• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survei Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak dan Self Assessment System Terhadap Kepatuhan Perpajakan (Survei Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees)"

Copied!
89
0
0

Teks penuh

(1)

SELF ASSESSMENT SYSTEM ON TAX COMPLIENCE (Survey On Pratama Tax Office Bandung Karees)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Jenjang S1 Program Strata I Program Studi Akuntansi

Oleh :

STELLA MARIA PAYUNG 21110176

PROGRAM STUDI AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(2)
(3)
(4)

DATA PRIBADI

NAMA LENGKAP : STELLA MARIA PAYUNG

TEMPAT/TANGGAL LAHIR : MAKASSAR, 5 SEPTEMBER 1992

JENIS KELAMIN : PEREMPUAN

AGAMA : KATOLIK

NAMA AYAH : CYRILLUS PAYUNG

NAMA IBU : MARIANA L

ALAMAT : JL. PASIR PANJANG NO. 94

DATA PENDIDIKAN Pendidikan Formal:

1. TK SANTA ANNA [1997-1998]

2. SD HATI KUDUS RAJAWALI [1998-2007]

3. SMA CENDRAWASIH [2007-2010]

4. UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA [2010-2014]

Pendidikan Informal

(5)

viii SURAT PERNYATAAN KEASLIAN MOTTO

ABSTRACT ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar belakang Penelitian ... 1

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah... 8

1.2.1 Identifikasi Masalah ... 8

1.2.2 Rumusan Masalah ... 8

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 8

1.3.1 Maksud Penelitian ... 8

1.3.2 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Kegunaan Penelitian ... 9

1.4.1 Kegunaan Praktis ... 9

(6)

ix

1.5.1 Lokasi Penelitian ... 10

1.5.2 Waktu Penelitian ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS ... 12

2.1 Kajian Pustaka ... 12

2.1.1 Penagihan Pajak ... 12

2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak ... 12

2.1.1.2 Dasar Penagihan Pajak ... 13

2.1.1.3 Indikator Penagihan Pajak ... 16

2.1.2 Self Assessment System ... 17

2.1.2.1 Pengertian Self Assessment System ... 17

2.1.2.2 Ciri-ciri Self Assessment System ... 18

2.1.2.3 Indikator Self Assessment System ... 19

2.1.3 Kepatuhan Perpajakan ... 20

2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Perpajakan ... 20

2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Perpajakan ... 21

2.2 Kerangka Pemikiran ... 22

(7)

x

3.1 Objek Penelitian ... 28

3.2 Metode Penelitian ... 28

3.2.1 Desain Penelitian ... 30

3.3 Operasional Variabel ... 34

3.4 Sumber Data ... 38

3.5 Alat Ukur Penelitian ... 38

3.5.1 Uji Validitas ... 38

3.5.2 Uji Realibilitas ... 40

3.5.3 Uji MSI (Methode of Successive Interval) ... 41

3.6 Populasi dan Penarikan Sampel ... 42

3.6.1 Populasi ... 42

3.6.2 Sampel ... 42

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 44

3.8 Metode Pengujian Data ... 46

3.8.1 Metode Analisis ... 46

3.8.2 Pengujian Hipotesis ... 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 65

4.1 Hasil Penelitian ... 65

(8)

xi

4.1.1.2 Struktur Organisasi KPP Karees ... 67

4.1.1.3 Aspek Kegiatan KPP Pratama Karees... 69

4.1.1.4 Karakteristik Responden ... 70

4.1.2 Hasil Pengujian Alat Ukur ... 74

4.1.2.1 Hasil Pengujian Validitas ... 74

4.1.2.2 Hasil Pengujian Reabilitas ... 76

4.1.3 Analisis Hasil Tanggapan Responden ... 77

4.1.3.1 Hasil Analisis Deskriptif Pelaksanaan Penagihan Pajak ... 77

4.1.3.2 Hasil Analisis Deskriptif Self Assessment System ... 83

4.1.3.3 Hasil Analisis Deskriptif Kepatuhan Perpajakan ... 89

4.1.4 Hasil Analisis Verifikatif ... 94

4.1.4.1 Hasil Model Pengaruh ... 95

4.1.4.2 Pengujian Model Pengukuran ... 96

4.1.4.3 Pengujian Model Struktural ... 105

4.1.4.4 Pengujian Hipotesis ... 106

4.2 Pembahasan ... 112

(9)

xii

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

5.1 Kesimpulan ... 121

5.2 Saran ... 122

5.2.1 Saran Operasional ... 122

5.2.2 Saran Akademis ... 123

DAFTAR PUSTAKA ... 124

(10)

xiii

Gambar 1.1 Paradigma Pemikiran ... 25

Gambar 3.1 Struktur Analisis Variabel Penelitian Secara Keseluruhan ... 54

Gambar 3.2 Struktur Analisis Pengaruh ξ1 terhadap η ... 62

Gambar 3.3 Struktur Analisis Pengaruh ξ2 terhadap η ... 63

Gambar 4.1 Diagram Jalur Model Keseluruhan ... 95

Gambar 4.2 Diagram Jalur Pengujian Hipotesis I... 107

(11)

xiv

Tabel 3.1 Desain Penelitian ... 34

Tabel 3.2 Operasional Variabel ... 36

Tabel 3.3 Standar Penelitian Realibilitas ... 41

Table 3.4 Bobot Nilai Kuesioner... 45

Tabel 3.5 Kriteria Penilaian Response Rate ... 45

Tabel 3.6 Kriteria Kategori Kualitas Tanggapan Responden ... 47

Tabel 3.7 Kriteria Persentase Tanggapan Responden ... 48

Tabel 3.8 Lambang Statistik untuk Indikator dan Variabel Yang Diteliti ... 55

Tabel 3.9 Keterangan Simbol ... 56

Tabel 3.10 Kriteria Penilaian Koefisien Korelasi ... 60

Tabel 3.11 Kriteria Penilaian Koefisien Determinasi ... 61

Tabel 3.12 Persamaan Struktural Hipotesis I ... 62

Tabel 3.13 Persamaan Struktural Hipotesis II ... 64

Tabel 4.1 Kriteria Penilaian Response Rate ... 70

Tabel 4.2 Pengembalian Kuesioner ... 71

Tabel 4.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 72

Tabel 4.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia ... 73

(12)

xv

Penagihan Pajak ... 75 Tabel 4.7 Tabel Uji Validitas Kuesioner Pelaksanaan Self Assesssment

System ... 75 Tabel 4.8 Tabel Uji Validitas Kuesioner Kepatuhan Perpajakan... 76 Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Realibilitas ... 77 Tabel 4.10 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Pelaksanaan

Penagihan Pajak ... 78 Tabel 4.11 Gambaran Tanggapan Responden Pada Indikator

Keadilan ... 79 Tabel 4.12 Gambaran Tanggapan Responden Pada Indikator

Convenience ... 81 Tabel 4.13 Gambaran Tanggapan Responden Pada Indikator

Kepastian ... 82 Tabel 4.14 Rekapitulasi Tanggapan Responden Mengenai Self

Assessment System ... 83 Tabel 4.15 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator

Menentukan Sendiri Pajak Terutang ... 85 Tabel 4.16 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator

Membayar Sendiri Pajak Terutang... 87 Tabel 4.17 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator

(13)

xvi

Waktu Dalam Penyampaian (SPT) ... 91

Tabel 4.20 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator Membayar Pajak Terutang Tepat Waktu ... 92

Tabel 4.21 Gambaran Tanggapan Responden Mengenai Indikator Kepatuhan Dalam Pembayaran Tunggakan ... 93

Tabel 4.22 Model Pengukuran Variabel Pelaksanaan Penagihan Pajak ... 96

Tabel 4.23 Model Pengukuran Variabel Self Assessment System ... 98

Tabel 4.24 Model Pengukuran Variabel Kepatuhan Perpajakan ... 100

Tabel 4.25 Nilai Convergent Validity ... 102

Tabel 4.26 Nilai Composite Reliability Variable Laten ... 103

Tabel 4.27 Perbandingan Akar AVE Dengan Korelasi Variabel Laten ... 104

Tabel 4.28 Nilai Koefisien Korelasi ... 105

Tabel 4.29 Persamaan Struktural Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan... 107

