Lampiran 1
Skema Alur Pikir
1. Estetika wajah adalah suatu konsep yang berhubungan dengan kecantikan atau wajah yang menarik dan menjadi salah satu hal yang penting di dalam kehidupan modern. Faktor penting yang menentukan estetika wajah adalah penampilan gigi yang teratur. (Kaur J dkk, 2014)
2. Golden proportion adalah rasio matematika yang menggambarkan dimensi antara bagian yang terkecil dan terbesar adalah 0,618 : 1. ( Bali dkk,2013)
3. Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila memainkan peranan penting pada pasien edentulus yang tidak tersedianya petunjuk sebelum pencabutan gigi supaya dapat menciptakan penampilan gigi yang teratur. (George S dkk, 2010)
4. Pengukuran lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dilakukan berdasarkan antropometri fasial seperti jarak interpupil, lebar intercommisural, jarak interkantal, lebar inter alar dan lebar bizigomatik.
(Bali P dkk, 2013)
5. Jarak interkantal bisa diguna untuk mendapatkan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila yang dijadikan sebagai pedoman dalam mendapatkan proporsi gigi yang harmonis. (Shetty K dkk, 2013)
6. Jarak interkantal adalah jarak sudut median mata dari fisura palpebral antara mata kiri ke kanan, sehingga jarak interkantal didefinisikan sebagai jarak yang diukur pada sudut medial mata dari fisura palpebral bilateral mata. ( Al Wazzan K, 2001)
Berdasarkan hal diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai nilai Golden Proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia.
Masalah
Berdasarkan uraian diatas timbul permasalahan yang hendak diteliti berapakah nilai Golden Proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia usia 21-25 tahun.
8. Berdasarkan faktor jenis kelamin, ukuran gigi anterior maksila dan jarak interkantal yang lebih besar dibandingkan dengan wanita. (Kumar KVA dkk, 2014 ; Horvath SD dkk, 2012)
Tujuan
1. Mengetahui nilai rerata jarak interkantal pada suku India Malaysia usia 21-25 tahun berdasarkan jenis kelamin dan usia.
2. Mengetahui nilai rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia usia 21-25 tahun berdasarkan jenis kelamin dan usia.
3. Mengetahui nilai rerata Golden Proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia usia 21-25 tahun berdasarkan jenis kelamin dan usia.
Manfaat
1. Sebagai informasi mengenai nilai Golden Proportion dengan jarak interkantal untuk lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia usia 21-25 tahun yang dapat digunakan sebagai acuan proporsi ideal.
Lampiran 2
SKEMA ALUR PENELITIAN
I. Pemilihan subjek penelitian
II. Sterilisasi alat
Semua alat yang akan dipakai direndam dalam larutan dettol Suku India Malaysia
Pembagian dan pengisian kuesioner penelitian
Kriteria Inklusi Kriteria ekslusi
Memenuhi kriteria
Menjadi subjek penelitian
Dicuci bersih
Dibilas dengan alkohol 70%
III.Pencetakan rahang atas
IV.Pembuatan model kerja
Pasien disuruh duduk
Pemilihan sendok cetak RA untuk subjek
Pasien disuruh berkumur dengan air
Pengadukan alginate dan air dengan rasio 1:1
Sendok cetak dan bahan cetak dimasukkan kedalam mulut
Ditahan dan ditunggu selama 2 menit di dalam mulut
Lepaskan secara perlahan dan hati-hati
Cetakan disemprot larutan dettol
Dental stone (fujirock) diaduk dengan air sesuai rasio yang telah ditentukan ditentukan
Tuangkan ke dalam cetakan
Isi sampai penuh dan digetarkan
V. Pengukuran Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila Model dibersihkan dan dirapikan
Beri kode untuk setiap model masing-masing subjek
Beri tanda titik dengan menggunakan pensil pada titik-titik yang akan dilakukan pengukuran
Kedua gigi insisivus sentralis maksila
Pengukuran dari margin ridge yang paling lebar dari distal gigi kanan ke distal gigi kiri
Ukur diambil sebanyak tiga kali dengan menggunakan golden mean gauge
Ukuran yang didapatkan dilihat dari kaliper digital, sehingga didapatkan ukuran dalam satuan mm
VI.Pengukuran Jarak Interkantal
Ditandai interkantal kedua-dua mata dengan menggunakan pensil alis.
Pasien disuruh duduk
Pasien diinstrusikan untuk menutup mata
Pengukuran dengan menggunakan Golden mean gauge Diukur jarak dari sudut dalam mata kiri ke kanan
Golden mean gauge diletakkan di atas kertas putih dengan ditanda ukuran pada kertas putih.
Ukuran diukur dengan kaliper digital, sehingga didapatkan ukuran dalam satuan mm
Diukur sebanyak tiga kali oleh tiga operator
Lampiran 3
DEPARTEMEN BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KUESIONER PENELITIAN
NILAI GOLDEN PROPORTION ANTARA JARAK INTERKANTAL DENGAN LEBAR KEDUA GIGI INSISIVUS SENTRALIS
MAKSILA SUKU INDIA MALAYSIA
No. Responden :
Tanggal : ….../…………../2016
IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Alamat :
No Telp/HP :
Tanda Tangan
SUKU RESPONDEN
Isilah kotak dibawah ini dengan tanda silang (X)
1. Apakah anda suku India?
Jika Ya, mohon menjawab pertanyaan berikutnya,
2. Apakah suku ayah anda India?
3. Apakah suku ayah dari ayah anda India?
4. Apakah suku ibu dari ayah anda India?
5. Apakah suku ibu anda India?
6. Apakah suku ayah dari ibu anda India?
7. Apakah suku ibu dari ibu anda India?
Kesimpulan suku mahasiswa ( diisi oleh peneliti )
India satu generasi India dua generasi
Ya Tidak
DATA SPESIFIK
Beri tanda checklist (V) pada kolom jawaban yang sesuai dengan data anda.
STATUS GIGI
1) Apakah anda pernah memakai pesawat ortodontik (contoh: behel/kawat gigi)?
Ya Tidak
STATUS MATA
2) Apakah memiliki penyakit mata ?
Ya Tidak
PEMERIKSAAN KLINIS (diisi oleh peneliti)
1) Apakah terdapat karies pada gigi insisivus sentralis RA?
Ya Tidak
2) Apakah terdapat mahkota gigi tiruan pada gigi insisivus sentralis RA?
Ya Tidak
3) Apakah terdapat restorasi atau tambalan pada gigi insisivus sentralis RA?
Ya Tidak
4) Apakah terdapat erosi terutama pada mesial distal kedua gigi?
Ya Tidak
5) Apakah terdapat pada gigi berjejal?
Ya Tidak
6) Apakah terdapat fraktur gigi?
Ya Tidak
7) Apakah terdapat diastema antara gigi insisivus sentralis RA kiri dan kanan?
Ya Tidak
8) Apakah subjek memakai gigi tiruan (gigi palsu)?
9) Apakah terdapat kelainan anomali gigi?
Ya Tidak
10) Apakah terdapat gigi edentulus?
Ya Tidak
PEMERIKSAAN EKSTRA ORAL (FISIK)
1) Kelainan anomali pada mata
Normal Tidak Normal
KESIMPULAN HASIL SCREENING (diisi oleh peneliti) Memenuhi kriteria
HASIL PENGUKURAN
Tabel 1. Hasil pengukuran lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila
No. Usia
Tabel 2. Hasil pengukuran jarak interkantal
No. Usia
Tabel 3. Nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila
JK = Jenis kelamin (laki-laki / perempuan) X = Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila
X’ = Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila berdasarkan golden mean gauge Y = Jarak interkantal
Lampiran 4
LEMBARAN PENJELASAN KEPADA SUBJEK PENELITIAN
Kepada Yth : Saudara/i
………
Bersama ini saya, Navashangkari Ravichandran (umur 23 tahun), yang sedang menjalani program pendidikan sarjana pada Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Sumatera Utara, memohon kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi sebagai subjek penelitian saya yang berjudul :
NILAI GOLDEN PROPORTION ANTARA JARAK INTERKANTAL DENGAN LEBAR KEDUA GIGI INSISIVUS SENTRALIS
MAKSILA SUKU INDIA MALAYSIA
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai Golden Proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis permanen rahang atas pada suku India usia 21-25 tahun Oklusi Klas 1 Angle. Jarak interkantal adalah jarak yang diukur dari sudut medial mata dari fisura palpebral bilateral mata.
