EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM
MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA
(Skripsi)
Oleh
AMA NUR ANNA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM
MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA
Oleh
AMA NUR ANNA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Pendidikan MIPA
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
ABSTRAK
EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E PADA MATERI LARUTAN NON ELEKTROLIT DAN ELEKTROLIT DALAM
MENINGKATKAN MINAT DAN PENGUASAAN KONSEP SISWA
Oleh Ama Nur Anna
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan model pembelajaran yang efektif dalam meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa kelas X pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X yang berjumlah 8 kelas di SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung semester genap Tahun 2012-2013. Teknik pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling hasil yang diperoleh adalah 2 sampel yaitu kelas X7 dan X8.
menunjukkan bahwa pembelajaran materi larutan non elektrolit dan nelektrolit melalui model pembelajaran Learning Cycle 5E lebih efektif dalam meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kotabumi Lampung Utara, pada tanggal 14 Agustus 1991 anak pertama dari dua bersaudara dari pasangan Bapak Ir. M. Ali dan Ibu Rosmalena Betti S. Pd.
Pada tahun 1996 mengawali pendidikan formal di TK Tunas Harapan Kotabumi, tahun1997 melanjutkan pendidikan di SDN 4 Candimas, diselesaikan tahun 2003, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di SLTP Negeri 2 Kotabumi hingga tahun 2006, kemudian penulis melanjutkan pendidikannya di SMA Negeri 3 Kotabumi, diselesaikan pada tahun 2009. Pada tahun yang sama, penulis diterima dan terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan Kimia, Jurusan Pendidikan MIPA, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan di Universitas Lampung.
Pada tahun 2012, penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Negeri 1 Sekampung, Desa Hargo Mulyo, Kecamatan Sekampung,
MOTO
“Allah tidak membebani seseorang melainkan dengan kesanggupannya” (Q.S. Al-Baqarah : 286)
“Tuliskan rencana kita dengan sebuah pensil, tetapi berikan penghapusnya kepada Allah. Izinkan Dia menghapus bagian-bagian yang salah dan menggantikan dengan rencana-Nya yang indah di dalam hidup kita, karena Allah selalu tahu apa yang kita
butuhkan, bukan apa yang kita minta, dan Allah tidak henti-hentinya memenuhi kebutuhan seseorang, selama ia memenuhi kebutuhan saudaranya.”
(HR. Thabrani)
“ Berusahalah untuk tidak menjadi manusia yang berhasil tapi berusahalah menjadi manusia yang berguna ”
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT. Penulis persembahkan karya sederhana ini sebagai tanda cinta dan terima kasih penulis kepada:
1. Papa dan Mama tercinta yang sudah bersusah payah membesarkan, mendidik, memperhatikan, dan selalu menantikan keberhasilan penulis. Terima kasih untuk segala cinta, kasih sayang, pengorbanan, serta doa yang tidak pernah putus. Semoga Allah senantiasa memberikan kesehatan kepada kalian dan kesempatan kepada penulis untuk bisa selalu membahagiakan kalian. 2. Bibi tersayang Yuli Handayani yang menjadi inspirasi penulis. Adik-adik
tersayang Ankavisi Nalaralagi, Nurul Hijah Rahma dan Fadhil Ihsansyah yang selalu menghibur, memotivasi, serta memberikan dukungan untuk
keberhasilan penulis.
SANWACANA
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah SWT, karena kasih sayang dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Kimia di Universitas Lampung.
Pada kesempatan ini diucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan FKIP Universitas Lampung. 2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA.
3. Ibu Dr. Noor Fadiawati, M.Si., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kimia.
4. Ibu Dr. Ratu Beta Rudibyani, M.Si., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis.
5. Bapak Drs. Tasviri Efkar, M.S., selaku Pembimbing II atas keikhlasannya memberikan bimbingan, saran, dan motivasi.
6. Ibu Dra. Ila Rosilawati, M.Si., selaku pembahas yang banyak memberikan kritik serta masukan yang bersifat positif dan konstruktif.
8. Bapak Drs. Hi. Ma’arifuddin. Mz.M.Pd.I., selaku Kepala Sekolah, Ibu Rina Meidiasari, S.Pd., selaku Guru Mitra, Bapak dan ibu dewan guru, staf TU SMA Al Azhar 3 Bandarlampung yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian. Terima kasih juga atas bimbingan dan masukannya. 9. Teristimewa buat ayahanda dan Ibunda. Terima kasih atas restu dan doa yang
tak henti-hentinya kau titipkan untuk kelancaran penelitian anakmu dan keberhasilan mengenyam studi ini.
10.Citra, Novi, Yuca dan Merta yang selalu memberikan semangat, semoga tali persaudaraan ini tetap terjaga selamanya. Semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini menjadi bahan rujukan penelitian, dan bermanfaat bagi penulis khususnya dan pembaca pada umumnya. Menyadari bahwa dalam penulisan ini banyak kekeliruan, sumbangsih dan masukan pembaca menjadi permintaan penulis untuk karya selanjutnya.
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sains merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara mencari tahu dan memahami tentang alam. Belajar sains merupakan suatu proses memberikan sejumlah penga-laman kepada siswa agar mengerti dan membimbing mereka untuk menggunakan pengetahuan sains tersebut serta memahami hakikat sains yakni sains sebagai proses dan produk. Salah satu bidang sains yaitu ilmu kimia.
