• Tidak ada hasil yang ditemukan

Karakteristik Kimia Lignin Sepuluh Jenis Kayu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Karakteristik Kimia Lignin Sepuluh Jenis Kayu."

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

KARAKTERISTIK KIMIA LIGNIN SEPULUH JENIS KAYU

ANGGY EKA FITRIANA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Karakteristik Kimia Lignin Sepuluh Jenis Kayu” adalah benar karya saya sendiri dengan bimbingan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

ANGGY EKA FITRIANA. Karakteristik Kimia Lignin Sepuluh Jenis Kayu. Di bawah bimbingan DEDED SARIP NAWAWI

Lignin adalah komponen kimia yang banyak diperhatikan terkait dengan proses pulping. Kadar dan reaktifitas lignin mempengaruhi kemudahan reaksi delignifikasi selama proses pulping. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa karakteristik kimia lignin sepuluh jenis kayu; yang dinyatakan sebagai lignin total, lignin klason, lignin terlarut asam dan nisbah siringi/guaiasil. Lignin total merupakan penjumlahan dari lignin klason dan lignin terlarut asam. Kadar lignin memiliki variasi yang lebar antar spesies. Kadar lignin klason berkisar 20.51-34.4% dan lignin terlarut asam berkisar 0.31-2.8%. Jenis kayu yang memiliki kadar lignin klason rendah cenderung memiliki kadar lignin terlarut asam dan nisbah siringil/guaiasil tinggi. Terdapat korelasi positif antara lignin terlarut asam dan nisbah siringi/guaiasil (R2=0.92).

Kata kunci : delignifikasi, lignin klason, lignin terlarut asam, monomer lignin,

reaktifitas

ABSTRACT

ANGGY EKA FITRIANA. Chemical Characteristic of Lignin in the Ten Wood Species. Supervised by DEDED SARIP NAWAWI.

Lignin is a chemical component of wood which was concerned in relation to pulping process. The content and reactivity of lignin affect the easiness of delignification in the pulping process. This research aimed to analyze the chemical characteristics of lignin in the ten wood species; which were expressed as total lignin, Klason lignin, acid-soluble lignin, and syringil/guiacyl ratio. Total lignin was defined as a sum of Klason and acid-soluble lignin. Lignin content varied widely between wood species. Klason lignin was 20.51-34.3% and acid-soluble lignin was 0.31-2.8%. Wood species having lower lignin content tend to have higher acid-soluble lignin and syringil/guaiacyl ratios. Consequently, there was clear and positive correlation between acid-soluble lignin and syringil/guaiacyl ratio (R2=0.92)

Keywords : acid soluble lignin, delignification, Klason lignin, monomers lignin,

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

Departemen Hasil Hutan

KARAKTERISTIK KIMIA LIGNIN SEPULUH JENIS KAYU

ANGGY EKA FITRIANA

DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala berkat-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juli ini ialah Karakteristik Kimia Lignin Sepuluh Jenis Kayu.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Ir Deded Sarip Nawawi, M Sc selaku pembimbing yang telah sabar membimbing serta banyak memberikan saran dalam pelaksanaan penelitian tersebut. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, adik, seluruh keluarga, serta sahabat atas segala doa dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(9)

DAFTAR ISI

Persiapan Sampel Bebas Zat Ekstraktif 3

Penentuan Kadar Lignin Klason 4

Kadar Lignin Terlarut Asam (Acid-Soluble Lignin) 4

Pengukuran Monomer Lignin 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kadar Lignin 6

Nisbah Monomer Siringil/Guaiasil Lignin 7

Korelasi Nisbah Siringil/Guaiasil dengan Kadar Lignin Klason dan Lignin

(10)

DAFTAR TABEL

1. Jenis kayu yang dianalisis 3

2. Produk pirolisis monomer siringil dan guaiasil lignin 5

DAFTAR GAMBAR

1. Tipe monomer unit siringil dan guaiasil lignin 5 2. Kadar lignin total, lignin klason dan lignin terlarut asam pada sepuluh

jenis kayu 6

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Lignin merupakan senyawa aromatik yang terdiri atas unit fenilpropana, yang saling berikatan dengan ikatan eter atau ikatan karbon membentuk polimer bercabang dengan struktur tiga dimensi (Sjostrom 1995). Dari segi morfologi, lignin merupakan senyawa amorf yang terdapat dalam lamela tengah majemuk dan dalam dinding sel. Selama perkembangan sel, lignin dikategorikan sebagai komponen terakhir dalam dinding sel yang dapat menembus di antara fibril-fibril sehingga dapat memperkuat dinding sel (Fengel & Wegener 1984).

