KOGNITIFNYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
OLEH:
MARCELLINE RITA YUNIANTI NIM: 121424018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
KOGNITIFNYA
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Fisika
OLEH:
MARCELLINE RITA YUNIANTI NIM: 121424018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah didalam Tuhan” (Kolose 3: 20)
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Alm. Ibu Yoseffa Lamiyah, ibuku tercinta yang selalu menjadi semangatku.
2. Bpk. Matheus Pardiyanto dan Ibu Andriana Bartini kedua orang tuaku tercinta yang memberikan segalanya untukku.
3. Kakak-kakakku Chatarina Purwanti, Fransisca Sri Dwi Astuti, Thomas Ari Yudiyanto dan Aluisius Ari Setyanto serta adikku Caecilia Rahayu Noviawati yang selalu mendukung dalam bentuk apapun.
vii ABSTRAK
POLA PIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN HUKUM NEWTON BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAYA
KOGNITIFNYA
Marcelline Rita Yunianti Universitas Sanata Dharma
2017
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pola pikir siswa dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton; (2) perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton; (3) perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton.
Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 di SMA Marsudirini Muntilan dengan sampel 20 orang siswa kelas X. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner gaya belajar dan gaya kognitif, soal mengenai Hukum Newton dan wawancara siswa. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan hasil penyelesaian soal oleh setiap siswa yang dikelompokkan berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) terdapat Terdapat enam pola pikir siswa dalam penyelesaian soal berkaitan dengan hukum Newton yaitu pola FD-Visual, FD-Kinestetik, FD-Auditif, FI-Visual, FD dan Visual; (2) terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton dan tipe auditif miliki kemampuan yang paling baik dibandingkan tipe yang lain; (3) terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. Tipe Field Dependent dapat menyelesaikan persoalan lebih baik daripada tipe Field Independent.
viii
ABSTRACT
STUDENT’S PATTERN OF THINGKING IN RESOLVING NEWTON’S
LAW ISSUES BASED LEARNING STYLES AND COGNITIVE STYLE Marcelline Rita Yunianti
Universitas Sanata Dharma 2017
This research intended to describe: (1) the mindset of students in solving problems concerning Newton's laws; (2) the difference in the mindset of students who have different learning styles in solving problems concerning Newton's laws; and (3)the difference in the mindset of students who have different cognitive styles in solving problems concerning Newton's laws.
This research design is descriptive qualitative. The study was conducted in November, 2016 in SMA Marsudirini Muntilan with a sample of 20 students of class X. The research instruments used were a questionnaire learning styles, cognitive styles, questions about Newton's Laws, and interview students. Analyses were performed by describing the results of problem solving by each student are grouped based on learning styles and cognitive styles.
The results show that: (1) there are six mindset of students in problem solving related to Newton's law of the pattern of Visual, Kinesthetic, FD-auditory, FI-Visual, FD and Visual; (2) there is a difference in the mindset of students who have different learning styles in solving problems concerning Newton's law and have the type of auditory abilities better than most other types; and (3) there is a difference in the mindset of students who have different cognitive styles in solving problems concerning Newton's laws. The Field Dependent type can solve the problem better than the Field Independent types.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti hunjukkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
POLA PIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN
HUKUM NEWTON BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAJA
KOGNITIFNYA.
Peneliti menyadari bahwa selama menjalankan keseluruhan kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih peneliti persembahkan secara khusus kepada:
1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing yang memberikan banyak masukan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.
2. Bapak Drs. Severinus Domi, M. Si., yang berkenan menjadi validator atas instrumen dalam penelitian ini
3. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M. Si., selaku dosn pembimbing akademik yang memberikan motivasi dan membimbing selama masa study.
4. Segenap Dosen Pendidikan Fisika yang berkenan memberikan pengajaran yang sangat bermanfaat selama masa study.
5. Dra. Sr. M. Rosalia, OSF., selaku Kepala Sekolah SMA Marsudiri yang berkenan memberikan ijin penelitian di sekolah tersebut.
6. Ibu Priskilla Mawarti, S. Pd., selaku guru mata pelajaran Fisika yang berkenan membimbing dan memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas beliau.
x
8. Segenap staf Sekretariat JPMIPA yang membantu peneliti dalam membuat surat ijin dan urusan administrasi lainnya selama masa study.
9. Siswa-siswa kelas XA SMA Marsudirini Muntilan yang membantu peneliti sebagai subyek penelitian.
10.Sahabat dan teman-teman yang membantu selama proses penyusunan skripsi ini, Francisca Mei Retnowati, Momo, Helena, Maria Anggun, Delvi, Hanna.
11.Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Fisika 2012 Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan masukan-masukan dan semangat bagi peneliti.
12.Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu per satu.
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, peneliti sangat mengharapkan kritik da saran yang membangun bagi peneliti agar dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
xi DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 3
C. Batasan Masalah ... 3
D. Tujuan Penelitian ... 4
E. Manfaat Penelitian ... 4
xii
B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
C. Subyek Penelitian ... 20
D. Instrumen Penelitian... 21
E. Pengumpulan Data ... 23
F. Metode Analisis Data ... 23
BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 27
B. Data dan Hasil Penelitian ... 28
C. Analisis Data dan Pembahasan ... 45
D. Keterbatasan Penelitian ... 56
BAB V. KESIMPULAN DANN SARAN A. Kesimpulan ... 57
B. Saran ... 57
DAFTAR PUSTAKA ... 59
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Kombinasi Gaya Belajar Siswa... 14
Tabel 2.2. Perbedaan Karakteristik Individu FD dan FI ... 17
Tabel 3.1. Kisi-kisi kuisioner gaya belajar siswa ... 21
Tabel 3.2. kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa ... 22
Tabel 3.3. Kisi-kisi soal mengenai hukum Newton ... 23
Tabel 3.4. Probabilitas Pola Pikir yang Ditemukan ... 26
Tabel 4.1. Distribusi Gaya Belajar Siswa Kelas XA ... 28
Tabel 4.2. Distribusi Gaya Kognitif Siswa Kelas XA ... 28
Tabel 4.3. Hasil Penyelesaian Soal Siswa Beserta Gaya Belajar dan Gaya Kognitifnya ... 45
Tabel 4.4. Pola Pikir Siswa Berdasarkan Kombinasi Gaya Belajar dan Gaya Kognitifnya ... 50
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian ... 61
Lampiran 2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 62
Lampiran 3. Pengantar Validasi Instrumen ... 63
Lampiran 4. Validasi Kuisioner Gaya Belajar ... 65
Lampiran 5. Validasi Kuisioner Gaya Kognitif ... 68
Lampiran 6. Validasi Soal Hukum Newton ... 70
Lampiran 7. Daftar Hadir Siswa ... ... 71
Lampiran 8. Analisis Data Kuisioner Gaya Belajar Siswa ... 72
Lampiran 9. Analisis Data Kuisioner Gaya Kognitif Siswa ... 73
Lampiran 10. Contoh Hasil Kuisioner Gaya Belajar ... 74
Lampiran 11. Contoh Hasil Kuisioner Gaya Kognitif ... 75
Lampiran 12. Contoh Hasil Penyelesaian Soal Siswa ... 77
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Hingga kini mata pelajaran Fisika masih menjadi momok bagi
siswa. Menurut Mundilarto (Ant: 2005), perolehan nilai rata-rata untuk
pelajaran Fisika masih rendah mengidentifikasikan proses
pembelajarannya belum dapat berlangsung sebagaimana mestinya.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wiyanto et al (2006), aktivitas
yang paling dominan bagi guru di dalam pembelajaran adalah berceramah
atau menjelaskan, sedangkan bagi siswa adalah mendengarkan dan
mencatat. Guru lebih memperhatikan penyelesaian materi daripada
pencapaian kompetensi siswa.
Kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan Fisika
tergantung dari pola pikirnya (kerangka berpikir). Pola pikirlah yang
mendorong manusia untuk melakukan sesuatu (Khuzaeva, 2014). Pola
pikir yang menggerakkan, mendorong atau yang menjadi landasan
mengapa seseorang melakukan sesuatu. Oleh sebab itu, untuk merubah
tindakan seseorang maka terlebih dahulu harus mengubah pola pikirnya.
Pola pikir setiap siswa pastilah berbeda-beda. Dalam meningkatkan
kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan, guru perlu mengetahui
memecahkan persoalan dengan baik dapat diterapkan kepada siswa dengan
kemampuan yang lebih rendah.
Menurut Kartikasari (2015) pola pikir seseorang dipengaruhi oleh
gaya kognitif dan gaya belajar siswa. Gaya kognitif merupakan cara
individu mempersepsi dan menyusun maklumat mengenai
persekitarannya. Namun seseorang dengan gaya kognitif sama belum tentu
memiliki kemampuan berpikir yang sama. Sedangkan cara terbaik
seseorang untuk memperoleh informasi disebut gaya belajar. Gaya belajar
ini tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang.
Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana pola pikir siswa SMA
dalam menyelesaikan suatu persoalan tentang Hukum Newton. Persoalan
tentang hukum Newton dipilih karena diperlukan kemampuan analisis
yang tepat dan kompleks untuk menyelesaikan persoalan tersebut.
Diharapkan dengan diketahuinya pola pikir siswa, guru dapat
mempengaruhi pola pikir siswa agar dapat menyelesaikan persoalan yang
diberikan.
Untuk mempermudah menganalisis pola pikir siswa, siswa perlu
dikategorikan dalam kelompok tertentu terlebih dahulu. Dalam penelitian
ini siswa dikategorikan dalam gaya belajar yang sama dan gaya kognitif
yang sama. Dengan penelitian ini juga dapat diketahui apakah gaya belajar
maupun gaya kognitif dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Jika
pada pola pikirnya, maka guru melakukan variasi metode pembelajaran
yang dapat mengembangkan kedua aspek tersebut.
B. Rumusan Masalah
Masalah yang ingin diteliti berdasarkan latar belakang di atas adalah:
1. Bagaimana pola pikir siswa dalam memecahkan persoalan mengenai
hukum Newton?
2. Apakah siswa dengan gaya belajar yang berbeda memiliki pola pikir
yang berbeda pula dalam memecahkan persoalan mengenai hukum
Newton?
3. Apakah siswa dengan gaya kognitif yang berbeda memiliki pola pikir
yang berbeda pula dalam memecahkan persoalan mengenai hukum
Newton?
C. Batasan Masalah
Penentuan pola pikir dalam penelitian ini diklasifikasikan
berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya saja dan tidak melihat
faktor lain yang mempengaruhi pola pikir siswa selama proses penelitian.
Baik itu faktor internal maupun faktor eksternal kecuali yang berkaitan
D. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah di atas
adalah:
1. Mengetahui pola pikir siswa dalam memecahkan persoalan mengenai
hukum Newton.
2. Mengetahui perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar
berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton.
3. Mengetahui perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif
berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton.
E. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:
1. Bagi Siswa
Setelah mengetahui bagaimana pola pikirnya, diharapkan siswa
mampu mengkoreksi diri untuk memperbaiki pola pikirnya agar hasil
belajar dapat meningkat. Siswa dengan hasil belajar kurang baik dapat
mencontoh pola pikir siswa lain yang hasil belajarnya baik.
2. Bagi Pendidik
Dengan mengetahui pola pikir siswa, diharapkan pendidik dapat
mengunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk membantu
F. Batasan Istilah
1. Pola Pikir
Pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama
seseorang untuk bertindak.
2. Gaya Belajar
Gaya belajar ialah kebiasaan belajar siswa dengan tujuan untuk
mempermudah proses belajar guna mencapai prestasi belajar.
3. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual ialah suatu cara belajar yang dipengaruhi oleh
kemampuan melihat (menyaksikan langsung / visual).
4. Gaya Belajar Auditif
Gaya belajar auditif ialah suatu gaya belajar yang menekankan
kemampuan mendengar informasi pelajaran yang disampaikan secara
lisan.
5. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik ialah cara belajar yang disertai dengan upaya
menggerakkan organ tubuh.
6. Gaya Kognitif
Gaya kognitif merupakan cara individu mengolah informasi yang akan
6 BAB II
LANDASAN TEORI
A. Pola Pikir
Berpikir didefinisikan sebagai proses menghasilkan representasi
mental yang baru melalui transformasi yang melibatkan interaksi secara
komplek antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi,
penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Solso, dalam Susanto,
2008). Proses berpikir meliputi tiga komponen pokok, yaitu: (1) berpikir
adalah aktivitas kognitif yang terjadi di dalam mental atau pikiran
seseorang, tidak tampak, tidak dapat disimpulkan berdasarkan perilaku
yang tampak, (2) berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan
beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif. Pengetahuan
yang tersimpan di dalam ingatan digabungkan dengan informasi sekarang
sehingga mengubah pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang
dihadapi, dan (3) aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan
pemecahan masalah.
Kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh pola pikirnya.
Menurut Bloom (dalam Kartikasari, 2015) pola pikir merupakan inti dari
pikiran manusia dimana fungsi otak sebagai pembuat keputusan tentang
diterima atau tidaknya suatu masukan. Pola pikir adalah pola-pola
seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya gaya belajar dan
gaya kognitifnya.
Berdasarkan keterangan di atas, dapat diartikan bahwa pola pikir ialah
cara berpikir seseorang dalam memproses informasi. Pola pikir ini yang
kemudian mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menyelesaikan
suatu persoalan.
B. Gaya Belajar
1. Pengertian Gaya Belajar
Dariyo (2013: 124) menjelaskan bahwa gaya belajar ialah suatu
cara individu untuk mempelajari dan menguasai suatu materi pelajaran
guna mencapai prestasi belajar. Setiap orang memiliki gaya belajar
yang unik, khas dan tidak bisa disamaratakan dengan yang lainnya.
Menurut Gunawan (2003:139), gaya belajar merupakan cara yang
lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan
mengerti suatu informasi. Nasution (dalam Pamela, 2012: 11)
menjelaskan bahwa gaya belajar merupakan cara siswa bereaksi dan
menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses
belajar.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya
belajar ialah kebiasaan belajar siswa dengan tujuan untuk
2. Klasifikasi Gaya Belajar
Upaya untuk mengenali dan mengkategorikan cara belajar yang
dilakukan para ahli dirangkum oleh Gunawan (2003:139-140) kedalam
tujuh pendekatan, yaitu sebagai berikut:
a. Pendekatan yang dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey &
Mumford, Gregorc, Butler dan McCarthy. Pendekatan ini
berdasarkan pada pemrosesan informasi, yaitu menentukan cara
yang berbeda dalam memandang dan memroses informasi yang
baru.
b. Pendekatan yang dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lowrence,
Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis,
Grey-Wheelright, Holland, dan Geering. Pendekatan ini berdasarkan
pada kepribadian yang menentukan tipe karakter yang berbeda.
c. Pendekatan yang dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan
Messick. Pendekatan ini berdasar pada modalitas sensori yang
menunjukkan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu.
d. Pendekatan yang dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield.
