• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pola pikir siswa dalam menyelesaikan persoalan Hukum Newton berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pola pikir siswa dalam menyelesaikan persoalan Hukum Newton berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya"

Copied!
110
0
0

Teks penuh

(1)

KOGNITIFNYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

OLEH:

MARCELLINE RITA YUNIANTI NIM: 121424018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

KOGNITIFNYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Fisika

OLEH:

MARCELLINE RITA YUNIANTI NIM: 121424018

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Hai anak-anak, taatilah orang tuamu dalam segala hal, karena itulah yang indah didalam Tuhan” (Kolose 3: 20)

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

1. Alm. Ibu Yoseffa Lamiyah, ibuku tercinta yang selalu menjadi semangatku.

2. Bpk. Matheus Pardiyanto dan Ibu Andriana Bartini kedua orang tuaku tercinta yang memberikan segalanya untukku.

3. Kakak-kakakku Chatarina Purwanti, Fransisca Sri Dwi Astuti, Thomas Ari Yudiyanto dan Aluisius Ari Setyanto serta adikku Caecilia Rahayu Noviawati yang selalu mendukung dalam bentuk apapun.

(6)
(7)
(8)

vii ABSTRAK

POLA PIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN HUKUM NEWTON BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAYA

KOGNITIFNYA

Marcelline Rita Yunianti Universitas Sanata Dharma

2017

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) pola pikir siswa dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton; (2) perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton; (3) perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton.

Desain penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2016 di SMA Marsudirini Muntilan dengan sampel 20 orang siswa kelas X. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuisioner gaya belajar dan gaya kognitif, soal mengenai Hukum Newton dan wawancara siswa. Analisis dilakukan dengan mendeskripsikan hasil penyelesaian soal oleh setiap siswa yang dikelompokkan berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa; (1) terdapat Terdapat enam pola pikir siswa dalam penyelesaian soal berkaitan dengan hukum Newton yaitu pola FD-Visual, FD-Kinestetik, FD-Auditif, FI-Visual, FD dan Visual; (2) terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton dan tipe auditif miliki kemampuan yang paling baik dibandingkan tipe yang lain; (3) terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. Tipe Field Dependent dapat menyelesaikan persoalan lebih baik daripada tipe Field Independent.

(9)

viii

ABSTRACT

STUDENT’S PATTERN OF THINGKING IN RESOLVING NEWTON’S

LAW ISSUES BASED LEARNING STYLES AND COGNITIVE STYLE Marcelline Rita Yunianti

Universitas Sanata Dharma 2017

This research intended to describe: (1) the mindset of students in solving problems concerning Newton's laws; (2) the difference in the mindset of students who have different learning styles in solving problems concerning Newton's laws; and (3)the difference in the mindset of students who have different cognitive styles in solving problems concerning Newton's laws.

This research design is descriptive qualitative. The study was conducted in November, 2016 in SMA Marsudirini Muntilan with a sample of 20 students of class X. The research instruments used were a questionnaire learning styles, cognitive styles, questions about Newton's Laws, and interview students. Analyses were performed by describing the results of problem solving by each student are grouped based on learning styles and cognitive styles.

The results show that: (1) there are six mindset of students in problem solving related to Newton's law of the pattern of Visual, Kinesthetic, FD-auditory, FI-Visual, FD and Visual; (2) there is a difference in the mindset of students who have different learning styles in solving problems concerning Newton's law and have the type of auditory abilities better than most other types; and (3) there is a difference in the mindset of students who have different cognitive styles in solving problems concerning Newton's laws. The Field Dependent type can solve the problem better than the Field Independent types.

(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti hunjukkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

POLA PIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN

HUKUM NEWTON BERDASARKAN GAYA BELAJAR DAN GAJA

KOGNITIFNYA.

Peneliti menyadari bahwa selama menjalankan keseluruhan kegiatan penelitian ini tidak terlepas dari peran serta pihak-pihak yang telah memberikan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, ucapan terima kasih peneliti persembahkan secara khusus kepada:

1. Romo Prof. Dr. Paul Suparno, S.J., M.S.T., selaku dosen pembimbing yang memberikan banyak masukan sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini dengan lancar.

2. Bapak Drs. Severinus Domi, M. Si., yang berkenan menjadi validator atas instrumen dalam penelitian ini

3. Ibu Ir. Sri Agustini Sulandari, M. Si., selaku dosn pembimbing akademik yang memberikan motivasi dan membimbing selama masa study.

4. Segenap Dosen Pendidikan Fisika yang berkenan memberikan pengajaran yang sangat bermanfaat selama masa study.

5. Dra. Sr. M. Rosalia, OSF., selaku Kepala Sekolah SMA Marsudiri yang berkenan memberikan ijin penelitian di sekolah tersebut.

6. Ibu Priskilla Mawarti, S. Pd., selaku guru mata pelajaran Fisika yang berkenan membimbing dan memberikan ijin kepada peneliti untuk melaksanakan penelitian di kelas beliau.

(11)

x

8. Segenap staf Sekretariat JPMIPA yang membantu peneliti dalam membuat surat ijin dan urusan administrasi lainnya selama masa study.

9. Siswa-siswa kelas XA SMA Marsudirini Muntilan yang membantu peneliti sebagai subyek penelitian.

10.Sahabat dan teman-teman yang membantu selama proses penyusunan skripsi ini, Francisca Mei Retnowati, Momo, Helena, Maria Anggun, Delvi, Hanna.

11.Rekan-rekan Program Studi Pendidikan Fisika 2012 Universitas Sanata Dharma yang telah memberikan masukan-masukan dan semangat bagi peneliti.

12.Semua pihak yang telah membantu peneliti yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Maka dari itu, peneliti sangat mengharapkan kritik da saran yang membangun bagi peneliti agar dapat menjadi lebih baik lagi. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

(12)

xi DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN KEASLIAN KARYA ... v

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 3

D. Tujuan Penelitian ... 4

E. Manfaat Penelitian ... 4

(13)

xii

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

C. Subyek Penelitian ... 20

D. Instrumen Penelitian... 21

E. Pengumpulan Data ... 23

F. Metode Analisis Data ... 23

BAB IV. DATA DAN PEMBAHASAN A. Pelaksanaan Penelitian ... 27

B. Data dan Hasil Penelitian ... 28

C. Analisis Data dan Pembahasan ... 45

D. Keterbatasan Penelitian ... 56

BAB V. KESIMPULAN DANN SARAN A. Kesimpulan ... 57

B. Saran ... 57

DAFTAR PUSTAKA ... 59

(14)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Kombinasi Gaya Belajar Siswa... 14

Tabel 2.2. Perbedaan Karakteristik Individu FD dan FI ... 17

Tabel 3.1. Kisi-kisi kuisioner gaya belajar siswa ... 21

Tabel 3.2. kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa ... 22

Tabel 3.3. Kisi-kisi soal mengenai hukum Newton ... 23

Tabel 3.4. Probabilitas Pola Pikir yang Ditemukan ... 26

Tabel 4.1. Distribusi Gaya Belajar Siswa Kelas XA ... 28

Tabel 4.2. Distribusi Gaya Kognitif Siswa Kelas XA ... 28

Tabel 4.3. Hasil Penyelesaian Soal Siswa Beserta Gaya Belajar dan Gaya Kognitifnya ... 45

Tabel 4.4. Pola Pikir Siswa Berdasarkan Kombinasi Gaya Belajar dan Gaya Kognitifnya ... 50

(15)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Pengantar Penelitian ... 61

Lampiran 2. Surat Keterangan Melakukan Penelitian ... 62

Lampiran 3. Pengantar Validasi Instrumen ... 63

Lampiran 4. Validasi Kuisioner Gaya Belajar ... 65

Lampiran 5. Validasi Kuisioner Gaya Kognitif ... 68

Lampiran 6. Validasi Soal Hukum Newton ... 70

Lampiran 7. Daftar Hadir Siswa ... ... 71

Lampiran 8. Analisis Data Kuisioner Gaya Belajar Siswa ... 72

Lampiran 9. Analisis Data Kuisioner Gaya Kognitif Siswa ... 73

Lampiran 10. Contoh Hasil Kuisioner Gaya Belajar ... 74

Lampiran 11. Contoh Hasil Kuisioner Gaya Kognitif ... 75

Lampiran 12. Contoh Hasil Penyelesaian Soal Siswa ... 77

(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hingga kini mata pelajaran Fisika masih menjadi momok bagi

siswa. Menurut Mundilarto (Ant: 2005), perolehan nilai rata-rata untuk

pelajaran Fisika masih rendah mengidentifikasikan proses

pembelajarannya belum dapat berlangsung sebagaimana mestinya.