Pada penelitian ini Saudara/i akan menjalani prosedur penelitian. Pertama Saudara/i akan diberi kuesioner mengenai nama, jenis kelamin, umur,suku serta akan dilakukan pemeriksaan terhadap keadaan gigi-geligi dan interkantal mata. Kemudian pada Saudara/i akan dilakukan pengukuran jarak interkantal mata dan lebar kedua gigi insisivus sentralis rahang atas dengan menggunakan Golden mean gauge.
Manfaat yang didapat apabila Saudara/i bersedia menjadi subjek penelitian ini adalah dapat mengatahui nilai Golden Proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis permanen rahang atas pada laki-laki dan perempuan suku India usia 21-25 tahun Oklusi Klas 1 Angle.
Jika Saudara/i mengerti isi dari lembar penjelasan ini dan bersedia untuk menjadi subjek penelitian, maka mohon kiranya Saudara/i untuk mengisi dan menandatangani surat penyertaan persetujuan sebagai subjek penelitian yang terlampir pada lembar berikutnya. Saudara/i perlu mengetahui bahwa surat kesediaan tersebut tidak mengikat dan Saudara/i dapat mengundurkan diri dari penelitian ini bila Saudara/i merasa keberatan.
Demikian lembar penjelasan ini saya perbuat, semoga keterangan ini dapat dimengerti dan atas kesediaan Saudara/i untuk berpartisipasi dalam penelitian ini saya ucapkan terima kasih.
Navashangkari Ravichandran
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Telp : 087869670574
Medan, 2016
Lampiran 5
SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN SUBJEK PENELITIAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertandatangan di bawah ini : Nama :
Umur : Jenis kelamin : L/P Alamat :
Menyatakan telah membaca lembar persetujuan kepada subjek penelitian dan sudah mengerti serta bersedia untuk turut serta sebagai subjek penelitian, dalam penelitian atas nama Navashangkari Ravichandran yang berjudul “ Nilai Golden Proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis
maksila suku India Malaysia” dan menyatakan tidak keberatan maupun melakukan tuntutan di kemudian hari.
Demikian pernyataan ini saya perbuat dalam keadaan sehat, penuh kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Medan, 2016 Pembuat Pernyataan
Lampiran 6
I) Pencetakan Rahang Atas
1. Dicek oklusi gigi (Klas 1 Angle)
2. Alginate diaduk dan dimasukkan ke dalam sendok cetak
3. Sendok cetak dimasukkan dari sudut mulut sebelah kanan dan dipertahankan sampai alginate mengeras
4. Pengisian cetakan dengan gips tipe IV (dental stone)
II) Pengukuran Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila
6. Diberi tanda dengan menggunakan pensil pada bagian yang akan titik pengukuran
7. Diukur pada marginal ridge yang paling lebar dari distal gigi kanan hingga ke distal gigi kiri menggunakan golden mean gauge.
8. Ukuran diambil sebanyak tiga kali dan dicatat pada kertas putih.
III) Pengukuran Jarak Interkantal
9. Posisi kepala tegak dengan lantai.
10. Diinstrusikan untuk menutup mata.
11. Ditandai interkantal kedua-dua mata dengan menggunakan pensil alis.
12. Jarak interkantal diukur dari sudut dalam mata kiri ke kanan menggunakan golden mean gauge.
Lampiran 8
Hasil Pengukuran Jarak Interkantal, Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila dan Nilai Golden Proportion antara Jarak Interkantal dengan Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila
30. Patrick 23 L 16.46 26.63 19.28 31.20 0.528 0.618 31. Stanley
Nathan
23 L 17.36 28.09 19.30 31.23 0.556 0.618 32. Kirubanand
an
21 L 18.46 29.87 20.22 32.72 0.564 0.618 33. Harrish 21 L 18.29 29.60 20.90 33.82 0.541 0.618 34. Ganesh 25 L 17.21 27.85 19.37 31.35 0.549 0.618 35. Kuhan 22 L 17.17 27.78 19.03 30.80 0.557 0.618 36. Navinraj 21 L 17.96 29.06 19.09 30.89 0.581 0.618 37. Yuvaveera
raj
24 L 18.18 29.42 19.36 31.32 0.580 0.618 38. Sasidaran 21 L 17.10 27.67 19.37 31.35 0.545 0.618 39. Hariharan 21 L 16.51 26.72 19.03 30.80 0.536 0.618 40. Selan 23 L 18.28 29.58 20.67 33.45 0.546 0.618 RATA-RATA 17,502 28,320 19,373 31,347 0,558 0,618
Keterangan:
JK = Jenis kelamin (laki-laki / perempuan) X = Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila
X’ = Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila berdasarkan golden mean gauge Y = Jarak interkantal
Lampiran 9
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Rerata Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila, Jarak Interkantal dan Nilai Golden Proportion
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test Lebar Kedua
Gigi Insisivus Sentralis
Maksila
Jarak Interkantal
Nilai Golden proportion
N 40 40 40
Normal Parametersa,,b Mean 17.5020 31.3467 .55858 Std.
Deviation
.81717 1.33261 .020637 Most Extreme Differences Absolute .134 .096 .105
Positive .134 .079 .105
Negative -.058 -.096 -.100
Kolmogorov-Smirnov Z .850 .605 .667
Asymp. Sig. (2-tailed) .466 .857 .766
Perbedaan Rerata Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila, Jarak
Interkantal dan Nilai Golden Proportion pada Laki-laki dan Perempuan Usia 21-25 Tahun
Group Statistics
Jenis Kelamin N Mean
Std. Deviation
Std. Error Mean Lebar Kedua
Gigi Insisivus Sentralis Maksila
Laki-laki 20 17.5625 .73981 .16543
Perempuan 20 17.4415 .90314 .20195
Jarak Interkantal
Laki-laki 20 31.4275 1.24870 .27922
Perempuan 20 31.2660 1.43950 .32188
Nilai Golden Proportion
Laki-laki 20 .55900 .020074 .004489
Levene's Test for Equality
of
Perbedaan Rerata Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila, Jarak interkantal dan Nilai Golden Proportion Berdasarkan Kelompok Usia
Descriptives
N Mean
Std.
Insisivus
Pengukuran Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila, Jarak Interkantal dan Nilai Golden Proportion berdasarkan Golden Mean Gauge
Group Statistics
Levene's Test for Equality
of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df
Group Statistics
kelompok N Mean Std. Deviation Std. Error Mean Laki-laki Golden Proportion 20 .55900 .020074 .004489
Umum 20 .61800 .000000 .000000
Perempuan Golden Proportion 20 .56365 .019908 .004452
umum 20 .61800 .000000 .000000
Independent Samples Test Levene's
Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
56
DAFTAR PUSTAKA
1. Kaur J, Sharma N, Gupt P, Babbar AK. Awareness and Preference of Needs Among Dental Patients Towards Artificial Prosthesis. Journal of Dental Herald 2014 ; 1(2) : 17.
2. George S, Bhat V. Inner Canthal Distance and Golden Proportion as Predictors of Maxillary Central Incisor Width in South Indian Population. Indian Journal of Dental Research 2010 ; 21(4) : 492-3.
3. Bali P, Singh S, Singh AP, Goyal RR. Biometric Relationship Between Inner Canthal Distance and Geometric Progression for the Prediction of Maxillary Central Incisor Width. Indian Journal of Dental Sciences 2013 ; 5(4) : 53.
4. Shetty K, Kumar M, Palagiri K, Amanna S, Shetty S. Facial Measurements as Predictors of the Length of the Maxillary Central Incisor in a Cross Section of the Indian Population - A Clinical Study. Oral Hyg Health 2013 ; 1(1) : 2.
5. Al Wazzan K. The Relationship Between Intercanthal Dimension and the Width of Maxillary Teeth. The Journal of Prosthetic Dentistry 2001 ; 86(6): 609.
