• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Melalui Situs www.disnakjabar.prov.go.id

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Peranan Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Melalui Situs www.disnakjabar.prov.go.id"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

JAWA BARAT (DISNAK JABAR) DALAM MENINGKATKAN

KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MELALUI SITUS

www.disnak.jabarprov.go.id

LAPORAN KKL

Diajukan untuk Memenuhi Laporan Kuliah Kerja Lapangan

pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun Oleh

:

ARI YUNADI

NIM: 41708010

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(2)

Judul

lknu Politik Prodi Ilmu Pemerinhhan

LESBAR PEI{GESAHAfi

:FERAI{AH APARATT

R

DITAS PETERHAI(AT{ JAWA

BARAT {D|$NAK JABAR} DAI*AX

HEI{$rtcKATKAIrt

KUALTAS PELAYAHI}I

PUAUil

HELALUT SITUS www. 6sn atr,ja&clrpoiv,W. i

d

: Ari Yunadi

:4{7080{0

Bandung, Oktoberz0l2

Itienyetujui ilama

Nim

Pernbimbing

(3)
(4)

90

I. Identitas Diri

Nama Lengkap : Ari Yunadi

Tempat dan Tanggal Lahir : Muara Bungo, 20 Desember 1989

Status Perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Alamat Lengkap : Jl. Kubang Sari II No. 46 Bandung

Email : Ariyunadi@yahoo.co.id

Handphone : +6282118011120

Nama Ayah : Usman

Pekerjaan Ayah : Wiraswasta

Nama Ibu : Eni Marzuliana

Pekerjaan Ibu : Wiraswasta

Alamat Lengkap : Jaya Setia, Pasar Muara Bungo RT 10

RW 01, Muara Bungo

II. Pendidikan Formal

1. SD Negeri 290 Muara Bungo 1995-2001

2. SMP Negeri 1 Muara Bungo 2001-2004

3. SMA Negeri 1 Muara Bungo 2004-2007

(5)

91

1. LKPTMNas Tahun 2008 Samarinda

2. LKPTMNas Tahun 2009 Lampung

3. LKPTMNas Tahun 2010 Malang

4. Pelatihan Protokoler Pengurus Hima Mahasiswa Ilmu Pemerintahan

Tahun 2009

5. LDK Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun 2010

6. Table Manner 2009

7. TOEFL Tahun 2011

8. Kuliah Umum Pelaksanaan E-KTP Guna Meningkatkan Pelayanan

Publik Tahun 2012

III. Pengalaman Organisasi

1. Anggota Hima Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun 2008-2009

2. Ketua Dept Minat dan Bakat Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun

2009-2010

3. Wakil Ketua Hima Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun 2010-2011

4. Anggota Fokkermapi tahun 2008-Sekarang

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya

Bandung, Oktober 2012

(6)

ii

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat

rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Usulan Laporan KKL ini dengan

judul “Peranan Aparatur Dinas Peternakan Jawa Barat (Disnak Jabar) Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik Melalui Situs

www.disnak.jabarprov.go.id

Usulan Laporan KKL ini diperlukan untuk

Usulan Laporan KKL Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan Usulan Penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih

banyak kekurangan dan kelemahan. Maka dari itu penulis mengharapkan

kritik dan saran dari para pembaca sebagai cerminan dan introspeksi bagi

penulis.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak

yang telah membantu dalam pengumpulan data, penyusunan, dan

penyelesaian Usulan Penulisan ini. Secara khusus penulis menyampaikan

rasa terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Retjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu

Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.

2. Nia Karniawati, S.IP,.M,Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu

Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas

Komputer Indonesia.

3. Tatik Rohmawati, S.IP.,M.Si. selaku dosen pembimbing bagi penulis

dalam penyusunan Laporan KKL ini.

4. Seuluruh Staf Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah

membantu kelancaran penulis dalam melaksanakan Usulan

Penulisan.

5. Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang telah

(7)

iii

yang sudah memberikan dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat berarti bagi penulis dalam

menyelesaikan Usulan Penulisan ini.

7. Dan rasa Terima Kasih kepada Ridia Yulia Dini, S.pd. orang yang

spesial dalam hari-hari saya yang slalu memberikan dorongan dan

semangat dalam penyelesaian penulisan ini.

8. Teman–teman di Program Studi Ilmu Pemerintahan.

9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan

bantuan bagi penulis dalam penyusunan Usulan Penulisan ini.

Semoga Usulan Laporan KKLini dapat berguna dan bermanfaat

khususnya bagi penulis dan bagi pihak Dinas Peternakan Provinsi Jawa

Barat serta pembaca pada umumnya.

Wassalamu’alikum Wr. Wb.

Bandung, Oktober 2012

(8)

iv

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iv

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... vii

LAMPIRAN……….…………..……..viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Kegunaan KKL....……... 3

1.3 Metode Dalam KKL... 4

1.3.1 Metode KKL... 4

1.3.2 TeknikPengumpulan Data... 5

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL... 5

1.4.1 Lokasi KKL……... 5

1.4.1.1 Gambaran Umum Disnak Jabar... 6

1.4.1.2 Struktur Organisasi Disnak Jabar……... 7

1.4.1.3 Visi dan Misi Disnak Jabar ... 16

1.4.1.4 Situs Disnak ... 17

1.4.2 Jadwal Penulisan KKL... 19

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peranan... 20

2.2 Pengertian Aparatur………. 22

2.3 Kualitas Pelayanan Publik ... 22

2.3.1 Pengertian Kualitas ... 22

2.3.2 Pengertian Pelayanan Pubik... 23

2.3.3 Pengertian Kualitas Pelayanan Publik... 26

2.3.3.1 Kultur Organisasi... 31

2.3.3.2 Sistem Pelayanan Publik... 38

(9)

v

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL

3.1 HasilKegiatan KKL……….………... 55

3.2 Pembahasan KKL……….………. 57

3.2.1 Peranan Aparatur Dinas Peternakan... 57

3.2.2 Kualitas Pelyanan Publik…..….………. 60

3.2.3 Konsep Situs Dinas Peternakan ……… 62

3.2.4 Fitur WebsiteDinas Peternakan……..…………. 65

3.2.4.1 Produk Ternak Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat ……… 72

3.2.4.2 Forum Konsultasi ……… 74

3.2.4.3 Kontak Bisnis……… 76

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 78

5.2 Saran……… 89

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Jadwal KKL... 19

Tabel 1.2 Rekapitulasi Pegawai Dinas Peternakan ……… 13

(11)

vii

Halaman

Gambar 1.1 Struktur Organisasi ... 15

Gambar 1.2 Situs Disnak Jabar ... 18

Gambar 2.1 Model Mekanisme Voice ... 30

Gambar 3.1 Tampilan Menu Awal Disnak Jabar………..………… 71

Gambar 3.2 Tampilan Website ProdukTernak... 73

Gambar 3.3 Tampilan Wesite Forum Konsultasi……….. 75

(12)

viii

LAMPIRAN

Lembar Form Aktivitas Harian Dilokasi KKL………. 83

Lembar Form Bimbingan………. 85

Surat Permohonan KKL……… 87

Surat Persetujuan KKL………. 88

Surat Telah Melaksanakan KKL……….………. 89

(13)

80

DAFTAR PUSTAKA A. Buku – Buku

Andrianto, Nico. (2007). Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui E-Government.Malang :Bayumedia

Anwar, M. Khoirul dan Oetojo S. Asianti. (2004).SIMDA:Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah.

Jakarta: PustakaPelajar.

Bungin, Burhan.(2001). Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta:Gajah Mada Press.

Dirgantoro, Crown. (2001). Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.

