1
PEMANFAATAN BIJI KETAPANG (
Terminalia catappa
)
SEBAGAI BAHAN DASAR TAHU DENGAN SUBSTITUSI
KACANG KEDELAI DAN BAHAN PENGGUMPAL ASAM
CUKA DAN BATU TAHU UNTUK MENINGKATKAN
KETAHANAN PANGAN
Skripsi
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi PKK, Konsentrasi Tata Boga
Oleh
Alfian Cahyo Budi NIM. 5401411116
JURUSAN PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS TEKNIK
v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
1. Maju terus pantang mundur untuk menggapai cita dan asa !
2. Maksimalkan doa dan pengorbanan, demi terwujudnya sebuah tujuan dan hasil
yang maksimal.
PERSEMBAHAN
Skripsi ini dipersembahkan kepada :
1. Bapak dan Ibu tercinta, atas doa dan motivasi,
serta kasih sayang yang tidak pernah putus.
2. Adikku yang selalu mendukung dan memberi
semangat.
3. Seluruh kerabat yang selalu memberikan
dukungan dan semangat.
vi
Abstrak
Alfian Cahyo Budi. 2015. “Pemanfaatan Biji Ketapang (Terminalia catappa) Sebagai Bahan Dasar Tahu Dengan Substitusi Kacang Kedelai Dan Bahan Penggumpal Asam Cuka Dan Batu Tahu Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan”. Skripsi, S-1 Program Studi Pendidikan Tata Boga, Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang. Dosen Pembimbing Drs. Loekmonohadi.
Tahu merupakan makanan terbuat dari kacang kedelai yang digemari oleh masyarakat Indonesia dan sebagai sumber pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan nasional. Pemanfaatan biji ketapang sebagai bahan dasar dalam pembuatan tahu diharapkan dapat mengatasi masalah ketahanan pangan masyarakat Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui 1) pengaruh penambahan kacang kedelai terhadap kualitas tahu hasil eksperimen, 2) pengaruh penambahan bahan penggumpal terhadap kualitas tahu hasil eksperimen, 3) komposisi tahu hasil eksperimen terbaik, dan 4) penerimaan masyarakat terhadap tahu hasil eksperimen terbaik
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain faktorial 3x3. Faktor yang diselidiki dalam penelitian ini yaitu perbandingan berat biji ketapang dengan kacang kedelai yang berbeda yaitu 9 : 1, 8 : 2, dan 7 : 3 untuk setiap 100 gram bahan dasar serta pemberian bahan penggumpal dengan perbandingan berat antara batu tahu dan asam cuka yang berbeda, yaitu 5 : 1, 1 : 1, dan 5 : 1 untuk setiap 20 gram bahan penggumpal. Teknik pengumpulan data menggunakan panelis agak terlatih melalui uji inderawi dan panelis tidak terlatih untuk uji kesukaan. Sampel tahu terbaik diujikan di laboratorium untuk mengatahui kandungan gizi.
Tahu biji ketapang terbaik dan paling disukai adalah sampel A3B1 dengan
perbandingan berat biji ketapang dan kacang kedelai sebesar 7 : 3, serta penambahan bahan penggumpal 15 gram batu tahu dan 5 gram asam cuka. Tingkat kesukaan masyarakat persentase sebesar 84,8 %. Berdasarkan hasil uji
laboratorium, tahu sampel A3B1 mengandung protein sebesar 14,5420%, lemak
26,4658%, dan karbohidrat sebesar 8,4402%.
Saran dari penelitian ini adalah perlu adanya penelitian lanjutan tentang inovasi efektifitas pengupasan buah ketapang sehingga dapat di ambil bijinya secara mudah. Perlu penelitian lanjutan agar biji ketapang dapat dimanfaatkan menjadi produk-produk olahan pangan lain selain tahu yang dapat meningkatkan ketahanan pangan. Perlu adanya sosialisasi kepada masyarakat mengenai pembuatan tahu biji ketapang sebagai inovasi produk makanan dan salah satu bahan pangan untuk meningkatkan ketahanan pangan.
vii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi dengan judul “Pemanfaatan Biji Ketapang (Terminalia catappa) Sebagai
Bahan Dasar Tahu Dengan Substitusi Kacang Kedelai dan Bahan Penggumpal
Asam Cuka dan Batu Tahu Untuk Meningkatkan Ketahanan Pangan” ini disusun
sebagai salah satu persyaratan untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan di
Universitas Negeri Semarang.
Dalam penyusunan skripsi ini, peneliti tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti menyampaikan ucapan terima
kasih dan penghargaan kepada :
1. Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Semarang yang telah memberi
rekomendasi atau persetujuan pada proposal skripsi yang peneliti ajukan dan
kesempatan kepada peneliti untuk menyelesaikan skripsi ini.
2. Ketua Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Universitas Negeri
Semarang yang telah memberikan rekomendasi untuk melaksanakan skripsi
hingga selesai.
3. Dra. Wahyuningsih, M.Pd. Dosen Pembimbing pengganti yang telah memberikan kemudahan dalam administrasi kepada penulis dalam
penyusunan skripsi ini.
4. Drs. Loekmonohadi, Dosen Pembimbing utama yang telah meluangkan
waktu untuk bimbingan dan pengarahan kepada peneliti selama penyusunan
viii
5. Dr. Atiek Zahrulianingdyah, M.Pd. dan Dra. Endang Setyaningsih, Dosen
Penguji I dan Penguji II yang telah memberi masukan dan saran untuk
kesempurnaan skripsi.
6. Semua pihak yang telah membantu hingga terselesaikannya skripsi ini.
Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca, baik dalam lingkup Universitas Negeri Semarang maupun masyarakat
luas.
ix
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI... ... ix
DAFTAR TABEL... .. xiii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang... 1
B. Identifikasi Masalah ... 6
C. Pembatasan Masalah ... 7
D. Rumusan Penelitian ... 7
E. Tujuan Penelitian ... 8
F. Manfaat Penelitian ... 8
G. Sistematika Skripsi... 9
x
BAB II LANDASAN TEORI ... 15
A. Landasan Teori ... 15
1. Tahu ... 15
2. Kemungkinan Pemanfaatan Biji Ketapang Sebagai Bahan Dasar Tahu ... 18
3. Prinsip Dasar Pembuatan Tahu ... 19
4. Standar Mutu Tahu ... 25
5. Biji Ketapang Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Kedelai ... 26
6. Kacang Kedelai Sebagai Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Tahu Biji Ketapang ... 30
7. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kualitas Tahu Biji Ketapang ... 31
a. Pengaruh Kualitas Bahan Baku Terhadap Kualitas Tahu Biji Ketapang ... 31
b. Pengaruh Penggunaan Subtituen Terhadap Kualitas Tahu Biji Ketapang ... 32
c. Pengaruh Penggunaan Bahan Penggumpal Terhadap Kualitas Tahu Biji Ketapang ... 33
d. Pengaruh Proses Perlakuan Terhadap Kualitas Tahu Biji Ketapang ... 34
8. Proses Pembuatan Tahu Biji Ketapang ... 37
9. Ketahanan Pangan ... 43
xi
E. Teknik Pengumpulan Data... 53
F. Kalibrasi Instrumen ... 65
G. Teknik Analisis Data ... 68
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 80
A. Deskripsi Data ... 80
B. Analisis Data ... 81
1.Analisis Rekrutmen Calon Panelis ... 81
2. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Warna ... 83
3. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Tingkat Kehalusan ... 85
4. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Tingkat Kepadatan (Tekstur Bagian Dalam) ... 86
5. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Tingkat Plastisitas ... 88
6. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Homogenitas Pori ... 89
7. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Tingkat Kelembutan Pori ... 91
8. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Tingkat Kepadatan (Tekstur Bagian Dalam) ... 92
9. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Tingkat Kerapuhan ... 94
10. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Rasa Tahu ... 95
11.Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Tingkat Aroma Tahu ... 97
12. Hasil Pengujian Inderawi pada Indikator Tingkat Aroma Asam ... 98
13.Hasil Keseluruhan Kualitas Inderawi Tahu Biji Ketapang ... 99
xii
C. Hasil Uji Kesukaan Tahu Biji Ketapang ... 116
D. Hasil Penilaian Objektif ... 119
E. Pembahasan Hasil Analisis... 121
1. Pembahasan Tentang Pengaruh Penambahan Kacang Kedelai Terhadap Kualitas Tahu Hasil Eksperimen ... 122