6. Prendergast PM. Facial Proportions. Ireland : Springer-Verlag Berlin Heidelberg, 2012 . 16-8.
7. Jayaprakash P, Chopra A, Jayaprakash MB. Golden Proportion: God's Signature on His Masterpieces. Indian Journal of Dental Research and Review 2012 : 19-21. 8. Hong Q, Koirala R, Jun T dkk. A Study About Tooth Size and Arch Width
Measurement. Journal of Hard Tissue Biology 2008 ; 17(3) : 92-6.
9. Blumenfeld J. Racial Identification in the Skull and Teeth. The University of Western Ontario Journal of Anthropology 2000 ; 8(1) : 22-6.
57
11. Le TT, Farkas LG, Ngim RC, Levin LS, Forrest CR. Proportionality in Asian and North American Caucasian Faces Using Neoclassical Facial Canons as Criteria. Aesthetic Plast Surg 2002 ; 26(1): 67.
12. Kumar KVA, Gupta SH, Sandhu HS. Determination of Mesiodistal Width of Maxillary Anterior Teeth Using Inner Canthal Distance. Medical Journal Armed Forces India 2014: 5.
13. Koesoemahardja HD, Indrawati A, Jenie I. Tumbuh Kembang Dentofasial Manusia. Edisi ke-2.Jakarta : Penerbit Universitas Trisakti, 2008: 31-6.
14. Agrawal J, Yogesh AS, Shukla CK, Banerjee C, Chandrakar AK. Orbitofacial Anthropometric Assessment of Inter-canthal and Outercanthal Distance Measurement in Chhattisgarh Region. Biomedical Research 2013 ; 24 (3) : 365. 15. Hill M. Integumentary System - Eyelid Development.
16. Fehrenbach MJ, Herring SW. Anatomy of the Head and Neck. Edisi ke-3 Canada : Penerbit Saunders Elsevier, 2007 : 15-6.
17. Paradipta A. Pertumbuhan Gigi Susu dan Gigi Permanen Dilihat dari Umur.
18. Andasa K. Anatomi Gigi
nome
19. Nelson SJ. Ash MM. Dental Anatomy, Physiology, and Occlusion. Edisi ke-9. China : Penerbit Elsevier Inc, 2010 : 100.
20. Egwu OA, Ewunonu EO, Eteudo AN, Ovuocba KN, Njoku CO, Ugwu CO. Normal Values of Inner and Outer Intercanthal Distances in a Student Population in Southeast Nigeria. Int. J. Biol. Chem. Sci 2008 ; 2(3) : 355-8.
58
22. Levin EI. The Updated Application of the Golden Proportion to Dental Aesthetics. Aesthetic dentistry today 2011 ; 5(3) : 22-5.
23. Merry M, Paul, Abraham ST. Golden Proportion in Denture Esthetics. Health Sciences 2013 ; 2(1) : 2-3.
24. Mahsid M, Khoshvaghti A, Varshosaz M, Vallaei N. Evaluation of ‘‘Golden Proportion’’ in Individuals with an Esthetic Smile. Journal of Esthetics And Restorative Dentistry 2004 ; 16(3) : 186-90.
25. Diers NR, Diers NT. Device, Method and Kit for Determining Orthodontic Dimensions. United States Patent 2010 : 3-4.
26. EL-Sheikh NMA, Mendilawi LRB, Khalifa N. Intercanthal Distance of a Sudanese Population Sample as a Reference for Selection of Maxillary Anterior Teeth Size. Sudan Journal of Medical Sciences 2010 ; 5 : 118.
27. Deogade SC, Mantri SS, Sumathi K, Rajoriya S. The Relationship Between Innercanthal Dimension and Interalar Width to the Intercanine Width of Maxillary Anterior Teeth in Central Indian Population. The Journal of Indian Prosthodontic Society 2015. 15(2). 93.
28. Kumar MV, Ahila SC, Devi SS. The Science of Anterior Teeth Selection for a Completely Edentulous Patient: A Literature Review. Journal of Indian Prosthodont Soc 2011 ; 11(1) :9.
29. Rawat A, Godbole SR, Sathe S, Patidar N, Ramteke S. Evaluation of Relation Between Bizygomatic Width and Mesiodistal Dimension of Maxillary Central Incisor in Indian Population: An In Vivo Study. International Journal of Scientific Study 2015 ; 3(6) : 39.
30. Hussain MW, Qamar K, Naeem S. Significance of Intercommissural Width and Anterior Teeth Selection. Pakistan Oral & Dental Journal 2013 ; 33(2) : 393-6. 31. Hossain S, Islam KZ, Islam KMM. Correlation Between Maxillary Canines and
59
32. Habbu NS, Nagdir DV, Joshi N, Murati R. Interpupillary Distance as a Guide for the Selection of Upper Anterior Teeth. The Internet Journal of Dental Science 2010 ; 9(1) : 1-6.
33. Vasanthakumar P, Kumar P, Rao M. Anthropometric Analysis of Palpebral Fissure Dimensions and Its Position in South Indian Ethnic Adults. Oman Medical Journal 2013; 28(1) : 27.
34. Qamar K, Hussain MW, Naeem S. The Role of the Interalar Width in the Anterior Teeth Selection. Pakistan Oral & Dental Journal 2012 ; 32(3) : 570.
35. Hanihara T, Ishida H. Metric Dental Variation of Major Human Populations. American Journal of Physical Anthropology 2005 ; 128 : 287–98.
36. Zhuang Z, Landsittel D, Benson S, Roberge R, Shaffer R. Facial Anthropometric Differences Among Gender, Ethnicity, and Age Groups. Ann. Occup. Hyg 2010; 54(4): 395–400.
37. Horvath SD. Ludwigs A. Wegstein PG. Lüthi M. Blatz BM. The Correlation Between Anterior Tooth Form and Gender – A 3D Analysis in Humans. The European Journal of Esthetic Dentistry 2012. 7(3).4-6.
38. Dahlan MS. Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: Salemba Medika, 2013: 103-4.
39. Ahmed N, Abbas M, Naz A, Maqsood A. Correlation Between Innercanthal Distance and the Mesiodistal Width of the Maxillary Central Incisors. Isra Medical Journal 2015; 7(3): 139-40.
40. Batubar JRL. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari Pediatri 2010; 12(1) : 21-3.
41. Dempsey PJ, Townsend GC. Genetic and Environmental Contributions to Variation in Human Tooth Size. The Genetics Society of Great Britain 2001: 685-92.
42. Jose M. Essentials of Oral Biology (Oral anatomy, Histology, Physiology & Embryology). India : CBS Publishers & Distributors Pvt. Ltd, 2008 : 194 -5. 43. Ngeow WC, Aljunid ST. Craniofacial Anthropometric Norms of Malaysian
60
24
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional yang mengumpulkan data-data tentang jarak interkantal dan lebar kedua
gigi insisivus sentralis maksila suku India Malaysia usia 21-25 tahun untuk menganalisis nilai Golden Proportion.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Klinik Biologi Oral RSGMP Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi penelitian adalah suku India Malaysia di Fakultas Kedokteran Gigi.
3.3.2 Sampel
25
3.3.2.1 Besar Sampel
Perhitungan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus38 :
Keterangan :
n1 n2 = Besar sampel minimum (laki-laki, perempuan) σ02
= SD gabungan antara laki-laki dan perempuan
= 2,67 (Indian Journal of Dental Research , Inner canthal distance and golden proportion as predictors of maxillary central incisor width in
south Indian population)
Z (1-α/2) = Devial baku alpha untuk α = 5% (1,96)
Z (1-β) = Devial baku beta untuk β = 10% (1,282)
µ0 - µα = Selisih rerata yang bermakna, ditetapkan sebesar 2,0
Hasil perhitungan
Jadi jumlah sampel minimum adalah 40 orang suku India Malaysia usia 21-25 tahun yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan.
n1=n2 ≥ σ02 (Z (1-α/2) + Z (1-β)) 2 ( µ0 - µα)2
(1,96 +1,282)2 ( 2,67 )2 (2,0)2
n1 = 20 n2 =20
26
3.4 Kriteria Pemilihan Sampel 3.4.1 Kriteria Inklusi :
Adapun kriteria inklusi pada penelitian ini, yaitu : 1. Suku India Malaysia 2 generasi.
2. Laki-laki dan perempuan 3. Usia 21-25 tahun
4. Oklusi Klas I Angle .
3.4.2 Kriteria Eksklusi
Adapun kriteria eksklusi pada penelitian ini, yaitu : 1. Pasien edentulus pada maksila.
