• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina Arborea Roxb Dan Tectona Grandis Linn.F. Terhadap Penambahan Growth Stimulant Di Persemaian Permanen Ipb.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina Arborea Roxb Dan Tectona Grandis Linn.F. Terhadap Penambahan Growth Stimulant Di Persemaian Permanen Ipb."

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT

Gmelina arborea

Roxb

DAN

Tectona grandis

Linn.F. TERHADAP PENAMBAHAN

GROWTH STIMULANT

DI PERSEMAIAN PERMANEN IPB

ARIF IRWANSYAH

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina arborea Roxb dan Tectona grandis Linn.F. terhadap Penambahan

Growth Stimulant di Persemian Permanen IPB adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2015

Arif Irwansyah

(3)
(4)

RINGKASAN

ARIF IRWANSYAH. Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina arborea Roxb dan

Tectona grandis Linn.F. terhadap Penambahan Growth Stimulant di Persemaian Permanen IPB. Dibimbing oleh YADI SETIADI dan BASUKI WASIS.

Kebutuhan bibit sangat diperlukan untuk kegiatan produksi usaha industri seperti HTI (Hutan Tanaman Industri), HPH (Hak Pengusahaan Hutan), perusahaan pertambangan, dan perusahaan sawit. Salah satu cara untuk menghasilkan bibit yang bermutu diantaranya dengan pemberian growth stimulant

seperti pupuk bioorganik cair (Bionature-50 dan Bionature-AC41). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon pertumbuhan bibit Gmelina arborea Roxb dan

Tectona grandis Linn.F. yang diberi growth stimulant dan mengetahui konsentrasi yang tepat untuk pertumbuhan bibit. Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan acak lengkap dengan 9 perlakuan yaitu 4 konsentrasi Bionature-50, 4 konsentrasi Bionature-AC41 dan kontrol. Masing-masing perlakuan diulang sebanyak 5 kali.

Perlakuan growth stimulant diberikan pada bibit berumur 3 bulan dan dipelihara selama 9 minggu di persemaian. Parameter yang diamati: tinggi, diameter, bobot kering, kekompakan akar, warna daun, dan rasio pucuk akar. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa bibit G. arborea dengan konsentrasi 1,2 l

growth stimulant Bionature-50 dilarutkan ke dalam 25 liter air memberikan hasil paling baik untuk semua parameter. Parameter tinggi meningkat 243.05% dan diameter 194.8%, bobot kering meningkat 118.27%, kekompakan akar diukur secara deskriptif memiliki jumlah banyak, warna daun dominan hijau, rasio pucuk akar meningkat 107.08%. Hasil terbaik untuk bibit T.grandis terdapat pada konsentrasi 1 liter Bionature-AC41 yang dilarutkan ke dalam 40 liter air yaitu parameter tinggi meningkat 111.21%, diameter 151.74%, bobot kering 125.49%, akar secara deskriptif memiliki jumlah banyak, warna daun dominan hijau, rasio akar pucuk meningkat.

(5)

SUMMARY

ARIF IRWANSYAH.The growth response of Gmelina arborea Roxb and

Tectona grandis Linn.F. seedling in addition to the growth stimulant at Nursery’s Permanent Dramaga IPB. Guided by YADI SETIADI and BASUKI WASIS.

The requirement of seedling is very indispensable to produce bussiness activities like HTI (Hutan Tanaman Industri), HPH (Hak Pengusahaan Hutan), Mining Company, Oil Palm Company. One way to produce quality seedling by giving bioorganic fertilizer liquid like growth stimulant. The Objective of this research were to study the growth response of G. arborea and T. grandis

seedling in addition to the growth stimulant at Nursery’s seedling area. Seedling

was selected at one month age for both of them.

Design research was completely randomized design with 3 replications. Result showed that the growth of G. arborea has been supported by physical, chemical, and biological soil condition. The main factor of high growth of G. arborea were growth stimulant in concentrate one liter growth stimulant of 50 dissolved into 15 liter water. Giving growth stimulant of

Bionature-50 have given significant influence on height, diameter, weight’s dry of plant,

compaction of roots, leaf color, root shoot ratio, quality seedling.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB.

(7)

:

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Silvikultur Tropika

RESPON PERTUMBUHAN BIBIT

Gmelina arborea

Roxb

DAN

Tectona grandis

Linn.F. TERHADAP PENAMBAHAN

GROWTH STIMULANT

DI PERSEMAIAN PERMANEN IPB

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2015

(8)
(9)

Judul Tesis : Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina arborea Roxb Dan Tectona grandis Linn.F. terhadap Penambahan Growth Stimulant di Persemaian Permanen IPB

Nama : Arif Irwansyah NIM : E451120011

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Yadi Setiadi MSc Ketua

Dr Ir Basuki Wasis MS Anggota

Diketahui oleh

Ketua Program Studi Silvikultur Tropika

Prof Dr Ir Sri Wilarso Budi R MS

Dekan Sekolah Pascasarjana

Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr

Tanggal Ujian: 2 September 2015 (tanggal pelaksanaan ujian tesis)

Tanggal Lulus:

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Juni 2014 ini ialah Respon Pertumbuhan Bibit Gmelina arborea Roxb dan Tectona grandis Linn.F. terhadap Penambahan Growth Stimulant di Persemaian Permanen IPB.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Yadi Setiadi MSc dan Bapak Dr Ir Basuki Wasis MS juga ungkapan terima kasih disampaikan kepada ayah, ibu, serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

1 PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 2

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

2 TINJAUAN PUSTAKA 3

3 METODE 7

Bahan 7

Alat 7

Prosedur Analisis Data 8

4 HASIL DAN PEMBAHASAN 11

Hasil 11

Pembahasan 24

5 SIMPULAN DAN SARAN 27

Simpulan 27

Saran 27

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

1 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman G. arborea selama 9 minggu setelah diberikan perlakuan

growth stimulant 10

2 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertumbuhan tinggi dan diameter tanaman T. grandis selama 9 minggu setelah diberikan perlakuan

growth stimulant 11

3 Penilaian warna daun tanaman G. arborea dan T. grandis dengan

menggunakan Bagan Warna Daun 15

4 Bobot kering akar dan batang G. arborea 18

5 Bobot kering akar dan batang T. grandis 18

DAFTAR GAMBAR

1 Denah tata letak bibit di bedengan 9

2 Rata-rata persentase tinggi (%) tanaman G. arborea selama 9 minggu 12 3 Rata-rata persentase tinggi (%) tanaman T. grandis selama 9 minggu 12 4 Rata-rata persentase diameter tanaman G. arborea selama 9 minggu 13 5 Rata-rata persentase diameter tanaman T. grandis selama 9 minggu 13 6 Kekompakan akar G. arborea Bionature-50 dan Bionature-AC41

selama 9 minggu 14

7 Kekompakan akar T. grandis Bionature-50 Bionature-AC41 14

8 Warna daun G. arborea 15

9 Warna daun T. grandis 15

10 Rasio pucuk akar G. arborea 16

11 Rasio pucuk akar G. arborea Bionature-50 16

12 Rasio pucuk akar G. arborea Bionature-AC41 17

13 Rasio pucuk akar T. grandis 17

14 Rasio pucuk akar G. arborea Bionature-50 18

15 Rasio akar pucuk T. grandis Bionature-AC41 18

16 Kualitas bibit G. arborea 19

17 Kualitas bibit T. grandis 19

DAFTAR LAMPIRAN

(13)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jati merupakan salah satu tanaman yang berkembang baik di Indonesia. Hal ini dapat dilihat dari telah tumbuhnya tanaman jati sejak tahun 1842. Pada saat itu, daerah yang menjadi sentra penanaman jati ada di Pulau Jawa (Sumarna 2012). Untuk menghasilkan tanaman jati yang unggul, diperlukanteknik pemeliharaan tanaman jati berdasarkan kriteria mutu bibit.

Penentuan mutu bibit pada umumnya didasarkan kepada hasil penilaian atau evaluasi terhadap tiga kriteria yaitu mutu genetik,fisik, dan fisiologis. Mutu genetik didasarkan pada kelas sumber benih. Mutu fisik mencerminkan kondisi fisik bibit seperti kekompakan media, keadaan batang, dan kesehatan. Sedangkan mutu fisiologis menggambarkan mutu pertumbuhan tinggi, diameter, jumlah daun, dan warna daun (Pramono & Suhendi 2006). Beberapa pakar juga menetapkan morfologis bibit dari rasio pucuk akar dengan mengukur biomassa bibit sebagai indikator daya hidup dan pertumbuhan tanaman di lapangan. Rasio pucuk akar bibit yang lebih rendah pada umumnya menghasilkan daya hidup dan adaptasi tumbuhan yang lebih tinggi (Komala et al. 2008).