Pendekatan ini berdasar pada lingkungan dengan menentukan
respon berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan
instruksional.
e. Pendekatan yang dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry,
interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam
berhubungan dengan orang lain.
f. Pendekatan yang dikembangkan oleh Gardner dan Handy.
Pendekatan ini berdasarkan pada kecerdasan untuk menentukan
bakat yang berbeda.
g. Pendekatan yang dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards,
Hermann. Pendekatan ini berdaasarkan pada wilayah otak untuk
menentukan dominasi relatif dari berbagai bagian otak, misalnya
otak kiri dan otak kanan.
Dari berbagai pendekatan di atas, yang kini sering digunakan ada tiga,
yaitu:
a. Pendekatan berdasarkan preferensi sensori yaitu visual, auditori
dan kinestetik (VAK). Dari hasil survey diketahui bahwa terdapat
29% orang visual, 34% auditori dan 37% kinestetik.
b. Profil kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner yang
menkategorikan delapan kecerdasan manusia yaitu: linguistik,
logika/matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, spasial, dan
kinestetik.
c. Preferensi kognitif yang dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc
membagi kemampuan mental menjadi empat kategori yaitu:
Konkret-Sekuensial, Abstrak- Sekuensial, Konkret-Acak dan
Dalam penelitian ini secara khusus akan digunakan pendekatan
berdasarkan preferensi sensori (VAK) yang sudah sering digunakan.
Berikut macam-macam gaya belajar berdasarkan preferensi sensori
(VAK):
a. Gaya Belajar Visual
Gaya belajar visual ialah suatu cara belajar yang dipengaruhi
oleh kemampuan melihat (menyaksikan langsung) dengan mata
sendiri terhadap informasi yang dipelajarinya (Dariyo, 2013). Tipe
pembelajar visual akan mudah merekam informasi pelajaran
setelah (selama) proses mengamati, melihat atau membaca materi
pelajaran tersebut.
Ciri-ciri individu yang mempunyai gaya belajar visual adalah
sebagai berikut (Suyono & Hariyanto : 2011):
Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang
didengar
Mudah mengingat dengan asosiasi visual
Lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan
Pembaca yang cepat dan tekun, memiliki hobby membaca Biasa berbicara dengan cepat, karena tidak merasa perlu
mendengarkan esensi pembicaraannya
Kesulitan untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika
dituliskan, dan sering meminta bantuan orang lain untuk
Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain
Pengeja yang baik, kata demi kata
Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya
atau tidak, sudah atau belum
Mempunyai kebiasaan rapi dan teratur karena itu yang akan
dilihat orang
Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian
maupun presentasi
Memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan
jangka panjang yang baik
Teliti terhadap rincian hal-hal kecil yang harus dilakukan Biasanya tidak terganggu oleh suara ribut
Lebih menyukai seni visual daripada seni musik.
b. Gaya Belajar Auditif
Gaya belajar auditif ialah suatu gaya belajar yang menekankan
kemampuan mendengar informasi pelajaran yang disampaikan
secara lisan (Dariyo, 2013). Kemampuan daya ingat pada individu
yang auditif akan lebih efektif jika ia mendengarkan informasi
pengetahuan tersebut secara langsung atau tidak langsung.
Mendengar langsung artinya individu mendapatkan stimulus suara
yang didengar pada saat itu. Sedangkan mendengar tidak langsung,
bila individu mendengar stimulus suara dari rekaman tape
Berikut ciri-ciri individu dengan gaya belajar auditif (Suyono
& Hariyanto: 2011):
Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang
didiskusikan daripada apa yang dilihat
Berbicara kepada diri sendiri saat belajar dan bekerja Senang membaca dengan keras dan mendengarkannya
Berbicara dengan irama terpola
Biasa jadi pembicara yang fasih
Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku saat
membaca
Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu
dengan panjang lebar
Lebih pandai mengeja dengan keras daripada
menuliskannya
Merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam
berbicara
Mudah terganggu oeh keributan (sulit berkonsentrasi)
Lebh suka gurauan lisan daripada komik
Lebih menyukai seni musik daripada seni lukis, atau seni
tiga dimensi.
c. Gaya Belajar Kinestetik
Gaya belajar kinestetik ialah cara belajar yang disertai dengan
informasi pelajaran yang sedang dipelajarinya agar ia mampu
mengingat (menguasai) mata pelajaran tersebut dengan baik
(Dariyo, 2013). Daya ingatnya akan terbantu dengan mencatat
langsung apa saja yang perlu dipelajari.
Berikut ciri-ciri individu dengan gaya belajar kinestetik
(Suyono & Hariyanto: 2011):
Selalu berorienasi pada fisik dan banyakk gerak
Banyak menggunakan isyarat tubuh
Menggunakan jari sebagai penunjuk saat membaca Menghafal dengan cara berjalan dan melihat
Menanggapi perhatian fisik
Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama Menyentuh orang lain untuk mendapat perhatian
Ingin melakukan segala sesuatu
Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain Berbicara dengan perlahan
Suka belajar memanipulasi (mengembangkan data atau
fakta) dan praktik
Tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia
pernah datang ke tempat tersebut
Kemungkinan memiliki tulisan yang jelek
Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot,
mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca
sebagai manifestasi penghayatan terhadap apa yang dibaca.
Seseorang bisa jadi memiliki lebih dari satu gaya belajar.
Gabungan gaya belajar tersebut terdiri dari dua atau ketiga gaya
belajar sekaligus. Seperti dikemukakan oleh Porter dan Hernacki
dalam Suyono dan Haryanto (2011: 149-150), penelitian lebih lanjut
dari Dana Markova dikenal kombinasi gaya belajar seperti pada tabel
2.1 sebagai berikut:
Tabel 2.1. Kombinasi Gaya Belajar Siswa
Gaya Belajar A V K
A - VAK KAV
V AVK - KVA
K AKV VKA -
Oleh sebab itu seseorang bisa memadukan ketiga gaya belajar
dengan salah satu gaya belajar yang dominan seperti pada tabel di
atas.
C. Gaya Kognitif
Menurut Basey (2009, dalam Ngilawijan, 2013), gaya kognitif
merupakan proses kontrol atau gaya yang merupakan manajemen diri,
sebagai perantara secara situasional untuk menentukan aktivitas sadar
mengatur, menerima dan menyebarkan informasi dan akhirnya
menentukan perilaku dari pebelajar tersebut. Menurut Tiffani (2015), gaya
kognitif merupakan tindakan menerima, menganalisis, dan merespon suatu
tindakan kognitif.
Dapat simpulkan bahwa gaya kognitif merupakan cara individu
mengolah informasi yang akan mempengaruhi tindakan kognitifnya.
Gaya Kognitif merujuk pada cara seseorang memproses,
menyimpan maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu
tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya (Susanto,
2008). Gaya kognitif cenderung stabil sepanjang waktu. Oleh sebab itu,
guru perlu mengetahui gaya kognitif siswa untuk merancang pembelajaran
yang sesuai.
Menurut Rahman dalam (Rahmatina et al, 2014), para pakar
pendidikan mengklasifikasikan gaya kognitif berdasarkan tiga kategori,
yaitu: (1) perbedaaan gaya kognitif secara psikologis, meliputi: gaya
kognitif field dependent dan field independent, (2) perbedaan gaya kognitif
secara konseptual tempo, meliputi: gaya kognitif impulsif dan gaya
kognitif refleksif, (3) perbedaan gaya kognitif berdasarkan cara cara
berpikir, meliputi: gaya kognitif intuitif-induktif dan logik deduktif.
