ANALISIS PENGARUH PENGUNGKIT KEUANGAN, LIKUIDITAS, DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI
BEI PERIODE 2010-2014
Oleh
SUSANA OKTAVIA
Pengungkit keuangan merupakan sumber dana eksternal dari perusahaan untuk
menyokong keberlangsungan perusahaan. Likuiditas dan perputaran modal kerja
adalah bagian lain yang juga mendukung konsistensi perusahaan. Perusahaan
pertambangan termasuk komponen yang penting dalam pertumbuhan ekonomi di
Indonesia. Sumber daya batubara merupakan komoditas yang melimpah di tanah
air tercinta juga bagian yang tak terpisahkan untuk kemajuan perekonomian.
Penelitian ini menganalisis bagaimana pengaruh pengungkit operasional,
pengungkit keuangan, likuiditas, perputaran piutang dan perputaran persediaan
terhadap profitabilitas yang diproksikan dengan ROA. Populasi penelitian ini
adalah perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI periode
2010-2014. Penarikan sampel menggunakan metodepurposive sampling,dengan
jumlah sampel yang di dapat sebanyak 7 perusahaan. Alat analisis yang digunakan
persediaan dan perputaran piutang baik secara bersama-sama dan secara
individual/parsial tidak berpengaruh terhadap profitabilitas pada perusahaan
pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2014.
Kata kunci: Pengungkit Operasional, Pengungkit Finansial, Likuiditas, Perputaran
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014
Oleh
SUSANA OKTAVIA
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI
Pada
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014
Skripsi
Oleh
SUSANA OKTAVIA
Jurusan Manajemen
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.Aktiva lancar, Utang Lancar dan Laba Bersih Tahun 2014 Perusahaan Pertambangan Batubara
yang Terdaftar di BEI... 10
Gambar 2. Kerangka Pemikiran ... 17
Gambar 3.Grafik Histogram ... 52
Gambar 4.Grafik Normalitas ... 52
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR ISI... i
DAFTAR TABEL ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vi
I. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 12
1.3 Tujuan Penelitian ... 12
1.4 Manfaat Penelitian ... 13
1.5 Kerangka Pemikiran... 14
1.6 Hipotesis... 17
II. TINJAUAN PUSTAKA ... 19
2.1 Kinerja Keuangan ... 19
2.2 Laporan Keuangan ... 19
2.3 Analisis Laporan Keuangan ... 22
2.4 Modal Kerja ... 22
2.5 Analisis Rasio Keuangan ... 25
2.5.1 Rasio Likuiditas ... 26
2.5.2 Rasio Profitabilitas... 28
2.5.4 Rasio Aktivitas... 32
2.5.5 Rasio Solvabilitas ... 34
2.6 Pengungkit Keuangan ... 35
2.7 Penelitian Terdahulu ... 40
III. METODE PENELITIAN ... 44
3.1 Objek Penelitian ... 44
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 44
3.3 Jenis dan Sumber Data ... 45
3.4 Definisi Operasional Variabel ... 46
3.4.1 Variabel Terikat(Dependent Variable)... 46
3.4.2 Variabel Bebas(Independent Variable)... 47
3.5 Teknik Pengumpulan Data... 48
3.6 Metode Analisis Data... 49
3.6.1 Analisis Regresi Linear Berganda ... 49
3.7 Uji Asumsi Klasik ... 50
3.7.1 Uji Normalitas ... 51
3.7.2 Uji Autokorelasi... 53
3.7.3 Uji Heteroskesdastisitas... 54
3.7.4 Uji Multikolinearitas... 55
3.8 Rancangan Uji Hipotesis... 57
3.8.1 Koefisien Determinasi (R2)... 57
3.8.2 Uji-F (Secara Bersama-sama)... 58
3.8.3 Uji-t (Parsial) ... 60
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN... 61
4.1 Analisis Pengungkit Operasional ... 61
4.3 Analisis Rasio Lancar ... 68
4.4 Analisis Perputaran Persediaan ... 71
4.5 Analisis Perputaran Piutang ... 74
4.6 AnalisisReturn on Asset (ROA) ... 78
4.7 Analisis Pengaruh ... 81
4.7.1 Hasil Analisis Regresi Linear Sederhana ... 81
4.7.2 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 90
4.8 Pengujian Hipotesis... 92
4.9 Hasil Penelitian ... 95
4.9.1 Pengaruh DOL Terhadap ROA ... 95
4.9.2 Pengaruh DFL Terhadap ROA ... 96
4.9.3 PengaruhCurrent Ratio Terhadap ROA ... 96
4.9.4 Pengaruh INTO Terhadap ROA ... 97
4.9.5 Pengaruh ARTO Terhadap ROA... 97
V. SIMPULAN DAN SARAN ... 99
5.1 Simpulan ... 99
5.2 Saran... 103
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.Daftar Perusahaan Pertambangan Batubara yang Tercatat
di BEI Tahun 2010-2014 ... 2
Tabel 2. Data Hasil Perhitungan DOL Pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2014... 4
Tabel 3. Data Aktiva Lancar dan Utang Lancar pada Perusahaan
Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2014... 8
Tabel 4. Data Laba Bersih pada Perusahaan Pertambangan Batubara
yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 ... 10
Tabel 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu... 42
Tabel 6.Daftar Sampel Perusahaan Pertambangan Batubara yang
Menjadi Objek Penelitian Periode 2010-2014... 45
Tabel 7. Hasil Uji Runs Test ... 54
Tabel 8. Hasil Uji Multikolinieritas ... 56
Tabel 9. Tingkat Pengungkit Operasional (DOL) pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Tercatat di BEI
Tahun 2010-2014 ... 62
Tabel 10. Tingkat Pengungkit Finansial (DFL) pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Tercatat di BEI
Tahun 2010-2014... 66
Tahun 2010-2014... 69
Tabel 12. Rasio Perputaran Persediaan(Inventory Turnover Ratio) Pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014... 72
Tabel 13. Rasio Perputaran Piutang(Receivable Turnover Ratio) Pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014... 75
Tabel 14.Return on Asset RatioPada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 ... 78
Tabel 15. Hasil Perhitungan t Hitung dan Sig. Hitung ROA Terhadap DOL ... 82
Tabel 16.Hasil Perhitungan t Hitung dan Sig. Hitung ROA Terhadap DFL ... 84
Tabel 17.Hasil Perhitungan t Hitung dan Sig. Hitung ROA TerhadapCurrent Ratio(CR) ... 85
Tabel 18. Hasil Perhitungan t Hitung dan Sig. Hitung ROA TerhadapInventory Turnover (INTO) ... 87
Tabel 19.Hasil Perhitungan t Hitung dan Sig. Hitung ROA TerhadapReceivable Turnover (ARTO)... 88
Tabel 20.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 91
Tabel 21.Hasil Analisis Koefisien Determinasi (R2)... 93
Tabel 22.Hasil Analisis Regresi Linear Berganda uji F ... 94
Peneliti dilahirkan di Bandar Lampung pada 21 Oktober 1994. Peneliti merupakan
anak sulung dari dua bersaudara. Saudara laki-laki bernama David Yulian.
Terlahir dari pasangan Ayah Eko Susilo dan Ibu Yulaikah.
Peneliti menempuh pendidikan dasar selama 6 tahun di SDN Lingga, Tanjung
Enim, Sumatera Selatan dan lulus pada tahun 2006. Kemudian melanjutkan
pendidikan menengah di SMP Xaverius 3 Bandar Lampung dan lulus pada Tahun
2009. Pada tahun 2009 melanjutkan pendidikan atas di SMA Negeri 3 Bandar
Lampung dan lulus pada Tahun 2012. Kemudian diterima sebagai Mahasiswi S1
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis di Universitas Lampung pada tahun
Sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT. Karena limpahan
rahmat dan karunia-Mu telah memberiku kekuatan, membekaliku
dengan ilmu dan mengajarkanku dengan kasih sayang akhirnya skripsi
sederhana ini dapat terselesaikan. Sholawat serta salam selalu
terlimpahkan keharibaan Nabi Muhammad SAW.
Sebagai tanda bukti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada
terhingga kupersembahaan karya kecil ini kepada Ibu dan Ayah yang
telah memberikan kasih sayang, segala dukungan, motivasi dan cinta
kasih yang tiada terhingga. Semoga ini menjadi langkah awal untuk
membuat Ibu dan Ayah bahagia. Dan teruntuk Adikku, terima kasih
atas doa dan bentuannya selama ini, hanya karya kecil inilah yang
dapat Aku persembahkan Maaf belum bisa jadi panutan seutuhnya,
tapi aku akan selalu berusaha menjadi yang terbaik untuk kalian
semua.