2. Pembahasan Tentang Pengaruh Penambahan Bahan Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap Kualitas Tahu Hasil Eksperimen ... 125
3. Pembahasan Tentang Kualitas Inderawi Tahu Biji Ketapang Hasil Eksperimen Terbaik ... 127
4. Pembahasan Tentang Kesukaan Masyarakat Terhadap Tahu Biji Ketapang Hasil Eksperimen Terbaik ... 128
5. Pembahasan Tentang Kandungan Gizi Biji Ketapang Hasil Eksperimen Terbaik Ditinjau dari Protein, Lemak, dan Karbohidrat ... 129
BAB V PENUTUP ... 131
1. Kesimpulan ... 131
2. Saran ... 132
DAFTAR PUSTAKA ... 133
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1 Kandungan Gizi Biji Ketapang ... 3
2 Kandungan Gizi Kacang Kedelai ... 4
3 Syarat Mutu Tahu ... 25
4 Kandungan Gizi Biji Ketapang ... 28
5 Desain Eksperimen ... 48
6 Interval Rerata Skor ... 72
7 Interval Persentase Uji Hedonik ... 74
8 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada Aspek Warna ... 83
9 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada Aspek Tingkat Kehalusan ... 85
10 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada Aspek Tingkat Kepadatan ... 86
11 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada Aspek Tingkat Plastisitas ... 88
xiv
13 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada
Aspek Kelembutan Pori ... 91
14 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada
Aspek Tingkat Kepadatan ... 92
15 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada
Aspek Tingkat Kerapuhan ... 94
16 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada
Aspek Tingkat Rasa Tahu... 95
17 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada
Aspek Tingkat Aroma Tahu ... 97
18 Hasil Penilaian Inderawi Terhadap Tahu Biji Ketapang pada
Aspek Tingkat Aroma Asam ... 98
19 Rerata Uji Inderawi Tahu Biji Ketapang Pada Keseluruhan
Indikator ... 99
20 Hasil Perhitungan Faktorial Tahu Biji Ketapang ... 101
21 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
Kedelai Terhadap Warna Tahu Biji Ketapang ... 103
22 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal BatuTahu dan Asam Cuka Terhadap Warna Tahu
Biji Ketapang ... 103
xv
Kedelai Terhadap Tingkat Kehalusan Tahu Biji Ketapang ... 104
24 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap Tingkat
Kehalusan Tahu Biji Ketapang ... 105
25 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
Kedelai Terhadap Tingkat Kepadatan Tahu Biji Ketapang... 105
26 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap Tingkat
Kepadatan Tahu Biji Ketapang ... 106
27 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
Kedelai Terhadap Tingkat Plastisitas Tahu Biji Ketapang ... 107
28 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap Tingkat
Plastisitas Tahu Biji Ketapang ... 107
29 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
Kedelai Terhadap Homogenitas Pori Tahu Biji Ketapang ... 108
30 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap
Homogenitas Pori Tahu Biji Ketapang ... 109
31 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
xvi
32 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap
Kelembutan Pori Tahu Biji Ketapang ... 110
33 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
Kedelai Terhadap Kepadatan Tahu Biji Ketapang ... 111
34 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap
Kepadatan Tahu Biji Ketapang ... 111
35 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
Kedelai Terhadap Tingkat Kerapuhan Tahu Biji Ketapang ... 112
36 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap Tingkat
Kerapuhan Pori Tahu Biji Ketapang ... 113
37 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
Kedelai Terhadap Rasa Tahu Biji Ketapang ... 113
38 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap Rasa
Tahu Biji Ketapang ... 114
39 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
xvii
40 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap Aroma
Tahu Biji Ketapang ... 115
41 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penggunaan Kacang
Kedelai Terhadap Aroma Asam Tahu Biji Ketapang ... 115
42 Hasil Uji Duncan Mengenai Pengaruh Penambahan Bahan
Penggumpal Batu Tahu dan Asam Cuka Terhadap Aroma
Asam Tahu Biji Ketapang ... 116
43 Hasil Uji Kesukaan Masyarakat Terhadap Tahu Biji Ketapang
... 117
44 Kandungan Gizi Sampel Tahu Biji Ketapang Hasil
Eksperimen Terbaik ... 119
45 Kandungan Gizi Sampel Tahu Kontrol atau Tahu yang Ada
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Pohon Ketapang ... 27
2 Buah Ketapang ... 27
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1 Daftar Nama Seleksi Calon Panelis Tahap Wawancara ... 135
2 Pedoman Wawancara Seleksi Calon Panelis ... 136
3 Hasil Tabulasi Data Seleksi Calon Panelis Tahap
Wawancara ... 138
4 Hasil Seleksi Calon Panelis Lolos Tahap Wawancara
dan Lolos ke Tahap Penyaringan... 139
5 Formulir Penyaringan ... 140
6 Hasil Penilaian Calon Panelis Pada Tahap Penyaringan ... 144
7 Hasil Seleksi Calon Panelis Tahap Penyaringan dan
Calon Panelis Lolos ke Tahap Pelatihan ... 160
8 Formulir Pelatihan ... 161
9 Hasil Penilaian Calon Panelis Pada Tahap Latihan ... 165
10 Daftar Nama Calon Panelis yang Lolos Tahap Latihan,
Evaluasi dan Panelis Uji Inderawi ... 179
11 Formulir Uji Kualitas Inderawi ... 180
12 Data Tabulasi Hasil uji Inderawi ... 186
13 Hasil Analisis Faktorial dan Uji Duncan pada Tahu
xx
14 Daftar Nama Panelis Tidak Terlatih Untuk Uji Kesukaan ... 242
15 Formulir Uji Kesukaan ... 244
16 Hasil Uji Kesukaan Tahu Hasil Eksperimen Oleh
Panelis Tidak Terlatih ... 248
17 Hasil Uji Laboratorium Tahu Biji Ketapang Hasil
Eksperimen Terbaik ... 253
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tahu merupakan makanan yang sebagian besar dikonsumsi hampir
seluruh masyarakat Indonesia. Selain sebagai sumber protein nabati, tahu juga
mudah dijumpai dipasaran dengan harga yang terjangkau sehingga membuat
masyarakat lebih suka untuk dijadikan pilihan sebagai lauk sehari-hari. Di
tengah harga kedelai yang tidak pasti, tahu tetap diproduksi setiap hari oleh
perajin tahu untuk memenuhi konsumsi pangan masyarakat dan untuk
mewujudkan ketahanan pangan nasional.
Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan, Indonesia masih
belum bisa maksimal memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada.
Masih banyak bahan pangan yang masih impor dari luar negeri demi
mencukupi ketahanan pangan nasional. Industri pangan di Indonesia yang
menggunakan bahan baku impor dari luar negeri juga masih banyak, Salah
satu contohnya yang sampai sekarang masih impor adalah Kedelai. Kedelai
merupakan bahan baku pembuatan tahu dan tempe, yang mana tahu dan
tempe adalah makanan favorit masyarakat Indonesia.
Selain masalah ketahanan pangan yang melemah karena masih impor
dari luar negeri, salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan pangan
Indonesia adalah nilai tukar rupiah. Nilai tukar rupiah terhadap dolar amerika
saat ini menembus Rp. 13.430 per dolar. Apabila nilai tukar rupiah melemah,
ketersedian bahan baku pangan khususnya kedelai yang saat ini masih impor
dari Amerika. Nilai tukar rupiah yang melemah berpengaruh terhadap
ketersediaan kedelai dan harga kedelai impor yang semakin tinggi. Di tingkat
importir saat ini harga kedelai mencapai Rp 7.300 - Rp 7.600 per kilogram
(kg) yang kemudian dijual oleh para distributor seharga Rp 7.800 per kg
kepada industri-industri pengrajin tahu tempe yang mengkonsumsi sekitar 84
persen dari kebutuhan kedelai nasional. Sedangkan harga rata-rata eceran
kedelai di tingkat nasional sebesar Rp 11.300 per kg, yang merupakan harga
jual pengecer kepada sekitar 16 persen kebutuhan di luar industri tahu dan
tempe.
