PENETAPAN KADAR Pb PADA AIR SUNGAI YANG DIALIRI
LIMBAH PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DI KABUPATEN
MADINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
(SSA)
TUGAS AKHIR
OLEH:
PUTRI LEDANG SARI
NIM 102410015
PROGRAM STUDI DIPLOMA III
ANALIS FARMASI DAN MAKANAN
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
PENETAPAN KADAR Pb PADA AIR SUNGAI YANG DIALIRI
LIMBAH PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DI KABUPATEN
MADINA SECARA SPEKTROFOTOMETRI SERAPAN ATOM
(SSA)
TUGAS AKHIR
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan
Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
OLEH:
PUTRI LEDANG SARI
NIM 102410015
Medan, 1 Juni 2013
Disetujui Oleh: Dosen Pembimbing,
Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. NIP 195409101983032001
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim,
Puji dan syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan
menyelesaikan Tugas Akhir berjudul “Penetapan Kadar Pb Pada Air Sungai Yang
Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten Madina Secara
Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)”. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah
satu syarat untuk dapat menyelesaikan pendidikan Program Studi Diploma III
Analis Farmasi dan Makanan di Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa tanpa bantuan dari berbagai pihak,
penulis tidak akan dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini sebagaimana mestinya.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak
antara lain:
1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., sebagai Dekan Fakultas
Farmasi Universitas Sumatera Utara Medan.
2. Ibu Dra. Sudarmi, M.Si., Apt. selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir yang
telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan dengan penuh
perhatian hingga Tugas Akhir ini selesai.
3. Abanganda Fadhil Maulizandy Amri selaku Pembimbing Praktek Kerja
Lapangan di BARISTAND Industri Medan yang telah membimbing dan
4. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program
Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan.
5. Bapak Prof. Dr. rer. Nat., Effendy De Lux Putra, SU., Apt. sebagai Dosen
Penasehat Akademis yang telah memberikan nasehat dan pengarahan
kepada penulis dalam hal Akademis setiap semester.
6. Dosen dan Pegawai Fakultas Farmasi Program Studi Diploma III Analis
Farmasi dan Makanan yang berupaya mendukung kemajuan mahasiswa.
7. Seluruh Staf dan Pegawai BARISTAND Industri Medan yang telah
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran kepada penulis dalam melaksanakan
Praktek Kerja Lapangan.
8. Kedua orang tua penulis yaitu Ayahanda Parlindungan Nasution dan Ibunda
Yetty Patimah Batubara serta seluruh keluarga besar yang telah memberikan
perhatian, doa, dorongan dan pengorbanan baik moril maupun materil dalam
penyelesaian tugas akhir ini.
9. Untuk Sahabat-sahabat penulis (Nita, Femy, Indri, devi, lia, ika, vitta, nisa,
ika, dedek, yola) yang telah memberikan semangat dan dukungan.
10. Teman-teman PKL yang saling mendukung dan bahu membahu selama
PKL hingga Tugas Akhir ini selesai dan teman-teman mahasiswa Analis
Farmasi dan Makanan stambuk 2010 semuanya tanpa terkecuali, adik – adik
stambuk 2011 dan 2012 yang tidak disebutkan namanya satu persatu, terima
kasih atas kebersamaan dan semangatnya selama ini, serta masukan dalam
11. Serta pihak-pihak yang telah ikut membantu penulis namun tidak tercantum
namanya.
Penulis menyadari bahwa sepenuhnya isi dari Tugas Akhir ini masih
terdapat kekurangan dan kelemahan serta masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu
dengan segala kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik yang
sifatnya membangun demi kesempurnaan Tugas Akhir ini dan demi peningkatan
mutu penulisan Tugas Akhir di masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis sangat berharap semoga Tugas Akhir ini dapat
memberikan manfaat kepada semua pihak yang memerlukan. Amin.
Medan, 1 Juni 2013
Penulis,
Putri Ledang Sari
Determination Of Pb In River Water Flowing Gold Ore Mining Wastes In Madina Atomic Absorption Spectrophotometry
Abstract
Liquid waste is waste in liquid form generated by industrial activities and allegedly dumped into the environment can pollute the environment. The purpose of this study was to determine levels of Pb contained in gold ore mining waste water and Batang Gadis river in MADINA quality standard or not.
Samples were taken from 4 locations namely inlet and outlet gold ore mining wastes, upstream and downstream Batang Gadis river. Determination of lead (Pb) atomic absorption spectrophotometry performed.
The results showed that the gold ore mining waste containing lead levels checked (Pb) in inlet 1 25,3807 and 25,4596 inlet 2, these results does not meet the quality standards allowed by the Ministry of Environment Regulation is 1 mg / L, at outlet 1 -0,2063 and -0,2418 outlet 2, this result meet the quality standards allowed by the Ministry of Environment Regulation is 1 mg / L, whereas the upstream 1 -0,2300 and -0.2379 upstream 2, downstream 1 -0,2379 and downstream 2 -0.2458 this result meets the quality standards allowed by the Indonesian Government Regulation On Management of Water Quality and Water Pollution Control which is 0.03 mg / L.
Penetapan Kadar Pb Pada Air Sungai Yang Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten Madina Secara Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA)
Abstrak
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Timbal yang terkandung dalam air limbah pertambangan bijih emas dan air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA memenuhi baku mutu atau tidak.
Sampel diambil dari empat lokasi yakni inlet dan outlet limbah pertambangan bijih emas, hulu dan hilir air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA. Penetapan kadar Timbal dilakukan secara spektrofotometri serapan atom (SSA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air limbah yang diperiksa mengandung kadar logam Timbal (Pb) pada inlet 1 adalah 25,3807 dan pada inlet 2 adalah 25,4596 mg/L, hasil ini tidak memenuhi baku mutu berdasarkan peraturan Kementerian Lingkungan Hidup yakni 1 mg/L. Pada outlet 1 adalah -0,2063 dan pada outlet 2 adalah -0,2418 mg/L, hasil ini memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup yakni 1 mg/L. Sedangkan pada sampel air sungai yaitu, pada hulu 1 adalah -0,2300 dan pada hulu 2 adalah -0,2379 mg/L, pada hilir 1 adalah -0,2379 dan pada hilir 2 adalah -0,2458 mg/L, hasil ini memenuhi baku mutu berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 yakni 0,03 mg/L.