Tabel 4.30 Uji Signifikansi Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak Terhadap Kepatuhan Perpajakan... 108

(14)

xvii

Tabel 4.33 Besar Pengaruh penagihan Pajak dan Self Assessment System

(15)

xviii

Lampiran 2 : Persetujuan Penelitian ... 129

Lampiran 3 : Kuisoner ... 133

Lampiran 4 : Output Uji Validitas dan Uji Reabilitas ... 134

Lampiran 5 : Output SmartPLS ... 135

Lampiran 6 : Lembar Revisi Sidang Usulan Penelitian Penguji I dan II... 139

Lampiran 7 : Berita Acara Bimbingan Skripsi ... 140

Lampiran 8 : Keterangan Bebas Pinjam Perpustakaan ... 141

Lampiran 9 : Kartu Sidang Seminar Usulan Penelitian ... 142

Lampiran 10 : Lembar Revisi Sidang Skripsi Penguji I ... 143

Lampiran 11 : Lembar Revisi Sidang Skripsi Penguji II ... 144

(16)

124

Abdul Asri Harahap. 2004. Paradigma Baru Perpajakan Indonesia: Perspektif Ekonomi Politik. Jakarta: Integritas Dinamika Press

Agus Purwoto, 2007, Panduan Laboratorium Statistik Inferensial, Jakarta: PT. Gramedia Widiasarana Indonesia

Aryati. 2013. Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment Terhadap Persepsi Wajib Pajak Di Kota Banda Aceh. Jurnal Ekonomi bisnis ISSN 1693-8852 Barker et al. 2002. Research Methods In Clinical psychology. John Wiley & Sons

Ltd England.

Cooper. W. W, Seiford, L.M. & Tone, K 2006. Data Envelompment Analysis. Boston. MA : Kluwer Academic Publishers.

Dahlan Zainuddin. 2002. Efektifitas Pelaksanaan System Self Assessment Di Kantor Pelayanan Pajak Kendari Sulawesi Tenggara

Derlina Sutria Tunas. 2013. Efektivitas Penagihan Tunggakan Pajak Dengan Menggunakan Surat Paksa Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado ISSN2303-1174.

Djoko Mulyono. 2010. Panduan Brevet Pajak-Akuntansi pajak dan Ketentuan Umum Perpajakan. CV Andi Offset.

Dilla. 2012. Pengaruh Pelaksanaan Self Assessment System Pengetahuan Pajak Dan Pemeriksaan Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Menyampaikan Surat Pemberitahuan

Erwin Harinurdin. 2009. Perilaku Kepatuhan Wajib Pajak Badan. Jurnal Ilmu Administrasi dan Organisasi ISSN 0854-3844

Fajar dan Nia Anggrie Pratiwi. 2010.

79 Masalah Pajak Pribadi dan

Solusinya

. Jakarta: Raih Asa Sukses

Gatot S.M. Faisal. 2009. How To Be A Smarter Taxpayer Cara Lebih Pinter Membayar Pajak. Jakarta: Grasindo.

(17)

125

PT. Gramedia Pustaka Utama

Ikhsan Budi R. 2007. Kajian Terhadap Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi, Manajemen Bisnis dan Sektor Publik ISSN 1829-9857

Imam Ghozali. 2006. Structural Equation Modeling, Metode Alternatif Dengan Partial Least Squares (PLS). Semarang: Universitas Diponegoro.

Jerry. 2011. Analisa Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat paksa Terhadap Tingkat Pencairan Tunggakan Pajak Wajib Pajak Perorangan dan Wajib Pajak Badan. Jurnal Hukum Bisnis dan Investasi ISSN 2085-9945

John Hutagaol. 2007. Perpajakan Isu-isu Kontemporer.Yogyakarta: Graha Ilmu John Hutagaol. 2007. Strategi Meningkatkan Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal

Akuntabilitas: Maret 2007 ISSN 1412-0240. Mardiasmo. 2009. Perpajakan. Yogyakarta: Andi

Marihot P Siahaan. 2004. Utang Pajak Pemenuhan Kewajiban dan Penagihan dengan Surat Paksa. Jakarta: PT Raja Grahindo Persada.

Nih Luh.2010. Analisis Tingkat Pemahaman Wajib Pajak Orang Pribadi Orang Pribadi Pada Pelaksanaan Self Assessment System Dalam Melaksanakan Kewajiban Perpajakan

Nur Indrianto. 2002. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta

Nurfiati S. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan surat Teguran Dan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Gorontalo.

Pandapotan Ritonga. 2012. Pengaruh Penagihan Pajak Dengan Surat Paksa Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. Jurnal Ilmiah Sains dan Komputer Vol. 11 No.3 September 2012 ISSN 1978-6603.

(18)

126

Siti Kurnia Rahayu. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep dan Aspek Formal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Siti Resmi. 2010. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat. Siti Resmi. 2011. Perpajakan Teori dan Kasus. Jakarta: Salemba Empat.

Soemarso S.R. 2007. Perpajakan: Pendekatan Komprehensif. Jakarta: Salemba Empat

Suharyadi dan Purwanto S.K. 2009. Statistika untuk Ekonomi dan Keuangan Modern Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta

Suharsimi Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Supriyati dan Nur. 2008. Pengaruh Pengetahuan pajak Dan Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak. Jurnal Akuntansi dan Teknologi Informasi Vol.7 No. 1 Maret 2008.

Tryana A.M. Tiraada. 2013. Kesadaran Perpajakan . Sanksi Pajak, SIkap Fiskus terhadap Kepatuhan WPOP Di Kabupaten Minahasa Selatan. Jurnal EMBA Vol.1 No.3 ISSN 2303-1174.

Uce Indahyanti. 2013. PPS-PLS. Diakses pada 4 April 2014.

Umar Sekaran. 2006. Metodologi Peneltian untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Umi Narimawati. 2010. Penulisan karya Ilmiah: Panduan Awal Menyusun Skripsi

dan Tugas akhir. Jakarta: Genesis.

UU Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. Wahyu Santoso. 2008. Analisis Risiko Ketidakpatuhan Wajib Pajak Sebagai

(19)

127

Yuniasih. 2011. Pengaruh Penerapan Sistem Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Badan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Cilandak

Yulianto. 2009. Pengaruh Implementasi Kebijakan Self Assessment pada Kepatuhan wajib Pajak Orang Pribadi di Propinsi Lampung. Jurnal Ilmu Administrasi Negara Vol. 9 No. 1 Januari 2009.

http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2011/09/30/11543120/Tingkat.Kepatuhan .Pajak.Masyarakat.Rendah.

http://finance.detik.com/read/2012/08/17/102342/1993894/4/kejar-setoran-rp-1178-triliun-agus-marto-seret-wajib-pajak--bandel-.

http://www.tempo.co/read/news/2012/03/06/090388297/Pembayar-Pajak-di-Jawa-Barat-Hanya-45-Persen

http://www.tribunnews.com/regional/2012/10/14/masyarakat-kesulitan-menghitung-pajak

http://finance.detik.com/read/2012/09/10/181628/2014020/4/tunggakan-pajak-rp-48-triliun-yang-bisa-ditagih-rp-29-triliun

(20)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas segala berkat dan anugerahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini dengan judul “Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak dan Self Assessment System terhadap Kepatuhan Perpajakan”.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna baik secara teknis maupun materi. Maka dari itu, kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan demi penyempurnaan penyusulan usulan penelitian ini.

Penyusunan usulan penelitian ini tidak lepas pula dari bantuan dan dukungan semua pihak yang telah memberi dukungan dan masukan. Dengan segala ketulusan hati, penulis juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Dr. Ir. Eddy Soeryanto Soegoto, M.Sc. selaku Rektor Universitas Komputer Indonesia.

2. Prof. Dr. Hj. Dwi Kartini, SE., Spec. Lic selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.

3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si., Ak. selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia.

4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si. selaku Sekretaris Program Studi akuntansi. 5. Dr. Siti Kurnia Rahayu, SE., M.Ak., Ak, CA selaku Dosen Wali Ak-4

(21)

vii

membimbing, mengarahkan dan memberi petunjuk yang sangat berharga demi selesainya penulisan skripsi ini.