Untuk meningkatkan ketahanan pangan yang sedang menurun
ditengah masalah impor dan nilai tukar rupiah yang tak menentu, perajin tahu
harus bisa memanfaatkan bahan baku lain untuk membuat tahu dan tidak
bergantung lagi pada kedelai. Indonesia memiliki berbagai macam tanaman
dan hasil pertanian yang melimpah untuk bisa dijadikan alternatif pengganti
kedelai dalam pembuatan tahu untuk menigkatkan dan mempertahankan
ketahanan pangan. Kacang tunggak, kacang gude, kacang babi, kacang koro
pedang, kacang kedelai, biji ketapang, biji ketapang merupakan hasil dari
sumberdaya alam indonesia dan dapat dimanfaatkan untuk bahan baku lain
pembuatan tahu disaat harga kedelai semakin tak menentu. Bahan baku
alternatif tersebut mengandung protein yang setara dengan kedelai dan dapat
Biji ketapang adalah biji dari buah ketapang, berbentuk seperti biji
bunga matahari atau kwaci tetapi agak cembung. Biji ketapang merupakan
bagian dari tanaman ketapang yang belum banyak dimanfaatkan. Biji
ketapang dapat dimakan mentah atau dimasak, konon lebih enak dari
biji kenari, dan digunakan sebagai pengganti biji amandel (almond) dalam
kue-kue. Inti bijinya yang kering jemur menghasilkan minyak berwarna
kuning hingga setengah dari bobot semula. Didalam biji ketapang
mengandung protein sebesar 25,17% dan lemak sebesar 55,02%, hal itu
sudah lebih dari cukup untuk syarat dalam pembuatan tahu yang mana
kandungan gizi biji ketapang hampir sama dengan kacang kedelai.
Tabel 1. Kandungan Gizi Biji Ketapang
Sumber: Hasil pengujian laboratorium, Badan Penelitian dan Pengembangan Indusri. (Gayatri, 2006)
Parameter Satuan Hasil uji Metode Uji
Kadar air % 4,76 SNI. 01-2891-92 Butir 5.1
Protein % 25,17 Kjeldahl
Lemak % 55,02 SNI. 01-2891-92 Butir 8.2
Karbohidrat diihitung
sebagai pati % 5,52
Tabel 2. Kandungan Gizi Kacang Kedelai
Unsur Gizi Kadar/ 100g bahan
1. Energi
Untuk membuktikan biji ketapang dapat diolah sebagai bahan dasar
tahu, peneliti melakukan percobaan pengolahan biji ketapang sebagai bahan
dasar pemnuatan tahu. Percobaan pertama peneliti melakukan percobaan
pembuatan tahu dengan biji ketapang dengan berat 50 gram dan
menggunakan asam cuka (CH3COOH) sebagai bahan penggumpalnya. Dari
hasil percobaan tersebut dihasilkan tahu yang kurang baik, warna tahu kusam
dan tekstur kasar serta banyak mengelurkan minyak.
Percobaan kedua peneliti melakukan percobaan pembuatan tahu
dengan berat biji ketapang sama dengan percobaan pertama yaitu seberat 50
gram. Dalam percobaan kedua peneliti menggunakan bahan penggumpal batu
tahu atau sulfat kapur (CaSO4) yang dibakar dan ditumbuk halus. Hasil
belum baik. Percobaan ketiga hasilnya masih sama seperti percobaan kedua.
Dilakukan percobaan keempat pembuatan tahu biji ketapang dengan subtitusi
kacang kedelai dan biji trembesi, masing-masing dengan perbandingan 3:1.
Hasil dari percobaan tersebut menunjukkan tahu biji ketapang dengan
substitusi kacang kedelai hasilnya belum sempurna, tekstur tahu masih keras
dan warnanya putih kusam. Sedangkan tahu biji ketapang dengan substitusi
biji trembesi hasilnya kurang baik, tekstur tidak padat, tetapi warna putih.
Percobaan kelima dilakukan oleh peneliti dengan menggunakan bahan
penggumpal yang berbeda yaitu batu tahu dan asam cuka serta menggunakan
bahan pembuat tahu berupa biji ketapang yang disubstitusi dengan kacang
kedelai, dengan perbandingan 1 kacang kedelai : 4 biji ketapang. Dari
percobaan tersebut hasil yang didapat yaitu, tahu biji ketapang dengan
penggumpal asam cuka, hasilnya baik secara tekstur dan warna. Sedangkan
tahu biji ketapang dengan penggumpal batu tahu bertekstur agak keras dan
warna kurang putih.
Dari percobaan kelima, hasil tahu menunjukkan sudah baik dengan
menggunakan penggumpal asam cuka. Dilakukan lagi percobaan yang
keenam yaitu dengan menggunakan penggumpal batu tahu dan asam cuka
yang di kombinasi menjadi satu untuk bahan penggumpal. Dari hasil
percobaan tersebut menunjukan tekstur tahu lembek, kurang padat, tetapi
warnanya putih.
Dari keenam percobaan yang telah dilakukan oleh peneliti, biji
penambahan atau substitusi kacang kedelai serta menggunakan bahan
penggumpal berupa asam cuka, yang hasilnya menyerupai tahu berbahan
dasar kacang kedelai. Perbandingan subtitusi yaitu 1 kacang kedelai : 4 biji
ketapang.
Dari permasalahan tahu dan ketersediaan bahan baku pembuatan tahu
serta percobaan pembuatan tahu dari biji ketapang yang dilakukan oleh
peneliti, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih dalam lagi
untuk mengolah Biji Ketapang sebagai bahan pangan yang bermutu dan
mempunyai nilai ekonomis tinggi serta dapat meninggkatkan ketahanan
pangan Indonesia. Dalam hal ini peneliti akan mengolah Biji ketapang untuk
dijadikan bahan baku dalam pembuatan tahuyang disubstitusi dengan kacang
kedelai, maka peneliti tertarik untuk lebih mendalami phenomena yang ada
dengan melakukan penelitian dan mengangkatnya dalam bentuk skripsi
dengan judul “Pemanfaatan Biji Ketapang (Terminalia catappa) Sebagai Bahan Dasar Tahu Dengan Substitusi Kacang Kedelai dan Bahan
Penggumpal Asam Cuka dan Batu Tahu Untuk Meningkatkan
Ketahanan Pangan”. B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat
diidentifikasikan masalah sebagai berikut:
1. Bahan baku dalam pembuatan tahu yaitu kedelai yang masih import dari
2. Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika yang melemah, sehingga
mempengaruhi harga kedelai yang selama ini masih impor dari luar negeri.
3. Alternatif bahan baku lain selain kedelai dalam pembuatan tahu yang
bertujuan untuk meningkatkan ketahanan pangan.
4. Biji ketapang yang belum termanfaatkan dan memiliki kandungan yang
kurang lebih hampir sama dengan kedelai, sehingga dapat menggantikan
kedelai dalam proses pembuatan tahu.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian lebih fokus dan tidak meluas dari pembahasan, dalam
skripsi ini penulis membatasinya pada ruang lingkup penelitian sebagai
berikut:
1. Penggunaan biji ketapang dan pengaruh penambahan kacang kedelai
terhadap kualitas tahu hasil eksperimen
2. Pengaruh penambahan bahan penggumpal terhadap kualitas tahu hasil
eksperimen
3. Komposisi tahu hasil eksperimen terbaik
4. Penerimaan masyarakat terhadap tahu hasil eksperimen terbaik
D. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah :
1. Adakah pengaruh penambahan kacang kedelai terhadap kualitas tahu hasil
2. Adakah pengaruh penambahan bahan penggumpal terhadap kualitas tahu
hasil eksperimen?
3. Bagaimana komposisi tahu hasil eksperimen terbaik?
4. Bagaimana penerimaan masyarakat terhadap tahu hasil eksperimen
terbaik?
E. Tujuan
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh penambahan kacang kedelai terhadap kualitas
tahu hasil eksperimen.
2. Untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan penggumpal terhadap
kualitas tahu hasil eksperimen.
3. Untuk mengetahui komposisi tahu hasil eksperimen terbaik.
4. Untuk mengetahui penerimaan masyarakat terhadap tahu hasil eksperimen
terbaik.
F. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian dapat saya jadikan pedoman untuk menganekaragaman
bahan dasar pembuatan tahu yang berasal dari bahan lokal yaitu biji
ketapang.
2. Bagi Institusi
Hasil penelitian dapat saya sumbangkan sebagai tambahan referensi bagi
Perpustakaan Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga dan
3. Bagi Masyarakat
Sebagai sumber dan informasi pengetahuan pada masyarakat khususnya
pengolahan tahu dari biji ketapang sebagai pertimbangan untuk mengatasi
kelangkaan kedelai dipasaran.
G. Sistematika Skripsi
Sistematika skripsi terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian awal, bagian isi
dan bagian akhir.
