JAWA BARAT (DISNAK JABAR) DALAM MENINGKATKAN
KUALITAS PELAYANAN PUBLIK MELALUI SITUS
www.disnak.jabarprov.go.id
LAPORAN KKL
Diajukan untuk Memenuhi Laporan Kuliah Kerja Lapangan
pada Program Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia
Disusun Oleh
:
ARI YUNADI
NIM: 41708010
PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
Judul
lknu Politik Prodi Ilmu Pemerinhhan
LESBAR PEI{GESAHAfi
:FERAI{AH APARATT
R
DITAS PETERHAI(AT{ JAWABARAT {D|$NAK JABAR} DAI*AX
HEI{$rtcKATKAIrtKUALTAS PELAYAHI}I
PUAUil
HELALUT SITUS www. 6sn atr,ja&clrpoiv,W. id
: Ari Yunadi
:4{7080{0
Bandung, Oktoberz0l2
Itienyetujui ilama
Nim
Pernbimbing
90
I. Identitas DiriNama Lengkap : Ari Yunadi
Tempat dan Tanggal Lahir : Muara Bungo, 20 Desember 1989
Status Perkawinan : Kawin
Agama : Islam
Alamat Lengkap : Jl. Kubang Sari II No. 46 Bandung
Email : Ariyunadi@yahoo.co.id
Handphone : +6282118011120
Nama Ayah : Usman
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Nama Ibu : Eni Marzuliana
Pekerjaan Ibu : Wiraswasta
Alamat Lengkap : Jaya Setia, Pasar Muara Bungo RT 10
RW 01, Muara Bungo
II. Pendidikan Formal
1. SD Negeri 290 Muara Bungo 1995-2001
2. SMP Negeri 1 Muara Bungo 2001-2004
3. SMA Negeri 1 Muara Bungo 2004-2007
91
1. LKPTMNas Tahun 2008 Samarinda2. LKPTMNas Tahun 2009 Lampung
3. LKPTMNas Tahun 2010 Malang
4. Pelatihan Protokoler Pengurus Hima Mahasiswa Ilmu Pemerintahan
Tahun 2009
5. LDK Mahasiswa Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun 2010
6. Table Manner 2009
7. TOEFL Tahun 2011
8. Kuliah Umum Pelaksanaan E-KTP Guna Meningkatkan Pelayanan
Publik Tahun 2012
III. Pengalaman Organisasi
1. Anggota Hima Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun 2008-2009
2. Ketua Dept Minat dan Bakat Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun
2009-2010
3. Wakil Ketua Hima Prodi Ilmu Pemerintahan Tahun 2010-2011
4. Anggota Fokkermapi tahun 2008-Sekarang
Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya
Bandung, Oktober 2012
ii
Assalamu’alaikumWr. Wb.Puji dan syukur saya panjatkan kepada Allah SWT, karena berkat
rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan Usulan Laporan KKL ini dengan
judul “Peranan Aparatur Dinas Peternakan Jawa Barat (Disnak Jabar) Dalam Meningkatkan Pelayanan Publik Melalui Situs
www.disnak.jabarprov.go.id
”
Usulan Laporan KKL ini diperlukan untukUsulan Laporan KKL Studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Komputer Indonesia. Penulis menyadari bahwa dalam
penyusunan Usulan Penulisan ini masih jauh dari kesempurnaan dan masih
banyak kekurangan dan kelemahan. Maka dari itu penulis mengharapkan
kritik dan saran dari para pembaca sebagai cerminan dan introspeksi bagi
penulis.
Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu dalam pengumpulan data, penyusunan, dan
penyelesaian Usulan Penulisan ini. Secara khusus penulis menyampaikan
rasa terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. Samugyo Ibnu Retjo, Drs., M.A selaku Dekan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia.
2. Nia Karniawati, S.IP,.M,Si sebagai Ketua Program Studi Ilmu
Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Komputer Indonesia.
3. Tatik Rohmawati, S.IP.,M.Si. selaku dosen pembimbing bagi penulis
dalam penyusunan Laporan KKL ini.
4. Seuluruh Staf Program Studi Ilmu Pemerintahan yang telah
membantu kelancaran penulis dalam melaksanakan Usulan
Penulisan.
5. Aparatur Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat yang telah
iii
yang sudah memberikan dorongan dengan do’a, moril maupun materil yang tidak ternilai, sangat berarti bagi penulis dalam
menyelesaikan Usulan Penulisan ini.
7. Dan rasa Terima Kasih kepada Ridia Yulia Dini, S.pd. orang yang
spesial dalam hari-hari saya yang slalu memberikan dorongan dan
semangat dalam penyelesaian penulisan ini.
8. Teman–teman di Program Studi Ilmu Pemerintahan.
9. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, dorongan dan
bantuan bagi penulis dalam penyusunan Usulan Penulisan ini.
Semoga Usulan Laporan KKLini dapat berguna dan bermanfaat
khususnya bagi penulis dan bagi pihak Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Barat serta pembaca pada umumnya.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.
Bandung, Oktober 2012
iv
DAFTAR ISIHalaman
KATA PENGANTAR... ii
DAFTAR ISI... iv
DAFTAR TABEL... vi
DAFTAR GAMBAR... vii
LAMPIRAN……….…………..……..viii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Kegunaan KKL....……... 3
1.3 Metode Dalam KKL... 4
1.3.1 Metode KKL... 4
1.3.2 TeknikPengumpulan Data... 5
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL... 5
1.4.1 Lokasi KKL……... 5
1.4.1.1 Gambaran Umum Disnak Jabar... 6
1.4.1.2 Struktur Organisasi Disnak Jabar……... 7
1.4.1.3 Visi dan Misi Disnak Jabar ... 16
1.4.1.4 Situs Disnak ... 17
1.4.2 Jadwal Penulisan KKL... 19
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Peranan... 20
2.2 Pengertian Aparatur………. 22
2.3 Kualitas Pelayanan Publik ... 22
2.3.1 Pengertian Kualitas ... 22
2.3.2 Pengertian Pelayanan Pubik... 23
2.3.3 Pengertian Kualitas Pelayanan Publik... 26
2.3.3.1 Kultur Organisasi... 31
2.3.3.2 Sistem Pelayanan Publik... 38
v
BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL
3.1 HasilKegiatan KKL……….………... 55
3.2 Pembahasan KKL……….………. 57
3.2.1 Peranan Aparatur Dinas Peternakan... 57
3.2.2 Kualitas Pelyanan Publik…..….………. 60
3.2.3 Konsep Situs Dinas Peternakan ……… 62
3.2.4 Fitur WebsiteDinas Peternakan……..…………. 65
3.2.4.1 Produk Ternak Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat ……… 72
3.2.4.2 Forum Konsultasi ……… 74
3.2.4.3 Kontak Bisnis……… 76
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………. 78
5.2 Saran……… 89
vi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Jadwal KKL... 19
Tabel 1.2 Rekapitulasi Pegawai Dinas Peternakan ……… 13
vii
Halaman
Gambar 1.1 Struktur Organisasi ... 15
Gambar 1.2 Situs Disnak Jabar ... 18
Gambar 2.1 Model Mekanisme Voice ... 30
Gambar 3.1 Tampilan Menu Awal Disnak Jabar………..………… 71
Gambar 3.2 Tampilan Website ProdukTernak... 73
Gambar 3.3 Tampilan Wesite Forum Konsultasi……….. 75
viii
LAMPIRANLembar Form Aktivitas Harian Dilokasi KKL………. 83
Lembar Form Bimbingan………. 85
Surat Permohonan KKL……… 87
Surat Persetujuan KKL………. 88
Surat Telah Melaksanakan KKL……….………. 89
80
DAFTAR PUSTAKA A. Buku – Buku
Andrianto, Nico. (2007). Transparansi dan Akuntabilitas Publik Melalui E-Government.Malang :Bayumedia
Anwar, M. Khoirul dan Oetojo S. Asianti. (2004).SIMDA:Aplikasi Sistem Informasi Manajemen Bagi Pemerintahan Di Era Otonomi Daerah.
Jakarta: PustakaPelajar.
Bungin, Burhan.(2001). Metodologi Penelitian Kualitatif Dan Kuantitatif. Yogyakarta:Gajah Mada Press.
Dirgantoro, Crown. (2001). Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta:PT. Gramedia Widiasarana Indonesia.
Dirgantoro, Crown. ( 2004). Manajemen Stratejik: Konsep, Kasus, dan Implementasi. Jakarta: PT Gramedia
Goetsch, L. Davis (2000). Quality Management for Production, Processing, and Services. Columbus:Prentice Hall
Handayaningrat, Soewarno. (1983). Administrasi Pemerintahan dalam Pembangunan Nasional. Jakarta: Gunung Agung.
