PAPAN KOMPOSIT PLASTIK DARI LIMBAH PADAT
PENGOLAHAN KAYU PUTIH
NOPITASARI
DEPARTEMEN HASIL HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Papan Komposit Plastik dari Limbah Padat Pengolahan Kayu Putih adalah benar karya saya denganarahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, September 2015
Nopitasari
ABSTRAK
NOPITASARI. Papan Komposit Plastik dari Limbah Padat Pengolahan Kayu Putih. Dibimbing oleh DEDE HERMAWAN dan SUBYAKTO.
Papan komposit plastik merupakan papan yang terbuat dari limbah padat pengolahan kayu putih sebagai pengisi, plastik High Density Polyethylene
(HDPE) sebagai matriks, dan Maleic Anhydride (MAH) sebagai Copling Agent.
Tujuan penelitian ini yaitu untuk menganalisis kualitas papan komposit plastik berdasarkan sifat fisis dan mekanisnya. Parameter penelitian ini yaitu perbedaan penambahan MAH (1%, 3%, dan 5% dari berat plastik), dan rasio bahan pengisi dengan matriks (40:60, 50:50,dan 60:40). Suhu yang digunakan dalam proses ini yaitu 170oC selama 15 menit. Standar pengujian sifat fisis dan mekanis yang digunakan, yaitu berdasarkan JISA 5908-2003 untuk papan partikel. Sifat fisis terbaik yang dihasilkan dari papan komposit plastik dengan komposisi bahan pengisi:matriks 40:60, sedangkan sifat mekanis terbaik dihasilkan dari komposisi bahan pengisi:matriks 60:40. Penambahan MAH sampai dengan 5% dapat meningkatkan nilai baik sifat fisis maupun mekanis papan komposit plastik. Sifat fisis dan mekanis papan komposit plastik sudah memenuhi kriteria standar JIS A 5908-2003, kecuali keteguhan lentur.
Kata kunci: HDPE, MAH, limbah kayu putih, papan komposit plastik.
ABSTRACT
NOPITASARI. Wood Plastic Composite Made from Solid WasteProcessing ofCajuput Oil. Supervised by DEDE HERMAWAN and SUBYAKTO.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan
pada
Departemen Hasil Hutan
PAPAN KOMPOSIT PLASTIK DARI LIMBAH PADAT
PENGOLAHAN KAYU PUTIH
DEPARTEMEN HASIL HUTAN FAKULTAS KEHUTANAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan April 2015 ini ialah Pemanfaatan limbah, dengan judul Papan Komposit Plastik dari Limbah Padat Pengolahan Kayu Putih.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Dede Hermawan, MSc dan Prof Dr Ir Subyakto, MSc selaku pembimbing, serta Bapak Sudarmanto, ST yang telah banyak membantu dalam penelitian ini. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada ayah, ibu, dan seluruh keluarga, atas segala doa, dukungan, motivasi, dan kasih sayangnya, serta semua pihak yang telah membantu yang tidak bía penulis sebutkan satu per satu.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran akan ditampung guna memperbaiki penelitian ini. Penulis juga berharap semoga penelitian ini bermanfaat.
Bogor, September 2015
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
Manfaat Penelitian 2
METODE 2
TempatdanWaktuPenelitian 2
Bahan 2
Alat 2
Prosedur Penelitian 3
Prosedur Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
SIMPULAN DAN SARAN 12
Simpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA 13
LAMPIRAN 15
DAFTAR GAMBAR
1 Diagram rata-rata kadar air papan komposit plastik 6 2 Diagram rata-rata kerapatan papan komposit plastik 6 3 Diagram rata-rata daya serap air papan komposit plastik 7 4 Diagram rata-rata pengembangan tebal papan komposit plastik 9 5 Diagram rata-rata keteguhan lentur papan komposit plastik 10 6 Diagram rata-rata keteguhan patah papan komposit plastik 10
7 Ikatan kimia antara HDPE, MAH, dan kayu 11
DAFTAR LAMPIRAN
1 Hasil pengukuran sifat fisis dan mekanis papan komposit plastik 15 2 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan kadar air papan komposit
plastik 15
3 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan kerapatan papan
komposit plastik 16
4 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan daya serap air papan
komposit plastik 17
5 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan pengembangan tebal
papan komposit plastik 18
6 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan keteguhan lentur papan
komposit plastik 19
7 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan keteguhan patah papan
komposit plastik 20
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Penggunaan bahan baku dalam produk komposit tidak harus berasal dari bahan yang berkualitas tinggi tetapi juga dapat menggunakan limbah seiring dengan timbulnya isu lingkungan, kelangkaan sumber bahan baku, dan penguasaan teknologi yang semakin maju, salah satunya yaitu limbah plastik. Plastik merupakan suatu polimer karbon bercabang atau linier yang dapat dilelehkan atau dilunakkan pada suhu tinggi (Ratna 2010).Menurut data BPS pada tahun 2010 menunjukkan bahwa penggunaan plastik berkembang secara luas hingga mencapai 250 juta ton/tahun. Indonesia menduduki peringkat kedua penghasil jenis sampah plastik, yaitu sebesar 5.4 juta ton/tahun atau 14% dari total produksi sampah.Jumlah ini diperkirakan terus meningkat karena hampir seluruh sektor kehidupan mulai dari pengemasan berbagai jenis produk, peralatan rumah tangga, hingga bangunan maupun otomatif menggunakan plastik.Limbah plastik menimbulkan masalah lingkungan yaitu penumpukannya dalam jumlah besar di alam yang sekaligus juga mengganggu kelestarian lingkungan, sehingga perlu dilakukan upaya untuk memanfaatkan limbah plastik yang semakin banyak. Jenis plastik yang umum digunakan yaitu High Density Polyethylene (HDPE) dan
Polypropylene (PP).