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
ABSTRAK ... vi
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ... 3
1.2.1 Tujuan ... 3
1.2.2 Manfaat ... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Pertambangan Bijih Emas ... 4
2.2 Sungai ... 5
2.3 Limbah ... 6
2.4 Klasifikasi Limbah ... 6
2.4.1 Berdasarkan Karakteristiknya ... 6
2.4.3 Berdasarkan Sifat Kimianya ... 7
3.4.5 Pembuatan Larutan Kerja ... 21
3.4.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi ... 22
3.4.7 Pengukuran Contoh uji ... 23
3.4.8 Perhitungan ... 23
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 25
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 28
5.1 Kesimpulan ... 28
5.2 Saran ... 28
DAFTAR TABEL
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
1. Hasil Pengukuran SSA ... 31
2. Baku Mutu air Limbah ... 39
3. Peraturan Pemerintah Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air ... 40
Determination Of Pb In River Water Flowing Gold Ore Mining Wastes In Madina Atomic Absorption Spectrophotometry
Abstract
Liquid waste is waste in liquid form generated by industrial activities and allegedly dumped into the environment can pollute the environment. The purpose of this study was to determine levels of Pb contained in gold ore mining waste water and Batang Gadis river in MADINA quality standard or not.
Samples were taken from 4 locations namely inlet and outlet gold ore mining wastes, upstream and downstream Batang Gadis river. Determination of lead (Pb) atomic absorption spectrophotometry performed.
The results showed that the gold ore mining waste containing lead levels checked (Pb) in inlet 1 25,3807 and 25,4596 inlet 2, these results does not meet the quality standards allowed by the Ministry of Environment Regulation is 1 mg / L, at outlet 1 -0,2063 and -0,2418 outlet 2, this result meet the quality standards allowed by the Ministry of Environment Regulation is 1 mg / L, whereas the upstream 1 -0,2300 and -0.2379 upstream 2, downstream 1 -0,2379 and downstream 2 -0.2458 this result meets the quality standards allowed by the Indonesian Government Regulation On Management of Water Quality and Water Pollution Control which is 0.03 mg / L.
Penetapan Kadar Pb Pada Air Sungai Yang Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten Madina Secara Spektrofotometri Serapan Atom
(SSA)
Abstrak
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kadar Timbal yang terkandung dalam air limbah pertambangan bijih emas dan air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA memenuhi baku mutu atau tidak.
Sampel diambil dari empat lokasi yakni inlet dan outlet limbah pertambangan bijih emas, hulu dan hilir air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA. Penetapan kadar Timbal dilakukan secara spektrofotometri serapan atom (SSA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air limbah yang diperiksa mengandung kadar logam Timbal (Pb) pada inlet 1 adalah 25,3807 dan pada inlet 2 adalah 25,4596 mg/L, hasil ini tidak memenuhi baku mutu berdasarkan peraturan Kementerian Lingkungan Hidup yakni 1 mg/L. Pada outlet 1 adalah -0,2063 dan pada outlet 2 adalah -0,2418 mg/L, hasil ini memenuhi baku mutu berdasarkan Peraturan Kementerian Lingkungan Hidup yakni 1 mg/L. Sedangkan pada sampel air sungai yaitu, pada hulu 1 adalah -0,2300 dan pada hulu 2 adalah -0,2379 mg/L, pada hilir 1 adalah -0,2379 dan pada hilir 2 adalah -0,2458 mg/L, hasil ini memenuhi baku mutu berdasarkan PP RI No. 82 Tahun 2001 yakni 0,03 mg/L.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi
mineral dan bahan tambang lainnya dari bumi, salah satunya adalah pertambangan
emas. Pertambangan emas tanpa izin (PETI) adalah kegiatan pertambangan yang
tidak mempunyai izin atau ilegal. Kegiatan pertambangan ini dilakukan secara
tradisional, yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di tepi sungai dengan cara
mendulang. Namun hal ini sudah dilakukan dengan mesin jet dan para penambang
liar juga menggunakan bahan kimia (Zidny, 2013).
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh
limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara
yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu
kesehatan manusia (Novia, 2012).
Sungai Batang Gadis adalah sungai tempat mengalirnya limbah
pertambangan bijih emas yang terdapat di daerah Kabupaten MADINA. Sungai
ini juga menampung limbah rumah tangga dan limbah peternakan.
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan
(Suharto, 2011).
Limbah cair pengolahan bijih emas dan pencucian batubara umumnya
Timbal (Pb) dan Seng (Zn). Logam-logam tersebut dapat berasal dari kegiatan
pengupasan tanah penutup dan proses pengolahannya (Prasetyo, 2013).
Parameter limbah cair meliputi parameter fisika, kimia, mikrobiologi, dan
radioaktivitas. Dimana Timbal (Pb) merupakan parameter kimia pada limbah cair,
yang apabila dibuang ke sungai tidak boleh melewati baku mutu. Baku mutu
limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau bahan pencemar
yang dibuang dari sumber pencemar ke dalam air pada sumber air sehingga tidak
mengakibatkan dilampauinya baku mutu air (Kristanto, 2004).
Baku mutu air limbah bagi usaha atau kegiatan pertambangan bijih emas yang
diatur dalam keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor: 202 Tahun 2004,
kadar Timbal yang diperbolehkan 1 mg/L (Kementerian Lingkungan Hidup,
2006).
Efek toksik Timbal terutama berpengaruh pada saluran pencernaaan, darah,
dan sistem persarafan. Pada saluran percernaan, biasanya terjadi kolik Timbal
akibat efek langsung Timbal terhadap lapisan otot polos saluran pencernaan. Hal
ini menyebabkan timbulnya rasa kram perut yang menyeluruh terutama di daerah
epigastrium dan periumbilikalis, serta sering disertai mual, muntah, anoreksia, dan
konstipasi atau kadang-kadang diare (Harrianto, 2010).