Lignin pada kayu daun jarum merujuk pada lignin guaiasil karena elemen strukturnya diturunkan dari koniferil alkohol (lebih dari 90%) dan sisanya mengandung parahidroksifenil. Lignin kayu daun lebar umumnya disebut lignin siringil guaiasil dengan penyusun utamanya adalah unit-unit koniferil alkohol dan sinapil alkohol dengan nisbah yang beragam. Struktur bangun lignin adalah ikatan bersama dari rantai/ikatan eter (C-O-C) dan ikatan karbon-karbon (C-C). Ikatan antar unit tersebut (lebih dari dua per tiga adalah ikatan eter) pada lignin kayu daun lebar dan kayu daun jarum membentuk struktur β-O-4 (Gullichsen & Paulapuro 2004). Kadar lignin dalam kayu daun jarum sekitar 26-32%, sedangkan kayu daun lebar berkadar lignin sekitar 20-25% lignin (Sjostrom 1995). Perbedaan lignin kayu daun jarum dan kayu daun lebar ditunjukkan pula oleh kadar lignin terlarut asam. Kayu daun lebar umumnya berkadar lignin terlarut asam sekitar 1-5%, sedangkan kayu daun jarum lebih kecil dari 1%.

Lignin pada tumbuhan berfungsi sebagai pelindung dari serangan mikroorganisme dan pemberi kekuatan mekanis pohon. Lignin juga berpengaruh positif terhadap sifat dan pengolahan kayu antara lain terhadap kerapatan kayu, sifat mekanis kayu, dan nilai kalor kayu. Sifat kimia lignin dan reaktifitasnya banyak dipelajari berkaitan dengan proses pemisahan serat pulp dari bahan baku kayu melalui proses pulping (Casey 1980).

Dalam kaitannya dengan reaksi delignifikasi dalam proses pulping, diantara sifat kimia lignin yang penting untuk diketahui adalah kadar lignin, tipe monomer penyusun lignin dan tipe ikatan kimia antar monomernya. Kadar lignin secara kuantitatif merupakan faktor yang berpengaruh terhadap konsumsi bahan kimia selama proses pulping. Tipe monomer lignin berpengaruh terhadap reaktifitas lignin. Hal ini disebabkan setiap tipe monomer memiliki reaktifitas yang berbeda. Unit siringil lignin bersifat lebih reaktif dibandingkan dengan unit guaiasil dalam delignifikasi alkali (Shimizu et al. 2012, Tsutsumi et al. 1995).

(12)

keragaman kadar dan sifat kimia lignin, meliputi kadar lignin klason, lignin terlarut asam, dan nisbah siringil/guaiasil pada sepuluh jenis kayu daun lebar.

Perumusan Masalah

Kadar lignin dan sifat kimianya merupakan informasi dasar bagi pengolahan kayu secara kimia, misalnya dalam proses delignifikasi pulping alkali. Berdasarkan ligninnya, bahan baku pulp diharapkan berkadar lignin rendah atau mudah didelignifikasi. Penelitian tentang karakteristik lignin jenis kayu daun lebar yang tumbuh di Indonesia belum banyak diteliti. Dengan demikian, perlu dilakukan penelitian mengenai keragaman lignin dan sifat kimianya sebagai dasar pengolahan kayu yang lebih baik yang mencakup :

1. Bagaimana karakteristik lignin pada sepuluh jenis kayu daun lebar? 2. Adakah korelasi antara kandungan lignin klason, lignin terlarut asam,

lignin total dengan polimer penyusun lignin?

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa kadar lignin dan komposisi monomer penyusun lignin sepuluh jenis kayu. Kadar lignin dinyatakan dalam kadar lignin klason dan kadar lignin terlarut asam, sedangkan komposisi monomer penyusun lignin diduga dengan nisbah unit siringil/guiasil lignin.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai kadar lignin sepuluh jenis kayu daun lebar dan korelasinya dengan reaktifitas lignin. Informasi tersebut penting untuk pemilihan dan pemanfaatan sumberdaya kayu sebagai bahan baku pulp.

