INSPEKTORATJENDERAL KEMENTERIAN KESEHATAN
KATA PENGANTAR
Sehubungan telah elisusunnya Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. No. 582IMen.Kes/SKNVI997 tanggalll Juni 1997 dengan surat persetujuan Menteri Keuangan RI. No. S60/MK017/1997 tentang Pola Tarip Rurnah Sakit Pemerintah
「・イ、セ\GGGイォ。ョ@ Analisa Biaya dan Unit Cost sebagai pengganti セtサ@ Menteri Kesehatan R.I. No. 66 Tahun 1987, maka untuk mengoperasionalkan Pola Tarip Rurnah Sakit Pcmerintah tersebut telah disusun pula Petunjuk Pelaksanaan Pola Tarip Rurnah Sakit. Tarip Rurnah Sakit Pemerintah yang didasarkan pada Analisa Biaya dan Unit Cost ini dimaksudkan agar 、。 セ 。ュ@ menyusun rencana Kebutuhan rurnah sakit lebih realistis dan dapat berkembang Iebih Ieluasa dalam mengantisipasi perkembangan kemampuan masyarakat, sehingga rumah sakit dapat menentukan kebijaksanaan subsieli silang.
Disadari bahwa dengan adanya keterbatasanketerbaJisan, maka penyajian dalam SK Menteri Kesehatan RI. No. 582IMen.Kes/SKNV1997 tanggalllJuni 1997 ini jauh dari sempurna, sehingga perlu dikembangkan oleh masingmasing rumah sakit sesuai dengan kebutuhannya.
Akhimya kami mengharap semoga dengan SK Menteri Kesehatan R.I. tentang Pola Tarip Rurnah Sakit Pemerintah dapat memperlancar pelaksanaan penyusunan tarip di Satuan Kerja/unit Pelaksana Tehnis eli lingkungar.. Direktorat Jenderal Pelayanan Medik.
Demikian kami sampaikan, kiranya dapat berma!'lfaat.
Direktorat JenderaI Pelayanan Medik
セNイオL
.. "':>Daftar lsi
1. Kata Pengantar ... ... . I
2. Daftar lsi ... . 11
3. Surat Menteri Kesehatan RI No. 00.SJ.IIL1257 tangga125
Nopember 1996 tentang Penyesuaian Pola Tarif Rumah
Sakit Vertika1 Departemen Kesehatan ... . 111
4. Surat Keputusan Menteri Keuangan R.I No. 60/MK017/ 1997 tanggal 27 J anuari 1997 tentang Persetuj uan Penyesuaian Pol a Tarip Rumah Sakit Pemerintah Departemen Kesehatan R.I ... .
v 5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 582/Men.kes/SKJVI/
1997 tanggal 11 Juni 1997 tentang Pola Tarip Rumah Sakit
Pemerintah ... . 1 - 30
6. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik Departemen
Kesehatan RI No. 00.06.1.3.4812 tangga127 Oktober 1997
tentang Petunjuk Pelaksanaan Pola Tarip Rumah Sakit
Pemerintah ... ; ... . 31 33
7. Lampiran Keputusan Direktur J enderal Pelayanan Medik
Departemen Kesehatan RI No. HK.00.06.1.3 .4812 tanggal
27 Oktober 1997 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pola Tarip
Rumah Sakit Pemerintah . ... . 34 51
8. Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan R.I.
No. HK. 00.06.1.3.2125 tanggaI 21 Mei 1997 tentang Tim Pembina Pusat Tarip Rumah Sakit Pemerintah Tahun
Angggaran 199711998 ... 53 59
9. Lampiran Keputusan Ketua Tim Pembina Pusat Tarip
Rumah Sakit Pemerihtah No. HK.00.06.1.3.2448 tanggaI 5 Juni 1997 tentang Pembentukan Staf Sekretariat Tim Pembina Pusat Tarip Rumah Sakit Pemerintah Tahun
Anggaran 199711998 ... 60 64
10. Tim Penyusun ... ... ... . 65
Nomor KU.OO.SlIII.1157 Jakarta , 25 Nopember 1996 Lampi ran 1 (Satu) berkas
Perihal Penyesuaian pola tarif RS vertikal Depkes
Kepada yth.
Menteri Keuangan RI
up. Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Departemen Keuangan RI
Jakarta
Dengan honnat,
Dengan ini kami beritahukan bahwa RS vertikal Departemen Kesehatan sampai saat ini masih melaksanakan pola tarif yang mengacu pada SK Menteri Kesehatan No. 661r\1enkes/SKIIII1987 Pola tarif itu dirasakan tidak sesuai lag! dengan perkembangan jenis pelayanan, ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sehubungan dengan hal tersebut kami bem1aksud mengusulkan kepada Saudara untuk menyempumakan/penyesuaian kembali pola tarif yang akan dijadikan pedoman RS vertlkal Departemen Kesehatan maupun RS milik pemerintah daerah dengan penjelasan sebagai berikut •
1. Jenis pelayanan yang dikenakan tarif terdiri dari rawat jalan, rawat darurat, rawat inap, kebidanan/ginaekologi, pemmjang ml,;ik, pelayanan medik, rehabilitasi medik dan mental , konsultasi khllsus, medicolegal dan pemulasaraan jenazah.
2. Komponen tarifterdiri dari jasa sarana dan jasa pelayanan .
3. Penentukan besaran tarif masingmasing jenis pelayanan didasarkan atas biaya satuan ratarata pemeriksaan/tindakan dengan memperhati-kan kemampuan dan keadaan ekonomi masyarakat setempat, rumah sakit pesaing serta kebijaksanaan subsidi silang.
4 _ Bagi RS unit swadana dan instansi pengguna PNBP, besaran tarif untuk rawat jalan dan rawat inap kelas IIIB dan IIIA ditetapkan oleh Dirjen Pelayanan Medik, sedangkan kelas
n,
I dan Utama ditetapkan oleh Direktur RS setelah mendapatkan rekomendasi dari Kepala Kanwil setempat _Atas perhatian dan bantuan Saudara sebelunmya kami ucapkan terima kasih .
n. Menteri Kesehatan RI Sekretaris
J
enderal. Hidayat Hardjoprawiro
Tembusan disampaikan kepada Yth :
Namor •S60/MKO 17/1997 27 Januari 1997
Sifat •Biasa Lampiran
Perihal •PersetuJuan Penyesuaian Pala Tarip Rumah Sakit Pemerintah Departemen Keseha tan
Yang Terharmat : Menteri Keseha tan Jakarta
Sehubungan dengan surat Saudara NO.KU0059 ,1Il.12S7 tanggal 25 November 1996, dengan ini disampaikan halaal sebagai berikut :
I. Pada prinsipnya kami dapat menyetujui usul Saudara untuk menyesuaikan Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah Departemen Kesehatan yang mulai berlaku
1 April 1997
2, Selanjutnya kami minta agar keputusan Menten Kesehatan tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah Departemen Keseha tan setelah ditetapkan disampa ikan kepada kami cq Dirjen Lembaga Keuangan & dゥセ・ョ@ Anggaran.
