• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH

MEDAN TAHUN 2014

HOTMAUHUR TARIGAN 1350102015

KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PERNYATAAN PERSETUJUAN SIDANG KARYA TULIS ILMIAH

NAMA : HOTMAHUR TARIGAN

NIM : 1350102015

JUDUL : PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2014

Menyatakan bahwa mahasiswa tersebut diatas disetujui untuk mengikuti ujian sidang Karya Tulis Ilmiah.

Medan, 2014 Pembimbing,

(4)

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

ABSTRAK Hotmauhur Tarigan

Latar Belakang : Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama pasca lahir menurunkan 22% resiko kematian bayi usia 0–28 hari. Praktik inisiasi menyusu dini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang mendukung (enabling factor) berupa fasilitas rumah bersalin yang mendukung IMD dan faktor yang memperkuat (reinvorcing factor) berupa peran tenaga kesehatan. Di samping kedua faktor tersebut, kondisi kesehatan ibu juga berpengaruh terhadap keberhasilan inisiasi menyusu dini jika kondisi ibu lemah, maka praktik inisiasi menyusu dini tidak dapat terlaksana. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Metodologi Penelitian : Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 54 orang. Pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Hasil Penelitian : Bidan yang kompeten sebanyak 41 orang (76%), sedangkan bidan yang tidak kompeten sebanyak 13 orang (24%).

Kesimpulan : Semakin banyak bidan yang memiliki kompetensi mengenai inisiasi menyusu dini, maka semakin baik pelaksanaannya dan semakin besar pula manfaat yang dirasakan oleh klien atau masyarakat. Bidan diharapkan agar lebih meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan tanggung jawab profesi dan senantiasa mengikuti perkembangan ilmu kebidanan yang terbaru serta aktif memberikan promosi kesehatan kepada klien/keluarga dan masyarakat khususnya tentang pentingnya inisiasi menyusu dini.

(5)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penyusun ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini dengan judul “Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014’’ yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan pada Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini penyusun mendapatkan bimbingan, masukan dan arahan dari berbagai pihak, sehingga penyusun dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah ini tepat pada waktunya. Dalam kesempatan ini penyusun ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes. selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.kep selaku Ketua Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

3. Erniyati, S.Kp, M.Ns selaku pembimbing yang telah memberikan bimbingan, bantuan dan arahan selama penyusunan karya tulis ilmiah

4. Sr.Maria Wilfrida Simbolon Selaku Pemimpin Umum Suster Fransiskanes Santa Elisabeth Beserta Dewannya dan Para suster FSE yang telah memberi kesempatan dan dukungan kepada saya untuk melanjutkan pendidikan di DIV Bidan Penddik USU Medan

(6)

6. Seluruh staf dan Dosen Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

7. Orang tua, Kakak, dan Adik yang penyusun cintai yang telah memberikan dukungan serta doa yang tiada henti-hentinya kepada penyusun dalam membuat Karya Tulis Ilmiah ini.

8. Rekan-rekan mahasiswa Program D IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera utara yang telah memberikan dukungan dan masukan kepada penulis.

9. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan pada penyusun dalam penyusunan tarya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih terdapat kekurangan, untuk itu masukan dan saran yang membangun sangatlah diharapkan demi perbaikan.

Akhirnya penyusun mengharapkan semogaKarya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, 2014 Penyusun

Hotmauhur Tarigan

iii ii

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR SKEMA ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Inisiasi Menyusu Dini ... 6

1. Defenisi Inisiasi Menyusu Dini ... 6

2. Prinsip Inisiasi Menyusu Dini ... 6

3. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini ... 7

4. Inisiasi Menyusu Dini yang dianjurkan ... 8

5. Inisiasi menyusu dini yang Kurang Tepat ... 9

(8)

7. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Dini ... 12

B. Bidan ... 13

1. Definisi ... 13

2. Bidan dan Inisiasi Menyusu Dini ... 14

3. Tindakan Bidan dalam Inisiasi Menyusu Dini ... 14

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 16

B. Defenisi Operasional ... 17

BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian ... 18

B. Populasi ... 18

C. Sampel ... 18

D. Tempat Penelitian ... 18

E. Waktu Penelitian ... 19

F. Etika Penelitian ... 19

G. Alat Pengumpul Data ... 19

H. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 20

1. Uji Validitas ... 20

2. Uji Reabilitas ... 20

I. Prosedur Pengumpulan Data ... 21

J. Rencana Analisis Data ... 21

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. HASIL PENELITIAN ... 23

1. Karakteristik Bidan ... 23

2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini... 24 v

(9)

3. Kompetensi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini ... 26

B. PEMBAHASAN ... 26

1. Interpretasi Data dan Diskusi Hasil ... 26

2. Keterbatasan Penelitian ... 30

3. Implikasi terhadap Asuhan Kebidanan / Pendidikan Bidan ... 29

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 32

B. Saran ... 32 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(10)

DAFTAR SKEMA

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Definisi Operasional ... 15 Tabel 5.1 : Distribusi Karakteristik Bidan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014 ... 23 Tabel 5.2 : Distribusi Hasil Observasi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah

Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014... 24 Tabel 5.3 : Distribusi Alasan Bidan Tidak Melakukan Tindakan Inisiasi Menyusu Dini Sesuai Lembar Observasi ... 25 Tabel 5.4 : Distribusi Kompetensi Bidan Dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Penjelasan Kepada Calon Responden Lampiran 2 : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran 3 : Lembar Observasi

Lampiran 4 : Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah Lampiran 5 : Master Tabel

Lampiran 6 : Output SPSS

Lampiran 7 : Surat Izin Pengambilan Data Penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 8 : Surat Balasan Penelitian dari Santa Elisabeth Medan. Lampiran 9 : Daftar Riwayat Hidup

(13)

Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

ABSTRAK Hotmauhur Tarigan

Latar Belakang : Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama pasca lahir menurunkan 22% resiko kematian bayi usia 0–28 hari. Praktik inisiasi menyusu dini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang mendukung (enabling factor) berupa fasilitas rumah bersalin yang mendukung IMD dan faktor yang memperkuat (reinvorcing factor) berupa peran tenaga kesehatan. Di samping kedua faktor tersebut, kondisi kesehatan ibu juga berpengaruh terhadap keberhasilan inisiasi menyusu dini jika kondisi ibu lemah, maka praktik inisiasi menyusu dini tidak dapat terlaksana. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Metodologi Penelitian : Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah sampel sebanyak 54 orang. Pengambilan sampel secara total sampling. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan.

Hasil Penelitian : Bidan yang kompeten sebanyak 41 orang (76%), sedangkan bidan yang tidak kompeten sebanyak 13 orang (24%).

Kesimpulan : Semakin banyak bidan yang memiliki kompetensi mengenai inisiasi menyusu dini, maka semakin baik pelaksanaannya dan semakin besar pula manfaat yang dirasakan oleh klien atau masyarakat. Bidan diharapkan agar lebih meningkatkan kesadaran dan kepedulian akan tanggung jawab profesi dan senantiasa mengikuti perkembangan ilmu kebidanan yang terbaru serta aktif memberikan promosi kesehatan kepada klien/keluarga dan masyarakat khususnya tentang pentingnya inisiasi menyusu dini.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka Kematian Bayi di Indonesia menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Namun target yang akan dicapai sesuai kesepakatan MDGs tahun 2015, angka kematian bayi menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup ( SDKI, 2007).

Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu membantu mengurangi kemiskinan dan kelaparan serta membantu mengurangi angka kematian anak (Bappenas, 2011). Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan inisiasi menyusu dini sebagai tindakan penyelamatan kehidupan (Maryunani, 2012. Hal.61).

Sebagian besar dari 4 juta kematian bayi baru lahir disebabkan oleh penyebab yang dapat dicegah yaitu infeksi ( meningitis, sepsis, dan pneumonia ). Ternyata dengan Inisiasi menyusu dini dalam satu jam pertama pasca lahir menurunkan 22% resiko kematian bayi usia 0–28 hari. Sebaliknya, penundaan inisiasi meningkatkan risiko kematian. Bahkan bila inisiasi meyusu terlambat dilakukan ( setelah hari pertama ), dapat meningkatkan risiko kematian bayi 2-4 kali (Ikatan Dokter Anak Indonesia /IDAI, 2010).