HDPE merupakan salah satu bahan plastik yang sedikit lebih aman untuk digunakan karena kemampuan untuk mencegah reaksi kimia antara kemasan plastik berbahan HDPE dengan makanan atau minuman yang dikemas dengan plastik jenis ini. Plastik jenis ini diberi kode 2 dan biasanya dipakai untuk botol susu yang berwarna putih susu, tupperware, galon air minum, dan lain-lain. Sifat-sifat plastik HDPE secara umum adalah tahan terhadap zat kimia (misalkan minyak, deterjen), ketahanan impak cukup baik, memiliki ketahanan terhadap suhu 130-137 o
C, memiliki kerapatan 0.95–0.96 g cm-3, dan tidak tahan terhadap sinar matahari(Billmeyer1994). Jenis plastik ini dapat digunakan sebagai matriks papan komposit plastik, dan filler yang umum digunakan yaitu menggunakan kayu.
2
dan plastik HDPE sebagai matriks untuk pembuatan papan komposit plastik. Aplikasi produk WPC (Wood Plastic Composite) sangat luas mulai dari sektor bangunan dan kontruksi, perabotan, otomotif, pertamanan dan eksterior, serta sektor infrastruktur lainnya (Wardani et al. 2013).
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kualitas papan komposit plastik dari limbah padat pengolahan kayu putih dan plastik HDPE dengan menggunakan MAH sebagai Coupling Agent berdasarkan uji sifat fisis dan mekanisnya, khususnya untuk mengetahui pengaruhnya komposisi limbah dari plastik serta persentase penambahan MAH.
Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pemanfaatan limbah padat kayu putih dan plastik HDPE dengan menggunakan MAH sebagai Coupling Agent agar dapat digunakan secara tepat guna dan diharapkan akan menghasilkan suatu produk papan komposit yang memilki sifat fisis dan mekanis yang baik.
METODE
TempatdanWaktuPenelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biokomposit, dan Laboratorium Kimia Hasil Hutan Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor, serta Pusat Penelitian Biomaterial, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong dalam waktu 3 bulan, dari April hingga Juni 2015.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian berupa ranting limbah padat pengolahan kayu putih dari PMKPJatimunggul KPH Indramayu, plastik daur ulang HDPE, dan Coupling Agent MAH.
Alat
Alat yang digunakan desikator,pencetak papan, oven,saringan 40-60 mesh, kempa panas, disflaker, willey mill, Universal Testing Machine (UTM) merk
3 Prosedur Penelitian
Persiapan bahan
Limbah padat kayu putih dicacah secara manual, kemudian dilakukan dua kali penggilingan.Pertama menggunakan disflaker kemudian diperhalus lagi menggunakan willey mill.Setelah itu serbuk disaring dengan saringan 40-60 mesh.Serbuk di oven pada suhu 103±2oC selama 24 jam hingga mencapai kadar air 5.6%. Jenis plastik yang digunakan yaitu HDPE dengan masing-masing rasio kayu:plastik (40:60, 50:50, dan 60:40). Plastik HDPE dihancurkan dengan
crussher sampai ukuran 40-60mesh. Banyaknya Coupling Agent yang digunakan untuk pembuatan WPC dengan ukuran 10 cm x 15 cm x 0.3 cm adalah 1%, 3%, dan 5% dari berat serbuk plastik yang digunakan dengan target kerapatan 0.9 g cm3.