Kepada orang terkasih, semua sahabat dan teman seperjuangan
terima kasih atas bantuan, doa, nasihat, kesabaran, hiburan dan
candaannya semoga kita semua sukses dan selalu dilimpahkan berkah
dari-Nya. Semoga Allah SWT. Membalas budi baik kalian dikemudian
hari dan diberikan kesehatan, serta kemudahan dalam segala hal,
Sesungguhnya bersama Kesukaran itu ada keringanan. Karena itu bila
kau sudah selesai (mengerjakan yang lain). dan berharaplah kepada
Tuhanmu
– Q.S Al Insyirah : 6-8Barangsiapa bersungguh-sungguh, sesungguhnya kesungguhannya itu adalah untuk dirinya sendiri
– Q.S Al-Ankabut : 6
Do not try to be same, but be better– NN
Fall down six times, get up seven
– NNSucces is not a final, only an achievement
–
NNPuji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT dan shalawat serta salam
disanjung agungkan kepada Nabi kita Rasulullah SAW. Karena Rahmat dan
Hidayah Allah SWT. Skripsi ini dapat diselesaikan.
Skripsi dengan judul “Analisis Pengaruh Pengungkit Keuangan, Likudiitas, dan Profitabilitas terhadap Profitabilitas Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Periode 2010-2014” adalah salah satu syarat
untuk memperoleh gelar sarjana Ekonomi di Universitas Lampung.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E. M.Si. selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;
2. Ibu Dr. R.r. Erlina, S.E., M.M., selaku Ketua Jurusan Manajemen;
3. Bapak Dr. Irham Lihan, S.E. M.Si., selaku Pembimbing Utama atas
kesediaannya untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam
proses penyelesaian skripsi ini;
4. Bapak Muslimin, S.E. M.Si., selaku Pembimbing Kedua atas kesediaannya
untuk memberikan bimbingan, saran, dan kritik dalam proses
penyelesaian skripsi ini;
5. Bapak Syatibi CH, S.E., selaku Penguji Utama pada ujian skripsi. Terima
7. Bapak dan Ibu Staf Administrasi FEB unila;
8. Seluruh rekan, Rika, ‘ncik’ Rischa, Eka, Rika Kacil, Pita, Ita,my strawberry asem-asem manis hihihi. Rekan seminar, Delta dan Edo.
Albet, Yandi, Darma, Tanjung, Agil, Deri, Arman, Ilham “BOYBAND”
yang lain terima kasih atas doa, dukungan, dan kebersamaan kalian.
9. Seluruh rekan-rekan manajemen keuangan 2012, Fina, Epi, Dewi, Dwi,
Liana, Cipta, Sella, Ayu, Endah, Annisa, Herna, Tari, Yenni, Wenika,
Rama Dewi, Pipit, Brenda, Siska, Winy, Donna, Lia, Merta, Ika, Septi,
Isti, Dinda, Rendy, Zenicko, Mukhlisin, terima kasih atas doa, dukungan,
dan kebersamaan kalian.
10.Rekan-rekan Manajemen 2012, Lusy, Rama, Warits, Vinie, Uthe, Ine,
Any, Heylin, Alnia, Cisca, Atsil, Nopi, Kenny, Tasya, Wahid, dan rekan
manajemen 2012 yang lain yang tidak bisa disebutkan satu-satu, terima
kasih atas doa, dukungan, dan kebersamaan kalian.
11.Rekan setiaku rekan seangkatan Al12 dimanapun berada, Annisa Anggita
Putri, Hartati, Marisa Triana Mazta, Dian Novitriani, Dian Eka Fitriani,
Ririn Aristiyani, M. Hajriantoso, Monica Haviliana, Sharon Dina
Amalina, Dyaning Septa Arini, Amany Endiska Putri. terima kasih atas
doa, dukungan, dan kebersamaan kalian.
12.Semua rekan-rekan KKN Margasari Tulang Bawang Barat 2015, Mbk
13.Yunika Suci Wulandari dan Jorgi Maridho terima kasih atas doa,
dukungan, dan kebersamaan kalian.
14.Semua pihak yang memberikan bantuan dan dukungan kepada
peneliti selama menyelesaikan skripsi ini.
Semoga Allah SWT memberikan rahmat kepada semua pihak yang
telah memberikan bantuan kepada peneliti. Semoga hasil penelitian
skripsi ini dapat bermanfaat.
Bandar Lampung, Februari 2016
1.1 Latar Belakang
Perusahaan pertambangan batubara merupakan perusahaan yang menghasilkan
batubara, baik penambangan batubara maupun pengelolaan hasil batubara.
Batubara sebagai salah satu sumber energi yang melimpah di Indonesia,
memberikan kontribusi yang cukup besar untuk kemajuan perekonomian di tanah
air. Potensi inilah yang membuat perusahaan pertambangan batubara banyak
berdiri di Indonesia.
Karakteristik industri pertambangan batubara terdiri dari beberapa hal seperti,
perusahaan pertambangan padat modal, artinya sangat memerlukan modal yang
besar untuk keperluan perusahaan tambang tersebut, misalnya alat berat,
transportasi, gaji karyawan. Penambangan batubara juga sangat tergantung pada
keadaan geologi daerah dan keadaan lapisan batubara.
Ciri pokok lain yang juga mencerminkan perusahaan pertambangan yaitu,
biasanya perusahaan pertambangan terletak jauh dari kota karena lokasi
penambangan biasanya berada di daerah yang terpencil. Selanjutnya, industri
pertambangan memiliki risiko yang besar seperti dalam sebuah eksplorasi
tersebut harus menerima kerugian yang tidak bisa dibilang sedikit, selain itu
resiko pencemaran lingkungan yang tidak bisa dianggap remeh karena pada
dasarnya lingkungan bekas tambang tidak bisa dikembalikan lagi seperti awal
sebelum adanya kegiatan penambangan. Terdapat 22 perusahaan tambang
batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang akan dijelaskan
sebagai berikut:
Tabel 1. Daftar Perusahaan Pertambangan Batubara yang Tercatat di BEI Tahun 2010-2014
No Kode Nama Emiten Tanggal IPO
1 ADRO Adaro Energy Tbk. 16 Juli 2008
2 ARII Atlas Resources Tbk. 8 November 2011
3 ATPK ATPK Resources Tbk. 17 April 2002
4 BORN Borneo Lumbung Energy & Metal Tbk. 26 November 2010
5 BRAU Berau Coal Energy Tbk. 19 Agustus 2010
6 BSSR Baramulti Suksessarana Tbk. 8 November 2012
7 BRMS Bumi Resources Minerals Tbk. 30 Juli 1990
8 BYAN Bayan Resources Tbk. 12 Agustus 2008
9 DEWA Darma Henwa Tbk. 26 September 2007
10 DOID Delta Dunia Makmur Tbk. 15 Juni 2001
11 GEMS Golden Energy Mines Tbk. 17 November 2011
12 GTBO Garda Tujuh Buana Tbk. 9 Juli 2009
13 HRUM Harum Energy Tbk. 6 Oktober 2010
14 ITMG Indo Tambangraya Megah Tbk. 18 Desember 2007
15 KKGI Resource alam Indonesia Tbk. 1 Juli 1991
16 MBAP Mitrabara Adiperdana Tbk. 10 Juli 2014
17 MYOH Samindo Resources Tbk. 27 Juli 2000
18 PKPK Perdana Karya Perkasa Tbk. 11 Juli 2007
19 PTBA Tambang Batubara Bukit Asam (Persero) Tbk. 23 Desember 2002
20 PTRO Petrosea Tbk. 21 Mei 1990
21 SMMT Golden Eagle Energy Tbk. 29 Februari 2000
22 TOBA Toba Bara Sejahtera Tbk. 6 Juli 2012
Sumber:www.idx.co.id
Tabel 1. menunjukkan terdapat 22 perusahaan pertambangan batubara yang telah
tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak Tahun 1990 hingga Tahun 2014.
Namun setelah diteliti hanya ada 18 perusahaan yang mempublikasikan laporan
keuangannya secara lengkap dari Tahun 2010-2014. Jika dilihat dari jumlah
apalagi bila ditambahkan dengan perusahaan yang belum tercatat di BEI.
Banyaknya perusahaan ini disebabkan oleh hasil tambang batubara yang
melimpah di tanah air kita, selain itu biaya untuk menambang batubara sangatlah
besar. Karena itulah perusahaan ini butuh pendanaan eksternal berupa pengungkit
keuangan.
Perusahan sering menggunakan modal pinjaman, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, dalam istilah keuangan disebut dengan pengungkit. Pengungkit
keuangan merupakan dana yang berasal dari luar perusahaan yang bisa digunakan
untuk meningkatkan keuntungan yang diharapkan bagi perusahaan. Pengungkit
(leverage) sendiri terbagi menjadi 2 (dua), yakni pengungkit operasional (operating leverage)dan pengungkit finansial (financial leverage).