Standar mutu bibit di Indonesia masih terbatas untuk jenis-jenis tanaman komersial tertentu. Pusat Standarisasi Lingkungan (PUSTALING) Kementerian Kehutanan pada tahun 1999 mempublikasikan SNI mutu bibit untuk tujuh jenis tanaman hutan yang meliputi jenis Acacia mangium, Eucalyptus urophylla,

Gmelina arborea, Paraserianthes falcataria, Pinus merkusii, Shorea sp., Shorea stenoptera. Di dalam SNI tersebut, syarat mutu bibit meliputi : 1) syarat umum berupa bibit berasal dari benih mutu dengan bentuk kokoh tegar, batang tunggal dan utuh, sehat serta pangkal batang berkayu, dan 2) syarat khusus berupa kekompakan media, tinggi bibit, diameter bibit, kekokohan bibit, jumlah daun, dan warna daun (Danu et al. 2006).

Pemberian pupuk cukup penting bagi pertumbuhan jati. Pasalnya, Pemupukan dapat mengoptimalkan penyerapan unsur hara dari dalam tanah. Salah satu jenis pupuk yang umum digunakan untuk tanaman jati, yakni pupuk organik cair yang diberikan dalam dosis yang telah ditentukan jumlahnya. Dalam pemberian dosis pemupukan harus diperhatikan jumlahnya agar hasil tanaman yang dihasilkan berkualitas baik.

Pupuk organik cair (growth stimulant) merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Pupuk organik cair kebanyakan diaplikasikan melalui akar dan daun disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia, dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang ( Parman 2007). Pupuk organik cair yang digunakan dalam penelitian ini Bionature-50 dan Bionature-AC41.

(14)

2

Perumusan Masalah

Pupuk bioorganik cair sebagai pupuk tanaman yang berfungsi merangsang pertumbuhan akar pada tanaman khususnya diaplikasikan pada bibit jati berumur satu bulan. Komposisi jumlah dosis pupuk bioorganik menentukan kualitas pertumbuhan bibit jati. Oleh karena itu, penelitian ini dilaksanakan dalam rangka menjawab beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Bagaimana respon pertumbuhan bibit tanaman G. arborea dan

T. grandis setelah diberikan perlakuan growth stimulant

2. Berapa dosis growth stimulant yang tepat yang diberikan kepada bibit tanaman G. arborea dan T.grandis berumur tiga bulan

3. Bagaimana bentuk kekompakan akar dari G. arborea dan T. grandis

setelah diberikan growth stimulant

4. Apakah growth stimulant dapat membantu meningkatkan pertumbuhan

G. arborea dan T. grandis yang ditanam pada media tanah normal

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu:

1. Mengetahui respon pertumbuhan bibit G. arborea dan T. grandis yang diberikan growth stimulant

2. Mengetahui konsentrasi yang tepat growth stimulant Bionature-50 dan Bionature-AC41

Manfaat Penelitian

(15)

3

2

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan

Faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan pohon adalah: genetik, lingkungan dan silvikultur dan ketiga faktor tersebut saling berinteraksi dan sangat menentukan hasil akhir dari suatu pertumbuhan pohon.

A.Genetik

Sifat atau karakteristik yang dimiliki suatu individu diwariskan kepada individu turunannya, namun penampakan dari setiap karakteristik tidak sepenuhnya dipengaruhi oleh faktor genetik, tetapi lingkungan turut mempunyai peran (Zobel & Talbert 1984). Peningkatan produktivitas tegakan dapat dilakukan melalui kombinasi perlakuan antara kegiatan seleksi dan manipulasi kondisi lingkungan. Kegiatan seleksi akan optimal apabila ada keragaman. Oleh karena itu penggunaan bahan tanaman yang berasal dari satu pohon dan dilakukan secara terus menerus akan menurunkan kualitas genetik generasi berikutnya. Beberapa karakteristik pohon yang dipengaruhi faktor genetik adalah perilaku sel, arsitektur pohon, arsitektur akar, hormon, zat pengatur tumbuh serta serat kayu.

B. Lingkungan

Faktor cahaya, tanah dan air, mutlak ada untuk mendukung proses pertumbuhan. Karena pengaruh cahaya matahari yang paling mudah untuk dilihat adalah pertumbuhan dan perkembangan pertumbuhan. Dengan bantuan cahaya tumbuhan bisa melakukan fotosintesis dalam rangka memproduksi makanan demi kelangsungan hidupnya. Namun cahaya juga bisa menghambat pertumbuhan karena hormon auksin yang terdapat pada pucuk pertumbuhan sehingga pada tumbuhan yang dibudidayakan dilakukan pengaturan cahaya sehingga pertumbuhan dan perkembangannya bisa cepat dan lebih baik.

1. Cahaya matahari

Cahaya matahari sangat diperlukan untuk proses fotosintesa di daun, hasil fotosintesa diedarkan ke seluruh bagian pohon melalui jaringan phloem (Pandit & Ramdan 2002). Persaingan mendapatkan cahaya pada pohon, memberikan pengaruh yang nyata, pohon yang berada dibagian tepi tumbuh lebih subur dibanding pohon yang berada di bagian tengah. Cahaya yang kurang akan menghasilkan batang lebih silindris, bebas cabang lebih tinggi, dan diameter relatif lebih kecil. Tajuk pohon akan berusaha mencari cahaya, dengan mendorong pertumbuhan ke arah tinggi, namun kurangnya cahaya dari arah lateral (akibat lateral crowding) mendorong proses prunning alami dari pohon tersebut (Bramasto et al. 2013).

2. Suhu

Semua makhluk hidup membutuhkan suhu yang sesuai untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangannya. Suhu yang paling sesuai disebut suhu optimum berkisar antara 10º C sampai 30ºC. Namun demikian, pengaruh suhu dapat juga menghambat bahkan merusak merusak pertumbuhan tanaman (Bramasto et al. 2013).

3. Tanah

(16)

4

dapat dibantu melalui pemupukan.Sifat fisik tanah mempunyai peranan terhadap pertumbuhan pohon, misal pada tanah padat, akar lebih sulit untuk berkembang. Selain itu fisik tanah berkaitan dengan kemampuan tanah menyimpan air (Bramasto et al. 2013).

4. Air

Air membantu dalam proses fisiologis, ketersediaan air yang cukup akan membantu dalam proses pertumbuhan pohon, umumnya perlakuan pengairan dikombinasikan dengan pemupukan, karena fungsi air di sini juga sebagai katalisator (mempercepat suatu reaksi kimia) (Bramasto et al. 2013).

C. Silvikultur

Praktek silvikultur meliputi kegiatan budidaya dan memelihara pohon hutan dengan tujuan mendorong pertumbuhan pohon. Prinsip dari praktek silvikultur adalah meminimalkan persaingan diantara pohon dalam memperoleh nutrisi, cahaya, dan air. Teknik yang digunakan untuk mencapai tujuan tersebut melalui :

1. Pengaturan jarak tanam: jarak tanam lebar akan memacu pertumbuhan lebih cepat dibandingkan dengan jarak tanam rapat, karena faktor cahaya tidak menjadi pembatas. Pertumbuhan cepat mengakibatkan proporsi kayu muda (juvenile wood) lebih besar, dengan berat jenis (spesific gravity) dan kerapatan kayu (wood density) yang rendah, sehingga mempengaruhi kualitas kayu solid. Sebaiknya pada awal penanaman, jarak tanam yang digunakan lebih rapat, agar membentuk batang lebih silindris, bebas cabang lebih tinggi, dan percabangan ringan sehingga terjadi pemangkasan alami dan jumlah mata kayu lebih sedikit (Bramasto et al. 2013).

2. Pemupukan dan pengairan: tujuan menambah hara dan memperbaiki kondisi fisik tanah yang miskin unsur haradan meningkatkan kualitas tanah sehingga mendorong pertumbuhan lebih baik. Efek langsung yang dapat terlihat adalah pertumbuhan tajuk lebih cepat, sehingga memperluas bidang fotosintesa, dan menghasilkan bahan makanan yang cukup untuk pertumbuhan. Pemupukan pada awal penanaman akan sangat berpengaruh pada keseragaman pertumbuhan awal tanaman. Ketersediaan hara dan air yang cukup membuat laju pertumbuhan lebih cepat, hal ini memicu pembentukan kayu muda (juvenile wood) dan memperlambat pembentukan kayu teras (heart wood) (Bramasto et al. 2013).

3. Pemangkasan adalah pemotongan cabang dalam rangka pemeliharaan untuk memperoleh tinggi bebas cabang (clear bole) yang optimal serta meminimalkan mata kayu. Kegiatan ini dilakukan pada tanaman muda, pemotongan cabang dilakukan sedekat mungkin dengan permukaan tanah atau cabang dan ranting yang sudah mulai mengering. Pemangkasan dilakukan seminimal mungkin (pemangkasan lebih dari ¼ bagian tajuk akan mengurangi pertambahan diameter, karena mengurangi luas bidang untuk fotosintesa), dan dilakukan secara berkala (Bramasto et al. 2013).