Dirgantoro, Crown. ( 2004). Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta: PT Gramedia

Goetsch, L. Davis (2000). Quality Management for Production, Processing, and Services. Columbus:Prentice Hall

Handayaningrat, Soewarno. (1983). Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Gunung Agung.

Hasibuan, Malayu. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:PT. Toko Gunung Agung.

Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan.

Mangkunegara, Anwar Prabu. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.

Mangkunegara, Prabu Anwar. (2005). Perilaku Dan Budaya Organisasi. Bandung: PT Refika Aditama. Moenir, A.S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia.Jakarta :BumiAksara,.

Mahmudi.(2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik.Yogyakarta:Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.

Moenir, H.A.S. (1995). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Sarwoto, (1985).Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Gahlia Indonesia.

(14)

81

Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Supranto, (1997).Pengukuran Tingkat Kepuasan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.

Supriatna, Tjahya. (1996). Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Nimas Multima.

Pabundu, Mohammad. (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Ratminto.(2006). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Pamudji, (1994).Profesionalisme Aparatur Negara dalam Meningkatkan Pelayanan dan Perilaku Politik Publik. Jakarta: Widya Praja

Tampubolon, Manahan. (2004). Perilaku Keroganisasian. Jakarta: Ghalia Indonesia

Tjiptono, Fandi. (1996). Total Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset.

Triguno. (1997). Budaya Kerja Menciptakan Lingkungan Yang Kondusif Untuk Meningkatkan Produktifitas Kerja.Jakarta: Puskap

Winarno, Budi. 2005.Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta:Media Pressindo (Anggota IKAPI).

Wasistiono, dkk.(2002). Manajemen Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah.Jatinangor:Pusat Kajian Pemerintahan STPDN.

Wasistiono, Sadu. (2001). Kapita Selekta Manajemen Pemerintah Daerah.Sumedang: Alqoprint

Yudoyono, Bambang. 2001. Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan

B. RujukanElektronik

http://www.disnak.jabarprov.go.id diakses Mei 2012 19.20 WIB

C. Dokumen-Dokumen

(15)

82

Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan Sistem Informasi Manajemen Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun 2000 jo No 5 Tahun 2002 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat

Peraturan Gubernur Jawa Barat No 07 tahun 2009 tentang pendayagunaan website pemerintah provinsi jawa Barat

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangMasalah

Era globalisasi menuntut adanya kompetisi dari beberapa negara

untuk saling bersaing guna merebutkan kedudukan sebagai negara penentu

dalam dunia baik dalam bidang perekonomian, sosial budaya, politik dan

sebagainya.Perkembangan sumber daya manusia juga dituntut agar lebih

baik karena kemajuan teknologi, perdagangan dan sebagainya ditentukan

oleh sumber daya manusia selaku pelaku dan penggerak semua itu.

Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting di

dalam pembangunan, disamping unsur lainnya seperti bahan, modal, dan

teknologi.Pembangunan nasional dapat tercapai dengan baik, apabila

ditunjang oleh sumber daya manusia yang handal.Sumber daya manusia

merupakan unsur yang sangat penting untuk tercapainya keberhasilan

pembangunan.

Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan upaya

mewujudkan hasil tertentu kegiatan orang lain. Hal ini berarti bahwa sumber

daya manusia mempunyai peran penting dan dominan dalam

manajemen.Manajemen sumber daya manusia mengatur dan menetapkan

program kepegawaian.

Peran manajemen sumber daya manusia sangat menentukan bagi

terwujudkan tujuan organisasi, tetapi untuk memimpin manusia merupakan

hal yang cukup sulit.Tenaga kerja selain diharapkan mampu, cakap dan

terampil, hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk

bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan bekerja efektif

jika tidak di ikuti oleh kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan

tujuan.

Kemampuan menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan

pekerjaan dan merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk

bekerja giat dan mengerjakan pekerjaannya.Persyaratan yang sangat

(17)

kerja yang tinggi sehingga tercipta kinerja aparatur yang kondusif untuk

merealisasikan potensi kerja yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan

organisasi.

Manajemen sumber daya manusia keberadaannya sangat

dibutuhkan oleh organisasi baik organisasi pemerintah maupun swasta.

Penilaian kinerja aparatur dalam organisasi merupakan hal yang sangat

penting karena akan bermanfaat untuk mengetahui efektifitas kerja

organisasi sehingga tujuan organisasi tersebut akan dapat tercapai.

Penilaian kinerja pegawai bagi organisasi swasta atau perusahaan belum

memiliki ukuran yang baku, namun organisasi pemerintah atau instansi

pemerintah sudah mempunyai aturan yang baku dalam penilaian kinerja

aparatur.

Peran yang begitu besar sumber daya manusia sebagai pelaku

utama dan juga merupakan input dari proses produksi dalam pembangunan

akan tercapai apabila faktor-faktor penunjang optimalisasi peran tersebut

tercapai. Salah satu faktor yang menentukan peran SDM adalah kinerja.

Jika aparatur dalam organisasi atau perusahaan mempunyai kinerja yang

baik, maka diharapkan akan mempunyai kontribusi positif terhadap

organisasi atau perusahaan. Kinerja aparatur sangat ditentukan oleh

seberapa baik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki aparatur dan

memfasilitasi penyelesaian atau pencapaian kinerja mereka, diklat

berkorelasi positif dengan kinerja pegawai.

Keseluruhan aspek penilaian tersebut diibaratkan bahwa semua

aparatur memiliki tingkat kemampuan dan latar belakang yang sesuai

dengan tuntutan kerja sebagaimana diatur dalam TUPOKSI (Tugas Pokok

dan Fungsi) dari instansi tersebut. Penilaian perananaparatur yang

merupakan cara pembinaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi

perlu dilakukan dengan prinsip-prinsip pembinaan personil yang tepat sesuai

dengan kesepakatan bersama. Semakin kompleksnya tugas dan tanggung

jawab yang diemban oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (Disnak

Jabar) tersebut mengharuskan para aparaturnya untuk lebih profesional,

(18)

menjunjung tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan

kepada masyarakat maupun aparatur pemerintah itu sendiri.

Padahal penilaian Peranan aparatur apabila kita tinjau lebih

mendalam, penilaian Perananaparaturakan dipengaruhi oleh beberapa hal

yang antara lain insentif, motivasi, disiplin kerja, budaya kerja, tingkat

pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan, komunikasi, dan sebagainya.

Pemberian insentif merupakan imbalan yang diberikan kepada

seorang pegawai telah melakukan suatu pekerjaan diluar tugas pokoknya

atau melebihi target dari pekerjaan tersebut. Insentif sangat penting bagi

aparatur guna merangsang seseorang untuk melakukan pekerjaan melebihi

apa yang diinginkan oleh organisasi. Disamping itu insentif juga berfungsi

sebagai penghargaan dari pegawai yang telah melakukan suatu pekerjaan

yang telah ditetapkan oleh pimpinan.

Disiplin kerja sangatlah penting dalam suatu organisasi

dalammelaksanakan tugas-tugasnya guna mewujudkan tujuan organisasi

tersebut.Disiplin kerja mengatur aparaturakan mentaati segala norma,

kaidah dan peraturan yang berlaku dalam organisasi. Tujuan disiplin kerja ini

dalam rangka memperlancar seorang aparatur dalam melaksanakan

pekerjaannya agar pencapaian tujuan organisasi tepat waktu,tepat sasaran

serta efektif dan efesien.

Berdasar latar belakang penulisan diatas, maka penulis tertarik untuk

meneliti titik permasalahan dan berupaya mencari pemecahannya dengan

mencoba mengangkat masalah tentang “Peranan Aparatur Dinas Peternakan Jawa Barat (Disnak Jabar) Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Masyarakat Melalui Situs www.disnak.jabarprov.go.id”.