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Wiyanto et al (2006), aktivitas

yang paling dominan bagi guru di dalam pembelajaran adalah berceramah

atau menjelaskan, sedangkan bagi siswa adalah mendengarkan dan

mencatat. Guru lebih memperhatikan penyelesaian materi daripada

pencapaian kompetensi siswa.

Kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan Fisika

tergantung dari pola pikirnya (kerangka berpikir). Pola pikirlah yang

mendorong manusia untuk melakukan sesuatu (Khuzaeva, 2014). Pola

pikir yang menggerakkan, mendorong atau yang menjadi landasan

mengapa seseorang melakukan sesuatu. Oleh sebab itu, untuk merubah

tindakan seseorang maka terlebih dahulu harus mengubah pola pikirnya.

Pola pikir setiap siswa pastilah berbeda-beda. Dalam meningkatkan

kemampuan siswa dalam memecahkan persoalan, guru perlu mengetahui

(17)

memecahkan persoalan dengan baik dapat diterapkan kepada siswa dengan

kemampuan yang lebih rendah.

Menurut Kartikasari (2015) pola pikir seseorang dipengaruhi oleh

gaya kognitif dan gaya belajar siswa. Gaya kognitif merupakan cara

individu mempersepsi dan menyusun maklumat mengenai

persekitarannya. Namun seseorang dengan gaya kognitif sama belum tentu

memiliki kemampuan berpikir yang sama. Sedangkan cara terbaik

seseorang untuk memperoleh informasi disebut gaya belajar. Gaya belajar

ini tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar seseorang.

Dalam penelitian ini akan dilihat bagaimana pola pikir siswa SMA

dalam menyelesaikan suatu persoalan tentang Hukum Newton. Persoalan

tentang hukum Newton dipilih karena diperlukan kemampuan analisis

yang tepat dan kompleks untuk menyelesaikan persoalan tersebut.

Diharapkan dengan diketahuinya pola pikir siswa, guru dapat

mempengaruhi pola pikir siswa agar dapat menyelesaikan persoalan yang

diberikan.

Untuk mempermudah menganalisis pola pikir siswa, siswa perlu

dikategorikan dalam kelompok tertentu terlebih dahulu. Dalam penelitian

ini siswa dikategorikan dalam gaya belajar yang sama dan gaya kognitif

yang sama. Dengan penelitian ini juga dapat diketahui apakah gaya belajar

maupun gaya kognitif dapat mempengaruhi pola pikir seseorang. Jika

(18)

pada pola pikirnya, maka guru melakukan variasi metode pembelajaran

yang dapat mengembangkan kedua aspek tersebut.

B. Rumusan Masalah

Masalah yang ingin diteliti berdasarkan latar belakang di atas adalah:

1. Bagaimana pola pikir siswa dalam memecahkan persoalan mengenai

hukum Newton?

2. Apakah siswa dengan gaya belajar yang berbeda memiliki pola pikir

yang berbeda pula dalam memecahkan persoalan mengenai hukum

Newton?

3. Apakah siswa dengan gaya kognitif yang berbeda memiliki pola pikir

yang berbeda pula dalam memecahkan persoalan mengenai hukum

Newton?

C. Batasan Masalah

Penentuan pola pikir dalam penelitian ini diklasifikasikan

berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya saja dan tidak melihat

faktor lain yang mempengaruhi pola pikir siswa selama proses penelitian.

Baik itu faktor internal maupun faktor eksternal kecuali yang berkaitan

(19)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian yang ingin dicapai berdasarkan rumusan masalah di atas

adalah:

1. Mengetahui pola pikir siswa dalam memecahkan persoalan mengenai

hukum Newton.

2. Mengetahui perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar

berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton.

3. Mengetahui perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif

berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini yaitu:

1. Bagi Siswa

Setelah mengetahui bagaimana pola pikirnya, diharapkan siswa

mampu mengkoreksi diri untuk memperbaiki pola pikirnya agar hasil

belajar dapat meningkat. Siswa dengan hasil belajar kurang baik dapat

mencontoh pola pikir siswa lain yang hasil belajarnya baik.

2. Bagi Pendidik

Dengan mengetahui pola pikir siswa, diharapkan pendidik dapat

mengunakan strategi pembelajaran yang tepat untuk membantu

(20)

F. Batasan Istilah

1. Pola Pikir

Pola pikir adalah pola-pola dominan yang menjadi acuan utama

seseorang untuk bertindak.

2. Gaya Belajar

Gaya belajar ialah kebiasaan belajar siswa dengan tujuan untuk

mempermudah proses belajar guna mencapai prestasi belajar.

3. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual ialah suatu cara belajar yang dipengaruhi oleh

kemampuan melihat (menyaksikan langsung / visual).

4. Gaya Belajar Auditif

Gaya belajar auditif ialah suatu gaya belajar yang menekankan

kemampuan mendengar informasi pelajaran yang disampaikan secara

lisan.

5. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik ialah cara belajar yang disertai dengan upaya

menggerakkan organ tubuh.

6. Gaya Kognitif

Gaya kognitif merupakan cara individu mengolah informasi yang akan

(21)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pola Pikir

Berpikir didefinisikan sebagai proses menghasilkan representasi

mental yang baru melalui transformasi yang melibatkan interaksi secara

komplek antara atribut-atribut mental seperti penilaian, abstraksi,

penalaran, imajinasi, dan pemecahan masalah (Solso, dalam Susanto,

2008). Proses berpikir meliputi tiga komponen pokok, yaitu: (1) berpikir

adalah aktivitas kognitif yang terjadi di dalam mental atau pikiran

seseorang, tidak tampak, tidak dapat disimpulkan berdasarkan perilaku

yang tampak, (2) berpikir merupakan suatu proses yang melibatkan

beberapa manipulasi pengetahuan di dalam sistem kognitif. Pengetahuan

yang tersimpan di dalam ingatan digabungkan dengan informasi sekarang

sehingga mengubah pengetahuan seseorang mengenai situasi yang sedang

dihadapi, dan (3) aktivitas berpikir diarahkan untuk menghasilkan

pemecahan masalah.

Kemampuan berpikir seseorang dipengaruhi oleh pola pikirnya.

Menurut Bloom (dalam Kartikasari, 2015) pola pikir merupakan inti dari

pikiran manusia dimana fungsi otak sebagai pembuat keputusan tentang

diterima atau tidaknya suatu masukan. Pola pikir adalah pola-pola

(22)

seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, misalnya gaya belajar dan

gaya kognitifnya.

Berdasarkan keterangan di atas, dapat diartikan bahwa pola pikir ialah

cara berpikir seseorang dalam memproses informasi. Pola pikir ini yang

kemudian mempengaruhi pengambilan keputusan dalam menyelesaikan

suatu persoalan.

B. Gaya Belajar

1. Pengertian Gaya Belajar

Dariyo (2013: 124) menjelaskan bahwa gaya belajar ialah suatu

cara individu untuk mempelajari dan menguasai suatu materi pelajaran

guna mencapai prestasi belajar. Setiap orang memiliki gaya belajar

yang unik, khas dan tidak bisa disamaratakan dengan yang lainnya.

Menurut Gunawan (2003:139), gaya belajar merupakan cara yang

lebih disukai dalam melakukan kegiatan berpikir, memproses dan

mengerti suatu informasi. Nasution (dalam Pamela, 2012: 11)

menjelaskan bahwa gaya belajar merupakan cara siswa bereaksi dan

menggunakan perangsang-perangsang yang diterimanya dalam proses

belajar.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa gaya

belajar ialah kebiasaan belajar siswa dengan tujuan untuk

(23)

2. Klasifikasi Gaya Belajar

Upaya untuk mengenali dan mengkategorikan cara belajar yang

dilakukan para ahli dirangkum oleh Gunawan (2003:139-140) kedalam

tujuh pendekatan, yaitu sebagai berikut:

a. Pendekatan yang dikembangkan oleh Kagan, Kolb, Honey &

Mumford, Gregorc, Butler dan McCarthy. Pendekatan ini

berdasarkan pada pemrosesan informasi, yaitu menentukan cara

yang berbeda dalam memandang dan memroses informasi yang

baru.

b. Pendekatan yang dikembangkan oleh Myer-Briggs, Lowrence,

Keirsey & Bates, Simon & Byram, Singer-Loomis,

Grey-Wheelright, Holland, dan Geering. Pendekatan ini berdasarkan

pada kepribadian yang menentukan tipe karakter yang berbeda.

c. Pendekatan yang dikembangkan oleh Bandler & Grinder, dan

Messick. Pendekatan ini berdasar pada modalitas sensori yang

menunjukkan tingkat ketergantungan terhadap indera tertentu.

d. Pendekatan yang dikembangkan oleh Witkin, Eison, Canfield.