(17)

5 D. Kualitas bibit

Kualitas pertumbuhan bibit yang normal dicirikan oleh nilai rasio pucuk akar yang seimbang. Rasio pucuk akar merupakan perbandingan antara berat kering pucuk dengan berat kering akar. Rasio pucuk akar merupakan faktor penting dalam pertumbuhan tanaman yang mencerminkan perbandingan antara kemampuan penyerapan air dan mineral dengan proses transpirasi dan luasan fotosintesa dari tanaman (Atunnisa 2013).

Bibit bermutu merupakan bibit yang mampu beradaptasi dan tumbuh baik ketika ditanam pada suatu tapak yang sesuai dengan karakteristik jenisnya (Mattson 1996, Wilson & Jacobs 2005). Permasalahan standar mutu bibit di lapangan di antaranya adalah standar yang berlaku belum mencerminkan kemampuan bibit tumbuh setelah tanam, terbatasnya jenis yang distandarkan, dan belum adanya standar yang berlaku didasarkan morfologi bibit siap tanam dan kurang didukung oleh data hasil uji penanaman (Nurhasybi et al. 2007).

Menurut Duryea dan Brown (1984), nilai rasio pucuk akar berkisar antara 1-3 dan yang terbaik adalah mendekati nilai minimum yaitu 1. Sitompul dan Guritno (1995), menyatakan tanaman yang mempunyai rasio pucuk akar yang tinggi dengan produksi biomassa total yang besar pada tanah yang subur secara tidak langsung menunjukkan bahwa akar yang relatif sedikit cukup untuk mendukung pertumbuhan tanaman yang relatif besar dalam menyediakan air dan unsur hara. Sedangkan tanaman yang kekurangan air dan unsur hara akan berusaha membentuk akar yang lebih banyak yang memungkinkan serapan yang menghasilkan RPA (Rasio Pucuk Akar) yang rendah.

E. Gmelina arborea Roxb

Jati putih adalah pohon penghasil kayu yang memiliki warna putih dan serat kayu halus, penggunaan kayu untuk industri pulp, kertas kraf, flooring, venner, papan partikel, kerajinan tangan, dan kayu bakar/arang. Sebagian masyarakat sudah menggunakan untuk bangunan rumah. Jati putih tergolong pohon cepat tumbuh yang bisa dipanen pada umur 8-10 tahun, cocok sebagai tanaman pokok pada Hutan Tanaman Industri (HTI) maupun Hutan Rakyat (HR) dan Hutan Kota (HK).

Syarat Tumbuh

G. arborea tumbuh dari dataran rendah sampai dengan dataran tinggi (0-1.000 m dpl) dengan curah hujan (0-1.000 mm/tahun, jumlah bulan kering maksimum 6-7 bulan per tahun. Menurut Alrasyid dan Widiarti (1992), untuk mendapatkan pertumbuhan yang optimal berada pada ketinggian 0-800 m dpl, dengan curah hujan 1.778 s/d 2.228 mm dengan musim kering 2-4 bulan, suhu udara yang dikehendaki berkisar 21-26°C ditanam pada tanah subur, berdrainase baik, pH 4 sampai dengan 7. G. arborea tidak cocok pada tanah pasir, gambut dengan pengaruh pasang surut. Untuk tanah yang kurang subur, masih dapat tumbuh tetapi produksinya rendah. Menurut Sumarma (2012) G. arborea relatif tahan dengan kondisi lahan yang kering.

Tectona grandis Linn.F.

(18)

6

Syarat Tumbuh

Secara, umum tanaman jati membutuhkan iklim dengan curah hujan minimum 750 mm/tahun(optimum 1.000-1.500 mm/tahun), dan maksimum 2.500 mm/tahun. Walaupun demikian, jati masih dapat tumbuh di daerah dengan curah hujan 3.750 mm/tahun. Suhu udara yang dibutuhkan tanaman jati minimum 13-17 º

C dan maksimum 39 - 45°C. Pada suhu optimal, 32-42°C, tanaman jati akan akan menghasilkan kayu kualitasbaik (Sumarna 2011).

(19)

7

3

METODE

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan selama 9 minggu di Persemaian Permanen IPB kerjasama Kementerian Kehutanan dengan Fakultas Kehutanan Kampus IPB Dramaga Bogor.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian yaitu penggaris (100 cm), isolasi, gunting, gelas ukur (1000 ml), tallysheet, polibag berukuran (15 cm x 20 cm) sebanyak 210 lembar, jangka sorong digital (mm), bambu (50 cm) sebanyak 180 batang, tali rafia, gunting, dan hygrometer. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu bibit G. arborea dan T. grandis yang berumur tiga bulan setelah penyapihan, Bionature-50 dan Bionature-AC41 (growth stimulant). Media tanah yang digunakan terdiri dari campuran tanah biasa, arang sekam, serbuk gergaji dengan komposisi perbandingan media 2 : 1 : 1.

Prosedur Penelitian A.Penyiapan Bedeng Penelitian

Penyiapan denah penelitian, membuat lokasi bedengan tempat penelitian, dan mengukur luasan bedengan, dan membersihkan gulma yang berada di sekitar bedengan.

B.Penyiapan Bibit

Bibit yang digunakan dalam penelitian ini adalah bibit G. arborea dan T. grandis yang berasal dari Persemaian Permanen Dramaga. Persiapan bibit G.

arborea dan T. grandis dengan umur yang sama yaitu tiga bulan setelah penyapihan. Penyeleksian bibit G. arborea dan T. grandis dilakukan berdasarkan penglihatan. Pemindahan kedua jenis bibit ke bedengan yang telah dipersiapkan satu minggu sebelum diberi perlakuan.

C.Penyiapan aplikasi growth stimulant

Bahan growth stimulant dari Bionature-50 dan Bionature-AC41 diberikan sesuai dosis perlakuan. Masing-masing konsentrasi perlakuan disediakan sebanyak 15 liter air. Penyiraman growth stimulant untuk dua kali penyiraman GSA 1: 1.2 l, GSA 2: 0.6 l, GSA 3: 0.15 l dan GSB 1: 0.75 l, GSB 2: 0.376 l GSB 3: 0.25 l, tahap pertama dilakukan pada minggu pertama dan tahap kedua pada minggu ke-3. Masing-masing diberi 250 ml growth stimulant tiap polibag. Sebelum dilakukan penyiraman, dihitung T0 (titik awal pengukuran tinggi dan diameter bibit tanaman), dan diberikan growth stimulant ke bibit tanaman, diukur parameter penelitian terdiri dari pertumbuhan tinggi (cm), pertambahan diameter batang (mm), kekompakan akar, rasio akar pucuk, warna daun, kualitas bibit).

Pengumpulan Data

1) Pertambahan tinggi bibit

(20)

8

tanah. Setelah itu pengukuran dimulai dari kayu yang diberi tanda sampai ke bagian pucuk daun dengan menggunakan penggaris. Kegiatan ini dilakukan setiap minggu sampai akhir penelitian.

Pertambahan tinggi bibit diukur dengan menggunakan rumus:

Pertambahan tinggi bibit (∆t) = t2-t1 (cm)

t1 = Pengukuran awal ;t2 = Pengukuran akhir 2) Diameter bibit

Diameter bibit diukur bibit pada penandaan 5 cm dari permukaan tanah polibag dengan menggunakan jangka sorong digital (mm). Kegiatan ini dilakukan pada setiap minggu sampai akhir penelitian.

3) Kekompakan akar

Kekompakan akar dilakukan berdasarkan penglihatan yakni menunjukkan keadaan akar pada bibit tanaman setelah diberikan perlakuan growth stimulant

dengan kriteria banyak atau sedikit. Kekompakan akar ditentukan dengan melihat kondisi dari fisik perakaran bibit yaitu dengan membuka polibag bibit tanaman, dan melihat perakaran dari bibit. Kompak, jika akar keluar dari permukaan media tanah. Tidak kompak (akar tidak keluar dari permukaan media tanah).

4) Warna daun

Pengamatan warna daun bibit dilakukan dengan cara pemotretan dengan menggunakan kamera pada akhir panen. Dan standar untuk penentuan warna daun dengan melihat warnanya menggunakan bagan warna daun (BWD).

5) Rasio pucuk akar

Perhitungan rasio pucuk akar dilakukan dengan cara memisahkan bagian akar, batang, dan daun. Penimbangan dilakukan pada dua tahap: tahap pertama kondisi segar dan tahap kedua pada saat setelah pengovenan yang suhu diatur 70 -80ºC selama 2 x 24 jam. Rasio pucuk akar merupakan perbandingan berat kering bagian pucuk dan berat kering bagian akar yang diukur pada akhir pengamatan 6) Kualitas bibit (indeks mutu bibit).