6. Seluruh Staff Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi Universitas Komputer Indonesia yang telah membekali penulis dengan pengetahuan.

7. Pihak Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees yang telah memberikan ijin bagi penulis untuk melaksanakan penelitian.

8. Kepada keluargaku tercinta kakek, nenek, tante, papa dan om yang telah memberikan doa dan dukungan kepada penulis.

9. Laura, Irna, Debora, Eva, Rahma, Ati, Ulfi dan Tammy partner in crime ku yang selalu ada memberikan dukungan, sayang kalian semua.

10.Dua sahabatku Nasti dan Fifianti yang selalu memberikan semangat, sayang kalian berdua.

11.Teman-teman seperjuangan kelas Ak4, terima kasih untuk kebersamaanya selama ini.

12.Serta semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan bagi rekan-rekan yang membaca skripsi ini. Terima kasih.

Bandung, Agustus 2014 Penulis

(22)

12

KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Penagihan Pajak

2.1.1.1 Pengertian Penagihan Pajak

Pengertian penagihan pajak menurut Mardiasmo (2009:119) adalah sebagai berikut:

“Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur atau memperingatkan melaksanakan penagihan seketika sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan dan melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita”.

Pengertian penagihan menurut Djoko Mulyono (2010:158) adalah sebagai berikut:

“Penagihan pajak adalah serangkaian tindakan agar penanggung pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan cara menegur, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan dan penyanderaan”.

Menurut Moeljohadi yang dikutip dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:197) pengertian penagihan adalah sebagai berikut:

“Serangkaian tindakan dari aparatur jenderal, berhubungan wajib pajak

(23)

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat dikatakan bahwa penagihan pajak adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak kepada wajib pajak yang untuk melunasi baik sebagian/seluruh kewajibannya.

2.1.1.2 Dasar Penagihan Pajak

Dasar penagihan pajak menurut ketentuan Pasal 18 ayat (1) Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan adalah sebagai berikut:

“ 1. Surat Tagihan

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) 3. Surat Ketapan Pajak Kurang Bayar Tambahan 4. Surat Keputusan Pembetulan

5. Surat Keputusan Keberatan 6. Putusan Banding”.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini: 1. Surat Tagihan

a. Pengertian

Surat Tagihan Pajak (STP) adalah surat untuk melakukan tagihan pajak dan atau sanksi administrasi berupa bunga dan atau denda.

b. Penerbitan Surat Tagihan Pajak (STP) Surat Tagihan Pajak diterbitkan apabila:

1. PPh dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar.

2. Dari hasil penelitian surat pemberitahuan terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat salah tulis dan atau salah hitung. 3. Wajib pajak dikenakan sanksi administrasi berupa denda dan atau

(24)

4. Pengusaha yang memenuhi kriteria sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP) tetapi tidak melaporkan kegiatan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.

5. Pengusaha yang tidak dikukuhkan sebagai PKP tetapi telah membuat faktur pajak atau pengusaha yang dikukuhkan sebagai PKP tetapi tidak membuat atau faktur pajak tidak lengkap.

2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) a. Pengertian

Pengertian Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pajak uang terutang, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besar kecilnya sanksi administrasi dan jumlah yang masih harus dibayar.

b. Penerbitan SKPKB

Diterbitkan Surat Keteapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) apabila :

1. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau ada keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

2. SPT tidak disampaikan pada waktunya, dan setelah ditegur secara tertulis tidak juga disampaikan dalam waktu menurut saran teguran. 3. Berdasarkan pemeriksaan mengenai PPn dan PPnBM ternyata tidak

harus dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenakan tarif 0 persen.

(25)

3. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) a. Pengertian

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT) adalah keputusan yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang ditetapkan. b. Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)

apabila:

1. Berdasarkan data baru atau data yang semula belum lengkap menyebutkan penambahan pajak yang terutang dalam surat ketetapan pajak sebelumnya.

2. Ditemukan lagi data yang semula belum terungkap pada saat penerbitan SKPKBT dengan demikian SKPKBT dapat diterbitkan lebih dari satu kali.

4. Surat Keputusan Pembetulan

Surat keputusan pembetulan adalah surat putusan yang membetulkan kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam peraturan Perundang-undangan Perpajakan yang terdapat Surat Ketetapan Pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat keputusan Pengurangan atau Pembetulan Ketetapan Pajak yang tidak benar atau Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak.

5. Surat Keputusan Keberatan

(26)

6. Putusan Banding

Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding terhadap surat keputusan keberatan yang dianjurkan oleh wajib pajak.

2.1.1.3 Indikator Penagihan Pajak

Menurut Adam smith dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:63) indikator penagihan pajak adalah sebagai berikut:

“ 1. Certain

Penagihan pajak harus jelas dalam waktu dan ketentuan pembayaran 2. Keadilan

Dalam prinsip ini penagihan pajak tidak boleh mengadakan diskriminasi di antara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama para wajib pajak harus dikenakan pajak yang sama pula

3. Convenience

Penagihan hendaknya dilaksanakan pada saat yang paling tepat (pada saat terlambat membayar pajak)

4. Penagihan pajak dilakukan sehemat-hematnya jangan sekali-kali melebihi pajak terutang”.

Adapun menurut Soemarso S.R (2007:5) indikator penagihan pajak adalah sebagai berikut:

“ 1. Keadilan

Penagihan pajak harus dibebankan kepada masing-masing subjek pajak sesuai dengan kemampuannya. Negara tidak boleh mengadakan diskriminasi terhadap sesama wajib pajak

2. Kepastian

Penagihan pajak harus pasti. Kepastian dibutuhkan untuk mencegah sikap-sikap kompromistis dan kekaburan

3. Tepat Waktu

Penagihan pajak harus dilakukan pada saat yang tepat, terutama bagi pembayarnya (pada saat terlambat membayar pajak)

4. Asas Efisiensi

Penagihan pajak harus dilakukan seefisien mungkin. Artinya jangan sampai biaya untuk penagihan pajak terlampau besar”.

(27)

“ 1. Beban pajak yang dipikul oleh wajib pajak jangan sampai menghalang-halangi perekonomian bangsa, menghambat produksi atau mencegah investasi

2. Efisien

Pelaksanaan penagihan pajak harus praktis dan mudah dilaksanakan, sehingga penerimaan dapat tercapai”.

Berdasarkan refrensi di atas maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Keadilan (Soemarso S.R:2007)

Dalam prinsip ini penagihan pajak tidak boleh diskriminasi antara sesama wajib pajak. Dalam keadaan yang sama para wajib pajak harus ditagih pajak yang sama pula.

2. Convenience (Adam Smith dalam Siti Kurnia Rahayu:2010)

Penagihan hendaknya dilaksanakan pada saat yang paling tepat (pada saat terlambat membayar pajak.

3. Kepastian (Soemarso S.R:2007)

Penagihan pajak harus pasti. Kepastian dibutuhkan untuk mencegah sikap-sikap kompromistis dan kekaburan.

2.1.2 Self Assessment System

2.1.2.1 Pengertian Self Assessment System

Pengertian Mardiasmo (2009 :7) mendefinisikan self assessment system adalah sebagai berikut:

Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang

(28)

Pengertian self assessment system menurut Siti Resmi (2011:11) adalah sebagai berikut:

Self assessment system adalah sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang wajib pajak dalam menentukan sendiri jumlah pajak terutang setiap tahunnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku”.

Adapun pengertian self assessment system menurut Waluyo (2011:17) adalah sebagai berikut:

Self assessment system merupakan sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri besarnya pajak terutang”.

Berdasarkan pengertian diatas maka dapat disimpulkan bahwa self assessmentsystem adalah sistem perpajakan yang memberikan kepercayaan penuh kepada wajib pajak untuk menghitung, membayar dan melaporkan sendiri pajak terutangnya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

2.1.2.2 Ciri-ciri Self Assessment System

Menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:102) ciri-ciri self assessment system adalah sebagai berikut:

“ 1. Wajib pajak dapat dibantu oleh konsultan pajak melakukan peran aktif dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya.