Hasibuan, Malayu. (1996). Manajemen Sumber Daya Manusia:Pengertian Dasar, Pengertian, dan Masalah. Jakarta:PT. Toko Gunung Agung.
Kurniawan, Agung. (2005). Transformasi Pelayanan Publik. Yogyakarta: Pembaruan.
Mangkunegara, Anwar Prabu. (2004). Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan.Bandung:PT. Remaja Rosdakarya.
Mangkunegara, Prabu Anwar. (2005). Perilaku Dan Budaya Organisasi. Bandung: PT Refika Aditama. Moenir, A.S. 2006. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia.Jakarta :BumiAksara,.
Mahmudi.(2005). Manajemen Kinerja Sektor Publik.Yogyakarta:Akademi Manajemen Perusahaan YKPN.
Moenir, H.A.S. (1995). Manajemen Pelayanan Umum di Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.
Sarwoto, (1985).Dasar-Dasar Organisasi dan Manajemen. Jakarta: Gahlia Indonesia.
81
Sinambela, Lijan Poltak. 2006. Reformasi Pelayanan Publik:Teori, Kebijakan, dan Implementasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Soekanto, Soerjono. 2004. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Supranto, (1997).Pengukuran Tingkat Kepuasan untuk Menaikkan Pangsa Pasar. Jakarta: Rineka Cipta.
Supriatna, Tjahya. (1996). Aspek Sikap Mental dalam Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Nimas Multima.
Pabundu, Mohammad. (2006). Budaya Organisasi dan Peningkatan Kinerja Perusahaan. Jakarta: PT Bumi Aksara.
Ratminto.(2006). Manajemen Pelayanan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Pamudji, (1994).Profesionalisme Aparatur Negara dalam Meningkatkan Pelayanan dan Perilaku Politik Publik. Jakarta: Widya Praja
Tampubolon, Manahan. (2004). Perilaku Keroganisasian. Jakarta: Ghalia Indonesia
Tjiptono, Fandi. (1996). Total Manajemen. Yogyakarta: Andi Offset.
Triguno. (1997). Budaya Kerja Menciptakan Lingkungan Yang Kondusif Untuk Meningkatkan Produktifitas Kerja.Jakarta: Puskap
Winarno, Budi. 2005.Teori dan Proses Kebijakan Publik.Yogyakarta:Media Pressindo (Anggota IKAPI).
Wasistiono, dkk.(2002). Manajemen Sumber Daya Aparatur Pemerintah Daerah.Jatinangor:Pusat Kajian Pemerintahan STPDN.
Wasistiono, Sadu. (2001). Kapita Selekta Manajemen Pemerintah Daerah.Sumedang: Alqoprint
Yudoyono, Bambang. 2001. Otonomi Daerah. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan
B. RujukanElektronik
http://www.disnak.jabarprov.go.id diakses Mei 2012 19.20 WIB
C. Dokumen-Dokumen
82
Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 45 Tahun 1992 tentang Pokok-Pokok Kebijaksanaan Sistem Informasi Manajemen Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah.
Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata Laksana Pelayanan Umum
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun 2000 jo No 5 Tahun 2002 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat
Peraturan Gubernur Jawa Barat No 07 tahun 2009 tentang pendayagunaan website pemerintah provinsi jawa Barat
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar BelakangMasalah
Era globalisasi menuntut adanya kompetisi dari beberapa negara
untuk saling bersaing guna merebutkan kedudukan sebagai negara penentu
dalam dunia baik dalam bidang perekonomian, sosial budaya, politik dan
sebagainya.Perkembangan sumber daya manusia juga dituntut agar lebih
baik karena kemajuan teknologi, perdagangan dan sebagainya ditentukan
oleh sumber daya manusia selaku pelaku dan penggerak semua itu.
Sumber daya manusia merupakan aspek yang sangat penting di
dalam pembangunan, disamping unsur lainnya seperti bahan, modal, dan
teknologi.Pembangunan nasional dapat tercapai dengan baik, apabila
ditunjang oleh sumber daya manusia yang handal.Sumber daya manusia
merupakan unsur yang sangat penting untuk tercapainya keberhasilan
pembangunan.
Manajemen adalah fungsi yang berhubungan dengan upaya
mewujudkan hasil tertentu kegiatan orang lain. Hal ini berarti bahwa sumber
daya manusia mempunyai peran penting dan dominan dalam
manajemen.Manajemen sumber daya manusia mengatur dan menetapkan
program kepegawaian.
Peran manajemen sumber daya manusia sangat menentukan bagi
terwujudkan tujuan organisasi, tetapi untuk memimpin manusia merupakan
hal yang cukup sulit.Tenaga kerja selain diharapkan mampu, cakap dan
terampil, hendaknya berkemauan dan mempunyai kesungguhan untuk
bekerja efektif dan efisien. Kemampuan dan kecakapan akan bekerja efektif
jika tidak di ikuti oleh kerja dan kedisiplinan pegawai dalam mewujudkan
tujuan.
Kemampuan menunjukkan potensi seseorang untuk melaksanakan
pekerjaan dan merupakan kekuatan yang mendorong seseorang untuk
bekerja giat dan mengerjakan pekerjaannya.Persyaratan yang sangat
kerja yang tinggi sehingga tercipta kinerja aparatur yang kondusif untuk
merealisasikan potensi kerja yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan
organisasi.
Manajemen sumber daya manusia keberadaannya sangat
dibutuhkan oleh organisasi baik organisasi pemerintah maupun swasta.
Penilaian kinerja aparatur dalam organisasi merupakan hal yang sangat
penting karena akan bermanfaat untuk mengetahui efektifitas kerja
organisasi sehingga tujuan organisasi tersebut akan dapat tercapai.
Penilaian kinerja pegawai bagi organisasi swasta atau perusahaan belum
memiliki ukuran yang baku, namun organisasi pemerintah atau instansi
pemerintah sudah mempunyai aturan yang baku dalam penilaian kinerja
aparatur.
Peran yang begitu besar sumber daya manusia sebagai pelaku
utama dan juga merupakan input dari proses produksi dalam pembangunan
akan tercapai apabila faktor-faktor penunjang optimalisasi peran tersebut
tercapai. Salah satu faktor yang menentukan peran SDM adalah kinerja.
Jika aparatur dalam organisasi atau perusahaan mempunyai kinerja yang
baik, maka diharapkan akan mempunyai kontribusi positif terhadap
organisasi atau perusahaan. Kinerja aparatur sangat ditentukan oleh
seberapa baik pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki aparatur dan
memfasilitasi penyelesaian atau pencapaian kinerja mereka, diklat
berkorelasi positif dengan kinerja pegawai.
Keseluruhan aspek penilaian tersebut diibaratkan bahwa semua
aparatur memiliki tingkat kemampuan dan latar belakang yang sesuai
dengan tuntutan kerja sebagaimana diatur dalam TUPOKSI (Tugas Pokok
dan Fungsi) dari instansi tersebut. Penilaian perananaparatur yang
merupakan cara pembinaan sumber daya manusia dalam suatu organisasi
perlu dilakukan dengan prinsip-prinsip pembinaan personil yang tepat sesuai
dengan kesepakatan bersama. Semakin kompleksnya tugas dan tanggung
jawab yang diemban oleh Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat (Disnak
Jabar) tersebut mengharuskan para aparaturnya untuk lebih profesional,
menjunjung tinggi etika administrasi publik dalam memberikan pelayanan
kepada masyarakat maupun aparatur pemerintah itu sendiri.
Padahal penilaian Peranan aparatur apabila kita tinjau lebih
mendalam, penilaian Perananaparaturakan dipengaruhi oleh beberapa hal
yang antara lain insentif, motivasi, disiplin kerja, budaya kerja, tingkat
pendidikan, pengalaman kerja, pelatihan, komunikasi, dan sebagainya.
Pemberian insentif merupakan imbalan yang diberikan kepada
seorang pegawai telah melakukan suatu pekerjaan diluar tugas pokoknya
atau melebihi target dari pekerjaan tersebut. Insentif sangat penting bagi
aparatur guna merangsang seseorang untuk melakukan pekerjaan melebihi
apa yang diinginkan oleh organisasi. Disamping itu insentif juga berfungsi
sebagai penghargaan dari pegawai yang telah melakukan suatu pekerjaan
yang telah ditetapkan oleh pimpinan.