Kualitas bibit ditentukan berdasarkan karakter fisik tunas, akar bibit, tinggi bibit tanaman (cm), diameter bibit tanaman (mm),dihitung menggunakan rumus:

dimana;

(21)

9

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuannya adalah pemberian growth stimulant seperti Bionature-50 dan Bionature-AC41 dengan 5 unit konsentrasi perlakuan. Bibit yang digunakan ada dua jenis yakni bibit tanaman G. arborea

dan T. grandis. Setiap perlakuan diulang sebanyak 3 kali dengan masing-masing ulangan sebanyak 5 unit. Jumlah keseluruhan untuk setiap jenis tanaman adalah 135 bibit dan total keseluruhan bibit 270 bibit.

I II III

Gambar 1 Denah tata letak perlakuan bibit di bedengan

Keterangan: KTG : Kontrol G. arborea; KTT: Kontrol T. grandis; GBN50: G. arborea 50; TBNAC41: T. grandis AC41

Adapun model rancangan yang digunakan menurut Mattjik dan Sumertajaya (2006) adalah sebagai berikut:

nYij: Pertumbuhan tinggi dan diameter bibit tanaman pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j

μ : Nilai rata-rata umum

ɑi: Nilai pengaruh perlakuan ke-i

εi: Nilai galat dari unit percobaan yang diberikan perlakuan ke-i pada ulangan ke-j

(22)

10

4

.

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL

Tinggi dan Diameter

Percobaan yang dilakukan selama 9 minggu menunjukkan bahwa setiap minggu hasil sidik ragam tertinggi untuk tanaman G. arborea GSB-1 14.80 b dan hasil sidik ragam tertinggi untuk diameter GSA-9 15.11 b (Tabel 1).

Tabel 1 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertambahan tinggi dan diameter tanaman

G. arborea selama 9 minggu setelah diberikan perlakuan growth stimulant

Tinggi (cm) Diameter (mm) Keterangan: GSA = G. arborea BN-50; GSB = G. arborea BN-AC41

a = tidak berpengaruh berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%, b = berpengaruh berbeda nyata pada pertumbuhan G. arborea pada selang kepercayaan 95%.

(23)

11 mendukung untuk pertumbuhan jati. Jenis tanaman ini dapat ditanam di berbagai kondisi lahan dan lingkungan seperti hutan dataran rendah, hutan dataran tinggi, hutan pegunungan, hutan tanaman industri, lahan kering tidak produktif, lahan basah tidak produktif, dan lahan perkebunan (Mulyana & Asmarahman 2010).

Tabel 2 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertambahan tinggi dan diameter tanaman

T. grandis selama 9 minggu setelah diberikan perlakuan growth stimulant

Tinggi (cm) Diameter (cm) Keterangan: GSA = G. arborea BN-50; GSB = G. arborea BN-AC41

a = tidak berpengaruh berbeda nyata pada selang kepercayaan 95%, b = berpengaruh berbeda nyata pada pertumbuhan G. arborea pada selang kepercayaan 95%.

Pada Tabel 2 diperoleh hasil tinggi tanaman terbaik T. grandis GSA-3 7.74 b sedangkan diameter terbaik T. grandis pada GSA-3 15.75 b, dan hasil respon ini menunjukkan pemberian growth stimulant memberikan hasil pengaruh berbeda nyata untuk kedua parameter pengamatan.

Jati cepat tumbuh adalah tanaman jati yang dikembangkan dari biji, sehingga sifat yang dimiliki antara lain pertumbuhannya lambat. Jati ini umumnya memiliki percabangan lebih sedikit dengan batang yang lurus (Sumarni & Muslich 2008).

(24)

12

Pertambahan rata-rata persentase tinggi tanaman untuk G. arborea memiliki respon tumbuh yang berbeda. Semakin bertambah umur, rata-rata persentase pertambahan tinggi tanaman mengalami kenaikan, 1.2 l growth stimulant GBN50 1-25 dilarutkan dengan 15 l air naik sebesar 243.05% memiliki pertambahan tinggi cenderung meningkat dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Rata-rata persentase tinggi retanaman G. arborea selama 9 minggu dapat dilihat pada Gambar 2.

Pertambahan rata-rata persentase tinggi tanaman untuk T. grandis memiliki respon tumbuh yang berbeda. Semakin bertambah umur, rata-rata persentase pertambahan tinggi tanaman mengalami kenaikan, 0.75 l growth stimulant

TBNAC41 1-40 dilarutkan dengan 15 l air naik sebesar 111.21% memiliki pertambahan tinggi cenderung meningkat dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Rata-rata persentase tinggi tanaman G. arborea selama 9 minggu dapat dilihat pada Gambar 3.

Hasil yang diperoleh diameter tanaman G. arborea memiliki respon tumbuh yang berbeda. Semakin bertambah umur, rata-rata persentase pertambahan

Gambar 2 Rata-rata persentase tinggi (%) tanaman G. arborea selama 9 minggu

Kontrol TBN50 1-25 TBN50 1-50 TBN50 1-100 TBNAC41 1-40 TBNAC41 1-80 TBNAC41 1-120

R

Kontrol GBN50 1-25 GBN50 1-50 GBN50 1-100 GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

R

(25)

13

Kontrol TBN50 1-25 TBN50 1-50 TBN50 1-100 TBNAC41 1-40 TBNAC41 1-80 TBNAC41 1-120

R

diameter tanaman mengalami kenaikan, 1.2 l growth stimulant GSA-1 dilarutkan dengan 15 l air naik sebesar 194.80% memiliki pertambahan diameter cenderung meningkat dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Rata-rata persentase diameter tanaman G. arborea selama 9 minggu dapat dilihat pada Gambar 4.

Pertambahan rata-rata persentase diameter tanaman untuk G. arborea

memiliki respon tumbuh yang berbeda. Semakin bertambah umur, rata-rata persentase pertambahan diameter tanaman mengalami kenaikan, 1.2 l growth stimulant GBN50 1-25 dilarutkan dengan 15 l air naik 136.45% memiliki pertambahan diameter cenderung meningkat dibandingkan dengan perlakuan kontrol. Rata-rata persentase diameter tanaman G. arborea selama 9 minggu dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Rata-rata persentase diameter (%) tanaman T. grandis selama 9 minggu Pada pertumbuhan diameter batang tanaman T. grandis di konsentrasi TBN50 1-25 menunjukkan respon pertambahan yang tertinggi dibandingkan dengan perlakuan kontrol karena adanya upaya adaptasi pada lingkungan setempat. Salah satu strategi yang dilakukan dalam beradaptasi dengan kondisi lingkungannya, dalam hal ini media tanam yang miskin hara dan sangat liat adalah dengan memperbesar diameter batang. Perluasan sel meristem pada batang tanaman dikendalikan oleh sifat plastis dan elastis dari dinding sel. Pemecahan material dinding sel terjadi setelah sel sudah mencapai ukuran tertentu sehingga dinding sel menjadi lebih tebal. Penebalan dinding sel berdampak pada proses peningkatan ukuran diameter batang (Campbell et al. 2003).

2.59

Kontrol GBN50 1-25 GBN50 1-50 GBN50 1-100 GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

R

(26)

14

Kekompakan akar G. arborea

Pada Gambar 6 menjelaskan bahwa media tanpa penambahan kontrol terlihat akar yang sedikit dapat menembus tanah. Dengan adanya penambahan konsentrasi GBN50 1-25 dan GBN50 1-40 terlihat semakin banyak akar-akar yang dapat menembus tanah sehingga memberikan respon pertumbuhan yang positif terhadap pertambahan tinggi dan diameter tanaman.

Pada Gambar 7 menjelaskan bahwa media tanpa penambahan Bionature-50 tidak terlihat akar yang dapat menembus tanah. Dengan adanya penambahan konsentrasi Bionature-50 terlihat semakin banyak akar-akar yang dapat menembus tanah sehingga memberikan respon pertumbuhan yang positif terhadap penambaha tinggi dan diameter tanaman.

Gambar 6 Kekompakan akar G. arborea Bionature-50 dan Bionature-AC41

Gambar 7 Kekompakan akar T.grandis Bionature-50 dan Bionature-AC41

G. arborea BN500

G. arborea BN501-25 G. arborea BN501-50 G. arborea BN501-100

G. arborea BNAC41 1-40 G. arborea BNAC41 1-80 G. arborea BNAC41 1-120

T. grandis BN500

T. grandis BN501-25 T. grandis BN501-50 T. grandis BN501-100

(27)

15

Gambar 8 G. arborea Warna daun

Pengamatan warna daun dilakukan pada saat pemanenan dengan memotret menggunakan kamera digital. Warna daun untuk G. arborea dan T. grandis

dominan berwarna hijau.

