• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BAB 14 PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 14

PENCIPTAAN TATA PEMERINTAHAN YANG BERSIH DAN BERWIBAWA

Sejalan dengan upaya reformasi di seluruh sendi kehidupan berbangsa dan bernegara, Pemerintah juga berupaya melaksanakan reformasi birokrasi untuk mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa atau yang lebih dikenal dengan tata pemerintahan yang baik (good governance) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari keseluruhan agenda pemerintah. Permasalahan birokrasi yang dihadapi selama ini merupakan permasalahan yang rumit dan saling terkait, mulai dari aspek kelembagaan, ketatalaksanaan, dan pengawasan hingga aspek sumber daya manusianya. Keberhasilan pelaksanaan reformasi birokrasi akan berdampak positif untuk mendukung keberhasilan pembangunan nasional secara keseluruhan, termasuk dalam pengelolaan sumber daya publik secara lebih akurat dan bermanfaat bagi kepentingan bangsa. Pada akhirnya, hal itu dapat mendukung terwujudnya wibawa dan kehormatan bangsa Indonesia di tengah-tengah komunitas internasional.

(2)

bahwa ada tiga pilar yang terkait dan diharapkan dapat bersinergi dalam melaksanakan reformasi birokrasi untuk menciptakan tata pemerintahan yang baik itu, yaitu penyelenggara negara -- termasuk Pemerintah -- pelaku bisnis, dan masyarakat. Diharapkan dengan sinergi ketiga pilar tersebut, permasalahan birokrasi yang selama ini dihadapi dapat ditangani dengan baik.

Secara lebih terperinci, permasalahan utama yang dihadapi, langkah-langkah kebijakan, hasil-hasil yang dicapai, dan tindak lanjut yang diperlukan yang berkaitan dengan penciptaan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa diuraikan di bawah ini.

I. Permasalahan yang Dihadapi

Dari sisi birokrasi pemerintahan, permasalahan utama yang dihadapi, antara lain, masih terjadinya korupsi, rendahnya disiplin dan kinerja pegawai, rendahnya kinerja pelayanan publik, serta belum tertatanya kelembagaan dan ketalaksanaan pemerintahan dengan baik. Permasalahan itu saling terkait dan memengaruhi.

(3)

Permasalahan lainnya adalah struktur organisasi instansi pemerintahan yang masih cenderung kaya struktur dan miskin fungsi. Artinya, pembentukan unit-unit kerja struktural cenderung kurang proporsional dan efisien, serta kurang memberi peluang diterapkannya jabatan-jabatan fungsional yang relevan. Terkait dengan masalah penyelenggaraan tugas-tugas instansi pemerintahan, masih dijumpai lemahnya sinkronisasi tata hubungan kerja antara kementerian/ lembaga dan instansi pemerintah daerah, lemahnya sistem dan prosedur dalam melaksanakan manajemen instansi pemerintahan, serta masih lemahnya pengelolaan dokumen dan kearsipan negara. Semua permasalahan tersebut terutama disebabkan oleh belum dilaksanakannya fungsi-fungsi manajemen di lingkungan instansi pemerintahan secara benar dan konsisten.

Berbagai masalah di atas mengindikasikan masih belum terselenggaranya tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa. Untuk itu, pemerintah berusaha melakukan langkah-langkah penyelesaiannya sesuai dengan Agenda Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2004–2009.

II. Langkah-Langkah Kebijakan dan Hasil-Hasil yang Dicapai

Langkah-langkah kebijakan dan hasil-hasil yang dicapai, sebagai pelaksanaan Agenda Program 100 Hari Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) dan RPJMN 2004–2009, secara umum dapat diuraikan sebagai berikut.

A.

Langkah-Langkah Kebijakan

Langkah-langkah kebijakan yang dilakukan diupayakan bersifat terobosan dan melanjutkan hal-hal yang relevan yang telah dilakukan.

1.

Melanjutkan pemberantasan praktik korupsi melalui:

(4)

b.

pemberian sanksi yang seberat-beratnya kepada pelaku korupsi sesuai dengan ketentuan yang berlaku;

c.

peningkatan efektivitas pengawasan melalui koordinasi dan sinergi pengawasan internal, eksternal dan pengawasan masyarakat serta tindak lanjut atas hasil pengawasan;

d.

pembangunan budaya kerja aparatur yang bermoral, profesional, produktif, dan bertanggung jawab;

e.

peningkatan pemberdayaan dan sinergi penyelenggara negara, dunia usaha, dan masyarakat dalam pemberantasan korupsi.

2.