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai Oktober 2014 bertempat di Laboratorium Kimia Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Pengujian lignin terlarut asam dilakukan di Laboratorium Kimia Bersama, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor. Analisis Pirolisis Gas Kromatografi Spektrophotometer Massa (Pyr-GC-MS) dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan Kementerian Kehutanan di Bogor.

Bahan

(13)

Tabel 1 Jenis kayu yang dianalisis

No Nama Lokal Nama Botani

1 Pinus Pinus merkusii Jungh et deVries

2 Ulin Eusideroxylon zwagery Terysm, & Binnend

3 Kecapi Sandoricum koetjape (Burm f) Merr)

4 Jabon Anthocephalus cadamba (Roxb) Miq

5. Gmelina Gmelina arborea Roxb

Bahan kimia yang digunakan antara lain etanol-benzena (1:2), etanol 95%, benzena (C6H6), natrium hidroksida (NaOH), aquades, asam asetat (CH3COOH),

asam sulfat (H2SO4) 72%, asam klorida (HCl), dan aquades. Alat

Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain willey mill dan alat penyaring bertingkat untuk penyiapan sampel uji ukuran 40-60 mesh. Penyiapan sampel uji bebas zat ekstraktif dilakukan dengan alat ekstraksi Sokhlet. Pengujian kadar lignin terlarut asam menggunakan spektrophotometer UV dan penentuan nisbah siringil/guaiasil menggunakan alat Pirolisis-Gas Kromatografi Spektrophotometer Massa (Pyr-GCMS) Shimadzu QP 2010 Ultra, Pirolizer PY 2020is. Peralatan pendukung lainya antara lain oven pengering, waterbath, timbangan, dan peralatan gelas laboratorium.

Pengukuran Kadar Air

Serbuk kayu (2 g) dikeringkan dalam oven pengering selama 24 jam pada suhu 103 ± 2 ºC atau hingga berat keringnya konstan. Serbuk didinginkan dalam desikator dan ditimbang berat keringnya. Kadar air dinyatakan sebagai berat air terhadap berat kering contoh uji yang dinyatakan dalam persen.

(14)

diangin-anginkan untuk menghilangkan sisa pelarut. Sampel kemudian diekstrak dengan

Penentuan kadar lignin klason dilakukan dengan mengacu pada standar TAPPI 222 om-88 dengan modifikasi (Dence 1992). Sebanyak 0.5 g serbuk kayu bebas zat ekstraktif ditambahkan dengan 5 ml asam sulfat 72% dan didiamkan pada suhu kamar selama 3 jam. Setelah itu hidrolisis dilanjutkan dengan alat autoclave selama 30 menit pada suhu 121 oC. Lignin kemudian disaring dan dibilas menggunakan air sampai bebas asam. Residu lignin dioven pada suhu 103 ± 2 ºC selama 24 jam, kemudian didinginkan dan ditimbang. Kadar lignin klason dinyatakan dalam persen terhadap bobot kering sampel kayu.

Kadar lignin klason diperoleh melalui rumus : Lignin (%) =

x 100 Keterangan :

BKTA = Berat kering lignin (g) BKTB = Berat kering serbuk awal (g)

Kadar Lignin Terlarut Asam (Acid-Soluble Lignin)

Kadar lignin terlarut asam diukur dari filtrat hasil penyaringan lignin klason. Filtrat tersebut diuji dengan alat spektrophotometer. Pengukuran dilakukan dengan absorban UV pada panjang gelombang 205 nm dengan menggunakan koefisien absorpsi 110L/g.cm. Pengukuran larutan blanko menggunakan 5 ml larutan asam sulfat 72% diencerkan menjadi 500ml.