Pendekatan ini berdasar pada lingkungan dengan menentukan

respon berbeda terhadap kondisi fisik, psikologis, sosial, dan

instruksional.

e. Pendekatan yang dikembangkan oleh Grasha-Reichman, Perry,

(24)

interaksi sosial; menentukan cara yang berbeda dalam

berhubungan dengan orang lain.

f. Pendekatan yang dikembangkan oleh Gardner dan Handy.

Pendekatan ini berdasarkan pada kecerdasan untuk menentukan

bakat yang berbeda.

g. Pendekatan yang dikembangkan oleh Sperry, Bogen, Edwards,

Hermann. Pendekatan ini berdaasarkan pada wilayah otak untuk

menentukan dominasi relatif dari berbagai bagian otak, misalnya

otak kiri dan otak kanan.

Dari berbagai pendekatan di atas, yang kini sering digunakan ada tiga,

yaitu:

a. Pendekatan berdasarkan preferensi sensori yaitu visual, auditori

dan kinestetik (VAK). Dari hasil survey diketahui bahwa terdapat

29% orang visual, 34% auditori dan 37% kinestetik.

b. Profil kecerdasan, dikembangkan oleh Howard Gardner yang

menkategorikan delapan kecerdasan manusia yaitu: linguistik,

logika/matematika, interpersonal, intrapersonal, musik, spasial, dan

kinestetik.

c. Preferensi kognitif yang dikembangkan oleh Dr. Anthony Gregorc

membagi kemampuan mental menjadi empat kategori yaitu:

Konkret-Sekuensial, Abstrak- Sekuensial, Konkret-Acak dan

(25)

Dalam penelitian ini secara khusus akan digunakan pendekatan

berdasarkan preferensi sensori (VAK) yang sudah sering digunakan.

Berikut macam-macam gaya belajar berdasarkan preferensi sensori

(VAK):

a. Gaya Belajar Visual

Gaya belajar visual ialah suatu cara belajar yang dipengaruhi

oleh kemampuan melihat (menyaksikan langsung) dengan mata

sendiri terhadap informasi yang dipelajarinya (Dariyo, 2013). Tipe

pembelajar visual akan mudah merekam informasi pelajaran

setelah (selama) proses mengamati, melihat atau membaca materi

pelajaran tersebut.

Ciri-ciri individu yang mempunyai gaya belajar visual adalah

sebagai berikut (Suyono & Hariyanto : 2011):

 Lebih mudah mengingat apa yang dilihat daripada yang

didengar

 Mudah mengingat dengan asosiasi visual

 Lebih suka membaca sendiri daripada dibacakan

 Pembaca yang cepat dan tekun, memiliki hobby membaca  Biasa berbicara dengan cepat, karena tidak merasa perlu

mendengarkan esensi pembicaraannya

 Kesulitan untuk mengingat instruksi verbal, kecuali jika

dituliskan, dan sering meminta bantuan orang lain untuk

(26)

 Sering lupa menyampaikan pesan verbal kepada orang lain

 Pengeja yang baik, kata demi kata

 Sering menjawab pertanyaan dengan jawaban singkat, ya

atau tidak, sudah atau belum

 Mempunyai kebiasaan rapi dan teratur karena itu yang akan

dilihat orang

 Mementingkan penampilan, baik dalam hal pakaian

maupun presentasi

 Memiliki kemampuan dalam perencanaan dan pengaturan

jangka panjang yang baik

 Teliti terhadap rincian hal-hal kecil yang harus dilakukan  Biasanya tidak terganggu oleh suara ribut

 Lebih menyukai seni visual daripada seni musik.

b. Gaya Belajar Auditif

Gaya belajar auditif ialah suatu gaya belajar yang menekankan

kemampuan mendengar informasi pelajaran yang disampaikan

secara lisan (Dariyo, 2013). Kemampuan daya ingat pada individu

yang auditif akan lebih efektif jika ia mendengarkan informasi

pengetahuan tersebut secara langsung atau tidak langsung.

Mendengar langsung artinya individu mendapatkan stimulus suara

yang didengar pada saat itu. Sedangkan mendengar tidak langsung,

bila individu mendengar stimulus suara dari rekaman tape

(27)

Berikut ciri-ciri individu dengan gaya belajar auditif (Suyono

& Hariyanto: 2011):

 Belajar dengan mendengarkan dan mengingat apa yang

didiskusikan daripada apa yang dilihat

 Berbicara kepada diri sendiri saat belajar dan bekerja  Senang membaca dengan keras dan mendengarkannya

 Berbicara dengan irama terpola

 Biasa jadi pembicara yang fasih

 Menggerakkan bibir dan mengucapkan tulisan di buku saat

membaca

 Suka berbicara, suka berdiskusi, dan menjelaskan sesuatu

dengan panjang lebar

 Lebih pandai mengeja dengan keras daripada

menuliskannya

 Merasa kesulitan dalam menulis tetapi hebat dalam

berbicara

 Mudah terganggu oeh keributan (sulit berkonsentrasi)

 Lebh suka gurauan lisan daripada komik

 Lebih menyukai seni musik daripada seni lukis, atau seni

tiga dimensi.

c. Gaya Belajar Kinestetik

Gaya belajar kinestetik ialah cara belajar yang disertai dengan

(28)

informasi pelajaran yang sedang dipelajarinya agar ia mampu

mengingat (menguasai) mata pelajaran tersebut dengan baik

(Dariyo, 2013). Daya ingatnya akan terbantu dengan mencatat

langsung apa saja yang perlu dipelajari.

Berikut ciri-ciri individu dengan gaya belajar kinestetik

(Suyono & Hariyanto: 2011):

 Selalu berorienasi pada fisik dan banyakk gerak

 Banyak menggunakan isyarat tubuh

 Menggunakan jari sebagai penunjuk saat membaca  Menghafal dengan cara berjalan dan melihat

 Menanggapi perhatian fisik

 Tidak dapat duduk diam dalam waktu lama  Menyentuh orang lain untuk mendapat perhatian

 Ingin melakukan segala sesuatu

 Berdiri dekat ketika berbicara dengan orang lain  Berbicara dengan perlahan

 Suka belajar memanipulasi (mengembangkan data atau

fakta) dan praktik

 Tidak dapat mengingat letak geografi, kecuali jika ia

pernah datang ke tempat tersebut

 Kemungkinan memiliki tulisan yang jelek

(29)

 Menyukai buku-buku yang berorientasi pada plot,

mencerminkan aksi dengan gerakan tubuh saat membaca

sebagai manifestasi penghayatan terhadap apa yang dibaca.

Seseorang bisa jadi memiliki lebih dari satu gaya belajar.

Gabungan gaya belajar tersebut terdiri dari dua atau ketiga gaya

belajar sekaligus. Seperti dikemukakan oleh Porter dan Hernacki

dalam Suyono dan Haryanto (2011: 149-150), penelitian lebih lanjut

dari Dana Markova dikenal kombinasi gaya belajar seperti pada tabel

2.1 sebagai berikut:

Tabel 2.1. Kombinasi Gaya Belajar Siswa

Gaya Belajar A V K

A - VAK KAV

V AVK - KVA

K AKV VKA -

Oleh sebab itu seseorang bisa memadukan ketiga gaya belajar

dengan salah satu gaya belajar yang dominan seperti pada tabel di

atas.

C. Gaya Kognitif

Menurut Basey (2009, dalam Ngilawijan, 2013), gaya kognitif

merupakan proses kontrol atau gaya yang merupakan manajemen diri,

sebagai perantara secara situasional untuk menentukan aktivitas sadar

(30)

mengatur, menerima dan menyebarkan informasi dan akhirnya

menentukan perilaku dari pebelajar tersebut. Menurut Tiffani (2015), gaya

kognitif merupakan tindakan menerima, menganalisis, dan merespon suatu

tindakan kognitif.