Ilmu kimia lahir dari pengalaman para ahli kimia untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan “apa” dan “mengapa” tentang sifat dan materi yang ada di alam mela-lui serangkaian proses menggunakan sikap ilmiah dan masing-masing akan meng-hasilkan fakta dan pengetahuan teoritis tentang materi yang kebenarannya dapat dijelaskan dengan logika matematika. Sebagian kecil ranah kimia bersifat kasat mata (visible), artinya dapat dibuat fakta konkritnya dan sebagian besar ranah ki-mia yang lain bersifat abstrak atau tidak kasat mata (invisible), artinya tidak dapat dibuat fakta konkritnya (Depdiknas, 2003).
ter-2
sebut. Aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengarkan penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting. Mayoritas dalam proses pembelajaran, siswa dituntut untuk menghafal sejumlah konsep yang diberikan oleh guru tanpa dilibatkan secara langsung dalam penemuan konsep tersebut, sehingga sebagian siswa merasa mengalami banyak kesulitan dalam proses pembelajaran kimia.
Minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh. Siswa yang memiliki minat terhadap suatu pelajaran, maka siswa tersebut cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pelajaran tersebut (Slameto, 2003).
Minat belajar siswa berkaitan dengan proses pembelajaran dalam kelas sehingga siswa mampu menguasai konsep dengan baik melalui beberapa macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas psikis. Aktivitas fisik ialah peserta didik giat-aktif dengan anggota tubuh, membuat sesuatu, bermain ataupun bekerja, dimana peserta didik tidak hanya duduk, mendengarkan, atau hanya melihat. Peserta didik yang memiliki aktivitas psikis (minat) adalah peserta didik yang daya jiwanya mampu bekerja sebanyak-banyaknya atau banyak berfungsi dalam pembelajaran sehingga mampu menguasai konsep dengan baik. Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkat atau mengalami perubahan menjadi lebih baik setelah siswa melakukan aktivitas belajar (Riyanto, 2011).
model pembelajaran Learning Cycle 5E (selanjutnya disingkat LC 5E) yang diharapkan mampu meningkatkan minat belajar dan penguasaan konsep siswa dalam pembelajaran kimia, dimana siswa diajak lebih aktif mempresentasikan atau mengkomunikasikan pemahamannya dalam beberapa langkah atau siklus melalui model pembelajaran LC 5E.
Dalam jurnal ilmiah pendidikan kimia oleh Laksmi Purnajanti yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Termokimia Melalui Pembelajaran Model LC 5E Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Malang”, dalam kesimpulannya menyatakan bahwa dari keseluruhan hasil dari proses siklus satu sampai siklus tiga dapat disimpulkan model pembelajaran LC 5E dapat meningkatkan persentase partisipasi siswa dalam proses belajar mengajar dan meningkatkan hasil belajar siswa jika disertai persiapan-persiapan, baik ditinjau dari sisi guru dan ditinjau dari sisi siswa. Dari sisi guru instrumen ajar lengkap harus tersedia dan dari sisi siswa tersedia dokumen ringkasan materi yang bermakna seperti pada konsep.
Model LC 5E adalah suatu model pembelajaran yang melalui beberapa tahapan diantaranya yaitu (1) engage (mengajak), (2) explore (menyelidiki), (3) explain (menjelaskan), (4) elaborate (memperluas), (5) evaluate (menilai) dimana pada setiap fasenya terdapat kegiatan yang berbeda-beda yang akhirnya dapat
menghasilkan tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Berdasarkan latar belakang dan uraian di atas, maka akan dilakukan penelitian yang berjudul ”Efektivitas Model Pembelajaran LC 5E Pada Materi Larutan Non Elektrolit dan Elektrolit Dalam Meningkatkan Minat dan Penguasaan
4
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimanakah minat siswa kategori kelompok tinggi, sedang dan rendah pada materi pokok larutan non elektrolit dan elektrolit?
2. Apakah pembelajaran LC 5E efektif dalam meningkatkan minat siswa pada materi pokok larutan non elektrolit dan elektrolit?
3. Apakah pembelajaran LC 5E efektif dalam meningkatkan keterampilan penguasaan konsep siswa pada materi pokok larutan non elektrolit dan elektrolit?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah : 1. Untuk mendeskripsikan efektivitas model pembelajaran LC 5E dalam
meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa.
2. Untuk mengelompokkan minat siswa ke dalam kategori kelompok tinggi, sedang dan rendah.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: a. Bagi Siswa
Melalui penerapan model pembelajaran LC 5E diharapkan dapat meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa, materi larutan non elektrolit dan
b. Bagi Guru dan Calon Guru
Memperoleh pengalaman dalam pembelajaran yang efektif pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit dalam meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa di sekolah
c. Bagi Sekolah
Menjadi informasi dan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran kimia di sekolah.
E. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah:
1. Efektivitas pembelajaran yaitu tingkat ketercapaian atau sejauh mana proses pembelajaran yang dilakukan dapat mencapai tujuan pembelajaran.
Kriteria keefektivan menurut Wicaksono (2008) mengacu pada :
Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa apabila secara statistik menunjukkan perbedaan yang signifikan antara kelas kontrol dan eksperimen.
2. Kompetensi Dasar pada materi yang dibahas dalam penelitian ini yaitu mengiden-tifikasi sifat larutan non elektrolit dan elektrolit berdasarkan data hasil percobaan.
3. Model pembelajaran LC 5E adalah salah satu model pembelajaran yang berbasis konstruktivisme yang terdiri dari 5 fase sederhana yaitu (1) Fase engage (mengajak), (2) Fase explore (menyelidiki), (3) Fase explain
(menjelaskan), (4) Fase elaborate (memperluas), dan (5) Fase evaluate (menilai).
6
pelajaran, maka siswa tersebut cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap pelajaran tersebut. (Slameto : 2003). Untuk mengetahui minat belajar siswa, dapat diukur dengan cara membagikan angket saat se-belum dan sesudah pembelajaran baik pada kelas kontrol, maupun eksperimen. 5. Penguasaan konsep larutan non elektrolit dan elektrolit berupa nilai siswa yang
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Efektivitas Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan, dalam hal ini efektivitas da-pat dilihat dari tercapai tidaknya tujuan instruksional khusus yang telah dicanangkan. Model pembelajaran dikatakan efektif jika tujuan instruksional khusus yang dica-nangkan lebih banyak tercapai. Menurut Satria (2005)
Efektifitas model pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. MenurutWicaksono (2008), kriteria penelitian dalam suatu penelitian mengacu pada:
1. Model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistika hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal sebelum pembelajaran dan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).