Demikian disampaikan dan atas perhatian Saudara diucapkan terima kasih,
Tembusan : I. Kepala BPKP
2. Dirjen Lembaga Keuangan
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR : 5821MENKES/SKNII1997
TENTANG
POLA TARIP RUMAH SAKIT PEMERINTAH
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
Menimbang : a. bahwa pelayanan kesehatan di Rumah Sakit
Pemerintah telah berkembang dengan
pesat sehingga perlu 、ゥセGャョェ。ャャAs@ dengan
sistem pembiayaan yang memadai mdalui pengaturan tarip ;
b. bahwa Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah
berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kesehatan Rl No. 66lMen.Kesi SKlW1987
serta Petunjuk Pelaksanaannya dipandang
perlu disesuaikan lagi dengan
perkembangan pelayanan kesehatan ;
c. bahwa untuk itu perlu dirumuskan dan
ditetapkan kembali tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah ;
Mengingat 1. UndangUndang No.23
tentang Kesehatan;
Tahun 1992
2. UndangUndang No. 20 Tahun 1997
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak;
3. Peraturan Pemerintab NO.7 Tabun 1987 tentang Penyerahan Sebagian Urusan Pemerintah dalam Bidang Kesehatan
kepada Daerah;
4. Peraturan Pemerintab No . 22 Tabun 1997
tentang Jenis dan セ・ョケ・エッイ。ョ@ Penerimaan
Negara Bukan Pajak;
5. Keputusan Presiden NO.16 tahun 1994
tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;
6. Keputusan Presiden No. 24 Tahun 1995
tentang Perubahan atas Keputusan Presiden No. 16 Tabun 1994 tentang Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah;
7. Keputusan Menteri Kesehatan R.I. NO.558/
Men.Kes/SKl1984 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan R.I . ;
8. Peraturan Menteri Kesehatan R.I. NO .159b/
MEN.KESIPERlII/1988 tentang" Rumah
Sakit·,
9. Keputusan Menteri Kesehatan R.I . No .983/
Men.Kes/SKl1992 tentang Pedoman Pola Struktur Organisasi dan Tata Kerja Rumah Sakit Umum ;
i
Memperhatikan: SURAT MENTERI KEUANGAN RI NO. S-60/mk-017/1997 tanggal 27 Januari 1997 tentang Persetujuan Penyesuaian Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah Departemen Kesehatan.
Menetapkan
MEMUTUSKAN
KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA TENTANG
POLA TARIP RUMAH SAKIT
PEMERINTAH;
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal I
Dalam Keputusan Menteri Kesehatan ini yang dimaksud dengan :
(1) Rumah Sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan secara merata dengan mengutamakan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan yang dilaksanakan
secara serasi dan terpadu dengan upaya peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit dalam suatu tatanan rujukan serta dapat dimanfaatkan untuk pendidikan tenaga dan penelitian.
(2) Rumah Sakit Pemerintah dapat berupa Rumah Sakit milik Pemerintah Pusat atau Pemerintah Daerah terdiri dari Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Khusus antara lain Rumah Sakit Jiwa, Rumah Sakit Tuberkulosa ParuParu dan lainIainnya. (3) Rumah Sakit Umum adalah rumah sakit
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk semua jenis penyakit dari pelayanan dasar sampai dengan sub spesialistik sesual dengan kemampuannya.
(4) Rumah Sakit Khusus adalah rumah sakit yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan kepada masyarakat untuk jenis penyakit tertentu atau berdasarkan disiplin ilmu tertentu.
(5) Rumah Sakit Jiwa adalah rumah sakit yang menyelenggarakan dan mdaksanakan pelayanan, pencegahan penyembuhan dan rehabilitasi di bidang kesehatan jiwa tennasuk RSKO.
•
menggunakan sebagian dari penerimaan fungsionalnya, setelah terlebih dahulu disetorkan ke rekening Kas Negara.
(7) Pelayanan Rawat lalan adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal di ruang rawat inap.
(8) Pelayanan Rawat Damrat adalah pelayanan kesehatan tingkat lanjutan yang hams diberikan secepatnya untuk mencegahl menanggulangi resiko kematian atau cacat.
(9) Pelayanan Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur.
(10) Pelayanan Rawat Sehari (One Day Care) di Rumah Sakit adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medis dan atau pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari 1 (satu) hari.
( 11) Pelayanan Rawat siang hari (Day Care) di Rumah Sakit . Jiwa adalah pelayanan kepada pasien untuk observasi, perawatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau pelayanan kesehatan lain dan menempati tempat tidur kurang dari 1 (satl,l) hari.
(12) Pelayanan medik adalah pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh tenaga medik.
(13) Tindakan Medik Operatif adalah tindakan
pembedahan yang menggunakan
pembiusan umum, pembiusan lokal atau tanpa pembiusan.
(14) Tindakan Medik Non Operatif adalah tindakan tanpa pembedahan.
(15) Pelayanan Penunjang Medik adalah pelayanan untuk penunjang penegakan diagnosis dan terapi.
(16) Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Rehabilitasi Mental adalah pelayanan yang diberikan oleh Unit Rt:;habilitasi Medik dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi oku pasional, terapi wicara, ortot ikl prostetik, bimbingan sosial medis dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya.
(1 7) Pelayanan Medik Gigi dan Mulut adalah pelayanan panpurna meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada pasien di rumah sakit.
(18) Pelayanan Penunjang Non Medik adalah pelayanan yang diberikan di Rumah Sakit yang secara tidak lang sung berkaitan dengan pelayanan medik.
psikologi, gizi dan konsultasi lainnya . .
(20) Pelayanan Medico-Legal adalah pelayanan
kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan hukum.
(21) PemulasaraanIPerawatan lenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatanjenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh Rumah Sakit untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan kepentingan proses peradilan.
(22) Pola Tarip adalah pedoman dasar dalam pengaturan dan perhitungan besaran tarip rumah sakit.
(23) Tarip adalah sebagian atau seluruh biaya penyelenggaraan ·kegiatan pelayanan di Rumah Sakit, yang dibebankan kepada masyarakat sebagai imbalan atas jasa pelayanan yang diterimanya.
(24) 1asa Pelayanan adalah imbalan yang
diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi, visite, rehabilitasi medii<. dan at au pelayanan lainnya.
(25) Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian · sarana, fasilitas rumah sakit, bahan, obatobatan, bahan kimia dan alat kesehatan ha bis pakai
•
yang digunakan langsung dalam rangka observasi , diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi.
(26) Akomodasi adalah penggunaan fasilitas rawat inap tennasuk makan di Rumah Sakit.
(27) Tempat Tidur Rumah Sakit adalah tempat tidur yang tercatat dan tersedia di ruang rawat inap.
(28) Penjamin adalah orang atau badan hukum sebagai penanggung biaya pelayanan kese-hatan dari seseorang yang menggunakanl mendapat pelayanan di Rumah Sakit. (29) Penerimaan Fungsional Rumah Sakit
adalah penerimaan yang diperoleh sebagai imbalan atas pelayanan baik berupa barang danJatau jasa yang diberikan oleh Rumah Sakit dalam menjalankan fungsinya melayani kepentingan masyarakat atau Instansi Pemerintah lainnya.
(30) Unit Cost adalah hasil perhitungan total biaya operasional pelayanan yang diberikan rumah sakit.
(31) Break Even Point (BEP) atau Analisa Titik Impas adalah suatu cara atau suatu teknik yang digunakan oleh Pimpinan Rumah Sakit/organisasi untuk mengetahui pada volume Uumlah) penjualan dan volume produksi berapakah Rumah Sakitl organisasi yang bersangkutan tidak menderita kerugianldefisit dan tidak pula memperoleh laba/pendapatan surplus.
BAB II
KEBIJAKSANAAN TARIP
Pasal2
(1) Pemerintah dan masyarakat bertanggung jawab dalam memelihara dan meningkatkan
(2) Biaya penyelenggaraan Rumah Sakit Pemerintah dipikul bersama oleh Pemerintah dari masyarakat dengan memperhatikan kemampuan keuangan Negara dan keadaan sosial ekonomi masyarakat.
(3) Tarip Rumah Sakit tidak dimaksudkan untuk mencari laba dan ditetapkan berdasarkan azas gotongroyong, adiI dengan mengutamakan kepentinga n masyarakat berpenghasilan rendah.
(4) Tarip Rumah Sakit untuk golonga n masyarakat yang pembayarannya dijami n oleh pihak penjamin, ditetapkan atas dasar saling membantu melalui suatu ikata n peljanjian tertulis.
(5) Rawat lalan dan rawat inap kelas HI A, II,
I dan Utama dapat dikenakan jasa pelayanan sedangkan Pasien Rawat Inap kelas III B tidak dikenakanjasa pelayanan.
Pasal3
(1) Tarip Rumah Sakit diperhitungkan atas
dasar unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan dengan memperhati-kan kemampuan ekonomi masyarakat, rumah sakit setempat lainnya se rta kebijaksanaan subsidi silang.
(2) Tarip pelayanan bagi orang asing dan tarip General Check Up ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
(3) Besaran tarip untuk pelayanan rawat jalan dan rawat inap kelas III A dan kelas III B
milik Departemen Kesehatan RI ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik atas usulan Direktur Rumah Sakit.