1.2 Kegunaan KKL

Kegunaan dari penulisan ini adalah :

1. Bagi kepentingan penulis,Laporan KKL ini dapat berguna untuk

menambahwawasan dan pengetahuan penulis mengenai

perananaparatur Disnak Jabardalam meningkatkan informasi

(19)

2. Secara teoritis, penulisan ini untuk mengembangkan teori-teori yang

penulis gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam usulan

Laporan KKL ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi

perkembangan Ilmu Pemerintahan.

3. Secara praktis, diharapkan Laporan KKL ini dapat bermanfaat dalam

meningkatkan kualitas pelayananaparatur Disnak Jabar dalam

memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui situs

www.disnak.jabarprov.go.id.

1.3 Metode Dalam KKL 1.3.1. Metode KKL

Sesuai dengan masalah yang ditulis pada Laporan KKLini,

khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka

dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan

berdasarkan suatu metode.Metode tersebut dapat lebih mengarahkan

penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan.

Dengan demikian, penulis dalam melakukan KKL ini menggunakan

metode penulisan deskriptif. Menurut Burhan Bungin yang berjudul ”Metodologi Penulisan Kualitatif Dan Kuantitatif”. Metode penulisan deskriptif dapat diartikan sebagai berikut:

Penulisan yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variableyang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variable tertentu. Penulisan deskriptif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkan yang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian (Bungin,2001:124).

Berdasarkan pengertian di atas, maka metode deskriptif

menggambarkan tentang kinerja aparatur Disnak Jabar dalam memberikan

informasi peternakansesuai dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan

(20)

1.3.2. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengambil data penulisan dilakukan dengan langkah –

langkah yang sesuai dengan keadaan atau kondisi data yang diambil yaitu:

a) Observasi

Observasi adalah dilakukan untuk memperoleh informasi tentang

kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan maka dengan itu

penulis menggunakan metode observasi.

b) Studi Pustaka

Yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data tertulis, yaitu

buku – buku, peraturan dan sumber lain yang relevan dengan

masalah yang diteliti.

c) Wawancara

Wawancara dilakukan tanpa menggunakan pedoman wawancara,

dengan kata lain dilakukan dengan cara tidak terstruktur. Wawancara

dilakukan dengan kepala Kasi dan Informasi Dinas Peternakan

Provinsi Jawa Barat Ir. Rina Fajarwati.

1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL 1.4.1. Lokasi KKL

Penulisan ini dilaksanakan di Dinas Perternakan Provinsi Jawa

Barat, yang beralamat di Jln. Ir. H. Juanda No. 358 Bandung. Telepon (022)

2501151. Adapun judul dari masalah tentang "Peranan Aparatur Disnak

Jabar Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Melalui

(21)

1.4.1.1. Gambaran Umum Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

Struktur organisasi dalam suatu lembaga atau instansi sangat

diperlukan keberadaannya. Karena struktur organisasi ini dapat dijadikan

pedoman dalam pembagian tugas, oleh setiap bagian sesuai dengan

fungsinya masing-masing agar lebih mengarah pada pelaksanaan pedoman

kerja yang telah disusun sebelumnya. Jika pembagian tugas tidak jelas,

maka akan menghambat dalam pengambilan keputusan dan dalam

pencapaian tujuan yang sudah direncanakan.

Dinas Peternakan Jawa Barat mempunyai struktur organisasi garis

dan staf, maksudnya adalah dalam setiap tingkat level organisasi dikepalai

oleh seseoarang atasan yang membawahi beberapa orang aparatur. Jadi

seoarang aparatur hanya bertanggungjawab kepada seorang atasan.

Pada tahun 1961 terjadi perubahan pelaksanaan kepemerintahan,

yaitu penyerahan sebagian urusan Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah

Kabupaten/Kotamadya melalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat

Nomor 15/PD-DPRD-GR/1961, tentang Penyerahan urusan-urusan dalam

lapangan kehewanan kepada Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten di

seluruh Jawa Barat.

Untuk penyerahan urusan peternakan yang diserahan ke

Kota/Kabupaten meliputi:

1. Urusan kesehatan ternak, dan hal-hal yang bersangkutan dengan itu,

sepanjang urusan ini belum menjadi urusan Daerah tersebut

2. Usaha-usaha tentang pemeriksaan pengangkutan hewan-hewan,

memperlindungi dan mencegah serta mengawasi

penganiayaan-penganiyaan hewan.

Dengan telah diserahkannya sebagain urusan lapangan kehewanan

dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kota/Kabupaten diseluruh

Jawa Barat, maka sejak saat itu terbentuk pula Jawatan Kehewanan di DT

IIKabupaten/Kotamadya diseluruh Jawa Barat sebagai instansi

OtonomTingkat II.Pada tahun 1968 melalui Keputusan Presiden Nomor 19

Tahun 1968 yang merubahnama /istilah Direktorat Jenderal Kehewanan

(22)

dengan Keputusan Presiden tersebut, nomen klatur Jawatan Kehewanan

disesuaikan menjadi Jawatan Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Dengan meningkatnya urusan penyelenggaraan pemerintahan dan

fasilitasi pembangunan, pada tahun 1975 terjadi perubahan struktur instansi

otonom dilingkungan Pemerintah Provinsi, yang ditetapkanmelalui Surat

Keputusan Gubernur Nomor 107/A/V/18/SK/1975, tentang perubahan

Jawatan (Otonomi) menjadi Dinas. Maka sejak itu Jawatan Peternakan

Provinsi Daerah Jawa Barat menjadi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.

1.4.1.2. Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Struktur organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan diatur melalui

Peraturan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 tahun 1979, tentang

susunan organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat,

kemudian dengan keluarnya Instruksi Menteri dalam Negeri Nomor 6 Tahun

1980, tentang petunjuk pelaksanaan mengenai pembentukan susunan

organisasi dan tata kerja peternakan, maka struktur dinas

disesuaikankembali melalui Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 13 Tahun

1983, tentang susunan organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi

Daerah Tingkat Jawa Barat, dengan sub sistem organisasi Dinas terdiri atas:

1. Kepala Dinas

Kepala Bagian Tata Usaha membawahi:

a. Subag Kepegawaian

b. Subag Perlengkapan

c. Subag Umum

d. Subag Humas

2. Sub Dinas Teknis yang terdiri atas:

a. Sub Dinas Bina Program

b. Sub Dinas Produksi

c. Sub Dinas Bina Usaha

d. Sub Dinas Kesehatan Hewan

e. Sub Dinas Penyuluhan

(23)

Untuk sub sistem tatalaksana pemerintahan mengacu kepada

Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan

di Daerah, yang intinya penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan

secara sentralistik (terpusat) dengan Gubernur juga merangkap sebagai

Kepala Daerah, sehingga seluruh Daerah Kota/Kabupaten juga bertanggung

Jawab Kepada Gubernur, dan untuk bidang peternakan melalui Dinas

Peternakan Provinsi Jawa Barat.

Dengan terbitnya Keputusan Menteri Pertanian Nomor

803/Kpts/OT.210/12/94,tentang Penyerahan sebagain urusanPemerintahan

di Bidang Pertanian kepada Pemerintah Kota/Kabupaten, untuk

bidangpeternakan yang diserahkan adalah sebagai berikut:

a. Pengujian dan penerapan teknologi

b. Sumber daya lahan, Penyebaran dan pengembangan peternakan

c. Perbibitan dan silsilah ternak

d. Pakan ternak, dan tanah pengembalaan

e. Obat Hewan

f. Pembinaan alat dan mesin

g. Peredaran dan mutasi ternak

h. Kesehatan hewan

i. Pelayanan dan perijinan usaha

j. Pembinaan pemasaran

k. Pembinaan manajemen usaha tani

l. Tenaga kerja peternakan

m. Data dan statistik peternakan

n. Penyuluhan pertanian.