Witkin dan Goodenough (Danili & Reid, dalam Ngilawajan, 2013)
mendefinisikan karakteristik utama dari gaya kognitif Field Independent-
Dependent adalah sebagai berikut:
Individu dengan gaya kognitif ini adalah individu yang dengan mudah dapat ‘bebas’ dari persepsi yang terorganisir dan segera dapat
memisahkan suatu bagian dari kesatuannya. Seseorang menanggapi
suatu tugas cenderung berpatokan pada isyarat dari dalam diri mereka
sendiri. Mereka yang memiliki gaya kognitif ini lebih bersifat analitis,
dan dapat memilah stimulus berdasarkan situasi, sehingga persepsinya
hanya sebagian kecil terpengaruh ketika ada perubahan situasi.
2. Gaya Kognitif Field Dependent
Individu dengan gaya kognitif ini kurang atau tidak bisa
memisahkan sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan cenderung segera
menerima bagian atau konteks yang dominan. Mereka akan mengalami
kesulitan dalam membedakan stimulus melalui situasi yang dimiliki
sehingga persepsinya mudah dipengaruhi oleh manipulasi dari situasi
sekelilingnya.
Berikut perbedaan karakteristik antara gaya kognitif Field Dependent
dan Field Independent menurut Rofiq (dalam Rifqiyana : 2015):
Tabel 2.2. perbedaan karakteristik individu FD dan FI
No Field Dependent Field Independent
1 Berorientasi sosial Berorientasi personal
2 Mengutamakan motivasi eksternal Mengutamakan motivasi internal
3 Lebih terpengaruh oleh penguatan
eksternal
Lebih terpengaruh oleh
4 Memandang obyek secara global
5 Berpikir secara global Berpiki secara analitis
6 Cenderung memilih profesi yang
mengutamakan keterampilan
sosial dan humaniora
Cenderung memilih profesi yang
mengutamakan kemampuan
untuk menganalisis
Dalam proses berpikir, informasi yang diterima sesuai gaya
kognitif setiap individu. Sedangkan keputusan mengenai diterima atau
tidaknya informasi tersebut ditentukan oleh pola pikir seseorang. Gaya
belajar berperan penting dalam proses perolehan informasi. Yaitu cara
ternyaman seseorang untuk memperoleh informasi.
D. Pemecahan Masalah
Pemecahan masalah merupakan penggunaan keseluruhan proses
berpikir yang meliputi mengingat, membentuk konsep-konsep melalui
deduktif maupun induktif, sehingga individu menemukan suatu
pengetahuan (Khairani, 2013). Selain itu dalam pemecahan masalah juga
terdapat tingkah laku trial end error (suatu perbuatan coba-coba).
Terdapat dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan,
yakni: (1) Strategi menyeluruh, dimana persoalan dipandang sebagai suatu
strategi detailistis yang memandang persoalan dibagi-bagi dalam
bagian-bagian dan dicoba pecahkan bagian-bagian demi bagian-bagian.
Dalam pemecahan masalah, terdapat dua macam cara berpikir yang
berperan untuk pembuatan keputusan, yaitu:
1. Berpikir Kreatif, adalah berpikir yang memberikan perspektif baru
atau menangkap peluang baru sehingga memunculkan ide-ide baru
yang belum pernah ada. Kreatif merupakan sebuah kombinasi baru,
yaitu kumpulan gagasan baru hasil dari gagasan-gagasan lama.
Menggabungkan beberapa gagasan menjadi sebuah ide baru yang lebih
baik.
2. Berpikir Analitis, adalah berpikir yang menggunakan sebuah tahapan
atau langkah-langkah logis. Langkah berpikir analitis ialah dengan
menguji sebuah pernyataan atau bukti dengan standar objektif, melihat
bawah permukaan sampai akar-akar permasalahan, menimbang atau
memutuskan atas dasar logika.
Kedua cara di atas tidak saling bertentangan namun saling melengkapi
sesuai konteksnya.
E. Hukum Newton
1. Hukum I Newton
Hukum I Newton berbunyi:
“Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda yang
Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
∑ � = 0 ... (1)
Hukum I Newton juga menggambarkan bahwa suatu benda akan
cenderung mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya.
Oleh sebab itu hukum I Newton disebut juga hukumkelembaman.
2. Hukum II Newton
Hukum II Newton berbunyi:
“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada
suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda.”
Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
� =
∑ �� atau
∑ � = ��
... (2)
3. Hukum III Newton
Hukum III Newton berbunyi sebagai berikut:
“Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besar, tetapi
berlawanan arah”.
Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:
����� = −������ ...(3)
Misalnya: jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan
20 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini tidak
menggunakan angka atau skor, sehingga analisisnya pun tidak
menggunakan statistik. Penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Suparno
(2010:133), riset ini mempunyai seting alamiah sebagai sumber langsung
data dan peneliti adalah merupakan instrumen kunci. Informasi dan
pengungkapan detail sangat penting dalam riset ini. Penelitian ini
menggunakan sampel yang sedikit dan kasus tertentu saja.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian akan dilakukan pada bulan November-Desember 2016.
Penetapan waktu penelitian dengan harapan bahwa siswa sudah
memperoleh pembelajaran mengenai hukum Newton di sekolah.
Sedangkan tempat penelitian akan dilakukan di SMA Marsudirini
Muntilan.
C. Subyek Penelitian
Penelitian dilakukan dengan subyek penelitian merupakan siswa
D. Instrumen Penelitian
1. Intrumen Pengumpulan Data
Instrumen dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa kategori,
yaitu: (1)instrumen gaya belajar siswa, (2)instrumen gaya kognitif
siswa, dan (3)instrumen pola pikir siswa. Untuk mengetahui gaya
belajar siswa digunakan kuisioner (terlampir) dan lembar wawancara
sebagai konfirmasi. Berikut merupakan kisi-kisi kuisioner mengenai
gaya belajar siswa:
Tabel 3.1. Kisi-kisi kuisioner gaya belajar siswa
Gaya
Belajar
Indikator No item
Positif Negatif
Auditif 1. Lebih tertarik pada aktivitas
yang berhubungan audio (suara)
Kinestetis 1. Lebih mudah belajar dengan
disertai aktivitas fisik.
7, 2, 8, 12,
15, 20
Untuk mengetahui gaya kognitif siswa, digunakan kuisioner yang
disusun berdasarkan ciri-ciri untuk masing-masing gaya kognitif.
Berikut kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa:
Tabel 3.2. kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa
Model Gaya
sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan
cenderung segera menerima bagian
atau konteks yang dominan.
1. Menanggapi suatu tugas cenderung
berpatokan pada isyarat dari dalam
diri mereka sendiri.
Instrumen yang digunakan untuk mengetahui pola pikir siswa
adalah lembar soal mengenai hukum Newton dan lembar wawancara.
Bahan wawancara tergantung pada hasil pengerjaan soal siswa.
Tabel 3.3. Kisi-kisi soal mengenai hukum Newton
No Kisi-kisi
1. Menggambarkan gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda
berdasarkan hukum Newton.
2. Memahami konsep gaya gesek stasis dan gaya gesek kinetis
3 Menganalisis percepatan benda yang bergerak di bidang miring
2. Validitas
Validitas terhadap instrumen pada penelitian ini dilakukan
dengan meminta penilaian ahli, apakah memang tes sudah sesuai
dengan isi yang mau dites.
E. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner untuk
mengetahui gaya belajar dangaya kognitif siswa. Selain itu untuk
mengetahui pola pikir siswa, siswa akan mengerjakan soal yang berkaitan
dengan hukun Newton. Wawancara juga dilakukan sebagai konfirmasi
atas informasi yang sudah didapat peneliti dari hasil kuisioner dan
pengerjaan soal.
F. Metode Analisis Data
Data dalam riset kualitatif adalah semua hal, barang, tulisan, dan benda
sedang didalami. Data dalam penelitian ini berupa lembar kuisioner, hasil
pengerjaan soal siswa, record wawancara, foto dan transkrip individu.
1. Kategorisasi coding
Pada proses ini hasil pengerjaan siswa dianalisis beserta dengan
transkrip data yang sudah dibuat. Data-data yang sudah ditranskrip dan
hasil pengejaan siswa tersebut diberi tanda (coding, kode). Data-data
yang sama kodenya , disatukan, sehingga dapat diketahui pola yang
sering muncul.Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikategorikan
menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Data kuisioner gaya belajar siswa
Data kuisioner chek list ini terdiri dari 20 item pernyataan.
Terdapat 8 item pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan
pernyataan negatif untuk masing-masing kategori. Analisis
kuisioner ini adalah sebagai berikut: Skor 4 untuk jawaban sangat setuju Skor 3 untuk jawaban setuju
Skor 2 untuk jawaban tidak setuju
Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju
Skor yang diperoleh siswa diolah dengan menjumlahkan skor untuk
setiap kategori gaya belajar. Skor maksimal untuk tiap kategori
b. Data kuisioner gaya kognitif siswa
Analisis untuk data kuisioner gaya kognitif siswa sama dengan
analisis untuk data kuisioner gaya belajar siswa. Kuisioner terdiri
dari 16 pernyataan dengan 8 pernyataan untuk masing-masing
kategori. Skor maksimal untuk masing-masing kategori adalah 32.
Skor tertinggi untuk salah satu kategori menunjukkan gaya kognitif
yang dimiliki siswa tersebut.
c. Data hasil pengerjaan tes hukum Newton
Dari data hasil pengerjaan soal, dianalisi pola pikir siswa
berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya. Siswa dengan gaya
kognitif dan gaya belajar yang sama di analasis langkah pengerjaan
soal dan hasil akhirnya. Analisis ini dimaksudkan untuk
mengetahui pola pikir yang terbaik yang diterapkan siswa dalam
menyelesaikan persoalan yang diberikan.
2. Penarikan kesimpulan
Dari analisis data di atas dapat diperoleh sebuah konsep
mengenai pola pikir siswa dengan gaya belajar dan gaya kognitif
tertentu. Hasil peyelesaian soal siswa dikelompokkan dalam gaya
belajar dan gaya kognitif yang sama, sehingga akan muncul
Tabel 3.4 di bawah ini merupakan kemungkinan pola pikir
siswa yang ditemukan dalam penelitian berdasarkan gaya belajar
dan gaya kognitifnya:
Tabel 3.4. Probabilitas Pola Pikir yang Ditemukan
Gaya kognitif
Gaya belajar
Field
Dependent
Field
Independent
Visual FD, Visual FI, Visual
Auditif FD, Auditif FI, Auditif
Kinestetis FD. Kinestetis FI, Kinestetis
Penarikan kesimpulan didasarkan pada konsep yang
27 BAB IV
DATA DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksakan di SMA Marsudirini yang terletak di
kecamatan Muntilan, kabupaten Magelang. Subyek penelitian ialah 20
siswa kelas XA di SMA tersebut.
Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan treatment khusus
terhadap subyek penelitan. Oleh sebab itu, penelitian dilaksanakan setelah
siswa memperoleh pembelajaran mengenai Hukum Newton yaitu pada
akhir semester gasal. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 November
2016, yaitu pada saat mata pelajaran Fisika berlangsung pada jam
pelajaran ke-5.
Pada penelitian ini siswa diminta mengerjakan satu soal mengenai
hukum Newton selama 10-15 menit. Setelah itu siswa mengisi kuisioner
mengenai gaya belajar dan gaya kognitif siswa. Selama mengerjakan soal
suasana tenang dan kondusif.
Sementara siswa mengisi kuisioner, peneliti melihat hasil
pekerjaan siswa untuk kemudian memilih 7 siswa untuk diwawancarai.
Pemilihan subyek yang diwawancarai berdasarkan hasil pekerjaan soal
yang baik, sedang, dan kurang baik. Wawancara diakukan setelah semua
B. Data Hasil Penelitian
1. Gaya belajar
Tabel 4.1 di bawah ini merupakan distribusi gaya belajar yang
dimiliki siswa kelas XA:
Tabel 4.1. Distribusi Gaya Belajar Siswa Kelas XA
Gaya Belajar Jumlah Siswa
Visual 13 orang
Auditif 2 orang
Kinestetik 3 orang
Tidak teridentifikasi 2 orang
(lampiran 8)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa di kelas tersebut
cenderung memiliki gaya belajar visual. Namun demikian ada pula
siswa yang tidak teridentifikasi gaya belajarnya karena memiliki skor
yang sama untuk setiap kategori.
2. Gaya kognitif
Tabel 4.2 di bawah ini merupakan distribusi gaya kognitif yang
dimiliki siswa kelas XA (lampiran 9):
Tabel 4.2. Distribusi Gaya Kognitif Siswa Kelas XA
Gaya Kognitif Jumlah Siswa
Field Dependent 17 orang
Field Independent 2 orang
Dari hasil penelitian tersebut dapat terlihat bahwa cenderung
memiliki gaya kognitif Field Dependent yang lebih terpengaruh oleh
penguatan eksternal.
3. Hasil Pemecahan Masalah
Untuk melihat pola pikirnya, siswa mengerjakan satu soal yang
berkaitan dengan hukum Newton. Berikut ini merupakan penjabaran
untuk pemecahan masalah yang dilakukan tiap siswa:
a. Siswa X01
Siswa ini sebenarnya memahami konsep dengan baik. Langkah
pengerjaannya pun diawali dengan menganalisis gaya-gaya yang
bekerja pada benda. Hanya saja siswa tidak melakukan perhitungan
lebih lanjut atas soal tersebut. Gambar 4.1 di bawah ini
menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X01:
b. Siswa X02
Berdasarkan gambar 4.2 dibawah ini, dapat diketahui bahwa siswa
belum memahami konsep soal. Perhitungan yang dilakukan pun
sebatas trial and error.
Gambar 4.2. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X02
c. Siswa X03
Gambar 4.3 menunjukkan bahwa siswa ini belum memahami
konsep hukum Newton.
d. Siswa X04
Siswa ini menuliskan hal-hal yang diketahui dari soal terlebih
dahulu. Kemudian menggambarkan vektor gaya berat benda tanpa
memberi keterangan yang lengkap dari gambar tersebut.
Perhitungan pertama yang dilakukan adalah mencari besar gaya
normal yang bekerja pada benda. Konsep perhitungan gaya normal
ini sudah benar, hanya saja siswa belum sampai pada menemukan
nilai dari gaya normal tersebut. Gambar 4.4 di bawah ini
menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X04:
Gambar 4.4. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X04
e. Siswa X05
Siswa ini melakukan perhitungan dengan metode trial and error.