8
perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pem-belajaran.
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau men-capai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna /client.
Menurut wicaksono (2008), model pembelajaran dikatakan efektif meningkatkan hasil belajar siswa apabila secara statistik hasil belajar siswa menunjukkan perbedaan yang signifikan antara pemahaman awal dengan pemahaman setelah pembelajaran (gain yang signifikan).
belajar mengajar seperti ruang kelas, laboratorium, media pembelajaran dan buku-buku teks.
Efektifitas metode pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran.
B. LC 5E
Dalam bahasa indonesia Learning Cycle disebut sebagai siklus belajar. Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang terdiri dari fase-fase atau tahap-tahap
kegiatan yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kom-petensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan aktif.Dengan kata lain pembelajaran dengan menggunakan model Learning Cycle berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Model pembelajaran Learning Cycle merupakan model pembelajaran yang berlandaskan pada teori
konstruktivisme yang pada mulanya terdiri dari tiga tahap.
“Model Learning Cycle yang terdiri dari tiga tahap pertama kali dikembangkan oleh robert karplus dalam science curriculum impropement study/SCIS” (trowbridge & bybee dalam fitriani, 2009:10). Ketiga tahapan tersebut meliputi tahap eksplorasi, pengenalan konsep dan penerapan konsep.
10
Anthony W. Lorsbach mengemukakan model Learning Cycle terbagi ke dalam lima tahap, yaitu tahap engage, explore, explain, extend dan evaluate.
Tahap-tahap dalam Learning Cycle yang dikemukakan oleh Anthony W. Lorsbach dalam Fitriani (2009:10) ini sering disebut 5E, kelima tahapan itu meliputi: “engage (mengajak), explore (menyelidiki), explain (menjelaskan), extend (memperluas) dan evaluate (menilai)”.
1. Engage (mengajak)
Tahap ini merupakan tahap awal dari LC 5E. pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan minat belajar dan keingintahuan siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan mengenai permasalahan yang berhubungan dengan topik bahasan yang akan diajarkan. De-ngan demikian, siswa akan memberi respon atau jawaban, mengetahui pengetahu-an awal siswa tentpengetahu-ang pokok bahaspengetahu-an ypengetahu-ang akpengetahu-an diajarkpengetahu-an. Kemudipengetahu-an guru perlu melakukan identifikasi ada atau tidaknya kesalahan konsep pada siswa.
2. Explore (menyelidiki)
Tahap ini merupakan tahap kedua dari LC 5E. Pada tahap ini, siswa
3. Explain (menjelaskan)
Tahap ini merupakan tahap ketiga dari LC 5E. Pada tahap ini , guru mendorong siswa untuk menjelaskan konsep-konsep yang telah diperoleh ketika siswa menjelaskan konsep-konsep yang telah diperoleh ketika tahap explore dengan pemikiran sendiri. Guru meminta bukti dan klarifikasi dari penjelasan siswa dan mengarahkan kegiatan diskusi. Dengan adanya diskusi, guru memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan menggunakan penjelasan siswa.
4. Extend (memperluas)
Tahap ini merupakan tahap keempat dari LC 5E. Pada tahap ini, siswa
menerapkan konsep dan keterampilan yang telah dipelajari dalam situasi baru. Pada tahap ini, siswa akan menggunakan konsep yang telah dikuasai untuk menjadi pertanyaan, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
5. Evaluate (menilai)
Tahap ini merupakan tahap akhir dari LC 5E. Pada tahap ini, guru dapat
mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa. Siswa dapat melakukan evaluasi diri dengan mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari bukti dan
12
Pada tahap ini, guru dapat memberikan pertanyaan yang akan mendorong siswa untuk melakukan penyelidikan yang lebih lanjut dimasa yang akan datang.
Kelima tahapan tersebut dapat digambarkan dalam bentuk siklus seperti di bawah ini :
DIAGRAM LC 5E MENURUT ANTHONY W. LORSBACH
Kelima tahapan di atas adalah hal-hal yang dilakukan dalam menerapkan model LC 5E. Guru dan siswa mempunyai peran masing-masing dalam setiap kegiatan pembelajaran. Kegiatan guru dan siswa selama proses pembelajaran dengan menerapkan model LC 5E dapat dijabarkan dalam tabel berikut :
KEGIATAN GURU DAN SISWA PADA MODEL LC 5E Tahapan model LC 5E Kegiatan guru Kegiatan siswa Engage (mengajak) Membangkitkan minat dan
keingintahuan siswa
Mengembangkan minat dan rasa ingin tahu
terhadap materi yang akan diajarkan
Mengajukan pertanyaan mengenai permasalahan yang berhubungan dengan materi yang akan disjarkan
Memberi respon terhadap pertanyaan guru
dibahas dengan pengalaman siswa . mendorongh siswa untuk mengingat pengalaman sehari-harinya dan menunjukkan keterkaitan dengan topik pembelajaran yang sedang dibahas.