(4) Besaran tarip untuk rawat inap kelas IT, I dan utama, ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit setelah mendapat persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi setempat.
BAB III
PELAYANAN YANG DIKENAKAN TARIP
Pasal4
(1) Pelayanan di Rurr:ah Sakit yang dapat dikenakan tarip dikelompokkan ke dalam pelayanan:
a. Rawat Jalan b. Rawat Darurat c. Rawat Inap
(2) Pelayanan di Rumah Sakit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berdasarkan jenis pelayanan terdiri dari:
a. Pelayanan Medik
b. Pelayanan Penunjang Medik
c. Pelayanan Kebidanan dan gynaekologi Persalinan normal
Persalinan dengan tindakan d. Pelayanan Penunjang Non Medik
e. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Mental
f. Pelayanan Konsultatip Khusus
g. Pelayanan Medico Legal
h. PemulasaraaniPerawatan Jenazah (3) Tarip pelayanan di Rumah Sakit
komponen Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan sesuai kebutuhan masingmasmg pelayanan.
BABIV
KELAS PERAWATAN
Pasal5
( 1) Kelas perawatan di Rumah Sakit ditetapkan
sebagai berikut
a. Kelas III B b. Kelas III A. c. Kelas II. d . Kelas I e. Kelas Utama
(2) lumlah tempat tidur di kelas III A dan III B sekurangkurangnya 50% darijumlah tempat tidur yang tersedia.
(3) Standar fasilitas masingmasing kelas perawatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan oleh Direktur J enderal Pelayanan Medik.
BABV
TARIP RAWAT JALAN
Pasal6
(2) Besaran Tarip Rawat lalan ditetapkan berdasarkan . perhitungan perkalian dari unit cost Break Event Point (BEP) kelas II Rawat Inap untuk Rumah Sakit yang belum mampu menghitung unit cost dari setiap jenis Pelayanan dan kelas perawatan di masingmasing セ :lmah Sakit, dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit setempat lainnya serta kebijaksanaan subsidi silang. (3) Karcis pasien tanpa membawa rujukan dari Puskesmas dan RS Pemerintah maksimal 4 x karcis pasien Rawat lalan dengan rujukan yang berlaku di masingmasing Rumah Sakit.
Karcis pasien yang membawa rujukan dari Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah : Kelompok Rumah Sakit Umum :
1). RS Kelas A = 1110 x Unit Cost BEP kelas II
2). RS Kelas B = 1/1 0 x Unit Cost BEP kelas II
3). RS Kelas C = 1/1 0 x Unit Cost BEP kelas II Kelompok Rumah Sakit Khusus dan Rumah Sakit liwa :
1) RS Khusus = 1110 x Unit Cost BEP kelas II 2) RS liwa = 1/1 0 x Unit Cost BEP kelas II
BAB VI
TARIP RAWAT DARURAT Pasa17
rujukan ditetapkan maksimal 4 x pasien rawat jalan.
(2) Tarip pasien instalasi rawat darurat (ffiDA) Psikiatrik ditetapkan sarna dengan tarip perawatan kelas II.
(3) Tarip tindakan medik dan penunjang medik ditetapkan maksimal sebesar tarip tindakan sejenis kelas II.
BAB VII
TARIP RAWAT INAP Pasal8
0) Dalam menentukan besaran tarip
perawatan didasarkan atas perhitungan unit cost ratarata Rawat Inap di
rna sing-masing Rumah Sakit, serta harus
memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, tarip RS setempat lainnya, kebijaksanaan subsidi silang dan lainlain.
(2) Unit Cost ratarata rawat inap dihitung melalui analisa biaya dengan met ode
distribusi ganda (Double Distribution)
tanpa memperhitungkan investasi dan biaya gaji pegawai.
(3) Tarip rawat siang hari (Day Care) eli Rurnah
Sakit Jiwa ditetapkan sebesar maximum 112 dari tarip' rawat inap kelas II.
(4) Tarip rawat sehari (One Day Care)
ditetapkan sarna dengan tarip perawatan kelas II.
(5) Tarip pasien di ruang intensive (lCU, ICCU, NICU dan lainlain) ditetapkan atas dasar perhitungan unit cost ratarata rawat inap dengan memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat
setempat,dan rumah sakit setempat
1
ainny a.Bagi rumah sakit yang be1um mempunyai unit cost ditetapkan sebagai berikut :
Pasien langsung masuk kemudian pulang atau meninggal taripnya ditetapkan sama dengan kelas II tarip raw at inap .
Pasien masuk kemudian dirawat taripnya ditetapkan maksimum 2 X tarip kelas asalnya.
(6) Tarip Rawat Inap seperti tersebut diatas tidak termasuk biaya obatobatan, visite, tindakan medik dan terapi maupun penunjang diagnostik .
Tarip Rawat Inap di kelas II dijadikan sebagai dasar perhitungan untuk penetapan tarip raw at jalan dan tarip kelas perawatan lainnya dengan
pengaturan sebagai berikut :
Kelompok Rumah Sakit Umum
1). KelasIII B = 1/3xUnitCostkelasII
2). Kelas III A = 1/31/2 x Unit Cost kelas II
3). Kelas II 1 x Unit Cost kelas II
4) . Kelas I = 2 9 x Unit Cost kelas II
Kelompok Rumah Sakit Khusus dan Rumah Sakit Jiwa :
I). Kelas III B = 1/3 x Unit Cost kelas II
2).Kelas III A = 1/3 1/2 x Unit Cost kelas II
3).Kelas II 1 x Unit Cost kelas II
4). Kelas I = 2 4 x Unit Cost kelas II
5) .Kelas Utama = 5 -lOx Unit Cost kelas II
BABvm
TARIP PELAYANAN MEDIS
Pasal9
(1) Jenis Pelayanan Medis meliputi
a. Tindakan Medis Operatip
b. Tindakan Medis Non Operatip
(2) Tindakan Medis Operatip meliputi :
Tindakan Medis Operatip Sederhana (kecil)
Tindakan Medis Operatip Sedang Tindakan Medis Operatip Besar Tindakan Medis Operatip Canggih Tindakan Medis Operatip Khusus
a. Dalam menentukan besaran tarip
tindakan medis operatip , sederhana (kecil), sedang , besar, canggih dan khusus didasarkan atas perhitungan Unit Cost Bedah Sentral di masing-masing Rumah Sakit serta hams memperhatikan kemampuan dan keadaan so sial ekonomi masyarakat setempat, dan RS setempat lainnya.
b. Tarip tindakan medis operatip pasien
rawat jalan ditetapkan sama dengan
tarip sejenis dari tarip pasien rawat
inap kelas III A.
c. Tarip Tindakan Medis Operatip pasien
rawat jalan yang berasal dari Rujukan Swasta ditetapkan sama dengan tarip sejenis dari tarip pasien rawat inap kelas II.
d. Jasa pelayanan tindakan medi s
operatip terdiri darijasa medis danjasa medis anestesi operatip.
e. Jasa pelayanan medis anesthesi
tindakan operatip ditetapkan
maksimal 113 x dari jasa pelayanan medis sesuai denganjenis tindakannya.
(3) Tindakan Medis Non Operatip meliputi :
Tindakan Medis Non Operatip
Sederhana (kecil)
Tindakan Medis Non Operatip Sedang Tindakan Medis Non Operatip Besar Tindakan Medis Non Operatip Canggih Tindakan Medis Non Operatip Khusus
a. Dalam menentukan besaran tarip tindakan medis non operatip didasarkan perhitungan Unit Cost ratarata Rawat Inap di masingmasing Rumah Sakit, serta harus memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonorrll masyarakat setempat, dan RS setempat lainnya.
b. Besarnya komponen biayajasa sarana
BAB IX
TARIP PELAYANAN KEBIDANAN DAN GINEKOLOGI
Pasal 10
(! ) Tarip pelayanan persalinan nonnal dihitung atas dasar ratarata unit cost persalinan dimasingmasing rumah sakit, serta harus memperhatikan kemampuan dan keadaan ekonomi masyarakat setempat, subsidi silang, dan rumah sakit setempat lainnya.
(2) Tarip persalinan dengan tindakan
pervaginam ditetapkan sebesar maksimal tarip persalinan pada ayat (1) di atas ditambah 50 0/0.