Dalam mengidentifikasi warna daun lebih detail digunakan Bagan Warna Daun (BWD) yang berfungsi untuk mengetahui apakah tanaman perlu segera diberi pupuk N atau tidak dan berapa takaran N yang diperlukan. Pemberian pupuk N berdasarkan pengukuran warna daun dengan BWD dapat menekan biaya pemakaian pupuk sebanyak 15-20% dari takaran yang umum digunakan petani tanpa menurunkan hasil. BWD berbentuk persegi panjang dengan 4 kotak skala warna, mulai dari hijau, mulai hijau muda hingga hijau tua.

Tabel 3 Penilaian warna daun tanaman G. arborea dan T. grandis dengan menggunakan Bagan Warna Daun

Perlakuan Nilai Warna Daun dengan BWD GS-0 2-3

GSA-1 4-5 GSA-2 4-5 GSA-3 4-5 GS-0 2-3 GSB-1 4-5 GSB-2 4-5 GSB-3 4-5

Tabel 3 menunjukkan pada perlakuan bibit yang diberikan growth stimulant memberikan respon perubahan warna daun pada akhir pengamatan minggu ke-9 dengan memiliki skala penilaian warna daun 4-5 dibandingkan dengan perlakuan kontrol yang memiliki skala penilaian warna daun 2-3 di awal pengamatan.

(28)

16 perlakuan kontrol sebesar 0.35 dapat dilihat pada Gambar 10.

Pada Gambar 11 menjelaskan pemberian perlakuan GBN50 1-25 untuk tanaman G. arborea: 1.2 l growth stimulant GBN50 1-25 dilarutkan dengan 15 l air memberikan respon lebih baik dibandingkan dengan GS-0. Ini dikarenakan pada akar G. arborea mempunyai jumlah perakaran yang banyak sehingga dapat menyerap unsur hara makanan di tanah dalam jumlah yang banyak sehingga berpengaruh pada pertumbuhan bibit yang tanaman yang berkualitas ditinjau dari aspek akar, batang, dan daun.

Kontrol GBN50 1-25 GBN50 1-50 GBN50 1-100 GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

R

Gambar 10 Rasio pucuk akar G. arborea

Gambar 11 Rasio pucuk akar

(29)

17 Pada Gambar 12 menjelaskan pemberian perlakuan GSB-1 untuk tanaman

G. arborea: 0.75 l growth stimulant GBNAC41 1-40 dilarutkan dengan 15 liter air memberikan respon pengaruh lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Ini dikarenakan pada akar G. arborea mempunyai jumlah perakaran yang banyak sehingga dapat menyerap unsur hara makanan di tanah dalam jumlah yang banyak sehingga berpengaruh pada pertumbuhan bibit yang tanaman yang berkualitas ditinjau dari aspek akar, batang, dan daun.

T. grandis

Pada Gambar 14 menjelaskan pemberian perlakuan untuk tanaman T. grandis: 1.2 l growth stimulant TBNAC41 1-25 dilarutkan dengan 15 liter air memberikan respon lebih baik dibandingkan dengan kontrol. Ini dikarenakan pada akar T. grandis mempunyai jumlah perakaran yang banyak sehingga dapat menyerap unsur hara makanan di tanah dalam jumlah yang banyak sehingga berpengaruh pada pertumbuhan bibit yang tanaman yang berkualitas ditinjau dari aspek akar, batang, dan daun.

Kontrol GBN50 1-25 GBN50 1-50 GBN50 1-100 GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

R

Gambar 13 Rasio pucuk akar T. grandis

Gambar 14 Rasio pucuk akar

T. grandis Bionature-50

Gambar 15 Rasio pucuk akar

(30)

18

Pada Gambar 15 menjelaskan pemberian perlakuan Bionature-AC41 untuk tanaman T. grandis: 1 liter Bionature-AC41 dilarutkan ke dalam 40 liter air memberikan respon pengaruh berbeda nyata dibandingkan dengan kontrol. Ini dikarenakan pada akar T. grandis mempunyai jumlah perakaran yang banyak sehingga dapat menyerap unsur hara makanan di tanah dalam jumlah yang banyak sehingga berpengaruh pada pertumbuhan bibit yang tanaman yang berkualitas ditinjau dari aspek akar, batang, dan daun.

Bobot kering

Tabel 4 memperlihatkan bobot kering akar tertinggi pada G. arborea

terdapat pada GSB-3 : 0.25 l growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar 941.17, terendah GS-0 1.7 gram dan bobot kering batang tertinggi GSA-1: 1.2 l

growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air, tertinggi sebesar 803.84 gram, terendah GS-0 2.6 gram.

Perlakuan Akar (gram) Batang (gram)

GS-0 1.7 2.6 AC41 1-40; GBN-AC41 1-80; GBN-AC41 1-120

Tabel 5 memperlihatkan bobot kering akar tertinggi pada T. grandis terdapat pada GSA-1: 1.2 l growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar 803.85 gram, terendah GS-0 2.6 gram dan bobot kering batang tertinggi GSA-1: 1841.18 gram, terendah GS-0 1.7 gram.

Perlakuan Akar (gram) Batang (gram)

GS-0 2.6 1.7 AC41 1-40; GBN-AC41 1-80; GBN-AC41 1-120

Kualitas bibit G. arborea

Dari Gambar 18 dapat diketahui bahwa nilai kualitas tertinggi terdapat pada

G. arborea dengan perlakuan GSA-3: 0.15 l growth stimulant dilarutkan dengan Tabel 4 Bobot kering akar dan batang G. arborea

(31)

19 15 l air sebesar 7.58, kedua GSA-2: 0.6 l GSA-2 growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar 6.46, ketiga GSB-1: 0.75 l growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar 6.35, GSB-3: 0.25 l growth stimulant dilarutkan dengan 15 liter air sebesar 6.41. Terendah terdapat GS-0 sebesar 0.44 dan dapat dilihat pada Gambar 18.

T. grandis

Dari Gambar 19 dapat diketahui bahwa nilai kualitas tertinggi terdapat pada

T. grandis dengan perlakuan GBN50 1-25: 1.2 l growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar 17.81, kedua GBN50 1-50: 0.6 l growth stimulant

dilarutkan dengan 15 l air sebesar 14.24, ketiga GBN50 1-100: 0.15 liter growth stimulant dilarutkan dengan 15 l air sebesar 11.46. Terendah pada kontrol sebesar 1.05.

Kontrol GBN50 1-25 GBN50 1-50 GBN50 1-100 GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

K

Kontrol GBN50 1-25 GBN50 1-50 GBN50 1-100 GBNAC41 1-40 GBNAC41 1-80 GBNAC41 1-120

K

ua

lit

as bibit

Perlakuan konsentrasi growth stimulant

Gambar 16 Kualitas bibit G. arborea

(32)

20

PEMBAHASAN

Pertumbuhan tanaman adalah proses terjadinya peningkatan jumlah dan ukuran daun dan batang. Pertumbuhan tanaman tidak hanya terjadi pada bagian atas (tajuk) tanaman, tetapi juga terjadi pada bagian bawah (akar) tanaman. Akar menentukan kemampuan tanaman untuk menyerap nutrisi dan air, pertumbuhannya ditentukan oleh area daun yang aktif melakukan fotosintesis karena akar bergantung pada penangkapan energi oleh daun. Pada saat suplai energi terbatas, maka energi yang digunakan oleh jaringan tanaman yang paling dekat dengan lokasi fotosintesis. Oleh karena itu akar menerima energi hanya pada saat ada kelebihan energi yang diproduksi melalui fotosintesis yang tidak digunakan untuk pertumbuhan tajuk tanaman (Dewi 2007).

Pemupukan merupakan salah satu kegiatan dalam usaha pemeliharaan tanaman dan karena itu tindakan ini perlu dimulai sejak permulaan pengadaan bibit, waktu penanaman di lapangan dan seterusnya sampai akhir tanaman menghasilkan ( Samsijah & Sudrajat 1976).

Pengaruh pemberian growth stimulant terhadap bibit tanaman G. arborea

dan T. grandis memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap semua parameter yang diamati (pertambahan tinggi, pertambahan diameter batang, bobot kering akar). Hal ini disebabkan oleh karena pemberian growth stimulant akan meningkatkan jumlah hara yang terserap oleh tanaman sehingga menghasilkan pertumbuhan bibit yang lebih baik.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, perlakuan pemberian growth stimulant memberikan pengaruh berbeda nyata untuk parameter tinggi bibit, diameter batang, dan bobot kering akar. Hal ini disebabkan perlakuan ini menggunakan pupuk cair yang memiliki nilai tertinggi untuk masing-masing parameter. Hal ini karena pupuk cair umumnya tidak merusak tanah dan tanaman walaupun digunakan sesering mungkin. Selain itu, pupuk ini juga memiliki bahan pengikat, sehingga larutan pupuk yang diberikan ke permukaan tanah bisa langsung digunakan oleh tanaman.