2. Wajib pajak adalah pihak yang bertanggung jawab penuh atas kewajiban perpajakannya sendiri.

(29)

2.1.2.3 Indikator Self Assessment System

Indikator self assessment system menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:103) adalah sebagai berikut:

“ 1. Menghitung pajak oleh wajib pajak

Menghitung pajak penghasilan adalah menghitung besarnya pajak terutang yang dilakukan pada setiap akhir tahun pajak, dengan cara mengalihkan tariff pajak dengan dasar pengenaan pajaknya. Sedangkan memperhitungkan adalah mengurangi pajak yang terutang tersebut dengan jumlah pajak yang dilunasi dalam tahun berjalan yang dikenal sebagai kredit pajak (prepayment).

2. Membayar pajak dilakukan sendiri oleh wajib pajak A. Membayar Pajak

a) Membayar sendiri pajak yang terutang angsuran PPh pasal 25 tiap bulan, pelunasan PPh pasal 29 pada akhir tahun.

b) Melalui pemotongan dan pemungutan pihak lain (PPh pasal 4(2), PPh pasal 15, 21, 22, 23 dan 26). Pihak lain di sini berupa : pemberi penghasilan, pemberi kerja, dan pihak lain yang ditunjuk atau ditetapkan oleh pemerintah.

c) Pemungutan PPN oleh pihak penjual atau oleh pihak yang ditunjuk pemerintah

d) Pembayaran pajak-pajak lainnya : PBB, BPHTB, bea materai B. Pelaksanaan Pembayaran Pajak

Pembayaran pajak dapat dilakukan di bank-bank pemerintah maupun swasta dan kantor pos dengan menggunakan surat setoran pajak (SSP) yang dapat diambil di KPP atau KP4 terdekat, atau dengan cara lain melalui pembayaran pajak secara elektronik (e-payment).

3. Pelaporan dilakukan oleh Wajib Pajak

Surat pemberitahuan (SPT) mempunyai fungsi sebagai suatu sarana bagi wajib pajak di dalam melaporkan dan mempertanggungjawabkan perhitungkan jumlah pajak yang sebenarnya terutang. Selain itu surat pemberitahuan berfungsi untuk melaporkan pembayaran atau pelunasan pajak baik yang dilakukan wajib pajak sendiri maupun melalui mekanisme pemotongan dan pemungutan yang dilakukan oleh pihak ketiga, melaporkan harta dan kewajiban dan pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan dan pemungutan pajak yang telah dilakukan”.

Sedangkan menurut Siti Resmi (2011:11) indikator self assessment system adalah sebagai berikut:

(30)

4. Mempertanggungjawabkan pajak terutang”.

Adapun menurut Mardiasmo (2009:7) indikator self assessment system adalah sebagai berikut:

“ 1. Wajib pajak menentukan sendiri besarnya pajak terutang.

2. Wajib pajak aktif mulai dari menghitung, menyetor dan melaporkan sendiri pajak terutang”.

Berdasarkan refrensi di atas maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menentukan sendiri besarnya pajak terutang (Mardiasmo:2009). 2. Membayar sendiri pajak terutang (Siti Kurnia Rahayu:2010). 3. Melaporkan sendiri pajak terutang (Siti Resmi:2011).

2.1.3 Kepatuhan Perpajakan

2.1.3.1 Pengertian Kepatuhan Perpajakan

Pengertian Kepatuhan Perpajakan menurut Safri Nurmantu dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

“Kepatuhan perpajakan merupakan suatu keadaan di mana wajib pajak

memenuhi semua kewajiban perpajakan dan melaksanakan hak perpajakannya”.

Menurut Safri Nurmantu dalam Kamus Bahasa Indonesia yang dikutip oleh Siti Kurnia Rahayu (2010:138) adalah sebagai berikut:

“Kepatuhan perpajakan merupakan ketaatan, tunduk dan patuh serta

(31)

Adapun menurut Siti Kurnia Rahayu (2010:139) kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut:

“Kepatuhan perpajakan adalah tindakan wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan peraturan pelaksanaan perpajakan yang berlaku dalam suatu Negara”.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa kepatuhan perpajakan adalah kondisi dimana wajib pajak melaksanakan semua kewajiban perpajakannya sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.

2.1.3.2 Indikator Kepatuhan Perpajakan

Menurut Chaizi Nasucha dalam Siti Kurnia rahayu (2010:139), kepatuhan perpajakan dapat diidentifikasi dari:

“ 1. Kepatuhan wajib pajak dalam mendaftarkan diri

2. Kepatuhan untuk menyetorkan kembali surat pemberitahuan (SPT) 3. Kepatuhan dalam perhitungan dan pembayaran pajak terutang 4. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan”.

Sedangkan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 544/KMK.04/2000 kriteria kepatuhan perpajakan adalah:

“ a. Tepat waktu dalam menyampaikan SPT untuk semua jenis pajak dalam 2 tahun terakhir

b. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali telah memperoleh izin untuk mengangsur atau menunda pembayaran pajak

c. Tidak pernah dijatuhi hukuman karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 10 tahun terakhir

d. Dalam 2 tahun terakhir menyelenggarakan pembukuan dan dalam hal terhadap wajib pajak pernah dilakukan pemeriksaan, koreksi pada pemeriksaan yang terakhir untuk masing-masing jenis pajak terutang paling banyak 5 %

(32)

Menurut Norman D. Nowak dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:138) kepatuhan perpajakan dapat tercermin dalam situasi:

“ 1. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas 2. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar 3. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya”.

Berdasarkan refrensi di atas maka indikator yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Tepat waktu dalam penyampaian SPT 2. Membayar pajak terutang tepat waktu 3. Kepatuhan dalam pembayaran tunggakan.

2.2 Kerangka Pemikiran

Pemerintah sebagai pemungut pajak dan masyarakat sebagai wajib pajak memiliki kepentingan yang berbeda (Jerry:2011). Pemerintah dalam menyelenggarakan pemerintahan membutuhkan dana yang sebagian besar berasal dari pendapatan dalam negeri yaitu pajak (Jerry:2011). Masyarakat berusaha untuk meminimalkan bahkan menghindari pembayaran pajak karena menganggap pajak tersebut sebagai beban yang dapat mengurangi kemampuan ekonomis. (Jerry:2011). Oleh karena itu masyarakat melakukan berbagai cara untuk menghindari dan mengurangi jumlah pembayaran pajak (Jerry:2011). Wajib pajak cenderung tidak atau menunda pelunasan utang pajaknya (Jerry:2011).

(33)

memenuhi ketentuan Undang-Undang pajak, khususnya mengenai pembayaran pajak (Padapatan Ritonga:2012). Salah satu faktor yang mempengaruhi kepatuhan wajib pajak adalah self assessment system (Sri Rustiyaningsih:2011). Self assessment system merupakan suatu pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri pajak terutang (Tarjo:2006).

2.2.1 Pengaruh Pelaksanaan Penagihan Pajak terhadap Kepatuhan Perpajakan

Pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan menurut Marihot P Siahaan (2004:139) adalah sebagai berikut:

“Penagihan pajak merupakan tindakan yang sangat penting dalam proses

pemungutan pajak. Hal ini dimaksudkan agar semua wajib pajak patuh membayar pajak”.

Menurut Gatot Faizal (2009:225) pengaruh penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan adalah sebagai berikut:

“Tindakan penagihan pajak dengan surat paksa merupakan wujud law

enforcementuntuk meningkatkan kepatuhan perpajakan”.

Adapun menurut Rohmat Soemitro dalam Siti Kurnia Rahayu (2010:189) adalah sebagai berikut:

“Penagihan pajak merupakan salah satu elemen dari law enforcement

(penegakan hukum) di bidang perpajakan yang dimana tujuan penagihan itu sendiri adalah untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak”.

(34)

“Penagihan pajak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

kepatuhan perpajakan”.

Riskon Ginting (2006) dalam penelitiannya juga mengemukakan bahwa: “Kepatuhan wajib pajak meningkat setelah dilakukannya penagihan

pajak”.

Maka berdasarkan dari refrensi tersebut dapat dikatakan bahwa penagihan pajak berpengaruh terhadap kepatuhan perpajakan.

