AUGMENTASI PADA BROSUR PERUMAHAN BERBASIS ANDROID
SKRIPSI
MUHAMMAD RINALDY 101402092
PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN 2015
VISUALISASI MAKET RUMAH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI
AUGMENTASI PADA BROSUR PERUMAHAN BERBASIS ANDROID
SKRIPSI
Diajukan untuk melengkapi tugas dan memenuhi syarat memperoleh ijazah Sarjana Teknologi Informasi
MUHAMMAD RINALDY
101402092
PROGRAM STUDI S1 TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2015
PERSETUJUAN
Judul : VISUALISASI MAKET RUMAH
MENGGUNAKAN TEKNOLOGI AUGMENTASI
PADA BROSUR PERUMAHAN BERBASIS
ANDROID
Kategori : SKRIPSI
Nama : MUHAMMAD RINALDY
Nomor Induk Mahasiswa : 101402092
Program Studi : SARJANA (S1) TEKNOLOGI INFORMASI
Departemen : TEKNOLOGI INFORMASI
Fakultas : ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI
INFORMASI (FASILKOM-TI) UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Komisi Pembimbing :
Pembimbing 2 Pembimbing 1
M. Anggia Muchtar, S.T., MM.IT. M. Fadly Syahputra, B. Sc.M. Sc. IT NIP 19800110 200801 1 010 NIP 19830129 200912 1 003
Diketahui/Disetujui oleh
Program Studi S1 Teknologi Informasi Ketua,
M. Anggia Muchtar, S.T., MM.IT. NIP 19800110 200801 1 010
PERNYATAAN
VISUALISASI MAKET RUMAH MENGGUNAKAN TEKNOLOGI
AUGMENTASI PADA BROSUR PERUMAHAN BERBASIS ANDROID
SKRIPSI
Saya mengakui bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri, kecuali beberapa
kutipan dan ringkasan yang masing-masing telah disebutkan sumbernya.
Medan, 10 September 2015
Muhammad Rinaldy 101402092
UCAPAN TERIMA KASIH
Segala puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik untuk memperoleh gelar Sarjana Komputer, Program Studi S1 Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.
Dengan segala kerendahan hati penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Ayah penulis, H. Taslim Gazali, ibu penulis, HJ. Risma Nelly SH, kakak penulis, Dina Tarisma S.TP, M.Si, abang penulis. Hery Hidayat SE, abag ipar penulis, Muhammad Taufiq S.TP, S.E, kakak ipar penulis, Winda mandasari Amd, keponakan keponakan penulis, Naufal Hidayat dan Nayla Hidayat, yang telah memberikan doa dan dukungan moral kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini beserta keluarga besar yang telah turut mendoakan penulis.
2. Bapak M. Fadly Syahputra, B. Sc.M. Sc. IT. dan bapak M. Anggia Muchtar, S.T., MM.IT.selaku dosen pembimbing penulis yang telah meluangkan waktu, pikiran, saran, dan kritiknya untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Maya Silvi Lydia, B.Sc.M.Sc. dan ibu Amalia, ST.M.T., yang telah
bersedia menjadi dosen penguji dan memberikan saran dan kritik yang membangun dalam penyelesaian skripsi ini.
4. Ketua dan Sekretaris Program Studi S1 Teknologi Informasi, Bapak M. Anggia Muchtar, S.T., MM.IT. dan Bapak Mohammad Fadly Syahputra, B.Sc., M.Sc.IT.
5. Seluruh dosen yang mengajar serta staf Tata Usaha Program Studi Teknologi Informasi Universitas Sumatera Utara.
6. Sahabat yang selalu mendukung dan memberi semangat kepada penulis, Erni Maulina S.Kom, Imam Syuhada Akbar S.Pd., Juliandana, Devananda Lahuddin Siregar S.Pd.I, Ali Fadhlin Najib, Faiz Kurnia Aulia, Anggi Yulia Hasibuan S.Kom., Irna Arina nastuion Amd., Meyna melia Utari, Sahabat kampus penulis yang selalu setia menemani sampai penulis lulus, Alfon Fiderik Nainggolan, Erwin Sitorus, Defri Agung, Wisnu Wardana, Farid Rahman Barus, Bagus Wicaksono S.Kom, Aser Heber Ginting, Teddy Armando Vandia, Thomas H.Sihombing. Dan yang memberikan kontribusi yang sangat berarti dalam penyelesaian skripsi ini, Hasan Alfath S.Kom., Nova Asisyandre. Serta sahabat-sahabat kantin PSI dan tim TEN‟S Brother Production.
7. Seluruh rekan kuliah sejawat yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam skripsi ini, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun dari semua pihak demi kesempuranaan skripsi ini. Akhir kata penulis ucapkan terima kasih.
ABSTRAK
Pemakaian brosur memudahkan produsen untuk menawarkan produk atau jasa yang
ingin dipesan dan dijual terhadap konsumen. Penggunaan brosur pada bisnis properti
sangat mempengaruhi tingkat ketertarikan konsumen terhadap rumah yang
ditawarkan. Diperlukan brosur yang dapat berinteraksi dengan baik kepada konsumen.
Augmented Reality adalah suatu lingkungan yang memasukkan objek virtual 3 dimensi kedalam lingkungan nyata secara real-time. Pembangunan aplikasi ini
menggunakan Augmented Reality kedalam brosur rumah sehingga brosur ini menjadi
lebih nyata dengan adanya objek 3 dimensi. Pembangunan aplikasi Augmented
Reality visualisasi maket rumah virtual bertujuan untuk memperlihatkan kepada konsumen bentuk rumah yang ditawarkan secara 3 dimensi. Dengan adanya aplikasi
ini dapat menambah ketertarikan pembeli terhadap rumah yang dipesankan atau dijual
dan dapat mengurangi biaya pembuatan miniatur maket. Aplikasi ini merupakan
aplikasi yang berjalan pada platform mobile android, Penggunaan Vuforia SDK pada
aplikasi ini dapat menampilkan objek augmented secara 3 dimensi. Aplikasi ini dapat
mengurangi biaya pembuatan maket miniatur dan dapat menambah ketertarikan
konsumen terhadap rumah yang ingin dijual atau yang ditawarkan.
Kata kunci : Augmented Reality, Vuforia, Android, Brosur, Rumah.
ANDROID BASED VISUALIZATION OF HOUSE MAKET USING AUGMENTATION TECHNOLOGY
ABSTRACT
Brochure facilitates businessman to offer and sell their products or services to
their consumer. The use of brochure on the property business affects the level of
consumer interest towards home offered. A brochure needs to be able to interact well
to consumer. Augmented Reality is an environment that insert 3D Virtual Object into
the real life. The development of this application uses Augmented Reality that will be
inserted to home brochures so this brochures become more realistic. The development
of this Augmented Reality-based Virtual Home Market application is intended to
show the home structure model in 3D to consumer. With this application, consumer
interest to any home that is ordered and bought will increase, and reduce the cost of
making home miniature. This application is running on mobile android platform.
Vuforia SDK use in this application can display 3D-augmented objects. This
application can reduce the cost of making home miniature and increase consumer
interest to any home that is offered.
Keywords : augmented reality, vuforia, android, brochure, house.
DAFTAR ISI
Hal.
PERSETUJUAN ii
PERNYATAAN iii
UCAPAN TERIMAKASIH iv
ABSTRAK v
ABSTRACT vi
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL x
DAFTAR GAMBAR xi
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Batasan Penelitian 2
1.4 Tujuan Penelitian 3
1.5 Manfaat Penelitian 3
1.6 Sistematika Penulisan 3
BAB 2 LANDASAN TEORI
2.1 Perumahan dan Permukiman 5
2.1.1.Pengertian Rumah 5
2.1.2.Pengertian Perumahan 6
2.1.3.Fungsi Perumahan 6
2.1.4.Pengertian Pemukiman 6
2.2 Developer 7
2.2.1.Pengertian Developer 7
2.2.2.Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Developer 7
2.3 Brosur 9
2.4 Marketing Perumahan 10
2.4.1.Pengertian Marketing 10
2.4.2.Marketing Property 10
2.5 Augmented Reality 12
2.5.1.Pengertian Augmented Reality 12
2.5.2.Sejarah Augmented Reality 13
2.5.3.Pemanfaatan Augmented Reality 15
2.5.4.Jenis Augmented Reality 16
2.5.5.Metode Pelacakan (Tracking) Augmented Reality 17
2.5.6.Teknik Tampilan AR 19
2.6 Vuforia SDK 20
2.6.1.QCAR Vuforia SDK 21
2.6.2.Arsitektur Vuforia SDK 22
2.6.3.Target 24
2.6.4.Target Management System 24
2.7 Penelitian Terdahulu 25
BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN 27
3.1 Analisis 27
3.1.1.Analisis Masalah 27
3.1.2.Analisis Kebutuhan 28
3.2 Pemodelan 29
3.2.1.Flowchart 30
3.2.2.Use Case Diagram 32
3.2.3.Activity Diagram 37
3.3 Rancangan Sistem 41
3.3.1.Perancangan Antarmuka 42
BAB 4 IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN APLIKASI 43
4.1 Implementasi 43
4.2 Spesifikasi 43
4.2.1. Perangkat Keras 43
4.2.2. Perangkat Lunak 44
4.3 Tampilan Aplikasi 44
4.3.1.Tampilan Splash Screen 44
4.3.2.Tampilan Menu 44
4.3.3.Tampilan AR Komplek 45
4.3.4.Tampilan AR Rumah Tipe 168 45
4.3.5.Tampilan AR Rumah Tipe 190 47
4.3.6.Tampilan Guide 49
4.3.7.Tampilan About 50
4.4 Pengujian Aplikasi 50
4.4.1.Pengujian Kinerja Interface 51
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 56
5.1 Kesimpulan 56
5.2 Saran 56
DAFTAR PUSTAKA 57
DAFTAR TABEL
Hal.