Watson dan Head (2010) dalam Gatsi,dkk (2013) mengatakan bahwadegree of operating leverage menjelaskan tentang sejauh mana perusahaan menggunakan biaya tetap untuk memaksimalkan keuntungan. Artinya, ketikadegree of operating leverage meningkat secara terus-menerus, ada kemungkinan
peningkatan proporsi yang sama dalam biaya operasional tetap dari perusahaan
yang memiliki kecenderungan penurunan EBIT perusahaan dalam jangka
panjang.
Pengungkit operasional (operating leverage) dapat diartikan sebagai penggunaan aset yang menimbulkan biaya tetap operasional yang bertujuan untuk
meningkatkan pendapatan yang bisa menutup biaya tetap dan biaya variabel.
Biaya operasi tetap dikeluarkan agar volume penjualan dapat menghasilkan
Tabel 2. Data Hasil PerhitunganDegree of Operating Leverage Pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2014
No Kode Emiten DOL No Kode Emiten DOL
1 ADRO -6,00 11 HRUM 2,05
7 DEWA -20,28 17 PTRO 6,02
8 DOID -1,94 18 SMMT 0,55
9 GEMS -2,82
10 GTBO 2,40 Rata-Rata -0,42
Sumber:www.idx.co.id, data diolah
Tabel 2. menggambarkan perhitungandegree of operating leverage pada tahun 2014 pada perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia (BEI). Hasil perhitungan pada Tabel 2. dapat dilihat bahwa DOL pada
perusahaan pertambangan sangat berfluktuatif, ada perusahaan yang memiliki
DOL yang sangat tinggi bahkan ada juga yang memiliki DOL negatif.
Perhitungan DOL yang nol atau bahkan negatif artinya setiap perubahan
(naik/turun) 1% dari penjualan akan mengakibatkan laba sebelum bunga dan
pajak (EBIT) yang diterima nol atau negatif. Artinya pengungkit operasional tidak
membantu perusahaan mengoptimalkan biaya tetap operasionalnya namun justru
merugikan bagi perusahaan.
Pengungkit finansial (financial leverage) mengambil alih apa yang dilupakan oleh pengungkit operasional (operating leverage), yaitu makin memperbesar dampak tingkat penjualan terhadap laba per saham (EPS). Karena itulahoperating leverage sering disebut dengan pengungkit(leverage) tingkat pertama dan
pemegang saham dengan persentase perubahan laba sebelum bunga dan pajak
(EBIT) (Weston dan Copeland, 1991).
Pengungkit finansial (financial leverage) berasal dari pembayaran bunga untuk utang yang digunakan perusahaan biasanya disebut dengan beban tetap keuangan.
Pembicaraanfinancial leverage berkaitan dengan struktur modal perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap (bunga) yang tinggi berarti
menggunakan utang yang tinggi, yang berartidegree of financial leverage
perusahaan juga tinggi.
Degree of financial leveragemempunyai dampak terhadapearning per share.
Untuk perusahaan yang memiliki DFL yang tinggi, perubahan EBIT akan
menyebabkan perubahan EPS yang tinggi pula. Seperti halnyadegree of
operating leverage.Degree of financial leverage seperti pisau bermata dua: jika EBIT meningkat, EPS akan meningkat secara signifikan, sebaliknya, jika EBIT
turun , EPS juga akan turun secara signifikan (Hanafi, 2011). DFL bisa diartikan
sebagai efek perubahan EBIT terhadap pendapatan (profit).
Modal kerja adalah investasi perusahaan jangka pendek yang terdiri dari berbagai
komponen aktiva lancar seperti kas, surat berharga, piutang dan persediaan (Putra,
2012) dalam Sufiana dan Purwanti (2012). Perusahaan harus mengelola modal
kerja dengan baik karena menyangkut operasional perusahaan. Jika perusahaan
kelebihan modal kerja akan menyebabkan dana yang menganggur, sehingga dapat
memperkecil profitabilitas. Apabila kekurangan modal kerjanya, maka akan
Noor dan Lestari (2012) menyatakan bahwa pengelolaan modal kerja merupakan
hal yang sangat penting dalam perusahaan, karena meliputi pengambilan
keputusan mengenai jumlah dan komposisi aktiva lancar dan bagaimana
membiayai aktiva ini. Aktiva lancar harus cukup besar untuk dapat menutup utang
lancar sehingga menggambarkan adanya tingkat keamanan (margin safety) yang memuaskan. Modal kerja yang berlebihan dapat menyebabkan banyak dana yang
tidak dimanfaatkan dengan baik yang mengakibatkan kegiatan operasional
perusahaan tidak efisien sehingga akan mengurangi atau memperkecil
kemungkinan perusahaan mendapatkan laba maksimal (Laraswati, 2015).
Perputaran persediaan menunjukkan berapa kali persediaan yang dimiliki oleh
perusahaan berputar dalam satu periode. Perputaran persediaan yang lambat
menunjukkan lamanya persediaan tersimpan di perusahaan, sehingga hal ini dapat
memperbesar biaya persediaan, dan akan mempengaruhi laba perusahaan (Fitri,
2013). Persediaan barang (inventory)merupakan salah satu elemen utama dari modal kerja berupa aktiva yang juga selalu dalam keadaan berputar, dimana
secara terus-menerus mengalami perubahan.
Tujuan penilaian tingkat perputaran persediaan adalah untuk mengetahui apakah
terdapat persediaan barang yang terlalu banyak atau tidak. Adanya kelebihan
persediaan menyebabkan kerugian bagi perusahaan karena kualitas persediaan
akan menurun seiring dengan lamanya masa penyimpanan, selain itu akan ada
Komponen modal kerja lain yang tak kalah jauh penting adalah piutang. Piutang
perusahaan timbul karena adanya penjualan kredit, semakin besar penjualan kredit
maka semakin besar pula investasi suatu perusahaan tersebut dalam piutang dan
akibatnya risiko atau biaya yang dikeluarkan akan semakin besar pula (Santoso
dan Nur, 2008) dalam (Sufiana dan Purwanti, 2012). Agar modal kerja yang
diinvestasikan dalam sektor piutang dapat diperkecil, perusahaan perlu
memberikan potongan harga. Kebijakan ini dilakukan selain bertujuan untuk
menarik debitur untuk segera membayar utangnya, juga untuk memperkecil
kemungkinan risiko utang yang tidak tertagih (macet) (Kasmir, 2014).
Putri H, dkk (2015) menyatakan bahwa likuiditas sebagai alat pengukur seberapa
besar kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kebutuhan kas untuk
membayar kewajiban jangka pendek maupun untuk membiayai operasional
sehari-hari sebagai modal kerja. Likuiditas mempunyai hubungan yang erat
dengan profitabilitas, karena likuiditas menunjukkan tingkat ketersediaan modal
kerja yang dibutuhkan dalam kegiatan operasional. Tingkat likuiditas perlu
diperhatikan untuk mempertahankan dan mengembangkan perusahaan dalam
menjalankan perusahaannya.
Pengelolaan modal kerja yang efisien di dalam perusahaan dihadapkan pada
pertukaran antara faktor likuiditas dan profitabilitas, jika perusahaan memutuskan
untuk menginvestasikan modal kerja dalam jumlah yang besar, likuiditas akan
terjamin. Namun, kesempatan memperoleh laba yang besar akan menurun pula
dan berdampak juga pada penurunan keuntungan yang diperoleh perusahaan. Jadi,
profitabilitas berbanding terbalik dengan likuiditas, makin baik likuiditas
Current ratio merupakan salah satu rasio likuiditas yang memberikan indikasi penting mengenai kemampuan perusahaan untuk membayar utang yang harus
segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar, yang dihitung dengan
membandingkan aktiva lancar dengan utang lancar. Terdapat dua hasil penilaian
terhadap pengukuran rasio likuiditas, yaitu apabila perusahaan mampu membayar
kewajiban jangka pendeknya maka perusahaan tersebut tergolongliquid, dan apabila perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendeknya maka
perusahaan dalam keadaanilliquid (Kasmir, 2014).