Sejalan dengan penyerahan sebagain urusan kepada pemerintah

Kota/Kabupaten, maka struktur organisasi dinas berubah kembali, yang

ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Nomor 17

Tahun 1995, tentang Organisasi dan Tata kerja Dinas Peternakan Provinsi

Jawa Barat, yaitu dengan tugas pokok menyelenggarakan sebagaian urusan

rumah tangga daerah di bidang peternakan dan tugas pembantuan yang

(24)

berubah menjadi : Kepala Dinas; Kepala Bagian Tata Usaha membawahi

Subag Perencanaan, Subag Kepegawaian, Subag Perlengkapan, Subag

Umum; dan 6 Sub Dinas Teknis yang terdiri atas : Sub Dinas Bina Produksi,

Sub Dinas Bina Usaha, Sub Dinas Bina Kesehatan Hewan, Sub Dinas Bina

Penyuluhan, Sub Dinas Bina Pengembangan dan Penyebaran Ternak serta

Unit Pelaksana Teknis Dinas

Perubahan Pemerintahan yang cukup besar terjadi setelah terbitnya

Undang Undang 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan

Undang-undang Nomor 25Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, Dari sistem pemerintahan yang sentralistik

menuju pemerintahan desentralisasi, yang lebih menitikberatkan fungsi dan

kewengan lepada pemerintah kabupaten dan Kota dengan maksud lebih

mendekatkan pelayanan terhadap masyarakat. Undang-undang tersebut

kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun

2000 tentang kewenangan pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom,

kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya di bidang pertanian,

terdapat 12 kewenangan peternakan yang harus di laksanakan Provinsi

yaitu:

1. Penetapan standar pelayanan minimal dalam bidang pertanian yang

wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota.

2. Penetapan standar pembibitan/pembenihan pertanian.

3. Penetapan standar teknis minimal RPH, Rumah Sakit Hewan dan

satuan pelayanan peternakan terpadu.

4. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM aparat pertanian

teknis fungsional,keterampilan dan diklat kejuruan tingkat menengah.

5. Promosi ekspor komoditas pertanian unggulan Daerah Provinsi.

6. Penyediaan dukungan kerjasama antar Kabupaten/Kota dalam

bidang pertanian.

7. Pengaturan dan pelaksanaan penanggulangan wabah hama dan

penyakit menular.

(25)

9. Penetapan kawasan pertanian terpadu berdasarkan kesepakatan

dengan Kabupaten/Kota.

10. Pelaksanaan penyidikan penyakit di bidang pertanian lintas

Kabupaten/Kota.

11. Penyediaan dukungan pengendalian eradikasi organisme

pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit di bidang peternakan.

12. Pemantauan,peramalan dan pengendalian serta penanggukangan

eksplosi organisme pengganggu tumbuhan dan penyakit di bidang

pertanian.

Untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi maka terjadi pula

penyesuaian instansi/dinas-dinas di tingkat Provinsi, dan berdasarkan

Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun 2000 jo No 5 Tahun

2002 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan Provinsi

Jawa Barat mempunyai tugas pokok:

Merumuskan kebijakan Operasional di bidang peternakan yang

merupakan sebagian kewenangan desentralisasi Provinsi serta kewenangan

yang dilimpahkan kepada Gubernur berdasarkan azas dekonsentrasi dan

Tugas Pembantuan.

Adapun fungsi yang dimilikinya adalah dalam rangka:

1. Perumusan kebijakan operasional di bidang peternakan.

2. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang peternakan.

3. Fasilitasi pelaksanaan tugas di bidang peternakan meliputi program,

perbibitan, pengembangan peternakan, kesehatan hewan,

kesehatan masyarakat veteriner serta UPTD.

4. Penyelenggaraan urusan ketatausahaan.

Dalam melaksanakan Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas, Kepala Dinas

dibantu oleh,1 (satu) orang Wakil Kepala, 5 (lima) orang Kepala Sub Dinas,

1 (satu)orang Kepala Bagian Tata Usaha, 15 orang Kepala Seksi dan 3(tiga)

orang Kepala Sub Bagian.

Selain perangkat diatas, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2002, tentang Perubahan

(26)

Dinas DaerahProvinsi Jawa Barat, maka Dinas PeternakanProvinsi Jawa

Barat mempunyai perangkat Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) setingkat

eselon III, yang terdiri dari 8 (delapan) UPTD yaitu 5(lima) UPTD

pengembangan, 2 (dua) UPTD pelayanan dan 1 (satu) UPTDpelatihan,

yaitu:

1. UPTD pengembangan Balai Pengembangan Perbibitan Ternak

Unggas Jatiwangi Kabupaten Majalengka.

2. UPTD Pengembangan Balai Perbibitan Ternak Sapi Perah Cikole

Kab. Bandung.

3. UPTD Pengembangan Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi

Perah Bunikasih Kab. Cianjur.

4. UPTD Pengambangan Balai Pengembangan Ternak Domba

Margawati Kab. Garut dengan instalasi SPTD Trijaya Kab. Kuningan.

5. UPTD Pengembangan Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi

Potong Kab. Ciamis.

6. UPTD Pelayanan Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan

MasyarakatVeteriner di Cikole Kab. Bandung dengan instalasi Check

Point BanjarKab. Ciamis, Check Point Losari Kab. Cirebon, dan

Laboratorium Kesehatan Hewan Kab. Majalengka.

7. UPTD Pelayanan Balai Pengujian Sarana Produksi Peternakan

Cikole Kab. Bandung.

8. UPTD Pelatihan Balai Pelatihan Peternakan Cikole Kab. Bandung.

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah, maka Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

merupakan instansi teknis daerah provinsi yang menangani bidang

peternakan dalam mengkoordinasikan dan menfasilitasi penyelenggaraan

pemerintah dan pembangunan peternakan di Jawa Barat.

Struktur Dinas seperti demikian berlangsung hingga keluarnya

Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat

Daerah. Dalam melaksanakan Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas, Kepala

(27)

Perencanaan, subid Keuangan dan subid Umum, 4 (empat) orang Kepala

Bidang dan 12 orang Kepala Seksi dengan rincian sebagai berikut:

1. BIDANG PRASARANA DAN SARANA

a. Seksi Penataan Kawasan

b. Seksi Teknologi Alsin

c. Seksi Data dan Informasi

2. BIDANG PRODUKSI

a. Seksi Perbibitan

b. Seksi Pakan Ternak

c. Seksi Budidaya

3. BIDANG KESEHATAN HEWAN DAN KESMAVET

a. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan

b. Seksi Pengamatan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan

c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner

4. BIDANG PENGEMBANGAN

a. Seksi Fasilitasi Usaha dan Kelembagaan

b. Seksi Pasca Panen dan Pengolahan

c. Seksi Distribusi dan Pemasaran Hasil

Sedangkan Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) setingkat eselon

III tidak mengalami perubahan yakni terdiri dari 8 (delapan) UPTD yaitu

5(lima) UPTD pengembangan, 2 (dua) UPTD pelayanan dan 1 (satu) UPTD

pelatihan.