(15)

20,2% pada waktu kurang dari satu jam pertama dan 34,0% pada 1 sampai 6 jam berikutnya (Riskesdas, 2010).

Berdasarkan penelitian WHO (2000), dienam negara berkembang yaitu Brazil, Ghana, India,Oman Norwegia dan Amerika Serikat, resiko kematian bayi antara usia 9 – 12 bulan meningkat 40 % jika bayi tersebut tidak disusui. Untuk bayi berusia dibawah 2 bulan, angka kematian ini meningkat menjadi 48 % dan sekitar 40 % kematian balita terjadi diusia bayi baru lahir. Jika bayi menyusu sejak dini, maka dapat mengurangi 22 % kematian bayi 28 hari, berarti mengurangi kematian balita 8,8 %. Mengacu pada hasil penelitian itu, maka diperkirakan program inisiasi menyusu dini dapat menyelamatkan sekurang-kurangnya 30.000 bayi Indonesia yang meninggal dalam bulan pertama kelahiran (Roesli, 2008).

Dengan pemberian ASI dalam satu jam pertama, bayi akan mendapat zat-zat gizi yang penting dan mereka terlindung dari berbagai penyakit berbahaya pada masa yang paling rentan dalam kehidupannya (Wardani, 2007).

Meskipun IMD telah diketahui banyak manfaatnya namun pelaksanaannya ternyata tidak mudah dilakukan. Hanya sekitar 14% ibu yang berhasil memberikan air susu ibu untuk bayi nya padahal ASI sangat bermanfaat untuk tumbuh kembang anak. Minimnya jumlah tersebut disebabkan kurangnya pengetahuan ibu. Banyak ibu yang tidak mendapatkan informasi atau tidak tahu apa yang harus dilakukan saat pertama bayi lahir, terlebih bila pihak rumah sakit tidak mendukung dengan mengkondisikan ibu dalam melakukan inisiasi menyusu dini (Maryunani, 2012).

(16)

responden (6,0%) dengan bayi lahir patologis, 8 responden (26,0%) mengalami pendarahan dan 21 responden (67,7%) lainnya tidak melakukan IMD karena petugas yang tidak melaksanakannya). Berdasarkan hasil penelitian tersebut diketahui bahwa semua responden mengambil keputusan ingin melakukan IMD pada saat setelah melahirkan. Namun hanya 9 responden saja yang melaksanakan praktik IMD. Dari data tersebut disimpulkan bahwa pelaksanaan IMD itu sendiri tergantung pada bidan yang membantu pada saat proses persalinan. (http://www.jurnalisem.com/inisiasi-menyusu-dini).

Pada dasarnya, praktik inisiasi menyusu dini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang mendukung (enabling factor) berupa fasilitas rumah bersalin yang mendukung IMD dan faktor yang memperkuat (reinforcing factor) berupa peran tenaga kesehatan. Jika tenaga kesehatan tidak mempunyai kesadaran, keahlian dan pengetahuan mengenai inisiasi menyusu dini maka tidak akan terlaksana program inisiasi menyusu dini. Di samping kedua faktor tersebut, kondisi kesehatan ibu juga berpengaruh terhadap keberhasilan inisiasi menyusu dini jika kondisi ibu lemah, maka praktik inisiasi menyusu dini tidak dapat terlaksana (Depkes RI, 2011).

Berdasarkan survey awal yang dilakukan peneliti kepada 10 orang bidan yang bertugas diruang bersalin rumah sakit Santa Elisabeth Medan dengan memberikan sebuah pertanyaan melalui wawancara tentang prosedur pelaksanaan inisiasi menyusu dini, yang kemudian hasilnya dinilai dengan men checklist pernyataan yang benar sesuai prosedur yang ada lembar observasi, hanya 3 orang yang mampu menguraikan prosedur mencapai 80% benar, sedangkan 4 orang hanya 30%-50% benar dari prosedur pelaksanaan dan 3 orang lainnya hanya mengatakan cukup letakkan saja bayi di atas tubuh ibu lebih kurang 1 jam, pada akhirnya bayi akan bisa menyusu sendiri di atas dada ibunya.