Tabel 3. Data Aktiva Lancar dan Utang Lancar Pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di BEI Tahun 2014 (dalam ribuan dolar AS)
1 ADRO 1.271.632 774.595 11 HRUM 280.935 78.548
2 ARII 48.490 147.597 12 ITMG 569.553 364.170
3 ATPK 55.924 17.399 13 KKGI 39728 23.566
4 BRAU 866.649 1.287.872 14 MYOH 82.100 44.092
5 BRMS 2.346.892 6.798.673 15 PKPK 15.047 12.535
6 BYAN. 323.240 518.794 16 PTBA 596.206 287.309
7 DEWA 160.791 114.626 17 PTRO 176.832 107.514
8 DOID 301.906 127.104 18 SMMT 12.915 10.704
9 GEMS 141.302 64.054
10 GTBO 11.705 5.825 Rata-Rata 405.658 599.165
Sumber:www.idx.co.id, data diolah
Tabel 3. menyajikan data aktiva lancar dan utang lancar. Pada Tahun 2014 aktiva
tertinggi dicapai oleh PT Bumi Resources Energy Tbk sebesar US$2.346.892.000
namun utang tertinggi juga dicapai oleh perusahaan yang sama yaitu PT Bumi
Resources Energy Tbk. sebesar US$ 6.798.673.000 . Perusahaan yang memiliki
aktiva terendah yaitu PT Garda Tujuh Buana Tbk sebesar US$ 11.705.000 dan
perusahaan yang memiliki utang terendah dicapai oleh perusahaan yang sama
tabel bahwa terdapat beberapa perusahaan yang memiliki aktiva lancar yang
tinggi namun juga memiliki utang lancar yang lebih tinggi pula seperti pada PT
Bumi Resources Energy Tbk. perusahaan ini memiliki aktiva tertinggi selama
Tahun 2014 diantara perusahaan pertambangan batubara lainnya, namun juga
memiliki utang yang tertinggi, artinya perusahaan ini belum mampu membiayai
kewajiban jangka pendeknya.
Laba atau profitmenjadi salah satu tujuan utama semua perusahaan, baik itu perusahaan dagang, perusahaan pertambangan, jasa maupun perusahaan
manufaktur. Ambarwati, dkk (2015) menyatakan, setiap perusahaan akan
berusaha untuk meningkatkan profitabilitasnya, karena semakin tinggi tingkat
profitabilitas suatu perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan tersebut
akan lebih terjamin. Tanpa diperolehnya laba, perusahaan tidak dapat memenuhi
tujuannya yaitu berkembang (growth), bertahan hidup (going concern), tanggung jawab sosial (corporate social responsibility). Laba yang menjadi tujuan utama perusahaan dapat dicapai dengan menjual barang dan jasa. Semakin besar
penjualan barang dan jasa, maka laba yang dihasilkan perusahaan juga akan
semakin besar. Kelangsungan hidup perusahaan (going concern) dipengaruhi oleh banyak hal antara lain profitabilitas perusahaan itu sendiri. Berikut ini akan
disajikan laba bersih perusahaan sektor pertambangan batubara yang terdaftar di
Tabel 4. Data Laba Bersih Pada Perusahaan Pertambangan Batubara yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) Tahun 2014 (dalam ribuan dolar AS)
No Kode Emiten Laba Bersih No Kode Emiten Laba Bersih
1 ADRO 150.523 11 HRUM 3.889
2 ARII -24.621 12 ITMG 200.218
3 ATPK 4.256 13 KKGI 8.002
4 BRAU -84.900 14 MYOH 22.392
5 BRMS -465.905 15 PKPK -2.285
6 BYAN. -189.619 16 PTBA 170.712
7 DEWA 299 17 PTRO 2.251
8 DOID 22.601 18 SMMT -282
9 GEMS 11.144
10 GTBO -4.610 Rata-rata -9.774
Sumber: www.idx.co.id, data diolah
Tabel 4. menyajikan data laba bersih Tahun 2014 pada perusahaan pertambangan
batubara yang terdaftar di BEI. Dari tabel ini dapat dilihat bahwa laba bersih
tertinggi dicapai oleh PT Indo Tambangraya Megah Tbk.. sebesar US$
200.218.000 dan perusahaan yang tidak memperoleh laba dan cenderung merugi
ada pada PT Bumi Resources Energy Tbk. sebesar US$ -465.905.000 dan
rata-rata laba bersih untuk industri pertambangan batubara pada Tahun 2014 adalah
sebesar US$ -6.063.000 artinya secara umum banyak diantara perusahaan
pertambangan batubara ini mengalami kerugian selama Tahun 2014.
Gambar 1. menyajikan grafik aktiva lancar, utang lancar serta laba bersih
perusahaan pertambangan selama Tahun 2014. Terlihat dari grafik bahwa proporsi
utang lancar pada beberapa perusahaan lebih besar dibandingkan dengan aktiva
lancarnya. Besarnya aktiva lancar ataupun utang lancarpun ternyata belum mampu
membuat peningkatan laba bersih atau justru menurunkan laba bersih hingga
nilainya menjadi minus. Fenomena inilah yang menarik bagi penulis untuk
menelitinya.
Penelitian ini menganalisis pengaruh pengungkit keuangan, likuiditas,
dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas yang dilakukan dengan
mengukuroperating leverage(DOL), financial leverage (DFL),current ratio,
inventory turnover (INTO), danreceivable turnover(ARTO) sertareturn on asset
(ROA) secara lebih mendalam pada perusahaan pertambangan batubara yang
terdaftar di BEI. Karena sektor pertambangan merupakan sumber pendapatan
yang paling besar bagi Indonesia. Kondisi ekonomi pertambangan mampu
berdampak positif atau negatif bagi stabilitas ekonomi Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, maka dalam penelitian ini variabel pengungkit
keuangan akan diwakili oleh pengungkit operasional (operating leverage) dan pengungkit finansial (financial leverage), variabel likuiditas diproksikan melalui rasio lancar (current ratio)dan perputaran modal kerja diwakili oleh perputaran persediaan (inventory turnover) dan perputaran piutang (receivable turnover)
sebagai variabel-variabel bebas yang berpengaruh terhadap profitabilitas, dimana
“ANALISIS PENGARUH PENGUNGKIT KEUANGAN, LIKUIDITAS DAN PERPUTARAN MODAL KERJA TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PERTAMBANGAN BATUBARA YANG TERDAFTAR DI BEI PERIODE 2010-2014”.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka penulis dapat
merumuskan permasalahan yang akan diteliti dan dibahas dalam penelitian ini,
yaitu;
1. Bagaimana perkembangan pengungkit operasional, pengungkit finansial,
likuiditas, perputaran persediaan, perputaran piutang, dan profitabilitas
perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI Periode
2010-2014.
2. Apakah pengungkit operasional, pengungkit finansial, likuiditas,
perputaran persediaan dan perputaran piutang secara parsial dan
bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan pertambangan
batubara yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014.
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang telah diajukan dalam penelitian ini, maka
1. Untuk mengetahui perkembangan pengungkit operasional, pengungkit
finansial, likuiditas, perputaran persediaan, perputaran piutang dan
profitabilitas perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI
Periode 2010-2014.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengungkit operasional,
pengungkit finansial, likuiditas, perputaran persediaan, perputaran piutang
secara parsial dan bersama-sama berpengaruh terhadap profitabilitas
perusahaan pertambangan batubara yang terdaftar di BEI Periode
2010-2014.
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun dari hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat dan
kontribusi sebagai berikut:
1. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan ilmu pengetahuan
mengenai manajemen keuangan khususnya profitabilitas dan sebagai
bahan referensi dalam pengembangan pengetahuan.
2. Bagi Peneliti
Meningkatkan pemahaman dan pengenalan terhadap permasalahan
mengenai pengungkit operasional, pengungkit finansial, likuiditas,
perputaran persediaan, perputaran piutang serta bagaimana
menerapkan teori yang selama ini diperoleh selama masa perkuliahan
dan bisa menerapkan dengan baik ketika telah memasuki dunia kerja.
3. Bagi Investor
Sebagai alat bantu pengambil keputusan bagi investor dalam menilai
suatu perusahaan yang tercermin melalui labanya dan bisa menjadi
pertimbangan untuk melakukan investasi.
1.5 Kerangka Pemikiran
Profitabilitas adalah salah satu rasio yang mengukur kemampuan suatu
perusahaan memperoleh laba melalui penjualan. Profitabilitas dapat diukur
melalui berbagai rasio salah satunya ROA. Dengan mengetahui ROA, akan dapat
terlihat apakah perusahaan mampu mengelola aktivanya secara efisien dalam
kegiatan operasionalnya. Oleh karena itu peneliti memilih proksi yang digunakan
dalam penelitian ini adalahreturn on asset (ROA) sebagai variabel dependen karena ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva
yang dipergunakan.