Berdasarkan data diatas, Dinas Peternakan mempunyai tabel

rekapitulasi jumlah pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan

struktur organisasi, berikut ini adalah tabel rekapitulasi dan struktur

(28)

Tabel 1.2

Rekapitulasi Jumlah Pegawai Dinas Peternakan ( Mei 2012 )

NO UNIT KERJA PNS CPNS TKK THL JML

1

Kepala Dinas

SEKRETARIAT

1 - - - 1

2

Sekretaris

1 - - - 1

3

Sub Bagian Perencanaan

dan Program

9 - - - 9

4

Sub Bagian Keuangan

16 - - - 16

5

Sub Bagian Kepegawaian

dan Umum

24 - - - 24

Jumlah Sekretariat 51 0 0 0 51

1 BIDANG

Bidang Prasarana dan

Sarana

11 - - - 11

2

Bidang Produksi

16 1 - - 17

3

Bidang Pengembangan

Usaha

13 1 - - 14

4

Bidang Keswan dan

Kesmavet

12 - - - 12

Jumlah Bidang 52 2 0 0 54

Jumlah Pegawai Provinsi 103 2 0 0 105

1 UPTD

BPT SP & HMT Cikole

Lembang

37 1 - - 38

2

Balai Perbibitan &

Pengembangan IBT SP

Bunikasih

20 1 - - 21

3

BPPT Unggas Jatiwangi

Majalengka

24 1 - - 25

4

BPPT Domba Margawati

Garut

21 1 - - 22

5

(29)

6

Balai Pengujian Mutu

Pakan Ternak Cikole

Lembang

10 - - - 10

7

BPPPH & Kesmavet

Cikole Lembang

17 - - - 17

8

Balai Pelatihan

Peternakan

12 1 - - 13

9

Sub PPT Domba Trijaya

Kab.Kuningan 10 - - - 10

10

Sub Unit Pos pemeriksaan

hewan Losari 9 - - - 9

11 Sub Unit Pemeriksaan

Hewan Kota Banjar 6 - - - 6

12

Sub Unit Lab. Keswan Losari Kab. Cirebon 3 - - - 3

13 Sub Unit Pos Pemeriksaan

hewan gunung Sindur 7 - - - 7

JUMLAH PEGAWAI UPTD 196 5 0 0 201

JUMLAH PEGAWAI DISNAK PROV.

JABAR 299 7 0 0 306

Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2012

Dari data rekapitulasi jumlah pegawai Dinas Peternakan Provinsi

Jawa Barat beberapa jabatan penting diduduki oleh beberapa struktur

organisasi, berikut struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa

(30)
[image:30.516.90.464.54.601.2]

Gambar 1.1 Struktur Organanisasi

(31)

1.4.1.3. Visi dan Misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

Visi adalah suatu cara pandang ke masa depan yang mengilhami

setiap tindakan secara emosional dan memotivasi secara positif untuk

mencapai kondisi yang diinginkan dimasa mendatang. Melalui Undang –

Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, telah

memberikan perubahan paradigma baru dalam mekanisme perencanaan

pembangunan daerah dengan melibatkan semua komponen masyarakat

dalam setiap tahapan perencanaan..

Adapun visi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah Menjadi

Dinas yang memberdayakan masyarakat peternakan demi Ketahanan

Pangan asal hewan serta Kesejahteraan Masyarakat Jawa Barat.

Misi adalah suatu keamanan yang kuat suatu organisasi / lembaga

dengan memperhatikan kewenangan dan tanggung jawab atas kepentingan

umum ( publik ) guna mewujudkan kondisi dan situasi yang diinginkan pada

akhir kurun waktu tertentu yang menyiratkan tujuan yang harus dicapai

sebagai prasyarat terwujudnya Visi Perumusan misi harus memperhatikan

pihak yang berkepentingan (stakeholders), dan memberikan peluang untuk

perubahan/penyesuaian dengan tuntutan perkembangan lingkungan

strategi.

Adapun misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah:

1. Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat melalui kemitraan

strategis secara profesional.

2. Memfasilitasi pemangku kepentingan dalam pengembangan kawasan

usaha peternakan yang berwawasan lingkungan untuk meningkatkan

produk yang berdaya saing dan kesejahteraan bagi masyarakat; dan

3. Mendorong peningkatan terciptanya lingkungan yang kondusif bagi

(32)

1.4.1.4. Situs Dinas Peternakan

Dalam laporan kkl ini penulis melihat dari bagaimana peranan aparatur

Dinas Perternakan dalam meningkatkan kualitas pelayan melalui website,

dalam website dinas peterakan itu sendiri terdapat beberapa fitur andalan

yang dapat digunakan untuk berinteraksi langsung dengan aparatur Dinas

Peternakan itu sendiri. Yang mana dalam website tersebut terdapat informasi

yang dapat dibutuhkan oleh masyarakat atau pengguna layanan website

disnak itu sendiri. Ada tiga yang menjadi produk andalan di dalam tampilan

website Dinas peternakan Provinsi Jawa Barat yang pertama produk ternak,

yang mana di dalam produk ternak para pengusaha binaan disnak jabar dapat

mempromosikan hasil ternak mereka ke masyarakat luar, yang ke dua forum

konsultasi yang mana di dalam nya dinas peternakan provinsi jawa barat

menyediakan tempat konsultasi bagi sapa saja yang membutuhkan berkaitan

dengan peternakan, yang ke tiga kontak bisnis yang mana di dalam nya Dinas

Peternakan Provinsi Jawa Barat menyediakan tempat bagi masyarakat luas

untuk memasarkan hasil ternak mereka bagi sapa saja yang membutuhkan.

Hal ini mempermudah masyakat untuk mengetahui berbagai informasi yang

tersedia di dalam website tersebut.Selain itu, adanya website merupakan

salah satu bentuk kualitas pelayanan yang di sediakan oleh Dinas

Perternakan. Disinilah masyarakat bisa menilai bagai mana kualitas

pelayanan yang disediakan oleh Dinas Peternakan. Berikut ini adalah

(33)
[image:33.516.92.444.100.565.2]

Gambar 1.2

Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat

(34)

1.4.2 Jadwal Penulisan KKL

Penjadwalan penulisan kuliah kerja lapangan sampai dengan

pengumpulan laporan yang terdiri dari:

a).

Penyusunan rancangan judul

, bulan Mei 2012.

b).

Penyusunan Laporan KKL

, bulan Juni –Juli 2012.

c).

Pelaksanaan KKL

, bulanJuli- Agustus 2012

e).

Pengumpulan Data

bulan Juli - Agustus2012.

f).

Penyusunan Laporan KKL

September - Oktober 2012.

g).

Pengumpulan Laporan KKL

November 2012. [image:34.516.82.466.279.595.2]

h). Seminar Laporan KKL

Tabel 1.1 Jadwal KKL

No

Waktu

Kegiatan

2012

2013

Mei Jun Juli Agst Sept Okt Nov Jan

1

Penyusunan

rancangan

judul

2

Penyusunan

Laporan KKL

3

Pelaksanaan

KKL

4

Pengumpulan

Data

5

Penyusunan Laporan KKL

6

Pengumpulan

Laporan KKL

7 Seminar
(35)

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Peranan

Peranan suatu alasan penting bagi masyarakatan untuk

mempertanyakan kualitas yang diberikan oleh aparatur perintahan. Disinilah

masyarakat dapat menilai hasil kerja para aparatur pemerintahan dalam

peran meraka melayani semua kebutuhan masyarakat, berikut pendapat

para ahli mengenai peranan:

Menurut pendapat Soerjono Soekanto,

“peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya” (Soekanto, 2004:243).

Sesuai dengan pendapat di atas, peranan merupakan aspek dinamis

kedudukan atau status seseorang. Seseorang akan dinyatakan

melaksanakan peranan setelah menjalankan hak dan kewajibannya sesuai

dengan kedudukannya. Hak dan kewajiban tersebut juga menentukan

tindakan-tindakan seseorang dalam melaksanakan pembangunan.

Masyarakat akan memberikan kesempatan-kesempatan atas

tindakan-tindakan tersebut. masyarakat akan memberikan tanggapan-tanggapan atas

peranan yang yang dilakukan oleh seseorang.