Tabel 2.1. Tabel Development Environment Vuforia 19
Tabel 2.2. Penelitian Terdahulu 25
Tabel 3.1. Dokumentasi Naratif Use Case Mulai Aplikasi 33
Tabel 3.2. Dokumentasi Naratif Use Case Memuat Objek 34
Tabel 3.3. Dokumentasi Naratif Use Case Interkasi Melihat Spesifikasi Teknis 34
Tabel 3.4. Dokumentasi Naratif Use Case Interkasi Melihat Denah Rumah 35
Tabel 3.5. Dokumentasi Naratif Use Case Interkasi Melihat Video Setiap
Ruangan 35
Tabel 3.6. Dokumentasi Naratif Use Case Petunjuk 36
Tabel 3.7. Dokumentasi Naratif Use Case About 36
Tabel 3.8. Dokumentasi Naratif Use Case Keluar 37
Tabel 4.1. Tabel Rencana Pengujian 51
Tabel 4.2. Tabel Hasil Pengujian Tampilan Menu 52
Tabel 4.3. Tabel Hasil Pengujian Tampilan AR Komplek 53
Tabel 4.4 Tabel Hasil Pengujian TampilanAR RumahTipe 168 53
Tabel 4.5 Tabel Hasil Pengujian Tampilan AR RumahTipe 190 54
Tabel 4.6 Tabel Hasil Pengujian Menu Guide 54
Tabel 4.7 Tabel Hasil Pengujian Menu About 55
Tabel 4.8 Tabel Hasil Pengujian Menu Exit 55
DAFTAR GAMBAR
Hal.
Gambar 2.1. Virtuality Continuum (Milgram dan Kishino, 1994) 12
Gambar 2.2. Game ARQuake (Bruce, 2000) 14
Gambar 2.3. Contoh marker (Hirokazu,1999) 16
Gambar 2.4. Salah Satu Contoh Aplikasi Augmented Reality Memperlihatkan
Tulang Tangan Manusia 17
Gambar 2.5. QCAR SDK Library 22
Gambar 2.6. Arsitektur Vuforia SDK 24
Gambar 3.1. Flowchart Perancangan Umum Sistem 29
Gambar 3.2. Flowchart Perancangan Objek 3D 30
Gambar 3.3. Flowchart Pembuatan Marker 31
Gambar 3.4. Flowchart Pembuatan Aplikasi 31
Gambar 3.5. Use Case Diagram Aplikasi Visualisasi Maket Rumah Virtual 32
Gambar 3.6. Activity Diagram Muai Aplikasi Objek Komplek 3D 38
Gambar 3.7. Activity Diagram Muai Aplikasi Objek Rumah 3D 39
Gambar 3.8. Activity Diagram Guide 40
Gambar 3.9. Activity Diagram About 40
Gambar 3.10. Activity Diagram Keluar 41
Gambar 3.11. Rancangan Menu Utama 42
Gambar 3.12. Rancangan Melihat Rumah 42
Gambar 4.1. Tampilan Splash Screen 44
Gambar 4.2. Tampilan Menu 45
Gambar 4.3. Tampilan AR Komplek 45
Gambar 4.4. Tampilan AR Rumah Tipe 168 46
Gambar 4.5. Tampilan AR Denah RumahTipe 168 46
Gambar 4.6. Tampilan AR Spesifikasi Teknis Rumah Tipe 168 47
Gambar 4.7. Tampilan Ruangan Rumah Tipe 168 47
Gambar 4.8. Tampilan AR RumahTipe 190 48
Gambar 4.9. Tampilan AR Denah Rumah Tipe190 48
Gambar 4.10. Tampilan AR Spesifikasi Teknis Rumah Tipe 190 49
Gambar 4.11. Tampilan Ruangan Rumah Tipe 190 49
Gambar 4.12. Tampilan Guide 50
Gambar 4.13. Tampilan About 50
ABSTRAK
Pemakaian brosur memudahkan produsen untuk menawarkan produk atau jasa yang
ingin dipesan dan dijual terhadap konsumen. Penggunaan brosur pada bisnis properti
sangat mempengaruhi tingkat ketertarikan konsumen terhadap rumah yang
ditawarkan. Diperlukan brosur yang dapat berinteraksi dengan baik kepada konsumen.
Augmented Reality adalah suatu lingkungan yang memasukkan objek virtual 3 dimensi kedalam lingkungan nyata secara real-time. Pembangunan aplikasi ini
menggunakan Augmented Reality kedalam brosur rumah sehingga brosur ini menjadi
lebih nyata dengan adanya objek 3 dimensi. Pembangunan aplikasi Augmented
Reality visualisasi maket rumah virtual bertujuan untuk memperlihatkan kepada konsumen bentuk rumah yang ditawarkan secara 3 dimensi. Dengan adanya aplikasi
ini dapat menambah ketertarikan pembeli terhadap rumah yang dipesankan atau dijual
dan dapat mengurangi biaya pembuatan miniatur maket. Aplikasi ini merupakan
aplikasi yang berjalan pada platform mobile android, Penggunaan Vuforia SDK pada
aplikasi ini dapat menampilkan objek augmented secara 3 dimensi. Aplikasi ini dapat
mengurangi biaya pembuatan maket miniatur dan dapat menambah ketertarikan
konsumen terhadap rumah yang ingin dijual atau yang ditawarkan.
Kata kunci : Augmented Reality, Vuforia, Android, Brosur, Rumah.
ANDROID BASED VISUALIZATION OF HOUSE MAKET USING AUGMENTATION TECHNOLOGY
ABSTRACT
Brochure facilitates businessman to offer and sell their products or services to
their consumer. The use of brochure on the property business affects the level of
consumer interest towards home offered. A brochure needs to be able to interact well
to consumer. Augmented Reality is an environment that insert 3D Virtual Object into
the real life. The development of this application uses Augmented Reality that will be
inserted to home brochures so this brochures become more realistic. The development
of this Augmented Reality-based Virtual Home Market application is intended to
show the home structure model in 3D to consumer. With this application, consumer
interest to any home that is ordered and bought will increase, and reduce the cost of
making home miniature. This application is running on mobile android platform.
Vuforia SDK use in this application can display 3D-augmented objects. This
application can reduce the cost of making home miniature and increase consumer
interest to any home that is offered.
Keywords : augmented reality, vuforia, android, brochure, house.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Brosur adalah media promosi iklan yang ditujukan kepada konsumen agar mengetahui
kelebihan jasa dan produk atau knowledge yang ditawarkan dalam bentuk selembaran
dan terbit hanya sekali. Dengan adanya brosur akan memudahkan produsen untuk
menawarkan produk atau jasa mereka terhadap konsumen.
Penggunaan brosur sangat mempengaruhi tingginya ketertarikan konsumen
terhadap produk dan jasa yang ditawarkan, bentuk dan tata letak brosur tergantung
dengan produk yang ditawarkan dan merupakan satu kesatuan dari strategi pemasaran.
oleh sebab itu produsen berlomba–lomba merancang brosur yang interaktif dan menarik.
Adapun strategi pemasaran melalui media lain, brosur tidak dapat dilepaskan
dari satu kesatuan strategi pemasaran dikarenakan adanya keterbatasan media lain
untuk penyampaian dan waktu yang begitu singkat sehingga belum tentu dapat
dimengerti konsumen.
Perkembangan teknologi informasi berkembang seiring dengan perkembangan
zaman. Media pemasaran tidak lagi secara manual melainkan dipromosikan secara
realtime dengan teknologi informasi Augmented Reality (AR), dengan tambahan suatu
media, media dapat berupa brosur atau katalog.