Penetapan kadar Timbal dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu,
kompleksometri, gravimetri, spektrofotometri visibel dan spektrofotometri
serapan atom.
Alat spektrofotometri serapan atom untuk penentuan ion-ion logam yang
dan tidak tergantung pada bentuk molekul dari logam dalam sampel tersebut. Cara
ini cocok untuk analisis kelumit logam karena mempunyai kepekaan yang tinggi
(batas deteksi kurang dari 1 mg/L), pelaksanaannya relative sederhana, dan
interferensinya sedikit (Rohman, 2007).
Berdasarkan hal di atas, maka perlu dilakukan penelitian pada limbah
pertambangan bijih emas dan air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA.
Sehingga penulis memilih judul tentang “Penetapan Kadar Pb Pada Air Sungai
Yang Dialiri Limbah Pertambangan Bijih Emas Di Kabupaten Madina Secara
Spektrofotometri Serapan Atom(SSA)”.
1.2 Tujuan dan Manfaat
1.2.1 Tujuan
Untuk mengetahui kadar Timbal yang terkandung dalam limbah
pertambangan bijih emas dan air sungai Batang Gadis di Kabupaten MADINA
memenuhi baku mutu atau tidak.
1.2.2 Manfaat
Dapat mengetahui kadar Timbal yang terkandung dalam limbah
pertambangan bijih emas memenuhi persyaratan Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup atau tidak, dan untuk mengetahui kualitas air sungai Batang Gadis tempat
pembuangan akhir dari limbah tersebut sehingga hasil yang diperoleh dapat
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertambangan Bijih Emas
Pertambangan adalah salah satu jenis kegiatan yang melakukan ekstraksi
mineral dan bahan tambang lainnya dari bumi, salah satunya adalah pertambangan
emas. Pertambangan emas tanpa izin (PETI) adalah kegiatan pertambangan yang
tidak mempunyai izin atau ilegal. Kegiatan pertambangan ini dilakukan secara
tradisional, yang biasanya dilakukan oleh masyarakat di tepi sungai dengan cara
mendulang. Namun hal ini sudah dilakukan dengan mesin jet dan para penambang
liar juga menggunakan bahan kimia (Zidny, 2013).
Limbah cair pengolahan bijih emas dan pencucian batubara umumnya
mengandung berbagai jenis logam berat antara lain Besi (Fe), Tembaga (Cu),
Timbal (Pb) dan Seng (Zn). Logam-logam tersebut dapat berasal dari kegiatan
pengupasan tanah penutup dan proses pengolahannya (Prasetyo, 2013).
2.2 Sungai
Sungai merupakan jalan air alami, mengalir menuju Samudera, Danau atau
laut, atau ke sungai yang lain. Kemanfaatan terbesar sebuah sungai adalah untuk
irigasi pertanian, bahan baku air minum, sebagai saluran pembuangan air hujan
dan air limbah, bahkan sebenarnya potensial untuk dijadikan objek wisata sungai
A. Pengertian Pencemaran sungai
Pencemaran sungai adalah tercemarnya air sungai yang disebabkan oleh
limbah industri, limbah penduduk, limbah peternakan, bahan kimia dan unsur hara
yang terdapat dalam air serta gangguan kimia dan fisika yang dapat mengganggu
kesehatan manusia (Novia, 2012).
B.Penyebab Pencemaran Air Sungai
1. Sumber polusi air sungai antara lain limbah industri, pertanian dan rumah
tangga.
2. Penggunaan insektisida seperti DDT (Dichloro Diphenil Trichonethan) oleh
para petani, untuk memberantas hama tanaman dan serangga penyebar
penyakit lain secara berlebihan dapat mengakibatkan pencemaran air.
3. Pembuangan sampah organik maupun yang anorganik yang dibuang ke
sungai terus-menerus, selain mencemari air, terutama dimusim hujan ini akan
menimbulkan banjir (Novia, 2012).
C.Dampak dari pencemaran air sungai
Pencemaran air dapat berdampak sangat luas, misalnya dapat meracuni air
minum, meracuni makanan hewan, menjadi penyebab ketidakseimbangan
ekosistem sungai dan danau, pengrusakan hutan akibat hujan asam, dsb (Novia,
2012).
D.Cara mengatasi/upaya pelestarian daerah aliran sungai
1. Melestarikan hutan di hulu sungai
2. Tidak buang air di sungai
4. Tidak membuang limbah rumah tangga dan industri (Novia, 2013).
2.3 Limbah
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat
tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi.
Limbah yang mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan
berbahaya dikenal dengan limbah B-3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam
jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan
sumber daya. Bila ditinjau secara kimiawi, bahan-bahan ini terdiri dari bahan
kimia organik dan anorganik (Kristanto, 2004).
2.4 Klasifikasi limbah
2.4.1 Berdasarkan karakteristiknya
Berdasarkan wujud atau karakteristiknya limbah industri dapat digolongkan
menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari
lingkungan (Suharto, 2011).
b. Limbah gas dan partikel adalah limbah yang banyak dibuang ke udara.
Gas/asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh pabrik ke udara akan
dibawa angin sehingga akan memperluas jangkauan pemaparannya. Partikel
adalah butiran halus yang mungkin masih terlihat oleh mata telanjang,
c. Limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur,
dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan. Limbah ini dapat
dikategorikan menjadi dua bagian, yaitu limbah padat yang dapat
didaur-ulang (misalnya plastik, tekstil, potongan logam) dan limbah padat yang
tidak memiliki nilai ekonomis (Kristanto, 2004).
2.4.2 Berdasarkan sumber pencemar
Penggolongan limbah berdasarkan sumber pencemar dapat dibedakan
menjadi dua, yaitu:
a. Sumber domestik (rumah tangga)
Limbah domestik adalah semua limbah yang berasal dari kamar mandi, WC,
dapur, tempat cuci pakaian, apotik, rumah sakit, dari perkampungan, kota,
pasar, jalan, terminal dan sebagainya.
b. Sumber non-domestik
Limbah non-domestik sangat bervariasi, diantaranya berasal dari pabrik,
pertanian, peternakan, perikanan, transportasi, dan sumber-sumber lainnya
(Kristanto, 2004).