Pembuatan Papan Komposit Plastik
Serbuk kayu, HDPE, dan MAH dicampurdan diaduk secara manual sampai merata. Adonan tersebut dimasukkan ke dalam cetakan dengan ukuran 10 cm x 15 cm x 0.3 cm. Setelah adonan dicetak, kemudian diletakkan diantara dua plat alumunium. Adonan tersebut dikempa pada suhu 170oC dengan tekanan 40 kgcm-2selama 15 menit. Setelah pengempaan selesai, papan yang dihasilkan dibiarkan selama 30 menit agar lembaran panil mengeras. Pengondisian dilakukan selama satu minggu untuk melepaskan tegangan sisa dan distribusi kadar air merata. Setelah komposit kayu plastik dibuat, maka dilakukan pengujian. Pengujian yang dilakukan yaitu pengujian sifat fisis (kadar air, kerapatan, pengembangan tebal, dan daya serap air), dan pengujian sìfat mekanis (keteguhan lentur dan keteguhan patah).
Pengujian
Pengujian sifat fisis (kadar air, daya serap air, dan pengembangan tebal) dan mekanis (keteguhan lentur dan keteguhan patah) dilakukan dengan mengacu pada standar JIS A 5908-2003.
Kerapatan
Contoh uji berukuran (5 x 5 x 0.3) cm ditimbang berat awalnya (M) dan dilakukan pengukuran dimensinya (panjang, tebal, dan lebar). Besar nilai kerapatan ditentukan dengan rumus:
Kerapatan
=
4
Setelah itu ditimbang menggunakan timbangan elektrik. Besar nilai kadar air dihitung dengan rumus: ditimbang berat awalnya (BA) lalu direndam dalam air selama 24 jam kemudian ditimbang kembali beratnya (BB).
DSA= BB - BABA � %
Contoh uji pada kondisi kering udara berukuran (5 x 5 x 0.3) cm ditimbang tebal awalnya (T1) lalu direndam dalam air selama 24 jam kemudian diukur
Modulus of Elasticity (MOE)
Contoh uji berukuran (2.5 x 15 x 0.3) cm diuji dengan beban terpusat berada di tengah bentang papan. Besar MOE ditentukan dengan rumus:
5
Modulus of Rupture (MOR)
Contoh uji berukuran (2.5 x 15 x 0.3) cm diuji dengan beban terpusat berada ditengah bentang papan. Pengujian dilakukan sampai contoh uji mengalami kerusakan. Besar MOR ditentukan dengan rumus:
MOR= 3.Pmax.L
Proses pengolahan data penelitian ini menggunakan program microsoft excel 2007, SPSS versi 22, rancangan acak lengkap (RAL) Faktorial dengan dua faktor yaitu faktor A adalah rasio serbuk kayu:plastik (A1 = 40:60, A2 = 50:50, dan A3 = 60:40), dan faktor B adalah persentase penambahan MAH yang digunakan (B1 = 1%, B2 = 3%, dan B3 = 5%) dengan ulangan sebanyak 4 kali. Model umum yang digunakan untuk menganalisis kualitas papan komposit plastik yaitu:
Yijk = µ + Ai+ Bj + (AB)ij + εijk keterangan:
μ = Nilai rata-rata pengamatan
Ai = Pengaruh proporsi campuran filler dengan matriks ke-i Bj = Pengaruh penambahan MAH ke-j
(ABij) = Pengaruh interaksi kombinasi filler dengan matriks ke-i dan penambahan MAH ke-j
εijk =Pengaruh acak campuran filler dengan matriks ke-i, penambahan MAH ke-j, dan ulangan ke-k.
Yijk =Nilai pengamatan sifat fisis dan mekanis pada filler dengan matriks ke-i, penambahan MAH ke-j, dan ulangan ke-k
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kadar air
6
yaitu 1.80%, rasio 50:50 yaitu 2.32%, dan untuk rasio 60:40 yaitu 3.17% (Lampiran 1).
Gambar 1 Diagram rata-rata kadar air papan komposit plastik
Secara garis besar nilai kadar air yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan maksimal 13%. Selain itu, penambahan MAH dapat menurunkan nilai kadar air sekitar 10.6% dari standar yang digunakan. Berdasarkan penelitian Wardaniet al. (2013), yang menyebutkan bahwa nilai kadar air tanpa penggunaan MAH yaitu 3.00-4.90%. Rendahnya nilai kadar air dikarenakan banyaknya jumlah matriks yang ditambahkan ke dalam partikel yang menyebabkan permukaan dan rongga-rongga partikel pada papan komposit akan lebih merata tertutupi oleh plastik. Hal ini dikarenakan HDPE bersifat hidrofobic sehingga menghalangi masuknya uap air ke dalam papan partikel (Hasni 2008). Hal ini sesuai dengan pernyataan Massijaya et al. (2000), yang menyebutkan bahwa pada umumnya kadar air papan plastik menjadi lebih rendah daripada bahan bakunya karena adanya perlakuan papan dan matriks plastik sebagai perekat yang digunakan dapat menurunkan kemampuan penyerapan air. Berdasarkan hasil pengujian analisis keragaman (anova) kadar air papan komposit menunjukkan bahwa rasio antara filler dengan matriks dan penambahan MAH memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai kadar air papan komposit plastik yang dihasilkan (Lampiran 2).