2.2.2 Pengaruh Self Assessment System terhadap Kepatuhan Perpajakan Menurut John Hutagaol (2007:5) pengaruh self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan adalah:

“Dalam system self assessment, peran serta masyarakat wajib pajak di dalam pemenuhan kewajiban perpajakan sangat penting dan bahkan menjadi faktor penentu keberhasilan pengumpulan pajak. Dan jika sistem tersebut dilaksanakan dengan baik, maka diyakini akan meningkatkan kepatuhan sukarela secara otomatis”.

Menurut Fajar Budiman dan Nia Anggrie Pertiwi (2010:11) adalah sebagai berikut:

Self assessment system bertujuan mendorong individu ke arah yang positif dalam pelaksanaan administrasi perpajakan dan dapat dilaksanakan dengan mudah, tertib, efektif, efisien, dan terkendali sehingga diharapkan dapat meningkatkan kepatuhan dalam membayar pajak”.

Selain itu Harahap (2004:43) menyatakan sebagai berikut:

“Dianutnya self assessment system membawa misi dan konsekuensi

(35)

Pernyataan di atas didukung oleh Yulianto (2009) yang dalam hasil penelitiannya mengemukakan bahwa:

“Kebijakan self assessment berpengaruh pada kepatuhan wajib pajak

orang pribadi, dimana peningkatan efektivitas kebijakan self assessment akan mempengaruhi peningkatan kepatuhan wajib pajak orang pribadi”. Penelitian Yuniasih (2011) juga mengemukakan bahwa:

Self Assessment System mempunyai hubungan yang kuat dan positif terhadap kepatuhan wajib pajak badan”.

Dilla Novita Sari (2012) dalam hasil penelitiannya juga mengemukakan bahwa:

“Pelaksanaan self assessment system berpengaruh signifikan terhadap kepatuhan wajib pajak”.

Maka berdasarkan dari refrensi tersebut dapat dikatakan bahwa self assessment sytem berpengaruh terhadap kepatuhan wajib pajak.

(36)

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian

2.3 Hipotesis

Menurut Sugiyono (2011:64) hipotesis penelitian adalah sebagai berikut:

“Penelitian yang menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pada penelitian kualitatif, tidak dirumuskan hipotesis, tetapi justru diharapkan dapat ditemukan hipotesis. Selanjutnya hipotesis, tersebut akan diuji oleh peneliti dengan pendekatan kuantitatif”.

Pelaksanaan Penagihan Pajak

(X1)

Mardiasmo (2009) Moeljohadi dan Rohmat dalam Siti

Kurnia rahayu (2010)

Penerapan Self Assessmet System

(X2)

Siti resmi (2010) Mardiasmo (2009)

Waluyo (2011)

Marihot P Siahaan (2004) Padapotan Ritonga (2011)

John Hutagaol (2007) Yulianto (2009)

Kepatuhan Perpajakan (Y)

Safri Nurmantu, Kamus Bahasa Indonesia , Siti Kurnia Rahayu

(37)

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul dan harus diuji secara empiris.

Berdasarkan kerangka penelitian di atas maka penulis mencoba merumuskan hipotesis sebagai berikut:

1. Pelaksanaan Penagihan Pajak berpengaruh terhadap Kepatuhan Perpajakan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees.

(38)

28

OBJEK DAN METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Pengertian dari objek penelitian menurut Sugiyono (2011:32) adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian merupakan suatu atribut atau sifat atau nilai dari

orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variabel tertentu yang ditetapkan untuk dipelajari dan ditarik kesimpulan”.

Adapun pengertian objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) adalah sebagai berikut:

“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan siapa yang menjadi objek

penelitian, juga dimana dan kapan penelitian dilakukan, bisa juga ditambahkan hal-hal lain yang dianggap perlu”.

Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian objek penelitian adalah sesuatu yang menjadi sasaran dalam penelitian ilmiah. Adapun yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah pelaksanaan penagihan pajak,penerapan self assessment system dan kepatuhan perpajakan.

3.2 Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan cara penelitian yang digunakan untuk mendapatkan data untuk mencapai tujuan tertentu.

(39)

“εetode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data yang valid dengan tujuan dapat ditemukan, dibuktikan, dan dikembangkan suatu pengetahuan sehingga pada gilirannya dapat digunakan untuk memahami, memecahkan dan mengantisipasi masalah”.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif dan verifikatif. Dengan menggunakan metode penelitian akan diketahui hubungan yang signifikan antara variabel yang diteliti sehingga menghasilkan kesimpulan yang akan memperjelas gambaran mengenai objek yang diteliti.

Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2011:147) metode deskriptif adalah sebagai berikut:

“εetode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi”.

Selanjutnya menurut Mashuri (2008) dalam Umi Narimawati (2010:29) pengertian metode verikatif adalah sebagai berikut:

“εetode verifikatif yaitu memeriksa benar tidaknya apabila dijelaskan untuk menguji suatu cara dengan atau tanpa perbaikan yang telah dilaksanakan di tempat lain dengan mengatasi masalah yang serupa dengan kehidupan”.

(40)

Metode verifikatif digunakan untuk menguji hipotesis dengan menggunakan alat uji statistik yaitu model persamaan struktural (structural equation model – SEM) berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan partial least square (PLS). Pertimbangan menggunakan model ini, karena kemampuannya untuk mengukur konstruk melalui indikator-indikatornya serta menganalisis variabel indikator, variabel laten, dan kekeliruan pengukurannya. 3.2.1 Desain Penelitian

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif. Desain penelitian menurut Nur Indrianto (2002:49) adalah sebagai berikut:

“Desain penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan

metode-metode dan prosedur-prosedur yang digunakan oleh peneliti dalam pemilihan, pengumpulan dan analisis data”.

Demikian halnya Umi Narimawati (2010:30) menyatakan bahwa:

“Desain penelitian merupakan semua proses penelitian yang dilakukan

oleh seorang peneliti, dari perencanaan sampai dan pelaksanaan penelitian”.

Dari kedua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa desain penelitian adalah rancangan utama penelitian yang menyatakan metode dan prosedur yang digunakan peneliti dari pencanaan sampai pelaksanaan penelitian.

(41)

“ 1. Sumber masalah 2. Rumusan masalah

3. Konsep dan tori yang relevan dan penemuan yang relevan 4. Pengajuan hipotesis

5. Metode penelitian

6. Menyusun instrument penelitian 7. Kesimpulan”.

Berdasarkan proses penelitian yang telah dijelaskan diatas, maka desain pada penelitian ini deijelaskan sebagai berikut:

1. Sumber Masalah

Membuat identifikasi masalah berdasarkan latar belakang penelitian. Identifikasi masalah diperoleh dari adanya fenomena yang terjadi di masyarakat sesuai dengan judul yang diteliti.

2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan suatu pertanyaan yang akan dicari jaawabannya melalui pengumpulan data. Rumusan maslah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Seberapa besar pengaruh pelaksanaan penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan.

b. Seberapa besar pengaruh self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan.

3. Konsep dan teori yang relevan dan penemuan yang relevan

(42)

Telaah teoritis mempunyai tujuan untuk menyusun kerangka teoritis yang menjadi dasar untuk menjawab masalah atau pertanyaan penelitian yang merupakan tahap penelitian dengan menguji terpenuhinya kriteria pengetahuan yang rasional.

4. Pengajuan hipotesis

Jawaban terhadap rumusan masalah yang baru didasarkan pada teori dan didukung penelitian yang relevan, tetapi belum ada pembuktian secara empiris (faktual) maka jawaban itu disebut hipotesis. Hipotesis yang dibuat dalam penelitian ini adalah pelaksanaan penagihan pajak dan self assessment system berpengaruh pada kepatuhan perpajakan.

5. Metodologi Penelitian

Untuk menguji hipotesis tersebut peneliti dapat memilih metode penelitian yang sesuai. Pada penelitian ini metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif dan verifikatif.

6. Menyusun instrument penelitian

(43)

terkumpul maka selanjutnya dianalisis untuk menjawab rumusan masalah dan menguji hipotesis yang diajukan dengan teknik statistik tertentu.

7. Kesimpulan

Kesimpulan adalah langkah terakhir dari suatu periode yang berupa jawaban terhadap rumusan masalah. Dengan menekankan pada pemecahan masalah berupa informasi mengenai solusi masalah yang bermanfaat sebagai dasar untuk pembuatan keputusan.