Meningkatkan kualitas penyelenggaraan administrasi negara melalui:

a.

penataan kembali kelembagaan pemerintahan agar dapat berfungsi secara lebih efektif dan responsif dengan struktur yang lebih proporsional dan efisien;

b.

peningkatan efektivitas dan efisiensi ketatalaksanaan, termasuk prosedur kerja pada tingkatan dan kegiatan instansi pemerintahan;

c.

penataan dan peningkatan kapasitas pegawai agar lebih profesional sesuai dengan tugas dan fungsinya untuk memberikan pelayanan yang terbaik bagi masyarakat;

d.

peningkatan kesejahteraan pegawai dan pemberlakukan sistem karier berdasarkan prestasi; dalam hal ini, terus dilakukan upaya peningkatan gaji pegawai secara proporsional, adil, dan layak;

e.

optimalisasi pengembangan dan pemanfaatan e-government dan dokumen/arsip negara dalam pengelolaan tugas dan fungsi pemerintahan.

3.

Meningkatkan keberdayaan masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan, antara lain, melalui:

(5)

b.

peningkatan kapasitas masyarakat untuk dapat mencukupi kebutuhan dirinya, berpartisipasi dalam proses pembangunan, dan mengawasi pelaksanaan aparatur pemerintahan, termasuk kinerja pelayanan publik;

c.

peningkatan transparansi, partisipasi, dan mutu pelayanan melalui peningkatan akses dan sebaran informasi.

B.

Hasil-Hasil yang Dicapai

Hasil-hasil yang dicapai dari berbagai langkah kebijakan di atas, dapat diuraikan sebagai berikut.

1.

Penerapan Tata Kepemerintahaan yang Baik

(6)

2.

Peningkatan Pengawasan dan Akuntabilitas Aparatur Negara Untuk mewujudkan aparatur negara yang bersih bebas dari korupsi dan sekaligus untuk meningkatkan kinerja aparatur pemerintahan, telah dilaksanakan berbagai kegiatan di bidang pengawasan dan akuntabilitas aparatur negara dan telah menghasilkan, antara lain (1) rancangan peraturan perundang-undangan mengenai akuntabilitas kinerja instansi pemerintah (AKIP) sebagai penyempurnaan Inpres Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; (2) terlaksananya sosialisasi, bimbingan teknis, dan evaluasi Sistem Akuntansi Keuangan Daerah/Pusat (SAKD/P) dan Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP); (3) terlaksananya audit atas pengadaan barang/jasa di lingkungan instansi pemerintah dan BUMN/ BUMD/Badan Usaha Lainnya (BUL) yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari APBN, APBD, dan kekayaan yang dipisahkan; (4) temuan hasil audit investigatif atas kasus berindikasi Tindak Pidana Korupsi (TPK) yang dilimpahkan ke instansi penyidik periode 1 Oktober 2004 sampai dengan 30 April 2005 sebanyak 84 kasus senilai Rp220.155.240.823,27 dan US$ 14,358,969.28 sebagaimana dapat dilihat dalam Tabel IV; (5) temuan jumlah kerugian negara hasil perhitungan dalam rangka tugas perbantuan kepada instansi penyidik periode 1 Oktober 2004 sampai dengan April 2005 sebanyak 115 kasus dengan nilai sebesar Rp635.639.820,503 dan US$ 54,278,863.60, sebagaimana dapat dilihat dalam tabel V; dan (6) tindak lanjut atas temuan hasil pengawasan dan pengaduan masyarakat mengenai tindakan korupsi di berbagai lembaga seperti yang saat ini sedang dilakukan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Tim tastipikor, dan aparat pengawasan yang lain.

3.

Penataan Kelembagaan dan Ketatalaksanaan

(7)

Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia dan Lembaga Pemerintah Non-Departemen (LPND); (2) Peraturan Presiden No. 10 dan 12 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia dan LPND; (3) Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2005 tentang Perubahan atas Peraturan Presiden No. 10 Tahun 2005 tentang Unit Organisasi dan Tugas Eselon I Kementerian Negara Republik Indonesia; (4) terlaksananya berbagai kajian/evaluasi, antara lain, (a) standarisasi kompetensi pegawai; (b) mekanisme penyusunan dan pengundangan peraturan perundang-undangan; (c) naskah akademik dan RUU Administrasi Pemerintahan; (5) diterbitkannya Peraturan Pemerintah No. 6 Tahun 2005 tentang Pemilihan, Pengesahan Pengangkatan, dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; (6) diterbitkannya Peraturan Presiden No. 28 Tahun 2005 tentang Dewan Kebijakan Pertimbangan Otonomi Daerah; (7) terlaksananya evaluasi implikasi penerapan Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2003 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah; dan (8) telah diterbitkan Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No. 06 Tahun 2005 tentang Pedoman Perlindungan, Pengamanan, dan Penyelamatan Dokumen/Arsip Vital Negara.

4.

Pengelolaan Sumber Daya Manusia Aparatur

(8)

Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Kabupaten Nias Sumatra Utara; (3) pembinaan profesionalisme dan remunerasi PNS; (4) terlaksananya akreditasi dan sertifikasi Lembaga Diklat PNS; (5) terselenggaranya (a) Diklatpim Tingkat I Khusus dan Reguler serta Diklatpim Tingkat II; (b) Diklat Prajabatan; dan (c) pelaksanaan berbagai diklat teknis dan fungsional. Lebih lanjut, pelaksanaan diklat dalam tahun 2004– 2005 tercermin dalam Tabel III.

