yang disalurkan BMT X sebagian besar adalah kepada pelaku UMKM.

Dana yang disalurkan oleh BMT X menggunakan akad Mudharabah maupun akad Murabahah (jual-beli) dan beberapa akad yang lain seperti akad Ijarah, akad Kafalah maupun akad Hawalah. Namun pembiayaan yang lebih mendominasi adalah pembiayaan Mudharabah kurang lebih sebesar Rp178 milyar (Tabel 3).Sedangkan dana yang disimpan anggota di BMT X dikelola dengan menggunakan akad Mudharabah dan Wadiahyad adh-dhamanah. Simpanan Mudharabah di BMT X disebut investasi berjangka dan simpanan menggunakan akad Wadiah.

Total tabungan (Simpanan Wadiah) pada BMT X meningkat dari tahun 2012-2013 masing-masing sebesar Rp212 milyar dan Rp222 milyar. Selain itu, jumlah deposito (investasi berjangka Mudharabah), Aset dan total pembiayaan pada BMT X mengalami tren yang meningkat setiap tahunnya (Tabel 5).

(37)

21 HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakteristik Umum Responden

Responden yang dijadikan sampel pada penelitian ini sebanyak 117 pelaku UMKM yang mengambil pembiayaan Mudharabahpada BMT X Jakarta. UMKM yang menjadi responden dalam penelitian ini memiliki karakter yang berbeda-beda. Berdasarkan data yang diperoleh melalui kuesioner, karakteristik responden sebagai berikut:

Tabel 6 Karakteristik responden berdasarkan usia

Tabel 7 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin

Tabel 8 Karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan

Sebanyak 52 orang atau 44.4% responden berusia 20-39 tahun. Hal ini tidak berbeda jauh dengan jumlah responden yang berusia 40-59 tahun yaitu sebanyak 57 orang atau 48.8% (Tabel 6). Responden berjenis kelamin laki-laki lebih banyak daripada responden berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 77 orang atau 65.8% dari total responden (Tabel 7). Selain itu,pada Tabel 8 didapat informasi bahwa sebanyak 66 orang atau 56.4% responden menyelesaikan pendidikan kurang dari tingkat SMA. Hal ini tidak berbeda jauh dengan responden yang minimal pendidikannya tingkat SMA.

Lama usaha

Sebanyak 55 orang atau 47% responden memiliki usaha yang berjalan selama 8-15 tahun dan 32 orang atau 27.3% responden memiliki usaha yang berjalan kurang dari 8 tahun. Karakteristik responden berdasarkan umur usaha dapat dilihat pada Tabel 9.

Usia (tahun) Jumlah Anggota (orang) Presentase (%)

20-39 52 44.4

40-59 57 48.8

>60 8 6.8

Total 117 100

Jenis Kelamin Jumlah Anggota (orang) Presentase (%)

Laki-laki 77 65.8

Perempuan 40 34.2

Total 117 100

Pendidikan terakhir Jumlah Anggota (orang) Presentase (%)

< SMA 66 56.4

≥ SMA 51 43.6

(38)

22

Tabel 9 Karakteristik responden berdasarkan lama usaha

Pendapatan

Sebagian besar responden memiliki omset antara Rp 11 juta - Rp 50 juta per bulan yaitu sebanyak 76 orang atau 64.9% dari total reponden. Karakteristik responden berdasarkan jumlah pendapatan dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Karakteristik responden berdasarkan jumlah pendapatan

Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Permintaan Pembiayaan Mudharabah

Sumber data yang digunakan adalah data primer dengan 117 responden yang merupakan UMKM anggota pembiayaan Mudharabah pada BMT X. Penelitian ini menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi permintaan pembiayaan Mudharabah bagi UMKM dan efektivitas pembiayaan Mudharabah pada BMT X. Metode analisis yang digunakan adalah Path Analysis (analisis jalur). Model path analisis digunakan untuk melihat pengaruh variabel penyebab (eksogen) terhadap variabel akibat (endogen). Hasil dari model persamaan path analysis selanjutnya dianalisis secara deskriptif.

Model awal penelitian yang diajukan dapat diterjemahkan melalui diagram jalur lengkap seperti pada Gambar 4.