pengalaman sehari-hari dan menghubungkan dengan pembelajaran yang dibahas
Explore (menyelidiki) Membentuk kelompok, memberi kesempatan untuk bekerja sama dalam
kelompok secara mandiri
Membentuk kelompok dan berusaha bekerja dalam kelompok
Guru berperan sebagai fasilitator
Membuktikan hipotesis yang sudah dibuat pada tahap sebelumnya, Explain (menjelaskan) Mendorong siswa untuk
menjelaskan konsep dengan kalimat mereka sendiri
Mencoba memberikan penjelasan terhadap konsep yang ditemukan Meminta bukti dan
klarifikasi dari penjelasan siswa
Melakukan diskusi
Memberi definisi dan penjelasan tentang konsep yang dibahas dengan menggunakan penjelasan siswa
Mendengarkan dan memahami penjelasan guru
Extend (memperluas) Meningkatkan mahasiswa pada penjelasan alternatif dan mempertimbangkan data saat mereka
mengekplorasi situasi baru
Menerapkan konsep dan keterampilan dalam situasi baru dan menggunakan label dan definisi formal Mendorong dan
memfasilitasi mahasiswa untuk menerapkan konsep dalam situasi yang baru
14
Evaluate (menilai) Mengamati pengetahuan atau pemahaman siswa
Mengevaluasi belajarnya sendiri dengan
mengajukan pertanyaan dan mencari jawaban dari bukti dan penjelasan yang telah diperoleh
sebelumnya Mendorong siswa
melakukan evaluasi diri
Mengambil kesimpulan lanjut atau situasi belajar yang dilakukannya Mendorong siswa
memahami kekurangan atau kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran
Melihat dan menganalisis kekurangan atau
kelebihannya dalam kegiatan pembelajaran
(Wena, 2009:173)
C. Minat Belajar
Keberhasilan proses pembelajaran sangat tergantung pada peran seorang guru yang
kompeten dalam menciptakan lingkungan belajar yang efektif. Proses pembelajaran
harus mampu merangsang peserta didik untuk menggali potensi diri yang sebenarnya
sudah ada pada diri siswa itu sendiri. Untuk itu guru dapat menggunakan salah satu
alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat me-ngembangkan keterampilan, yaitu
model pembelajaran LC 5E. Minat merupakan keinginan siswa dalam mengikuti
kegiatan pembelajaran yang meliputi perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan
usaha yang dilakukan terhadap mata pelajaran kimia. Tanpa adanya minat siswa, maka
proses pembelajaran tidak akan berlangsung dengan baik, hal ini didukung oleh pendapat
Slameto (2003: 180), yang menyatakan bahwa
Gestalt dalam Slameto (2003: 10) yang menyatakan bahwa belajar akan lebih berhasil
bila berhubungan dengan minat, keinginan, dan tujuan siswa. Menurut Slameto (2003:
180) menyatakan bahwa
Mengembangkan minat terhadap sesuatu pada dasarnya membantu siswa melihat bagaimana hubungan antara materi yang diharapkan untuk dipelajarinya dengan dirinya sendiri sebagai individu. Cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada subjek yang menurut Slameto (2003: 180) adalah dengan
menggunakan minat - minat siswa yang telah ada.
Sardiman (2007: 95) menyatakan bahwa
Ada beberapa cara yang dapat dipergunakan untuk membangkitkan minat antara lain :
1) Membangkitkan adanya suatu kebutuhan
2) Menghubungkan dengan persoalan pengalaman lampau
3) Memberikan kesempatan untuk mendapatkan hasil belajar yang baik 4) Menggunakan berbagai macam bentuk teknik mengajar
Pendapat Sardiman di atas didukung oleh Taner dan Tamer dalam Slameto (2003: 181),
menyatakan agar pengajar juga berusaha membentuk minat baru pada diri siswa dengan
cara memberikan informasi hubungan antara suatu bahan pelajaran dan menguraikan
kegunaannya bagi siswa di masa yang akan datang.
Roojakers dalam Slameto (2003: 182), menyatakan bahwa
Minat siswa dapat ditingkatkan dengan cara menghubungkan bahan pengajaran dengan suatu berita sensasional yang sudah diketahui kebanyakan siswa.
Minat siswa dapat diketahui dalam pembelajaran melalui beberapa indikator. Kerta (1996), menyatakan bahwa
Indikator untuk mengetahui minat siswa dalam pembelajaran yaitu : perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan oleh siswa.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa minat adalah hasil
16
atau aktivitas yang meliputi perasaan senang, perhatian, rasa ingin tahu, dan usaha yang
dilakukan siswa terhadap suatu pembelajaran.
D. Penguasaan Konsep
Menurut Sagala (2003) definisi konsep adalah :
Konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga menghasilkan produk pengetahuan yang meliputi prinsip, hukum, dan teori. Konsep diperoleh dari fakta, peristiwa, pengalaman, melalui generalisasi dan berfikir abstrak.
Konsep merupakan pokok utama yang mendasari keseluruhan sebagai hasil berfikir abstrak manusia terhadap benda, peristiwa, fakta yang menerangkan banyak penga-laman. Pemahaman dan penguasaan konsep akan memberikan suatu aplikasi dari konsep tersebut, yaitu membebaskan suatu stimulus yang spesifik sehingga dapat digunakan dalam segala situasi dan stimulus yang mengandung konsep tersebut. Jika belajar tanpa konsep, proses belajar mengajar tidak akan berhasil. Hanya dengan bantuan konsep, proses belajar mengajar dapat ditingkatkan lebih maksimal.
Penguasaan konsep akan mempengaruhi ketercapaian hasil belajar siswa. Suatu proses dikatakan berhasil apabila hasil belajar yang didapatkan meningkatkan atau mengalami perubahan setelah siswa melakukan aktivitas belajar, penfapat ini di-dukung oleh Djarmarah dan Aswan (2002) yang mengatakan bahwa
aktivitas yang harus dilakukan siswa sebagai usaha untuk meningkatkan penguasaan materi. Penguasaan terhadap suatu konsep tidak mungkin baik jika siswa tidak melakukan belajar karena siswa tidak akan tahu banyak tentang materi pelajaran. Sebagian besar materi pelajaran yang dipelajari di sekolah terdiri dari konsep-konsep. Semakin baynk konsep yang dimiliki seseorang, semakin banyk alternatif yang dapat dipilih dalam menyelesaikan masalah yang dihadapinya.