Dari hasil tersebut terlihat siswa belum memahami
lambang-lambang besaran Fisika. Analisis persoalan dengan gambar yang
dilakukan siswa juga tidak tepat. Gambar 4.5 di bawah ini
Gambar 4.5. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X05
f. Siswa X06
Siswa melakukan langkah pengerjaan yang baik. Diawali dengan
menggambarkan peristiwa beserta gaya-gaya yang bekerja pada
benda. Kemudian siswa menganalisis besarnya gaya yang bekerja
di bidang x untuk mendapatkan besar gaya Normal benda. Siswa
berasumsi bahwa semua benda yang terletak di bidang miring akan
meluncur dan menyimpulkan bahwa satu-satunya persoalan yang
ditanyakan adalah percepatan benda. Hal tersebut terlihat dari
kutipan wawancara berikut:
P : “ nah ini tolong diceritakan dong ini soalnya tentang apa, yang ditanyakan apa, gitu, maksud dari soalnya ini apa gitu.”
S : “ini yang ditanyakan itu percepatan yang dialami kotak. Kotaknya itu di atas bidang miring. Alasnya 40 cm sama aja 0,4 m sama tingginya 30 cm atau 0,3m. Yang disini 0,5 (sambil menunjuk sisi miring pada gambar hasil pengerjaannya). Ehm, µsnya 0,3 µknya 0,15. Pakai yang µk karena bendanya kan bakal bergerak.”
P : “ oh ya...kenapa bendanya bergerak?”
kotak meluncur berapa percepatannya, itu berartikan bendanya bergerak.”
Selain itu dari hasil pekerjaan siswa juga terlihat bahwa siswa
beranggapan selalu ada gaya dari luar selain gaya berat benda yang
mengakibatkan benda bergerak. Siswa juga mengatakan bahwa
kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan soal adalah karena
perhitungan sulit maka tidak didapatkan hasil akhirnya. Gambar
4.6 di bawah ini menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X06:
Gambar 4.6. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X06
g. Siswa X07
Siswa ini cukup mengerti konsep Hukum Newton yang digunakan
untuk menyelesaikan persoalan. Langkah awal siswa dalam
penyelesaian adalah menggambarkan persoalan dan menganalisis
gaya yang bekerja pada kotak. Siswa menggambarkan gaya-gaya
yang bekerja pada kotak adalah gaya gesek dan gaya berat.
Kemudian tanpa menganalisis gaya yang menyebabkan kotak
bergerak, siswa langsung menganalisis besar gaya total yang
yang dialami kotak. Langkah penyelesaian soal tersebut sudah
cukup baik, hanya saja dalam perhitungannya siswa lupa
memasukkan nilai percepatan gravitasi dan siswa belum
menyelesaikan perhitungan tersebut. Gambar 4.7 di bawah ini
menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X07:
Gambar 4.7. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X07
h. Siswa X08
Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa siswa ini menggambarkan
kotak di atas bidang miring tanpa menganilisis gaya-gayanya.
Perhitungan yang dilakukan siswa pun sebatas mencari nilai gaya
Normal. Namun konsep yang digunakann untuk menentukan nilai
gaya Normal sudah benar walaupun hasilnya menjadi salah karena
Gambar 4.8. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X08
i. Siswa X09
Siswa ini dapat menguraikan gaya berat benda dengan baik, namun
tidak menggambarkan gaya lain yang bekerja pada benda. Untuk
menghitung gaya total pada bidang y, siswa salah dalam
menuliskan rumus dan melakukan perhitungan tanpa menyertakan
nilai cos ɵ. Gambar 4.9 di bawah ini menunjukkan hasil
penyelesaian soal siswa X09:
j. Siswa X10
Gambar 4.10 menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X10.
Siswa menganalisis gaya yang bekerja pada benda dengan baik,
namun kurang memahami maksud soal. Siswa melakukan trial and
error untuk menjawab persoalan, yaitu dengan menganalisis gaya
yang bekerja pada bidang x menggunakan gaya gesek statis dan
kinetis benda. Hal tersebut dimaksudkan siswa untuk menganalisis
apakah korak bergerak yang terlihat dari pernyataan yang ditulis
siswa di atas. Siswa mengungkapkan bahwa yang menyebabkan
kotak meluncur adalah percepatan dan memberikan perbandingan
bahwa massa benda lebih besar tanpa menyebutkan
pembandingnya.
Gambar 4.10. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X10
k. Siswa X11
Siswa ini menuliskan besaran-besaran yang diketahui dari soal
terlebih dahulu dan menggambarkan soalnya. Dari gambar 4.11
pada kotak, siswa melakukan perhitung untuk besar gaya Normal
benda dan gaya total yang di alami benda pada bidang x. Meskipun
rumus yang digunakan untuk menghitung gaya Normal siswa
benar, namun hasil akhirnya salah karena konversi satuan
massanya salah. Selain itu siswa juga kurang tepat dalam
menganalisis arah gaya gesek yang bekerja pada kotak. Siswa juga
lupa memasukkan nilai percepatan gravitasi dalam perhitungan
gaya yang dialami benda akibat gaya berat pada bidang x. Hasil
wawancara siswa juga menunjukkan bahwa siswa cukup
memahami konsep yang digunakan untuk menyelesaikan
persoalan, yaitu sebagai berikut: diam. Yang kedua benda diam akan bergerak jika ada gaya dari luar. Yang ketiga, F aksi sama dengan -F reaksi.”
P : “nah terus yang ini, yang di soal ini?” S : “ini kayanya hukum Newton kedua deh.”
P : “oh kayanya Hukum Newton kedua. Nah kalo hukum Newton kedua kan dia akan bergerak kalau ada gaya lain yang mempengaruhi. ”
S : “iya.”
P : “nah ini dia gaya nya yang mempengaruhi gayanya dari mana?”
S : “dari bidang miringnya.’
P : “dari bidang miringnya? Bidang miringnya ada gayanya?”
S : “eh, gimana ya?” P ; “hehe, gimana?”
Gambar 4.11. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X11
l. Siswa X12
Langkah awal siswa adalah menggambar peristiwa dalam soal
tanpa menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada kotak pada
bidang miring tersebut. Dapat dikatakan bahwa siswa belum
memahami konsep hukum Newton. Hal itu terlihat dari hasil
perhitungan siswa yang tidak menggunakan rumus yang benar
untuk menyelesaikan persoalan. Dari gambar 4.12 dapat dilihat
bahwa siswa hanya melakukan trial and error untuk
menyelesaikan persoalan tersebut.
m. Siswa X13
Siswa terlihat belum memahami konsep yang digunakan untuk
menyelesaikan persoalan dan hanya melakukan trial and error.
Dari gambar 4.13 juga nampak bahwa siswa belum memahami
lambang-lambang besaran Fisika.
Gambar 4.13. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X13
n. Siswa X14
Dari hasil penyelesaian siswa pada gambar 4.14, dapat diketahui
bahwa siswa kurang memahami konsep yang diperlukan untuk
menyelesaikan soal. Siswa hanya melakukan perhitungan trial and
error. Selain dari hasil tersebut, hal ini dapat diketahui dari
cuplikan wawancara berikut:
P : “oo menghitung percepatan? Nah, untuk menghitung percepatannya menurut kamu langkah-langkah atau cara untuk mendapatkan percepatannya tadi gimana?” (siswa berpikir cukup lama) “apa dek? Ini angka -angkanya dari mana?”
S : “dari sini. (sambil menunjuk soal).”
P : “oh dari sini. Ini materinya tentang apa sih?” S : “hukum Newton.”
“ya udah gini aja dek. Dari soalnya ini kamu paham ndak maksud soalnya?”
S : “sedikit sih mbak.”
P : “sedikit ya. Nah sedikit paham maksud soalnya. Cara penyelesaian soalnya kamu yang agak bingung ya?”
S : “iya.”