2.4.3 Berdasarkan sifat kimianya
Limbah ditinjau secara kimiawi, terdiri atas:
a. Limbah organik adalah limbah yang dapat membusuk atau tergradasi oleh
mikroorganisme. Oleh karena bahan buangan organik dapat membusuk atau
terdegradasi maka akan sangat bijaksana apabila bahan buangan yang
termasuk kelompok ini tidak dibuang ke air lingkungan karena akan dapat
populasi mikroorganisme di dalam air maka tidak tertutup pula
kemungkinannya untuk ikut berkembangnya bakteri patogen yang
berbahaya bagi manusia.
b. Limbah anorganik adalah limbah yang tidak dapat membusuk dan sulit
didegradasi oleh mikroorganisme. Apabila bahan buangan anorganik ini
masuk ke air lingkungan maka akan terjadi peningkatan jumlah ion logam di
dalam air. Bahan anorganik biasanya berasal dari industri yang melibatkan
penggunaan unsur-unsur logam seperti Timbal (Pb), Arsen (As), Kadmium
(Cd), Air raksa (Hg), Krom (Cr), Nikel (Ni), Kalsium (Ca), Magnesium
(Mg), Kobalt (Co), dan lain-lain (Arya, 2004).
2.5 Karakteristik limbah
Adapun karakteristik limbah adalah sebagai berikut:
1. Berupa partikel dan padatan, baik yang larut maupun yang mengendap, ada
yang kasar dan ada yang halus. Berwarna keruh dan suhu tinggi.
2. Mengandung bahan yang berbahaya dan beracun, antara lain mudah
terbakar, mudah meledak, korosif, bersifat sebagai oksidator dan reduktor
yang kuat, mudah membusuk dan lain-lain.
3. Mungkin dalam jangka waktu singkat tidak akan memberikan pengaruh
yang berarti, namun dalam jangka panjang mungkin berakibat fatal terhadap
2.6 Limbah Cair
Limbah cair adalah limbah dalam wujud cair yang dihasilkan oleh kegiatan
industri yang dibuang ke lingkungan dan diduga dapat mencemari lingkungan.
Mutu limbah cair adalah keadaan limbah cair yang dinyatakan dengan debit, kadar
dan bahan pencemar. Debit maksimum adalah debit tertinggi yang masih
diperbolehkan dibuang ke lingkungan (Suharto, 2011).
2.7 Klasifikasi limbah cair
Limbah cair dibedakan menurut asal limbah cair :
1. Limbah cair dari rumah tangga yang terdiri atas senyawa organik seperti
sayur-mayur, buah-buahan dan senyawa anorganik seperti gelas dan kaleng.
2. Limbah cair dari industri dengan nilai BOD tinggi, rendah padatan terlarut,
konsentrasi logam berat sangat tinggi atau senyawa organik sangat tinggi
dalam limbah cair.
3. Limbah cair dari industri dengan nilai COD sangat tinggi namun nilai BOD
rendah ( Suharto, 2011).
2.8 Baku mutu limbah cair
Baku mutu limbah cair adalah batas kadar yang diperkenankan bagi zat atau
bahan pencemar yang dibuang dari sumber pencemar ke dalam air pada sumber
2.9 Sumber dan Jenis Pencemar Limbah Cair
1. Sumber pencemar fisik
Pencemar fisik misalnya suhu, nilai pH, warna, bau dan total padatan
tersuspensi.
2. Sumber pencemar senyawa kimia organik dan anorganik
Pencemar senyawa kimia organik misal karbohidrat, lemak, protein,
minyak, pelumas, BOD, COD, TOC, TOD, alkalinitas.
Pencemar senyawa kimia anorganik misal logam berat, N, P, Klorida,
Sulfur, Hidrogen sulfit, dan gas terlarut dalam limbah cair.
3. Sumber Pencemar Mikrobiologi
Sumber pencemar mikrobiologi misal mikroba patogen yaitu
typhus-cholera-dysentri, poliovirus, virus hepatitis B, Salmonella typhi, cacing
parasit, bakteri, algae, protozoa, virus, dan coliform (Suharto, 2011).
2.10 Indikator Pencemaran
Terjadinya sumber pencemar terhadap lingkungan ditunjukkan oleh
beberapa indikator. Indikator pencemar yang banyak dijumpai di lingkungan
adalah bau busuk karena terjadinya pemecahan protein dan senyawa organik
lainnya (Suharto, 2011).
Selain bau tak sedap, adanya warna, lemak, pertumbuhan tanaman juga
merupakan indikator pencemaran air. Indikator kuantitatif ialah dengan mengukur
konsentrasi oksigen terlarut, padatan tersuspensi, dan logam berbahaya dan
beracun seperti Timbal (Pb) dan Tembaga (Cu) (Suharto, 2011).
2.11 Timbal (Pb)
Timbal atau dalam keseharian lebih dikenal dengan nama timah hitam,
dalam bahasa ilmiahnya dinamakan plumbum, dan logam ini disimbolkan dengan
Pb. Logam ini termasuk ke dalam kelompok logam-logam golongan IV-A pada
Tabel Periodik unsur kimia. Mempunyai nomor atom (NA) 82 dengan bobot atau
berat atom (BA) 207,2 (Palar, 2004).
2.11.1 Sifat-sifat Timbal (Pb)
Logam Timbal atau Pb mempunyai sifat-sifat khusus seperti berikut:
1) Merupakan logam yang lunak, sehingga dapat dipotong dengan
menggunakan pisau atau dengan tangan dan dapat dibentuk dengan mudah.
2) Merupakan logam yang tahan terhadap peristiwa korosi atau karat, sehingga
logam timbal sering digunakan sebagai bahan coating.
3) Mempunyai titik lebur rendah, hanya 327,5°C (Palar, 2004).