Hasil analisis sidik ragam yang berbeda nyata terhadap parameter tinggi, diameter, dan bobot kering akar. Tetapi jika melihat hasil di atas, tinggi tanaman, diameter, bobot kering akar yang diberikan perlakuan growth stimulant memiliki nilai lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol. Hal ini karena growth stimulant

mengandung unsur hara makro fosfor (P) yang memiliki peran penting dalam pengadaan ATP dan protein, metabolisme sel, dan merangsang perakaran tanaman.

Menurut Suraya (2002) dalam Anjasary dkk (2007), bobot kering tanaman merupakan salah satu indikator pertumbuhan tanaman, di mana nilai bobot kering tanaman yang tinggi menunjukkan terjadinya peningkatan proses fotosintesis karena unsur hara yang diperlukan cukup tersedia. Hal tersebut berhubungan dengan hasil fotosintat yang ditranslokasikan ke seluruh organ tanaman, sehingga memberikan pengaruh yang nyata pada biomassa tanaman.

(33)

21 umumnya dipusatkan pada bagian apeks (ujung) yang terdapat tunas terminal (terminal bud). Untuk hasil rata-rata persentase tinggi tanaman G. arborea diperoleh hasil yang terbaik.

Dosis Bionature-50 meningkat akan mengakibatkan meningkatkan pertumbuhan tanaman tinggi bibit dan diameter batang bibit dan untuk itu diperlukan perhatian dalam pemberian dosis karena bionature-50 berfungsi untuk merangsang pertumbuhan tanaman.

Dalam penelitian ini menggunakan produk cair Bionature-50 yang berguna untuk memanjangkan akar dan menyediakan makanannya sendiri karena itulah akarnya diperbanyak untuk menghasilkan enzim. Akar tanaman merupakan habitat yang baik bagi pertumbuhan mikroba, interaksi antara bakteri dan akar tanaman akan meningkatkan ketersediaan hara bagi keduanya, permukaan akar tanaman disebut rhizoplane sedangkan rhizosfer adalah selapis tanah yang menyelimuti permukaan akar tanaman yang masih dipengaruhi oleh aktivitas akar. Enzim utama yang dihasilkan oleh akar adalah oksidoreduktase, hidrolase, liase, dan transferase sedangkan enzim yang dihasilkan oleh mikroba di rhizosfer

(34)

22

SIMPULAN DAN SARAN

1. Respon pemberian Bionature-50 terbaik untuk rata-rata persentase tinggi G. arborea 243.05% dan rata-rata persentase diameter tanaman 194.85%, dan T. grandis rata-rata persentase tinggi 111.21%, rata-rata persentase diameter 136.45% merupakan hasil terbaik dibandingkan dengan perlakuan kontrol. 2. Bibit tanaman hutan fast growing yang tepat untuk diberikan perlakuan

Bionature-50 di umur tiga bulan yakni G. arborea.

3. Pemberian dosis Bionature-50 dan Bionature-AC41 yang meningkat akan mengakibatkan meningkatnya pertumbuhan tinggi tanaman bibit dan diameter batang bibit

SARAN

Penggunaan Bionature-50 yang tepat untuk jenis tanaman G. arborea

(35)

23

DAFTAR PUSTAKA

Alrasyid H, Widiarti A. 1992.Teknik Penanaman dan Pemungutan Hasil Gmelina arborea Roxb. Bogor (ID) : Buletin Penelitian Hutan 540: 1-23.

Atunnisa R. 2013 [Tesis]. Produktivitas Laju Dekomposisi dan Pelepasan Hara Serasah pada Tegakan Jabon. Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).

Anjasary. I. R. D. Rosnianti S, Ariyanti M. 2007. Pengaruh Kombinasi Pupuk P dan Kompos terhadap Pertumbuhan Tanaman The (Cemellia sinensis (L) O. kentre). Belum menghasilkan klon ganbang 7. Laporan Penelitian-Penelitian Muda UNPAD PPTK Bandung (ID).

Campbell N.A, Michell LG, Reece JB . Biologi. Edisi Kelima Jilid I Jakarta (ID). Erlangga.

Danu, Rohadi D, Nurhasybi. 2006. Teknologi dan Standarisasi Benih dan Bibit dalam Menunjang Keberhasilan Gerhan. Prosiding Seminar Hasil-hasil Penelitian.Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor (ID). Hal.63-76.

Dewi IR. 2007. Rhizocbacteria Pendukung Pertumbuhan Tanaman. Fakultas Pertanian Jatinangor: Universitas Padjajaran. Hlm 3.

Duryea ML, Brown GN. 1984. Seedling physiology and reforestaion succes. Proceeding of The Physiology Working Group Technical Session. Boston (US): DR. W. Junk Publisher

Bramasto E, Ali C, Kuwarto E. 2013. Evaluasi Kualitas Bibit Kemenyan Durame (Styrax Benzoin Dryland) umur 3 bulan. Prosiding Seminar. Bogor (ID). Komala, Ali C, Kuwato E. Evaluasi Kualitas Bibit Kemenyan Durame

(Evaluation of Three Month Old Styrax benzoin Dryland Seedlings). Balai Penelitian Kehutanan Aek Nauli (ID).

Mattjik AA, Sumertajaya IM. 2006. Perancangan Percobaan dengan AplikasiSAS dan Minitab. Bogor (ID): IPB Press

Mattson A. 1996. Predicting Field Performance Using Seedling Quality Assessment. New Forests.13:223-248.

Mulyana D, Asmarahman C. 2010. 7 Jenis Kayu Penghasil Rupiah. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta (ID).

Nurhasybi D.J, Sudrajat A.A. Pramono, Budiman, B. 2007. Review Status Iptek Perbenihanan Tanaman Hutan. Publikasi Khusus Balai Penelitian TeknologiPerbenihan Bogor (ID). Bogor

Pramono, Suhaendi H. 2006. Manfaat Sertifikasi Sumber Benih, Mutu Benih dan Mutu Bibit dalam Mendukung Gerhan. Prosiding Seminar Hasil-Hasil Penelitian, Jambi 22 Desember 2005.Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi Alam. Bogor (ID). Hal.49-61.

Pandit IKN, Ramdan H. 2002.Anatomi Kayu Pengantar Sifat Kayu Sebagai Bahan Baku

.

Yayasan Penerbit Fakultas Kehutanan. IPB. Bogor (ID). Samsijah, Sudrajat. 1976. Pengaruh Pemberian Bermacam-macam Pupuk pada

Saat Tanam terhadap Pertumbuhan Tanaman Murbei. Lembaga Penelitian Hutan. Bogor (ID).

Sumarna SH. 2012. Sukses Budidaya 9 jenis Kayu Penghasil Rupiah. Klaten (ID): Cable Book.

Sumarna Y. 2011. Kayu Jati Panduan Budi Daya dan Prospek Bisnis. Penebar Swadaya. Jakarta (ID)

(36)

24

Sumarni G, Muslich M. 2008. Kelas awet 25 jenis kayu andalan setempat Jawa Barat dan Jawa Timur terhadap penggerek di laut. Jurnal Penelitian Hasil Hutan 26(1): 70-80. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hasil Hutan. Bogor (ID).

Zobel B, Talbert J. 1984. Applied Forest Tree Improvement.North Carolina State (US).University.John Wiley & Sons. New York (US).

Wilson B.C, Jacobs D.F. 2005. Quality Assesment of Hardwood Seedling.

(37)

25

melina_BN50 Ulangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 rata-rata % tinggi

Kontrol 1 6 6.3 6.5 7.1 7.2 8.1 8.2 10.3 11.3 11.5

2 6.4 7.0 7.0 7.2 7.8 8.2 8.6 11.0 9.8 10.4

3 5.9 6.2 6.3 6.6 6.9 7.4 7.9 8.9 8.9 10.0

Rata-rata 6.10 6.50 6.60 6.97 7.30 7.90 8.23 10.07 10.00 10.63 10.63 Selisih (cm) 0.40 0.50 0.87 1.20 1.80 2.13 3.97 3.90 4.53 4.53 %Pertumbuan 6.56 7.69 13.13 17.22 24.66 27.00 48.18 38.74 45.33 234.66 1_25 1 6.3 7.0 8.4 11.2 13.2 15.6 17.5 23.5 28.9 30.7

2 7.1 7.9 9.4 11.5 13.5 16.2 19.4 25.7 28.8 33.2

3 6.6 8.4 10.4 14.2 17.4 24.2 30.4 40.8 43.5 45.5 Rata-rata 6.67 7.77 9.40 12.30 14.70 18.67 22.43 30.00 33.73 36.47 Selisih (cm) 1.67 3.30 6.20 8.60 12.57 16.33 23.90 27.63 30.37 25.84 %Pertumbuan 25.00 42.49 65.96 69.92 85.49 87.50 106.54 92.11 90.02 243.05 1_50 1 6.5 7.5 9.1 9.9 13.1 14.2 17.7 23.3 26.0 30.2