Pengungkit operasional (operating leverage) diartikan sebagai rasio yang mengukur besarnya beban tetap operasional yang digunakan perusahaan untuk
mengubah volume penjualan yang menghasilkan laba ataupun rugi yang diterima
perusahaan. Ketika perusahaan dapat memanfaatkanleverage ini dengan baik maka tujuan penggunaannya akan tercapai, dan apabila tidak tercapai maka akan
Pengungkit finansial (financial leverage) diartikan sebagai rasio yang mengukur besarnya kemampuan perusahaan untuk menggunakan beban tetap keuangan
yang berhubungan dengan bunga dari utang yang dimiliki perusahaan untuk
memperbesar pengaruh perubahan EBIT pada EPS dan keuntungan. DFL
digunakan untuk mengukur berapa banyak penggunaan utang untuk pembiayaan
perusahaan yang mempunyai dampak terhadap laba yang diterima perusahaan.
Likuiditas, berkaitan dengan kualitas modal kerja, yang mana rasio ini mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Apabila
perusahaan memiliki jumlah aktiva yang lebih besar daripada jumlah
kewajibannya hal ini dapat menjadi kekuatan bagi perusahaan untuk
meningkatkan kepercayaan bagi investor agar mau berinvestasi pada perusahaan
tersebut. Rasio ini bisa diukur melalui beberapa cara, salah satunya melalui
current ratio. Penelitian ini diproksikan oleh current ratio karena profitabilitas bisa dilihat dengan cara mengukur perbandingan antara aktiva lancar dan utang
lancar.
Persediaan merupakan salah satu elemen penting dalam perusahaan. Apabila
persediaan dalam suatu perusahaan terlalu besar hal ini juga tidak berdampak baik
bagi perusahaan karena hal ini bisa memperbesar biaya penyimpanan,
memperbesar kemungkinan kerugian karena kerusakan dan turunnya kualitas
produk hingga akhirnya menurunkan laba yang didapatkan perusahaan. Apabila
penawaran dan permintaan yang tinggi akan produk pada suatu perusahaan akan
meningkatkan produksi pada perusahaan tersebut dan membuat perputaran
persediaan akan semakin tinggi, persediaan pun akan terus berganti. Hal inilah
peneliti menggunakan proksiInventory Turnover (INTO) karena persediaan merupakan elemen utama yang jumlahnya cukup besar dalam suatu perusahaan.
Komponen modal kerja lain yang frekuensi aktivitasnya dapat diukur selain
persediaan yaitu piutang, piutang timbul ketika perusahaan menjual barang dan
jasa secara kredit. Semakin tinggi perputaran piutang dalam perusahaan
menandakan semakin lancar aliran kas yang masuk dalam perusahaan yang
berasal dari penjualan kredit. Artinya pemenuhan kewajiban debitur juga tinggi,
hal ini berdampak pada meningkatnya laba yang diterima pada perusahaan
tersebut. Oleh karena itu peneliti memilih perputaran piutang karena perputaran
piutang dan perputaran persediaan merupakan unsur aktiva lancar yang
terus-menerus mengalami perputaran. Pengelolaan perputaran persediaan dan
perputaran piutang yang efektif dan efisien dalam perusahaan memegang peranan
penting dalam perusahaan sehingga modal yang dibutuhkan semakin kecil dan
perusahaan bisa mendapatkan tingkat profitabilitas yang tinggi (Naibaho dan Sri,
2013).
Berdasarkan latar belakang dan pemaparan yang telah dijelaskan sebelumnya,
Gambar 2. Kerangka Pemikiran
1.6 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian.
Hipotesis berasal dari kata hipo yang berarti ragu dan tesis yang berarti benar. Jadi
hipotesis adalah kebenaran yang masih diragukan. Hipotesis termasuk salah satu
proposisi disamping proposisi-proposisi lainnya. Oleh karena itu, hipotesis
merupakan hasil pemikiran rasional yang dilandasi oleh teori, dalil, hukum dan
sebagainya yang sudah ada sebelumnya.
PROFITABILITAS
(Y) PENGUNGKIT
OPERASIONAL
(X1)
LIKUIDITAS
(X3)
PERPUTARAN PERSEDIAAN
(X4)
PERPUTARAN PIUTANG
(X5) PENGUNGKIT
FINANSIAL
Hipotesis dapat juga berupa pernyataan yang menggambarkan atau memprediksi
hubungan-hubungan tertentu di antara dua variabel atau lebih, yang kebenaran
hubungan tersebut tunduk pada peluang untuk menyimpang dari kebenaran
(Sanusi, 2014). Hipotesis pada penelitian ini dilakukan dengan cara menguji
ketepatan perkiraan untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan antara variabel
dependen dan variabel independen, yakni sebagai berikut:
H1 : Pengungkit operasional berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA)
pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014.
H2 : Pengungkit finansial berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA)
pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar terdaftar di BEI Tahun
2010-2014.
H3 : Likuiditas berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) pada
perusahaan tambang batubara yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014.
H4 : Perputaran persediaan berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA)
pada perusahaan tambang batubara yang terdaftar di BEI Tahun 2010-2014.
H5: Perputaran piutang berpengaruh positif terhadap profitabilitas (ROA) pada
perusahaan tambang batubara yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kinerja Keuangan
Kinerja keuangan adalah suatu analisis yang dilakukan untuk melihat sejauh mana
suatu perusahaan telah melaksanakan dengan menggunakan aturan-aturan
pelaksanaan keuangan secara baik dan benar. Kinerja perusahaan merupakan
suatu gambaran tentang kondisi keuangan suatu perusahaan yang dianalisis
dengan alat-alat analisis keuangan, sehingga dapat diketahui mengenai baik
buruknya keadaan keuangan suatu perusahaan yang mencerminkan prestasi kerja
dalam periode tertentu. Hal ini sangat penting agar sumber daya digunakan secara
optimal dalma menghadapi perubahan lingkungan (Fahmi, 2011).
2.2 Laporan Keuangan
Myer dalam Munawir (2004) mengatakan bahwa yang dimaksud laporan
keuangan adalah dua daftar yang disusun oleh akuntan pada akhir periode untuk
suatu perusahaan. Kedua daftar itu adalah daftar neraca atau daftar posisi
keuangan dan daftar pendapatan atau daftar rugi-laba. Pada waktu akhir-akhir ini
sudah menjadi kebiasaan bagi perseroan-perseroan untuk menambahkan daftar
Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat
digunakan sebagai alat untuk berkomunikasi antara data keuangan atau aktivitas
suatu perusahaan dengan pihak-pihak yang berkepentingan dengan data atu
aktivitas perusahaan tersebut (Munawir, 2004). Jadi laporan keuangan adalah
sederet daftar laporan mengenai keuangan perusahaan yang berasal dari proses
pengolahan akuntansi yang berguna baik untuk perusahaan tersebut ataupun pihak
lain yang membutuhkan informasinya.
Laporan keuangan menggambarkan pos-pos keuangan perusahaan yang diperoleh
dalam satu periode. Dalam praktiknya dikenal beberapa macam laporan keuangan
seperti (Kasmir, 2014):
1. Neraca
2. Laporan laba rugi
3. Laporan perubahan modal
4. Laporan catatan atas laporan keuangan, dan
5. Laporan kas
Adapun tujuan laporan keuangan bagi manajemen perusahaan itu sendiri
(Munawir, 2004):
a. Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan.
b. Untuk menentukan efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta
untuk menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perushaan
yang bersangkutan.
c. Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah
d. Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur
yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Dalam laporan keuangan juga memiliki keterbatasan, seperti dijelaskan sebagai
berikut (Munawir, 2004) :
a. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan
interim report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan bukan merupakan laporan yang final.
b. Laporan keuangan menunjukkan angka dalam rupiah yang keliatannya
bersifat pasti dan tepat, tetapi sebenarnya dasar penyusunannya dengan
standar nilai yang mungkin berbeda-beda atau berubah-ubah
c. Laporan keuangan disusun berdasarkan hasil pencatatan transaksi
keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu,
dimana daya beli (purchasing power) uang tersebut semakin menurun, dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, sehingga kenaikan volume
penjualan yang dinyatakan dalam bentuk rupiah belum tentu menunjukkan
atau mencerminkan unit yang dijual semakin besar, mungkin kenaikan itu
disebabkan naiknya harga jual barang tersebut yang mungkin juga diikuti
kenaikan harga-harga.
d. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena
2.3 Analisis Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2004) analisis laporan keuangan terdiri dari penelaahan atau
mempelajari hubungan – hubungan dan tendensi atau kecenderungan (trend) untuk menentukan posisi keuangan dan hasil operasi serta perkembangan
perusahaan yang bersangkutan. Metode dan teknik analisis (alat-alat analisis)
digunakan untuk menentukan dan mengukur hubungan antara pos-pos yang ada
dalam laporan keuangan. Tujuan dari setiap metode dan teknik analisis adalah
untuk menyederhanakan data sehingga dapat lebih dimengerti.