2.11.2 Penggunaan Timbal (Pb)
Timbal dan persenyawaan banyak digunakan dalam berbagai bidang. Dalam
industri baterai digunakan sebagai bahan aktif dalam pengaliran arus elektron,
untuk kabel telepon, kabel listrik, bahan peledak, pewarnaan cat, pengkilapan
keramik dan bahan anti api, pembangkit listrik tenaga panas, aditive untuk bahan
2.11.3 Efek Toksik Timbal (Pb)
Efek toksik Timbal terutama berpengaruh pada saluran pencernaaan, darah,
dan sistem persarafan. Pada saluran percernaan, biasanya terjadi kolik Timbal
akibat efek langsung Timbal terhadap lapisan otot polos saluran pencernaan. Hal
ini menyebabkan timbulnya rasa kram perut yang menyeluruh terutama di daerah
epigastrium dan periumbilikalis, serta sering disertai mual, muntah, anoreksia, dan
konstipasi atau kadang-kadang diare (Harrianto, 2010).
Timbal, bersama aliran darah dapat melalui plasenta sehingga aborsi
spontan dapat terjadi pada wanita hamil yang terpajan Timbal pada masa
kehamilan. Sedangkan pada laki-laki, Timbal juga dapat mengurangi kesuburan
karena Timbal diduga turut mempengaruhi proses spermatogenesis. Manifestasi
klinis Timbal lainnya adalah kegagalan fungsi hati, dan gagal ginjal (Harrianto,
2010).
Gejala meningginya tekanan cairan otak dalam bentuk, gangguan tidur, rasa
nyeri kepala, gangguan mental, ataksia, sampai kelumpuhan saraf otak, kebutaan,
serangan pingsan atau koma merupakan manifestasi intoksikasi Timbal pada
sususan saraf pusat. Serangan ini disebut ensefalopati Timbal, yang biasanya
merupakan tanda prognosis yang sangat buruk karena sudah terjadi kerusakan
2.12 Metode Kompleksometri, Gravimetri dan Spektrofotometri Visibel
Titrimetri atau analisis volumetri adalah salah satu pemeriksaan jumlah zat
kimia yang luas pemakaiannya. Hal ini disebabkan karena beberapa alasan. Pada
satu segi, cara ini menguntungkan karena pelaksanaannya mudah dan cepat,
ketelitian dan ketepatannya cukup tinggi. Pada segi lain, cara ini menguntungkan
karena dapat digunakan untuk menentukan kadar berbagai zat yang mempunyai
sifat yang berbeda-beda. Pemeriksaan kimia secara titrimetri dapat digolongkan
dengan berbagai cara, salah satunya adalah titrasi kompleksometri (Rivai, 1995).
Titrasi kompleksometri didasarkan pada reaksi zat-zat pengompleks organik
tertentu dengan ion-ion logam, menghasilkan senyawa kompleks yang mantap.
Zat pengompleks yang paling sering digunakan adalah asam
etilendiaminatetra-asetat (EDTA), yang membentuk senyawa kompleks yang mantap dengan
beberapa ion logam (Rivai, 1995).
Gravimetri merupakan cara pemeriksaan jumlah zat yang paling tua dan
paling sederhana dibandingkan dengan cara pemeriksaan kimia lainnya.
Kesederhanaan itu jelas kelihatan karena dalam gravimetri jumlah zat ditentukan
dengan menimbang langsung massa zat yang dipisahkan dari zat-zat lain (Rivai,
1995).
Spektrofotometer Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan
intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorbsi oleh sampel.
Spektroskopi UV-Vis biasanya digunakan untuk molekul dan ion anorganik atau
200-400 nm sedangkan sinar tampak berada pada panjang gelombang 200-400-800 nm
(Dachriyanus, 2004).
2.13 Spektrofotometri Serapan Atom (SSA)
Metode spektroskopi serapan atom (SSA) mendasarkan pada prinsip
absorbsi cahaya oleh atom. Atom-atom akan menyerap cahaya pada panjang
gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya (Rohman, 2007).
Alat SSA dipakai untuk penentuan ion-ion logam yang terlarut. Dengan
membakar larutan yang mengandung ion logam tersebut (api dari udara
bertekanan dan asetilen), ion tersebut memberi warna tertentu pada api
pembakaran. Absorbansi oleh api terhadap sinar yang bersifat warna yang
komplementer, seimbang dengan kadar ion; sinar tersebut berasal dari lampu
khusus pada alat. Pada sejenis instrumen yang mirip (Flame Emission
Spectrofotometer) intensitas salah satu warna dari api tersebut diukur; intensitas
tersebut seimbang dengan konsentrasi ion yang terlarut (Alaerts, 1987).
Penetapan logam-logam dengan alat AAS tidak banyak memerlukan
perlakuan pendahuluan. Hal ini disebabkan karena unsur-unsur lain yang ada di
dalam contoh relatif tidak mengganggu terhadap penetapan unsur-unsur yang
sedang dianalisa. Pemilihan panjang gelombang yang tepat, pengaturan nyala
yang optimum, serta penggunaan lampu-lampu dari unsur-unsur tertentu telah
menyebabkan selektivitas unsur-unsur dalam metoda AAS ini cukup baik.
Perlakuan pendahuluan yang dilakukan terhadap contoh-contoh sebelum analisa
misalnya: logam yang terlarut, logam yang tersuspensi dan logam total (Direktorat
Penyelidikan Masalah, 1981).
Instrumentasi SSA
1. Sumber sinar
Sumber sinar yang lazim adalah lampu katoda berongga (hollow cathode
lamp). Lampu ini terdiri atas tabung kaca tertutup yang mengandung suatu katoda
dan anoda. Katoda sendiri berbentuk silinder berongga yang terbuat dari logam
atau dilapisi dengan logam tertentu. Tabung logam ini diisi dengan gas mulia
(neon atau argon) dengan tekanan rendah (10-15 torr). Neon biasanya lebih
disukai karena memberikan intensitas pancaran lampu yang lebih rendah. Bila
antara anoda dan katoda diberi suatu selisih tegangan yang tinggi (600 volt), maka
katoda akan memancarkan berkas-berkas elektron yang bergerak menuju anoda
yang mana kecepatan dan energinya sangat tinggi. Elektron-elektron dengan
energi tinggi ini dalam perjalanannya menuju anoda akan bertabrakan dengan
gas-gas mulia yang diisikan tadi (Rohman, 2007).