Dapat simpulkan bahwa gaya kognitif merupakan cara individu

mengolah informasi yang akan mempengaruhi tindakan kognitifnya.

Gaya Kognitif merujuk pada cara seseorang memproses,

menyimpan maupun menggunakan informasi untuk menanggapi suatu

tugas atau menanggapi berbagai jenis situasi lingkungannya (Susanto,

2008). Gaya kognitif cenderung stabil sepanjang waktu. Oleh sebab itu,

guru perlu mengetahui gaya kognitif siswa untuk merancang pembelajaran

yang sesuai.

Menurut Rahman dalam (Rahmatina et al, 2014), para pakar

pendidikan mengklasifikasikan gaya kognitif berdasarkan tiga kategori,

yaitu: (1) perbedaaan gaya kognitif secara psikologis, meliputi: gaya

kognitif field dependent dan field independent, (2) perbedaan gaya kognitif

secara konseptual tempo, meliputi: gaya kognitif impulsif dan gaya

kognitif refleksif, (3) perbedaan gaya kognitif berdasarkan cara cara

berpikir, meliputi: gaya kognitif intuitif-induktif dan logik deduktif.

Witkin dan Goodenough (Danili & Reid, dalam Ngilawajan, 2013)

mendefinisikan karakteristik utama dari gaya kognitif Field Independent-

Dependent adalah sebagai berikut:

(31)

Individu dengan gaya kognitif ini adalah individu yang dengan mudah dapat ‘bebas’ dari persepsi yang terorganisir dan segera dapat

memisahkan suatu bagian dari kesatuannya. Seseorang menanggapi

suatu tugas cenderung berpatokan pada isyarat dari dalam diri mereka

sendiri. Mereka yang memiliki gaya kognitif ini lebih bersifat analitis,

dan dapat memilah stimulus berdasarkan situasi, sehingga persepsinya

hanya sebagian kecil terpengaruh ketika ada perubahan situasi.

2. Gaya Kognitif Field Dependent

Individu dengan gaya kognitif ini kurang atau tidak bisa

memisahkan sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan cenderung segera

menerima bagian atau konteks yang dominan. Mereka akan mengalami

kesulitan dalam membedakan stimulus melalui situasi yang dimiliki

sehingga persepsinya mudah dipengaruhi oleh manipulasi dari situasi

sekelilingnya.

Berikut perbedaan karakteristik antara gaya kognitif Field Dependent

dan Field Independent menurut Rofiq (dalam Rifqiyana : 2015):

Tabel 2.2. perbedaan karakteristik individu FD dan FI

No Field Dependent Field Independent

1 Berorientasi sosial Berorientasi personal

2 Mengutamakan motivasi eksternal Mengutamakan motivasi internal

3 Lebih terpengaruh oleh penguatan

eksternal

Lebih terpengaruh oleh

(32)

4 Memandang obyek secara global

5 Berpikir secara global Berpiki secara analitis

6 Cenderung memilih profesi yang

mengutamakan keterampilan

sosial dan humaniora

Cenderung memilih profesi yang

mengutamakan kemampuan

untuk menganalisis

Dalam proses berpikir, informasi yang diterima sesuai gaya

kognitif setiap individu. Sedangkan keputusan mengenai diterima atau

tidaknya informasi tersebut ditentukan oleh pola pikir seseorang. Gaya

belajar berperan penting dalam proses perolehan informasi. Yaitu cara

ternyaman seseorang untuk memperoleh informasi.

D. Pemecahan Masalah

Pemecahan masalah merupakan penggunaan keseluruhan proses

berpikir yang meliputi mengingat, membentuk konsep-konsep melalui

deduktif maupun induktif, sehingga individu menemukan suatu

pengetahuan (Khairani, 2013). Selain itu dalam pemecahan masalah juga

terdapat tingkah laku trial end error (suatu perbuatan coba-coba).

Terdapat dua macam strategi umum dalam memecahkan persoalan,

yakni: (1) Strategi menyeluruh, dimana persoalan dipandang sebagai suatu

(33)

strategi detailistis yang memandang persoalan dibagi-bagi dalam

bagian-bagian dan dicoba pecahkan bagian-bagian demi bagian-bagian.

Dalam pemecahan masalah, terdapat dua macam cara berpikir yang

berperan untuk pembuatan keputusan, yaitu:

1. Berpikir Kreatif, adalah berpikir yang memberikan perspektif baru

atau menangkap peluang baru sehingga memunculkan ide-ide baru

yang belum pernah ada. Kreatif merupakan sebuah kombinasi baru,

yaitu kumpulan gagasan baru hasil dari gagasan-gagasan lama.

Menggabungkan beberapa gagasan menjadi sebuah ide baru yang lebih

baik.

2. Berpikir Analitis, adalah berpikir yang menggunakan sebuah tahapan

atau langkah-langkah logis. Langkah berpikir analitis ialah dengan

menguji sebuah pernyataan atau bukti dengan standar objektif, melihat

bawah permukaan sampai akar-akar permasalahan, menimbang atau

memutuskan atas dasar logika.

Kedua cara di atas tidak saling bertentangan namun saling melengkapi

sesuai konteksnya.

E. Hukum Newton

1. Hukum I Newton

Hukum I Newton berbunyi:

“Jika resultan gaya pada suatu benda sama dengan nol, benda yang

(34)

Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

∑ � = 0 ... (1)

Hukum I Newton juga menggambarkan bahwa suatu benda akan

cenderung mempertahankan keadaan diam atau keadaan bergeraknya.

Oleh sebab itu hukum I Newton disebut juga hukumkelembaman.

2. Hukum II Newton

Hukum II Newton berbunyi:

“Percepatan yang dihasilkan oleh resultan gaya yang bekerja pada

suatu benda berbanding lurus dengan resultan gaya, searah dengan resultan gaya dan berbanding terbalik dengan massa benda.”

Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

� =

∑ �

� atau

∑ � = ��

... (2)

3. Hukum III Newton

Hukum III Newton berbunyi sebagai berikut:

“Untuk setiap aksi, ada suatu reaksi yang sama besar, tetapi

berlawanan arah”.

Secara matematis dinyatakan sebagai berikut:

����� = −������ ...(3)

Misalnya: jika A mengerjakan gaya pada B, maka B akan mengerjakan

(35)

20 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penelitian ini tidak

menggunakan angka atau skor, sehingga analisisnya pun tidak

menggunakan statistik. Penelitian ini bersifat deskriptif. Menurut Suparno

(2010:133), riset ini mempunyai seting alamiah sebagai sumber langsung

data dan peneliti adalah merupakan instrumen kunci. Informasi dan

pengungkapan detail sangat penting dalam riset ini. Penelitian ini

menggunakan sampel yang sedikit dan kasus tertentu saja.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian akan dilakukan pada bulan November-Desember 2016.

Penetapan waktu penelitian dengan harapan bahwa siswa sudah

memperoleh pembelajaran mengenai hukum Newton di sekolah.

Sedangkan tempat penelitian akan dilakukan di SMA Marsudirini

Muntilan.

C. Subyek Penelitian

Penelitian dilakukan dengan subyek penelitian merupakan siswa

(36)

D. Instrumen Penelitian

1. Intrumen Pengumpulan Data

Instrumen dalam penelitian ini dibagi dalam beberapa kategori,

yaitu: (1)instrumen gaya belajar siswa, (2)instrumen gaya kognitif

siswa, dan (3)instrumen pola pikir siswa. Untuk mengetahui gaya

belajar siswa digunakan kuisioner (terlampir) dan lembar wawancara

sebagai konfirmasi. Berikut merupakan kisi-kisi kuisioner mengenai

gaya belajar siswa:

Tabel 3.1. Kisi-kisi kuisioner gaya belajar siswa

Gaya

Belajar

Indikator No item

Positif Negatif

Auditif 1. Lebih tertarik pada aktivitas

yang berhubungan audio (suara)

Kinestetis 1. Lebih mudah belajar dengan

disertai aktivitas fisik.

7, 2, 8, 12,

15, 20

(37)

Untuk mengetahui gaya kognitif siswa, digunakan kuisioner yang

disusun berdasarkan ciri-ciri untuk masing-masing gaya kognitif.

Berikut kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa:

Tabel 3.2. kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa

Model Gaya

sesuatu bagian dari suatu kesatuan dan

cenderung segera menerima bagian

atau konteks yang dominan.

1. Menanggapi suatu tugas cenderung

berpatokan pada isyarat dari dalam

diri mereka sendiri.