(17)

Berdasarkan latar belakang diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana pelaksaanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui bagaimana Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui karakteristik responden.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah Sakit

Menjadi masukan untuk selalu memperhatikan proses sosialisasi informasi mengenai program inisiasi menyusu dini dilingkup rumah sakit, yaitu sosialisasi kepada masyarakat, tidak hanya masyarakat di dalam rumah sakit saja di antaranya yaitu seluruh pengunjung rumah sakit termasuk kepada para petugas kesehatan baik medis maupun non medis.

2. Bagi Petugas Kesehatan

(18)

informasi kepada masyarakat, khususnya kepada ibu-ibu hamil sehingga program inisiasi menyusu dini dapat berjalan secara efektif dan optimal.

3. Bagi Peneliti

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Inisiasi Menyusu Dini

1. Definisi Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini (early initiation/ the best crawl) atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Sebenarnya bayi manusia juga seperti bayi mamalia lain yang menyusu sendiri, asalkan dibiarkan kontak kulit bayi dengan kulit ibunya, setidaknya selama satu jam segera setelah lahir (Roesli, 2008. Hal.2).

Setelah lahir dan menangis, bayi langsung diletakkan di perut ibu (kulit ibu bersentuhan dengan kulit bayi) dan diselimuti supaya tidak kedinginan. Selanjutnya bayi pun secara alamiah akan merangkak mencari puting susu ibunya dan menghisap. Proses ini biarkan berlangsung sampai si bayi berhenti menyusu dengan sendirinya disebut dengan inisiasi menyusu dini (Purnamawati, 2008).

Inisiasi menyusu dini adalah pemberian air susu ibu dimulai sedini mungkin segera setelah bayi lahir, setelah tali pusat dipotong, letakkan bayi tengkurap didada ibu dengan kulit bayi melekat pada kulit ibu. Biarkan kontak kulit bayi ke kulit ibu menetap selama setidaknya 1 jam bahkan lebih sampai bayi dapat menyusu sendiri (Jaringan Nasional Pelatihan Klinik Kesehatan Reproduksi/JNPK-KR, 2008. Hal.131).

2. Prinsip inisiasi menyusu dini (IMD)

(20)

ibu, sampai dia menyusu sendiri. Prinsip dasar inisiasi menyusu dini adalah tanpa harus dibersihkan dulu, bayi diletakkan di dada ibunya dengan posisi tengkurap dimana telinga dan tangan bayi berada dalam satu garis sehingga terjadi kontak kulit dan secara alami bayi mencari payudara ibu dan mulai menyusu (Rosita, 2008).

3. Manfaat Inisiasi Menyusu Dini

Inisiasi menyusu dini dapat memberikan manfaat, yaitu:

a. Anak yang dapat menyusu dini dapat mudah sekali menyusu kemudian, sehingga kegagalan menyusu akan berkurang. Selain mendapatkan kolostrum yang bermanfaat untuk bayi, pemberian air susu ibu eksklusif akan menurunkan kematian.

b. Air susu ibu adalah cairan kehidupan yang mengandung makanan yang mudah dicerna dan diserap. Berbeda dengan air susu ibu, susu formula tidak mengandung enzim sehingga penyerapannya tergantung enzim di usus anak.

c. Produksi air susu lancar dan mengurangi keluhan ibu-ibu yang merasa suplai air susunya berkurang, padahal air susu ibu diproduksi berdasarkan demand (permintaan si bayi tersebut). Jika bayi menyusu banyak, produksi air susu ibu akan banyak. Sedangkan bayi yang diberikan susu formula, kemudian dialihkan ke air susu ibu, perlu waktu kurang lebih satu minggu untuk produksi air susu ibu.

d. Pengisapan bayi pada payudara merangsang pelepasan hormon oksitosin sehingga membantu pengeluaran plasenta, involusi uterus, membantu mengendalikan perdarahan, merangsang produksi hormon lain yang membuat ibu menjadi rileks, lebih mencintai bayinya, meningkatkan ambang nyeri, perasaan sangat bahagia pada ibu dan bayi, dan merangsang pengaliran air susu ibu dari payudara (Indira, 2007).