Menurut pendapat Soejono Soekanto peranan dapat mencakup 3

(tiga) hal, yaitu :

1. peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan

2. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi

(36)

Berdasarkan pendapat di atas peranan diatur oleh norma-norma

yang berlaku, peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan

dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam

masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan pada fungsi,

penyesuain diri dan sebagai proses, suatu konsep tentang apa yang

dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi serta

merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang

dalam kehidupan kemasyarakatan. Menurut Sadu Wasistiono berpendapat

bahwa:

“perkembangan pemerintahan tak lepas dari perkembangan sejarah terbentuknya suatu masyarakat. Pada saat beberapa orang berkelompok secara permanen untuk kemudian membentuk masyarakat, pada saat itu pula terbentuk embrio pemerintahan, yakni suatu kelompok atau institusi yang berfungsi mengatur dan mengurus kehidupan masyarakat agar dapat tetap bertahan terhadap serangan kelompok luar” (Wasistiono, 2002:27).

Pendapat tersebut menandakan, bahwa terbentuknya suatu

pemerintahan tak lepas dari sejarah terbentuknya masyarakat. Hubungan

antara pemerintah dengan masyarakat merupakan hubungan yang saling

ketergantungan, pemerintah dibentuk oleh masyarakat dan melalui peran

pemerintah, masyarakat diatur dan dipenuhi kebutuhannya. Di lain pihak

masyarakat membutuhkan peran pemerintah sebagai pihak yang mengatur

kehidupannya, sehingga terciptalah ketertiban dan ketentraman.

Peran dan fungsi pemerintah dihadapkan pada pelaksanaan tugas

yang sangat luas dan kompleks, mulai dari hal yang bersifat pelayanan

operasional sampai pada hal yang bersifat ideologi dan spiritual, pemerintah

memegang peranan sentral dalam pembangunan yaitu menetapkan

(37)

2.2 Pengertian Aparatur

Aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam

suatu lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat

yang berbasis teknologi misalnya komputer dan internet. Oleh karena itu,

sumber daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan

efektivitas dan efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan

profesional pegawai dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan

pendapat Soeworno Handayaningrat bahwa:

“Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau kepegawaian” (Soewarno,1982:154).

Pendapat tersebut mengemukakan bahwa aparatur merupakan

aspek-aspek administrasi yang diperlukaan oleh pemerintah dalam

penyelenggaran pemerintahan atau Negara. Sedangkan Sarwono

mengemukakan lebih jauh tentang aparatur pemerintahan bahwa yang

dimaksud tentang aparatur pemerintahan ialah orang-orang yang

menduduki jabatan dalam kelembagaan pemerintahan

(Soewarno,1982:154).

2.3 Kualitas Pelayanan Publik 2.3.1 Pengertian Kualitas

Konsep atau definisi kualitas yang dikemukakan oleh Davis L.

Goetsch:

Quality is a dynamics state associated with product, service, people, process and environment that meet or exceeds expectation. (Kualitas adalah sebuah keadaan dinamis, dapat berubah – ubah sejalan dengan waktu. Kualitas dihubungkan tidak hanya pada produk dan jasa tetapi juga pada manusia sebagai penghasil produk atau jasa tersebut). (Goetsch, 2000 : 50).

Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa sesuatu yang

(38)

jaman. Kualitas tidak hanya berorientasi pada layanan produk dan jasa.

Aparatur sangat menentukan bentuk dari kualitas. Kualitas pelayanan

aparatur memiliki kaitan dengan kepuasan masyarakat.

Menurut Triguno dalam buku yang berjudul Budaya Kerja,

Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untuk Meningkatkan Produktivitas

Kerja, kualitas merupakan:

“standar yang harus dicapai oleh seseorang atau kelompok atau lembaga organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada yang dilayani, baik internal maupun eksternal dalam arti optimal pemenuhan atas tuntutan masyarakat” (Triguno, 1997:76)

Hal ini sejalan dengan pendapat Tjiptono dalam bukunya Manajemen Jasa: “Kualitas adalah kesesuaian dengan persyaratan, kecocokan pada pemakaian, perbaikan atau penyempurnaan, berkesinambungan, bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan baik sejak awal maupun setiap saat, melakukan segala sesuatu dengan benar sejak awal dan sesuatu dilakukan untuk membahagiakan pelanggan“(Tjiptono, 2004 : 42).

Berdasarkan definisi-definisi kualitas di atas, dapat dilihat bahwa

kualitas merupakan suatu patokan dasar yang harus dicapai oleh seseorang

maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Proses

pemenuhan dilaksanakan dengan benar dan memuaskan masyarakat.

2.3.2 Pengertian Pelayanan Publik

Bambang Yudoyono dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah

berpendapat bahwa, Aparatur Pemerintah Daerah adalah pelaksana

kebijakan publik (Yudoyono, 2001:61). Aparatur yang berada di daerah

merupakan pelaksana birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang

melaksanakan setiap kebijakan yang berlaku. Sebelum membahas

pengertian pelayanan publik, sebaiknya terlebih dahulu dibahas mengenai

pengertian pelayanan. Arti pelayanan berdasarkan Keputusan Menteri

(39)

“Pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pusat atau daerah, BUMN / BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku” (KEPMENPAN Tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum, 1993 : 6).

Hal ini sejalan dengan pendapat Moenir, dalam memberikan

pelayanan terbaik kepada publik dapat dilakukan dengan cara :

1. Memberikan kemudahan dalam pengurusan hal – hal yang dianggap penting,

2. Memberikan pelayanan secara wajar,

3. Memberikan perlakuan yang sama tanpa pilih kasih, 4. Bersikap jujur dan terus terang.

(Moenir, 2006 : 47)

Menurut kedua pendapat di atas bahwa pelayanan adalah hasil kerja

pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Menyiapkan dan

memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam pengurusan hal-hal yang

penting. Pelayanan yang diberikan berdasarkan aturan yang berlaku.

Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dilaksanakan

secara wajar. Agar tidak timbul kecemburuan sosial di masyarakat.

Pemerintah bersikap jujur dan terbuka dalam melayani masyarakat.

Pemerintah tidak membeda-bedakan perlakuan dalam pelayanan.

Menurut Sinambela dalam bukunya yang berjudul Reformasi

Pelayanan Publik, bahwa pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai

berikut:

“Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. (Sinambela, 2006:5)

Sesuai dengan definisi di atas, pelayanan publik merupakan

(40)

bekerja menjalankan roda birokrasi. Aparatur bekerja dengan tujuan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Berdasarkan definisi-definisi pelayanan di atas, dapat dilihat bahwa

pemberian pelayanan merupakan proses yang dilakukan organisasi

pemerintah untuk memenuhi kebutuhan bersama. Pelayanan publik

merupakan pemberian layanan dari organisasi pemerintah dalam upaya

pemenuhan kebutuhan masyarakat serta dalam rangka

mengimplementasikan ketentuan yang tercantum dalam peraturan

perundang-undangan.

Pendapat lain mengenai definisi pelayanan publik dikemukakan oleh

Moenir sebagai: “kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok

orang dengan landasan faktor materil melalui sistem, prosedur, dan metode

tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya” (Moenir, 1995:26).

Sejalan dengan pendapat tersebut, Sadu Wasistiono mengemukakan

bahwa:

“pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat” (Wasistiono, 2001:51-52).

Berdasarkan kedua pendapat di atas bahwa pelayanan publik itu

diselenggarakan sesuai dengan sistem atau prosedur dan bukan hanya

diberikan instansi atau lembaga pemerintah saja, melainkan juga diberikan

oleh pihak swasta. Kegiatan pelayanan publik yang diselenggarakan

pemerintah untuk masyarakat meliputi banyak hal, yaitu yang menyangkut

semua kebutuhan masyarakat baik berupa barang maupun jasa. Hal ini

sejalan dengan pendapat Pamudji bahwa:

(41)

pelayanan kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan pencarian keadilan” (Pamudji, 1994:21-22).