Kerapatan
Kerapatan merupakan perbandingan antara berat papan dengan volumenya. Semakin tinggi kerapatan papan partikel maka akan semakin tinggi sifat keteguhannya (Haygreen dan Bowyer 1996). Gambar 2 menunjukkan bahwa nilai kerapatan yang diperoleh berkisar 0.92-1.02 g cm-3. Berdasarkan hasil penelitian nilai kerapatan tertinggi yaitu pada rasio 40:60, MAH 5% yaitu 1.02 g cm-3dan yang terendah yaitu pada rasio 60:40, MAH 1% yaitu 0.92 g cm-3. Secara umum nilai rata-rata kerapatan papan komposit plastik untuk rasio 40:60 yaitu 0.99 g cm -3, untuk rasio 50:50 yaitu 0.98 g cm-3, dan untuk rasio 60:40 yaitu 0.94 g cm-3 (Lampiran 1). Semakin banyak jumlah matriks yang ditambahkan nilai kerapatan yang dihasilkan juga semakin tinggi. Hal ini mengakibatkan permukaan papan seluruhnya tertutupi oleh matriks (HDPE) dan filler seluruhnya terikat dengan
7 matriks. Hal ini disebabkan oleh nilai dari kerapatan plastik yang digunakan juga tinggi yaitu sekitar 0.95-0.96 g cm-3, sedangkan kerapatan target papan komposit juga 0.9 g cm-3. Penambahan MAH 5% jika dilihat dari grafik menunjukkan peningkatan, tapi secara statistik tidak berpengaruh nyata (Lampiran3).
Gambar 2 Diagram rata-rata kerapatan papan komposit plastik
Berdasarkan penelitian Febrianto et al. (2010), menyebutkan bahwa dengan rasio yang sama nilai kerapatan tanpa MAH yaitu 0.77-0.87 g cm-3. Papan dengan kerapatan yang tinggi memiliki ikatan antara molekul partikel dengan molekul perekat yang kuat, sehingga molekul air sulit mengisi rongga yang terdapat dalam papan (Massijaya et al. 2000). Densifikasi yang tinggi akan menghasilkan ikatan antar partikel yang lebih kuat, penutupan pori yang lebih baik, serta memendeknya jarak antar serbuk. Secara umum, dengan meningkatnya komposisi filler maka kerapatan akan semakin menurun. Menurut Han (1990), menyebutkan bahwa penggunaan MAH meningkatkan jumlah ikatan tak jenuh yang bertemu dengan permukaan filler kayu pada tingkat tertentu. Penambahan bahan additif pada papan komposit berfungsi sebagai Coupling Agent yaitu bahan untuk meningkatkan kekompakan. Hal ini didukung dengan pendapat Sumule dan Untung (1994) yang menjelaskan bahwa dengan penambahan additif bertujuan untuk memperbaiki sifat-sifat pada papan plastik tersebut.
Daya serap air
Daya serap air merupakan sifat kemampuan papan untuk menyerap air selama perendaman di dalam air. Proses perendaman air akan mengisi ruang-ruang kosong yang ada dalam papan partikel dan mengakibatkan berkurangnya kontak atau kekompakan antara matriks dengan filler, sehingga air atau uap air mudah masuk ke dalam papan.
Gambar 3 menunjukkan bahwa hasil pengujian daya serap air diperoleh nilai berkisar 7.39-20.89%. Daya serap air tertinggi yaitu pada 60:40, MAH 1% yaitu 20.89%, sedangkan terendah pada rasio 40:60, MAH 5% yaitu 7.39%. Nilai rata-rata daya serap air secara umum untuk rasio 40:60 yaitu 8.27%, untuk rasio 50:50 yaitu 11.93%, dan untuk rasio 60:40 yaitu 17.23% (Lampiran 1). Nilai daya
8
serap air papan komposit meningkat seiring bertambahnya jumlah filler kayu dan berkurangnya jumlah matriks plastik yang digunakan. Jika dibandingkan dengan hasil penelitian Jamilah (2009) hasil yang diperoleh lebih besar. Hasil penelitian Jamilah (2009) yaitu berkisar 5.28-7.66%, dimana bahan yang digunakan yaitu limbah batang kelapa sawit dan plastik PE dengan penambahan MAH 5%.