(21)

Menurut penelitian Rulina Suradi, inisiasi dini pemberian ASI dapat mencegah kematian neonatal melalui 4 cara, yaitu :

a. Penghisapan oleh bayi segera setelah lahir dapat membantu mempercepat pengeluaran ASI dan memastikan pengeluaran ASI.

b. Menyusu sedini mungkin dapat mencegah paparan terhadap substansi/zat dari makanan/minuman yang dapat mengganggu fungsi normal saluran pencernaan. c. Komponen dari ASI awal (kolostrum) dapat memicu pematangan dari saluran

cerna dan memberi perlindungan terhadap infeksi karena kaya akan zat kekebalan. d. Kehangatan tubuh ibu saat proses menyusu dapat mencegah kematian bayi akibat kedinginan (terutama bagi bayi dengan berat lahir rendah). (Kosim, dkk dalam IDAI, 2010, hal. 378)

4. Inisiasi Menyusu Dini yang Dianjurkan

Berikut ini langkah-langkah melakukan inisiasi menyusu dini yang dianjurkan: a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu.

b. Keringkan seluruh tubuh bayi termasuk kepala secepatnya, kecuali kedua tangannya.

c. Tali pusat dipotong, lalu diikat.

d. Verniks (zat lemak putih) yang melekat di tubuh bayi sebaiknya tidak dibersihkan karena zat ini membuat nyaman kulit bayi.

e. Tanpa dibedong, bayi langsung ditengkurapkan di dada atau perut ibu dengan kontak kulit bayi dan kulit ibu.

f. Ibu dan bayi diselimuti bersama-sama.

(22)

h. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit satu jam

i. Biarkan bayi mencari puting dan menemukan puting ibu

j. Mintalah ibu untuk merangsang bayi dengan sentuhan memeluk dan membelai bayinya, tetapi tidak memaksa bayi keputing susu. Bila perlu letakkan bantal di bawah kepala ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan anak

k. Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit bayi tetap dengan kulit ibu sampai selama 30-60 menit berikutnya

l. Jika bayi masih belum melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 2 jam pindahkan ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan perawatan bayi baru lahir dan kemudian kembali bayi kepada ibu untuk menyusu (JNPK-KR, 2008, Hal. 132-133).

5. Inisiasi Menyusu Dini yang Kurang Tepat

Saat ini, umumnya praktek inisiasi menyusu dini yang kurang tepat adalah seperti berikut:

a. Begitu lahir, bayi diletakkan di perut ibu yang sudah dialasi kain kering. b. Bayi segera dikeringkan dengan kain kering. Tali pusat dipotong, lalu diikat. c. Karena takut kedinginan, bayi dibungkus (dibedong) dengan selimut bayi.

d. Dalam keadaan dibedong, bayi diletakkan di dada ibu (tidak terjadi kontak kulit bayi dengan kulit ibu). Bayi dibiarkan di dada ibu (bonding) untuk beberapa lama (10-15 menit atau sampai tenaga kesehatan selesai menjahit perineum).

e. Selanjutnya, diangkat dan disusukan pada ibu dengan cara memasukkan puting susu ibu ke mulut bayi.

(23)

f. Setelah itu, bayi dibawa ke kamar transisi atau kamar pemulihan (recovery room) untuk ditimbang, diukur, dicap, diazankan oleh ayah, diberi suntikan vitamin K, dan kadang diberi tetes mata (Roesli, 2008. Hal.9).