Seseorang belajar konsep jika belajar mengenal dan membedakan sifat-sifat dari objek kemudian membuat pengelompokkan terhadap objek tersebut. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Nasution dalam Yuliati (2006:7) :
Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep. Menurut Abdurahman (2003:254)
Konsep menunjukkan pada pemahaman dasar. Siswa mengembangkan konsep ketika mereka mapu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat mengasosiasikan suatu nama dengan kelompok benda tertentu.
Menurut Uno (2007:9)
konsep merupakan simbol berpikir. Hal ini diperoleh dari hasil tafsiran terhadap suatu fakta atau realita, dan hubungan antara berbagai fakta. Suatu konsep dapat diklasifikasikan berdasarkan ciri tertentu, misalnya konsep ten-tang manusia, konsep tenten-tang burung, konsep ikan, dan sebagainya.
Kemampuan seseorang mampu membentuk konsep apabila orang tersebut dapat melakukan diskriminasi terhadap fakta atau realita tersebut.
E. Hubungan Model LC 5E dengan Penguasaan Konsep
Penggunaan model LC 5E dapat menciptakan kesempatan untuk memberi
pengalaman fisik, interaksi sosial, dan pengetahuan diri. LC 5E terdiri dari 5 tahap kegiatan, yaitu engage, explore, explain, elaborate, dan evaluate. Seperti yang diungkapkan oleh Syuaidi, 2000 bahwa : Model LC 5E dapat meningkatkan
18
LC5E mendukung efektivitas dalam mendorong siswa untuk berfikir kreatif dan kritis, serta memfasilitasi penguasaan yang lebih baik tentang konsep ilmiah, meningkatkan KPS dan menggali keterampilan penalaran lebih tinggi. Beberapa hasil studi yang telah mengembangkan dan menerapkan model ini dalam pembelajaran Ilmu
Pengetahuan Alam (IPA) menunjukkan bahwa model siklus belajar lebih efektif dan tepat dalam meningkatkan penguasaan konsep siswa.
F. Analisis Konsep
Herron et al. (1977) dalam Fadiawati (2011) berpendapat bahwa belum ada definisi tentang konsep yang diterima atau disepakati oleh para ahli, biasanya konsep disamakan dengan ide. Herron et al. (1977) mengemukakan bahwa analisis konsep merupakan suatu prosedur yang dikembangkan untuk menolong guru dalam
merencanakan urutan-urutan pengajaran bagi pencapaian konsep. Analisis konsep dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu menentukan nama atau label konsep, definisi konsep, jenis konsep, atribut kritis, atribut variabel, posisi konsep, contoh, dan non contoh
G. Kerangka Pemikiran
Tugas guru diantaranya adalah sebagai motivator, mediator, dan fasilitator. Guru merupakan figur yang memegang peranan penting yang diharapkan dapat mem-bimbing dan membantu siswa agar mencapai hasil belajar optimal. Untuk itu bantuan guru sangat diperlukan untuk menyelesaikan permasalahan yang berkaitan dengan tugas-tugas siswa. Selain itu guru mempunyai tugas untuk memilih model pembe-lajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi tercapainya tujuan pendidikan dan dapat menciptakan suasana pembelajaran yang membuat siswa lebih aktif,kreatif,menarik, dan menyenangkan.
LC5E sebagai salah satu bentuk strategi pembelajaran yang dapat membantu dalam meningkatkan minat belajar dan penguasaan konsep siswa. Model pembelajaran LC5E Pembelajaran tersebut terdiri dari 5 rangkaian kegiatan yang dapat dilakukan tahap tahap kegiatan tersebut sekaligus mengembangkan kemampuan berfikir kritis siswa.
Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran LC 5E terhadap suatu proses pembelajaran kimia materi larutan non elektrolit dan elektrolit pada kelas X semester genap. Sebagai variabel bebasnya adalah suatu model
pembelajaran yang digunakan dan sebagai variabel terikatnya adalah minat belajar dan penguasaan konsep kimia siswa.
20
diberikan pretest dan posttest tentang materi larutan non elektrolit dan elektrolit untuk mengetahui tingkat penguasaan konsep siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit.
Model pembelajaran konvensional dan model pembelajaran LC 5E, masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Model pembelajaran konvensional berpusat pada guru, sehingga siswa cenderung pasif dan hanya mampu menerima pelajaran tanpa bisa memahaminya. Dalam pengerjaan tugas, guru hanya melihat hasil akhir dari pengerjaan tugas siswa tersebut tanpa memberikan tuntunan kepada siswa dalam pengerjaan tugas dan tidak melihat proses siswa dalam mengerjakan tugas. Namun, pembelajaran konvensional mudah untuk direncanakan dan dilaksanakan. Seorang guru mampu menguasai kelas karena pembelajaran berpusat pada guru. Siswa juga dapat dilatih untuk mampu bersikap mandiri dalam mencari informasi di luar sekolah seperti dalam kelompok belajar
Berdasarkan kekurangan dan kelebihan dari kedua model pembelajaran tersebut, pembelajaran LC 5E akan menghasilkan minat dan penguasaan konsep siswa yang lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional. Pembelajaran LC 5E yang menyenangkan akan mampu meningkatkan minat siswa dalam suatu proses pembelajaran sehingga siswa mampu memahami dan menguasai materi pelajaran secara lebih baik dibandingkan pembelajaran konvensional.
H. Anggapan Dasar
Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Siswa kelas X7 dan X8 semester genap SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung yang menjadi sampel penelitian mempunyai kemampuan awal yang sama dalam penguasaan konsep kimia.
2. Siswa memperoleh materi pembelajaran kimia dari guru yang sama dan waktu pembelajaran yang sama.
3. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi minat dan penguasaan konsep kimia
larutan non elektrolit dan elektrolit siswa kelas X semester genap SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung Tahun ajaran 2012/2013 diabaikan
4. Perbedaan penguasaan konsep materi larutan non elektrolit dan elektrolit terjadi karena perbedaan perlakuan dalam proses pembelajaran.