(3) Tarip rawat inap pelayanan bayi baru
lahir ditetapkan sebesar 50 % dari tarip
pelayanan rawat inap ibu .
BABX
TARIP PELAYANAN PENUNJANG MEDIS
Pasal 11
(1) Pelayanan Penunjang Medis meliputi
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Patologi Klinik 2) Patologi Anatomi 3) Mikrobiologi Klinik
b. Perneriksaan Radio Diagnostik
c. Perneriksaan Diagnostik Elektrornedik d. Perneriksaan Diagnostik Khusus e. Perneriksaan Fannakologi KEnik
(2) Biaya jasa sarana dari Pelayanan Penunjang Medis ditetapkan oleh Direktur Rurnah Sakit atas dasar tingkat kecanggihan.
(3) Tarip Pelayanan Penunjang Medis pasien rawat jalan ditetapkan sarna dengan tarip
perneriksaan sejenis dari tarip pasien
rawat inap kelas III A.
(4) Tarip Pelayanan Penunjang Medis pasien rawat jalan yang berasal dari rujukan swasta ditetapkan sarna dengan tarip perneriksaan sejenis dari tarip pasien rawat inap kelas II .
Pasal12
(1) Jenis Perneriksaan Laboratoriurn Pato!ogi Klinik rneliputi :
a. Laboratoriurn Patologi Klinik
Sederhana (kecil)
b. Laboratoriurn Patologi KEnik Sedang
c. Laboratoriurn Patologi Klinik Besar
d. Laboratoriurn Patolohi Klinik Canggih
e. Laboratoriurn Patologi Klinik Khusus
memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial masyarakat set empat , RS setempat lainnya, subsidi silang dan lainlain.
(3) Besarnya Jasa Pel.ayanan dan Jasa Sarana ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan ..
Pasal13
(1) JenisPemeriksaan Laboratorium Patologi Anatomi meliputipemeriksaan :
a. Laboratorium Patologi Anatomi
Sederhana (kecil)
b. Laboratorium Patologi Anatomi Sedang c. Laboratorium Patologi Anatomi Besar d. Laboratorium Patologi Anatomi Canggih e. Laboratorium Patologi Anatomi Khusus
(2) Dalam menentukan besaran tarip pemeriksaan
laboratorium klinik didasarkan perhitungan
Unit Cost laboratorium klinik patologi anatomi
masingmasing Rumah Sakit, serta harus memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, dan RS
setempat lainnya.
(3) Besarnya J asa Pelayanan dan J asa Sarana Laboratorium Patologi Anatomi sederhana (kecil), sedang, besar, canggih dan khusus
masingmasing ditetapkan secara
proporsional untuk setiap ォ・ャセ perawatan.
Pasal14
(1) J enis Perneriksaan Laboratoriurn
Mikrobiologi rneliputi perneriksaan :
a. Laboratoriurn Mikrobiologi Sederhana
(Kecil)
b. Laboratorium Mikrobiologi Sedang
c. Laboratorium Mikrobiologi Besar
d. Laboratoriurn Mikrobiologi Canggih
e. Laboratorium Mikrobiologi Khusus
(2) Perhitungan tarip Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi ditetapkan sarna dengan perhitungan pasal 12 ayat (2) dan (3) .
pセウ。QQU@
(1) Jenis Perneriksaan Radio Diagnostik rneliputi perneriksaan
a. Radio Diagnostik Sederhana (kecil)
b. Radio Diagnostik Sedang
c. Radio Diagnostik Besar
d. Radio Diagnostik Canggih
e. Radio Diagnostik Khusus
(2) Dalarn rnenentukan besaran tarip
perneriksaan Radio Diagnostik didasarkan perhitungan Unit Cost radiologi
rnasing-rnasmg Rurnah Sakit, serta harus
rnernperhatikan kernarnpuan dan
(3) Besarnya jasa pelayanan dan Jasa sarana Perneriksaan Radio Diagnostik ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.
Pasal 16
( 1 ) Jenis Perneriksaan Diagnostik Elektrornedis meliputi pemeriksaan :
a. Diagnostik Elektrornedik Sederhana
(kecil)
b Diagnostik Elektrornedik Sedang
c Diagnostik Elektrornedik Besar
d. . Diagnostik Elektrornedik Canggih
e. Diagnostik Elektrornedik Khusus
(2) Besarnya jasa pelayanan dan jasa sarana untuk kelas II, I dan Utarna ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan .
Pasal17
Pemeriksaan dan Tindakan Khusus rneliputi jenis pdayanan yang bel urn termasuk dalam kelompok pemeriksaan laboratorium Patologi
Klinis, Pemeriksaan Patologi Anatomi,
Pemeriksaan Laboratoriurn Mikrobiologi,
Perneriksaan Radio Diagnostik, Pemeriksaan
Diagnostik Elektromedis ditetapkan oleh
Direktur Rumah Sakit.
BAB XI
TARIP PELAYANAN REHABILITASI MEDIS
Pasal18
(1) Jenis PelayananRehabilitasi Medis rneliputi :
a. Pelayanan Rehabilitasi Medis sederhana
(keci1), sedang, besar, canggih dan khusus.
b. Pelayanan OrtotikIProstetik sederhana (kecil), sedang, besar, canggih dan khusus.
(2) Besarnya Jasa Pelayanan dan Jasa
Sarana Rehabilitasi Medis ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.
(3) Tarip Pelayanan Rehabilitasi Medis pasien rawat jalan ditetapkan sarna dengan tarip sejenis dari tarip pasien kelas III A.
(4) Tari p Pelayanan Rehabilitasi Medis pasien , rawat jalan yang berasal dari rujukan swasta ditetapkan sarna dengan tarip sejenis dari tarip pasien rawat inap kelas II.
BAB XII
TARIP PELAYANAN MEDIS GIGI Pasal 19
Poliklinik g1g1 dengan rujukan Poliklinik glgl tanpa rujukan
(2) Jenis pelayanan Medis Gigi dan Mulut meliputi:
a. Pemeriksaanltindakan medis gigi dan mulut sederhana (kecil), sedang, besar, canggih dan khusus .
b. Pemeriksaanltindakan Bedah M uJ ut sederhana (kecil), sedang, canggih dan khusus.
(3) Besaran tarip pelayanan medis g1g1
dan mulut rawat jalan untuk tindakan sederhana (kecil), ditetapkan sebesar 3 x
besaran tarip pada karcis harian,
sedangkan pasien tanpa rujukan
ditetapkan maksimal 6 x.
(4) Besaran tarip pelayanan medis gigi rawat jaJan untuk tindakan sedang, besar, canggih dan khusus ditetapkan sesuai dengan tingkat kecanggihan dimasingmasing Rumah Sakit.
(5) Dalam menentukan besaran tarip
pemeriksaan pelayanan medis gigi dan mulut didasarkan perhitungan unit cost pemeriksaan gigi dan mulut masing-masing rumah sakit serta haru s memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial masyarakat setempat, rumah sakit
setempat lainnya, subsidi silang dan
lainlain.
BAB XllI
TARIP PELAYANAN PENUNJANG NON MEDIS
Pasal20
(1) Komponen biaya Pelayanan Penunjang Non Medis meliputi Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan.
(2) Tarip Pelayanan Penunjang Non Medis
sebagaimana dimaksud ayat . (1)
ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
BABXIV
PELAYANAN KONSULTASI KHUSUS DAN
MEDICO - LEGAL
Pasal21
Besamya tarip untuk pelayanan Konsultatif Khusus ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
Pasal22
BAB XV
TARIP PEMULASARAN I PERAWATAN JENAZAH
Pasal23
(1) Jenis Pemulasaran I Perawatan Jenazah
meliputi :
a. Perawatan Jenazah dan Penyimpanan Jenazah.
b. Konservasi Jenazah.
c. Bedah Mayat.
(2) Tarip Pemulasaran/Perawatan Jenazah berlaku proporsional untuk semua jenazah dalam rangka peinakaman/perabuan .
(3) Untuk menentukan tarip pemulasaran/ perawatan jenazah diperhitungkan atas dasar Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atas dasar unit cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, serta tarip Rumah Sakit setempat lainnya .