Gambar 3 Diagram rata-rata daya serap air papankomposit plastik
Berdasarkan hasil penelitian, nilai daya serap air yang tinggi kemungkinan disebabkan karena adanya tegangan sisa setelah pengempaan belum sepenuhnya hilang selama pengkondisian, sehingga menyebabkan celah sebagai keluar masuknya air. Selain itu tingginya nilai daya serap air disebabkan oleh tidak seluruh serbuk kayu tertutup oleh matriks, apalagi proses pencampuran dilakukan secara manual, namun penambahan MAH 5% dapat menurunkan nilai daya serap air papan komposit plastik. Hal ini sejalan dengan penelitian Fathanah (2011) yang menyebutkan bahwa penambahan MAH sampai dengan 8% dapat menurunkan nilai daya serap air hingga 5.8-6.9%. Haygreen dan Bowyer (1996) menyatakan bahwa selulosa yang terdapat pada filler mampu menyerap air saat proses perendaman air, karena adanya gaya absorpsi yang merupakan gaya tarik molekul air pada ikatan hidrogen yang terdapat dalam selulosa tersebut. Sehingga semakin tinggi kerapatan papan maka ikatan antar partikel akan semakin kompak dan menyebabkan rongga udara dalam lembaran papan akan semakin kecil.
Nilai daya serap air papan tidak disyaratkan oleh standar JIS A 5908-2003. Namun demikian pengujian ini dilakukan untuk melihat bagaimana ketahanan papan terhadap pengaruh cuaca jika papan digunakan untuk penggunaan eksterior. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh papan komposit plastik ini tidak cocok digunakan untuk penggunaan eksterior karena memiliki daya serap air yang tinggi. Hasil pengujian daya serap air papan komposit menunjukkan bahwa rasio antara filler dengan matriks dan penambahan MAH memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kadar air papan komposit plastik yang dihasilkan (Lampiran
4).
Pengembangan tebal
Pengembangan tebal merupakan sifat fisis untuk mengetahui perubahan dimensi tebal papan akibat perendaman dalam air dan untuk mengetahui papan ini dapat digunakan untuk penggunaan eksterior atau interior (Iswanto 2005).
9 Gambar 4 menunjukkan bahwa nilai pengembangan tebal rata-rata berkisar 4.13-10.14%. Nilai pengembangan tebal tertinggi pada rasio 60:40, MAH 1% yaitu 10.14% dan terendah pada rasio 40:60, MAH 5% yaitu 4.13%. Selain itu nilai rata-rata secara umum untuk rasio 40:60 yaitu 5.54%, untuk rasio 50:50 yaitu 6.20%, dan untuk rasio 60:40 yaitu 7.96% (Lampiran 1).
Gambar 4 Diagram rata-rata pengembangan tebal papan komposit plastik Hasil pengujian pengembangan tebal papan komposit menunjukkan bahwa rasio antara filler dengan matriks dan penambahan MAH memberikan pengaruh yang nyata terhadap nilai kadar air papan komposit plastik yang dihasilkan (Lampiran 5). Nilai pengembangan tebal yang dihasilkan dalam penelitian ini sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan maksimal 12%. Jika dibandingkan dengan penelitian Jamilah (2009) yang menunjukkan bahwa pengembangan tebal yang diperoleh yaitu berkisar 0.58-1.22%. Hasil yang diperoleh nilainya jauh lebih kecil dibandingkan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan. Gambar 4 menunjukkan bahwa penambahan tebal meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah filler kayu yang ditambahkan dan berkurangnya jumlah matriks plastik yang ditambahkan. Semakin tinggi nilai stabilitas dimensi maka kualitas papannya rendah, sehingga papan tersebut tidak dapat digunakan untuk penggunaan eksterior atau untuk jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan sifat mekanis yang dimilikinya akan segera menurun secara drastis dalam jangka waktu yang tidak terlalu lama (Massijaya et al. 2000). Menurut Bowyer et al. (2007) menyebutkan bahwa penyerapan air terjadi karena adanya gaya absorbsi yang merupakan gaya tarik molekul air pada ikatan hidrogen yang terdapat dalam selulosa, hemiselulosa, dan lignin.
Keteguhan lentur (MOE)
Keteguhan lentur merupakan ukuran kemampuan kayu untuk mempertahankan bentuk aslinya akibat adanya beban yang cenderung mengubah bentuk dan ukuran benda. Nilai MOE ini hanya berlaku sampai dengan batas proporsi dimana kayu masih bersifat elastis (Bahtiaret al. 2011).
10
16387.38 kg cm-2 dan terendah pada rasio 40:60, MAH 1% yaitu 8098.57 kg cm-2. Berdasarkan Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai keteguhan lentur rata-rata rasio 40:60 yaitu 10 654.06 kg cm-2, untuk rasio 50:50 yaitu 12 702.22 kg cm-2, dan untuk rasio 60:40 yaitu 14 133.35 kg cm-2 (Lampiran 1).