Ada dua metode analisis yang digunakan oleh setiap penganalisis laporan
keuangan, yaitu analisis horizontal dan vertikal. Teknik analisis yang biasa
digunakan dalam analisis laporan keuangan yaitu, analisis perbandingan laporan
keuangan, tren atau tendensi posisi dan kemajuan keuangan perusahaan yang
dinyatakan dalam persentase, laporan dengan persentase per komponen (common size), analisis sumber dan penggunaan modal kerja, analisis sumber dan
penggunaan kas, analisis rasio, analisis perubahan laba kotor, analisis break-even
(Munawir, 2004).
2.4 Modal Kerja
Munawir (2004), menyebutkan “Modal kerja berarti net working capital atau
kelebihan aktiva lancar terhadap utang lancar, sedangkan untuk modal kerja
Setiap perusahaan selalu memerlukan modal kerja yang akan digunakan untuk
membiayai aktivitas perusahaan sehari-hari. Kekurangan uang tunai (kas) akan
menyebabkan perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendeknya
sedangkan kekurangan persediaan akan menyebabkan perusahaan tidak
memperoleh keuntungan karena pembeli tidak jadi membeli produk perusahaan
sehingga tidak terjadi piutang tersebut (Munawir, 2004).
Munawir (2004) menerangkan bahwa manajemen keuangan jangka pendek adalah
manajemen aktiva lancar dan pasiva lancar perusahaan. Sasaran manajemen
keuangan jangka pendek adalah untuk mengelola setiap aktiva lancar perusahaan
(kas, surat berharga, piutang dan persediaan) dan pasiva lancar (utang dagang,
wesel bayar, kewajiban yang masih harus dibayar) untuk mencapai keseimbangan
antara laba dan risiko yang memberi kontribusi positif terhadap nilai perusahaan.
Misalnya:
1. Aktiva lancar dalam jumlah besar akibatnya mengurangi laba.
2. Aktiva lancar dalam jumlah kecil akibatnya meningkatkan risiko tidak
dapat membayar.
3. Utang lancar dalam jumlah besar akibatnya dapat meningkatkan risiko
yaitu tidak dapat membayar pada saat jatuh tempo.
Pengertian modal kerja secara mendalam terkandung dalam konsep modal kerja
yang dibagi menjadi tiga macam (Kasmir, 2014), yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep kuantitatif menyebutkan bahwa modal kerja adalah seluruh aktiva
untuk membiayai operasi perusahaan jangka pendek. Modal kerja dalam
pengertian ini sering disebut modal kerja kotor (gross working capital). Menurut Munawir (2004) dalam konsep ini tidak mementingkan kualitas
dari modal kerja, apakah modal kerja dibiayai dari modal para pemilik,
utang jangka panjang maupun utang jangka pendek, sehingga dengan
modal kerja yang besar tidak mencerminkan margin of safety para kreditur jangka pendek yang besar juga, bahkan modal kerja yang besar menurut
konsep ini tidak menjamin kelangsungan operasi yang akan datang, serta
tidak mencerminkan likuiditas perusahaan yang bersangkutan.
2. Konsep Kualitatif
Konsep kualitatif merupakan konsep yang menitikberatkan kepada
kualitas modal kerja. Konsep ini melihat selisih antara jumlah aktiva
lancar dengan kewajiban lancar. Konsep ini disebut modal kerja bersih
(net working capital). Keuntungan konsep ini adalah terlihatnya tingkat likuiditas perusahaan. aktiva lancar yang lebih besar dari kewajiban lancar
menunjukkan kepercayaan para kreditur kepada pihak perusahaan
sehingga kelangsungan operasi perusahaan akan lebih terjamin dengan
dana pinjaman dari kreditur (Kasmir, 2014).
3. Konsep Fungsional
Konsep fungsional menekankan kepada fungsi dana yang dimiliki
perusahaan dalam memperoleh laba. Artinya sejumlah dana yang dimiliki
dan digunakan perusahaan utntuk meningkatkan laba perusahaan. semakin
banyak dana yang digunakan banyak dana yang digunakan sebagai modal
sebaliknya, jika dana yang digunakan sedikit, laba pun akan menurun.
Akan tetapi, dalam kenyataannya terkadang kejadiannya tidak selalu
demikian (Kasmir, 2014).
Tujuan manajemen modal kerja bagi perusahaan antara lain: (Kasmir, 2014):
1. Guna memenuhi kebutuhan likuiditas perusahaan;
2. Dengan modal kerja yang cukup perusahaan memiliki kemampuan untuk
memenuhi kewajiban pada waktunya;
3. Memungkinkan perusahaan untuk memiliki sediaan yang cukup dalam
rangka memenuhi kebutuhan pelanggannya;
4. Memungkinkan perusahaan untuk memeperoleh tambahan dana dari para
kreditur, apabila rasio keuangannya memenuhi syarat;
5. Memungkinkan perusahaan memberikan syarat kredit yang menarik minat
pelanggan, dengan kemampuan yang dimilikinya.
6. Guna memaksimalkan penggunaan aktiva lancar guna meningkatkan
penjualan dan laba;
7. Melindungi diri apabila terjadi krisis modal kerja akibat turunnya nilai
aktiva lancar.
2.5 Analisis Rasio Keuangan
Munawir (2004) berpendapat bahwa rasio menggambarkan suatu hubungan atau
perimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Tujuan tiap penganalisis pada umumnya adalah untuk
bersangkutan, oleh karena itu angka-angka rasio pada dasarnya juga dapat
digolongkan antara rasio likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, dan rasio lain yang
sesuai dengan kebutuhan penganalisis (Munawir, 2004).
2.5.1 Rasio Likuiditas
Rasio likuiditas adalah rasio yang digunakan untuk menganalisis dan
menginterpretasikan posisi keuangan jangka pendek, tetapi juga sangat membantu
bagi manajemen untuk mengefisiensi modal kerja yang digunakan dalam
perusahaan. Rasio ini membandingkan kewajiban jangka pendek dengan aset
lancar yang tersedia untuk memenuhi kewajiban tersebut. Melalui rasio ini banyak
pandangan ke dalam yang bisa di dapatkan mengenai kompetensi keuangan saat
ini perusahaan dan kemampuan perusahaan untuk tetap kompeten jika terjadi
masalah, Horne (2009) dalam Laraswati (2015). Berikut adalah beberapa rasio
likuiditas.
a. Rasio Lancar (Current Ratio)
Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin safety) kreditur jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar
utang-utang tersebut. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan uang kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan
yang dibutuhkan sekarang atau tingkat likuiditas yang rendah .
Rumusnya sebagai berikut (Kasmir, 2014):
b. Quick Ratio (Acid Test Ratio)
Rasio cepat (quick ratio) merupakan rasio yang menunjukkan
kemampuan perusahaan dalam memenuhi atau membayar kewajiban
atau utang lancar dengan aktiva lancar tanpa memperhitungkan nilai
sediaan (inventory) (Kasmir, 2014). Sedangkan Munawir (2004) mengungkapkan bahwa quick ratio merupakan perbandingan antara (aktiva lancar-persediaan) dengan utang lancar. Rasio ini merupakan
ukuran kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban-kewajibannya dengan tidak memperhitungkan persediaan, karena
persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisasikan
menjadi uang kas dan menganggap bahwa piutang segera dapat
direalisir sebagai uang kas, walaupun kenyataannya mungkin
persediaan lebih likuid daripada piutang. Rumusnya adalah sebagai
berikut (Kasmir, 2014):
c. Cash Ratio
Kasmir (2014) mengungkapkan bahwa terkadang perusahaan juga
ingin mengukur seberapa besar uang yang benar-benar siap untuk
digunakan untuk membayar utangnya. Artinya dalam hal ini
perusahaan tidak perlu menunggu untuk menjual atau menagih utang
lancar lainnya yaitu dengan menggunakan rasio lancar. Rasio ini
merupakan rasio yang menunjukkan posisi kas yang dapat menutupi
utang lancar dengan kata lain rasio kas merupakan rasio yang
kewajiban lancar tahun yang bersangkutan. Rumusnya sebagai berikut
(Kasmir, 2014):
2.5.2 Rasio Profitabilitas
Profitability ratio merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan sumber-sumber yang dimiliki
perusahaan, seperti aktiva, modal atau penjualan perusahaan (Sudana, 2011)
dalam Laraswati (2015). Kasmir (2014) mengungkapkan bahwa rasio
profitabilitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai kemampuan perusahaan
dalam mencari keuntungan.