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui pola pikir siswa

adalah lembar soal mengenai hukum Newton dan lembar wawancara.

Bahan wawancara tergantung pada hasil pengerjaan soal siswa.

(38)

Tabel 3.3. Kisi-kisi soal mengenai hukum Newton

No Kisi-kisi

1. Menggambarkan gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda

berdasarkan hukum Newton.

2. Memahami konsep gaya gesek stasis dan gaya gesek kinetis

3 Menganalisis percepatan benda yang bergerak di bidang miring

2. Validitas

Validitas terhadap instrumen pada penelitian ini dilakukan

dengan meminta penilaian ahli, apakah memang tes sudah sesuai

dengan isi yang mau dites.

E. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan pengisian kuisioner untuk

mengetahui gaya belajar dangaya kognitif siswa. Selain itu untuk

mengetahui pola pikir siswa, siswa akan mengerjakan soal yang berkaitan

dengan hukun Newton. Wawancara juga dilakukan sebagai konfirmasi

atas informasi yang sudah didapat peneliti dari hasil kuisioner dan

pengerjaan soal.

F. Metode Analisis Data

Data dalam riset kualitatif adalah semua hal, barang, tulisan, dan benda

(39)

sedang didalami. Data dalam penelitian ini berupa lembar kuisioner, hasil

pengerjaan soal siswa, record wawancara, foto dan transkrip individu.

1. Kategorisasi coding

Pada proses ini hasil pengerjaan siswa dianalisis beserta dengan

transkrip data yang sudah dibuat. Data-data yang sudah ditranskrip dan

hasil pengejaan siswa tersebut diberi tanda (coding, kode). Data-data

yang sama kodenya , disatukan, sehingga dapat diketahui pola yang

sering muncul.Data yang diperoleh dalam penelitian ini dikategorikan

menjadi 3 bagian, yaitu:

a. Data kuisioner gaya belajar siswa

Data kuisioner chek list ini terdiri dari 20 item pernyataan.

Terdapat 8 item pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan

pernyataan negatif untuk masing-masing kategori. Analisis

kuisioner ini adalah sebagai berikut:  Skor 4 untuk jawaban sangat setuju  Skor 3 untuk jawaban setuju

 Skor 2 untuk jawaban tidak setuju

 Skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju

Skor yang diperoleh siswa diolah dengan menjumlahkan skor untuk

setiap kategori gaya belajar. Skor maksimal untuk tiap kategori

(40)

b. Data kuisioner gaya kognitif siswa

Analisis untuk data kuisioner gaya kognitif siswa sama dengan

analisis untuk data kuisioner gaya belajar siswa. Kuisioner terdiri

dari 16 pernyataan dengan 8 pernyataan untuk masing-masing

kategori. Skor maksimal untuk masing-masing kategori adalah 32.

Skor tertinggi untuk salah satu kategori menunjukkan gaya kognitif

yang dimiliki siswa tersebut.

c. Data hasil pengerjaan tes hukum Newton

Dari data hasil pengerjaan soal, dianalisi pola pikir siswa

berdasarkan gaya belajar dan gaya kognitifnya. Siswa dengan gaya

kognitif dan gaya belajar yang sama di analasis langkah pengerjaan

soal dan hasil akhirnya. Analisis ini dimaksudkan untuk

mengetahui pola pikir yang terbaik yang diterapkan siswa dalam

menyelesaikan persoalan yang diberikan.

2. Penarikan kesimpulan

Dari analisis data di atas dapat diperoleh sebuah konsep

mengenai pola pikir siswa dengan gaya belajar dan gaya kognitif

tertentu. Hasil peyelesaian soal siswa dikelompokkan dalam gaya

belajar dan gaya kognitif yang sama, sehingga akan muncul

(41)

Tabel 3.4 di bawah ini merupakan kemungkinan pola pikir

siswa yang ditemukan dalam penelitian berdasarkan gaya belajar

dan gaya kognitifnya:

Tabel 3.4. Probabilitas Pola Pikir yang Ditemukan

Gaya kognitif

Gaya belajar

Field

Dependent

Field

Independent

Visual FD, Visual FI, Visual

Auditif FD, Auditif FI, Auditif

Kinestetis FD. Kinestetis FI, Kinestetis

Penarikan kesimpulan didasarkan pada konsep yang

(42)

27 BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksakan di SMA Marsudirini yang terletak di

kecamatan Muntilan, kabupaten Magelang. Subyek penelitian ialah 20

siswa kelas XA di SMA tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak melakukan treatment khusus

terhadap subyek penelitan. Oleh sebab itu, penelitian dilaksanakan setelah

siswa memperoleh pembelajaran mengenai Hukum Newton yaitu pada

akhir semester gasal. Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 November

2016, yaitu pada saat mata pelajaran Fisika berlangsung pada jam

pelajaran ke-5.

Pada penelitian ini siswa diminta mengerjakan satu soal mengenai

hukum Newton selama 10-15 menit. Setelah itu siswa mengisi kuisioner

mengenai gaya belajar dan gaya kognitif siswa. Selama mengerjakan soal

suasana tenang dan kondusif.

Sementara siswa mengisi kuisioner, peneliti melihat hasil

pekerjaan siswa untuk kemudian memilih 7 siswa untuk diwawancarai.

Pemilihan subyek yang diwawancarai berdasarkan hasil pekerjaan soal

yang baik, sedang, dan kurang baik. Wawancara diakukan setelah semua

(43)

B. Data Hasil Penelitian

1. Gaya belajar

Tabel 4.1 di bawah ini merupakan distribusi gaya belajar yang

dimiliki siswa kelas XA:

Tabel 4.1. Distribusi Gaya Belajar Siswa Kelas XA

Gaya Belajar Jumlah Siswa

Visual 13 orang

Auditif 2 orang

Kinestetik 3 orang

Tidak teridentifikasi 2 orang

(lampiran 8)

Dari hasil penelitian diketahui bahwa siswa di kelas tersebut

cenderung memiliki gaya belajar visual. Namun demikian ada pula

siswa yang tidak teridentifikasi gaya belajarnya karena memiliki skor

yang sama untuk setiap kategori.

2. Gaya kognitif

Tabel 4.2 di bawah ini merupakan distribusi gaya kognitif yang

dimiliki siswa kelas XA (lampiran 9):

Tabel 4.2. Distribusi Gaya Kognitif Siswa Kelas XA

Gaya Kognitif Jumlah Siswa

Field Dependent 17 orang

Field Independent 2 orang

(44)

Dari hasil penelitian tersebut dapat terlihat bahwa cenderung

memiliki gaya kognitif Field Dependent yang lebih terpengaruh oleh

penguatan eksternal.

3. Hasil Pemecahan Masalah

Untuk melihat pola pikirnya, siswa mengerjakan satu soal yang

berkaitan dengan hukum Newton. Berikut ini merupakan penjabaran

untuk pemecahan masalah yang dilakukan tiap siswa:

a. Siswa X01

Siswa ini sebenarnya memahami konsep dengan baik. Langkah

pengerjaannya pun diawali dengan menganalisis gaya-gaya yang

bekerja pada benda. Hanya saja siswa tidak melakukan perhitungan

lebih lanjut atas soal tersebut. Gambar 4.1 di bawah ini

menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X01:

(45)

b. Siswa X02

Berdasarkan gambar 4.2 dibawah ini, dapat diketahui bahwa siswa

belum memahami konsep soal. Perhitungan yang dilakukan pun

sebatas trial and error.

Gambar 4.2. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X02

c. Siswa X03

Gambar 4.3 menunjukkan bahwa siswa ini belum memahami

konsep hukum Newton.

(46)

d. Siswa X04

Siswa ini menuliskan hal-hal yang diketahui dari soal terlebih

dahulu. Kemudian menggambarkan vektor gaya berat benda tanpa

memberi keterangan yang lengkap dari gambar tersebut.

Perhitungan pertama yang dilakukan adalah mencari besar gaya

normal yang bekerja pada benda. Konsep perhitungan gaya normal

ini sudah benar, hanya saja siswa belum sampai pada menemukan

nilai dari gaya normal tersebut. Gambar 4.4 di bawah ini

menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X04:

Gambar 4.4. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X04

e. Siswa X05

Siswa ini melakukan perhitungan dengan metode trial and error.