(4) Besarnya bia ya j asa sarana untuk
perawatan Jenazah I Jasad, konservasi
Jenazah serta Bedah Mayat ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.
BAB XVI
PENGELOLAAN PENERIMAAN
RUMAHSAKIT
Pasal24
(1) Penerimaan fungsional rumah sakit terdiri dari Jasa Sarana dan lasa Pelayanan.
(2) Penerimaan fungsional untuk Instansi Pengguna PNBP dapat digunakan sebagian setelah terlebih dahulu mengajukan usulan rencana penggunaan kepada Menteri Keuangan R.I. melalui DIKS.
(3) Penerimaan fungsional sebagaimana ayat (1) seluruhnya disetorkan ke Kas Negara .
(4) Seluruh penerimaan fungsional yang ada dimaksud pada ayat (2) digunakan langsung oleh Rumah Sakit untuk biaya operasional, pemeliharaan dan peningkatan sumber daya manusia, yang diatur oleh Direktur lenderal Pelayanan Medik.
(5) Setiap tahun anggaran RS Pengguna PNBP mengajukan Rincian Perhitungan DIKS (RP DIKS) atas rencana penerimaan dan penggunaan biaya jasa sarana serta jasa pelayanan kepada Direktur lenderal
Pelayanan Medik, kemudian disampaikan
kepada Menteri Kesehatan, dan
(6) Tata Cara pengelolaan seluruh penerimaan Rumah Sakit (pemungutan, pembukuan,
penyetoran, penyaluran, penggunaan
serta pelaporan) dilaksanakan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku.
(7) Penerimaan fungsional rumah sakit yang selanjutnya disebut dana PNBP dapat dipergunakan secara langsung untuk
membiayai pengeluaran rumah sakit
dengan proporsi sebagai berikut
1. Pengeluaran untuk Biaya
Operasional dan Pemeliharaan
sebesar (minimal ) ... .. ... .. 50 %
2. Pengeluaran untuk Pengembangan Sumber
Daya Manusia ... .. ... .. .. ... ... ... 49 %
3. Pengeluaran biaya untuk Pembinaan Rumah Sakit oleh TimTim Pembina
sebesar .. . . .. .. . . .. . . .. .. . . . .. . . 1 0/0
(8) Instansi Pengguna PNBP yang telah mendapat izin dari Menteri Keuangan dapat menggunakan lang sung sebagian dari penerimaan fungsionalnya untuk mendukung biaya operasional,
pemeliha-raan dan peningkatan sumber daya
manusia serta investasi yang berkaitan langsung dengan peningkatan pelayanan suatu instansi.
Pasal25
Direktur Rumah Sakit diberi wewenang
membebaskan sebagian atau seluruh biaya pelayanan di Rumah Sakit.
BAB XVII
PEMBINAAN
Pasal26
(1) Dalam rangka pembinaan pelaksanaan Pola
Tarip Rumah Sakit Pemerintah
dibentuk Tim Pembina Pusat Tarip
Rumah Sakit Pemerintah (TPPTRSP) .
(2) Tim Pembina sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berfungsi untuk mengawasi ,
mengkoordinasi serta melaksanakan
pembinaan atas pelaksanaan Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah .
BAB XVrll
KETENTUAN PERALffiAN
Pasal27
(1) Pola Tarip atas dasar unit cost Inl
diberlakukan pada Rumah Sakit
Pemerintah secara bertahap sesuai kemampuan Rumah Sakit masingmasing
dan selambat lambatnya pada tahun
(2) Jenis ー・ャ。ケ。セ。ョ@ barn selain yang ditetapkan dalam keputusan ini serta besaran taripnya 'ditetapkan oIeh Direktur Rumah Sakit, sedang Pola Tarip pelayanan tersebut ditetapkan sesuai dengan ' Surat Keputusan 1m .
BABXIX PENUTUP
Pasal28
(I) Dengan ditetapkannya keptitusan ini,
maka Keputusan Menteri Kesehatan R. I . Nomor : 66 I Men.Kes ISK I II I 1987 tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah serta Petunjuk. Pelaksanaannya dinyatakan tidak berlaku lagi .
(2) Pola Tarip dalam keputusan ini dapat dijadikan sebagai pedoman perhitungan tarip bagi Rumah Sakit Daerah dan Rumah Sakit Pemerintah lainnya.
(3) Petunjuk Pelaksanaan tentang Pola T8rip Rumah Sakit Pemerintah ini ditetapkan lebih lanjut oleh Direktur lenderal . Pelayanan Medik.
(4) Daftar Tarif yang telah ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit dan Direktur Jenderal Pelayanan Medik disampaikan kepada Sekretaris J enderal setiap awal bulan J anuari untuk kepentingan pelaporan dan penyusunan anggaran.
(5) Keputusan 1m mulai berlaku sejak
tanggal ditetapkan.
DITETAPKAN DI JAKARTA PADA TANGGAL 11 JUNI 1997
MENTER! KESEHATAN
repubセik INDONESIA
r.SUJUDI
Tembusan Keputusan ini disampaikan kepada Yth. : 1. Ketua Badan Pemeriksa Keuangan di Jakarta
2. Menteri Keuangan Republik Indonesia di Jakarta 3. Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia di Jakarta
4. Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negera eli Jakarta
5. Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan di Jakarta 6. Semua Eselon I Departemen Kesehatan di Jakarta
7. Para Gubernur Kepala Daerah di Seluruh Indonesia
8. Para Bupati / Walikota Kepala Daerah Tingkat II di Seluruh Indonesia 9. Semua Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi di
Seluruh Indonesia
KEPUTUSAN DlREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK DEPARTEMEN KESEHATAN RI
NOMOR : HK.OO.06.1.3.4812
TENTANG
PETUl\JiJK PELAKSANAAN POLA TARIP RUMAH SAKIT PEMERINTAH
DlREKTUR JENDERAL PELAYANAN MEDIK
MENIMBANG 3. Bahwa dalam rangka meningkatkan
mutu pelayanan di Rumah Sakit Pemerintah, sesuai dengan perkembang-an pelayanperkembang-an sebagai Rumah Sakit Instansi Pengguna PNBP. maka ::セイャオ@ ditunjang dengan sistem pembiayaan
yang memadai melalui pengaturan tarip;
b. bahwa dalam rangka pelaksanaan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 582/Men.Kes/SK/V111997 tanggal 11 luni 1997 tentang Pol a Tarip Rumah Sakit Pemerintah dianggap perlu dikeluarkan suatu Petunjuk Pelaksanaan guna memudahkan penerapannya ;
c. bahwa dalam rangka pelaksanaan sebagaimana tersebut dalam butir (b) diatas dianggap perlu ditetapkan dengan Keputusan Direktur lenderal Pe1ayanah
Medik· , .
MENGINGAT 1. UndangUndang No. 23 Tahun 1992
tentang Kesehatan ;
2. UndangUndang No. 20 Tahun 1997
tentang Penerimaan Negara Bukan Pajak; 3. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 1997 tentang Jenis dan Penyetoran Penerimaan Negara Bukan Pajak ; 4. k・セB@ ᄋ [Gゥウ。ョm・ョエ・イゥ@ KesehatanR.I. No.
558 1 Men.Kes 1 SK 1 1984 tentang Organisasi dan Tata Kerja Departemen Kesehatan R.I. ;
5. Keputusan Menteri Keuangan RI No . 1241 KMK .03/1998 tanggal 27 Februari 1998 tentang Tata Cara Penggunaan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Di Bidang Pelayanan Kesehatau.
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI . No. 5821 Men . Kes/SKlVV 1997 tanggal 11 Juni 1997 tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah;
MEMPERHATlKAN Surat Menteri Keuangan RI Nomor S-601
MK017/1997 tanggal 27 J anuari 1997 tentang Persetujuan Penyesuaian Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah Departemen Kesehatan.
MEMUTUSKAN MENETAPKAN
KEDUA
KETIGA
KEEMPAT
Petunjuk Pelaksanaan Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah sebagaimana terlampir merupakan pedoman teknis dalam penyusunan, penetapan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian serta pertanggung jawaban tarip rumah sakit. Besaran Komponen biaya perhitungan tarip dalam petunjuk pelaksanaan ini dapat dijadikan pedoman untuk menetapkan perhitungan tarip bagi rumah sakit yang diselenggarakan Daerah, sesuai dengan keadaan setempat.
Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.
DITETAPKAN DI JAKARTA
PADA TANGGAL 27 OKTOBER 1997 DlREKTUR JENDERAL
PELAYANAN MEDIK
セl@
セ@
Dr. H. SOEJOGA, MPH NIP. 140024148
LAMPIRAN
KEPUTUSAN DIREKTURJENDERAL PELAYANAN MEDIK DEPARTEMEN KESEHATAN RI
NOMOR : HK. 00.06.1.3.4812
TENTANG
PETUNJUK PELAKSANAAN POLA TARIP RUMAH SAKIT PEMERINTAH
I. PENDAHULUAN
Salah satu tujuan Program Kesehatan Rujukan
dan Rumah セNZZォゥエ@ Repelita VI adalah Peningkatan dar.
Pengembangan Manajemen Rumah Sakit dan Laboratorium Kesehatan terutama dalam bidang Sumber Daya Tenaga, Pembiayaan dan Informasi menuju kemandirian rumah sakit sebagai Instansi Pengguna PNBP dengan tetap memperhatikan fungsi sosial. Sasaran yang diharapkan adalah meningkatnya mutu dan efisiensi pelayanan rumah sakit, pemanfaatan rnmah sakit serta pemanfaatan sarana, prasarana dan peralatan secara optimal dengan tetap mengacu pada standar dan etika yang berlaku . Dalam pelaksanaan pengelolaan rumah sakit, perlu ditunjang dengan peningkatan dan pemantapan manajemen meliputi kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan pengawasan .
Namun kemampuan sumber dana Pemerintah semakin terbatas, sehingga peran serta masyarakat dalam pembiayaan rnmah ·sakit perlu terns digali dan ditingkatkan, lq1ususnya golongan masyarakat mampu dengan tetap memperhatikan golongan masyarakat kurang mampu agar subsidi Pemerintah secara bertahap dapat dikurangi dan dialihkan pada sektor-sektor yang lebih membutuhkan .
Dengan persetujuan Menteri Keuangan R.I. No. S-60/MK-OI7/1997 tanggal 27 lanuari 1997 dan Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI. No . 582/Men.Kes/SKI VII . 1997 tanggal 11 Juni ·1997 tentang Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah, maka penetapan tarip rumah sakit berpedoman pada Pola Tarip tersebut dengan beberapa ketentuan sebagai berikut :
a. Tarip Rumah Sakit terdiri dari komponen biaya :
o
Jasa Sarana .. 0 Jasa Pelayananb. Jasa Sarana adalah imbalan yang diterima oleh rumah sakit atas pemakaian sarana, fasilitas rumah sakit, bahan, obat-obatan, bahan kimia dan alat kesehatan habis pakai yang digunakan langsung dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan dan rehabilitasi.
c. Jasa pelayanan adalah imbalan yang diterima oleh pelaksana pelayanan atas jasa yang diberikan kepada pasien dalam rangka observasi, diagnosis, pengobatan, konsultasi , visite, rehabilitasi medik dan atau pelayanan lainnya.
d. Tarip rumah sakit ditentukan atas dasar perhitungan Unit Cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatan bagi rumah sakit yang sudah mampu menghitung.
e. Tarip untuk kelas III A dan tarip untuk pelayanan rawat jalan dapat dikenakan Jasa Pelayanan. Tarip
untuk kelas III B tidak boleh dikenakan Jasa
Pelayanan.
f. Besaran tarip untuk rawat jalan dan rawat inap kelas
III A dan III B ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik atas usulan Direktur Rumah Sakit.
g. Besaran tarip untuk kelas Utama, I dan II ditetapkan
n.
oleh Direktur Rumah Sakit setelah mendapatkan persetujuan dari Kepala Kantor Wilayah Departemen Kesehatan Propinsi setempat.
h. Besaran tarip bagi pasien yang pembayarannya dijamin
oleh Pihak Ketiga ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atas dasar perjanjian tertulis dengan Pihak Penjamin.
1. Besaran tarip ditetapkan setiap tahun
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum tahun anggaran baru dimulai dan berlaku mulai tanggal 1 April sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya.
Dalam Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah, Fixed
Cost, Depresiasi dan Oppurtinity Cost tidak diperhitungkan
dengan pandangan bahwa investasi rumah sakit dan gaji di subsidi Pemerintah dan bila diperhitungkan tarip Rumah Sakit Pemerintah akan terlalu tinggi.
Metode yang dipakai dalam menetapkan besaran tarip
Pola Tarip Rumah Sakit Pemerintah berdasarkan Unit Cost
adalah metode Double Distribution Method atau Multiple
Distribution. Rumah Sakit yang dimihki dan atau dikeloia
penetapan Pola Tarip ini dan melaporkan pelaksanaannya kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik.
Rumah Sakit yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah dan instansi lainnya dapat berpedoman pada Pola Tarip 1ill . .
II. JENIS PELAYANAN YANG DIKENAKAN TARIP
1. Seluruh jenis pelayanan di rumah sakit yang dapat dikenakan tarip di kelompokkan kedalam pelayanan :
a. Rawat J alan b. Rawat Darurat c. Rawat Inap d. Pelayanan Medik
e. Pelayanan Penunjang Medik
f. Pelayanan Kebidanan dan Gynaekologi
• Persalinan Normal
• Persalinan Dengan Tindakan g. Pe}ayanan Penunjang Non Medik
h. Pelayanan Rehabilitasi Medik dan Mental
1. Pelayanan Konsultatip Khusus
J. Pelayanan Medico-Legal
k. PemulasaraanlPerawatan Jenazah
2. Semua jenis pelayanan lain yang tidak atau belum termasuk didalam kelompokkelompok tersebut diatas serta besaran taripnya, dapat diusulkan oleh Direktur Rumah Saleit untuk dapat ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pelayanan Medik dengan tarip pelayanan sesuai dengan Surat Keputusan ini .
III. KELAS PERAWATAN
Pembagian jumlah tempat tidur dan kelas perawatan diatur sebagai berikut :
1 . Setiap tahun Direktur Rumah Sakit melaporkan dan
mengusulkan kepada Direktur Jenderal Pelayanan Medik jumlah tempat tldur yang tercatat dan tersedia di rumah sakit dan pembagiannya kedalam kelaskelas perawatan.
Semua tempat tidur yang tercatat dan tersedia kecuali ICU, ICCU, NICU, Perinatologi, RuangRawat Intensif
di Unit Gawat Darurat dan Unit Detoksifikasi dibagi
kedalam kelaskelas perawatan sebagai berikut :
a. Kelas III B
b. Kelas III A
c. Kelas II
d. Kelas I
e. Kelas Utama
2. Jumlah tempat tidur pada perawatan kelas III di
prioritaskan kepada pelayanan masyarakat tidak mampu sejumlah sekurangkurangnya 50 % dari jumlah temp at tidur yang tersedia.
Jumlah tempat tidur untuk kelas II, I dan Kelas Utama ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit dengan mempertimbangkan kesiapan fasilitas dan tenaga di rumah sakit serta kemampuan daya beli masyarakat . Perubahan jumlah tempat tidur tersedia yang dilakukan rumah sakit harus dilaporkan kepada Menteri Kesehatan cq . Direktur J enderal Pelayanan Medik sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
No . 691 A/Men.Kes/SK/XIII 1984 tanggal 29
IV. . TARIP RAWAT JALAN f li k セャ@ a n Ii セ ァ@ a n 9 n
1. Tarip Rawat Jalan adalah pelayanan kepada pasien
untuk obseIVasi, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan pelayanan kesehatan lainnya tanpa tinggal di ruang rawat inap.
2. Tarip Rawat Jalan di rumah sakit dinyatakan dalam
bentuk karcis harian.
3. Karcis harian poliklinik (karcis berobat) merupakan
pembayaran atas jasa sarana, termasuk obat dan alat kesehatan rutin yang disediakan rumah sakit .