Lama usaha (tahun) Jumlah Anggota (orang) Presentase (%)

1-7 32 27.3

8-15 55 47

16-24 21 18

25-33 9 7.7

Total 117 100

Omset (rupiah/ bulan) Jumlah Anggota (orang) Presentase (%)

<5 juta 1 0.9

5-10 juta 18 15.5

11-50 juta 76 64.9

51-100 juta 13 11.1

>100juta 9 7.6

(39)

23

Gambar 4 Diagram jalur lengkap berdasarkan koefisien pengaruh

Sesuai dengan rumusan hipotesis penelitian, pada diagram jalur dapat didefinisikan pada dua model yaitu permintaan pembiayaan yang diajukan (PP) dan pendapatan UMKM setelah pembiayaan (PS). Kedua model tersebut dapat dirumuskan secara sistematis kedalam persamaan struktural:

Model PP = ρy1 PU + ρy2 LA + ρy3 JA + ρy4 MP + ρy5 TP + ρy6 AA (Hipotesis 1)

Model PS = ρy1 PP + ρy2 MP (Hipotesis 2)

Berdasarkan data yang dikumpulkan melalui sampel 117 responden UMKM anggota BMT X Jakarta dengan akad Mudharabah, didapat matriks korelasi antar variabel penyebab pada Model persamaan struktural:

Correlation Matrix of Independent Variabels

PU LA JA MP TP AA --- --- --- --- --- --- PU 1.00

LA 0.52 1.00 JA 0.31 0.29 1.00 MP -0.46 -0.50 -0.28 1.00

TP 0.52 0.62 0.26 -0.55 1.00 AA -0.34 -0.34 -0.29 0.42 -0.27 1.00

Dari data diatas, tidak terdapat koefisien korelasi yang lebih besar dari

│0.8│. Maka, antar variabel penyebab seperti besarnya pendapatan UMKM

(40)

24

Estimasi persamaan struktural menggunakan LISREL estimates (Maximum Likelihood):

PP = 0.47*PU + 0.040*LA + 0.090*JA - 0.12*MP + 0.11*TP - 0.36*AA,

(0.054) (0.059) (0.046) (0.056) (0.060) (0.049) 8.30 0.67 1.94 -2.07 1.78 -7.09

Errorvar. = 0.20, R² = 0.78 PS = 0.79*PP - 0.07*MP,

(0.067) (0.065) 11.91 -1.01

Errorvar. = 0.30, R² = 0.69

Koefisien determinasi (R2) untuk model permintaan pembiayaan anggota

yang diajukan (PP) sebesar 0.78 dengan ρe1 sebesar 0.2. Sedangkan R2 pada

model pendapatan UMKM setelah pembiayaan (PS) sebesar 0.69 dan ρe2 sebesar

0.3. Dari perolehan data tersebut, maka pengaruh variabel pada model PP dan PS dapat dijelaskan oleh variabel yang ada didalam model sebesar 78% dan 69%, sedangkan sisanya dijelaskan oleh variabel lain diluar model. Dengan demikian, kedua model cukup efekif karena memiliki nilai R2 yang cukup baik.

Hasil Pengujian Individual Melalui Uji-T

Hasil pengujian individual melalui uji-t dapat dijelaskan pada Gambar 5:

Gambar 5 Uji-t diagram jalur lengkap

Jika │t-hitung│> 1.96 artinya koefisien jalur berpengaruh signifikan pada

taraf 5%. Koefisien jalur yang signifikan terhadap PP pada taraf 5% adalah ρPU =

8.30, ρMP = -2.07, ρAA = -7.09. Pengaruh PU terhadap PP adalah positif,

(41)

25 Uji Kelayakan Model

Hasil uji kriteria kesesuaian model dalam model Path Analysis yang menjelaskan rata-rata asumsi dalam model ini menunjukan ukuran yang sudah sangat memenuhi (good fit) kriteria goodness of fit (kelayakan suatu model). Hasil kriteria model Path Analysis dalam estimasi persamaan struktural dapat dijelaskan pada Tabel 11:

Tabel 11 Hasil kriteria kesesuaian model Path Analysis

Goodness-of-Fit Cutt-off-Value Hasil Keterangan GFI (Goodness of Fit Index) 0.90 0.91 Good Fit mengevaluasi secara umum derajat kecocokan atau Goodness Of Fit (GOF) antara data dengan model. Pada uji kecocokan, ukuran kecocokan yang mengaitkan GOF diperlukan untuk mencapai kecocokan suatu model. Prosedur ini serupa

dengan “adjustment” R2 pada regresi berganda. Beberapa ukuran tingkat

kecocokan yang bisa diterima dalam pengujian goodness of fit (GOF) kelayakan model terdiri dari beberapa asumsi, diantaranya adalah:

1. CFI (Comparative Fit Index)

Nilai CFI berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik.Nilai CFI yang direkomendasikan untuk kriteriagood fit adalah CFI≥0.90, nilai

0.8≤CFI≤0.90 adalah marginal fit. CFI merupakan ukuran fit yang baik untuk

kesesuaian model. Pada Tabel 12 didapat informasi nilai CFI sebesar 0.92, maka termasuk kedalam kriteria good fit.

2. IFI (Incremental Fit Index)

Nilai IFI berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik.

IFI≥0.90 adalah good fit, nilai 0.8≤IFI≤0.90 adalah marginal fit. Pada Tabel

12 didapat informasi nilai IFI sebesar 0.92, maka termasuk kedalam kriteria good fit.

3. GFI (Goodness of Fit Index)

Nilai GFI berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik.

GFI≥0.90 adalah good fit, nilai 0.8≤GFI≤0.90 adalah marginal fit. Pada Tabel

12 didapat informasi nilai GFI sebesar 0.92, maka termasuk kedalam kriteria good fit.

4. NFI (Normed Fit Index)

Nilai NFI berkisar antara 0-1, dengan nilai lebih tinggi adalah lebih baik.

NFI≥0.90 adalah good fit, nilai 0.8≤NFI≤0.90 adalah marginal fit. Pada Tabel

12 didapat informasi nilai NFI sebesar 0.92, maka termasuk kedalam kriteria good fit.

5. RMSEA (Root Mean Square Error of Approximation)

Nilai RMSEA yang ≤0.08 mengindikasikan kriteriagood fit, yaitu model

(42)

26

diperbaiki. Pada Tabel 12, nilai RMSEA adalah 0.2, maka termasuk kedalam kriteriamarginal fit.

6. RMR (Root Mean Square Residual)

Nilai residual rata-rata antara matrik (korelasi) teramati dan hasil estimasi. Standardized RMR yang ≤0.05 adalah good fit. Pada Tabel 12 didapatkan nilai 0.044 yang berarti good fit (Setyo, 2008).

Tabel 12 Ringkasan Hasil Estimasi Parameter Model

Model Koefisien Jalur T-hit R2

Keterangan: * adalah signifikan pada taraf nyata (α) 5%

Berdsarkan Tabel 13, didapat informasi bahwa variabel yang berpengaruh signifikan terhadap PP adalah PU, MP dan AA. Sedangkan hasil analisis data diperoleh estimasi koefisien determinasi model PP dan PS yaitu 0.78 dan 0.69. Penjelasan mengenai besarnya pengaruh langsung maupun tidak langsung (melalui PP) variabel eksogen serta pengaruh total terhadap besarnya permintaan pembiayaan (PP) dan pendapatan UMKM anggota setelah pembiayaan Mudharabah (PS) ada pada Tabel 14.

Hasil pada Tabel 13 menjelaskan pengaruh pada model PP dan PS. Tabel 13 Pengaruh Antar Variabel Model PP dan PS

Pengaruh antar

(43)

27 Besarnya Permintaan Pembiayaan Mudharabah (PP)

Besarnya permintaan pembiayaan Mudharabah yang diajukan anggota (PP) dipengaruhi secara signifikan oleh Pendapatan UMKM sebelum pembiayaan Mudharabah (PU), Margin pembiayaan Mudharabah (MP) dan Besaran Agunan (AA). Berdasarkan pengaruh totalnya, variabel PU adalah pengaruh relatif paling kuat terhadap PP, yaitu sebesar 0.47%. PU memiliki pengaruh positif terhadap PP dengan nilai sebesar 0.47. Dapat diinterpretasikan bahwa jika besarnya pendapatan usaha sebelum pembiayaan naik sebesar 1%, maka akan meningkatkan permintaan pembiayaan yang diajukan sebesar 0.47%. Karena ketika seorang anggota memiliki pendapatan yang cukup tinggi, maka mereka akan berusaha untuk memperluas dan mengembangkan usahanya agar lebih maju usahanya serta ingin mendapatkan pendapatan usaha yang lebih tinggi lagi.