2. Terdapat karies, mahkota gigi tiruan dan restorasi atau tambalan pada gigi insisivus sentralis maksila.
3. Erosi terutama pada mesial distal kedua gigi. 4. Terdapat fraktur gigi.
5. Terdapat anomali pada gigi (peg shaped).
6. Terdapat diastema antara gigi insisivus sentralis maksila kiri dan kanan. 7. Subjek memakai gigitiruan (gigi palsu)
8. Terdapat gigi berjejal.
9. Memiliki riwayat pemakaian pesawat ortodontik.
10. Terdapat riwayat kelainan kongenital, orbital disease, asimetris wajah pada wajah.
11. Pasien menolak menjadi subjek penelitian.
3.5 Variabel Penelitian 3.5.1 Variabel Bebas
27
3.5.2 Variabel Terikat
Yang termasuk variabel terikat pada penelitian ini adalah jarak interkantal, lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dan nilai Golden Proportion.
3.5.3 Variabel Terkendali
Variabel tidak terkendali yang terdapat dalam penelitian ini adalah nutrisi/gizi dan penyusutan model (shrinkage).
28
3.6 Definisi Operasional
1. Golden proportion adalah rasio matematika yang menggambarkan perbandingan antara panjang yang terkecil dengan yang terbesar.
2. Anthropometrik merupakan Ilmu pengukuran tubuh manusia, seperti pengukuran diameter atau lingkar, panjang dan lebar.
3. Interkantal mata adalah Sudut mata dalam di mana bagian atas dan bagian bawah kelopak mata bertemu.
4. Jarak interkantal adalah Jarak dari sudut dalam mata kiri ke kanan atau jarak dari kedua sudut medial mata pada ujung fisura antara kedua kelopak mata kiri dan kanan.
5. Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila adalah Pengukuran marginal ridge yang paling lebar dari distal gigi kanan insisivus sentralis hingga ke distal kiri
pada rahang atas.
6. Nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila adalah Perbandingan jarak interkantal terhadap lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila.
7. Suku India Malaysia Dua Generasi ke Atas adalah kakek, nenek, ayah, dan ibu sampel merupakan suku India Malaysia.
8. Oklusi Klas I Angle adalah oklusi yang ditandai dengan tonjol mesio bukal molar permanen atas terletak pada celah (groove) bagian bukal molar pertama permanen bawah.
9. Golden mean gauge/ Golden Ruler adalah Alat ukur yang digunakan untuk mengukur proporsi gigi dan jarak interkantal.
10. Operator adalah Orang yang melakukan tindakan pengukuran lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dan juga jarak interkantal.
11. Penyusutan model (shrinkage) adalah perubahan ukuran dan bentuk model yang semakin kecil dibandingkan dengan ukuran sebelumnya.
29
3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian
Peralatan yang digunakan pada penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: Golden mean gauge, Sendok cetak rahang atas, Rubber bowl, Spatula, kaliper digital,
Lekron, Pensil alis, Kaca Mulut, Pulpen, Pensil, Penghapus, Kursi, Labtob Acer, Microsoft Office word 2010 (Microsoft Corporation), Printer Epson L300.
3.7.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain adalah sebagai berikut: Alginat, Air, Dental stone (tipe IV), Kertas Quarto Paper ONE, Tinta Printer Epson, Lembar Kuesioner, Larutan desinfektan Dettol, Tissue, Sarung tangan (handscoon), Masker, Celemek.
3.8 Prosedur Kerja 3.8.1 Ethical Clearance
Ethical Clearance diperoleh peneliti dengan mengajukan surat permohonan izin
penelitian yang ditujukan ke Komisi Etik dari Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3.8.2 Pemilihan Sampel
Masyarakat Malaysia yang ada di Fakultas Kedokteran Gigi dan merupakan Ras Kaukasoid Suku India diberi lembar keusioner dan dilakukan pemeriksaan klinis untuk mendapatkan sampel yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.
3.8.3 Informed Consent
30
3.8.4 Pengukuran Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila 3.8.4.1 Pembuatan model kerja
Tahapan dalam melakukan pembuatan model rahang atas sebagai berikut: 1. Pasien didudukkan pada kursi.
2. Sendok cetak yang dipilih besarnya sesuai dengan rahang pasien dan mencakup seluruh rahang, biasanya lebih besar 4-5 mm dari arcus dentalis.
3. Alginate dicampur air dengan rasio 1 : 1 di dalam rubber bowl kemudian diaduk dengan spatula sampai homogen dan dimasukkan kedalam sendok cetak sampai penuh.
4. Untuk maksila sendok cetak dimasukkan dari sudut mulut sebelah kanan. 5. Sendok cetak dipertahankan pada tempatnya dengan jari sampai alginate mengeras kurang lebih 2 menit.
6. Kemudian lepaskan sendok cetak dari mulut dengan perlahan dan hati-hati kemudian disemprot dengan desinfektan.
7. Untuk menghindari terjadinya perubahan hasil cetakan yang didapatkan, yaitu terjadi penyusutan (shrinkage) maka segera dilakukan pengisian cetakan dengan gips tipe IV (dental stone) segera mungkin. Sehingga penyusutan yang terjadi pada model kerja merupakan penyusutan yang benar-benar tidak bisa dihindarkan lagi.
8. Setelah mengeras, lepaskan hasil cetakan secara perlahan dan hati-hati, kemudian rapikan dengan menggunakan lekron.
9. Beri nama atau kode pada model hasil cetakan dari setiap subjek.
3.8.4.2 Pengukuran lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada model kerja
1. Hasil cetakan yang sudah didapatkan diberi tanda berupa titik dengan menggunakan pensil pada bagian yang akan titik pengukuran.
2. Pada maksila dilakukan pengukuran gigi insisivus sentralis yaitu pada marginal ridge yang paling lebar dari distal gigi kanan hingga ke distal gigi kiri
31
3. Golden mean gauge diletakkan di atas kertas putih dengan hati-hati ditanda ukuran dari golden mean gauge pada kertas putih.
4. Ukuran yang telah dicatat pada kertas putih diukur menggunakan kaliper digital.
5. Pengukuran dilakukan oleh tiga operator dan diambil rata-rata untuk pengukuran yang representif.
Gambar 12. Pengukuran gigi insisivus sentralis maksila pada
marginal ridge yang
paling lebar menggunakan golden mean gauge (dok.)
3.8.5 Pengukuran Jarak Interkantal
1. Subjek diiinstrusikan untuk duduk di kursi dalam keadaan istirahat dan diinstruksikan untuk menutup mata.
2. Subjek terlebih dahulu ditandai interkantal kedua-dua mata dengan menggunakan pensil alis.
3. Dilakukan pengukuran jarak interkantal oleh operator menggunakan golden mean gauge dengan cara mengukur jarak dari sudut dalam mata kiri ke kanan atau
jarak dari kedua sudut medial mata pada ujung fisura antara kedua kelopak mata kiri dan kanan.
32
5. Ukuran yang telah dicatat pada kertas putih diukur menggunakan kaliper digital.
6. Pengukuran dilakukan oleh tiga operator dan diambil rata-rata untuk pengukuran yang representif.
Gambar 13. Pengukuran jarak interkantal dengan menggunakan golden mean gauge (dok.)
3.8.6 Contoh Cara Perhitungan Nilai Golden Proportion
Setelah mendapatkan ukuran lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dan jarak interkantal, maka nilai golden proportion didapatkan dengan memasukkan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dan jarak interkantal yang diperoleh ke dalam rumus.