6. Penghambat Inisiasi Menyusu Dini

Berikut ini beberapa pendapat yang menghambat terjadinya kontak dini kulit ibu dengan kulit bayi:

a. Bayi kedinginan

Bergman (2005, dalam Roesli, 2008, hlm 28) mengatakan bayi berada dalam suhu yang aman jika melakukan kontak kulit dengan sang ibu. Menakjubkan!, suhu payudara ibu meningkat 0,50C dalam dua menit jika bayi diletakkan di dada ibu. b. Setelah melahirkan ibu terlalu lelah untuk segera menyusui bayinya

Seorang ibu jarang terlalu lelah untuk memeluk bayinya segera setelah lahir. Keluarnya oksitosin saat kontak kulit ke kulit serta saat bayi menyusu dini membantu menenangkan ibu.

c. Tenaga kesehatan kurang tersedia

Saat bayi di dada ibu, penolong persalinan dapat melanjutkan tugasnya. Bayi dapat menemukan sendiri payudara ibu. Libatkan ayah atau keluarga untuk menjaga bayi sambil memberi dukungan pada ibu.

d. Kamar bersalin atau kamar operasi sibuk

Dengan bayi di dada ibu, ibu dapat dipindahkan ke ruang pulih atau kamar perawatan. Beri kesempatan pada bayi untuk meneruskan usahanya mencapai payudara dan menyusu dini.

e. Ibu harus dijahit

(24)

Kegiatan merangkak mencari payudara terjadi di area payudara, bagian yang dijahit adalah bagian bawah tubuh ibu, tentunya inisiasi menyusu dini tidak mengganggu proses penjahitan luka.

f. Suntikan vitamin K dan tetes mata untuk mencegah penyakit gonore (gonorrhea) harus segera diberikan setelah lahir

Menurut American College of Obstetrics and Gynecology dan Academy Breastfeeding Medicine (2007) tindakan pencegahan ini dapat ditunda setidaknya selama satu jam sampai bayi menyusu sendiri tanpa membahayakan bayi (Roesli, 2008, hal.30)

g. Bayi harus segera dibersihkan, dimandikan, ditimbang dan diukur

Menunda memandikan bayi berarti menghindarkan hilangnya panas badan bayi. Selain itu, kesempatan verniks meresap, melunakkan, dan melindungi kulit bayi lebih besar. Bayi dapat dikeringkan segera setelah lahir. Penimbangan dan pengukuran dapat ditunda sampai menyusu awal selesai.

h. Bayi kurang siaga

Justru pada 1-2 jam pertama kelahirannya, bayi sangat siaga (alert). Setelah itu, bayi tidur dalam waktu yang lama. Jika bayi mengantuk akibat obat yang diasup ibu, kontak kulit akan lebih penting lagi karena bayi memerlukan bantuan lebih untuk bonding.

i. Kolostrum tidak keluar atau jumlah kolostrum tidak memadai sehingga diperlukan cairan lain (cairan pre-laktal).Kolostrum cukup dijadikan makanan pertama bayi baru lahir. Bayi dilahirkan dengan membawa bekal air dan gula yang dapat dipakai pada saat itu.

j. Kolostrum tidak baik, bahkan berbahaya untuk bayi

(25)

Kolostrum sangat diperlukan untuk tumbuh kembang bayi. Selain sebagai imunisasi pertama dan mengurangi kuning pada bayi baru lahir, kolostrum melindungi dan mematangkan dinding usus yang masih muda (Roesli, 2008).

7. Pentingnya Kontak Kulit dan Menyusu Sendiri

Kontak kulit dan menyusu dini dipandang penting (BPNI Maharashtra, 2007, http://www.unicef.org/ India), karena:

a. Kontak kulit bayi dengan kulit ibu dan bayi menyusu sendiri segera setelah lahir dalam satu jam pertama kehidupan sangatlah penting, karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. Ini akan menurun kematian karena kedinginan (hypothermia).

b. Ibu dan bayi merasa lebih tenang. Pernafasan dan detak jantung bayi lebih stabil. Bayi akan lebih jarang menangis sehingga mengurangi pemakaian energi). c. Saat merangkak mencari payudara, bayi memindahkan bakteri dari kulit ibunya

dan ia akan menjilat-jilat kulit ibu, menelan bakteri baik di kulit ibu. Bakteri baik ini akan berkembang biak membentuk koloni di kulit dan usus bayi, menyaingi bakteri jahat dari lingkungan.