Disiplin kerja sangatlah penting dalam suatu organisasi
dalammelaksanakan tugas-tugasnya guna mewujudkan tujuan organisasi
tersebut.Disiplin kerja mengatur aparaturakan mentaati segala norma,
kaidah dan peraturan yang berlaku dalam organisasi. Tujuan disiplin kerja ini
dalam rangka memperlancar seorang aparatur dalam melaksanakan
pekerjaannya agar pencapaian tujuan organisasi tepat waktu,tepat sasaran
serta efektif dan efesien.
Berdasar latar belakang penulisan diatas, maka penulis tertarik untuk
meneliti titik permasalahan dan berupaya mencari pemecahannya dengan
mencoba mengangkat masalah tentang “Peranan Aparatur Dinas Peternakan Jawa Barat (Disnak Jabar) Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Masyarakat Melalui Situs www.disnak.jabarprov.go.id”.
1.2 Kegunaan KKL
Kegunaan dari penulisan ini adalah :
1. Bagi kepentingan penulis,Laporan KKL ini dapat berguna untuk
menambahwawasan dan pengetahuan penulis mengenai
perananaparatur Disnak Jabardalam meningkatkan informasi
2. Secara teoritis, penulisan ini untuk mengembangkan teori-teori yang
penulis gunakan yang relevan dengan permasalahan dalam usulan
Laporan KKL ini dan dapat memberikan kontribusi positif bagi
perkembangan Ilmu Pemerintahan.
3. Secara praktis, diharapkan Laporan KKL ini dapat bermanfaat dalam
meningkatkan kualitas pelayananaparatur Disnak Jabar dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui situs
www.disnak.jabarprov.go.id.
1.3 Metode Dalam KKL 1.3.1. Metode KKL
Sesuai dengan masalah yang ditulis pada Laporan KKLini,
khususnya yang berhubungan dengan yang terjadi sekarang, maka
dasar-dasar yang digunakan adalah dengan mencari kebenaran dalam penulisan
berdasarkan suatu metode.Metode tersebut dapat lebih mengarahkan
penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan.
Dengan demikian, penulis dalam melakukan KKL ini menggunakan
metode penulisan deskriptif. Menurut Burhan Bungin yang berjudul ”Metodologi Penulisan Kualitatif Dan Kuantitatif”. Metode penulisan deskriptif dapat diartikan sebagai berikut:
Penulisan yang menggambarkan, meringkaskan berbagai kondisi, berbagai situasi atau berbagai variableyang timbul dimasyarakat yang menjadi permasalahannya itu, kemudian menarik ke permukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variable tertentu. Penulisan deskriptif dapat bertipe kualitatif dan kuantitatif sedangkan yang bertipe kualitatif adalah data diungkapkan dalam bentuk kata-kata atau kalimat serta uraian-uraian (Bungin,2001:124).
Berdasarkan pengertian di atas, maka metode deskriptif
menggambarkan tentang kinerja aparatur Disnak Jabar dalam memberikan
informasi peternakansesuai dengan keadaan yang sebenarnya berdasarkan
1.3.2. Teknik Pengumpulan Data
Dalam mengambil data penulisan dilakukan dengan langkah –
langkah yang sesuai dengan keadaan atau kondisi data yang diambil yaitu:
a) Observasi
Observasi adalah dilakukan untuk memperoleh informasi tentang
kelakuan manusia seperti terjadi dalam kenyataan maka dengan itu
penulis menggunakan metode observasi.
b) Studi Pustaka
Yaitu dengan mempelajari dan mengumpulkan data tertulis, yaitu
buku – buku, peraturan dan sumber lain yang relevan dengan
masalah yang diteliti.
c) Wawancara
Wawancara dilakukan tanpa menggunakan pedoman wawancara,
dengan kata lain dilakukan dengan cara tidak terstruktur. Wawancara
dilakukan dengan kepala Kasi dan Informasi Dinas Peternakan
Provinsi Jawa Barat Ir. Rina Fajarwati.
1.4 Lokasi dan Waktu Pelaksanaan KKL 1.4.1. Lokasi KKL
Penulisan ini dilaksanakan di Dinas Perternakan Provinsi Jawa
Barat, yang beralamat di Jln. Ir. H. Juanda No. 358 Bandung. Telepon (022)
2501151. Adapun judul dari masalah tentang "Peranan Aparatur Disnak
Jabar Dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik Melalui
1.4.1.1. Gambaran Umum Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Struktur organisasi dalam suatu lembaga atau instansi sangat
diperlukan keberadaannya. Karena struktur organisasi ini dapat dijadikan
pedoman dalam pembagian tugas, oleh setiap bagian sesuai dengan
fungsinya masing-masing agar lebih mengarah pada pelaksanaan pedoman
kerja yang telah disusun sebelumnya. Jika pembagian tugas tidak jelas,
maka akan menghambat dalam pengambilan keputusan dan dalam
pencapaian tujuan yang sudah direncanakan.
Dinas Peternakan Jawa Barat mempunyai struktur organisasi garis
dan staf, maksudnya adalah dalam setiap tingkat level organisasi dikepalai
oleh seseoarang atasan yang membawahi beberapa orang aparatur. Jadi
seoarang aparatur hanya bertanggungjawab kepada seorang atasan.
Pada tahun 1961 terjadi perubahan pelaksanaan kepemerintahan,
yaitu penyerahan sebagian urusan Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah
Kabupaten/Kotamadya melalui Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat
Nomor 15/PD-DPRD-GR/1961, tentang Penyerahan urusan-urusan dalam
lapangan kehewanan kepada Pemerintah Daerah Kota/Kabupaten di
seluruh Jawa Barat.
Untuk penyerahan urusan peternakan yang diserahan ke
Kota/Kabupaten meliputi:
1. Urusan kesehatan ternak, dan hal-hal yang bersangkutan dengan itu,
sepanjang urusan ini belum menjadi urusan Daerah tersebut
2. Usaha-usaha tentang pemeriksaan pengangkutan hewan-hewan,
memperlindungi dan mencegah serta mengawasi
penganiayaan-penganiyaan hewan.
Dengan telah diserahkannya sebagain urusan lapangan kehewanan
dari Pemerintah Provinsi kepada Pemerintah Kota/Kabupaten diseluruh
Jawa Barat, maka sejak saat itu terbentuk pula Jawatan Kehewanan di DT
IIKabupaten/Kotamadya diseluruh Jawa Barat sebagai instansi
OtonomTingkat II.Pada tahun 1968 melalui Keputusan Presiden Nomor 19
Tahun 1968 yang merubahnama /istilah Direktorat Jenderal Kehewanan
dengan Keputusan Presiden tersebut, nomen klatur Jawatan Kehewanan
disesuaikan menjadi Jawatan Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Dengan meningkatnya urusan penyelenggaraan pemerintahan dan
fasilitasi pembangunan, pada tahun 1975 terjadi perubahan struktur instansi
otonom dilingkungan Pemerintah Provinsi, yang ditetapkanmelalui Surat
Keputusan Gubernur Nomor 107/A/V/18/SK/1975, tentang perubahan
Jawatan (Otonomi) menjadi Dinas. Maka sejak itu Jawatan Peternakan
Provinsi Daerah Jawa Barat menjadi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat.
1.4.1.2. Struktur Organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Struktur organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan diatur melalui
Peraturan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Nomor 6 tahun 1979, tentang
susunan organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat,
kemudian dengan keluarnya Instruksi Menteri dalam Negeri Nomor 6 Tahun
1980, tentang petunjuk pelaksanaan mengenai pembentukan susunan
organisasi dan tata kerja peternakan, maka struktur dinas
disesuaikankembali melalui Peraturan Daerah Jawa Barat Nomor 13 Tahun
1983, tentang susunan organisasi dan tata kerja Dinas Peternakan Provinsi
Daerah Tingkat Jawa Barat, dengan sub sistem organisasi Dinas terdiri atas:
1. Kepala Dinas
Kepala Bagian Tata Usaha membawahi:
a. Subag Kepegawaian
b. Subag Perlengkapan
c. Subag Umum
d. Subag Humas
2. Sub Dinas Teknis yang terdiri atas:
a. Sub Dinas Bina Program
b. Sub Dinas Produksi
c. Sub Dinas Bina Usaha
d. Sub Dinas Kesehatan Hewan
e. Sub Dinas Penyuluhan
Untuk sub sistem tatalaksana pemerintahan mengacu kepada
Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, tentang pokok-pokok Pemerintahan
di Daerah, yang intinya penyelenggaraan pemerintahan dilaksanakan
secara sentralistik (terpusat) dengan Gubernur juga merangkap sebagai
Kepala Daerah, sehingga seluruh Daerah Kota/Kabupaten juga bertanggung
Jawab Kepada Gubernur, dan untuk bidang peternakan melalui Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat.