Unit analisis/elemen yang digunakan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Time horizon yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi one shot atau cross sectional. Menurut Uma Sekaran (2006:177) studi one shoot atau cross sectional didefinisikan sebagai berikut:

“Studi one shot atau cross sectional adalah sebuah studi yang dilakukan dengan data yang hanya sekali dikumpulkan, mungkin selama periode harian, mingguan, atau bulanan dalam rangka menjawab pertanyaan penelitian”.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat digambarkan desain dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

(44)

T-1 : Untuk mengetahui pengaruh pelaksanaan penagihan pajak terhadap kepatuhan perpajakan

T-2 : Untuk mengetahui pengaruh self assessment system terhadap kepatuhan perpajakaan

3.3 Operasional Variabel

Operasionalisasi variabel menurut Nur Indriantoro (2002) dalam Umi Narimawati (2010:31) adalah sebagai berikut:

“Penentuan construct sehingga menjadi variable yang dapat diukur. Defenisi operasional menjelaskan cara tertentu dapat digunakan peneliti dalam mengoperasionalisasikan construct, sehingga memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk melakukan replikasi pengujuran dengan cara yang sama atau mengembangkan cara pengukuran construct yang lebih baik”.

Operasional variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian. Variabel dalam konteks penelitian menurut Sugiyono (2010:38) adalah:

“Variabel penelitian pada dasarnya adalah segala sesuatu yang berbentuk

apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya”.

Berdasarkan judul penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka variabel-variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah:

1. Variabel bebas atau Independent

(45)

“Variabel bebas adalah variabel yang akan mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat)”.

Variabel independen pada penelitian ini adalah Pelaksanaan Penagihan Pajak (X1) dan Self Asssessment System (X2).

2. Variabel terikat atau dependent

Menurut Sugiyono (2010:40) menjelaskan bahwa:

“Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas”.

(46)

Tabel 3.2

Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala Nomor

Kuesioner

(47)

“Skala ordinal adalah skala pengukuran yang tidak hanya menyatakan

kategori, tetapi juga menyatakan peringkat constructyang di luar ukur”. Dalam operasional variabel ini semua variabel diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pertanyan-pertanyaan tipe skala rating skale.

Menurut Sugiyono (2009:97) rating scale didefinisikan sebagai berikut: “Skala rating adalah data mentah yang diperoleh berupa angka kemudian ditafsirkan dalam pengertian kualitatif. Dalam skala model rating scale, responden tidak akan menjawab salah satu dari jawaban kualitatif yang telah disediakan, tapi menjawab salah satu jawaban kuantitatif yang telah disediakan. Oleh karena itu, rating scale ini lebih fleksibel, tidak terbatas pengukuran sikap saja tetapi bisa juga mengukur persepsi responden terhadap fenomena”.

Menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) rating scale didefinisikan sebagai berikut:

Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh

jawab-jawaban yang menunjukkan tingkatan-tingkatan”.

Masih menurut Suharsimi Arikunto (2006:158) rating scale didefinisikan sebagai berikut:

Rating scale (skala bertingkat) yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh

jawab-jawaban yang menunjukkan tingkatan-tingkatan”.

(48)

3.4 Sumber data

Sumber data yang digunakan peneliti dalam penelitian mengenai pengaruh pelaksanaan penagihan pajak dan self assessment system terhadap kepatuhan perpajakan adalah data primer.

Pengertian data primer menurut Umi Narimawati (2008:98) adalah sebagai berikut:

“Data primer ialah data yang berasal dari sumber asli atau pertama. Data ini tidak tersedia dalam bentuk terkompilasi ataupun dalam bentuk file-file.Data ini harus dicari melalui narasumber atau dalam istilah teknisnya responden, yaitu orang yang kita jadikan objek penelitian atau orang yang kita jadikan sebagai sarana mendapatkan informasi ataupun data”. Menurut Sugiyono (2010:137) mendefinisikan data primer adalah sebagai berikut:

“Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data

kepada pengumpul data”.

Data primer dalam penelitian ini adalah variabel pelaksanaan penagihan pajak dan self assessment system dan kepatuhan perpajakan yang diperoleh langsung dari wajib pajak orang pribadi yang mempunyai usaha di KPP Pratama Bandung Karees.

3.5 Alat Ukur Penelitian 3.5.1 Uji Validitas

Menurut Cooper yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:42) validitas didefinisikan sebagai berikut:

(49)

that a test measures what the researcher actually wishes to measure”.

Berdasarkan defenisi di atas, maka validitas dapat diartikan sebagai suatu karakteristik dari ukuran terkait dengan tingkat pengukuran sebuah alat test (kuesioner) dalam mengukur secara benar apa yang diinginkan peneliti untuk diukur. Uji validitas dilakukan untuk memenuhi taraf kesesuaian dan kecepatan alat ukur (instrumen) dalam menilai suatu objek. Instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang hendak diukur dan diinginkan dengan tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen menunjukan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran tentang variabel yang dimaksud.

Pengujian validitas dilakukan dengan menghitung korelasi diantara masing-masing pernyataan dengan skor total. Adapun rumus dari pada korelasi pearson adalah sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:42)

Keterangan:

r = Koefisien korelasi pearson product moment X = Skor item pertanyaan

Y = Skor total item pertanyaan

n = Jumlah responden dalam pelaksanaan uji coba instrumen

Pengujian validitas menggunakan korelasi product moment (indeks validitas) dinyatakan Barker et al. (2002:70) sebagai berikut:

“Butir pernyataan dinyatakan valid jika koefisien korelasi butir

pernyataan ≥ 0,γ0. Kemudian pengujian reliabilitas menggunakan

= −

(50)

metode alpha-cronbach dan dinyatakan reliabel jika koefisien reliabilitas > 0,70”.

Uji keberartian koefisien r dilakukan dengan uji coba dengan t (taraf signifikasi) adalah 10%.

3.5.2 Uji Reliabilitas

Menurut Cooper yang dikutip oleh Umi Narimawati, dkk. (2010:43) realibitas adalah sebagai berikut:

Reliability is a characteristic of measurement concerned with accuracy,

precision, and concistency”.

Uji realibilitas dilakukan untuk menguji kehandalan dan kepercayaan alat pengungkapan dari data. Metode yang digunakan untuk uji reliabilitas adalah Split Half Method (Spearman-Brown Correlation) atau Teknik Belah Dua, dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: Sugiyono (2011 : 42)

Keterangan: R = Realibility

r1 = Reliabilitas internal seluruh item

rb = Korelasi product moment antara belahan pertama dan kedua

Adapun kriteria penilaian uji reliabilitas yang dikemukakan oleh Barker et al. (2002:70) dapat dilihat pada tabel 3.3 sebagai berikut:

(51)

Tabel 3.3

Standar Penilaian Reliabilitas Reliability

Good 0,80

Acceptable 0,70

Marginal 0,60

Poor 0,50

Sumber: Barker et al. (2002:70)

3.5.3 Uji MSI (Methode of Successive Interval)

Menurut Hays yang dikutip Umi Narimawati, dkk. (2010:47) data ordinal ke interval dijelaskan sebagai berikut:

“Data yang didapatkan dari kuesioner merupakan data ordinal, sedangkan untuk menganalisis data diperlukan data interval, maka untuk memecahkan persoalan ini perlu ditingkatkan skala pengukurannya menjadi skala interval melalui method of successive interval”.