2. Tempat sampel
Dalam analisis dengan spektrofotometri serapan atom, sampel yang akan
dianalisis harus diuraikan menjadi atom-atom netral yang masih dalam keadaan
asas. Ada berbagi macam alat yang dapat digunakan untuk mengubah suatu
sampel menjadi uap atom-atom yaitu: dengan nyala (flame) dan dengan tanpa
a. Nyala (flame)
Nyala digunakan untuk mengubah sampel yang berupa padatan atau cairan
menjadi bentuk uap atomnya, dan juga berfungsi untuk atomisasi. Pada
spektrofotometri emisi atom, nyala ini berfungsi untuk mengeksitasikan atom dari
tingkat dasar ke tingkat yang lebih tinggi (Rohman, 2007).
Suhu yang dapat dicapai oleh nyala tergantung pada gas-gas yang
digunakan, misalkan untuk gas batubara-udara, suhunya kira-kira sebesar 1800°C;
gas alam-udara: 1700°C; asetilen-udara; 2200°C; dan gas asetilen-dinitrogen
oksida (N2O) sebesar 3000°C (Rohman, 2007).
Metoda nyala udara-asetilen dapat dipergunakan untuk pemeriksaan
sebanyak 30 unsur, termasuk unsur-unsur yang dapat diperiksa dengan metode
nyala udara propan seperti Na, K, dan Li. Akan tetapi metode tersebut lebih baik
dipergunakan untuk pemeriksaan unsur-unsur: Kadmium, Kalsium, Kromium,
Kobalt, Tembaga, Besi, Timbal, Magnesium, Mangan, Nikel, Perak, dan Seng
(Direktorat Penyelidikan Masalah, 1981).
b. Tanpa nyala (Flameless)
Teknik atomisasi dengan nyala dinilai kurang peka karena atom gagal
mencapai nyala, tetesan sampel yang masuk ke dalam nyala yang terlalu besar,
dan proses atomisasi kurang sempurna. Oleh karena itu muncullah suatu teknik
atomisasi yang baru yakni atomisasi tanpa nyala. Pengatoman dapat dilakukan
dalam tungku dari grafit seperti tungku yang dikembangkan oleh Masmann
3. Monokromator
Pada SSA, monokromator dimaksudkan untuk memisahkan dan memilih
panjang gelombang yang digunakan dalam analisis. Disamping sistem optik,
dalam monokromator juga terdapat suatu alat yang digunakan untuk memisahkan
radiasi resonansi dan kontinyu yang disebut dengan chopper (Rohman, 2007).
4. Detektor
Detektor digunakan untuk mengukur intensitas cahaya yang melalui tempat
pengatoman. Biasanya digunakan tabung penggandaan foton (photomultiplier
tube). Ada 2 cara yang dapat digunakan dalam sistem deteksi yaitu: yang
memberikan respon terhadap radiasi resonansi dan radiasi kontinyu; dan yang
hanya memberikan respon terhadap radiasi resonansi (Rohman, 2007).
5. Readout
Readout merupakan suatu alat penunjuk atau dapat juga diartikan sebagai
sistem pencatatan hasil. Pencatatan hasil dilakukan dengan suatu alat yang telah
terkalibrasi untuk pembacaan suatu transmisi atau absorbsi. Hasil pembacaan
dapat berupa angka atau berupa kurva dari suatu recorder yang menggambarkan
absorbansi atau intensitas emisi (Rohman, 2007).
Untuk keperluan analisis kuantitatif dengan SSA, maka sampel harus dalam
bentuk larutan. Untuk menyiapkan larutan, sampel harus diperlakukan sedemikian
rupa yang pelaksanaannya tergantung dari macam dan jenis sampel. Yang penting
untuk diingat adalah bahwa larutan yang akan dianalisis haruslah sangat encer
Ada beberapa cara untuk melarutkan sampel, yaitu:
− Langsung dilarutkan dengan pelarut yang sesuai
− Sampel dilarutkan dalam suatu asam
− Sampel dilarutkan dalam suatu basa atau dilebur dahulu dengan basa kemudian
hasil leburan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai.
Metode pelarutan apapun yang akan dipilih untuk dilakukan analisis
dengan SSA, yang terpenting adalah bahwa larutan yang dihasilkan harus jernih,
stabil, dan tidak mengganggu zat-zat yang akan dianalisis. Metode kuantifikasi
hasil analisis dengan metode SSA yang dilakukan adalah dengan menggunakan
kuantifikasi dengan kurva baku (kurva kalibrasi). SSA bukan merupakan metode
BAB III
METODE PENGUJIAN
3.1 Tempat Pelaksanaan Penetapan Kadar
Penetapan kadar ini dilakukan di Ruang Laboratorium yang terdapat di
BARISTAND Industri Medan yamg beralamat di Jl. Sisingamangaraja No. 24
Medan.
3.2 Alat-alat
Spektrofotometer Serapan Atom (SSA)-nyala AA 7000, lampu katoda
berongga (Hollow Cathode Lamp, HCl) Timbal, gelas piala, pipet volumetrik,
labu ukur, erlenmeyer, corong gelas, kaca arloji, pemanas listrik, seperangkat alat
saring vakum, kertas saring whatman no. 42, timbangan analitik, labu semprot
(SNI, 2009).
3.3 Bahan-bahan
Air bebas mineral, Asam Nitrat (HNO3) pekat 69% (b/b), logam Timbal
(Pb) dengan kemurnian minimum 99,5%, Gas Asetilen (C2H2), larutan pengencer
HNO3 0,05 M, udara tekan (SNI, 2009).
3.4 Prosedur
3.4.1 Pembuatan Pereaksi
− Larutan Pengencer HNO3 0,05 M
− Dilarutkan 3,5 ml HNO3 pekat ke dalam 1000 ml air bebas mineral dalam
gelas piala (SNI, 2009).