I. Hipotesis Umum
22
1. Pembelajaran LC 5E pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit diharapkan efektif dalam meningkatkan minat siswa yang lebih baik dibandingkan
pembelajaran konvensional.
ANALISIS KONSEP LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT
Label konsep
(1)
Definisi konsep (2)
Jenis konsep
(3)
Atribut Posisi konsep Contoh
(9) Larutan Campuran homogen terdiri dari
dua zat atau lebih, dimana salah satunya bertindak sebagai zat terlarut sedangkan yang lainnya sebagai zat pelarut dan mempunyai sifat dapat
menghantarkan arus listrik (elektrolit) atau tidak dapat menghantarkan listrik (non elektrolit).
Larutan yang dapat
menghantarkan listrik, ditandai dengan timbulnya gelembung gas sertanyala lampu pada elektrolittester yang dapat bersifat elektrolit kuat atau elektrolit lemah.
Larutan yang dapat
menghantarkan listrik ditandai dengan timbulnya gelembung gas dan nyala lampu yang terang pada elektrolittester.
Konsep
Larutan yang dapat
menghantarkan listrik ditandai
24
lemah dengan timbulnya gelembung gas dan nyala lampu yang redup atau hanya timbul gelembung gas pada elektrolittester.
lemah larutan • jumlah ion
Larutran yang tidak dapat menghantarkan listrik, ditandai dengan lampu tidak menyala dan tidak adanya gelembung gas pada elektrolittester.
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Populasi dan Sampel Penelitian
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswa kelas X SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung tahun pelajaran 2012-2013 yang berjumlah 320 siswa dan ter-sebar dalam delapan kelas.
2. Sampel
Pada Populasi diambil sebanyak dua kelas untuk dijadikan sampel penelitian. Satu kelas sebagai kelas eksperimen yang akan diberi perlakuan dan satu kelas lagi sebagai kelas kontrol dengan latar belakang kemampuan akademik sama. Teknik pengambilan sampel adalah teknik purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel yang didasarkan pada suatu
pertim-bangan yaitu ingin mendapatkan sampel dengan kemampuan akademik relatif sama.
26
delapan kelas X yang ada di sekolah kelas X7 dan X8 memenuhi kriteria tersebut sebagai sampel penelitian dengan beranggapan nilai kemampuan awal siswa yang diperoleh dari nilai rata-rata pembelajaran kimia kelas X8 pada semester 1 lebih besar dibandingkan kelas X7, maka ditentukan kelas X8 sebagai kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran LC 5E dan kelas X7 sebagai kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran konvensional.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang bersifat kuan-titatif. Data kuantitatif diperoleh dari tes hasil belajar.
Sumber data dibagi menjadi dua yaitu : a. Data primer yang meliputi :
1) Data hasil pretest dan posttest kelompok kontrol 2) Data hasil pretest dan posttest kelompok eksperimen
3) Data hasil kuesioner minat awal dan akhir dalam pembelajaran kimia pada kelas eksperimen dan kelas kontrol dan
b. Data sekunder yang meliputi :
Lembar kinerja guru dan lembar observasi siswa
C. Teknik pengumpulan data
D. Desain Penelitian
Desain penelitian yang digunakan adalah non equivalent control group design. Pada desain penelitian ini melihat perbedaan pretest maupun posttest
antara kelas eksperimen dan kelas kontrol. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah kuasi eksperimen. Desain penelitian tersebut dapat dijelas-kan pada Tabel 3 berikut ini.
Tabel 3. Desain penelitian
Kelas Pretest Perlakuan Posttest
Kelas eksperimen O1 X1 O2
Kelas kontrol O1 - O2
Keterangan:
X1: Pembelajaran kimia menggunakan LC5E O1: Pretest yang diberikan sebelum perlakuan O2: Posttest yang diberikan setelah perlakuan
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat untuk mengumpulkan data dalam suatu penelitian. Pada penelitian ini, instrumen yang digunakan adalah:
1. Soal pretest dan posttest untuk memperoleh data penguasaan konsep. a. Pretest
Pretest dalam penelitian ini terdiri dari 15 soal pilihan jamak dan 5 soal
essay yang di dalamnya terdapat indikator penguasaan konsep. b. Posttest
28
2. Kuesioner minat, yaitu lembar kuesioner minat siswa terhadap pembelajaran kimia.
3. RPP dan Silabus, Instrumen yang digunakan oleh kelas kontrol adalah buku teks/ buku pegangan yang sudah dimiliki siswa kelas X SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung tahun ajaran 2012/2013.
F. Prosedur Pelaksanaan Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Observasi pendahuluan
a. Meminta izin kepada kepala SMA Al Azhar 3 Bandarlampung
b. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian untuk mendapatkan informasi tentang data siswa, karakteristik siswa, jadwal dan sarana-prasarana yang ada di sekolah yang dapat digunakan sebagai sarana pen-dukung pelaksanaan penelitian.
c. Menentukan pokok bahasan yang akan diteliti berdasarkan karakteristik materi yang cocok untuk diterapkannya pembelajaran LC 5E.
d. Menentukan dua kelas yang akan dijadikan sampel penelitian. e. .Menyiapkan perangkat pembelajaran yang digunakan selama proses
pembelajaran dikelas.
f. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sesuai dengan materi pokok yang diteliti yaitu materi larutan non elektrolit dan elektrolit. g. Membuat Lembar Kerja Siswa (LKS) dengan materi pokok yang diteliti
2. Pelaksanaan penelitian
Prosedur pelaksanaan penelitian ini terdiri dari beberapa tahap, yaitu : a. Tahap persiapan
Menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan selama proses pembe-lajaran di kelas, antara lain Silabus, Rencana Pelaksanaan Pembepembe-lajaran (RPP), Lembar Kerja Siswa (LKS), dan instrumen tes
b. Tahap pelaksanaan penelitian
Pada tahap pelaksanaan penelitian, kelas X8 diterapkan pembelajaran LC 5E, sedangkan pada kelas X7 diterapkan pembelajaran konvensional. Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut :
1) Melakukan pretest dengan soal-soal yang sama pada kelas kontrol dan kelas eksperimen.
2) Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada materi kesetimbangan kimia sesuai dengan pembelajaran yang telah ditetapkan di masing-masing kelas. 3) Memberikan postest dengan soal-soal yang sama pada kelas eksperimen
dan kelas kontrol
4) Tabulasi dan menganalisis data
Adapun langkah-langkah penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
Mempersiapkan perangkat pembelajaran dan instrumen penelitian
Kelas kontrol pembelajaran konvensional
Pretest
Kelas eksperimen Learning Cycle 5E
30
Gambar 2. Alur penelitian
G. Analisis Data Penelitian
1. Hipotesis kerja
Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah: a. Hipotesis pertama (Minat siswa)
Rata-rata minat siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada rata-rata minat siswa dengan pembelajaran konvensional.
b. Hipotesis kedua (Penguasaan Konsep)
Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada rata-rata penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.
2. Hipotesis statistik
Untuk data sampel yang berasal dari populasi berdistribusi normal, maka uji hipotesis yang digunakan adalah uji parametik (Sudjana, 2005).
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1). Sehingga rumusan hipotesis menjadi :
a. Hipotesis pertama (Minat siswa):
Tabulasi dan Analisis data
H0 : Rata-rata minat siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih rendah atau sama dengan rata-rata minat siswa dengan pembelajaran konvensional.
H0 : µ1x≤ µ2x
H1 : Rata-rata minat siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi dengan rata-rata minat siswa dengan pembelajaran konvensional.
H1 : µ1x> µ2x
b. Hipotesis kedua (Penguasaan Konsep):
H0 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih rendah atau sama dengan rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.
H0 : µ1y≤ µ2y
H1 : Rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit yang diterapkan pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional.
H1 : µ1y> µ2y Keterangan:
µ1 : Rata-rata n-Gain (x,y) pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit pada kelas yang diterapkan pembelajaran LC 5E.
32
x: minat siswa
y : penguasaan konsep
H. Teknik Analisis Data
Tujuan analisis data yang dikumpulkan adalah untuk memberikan makna atau arti yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan yang berkaitan dengan masalah, tujuan, dan hipotesis yang telah dirumuskan sebelumnya.
1. Pengolahan data angket minat siswa
Data minat siswa diperoleh dari anket yang diberikan pada saat sebelum dan sesudah pembelajaran. Angket dibuat berdasarkan kisi-kisi dengan 4 indikator, yaituperhatian, perasaan, rasa ingin tahu, dan usaha yang dilakukan. (Kerta, 1996). Butir angket yang dibuat terdiri dari 15 soal pertanyaan dengan 4 pilihan jawaban. Penilaian terhadap minat siswa dalam penelitian ini menggunakan skala bertingkat dengan rentangan 1-4, dengan spesifikasi : jika siswa memberi jawaban A diberi skor 4, jika siswa menjawab B diberi skor 3, jika siswa menjawab C diberi skor 2, dan jika siswa menjawab D diberi skor 1.
Skor jawaban angket merupakan data ordinal. Dalam pengujian hipotesis statistik biasanya mengharuskan data berskala interval (nilai). Jadi, data ordinal harus diubah dalam bentuk data interval dengan menggunakan method of successive interval (MSI) pada Ms.Excel. Cara mengubah data ordinal tersebut adalah :
1)Buka excel
2)Klik file stat97.xla klik enable macro
5)Pilih Yes
6)Pada saat kursor di Data Range blok data yang akan diubah. 7)Kemudian pindah ke Cell Output.
8)Klik di kolom baru untuk membuat output. 9)Klik Next
10) Pilih Select all
11) Isikan minimum value 1 dan maksimum value 10 (atau sesuai dengan jarak nilai terendah sampai dengan teratas)
12) Klik Next Finish
Data yang diperoleh dalam bentuk interval (nilai) diolah menjadi persentase minat siswa secara keseluruhan dengan rumus :
Nilai minat siswa = x100
(1) kategori minat siswa antara 76-100; minat tinggi, (2) kategori minat siswa antara 56-75; minat sedang,
(3) kategori minat siswa kurang dari sama dengan 56; minat rendah; (Arikunto, 2004)
Selanjutnya untuk perhitungan data minat per indikator bisa dihitung sebagai berikut :
Rata-rata minat siswa per indikator =
34
2. Pengolahan data penguasaan konsep
Setelah mendapatkan data dari pretes dan postes, maka dilakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai siswa. Nilai pretes dan postes pada penilaian
penguasaan konsep siswa dirumuskan sebagai berikut:
100
3. Perhitungan n-Gain
Untuk mengetahui efektifitas pembelajaran LC 5E pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit dalam meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa dengan pembelajaran konvensional, maka dilakukan analisis gain ternormalisasi.
Perhitungan gain ternormalisasi bertujuan untuk mengetahui peningkatan nilai minat serta pretes dan postes dari kedua kelas. Menurut Meltzer besarnya peningkatan dihitung dengan rumus n-Gain ( normalized gain), berikut : Minat siswa dan Penguasaan Konsep
NilaiMaksimum-NilaiMinat Awal
Akhir
NilaiMaksimum-NilaiPretes
PretesHasil perhitungan n-Gain kemudian diinterpretasikan dengan klasifikasi sebagai berikut :
4. Uji normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah data dari kedua kelompok ter-distribusi normal atau tidak dan untuk menentukan uji selanjutnya apakah mema-kai statistik parametrik atau non parametrik. Pasangan hipotesis yang akan diuji adalah :
Ho : data berdistribusi normal Ha : data tidak berdistribusi normal
Kenormalan data dihitung dengan menggunakan uji chi kuadrat (χ2) dengan rumus
Keterangan :
χ2
= uji Chi- kuadrat Ei = frekuensi observasi Oi = frekuensi harapan
Data akan berdistribusi normal jika χ2 hitung ≤ χ2 tabel dengan taraf signifikan 5 % (Sudjana, 2002).