Dengan terbitnya Keputusan Menteri Pertanian Nomor
803/Kpts/OT.210/12/94,tentang Penyerahan sebagain urusanPemerintahan
di Bidang Pertanian kepada Pemerintah Kota/Kabupaten, untuk
bidangpeternakan yang diserahkan adalah sebagai berikut:
a. Pengujian dan penerapan teknologi
b. Sumber daya lahan, Penyebaran dan pengembangan peternakan
c. Perbibitan dan silsilah ternak
d. Pakan ternak, dan tanah pengembalaan
e. Obat Hewan
f. Pembinaan alat dan mesin
g. Peredaran dan mutasi ternak
h. Kesehatan hewan
i. Pelayanan dan perijinan usaha
j. Pembinaan pemasaran
k. Pembinaan manajemen usaha tani
l. Tenaga kerja peternakan
m. Data dan statistik peternakan
n. Penyuluhan pertanian.
Sejalan dengan penyerahan sebagain urusan kepada pemerintah
Kota/Kabupaten, maka struktur organisasi dinas berubah kembali, yang
ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah Provinsi Jawa Barat Nomor 17
Tahun 1995, tentang Organisasi dan Tata kerja Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat, yaitu dengan tugas pokok menyelenggarakan sebagaian urusan
rumah tangga daerah di bidang peternakan dan tugas pembantuan yang
berubah menjadi : Kepala Dinas; Kepala Bagian Tata Usaha membawahi
Subag Perencanaan, Subag Kepegawaian, Subag Perlengkapan, Subag
Umum; dan 6 Sub Dinas Teknis yang terdiri atas : Sub Dinas Bina Produksi,
Sub Dinas Bina Usaha, Sub Dinas Bina Kesehatan Hewan, Sub Dinas Bina
Penyuluhan, Sub Dinas Bina Pengembangan dan Penyebaran Ternak serta
Unit Pelaksana Teknis Dinas
Perubahan Pemerintahan yang cukup besar terjadi setelah terbitnya
Undang Undang 22 tahun 1999, tentang Pemerintahan Daerah dan
Undang-undang Nomor 25Tahun 1999, tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Daerah, Dari sistem pemerintahan yang sentralistik
menuju pemerintahan desentralisasi, yang lebih menitikberatkan fungsi dan
kewengan lepada pemerintah kabupaten dan Kota dengan maksud lebih
mendekatkan pelayanan terhadap masyarakat. Undang-undang tersebut
kemudian ditindaklanjuti dengan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun
2000 tentang kewenangan pemerintah Provinsi sebagai Daerah Otonom,
kewenangan bidang pemerintahan tertentu lainnya di bidang pertanian,
terdapat 12 kewenangan peternakan yang harus di laksanakan Provinsi
yaitu:
1. Penetapan standar pelayanan minimal dalam bidang pertanian yang
wajib dilaksanakan oleh Kabupaten/Kota.
2. Penetapan standar pembibitan/pembenihan pertanian.
3. Penetapan standar teknis minimal RPH, Rumah Sakit Hewan dan
satuan pelayanan peternakan terpadu.
4. Penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan SDM aparat pertanian
teknis fungsional,keterampilan dan diklat kejuruan tingkat menengah.
5. Promosi ekspor komoditas pertanian unggulan Daerah Provinsi.
6. Penyediaan dukungan kerjasama antar Kabupaten/Kota dalam
bidang pertanian.
7. Pengaturan dan pelaksanaan penanggulangan wabah hama dan
penyakit menular.
9. Penetapan kawasan pertanian terpadu berdasarkan kesepakatan
dengan Kabupaten/Kota.
10. Pelaksanaan penyidikan penyakit di bidang pertanian lintas
Kabupaten/Kota.
11. Penyediaan dukungan pengendalian eradikasi organisme
pengganggu tumbuhan, hama dan penyakit di bidang peternakan.
12. Pemantauan,peramalan dan pengendalian serta penanggukangan
eksplosi organisme pengganggu tumbuhan dan penyakit di bidang
pertanian.
Untuk mengantisipasi perubahan yang terjadi maka terjadi pula
penyesuaian instansi/dinas-dinas di tingkat Provinsi, dan berdasarkan
Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat No. 15 Tahun 2000 jo No 5 Tahun
2002 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat. Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat mempunyai tugas pokok:
Merumuskan kebijakan Operasional di bidang peternakan yang
merupakan sebagian kewenangan desentralisasi Provinsi serta kewenangan
yang dilimpahkan kepada Gubernur berdasarkan azas dekonsentrasi dan
Tugas Pembantuan.
Adapun fungsi yang dimilikinya adalah dalam rangka:
1. Perumusan kebijakan operasional di bidang peternakan.
2. Penyelenggaraan pelayanan umum di bidang peternakan.
3. Fasilitasi pelaksanaan tugas di bidang peternakan meliputi program,
perbibitan, pengembangan peternakan, kesehatan hewan,
kesehatan masyarakat veteriner serta UPTD.
4. Penyelenggaraan urusan ketatausahaan.
Dalam melaksanakan Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas, Kepala Dinas
dibantu oleh,1 (satu) orang Wakil Kepala, 5 (lima) orang Kepala Sub Dinas,
1 (satu)orang Kepala Bagian Tata Usaha, 15 orang Kepala Seksi dan 3(tiga)
orang Kepala Sub Bagian.
Selain perangkat diatas, Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2002, tentang Perubahan
Dinas DaerahProvinsi Jawa Barat, maka Dinas PeternakanProvinsi Jawa
Barat mempunyai perangkat Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) setingkat
eselon III, yang terdiri dari 8 (delapan) UPTD yaitu 5(lima) UPTD
pengembangan, 2 (dua) UPTD pelayanan dan 1 (satu) UPTDpelatihan,
yaitu:
1. UPTD pengembangan Balai Pengembangan Perbibitan Ternak
Unggas Jatiwangi Kabupaten Majalengka.
2. UPTD Pengembangan Balai Perbibitan Ternak Sapi Perah Cikole
Kab. Bandung.
3. UPTD Pengembangan Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi
Perah Bunikasih Kab. Cianjur.
4. UPTD Pengambangan Balai Pengembangan Ternak Domba
Margawati Kab. Garut dengan instalasi SPTD Trijaya Kab. Kuningan.
5. UPTD Pengembangan Balai Pengembangan Perbibitan Ternak Sapi
Potong Kab. Ciamis.
6. UPTD Pelayanan Balai Penyidikan Penyakit Hewan dan Kesehatan
MasyarakatVeteriner di Cikole Kab. Bandung dengan instalasi Check
Point BanjarKab. Ciamis, Check Point Losari Kab. Cirebon, dan
Laboratorium Kesehatan Hewan Kab. Majalengka.
7. UPTD Pelayanan Balai Pengujian Sarana Produksi Peternakan
Cikole Kab. Bandung.
8. UPTD Pelatihan Balai Pelatihan Peternakan Cikole Kab. Bandung.
Sesuai dengan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah, maka Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
merupakan instansi teknis daerah provinsi yang menangani bidang
peternakan dalam mengkoordinasikan dan menfasilitasi penyelenggaraan
pemerintah dan pembangunan peternakan di Jawa Barat.
Struktur Dinas seperti demikian berlangsung hingga keluarnya
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat
Daerah. Dalam melaksanakan Tugas, Pokok dan Fungsi Dinas, Kepala
Perencanaan, subid Keuangan dan subid Umum, 4 (empat) orang Kepala
Bidang dan 12 orang Kepala Seksi dengan rincian sebagai berikut:
1. BIDANG PRASARANA DAN SARANA
a. Seksi Penataan Kawasan
b. Seksi Teknologi Alsin
c. Seksi Data dan Informasi
2. BIDANG PRODUKSI
a. Seksi Perbibitan
b. Seksi Pakan Ternak
c. Seksi Budidaya
3. BIDANG KESEHATAN HEWAN DAN KESMAVET
a. Seksi Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Hewan
b. Seksi Pengamatan Penyakit dan Pengawasan Obat Hewan
c. Seksi Kesehatan Masyarakat Veteriner
4. BIDANG PENGEMBANGAN
a. Seksi Fasilitasi Usaha dan Kelembagaan
b. Seksi Pasca Panen dan Pengolahan
c. Seksi Distribusi dan Pemasaran Hasil
Sedangkan Unit Pelaksana Teknis Daerah(UPTD) setingkat eselon
III tidak mengalami perubahan yakni terdiri dari 8 (delapan) UPTD yaitu
5(lima) UPTD pengembangan, 2 (dua) UPTD pelayanan dan 1 (satu) UPTD
pelatihan.