2 6.0 6.6 7.7 9.3 10.8 14.3 15.4 19.6 21.1 24.1

3 7.5 7.9 10.1 12.5 13.8 16.1 17.9 25.3 25.8 29.6 Rata-rata 6.67 7.33 8.97 10.57 12.57 14.87 17.00 22.73 24.30 27.97 Selisih (cm) 1.23 2.87 4.47 6.47 8.77 10.90 16.63 18.20 21.87 17.34 %Pertumbuan 18.50 39.09 49.81 61.20 69.76 73.32 97.84 80.06 89.99 163.09 1_100 1 6.9 7.7 8.3 9.9 12.3 13.4 14.1 15.4 16.1 17.5

2 7.3 9.0 10.0 12.2 14.0 15.1 18.1 23.1 23.7 27.5

3 6.9 7.7 8.9 11.2 13.0 16.0 16.9 20.2 20.6 22.4 Rata-rata 7.03 8.13 9.07 11.10 13.10 14.83 16.37 19.57 20.13 22.47 Selisih (cm) 2.03 2.97 5.00 7.00 8.73 10.27 13.47 14.03 16.37 11.84 %Pertumbuan 28.91 36.48 55.15 63.06 66.67 69.21 82.28 71.72 81.29 111.35

Gmelina_BN41 Ulangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1_40 1 5.7 6.1 7.3 9.1 10.8 12.5 15.2 20.6 22.7 26.3 2 6.4 7.8 9.7 12.0 13.8 16.2 19.2 26.3 28.2 30.7 3 5.3 6.7 8.2 12.4 13.8 17.43 19.17 24.37 26.6 29.7 Rata-rata 5.80 6.87 8.40 11.17 12.80 15.38 17.86 23.76 25.83 28.90 Selisih (cm) 1.07 2.60 5.37 7.00 9.58 12.06 17.96 20.03 23.10 18.27 %Pertumbuan 18.39 37.86 63.89 62.69 74.83 78.40 100.56 84.33 89.42 171.87 1_80 1 6.0 6.8 8.3 10.3 11.6 13.4 15.7 20.2 21.5 24.5

2 6.0 7.3 8.4 10.90 12.90 15.10 16.00 18.70 19.5 21.6 3 6.4 7.5 8.4 9.70 10.90 13.20 14.70 20.50 22.0 22.5 Rata-rata 6.13 7.20 8.37 10.30 11.80 13.90 15.47 19.80 21.00 22.87 Selisih (cm) 1.40 2.57 3.43 6.00 8.10 9.67 14.00 15.20 17.07 12.24 %Pertumbuan 22.83 35.65 41.04 58.25 68.64 69.54 90.52 76.77 81.27 115.11 1_120 1 6.2 6.9 7.9 9.3 10.1 12.4 14.8 18.1 18.9 20.3

2 5.4 7.1 8.0 9.9 11.1 13.3 15.4 18.0 18.5 20.2 3 6.3 7.4 8.7 11.5 13.7 16.0 17.0 19.9 21.0 23.0 Rata-rata 5.97 7.13 8.20 10.23 11.63 13.90 15.73 18.67 19.47 21.17 Selisih (cm) 1.33 2.40 4.43 5.83 8.10 9.93 12.87 13.67 15.37 10.54 %Pertumbuan 22.35 33.64 54.07 57.00 69.63 71.46 81.78 73.21 78.94 99.12

Jati_BN50 Ulangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kontrol 1 3.8 4.8 4.9 5 5.2 5.3 5.6 6.8 7.6 7.6 2 4.5 4.6 4.8 5.1 5.3 5.5 5.6 6.3 6.9 7 3 4.6 5 5.2 5.8 6.18 6.5 6.7 8 8.4 8.4 ok Rata-rata 4.30 4.80 4.97 5.30 5.56 5.77 5.97 7.03 7.63 7.67 7.67

Selisih (cm) 0.50 0.67 1.00 1.26 1.47 1.67 2.73 3.33 3.37 %Pertumbuan 11.63 13.89 20.13 23.77 26.38 28.90 45.81 47.39 44.10 1_25 1 4.3 5.4 5.6 6.9 8.4 10 12.3 18.3 20 20.9 2 4.1 4.8 5.3 5.9 6.5 7.6 8.3 10.7 11 12.4 3 4.5 4.8 5.1 6.1 7.2 8 8.7 15.1 14.2 14.2 ok Rata-rata 4.30 5.00 5.33 6.30 7.37 8.53 9.77 14.70 15.07 15.83

Selisih (cm) 0.70 1.03 2.00 3.07 4.23 5.47 10.40 10.77 11.53 8.16 %Pertumbuan 16.28 20.67 37.50 48.68 57.47 64.06 106.48 73.24 76.55 106.43 1_50 1 4.4 5.2 5.6 6.7 7.3 8.1 9.1 11.3 11.8 13.1

2 4.3 4.8 5 6.5 6.6 7.4 8.4 12 11.8 12.8 3 4.6 5.4 5.8 6.7 8 9.1 10.9 10.1 14.9 16.3 ok Rata-rata 4.43 5.13 5.47 6.63 7.30 8.20 9.47 11.13 12.83 14.07

Selisih (cm) 0.83 1.17 2.33 3.00 3.90 5.17 6.83 8.53 9.77 6.40 %Pertumbuan 18.80 22.73 42.68 45.23 53.42 63.01 72.18 76.65 76.10 83.40 1_100 1 4.6 5.3 5.7 6.8 7.2 7.9 8.6 10.8 11 11.5

2 3.8 4.8 4.9 6.2 6.7 7.6 8.2 9.9 10 10.4 3 5.1 5.4 5.7 6.8 7.2 8.1 8.7 11.0 12.0 12.1 ok Rata-rata 4.50 5.17 5.43 6.60 7.03 7.87 8.50 10.57 11.00 11.33

Selisih (cm) 0.87 1.13 2.30 2.73 3.57 4.20 6.27 6.70 7.03 3.66 %Pertumbuan 19.26 21.94 42.33 41.41 50.71 53.39 73.73 63.41 63.94 47.76

Jati_BN41 Ulangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1_40 1 4.4 5.1 5.4 6.6 7.9 9.1 11 16 16.3 15.8

2 4.6 5.6 6.7 8.1 9.6 11.5 13.1 18.2 18.8 21.2 3 3.8 4.8 4.9 5.3 6 6.9 7.8 12.5 12.5 11.6 ok Rata-rata 4.27 5.17 5.67 6.67 7.83 9.17 10.63 15.57 15.87 16.20

Selisih (cm) 0.90 1.40 2.40 3.57 4.90 6.37 11.30 11.60 11.93 8.53 %Pertumbuan 21.09 27.10 42.35 53.50 62.55 69.45 106.27 74.52 75.21 111.21

1_80 1 4.5 5 5.9 7.3 8 8.7 9.4 11.5 11.9 12.7

(38)