Berdasarkan pendapat di atas, jasa pelayanan yang diberikan oleh

pemerintah kepada masyarakat yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan

untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa,

jenis pelayanan publik dalam arti jasa-jasa yaitu seperti pelayanan

kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan keluarga, serta pelayanan

administrasi misalnya pelayanan pembuatan IMB.

2.3.3 Pengertian Kualitas Pelayanan Publik

Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan publik yang

berkualitas, hubungan kualitas dengan pelayanan dikemukakan oleh

Sampara Lukman bahwa:

“kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan layanan. Standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik” (Lukman, 1999:14).

Sejalan dengan pendapat Lovelock kualitas pelayanan adalah “sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan” (Lovelock dalam Tjiptono, 1996:59). Hal ini berarti apabila jasa atau layanan yang

diterima rendah, dari yang diharapkan oleh pelanggan atau masyarakat

maka dipersepsikan buruk, suatu layanan yang diberikan aparatur

pemerintah itu harus menjamin efisiensi dan keadilan serta harus memiliki

kualitas yang mantap. Kualitas merupakan harapan semua orang atau

pelanggan.

Supranto menyebutkan beberapa dimensi atau ukuran dari kualitas

pelayanan, yaitu:

(42)

ketanggapan, keyakinan (confidence) pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau (assurance), empati (empaty) syarat untuk peduli memberikan perhatian pada pelanggan, berwujud (tangibles), penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi” (Supranto, 1997:107).

Adapun pendapat Pasuraman mengemukakan lima prinsip

pelayanan publik agar kualitas pelayanan dapat dicapai, yaitu :

1. bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi

2. keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan

3. daya tanggap (resposiveness), yaitu keinginan para staff untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap

4. jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan

5. empati (empaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan

(Pasuraman dalam Tjiptono, 1996:70).

Berdasarkan pendapat di atas, bahwa ukuran kualitas pelayanan

terdiri dari reliability, tangibles, resposiveness, assurance, empaty, dan

confidence. Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang terintegrasi,

artinya pelayanan menjadi tidak sempurna bila ada komponen yang kurang.

Kualitas jasa atau layanan yang baik akan dapat memberikan kepuasan

kepada masyarakat, dan dapat dilihat bahwa kepuasan pelangganlah yang

harus diprioritaskan bukan keinginan penyedia jasa (pemerintah).

Emil Salim mengemukakan bahwa “pelayanan bertolak dari rasa

kepedulian, pelayanan harus diberikan dengan segala senang hati dan dengan muka yang menyenangkan” (Salim dalam Suit dan Almasdi, 1996:99). Selain berhubungan dengan beberapa dimensi di atas kualitas

layanan juga menyangkut sikap aparat dan proses pelayanan, sikap yang

(43)

pelayanan yang seharusnya. Dengan kata lain, masyarakat menuntut

pelayanan yang baik dari pemerintah.

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, pelayanan publik

harus berlandaskan pada rasa pengabdian diiringi dengan kemampuan dan

keterampilan setiap pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Untuk

memberikan pelayanan publik yang baik atau memberikan pelayanan publik

yang berkualitas tinggi, aparatur pemerintah harus memiliki tiga aspek yang

diuraikan oleh Supriatna adalah:

1. memiliki tanggung jawab yang tinggi selaku abdi negara dan abdi masyarakat

2. responsif terhadap masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang membutuhkan pelayanan masyarakat dalam arti luas

3. komitmen dan konsisten terhadap nilai standar dan moralitas dalam menjalankan kekuasaan pemerintah

(Supriatna, 1996:98).

Berdasarkan pendapat di atas, aparatur pemerintah tidak boleh lepas

dari konsistensi terhadap landasan falsafah dan hukum sebagai nilai dan

moral yang dijunjung tinggi, dan harus berorientasi pada kepentingan

masyarakat karena aparatur pemerintah adalah pelayan masyarakat dan

harus memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Berkaitan

dengan hal tersebut, berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan

Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata

Laksana Pelayanan Umum menyebutkan bahwa dalam memberikan

pelayanan publik harus menerapkan prinsip, dan pola dalam

penyelenggaraan pelayanan publik dan harus memenuhi beberapa prinsip

sebagai berikut:

1. kesederhanaan yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan;

(44)

3. kepastian waktu yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;

4. akurasi yaitu produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah;

5. keamanan proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum;

6. tanggung jawab yaitu pimpinan atau pejabat penyelenggara pelayanan publik yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik;

7. kelengkapan sarana dan prasarana yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika);

8. kemudahan akses yaitu tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi informatika (telematika);

9. kedisipilinan, kesopanan, dan keramahan yaitu pemberi layanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas;

10. kenyamanan yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan sepert toilet, tempat parkir dan tempat ibadah;

(dalam Ratminto, 2006:22-23).

Berdasarkan pendapat di atas bahwa dalam menyelenggarakan

pelayanan publik yang berkualitas, aparatur pemerintah yang

menyelenggarakan pelayanan publik perlu memperhatikan dan menerapkan

kesepuluh prinsip tersebut karena kesepuluh prinsip adalah pedoman tata

laksana dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib dilaksanakan

oleh seluruh instansi pemerintah.

Ratminto berpendapat bahwa pelayanan yang baik hanya akan

dapat diwujudkan apabila :

(45)

organisasi penyelenggara pelayanan, dan c) Sumber daya manusia yang berorientasi pada kepentingan pengguna jasa” (Ratminto, 2006:52-53).

Selanjutya menurut Ratminto secara lebih jelas, dalam mewujudkan pelayanan yang baik dan berkualitas dapat dilihat dalam model mekanisme ’voice

[image:45.516.166.419.190.580.2]

Gambar 2.1

Model Mekanisme ’Voice’

- Media -LSM -Organisasi Profesi -Ombudsmen

Sumber (Ratminto, 2006:54).

Dari gambar di atas dapat dilihat, bahwa kultur organisasi pelayanan

yang mengutamakan kepentingan masyarakat, sistem pelayanan dalam

Pengguna

Jasa

Pelayanan

Sistem

Pelayanan

SDM

Pelayanan

Kultur

(46)

organisasi yang mengutamakan kepentingan masyarakat, sumber daya

manusia dalam menyelenggarakan pelayanan yang berorientasi pada

kepentingan masyarakat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

terwujudnya pelayanan publik yang baik, dan berkualitas serta kepentingan

masyarakat diprioritaskan yang utama.

Manajeman pelayanan yang baik hanya akan terwujut apabila

penguatan posisi tawar pengguna jasa pelayanan mendapatkan prioritas

yang utama. Dengan demikian, pengguna jasa pelayana diletakan di pusat

yang memperoleh dukungan dari sistem pelayanan yang mengutamakan

kepentingan publik, khususnya pengguna jasa kultur pelayanan dalam

organisasi penyelenggara pelayanan dan SDM yang berorientasi kepada

pengguna jasa penguatan posisi tawar yang dimaksudan untuk

menyeimbangkan hubungan antara penyelenggara dan pengguna jasa

pelayanan ini juga diimbangi dengan berfungsinya mekanisme voice yang

dalam hal ini dapat diperankan oleh media masa, LSM, organisasi profesi,

serta ombudsmen atau lembaga banding.

2.3.3.1 Kultur Organisasi

Menurut Peter F Druicker kultur organisasi adalah:

Organizational Culture is the body of solutions to external and internal problems that has worked consistenly for a group and that is therefore thought to new members as the correct way to perceive, think about, and feel in relation to those problems (pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait)” (Druicker dalam Pabundu, 2006:4).