5.

Peningkatan Kualitas Pelayanan Publik

Upaya meningkatkan pelayanan publik yang cepat, tepat, murah, transparan, dan tidak diskriminatif untuk mendukung aktivitas masyarakat dan dunia usaha telah menghasilkan, antara lain (1) pengembangan sistem pelayanan publik yang berbasis pada kemampuan aplikasi nomor induk kependudukan; (2) penyempurnaan sistem pelayanan publik secara bertahap ke arah pemanfaatan teknologi informatika (e-government) untuk memperkecil peluang terjadinya korupsi; (3) evaluasi sistem dan prosedur pelayanan; (4) RUU Pelayanan Publik; (5) pelaksanaan berbagai kajian atau evaluasi yang relevan, antara lain, (a) manajemen wilayah perbatasan negara; (b) perbandingan pengelolaan BUMN di berbagai negara ASEAN; (c) Badan Hukum Milik Negara (BHMN); (d) kebijakan pengawasan pengelolaan keuangan negara; dan (e) evaluasi penerapan standar pelayanan publik di kabupaten/kota.

6.

Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

(9)

III. Tindak Lanjut yang Diperlukan

(10)

Tabel I Komposisi PNS 2003–2005

No. Uraian (Data PUPNS)2003 2004 2005 (*)

1. Jumlah PNS 3.648.005 3.587.337 3.716.967 2. Menurut Jenis Kelamin

(*) Keadaan Juli 2005, termasuk CPNS Tahun 2004

Tabel II

(11)

No Kualifikasi Jumlah

1. Tenaga Kesehatan 28.021

2. Guru dan Dosen di Bawah Pembinaan Depdiknas 76.563 3. Guru/Dosen dan Tenaga Teknis Lain di Bawah Pembinaan Depag 50.000

4. Jabatan Strategis Lain 50.000

Jumlah CPNS Tahun 2004 204.584 c. Diklat Teknis dan Fungsional

1) Teknis

2) Widyaiswara 1.82981 463946

Catatan:

* Sampai dengan bulan Juni 2005 ** Diklatpim I Pola Khusus dan Reguler

Tabel IV

Temuan Hasil Audit Investigatif atas Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi

Oktober 2004–April 2005

No. Penyidik Instansi Kasus Nilai Kerugian Keuangan Negara Rupiah Valas (US$) 1. Kejaksaan 30 49.582.024.240,37 48,840.09 2. Kepolisian 39 71.609.045.966,90 7,870,397.00 3. KPK 15 98.964.170.616,00 6,439,732.19 Jumlah 84 220.155.240.823,27 14,358,969.28 (Data BPKP)

Tabel V

Bantuan BPKP Mengenai Perhitungan Kerugian Keuangan Negara kepada Instansi Penyidik

Oktober 2004–April 2005

(12)

Instansi

Penyidik Kasus Rp. US$

1. Kejaksaan 51 460.137.453.982 2,433,156.60

2. Kepolisian 62 155.152.366.521 -

3. KPK 2 20.350.000.000 51,845,707.00

Gambar

Tabel IKomposisi PNS 2003–2005
Tabel IVTemuan Hasil Audit Investigatif atas Kasus Berindikasi Tindak Pidana Korupsi

Referensi

Dokumen terkait

Jumlah hasil penelitian dan pengembangan di bidang Upaya Kesehatan Masyarakat Berdasarkan hasil penilaian kinerja tahun 2016, Balai Litbang P2B2 Banjarnegara telah berhasil

a) Brand believe adalah komponen kognitif (pemikiran). b) Brand evaluation yaitu komponen afektif yang mewakili semua evaluasi terhadap merek oleh konsumen. Memiliki

Apakah kamu mendapatkan keuntungan yang setara dari hasil usaha kalian atau kamu hanya mendapat upah dari menjalankan perintah. Apakah kamu familiar dengan

Berdasarkan perhitungan koefisien korelasi didapat nilai sebesar 0,656 menunjukan bahwa tingkat hubungan yang kuat antara gaya kepemimpinan terhadap motivasi, hasil

Fungsi bermain menurut Adriana (2011) berfungsi untuk merangsang perkembangan sensorimotor, perkembangan intelektual, sosialisasi, kreativitas, kesadaran diri, nilai

Permasalahan transportasi yang umum terjadi di kota-kota berkembang adalah tingkat pertumbuhan kendaraan yang tinggi tanpa diimbangi dengan peningkatan infrastruktur

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pekerjaan terhadap infeksi Plasmodium falciparum di daerah endemis malaria di Penajam Paser Utara,

diduga pemakai ganja tewas ditembak polisi di Palbatu VI, Tebet, Jakarta Selatan, Jumat (17/7) dinihari. KRT Raji- man Bioskop Buaran WaruDoyong No. Bungur Besar Gg. Ke-