Pengaruh margin pembiayaan (MP) terhadap permintaan pembiayaan Mudharabah yang diajukan anggota (PP) memiliki nilai koefisien yang negatif sebesar -0,12. Artinya jika besarnya MP naik sebesar 1%, maka akanmenurunkan PP sebesar 0.12%. Hal itu dikarenakan anggota lebih besar mengeluarkan pengembalian pembiayaan sehingga anggota akan merasa berat dengan tambahan yang harus dibayarkan pada BMT.

Begitu juga dengan besarnya Agunan (AA). Variabel AA memiliki pengaruh negatif terhadap PP sebesar -0,36. Dapat diinterpretasikan bahwa jika nilai AA meningkat 1%, maka akan menurunkan besarnya permintaan pembiayaan yang diajukan anggota sebesar 0.36%. Artinya, anggota akan menambah permintaan pembiayaan Mudharabah yang diajukan pada BMT ketika semakin kecil nilai agunan/ jaminan yang diberikan atau bahkan tidak ada agunan yang diberikan kepada BMT. Hasil penelitian mengenai penggunaan besaran agunan pada sistem pembiayaan MudharabahBMT X Jakarta berbeda dengan lembaga keuangan perbankan/ lembaga keuangan formal pada umumnya. Hal tersebut karena pada BMT memiliki loyalitas anggota yang sangat diperhatikan dan diperhitungkan. Hasil di lapang menemukan bahwa dalam hal ini agunan tidak menjadi prioritas utama dalam persyaratan pembiayaan Mudharabah pada BMT X.

Pendapatan Usaha Anggota Setelah Pembiayaan Mudharabah(PS)

(44)

28

Analisis Efektivitas Pembiayaan Mudharabah

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Aryati (2006), efektivitas pembiayaan dapat dinilai dari prosedur pembiayaan dan dampak pembiayaan terhadap kondisi usaha. Prosedur pembiayaan terdiri dari mekanisme pengajuan, penyaluran dan pengembalian. Sedangkan dampak pembiayaan terdiri dari peningkatan pendapatan, keuntungan dan kondisi usaha. Selain itu, menurut Syafar (2006), efektif atau tidaknya suatu penyaluran pembiayaan pada BMT dapat dinilai berdasarkan beberapa parameter antara lain: persyaratan peminjaman, prosedur peminjaman, realisasi pembiayaan, besar kecilnya biaya administrasi, pelayanan petugas BMT, jaminan/ agunan, pengetahuan dan partisipasi nasabah/ calon nasabah, serta memberikan dampak positif. Menurut Ita dan Rahman (2011), terdapat tiga tahap penting dalam prosedur pembiayaan Mudharabah yaitu analisa dan evaluasi pembiayaan, pengusulan dan persetujuan pembiayaan. Pembiayaan Mudharabah yang diberikan kepada anggota BMT X untuk permodalan/ perkembangan usaha dapat dikatakan efektif apabila penggunaan akad pembiayaan Mudharabah tepat, prosedur pembiayaan Mudharabah mudah dan pembiayaan Mudharabah dapat meningkatkan pendapatan dan keuntungan UMKM.

Analisis Efektivitas Tahap Pengajuan Pembiayaan

Pada tahap pengajuan pembiayaan Mudharabah terdapat prosedur yang ditetapkan oleh pihak BMT X untuk meminimalisir pembiayaan yang bermasalah. Seluruh anggota yang hendak mengajukan pembiayaan Mudharabah ke BMT X diharuskan untuk memenuhi segala prosedur yang diberlakukan BMT seperti diawali dengan pembukaan rekening menjadi anggota BMT X selanjutnya melakukan pengisian formulir dan kelengkapan administrasi. Sebagian besar anggota yang menjadi responden penelitian ini mengatakan bahwa prosedur pembiyaan Mudharabah yang dilakukan di BMT X sangat mudah dan prosesnya cepat. Aspek efektivitas prosedur pengajuan pembiayaan Mudharabah di BMT X akan dijelaskan pada Tabel 14.