Sejalan dengan pendapat di atas, definisi kultur organisasi menurut

Robbins adalah: ”esensi yang dipergunakan dalam memberikan perhatian

kepada suatu hal sampai paling detail, harus agresif dalam pelaksanaan

(47)

pendapat di atas, bahwa kultur organisasi merupakan pokok untuk

menyelesaikan masalah-masalah eksternal maupun internal di dalam

organisasi dan mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara

yang tepat untuk memahami dan menyelesaikan terhadap masalah-masalah

yang terkait. Kultur organisasi menurut Crown Dirgantoro terdiri dari

beberapa indikator, yaitu:

a. Struktur organisasi; b. Tujuan organisasi; c. Kebijakan organisasi; (Dirgantoro, 2004: 42).

Sedangkan menurut Fred Luthans dan Stephen P.Robbins, indikator

kultur organisasi terdiri dari :

a. Perilaku individu yang tampak;

b. Norma-norma yang berlaku dalam organisasi; c. Peraturan-peraturan yang berlaku;

d. Iklim organisasi;

e. Inisiatif individu organisasi; f. Pengawasan kerja

g. Pengarahan pimpinan

(Luthans dan Robbins dalam Mangkunegara, 2005: 122-123).

Secara lebih rinci, indikator-indikator kultur organisasi tersebut akan

dijelaskan sebagai berikut:

a. Struktur Organisasi

Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh

terhadap kinerja organisasi publik, karena akan menjelaskan bagaimana

kedudukan, tugas, dan fungsi dialokasikan dalam organisasi. Hal ini

mempunyai dampak yang siginifikan terhadap cara orang melaksanakan

tugasnya dalam organisasi, ketika arah dan strategi organisasi secara

keseluruhan telah ditetapkan serta struktur organisasi telah dibentuk, maka

hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana organisasi tersebut

melakukan kegiatan atau menjalankannya tugas dan fungsinya. Adapun

(48)

”suatu gambar yang menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi” (Hasibuan, 1996:131).

Sejalan dengan pendapat di atas Robbins mengatakan bahwa

struktur organisasi mempunyai tiga komponen yaitu:

1. kompleksitas berarti dalam struktur organisasi mempertimbangkan tingkat differensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau pembagian kerja, jumlah tingkatan dalam organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis; 2. formalisasi berarti dalam struktur organisasi memuat tentang tata

cara atau prosedur bagaimana suatu kegiatan itu dilaksanakan (Standar Operating Prosedures), apa yang boleh dan tidak dapat dilakukan;

3. sentralisasi berarti dalam struktur organisasi memuat tentang kewenangan pengambilan keputusan, apakah disentralisasi atau desentralisasi;

(Robbins dalam Kurniawan, 2005:69).

Berdasarkan pendapat kedua di atas, bahwa struktur organisasi

merupakan suatu gambar yang menggambarkan tentang jenis atau tipe

organisasi, pendepartemenan atau pembagian bidang-bidang, kedudukan

dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan yang terkait,

garis perintah dan tanggung jawab serta rentang kendali dan sistem

pimpinan organisasi. Fungsi struktur organisasi tersebut menunjukan bahwa

struktur organisasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu

organisasi, sehingga dengan demikian struktur organisasi juga sangat

berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Komponen-komponen struktur

organisasi yang mendukung harus disusun dengan baik, dan pembagian

kerja atau spesialisasi harus disusun sesuai dengan kebutuhan, saling

menunjang, jelas wewenang tugas dan tanggung jawabnya, serta tidak

tumpang tindih. Suatu organisasi haruslah terstruktur dengan baik dan tepat

(49)

b. Tujuan Organisasi

Definisi tujuan organisasi dijelaskan oleh Sondang P. Siagian yaitu: ”penentuan arah yang akan ditempuh oleh organisasi, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, produk apa yang akan dihasilkan, dan siapa yang akan jadi penggunanya, bentuk dan jenis interaksi dengan lingkungan eksternal, kultur organisasi bagaimana yang akan ditumbuhkembangkan, serta teknologi yang bagaimana yang akan dimanfaatkan” (Siagian, 2005:43).

Sejalan dengan pendapat di atas, George R. Terry mengemukakan tujuan organisasi adalah ”hasil yang diinginkan yang melukiskan skope yang jelas, serta memberikan arah kepada usaha-usaha seseorang manajer”

(Terry dalam Hasibuan, 1996:18). Berdasarkan kedua pendapat di atas,

tujuan organisasi merupakan penentuan arah yang jelas yang akan

ditempuh oleh suatu organisasi dengan sarana dan prasarana apa yang

diperlukan, produk apa yang akan dihasilkan, dan siapa yang akan jadi

penggunanya, bentuk dan jenis interaksi dengan lingkungan eksternal, kultur

organisasi bagaimana yang akan ditumbuhkembangkan, serta teknologi

yang bagaimana yang akan dimanfaatkan. Tujuan organisasi merupakan

kesepakatan seluruh pengurus dan anggota organisasi tersebut.

c. Kebijakan Organisasi

Menurut pendapat Carl Friedrich bahwa kebijakan organisasi

merupakan:

”arah suatu tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu” (Friedrich dalam Winarno, 2005:16).

(50)

kedua pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kebijakan adalah tindakan

yang dilakukan atas usulan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam

lingkungan tertentu untuk mencari peluang dalam mengatasi

hambatan-hambatan agar dapat mewujudkan sasaran dan tujuan yang terarah.

Kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan oleh pemerintah, tetapi

juga oleh kelompok maupun individu.

d. Perilaku Individu dalam Organisasi

Perilaku individu dalam organisasi dijelaskan oleh Manahan

Tampubolon sebagai berikut:

”perilaku manusia dalam organisasi, yang mana dengan menggunakan ilmu pengetahuan tentang bagaimana manusia bertindak dalam organisasi. Perilaku organisasi ini mendasarkan pada analisis terhadap manusia yang ditujukan bagi kemanfaatan orang” (Tampubolon, 2004:2).

Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Lindsay dan Patrick

bahwa elemen k

Gambar

Gambar 3.4 Tampilan Website Kontak Bisnis…………………………… 77
Gambar 1.1 Struktur Organanisasi
Gambar 1.2 Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Tabel 1.1 Jadwal KKL
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil dan pembahasan mengenai tahap-tahap pengembangan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan beberapahal yaitu proses pengembangan perangkat pembelajaran

Sri Masita Laluhang, menulis sebuah jurnal yang berjudul „‟Implementasi Program Keluarga Harapan‟‟ Hasil penelitian menunjukan bahwa kegiatan yang dilakukan oleh

Pelanggan Layak yang permohonan untuk Kemudahan telah diluluskan dan disalurkan oleh Bank pada/sebelum 31 Januari 2021 dan membayar ansuran bulanan untuk Kemudahan pada/sebelum

Dasar Hukum Hak cipta di Indonesia dasar perlindungan hukumnya adalah Undang-undang Hak Cipta (UUHC) Hak cipta dipahami dengan banyak versi dan bahkan menjadi

Sifat-sifat keremajaan ini (seperti emosi yang tidak stabil, belum mempunyai kemampuan yang matang untuk menyelesaikan konflik-konflik yang dihadapi, serta belum memepunyai

Distensi usus yang disebabkan akumulasi gas dan cairan tersebut menyebabkan rasa tidak nyaman, Nyeri adomen pada ileus obstruksi lebih berat dibandingkan dengan nyeri

Penelitian ini akan mengkaji dengan kerangka kerja dan alat analisis Blue Ocean Strategy, yaitu kerangka kerja empat langkah, kanvas strategi, dan

Pengendapan dengan ammonium sullfat ternyata menghasilkan total protein yang lebih tinggi dibandingkan dengan enzim kasar karena pada tahap semi- purifikasi ini enzim yang