17.68 28.62 = 0,618
Jadi Nilai Golden Proportion yang diperoleh adalah 0,618. Rumus :
Nilai Golden Proportion =
x Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila x Jarak Interkantal
33
3.8.7 Pengolahan dan Analisis Data
34
3.9 Alur Penelitian
Populasi penelitian
Sampel yang memenuhi kriteria
Pengukuran pada sampel
Hasil Data Marginal ridge yang paling lebar dari
distal gigi kanan ke distal gigi kiri
Jarak sudut median mata dari fisura palpebral antara mata kiri ke kanan
Golden Mean Gauge
Masyarakat Malaysia di Fakultas Kedokteran Gigi Suku India
Kuesioner Informed Consent
Pengukuran gigi insisivus sentralis maksila Pencetakan maksila pada
sampel
35
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional mengenai nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar
kedua gigi insisivus sentralis maksila. Subjek penelitian suku India Malaysia laki-laki dan perempuan dua generasi India dengan usia 21-25 tahun. Total subjek penelitian yang digunakan sebanyak 40 orang, yang terdiri dari 20 orang laki-laki dan 20 orang perempuan yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi. Subjek penelitian harus memiliki normal oklusi atau Oklusi Klas I Angle, tidak ada gigi berjejal, tidak ada diastema dan tidak ada kelainan pada wajah. Pada sampel dilakukan pencetakan maksila dan pembuatan model kerja dengan menggunakan gips tipe IV. Pengukuran jarak interkantal pada sampel dan pengukuran gigi insisivus sentralis maksila pada model kerja dengan menggunakan golden mean gauge.
Golden mean gauge merupakan alat yang digunakan untuk menghasilkan
proporsi yang sesuai dengan konsep golden proportion. Golden mean gauge ini mempermudah dalam memperoleh rasio golden proportion dengan cepat. Alat ini digunakan pada wajah dan juga gigi geligi asli. Dalam pemakaiannya, golden mean gauge akan melebar secara langsung antara bagian yang lebih besar dengan yang
lebih kecil dan memiliki perbandingan golden proportion yang sama. Nilai golden proportion dalam penelitian ini didapatkan dengan membandingkan lebar kedua gigi
insisivus sentralis maksila dengan jarak interkantal.
Dalam penelitian ini, peneliti telah menetapkan X sebagai lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila yang didapatkan dari model kerja, X’ adalah lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dari alat golden mean gauge, Y merupakan jarak interkantal yang didapatkan dari sampel, Y’ adalah jarak interkantal dari alat golden mean gauge, Z adalah nilai golden proportion dari sampel atau model kerja dan Z’
36
4.1 Hasil Pengukuran Sampel Penelitian
Berdasarkan kuesioner yang telah diisi, diperoleh data distribusi frekuensi karakteristik umum pada subjek penelitian berdasarkan jenis kelamin (Tabel 2), menunjukkan jumlah subjek dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 20 orang (50%) dan perempuan 20 orang (50%). Distribusi frekuensi subjek penelitian pada kelompok usia 21, 22, 23, 24, dan 25 tahun (Tabel 3) secara berurutan adalah 9 orang (22,5%), 9 orang (22,5%), 15 orang (37,5%), 3 orang (7,5%) dan 4 orang (10%).
Tabel 2. Distribusi frekuensi karakteristik umum berdasarkan jenis kelamin
Tabel 3. Distribusi frekuensi karakteristik umum berdasarkan usia
4.2 Rerata Nilai Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila (X), Jarak Interkantal (Y) dan Nilai Golden Proportion Antara Jarak Interkantal Dengan Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila (Z)
Hasil dari pengukuran diperoleh rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila (X) sebesar 17,502 ± 0,817 mm, rerata jarak interkantal (Y) sebesar 31,347 ±
Jenis Kelamin n (orang) Persentase (%)
Laki-laki 20 50
Perempuan 20 50
Total 40 100
Usia (tahun) n (orang) Persentase (%)
21 tahun 9 22.5%
22 tahun 9 22,5%
23 tahun 15 37,5%
24 tahun 3 7,5%
25 tahun 4 10%
37
1,333 mm dan rerata nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila (Z) sebesar 0,558 ± 0,021.
Tabel 4. Rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila, jarak interkantal dan nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila
4.3 Rerata Nilai Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila (X) Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil dari pengukuran diperoleh rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada laki-laki 17,563 ± 0,740 mm dan pada perempuan 17,442 ± 0,903 mm. Berdasarkan uji Independent T-Test, diperoleh 0,646 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan signifikan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila antara laki-laki dan perempuan.
Tabel 5. Rerata nilai lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin n Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila (X) p Mean ± SD
Laki-laki 20 17,563 ± 0,740 0,646
Perempuan 20 17,442 ± 0,903
Uji Independent T-Test, *signifikan p<0,05
Variabel Mean ± SD
Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila (X) 17,502 ± 0,817 mm Jarak interkantal (Y)
31,347 ± 1,333 mm
38
4.4 Rerata Nilai Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila (X) Berdasarkan Usia
Hasil dari pengukuran diperoleh rerata nilai lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada kelompok usia 21-25 tahun yang berkisar antara 17,190 ± 0,671 mm hingga 17,950 ± 0,736 mm Berdasarkan uji Oneway ANOVA, diperoleh nilai signifikan 0,167 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila antara kelompok usia 21 - 25 tahun.
Tabel 6. Rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia berdasarkan kelompok usia
Usia (tahun) n Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila (X) p Mean ± SD
21 9 17,950 ± 0,736
0,167
22 9 17,758 ± 1,089
23 15 17,190 ± 0,671
24 3 17,347 ± 0,732
25 4 17,205 ± 0,429
Uji Oneway ANOVA, *signifikan p<0,05
4.5 Rerata Nilai Jarak Interkantal (Y) Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil dari pengukuran diperoleh rerata jarak interkantal pada laki-laki 31,428 ± 1,249 mm dan pada perempuan 31,266 ± 1,440 mm. Berdasarkan uji Independent T-Test, diperoleh 0,707 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan signifikan jarak
39
Tabel 7. Rerata nilai jarak interkantal pada suku India Malaysia berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin n Jarak interkantal (Y) p
Mean ± SD
Laki-laki 20 31,428 ± 1,249 0,707
Perempuan 20 31,266 ± 1,440
Uji Independent T-Test, *signifikan p<0,05
4.6 Rerata Nilai Jarak Interkantal (Y) Berdasarkan Usia
Hasil dari pengukuran diperoleh rerata nilai jarak interkantal pada kelompok usia 21-25 tahun berkisar antara 30,822 ± 1,389 mm hingga 31,817 ± 1,143 mm. Berdasarkan uji Oneway ANOVA, diperoleh nilai signifikan 0,07 (p>0,05), artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan jarak interkantal antara kelompok usia 21-25 tahun.
Tabel 8. Rerata jarak interkantal pada suku India Malaysia berdasarkan usia
Uji Oneway ANOVA, *signifikan p<0,05
4.7 Rerata Nilai Golden Proportion antara Jarak Interkantal dengan Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila (Z) Berdasarkan Jenis Kelamin
Hasil dari perhitungan antara lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dan jarak interkantal diperoleh nilai rerata golden proportion pada laki-laki 0,559 ± 0,020 dan pada perempuan 0,558 ± 0,022. Berdasarkan uji Independent T-Test, diperoleh
40
0,898 (p>0,05) dan ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai golden proportion antara laki-laki dan perempuan.
Tabel 9. Rerata nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin N Nilai golden proportion (Z) p Mean ± SD
Laki-laki 20 0,559 ± 0,020 0,898
Perempuan 20 0,558 ± 0,022
Uji Independent T-Test, *signifikan p<0,05
4.8 Rerata Nilai Golden Proportion antara Jarak Interkantal dengan Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila (Z) Berdasarkan Usia
Hasil dari perhitungan antara lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dan jarak interkantal diperoleh nilai rerata golden proportion pada kelompok umur 21- 25 tahun berkisar antara 0,556 ± 0,0210 hingga 0,571 ± 0,031. Berdasarkan uji Oneway ANOVA, diperoleh nilai signifikan 0,886 (p>0,05) dan ini menunjukkan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan nilai golden proportion antara kelompok usia 21 -25 tahun.
Tabel 10. Rerata nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia berdasarkan usia Usia (tahun) n Nilai golden proportion (Z) p
41
4.9 Rerata Nilai Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila (X’), Jarak Interkantal (Y’) dan Nilai Golden Proportion (Z’) yang Didapatkan Berdasarkan Alat Golden Mean Gauge
Hasil pengukuran pada model kerja maksila didapatkan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila (X) sebesar 17,502 ± 0,817 mm, dari alat golden mean gauge didapatkan rerata jarak interkantal (Y’) sebesar 28,320 ± 1,322 mm, dan nilai
golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis
maksila berdasarkan model kerja (Z) sebesar 0,558 ± 0,021 dan berdasarkan alat golden mean gauge (Z’) sebesar 0,618 ± 0. Berdasarkan uji Independent T-Test
terhadap jarak interkantal diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai jarak interkantal dari sampel (Y) dengan golden mean gauge (Y’). Berdasarkan uji Independent T-Test terhadap nilai golden
proportion diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan yang
signifikan antara nilai golden proportion dari sampel dan model kerja (Z) dengan golden mean gauge (Z’).