Kadar lignin terlarut asam dapat dihitung dengan rumus: Konsentrasi lignin terlarut asam = Keterangan : A = Nilai absorbs pada alat spektrophotometer

= Faktor pengenceran larutan

CV = Konsentrasi lignin terlarut asam (g/l) = Berat kering sampel kayu (g)

(15)

Pengukuran Monomer Lignin

Tipe monomer penyususn lignin, unit guaiasil dan siringil, diukur menggunakan alat Pyrolisis Gas Kromatografi Spektrophotometer Massa (Pyr-GCMS) Shimadzu QP 2010 Ultra, Pirolizer PY 2020is. Nisbah siringil/guaiasil dihitung berdasarkan nisbah area puncak kromatogram dari produk pirolisis unit siringil dan guaiasil lignin yang disajikan pada Tabel 2 (Dence 1992). Pengukuran monomer tersebut dilakukan di Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan, Kementerian Kehutanan, Bogor.

Gambar 1 Tipe monomer unit siringil dan guaiasil lignin Tabel 2 Produk pirolisis monomer siringil dan guaiasil lignin

No Siringil Guaiasil

1 Syringol Guaiacol

2 Vinylsyringol Vinylguaiacol

3 Ethylsyringol Ethylguaiacol

4 Siringilacetone Homovanilin

5 Homosyringaldehyde Conyferyl alcohol

(16)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kadar Lignin

Kadar lignin pada kayu dinyatakan sebagai lignin total, lignin klason dan lignin terlarut asam. Lignin klason merupakan residu hasil reaksi hidrolisis dan kondensasi dengan menggunakan asam sulfat 72% dan 3%, sedangkan lignin terlarut asam adalah fraksi lignin terlarut selama reaksi tersebut (Yasuda et al. 2001). Kadar lignin sepuluh jenis kayu yang diuji sangat beragam berkisar 20.51-34.43% (lignin klason) dan 0.3-2.29% (lignin terlarut asam). Kadar lignin jenis kayu tersebut menunjukkan karateristik umumnya jenis kayu tropis. Pada penelitian ini, jenis kayu daun lebar yang diuji berkadar lignin lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kayu daun lebar daerah temperate. Fengel dan Wegener (1984) mengkompilasi data kadar lignin klason jenis kayu tropis berkisar 21.1-38.8% (rataan 29.84%), lebih tinggi dibandingkan dengan kadar lignin kayu temperate yang berkisar 17.6-31.8% (rataan 23.43%). Kadar lignin

Lignin Klason (%) Lignin Total (%) Lignin Terlarut Asam (%)

Kayu daun jarum Kayu daun lebar

Gambar 2 Kadar lignin total, lignin klason dan lignin terlarut asam pada sepuluh jenis kayu

Sejalan dengan hasil penelitian sebelumnya (Akiyama et al. 2005), kadar lignin terlarut asam jenis kayu daun jarum (P. merkusii) lebih rendah dibandingkan dengan jenis kayu daun lebar (Gambar 2). Kadar lignin terlarut asam jenis kayu daun lebar beragam dengan kisaran cukup lebar berkisar 0.3-2.29% terhadap bobot kayu atau berkisar 1.05-8.6% terhadap lignin total.

(17)

berkadar lignin terlarut asam rendah sedangkan kayu Api-api berkadar lignin klason rendah dan berkadar lignin terlarut asam tinggi. Hal ini diduga berkaitan dengan perbedaan komposisi monomer lignin kedua jenis kayu tersebut. Indikasi tersebut ditunjukkan oleh kayu Melinjo, walaupun jenis kayu ini termasuk kelompok gimnospermae seperti kayu daun jarum tetapi memiliki kadar lignin terlarut asam tinggi seperti jenis kayu daun lebar karena ligninnya bertipe siringil/guaiasil yang berbeda dari jenis kayu daun jarum umumnya.

Selama prosedur penentuan lignin klason, unit siringil lignin membentuk produk lignin-karbohidrat terlarut asam, terutama dalam bentuk ikatan C-glikosida dari lignin dengan hemiselulosa (Matsushita et al. 2004). Selain itu Yasuda et al. (2001) menambahkan bahwa sebagian besar lignin terlarut asam berasal dari siringil lignin. Lignin terlarut asam pada jenis kayu daun jarum berkisar 0.2-0.5% dan pada kayu daun lebar sebesar 1-5% (Akiyama et al. 2005, Fengel & Wegener 1984).