Gambar 5 Diagram rata-rata keteguhan lentur (MOE) papan komposit plastik Standar JIS A 5908-2003 mensyaratkan nilai minimum keteguhan lentur untuk papan komposit yaitu 20 400 kg cm-2. Nilai keteguhan lentur yang dihasilkan oleh penelitian ini masih di bawah standar yang telah ditetapkan, sehingga papan komposit ini tidak cocok digunakan sebagai bahan bangunan struktural. Hal ini diduga terjadi karena kurang sempurnanya saat pencampuran bahan pada saat pengempaan dalam pembuatan papan komposit. Berdasarkan hasil pengujian MOE, penambahan MAH sampai dengan 5% dapat meningkatkan sifat mekanis papan secara signifikan (Lampiran 6). Hal ini sesuai dengan penelitian Fathanah (2011) yang menyebutkan bahwa, penambahan MAH 8% dapat meningkatkan nilai MOE dibanding dengan penambahan MAH 4%. Menurut penelitian Febrianto et al. (2010) dengan rasio yang samapapan komposit plastik tanpa penambahan konsentrasi MAH diperoleh nilai MOE 3 200-4 900 kg cm-2. Semakin tinggi jumlah filler yang ditambahkan, maka nilai MOE yang dihasilkan akan semakin tinggi, hal ini dikarenakan nilai MOE kayu lebih tinggi dibanding plastik. Han (1990) posisi MAH pada komposisi tertentu dalam matriks resin dapat merusak atau menjaga keseimbangan yang memadai pada perbandingan kuantitatif antara resin matriks yang mengakibatkan menurunnya kekuatan komposit.
Keteguhan patah (MOR)
Keteguhan patah merupakan kapasitas beban maksimum yang dapat diterima oleh papan tersebut. Tegangan patah terjadi saat papan menerima beban maksimum dan pada saat itu kayu mengalami kerusakan, sifat ini disebut dengan
Modulus of Rupture (Bahtiar et al. 2011).
11 rasio 40:60 yaitu 167.51 kg cm-2, untuk rasio 50:50 yaitu 170.67 kg cm-2, dan untuk rasio 60:40 yaitu 172.15 kg cm-2 (Lampiran 1). Nilai MOR yang diperoleh dari setiap sampel uji sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 yang mensyaratkan minimum 82 kg cm-2.
Gambar 6 Diagram rata-rata keteguhan patah (MOR) papan komposit plastik Hal ini dikarenakan semakin bertambahnya jumlah matriks dalam suatu papan menyebabkan lemahnya interaksi antar bahan, berkurangnya adhesi papan, akibatnya kekompakan antar bahan semakin rendah. Hal ini menyebabkan kemampuan papan untuk menahan beban maksimum yang lebih tinggi akan semakin rendah (Setyawati 2005). Secara umum keteguhan patah menurun seiring berkurangnya jumlah matriks dan bertambahnya jumlah filler. Penambahan MAH sampai dengan 5% dapat meningkatkan keteguhan patah sebesar 118.80kgcm-2 (Lampiran 1). Hal ini dikarenakan ikatan antara bahan pengisi dengan matriks semakin kompak. Berdasarkan penelitian Febranto et al. (2010) menunjukkan bahwa nilai MOR tanpa MAH yaitu berkisar 7.90–13 kg cm-2. Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa rasio antara filler dengan matriks tidak memberikan pengaruh yang nyata, sedangkan penambahan MAH memberikan pengaruh yang signifikan terhadap nilai keteguhan patah (Lampiran 7). Penambahan MAH pada komposit kayu plastik berfungsi untuk meningkatkan daya rekat dan kekompakkan antara partikel kayu dengan plastik. Menurut Widyasari (2010) mekanisme ikatan yang terbentuk antara kayu dengan plastik dan penambahan MAH terlihat pada Gambar 7.
12
Gambar 7 Ikatan kimia antara HDPE, MAH, dan kayu
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Limbah padat pengolahan kayu putih dapat digunakan sebagai bahan pengisi pada pembuatan papan komposit plastik dan plastik HDPE sebagai matriks. Berdasarkan hasil penelitian, sifat fisis terbaik yang dihasilkan dari papan komposit plastik dengan komposisi bahan pengisi: matriks 40:60, sedangkan sifat mekanis terbaik yaitu dengan komposisi 60:40. Penambahan MAH sampai dengan 5% dapat meningkatkan kualitas sifat fisis dan mekanis papan komposit plastik. Hasil pengujian papan komposit plastik baik fisis maupun mekanis sudah memenuhi standar JIS A 5908-2003 kecuali keteguhan lentur.
Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Bahtiar ET, Karlinasari L, Mardikanto TR. 2011. Sifat Mekanis Kayu. Bogor. IPB Press.
Billmeyer FW, JR. 1994. Textbook of Polymer Science. 3-rd edition. New York: John Wiley & Sons, Inc.
Bowyer JL. Schmulsky R, Haygreen JG. 2007. Forest Products and Wood Science : An Introduction. 5th Ed. Iowa (US): Iowa State Press.
[BPS] Badan Pusat Statistik. 2010. Jumlah Produksi Kayu Bulat oleh Perusahaan Hak Pengusahaan Hutan Tahun 2009. Jakarta : BPS.