4. Besaran tarip rawat jalan ditetapkan berdasarkan
perhitungan perkalian dari Unit Cost pada Break Event
Point (BEP) kelas II Rawat Inap, untuk rumah sakit yang belum mampu menghitung unit cost dari setiap jenis pelayanan dan kelas perawatandi masingmasing rumah sakit, dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat, tarip rumah sakit setempat lainnya dan kebijaksanaan subsidi silang.
5. Karcis pasien tanpa membawa bukti rujukan dar i
Puskesmas dan Rumah Sakit Pemerintah ditetapkan
maksimal 4 x (empat kali) karcis pasien rawat jalan
dengan rujukan yang berlaku di masingmasing rumah sakit.
6. Biaya pemeriksaan Pelayanan Medis, Pelayanan
Penunjang Medis, Radio Diagnostik, Diagnostik
Elektromedik, Pelayanan Medis Gigi serta Rehabilitasi Medis, apabila ada dibayar terpisah oleh pasien sesuai tarip yang ditetapkan untuk jenis pemeriksaanl tindakan tersebut.
7. Tarip semua pemeriksaan dan tindakan pasien rawat jalan yang berasal dari rujukan swasta ditetapkan sarna dengan tarip pasien rawat inap kelas II.
8. Tarip pelayanan Rehabilitasi Medis Pasien Rawat Jalan
ditetapkan sarna dengan tarip sejenis dari tarip pasien
kelas III A.
9. Besaran tarip pasien yang membawa rujukan dari
Puskesmas dan rurnah sakit Pemerintah adalah II] 0 x Unit Cost BEP kelas II untuk semua jenis kelas Rumah Sakit Umum, Rumah Sakit Jiwa dan Rumah Sakit Khusus.
v.
TARIP RAWAT DARURAT1. Tarip Rawat Darurat adalah pelayanan kesehatan
tingkat lanjutan yang harus diberikan secepatnya untuk mencegahlmenanggulangi resiko kematian atau cacat.
2. Besaran Tarip Rawat Darurat ditetapkan maksimal
sebesar 2 x (dua kali) besaran tarip pada karcis harian pasien rawat jalan, sedangkan pasien tanpa rujukan ditetapkan maksimal 4 x (empat kali) pasien rawat· jalan.
3. Tarip pasien Instalasi Rawat Darurat (IRDA)
Psikiatrik ditetapkan sarna dengan tarip perawatan
kelas II.
4. Tarip Tindakan Medik dan Penunjang Medik
ditetapkan masksimal sebesar tarip tindakan sejenis
VI.
TARIP RAWAT INAP
1. Tarip Rawat Inap adalah pelayanan kepada pasien
untuk observasi, perobatan, diagnosis, pengobatan, rehabilitasi medik dan atau kesehatan lainnya dengan menempati tempat tidur.
2. Dalam menentukan besaran tarip perawatan
didasarkan atas perhitungan Unit Cost RataRata Rawat Inap di masingmasing rumah sakit, serta harus memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, tarip rumah sakit setempat lainnya, kebijaksanaan subsidi silang dan lain-lain.
3. Unit Cost RataRata Rawat Inap dihitung melalui analisa biaya dengan metode distribusi ganda (Double
Distribution) tanpa memperhatikan investasi dan biaya
..
.
gaJI pegawaI.
4. Tarip Rawat Siang hari (Day Care) di rumah sakit
jiwa ditetapkan sebesar maksimum }/2 dari tarip rawat inap kelas II.
5. Tarip Rawat Sehari (One Day Care) ditetapkan sarna
dengan tarip perawatan kelas II .
6. Tarip Pasien di Ruang Intensive (ICU, ICCU, NICU,
dll) ditetapkan atas dasar perhitungan unit cost rata-rata rawat inap dengan memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat dan rumah sakit lainnya. Bagi rumah sakit yang belum mempunyai unit cost ditetapkan sebagai berikut:
o
Pasien langsung masuk kemudian pulang ataumeninggal, taripnya ditetapkan sarna dengan kelas II tarip rawat inap.
o
Pasien masuk kemudian dirawat, taripnya ditetapkan maksimum 2 x (dua kali) tarip kelas asalnya.7. Tarip Rawat Inap untuk kelas III A dan untuk pelayanan rawat jalan dapat dikenakan Jasa Pelayanan, sedangkan tarip kelas III B tidak boleh dikenakan Jasa Pelayanan, terkecuali pasien yang pembayarannya dijamin oleh Pihak Ketiga, ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atas dasar peIjanjian tertulis dengan pihak penjamin.
8. Tarip Rawat Inap Pclayanan Bayi Baru Lahir ditetapkan sebesar 50 % dan tarip pelayanan rawat inap セ「オN@
9. Besaran tarip rawat inap tidaktermasuk biaya obat-obatan.
10. Tarip Rawat Inap kelas II sebagai dasar perhitungan unit cost Ulltuk semuajenis kelas.perawatan di rセ。ィ@ Z@
Sakit Umum dan Rumah Sakit Khusus seperti yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan.
vn.
TARIP PELAYANAN MEDIS1. Jenis Pelayanan Medis meliputi :
2. Tarip Pelayanan Medik adalah pelayanan terhadap pasien yang dilaksanakan oleh tenaga medik.
3. Dalam menentukan besaran tarip Tindakan Medis OperatifSederhana (Kecil), Sedang, Besar, Canggih dan Khusus didasarkan atas perhitungan Unit Cost Bedah Sentral di masingmasing rumah sakit serta harus memperhatikan kemarnpuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat dan rumah sakit setempat lainnya.
4. Tarip tindakan medis operatif pasien rawat jalan ditetapkan sarna dengan tarip sejenis dari tarip pasien rawat inap kelas III A.
5. Tarip tindakan medis operatifpasien rawat jalan yang berasal dari rujukan swasta ditetapkan sarna dengan tarip sejenis tarip pasien rawat inap kelas II.
6. Jasa Pelayanan tindakan medis operatifterdiri dari Jasa Medis dan Jasa Medis Anestesi Operatif.
7. Jasa Pelayanan Medis Anestesi Tindakan Operatif ditetapkan maksimal 1/3 dari jenis pelayanan rnedis sesuai dengan jenis tindakannya.
8. Dalam menentukan be saran tarip tindakan medis non operatif didasarkan perhitungan unit cost ratarata rawat inap di masingmasing rumah sakit, serta harns memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat dan rumah sakit setempat lainnya.
9. Besamya komponen biaya Jasa Sarana untuk tarip tindakan medis non operatif ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
VIll. TARIP PELAYANAN KEBIDANAN DAN GYNAEKOLOGI
1. . Tarip pelayanan persalinan nonnal dihitung atas dasar ratarata unit cost persalinan di masingmasing rumah sakit, sedang persalinan dengan tindakan pervaginam ditetapkan sebesar maksimal tarip persalinan nonnal ditambah 50 %.
2. Tarip rawat inap pelayanan bayi barn lahir ditetapkan sebesar 50 % dari tarip pelayanan rawat inap ibu.
IX. TARIP PELAYANAN PENUNJANG MEDIS
1. Pelayanan Penunjang Medis meliputi :
a. Pemeriksaan Laboratorium b. Pemeriksaan Radio Diagnostik
c. Pemeriksaan Diagnostik Elektromedik
d. Pemeriksaan Khusus
e. Pemeriksaan Farmakologi Klinik
2. Tarip pelayanan penunjang medis adalah pelayanan untuk penunjang penegakkan diagnosis dan terapi.
3. Biaya Jasa Sarana dari pelayanan penunjang medis ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atas dasar tingkat kecanggihan.
4 . Tarip pelayanan penunjang medis pasien rawat jalan ditetapkan sarna dengan tarip pemeriksaan sejenis dari tarip pasien rawat inap kelas ill A.
1
s
,
r
n
.1
5. Dalam menentukan besaran tarip pemeriksaan
laboratorium klinik didasarkan perhitungan unit cost laboratorium klinik masingmasing rumah sakit, serta harus memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, rumah sakit setempat lainnya, subsidi silang dan lainlain .
6. Besarnya Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan dalam
pemeriksaan laboratorium klinik, radio diagnostik, diagnostik elektromedik ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.