Gambar 2 menunjukkan bahwa jenis kayu berkadar lignin klason tinggi mempunyai kadar lignin terlarut asam rendah. Penelitian Akiyama et al. (2005) menunjukkan adanya korelasi antara kadar lignin terlarut asam dengan kadar metoksil lignin. Tingginya kadar metoksil ini sangat mungkin berkaitan dengan tingginya proporsi unit siringil dalam lignin, karena kadar metoksil ditemukan berkorelsi positif dengan nisbah siringil/guaiasil (Obst 1982, Obst & Ralph 1983). Hal ini karena tipe monomer lignin memiliki perbedaan kadar metoksil. Unit siringil lignin memiliki dua gugus metoksil per unit monomer, sedangkan unit guaiasil memiliki satu gugus metoksil. Oleh sebab itu proporsi cincin aromatik penyusun kayu daun lebar (nisbah siringil/guiasil) dapat diduga dari kandungan metoksilnya.

Dugaan tersebut sejalan dengan data hasil penelitian ini yang disajikan pada Gambar 2, kayu Pinus berkadar lignin terlarut asam paling rendah dan lignin klason yang tinggi. Pinus merupakan jenis kayu daun jarum yang umumnya disusun oleh lignin dari unit guaiasil dan p-hidroksifenil (Fengel & Wegener 1985, Sjostrom 1995). Fraksi lignin terlarut asam pada kayu daun lebar lebih tinggi dibandingkan dengan kayu daun jarum (Akiyama et al. 2005) karena lignin kayu daun lebar disusun oleh unit siringil selain dari guaiasil lignin.

Sementara itu walaupun termasuk kelompok gimnospermae, kayu Melinjo memiliki kadar lignin terlarut asam tinggi sama dengan jenis kayu daun lebar. Hal ini mungkin berkaitan dengan struktur kimia lignin kayu Melinjo yang berbeda dari umumnya jenis kayu daun jarum. Kayu Melinjo walaupun termasuk ke dalam kelompok gimnospermae akan tetapi memiliki ciri yang menyerupai jenis kayu daun lebar seperti terdapatnya vessel dalam jaringan kayunya dan struktur ligninnya yang mengandung unit siringil (Melvin & Stewart 1969)

Nisbah Monomer Siringil/Guaiasil Lignin

(18)

0

Gambar 3 Nisbah siringil/guasiasil pada sepuluh jenis kayu

Gambar 3 menunjukkan bahwa jenis kayu daun lebar yang diuji memiliki nisbah siringil/guaiasil dengan kisaran yang lebar (0.15-2.46). Jenis kayu daun lebar berkadar lignin lebih rendah memiliki proporsi unit siringil lebih tinggi yang ditunjukkan oleh lebih tingginya nisbah siringil/guaiasil. Pada Gambar 2 kayu Melinjo secara khusus digabung dengan jenis kayu daun lebar berdasarkan karakteristik kimia ligninnya. Walaupun kayu Melinjo termasuk jenis kayu gimnospermae tetapi berdasarkan komposisi monomer ligninnya lebih menyerupai lignin jenis kayu daun lebar.

Kisaran nisbah siringil/guaiasil lignin jenis kayu yang diteliti sesuai dengan yang dikemukakan oleh Shao et al. (2008) bahwa nisbah siringil guaiasil beragam sesuai dengan jenis kayunya dan berada pada kisaran 1 sampai 4. Pada jenis kayu daun lebar unit monomer penyusun lignin ini diduga berperan penting dalam menentukan kandungan lignin terlarut asam pada kayu. Hal ini sesuai dengan yang disampaikan oleh Matsushita et al. (2004), bahwa jenis kayu daun lebar yang memiliki kandungan metoksil yang tinggi dapat menghasilkan lignin terlarut asam yang tinggi pula, dan kadar metoksil berkaitan dengan unit siringil lignin.

Matsushita et al. (2007) menemukan bahwa dalam larutan asam sulfat, unit siringil memiliki reaktifitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan unit guaiasil. Perbedaan reaktifitas pada monomer lignin dalam sistem alkali akan berpengaruh pada efisiensi proses pulping. Oleh karena itu lignin jenis kayu daun lebar yang mempunyai nisbah siringil/guaiasil tinggi cenderung mempunyai reaktifitas yang tinggi. Hal tersebut dapat dihubungkan pada gejala yang sering ditemukan pada reaksi delignifikasi dalam proses pulping, dimana jenis kayu dengan kadar lignin yang hampir sama namun berbeda ketika diproses pulping.