P : “oh gitu. Yang bikin kamu bingung apa nya?apa rumus-rumusnya yang dipake yang mana atau ini jalan bendanya kemana?”
S : “rumusnya mbak.”
Gambar 4.14. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X14
o. Siswa X15
Siswa cukup memahami konsep materi yang digunakan dalam
penyelesaian soal dilihat dari hasil penyelesaian soal pada gambar
4.15. Siswa dapat menggambarkan maksud soal dan menganalisis
gaya yang mempengaruhi benda. Kekurangan siswa dalam
menyelesaikan soal adalah siswa tidaak mengkonversi satuannya
terlebih dahulu, padahal perhitungan dan rumus yang digunakan
sudah baik. Siswa ini juga menganggap bahwa terdapat gaya luar
lain yang mempengaruhi gerak benda selain gaya berat benda dan
Gambar 4.15. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X15
p. Siswa X16
Langkah awal siswa pada gambar 4.16 adalah menggambarkan
persoalan dan menganalisis gaya berat pada kotak. Selain itu siswa
terlebih dahulu mengkonversi satuan-satuan besaran yang
diketahui. Kemudian siswa menganalisis besar gaya berat yang
dialami benda, namun belum sampai mendapatkan hasilnya.
q. Siswa X17
Dari gambar 4.17 dapat dilihat bahwa siswa ini belum memahami
konsep materi dan hanya melakukan trial and error untuk
menyelesaikan persoalan.
Gambar 4.17. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X17
r. Siswa X18
Dari gambar4.18 dapat dilihat bahwa siswa melakukan perhitungan
tanpa menggambarkan persoalan dan menganalisis gaya yang
bekerja pada benda terlebih dahulu. Siswa menganalisis percepatan
benda dengan menggunakan gaya gesek statis dan gaya gesek
kinetis, serta menggunakan rumus yang salah untuk menghitung
gaya berat benda pada bidang x. Hal tersebut menunjukkan bahwa
Gambar 4.18. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X18
s. Siswa X19
Siswa cukup memahami keterangan yang diketahui dari soal yaitu
dengan menggambarkan persoalan tersebut. Namun dari gambar
4.19 terlihat siswa tidak menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada
kotak. Rumus yang digunakan siswa untuk mencari nilai gaya
Normal benda sudah benar. Namun hasilnya menjadi salah karena
siswa kurang memahami hukum Phytagoras yang digunakan untuk
mencari nilai panjang sisi miring kotak. Selain itu siswa melakukan
trial and error atas perhitungan µk yang sudah diketahui nilainya.
t. Siswa X20
Dari hasil penyelesaian soal pada gambar 4.20 dapat disimpulkan
bahwa siswa belum memahami konsep yang digunakan untuk
menyelesaikan persoalan. Selain dari hasil penyelesaian tersebut,
hasil wawancara siswa pun menunjukkan bahwa siswa kurang
memahami konsep. Berikut cuplikan wawacara yang dilakukan
peneliti atas siswa X20:
P : “nah gimana coba ceritain?”
S : “ada kotak bermassa 250 terus diletakkan di bidang miring terus memiliki panjang alasnya 40 tingginya 30. Kotaknya akan meluncur jika ini µsnya 0,3 terus µknya 0,15. Udah gitu aja.”
P : “terus yang ditanyakan apa?” S : “percepatan.”
S : “ya kan ada langkah-langkahnya. Nah ya itu.” P : “langkahnya nggak di tulis?”
S : “nggak.” P : “kenapa?”
Gambar 4.20. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X20
C. Analisis Data dan Pembahasan
Beberapa hasil penyelesaian soal siswa tidak dapat dianalisis pola
pikirnya. Hal ini disebabkan karena siswa belum memahami konsep
hukum Newton yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan. Siswa
yang belum memahami konsep hukum Newton hanya melakukan
perhitungan trial and error saja. Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil
penyelesaian soal siswa beserta gaya belajar dan kognitifnya:
Tabel 4.3. Hasil penyelesaian soal siswa beserta gaya belajar dan gaya
kognitifnya
Subyek Tipe Rumus yang Digunakan Langkah-Langkah
Dari hasil penyelesaian siswa di atas ditemukan pola pikir
masing-masing siswa.Tabel 4.4 di bawah ini merupakan pola pikir berdasarkan
kombinasi gaya belajar dan gaya kognitif yang dimiliki siswa :
Tabel 4.4. Pola pikir siswa berdasarkan kombinasi gaya belajar dan gaya
kognitifnya
Berikut penjelasan untuk enam macam pola pikir yang ditemukan:
1. Field Dependent-Visual
Terdapat 10 subyek dari 20 sampel yang diteliti merupakan
individu Field Dependent-Visual. Dari 10 sampel tersebut terdapat 4
orang yang mampu menyelesaikan persoalan dengan baik dan 6 orang
dengan kemampuan kurang baik. Secara umum langkah awal yang
dilakukan subyek ini dalam menyelesaikan soal adalah
menggambarkan persoalan dan menuliskan besaran-besaran yang
sudah diketahui dari soal. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri subyek dengan
mereka dapatkan. Kemudian subyek akan menganalisis vektor gaya
berat yang bekerja pada benda. Dalam melakukan perhitungan,
sebagian besar subyek lupa mengkonversi satuan besaran ke dalam SI
serta belum memahami konsep hukum Newton yang digunakan untuk
menyelesaikan persoalan. Hal ini mengakibatkan subyek hanya
melakukan trial and error.
Sedangkan 4 subyek yang mempunyai kemampuan baik, dapat
melakukan perhitungan sampai pada menentukan besar percepatan
kotak. Namun demikian tidak ada satupun yang menganalisis gerak
benda. Hal ini disebabkan oleh karakteristik subyek Field Dependent
yang hanya memperhatikan bagian yang dominan. Bagian dominan
dalam persoalan ini adalah besar perceptan benda jika benda bergerak,
namun subyek langsung mengasumsikan bahwa subyek pasti bergerak.
Prosentase kemampuan penyelesaian soal subyek tipe iniadalah 40%
baik dan 60% kurang baik.
2. Field Dependent-Kinestetis
Terdapat 3 orang subyek yang diidentifikasikan dalam tipe ini.
Kemampuan individu tipe Field Dependent-Kinestetis ini masih
kurang baik. Dalam menyelesaikan persoalan, subyek menggambarkan
persoalan dan belum melakukan perhitungan. Namun demikian subyek
sudah mampu melakukan perhitungan untuk besar gaya normal walau
belum sampai menemukan hasil akhir dari gaya normal tersebut. Hal
akan kesulitan untuk duduk diam dalam waktu yang lama, akibatnya
subyek kehabisan waktu untuk melakukan hal-hal aktifitas fisik lain.
Kemampuan penyelesaian soal subyek tipe ini dalam penelitian adalah
100 % kurang baik.
3. Field Dependent-Auditif
Terdapat 2 (dua) subyek yang teridentifikasi memiliki tipe ini.
Prosentase hasil pengerjaan soal dari subyek tipe ini adalah 50 % baik
dan 50 % kurang baik. Subyek yang memiliki kemampuan baik dapat
menggambarkan persoalan dan melakukan perhitungan besar
gaya-gaya yang bekerja pada benda (gaya-gaya berat, gaya-gaya gesek, gaya-gaya normal).
Hal ini dapat disebabkan karena dalam memperoleh informasi subyek
lebih menyukai aktifitas auditif (mendengarkan) sehingga subyek akan
lebih fokus (berkonsentrasi) saat pelajaran berlangsung. Namun subyek
juga hanya memperhatikan bagian informasi yang dominan saja yaitu
mencari besar percepatan benda tanpa menganalis apakah benda
bergerak.