Tabel 11. Hasil pengukuran lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila
Uji Independent T-Test, *signifikan p<0,05
Hasil pengukuran sampel didapatkan jarak interkantal (Y) sebesar 31,347 ± 1,333 mm, dan dari alat golden mean gauge didapatkan rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila (X’) sebesar 19,373 ± 0,822 mm, dan nilai golden
42
proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila
berdasarkan sampel dan model kerja (Z) sebesar 0,558 ± 0,021 dan berdasarkan alat golden mean gauge (Z’) sebesar 0,618 ± 0. Berdasarkan uji Independent T-Test
terhadap lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai lebar interkaninus dari model kerja (X) dengan golden mean gauge (X’). Berdasarkan uji Independent T-Test terhadap nilai golden proportion diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05),
artinya terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai golden proportion dari model kerja dan sampel (Z) dengan golden mean gauge (Z’).
Tabel 12. Hasil pengukuran jarak interkantal
Uji Independent T-Test, *signifikan p<0,05
4.10 Rerata Nilai Golden Proportion (Z) pada Laki-laki dan Perempuan dengan Nilai Golden Proportion (Z’) Berdasarkan Alat Golden Mean Gauge
Berdasarkan uji Independent T-Test terhadap nilai golden proportion pada laki-laki dan perempuan dengan nilai golden proportion dari alat golden mean gauge diperoleh nilai signifikan 0,000 (p<0,05), artinya terdapat perbedaan yang terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai golden proportion pada laki-laki dan perempuan (Z) dengan nilai golden proportion dari alat golden mean gauge.
43
Tabel 13. Rerata nilai golden proportion (Z) pada laki-laki dan perempuan dengan nilai golden proportion (Z’) berdasarkan alat golden mean gauge
Jenis Kelamin
n Nilai golden proportion p
Sampel Golden mean gauge
Laki-laki 20 0,559 ± 0,020 0,618 ± 0 0,000*
Perempuan 20 0,558 ± 0,022 0,618 ± 0 0,000*
44
BAB 5 PEMBAHASAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia dua generasi laki-laki dan perempuan usia 21-25 tahun. Penelitian antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam perawatan bidang kedokteran gigi terutama dalam bidang prostodontik.
Gigi geligi anterior maksila memainkan peranan utama dalam penampilan gigi yang mendukung senyum menarik dan estetika wajah pada setiap individu.1 Gigi insisivus sentralis maksila adalah gigi terlebar dari gigi-gigi anterior lain. Kehilangan lebar gigi insisivus sentralis maksila menjadikan susunan gigi anterior tidak harmonis sehingga menyebabkan terganggunya fungsi estetik. Lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila juga membantu pasien edentulus yang tidak mempunyai petunjuk sebelum pencabutan gigi. Ruang yang tersedia dari kehilangan gigi pada pasien dapat diganti kembali dengan gigi yang sesuai dengan menggunakan antropometrik wajah.2 Salah satu antropometrik wajah adalah jarak interkantal yaitu pengukuran dari sudut medial mata dari fisura palpebral bilateral mata. Jarak interkantal dapat digunakan sebagai pedoman dalam mencipta lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila.4
45
tidak diambil serata karena sulit mencari sampel penelitian yang memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi.
Perlakuan terhadap subjek penelitian adalah pencetakan rahang atas dan pengukuran jarak interkantal. Pada model, lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila diukur pada margin ridge yang paling lebar yaitu dari distal gigi insisivus sentralis kanan dan kiri. Pengukuran jarak interkantal diukur dari sudut dalam mata kanan ke kiri. Pengukuran lebar kedua gigi dan jarak interkantal ini diukur dengan menggunakan golden mean gauge.
5.1 Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila pada Suku India Malaysia
Gigi insisivus sentralis maksila telah lama terbukti sebagai kunci penting dalam menciptakan estetis yang baik. Gigi insisivus sentralis maksila lebih besar jika dibanding dengan gigi insisivus lateral dan secara anatomis kedua gigi insisivus sentralis maksila adalah sama. Dalam bidang prostodontik, pemilihan lebar gigi anterior maksila yang sesuai terutama gigi insisivus sentralis merupakan salah satu aspek yang sulit apabila tidak tersedianya petunjuk sebelum pencabutan gigi pada pasien edentulus.25 Pada model kerja, lebar gigi insisivus sentralis maksila diukur pada marginal ridge yang paling lebar dari distal gigi kanan ke distal gigi kiri dengan menggunakan golden mean gauge.
46
gigi geligi. Namun faktor lingkungan dan faktor genetik mempengaruhi perbedaan lebar gigi insisivus sentralis maksila walaupun suku India Malaysia dan suku Pakistan adalah ras yang sama. Faktor genetik berpengaruh terhadap pola kalsifikasi gigi, bentuk korona dan komposisi mineralisasi pada proses perkembangan dan pertumbuhan gigi geligi. Faktor genetik sangat kuat pengaruhnya terhadap ukuran lebar mesiodistal gigi geligi, namun faktor lingkungan seperti halnya pola makan, nutrisi, radiasi, kimiawi atau adanya kelainan endokrin juga mempengaruhi ukuran mesiodistal gigi geligi. Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti keadaan sampel saat ini, tanpa meneliti faktor lingkungan dan faktor genetik sehingga penelitian selanjutnya perlu diteliti faktor-faktor tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.40,41
5.1.1 Nilai Rerata Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila Berdasarkan Jenis Kelamin
Penelitian terhadap nilai rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dilihat berdasarkan jenis kelamin (Tabel 5). Uji Independent T-Test digunakan untuk membandingkan rerata nilai lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada laki-laki dan perempuan.
Hasil penelitian ini (Tabel 5) menunjukkan rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada laki-laki sebesar 17,563 ± 0,740 mm dan pada perempuan sebesar 17,442 ± 0,903 mm. Nilai rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada laki-laki lebih besar dibanding perempuan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
47
karena adanya perbedaan suku sampel penelitian. Ras sampel penelitian ini dan penelitian Al Wazzan (2001) adalah sama tetapi sukunya berbeda. Suku sampel penelitian ini adalah suku India Malaysia sedangkan sampel penelitian Al Wazzan (2001) adalah suku Arab. Faktor jenis kelamin berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk lengkung rahang. Pengaruh faktor kekuatan fungsional, kebiasaan makan, sikap tubuh, trauma, adanya hormon-hormon seksual, yaitu estrogen pada perempuan dan testosteron pada laki-laki, kemungkinan akan memberikan karakteristik berbeda pada laki-laki dan perempuan.40
5.1.2 Nilai Rerata Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila Berdasarkan Usia
Penelitian terhadap nilai rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dilihat berdasarkan kelompok usia 21-25 tahun. (Tabel 6). Uji Oneway ANOVA digunakan untuk membandingkan rerata nilai lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila antara kelompok usia 21- 25 tahun.
masing-48
masing kelompok usia sehingga hasil yang didapatkan kurang terlihat perbedaanya satu sama lain.