Dari hasil tersebut terlihat siswa belum memahami

lambang-lambang besaran Fisika. Analisis persoalan dengan gambar yang

dilakukan siswa juga tidak tepat. Gambar 4.5 di bawah ini

(47)

Gambar 4.5. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X05

f. Siswa X06

Siswa melakukan langkah pengerjaan yang baik. Diawali dengan

menggambarkan peristiwa beserta gaya-gaya yang bekerja pada

benda. Kemudian siswa menganalisis besarnya gaya yang bekerja

di bidang x untuk mendapatkan besar gaya Normal benda. Siswa

berasumsi bahwa semua benda yang terletak di bidang miring akan

meluncur dan menyimpulkan bahwa satu-satunya persoalan yang

ditanyakan adalah percepatan benda. Hal tersebut terlihat dari

kutipan wawancara berikut:

P : “ nah ini tolong diceritakan dong ini soalnya tentang apa, yang ditanyakan apa, gitu, maksud dari soalnya ini apa gitu.”

S : “ini yang ditanyakan itu percepatan yang dialami kotak. Kotaknya itu di atas bidang miring. Alasnya 40 cm sama aja 0,4 m sama tingginya 30 cm atau 0,3m. Yang disini 0,5 (sambil menunjuk sisi miring pada gambar hasil pengerjaannya). Ehm, µsnya 0,3 µknya 0,15. Pakai yang µk karena bendanya kan bakal bergerak.”

P : “ oh ya...kenapa bendanya bergerak?”

(48)

kotak meluncur berapa percepatannya, itu berartikan bendanya bergerak.”

Selain itu dari hasil pekerjaan siswa juga terlihat bahwa siswa

beranggapan selalu ada gaya dari luar selain gaya berat benda yang

mengakibatkan benda bergerak. Siswa juga mengatakan bahwa

kesulitan yang dihadapi dalam menyelesaikan soal adalah karena

perhitungan sulit maka tidak didapatkan hasil akhirnya. Gambar

4.6 di bawah ini menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X06:

Gambar 4.6. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X06

g. Siswa X07

Siswa ini cukup mengerti konsep Hukum Newton yang digunakan

untuk menyelesaikan persoalan. Langkah awal siswa dalam

penyelesaian adalah menggambarkan persoalan dan menganalisis

gaya yang bekerja pada kotak. Siswa menggambarkan gaya-gaya

yang bekerja pada kotak adalah gaya gesek dan gaya berat.

Kemudian tanpa menganalisis gaya yang menyebabkan kotak

bergerak, siswa langsung menganalisis besar gaya total yang

(49)

yang dialami kotak. Langkah penyelesaian soal tersebut sudah

cukup baik, hanya saja dalam perhitungannya siswa lupa

memasukkan nilai percepatan gravitasi dan siswa belum

menyelesaikan perhitungan tersebut. Gambar 4.7 di bawah ini

menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X07:

Gambar 4.7. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X07

h. Siswa X08

Dari gambar 4.8 dapat dilihat bahwa siswa ini menggambarkan

kotak di atas bidang miring tanpa menganilisis gaya-gayanya.

Perhitungan yang dilakukan siswa pun sebatas mencari nilai gaya

Normal. Namun konsep yang digunakann untuk menentukan nilai

gaya Normal sudah benar walaupun hasilnya menjadi salah karena

(50)

Gambar 4.8. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X08

i. Siswa X09

Siswa ini dapat menguraikan gaya berat benda dengan baik, namun

tidak menggambarkan gaya lain yang bekerja pada benda. Untuk

menghitung gaya total pada bidang y, siswa salah dalam

menuliskan rumus dan melakukan perhitungan tanpa menyertakan

nilai cos ɵ. Gambar 4.9 di bawah ini menunjukkan hasil

penyelesaian soal siswa X09:

(51)

j. Siswa X10

Gambar 4.10 menunjukkan hasil penyelesaian soal siswa X10.

Siswa menganalisis gaya yang bekerja pada benda dengan baik,

namun kurang memahami maksud soal. Siswa melakukan trial and

error untuk menjawab persoalan, yaitu dengan menganalisis gaya

yang bekerja pada bidang x menggunakan gaya gesek statis dan

kinetis benda. Hal tersebut dimaksudkan siswa untuk menganalisis

apakah korak bergerak yang terlihat dari pernyataan yang ditulis

siswa di atas. Siswa mengungkapkan bahwa yang menyebabkan

kotak meluncur adalah percepatan dan memberikan perbandingan

bahwa massa benda lebih besar tanpa menyebutkan

pembandingnya.

Gambar 4.10. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X10

k. Siswa X11

Siswa ini menuliskan besaran-besaran yang diketahui dari soal

terlebih dahulu dan menggambarkan soalnya. Dari gambar 4.11

(52)

pada kotak, siswa melakukan perhitung untuk besar gaya Normal

benda dan gaya total yang di alami benda pada bidang x. Meskipun

rumus yang digunakan untuk menghitung gaya Normal siswa

benar, namun hasil akhirnya salah karena konversi satuan

massanya salah. Selain itu siswa juga kurang tepat dalam

menganalisis arah gaya gesek yang bekerja pada kotak. Siswa juga

lupa memasukkan nilai percepatan gravitasi dalam perhitungan

gaya yang dialami benda akibat gaya berat pada bidang x. Hasil

wawancara siswa juga menunjukkan bahwa siswa cukup

memahami konsep yang digunakan untuk menyelesaikan

persoalan, yaitu sebagai berikut: diam. Yang kedua benda diam akan bergerak jika ada gaya dari luar. Yang ketiga, F aksi sama dengan -F reaksi.”

P : “nah terus yang ini, yang di soal ini?” S : “ini kayanya hukum Newton kedua deh.”

P : “oh kayanya Hukum Newton kedua. Nah kalo hukum Newton kedua kan dia akan bergerak kalau ada gaya lain yang mempengaruhi. ”

S : “iya.”

P : “nah ini dia gaya nya yang mempengaruhi gayanya dari mana?”

S : “dari bidang miringnya.’

P : “dari bidang miringnya? Bidang miringnya ada gayanya?”

S : “eh, gimana ya?” P ; “hehe, gimana?”

(53)

Gambar 4.11. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X11

l. Siswa X12

Langkah awal siswa adalah menggambar peristiwa dalam soal

tanpa menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada kotak pada

bidang miring tersebut. Dapat dikatakan bahwa siswa belum

memahami konsep hukum Newton. Hal itu terlihat dari hasil

perhitungan siswa yang tidak menggunakan rumus yang benar

untuk menyelesaikan persoalan. Dari gambar 4.12 dapat dilihat

bahwa siswa hanya melakukan trial and error untuk

menyelesaikan persoalan tersebut.

(54)

m. Siswa X13

Siswa terlihat belum memahami konsep yang digunakan untuk

menyelesaikan persoalan dan hanya melakukan trial and error.

Dari gambar 4.13 juga nampak bahwa siswa belum memahami

lambang-lambang besaran Fisika.

Gambar 4.13. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X13

n. Siswa X14

Dari hasil penyelesaian siswa pada gambar 4.14, dapat diketahui

bahwa siswa kurang memahami konsep yang diperlukan untuk

menyelesaikan soal. Siswa hanya melakukan perhitungan trial and

error. Selain dari hasil tersebut, hal ini dapat diketahui dari

cuplikan wawancara berikut:

P : “oo menghitung percepatan? Nah, untuk menghitung percepatannya menurut kamu langkah-langkah atau cara untuk mendapatkan percepatannya tadi gimana?” (siswa berpikir cukup lama) “apa dek? Ini angka -angkanya dari mana?”

S : “dari sini. (sambil menunjuk soal).”

P : “oh dari sini. Ini materinya tentang apa sih?” S : “hukum Newton.”

(55)

“ya udah gini aja dek. Dari soalnya ini kamu paham ndak maksud soalnya?”

S : “sedikit sih mbak.”

P : “sedikit ya. Nah sedikit paham maksud soalnya. Cara penyelesaian soalnya kamu yang agak bingung ya?”

S : “iya.”

P : “oh gitu. Yang bikin kamu bingung apa nya?apa rumus-rumusnya yang dipake yang mana atau ini jalan bendanya kemana?”

S : “rumusnya mbak.”