3.4.2 Persiapan Contoh Uji Timbal Total
− Dihomogenkan contoh uji, pipet 50 ml contoh uji dan dimasukkan ke dalam
gelas piala 100 ml atau Erlenmeyer 100 ml
− Ditambahkan 5 ml HNO3 pekat, bila menggunakan gelas piala, ditutup
dengan kaca arloji dan bila dengan Erlenmeyer gunakan corong sebagai
penutup
− Dipanaskan perlahan–lahan sampai sisa volumenya 15 ml sampai dengan 20
ml
− Jika destruksi belum sempurna (belum jernih), maka ditambahkan lagi 5 ml
HNO3 pekat, kemudian ditutup gelas piala dengan kaca arloji atau tutup
Erlenmeyer dengan corong dan dipanaskan lagi (tidak mendidih), lakukan
proses ini secara berulang sampai semua logam larut
− Dibilas kaca arloji dan dimasukkan air bilasan
− Dipindahkan ke dalam labu ukur 50 ml (saring bila perlu) dan ditambahkan
3.4.3 Pembuatan Larutan Induk Logam Timbal 100 mg Pb/L
− Ditimbang ± 0,16 g Pb(NO3)2, dimasukkan ke dalam labu ukur 1000 ml,
ditambahkan sedikit HNO3 1:1 ;
− Ditambahkan 10 ml HNO3 pekat dan air bebas mineral hingga tepat tanda
tera kemudian dihomogenkan (SNI, 2009).
3.4.3 Pembuatan Larutan Baku Logam Timbal 10 mg Pb/L
− Dipipet 10 ml larutan induk 100 mg Pb/L, dimasukkan ke dalam labu ukur
100,0 ml;
− Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan dihomogenkan
(SNI, 2009).
3.4.5 Pembuatan Larutan Kerja
a. Pembuatan larutan kerja logam Timbal 1 mg Pb/L
− Dipipet 25 ml larutan baku 10 mg Pb/L, dimasukkan ke dalam labu ukur
250 ml;
− Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan dihomogenkan
(SNI, 2009).
b. Pembuatan larutan kerja logam Timbal 0,2 mg Pb/L
− Dipipet 10 ml larutan kerja 1 mg Pb/L, dimasukkan ke dalam labu ukur 50
ml;
− Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan dihomogenkan
c. Pembuatan larutan kerja logam Timbal 0,4 mg Pb/L
− Dipipet 20 ml larutan kerja 1 mg Pb/L, dimasukkan ke dalam labu ukur 50
ml;
− Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan dihomogenkan
(SNI, 2009).
d. Pembuatan larutan kerja logam Timbal 0,6 mg Pb/L
− Dipipet 30 ml larutan kerja 1 mg Pb/L, dimasukkan ke dalam labu ukur 50
ml;
− Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan dihomogenkan
(SNI, 2009).
e. Pembuatan larutan kerja logam Timbal 0,8 mg Pb/L
− Dipipet 40 ml larutan kerja 1 mg Pb/L, dimasukkan ke dalam labu ukur 50
ml;
− Ditepatkan dengan larutan pengencer sampai tanda tera dan dihomogenkan
(SNI, 2009).
3.4.6 Pembuatan Kurva Kalibrasi
Kurva kalibrasi dibuat dengan tahap sebagai berikut:
− Dioperasikan alat dan dioptimasikan sesuai dengan petunjuk penggunaan
alat untuk pengukuran timbal
− Diaspirasikan larutan blanko ke dalam SSA-nyala kemudian diatur serapan
hingga nol
− Diaspirasikan larutan kerja satu per satu ke dalam SSA-nyala, lalu diukur
− Dilakukan pembilasan pada selang aspirator dengan larutan pengencer
− Dibuat kurva kalibrasi dan ditentukan persamaan garis lurusnya (SNI,
2009).
3.4.7 Pengukuran Contoh Uji
Uji kadar Timbal dengan tahapan sebagai berikut:
− Diaspirasikan contoh uji ke dalam SSA-nyala lalu diukur serapannya pada
panjang gelombang 283,3 nm atau 217,0 nm.
− Bila diperlukan, dilakukan pengenceran (SNI, 2009).
3.4.8 Perhitungan
1.Pembuatan larutan induk 100 ppm
Berat Pb(NO3)2 = ����
2. Pembuatan larutan baku
−10 ppm dari 100 ppm
V1.N1 = V2.N2
V1.100 = 100. 10
3.Pembuatan larutan kerja
−1 ppm dari 10 ppm
V1.N1 = V2.N2
V1.10 = 250. 1
V1 = 25 ml
−0,2 ppm dari 1 ppm
V1.N1 = V2.N2
V1.1 = 50. 0,2
V1 = 10 ml
−0,4 ppm dari 1 ppm
V1.N1 = V2.N2
V1.1 = 50. 0,4
V1 = 20 ml
−0,6 ppm dari 1 ppm
V1.N1 = V2.N2
V1.1 = 50. 0,6
V1 = 30 ml
−0,8 ppm dari 1 ppm
V1.N1 = V2.N2
V1.1 = 50. 0,8
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sampel (contoh uji) diambil dari air limbah kegiatan pertambangan bijih
emas dan air sungai tempat pembuangan akhir limbah tersebut, yang terdapat di
daerah Kabupaten MADINA. Alat pengambil sampel (contoh uji) berupa botol
biasa atau botol plastik yang digunakan pada permukaan air secara langsung.
Volume sampel (contoh uji) yang diambil lebih kurang 1,5 L untuk
masing-masing sampel (contoh uji).
Sampel (contoh uji) air limbah pertambangan bijih emas terdiri dari inlet
dan outlet, sampel (contoh uji) air sungai terdiri dari hulu dan hilir. Inlet adalah
limbah cair yang belum mengalami proses pengolahan. Outlet adalah limbah cair
yang sudah mengalami proses pengolahan. Hulu adalah air sungai yang diambil
dengan jarak ± 5 meter ke depan dari pipa saluran pembuangan limbah cair
pengolahan bijih emas. Hilir adalah air sungai yang diambil dengan jarak ± 5
meter ke belakang dari pipa saluran pembuangan limbah cair pengolahan bijih
emas.