Clemons C. 2002. Wood-Plastic Composites in the United States. Forest Products Journal 52(6):10-18.
Fathanah U. 2011. Kualitas papan komposit plastik dari sekam padi dan plastik HDPE daur ulang menggunakan maleic anhydride (MAH) sebagai
compatibilizer. Jurnal Rekayasa Kimia dan Lingkungan 8(2):53-59
Febrianto F, Lubis MJ, Nuryawan F, Risnasari I. 2010. Kualitas papan komposit dari limbah batang kelapa sawit (Elaesis guineensis Jacq) dan polyethylene (PE) daur ulang. Jurnal Teknologi Industri Pertanian 19(2):16-20.
Han GS, Shirasih N. 1990. Composite of Wood and Polypropylene IV. In: Wood Research Society 36(11):976-982
Hasni R. 2008. Pembuatan Papan Partikel dari Limbah Plastik dan Sekam [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.
Haygreen JG, Bowyer JL. 1996. Hasil Hutan dan Ilmu Kayu. Suatu Pengantar Terjemahan Hadikusumo SA dan Prawirohatmodjo S. Yogyakarta (ID): Gadjah Mada University Press.
Iswanto AH. 2005. Upaya pemanfaatan serbuk gergaji kayu sengon dan limbah plastik polyprophylene sebagai langkah alternatif untuk mengatasi kekurangan kayu sebagai bahan bangunan. Jurnal Komunikasi Penelitian
17(3):24-27.
Jamilah M. 2009. Kualitas papan komposit dari limbah batang kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) dan polyethylene (PE) daur ulang skripsi. Sumatera Utara (ID): Universitas Sumatera Utara.
[JIS] Japanese Industrial Standard. 2003. Japanese Standard Association Particleboard. JIS A 5098-2003.
Klason C, Kubat J, Stromvall HE. 1984. The efficiency of cellulosic fillers in common thermoplastics. Part I. Filling without processing aids or coupling agents. Inter. J. Polim. Mater 10:159-187.
Massijaya MY, Hadi YS, Tambunan B, Subari WA. 2000. Penggunaan limbah plastik sebagai komponen bahan baku papan partikel. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 8(2):18-24.
Perum Perhutani. 2013. Kajian Nilai Sumberdaya Hutan Tak Produktif. Cirebon (ID): SPH IV Perum Perutani Unit III Jawa Barat dan Banten.
Ratna. 2010. Definisi Plastik. [Internet]. [diunduh 2015 Februari 25]. Tersedia pada www.chem-is-try.org
14
Setyawati D. dan Massijaya YM. 2005. Pengembangan papan komposit berkualitas tinggi dari sabut kelapa dan polipropilena daur ulang (I): Suhu dan waktu kempa panas. Jurnal Teknologi Hasil Hutan 18(2):91-101.
Sumule O dan Untung S. 1994. Bioplastik: Produk Teknologi Tinggi Berwawasan Lingkungan. Staf Peneliti pada Direktotar Pengkajian Ilmu Dasar dan
Terapan, BPP Teknologi
http://www.hamline.edu/apakabar/basisdata/1994/10/31/0012.html[9 Maret 2015].
Wardani L. Massijaya MY, Faisal M. (2013).Pemanfaatan Limbah Sawit dan Plastik Daur Ulang (RPP) Sebagai Papan Komposit Plastik.Jurnal Hutan Tropis1 (1):46-53.
15 Lampiran 1 Hasil pengukuran sifat fisis dan mekanis papan komposit plastik
No Contoh Lampiran 2 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan kadar air papan
komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kadar air
16
Kadar air Duncana,b
Jenis Perlakuan N Subset
1 2 3
1 12 1.79508
2 12 2.31825
3 12 3.22317
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .315. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000. b. Alpha = .05.
Lampiran 3 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan kerapatan papan komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Kerapatan
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model .032a 8 .004 1.023 .443
Intercept 33.962 1 33.962 8571.497 .000
Perlakuan *
Additif .001 4 .000 .090 .985
Perlakuan .024 2 .012 3.047 .064
Additif .007 2 .003 .866 .432
Error .107 27 .004
Total 34.101 36
Corrected Total .139 35
a. R Squared = .233 (Adjusted R Squared = .005)
Kerapatan Duncana,b
Kadar Additif N Subset
1
1 12 .95500
3 12 .97008
5 12 .98875
17
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
The error term is Mean Square(Error) = .004. a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 12.000. b. Alpha = .05.