Gambar 4.14. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X14

o. Siswa X15

Siswa cukup memahami konsep materi yang digunakan dalam

penyelesaian soal dilihat dari hasil penyelesaian soal pada gambar

4.15. Siswa dapat menggambarkan maksud soal dan menganalisis

gaya yang mempengaruhi benda. Kekurangan siswa dalam

menyelesaikan soal adalah siswa tidaak mengkonversi satuannya

terlebih dahulu, padahal perhitungan dan rumus yang digunakan

sudah baik. Siswa ini juga menganggap bahwa terdapat gaya luar

lain yang mempengaruhi gerak benda selain gaya berat benda dan

(56)

Gambar 4.15. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X15

p. Siswa X16

Langkah awal siswa pada gambar 4.16 adalah menggambarkan

persoalan dan menganalisis gaya berat pada kotak. Selain itu siswa

terlebih dahulu mengkonversi satuan-satuan besaran yang

diketahui. Kemudian siswa menganalisis besar gaya berat yang

dialami benda, namun belum sampai mendapatkan hasilnya.

(57)

q. Siswa X17

Dari gambar 4.17 dapat dilihat bahwa siswa ini belum memahami

konsep materi dan hanya melakukan trial and error untuk

menyelesaikan persoalan.

Gambar 4.17. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X17

r. Siswa X18

Dari gambar4.18 dapat dilihat bahwa siswa melakukan perhitungan

tanpa menggambarkan persoalan dan menganalisis gaya yang

bekerja pada benda terlebih dahulu. Siswa menganalisis percepatan

benda dengan menggunakan gaya gesek statis dan gaya gesek

kinetis, serta menggunakan rumus yang salah untuk menghitung

gaya berat benda pada bidang x. Hal tersebut menunjukkan bahwa

(58)

Gambar 4.18. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X18

s. Siswa X19

Siswa cukup memahami keterangan yang diketahui dari soal yaitu

dengan menggambarkan persoalan tersebut. Namun dari gambar

4.19 terlihat siswa tidak menganalisis gaya-gaya yang bekerja pada

kotak. Rumus yang digunakan siswa untuk mencari nilai gaya

Normal benda sudah benar. Namun hasilnya menjadi salah karena

siswa kurang memahami hukum Phytagoras yang digunakan untuk

mencari nilai panjang sisi miring kotak. Selain itu siswa melakukan

trial and error atas perhitungan µk yang sudah diketahui nilainya.

(59)

t. Siswa X20

Dari hasil penyelesaian soal pada gambar 4.20 dapat disimpulkan

bahwa siswa belum memahami konsep yang digunakan untuk

menyelesaikan persoalan. Selain dari hasil penyelesaian tersebut,

hasil wawancara siswa pun menunjukkan bahwa siswa kurang

memahami konsep. Berikut cuplikan wawacara yang dilakukan

peneliti atas siswa X20:

P : “nah gimana coba ceritain?”

S : “ada kotak bermassa 250 terus diletakkan di bidang miring terus memiliki panjang alasnya 40 tingginya 30. Kotaknya akan meluncur jika ini µsnya 0,3 terus µknya 0,15. Udah gitu aja.”

P : “terus yang ditanyakan apa?” S : “percepatan.”

S : “ya kan ada langkah-langkahnya. Nah ya itu.” P : “langkahnya nggak di tulis?”

S : “nggak.” P : “kenapa?”

(60)

Gambar 4.20. Hasil Penyelesaian Soal Oleh Siswa X20

C. Analisis Data dan Pembahasan

Beberapa hasil penyelesaian soal siswa tidak dapat dianalisis pola

pikirnya. Hal ini disebabkan karena siswa belum memahami konsep

hukum Newton yang diperlukan untuk menyelesaikan persoalan. Siswa

yang belum memahami konsep hukum Newton hanya melakukan

perhitungan trial and error saja. Tabel 4.3 di bawah ini menunjukkan hasil

penyelesaian soal siswa beserta gaya belajar dan kognitifnya:

Tabel 4.3. Hasil penyelesaian soal siswa beserta gaya belajar dan gaya

kognitifnya

Subyek Tipe Rumus yang Digunakan Langkah-Langkah

(61)
(62)
(63)
(64)
(65)

Dari hasil penyelesaian siswa di atas ditemukan pola pikir

masing-masing siswa.Tabel 4.4 di bawah ini merupakan pola pikir berdasarkan

kombinasi gaya belajar dan gaya kognitif yang dimiliki siswa :

Tabel 4.4. Pola pikir siswa berdasarkan kombinasi gaya belajar dan gaya

kognitifnya

Berikut penjelasan untuk enam macam pola pikir yang ditemukan:

1. Field Dependent-Visual

Terdapat 10 subyek dari 20 sampel yang diteliti merupakan

individu Field Dependent-Visual. Dari 10 sampel tersebut terdapat 4

orang yang mampu menyelesaikan persoalan dengan baik dan 6 orang

dengan kemampuan kurang baik. Secara umum langkah awal yang

dilakukan subyek ini dalam menyelesaikan soal adalah

menggambarkan persoalan dan menuliskan besaran-besaran yang

sudah diketahui dari soal. Hal ini sesuai dengan ciri-ciri subyek dengan

(66)

mereka dapatkan. Kemudian subyek akan menganalisis vektor gaya

berat yang bekerja pada benda. Dalam melakukan perhitungan,

sebagian besar subyek lupa mengkonversi satuan besaran ke dalam SI

serta belum memahami konsep hukum Newton yang digunakan untuk

menyelesaikan persoalan. Hal ini mengakibatkan subyek hanya

melakukan trial and error.

Sedangkan 4 subyek yang mempunyai kemampuan baik, dapat

melakukan perhitungan sampai pada menentukan besar percepatan

kotak. Namun demikian tidak ada satupun yang menganalisis gerak

benda. Hal ini disebabkan oleh karakteristik subyek Field Dependent

yang hanya memperhatikan bagian yang dominan. Bagian dominan

dalam persoalan ini adalah besar perceptan benda jika benda bergerak,

namun subyek langsung mengasumsikan bahwa subyek pasti bergerak.

Prosentase kemampuan penyelesaian soal subyek tipe iniadalah 40%

baik dan 60% kurang baik.

2. Field Dependent-Kinestetis

Terdapat 3 orang subyek yang diidentifikasikan dalam tipe ini.

Kemampuan individu tipe Field Dependent-Kinestetis ini masih

kurang baik. Dalam menyelesaikan persoalan, subyek menggambarkan

persoalan dan belum melakukan perhitungan. Namun demikian subyek

sudah mampu melakukan perhitungan untuk besar gaya normal walau

belum sampai menemukan hasil akhir dari gaya normal tersebut. Hal

(67)

akan kesulitan untuk duduk diam dalam waktu yang lama, akibatnya

subyek kehabisan waktu untuk melakukan hal-hal aktifitas fisik lain.

Kemampuan penyelesaian soal subyek tipe ini dalam penelitian adalah

100 % kurang baik.

3. Field Dependent-Auditif

Terdapat 2 (dua) subyek yang teridentifikasi memiliki tipe ini.

Prosentase hasil pengerjaan soal dari subyek tipe ini adalah 50 % baik

dan 50 % kurang baik. Subyek yang memiliki kemampuan baik dapat

menggambarkan persoalan dan melakukan perhitungan besar

gaya-gaya yang bekerja pada benda (gaya-gaya berat, gaya-gaya gesek, gaya-gaya normal).

Hal ini dapat disebabkan karena dalam memperoleh informasi subyek

lebih menyukai aktifitas auditif (mendengarkan) sehingga subyek akan

lebih fokus (berkonsentrasi) saat pelajaran berlangsung. Namun subyek

juga hanya memperhatikan bagian informasi yang dominan saja yaitu

mencari besar percepatan benda tanpa menganalis apakah benda

bergerak.

Sedangkan subyek lain yang berkemampuan kurang baikdalam

menyelesaikan soal hanya melakukan perhitungan trial and error.

Selain itu subyek juga belum memahami konsep materi yang

digunakan untuk menyelesaikan persoalan.

4. Field Independent-Visual

Terdapat dua orang teridentifikasi memiliki tipe ini. Berdasarkan

(68)

yang baik. Namun dalam penelitian ini ternyata kemampuan subyek

kurang baik dalam menyelesaikan persoalan. Langkah awal yang

dilakukan subyek adalah mengkonversi satuan besaran yang sudah

diketahui ke dalam SI. Subyek juga mengambarkan persoalan serta

menganalisis vektor gaya berat yang dialami benda. Perhitungan yang

dilakukan subyek sebatas sampai perhitungan terhadap gaya Normal,

namun belum sampai menemukan hasil akhirnya.

5. Field Dependent

Subyek ini tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan untuk tes

gaya belajarnya, sehingga hanya dapat dilihat gaya kognitifnya saja.