Mengolah data ordinal menjadi interval dengan interval berurutan untuk variabel bebas terikat. Menurut Umi Narimawati (2010:47) langkah-langkah untuk melakukan transformasi data adalah sebagai berikut:

a. Ambil data ordinal hasil kuesioner.

b. Untuk setiap pertanyaan, hitung proporsi jawaban untuk setiap kategori jawaban dan hitung proporsi kumulatifnya.

c. Menghitung nilai Z (tabel distribusi normal) untuk setiap proporsi kumulatif. Untuk data >30 dianggap mendekati luas daerah di bawah kurva normal. d. Menghitung nilai densitas untuk setiap proporsi kumulatif dengan

memasukkan nilai Z pada rumus distribusi normal.

e. Menghitung nilai skala dengan rumus Method of Successive Interval sebagai berikut:

Sumber: Umi Narimawati (2010:47)

Keterangan:

Means of Interval : Rata-rata interval

(52)

Density at Lower Limit : Kepadatan batas bawah Density at Upper Limit : Kepadatan batas atas Area Under Upper Limit : Daerah di bawah batas atas Area Under Lower Limit : Daerah di bawah batas bawah

f. Menentukan nilai transformasi (nilai untuk skala interval) dengan menggunakan rumus:

Sumber: Umi Nawimawati (2010:47)

Dalam proses pengolahan data MSI tersebut, peneliti menggunakan bantuan software SPSS 16.0 for windows.

3.6 Populasi dan Penarikan Sampel 3.6.1 Populasi (sasaran populasi)

Pengertian populasi menurut Umi Narimawati (2008:161) adalah sebagai berikut :

“Populasi adalah objek atau subjek yang memiliki karakteristik tertentu

sesuai informasi yang ditetapkan oleh peneliti, sebagai unit analisis penelitian”.

Unit analisis dalam penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi KPP Pratama Bandung Karees yang berjumlah 90.126.

3.6.2 Sampel

Pengertian sampel menurut Umi Narimawati (2010:38) adalah sebagai berikut:

“Sampel adalah sebagian dari populasi yang terpilih untuk menjadi unit pengamatan dalam penelitian”.

(53)

Dengan demikian dapat diketahui bahwa sampel merupakan bagian dari populasi dan dapat mewakili populasi secara keseluruhan. Metode yang digunakan untuk menentukan sampel oleh peneliti adalah pendekatan Slovin, pendekatan ini dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:

Sumber: Umi narimawati (2010:38)

Keterangan : n = jumlah sampel N = jumlah populasi

e = batas kesalahan yang ditoleransi (1%, 5%,10%)

Berdasarkan rumus diatas, maka dapat diketahui sample yang akan diambil dalam penelitian ini melalui perhitungan berikut ini:

Berdasarkan penjelasan diatas, maka yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah wajib pajak orang pribadi yang mepunyai usaha pada KPP Pratama Bandung Karees sebanyak 100 wajib pajak. Diambil tingkat kepercayaan 10% karena hasil dari jumlah tersebut sudah dapat mewakili wajib pajak yang ada di KPP Pratama Bandung Karees, karena datanya pun diambil secara random. Selain itu apabila mengambil tingkat kepercayaan 1% atau 5% akan memakan waktu dan biaya yang lebih lama dan banyak. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006:134), yang menyatakan bahwa:

= + N N

= + . 6 × ,. 6

(54)

“Jika jumlah populasi penelitian dibawah 100 maka sebaiknya diambil semua, tetapi jika jumlah populasinya diatas 100 maka jumlah sampelnya dapat diambil 10-15% atau 20 – 25 % atau lebih tergantung dari ketersediaan waktu, tenaga, dan dana serta kemampuan peneliti termasuk sempit luasnya wilayah penelitian”.

3.7 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan dua cara, yaitu penelitian lapangan (field research) dan studi kepustakaan (library reserach). Pengumpulan dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Penelitian Lapangan (Field Research): a. Wawancara (Interview)

Menurut Umi Narimawati (2010:40) wawancara sebagai berikut :

“Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan memberikan

pertanyaan-pertanyaan kepada pihak-pihak yang berkaitan dengan masalah yang dibahas”.

b. Kuesioner

Menurut Umi Narimawati (2010:40) sebagai berikut:

“Kuesioner adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara

(55)

Tabel 3.4 Bobot Nilai Kuesioner

Bobot Nilai Kuesioner Pernyataan Kuesioner

5 Sangat Sesuai

4 Sesuai

3 Netral

2 Tidak Sesuai

1 Sangat Tidak Sesuai

Sumber: Umi Narimawati, dkk. (2010:40)

Hasil dari kuesioner yang disebarkan dilihat dari tingkat kuesioner yang kembali dan dapat dipakai. Persentase dari pengisian kuesioner yang diisi dibandingkan dengan yang disebarkan dikatakan sebagai response rate (tingkat tanggapan responden). Menurut Yang dan Miller (2008:231) menjelaskan response rate sebagai berikut:

Response rate is also known as completion rate or return rate. Response rate in survey research refers to the number of people who answered the survey divided the number of people in the sample. It usually expressed in the form of a percentage. So, response rate is particularly important for anyone doing research, because sometimes sample size normally is not the same as number of units actually studied”.

Berdasarkan pengertian di atas, rumus dari response rate adalah sebagai berikut:

Sumber: Yang dan Miller (2008:231)

Kriteria penilaian dari response rate adalah sebagai berikut: Tabel 3.5

Kriteria Penilaian Response Rate

No. Response Rate Kriteria

1. ≥ 8ε% Excellent

2. 70% - 85% Very Good

3. 60% - 69% Acceptable

4. 51% - 59% Questionable

5. ≤ ε0% Not Scientifically Acceptable

(56)

2. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan atau studi literatur dengan cara mempelajari, meneliti, mengkaji serta menelah literatur berupa buku-buku (text book), peraturan perundang-undangan, majalah, surat kabar, artikel, situs web dan penelitian-penelitian sebelumnya yang memiliki hubungan dengan masalah yang diteliti. Studi kepustakaan ini bertujuan untuk memperoleh sebanyak mungkin teori yang diharapkan akan dapat menunjang data yang dikumpulkan dan pengolahannya lebih lanjut dalam penelitian ini.

3.8 Metode Pengujian Data 3.8.1 Metode Analisis

Setelah data terkumpul penulis melakukan analisis terhadap data yang telah diuraikan

“εetode analisis adalah proses mencari dan menyusun secara sistematik data yang telah diproses dari hasil observasi lapangan dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang lebih penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain”.

Penulis menganalisis data dengan menggunakan metode deskriptif dan verifikatif.

1. Analisis Data Deskriptif

(57)

Pratama Bandung Karees berdasarkan fakta-fakta yang ada untuk selanjutnya diolah menjadi data. Data tersebut kemudian dianalisis untuk memperoleh suatu kesimpulan. Penelitian deskriptif digunakan untuk menggambarkan bagaimana masing masing variable penelitian. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian deskriptif adalah sebagai berikut:

a. Setelah semua kuesioner terkumpul data terpilih dan dikelompokkan menurut kelompok variable masing-masing diteruskan dengan memberi skor untuk jawaban dari setiap item pertanyaan-pertanyaan yang diajukan.

b. Menyusun data yang sudah diberi skor ke dalam table (tabulasi data).

c. Dihitung besarnya tingkat variable laten dengan melihat jumlah total skor jawaban variable laten (skor actual) yang dibandingkan dengan skor tertinggi yang dicapai dikalikan dengan jumlah responden (skor ideal)

Sumber: Umi Narimawati, dkk (2010:45)

d. Untuk mengetahui gambaran mengenai variable laten, dilakukan melalui kategorisasi kualitas menjadi empat kategori dengan teknik kuartil sebagai berikut:

Tabel 3.6

Kriteria Kategori Kualitas Tanggapan Responden

No Kategori Kriteria

1 Kuartil III ≤ Skor Total ≤ Skor εaksimal Baik 2 εedian ≤ Skor Total < Kuartil III Cukup Baik 3 Kuartil I ≤ Skor Total < εedian Kurang Baik 4 Skor εinimal ≤ Skor Total < Kuartil I Tidak Baik

Skor aktual adalah jawaban seluruh responden atas kuesioner yang telah diajukan. Skor ideal adalah skor atau bobot tertinggi atau semua responden diasumsikan memilih jawaban dengan skor tertinggi.