5.2 Jarak Interkantal pada Suku India Malaysia
Jarak interkantal merupakan salah satu pengukuran antropometrik wajah yang dapat dijadikan sebagai petunjuk dalam memperkirakan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila. Jarak interkantal diukur dari sudut medial mata dari fisura palpebral bilateral mata dengan menggunakan golden mean gauge.4
Hasil penelitian ini (Tabel 4) menunjukkan nilai rerata jarak interkantal pada suku India Malaysia sebesar 31,347 ± 1,333 mm. Berdasarkan penelitian Ngeow dk. (2009), mendapatkan nilai rerata jarak interkantal sebesar 34,1 ± 2,2 mm bagi suku India di negara India. Hubungan dengan hasil penelitian ini menunjukkan rerata jarak interkantal lebih kecil jika dibanding dengan penelitian Ngeow dk. (2009).43 Hal ini menunjukkan jarak interkantal tidak sama antara suku India Malaysia dengan suku India di negara India walaupun masyarakat India Malaysia merupakan keturunan yang sama dengan masyarakat India di negara India. Faktor yang menyebabkan perbedaan ini adalah lingkungan dan juga pengunyahan. Faktor lingkungan terjadi karena terdapat pengambilan gizi dari jenis makanan yang berbeda antara dua negara. Fakor pengunyahan dimana pola makan yang terdapat pada masyarakat yang makanannya keras menunjukkan ukuran lengkung alveolar lebih besar dibanding masyarakat yang makananya lunak. Hal ini menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan wajah bagian atas lebih lebar sehingga mempengaruhi lebar jarak interkantal.44 Pada penelitian ini peneliti hanya meneliti keadaan sampel saat ini, tanpa meneliti faktor lingkungan, asupan nutrisi dan jenis makanan, sehingga selanjutnya perlu diteliti faktor-faktor tersebut untuk memperoleh hasil yang lebih akurat.
49
sedangkan ras penelitian Egwu dkk. (2008) adalah ras negroid.20 Ras Kaukasoid memiliki wajah yang lurus dengan tulang hidung yang berbentuk menara dan sempit. Manakala ras Negroid memiliki profil yang menonjol atau prognatik terutama di daerah alveolar, memliki tulang nasal berbentuk “kubah metal” dan lebar.35 Hal ini menunjukkan jarak interkantal suku India Malaysia yaitu ras kaukasoid lebih kecil jika dibanding dengan ras negroid.
5.2.1 Nilai Rerata Jarak Interkantal Berdasarkan Jenis Kelamin
Penelitian terhadap nilai rerata jarak interkantal dilihat berdasarkan jenis kelamin (Tabel 7). Uji Independent T-Test digunakan untuk membandingkan rerata nilai jarak interkantal pada laki-laki dan perempuan.
Hasil penelitian ini (Tabel 7) menunjukkan nilai rerata jarak interkantal pada laki-laki sebesar 31,428 ± 1,249 dan pada perempuan sebesar 31,266 ± 1,440 mm. Pada penelitian ini menunjukkan nilai rerata jarak interkantal lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai rerata jarak interkantal antara laki-laki dan perempuan (p>0,05).
Penelitian Vasanthakumar dkk. (2013) mendapatkan nilai rerata jarak interkantal pada laki-laki sebesar 34,27 ± 3,57 mm dan pada perempuan sebesar 33,41 ± 3,09 mm (p>0,05). Hubungan dengan hasil penelitian ini (Tabel 3) adalah sama-sama menunjukkan nilai rerata jarak interkantal lebih besar pada laki-laki dibanding perempuan dan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin. Nilai rerata penelitian ini dan penelitian Vasanthakumar dkk. (2013) juga menunjukkan keduanya adalah jarak interkantal normal.33
5.2.2 Nilai Rerata Jarak Interkantal Berdasarkan Usia
Penelitian terhadap nilai rerata jarak interkantal dilihat berdasarkan kelompok usia 21-25 tahun (Tabel 8). Uji Oneway ANOVA digunakan untuk membandingkan rerata nilai jarak interkantal antara kelompok usia 21-25 tahun.
50
sebesar 31,817 ± 1,143 mm, pada kelompok usia 23 tahun sebesar 30,822 ± 1,389 mm, pada kelompok usia 24 tahun sebesar 31,417 ± 1,600 mm, dan pada kelompok usia 25 tahun sebesar 30,950 ± 0,591 mm. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai rerata jarak interkantal antara kelompok usia 21-25 tahun (p> 0,05). Berdasarkan teori, pada usia 8-11 tahun proses tumbuh kembang jarak interkantal sudah selesai, maka penelitian ini dilakukan pada suku India Malaysia dewasa yang berusia 21 tahun hingga 25 tahun.5 Mendukung hasil penelitian ini, tidak ada perbedaan signifikan pada nilai rerata jarak interkantal maksila antara umur 21-25 tahun. Selain itu, sampel penelitian yang diambil merupakan kelompok usia yang tidak terlalu jauh perbedaanya satu sama lain hanya berbeda satu tahun dan hanya lima kelompok usia saja sehingga tidak terdapat perbedaan ataupun perubahan yang signifikan pada jarak interkantal sampel antara masing-masing kelompok usia sehingga hasil yang didapatkan kurang terlihat perbedaanya satu sama lain.
5.3 Nilai Golden Proportion antara Jarak Interkantal dengan Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila pada Suku India Malaysia
Golden proportion merupakan suatu konsep yang menilai matematika yang
menghasilkan suatu dasar pemahaman tentang proporsi yang seimbang serta dapat digunakan untuk mencapai sesuatu yang indah. Pada tahun 1978, Levin menemukan sebuah konstanta rasio matematika yang menggambarkan dimensi antara bagian yang terkecil dan terbesar yaitu 0,618 : 1 dan proporsi ini disebut sebagai golden proportion.3 Teknik menentukan nilai Golden Proportion diperoleh dari perhitungan
yaitu membagi lebar kedua gigi insisivus sentralis permanen maksila dengan antropometrik jarak interkantal mata. Pengukuran lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dan jarak interkantal ini diukur dengan menggunakan golden mean gauge.
51
penelitian George dk. (2010) dan Bali dkk. (2013). Hal ini disebabkan karena terdapat perbedaan antara nilai rerata jarak interkantal dan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia. Selain itu, terdapat perbedaan faktor lingkungan dimana penelitian ini dilakukan pada suku India Malaysia manakala penelitian George dk. (2010) dan Bali dkk. (2013) dilakukan pada suku India di India. 2,3 Faktor lingkungan adalah dari segi jenis makanan dan asupan gizi. Konsumsi makanan yang berbeda mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan manusia. Negara Malaysia lebih ke arah modern dimana asupan gizi dari konsumsi makanan lebih kecil jika dibanding dengan negara India. Faktor genetik juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan jarak interkantal dan gigi insisivus sentralis maksila.42 Hal-hal ini menyebabkan nilai golden proportion yang diperoleh lebih kecil jika dibanding dengan penelitian di India.
5.3.1 Nilai Rerata Golden Proportion antara Jarak Interkantal dengan Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila Berdasarkan Jenis Kelamin
Penelitian terhadap nilai rerata golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada laki-laki dan perempuan (Tabel 9) telah dianalisis dengan uji Independent T-Test.
Hasil penelitian ini (Tabel 9) menunjukkan rerata nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada laki-laki sebesar 0,559 ± 0,020 dan sedangkan pada perempuan 0,558 ± 0,022. Berdasarkan uji Independent T-Test, diperoleh 0,898 (p>0,05) dan ini menunjukkan Hα ditolak karena
52
5.3.3 Nilai Golden Proportion antara Jarak Interkantal dengan Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila Berdasarkan Kelompok Usia
Penelitian terhadap nilai rerata golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada kelompok usia 21- 25 tahun (Tabel 10) telah dilakukan menggunakan alat golden mean gauge.
Hasil penelitian ini (Tabel 10) menunjukkan rerata nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada kelompok usia 21 tahun sebesar 0,557 ± 0,017, pada kelompok usia 22 tahun sebesar 0,558 ± 0,024, pada kelompok usia 23 tahun sebesar 0,558 ± 0,020, pada kelompok usia 24 tahun sebesar 0,571 ± 0,031 dan pada kelompok usia 25 tahun sebasar 0,556 ± 0,021. Hal ini menunjukkan Hα ditolak karena tidak terdapat perbedaan yang signifikan nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila antara kelompok usia 21-25 tahun (p>0,05). Berdasarkan hasil penelitian, terbukti bahwa proses tumbuh kembang jarak interkantal dan kedua gigi insisivus sentralis maksila sudah selesai pada suku India Malaysia usia 21 - 25 tahun dan ini menyebabkan tidak terdapat perbedaan signifikan nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila
antara umur 21-25 tahun. Sampel yang diambil merupakan kelompok usia yang tidak terlalu jauh perbedaannya satu sama lain hanya lima kelompok usia saja sehingga tidak terdapat perbedaan ataupun perubahan yang signifikan pada nilai golden proportion subjek antara kelompok usia.