d. Bonding (ikatan kasih sayang) antara ibu-bayi akan lebih baik karena pada 1-2 jam pertama, bayi dalam keadaan siaga. Setelah itu, biasanya bayi tidur dalam waktu yang lama.

e. Makanan awal non-ASI mengandung zat putih telur yang bukan berasal dari susu manusia, misalnya dari susu hewan. Hal ini dapat mengganggu pertumbuhan fungsi usus dan mencetuskan alergi lebih awal.

f. Bayi yang diberi kesempatan menyusu dini lebih berhasil menyusui ekslusif dan akan lebih lama disusui.

(26)

g. Hentakan kepala bayi ke dada ibu, sentuhan tangan bayi di puting susu dan sekitarnya, emutan, dan jilatan bayi pada puting ibu merangsang pengeluaran hormon oksitosin.

h. Bayi mendapatkan kolostrum air susu ibu yang pertama kali keluar. Cairan emas ini kadang juga dinamakan the gift of life. Bayi yang diberi kesempatan inisiasi menyusu dini lebih dulu mendapatkan kolostrum daripada yang tidak diberi kesempatan. Kolostrum air susu ibu istimewa yang kaya akan daya tahan tubuh, penting untuk ketahanan terhadap infeksi, penting untuk pertumbuhan usus, bahkan kelangsungan hidup bayi. Kolostrum akan membuat lapisan yang melindungi dinding usus bayi yang masih belum matang sekaligus mematangkan dinding usus ini.

i. Ibu dan ayah akan merasa sangat bahagia bertemu dengan bayinya untuk pertama kali dalam kondisi seperti ini. Suatu pengalaman batin bagi ketiganya yang sangat indah.

B. Bidan 1. Definisi

Bidan adalah seorang yang telah mengikuti dan menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui oleh pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku, jika melakukan praktik yang bersangkutan harus mendaftar untuk mendapatkan izin praktik dari lembaga yang berwenang. Dalam melakukan praktik, bidan harus mampu memberikan asuhan yang sesuai Pelayanan kebidanan adalah penerapan ilmu kebidanan melalui asuhan kebidanan kepada klien yang menjadi tanggung jawab bidan, mulai dari kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir,

(27)

keluarga berencana, termasuk kesehatan reproduksi wanita dan pelayanan kebidanan kepada masyarakat (Hidayat dan Mudfilah, 2009).

2. Bidan dan Inisiasi Menyusu Dini

Persalinan normal adalah terjadinya kelahiran bayi aterm dengan proses pervaginam alami dan tanpa komplikasi. Aspek pelayanan yang penting dalam partus normal adalah kasih sayang, keamanan dan kepuasan pasien. Hal ini lebih banyak dibuktikan oleh para bidan, baik dalam praktik mandiri maupun kolaborasi dengan dokter obgyn di rumah sakit (Soepardan, 2008).

Angka kematian bayi baru lahir di Indonesia masih tinggi, sebagian penyebab kematian tersebut dapat dicegah dengan penanganan yang adekuat yang salah satunya adalah dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Bidan sebagai petugas kesehatan yang menangani pertolongan persalinan secara langsug banyak berperan penting dala promosi dan pelaksanaan inisiasi menyusu dini (Sulistyawati, 2009).

2. Tindakan Bidan Dalam Inisiasi Menyusu Dini

Tindakan bidan dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah: a. Anjurkan suami atau keluarga mendampingi ibu saat melahirkan.

b. Dalam menolong ibu saat melahirkan, disarankan untuk tidak menggunakan obat kimiawi, diganti dengan cara non-kimiawi, seperti pijat, aroma terapi, gerakan, dan hypnobirthing.

c. Biarkan ibu menentukan cara dan posisi melahirkan.

d. Keringkan badan dan kepala bayi secepatnya, kecuali kedua tangan tanpa menghilangkan verniks yang menyamankan kulit bayi.