Augmented Reality adalah penggabungan objek nyata dan maya dengan cara memasukkan objek virtual 3 (tiga) dimensi ataupun informasi ke dalam lingkungan nyata secara realtime. Augmented Reality memberikan pengguna untuk berinteraksi
secara nyata. Penggunaan Augmented Reality saat ini telah melebar ke berbagai aspek
dalam kehidupan kita. Sehingga tidak menutup kemungkinan teknologi ini dapat juga
digunakan untuk membangun sebuah aplikasi dibidang pemasaran penjualan rumah.
Sehingga dapat meningkatkan antusiasme seseorang dalam membeli atau pun
berinvestasi rumah.
Dengan pemanfaatan Teknologi Augmented Reality, pengembang usaha properti dapat menghemat biaya karena tidak harus membuat maket rumah maupun
mencetak brosur yang berlebihan untuk mendapatkan rincian rumah yang dijual.
Dengan itu dapat digantikan maket rumah 3 dimensi yang ditampilkan secara virtual menggunakan perangkat mobile android.
Adapun penelitian sebelumnya mengenai Augmented Reality yang pernah dibuat sebelumnya yaitu Interior Design in Augmented Reality Environment (Phan et
al, 2010), A Study on Web Augmented Reality based Smart Exhibition System Design
for User-Participating (Lim et Al, 2011), Augmented Reality Sebagai Perpanjangan Ruang Dalam Arsitektur (Arif Rahman wahid 2012), (Penerapan Teknologi
Augmented Reality pada apaliasi katalog rumah berbasis Android (Muhammad Rifa‟i, Tri Listyorini, & Anastasya Latubessy, 2014).
Dari uraian latar belakang di atas, maka penulis memilih judul “Visualisasi
maket rumah Virtual menggunakan Teknologi Augmentasi berbasis Android”.
1.2 Rumusan Masalah
Pengembang bisnis properti yang ingin membangun perumahan hanya menawarkan
brosur yang pada dasarnya berbentuk objek 2 dimensi ataupun maket miniatur yang
berada dikantor pemasaran.
Konsumen menghabiskan banyak waktu hanya untuk melihat miniatur rumah
tersebut dan pengembang properti banyak mengeluarkan biaya hanya untuk membuat
maket miniatur, maka diperlukan alternatif cara untuk menvisualisasi rumah dalam
bentuk mendekati nyata.
1.3 Batasan Penelitian
Adapun batasan masalah dalam penelitian ini , yaitu :
1. Aplikasi akan dibangun dalam ruang lingkup sistem Android
2. Aplikasi ini akan dibangun menggunakan bahasa pemrograman C#
3. Aplikasi akan menampilkan rumah secara 3 dimensi .
4. Aplikasi ini menampilkan keadaan dalam ruangan apabila memilih salah satu
ruangan yang terdapat pada denah rumah yang ditampilkan.
5. Aplikasi ini berbasis Augmented Reality menggunakan sketchup, 3Dmax, Unity 3D, Vuforia SDK sebagai perangkat lunak untuk membangunnya.
1.4 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk memanfaatkan teknologi Augmented reality dalam
membangun sebuah aplikasi visualisasi maket rumah virtual sehingga pembeli dapat langsung melihat bentuk rumah yang ingin dibeli secara 3 (tiga) dimensi.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah:
1. Mengetahui manfaat Augmented Reality dalam bidang pemasaran dan arsitektur .
2. Mengurangi biaya pembuatan miniatur maket.
3. Menambah ketertarikan pembeli terhadap rumah yang yang ingin dibeli.
1.6 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada skripsi ini terdiri dari lima bab yaitu sebagai berikut :
Bab 1: Pendahuluan
Pada Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab 2: Landasan Teori
Pada Bab ini berisi kumpulan teori-teori berkaitan dengan penelitian tugas akhir ini
yang berasal dari referensi baik itu dari buku maupun referensi dari internet.
Bab 3: Analisis dan Perancangan Sistem
Pada Bab ini berisi perancangan sistem yang akan dibangun berdasarkan hasil analisis
dari permasalahan.
Bab 4: Implementasi dan Pengujian Sistem
Pada Bab ini membahas tentang implementasi dari analisis dan perancangan yang
telah disusun pada Bab 3 dan pengujian yang dilakukan untuk mengetahui apakah
sistem yang telah dibangun sesuai dengan apa yang diinginkan.
Bab 5 : Kesimpulan dan Saran
Pada Bab ini berisi tentang kesimpulan dari bab-bab sebelumnya serta hasil dari
sistem yang telah dibangun serta saran untuk pengembangan pada penelitian
berikutnya.
LANDASAN TEORI
2.1 Perumahan dan Permukiman 2.1.1 Pengertian Rumah
Rumah adalah bangunan gedung yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang layak
huni, sarana pembinaan keluarga, cerminan harkat dan martabat penghuninya, serta
aset bagi pemiliknya (UU No. 1 Tahun 2011 Tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman).
Menurut Johan Silas (2002) rumah memiliki pengertian sebagai tempat
penyelenggaraan kehidupan dan penghidupan keluarga.rumah harus memenuhi
kebutuhan yang bersifat biologis seperti makan, belajar, dan lain-lain, juga memenuhi
kebutuhan non biologis, seperti bercengkrama dengan anggota keluarga atau dengan
tetangga.fungsi rumah dikelompokan menjadi tiga yaitu rumah berfungsi sebagai
sarana infestasi, rumah sebagai sarana berusaha dan rumah sebagai tempat bernaung.
Rumah berfungsi sebagai sarana investasi memiliki arti rumah mempunyai nilai
investasi yang bersifat moneter yang dapat diukur dengan uang dan non moneter yang
tidak dapat diukur dengan uang, tetapi lebih pada keuntungan moral dan kebahagiaan
keluarga. Rumah sebagai sarana berusaha dapat diartikan sebagai melalui rumah
penghuni dapat meningkatkan pendapatannya guna kelangsungan hidupnya.
Rumah sebagai tempat bernaung harus memenuhi kebutuhan ruang akan
kegiatan bagi penghuninya. Terdapat beberapa ruang pokok yang ada pada sebuah
rumah, yaitu ruang tidur, ruang belajar atau ruang kerja, ruang keluarga, ruang
services seperti dapur, dan teras atau ruang tamu. Makna yang terkandung didalam
kebutuhan ruang-ruang tersebut mencerminkan bahwa rumah adalah tempat untuk
istirahat, tempat untuk mengembangkan diri guna meningkatkan mutu kehidupan,
rumah sebagai tempat sosialisasi utamanya dengan keluarga, rumah sebagai tempat
menyediakan kebutuhan jasmani dan rohani serta rumah sebagai tempat bernaung.
2.1.2 Pegertian Perumahan
Perumahan adalah kumpulan rumah sebagai bagian dari permukiman, baik perkotaan
maupun perdesaan, yang dilengkapi dengan prasarana, sarana, dan utilitas umum
sebagai hasil upaya pemenuhan rumah yang layak huni. (Sumber: UU No. 1 Tahun
2011 Tentang Perumahan dan Kawasan Permukiman).
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempattinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan
saranalingkungan (Musthofa, 2008).
2.1.3 Fungsi Perumahan
Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal
atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan.
(UU No. 4 Tahun 1992 Tentang Perumahan dan Permukiman).
Pemakaian atau penggunaan perumahan adalah sah apabila ada persetujuan
pemilik dengan mengutamakan fungsi perumahan bagi kesejahteraan masyarakat.
(Pasal 7 Ayat (1) UU No. 1 Tahun 1964 Tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti UU No. 6 Tahun 1962 Tentang Pokok-Pokok Perumahan).
2.1.4 Pengertian Permukiman
Permukiman dapat diartikan sebagai sejumlah besar rumah yang terletak pada
kawasan tertentu yang dapat berkembang atau diadakan dan dikembangkan untuk
dapat mengakomodasi sejumlah besar keluarga yang memerlukannya. Berkembang
dapat diartikan sebagai tumbuh secara organis tanpa macam-macam pemikiran,
sedangkan diadakan dan dikembangkan berarti telah melalui berbagai proses dan
pertimbangan yang mempengaruhi pemilihan lokasi, struktur ruang, lingkungan,
besaran, letak bangunan sampai bentuk detail konstruksi dan bahan bangunan.
(Hermanislamet, 1993).
2.2 Developer
2.2.1 Pengertian Developer
Istilah developer berasal dari bahasa asing yang menurut kamus bahasa inggris artinya
adalah pembangun/pengembang. Sementara itu menurut Pasal 5 ayat (1) Peraturan
Menteri Dalam Negeri Nomor 5 tahun 1974, disebutkan pengertian Perusahaan
Pembangunan Perumahan yang dapat juga masuk dalam pengertian developer, yaitu : “Perusahaan Pembangunan Perumahan adalah suatu perusahaan yang berusaha dalam bidang pembangunan perumahan dari berbagai jenis dalam jumlah yang besar di atas suatu areal tanah yang akan merupakan suatu kesatuan lingkungan pemukiman yang dilengkapi dengan prasarana-prasarana lingkungan dan fasilitas-fasilitas sosial yang diperlukan oleh masyarakat penghuninya”. Dalam Undang -Undang Perlindungan Konsumen developer masuk dalam kategori sebagai pelaku
usaha. Pengertian Pelaku Usaha dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 8
tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen yaitu: “Pelaku Usaha adalah setiap orang perseorangan atau badan usaha, baik yang berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum Negara Republik Indonesia, baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian menyelenggarakan kegiatan usaha dalam berbagai bidang ekonomi”.