5.4 Nilai Rerata Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila, Rerata Jarak Interkantal dan Nilai Golden Proportion Antara Jarak Interkantal dengan Lebar Kedua Gigi Insisivus Sentralis Maksila Berdasarkan Alat Golden Mean Gauge
Golden mean gauge merupakan suatu alat yang digunakan untuk menghasilkan
proporsi yang harmonis dengan konsep golden proportion. Dalam penelitian ini, golden mean gauge telah digunakan untuk mengukur jarak interkantal pada sampel
53
pengukuran dengan satu bagian dari golden mean gauge, bagian disebelahnya akan melebar secara langsung. Ukuran bagian melebar secara langsung ini juga telah dicatat.
Hasil penelitian ini (Tabel 12 dan Tabel 13) menunjukkan rerata nilai jarak interkantal yang didapatkan dari golden mean gauge (Y’) ketika pengukuran lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada model kerja sebesar 28,320 ± 1,322 mm, rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila yang didapatkan dari golden mean gauge (X’) ketika pengukuran jarak interkantal pada sampel sebesar 19,373 ± 0,822
mm, nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila dari alat golden mean gauge (Z’) sebesar 0,618 ± 0, dan nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila
dari sampel dan model kerja (Z) sebesar 0,558 ± 0,021. Hα diterima, yaitu terdapat perbedaan yang signifikan nilai golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia dan alat golden mean gauge. Nilai golden proportion pada suku India Malaysia lebih kecil. Hal ini
disebabkan, lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila didapatkan pada suku India Malaysia lebih kecil dibanding dari alat golden mean gauge, sedangkan jarak interkantal lebih besar, sehingga nilai golden proportion yang didapatkan lebih kecil pada suku India Malaysia. Alat golden mean gauge tidak spesifik untuk semua suku. Latar belakang, pengetahuan umum dan sosial mempengaruhi asupan nutrisi sehingga menimbulkan gangguan pertumbuhan. Hal ini menunjukkan perlu penelitian lebih lanjut dan alat golden mean gauge ini tidak sesuai dengan nilai golden proportion pada suku India Malaysia.
5.5 Rerata Nilai Golden Proportion (Z) pada Laki-laki dan Perempuan dengan Nilai Golden Proportion (Z’) Berdasarkan Alat Golden Mean Gauge
54
dan perempuan dengan nilai golden proportion dari alat golden mean gauge (p<0,05). Nilai golden proportion yang didapatkan pada laki-laki dan perempuan lebih kecil daripada nilai golden proportion yang didapatkan dari alat golden mean gauge. Nilai golden proportion dari alat golden mean gauge tidak sesuai dan tidak dapat
55
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka dapat disimpulkan :
1. Nilai rerata jarak interkantal pada suku India Malaysia usia 21-25 tahun : 31,347 ± 1,333 mm, tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin (p>0,05), tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok usia (p>0,05).
2. Nilai rerata lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia usia 21-25 tahun : 17,502 ± 0,817 mm, tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin (p>0,05), tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok usia (p>0,05).
3. Nilai rerata golden proportion antara jarak interkantal dengan lebar kedua gigi insisivus sentralis maksila pada suku India Malaysia usia 21-25 tahun : 0,558 ± 0,021, tidak ada perbedaan yang signifikan antara jenis kelamin (p>0,05), tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok usia (p>0,05).
4. Nilai golden proportion pada suku India Malaysia lebih kecil dari nilai golden proportion dari alat golden mean gauge 0,618.
6.2 Saran
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tumbuh Kembang Kraniofasial
Tulang kepala terdiri dari kesatuan tulang yaitu neukranium atau tulang kranial yang berisi otak dan viscerokranium atau tulang fasial. Pertumbuhan dari panjang kranium merupakan pertumbuhan yang pertama sekali terjadi dimana merupakan respon aktif dari sutura koronal. Sedangkan pertumbuhan yang terjadi terhadap tinggi kranium terjadi karena aktifitas dari sutura parietal dengan sutura oksipital, sutura temporal, dan sutura sphenoidalis bersamaan dengan pertumbuhan jaringan tulang.
Hubungan antara tulang wajah dan tulang kranial melalui sutura frontomaksilaris, sutura frontonasalis, sutura zigomatikus temporalis dan sutura palatina. Pada waktu basis kranii tumbuh ke anterior, tulang muka juga tumbuh ke anterior dan inferior. Pertumbuhan ini erat kaitannya dengan pertumbuhan maksila, mandibular dan nasopharynx.
Bagian hidung dan bagian atas wajah akan berkembang ke depan, yang disebabkan karena pertumbuhan kartilaginus dari septum hidung. Wajah berkembang ke arah depan dan bawah dalam kaitannya dengan kranium.13
2.2 Tumbuh Kembang Interkantal Mata
6
merupakan kranukle lakmiral merah muda dan kanaliculi yang mengarah ke lacmiral sac. Kompleks interkantal merupakan lampiran tulang kelopak mata.14
Proses pembentukan kelopak mata berlaku dalam tahapan embrio manusia. Pada akhir minggu keempat, optik vesikel terletak dekat dengan permukaan ektoderm. Permukaan ektoderm berkontak dengan optik vesikel sehingga menebal dan membentuk lensa plakoda. Selepas 32 hari, lensa plakoda bertakuk oleh pit lensa. Selepas satu atau dua hari, pit lensa akan tertutup. Namun, vesikel lensa dan optic cup muncul dekat dengan permukaan ektoderm untuk menekan permukaan.
Terlebih dahulu dalam perkembangan kelopak mata, satu sulkus kecil atau groove terbentuk di atas dan di bawah mata yaitu dalam 37 hari. Seterusnya groove memperdalam sehingga lipatan kelopak mata berkembang, yaitu pada bagian bawah dan seterusnya pada bagian atas mata. Lipatan kelopak mata berkembang menjadi kelopak mata dan mencakup lebih dari mata sehingga fissur palphebral terbentuk. Kelopak mata bagian atas dan bagian bawah bertemu pada kantal luar. Interkantal terbentuk selepas beberapa hari selepas kelopak mata bagian atas dan bagian bawah bertemu. Penutupan kelopak mata selesai setelah interkantal mata terbentuk.15
7
2.3 Tumbuh Kembang Gigi 2.3.1 Pertumbuhan Gigi
Tahap inisiasi adalah permulaan pembentukan benih gigi (bud) dari jaringan epitel mulut. Tahap kedua adalah proliferasi yaitu pembiakan dari sel-sel dan perluasan dari organ enamel (cap stage). Ketiga adalah tahap histodiferensiasi / bell stage yaitu spesialisasi dari sel-sel yang mengalami perubahan histologis dalam
susunannya (sel-sel epitel bagian dalam dari organ enamel menjadi ameloblas, sel-sel perifer dari organ dentin pulpa menjadi odontoblas). Tahap morfodiferensiasi / bell stage adalah susunan dari sel-sel pembentuk sepanjang dentinoenamel dan
dentinocemental junction yang akan datang, yang memberi garis luar dari bentuk dan
ukuran korona dan akar yang akan datang. Seterusnya, tahap aposisi adalah pengendapan matriks dari struktur jaringan keras gigi. Pertumbuhan aposisi dari enamel dan dentin adalah pengendapan yang berlapis-lapis dari matriks ekstraseluler. Pertumbuhan aposisi ditandai oleh pengendapan yang teratur dan berirama dari bahan ekstraseluler yang tidak mempunyai kemampuan sendiri untuk pertumbuhan yang akan datang.17
2.3.2 Tahap Perkembangan Gigi
Tidak semua gigi berkembang dalam waktu yang sama. Tanda-tanda pertama perkembangan gigi pada embrio ditemukan di daerah anterior mandibula waktu usia 5-6 minggu, sesudah terjadi tanda-tanda perkembangan gigi di daerah anterior maksila kemudian berlanjut ke arah posterior dari kedua rahang. Perkembangan dimulai dengan pembentukan lamina gigi. Dental lamina adalah suatu pita pipih yang terjadi karena penebalan jaringan epitel mulut (ektodermal) yang meluas sepanjang batas oklusal dari mandibula dan maksila pada tempat mana gigi-gigi akan muncul kemudian. Dental lamina tumbuh dari permukaan sampai dasar mesenkim.17
2.3.3 Tahap Kalsifikasi Gigi