5. Uji kesamaan dua varians (homogenitas)
Uji kesamaan varians bertujuan untuk mengetahui apakah kelas eksperimen dan kelas kontrol mempunyai tingkat varians yang sama (homogen) atau tidak. Untuk uji homogenitas dua varians ini rumusan hipotesisnya adalah :
H0 :σ12= σ22 Rata-rata n-Gain kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki varians yang homogen.
36
F = kesamaan dua varians s12 = varians terbesar s22 = varians terkecil
Kriteria : Pada taraf 0,05, tolak Ho hanya jika F hitung F ½ (1,2)
6. Uji hipotesis penelitian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis statistik, hipotesis dirumuskan dalam bentuk pasangan hipotesis nol (H0) dan hipotesis alternatif (H1).
Hipotesis pertama (minat siswa):
H0: µ1x = µ2x : Rata-rata minat siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit dengan model LC 5Esama dengan rata-rata minat siswa dengan pembelajaran konvensional
H1: µ1x > µ2x : Rata-rata minat siswa pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit dengan model LC 5E lebih tinggi dari pada rata-rata minat siswa dengan pembelajaran konvensional.
Hipotesis kedua (penguasaan konsep):
H1: µ1y > µ2y: Rata-rata n-Gain penguasaan konsep pada materi larutan non elektrolit dan elektrolit dengan model LC 5E lebih tinggi daripada rata-rata n-Gain penguasaan konsep dengan pembelajaran
konvensional. Keterangan:
µ1 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok larutan non elektrolit dan elektrolit pada kelas yang diterapkan model LC 5E
µ2 : Rata-rata (x,y) pada materi pokok larutan non elektrolit dan elektrolit pada kelas dengan pembelajaran konvensional
x: minat siswa
y : penguasaan konsep
Uji statistik ini sangatlah bergantung pada homogenitas kedua varians data,
karena jika kedua varians kelas sampel homogen (σ12 = σ22), maka uji yang dilakukan menggunakan rumus sebagai berikut :
2
x = Mean N-gain penguasaan konsep kelas eksperimen
2
38
2 1
s = Varians kelas eksperimen 2
2
s = Varians kelas kontrol 2
s = Varians kedua kelas
1
n = Jumlah sampel kelas eksperimen
2
n = Jumlah sampel kelas kontrol
dengan kriteria pengujian terima Ho jika t t1 - dan tolak Ho jika mempunyai
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dan pembahasan yang disajikan, maka
dapat diperoleh simpulan bahwa model pembelajaran LC 5E efektif dalam
meningkatkan minat dan penguasaan konsep siswa pada materi pokok larutan non
elektrolit dan elektrolit SMA Al Azhar 3 Bandar Lampung. Dimana rata-rata n-Gain
minat dan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran LC 5E lebih tinggi daripada rata-rata n-Gainminat dan penguasaan konsep siswa pada pembelajaran
konvensional pada materi pokok larutan non elektrolit dan elektrolit SMA Al Azhar 3
Bandar Lampung.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, disarankan bahwa:
1. Bagi calon peneliti lain yang tertarik melakukan penelitian menggunakan model pembelajaran LC 5E agar dalam pelaksanaannya dilakukan secara tim agar pengelolaan waktu dan kelas dalam proses pembelajaran lebih terencana dan terorganisir dengan baik sehingga pembelajaran lebih maksimal.
63
Abdurahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Arikunto, S. 2001. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi Aksara. Jakarta. Depdiknas. 2003. Pedoman Khusus Pengembangan Silabus dan Penilaian
Kurikulum 2004. Direktorat Pendidikan Menengah Umum.
Fadiawati, N. 2011. Perkembangan Konsepsi Pembelajaran Tentang Struktur Atom Dari SMA Hingga Perguruan Tinggi. Disertasi. Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia.
Ismawati, L. 2012. Perbandingan Ketrampilan Proses Sains dan Penguasaan Konsep Fisika Siwa Antara Model Pembelajaran Learning Cycle 5E Melalui Metode Eksperimen Dengan Metode Diskusi. Skripsi. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Muhli, A. Efektifitas Pembelajaran Diakses 29 Nopember 2012 dari
http://wordpress.com/
Purnajanti, L. 2012. Peningkatan Hasil Belajar Termokimia Melalui Pembelajaran Model Learning Cycle 5E Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Malang. Proseding Seminar Nasional LS IV: Universitas Negeri Malang. Malang.
Riyanto, C. A. 2011. Efektifitas Model Pembelajaran Kuantum Untuk
Meningkatkan Minat & Penguasaan Konsep Koloid Siswa SMAN 8 Bandar Lampung. Skripsi. FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sardiman, A. M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
Setiawan, P. A. 2011. Efektifitas Pembelajaran Berbasis Masalah Untuk
Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.
Sudjana, N. 2002. Metode Statistika. PT. Tarsito. Bandung.
_______, N. 2005. Metode Statistika Edisi keenam. PT. Tarsito. Bandung.
Wena. 2009. Science Curriculum Improvement Study/ SCIS. Karfa. Bandung. Wicaksono, A. 2008. Efektifitas Pebelajaran. Agung (ed). 5 April 2008. Diakses
tanggal 20 Desember 2012
Yuliati. 2006. Meningkatkan Penguasan Konsep Dan Hasil Belajar Fisika Menggunakan Model Pembelajaran Berdasarkan Masalah Pada Materi Pokok Dinamika Partikel (Skripsi). FKIP Universitas Lampung. Bandar Lampung. Tidak Diterbitkan.
Yulistiana, W. 2010. Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle (LC)
“5E” Dengan Megoptimalkan Media Work Sheet Untuk Meningkatkan