Berdasarkan data diatas, Dinas Peternakan mempunyai tabel
rekapitulasi jumlah pegawai Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat dan
struktur organisasi, berikut ini adalah tabel rekapitulasi dan struktur
Tabel 1.2
Rekapitulasi Jumlah Pegawai Dinas Peternakan ( Mei 2012 )
NO UNIT KERJA PNS CPNS TKK THL JML
1
Kepala Dinas
SEKRETARIAT1 - - - 1
2
Sekretaris
1 - - - 13
Sub Bagian Perencanaan
dan Program
9 - - - 94
Sub Bagian Keuangan
16 - - - 16
5
Sub Bagian Kepegawaian
dan Umum
24 - - - 24Jumlah Sekretariat 51 0 0 0 51
1 BIDANG
Bidang Prasarana dan
Sarana
11 - - - 11
2
Bidang Produksi
16 1 - - 173
Bidang Pengembangan
Usaha
13 1 - - 144
Bidang Keswan dan
Kesmavet
12 - - - 12Jumlah Bidang 52 2 0 0 54
Jumlah Pegawai Provinsi 103 2 0 0 105
1 UPTD
BPT SP & HMT Cikole
Lembang
37 1 - - 382
Balai Perbibitan &
Pengembangan IBT SP
Bunikasih
20 1 - - 21
3
BPPT Unggas Jatiwangi
Majalengka
24 1 - - 254
BPPT Domba Margawati
Garut
21 1 - - 225
6
Balai Pengujian Mutu
Pakan Ternak Cikole
Lembang
10 - - - 10
7
BPPPH & Kesmavet
Cikole Lembang
17 - - - 178
Balai Pelatihan
Peternakan
12 1 - - 139
Sub PPT Domba TrijayaKab.Kuningan 10 - - - 10
10
Sub Unit Pos pemeriksaanhewan Losari 9 - - - 9
11 Sub Unit Pemeriksaan
Hewan Kota Banjar 6 - - - 6
12
Sub Unit Lab. Keswan Losari Kab. Cirebon 3 - - - 313 Sub Unit Pos Pemeriksaan
hewan gunung Sindur 7 - - - 7
JUMLAH PEGAWAI UPTD 196 5 0 0 201
JUMLAH PEGAWAI DISNAK PROV.
JABAR 299 7 0 0 306
Sumber: Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat, 2012
Dari data rekapitulasi jumlah pegawai Dinas Peternakan Provinsi
Jawa Barat beberapa jabatan penting diduduki oleh beberapa struktur
organisasi, berikut struktur organisasi Dinas Peternakan Provinsi Jawa
Gambar 1.1 Struktur Organanisasi
1.4.1.3. Visi dan Misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
Visi adalah suatu cara pandang ke masa depan yang mengilhami
setiap tindakan secara emosional dan memotivasi secara positif untuk
mencapai kondisi yang diinginkan dimasa mendatang. Melalui Undang –
Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, telah
memberikan perubahan paradigma baru dalam mekanisme perencanaan
pembangunan daerah dengan melibatkan semua komponen masyarakat
dalam setiap tahapan perencanaan..
Adapun visi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah Menjadi
Dinas yang memberdayakan masyarakat peternakan demi Ketahanan
Pangan asal hewan serta Kesejahteraan Masyarakat Jawa Barat.
Misi adalah suatu keamanan yang kuat suatu organisasi / lembaga
dengan memperhatikan kewenangan dan tanggung jawab atas kepentingan
umum ( publik ) guna mewujudkan kondisi dan situasi yang diinginkan pada
akhir kurun waktu tertentu yang menyiratkan tujuan yang harus dicapai
sebagai prasyarat terwujudnya Visi Perumusan misi harus memperhatikan
pihak yang berkepentingan (stakeholders), dan memberikan peluang untuk
perubahan/penyesuaian dengan tuntutan perkembangan lingkungan
strategi.
Adapun misi Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat adalah:
1. Melayani masyarakat peternakan di Jawa Barat melalui kemitraan
strategis secara profesional.
2. Memfasilitasi pemangku kepentingan dalam pengembangan kawasan
usaha peternakan yang berwawasan lingkungan untuk meningkatkan
produk yang berdaya saing dan kesejahteraan bagi masyarakat; dan
3. Mendorong peningkatan terciptanya lingkungan yang kondusif bagi
1.4.1.4. Situs Dinas Peternakan
Dalam laporan kkl ini penulis melihat dari bagaimana peranan aparatur
Dinas Perternakan dalam meningkatkan kualitas pelayan melalui website,
dalam website dinas peterakan itu sendiri terdapat beberapa fitur andalan
yang dapat digunakan untuk berinteraksi langsung dengan aparatur Dinas
Peternakan itu sendiri. Yang mana dalam website tersebut terdapat informasi
yang dapat dibutuhkan oleh masyarakat atau pengguna layanan website
disnak itu sendiri. Ada tiga yang menjadi produk andalan di dalam tampilan
website Dinas peternakan Provinsi Jawa Barat yang pertama produk ternak,
yang mana di dalam produk ternak para pengusaha binaan disnak jabar dapat
mempromosikan hasil ternak mereka ke masyarakat luar, yang ke dua forum
konsultasi yang mana di dalam nya dinas peternakan provinsi jawa barat
menyediakan tempat konsultasi bagi sapa saja yang membutuhkan berkaitan
dengan peternakan, yang ke tiga kontak bisnis yang mana di dalam nya Dinas
Peternakan Provinsi Jawa Barat menyediakan tempat bagi masyarakat luas
untuk memasarkan hasil ternak mereka bagi sapa saja yang membutuhkan.
Hal ini mempermudah masyakat untuk mengetahui berbagai informasi yang
tersedia di dalam website tersebut.Selain itu, adanya website merupakan
salah satu bentuk kualitas pelayanan yang di sediakan oleh Dinas
Perternakan. Disinilah masyarakat bisa menilai bagai mana kualitas
pelayanan yang disediakan oleh Dinas Peternakan. Berikut ini adalah
Gambar 1.2
Situs Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat
1.4.2 Jadwal Penulisan KKL
Penjadwalan penulisan kuliah kerja lapangan sampai dengan
pengumpulan laporan yang terdiri dari:
a).
Penyusunan rancangan judul
, bulan Mei 2012.b).
Penyusunan Laporan KKL
, bulan Juni –Juli 2012.c).
Pelaksanaan KKL
, bulanJuli- Agustus 2012e).
Pengumpulan Data
bulan Juli - Agustus2012.f).
Penyusunan Laporan KKL
September - Oktober 2012.g).
Pengumpulan Laporan KKL
November 2012. [image:34.516.82.466.279.595.2]h). Seminar Laporan KKL
Tabel 1.1 Jadwal KKL
No
Waktu
Kegiatan
2012
2013
Mei Jun Juli Agst Sept Okt Nov Jan
1
Penyusunan
rancangan
judul
2
Penyusunan
Laporan KKL
3
Pelaksanaan
KKL
4
Pengumpulan
Data
5
Penyusunan Laporan KKL6
Pengumpulan
Laporan KKL
7 Seminar
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Peranan
Peranan suatu alasan penting bagi masyarakatan untuk
mempertanyakan kualitas yang diberikan oleh aparatur perintahan. Disinilah
masyarakat dapat menilai hasil kerja para aparatur pemerintahan dalam
peran meraka melayani semua kebutuhan masyarakat, berikut pendapat
para ahli mengenai peranan:
Menurut pendapat Soerjono Soekanto,
“peranan (role) merupakan aspek dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya. Maka ia menjalankan sesuatu peranan, peranan menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-kesempatan apa yang diberikan oleh masyarakat kepadanya” (Soekanto, 2004:243).
Sesuai dengan pendapat di atas, peranan merupakan aspek dinamis
kedudukan atau status seseorang. Seseorang akan dinyatakan
melaksanakan peranan setelah menjalankan hak dan kewajibannya sesuai
dengan kedudukannya. Hak dan kewajiban tersebut juga menentukan
tindakan-tindakan seseorang dalam melaksanakan pembangunan.
Masyarakat akan memberikan kesempatan-kesempatan atas
tindakan-tindakan tersebut. masyarakat akan memberikan tanggapan-tanggapan atas
peranan yang yang dilakukan oleh seseorang.