2.2.2 Hak, Kewajiban dan Tanggung Jawab Developer
Agar terciptanya kenyamanan dalam berusaha dan untuk menjalin pola hubungan
yang seimbang antara developer dan konsumen maka perlu adanya hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Hal tersebut lebih lanjut diatur dalam Undang-Undang Nomor
8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen. Menurut Pasal 6 Undang-Undang
Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, meliputi:
a) Hak untuk menerima pembayaran yang sesuai dengan kesepakatan mengenai
kondisi dan nilai tukar barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
b) Hak untuk mendapat perlindungan hukum dari tindakan konsumen yang bertikad
tidak baik.
c) Hak untuk melakukan pembelaan diri sepatutnya di dalam penyelesaian hukum
sengketa konsumen.
d) Hak untuk merehabilitasi nama baik apabila terbukti secara hukum bahwa kerugian
konsumen tidak diakibatkan oleh barang/jasa yang diperdagangkan.
Sedangkan Pasal 7 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen mengatur mengenai
Kewajiban developer yang meliputi:
a) Beritikad baik dalam melakukan kegiatan usahanya.
b) Memberikan informasi yang benar, jelas, dan jujur mengenai kondisi dan jaminan
barang/jasa serta memberi penjelasan penggunaan, perbaikkan, dan pemeliharaan.
c) Memperlakukan atau melayani konsumen secara benar dan jujur serta tidak
diskriminatif.
d) Menjamin mutu barang/jasa yang diproduksi dan/atau diperdagangkan berdasarkan
ketentuan standar mutu barang dan/atau jasa yang berlaku.
e) Memberi kesempatan kepada konsumen untuk menguji dan/atau mencoba
barang/jasa tertentu serta memberi jaminan dan/atau garansi atas barang yang dibuat
dan/atau yang diperdagangkan.
f) Memberi kompensasi, ganti rugi, dan/atau penggantian atas kerugian akibat
penggunaan, pemakaian dan pemanfaatan barang dan/atau jasa yang diperdagangkan.
g) Memberi kompensasi dan/atau jasa yang diterima atau dimanfaatkan tidak sesuai
dengan perjanjian.
Bagi developer (pelaku usaha), selain dibebani kewajiban sebagaimana disebutkan di
atas, ternyata dikenakan larangan-larangan yang diatur dalam Pasal 8 sampai dengan
17 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
Pasal 8 Undang-Undang Nomor 8 tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
mengatur larangan bagi pelaku usaha yang sifatnya umum dan secara garis besar
dapat dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu :
a) Larangan mengenai produk itu sendiri, yang tidak memenuhi syarat dan standar
yang layak untuk dipergunakan atau dipakai atau dimanfaatkan oleh konsumen.
b) Larangan mengenai ketersediaan informasi yang tidak benar, tidak akurat, danyang
menyesatkan konsumen.
Di samping adanya hak dan kewajiban yang perlu diperhatikan oleh developer (pelaku
usaha), terdapat tanggung jawab (Product Liability) yang harus dipenuhi oleh
developer sebagai bagian dari kewajiban yang mengikat kegiatannya dalam berusaha.
Sehingga diharapkan adanya kewajiban dari developer untuk selalu bersikap hati-hati
dalam memproduksi barang/jasa yang dihasilkannya.
2.3 Brosur
Brosur merupakan bahan informasi tertulis mengenai suatu masalah yang disusun
secara bersistem atau cetakan yang hanya terdiri atas beberapa halaman dan dilipat
tanpa dijilid atau selebaran cetakan yang berisi keterangan singkat tetapi lengkap
tentang perusahaan atau organisasi (Kamus besar Bahasa Indonesia).
Fungsi brosur, dibagi menjadi tiga bagian di antaranya:
1. Fungsi informatif yaitu brosur dipakai untuk menginformasikan kepada para
konsumen potensialberkaitan dengan usaha dan jasa. Informasi ini berkaitan
dengan presentasi usaha dan jasa, produk baru atau layanan yang ingin
ditawarkan ataupun perubahan terbaru dalam perusahaan dan lain-lain.
2. Fungsi iklan yaitu brosur benar-benar sangatlah penting sebagai alat iklan atau
alat promosi, yang menarik dan juga memungkinkan untuk mempromosikan satu
atau lebih produk maupun jasa.
3. Fungsi Identifikasi yaitu desain dari brosur yang baik memungkinkan untuk
mempertahankan kriteria yang sama melalui semua brosur yang akan dikeluarkan
suatu usaha dan jasa. Kriteria dapat juga disebut sebuah konsep, itu akan
membuat sebuah usaha dan jasa dapat diidentifikasi dengan mudah.
2.4 Marketing Perumahan 2.4.1 Pengertian Marketing
Maketing merupakan salah satu kunci keberhasilan suatu perusahaan, dimana marketing bukan hanya perinsip mengenai bagaimana menjual saja, tetapi juga
memikirkan memberikan kepuasan terhadap konsumen namun tetap mendatangkan
keuntungan bagi perusahaan.
Marketing adalah suatu proses sosial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan menciptakan,
menawarkan, dan secara bebas mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak
lain (Kotler,Philip.2002).
2.4.2 Marketing Property
Marketing Property dapat diartikan sebagai kegiatan mewartakan atau mempublikasikan produk property. Produk property berupa rumah atau perumahan yang akan dipasarkan oleh tim marketing secara masal, terstruktur dan berulang agar
supaya dapat menarik perhatian publik/khalayak ramai agar mereka berminat,
membuat mereka merasa butuh hingga akhirnya mereka memutuskan untuk membeli.
Berikut langkah kerja marketing property :
1. Menyiapkan panduan strategis dan teknis
Panduan strategis dan teknis perlu disiapkan agar dapat menentukan
langkah pemasaran property yang berhasil, diawali dengan publikasi atau
mewartakan kepada publik tentang keberadaan property tersebut. Mewartakan/ mempublikasikan produk property/perumahan membutuhkan media. Oleh sebab itu, seorang marketing property harus mampu memahami bagaimana menggunakan
media massa, baik berupa media cetak maupun media online yang berbasis
internet. Dan juga media lain di luar ruangan yang megah seperti billbord, rountag,
dan lainnya. Serta harus mengetahui seluk beluk analisa media, bagaimana cara
memilih media yang tepat untuk mengiklankan dan mengambarkan produk
rumah/perumahan yang akan dijual.
2. Kegiatan yang terstruktur dan berulang
Marketing property harus melakukan tindakan yang terstruktur dan berulang, dimana dia harus mewartakan/mengiklankan property tersebut secara terus menerus sampai terekam dalam ingatan publik pembaca tentang rumah/ perumahan
yang ditawarkan tersebut. Iklan ini harus berbahasa menarik, gambar/tampilan
memikat, serta tidak tampak mendikte atau intrusif. Menyampaikan pesan yang
masuk akal dan unik serta sangat perlu adanya sentuhan ahli grafis, ahli semiotika
dan copy writer yang handal agar dapat menarik perhatian publik .
3. Membuat calon konsumen merasa butuh
Semua orang tentu saja membutuhkan rumah, akan tetapi tantangannya adalah
bagaimana cara marketing property tersebut membuat calon pembeli rumah menjadi merasa butuh dan membeli rumah padanya. Jadi, seorang marketing harus
mampu membuat calon pembeli terpikat dan meminati produk rumah/perumahan
yang ditawarkannya.
4. Melakukan pendekatan
Markerting property harus mampu melakukan pendekatan-pendekatan agar publik merasa berminat dan butuh pada produk yang ditawarkan. Pendekatan-pendekatan
tersebut antara lain :
a. Pendekatan ekonomi, yaitu dengan mengilustrasikan potensi keuntungan yang
bakal didapat oleh pembeli.
b. Pendekatan psikologis, menumbuhkan kepercayaan atau kebanggaan, atau
naiknya gengsi positif dari pembeli rumah saat membayar produk yang
ditawarkan.
c. Pendekatan transaksi, yaitu dengan memberikan kemudahan dalam melakukan
pembayaran seperti, pemberian kredit dengan memperkecil uang muka atau
pemberian angsuran jangka panjang.
d. Pendekatan diskon dan bonus. Pendekatan ini juga biasanya efektif dalam
mendorong minat pembeli/konsumen properti tersebut.