Tabel 14 Efektivitas Prosedur Pengajuan Pembiayaan Mudharabah di BMT

No Aspek (ni) Total

ni= aspek kriteria penilaian

rj = bobot nilai masing masing kriteria

(45)

29 anggota sehingga dapat membedakan pendapatnya dengan lebih fokus terhadap aspek yang ditanyakan. Kriteria A untuk responden yang menjawab mudah (mudah dipenuhi oleh anggota), cepat (tidak rumit dan prosesnya cepat), kecil (agunan bernilai lebih kecil dari pinjaman atau bahkan tidak ada agunan) dan ramah. Kriteria B untuk responden yang menjawab sedang (ada beberapa persyaratan yang tidak bisa dipenuhi), sedang (tidak rumit tapi prosesnya lambat), sedang (agunan sebanding dengannilai pembiayaan), dan biasa saja. Sedangkan kriteria C untuk responden yang menjawab sulit (sulitnya dipenuhi oleh anggota), lama (rumit serta prosesnya panjang dan lama), besar (nilai agunan lebih besar dari nilai pembiayaan) dan tidak ramah.

Berdasarkan hasil yang disajikan dalam Tabel 14, dapat diketahui bahwa 107 dan 70 responden menyatakan persyaratan awal pembiayaan dan proses permohonan pembiayaan pada BMT X Jakarta tergolong mudah dan cepat. Persyaratan yang harus dipenuhi untuk pengajuan pembiayaan perorangan antara lain yaitu menjadi anggota BMT X Jakarta, mengisi formulir pengajuan pembiayaan, menyerahkan fotokopi KTP, fotokopi KK, fotokopi agunan dan persyaratan lain yang diperlukan, memiliki kemampuan mengangsur serta bersedia di survei. Pada persyaratan yang tertulis dalam ketentuan peminjaman, pihak BMT menggunakan fotokopi agunan untuk meminimalisir resiko bermasalah dalam pengembalian pembiayaan.

Namun hasil penelitian di lapang menemukan bahwa pengenaan jaminan atau agunan untuk pinjaman pembiayaan Mudharabah rata-rata menyesuaikan tingkat kemampuan anggota pembiayaan Mudharabah. Rata-rata, untuk pinjaman dibawah 5 juta biasanya BMT tidak meminta jaminan asalkan anggota melakukan prosedur persyaratan awal dengan baik dan benar serta bagi yang pernah melakukan pinjaman Mudharabah, BMT X Jakarta melihat laporan atau catatan anggota dalam pengembalian pinjaman. Selain itu rata-rata nilai agunan lebih kecil dari nilai pembiayaan Mudharabah yang diajukan. Biasanya jaminan berupa surat kendaraan, elektronik, surat nikah, surat keterangan tempat usaha, dan lain-lain. Dari 117 anggota yang menjadi responden, 82 orang menyatakan bahwa jaminan yang diberikan untuk pembiyaan Mudharabah nilainya lebih kecil dari permintaan pembiayaan Mudharabah yang diajukan kepada BMT X Jakartabahkan beberapa menyatakan hanya memberikan surat nikah sebagai jaminan.

Gambar

Tabel 1 Data Usaha Mikro, Kecil, Menengah (UMKM) dan Usaha Besar (UB)  Tahun 2011-2012
Tabel 2. Komposisi Pembiayaan Mudharabah Tahunan yang diberikan BUS dan    UUS (dalam milyar rupiah)
Tabel 3. Komposisi Pemb. Mudharabah Tahunan yang diberikan BMT X
Gambar 2 Skema pembiayaan Mudharabah BMT X
+7

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis panjatkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal penelitian berjudul “ Pengaruh

Berdasarkan kondisi dinamika atmosfer yang terpantau hingga akhir Desember 2020, kondisi cuaca di wilayah Ciayumajakuning dan Sumedang diprakirakan bulan Januari 2021 pada

1) Menampilkan tindakan yang didasarkan pada kemanfaatan peserta didik, sekolah, dan masyarakat. Artinya, sebagai seorang guru, kita juga bertindak sebagai pendidik

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian ransangan pendidikan

Masalah status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi keadaan kesehatan dan perkembangan janin yang menyebabkan gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat menyebabkan berat

Selain itu, pengguna juga dapat dengan mudah dalam membuat laporan yang akurat, baik laporan transaksi pembelian atau penjualan, maupun laporan berupa keterangan persediaan

2.1 Siswa dapat mencatat pokok-pokok makna simbol daerah / lambang daerah 3.1 Siswa dapat menjelaskan kembali penjelasan tentang lambang korps secara lisan atau

[r]