Hasil penyelesaian soal dari individu ini kurang baik. Individu hanya

mampu menganalisis sampai gaya Normal saja dan hasilnya pun belum

benar. Selebihnya, individu hanya melakukan perhitungan trial and

error.

Individu dengan tipe kognitif ini memang sulit untuk menganalisis

sesuatu dan sangat terpengaruh suasana di sekitarnya. Selain itu

individu juga cenderung melihat bagian yang dominan dalam suatu

permasalahan. Namun hal ini kurang dapat dikonfirmasi dari subyek

karena peneliti tidak memiliki kesempatan untuk melakukan

wawancara.

6. Visual

Subyek ini tidak menunjukkan perbedaan yang signnifikan untuk

(69)

berdasarkan gaya belajarnya saja. Hasil penyelesaian soal yang

dilakukan subyek ini kurang baik yaitu sebatas menggambarkan

persolan dan melakukan perhitungan trial and error saja.

Dari uraian tersebut dapat dilihat distribusi grup untuk skor hasil pekerjaan

siswa berdasarkan tipe pola pikirnya sebagai berikut:

Tabel 4.4. Distribusi Grup Skor Penyelesaian Soal Hukum Newton

interval

terbaik dalam menyelesakan persoalan hukum Newton dalam peneltian ini

adalah tipe Field Dependent-Auditif. Subyek dapat memahami persoalan

dengan cukup baik dan menggambarkan informasi dari soal. Namun

subyek cenderung memperhatikan bagian dominan dari soal saja, sehingga

(70)

Terdapat perbedaan dari subyek yang memiliki gaya belajar yang

berbeda dalam memecahkan persoalan. Subyek dengan gaya belajar visual

akan menuliskan hal-hal yang diketahui dari soal, dan

menggambarkannya. Subyek dengan tipe ini cenderung menuliskan

langkah penyelesaiannya dengan lebih rapi dan beruntun. Sedangkan

subyek dengan tipe belajar auditif tidak begitu rapi dalam penulisan

langkah penyelesaiannya. Subyek tipe ini cenderung langsung menuliskan

yang diketahui dari soal pada gambar penyelesaian sekaligus.

Subyek dengan tipe belajar kinestetik cenderung belum melakukan

perhitungan dalam penyelesaiannya. Penyelesaian soal subyek tipe ini

baru sampai menuliskan rumus untuk gaya Normal. Dapat dikatakan

bahwa subyek tipe ini tidak memanfaatkan waktu dengan baik karena

dalam proses berpikirnya dilakukan sambil melakukan hal lain, misalnya

bermain pena atau pensil. Ciri-ciri subyek tipe ini yang sulit duduk diam

untuk waktu yang cukup lama (untuk mengerjakan soal) membuat subyek

menjadi kurang nyaman dengan situasi pengerjaan soal yang tenang,

sehingga pekerjaannya pun menjadi tidak maksimal.

Subyek dengan gaya kognitif berbeda juga memiliki pola pikir

yang berbeda. Berdasarkan dasar teori, seharusnya subyek dengan pola

kognitif Field Independet akan lebih baik hasil penyelesaian soalnya dari

pada subyek dengan gaya kognitif Field Dependent. Terdapat 17 orang

dengan tipe Field Dependent dan 5 diantara memiliki kemampuan yang

(71)

dalam penelitian ini memiliki kemampuan penyelesaian soal yang kurang

baik.

D. Keterbatasan Penelitian

Terdapat beberapa hal yang menjadi keterbatasan dalam penlitian

ini. Sample penelitian yang terlalu sedikit mengakibatkan tidak semua

kombinasi gaya belajar-kognitif dapat terlihat. Selain itu subyek dengan

tipe kombinasi selain Field Dependent-Visual jumlahnya terlalu sedikit,

sehingga sulit untuk mengidentifikasi pola pikir individu tersebut secara

umum.

Terdapat pula keterbatasan waktu karena waktu penelitian

berdekatan dengan ujian akhir semester, sementara materi hukum Newton

merupakan bahasan terakhir untuk semester gasal. Karena peneliti

menggunakan jam sekolah dan penelitian dilakukan di saat jam pelajaran,

metode penelitian pun harus disesuaikan. Karena keterbatasan waktu

tersebut, tidak semua sampel dapat diwawancarai sehingga peneliti tidak

dapat melihat hal-hal lain berkaitan dengan konsep hukum Newton selain

dari hasil penyelesaian soal siswa.

Pengambilan data dengan cara klasikal membuat peneliti tidak

dapat melihat karakter masing-masing sampel. Melihat kemampuan siswa

(72)

57 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat enam pola pikir siswa dalam penyelesaian soal berkaitan

dengan hukum Newton yaitu pola Visual, Kinestetik,

FD-Auditif, FI-Visual, FD dan Visual.

2. Terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya belajar

berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. Tipe

auditif miliki kemampuan yang paling baik dibandingkan tipe yang

lain.

3. Terdapat perbedaan pola pikir siswa yang memiliki gaya kognitif

berbeda dalam memecahkan persoalan mengenai hukum Newton. Tipe

Field Dependent dapat menyelesaikan persoalan lebih baik daripada

tipe Field Independent.

B. Saran

1. Diharapkan guru dapat merancang pembelajaran yang memperhatikan

aktivitas auditif siswa, agar siswa tidak hanya mencatat didalam kelas

namun juga memperhatikan dan mendengar penjelasan guru dengan

baik. Selain itu guru diharapkan memperhatikan kemampuan analisis

(73)

siswa tidak hanya memperhatikan informasi dominan dalam

persoalannya saja.

2. Peneliti lain yang hendak mengembangkan penelitian ini hendaknya

melakukan penelitian secara personal dibandingkan klasikal, dengan

demikian peneliti dapat lebih memahami proses penyelesaian soal dan

pemahaman konsep siswa. Selain itu peneliti juga dapat mengetahui

faktor lain yang mempengaruhi pola pikir siswa seperti latar belakang

sosial, budaya, dan lain-lain melalui wawancara. Penelitian dengan

metode ini juga tidak memiliki keterbatasan waktu dibandingkan

melaksanakannya pada jam sekolah.

3. Jumlah sampel perlu ditingkatkan agar peneliti dapat mengamati lebih

banyak pola pikir siswa. Dengan demikian peneliti dapat melihat pola

pikir terbaik yang dapat diterapkan untuk merancang pembelajaran

agar hasil belajar siswa menjadi meningkat.

4. Selain menggunakan kuisioner, untuk mengetahui gaya belajar siswa

dapat pula digunakan berbagai macam bentuk soal yang

memperhatikan karakteristik tiap gaya belajar. Selain dapat

mempermudah melihat gaya belajar siswa, instrumen ini juga dapat

Gambar

Tabel 2.1. Kombinasi Gaya Belajar Siswa
Tabel 2.2. perbedaan karakteristik individu FD dan FI
Tabel 3.1. Kisi-kisi kuisioner gaya belajar siswa
Tabel 3.2. kisi-kisi kuisioner gaya kognitif siswa
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian akan memberikan pengaruh yang sangat besar terhadap sistem pergerakandi tingkat wilayah sekitarnya (Kabupaten Padang Pariaman, Kabupaten Pesisir

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2004 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2009 tentang Lembaga Penjamin Simpanan (UULPS), LPS

Selanjutnya, dilakukan analisis kedua yaitu tentang kelemahan-kelemahan mahasiswa (jenis pertanyaan mana yang dirasa paling sulit sampai dengan yang paling dianggap

Bahasa ini diolah sehingga akan timbulnya suatu rutinitas, yaitu dengan merancang city branding yang ditujukan untuk mengangkat bahasa Tegal untuk dapat lebih diterima dan

Askesos adalah suatu program jaminan sosial dalam bentuk asuransi sosial. untuk memberikan perlindungan/pertanggungan bagi

Memahami betapa peliknya posisi partai politik dalam pelaksanaan pemerintahan, terutama di kabinet pemerintahan Indonesia Bersatu jilid II saat ini, maka membangun karakter

Pada menu latihan ini user akan belajar memainkan alat musik demung pelog dengan dibantu musik pengiring, terdapat dua pilihan lagu pengiring pada halaman

Nama pengapalan yang sesuai dengan PBB : Tidak diatur Kelas Bahaya Pengangkutan : Tidak diatur Kelompok Pengemasan (jika tersedia) : Tidak diatur. Bahaya Lingkungan :