26

1_120 1 4.8 5.5 6 7 7.5 8.1 9.2 11.2 11 11.4

2 4.6 5.2 5.7 6.4 7.6 7.9 8.3 11.4 11.7 12.3

3 4.7 5.4 5.4 6.6 7.3 8.1 8.9 9.8 10.9 11.1

Rata-rata 4.70 5.37 5.70 6.67 7.47 8.03 8.80 10.80 11.20 11.60

Selisih (cm) 1.10 1.43 2.40 3.20 3.77 4.53 6.53 6.93 7.33 3.93

%Pertumbuan 23.40 26.71 42.11 48.00 50.45 56.43 74.24 64.20 65.48 51.24

Rata-rata persentase diameter tanaman G. arborea dan T. grandis

1_120 1 1.84 1.98 2.48 2.71 2.92 3.65 4.30 4.86 5.68 5.99

2 1.44 1.69 2.13 2.89 3.47 3.89 4.35 5.00 5.22 5.64

3 1.62 1.79 2.09 2.78 3.17 3.83 4.13 4.67 5.07 5.90

Rata-rata 1.64 1.82 2.23 2.79 3.19 3.79 4.26 4.84 5.32 5.84

selisih 0.18 0.41 0.56 0.39 0.60 0.47 0.58 0.48 0.52 3.25

%pertumbuhan 11.08 22.66 25.26 14.11 18.93 12.36 13.66 9.93 9.81 125.64

Ulangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

Kontrol 1 1.58 1.77 1.96 2.09 2.40 2.53 2.66 2.86 2.94 2.96

2 1.42 1.62 1.84 2.10 2.35 2.40 2.42 2.56 2.54 2.70

3 1.88 1.96 2.15 2.31 2.60 2.93 2.81 3.08 3.08 3.32

Jati_BN50 Rata-rata 1.63 1.78 1.98 2.17 2.45 2.62 2.63 2.83 2.85 2.99 2.99

selisih 0.16 0.20 0.19 0.28 0.17 0.01 0.20 0.02 0.14

%pertumbuhan 9.59 11.25 9.34 13.00 6.85 0.46 7.68 0.75 4.86

1_25 1 1.44 2.02 2.21 3.11 4.54 6.17 6.59 7.04 8.15 8.87

2 1.58 1.74 2.16 2.80 3.21 4.17 4.62 4.78 6.01 6.27

3 1.52 1.72 1.95 2.78 3.36 4.04 4.40 5.79 6.22 6.07

Rata-rata 1.51 1.83 2.11 2.90 3.70 4.79 5.20 5.87 6.80 7.07

selisih 0.31 0.28 0.79 0.80 1.09 0.41 0.67 0.93 0.27 4.08

%pertumbuhan 20.74 15.21 37.58 27.73 29.54 8.48 12.84 15.79 4.04 136.45

1_50 1 1.50 1.79 2.13 2.98 3.66 4.18 4.91 5.64 6.10 6.51

2 1.63 1.76 2.15 2.88 3.22 3.86 4.42 5.15 5.64 5.96

3 1.61 1.88 2.09 3.28 3.91 4.47 5.44 5.53 7.07 7.44

Rata-rata 1.58 1.81 2.12 3.05 3.60 4.17 4.92 5.44 6.27 6.63

selisih 0.23 0.31 0.92 0.55 0.57 0.75 0.52 0.84 0.36 3.64

%pertumbuhan 14.41 17.38 43.40 18.10 15.86 18.02 10.50 15.38 5.77 121.90

1_100 1 1.47 1.86 2.03 2.71 3.32 3.91 4.59 4.87 6.16 6.41

2 1.58 1.68 1.92 2.40 3.01 3.43 3.99 4.25 4.37 5.02

3 1.67 1.81 2.05 2.52 3.16 3.67 4.02 4.54 5.02 5.23

Rata-rata 1.57 1.78 2.00 2.55 3.16 3.67 4.20 4.56 5.18 5.56

selisih 0.21 0.22 0.55 0.62 0.50 0.53 0.36 0.62 0.37 2.57

%pertumbuhan 13.21 12.23 27.33 24.21 15.93 14.51 8.49 13.71 7.23 85.80

Jati_BN41 Ulangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1_40 1 1.55 1.842 2.062 3.054 3.9 4.81 5.594 6.456 7.294 7.54

2 1.78 2.11 2.38 3.68 4.30 5.23 6.04 6.52 7.42 7.66

3 1.48 1.56 1.88 2.53 2.87 3.63 3.98 4.49 5.23 5.61

Rata-rata 1.60 1.84 2.11 3.09 3.69 4.56 5.20 5.82 6.65 6.94

selisih 0.24 0.27 0.98 0.60 0.87 0.65 0.62 0.83 0.29 3.95

%pertumbuhan 14.86 14.57 46.58 19.42 23.49 14.19 11.84 14.26 4.30 131.95

1_80 1 1.74 1.84 2.13 3.04 3.45 4.14 4.69 5.41 5.74 6.60

2 1.57 1.69 2.00 2.46 3.07 3.53 4.03 4.35 4.74 5.27

3 1.65 1.73 1.95 2.33 2.61 3.27 3.57 4.26 4.98 5.40

Rata-rata 1.65 1.75 2.03 2.61 3.04 3.65 4.10 4.67 5.15 5.76

selisih 0.10 0.27 0.58 0.43 0.61 0.45 0.57 0.48 0.61 2.77

%pertumbuhan 6.30 15.62 28.76 16.49 19.90 12.36 13.96 10.38 11.74 92.64

1_120 1 1.59 1.78 2.12 2.92 3.14 3.97 4.63 4.89 5.43 5.74

2 1.44 1.63 1.78 2.22 2.93 3.42 3.98 4.68 5.11 6.05

3 1.81 1.83 2.03 2.69 3.19 3.57 4.07 4.79 5.34 5.31

Rata-rata 1.61 1.75 1.98 2.61 3.09 3.65 4.23 4.79 5.29 5.70

selisih 0.13 0.23 0.64 0.48 0.56 0.57 0.56 0.51 0.41 2.71

(39)

27

Gmelina_BN50 Ulangan 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 rata-rata persen diameter

Kontrol 1 1.71 1.86 1.87 2.06 2.35 2.46 2.51 2.65 2.74 2.83 2 2.01 2.06 2.12 2.17 2.21 2.46 2.49 2.43 2.48 2.60 3 1.55 1.68 1.86 2.01 2.06 2.14 2.21 2.23 2.27 2.35

Rata-rata 1.75 1.86 1.95 2.08 2.20 2.35 2.40 2.44 2.49 2.59 2.59 Selisih 0.11 0.09 0.13 0.12 0.15 0.05 0.03 0.06 0.10

% pertumbuhan 6.23 4.72 6.52 6.00 6.68 2.27 1.28 2.41 4.01

1_25 1 1.90 2.04 2.14 2.76 3.31 4.08 4.53 5.20 5.76 6.78

2 1.64 1.79 2.11 2.79 3.15 3.85 4.41 4.92 5.99 6.55 3 2.31 2.49 2.77 3.67 4.56 5.65 6.47 7.31 8.53 9.57 Rata-rata 1.95 2.11 2.34 3.07 3.67 4.53 5.14 5.81 6.76 7.64

Selisih 0.16 0.23 0.73 0.60 0.86 0.61 0.67 0.95 0.88 5.05

% pertumbuhan 8.14 11.01 31.32 19.57 23.32 13.36 13.12 16.34 12.97 194.80

1_50 1 2.01 2.23 2.39 3.03 4.09 3.89 4.32 5.18 6.04 6.95

2 1.77 1.89 2.15 2.77 3.12 3.89 4.04 4.66 5.68 6.20

3 2.01 2.17 2.44 3.02 3.88 4.32 4.60 5.18 6.20 6.96 Rata-rata 1.93 2.09 2.33 2.94 3.69 4.03 4.32 5.01 5.98 6.70

0.17 0.23 0.61 0.75 0.34 0.29 0.69 0.97 0.73 4.11 8.58 11.18 26.36 25.67 9.11 7.14 15.96 19.30 12.17 158.79 1_100 1 2.01 2.09 2.37 2.65 3.07 3.50 3.63 4.07 4.85 5.21

2 1.90 2.14 2.48 3.37 3.80 4.15 4.75 5.43 5.69 6.62 3 1.92 2.02 2.27 2.91 3.14 3.52 3.80 4.13 4.70 5.07 Rata-rata 1.94 2.09 2.37 2.98 3.34 3.73 4.06 4.54 5.08 5.63

(40)

28

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Medan, 15 April 1983 sebagai anak ketiga dari lima bersaudara pasangan H Syahrial dan Hj Zahari. Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat menengah di SMU Negeri 14 Medan selama tiga tahun dan lulus pada tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis lulus seleksi masuk USU melalui jalur SPMB. Penulis menyelesaikan pendidikan sarjana di USU pada program studi Budidaya Hutan.

Gambar

Gambar 1 Denah tata letak perlakuan bibit di bedengan
Tabel 1 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertambahan tinggi dan diameter tanaman
Tabel 2 Hasil rekapitulasi sidik ragam pertambahan tinggi dan diameter tanaman T. grandis selama 9 minggu setelah diberikan perlakuan growth stimulant
Gambar 2. 300
+7

Referensi

Dokumen terkait

konsentrasi ion sulfite atau konsentrasi larutan perebus yang tinggi maka laju reaksi sulfonasi akan tinggi sehingga yield surfaktan yang dihasilkan juga semakin besar. Dari tabel

Chanel yang digunakan sama dengan pada Pattern Snare yaitu FPC_Snr_2H01, namun pada Pattern Snare Rample ini ditambahkan sebuah ketukan lagi agar musik yang dihasilkan

Kalimantan Barat (Studi Kasus Angkutan Sungai Kota Pontianak - Suka Lanting, Pontianak - Desa Sambe, Pontianak – Terentang, dan Rasau Jaya – Batu Ampar – Teluk Batang). 2015

Sedangkan menurut Rangkuti (2004) persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode

Strategi tindak tutur komisif langsung meliputi (a) berniat modus berita 2 tuturan, (b) berjanji modus berita 11 tuturan, (c) menawarkan modus berita 7 tuturan, dan

Hasil sidik ragam kadar protein koro benguk akibat lama perendaman dan konsentrasi natrium bikarbonat tidak terdapat interaksi antara kedua faktor, tetapi berbeda nyata

Berdasarkan hasil observasi, angket dan wawancara yang telah dilakukan di SMA A, diungkapkan bahwa dengan adanya kegiatan praktikum di laboratorium maka peserta didik

Gambar 13 memperlihat kan bahwa grafik hasil pengukuran pada titik ke-4 dan titik ke-5 mengalami rugi-rugi lint asan yang semakin kecil walaupun jarak t empuh gelombang radio