Menurut pendapat Soejono Soekanto peranan dapat mencakup 3
(tiga) hal, yaitu :
1. peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau tempat seseorang dalam masyarakat, peranan dalam arti merupakan rangkaian-rangkaian peraturan yang membimbing seseorang dalam kehidupan kemasyarakatan
2. peranan adalah suatu konsep tentang apa yang dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi
Berdasarkan pendapat di atas peranan diatur oleh norma-norma
yang berlaku, peranan yang melekat pada diri seseorang harus dibedakan
dengan posisi dalam pergaulan kemasyarakatan. Posisi seseorang dalam
masyarakat merupakan unsur statis yang menunjukan pada fungsi,
penyesuain diri dan sebagai proses, suatu konsep tentang apa yang
dilakukan oleh individu dalam masyarakat sebagai organisasi serta
merupakan rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang
dalam kehidupan kemasyarakatan. Menurut Sadu Wasistiono berpendapat
bahwa:
“perkembangan pemerintahan tak lepas dari perkembangan sejarah terbentuknya suatu masyarakat. Pada saat beberapa orang berkelompok secara permanen untuk kemudian membentuk masyarakat, pada saat itu pula terbentuk embrio pemerintahan, yakni suatu kelompok atau institusi yang berfungsi mengatur dan mengurus kehidupan masyarakat agar dapat tetap bertahan terhadap serangan kelompok luar” (Wasistiono, 2002:27).
Pendapat tersebut menandakan, bahwa terbentuknya suatu
pemerintahan tak lepas dari sejarah terbentuknya masyarakat. Hubungan
antara pemerintah dengan masyarakat merupakan hubungan yang saling
ketergantungan, pemerintah dibentuk oleh masyarakat dan melalui peran
pemerintah, masyarakat diatur dan dipenuhi kebutuhannya. Di lain pihak
masyarakat membutuhkan peran pemerintah sebagai pihak yang mengatur
kehidupannya, sehingga terciptalah ketertiban dan ketentraman.
Peran dan fungsi pemerintah dihadapkan pada pelaksanaan tugas
yang sangat luas dan kompleks, mulai dari hal yang bersifat pelayanan
operasional sampai pada hal yang bersifat ideologi dan spiritual, pemerintah
memegang peranan sentral dalam pembangunan yaitu menetapkan
2.2 Pengertian Aparatur
Aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam
suatu lembaga pemerintahan disamping faktor lain seperti uang, alat-alat
yang berbasis teknologi misalnya komputer dan internet. Oleh karena itu,
sumber daya aparatur harus dikelola dengan baik untuk meningkatkan
efektivitas dan efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan
profesional pegawai dalam melakukan pekerjaan. Hal ini sejalan dengan
pendapat Soeworno Handayaningrat bahwa:
“Aparatur adalah aspek-aspek administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau kepegawaian” (Soewarno,1982:154).
Pendapat tersebut mengemukakan bahwa aparatur merupakan
aspek-aspek administrasi yang diperlukaan oleh pemerintah dalam
penyelenggaran pemerintahan atau Negara. Sedangkan Sarwono
mengemukakan lebih jauh tentang aparatur pemerintahan bahwa yang
dimaksud tentang aparatur pemerintahan ialah orang-orang yang
menduduki jabatan dalam kelembagaan pemerintahan
(Soewarno,1982:154).
2.3 Kualitas Pelayanan Publik 2.3.1 Pengertian Kualitas
Konsep atau definisi kualitas yang dikemukakan oleh Davis L.
Goetsch:
“Quality is a dynamics state associated with product, service, people, process and environment that meet or exceeds expectation. (Kualitas adalah sebuah keadaan dinamis, dapat berubah – ubah sejalan dengan waktu. Kualitas dihubungkan tidak hanya pada produk dan jasa tetapi juga pada manusia sebagai penghasil produk atau jasa tersebut). (Goetsch, 2000 : 50).
Berdasarkan pernyataan diatas dapat dikatakan bahwa sesuatu yang
jaman. Kualitas tidak hanya berorientasi pada layanan produk dan jasa.
Aparatur sangat menentukan bentuk dari kualitas. Kualitas pelayanan
aparatur memiliki kaitan dengan kepuasan masyarakat.
Menurut Triguno dalam buku yang berjudul Budaya Kerja,
Menciptakan Lingkungan yang Kondusif untuk Meningkatkan Produktivitas
Kerja, kualitas merupakan:
“standar yang harus dicapai oleh seseorang atau kelompok atau lembaga organisasi mengenai kualitas sumber daya manusia, kualitas cara kerja, proses dan hasil kerja atau produk yang berupa barang dan jasa. Berkualitas mempunyai arti memuaskan kepada yang dilayani, baik internal maupun eksternal dalam arti optimal pemenuhan atas tuntutan masyarakat” (Triguno, 1997:76)
Hal ini sejalan dengan pendapat Tjiptono dalam bukunya Manajemen Jasa: “Kualitas adalah kesesuaian dengan persyaratan, kecocokan pada pemakaian, perbaikan atau penyempurnaan, berkesinambungan, bebas dari kerusakan atau cacat, pemenuhan kebutuhan pelanggan baik sejak awal maupun setiap saat, melakukan segala sesuatu dengan benar sejak awal dan sesuatu dilakukan untuk membahagiakan pelanggan“(Tjiptono, 2004 : 42).
Berdasarkan definisi-definisi kualitas di atas, dapat dilihat bahwa
kualitas merupakan suatu patokan dasar yang harus dicapai oleh seseorang
maupun kelompok dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Proses
pemenuhan dilaksanakan dengan benar dan memuaskan masyarakat.
2.3.2 Pengertian Pelayanan Publik
Bambang Yudoyono dalam bukunya yang berjudul Otonomi Daerah
berpendapat bahwa, Aparatur Pemerintah Daerah adalah pelaksana
kebijakan publik (Yudoyono, 2001:61). Aparatur yang berada di daerah
merupakan pelaksana birokrasi. Aparatur merupakan pegawai yang
melaksanakan setiap kebijakan yang berlaku. Sebelum membahas
pengertian pelayanan publik, sebaiknya terlebih dahulu dibahas mengenai
pengertian pelayanan. Arti pelayanan berdasarkan Keputusan Menteri
“Pelayanan umum adalah segala bentuk pelayanan yang diberikan oleh pemerintah pusat atau daerah, BUMN / BUMD, dalam rangka pemenuhan kebutuhan masyarakat, dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku” (KEPMENPAN Tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum, 1993 : 6).
Hal ini sejalan dengan pendapat Moenir, dalam memberikan
pelayanan terbaik kepada publik dapat dilakukan dengan cara :
1. Memberikan kemudahan dalam pengurusan hal – hal yang dianggap penting,
2. Memberikan pelayanan secara wajar,
3. Memberikan perlakuan yang sama tanpa pilih kasih, 4. Bersikap jujur dan terus terang.
(Moenir, 2006 : 47)
Menurut kedua pendapat di atas bahwa pelayanan adalah hasil kerja
pemerintah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Menyiapkan dan
memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam pengurusan hal-hal yang
penting. Pelayanan yang diberikan berdasarkan aturan yang berlaku.
Pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan dilaksanakan
secara wajar. Agar tidak timbul kecemburuan sosial di masyarakat.
Pemerintah bersikap jujur dan terbuka dalam melayani masyarakat.
Pemerintah tidak membeda-bedakan perlakuan dalam pelayanan.
Menurut Sinambela dalam bukunya yang berjudul Reformasi
Pelayanan Publik, bahwa pelayanan publik dapat didefinisikan sebagai
berikut:
“Pelayanan publik adalah pemenuhan keinginan dan kebutuhan masyarakat oleh penyelenggara pemerintah serangkaian aktivitas yang dilakukan oleh birokrasi publik untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, Negara didirikan oleh publik (masyarakat) tentu saja dengan tujuan agar dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat”. (Sinambela, 2006:5)
Sesuai dengan definisi di atas, pelayanan publik merupakan
bekerja menjalankan roda birokrasi. Aparatur bekerja dengan tujuan
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan definisi-definisi pelayanan di atas, dapat dilihat bahwa
pemberian pelayanan merupakan proses yang dilakukan organisasi
pemerintah untuk memenuhi kebutuhan bersama. Pelayanan publik
merupakan pemberian layanan dari organisasi pemerintah dalam upaya
pemenuhan kebutuhan masyarakat serta dalam rangka
mengimplementasikan ketentuan yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan.
Pendapat lain mengenai definisi pelayanan publik dikemukakan oleh
Moenir sebagai: “kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok
orang dengan landasan faktor materil melalui sistem, prosedur, dan metode
tertentu dalam rangka usaha memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya” (Moenir, 1995:26).
Sejalan dengan pendapat tersebut, Sadu Wasistiono mengemukakan
bahwa:
“pelayanan publik adalah pemberian jasa baik oleh pemerintah, pihak swasta atas nama pemerintah ataupun pihak swasta kepada masyarakat, dengan atau tanpa pembayaran guna memenuhi kebutuhan dan atau kepentingan masyarakat” (Wasistiono, 2001:51-52).