� = � � �� × %

(58)

Menurut Cooper et al. (2006:476) untuk data ordinal yang memiliki distribusi asimetris, ukuran pemusatan dapat dilakukan melalui distribusi rentang kuartil. Skor maksimal, skor minimal, nilai median, nilai kuartil I, nilai kuartil III dapat ditentukan melalui perhitungan sebagai berikut:

Skor Maksimal = Skor Tertinggi x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden Skor Minimal = Skor Terendah x Jumlah Pernyataan x Jumlah Responden Median = (Skor Minimal + Skor Maksimal) : 2

Kuartil I = (Skor Minimal + Median) : 2 Kuartil III = (Skor Maksimal + Median) : 2

Tabel 3.7

Kriteria Persentase Tanggapan Responden

Sumber: Cooper et al. (2006:476)

Berdasarkan kriteria persentase kualitas tanggapan responden, masalah dari penelitian ini dapat diukur dari keseluruhan persentase (100%) dikurangi dengan persentase tanggapan responden. Hasil dari pengurangan tersebut adalah persentase kesenjangan (gap) yang menjadi masalah yang akan diteliti.

2. Analisis Verifikatif

Analisis verifikatif dalam penelitian ini dengan menggunakan alat uji statistik yaitu dengan uji persamaan strukturan berbasis variance atau yang lebih dikenal dengan nama Partial Least Square (PLS) menggunakan software SmartPLS 2.0. Menurut Imam Ghozali (2006:1) metode Partial Least Square (PLS) dijelaskan sebagai berikut:

(59)

“εodel persamaan strukturan berbasis variance (PLS) mampu

menggambarkan variabel laten (tak terukur langsung) dan diukur menggunakan indikator-indikator (variable manifest)”.

Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan alasan bahwa variabel yang digunakan dalam penelitian ini merupakan variabel laten (tidak terukur langsung) yang dapat diukur berdasarkan pada indikator-indikatornya (variable manifest), serta secara bersama-sama melibatkan tingkat kekeliruan pengukuran (error). Sehingga penulis dapat menganalisis secara lebih terperinci indikator-indikator dari variabel laten yang merefleksikan paling kuat dan paling lemah variabel laten yang mengikutkan tingkat kekeliruannya.

Menurut Imam Ghozali (2006:18) Partial Least Square (PLS) didefinisikan sebagai berikut:

Partial Least Square (PLS) merupakan metode analisis yang powerful oleh karena tidak mengasumsikan data harus dengan pengukuran skala tertentu, jumlah sampel kecil. Tujuan Partial Least Square (PLS) adalah membantu peneliti untuk mendapatkan nilai variabel laten untuk tujuan prediksi”.

Model ini dikembangkan sebagai alternatif untuk situasi dimana dasar teori pada perancangan model lemah atau indikator yang tersedia tidak memenuhi model pengukuran refleksif. PLS selain dapat digunakan sebagai konfirmasi teori juga dapat digunakan untuk membangun hubungan yang belum ada landasan teorinya untuk pengujian proposisi. Menurut Imam Ghozali (2006:19) PLS dikemukakan sebagai berikut:

(60)

sampel dapat kecil dengan perkiraan kasar”.

Menurut Fornell yang dikutip Imam Ghozali (2006:1) kelebihan lain yang didapat dengan menggunakan Partial Least Square (PLS) adalah sebagai berikut:

“SEε berbasis variance atau PLS ini memberikan kemampuan untuk

melakukan analisis jalur (path) dengan variabel laten. Analisis ini sering disebut sebagai kedua dari analisis multivariate”.

Berdasarkan pernyataan yang dikemukakan di atas, maka diketahui bahwa model analisis PLS merupakan pengembangan dari model analisis jalur, adapun beberapa kelebihan yang didapat jika menggunakan model analisis PLS yaitu data tidak harus berdistribusi tertentu, model tidak harus berdasarkan pada teori dan adanya indeterminancy, dan jumlah sampel yang kecil.

Beberapa istilah umum yang dipakai dalam penelitian ini menurut Hair et al. (1995) diuraikan sebagai berikut:

“a) Konstruk Laten

Pengertian konstruk adalah konsep yang membuat peneliti mendefinisikan ketentuan konseptual namun tidak secara langsung (bersifat laten), tetapi diukur dengan perkiraan berdasarkan indikator. Konstruk merupakan suatu proses atau kejadian dari suatu amatan yang diformulasikan dalam bentuk konseptual dan memerlukan indikator untuk memperjelasnya.

b) Variabel Manifest

Pengertian variabel manifest adalah nilai observasi pada bagian spesifik yang dipertanyakan, baik dari responden yang menjawab pertanyaan (misalnya, kuesioner) maupun observasi yang dilakukan oleh peneliti. Sebagai tambahan, konstruk laten tidak dapat diukur secara langsung (bersifat laten) dan membutuhkan indikator-indikator untuk mengukurnya. Indikator-indikator tersebut dinamakan variabel manifest. Dalam format kuesioner, variabel manifest tersebut merupakan item-item pertanyaan dari setiap variabel yang dihipotesiskan.

c) Variabel Eksogen, Variabel Endogen, dan Variabel Error

(61)

oleh variabel lainnya. Variabel eksogen memberikan efek kepada variabel lainnya. Dalam diagram jalur, variabel eksogen ini secara eksplisit ditandai sebagai variabel yang tidak ada panah tunggal yang menuju ke arahnya. Variabel endogen adalah variabel yang dijelaskan oleh variabel eksogen. Variabel endogen adalah efek dari variabel eksogen. Dalam diagram jalur, variabel endogen ini secara eksplisit ditandai oleh kepala panah yang menuju ke arahnya.

Di dalam PLS variabel laten bisa berupa hasil pencerminan indikatornya, diistilahkan dengan indikator refleksif (reflective indicator). Di samping itu, variabel yang dipengaruhi oleh indikatornya diistilahkan dengan indikator formatif (formative indicator). Adapun penjelasan dari jenis indikator tersebut menurut Imam Ghozali (2006:7) adalah sebagai berikut:

“a) Model refleksif dipandang secara matematis, indikator seolah-olah sebagai variabel yang dipengaruhi oleh variabel laten. Hal ini mengakibatkan bila terjadi perubahan dari satu indikator akan berakibat pada perubahan pada indikator lainnya dengan arah yang sama. Ciri-ciri model indikator reflektif adalah:

(a) Arah hubungan kausalitas dari konstruk ke indikator.

(b) Antar indikator diharapkan saling berkorelasi (memiliki interval consistency reliability).

(c) Menghilangkan satu indikator dari model pengukuran tidak akan merubah makna dan arti variabel laten.

(d) Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat indikator. b)Model formatif dipandang secara matematis, indikator seolah-olah sebagai

variabel yang mempengaruhi variabel laten, jika salah satu indikator meningkat, tidak harus diikuti oleh peningkatan indikator lainnya dalam satu konstruk, tapi jelas akan meningkatkan variabel latennya. Ciri-ciri model indikator formatif adalah:

(a) Arah hubungan kausalitas seolah-olah dari indikator ke variabel laten. (b) Antar indikator diasumsikan tidak berkorelasi.

(c) Menghilangkan satu indikator berakibat merubah makna variabel. (d) Menghitung adanya kesalahan pengukuran (error) pada tingkat variabel.

Gambar

Gambar 1.1 Paradigma Penelitian
Tabel 3.2 Operasionalisasi Variabel
Tabel 3.3 Standar Penilaian Reliabilitas
Tabel 3.5
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada penelitian ini hasil analisis kuantitatif menunjukkan bahwa terdapat korelasi yang bermakna antara jumlah leukosit dengan kadar troponin pada pasien infark miokard

Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan ter Dalam hal

8 Hal ini juga sejalan dengan pendapat Fajrin yang menyatakan bahwa bahan ajar adalah segala bentuk bahan berupa seperangkat materi yang disusun secara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh (1) motivasi terhadap kinerja karyawan pada PT Madubaru PG/PS Madukismo, (2) budaya organisasi terhadap kinerja karyawan

Kedua belah pihak telah menyepakati untuk melakukan kerjasama pemasangan Hotspot PT.. Telkom (lndonesia Wifi), dengan kesepakatan sebagai

Jalan Dipati Ukur.

Hasil penelitian Fatah (2000), Supriadi (2001), dan Balitbang Depdiknas menunjukkan bahwa proporsi sumber dana yang berasal dari orang tua atau wali siswa masih menjadi yang

Hukum HAM di Jawa Barat. Di dalam penyusunan peraturan Daerah yang terkait dengan. Hukum HAM, para pejabat yang berwenang telah melibatkan tenaga ahli yang