Penetapan kadar logam Timbal (Pb) dilakukan secara spektrofotometri
serapan atom (SSA). Hasil pemeriksaan sampel air limbah pertambangan bijih
emas yang dilaksanakan di Laboratorium BARISTAND Industri Medan pada
Tabel 1. Data Hasil Pemeriksaan Timbal (Pb) pada sampel air limbah
pertambangan bijih emas
Kadar Timbal (Pb) yang diperoleh pada sampel yang diperiksa sebagai
berikut: pada sampel air limbah yaitu, pada outlet 1 adalah -0,2063 dan pada
outlet 2 adalah -0,2418 mg/L, memenuhi baku mutu. Hal ini berdasarkan pada
Peraturan Perundang-undangan Kementerian Lingkungan Hidup yaitu 1 mg/L.
Pada sampel air sungai yaitu, pada hulu 1 adalah -0,2300 dan pada hulu 2
adalah -0,2379 mg/L, pada hilir 1 adalah -0,2379 dan pada hilir 2 adalah -0,2458
mg/L, memenuhi baku mutu. Hal ini berdasarkan pada PP RI No. 82 tahun 2001
yaitu 0,03 mg/L.
Sedangkan pada sampel inlet 1 adalah 25,3807 dan pada inlet 2 adalah
25,4596 mg/L, tidak memenuhi baku mutu. Hal ini berdasarkan pada Peraturan
Perundang-undangan Kementerian Lingkungan Hidup yaitu 1 mg/L. Akan tetapi
No Sampel Absorbansi Konsentrasi (mg/L)
hal ini tidak membahayakan lingkungan karena inlet dari kegiatan penambangan
bijih emas tersebut ada pengolahan sebelum dibuang ke sungai, hal ini terlihat
dengan diperolehnya penurunan kadar Timbal (Pb) pada sampel outlet, hulu, dan
hilir sungai.
Untuk memenuhi baku mutu limbah cair tersebut kadar parameter
limbah tidak diperbolehkan dicapai dengan cara pengeceran dengan air secara
langsung diambil dari sumber air. kadar parameter limbah tersebut adalah limbah
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Dari hasil analisa sampel yang diperiksa, dapat disimpulkan bahwa kadar
Timbal (Pb) pada outlet, hulu dan hilir sungai memenuhi baku mutu. Sedangkan
kadar Timbal (Pb) pada inlet tidak memenuhi baku mutu.
5.2 Saran
Untuk meningkatkan kinerja dan produktivitas dari laboratorium
BARISTAND Industri Medan sebaiknya perlu ditambahkan alat-alat yang hasil
DAFTAR PUSTAKA
Alaerts, G, dan Sri Simestri Santika . (1987). Metoda Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional. Hal. 19-20.
Dachriyanus. (2004). Analisis Struktur Senyawa Organik Secara Spektroskopi. Padang: Andalas University Press. Hal.1.
Direktorat Penyelidikan Masalah dan Direktorat Jenderal Penyelidikan
Departemen Pekerjaan. (1981). Pedoman Pengamatan Kualitas Air.
Jakarta: Republik Indonesia. Hal. 300. I.
Harrianto, R. (2010). Buku Ajar Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC. Hal. 72-73.
Kementerian Lingkungan Hidup. (2006). Himpunan Peraturan Perundang-
undangan di Bidang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Bogor: PT Restorasi Ekosistem Indonesia. Hal. 726.
Kristanto, P. (2004). Ekologi Industri. Yogyakarta: Andi. Hal.72, 169-174.
Novia, S. (2012).Pencemaran Sungai (Pengertian, Penyebab, Dampak dan Cara
Mengatasinya).
Palar, H. (2004). Pencemaran dan Toksikilogi Logam Berat. Jakarta: Rhineka Cipta. Hal. 74-77.
Peraturan Pemerintah RI No. 82. (2001). Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta: Warta Perundang-undangan No. 2123. Hal. 25-27.
Prasetyo, S. (2013). Metode Tambang Emas
Rivai, H. (1995). Asas Pemeriksaan Kimia. Jakarta: UI-Press. Hal. 49, 52, 295.
Rohman, A. (2007). Kimia Farmasi Analisis. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Hal. 305-312.
SNI. (2009). Cara Uji Limbah (Pb) secara Spektrofotometri Serapan Atom(SSA)-nyala. Jakarta: BSN. Hal. 7-8.
Suharto, Ign. (2011). Limbah Kimia dalam Pencemaran Udara dan Air. Yogyakarta: Penerbit Andi. Hal. 312-319.
Zidny, I. (2014). Pertambangan Emas.
LAMPIRAN II:
KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : 202 TAHUN 2004
TENTANG : BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI USAHA DAN ATAU
KEGIATAN PERTAMBANGAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA
TANGGAL : 13 0KTOBER 2004
BAKU MUTU AIR LIMBAH BAGI KEGIATAN PENGOLAHAN BIJIH EMAS DAN ATAU TEMBAGA
Parameter satuan Kadar maksimum Metode analisis
pH mg/L 6-9 SNI 06-6989-11-2004
* = sebagai konsentrasi total ion logam terlarut
** = parameter khusus untuk pengolahan bijih emas yang menggunakan proses
LAMPIRAN III
PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 82 TAHUN 2001 TANGGAL 14 DESEMBER 2001
TENTANG
PENGELOLAAN KUALITAS AIR DAN PENGENDALIAN PENCEMARAN AIR
Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas
PARAME
Temperatur °C Deviasi
N han air minum Fecal coliform jml/100
ml Total coliform jml/100
Lindane ug/L 56 (-) (-) (-)
Methoxyctor ug/L 35 (-) (-) (-)
Endrin ug/L 1 4 4 (-)
LAMPIRAN IV
LAMPIRAN : KEPUTUSAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP
NOMOR : KEP- 51/MENLH/10/1995
TENTANG : BAKU MUTU LIMBAH CAIR
BAGI KEGIATAN INDUSTRI
TANGGAL : 23 0KTOBER 1995
BAKU MUTU LIMBAH CAIR
No PARAMETER SATUAN GOLONGAN BAKU
Catatan :
*). Untuk memenuhi baku mutu limbah cair tersebut kadar parameter limbah
tidak diperbolehkan dicapai dengan cara pengeceran dengan air secara langsung
diambil dari sumber air. kadar parameter limbah tersebut adalah limbah
maksimum yang diperbolehkan.