1. Bagian Awal
Pada bagian ini berisi halaman judul, lembar persetujuan pembimbing,
lembar pengesahan, lembar keaslian karya ilmiah, motto dan persembahan,
abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, darter gambar, daftar
lampiran.
2. Bagian Isi
a. BAB I : Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, identifikasi masalah, pembatasan
masalah, rumusan masalah, tujuan, manfaat, sistematika skripsi, dan
penegasan istilah.
b. BAB II : Landasan Teori
Pada bab ini memaparkan landasan teori yang digunakan sebagai
landasan berfikir dan sebagai pegangan dalam melaksanakan penelitian
pembuatan tahu yang berbahan dasar biji ketapang dengan substitusi
kacang kedelai dan bahan penggumpal batu tahu dan asam cuka.
c. BAB III : Metode Penelitian
Pada bab ini menjelaskan mengenai waktu dan tempat pelaksanaan
penelitian, desain penelitian, alat dan bahan penelitian, parameter
penelitian, teknik pengumpulan data, kalibrasi instrumen, teknik
analisis data.
d. BAB IV : Hasil dan Pembahasan
Pada bab ini berisi tentang deskripsi data, analisis data, dan
pembahasan.
e. BAB V : Penutup
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran
3. Bagian Akhir
Bagian akhir dari skripsi berisi daftar pustaka dan lampiran.
a. Daftar purtaka menyajikan daftar buku yang digunakan dalam
penelitian.
b. Lampiran merupakan kelengkapan skripsi yang berisi data penelitian
secara lengkap, dan keterangan yang mendukung.
H. Penegasan Istilah
Untuk menghindari terjadinya kesalah pahaman dalam mengartikan
judul, serta untuk membatasi wilayah penelitian ini maka perlu diberikan
batasan pada istilah berikut: Pemanfaatan biji ketapang, bahan dasar tahu,
substitusi kacang kedelai, bahan penggumpal asam cuka dan batu tahu, dan
1. Pemanfaatan Biji Ketapang
Dalam KBBI (2008:380) Pemanfaatan adalah usaha
mendayagunakan suatu bahan yang belum pernah digunakan agar menjadi
suatu produk yang bernilai tinggi. Jadi yang dimaksud dengan eksperimen
pemanfaatan biji ketapang adalah percobaan yang sistematis dan terencana
untuk memanfaatkan biji ketapang menjadi produk berkualitas yang
bernilai ekonomis lebih tinggi dibandingkan bahan dasarnya.
2. Biji Ketapang
Ketapang (Terminalia catappa) adalah nama sejenis pohon yang
rindang, tumbuh dan membentuk tajuk indah bertingkat-tingkat. Ketapang
kerap dijadikan pohon peneduh di taman-taman dan tepi jalan. Pohon ini
memeliki struktur batang yang bias mencapai ketinggian 30 meter, daun
yang lebar, dan menghasilkan buah dan biji yang bermanfaat.
Biji ketapang dapat dimakan mentah atau dimasak, konon lebih
enak dari biji kenari, dan digunakan sebagai pengganti
biji amandel (almond) dalam kue-kue. Inti bijinya yang kering jemur
menghasilkan minyak berwarna kuning. Minyak ini mengandung
asam-asam lemak seperti asam-asam palmitat (55,5%), asam-asam oleat (23,3%), asam-asam
linoleat, asam stearat dan asam miristat. Biji kering ini juga
mengandung protein (25%), gula (16%), serta berbagai macam asam
3. Bahan Dasar Tahu
Bahan dasar tahu yaitu bahan utama yang diperlukan untuk
menghasilkan produk tahu setelah melewati suatu proses tertentu. Bahan
dasar dalam penelitian ini yaitu biji ketapang. Biji ketapang atau dengan
nama latin Terminalia catappa mempunyai panjang 2 – 4 cm, kulit arinya
berwarna cokelat, dan apabila kulit arinya dikupas biji ketapang berwarna
putih bersih. Pada penelitian ini biji ketapang yang digunakan adalah biji
ketapang yang sudah dikupas kulit arinya, kemudian di giling dengan
penambahan air, disaring dengan kain penyaring hingga menghasilkan
cairan seperti susu kedelai, proses selanjutnya direbus hingga mendidih
dan diberi bahan penggumpal sehingga membentuk gumpalan berwarna
putih, kemudian tahap akhir gumpalan disaring dan di cetak di alat
pencetak tahu serta dipres hingga menjadi padat. Hasil tahu biji ketapang
nantinya menghasilkan tahu yang berwarna putih. Didalam biji ketapang
terdapat terdapat kandungan protein dan jenis penyusun asam lemak yang
bermacam-macam, antara lain asam palmitat, asam oleat, asam linoleat,
asam stearat, dan asam miristat.
4. Substitusi Kacang Kedelai
Substitusi mempunyai pengertian “Menggantikan sebagian bahan
utama atau bahan pokok sampai ukuran tertentu dengan bahan lain yang
dapat menjadi satu kesatuan” (Budiningsih:2009). Substitusi yang
dimaksud dalam peneletian ini adalah mengganti sebagian kecil bahan
dengan kacang kedelai. Pada penelitian ini akan dijadikan substituen bahan
pokok yaitu kacang kedelai.
5. Bahan Penggumpal Asam Cuka dan Batu Tahu
Dalam proses pembuatan tahu, bahan penggumpal adalah” zat
koagulan yang dapat menurunkan tingkat kelarutan protein sari kedelai
akibat penambahan bahan penggumpal sehingga protein mer airmbentuk
gel dan akhirnya mengendap atau membentuk suatu gumpalan” (Endang
Sutriswati, 2012:45).
Jenis penggumpal yang sering digunakan dalam pembuatan tahu
adalah asam yang berasal dari whey atau kecutan yang telah mengalami
fermentasi alami. Penggumpal yang lain adalah beberapa jenis asam, yaitu
asam laktat, asam asetat, cuka beras (rice vinegar), dan asam sitrat serta
garam, seperti magnesium sulfat maupun batu tahu yang mengandung
garam kalsium sulfat. Menurut Shurtleff dan Aoyagi (1979), ada juga
bahan penggumpal tahu jenis klorida. Penggumpal ini merupakan jenis
penggumpal tahu yang mengandung garam klorida, seperti NaCl, MgCl,
dan CaCl.
Pada penelitian ini jenis penggumpal yang digunakan adalah asam
cuka dan batu tahu, dikarenakan didalam penelitian pembuatan tahu dari
biji ketapang substitusi kacang kedelai terdapat 2 jenis protein yang akan
digumpalkan, yaitu protein ysng bermuatan positif dan negatif. Asam cuka
(CH3COOH) adalah bahan penggumpal dengan jenis asam yang sering
positif, dengan penggumpal asam cuka hasil tahu berwarna lebih putih dan
gumpalan protein lebih banyak. Batu tahu atau dengan nama lain kalsium
sulfat yang bersifat basa atau mengandung garam kalsium sulfat,
penggumpal ini dapat menggumpalkan protein yang bermuatan negatif
dalam proses pembuatan tahu.
Jenis Penggumpal juga berpengaruh terhadap rasa. Penggumpal
garam kalsium dapat menyebabkan rasa getir, sedangkan penggumpal
asam menyebabkan rasa asam.
6. Ketahanan Pangan
Ketahanan Pangan (UU No. 18/2012) adalah "kondisi terpenuhinya
pangan bagi negara sampai dengan perseorangan, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
beragam, bergizi, merata, dan terjangkau serta tidak bertentangan dengan
agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif,
dan produktif secara berkelanjutan". Tahu merupakan makanan pokok
yang digemari serta mengandung karbohidrat dan protein tinggi, sehinggga
1
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Landasan Teori
Landasan teori merupakan teori yang relevan yang digunakan untuk
menjelaskan tentang variabel yang akan diteliti dan sebagai dasar untuk
memberi jawaban sementara terhadap rumusan masalah yang diajukan
(hipotesis), dan penyusunan instrument penelitian. Pada bab ini akan
dikemukakan tentang teori-teori yang mendasari dilaksanakannya eksperimen
pembuatan tahu berbahan dasar biji ketapang.
1. Tahu
a. Tahu dan Problematikanya
Tahu merupakan salah satu jenis makanan yang dibuat dari
kedelai dengan jalan memekatkan protein kedelai dan mencetaknya
melalui proses pengendapan protein pada titik isoelektrisnya, dengan
atau tanpa penambahan unsur-unsur lain yang diizinkan (Lies Suprapti,
2005 : 27).