Lampiran 4 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan daya serap air papan komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Daya serap air
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 642.560a 8 80.320 17.508 .000
Intercept 5782.360 1 5782.360 1260.424 .000
Perlakuan *
Additif 20.195 4 5.049 1.100 .376
Perlakuan 556.298 2 278.149 60.630 .000
Additif 66.068 2 33.034 7.201 .003
Error 123.866 27 4.588
Total 6548.787 36
Corrected Total 766.426 35
a. R Squared = .838 (Adjusted R Squared = .790)
DSA Duncana,b
Jenis Perlakuan N Subset
1 2 3
1 12 8.27267
2 12 11.93258
3 12 17.81567
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
18
Lampiran 5 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan pengembangan tebal papan komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: Pengembangan tebal
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 122.833a 8 15.354 3.849 .004
Intercept 1611.246 1 1611.246 403.926 .000
Perlakuan *
Additif 5.419 4 1.355 .340 .849
Perlakuan 51.029 2 25.515 6.396 .005
Additif 66.385 2 33.193 8.321 .002
Error 107.702 27 3.989
Total 1841.782 36
Corrected Total 230.536 35
a. R Squared = .533 (Adjusted R Squared = .394)
Pengembangan tebal Duncana,b
Jenis Perlakuan N Subset
1 2
1 12 5.53783
2 12 6.20292
3 12 8.32942
Sig. .422 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
19 Lampiran 6 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan keteguhan lentur papan
komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable: MOE
Source Type III Sum of
Squares df Mean Square F Sig.
Corrected Model 191924489.478a 8 23990561.185 12.501 .000
Intercept 5621633303.913 1 5621633303.913 2929.303 .000
Perlakuan * Additif 7781035.372 4 1945258.843 1.014 .418
Perlakuan 73390091.227 2 36695045.614 19.121 .000
Additif 110753362.879 2 55376681.439 28.856 .000
Error 51815766.523 27 1919102.464
Total 5865373559.914 36
Corrected Total 243740256.001 35
a. R Squared = .787 (Adjusted R Squared = .724)
MOE Duncana,b
Jenis Perlakuan N Subset
1 2 3
1 12 10654.05625
2 12 12701.37233
3 12 14133.34742
Sig. 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
20
Lampiran 7 Data hasil analisis keragaman dan uji Duncan keteguhan patah papan komposit plastik
Tests of Between-Subjects Effects Dependent Variable: MOR
Source Type III Sum
of Squares df Mean Square F Sig. Corrected Model 23285.306a 8 2910.663 14.306 .000 Intercept 1041620.618 1 1041620.618 5119.501 .000 Perlakuan *
Additif 2209.854 4 552.464 2.715 .051
Perlakuan 328.949 2 164.474 .808 .456
Additif 20746.503 2 10373.252 50.984 .000
Error 5493.457 27 203.461
Total 1070399.381 36
Corrected Total 28778.763 35
a. R Squared = .809 (Adjusted R Squared = .753)
MOR Duncana,b
Jenis Perlakuan N Subset
1
1 12 166.14692
2 12 170.66617
3 12 173.48600
Sig. .245
Means for groups in homogeneous subsets are displayed. Based on observed means.
21 Lampiran 8 Gambar papan komposit plastik
keterangan:
A1 = Serbuk:plastik (40:60) A2 = Serbuk:plastik (50:50) A3 = Serbuk:plastik (60:40)
22
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Tuban pada tanggal 19 Oktober 1992. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Juri dan Ibu Rusni. Penulis lulus dari pendidikan dasar di SDN WotsogoIV tahun 2005, lalu melanjutkan ke SMPN 1 Jatirogo dan lulus tahun 2008, dan melanjutkan ke tingkat SMA di SMAN 1 Jatirogo dan lulus pada tahun 2011. Pada tahun 2011 penulis diterima di Mayor Teknologi Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur SNMPTN Undangan dan memperoleh beasiswa Bidik Misi.
Penulis mengikuti organisasi mahasiwa yaitu Himpunan Mahasiswa Hasil Hutan (HIMASILTAN) tahun 2012 sebagai anggota Kelompok Minat Biokomposit. Penulis juga aktif mengikuti berbagai kepanitiaan yang ada di Fakultas Kehutanan, diantaranya divisi konsumsi Bina Corps Rimbawan (BCR) 2012/2013, divisi acara Forester Cup 2012/2013, Sekretaris KOMPAK DHH 2012/2013, HIMASILTAN Care divisi konsumsi tahun 2012/2013 dan 2013/2014, Up Grading HIMASILTAN sebagai bendahara I tahun 2013/2014, The 5th Fortex 2013 sebagai divisi konsumsi dan The 6th Fortex 2014 sebagai divisi acara dan lain sebagainya. Penulis pernah melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) 2013 di Cilacap-Baturaden dan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) 2014 di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Taman Nasional Halimun Salak (TNGHS), KPH Cianjur, Pabrik Gondorukem Sindangwangi, serta Praktek Kerja Lapang (PKL) di PT. Kutai Timber Indonesia Probolinggo (PT. KTI) pada 19 Januari–19 Maret 2015.