2.5 Augmented Reality
2.5.1 Pengertian Augmented Reality
Augmented reality (AR) ialah teknologi yang memungkinkan orang untuk memvisualisasikan dunia maya menjadi bagian dari dunia nyata yang ada di sekitar
secara efektif sehingga membuat dunia nyata seakan-akan terhubung dengan dunia
maya dan dapat terjadi suatu interaksi (Jacobs, 2012). Benda-benda maya yang
ditampilkan bertujuan untuk menyampaikan informasi tentang sebuah objek yang
berada di ruang nyata melalui perangkat yang digunakan bertujuan menambah
persepsi tentang objek yang nyata tersebut (Azuma, 1997). AR merupakan teknologi
yang memungkinkan komputer menghasilkan citra virtual yang memproyeksikan objek fisik secara real time. Tidak seperti Virtual Reality (VR), dimana pengguna dengan utuh dibawa kedalam sebuah lingkungan virtual, AR memungkinkan user untuk interaktif dengan gambar virtual menggunakan benda nyata dengan cara yang menarik (Zhou, Duh & Billinghurst, 2008).
AR merupakan variasi dari kombinasi Virtual Environtment (VE) dengan Reality Environtment (RE). Hal ini diperkuat dengan adanya gagasan Milgram dan Kishino pada tahun 1994 dengan dirumuskannya sebuah diagram yang merupakan
penggabungan dan peleburan dunia nyata dan dunia maya ke dalam sebuah kontinuum
virtualitas (Virtuality Continuum). Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat pada Gambar
2.1
Gambar 2.1. Virtuality Continuum (Milgram dan Kishino, 1994)
Pada Gambar 2.1 sisi yang paling kiri adalah lingkungan nyata yang hanya berisi
benda nyata, dan sisi paling kanan adalah lingkungan maya yang berisi benda maya.
Diagram diatas menjelaskan bahwa AR yang lebih dekat ke sisi kiri, lingkungannya
bersifat nyata dan bendanya bersifat maya. Sementara dalam VR atau augmented virtuality yang lebih dekat ke sisi kanan lingkungannya bersifat maya dan bendanya bersifat nyata. Realitas tertambah dan virtualitas tertambah digabungkan menjadi
Mixed Reality atau realitas campuran.
Pada umumnya konsep teknologi AR adalah menggabungkan objek maya
kedalam dunia nyata secara bersamaan sehingga mampu menambah persepsi
seseorang akan kenyataan tersebut. Contoh dari AR sering kita jumpai pada saat kita
menonton pertandingan sepakbola di TV kita dapat melihat skor dan waktu
pertandingan di layar saat pertandingan berlangsung. Skor dan waktu tersebut
bukanlah objek yang nyata, melainkan hanya objek maya hasil rekayasa manusia yang
ditampilkan ke dalam TV sehingga kita dapat mengetahui skor dan waktu
pertandingan saat itu. Hal itu yang dimaksuddengan tujuan AR, yaitu mampu
menambah persepsi tentang objek dunia nyata.
2.5.2 Sejarah Augmented Reality
Sejarah Augmented Reality (AR) dimulai pada tahun 1957-1962 oleh Morton Heilig,
seorang cinematographer yang menciptakan dan mempatenkan sebuah simulator yang
disebut Sensorama dengan visual, getaran dan bau. Namun pada saat itu, Augmented
Reality masih membutuhkan perangkat pendukung berupa alat output yang berukuran besar untuk menampilkan objek tambahan. Pada tahun 1966 Head-mounted display
ditemukan oleh Ivan Sutherland yang dia claim sebagai jendela ke dunia virtual.
Selanjutnya pada tahun 1975, ilmuwan bernama Myron Krueger menemukan
videoplace yang memungkinkan pengguna untuk berinteraksi dengan objek virtual untuk pertama kalinya. Lalu pada tahun 1989, Jaron Lanier, memperkenalkan Virtual
Reality dan menciptakan bisnis komersial di dunia maya untuk pertama kalinya. Pada tahun 1992, dilakukan pengembangan aplikasi Augmented Reality untuk melakukan perbaikan pada pesawat Boeing, dan ditahun yang sama juga, LB Rosenberg
mengembangkan sebuah fungsi pada Augmented Reality. Fungsi ini bernama Virtual Fixtures yang digunakan oleh Amstrong Labs, yaitu sebuah penelitian milik AU
Amerika Serikat. Di tahun 1992 juga, Steven Feiner beserta 2 temannya Blair
MacIntyre dan dorée Seligmann, memperkenalkan Major Paper mereka untuk pertama
kali mengenai perkembangan Prototype Augmented Reality.
Pada tahun 1999, Hirokazu Kato, atau yang lebih sering dikenal Hiro
mengembangkan ARToolKit sebuah aplikasi Augmented Reality yang mampu mengenali sebuah marker. Dia mengembangkan proyek penelitiannya ini di HITLab
dan didemonstrastikan di SIGGRAPH. Dan pada tahun 2000, Bruce H. Thomas
mengembangkan sebuah mobile game berbasis Augmented Reality yang diberi nama ARQuake yang dia presentasikan di International Symposium on Wearable
Computers. Penampakan game ARQuake dapat dilihat pada gambar 2.2.
Gambar 2.2 Game ARQuake (Bruce, 2000)
Di tahun 2008, Wikitude AR Travel Guide memperkenalkan aplikasi pemandu
wisatanya yang menggunakan input berupa sensor GPS. Lalu pada tahun 2009
FLARToolKit diusung oleh Saqoosha yang merupakan perkembangan dari ArToolkit
yang memungkinkan kita memasang teknologi AR di sebuah website, karena output
yang dihasilkan FLARTToolkit berbentuk Flash. Ditahun yang sama Wikitude Drive
meluncurkan sistem navigasi berteknologi AR pada platform Android. Dan pada tahun
2010 Acrossair menggunakan teknologi AR pada Iphone 3Gs.
2.5.3 Pemanfaatan Augmented Reality
Augmented Reality (AR) bertujuan menambah persepsi dari pengguna akan sebuah objek nyata karena kehadiran objek virtual, hingga menjadikannya tampil nyata yang
menyatu dengan dunia nyata hingga pengguna menganggap objek virtual merupakan
objek yang berasal dari dunia nyata (Azuma et al, 2001).
Meskipun AR merupakan sebuah bidang yang masih baru, namun cakupannya
cukup luas. Pemanfaatannya yang luas menjadikan teknologi ini terus dikembangkan.
Pengembangan Teknologi AR di masa depan mungkin dapat menggunakan berbagai
macam jenis sensor (suara, visual, getaran dan seamacamnya) sehingga data yang
ditampilkan menjadi lebih luas cakupannya (Hughes et al, 2005).
Augmented Reality (AR) memiliki beberapa komponen penting yang mendukung dari proses penerapannya ke pengelolahan citra digital. Menurut R. Silva,
J. C. Oliveira, G. A. Giraldi (2003, 2-3), terdapat empat komponen sebagai berikut:
A. Scene Generator
Scene Generator merupakan komponen yang bertanggung jawab atas proses rendering citra markerless yang ditangkap oleh kamera. Objek virtual akan di tangkap kemudian diolah sehingga objek tersebut dapat ditampilkan ke dunia nyata.
B. Tracking System
Tracking System merupakan salah satu komponen penting dalam AR. Pada tracking
dilakukan sebuah pendeteksian pola objek virtual dengan objek nyata sehingga adanya sinkron diantara keduanya yang berarti proyeksi virtual dengan proyeksi nyata
harus sama atau mendekati, sehingga mempengaruhi validitas hasil yang akan
didapatkan.
C. Display
Sistem AR merupakan sistem yang menggabungkan dunia virtual dengan dunia nyata
ada beberapa parameter mendasar yang harus diperhatikan yaitu optic dan teknologi
video. Keduanya memiliki keterkaitan yang bergantung pada faktor resolusi,
fleksibilitas, titik pandang dan tracking area. Dalam pengembangan teknologi AR terdapat batasan-batasan dalam hal menampilkan objek. Diantaranya yaitu harus ada
batasan pencahayaan, resolusi layar, dan perbedann pencahayaan citra antara citra
virtual dan citra nyata.
D. AR Devices
Terdapat beberapa tipe media yang dapat digunakan untuk menampilka objek berbasis
AR yaitu dengan menggunakan optik, sistem retina virtual, video penampil, monitor berbasis AR dan proyektor berbasis AR.
2.5.4 Jenis Augmented Reality
Augmented Reality (AR) membutuhkan suatu penanda untuk dikenali agar dapat menentukan bagaimana dan dimana objek tambahan itu akan ditampilkan. Mengacu
pada hal ini, Augmented Reality dibagi kedalam 2 jenis yaitu Marker-based tracking dan Marker-less tracking (Johnson et al, 2010).