Brigham dan Daves (2010) dalam Yuliati (2013) menyatakan bahwa profitabilitas
adalah hasil akhir dari sejumlah kebijakan dan keputusan yang dilakukan oleh
perusahaan. Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana
masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total aktiva
dan modal sendiri. Secara keseluruhan pengukuran ini akan memungkinkan untuk
mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya dengan volume penjualan, jumlah aktiva dan investasi tertentu dari pemilik perusahaan. Tanpa adanya
Jenis-jenis rasio profitabilitas yang dapat digunakan antara lain:
a. Return on Equity (ROE)
Tingkat pengembalian atas ekuitas (ROE) merupakan rasio untuk
mengukur laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan efisiensi penggunaan modal sendiri. Semakin tinggi
rasionya, maka semakin baik posisi pemilik perusahaan. Rumus untuk
mencari return on equity yang digunakan oleh perusahaan adalah (Kasmir, 2014):
Atau dapat pula dihitung dengan menggunakan pendekatan Du Pont
sebagai berikut (Kasmir, 2014) :
b. Profit Margin
Margin laba adalah rasio yang membandingkan laba bersih seteah pajak
dengan penjualan bersih. Margin laba kotor menunjukkan laba yang relatif
terhadap perusahaan. Sedangkan, margin laba bersih merupakan ukuran
keuntungan dengan membandingkan antara laba setelah bunga dan pajak
dibandingkan dengan penjualan.
1. Untuk margin laba kotor (Kasmir, 2014) :
2. Untuk margin laba bersih (Kasmir, 2014)
c. Return on Asset (ROA)
ROA merupakan perbandingan laba bersih dengan aktiva atau ekuitas
yang diinvestasikan di perusahaan. ROA yang konsisten untuk terus tinggi
menunujukkan tanda bahwa manajemen tersebut telah efektif. Seluruh
faktor yang terdapat pada besarnya ROA dapat mengungkapkan sumber
dan keterbatasan pengembalian suatu perusahaan.
Jadi, pengukuran ROA bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan
dengan dana yang ditanamkan secara keseluruhan dalam aktivanya yang
digunakan untuk operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan,
dengan mengetahui rasio ini akan dapat diketahui apakah perusahaan
efisien dalam memanfaatkan aktivanya dalam operasional perusahaan.
Rumus untuk mencari returnon asset (ROA) dapat digunakan sebagai berikut (Puspitasari dan Akbar, 2013).
Penulis menggunakan Earnings Before Interest and Tax (EBIT) sebagai
pembanding total aktiva karena untuk melihat produktivitas aset pada perusahaan
pertambangan batubara yang terdaftar di BEI Periode 2010-2014.
2.5.3 Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan merupakan rasio yang menggambarkan kemampuan
perusahaan mempertahankan posisi ekonominya di tengah pertumbuhan
perekonomian dan sektor usahanya (Kasmir, 2014)
a. Pertumbuhan penjualan
Rasio ini menunjukan persentasi kenaikan penjualan tahun ini
dibandingkan dengan penjualan tahun lalu. Apabila nilainya semakin
tinggi, maka akan semakin baik bagi perusahaan.
b. Pertumbuhan Laba Bersih
Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan meningkatkan laba bersih
tahun ini dibandingkan laba besih tahun lalu.
2.5.4 Rasio Aktivitas
Munawir (2004) menyatakan bahwa rasio aktivitas yaitu rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau
kemampuan perusahaan dalam penjualan, penagihan piutang, maupun
pemanfaatan aktiva yang dimiliki.
Rasio aktivitas ini antara lain:
a. Perputaran Persediaan (Inventory Turnover)
Perputaran persedian adalah rasio antara penjualan dengan rata-rata
persediaan yang dinilai berdasar harga jual atau kalau memungkinkan
rasio ini dihitung dengan membandingkan harga pokok penjualan dengan
rata-rata persediaan. Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang
ditanam dalam persediaan ini berputar dalam satu tahun atau periode,
makin besar turnover berarti makin baik. Rumusnya sebagai berikut (Munawir, 2004):
b. Perputaran Piutang
Piutang yang dimilki suatu perusahaan mempunyai hubungan yang erat
dengan volume penjualan kredit. Posisi piutang dan taksiran
pengumpulannya dapat dinilai dengan menghitung tingkat perputaran
piutang tersebut (receivable turnover), yaitu dengan membagi total penjualan kredit / neto dengan piutang rata-rata. Rata-rata piutang jika
awal tahun ditambah saldo akhir tahun (Munawir, 2004). Rumusnya
sebagai berikut (Munawir, 2004).
c. Average Collection Periode
Rasio ini adalah rasio antara piutang dengan penjualan neto per hari secara
kredit. Rasio ini menunjukkan berapa lamanya dana perusahaan
ditanamkan dalam komponen piutang atau berapa lama periode penagihan
piutang. Dari rasio ini akan dapat diketahui likuiditas piutang. Makin kecil
rasio ini makin baik. Rumusnya sebagai berikut.
d. Perputaran Aktiva Tetap (Fixed Asset Turnover)
Rasio ini memperhitungkan antara penjualan neto dengan aktiva tetap.
Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva
tetap berputar dalam satu periode. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi
kemampuan perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif utnuk
meningkatkan pendapatan. Jika perputarannya rendah kemungkinan
terdapat kapasitas yang terlalu besar yang kurang dimanfaatkan, atau
disebabkan oleh investasi pada aktiva tetap yang berlebihan dibandingkan
dengan nilai output yang diperoleh. Jadi semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif penggunaan aktiva tetap tersebut. rumusnya sebagai
2.5.5 Rasio Solvabilitas
Rasio solvabilitas merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai
seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dari utang. Dengan mengetahui rasio
solvabilitas akan dapat dinilai tentang posisi perusahaan terhadap seluruh
kewajibannya kepada pihak lain, kemampuan perusahaan dalam memenuhi
kewajiban yang bersifat tetap, keseimbangan antara nilai aktiva tetap dengan
modal (Munawir,2004). Macam-macam rasio solvabilitas yaitu:
a. Debt To Equity Ratio
Yaitu rasio antara total utang dengan modal sendiri. Rasio ini
menunjukkan berapa bagian dari setiap rupiah modal sendiri yang
dijadikan jaminan utang. Bagi perusahaan makin besar rasio ini akan
semakin menguntungkan, tetapi bagi pihak bank makin besar rasio ini
berarti akan semakin besar resiko yang ditanggung atas kegagalan
perusahaan yang mungkin terjadi. Jadi yang paling baik adalah apabila
Debt Ratio mengalami penurunan. Suatu perusahaan yang solvabel berarti perusahaan tersebut mempunyai aktiva atau kekayaan yang cukup untuk
membayar semua utang-utangnya. Begitu pula sebaliknya perusahaan yang
tidak mempunyai kekayaan yang cukup untuk membayar utang-utangnya
disebut perusahaan yang insovabel (Kasmir, 2014). Rumus yang
digunakan adalah sebagai berikut.
b. Total Debt to Total Asset Ratio
Rasio total utang dengan total aktiva mengukur persentase besarnya dana
yang berasal dari utang. Yang dimaksud dengan utang adalah semua utang
yang dimiliki oleh perusahaan baik yang berjangka pendek maupun yang
berjangka panjang. Kreditur lebih menyukai rasio utang yang rendah sebab
tingkat keamanan dananya menjadi semakin baik. Untuk mengukur debt ratio biasanya menggunakan rumus sebagai berikut:
2.6 Pengungkit Keuangan
Pengungkit biasanya digunakan untuk membantu mengangkat beban yang berat.
Dalam keuangan, pengungkit (leverage) juga memiliki maksud yang serupa. Lebih spesifik lagi, leverage bisa digunakan untuk meningkatkan tingkat keuntungan yang diharapkan (Hanafi, 2011). Selain itu, leverage juga memiliki makna bahwa dalam suatu bisnis, uang dipinjam untuk membiayai penambahan
aset. Pudjiastuti (2002) dalam Puspitasari dan Akbar (2013) memberikan
pengertian leverage adalah penggunaan aktiva atas dana dimana untuk penggunaan tersebut perusahaan harus menutupi biaya atau membayar beban
tetap.
Pengungkittidak selamanya buruk bagi perusahaan. Pengungkit sangat berguna
untuk mendanai pertumbuhan dan perkembangan perusahaan melalui
pembelian/penambahan aset. Tetapi apabila suatu perusahaan terlalu banyak
kewajibannya. Leverage terdiri dari 2 (dua) jenis, yaitu pengungkit operasional (operating leverage) dan pengungkit finansial (financial leverage) serta
kombinasi dari keduanya yang menghasilkan degree of combined leverage (DCL).