Berdasarkan kedua pendapat di atas bahwa pelayanan publik itu
diselenggarakan sesuai dengan sistem atau prosedur dan bukan hanya
diberikan instansi atau lembaga pemerintah saja, melainkan juga diberikan
oleh pihak swasta. Kegiatan pelayanan publik yang diselenggarakan
pemerintah untuk masyarakat meliputi banyak hal, yaitu yang menyangkut
semua kebutuhan masyarakat baik berupa barang maupun jasa. Hal ini
sejalan dengan pendapat Pamudji bahwa:
pelayanan kesehatan, pelayanan keluarga, pelayanan pendidikan, pelayanan pencarian keadilan” (Pamudji, 1994:21-22).
Berdasarkan pendapat di atas, jasa pelayanan yang diberikan oleh
pemerintah kepada masyarakat yaitu berbagai kegiatan yang bertujuan
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang-barang dan jasa-jasa,
jenis pelayanan publik dalam arti jasa-jasa yaitu seperti pelayanan
kesehatan, pelayanan pendidikan, pelayanan keluarga, serta pelayanan
administrasi misalnya pelayanan pembuatan IMB.
2.3.3 Pengertian Kualitas Pelayanan Publik
Pemerintah dituntut untuk memberikan pelayanan publik yang
berkualitas, hubungan kualitas dengan pelayanan dikemukakan oleh
Sampara Lukman bahwa:
“kualitas pelayanan adalah pelayanan yang diberikan kepada pelanggan sesuai dengan standar pelayanan yang telah dibakukan sebagai pedoman dalam memberikan layanan. Standar pelayanan adalah ukuran yang telah ditentukan sebagai suatu pembakuan pelayanan yang baik” (Lukman, 1999:14).
Sejalan dengan pendapat Lovelock kualitas pelayanan adalah “sebagai tingkat keunggulan yang diharapkan dan pengendalian atas tingkat keunggulan tersebut untuk memenuhi keinginan pelanggan” (Lovelock dalam Tjiptono, 1996:59). Hal ini berarti apabila jasa atau layanan yang
diterima rendah, dari yang diharapkan oleh pelanggan atau masyarakat
maka dipersepsikan buruk, suatu layanan yang diberikan aparatur
pemerintah itu harus menjamin efisiensi dan keadilan serta harus memiliki
kualitas yang mantap. Kualitas merupakan harapan semua orang atau
pelanggan.
Supranto menyebutkan beberapa dimensi atau ukuran dari kualitas
pelayanan, yaitu:
ketanggapan, keyakinan (confidence) pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan atau (assurance), empati (empaty) syarat untuk peduli memberikan perhatian pada pelanggan, berwujud (tangibles), penampilan fasilitas fisik, peralatan, personil, dan media komunikasi” (Supranto, 1997:107).
Adapun pendapat Pasuraman mengemukakan lima prinsip
pelayanan publik agar kualitas pelayanan dapat dicapai, yaitu :
1. bukti langsung (tangibles), meliputi fasilitas fisik, perlengkapan pegawai dan sarana komunikasi
2. keandalan (reliability), yakni kemampuan memberikan pelayanan yang dijanjikan dengan segera, akurat, dan memuaskan
3. daya tanggap (resposiveness), yaitu keinginan para staff untuk membantu para pelanggan dan memberikan pelayanan dengan tanggap
4. jaminan (assurance), mencakup pengetahuan, kemampuan, kesopanan, dan dapat dipercaya yang dimiliki para staff, bebas dari bahaya, resiko atau keragu-raguan
5. empati (empaty), meliputi kemudahan dalam melakukan hubungan komunikasi yang baik, perhatian pribadi, dan memahami kebutuhan para pelanggan
(Pasuraman dalam Tjiptono, 1996:70).
Berdasarkan pendapat di atas, bahwa ukuran kualitas pelayanan
terdiri dari reliability, tangibles, resposiveness, assurance, empaty, dan
confidence. Komponen tersebut merupakan satu kesatuan yang terintegrasi,
artinya pelayanan menjadi tidak sempurna bila ada komponen yang kurang.
Kualitas jasa atau layanan yang baik akan dapat memberikan kepuasan
kepada masyarakat, dan dapat dilihat bahwa kepuasan pelangganlah yang
harus diprioritaskan bukan keinginan penyedia jasa (pemerintah).
Emil Salim mengemukakan bahwa “pelayanan bertolak dari rasa
kepedulian, pelayanan harus diberikan dengan segala senang hati dan dengan muka yang menyenangkan” (Salim dalam Suit dan Almasdi, 1996:99). Selain berhubungan dengan beberapa dimensi di atas kualitas
layanan juga menyangkut sikap aparat dan proses pelayanan, sikap yang
pelayanan yang seharusnya. Dengan kata lain, masyarakat menuntut
pelayanan yang baik dari pemerintah.
Berdasarkan pendapat yang dikemukakan di atas, pelayanan publik
harus berlandaskan pada rasa pengabdian diiringi dengan kemampuan dan
keterampilan setiap pegawai dalam melaksanakan tugasnya. Untuk
memberikan pelayanan publik yang baik atau memberikan pelayanan publik
yang berkualitas tinggi, aparatur pemerintah harus memiliki tiga aspek yang
diuraikan oleh Supriatna adalah:
1. memiliki tanggung jawab yang tinggi selaku abdi negara dan abdi masyarakat
2. responsif terhadap masalah yang dihadapi masyarakat khususnya yang membutuhkan pelayanan masyarakat dalam arti luas
3. komitmen dan konsisten terhadap nilai standar dan moralitas dalam menjalankan kekuasaan pemerintah
(Supriatna, 1996:98).
Berdasarkan pendapat di atas, aparatur pemerintah tidak boleh lepas
dari konsistensi terhadap landasan falsafah dan hukum sebagai nilai dan
moral yang dijunjung tinggi, dan harus berorientasi pada kepentingan
masyarakat karena aparatur pemerintah adalah pelayan masyarakat dan
harus memperhatikan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Berkaitan
dengan hal tersebut, berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara (Menpan) Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tata
Laksana Pelayanan Umum menyebutkan bahwa dalam memberikan
pelayanan publik harus menerapkan prinsip, dan pola dalam
penyelenggaraan pelayanan publik dan harus memenuhi beberapa prinsip
sebagai berikut:
1. kesederhanaan yaitu prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan mudah dilaksanakan;
3. kepastian waktu yaitu pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan;
4. akurasi yaitu produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat, dan sah;
5. keamanan proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum;
6. tanggung jawab yaitu pimpinan atau pejabat penyelenggara pelayanan publik yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik;
7. kelengkapan sarana dan prasarana yaitu tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika);
8. kemudahan akses yaitu tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi telekomunikasi informatika (telematika);
9. kedisipilinan, kesopanan, dan keramahan yaitu pemberi layanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas;
10. kenyamanan yaitu lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan sepert toilet, tempat parkir dan tempat ibadah;
(dalam Ratminto, 2006:22-23).
Berdasarkan pendapat di atas bahwa dalam menyelenggarakan
pelayanan publik yang berkualitas, aparatur pemerintah yang
menyelenggarakan pelayanan publik perlu memperhatikan dan menerapkan
kesepuluh prinsip tersebut karena kesepuluh prinsip adalah pedoman tata
laksana dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib dilaksanakan
oleh seluruh instansi pemerintah.
Ratminto berpendapat bahwa pelayanan yang baik hanya akan
dapat diwujudkan apabila :
organisasi penyelenggara pelayanan, dan c) Sumber daya manusia yang berorientasi pada kepentingan pengguna jasa” (Ratminto, 2006:52-53).
Selanjutya menurut Ratminto secara lebih jelas, dalam mewujudkan pelayanan yang baik dan berkualitas dapat dilihat dalam model mekanisme ’voice’
[image:45.516.166.419.190.580.2]Gambar 2.1
Model Mekanisme ’Voice’
- Media -LSM -Organisasi Profesi -Ombudsmen
Sumber (Ratminto, 2006:54).
Dari gambar di atas dapat dilihat, bahwa kultur organisasi pelayanan
yang mengutamakan kepentingan masyarakat, sistem pelayanan dalam
Pengguna
Jasa
Pelayanan
Sistem
Pelayanan
SDM
Pelayanan
Kultur
organisasi yang mengutamakan kepentingan masyarakat, sumber daya
manusia dalam menyelenggarakan pelayanan yang berorientasi pada
kepentingan masyarakat adalah faktor-faktor yang mempengaruhi
terwujudnya pelayanan publik yang baik, dan berkualitas serta kepentingan
masyarakat diprioritaskan yang utama.