A. Marker-based tracking
Augmented Reality Marker-based tracking merupakan AR yang menggunakan kamera dan penanda visual atau yang biasa disebut dengan marker untuk menampilkan konten tambahan. Marker merupakan sebuah tanda visual ysng memiliki bentuk persegi terdiri dari warna hitam dan putih dimana warna hitam
merupakan garis pinggir yang tebal lalu warna putih berada di bagian dalam.
Keuntungan dari penggunaan warna hitam dan putih ialah untuk dengan mudah
[image:30.595.265.368.537.639.2]memisahan antara marker dengan latar belakangnya. Bagian dalam dari marker merupakan penanda dari marker tersebut. Contoh dari marker dapat dilihat pada
Gambar 2.3
Gambar 2.3 Contoh marker (Hirokazu,1999)
B. Marker-less tracking
Marker-less tracking merupakan salah satu metode Augmented Reality yang dimana proses tracking tidak lagi menggunakan marker sebagai target deteksi. Dengan adanya
metode ini, proses Augmented Reality tidak lagi terbatas pada marker saja melainkan
dapat berupa gambar visual, objek 3D, GPS atau bahkan anggota tubuh yang dapat
dijadikan sebagai target deteksi.
Perbedaan pada marker-based dengan marker-less ialah pada marker-based proses tracking posisi kamera dan orientasi kamera dihitung dengan marker yang telah
ditetapkan. Sedangkan pada marker-less meghitung posisi dan orientasi kamera dan dunia nyata tanpa ada ketentuan tertentu, hanya menggunakan fitur alami seperti garis,
sudut ataupun model 3D. Adapun contoh penerapan metode marker-less yang digunakan adalah metode image tracking dimana gambar visual dijadikan sebagai target untuk aplikasi Augmented Reality yang dibangun. Contoh aplikasi Augmented Reality image tracking dapat dilihat pada Gambar 2.4.
Gambar 2.4 Salah Satu Contoh Aplikasi Augmented Reality Memperlihatkan Tulang Tangan Manusia(Finley,2010)
2.5.5Metode Pelacakan (Tracking) Augmented Reality
Terdapat beberapa jenis metode pelacakan (tracking) pada AR, antara lain sebagai berikut:
1. Elektromagnetic tracking system merupakan sistem pelacakan dengan mengukur medan magnet yang dihasilkan melalui arus listrik yang secara simultan melewati
tiga kumparan kabel bersifat elektromagnet yang tersusun secara tegak lurus satu
dengan yang lain. Sensor sistem mengkalkulasikan bagaimana medan magnet
terbentuk dan pengaruhnya terhadap kumparan lainnya. Pengukuran tersebut
menunjukkan posisi atau orientasi dan arah dari emitter. Responsibilitas dari
efisiensi sistem pelacakan elektromagnet sangat baik dan tingkat latensinya cukup
rendah. Satu kekurangan dari sistem ini adalah apapun yang dapat menghasilkan
medan magnet dapat mempengaruhi sinyal yang dikirim ke sensor.
2. Accoustic tracking system sistem pelacakan ini menangkap dan menghasilkan gelombang suara ultrasonic untuk mengidentifikasi orientasi dan posisi dari target.
Sistem ini mengkalkulasi waktu yang digunakan suara ultrasonic untuk mencapai
sensor. Sensor biasanya selalu menjaga kestabilan dalam lingkungan dimana
pengguna menempatkan emitter. Bagaimanapun, kalkulasi dari orientasi dan posisi
target yang dilakukan oleh sistem bergantung pada waktu yang digunakan oleh
suara untuk mencapai sensor. Sistem ini memiliki kekurangan yaitu efisiensi
menjadi tidak efektif dikarenakan perubahan kecepatan suara yang berubah.
Perubahan kecepatan bergantung pada kelembaban, temperatur atau tekanan
barometer dalam lingkungan. Saat suara yang lewat sangat lambat, tingkat update
posisi target juga menjadi lambat.
3. Optical tracking system sistem pelacakan ini menggunakan cahaya untuk menghitung orientasi dan posisi target. Sinyal emitter dalam perangkat optical secara khusus terdiri atas sekumpulan LED inframerah. Sensor kamera dapat
menangkap cahaya inframerah yang dipancarkan. LED menyala dalam pulse secara
sekuensial. Kamera merekam sinyal pulse dan mengirim informasi kepada unit pemrosesan sistem. Unit tersebut kemudian dapat menghitung kemungkinan data
untuk menentukan posisi dan orientasi target. Sistem optical mempunyai tingkat
upload data yang cepat, sehingga latensi dapat diminimalisir. Kekurangan sistem
ini adalah penglihatan antara kamera dan LED dapat menjadi gelap, bertentangan
dengan proses pelacakan. Radiasi inframerah juga dapat membuat sistem kurang
efektif.
4. Mechanical tracking system sistem pelacakan ini bergantung pada physical link antara target dan referensi titik tetap. Salah satu contohnya adalah sistem pelacakan
mekanikal dalam lingkungan virtual reality (VR), yaitu BOOM display. BOOM display sebuah head-mounted display (HMD) dipasang di bagian belakang yang terdiri atas 2 poin artikulasi. Deteksi orientasi dan posisi dari sistem dilakukan
melalui lengan. Tingkat update cukup tinggi dengan sistem pelacakan mekanikal, tetapi sistem ini memiki kekurangan yaitu membatasi pergerakan dari pengguna
(user).
5. Inertial navigation system merupakan navigasi bantuan yang menggunakan komputer, sensor gerak (accelerometer), sensor rotasi (gyroscopes) secara continue
dikalkulasi melalui posisi dead reckoning (proses pengukuran posisi sekarang
seseorang dengan menggunakan posisi yang telah ditentukan sebelumnya atau
memperbaikinya, dan tingkatan posisi berdasarkan kecepatan rata-rata dari
waktu-waktu), orientasi, dan kecepatan perpindahan objek tanpa membutuhkan referensi
luar. Sistem ini digunakan dalam bidang transportasi seperti, kapal, pesawat, kapal
selam, dan pesawat ruang angkasa.
6. GPS Tracking, teknologi AVL (Automated Vehicle Locater) yang memungkinkan pengguna untuk melacak suatu objek bergerak seperti kendaraan, armada ataupun
mobil secara realtime. GPS tracking memanfaatkan kombinasi teknologi GSM dan
GPS untuk menentukan koordinat sebuah objek, lalu menerjemahkan dalam bentuk
peta digital.
7. Hybrid Tracking, sistem pelacakan yang merupakan gabungan dari dua atau lebih teknik pelacakan, hybrid tracking digunakan untuk menciptakan sistem pelacakan yang lebih baik. Teknik ini secara sinergis dapat meningkatkan kesegaran
(robustness), kecepatan pelacakan (tracking speed) dan akurasi, dan mengurangi
jitter dan noice. Hybrid tracking telah banyak digunakan dengan gabungan beberapa teknik pelacakan (misalnya GPS, electronic compass dan sensor inertial dan sensor optical).
2.5.6 Teknik Tampilan AR
Terdapat tiga teknik tampilan pada AR yaitu head-mounted display, handheld displays, dan spatial display.
1. Head-mounted display, teknik tampilan ini bekerja dengan menempatkan gambar diantara dunia nyata dan objek grafik virtual melalui pandangan user terhadap dunia nyata. Head-mounted display terbagi menjadi dua bagian yaitu optical
see-through dan video see-through. Optical see-through biasanya menempatkan sebuah semi-silvered mirror sebelum mata pengguna. Pengguna dapat melihat dunia nyata melalui mirror (cermin), dan juga melihat grafik komputer yang digambarkan pada layar miniatur pada refleksi cermin. Proses ini mempunyai
efek grafik seperti munculnya objek hitam transparan terhadap pengguna,
memberikan pandangan tanpa modifikasi dari objek nyata pada tempat yang
sama. Pada Video see-through pandangan pengguna tidak secara langsung terhadap dunia nyata tetapi hanya sebuah miniatur hasil komputerisasi yang
nampak penuh dalam layar. HMD harus melacak dengan sensor yang
menyediakan 6DOF (six degrees of freedom). Pelacakan ini membuat sistem
dapat menyelaraskan virtual informasi ke dunia nyata.
2. Handheld display merupakan sebuah teknik tampilan yang bekerja dengan sebuah layar kecil yang pas atau sesuai dengan genggaman pengguna. Handheld AR merupakan solusi untuk video-see through. Mulanya, teknik ini bekerja dengan penanda fiducial, dan kemudian GPS, dan sensor MEMS (Micro electro mechanical systems) seperti kompas digital, accelerometer, dan gyroscope.Saat
ini, pelacakan tanpa marker, yaitu SLAM (Simultaneous localization and mapping) seperti PTAM yang mulai digunakan. Keuntungan utama dari handheld
AR adalah mudah digunakan, dapat dibawa kemana-mana (portable) dan telah
dilengkapi kamera.