7. Pemeriksaan dan tindakan khusus meliputi jenis
pelayanan yang belum termasuk dalam ke1ompok pemeriksaan tersebut ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
x.
TARIP PELAYANAN REHABILITASI MEDIS1. Tarip rehabilitasi medis dan rehabilitasi mental adalah
pelayanan yang diberikan oleh unit rehabilitasi medik dalam bentuk pelayanan fisioterapi, terapi okupasional, terapi wicara, ortotik/prostetik, bimbingan sosial medis dan jasa psikologi serta rehabilitasi lainnya.
2 J enis pelayanan rehabilitasi medis meliputi :
a. Pelayanan rehabilitasi medis sederhana (kecil),
sedang, besar, canggih dan khusus.
b. . Pdayanan ortotiklprostetik sederhana (kecil),
sedang, besar, canggih dan khusus.
3. Besarnya jasa sarana dan jasa pelayanan rehabilitasi medis ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.
XI. TARIP PELAYANAN MEDIS GIGI
1. Tarip pelayanan medis gigi dan mulut adalah pelayanan
paripuma yang meliputi upaya penyembuhan dan pemulihan yang selaras dengan upaya pencegahan penyakit gigi dan mulut serta peningkatan kesehatan gigi dan mulut pada pasien di rumah sakit.
2. Dalam menentukan besaran tarip pemeriksaan gigi dan
mulut didasarkan perhitungan unit cost pemeriksaan gigi dan mulut di masingmasing rumah sakit, serta harus memperhatikan kemampuan dan keadaan sosial ekonomi masyarakat setempat, rumah sakit setempat lainnya, subsidi silang dan lainlain.
3. J enis Pelayanan Medis Gigi dan Mulut sebagai
pelayanan mandiri dapat berupa :
セ@ Poliklinik gigi dengan rujukan
セ@ Poliklinik gigi tanpa rujukan
4. Besaran tarip pelayanan medis gigi dan mulut rawat
1 1 1 n n a tl It 11 1t セョ@ 1, ill r, it
XII. TARIP PELAYANAN PENUNJANG NON MEDIS
1. Tarip pelayanan penunjang non medis adalah pelayanan yang diberikan di rumah sakit yang secara tidak langsung berkaitan dengan pelayanan medis . 2 . Komponen biaya pelayanan penunjang non medis
meliputi jasa sarana dan jasa pelayanan.
3. Tarip pelayanan penunjang non medis ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit.
xm.
TARIP PELAYANAN KONSULTASI KHUSUS DANMEDICO-LEGAL
1. Tarip pelayanan konsultasi khusus adalah pelayanan yang diberikan dalam bentuk konsultasi psikologi, gizi dan konsultasi lainnya.
2. Tarip pelayanan medicolegal adalah pelayanan kesehatan yang berkaitan dengan kepentingan hukum. 3. Besarnya tarip pe1ayanan konsultasi khusus dan medicolegal ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakjt.
XIV. TARIP PEMULASARAANIPERAWATAN .TENAZAH
1. Tarip pemulasaraan/perawatan jenazah adalah kegiatan yang meliputi perawatan jenazah, konservasi bedah mayat yang dilakukan oleh rumah sakit untuk kepentingan pelayanan kesehatan, pemakaman dan kepentingan proses peradilan.
2. Tarip pemulasaraanlperawatanjenazah berlaku secara proporsional untuk semua jenazah dalam rangka pemakamanJperabuan.
3. Besaran tarip pemulasaraan / perawatan jenazah diperhitungkan atas dasar Jasa Sarana dan Jasa Pelayanan yang ditetapkan oleh Direktur Rumah Sakit atas dasar Unit Cost dengan memperhatikan kemampuan ekonomi masyarakat serta tarip rumah sakit setempat lainnya.
4. Besarnya biaya jasa sarana untuk perawatan jenazah/jasad, konservasi jenaz ah serta bedah mayat ditetapkan secara proporsional untuk setiap kelas perawatan.
XV. PENGELOLAAN PENERIMAAN RUMAH SAKIT
1. Tata cara penerimaan fungsional dan penyetoran serta penyaluran dan penggunaan jasa sarana dan jasa pelayanan untuk rumah sakit Instansi Pengguna PNBP di laksanakan sesuai dengan ketentuan yang tercantum dalam Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Menteri Keuangan RI tentang Tata Cara Pengelolaan Keuangan Rumah Sakit.
n
a
n n n n
n
1, 1)
,-,
3. Penerimaan fungsional rumah sakit yang selanjutnya disebut Dana PNBP dapat dipergunakan secara langsung untuk membiayai pengeluaran rumah sakit dengan proporsi sebagai berikut :
a. Rumah Sakit Umum :
, ) Pengeluaran untuk biaya operasional dan pemeliharaan sebesar (minimal) ... 50%
2) Pengeluaran untuk
pengembangan sumber daya . manusia ... .49%
•
Jasa Pelayanan(maksimum) ... 44%
•
Peningkatan sumber daya manusia(minimum) ... 50/0
3) Pengeluaran biaya untuk
pembinaan セュ。ィ sakit
oIeh Tim Pembina
sebesar... l %
b. Rumah Sakit Khusus
(RS. Jiwa, RS. Tuberkulosa Paruparu, RS. Kusta, RS. Mata dan RS. Orthopaedi) :
I) Pengeluaran untuk biaya operasional dan pemeliharaan sebesar (minimal) ... ... 50% 2) Pengeluaran untuk
pengembangan sumber daya
manusia... .49% • J asa Pelayanan
(maksimum) ... .390/0
• Peningkatan sumber daya manusia
(minimum) ... ... ... 1 0%
3) Pengeluaran biaya untuk pembinaan rumah sakit oIeh Tim Pembina
XVI. LAIN LAIN
I. Pembinaan pelaksanaan pola tarif rumah sakit Pemerintah dilakukan oleh Tim Pembina Pllsat Pola
TarifRumah Sakit Pemerintah.
2. Pola tarif atas dasar unit cost ini diberlakukan pada
rllmah sakit Pemerintah secara bertahap sesuai
kemampuan rumah sakit ュ。セゥョァMュ。ウゥョァ dan selambat-lambatnya pada tahun kelima Repel ita VI semua rumah
sakit sudah menerapkan pelayanan tersebut.
3. Besaran tarif yang ditetapkan berdasarkan pola tarif
rumah sakit Pemerintah berdasarkan analisa biaya unit
cost sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan R.1
No. 5821Men.KesiSKNII1997 tanggalll Juni 1997
berlaku untuk satu tahun anggaran mulai tanggal 1 April
sampai dengan 31 Maret tahun berikutnya.
•
4.· PengelomIX>kkan jenis pelayanan yang tercantum pada
Surat Keputusan Menteri Kesehatan R.I No.. 5821
Men.Kes/SK/VI 1997 tanggal 11 Juni 1997
dimaksudkan sebagai pedoman petbitungan tarifbagi
rumah sakit Daerah dan rumah sakit Pemerintah
lainnya
XVII. PENUTUP
LAMPIRAN-LAMPIRAN
KEPUTUSAN MENTER! KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR: HK.OO.06.1.3.212S
TENTANG
TIM PEMBINA PUSAT TARIP RUMAH SAKIT-
PEMERINTAH
TAHUN ANGGARAN 1997/1998
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
MENIMBANG: a. bahwa dalam rangka pembinaan dan pelaksa-naan Pala Tarip Rumah Sakit Pemerintah sesuai Surat Persetujuan Menteri Keuangan
R.I. No. S-60/MK-0 1711997 tanggal 27
lanuari 1997 perlu dibentuk Tim Pembina Pusat Tarip Rumah Sakit Pemerintah;
b. bahwa pada tanggal 3 1 Maret 1997 masa kerja Tim yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan R.I No. HK.00.06. 1.3. 01924 tanggal 13 Mei 1996 dan ralat SK Tin! Pembina No. HK.00.06.1.3.4412 tangga121 Oktober 1996 dan No. HK.00.06.1.3.S298 tanggal 20 Desember 1996 telah berakhir;
• c. bahwa susunan keanggotaan Tim Tahun
Anggaran 1996 11997 perlu disempumakan
dan ditetapkan kembali dengan Keputusan Ment