Kasein pada sari kedelai akan terkoagulasi dan membentuk tahu
apabila ditambahkan enzim proteolitik atau asam. Tahu yang terbentuk
dapat menjadi lunak atau keras tergantung dari jumlah kasein dan
kalsium yang terdapat didalam susu. Kasein susu akan terkoagulasi
pada titik isoelektriknya yaitu pada PH 4,6. Pada pH tersebut afinitas
partikel terhadap air menurun, dan oleh karenanya akan terjadi
pengendapan.
Pembuatan tahu tidak hanya berasal dari penggumpalan protein
pada titik isoelektrisnya saja, karena jika hal itu dilakukan maka pada
saat proses pencetakan, maka tahu menjadi rapuh (bahasa jawa :
ambyar). Agar teksturnya dapat menyatu dan kenyal, maka yang harus
digumpalkan adalah emulsinya yang terdiri dari lemak dan karbohidrat
serta protein.
Problematika yang dihadapi para produsen tahu saat ini adalah
mahalnya harga kedelai impor karena melemahnya nilai tukar rupiah
terhadap dolar amerika. selain harga kedelai yang tidak menentu,
problematika yang dihadapi adalah impor kedelai dari Amerika yang
tersendat akibat musim kemarau berkepanjangan di Amerika, sehingga
menurunkan produktivitas kedelai hasil panen.
b. Hubungan Pengadaan Tahu Dengan Ketahanan Pangan Nasional
Tahu merupakan salah satu makanan yang banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia. Tahu tidak terbatas pada rasanya yang enak,
tetapi juga dari harganya yang relatif murah, mudah untuk
membuatnya, dan kandungan proteinnya tinggi yang mutunya setara
dengan mutu protein hewani (Sarwono, 2005).
Selain mempunyai rasa yang enak dan kandungan gizi yang
cukup tinggi, tahu merupakan salah satu makanan yang dapat dikatakan
masyarakat Indonesia, artinya tahu menjadi salah satu unsur yang dapat
menjaga kestabilan ketahanan pangan. Undang-undang No.7 Tahun
1996 tentang Pangan, mengartikan ketahanan pangan sebagai kondisi
terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga, yang tercermin dari
tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman,
merata, dan terjangkau.
Dalam upaya meningkatkan ketahanan pangan, Indonesia masih
belum bisa maksimal memanfaatkan potensi sumber daya alam yang
ada. Masih banyak bahan pangan yang masih impor dari luar negeri
demi mencukupi ketahanan pangan nasional. Industri pangan di
Indonesia yang menggunakan bahan baku impor dari luar negeri juga
masih banyak, salah satu contohnya yang sampai sekarang masih impor
adalah kedelai. Kedelai merupakan bahan baku pembuatan tahu dan
tempe, bahan makanan tersebut merupakaan makanan favorit
masyarakat Indonesia.
c. Kemungkinan Pemanfaatan Bahan Lain Sebagai Bahan Dasar Tahu
Dalam beberapa tahun terakhir produksi kedelai Indonesia terus
merosot belum mampu memenuhi kebutuhan. Di samping dengan
solusi impor, perlu dicari alternatif lain kacang-kacangan yang mampu
sebagai bahan pengganti kedelai. Balai Besar Litbang Pascapanen
Pertanian (BB Pascapanen) melakukan penelitian kemungkinan
Usaha itu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan
baku, juga agar kualitas tahu dan tempe lebih meningkat.
Kedelai sebagai bahan dasar pembuatan tahu dan tempe
merupakan sumber protein nabati yang cukup penting bagi masyarakat
Indonesia. Tahu dan tempe dikonsumsi minimal tiga kali atau lebih
dalam satu minggu. Dari seluruh total produksi kedelai sekitar 80%
untuk memenuhi kebutuhan pembuatan tahu dan tempe, sedangkan
sebagian lainnya diolah untuk kecap, susu kedelai, dan makanan ringan.
Untuk mengatasi kekurangan bahan dasar pembuatan tahu dan
tempe perlu dicari alternatif pemanfaatan kacang-kacangan selain
kedelai. Ada beberapa jenis kacang-kacangan yang potensial untuk
produksi tahu dan tempe yaitu: kacang tunggak, kacang gude, kacang
babi, kacang koro pedang, kacang kedelai, biji ketapang, biji ketapang
merupakan hasil dari sumber daya alam Indonesia dan dapat
dimanfaatkan untuk bahan baku lain pembuatan tahu disaat harga
kedelai semakin tak menentu. Bahan baku alternatif tersebut
mengandung protein yang memungkinkan dijadikan sebagai bahan
baku pembuatan tahu.
2. Kemungkinan Pemanfaatan Biji Ketapang Sebagai Bahan Dasar
Tahu
Untuk mengatasi harga kedelai yang tidak menentu, para produsen
tahu harus bisa memanfaatkan bahan lain dalam proses pembuatan tahu
yang dapat dimanfaatkan untuk bahan dalam proses pembuatan tahu,
tentunya bahan tersebut mengandung protein dan lemak nabati yang setara
dengan kedelai. Biji ketapang memiliki protein yang cukup untuk dibuat
menjadi bahan dasar tahu, seperti pengujian yang dilakukan Gayatri
(2006), menyebutkan bahwa biji ketapang memiliki kandungan protein
25,17 % dan lemak sebesar 55,02 %. Dari hasil penelitian tersebut dapat
disimpulkan bahwa kandungan biji ketapang hampir sama dengan kedelai.
Setelah mengetahui hasil pengujian kandungan biji ketapang yang
dilakukan Gayatri, peneliti juga sudah membuktikan dengan melakukan
percobaan sebanyak 6 kali. Hasil percobaan yang dilakukan peneliti,
mengindikasikan biji ketapang dapat diolah menjadi tahu dengan substitusi
kacang kedelai. Substitusi kacang kedelai dilakukan agar tekstur tahu biji
ketapang lebih padat dan kenyal. Selain penambahan kedelai, peneliti juga
memakai dua jenis bahan penggumpal untuk menggumpalkan protein yang
terkandung di dalam biji ketapang, yaitu asam cuka dan batu tahu.
3. Prinsip Dasar Pembuatan Tahu
Secara garis besarnya, tahu dibuat dengan dua tahapan pengolahan
yaitu: pembuatan susu kedelai dan koagulasi atau penggumpalan protein
yang kemudian di press untuk memperoleh tahu. Pada umumnya proses
pembuatan tahu melalui beberapa langkah yaitu: tahap persiapan bahan,
a. Tahap Persiapan Bahan
Bahan-bahan yang diperlukan dalam proses pembuatan tahu
meliputi: kedelai, bahan penggumpal dan air. Secara umum bahan
tersebut harus dalam keadaan bersih, higienis, jangka waktu kadaluarsa
masih panjang.
Kedelai yang digunakan untuk membuat tahu adalah kedelai
yang berwarna kuning, butirannya utuh dan tidak tercampur dengan
benda lain. penggunaan kedelai lokal lebih baik dari pada kedelai
impor. Kedelai lokal akan memberikan randemen yang lebih tinggi dan
memiliki rasa yang lebih enak.
Bahan penggumpal dapat berupa asam cuka encer (CH3COOH),
batu tahu/sioh koo atau kalsium sulfat (CaSO4), atau cairan sisa/whey
(limbah cair) dari pembuatan tahu pada periode sebelumnya. Untuk
dapat menentukan pilihan dan penggunaan secara tepat, harus diketahui
terlebih dahulu mengenai daya guna masing-masing bahan penggumpal
tersebut.
Air bersih yang digunakan dalam pembuatan tahu cukup
banyak. Minimal sepuluh kali lipat volume bahan baku yang digunakan.
Air bersih digunakan dalam kegiatan perendaman kedelai, pencucian
bahan dan alat, penggilingan kedelai, pengenceran bubur kedelai dan
sebagainya. Mengingat air akan bersinggungan langsung dan tercampur
dalam bahan yang nantinya akan dikonsumsi manusia, maka harus
mengandung kotoran dalam bentuk apapun), jernih (tidak berwarna dan
tidak berbau), tidak berasa, tidak mengandung logam berbahaya
misalnya tembaga (Cu), mangan (Mg), timah (Pb), dan mercuri (Hg),
tidak mengandung bakteri dan kesadahan nol.
b. Tahap pelaksanaan proses pembuatan tahu
Berdasarkan observasi selama praktek kuliah Teknologi
Makanan, tahap-tahap dalam proses pembuatan tahu meliputi:
pembersihan (trimming), perendaman, pemisahan kulit, penggilingan,
ekstraksi, perebusan bubur kedelai, penggumpalan, filtrasi dan
pencetakkan tahu.