Manajeman pelayanan yang baik hanya akan terwujut apabila
penguatan posisi tawar pengguna jasa pelayanan mendapatkan prioritas
yang utama. Dengan demikian, pengguna jasa pelayana diletakan di pusat
yang memperoleh dukungan dari sistem pelayanan yang mengutamakan
kepentingan publik, khususnya pengguna jasa kultur pelayanan dalam
organisasi penyelenggara pelayanan dan SDM yang berorientasi kepada
pengguna jasa penguatan posisi tawar yang dimaksudan untuk
menyeimbangkan hubungan antara penyelenggara dan pengguna jasa
pelayanan ini juga diimbangi dengan berfungsinya mekanisme voice yang
dalam hal ini dapat diperankan oleh media masa, LSM, organisasi profesi,
serta ombudsmen atau lembaga banding.
2.3.3.1 Kultur Organisasi
Menurut Peter F Druicker kultur organisasi adalah:
”Organizational Culture is the body of solutions to external and internal problems that has worked consistenly for a group and that is therefore thought to new members as the correct way to perceive, think about, and feel in relation to those problems (pokok penyelesaian masalah-masalah eksternal dan internal yang pelaksanaannya dilakukan secara konsisten oleh suatu kelompok yang kemudian mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara yang tepat untuk memahami, memikirkan, dan merasakan terhadap masalah-masalah terkait)” (Druicker dalam Pabundu, 2006:4).
Sejalan dengan pendapat di atas, definisi kultur organisasi menurut
Robbins adalah: ”esensi yang dipergunakan dalam memberikan perhatian
kepada suatu hal sampai paling detail, harus agresif dalam pelaksanaan
pendapat di atas, bahwa kultur organisasi merupakan pokok untuk
menyelesaikan masalah-masalah eksternal maupun internal di dalam
organisasi dan mewariskan kepada anggota-anggota baru sebagai cara
yang tepat untuk memahami dan menyelesaikan terhadap masalah-masalah
yang terkait. Kultur organisasi menurut Crown Dirgantoro terdiri dari
beberapa indikator, yaitu:
a. Struktur organisasi; b. Tujuan organisasi; c. Kebijakan organisasi; (Dirgantoro, 2004: 42).
Sedangkan menurut Fred Luthans dan Stephen P.Robbins, indikator
kultur organisasi terdiri dari :
a. Perilaku individu yang tampak;
b. Norma-norma yang berlaku dalam organisasi; c. Peraturan-peraturan yang berlaku;
d. Iklim organisasi;
e. Inisiatif individu organisasi; f. Pengawasan kerja
g. Pengarahan pimpinan
(Luthans dan Robbins dalam Mangkunegara, 2005: 122-123).
Secara lebih rinci, indikator-indikator kultur organisasi tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
a. Struktur Organisasi
Struktur organisasi merupakan salah satu faktor yang berpengaruh
terhadap kinerja organisasi publik, karena akan menjelaskan bagaimana
kedudukan, tugas, dan fungsi dialokasikan dalam organisasi. Hal ini
mempunyai dampak yang siginifikan terhadap cara orang melaksanakan
tugasnya dalam organisasi, ketika arah dan strategi organisasi secara
keseluruhan telah ditetapkan serta struktur organisasi telah dibentuk, maka
hal yang perlu diperhatikan adalah bagaimana organisasi tersebut
melakukan kegiatan atau menjalankannya tugas dan fungsinya. Adapun
”suatu gambar yang menggambarkan tipe organisasi, pendepartemenan organisasi, kedudukan dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan tanggung jawab, rentang kendali dan sistem pimpinan organisasi” (Hasibuan, 1996:131).
Sejalan dengan pendapat di atas Robbins mengatakan bahwa
struktur organisasi mempunyai tiga komponen yaitu:
1. kompleksitas berarti dalam struktur organisasi mempertimbangkan tingkat differensiasi yang ada dalam organisasi termasuk di dalamnya tingkat spesialisasi atau pembagian kerja, jumlah tingkatan dalam organisasi serta tingkat sejauh mana unit-unit organisasi tersebar secara geografis; 2. formalisasi berarti dalam struktur organisasi memuat tentang tata
cara atau prosedur bagaimana suatu kegiatan itu dilaksanakan (Standar Operating Prosedures), apa yang boleh dan tidak dapat dilakukan;
3. sentralisasi berarti dalam struktur organisasi memuat tentang kewenangan pengambilan keputusan, apakah disentralisasi atau desentralisasi;
(Robbins dalam Kurniawan, 2005:69).
Berdasarkan pendapat kedua di atas, bahwa struktur organisasi
merupakan suatu gambar yang menggambarkan tentang jenis atau tipe
organisasi, pendepartemenan atau pembagian bidang-bidang, kedudukan
dan jenis wewenang pejabat, bidang dan hubungan pekerjaan yang terkait,
garis perintah dan tanggung jawab serta rentang kendali dan sistem
pimpinan organisasi. Fungsi struktur organisasi tersebut menunjukan bahwa
struktur organisasi mempunyai peranan yang sangat penting dalam suatu
organisasi, sehingga dengan demikian struktur organisasi juga sangat
berpengaruh terhadap kualitas pelayanan. Komponen-komponen struktur
organisasi yang mendukung harus disusun dengan baik, dan pembagian
kerja atau spesialisasi harus disusun sesuai dengan kebutuhan, saling
menunjang, jelas wewenang tugas dan tanggung jawabnya, serta tidak
tumpang tindih. Suatu organisasi haruslah terstruktur dengan baik dan tepat
b. Tujuan Organisasi
Definisi tujuan organisasi dijelaskan oleh Sondang P. Siagian yaitu: ”penentuan arah yang akan ditempuh oleh organisasi, sarana dan prasarana apa yang diperlukan, produk apa yang akan dihasilkan, dan siapa yang akan jadi penggunanya, bentuk dan jenis interaksi dengan lingkungan eksternal, kultur organisasi bagaimana yang akan ditumbuhkembangkan, serta teknologi yang bagaimana yang akan dimanfaatkan” (Siagian, 2005:43).
Sejalan dengan pendapat di atas, George R. Terry mengemukakan tujuan organisasi adalah ”hasil yang diinginkan yang melukiskan skope yang jelas, serta memberikan arah kepada usaha-usaha seseorang manajer”
(Terry dalam Hasibuan, 1996:18). Berdasarkan kedua pendapat di atas,
tujuan organisasi merupakan penentuan arah yang jelas yang akan
ditempuh oleh suatu organisasi dengan sarana dan prasarana apa yang
diperlukan, produk apa yang akan dihasilkan, dan siapa yang akan jadi
penggunanya, bentuk dan jenis interaksi dengan lingkungan eksternal, kultur
organisasi bagaimana yang akan ditumbuhkembangkan, serta teknologi
yang bagaimana yang akan dimanfaatkan. Tujuan organisasi merupakan
kesepakatan seluruh pengurus dan anggota organisasi tersebut.
c. Kebijakan Organisasi
Menurut pendapat Carl Friedrich bahwa kebijakan organisasi
merupakan:
”arah suatu tindakan yang diusulkan oleh seseorang, kelompok atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, yang memberikan hambatan-hambatan dan kesempatan-kesempatan terhadap kebijakan yang diusulkan untuk menggunakan dan mengatasi dalam rangka mencapai suatu tujuan, atau merealisasikan suatu sasaran atau suatu maksud tertentu” (Friedrich dalam Winarno, 2005:16).
kedua pendapat di atas, dapat dikatakan bahwa kebijakan adalah tindakan
yang dilakukan atas usulan seseorang, kelompok atau pemerintah dalam
lingkungan tertentu untuk mencari peluang dalam mengatasi
hambatan-hambatan agar dapat mewujudkan sasaran dan tujuan yang terarah.
Kebijakan tidak hanya dipahami sebagai tindakan oleh pemerintah, tetapi
juga oleh kelompok maupun individu.
d. Perilaku Individu dalam Organisasi
Perilaku individu dalam organisasi dijelaskan oleh Manahan
Tampubolon sebagai berikut:
”perilaku manusia dalam organisasi, yang mana dengan menggunakan ilmu pengetahuan tentang bagaimana manusia bertindak dalam organisasi. Perilaku organisasi ini mendasarkan pada analisis terhadap manusia yang ditujukan bagi kemanfaatan orang” (Tampubolon, 2004:2).
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Lindsay dan Patrick
bahwa elemen k