1. Pengungkit Operasional
Pengungkit operasional bisa diartikan sebagai seberapa besar perusahaan
menggunakan biaya tetap operasional. Beban tetap operasional biasanya berasal
dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap (misal gaji
bulanan karyawan). Kebalikan dari biaya tetap operasional adalah beban (biaya)
variabel operasional. Contoh biaya variabel operasional adalah biaya kerja
berdasarkan produk yang dihasilkan (Hanafi, 2011)
Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang tinggi (relatif
terhadap biaya variabel) diaktakan menggunakan pengungkit operasional yang
tinggi. Jika perusahaan memiliki tingkat pengungkit operasional (degree of operating leverage/DOL)yang tinggi, tingkat penjualan yang tinggi akan
menghasilkan pendapatan yang tinggi. Namun sebaliknya, jika tingkat penjualan
turun , perusahan akan mengalami kerugian. Dengan demikian DOL seperti pisau
dengan dua mata, bisa membawa manfaat, sebaliknya bisa merugikan (Hanafi,
2011). Degree of operating leverage (DOL) adalah rasio yang mengukur seberapa besar modal pinjaman yang digunakan untuk menghasilkan tingkat penjualan
(Langko, 2010) dalam Puspitasari dan Akbar (2013).
J.B. Patel (2014) mengatakan bahwa pengungkit operasional diakibatkan oleh
adanya beban tetap operasional untuk memperbesar dampak perubahan penjualan
operasional dalam total biaya operasional pada perusahaan. Biasanya, pengungkit
operasional lebih besar untuk perusahaan dengan proporsi biaya tetap operasional
yang lebih tinggi. Secara rinci, untuk kenaikan persentase pada penjualan,
pengungkit operasional akan lebih tinggi pula, dan memperbesar persentase
kenaikan laba.
Biaya tetap yang lebih tinggi biasanya terkait dengan otomatis yang lebih tinggi,
modal insentif perusahaan dan industri. Bagaimanapun, perusahaan yang
mempekerjakan pekerja dengan skill yang tinggi yang harus tetap bertahan dan digaji walaupun terjadi resesi juga memiliki biaya tetap yang relatif tinggi, seperti
perusahaan dengan biaya pengembangan produk yang tinggi, karena amortisasi
biaya pengembangan adalah bagian dari biaya tetap.
Apabila persentase biaya ditetapkan, perusahaan akan memiliki degree of
operating leverage yang tinggi. Dalam terminologi bisnis, yang tinggi, faktor lain konstan, menyatakan secara tidak langsung bahwa sebuah perubahan yang relatif
kecil pada penjualan akan meyebabkan perubahan besar pada ROE (Brigham dan
Houston, 2007).
Jika perusahaan mempunyai pengungkit operasional yang tinggi, titik impasnya
(BEP) terletak pada tingkat penjualan yang relatif tinggi, dan dampak perubahan
tingkat penjualan terhadap laba akan semakin besar. Makin tinggi faktor leverage
makin tinggi pula jumlah penjualan yang diperlukan untuk mencapai titik impas
dan makin besar pula dampak perubahan volume penjualan terhadap laba (Weston
dan Copeland, 1991). Bagaimanapun juga risiko bisnis meningkat jika pengungkit
ketika mengevaluasi perencanaan dengan tingkat pengungkit operasional (DOL)
yangberbeda (Brigham dan Ehrhardt, 2011). Pada hakikatnya, DOL adalah
sebuah indeks angka yang mengukur dampak perubahan penjualan dan EAT.
Rumusnya adalah sebagai berikut (Weston dan Copeland, 1991)
DOL dapat diartikan, jika volume penjualan berubah (naik/turun) sebesar n%
maka EAT akan berubah searah sebesar m% ×DOL. Jadi DOL menunjukkan
tingkat sensitivitas volume penjualan terhadap labanya.
2. Pengungkit Finansial
Pengungkit finansial bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan
(finansial) yang digunakan oleh perusahaan. Beban tetap keuangan perusahaan
tersebut biasanya berasal dari pembayaran bunga untuk utang yang digunakan
oleh perusahaan. Perusahaan yang menggunakan beban tetap (bunga) yang tinggi
berarti menggunakan utang yang tinggi, perusahaan tersebut dikatakan memilki
leverage keuangan yang tinggi, yang berarti tingkat pengungkit finansial (degree of financial leverage/DFL) untuk perusahaan tersebut juga tinggi (Hanafi, 2011)
Pengungkit finansial merupakan kemampuan perusahaan untuk menggunakan
beban fixed financial untuk memperbesar pengaruh perubahan EBIT pada earning per share dan keuntungan. Pengungkit finansial melibatkan penggunaan dana yang diperoleh dengan fixed cost dengan harapan meningkatkan return kepada pemegang saham di masa depan Khan (2007) dalam Puspitasari dan Akbar
Saleem dan Muhammad (2012) dalam Puspitasari dan Akbar (2013) menerangkan
bahwa pengungkit finansial adalah rasio yang digunakan untuk mengukur
seberapa banyak penggunaan utang untuk pembiayaan perusahaan.Pengungkit
finansialmengakibatkan timbulnya resiko keuangan. Rumus tingkat pengungkit
finansial (degree of financial leverage) adalahsebagai berikut (Hanafi, 2011).
3. Pengungkit Kombinasi (Combined Leverage)
Pengungkit operasional dan pengungkit finansial bersama-sama mempengaruhi
fluktuasi EPS untuk perubahan yang diberikan dalam penjualan. Hal ini dapat
dihitung dengan mengalikan pengungkit operasional dan pengungkit finansial.
Manajemen harus mampu merancang kombinasi yang tepat dari pengungkit
operasional dan pengungkit finansial, perusahaan dengan jumlah penjualan yang
berfluktuasi tak menentu harus menghindari penggunaan leverage yang tinggi karena akan meningkatkan risiko perusahaan (Saleem dan Muhammad, 2012)
dalam Puspitasari dan Akbar (2013). Degree of combine leverage menunjukkan total risiko perusahaan karena penggunaan leverage bersama. Rumusnya sebagai berikut (Weston dan Copeland, 1991).
( ) ( )
2.7 Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
Penelitian Ambarwati, dkk (2015), tentang pengaruh modal kerja, likuiditas,
aktivitas dan ukuran perusahaan terhadap profitabilitas pada perusahaan
manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa secara parsial modal kerja berpengaruh positif signifikan
terhadap profitabilitas, likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas, aktivitas berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas,
ukuran perusahaan berpengaruh positif signifikan terhadap profitabilitas, secara
simultan modal kerja, likuiditas, aktivitas, ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap profitabilitas pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di
BEI.
Penelitian J. B. Patel (2014), tentang dampak leverage terhadap profitabilitas studi pada Sabar Dairy Gujarat (India). Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
koefisien DOL, DFL dan DTL berpengaruh positif terhadap ROCE namun tidak
signifikan, bagaimanapun secara keseluruhan model secara statistik berpengaruh
signifikan. Koefisien DOL, DFL, dan DTL positif terhadap ROE namun tidak
signifikan. Bagaimanapun secara keseluruhan model secara statistik berpengaruh
signifikan. Koefisien DOL dan ROA berpengaruh signifikan positif, koefisien
DFL dan ROA negatif dan Koefisien DTL dan ROA positif namun tidak
signifikan. Koefisien DOL, DFL dan DTL berpengaruh positif terhadap EPS
(India) menggunakan operating leverage, financial leverage dan total leverage
secara baik.
Penelitian Naibaho dan Rahayu (2013), tentang Pengaruh perputaran piutang dan
perputaran persediaan terhadap Profitabilitas pada Perusahaan makanan dan
minuman yang terdaftar di BEI Tahun 2008-2012. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa perputaran piutang secara parsial berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas, perputaran persediaan secara parsial berpengaruh signifikan
terhadap prfotabilitas, dan secara simultan perputaran piutang dan perputaran
persediaan berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas.
Penelitian Puspitasari dan Akbar (2013), tentang analisis pengaruh leverage
terhadap profitabilitas perusahaan industri makanan yang terdaftar dalam Bursa
Efek Indonesia. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa baik pengujian secara
individu DOL dengan profitabilitas dan DFL dengan profitabilitas maupun
pengujian bersama DOL dan DFL terhadap profitabilitas didapatkan hasil yang
sama yaitu pada α =1% DOL berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan
Profitabilitas perusahaan (ROE, ROI, ROA, dan EPS, sementara untuk DFL
didapatkan hasil DFL tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perubahan
profitabilitas perusahaan.
Penelitian Sufiana dan Purnawati (2012), tentang pengaruh perputaran kas,
perputaran piutang dan perputaran persediaan terhadap profitabilitas. Hasil
penelitiannya menunjukkan bahwa pengaruh perputaran kas, perputaran piutang
dan perputaran persediaan berpengeruh secara simultan terhadap profitabilitas.