1) Pembersihan (trimming)
Trimming merupakan suatu usaha untuk membersihkan atau
menghilangkan bagian-bagian yang dianggap tidak diperlukan atau
dapat membahayakan apabila dikonsumsi manusia. Biji-biji kedelai
dari pasaran biasanya tercampur berbagai kotoran, misalnya kerikil,
butiran tanah, kulit, maupun batang kedelai.
2) Perendaman
Setelah dicuci, kedelai direndam dalam air bersih selama 8-12
jam (lebih baik jika digunakan air mengalir). Perendaman
dimaksudkan untuk melunakkan struktur selularnya sehingga mudah
digiling dan memberikan disperse dan suspensi bahan padat kedelai
3) Pemisahan kulit
Setelah kedelai direndam, pemisahan kulit kedelai dapat
dilakukan dengan cara menggesek-gesekan kedelai dengan tangan
hingga kulit arinya mengelupas. Untuk menghasilkan kedelai lebih
bersih, setelah dikupas kulit arinya dilakukan pencucian.
4) Penghalusan kedelai
Penghalusan kedelai dapat dilakukan dengan menggunakan
blender. Penggilingan kedelai dengan penambahan air antara 8-10 kali
lipat berat kedelai. Penggilingan kedelai dilakukan hingga
mendapatkan bubur kedelai yang benar-benar halus, agar ketika di
ekstrak protein yang tersisa dalam ampas tidak terlalu banyak.
5) Ekstraksi (Pengambilan Sari Kedelai)
Proses Ekstraksi merupakan proses penyaringan bubur kedelai
dengan cara memerasnya dengan kain saring agar terpisah antara sari
kedelai dengan ampas kedelai. Tujuan proses ini adalah untuk
menghasilkan susu kedelai.
Watanabe et al (1964) melakukan ekstraksi berulang selama
tiga kali, dan mendapatkan bahwa ekstraksi kedua masih memberikan
susu kedelai dengan kadar padatan (protein) yang cukup tinggi.
Penambahan air pada waktu ekstraksi kedua dan ketiga, randemen
tahu yang dihasilkan ternyata lebih tinggi dibandingkan cara sekali
6) Perebusan Susu Kedelai
Sari kedelai yang telah didapatkan kemudian direbus, supaya
bau langu pada kedelai hilang. Cara merebusnya dengan api kecil agar
tidak gosong sehingga protein yang ada pada sari kedelai tidak rusak
akibat proses perebusan yang kurang tepat. Perebusan dilakukan pada
temperature 80 – 100 0C yang berfungsi untuk menonaktifkan enzim lipoksigenase penyebab bau langu. Proses perebusan berhenti ketika
susu kedelai sudah mendidih ditandai dengan munculnya
gelembung-gelembung pada susu kedelai.
7) Penggumpalan (Koagulasi)
Proses koagulasi dilakukan dengan cara menambahkan sedikit
demi sedikit bahan penggumpal yang telah dipersiapkan sebelumnya.
Setelah ditambahkan cairan penggumpal, emulsi kedelai yang semula
berwarna putih susu akan menggumpal membentuk gumpalan emulsi
yang terdiri dari air, lemak, dan proteinkemudian mengendap kedasar
panci. Setelah itu cairan menjadi bening, jika sudah demikian
secepatnya tahu dicetak.
8) Pencetakan tahu
Dalam keadaan panas gumpalan protein dituangkan kedalam
cetakan tahu yang telah diberi kain. Kain yang digunakan sama seperti
kain saring yang digunakan dalam proses ekstraksi. Pencetakkan tahu
(a) Cetakan disiapkan
(b) Kain saring diletakkan secara merata hingga seluruh permukaan
cetakan tertutup kain saring
(c) Gumpalan tahu dalam keadaan panas dituangkan hingga penuh ke
atas cetakan yang telah dilapisi kain saring
(d) Kemudian tutup kain saring lalu tutup bagian atasnya dengan
kayu
(e) Alat pemberat diletakkan diatas kayu cetakan tahu agar sebagian
dari cairan tahu terperas keluar dan tahu yang dihasilkan cukup
keras
(f) Selama 10-15 menit atau sampai cukup keras, tahu dibiarkan
terlebih dahulu agar tahu tidak hancur apabila
diangkat.Selanjutnya pemberat diambil dan kain saring dibuka,
4. Standar Mutu Tahu
Tahu yang aman dan layak dikonsumsi, harus memenuhi standar
keamanan pangan, seperti yang telah ditetapkan oleh Departemen
Perindustrian yang tercantum dalam SNI 01-3142-1998.
Tabel 3. Syarat Mutu Tahu
No Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Keadaan :
Bau Normal
Rasa Normal
Warna Putih normal atau kuning
normal
Penampakan Normal, tidakberlendir dan
tidak berjamur
Sesuai SNI 01-0222-1995 dan Peraturan Men.Kes No 722/ Men.Kes/ Per/ IX/ 1988 7. Cemaran logam:
Sumber : SNI 01-3142-1998 (http ://sisni.bsn.go.id)
Dari SNI ini diharapkan tahu yang diproduksi dapat memenuhi
tahu, lemak min 0,5 %, abu maksimal 1 % karena apabila kadar abu terlalu
tinggi, berarti telah tercemar oleh kotoran-kotoran seperti tanah, pasir dan
lain-lain. Hendaknya untuk cemaran logam bernilai negatif, supaya tahu
tidak bersifat racun atau membahayakan kesehatan tubuh manusia. Jika
ada tahu yang kurang dari standar yang telah ditetapkan, berarti tahu yang
dihasilkan dapat dikatakan rendah kualitasnya atau mungkin tidak layak
konsumsi.
5. Biji Ketapang Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Kedelai
a. Sekilas Tentang Biji Ketapang
Tanaman Ketapang (Terminalia catappa) merupakan keluarga
Combretaceae yang biasa tumbuh di tepi pantai. Ketapang juga ditanam
sebagai pohon peneduh di taman-taman dan ditepi jalan. Bentuk dari
buah pohon ketapang seperti buah almond, besar buahnya kira-kira 4 –
5,5 cm. Didalam buah ketapang terdapat biji yang dapat dimakan
mentah atau dimasak. Menurut penelitian yang dilakukan ITB dan
UGM kandungan minyak atau lemak didalam biji ketapang cukup
tinggi dengan asam lemak penyusunnya berupa asam palmitat, asam
oleat, asam linoleat, asam stearat, dan asam miristat. Selain
mengandung lemak yang cukup tinggi biji ketapang juga mengandung
Gambar 1. Pohon Ketapang
Sumber: www.google.co.id
Gambar 2. Buah Ketapang
b. Kandungan Gizi Biji Ketapang
Kandungan gizi yang terkandung didalam biji ketapang antara lain
protein, lemak, karbohidrat, dan air. Lemak yang terkandung didalam
biji ketapang terdiri dari beberapa asam lemak penyusunnya, antara
lain: asam palmitat, asam oleat, asam linoleat, asam stearat, dan asam
miristat.
Tabel 4. Kandungan Gizi Biji Ketapang
Sumber: Hasil pengujian laboratorium, Badan Penelitian dan Pengembangan Indusri. (Gayatri, 2006)
c. Pemanfaatan Biji Ketapang Sebagai Bahan Alternatif Pengganti
Kedelai Dalam Pembuatan Tahu
Kedelai merupakan sumber pangan fungsional yang dapat
dijadikan berbagai olahan makanan yang beraneka ragam. Selain
mempunyai rasa yang enak dan gurih, kedelai juga mempunyai
kandungan gizi yang tinggi. Didalam tabel kandungan unsur kedelai
menyebutkan bahwa kedelai mempunyai kandungan protein 34,9 g,
Parameter Satuan Hasil uji Metode Uji
lemak 18,1 g, karbohidrat 34,8 g (Suprapti, 2005:15). Permasalahan
yang dihadapi sekarang adalah harga kedelai yang semakin tak menentu
akibat dari melemahnya rupiah tehadap dolar Amerika. Hal tersebut
tentunya tidak harus dihadapi dengan kepanikan yang berlebihan, para
produsen makanan tentunya harus lebih bisa memanfaatkan bahan lokal
salah satunya adalah biji ketapang.
Gambar 3. Biji Ketapang
Sumber: Dokumentasi peneliti, 2015.