Sedangkan subyek lain yang berkemampuan kurang baikdalam
menyelesaikan soal hanya melakukan perhitungan trial and error.
Selain itu subyek juga belum memahami konsep materi yang
digunakan untuk menyelesaikan persoalan.
4. Field Independent-Visual
Terdapat dua orang teridentifikasi memiliki tipe ini. Berdasarkan
yang baik. Namun dalam penelitian ini ternyata kemampuan subyek
kurang baik dalam menyelesaikan persoalan. Langkah awal yang
dilakukan subyek adalah mengkonversi satuan besaran yang sudah
diketahui ke dalam SI. Subyek juga mengambarkan persoalan serta
menganalisis vektor gaya berat yang dialami benda. Perhitungan yang
dilakukan subyek sebatas sampai perhitungan terhadap gaya Normal,
namun belum sampai menemukan hasil akhirnya.
5. Field Dependent
Subyek ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk tes
gaya belajarnya, sehingga hanya dapat dilihat gaya kognitifnya saja.
Hasil penyelesaian soal dari individu ini kurang baik. Individu hanya
mampu menganalisis sampai gaya Normal saja dan hasilnya pun belum
benar. Selebihnya, individu hanya melakukan perhitungan trial and
error.
Individu dengan tipe kognitif ini memang sulit untuk menganalisis
sesuatu dan sangat terpengaruh suasana di sekitarnya. Selain itu
individu juga cenderung melihat bagian yang dominan dalam suatu
permasalahan. Namun hal ini kurang dapat dikonfirmasi dari subyek
karena peneliti tidak memiliki kesempatan untuk melakukan
wawancara.
6. Visual
Subyek ini tidak menunjukkan perbedaan yang signnifikan untuk
berdasarkan gaya belajarnya saja. Hasil penyelesaian soal yang
dilakukan subyek ini kurang baik yaitu sebatas menggambarkan
persolan dan melakukan perhitungan trial and error saja.
Dari uraian tersebut dapat dilihat distribusi grup untuk skor hasil pekerjaan
siswa berdasarkan tipe pola pikirnya sebagai berikut:
Tabel 4.4. Distribusi Grup Skor Penyelesaian Soal Hukum Newton
interval
terbaik dalam menyelesakan persoalan hukum Newton dalam peneltian ini
adalah tipe Field Dependent-Auditif. Subyek dapat memahami persoalan
dengan cukup baik dan menggambarkan informasi dari soal. Namun
subyek cenderung memperhatikan bagian dominan dari soal saja, sehingga
Terdapat perbedaan dari subyek yang memiliki gaya belajar yang
berbeda dalam memecahkan persoalan. Subyek dengan gaya belajar visual
akan menuliskan hal-hal yang diketahui dari soal, dan
menggambarkannya. Subyek dengan tipe ini cenderung menuliskan
langkah penyelesaiannya dengan lebih rapi dan beruntun. Sedangkan
subyek dengan tipe belajar auditif tidak begitu rapi dalam penulisan
langkah penyelesaiannya. Subyek tipe ini cenderung langsung menuliskan
yang diketahui dari soal pada gambar penyelesaian sekaligus.
Subyek dengan tipe belajar kinestetik cenderung belum melakukan
perhitungan dalam penyelesaiannya. Penyelesaian soal subyek tipe ini
baru sampai menuliskan rumus untuk gaya Normal. Dapat dikatakan
bahwa subyek tipe ini tidak memanfaatkan waktu dengan baik karena
dalam proses berpikirnya dilakukan sambil melakukan hal lain, misalnya
bermain pena atau pensil. Ciri-ciri subyek tipe ini yang sulit duduk diam
untuk waktu yang cukup lama (untuk mengerjakan soal) membuat subyek
menjadi kurang nyaman dengan situasi pengerjaan soal yang tenang,
sehingga pekerjaannya pun menjadi tidak maksimal.
Subyek dengan gaya kognitif berbeda juga memiliki pola pikir
yang berbeda. Berdasarkan dasar teori, seharusnya subyek dengan pola
kognitif Field Independet akan lebih baik hasil penyelesaian soalnya dari
pada subyek dengan gaya kognitif Field Dependent. Terdapat 17 orang
dengan tipe Field Dependent dan 5 diantara memiliki kemampuan yang
dalam penelitian ini memiliki kemampuan penyelesaian soal yang kurang
baik.
D. Keterbatasan Penelitian
Terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penlitian
ini. Sample penelitian yang terlalu sedikit mengakibatkan tidak semua
kombinasi gaya belajar-kognitif dapat terlihat. Selain itu subyek dengan
tipe kombinasi selain Field Dependent-Visual jumlahnya terlalu sedikit,
sehingga sulit untuk mengidentifikasi pola pikir individu tersebut secara
umum.
Terdapat pula keterbatasan waktu karena waktu penelitian
berdekatan dengan ujian akhir semester, sementara materi hukum Newton
merupakan bahasan terakhir untuk semester gasal. Karena peneliti
menggunakan jam sekolah dan penelitian dilakukan di saat jam pelajaran,
metode penelitian pun harus disesuaikan. Karena keterbatasan waktu
tersebut, tidak semua sampel dapat diwawancarai sehingga peneliti tidak
dapat melihat hal-hal lain berkaitan dengan konsep hukum Newton selain
dari hasil penyelesaian soal siswa.
Pengambilan data dengan cara klasikal membuat peneliti tidak
dapat melihat karakter masing-masing sampel. Melihat kemampuan siswa
57 BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat enam pola pikir siswa dalam penyelesaian soal berkaitan
dengan hukum Newton yaitu pola Visual, Kinestetik,
FD-Auditif, FI-Visual, FD dan Visual.
2. Terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar
berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. Tipe
auditif miliki kemampuan yang paling baik dibandingkan tipe yang
lain.
3. Terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif
berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. Tipe
Field Dependent dapat menyelesaikan persoalan lebih baik daripada
tipe Field Independent.
B. Saran
1. Diharapkan guru dapat merancang pembelajaran yang memperhatikan
aktivitas auditif siswa, agar siswa tidak hanya mencatat didalam kelas
namun juga memperhatikan dan mendengar penjelasan guru dengan
baik. Selain itu guru diharapkan memperhatikan kemampuan analisis
siswa tidak hanya memperhatikan informasi dominan dalam
persoalannya saja.
2. Peneliti lain yang hendak mengembangkan penelitian ini hendaknya
melakukan penelitian secara personal dibandingkan klasikal, dengan
demikian peneliti dapat lebih memahami proses penyelesaian soal dan
pemahaman konsep siswa. Selain itu peneliti juga dapat mengetahui
faktor lain yang mempengaruhi pola pikir siswa seperti latar belakang
sosial, budaya, dan lain-lain melalui wawancara. Penelitian dengan
metode ini juga tidak memiliki keterbatasan waktu dibandingkan
melaksanakannya pada jam sekolah.
3. Jumlah sampel perlu ditingkatkan agar peneliti dapat mengamati lebih
banyak pola pikir siswa. Dengan demikian peneliti dapat melihat pola
pikir terbaik yang dapat diterapkan untuk merancang pembelajaran
agar hasil belajar siswa menjadi meningkat.
4. Selain menggunakan kuisioner, untuk mengetahui gaya belajar siswa
dapat pula digunakan berbagai macam bentuk soal yang
memperhatikan karakteristik tiap gaya belajar. Selain dapat
mempermudah melihat gaya belajar siswa, instrumen ini juga dapat