2.6 Vuforia SDK
Vuforia SDK adalah Software Development Kit yang dikembangkan oleh Qualcomm, tujuan dari Vuforia ini adalah untuk dapat secara luas merancang aplikasi AR tanpa
adanya batasan pengembangan, karena Vuforia didistrubusikan secara gratis dan
bebas digunakan oleh siapapun. Aplikasi ini membuat kamera gambar live preview pada layar untuk mewakili pandangan dari dunia fisik. Objek virtual 3D kemudian ditumpangkan pada preview kamera secara langsung dan tampak nyata di dunia nyata.
Vuforia mendukung perangkat untuk iOS, Android dan Unity3D. Platform Vuforia
juga mendukung para pengembang untuk membuat aplikasi yang dapat digunakan di
berbagai tipe smartphone.
Vuforia SDK mampu melakukan proses tracking pada benda 2 dimensi berupamarker, frame image serta image target dan untuk objek 3 dimensi, proses tracking dapat dilakukan pada benda yang berbentuk kubus ataupun balok serta berbentuk silinder. Terdapat juga fitur virtual button untuk menambah interaksi dengan pengguna.
Aplikasi Augmented Reality yang dikembangkan menggunakan Vuforia SDK
compatible dengan perangkat mobile Iphone dari mulai 4s hingga 5, Ipad, ponsel Android dengan OS diatas 2.2 atau Froyo. Development Platform yang didukung Vuforia dapat dilihat pada Tabel 2.1
Tabel 2.1 Tabel Development Environment Vuforia
Development
Environment
Development Platform
Native SDK Unity Extemsion
Android Ios Android iOS
Windows Yes -- Yes, multi-platform
deployment
MacOS Yes Yes Yes, multi-platform
deployment
Linux Yes -- -- --
2.6.1. QCAR Vuforia SDK
Merupakan library static sebagai connector yang menghubungkan aplikasi yang sudah dibuat dengan libQCAR.so pada platform Android. Tidak hanya pada platform
Android saja, QCAR SDK juga bisa di aplikasikan ke platform iOS yang library-nya tidak jauh berbeda seperti pada Android, dimana iOS menggunakan libQCAR.a.
Gambar 2.5. QCAR SDK Library (Vuforia Developer Portal, 2015)
Pada gambar 2.5 menjelaskan bahwa pengembangan menggunakan Vuforia
SDK terdiri dari QCAR SDK dan Target Management Application yang dapat diakses
melalui portal QDevNet. Developer terlebih dahulu meng-upload gambar ke portal developer vuforia dan nantinya akan digunakan sebagai marker dan kemudian Developer dapat mengunduh Target manager dan menggunakannya sebagai marker untuk dilacak pada kamera.
2.6.2 Arsitektur Vuforia SDK
Arsitektur Sistem merupakan istilah untuk menjelaskan dan mendefenisikan
komponen-komponen yang terdapat di dalam suatu sistem secara spesifik dan
terstruktur. Komponen utama Vuforia SDK dalam menjalankan sebuah aplikasi AR
adalah :
1. Kamera
Tugas kamera adalah untuk menangkap setiap gambar secara real-time lalu menyampaikan kepada tracker. Kamera bertugas untuk menangkap setiap gambar
secara real-time lalu menyampaikannya ke tracker. Developer hanya bertugas untuk memerintahkan kapan kamera bekerja dan kapan kamera berhenti. Setiap
gambar yang tertangkap akan disampaikan secara otomatis bergantung kepada
ukuran dan formatnya.
2. Image Converter
Gambar yang ditangkap kamera akan diformat oleh Pixel Format Converter menjadi gambar dengan format yang cocok dengan OpenGL rendering and tracking. Hasil konversi ini juga terdiri dari beberapa gambar dengan resolusi yang berbeda-beda.
3. Tracker
Pelackan dan pendeteksian objek-objek yang ditangkap oleh kamera dilakukan
oleh Tracker. Tracker berisi algoritma-algoritma computer vision. Cara kerja pelacakan adalah setelah gambar tertangkap kamera, algoritma yang berbeda-beda
mulai mendeteksi target dan memunculkan virtual button. Hasil dari deteksi disimpan dalam objek statis dan akan digunakan oleh komponen selanjutnya
(Video Background Renderer). Tracker dapat memunculkan banyak data set namun
hanya dapat ditampilkan satu persatu.
4. Video Background Renderer
Proses rendering dari gambar yang telah disimpan kedalam objek statis dilakukan oleh Video Background Renderer. Rendering merupakan proses membangun sebuah gambar, model atau objek apapun dari sebuah model atau objek tertentu
menggunakan program komputer. Kemudian hasil dari rendering ini akan
ditampilkan melalui perangkat mobile secara real-time. Spesifikasi perangkat mobile yang digunakan mempengeruhi kecepatan dari proses rendering.
5. Application Code
Developer harus menginisialisasi semua komponen di atas selain itu, untuk setiap frame yang diproses, objek statis diperbaruhi dan pemanggilan renderer, developer
harus melakukan 3 langkah utama didalam application code yaitu :
Membuat query statis untuk setiap target baru yang terdeteksi.
Mengupdate application logic dengan input data baru.
Menambahkan overlay grafik.
Diagram Arsitektur Vuforia SDK dapat dilihat pada Gambar 2.6
Gambar 2.6 Arsitektur Vuforia SDK (Vuforia Developer Portal, 2015)
2.6.3 Target
Vuforia menyediakan Sistem Target Manajemen Online yang dapat digunakan untuk membuat Target. Dataset yang telah didownload berisi file XML yang dapat
dikonfigurasi oleh developer untuk mengkonfigurasi fitur trackable tertentu dan file binary yang terdapat didalam database trackable.
2.6.4 Target Management System
Dalam mengembangkan aplikasi AR Qualcomm telah menyediakan Qualcomm
Target Management System merupakan sebuah tool berbasis web yang disediakan bagi pengembang aplikasi yang menggunakan Vuforia SDK. Tool ini dipergunakan untuk membuat image target dengan mengupload image. Image yang sudah diupload laluakan diproses untuk menghasilkan sebuah image target. Setelah proses ini selesai,
image target hanya tinggal download. Hasil download berupa sebuah paket database yang berisi dataset konfigurasi XML yang dapat dikonfigurasi lebih lanjut, lalu ada
file binary dan file trackable.
2.7 Penelitian Terdahulu
Banyak cara yang dilakukan dalam mempresentasikan sebuah data atau informasi.
Salah satunya dengan pemanfaatan teknologi multimedia untuk membuat proses
penyajian informasi yang lebih menarik. Pemanfaatan multimedia khususnya
[image:39.595.103.530.344.553.2]Augmented Reality dalam menyajikan informasi dapat digunakan orang karena pengimplementasiannya yang cukup luas. Selain itu output dari sebuah sistem Augmented Reality sangatlah menarik. Berikut adalah penelitian-penelitian terdahulu yang menjadi sumber referensi penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Penelitian Terdahulu
Peneliti Tahun Judul
Phan et al 2010 Interior Design in Augmented Reality Environment
Lim et al 2011 A Study on Web Augmented Reality based Smart Exhibition System Design for User Participating
Wahid,Arif R 2012 Augmented Reality Sebagai Perpanjangan Ruang Dalam Arsitektur
Rifa‟I et al 2013 Penerapan Teknologi Augmented Reality Pada Aplikasi Katalog Rumah Berbasis Android
Pada tahun Phan et al melakukan penelitian pemanfaatkan teknologi
Augmented Reality untuk desain interior, juga pembelajaran hasil pengerjaan sebuah
desain interior. Peneliti berpendapat bahwa seiring pesatnya teknologi teknik
informasi virtual akan sangat dibutuhkan dibidang arsitektur. Seperti teknologi baru AR memberikan keuntungan untuk desain arsitektur digital maupun kontruksinya.
Penelitian tentang Augmented Reality juga pernah dilakukan oleh Lim et al pada tahun 2011. Peneliti ini memanfaatkan Augmented Reality untuk membuat sistem pameran pintar. Adapun tujuan peneliti ini untuk mendorong partipisasi
pengguna dan memungkinkan pengguna untuk mendapatkan informasi mendalam
tidak hanya melalui teks, gambar, dan video, tetapi juga melalui objek 3D virtual di secara real-time.
Lalu pada tahun 2012 Wahid, Arif R melakukan penelitian dengan
memanfaatkan Augmented Reality unutk membuat sistem penampilan ruang yang dapat berubah-ubah. Tujuan peneliti ini bermaanfaat karena terdapatnya ruang virtual
yang tervisualisasi dimana sekarang makin sedikit dan terbatasnya ruang fisik dan
juga adanya pemanfatan ruang dalam desain.
Selanjutnya pada tahun 2013 Rifa‟i et al melakukan penelitian Dengan memanfaatkan teknologi AR, maket/miniatur rumah yang biasa digunakan untuk
memberi contoh rumah dapat digantikan dengan model rumah 3D yang ditampilkan
secara virtual menggunakan perangkat mobile android, sehingga para pengusaha properti dapat menghemat biaya pengeluaran karena mereka tidak perlu lagi membuat
miniatur rumah dan menggantinya dengan aplikasi katalog rumah AR ini.