Di dalam situs resmi UNY, mahasiswa UNY telah menemukan
berbagai olahan dari biji ketapang yang antara lain selai, mie, dan tempe
biji ketapang. Pradekatiwi, dkk didalam situs uny.ac.id menjelaskan
“Karena mempunyai kandungan gizi yang tinggi, biji ketapang dapat
dimanfaatkan untuk olahan pangan. Produk dengan bahan dasar biji
ketapang yang sudah dicoba adalah selai dan mie. Kelebihan produk biji
ketapang dapat menghasilkan alternatif makanan dengan gizi yang tinggi
yang ada di lingkungan. Sedangkan kekurangannya, dalam pembuatan
mie, cenderung tidak dapat tahan lama jika tidak diberi pengawet baik
pengawet alami ataupun pengawetan buatan”.
Selain dapat dijadikan olahan selai dan mie, peneliti juga sudah
melakukan percobaan pendahuluan dengan memanfaatkan biji ketapang
menjadi olahan pangan yang berkualitas yaitu tahu. Biji ketapang dapat
dijadikan tahu dengan penambahan kacang kedelai. Komposisi
perbandingan bahan yang digunakan antara kacang kedelai dan biji
ketapang adalah 1 : 4. Dalam pembuatan tahu biji ketapang, yang perlu
diperhatikan adalah kandungan lemak dari biji ketapang yang sangat tinggi
sehingga membuat tekstur tahu menjadi lembek, maka perlu penambahan
kacang kedelai yang bertujuan untuk memperbaiki tekstur tahu agar
menjadi lebih baik.
6. Kacang Kedelai Sebagai Bahan Tambahan Dalam Pembuatan Tahu
Biji Ketapang.
Sebagai bahan tambahan dalam pembuatan tahu biji ketapang,
kacang kedelai tentunya harus berkualitas dan terbebas dari kotoran.
Didalam pembuatan tahu biji ketapang kacang kedelai mempunyai
peranan sebagai bahan tambahan untuk memperbaiki tekstur tahu dan
tingkat kepadatan tahu. Pada percobaan pendahuluan, tahu dengan bahan
baku biji ketapang tanpa penambahan bahan lain menghasilkan tahu yang
kurang baik, tekstur tahu lembek. Hal tersebut dipengaruhi oleh
membuat tekstur tahu tidak baik. Selain tekstur tahu kurang baik, tingkat
kepadatan tahu biji ketapang juga kurang baik dikarenakan kandungan
karbohidrat pada biji ketapang rendah dibandingkan kacang kedelai.
Sebagai bahan tambahan dalam pembuatan tahu biji ketapang, tentunya
kedelai yang digunakan tidak banyak. Perbandingan kacang kedelai dan
biji ketapang yang digunakan adalah 1 : 4. Kacang kedelai dalam
pembuatan tahu biji ketapang berperan sebagai substituen atau bahan
tambahan yang bertujuan untuk memperbaiki tekstur tahu biji ketapang
agar menjadi lebih baik.
7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kualitas Tahu Biji Ketapang
Pada proses pembuatan tahu biji ketapang, tentunya harus
memperhatikan faktor-faktor tertentu agar tahu biji ketapang yang
dihasilkan lebih berkualitas. Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
dari tahu biji ketapang antara lain: kualitas bahan baku, penggunaan
substituen, penggunaan bahan penggumpal, dan proses perlakuan.
a. Pengaruh Kualitas Bahan Baku Terhadap Kualitas Tahu Biji
Ketapang
Proses pembuatan tahu tentunya harus memperhatikan kualitas
bahan baku. Pada penelitian ini digunakan bahan baku berupa biji
ketapang dan kedelai sebagai subtituennya. Biji ketapang yang
digunakan untuk pembuatan tahu yaitu biji ketapang berwarna putih
yang sudah dikupas kulit arinya. Apa bila biji ketapang tidak di kupas
penghalusan akan berwarna coklat, dikarenakan kulit ari biji ketapang
berwarna cokelat, maka perlu pengupasan kulit ari terlebih dahulu
sebelum dihaluskan.
Selain pada proses pengupasan kulit ari, pada biji ketapang juga
terdapat reaksi enzimatic browning reaction yang dapat mempengaruhi
kualitas tahu. Enzim tersebut dapat membuat warna tahu menjadi
cokelat atau terjadi reaksi browning. Perubahan warna cokelat terjadi
karena kerja enzim poliphenol oksidase atau phenolase. eaksi browning
tersebut dapat terjadi karena pembuatan tahu dalam suasana basa dan
prosesnya berhubungan langsung dengan udara. Untuk mengatasi hal
tersebut perlu penambahan asam dalam proses pembuatan tahu biji
ketapang agar warna tahu tidak cepat menjadi cokelat.
Kedelai sebagai subtituen juga harus terbebas dari kotoran, maka
perlu pencucian terlebih dahulu sebelum kedelai digiling, agar hasil sari
hasil penggilingan berwarna putih dan tidak mempengaruhi sari dari biji
ketapang yang berwarna putih susu.
b. Pengaruh Penggunaan Subtsituen Terhadap Kualitas Tahu Biji
Ketapang
Pada percobaan pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, tahu
biji ketapang yang dihasilkan tidak dapat bertekstur padat dan kenyal
dikarenakan kandungan lemak yang terkandung didalam biji ketapang
terlalu tinggi sehingga tahu yang dihasilkan lembek dan berminyak,
serta zat gizi lain yang melebihi biji ketapang. Untuk mengatasi hal
tersebut, peneliti mencoba menambahkan kedelai sebagai bahan
penambah untuk pembuatan tahu biji ketapang, dikarenakan kedelai
mempunyai kandungan protein dan karbohidrat yang tinggi.
Penambahan kedelai bertujuan untuk memperbaiki tekstur tahu biji
ketapang yang lembek dan tidak padat. Setelah dilakukan penambahan
kedelai dengan intensitas perbandingan kedelai dan biji ketapang
sebesar 1 : 4, tahu biji ketapang yang dihasilkan sudah menyerupai tahu
yang berbahan dasar kedelai murni. Tetapi yang perlu diperhatikan
adalah jumlah substitusi kedelai yang digunakan, jika kedelai yang
disubstitusikan pada proses pembuatan tahu biji ketapang terlalu
banyak, maka tahu yang dihasilkan akan bertekstur keras. Sebaliknya
jika substitusi kedelai yang digunakan terlalu sedikit akan berpengaruh
pada tekstur tahu yang kurang baik atau belum mencapai tingkat
kepadatan yang sesuai. Maka dari itu perlu penelitian lebih lanjut agar
substitusi kedelai yang digunakan pada proses pembuatan tahu biji
ketapang menghasilkan tahu dengan tingkat kepadatan dan tekstur yang
baik.
c. Pengaruh Penggunaan Bahan Penggumpal Terhadap Kualitas
Tahu Biji Ketapang
Proses penggumpalan tahu dilakukan setelah proses ekstraksi biji
ketapang berlangsung. Bahan penggumpal tahu yang sering digunakan
salah satu jenis asam yang dapat menggumpalkan protein dalam proses
pembuatan tahu. Pada proses pembuatan tahu biji ketapang terkandung
protein yang berbeda jenis muatannya. Protein tersebut memiliki dua
muatan yaitu positif dan negatif. Untuk menggumpalkan protein dengan
muatan yang berbeda dibutuhkan pula jenis bahan penggumpal yang
berbeda. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan asam cuka dan
batu tahu atau kalsium sulfat sebagai bahan penggumpal. Asam cuka
berfungsi untuk menggumpalkan protein yang bermuatan positif,
sedangkan batu tahu berperan serta menggumpalkan protein yang
bermuatan negatif. Dengan menggabungkan dua jenis penggumpal
yang berbeda, maka diperoleh hasil penggumpalan protein yang
maksimal serta hasil tahu juga baik dan maksimal.
d. Pengaruh Proses Perlakuan Terhadap Kualitas Tahu Biji
Ketapang
Untuk menghasilkan tahu biji ketapang dengan hasil yang baik
dan maksimal, tentunya juga harus memperhatikan proses perlakuan
dalam proses pembuatan tahu biji ketapang. Pada faktor proses
perlakuan akan dijelaskan tentang pelakuan biji ketapang sebelum
menjadi tahu yang antara lain: Penghalusan/ penggilingan, ekstraksi,
serta perebusan.