Korelasi Nisbah Siringil/Guaiasil dengan Kadar Lignin Klason dan Lignin Terlarut Asam

(19)

dibandingkan dengan jenis kayu daun jarum. Lignin jenis kayu daun jarum didominasi oleh unit monomer guaiasil (90%) dan sisanya unit p-hidroksifenil (Fengel & Wegener 1984). Nisbah siringil/guaiasil berkaitan erat dengan reaktifitas ligninnya. Unit siringil lignin lebih reaktif dibandingkan dengan unit guaiasil dalam proses pulping alkali (Tsutsumi et al. 1995, Shimizu et al. 2012). Korelasi ini diduga berkaitan dengan perbedaan struktur kimia lignin siringil dan guaiasil. Lignin guaiasil cenderung lebih rapat dengan tipe ikatan karbon-karbon lebih tinggi dibandingkan dengan lignin siringil (Fengel & Wegener 1984) sehingga lebih sulit didelignifikasi dalam proses pulping.

y = -4.097x + 31.38

Gambar 4 Korelasi lignin klason dengan nisbah siringil/guaiasil

y = 0.975x + 0.387

Gambar 5 Korelasi lignin terlarut asam dengan nisbah siringil/guaiasil

(20)
(21)

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Kadar lignin klason sepuluh jenis kayu kayu daun lebar dan daun jarum berkisar 20.51-34.4% dan lignin terlarut asam berkisar 0.31-2.8%. Kadar lignin terlarut asam pada kayu daun jarum lebih rendah dibandingkan dengan kayu daun lebar. Jenis kayu daun lebar yang memiliki kadar lignin klason lebih tinggi memiliki kadar lignin terlarut asam lebih rendah. Pembentukan lignin terlarut asam berkorelasi positif dengan nisbah siringil/guaiasil. Lignin kayu daun lebar yang diuji terutama disusun oleh monomer siringil/guaiasil dengan nisbah berkisar 0-2.46. terdapat korelasi positif antara kadar lignin terlarut asam dengan nisbah siringil/guaiasil (R2=0.92).

Saran

(22)

DAFTAR PUSTAKA

Akiyama T, Goto H, Nawawi DS, Syafii W, Matsumoto Y, Meshitsuka G. 2005.

Erythro/threo ratio of ß-0-4-structures as an important structural characteristic

of lignin. Part 4: variation in the erythro/threo ratio in softwood and hardwood lignins and its relation to syringil/guaiacyl ratio. Holzforschung. 59: 276-281 Casey JP. 1980. Pulp and Paper Chemistry Technology. 3rd edition. Vol. IA. New

York: Willey Interscience Publisher

Dence CW. 1992. The Determination of Lignin. In; Lin SY, Dence CW (Eds).

Method in Lignin Chemistry. Springer-Verlag. Berlin

Fengel D, Wegener G. 1984. Wood, chemistry, ultrastucture, reaction. Berlin (DE): Walter de Gruyter

Gonzalez VFJ, Almendros G, Rio JC, Martin F, Gutierez A, Romero J. 1999. Ease of delignification assessment of wood from different eucalyptus species by pyrolysis (TMAH)-GC/MS and CP/MAS 13 C-NMR spectrometry. Journal of

Analytical and Applied Pyrolysis. 49: 295-305.

Gullichsen J, Paulapuro H. 2004. Papermaking Science and Technology : Forest

product Chemistry, Book 3. Finnish Paper Enginers Association and TAPPI.

Helsinki

Matsushita Y, Kakehi A, Miyawaki S, Yasuda S. 2004. Formation and chemical structures of acid soluble lignin II. Reaction of aromatic nuclei model compound with xylan in the presence of a counterpart for condensation, amd behavior of lignin model compound with guaiacyl and syringyl nuclei in 72% sulfuric acid. Journal of Wood Science 50:133-141

Matsushita Y, Sano H, Imai T, Fukushima K. 2007. Phenolization of hardwood sulfuric acid lignin and comparison of behavior of the syringil and guaiacyl units in lignin. Journal of Wood Science 53:67-70

Melvin JF, Stewart CH. 1969. The chemical composition of the wood of Gnetum

gnemon. Holzforschung. 23 (2) : 51-56

Nawawi DS, Sari DL. 2011. Keragaman kadar lignin pada jenis kayu daun lebar tropis. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Hutan. 4(2): 65-69