BAB 3
ANALISIS DAN PERANCANGAN
3.1 Analisis
Analisis merupakan sebuah proses pengumpulan informasi yang bertujuan
menciptakan pemahaman menyeluruh. Proses analisis diharapkan dapat
mengidentifikasi setiap permasalahan yang mungkin terjadi pada sistem serta dapat
menetukan setiap kebutuhan dari sistem yang akan dibangun. Analisis disini terdiri
dari analisis masalah, analisis sistem, analisis kebutuhan data dan analisis aplikasi.
Tahapan-tahapan ini akan sangat membantu didalam merancang pemodelan sistem
yang akan dibangun.
3.1.1. Analisis Masalah
Identifikasi merupakan tahap awal dari proses analisis. Identifikasi yang dimaksud di
sini adalah cara penerapan teknologi augmented reality dalam membangun sebuah
aplikasi visualisasi maket rumah virtual. Aplikasi ini menggunakan Augmented
reality berupa Marker-less tracking. Dengan menggunakan kamera smartphone sebagai pendeteksi gambar menurut database yang akan dimunculkan berupa rumah
dalam bentuk 3 dimensi yang terletak di atas marker, dan dapat berinteraksi melalui
layar smartphone yang mampu menampilkan informasi bahan dan suasana rumah berupa video. Dikarenakan perkembangan bisnis properti saat ini hanya menawarkan
brosur yang pada dasarnya berbentuk objek 2 dimensi ataupun maket miniatur yang
berada dikantor pemasaran sehingga memakan banyak waktu untuk calon pembeli
hanya untuk melihat miniatur rumah tersebut. maka dengan pemanfaatan teknologi
AR akan sangat membantu calon pembeli untuk dapat melihat visualisasi mendekati
nyata rumah berbentuk 3 dimensi yang ditawarkan secara efisien dan menarik.
3.1.2 Analisis Kebutuhan
Analisis Kebutuhan Sistem mencakup analisis kebutuhan fungsional sistem dan analisis kebutuhan non-fungsional sistem.
a. Analisis Kebutuhan Fungsional
Analisis Kebutuhan Fungsional menggambarkan persyaratan penerapan sistem yang akan dibangun sesuai dengan kebutuhan aplikasi, dengan kata lain segala sesuatu
yang diperlukan sistem agar sistem berjalan dengan baik. Dalam hal ini kebutuhan
fungsional yang harus dimiliki oleh sistem adalah :
1. Sistem dapat membaca inputan berupa marker yang sudah pilih.
2. Sistem dapat melakukan pelacakan (tracking) marker dengan mengarahkan kamera
sebagai penangkap gambar.
3. Sistem dapat mencocokan marker yang sudah dipilih dengan marker yang ditangkap kamera.
4. Sistem dapat menampilkan objek Augmented Reality yang dapat menampilkan maket rumah.
5. Sistem dapat menampilkan objek Augmented Reality yang dapat menampilkan
denah rumah.
6. Sistem dapat menampilkan video susana dalam rumah.
7. Sistem dapat menampilkan spesifikasi teknis.
b. Analisis Non Fungsional
Untuk menunjang kinerja sistem, beberpa persyaratan non-fungsional yang harus dipenuhi sistem sebagai berikut :
1. Kinerja
Sistem dapat bekerja dalam smartphone .
2. Mudah Digunakan
Sistem mudah digunakan agar pengguna dapat mengoprasikannya dengan baik.
3. Dokumentasi
Sistem dapat menampilkan objek dan melakukan tracking marker.
4. Hemat Biaya
Sistem tidak memerlukan perangkat keras lainya dalam proses eksekusi.
3.2 Pemodelan
Pemodelan dilakukan untuk mempermudah dalam pengembangan sistem. Pemodelan
sistem dibuat berupa Flowchart , Use Case diagram, sequence diagram dan perancangan antarmuka (Interface).
[image:43.595.250.373.299.729.2]3.2.1 Flowchart
Gambar 3.1 Flowchart Perancangan Umum Sistem
Pada gambar 3.1 menjelaskan alur kerja sistem dalam bentuk flowchart, adapun penjelasannya sebagai berikut :
1. Pengguna menyiapkan brosur yang terdapat marker yang sudah diregistrasikan.
2. Kamera mengidentifikasi (tracking) marker.
3. Jika marker valid tahap berikutnya dapat berjalan, jika tidak pengguna kembali pengidentifikasian marker.
4. Marker yang valid dan teridentifikasi dapat menampilkan objek Rumah 3D.
5. User dapat berinteraksi melalui layar smartphone, berupa tampilan setiap sudut raungan, spesifikasi teknis dan suasana ruangan berupa video.
Adapun Flowchart detail perancangan aplikasi dibagi atas beberapa tahap, adalah
sebagai berikut :
[image:44.595.263.364.338.628.2]a) Flowchart perancangan objek 3D
Gambar 3.2 Flowchart Perancangan objek 3D
b) Flowchart Pembuatan Marker
Gambar 3.3 Flowchart Pembuatan Marker
c) Flowchart pembuatan Aplikasi
Gambar 3.4 Flowchart Pembuatan Aplikasi
3.2.2 Use Case Diagram
Perancangan fungsionalitas sistem dimodelkan dengan berupa diagram Use Case, Aplikasi visualisasi maket rumah terdiri dari prosedur mulai aplikasi, prosedur info,
prosedur petunjuk dan prosedur keluar. Pada Use Case ini melibatkan dua aktor yaitu
pengguna dan kamera. Proses dari setiap prosedur yang terdapat pada aplikasi
[image:46.595.143.489.276.764.2]visualisasi maket rumah digambarkan dengan diagram Use Case yang terlihat pada Gambar 3.5
Gambar 3.5 Use Case Diagram Aplikasi Visualisasi Maket Rumah Virtual
1. Dokumentasi Naratif Use Case Mulai Aplikasi
Dokumentasi naratif “Mulai Aplikasi”, menjelaskan cara memulai aplikasi mulai dari proses mulai hingga muncul tampilan kamera. Untuk lebih jelasnya Dokemuntasi
[image:47.595.109.527.218.529.2]naratif ”Mulai Aplikasi” dapat dilihat pada tabel 3.1
Tabel 3.1 Dokumentasi Naratif Use Case Mulai Aplikasi Nama Use Case Mulai
Aktor Pengguna
Deskripsi Use Case yang menjelaskan tentang proses mulai aplikasi
Pre-condition Aplikasi belum dijalankan
Typical course of event
Aksi Aktor Respon Sistem
Langkah1: Pengguna membuka aplikasi
dari smartphone
Langkah 2: Sistem menampilkan menu
awal aplikasi
Langkah 3: pengguna memilih button
sesuai object rumah 3D yang ingin ditampilkan
Langkah 4: Sistem memproses request dari pengguna
Langkah 5: Kamera aktif
Post condition Tampilan kamera akan muncul dan kamera siap untuk melakukan tracking marker
2. Dokumentasi Naratif Use Case Memuat Objek
Dokumentasi naratif Use Case “Memuat objek” berikut menjelaskan tentang proses penampilan objek rumah 3D yang diawali dengan tracking marker oleh kamera. Untuk lebih jelasnya Dokumentasi naratif Use Case “Memuat objek” dapat dilihat pada tabel 3.2
3. Dokumentasi Naratif Use Case Interkasi melihat spesifikasi teknis
Dokumentasi naratif Use Case Interaksi “Melihat Spesifikasi Teknis” berikut menjelaskan proses bagaimana sistem menampilkan spesifikasi teknis melalui
interaksi antarmuka oleh pengguna. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 3.3
Tabel 3.2 Dokumentasi Naratif Use Case Memuat Objek Nama Use Case Memuat Objek
Aktor Kamera
Deskripsi Use Case yang menjelaskan tentang proses menampilkan Objek rumah 3D
Pre-condition
Pengguna telah menjalankan Aplikasi di smartphone
Typcical course of event
Aksi Aktor Respon Sistem
Langkah1: Kamera Aktif Langkah 2: Sistem melakukan proses
tracking marker
Langkah 3: Sistem memuat objek rumah
3D
Langkah 4: Kamera menampilkan objek
rumah 3D
[image:48.595.107.526.128.459.2]Post condition Tampilan rumah 3D akan muncul
Tabel 3.3 Dokumentasi Naratif Use Case Interaksi Melihat Spesifikasi Teknis Nama Use Case Interkasi melihat spesifikasi teknis
Aktor Pengguna
Deskripsi Use Case yang menjelaskan tentang proses Interkasi melihat spesifikasi teknis
Pre-condition Tampilan Objek rumah 3D akan muncul
Ty