1) Penghalusan/Penggilingan
Pada proses penghalusan /penggilingan dilakukan dengan
yang dihasilkan lebih maksimal. Penghalusan biji ketapang
dilakukan dengan menggunakan blender. Penghalusan dilakukan
sebanyak tiga kali, yaitu penghalusan biji ketapang dengan
menggunakan air secukupnya, kemudian penghalusan kembali
ampas biji ketapang dengan menggunakan air secukupnya pula
sebanyak dua kali. Apabila hasil penghalusan yang ketiga kalinya
menghasilkan sari biji ketapang dengan warna yang sudah jauh lebih
bening dari pada hasil penghalusan yang kedua, maka dapat
disimpulkan bahwa kandungan protein, karbohidrat, lemak dan zat
gizi lainnya sudah larut dalam proses penghalusan tersebut, tandanya
hasil ekstrasi dari proses penghalusan sudah lebih maksimal. Tetapi
jika pada penghalusan terakhir hasil warna dari sari biji ketapang
belum bening, maka perlu dilakukan penghalusan lagi sampai warna
sari biji ketapang yang dihasilkan menjadi lebih bening. Tujuan
dihaluskannya kembali ampas biji ketapang hingga memperoleh sari
biji ketapang dengan hasil yang bening agar kandungan protein,
karbohidrat, lemak, serta zat gizi lain yang tersisa di ampas biji
ketapang dapat larut kembali pada saat proses penghalusan dan hasil
ekstraksi lebih maksimal serta juga dapat menghasilkan tahu biji
ketapang yang lebih baik.
2) Ekstraksi
Proses ekstraksi merupakan faktor yang penting dalam proses
pembuatan tahu, karena jika proses ekstraksi yang kurang maksimal
ketapang yang masih tertinggal pada ampasnya, sehingga ketika
pembuatan tahu biji ketapang randemen yang dihasilkan kurang
maksimal. Seperti yang telah dijelaskan oleh Watanabe et al bahwa
untuk mendapatkan hasil randemen yang maksimal, proses ekstraksi
dilakukan sebanyak tiga kali.
Untuk menghindari protein yang lolos saat bubur biji ketapang
di ekstrak, sebaiknya pengekstrakan dilakukan sebelum dilakukan
perebusan. Air yang digunakan adalah air dingin, jangan
menggunakan air panas, dalam buku ajar kuliah Kimia Makanan
bahwa protein akan mengalami kerusakan jika terkena panas. Jadi
ketika menggunakan air panas pada proses ekstraksi, maka
proteinnya akan menggumpal sehingga banyak yang lolos pada
ampas tahu.
3) Perebusan
Merebus susu biji ketapang, menggunakan api kecil sekitar 70
0
C dan susu hendaknya sering diaduk-aduk. Hal ini bertujuan agar
bau langu yang ada pada susu biji ketapang menjadi hilang, serta
protein yang ada pada susu biji ketapang tidak rusak akibat
perebusan yang terlalu panas.
Ketika merebus susu biji ketapang dengan api besar, dapat
dimungkinkan terjadi pemisahan antara lemak dan air sehingga susu
biji ketapang menjadi pecah. Susu biji ketapang yang sudah pecah
8. Proses Pembuatan Tahu Biji Ketapang
Produk tahu biji ketapang berasal dari sari biji ketapang yang
digumpalkan dengan asam. Secara umum, proses pembuatan tahu terdiri
dari atas tiga tahap, yaitu tahap persiapan, tahap proses proses produksi,
dan tahap finishing (Suprapti, 2005:51)
1. Tahap Persiapan
a. Persiapan Bahan Baku
Pada awal proses pembuatan tahu, tentunya dimulai dengan
tahap persiapan bahan agar nantinya tahu yang dihasilkan sempurna.
Sesuai dengan percobaan yang dilakukan oleh peneliti, tahapan
persiapan bahan meliputi pembersihan, pengeringan, dan
perendaman.
1) Pembersihan
Biji ketapang mempunyai kulit ari berwarna cokelat yang
menempel pada bagian bijinya, sedangkan biji ketapang tanpa
kulit ari berwarna putih. Pada pembuatan tahu biji ketapang,
bagian yang digunakan adalah bagian biji yang berwarna putih.
Kulit ari biji ketapang dapat dibersihkan dengan cara direndam
dengan air panas selama kurang lebih 1 jam atau dapat
dibersihkan dengan menguliti kulit ari dengan tangan setelah biji
ketapang dibelah dan dipisahkan dari daging buahnya. Kulit ari
ketapang dapat menyebabkan reaksi browning pada saat proses
untuk membersihkan kotoran yang menempel pada biji ketapang
setelah dibersihkan dari kulit arinya.
Sebagai subtituen kacang kedelai juga mendapat perlakuan
pada proses pembersihan. Biji-biji kedelai dari pasar tercampur
berbagau kotoran, misalnya kerikil, butiran tanah, kulit, ataupun
batang kedelai. Agar tidak ikut tergiling , kotoran tersebut harus
dibersihkan terlebih dahulu.
2) Pengeringan
Pada tahap pengeringan, biji ketapang yang sudah
dibersihkan kulit arinya dan berwarna putih dikeringkan dengan
cara di jemur menggunakan bantuan sinar matahari selama satu
hari. Pengeringan ini bertujuan agar masa simpan atau masa awet
pada biji ketapang dapat bertahan lama. Pengeringan ini dapat
dilakukan juga dengan menggunakan bantuan alat pemanas atau
oven dengan suhu 40oC – 60OC (sama dengan suhu sinar
matahari). Proses pengeringan ini tidak hanya untuk biji ketapang
sebagai bahan baku utama, kacang kedelai sebagai subtituen juga
dilakukan pengeringan agar memenuhi syarat penyimpanan dan
pengawetan.
3) Perendaman
Proses perendaman dilakukan agar biji ketapang mudah
hanjur saat penggilingan atau penghalusan dan dapat diperoleh
dilakukan dengan menggunakan air biasa tanpa menggunakan
bahan tambahan lain. Waktu perendaman biji ketapang dilakukan
hingga biji ketapang lunak.
Sebagai bahan subtitusi untuk pembuatan tahu biji
ketapang, kacang kedelai juga perlu direndam agar teksturnya
lunak dan mudah digiling. Karena hanya sebagai subtituen dan
berjumlah sedikit, lama perendaman kacang kedelai tidak lama
seperti pembuatan tahu dengan bahan bakau kedelai, kedelai pada
penelitian ini direndam hanya 3 jam sudah bertekstur lunak, serta
klit ari pada kedelai sudah pecah sehingga mudah untuk
membersihkan kulit arinya.
b. Persiapan Bahan Penggumpal
Proses pembuatan tahu memerlukan bahan penggumpal untuk
menggumpalkan protein yang tercampur didalam sari biji ketapang.
dengan demikian akan diperoleh bubur tahu yang dapat dicetak.
Bahan penggumpal dapat berupa asam cuka encer, batu tahu (sioh
koo) atau kalsium sulfat, ataupun cairan sisa (whey). Untuk memilih
bahan penggumpal yang tepat, perlu mengetahui terlebih dahulu
daya gunanya, kemudahan penyediaan dan penggunaannya, serta
keuntungan dari sisi ekonominya (Suprapti, 2005:54).
Pada percobaan tahu biji ketapang, peneliti menggunakan
bahan penggumpal asam cuka dan batu tahu. Bahan penggumpal
sedangkan bahan penggumpal batu tahu dapat menggumpalkan
protein yang bermuatan negatif yang terkandung didalam biji
ketapang. Penggunaan kedua bahan penggumpal tersebut bertujuan
agar penggumpalan protein lebih maksimal dan hasil tahu setelah
dicetak juga maksimal.
2. Tahap Proses Produksi
a. Pembuatan Bubur Biji Ketapang
Untuk mendapatkan sari biji ketapang, biji ketapang harus
dihaluskan atau digiling dahulu melalui proses penggilingan. Proses
pembuatan sari biji ketapang adalah sebagai berikut:
1) Penggilingan
Biji ketapang dapat digiling atau dihaluskan dengan
menggunakan blender, beberapa hal yang perlu diperhatikan
dalam pembuatan sari biji ketapang adalah sebagai berikut:
(a) Penggilingan biji ketapang dilakukan setelah proses
pengupasan kulit ari biji ketapang. Dengan demikian,
penggilingan dapat dilakukan dengan lebih mudah dan hasil
yang diperoleh lebih halus/lembut, serta rendemen lebih
tinggi.
(b) Pada proses penggilingan, ditambahkan air untuk
mendapatkan hasil dari sari biji ketapang. air yang digunakan