Obst JR. 1982. Guaiacyl and syringil lignin compositition in hardwood cell component. Holzforschung 36:146-152

Obst JR, Ralph J. 1983. Characterization of hardwood lignin: Investigation of syringyl/guaiacyl composition by 13c nuclear magnetic resonance spectroscopy. Holzforschung 37:297-302

Shao S, Jin Z, Weng YH. 2008. Lignin characteristics of Abies beshanzuensis, a critically endangered tree species. Journal of Wood Science 54:81-86

Shimizu S, Yokoyama T, Akiyama T, Matsumoto Y. 2012. Reactivity of lignin with different composition of aromatic syringyl/guaiacyl structures and erythro/threo side chain structures in β-O-4 type during alkaline delignification: as a basis for the different degradability of hardwood and softwood lignin. Journal of Agricultural and Food Chemistry. 60: 6471−6476 Sjostrom E. 1991. Wood Chemistry: Fundamentals and Applications. London:

(23)

Tsutsumi Y, Kondo R, Sakai K, Imamura H. 1995. The difference of reactivity between syringil lignin and guaiacyl lignin in alkaline system. Holzforschung 49:423-428

(24)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kudus, Jawa Tengah pada tanggal 31 Maret 1993. Penulis merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara dalam keluarga Bapak Mardiyanto dan Ibu Sri Mintarti. Jenjang pendidikan formal yang telah dilalui oleh penulis adalah SDN 01 Mlati Lor Kudus pada tahun 2005. Penulis melanjutkan ke sekolah menengah pertama di SMP Negeri 1 Pekalongan dan lulus pada tahun 2008. Dan masuk ke SMA Negeri 3 Pekalongan dan lulus pada tahun 2011.

Pada tahun 2011 penulis diterima sebagai mahasiswa di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) di Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor. Penulis telah mengikuti beberapa kegiatan praktek lapang antara lain Praktek Pengelolaan Ekosistem Hutan (PPEH) pada bulan Juni 2013 di BKPH Sancang Barat serta BKPH Kamojang, Jawa Barat. Kemudian pada bulan Juli 2014 penulis melakukan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Gunung Walat (HPGW) Sukabumi, Jawa Barat. Penulis juga melakukan Praktek Kerja Lapang di PGT. Paninggaran Pekalongan, Jawa Tengah pada bulan Januari- Maret 2015.

Selama masa kuliah penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Ilmu Ukur Tanah dan Pemetaan Wilayah tahun 2013. Selama menjalani studi di Institut Pertanian Bogor (IPB) penulis aktif di kegiatan kemahasiswaan seperti Sylva Indonesia.

Gambar

Gambar 2 Kadar lignin total, lignin klason dan lignin terlarut asam pada sepuluh
Gambar 3 Nisbah siringil/guasiasil pada sepuluh jenis kayu
Gambar 4 Korelasi lignin klason dengan nisbah siringil/guaiasil

Referensi

Dokumen terkait

Terapi latihan merupakan kinerja yang direncanakan pada pergerakan, postur atau aktivitas fisik yang diberikan pada pasien dengan tujuan (1) memulihkan dan mencegah

Dengan menggabungkan batasan pengertian tiga kata inti, yaitu (1) penelitian, (2) tindakan, dan (3) kelas, segera dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam dalamnya kepada orang tua, saudara dan suami serta anak anak tercinta yang telah mendukung penulis dalam

Menurut persepsi pasien, dokter di balai pengobatan umum masih kurang memberikan informasi yang jelas tentang penyakit yang diderita pasien, hal ini dapat dimengerti

KEBERANIAN Ahok menegakkan Keadilan untuk Rakyat bukan berdasarkan tugas semata tapi berdasarkan KEBENARAN yang AHOK hidupi selama bertahun-tahun dengan melakukan

[r]

Dari data transaksi SKSKB / DKB yang ada di wilayah Provinsi Kalimantan Timur selama periode bulan April 2017, dengan menggunakan teknik data mining algoritma apriori dapat

Pengaruh volatile solid terhadap pembentukan akumulasi volume biogas adalah pada volatile solid yang sama, tetapi kecenderungan dengan komposisi kulit jeruk dan