(28)

e. Tengkurapkan bayi di dada atau perut ibu. Biarkan kulit bayi melekat dengan kulit ibu. Posisi kontak kulit dengan kulit ini dipertahankan minimum satu jam atau setelah menyusu awal selesai. Keduanya diselimuti. Jika perlu, gunakan topi bayi. f. Bayi dibiarkan mencari puting susu ibu. Ibu dapat merangsang bayi dengan

sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

g. Ayah didukung agar membantu ibu untuk mengenali tanda-tanda atau perilaku bayi sebelum menyusu. Hal ini dapat berlangsung beberapa menit atau satu jam, bahkan lebih. Dukungan ayah akan meningkatkan rasa percaya diri ibu. Biarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, biarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

h. Bayi dipisahkan dari ibu untuk ditimbang, diukur, dan dicap setelah satu jam atau menyusu awal selesai.Inisiasi menyusu dini dilakukan dua jam 2 jam setelah lahir. Prosedur yang invasif, misalnya suntikan vitamin K dan tetesan mata bayi dapat ditunda diberi setelah berhasil menyusu dini minimal satu jam

i. Rawat gabung ibu dan bayi dalam satu kamar. Selama 24 jam ibu-bayi tetap tidak dipisahkan, dan bayi selalu dalam jangkauan ibu. Pemberian minuman pre-laktal (cairan yang diberikan sebelum air susu ibu ‘keluar’) dihindarkan (Maryunani, 2012.hal.83).

(29)

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN DEFENISI OPERASIONAL

A. Kerangka Konsep

Kerangka konseptual adalah abstraksi dari suatu realita agar terlihat keterkaitan antar variabel, baik variabel yang diteliti maupun variabel yang tidak diteliti (Nursalam, 2003, hlm. 55). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2014.

Skema 1: Kerangka konsep penelitian Pelaksanaan Inisiasi Menyusu

Dini

(30)

B. Definisi Operasional No Variabel penelitian Definisi operasional Alat ukur

Cara ukur Hasil ukur

Skala ukur 1 Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini Pelaksanaan IMD adalah tindakan inisiasi menyusu dini yang dilaksanakan bidan di rumah sakit Santa Elisabeth Medan dengan segera pada bayi baru lahir yang dilahirkan secara spontan Lembar observasi -Observasi -Checklist 1= Dilakukan 0= Tidak dilakukan Dengan penilaian akhir yaitu : Kompeten=11 Tidak

Kompeten = <11

(31)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Desain yang digunakan untuk penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan cross sectional, yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

B. Populasi

Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2010, hal.115). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh bidan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan sebanyak 54 orang.

C. Sampel

Sampel adalah bagian populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang dimiliki oleh populasi ( Hidayat, 2010, hal. 68).

Tehnik pengambilan sampel yang digunakan adalah total samping yaitu keseluruhan populasi dijadikan sebagai sampel yaitu sebanyak 54 orang.

D. Tempat Penelitian

(32)

E. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dimulai pada bulan Februari sampai dengan Mei 2014.

F. Etika Penelitian

Sebagai pertimbangan etik, peneliti meyakinkan bahwa calon responden terlindungi dengan memperhatikan aspek kebebasan untuk menentukan apakah calon responden bersedia atau tidak untuk memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian dan secara sukarela menandatangani informed consent (lembar persetujuan untuk mau diwawancara), dimana pernyataan perizinan tersebut sebelumnya sudah dibacakan oleh peneliti, lembar pernyataaan persetujuan dan lembar persetujuan. Selama dan setelah penelitian kerahasiaan identitas responden dijaga dan hanya digunakan untuk kegiatan penelitian saja selain itu juga selama kegiatan penelitian responden diberlakukan sama, yaitu dengan mengganti nama responden dengan kode. Selama pengambilan data, kenyamanan memberikan informasi oleh responden dijaga, dengan memilih ruang yang nyaman selama memberikan informasi (Zaluchu, 2005, hal. 131), dimana proses pengambilan data dilakukan di ruang bersalin.

G. Alat pengumpul data

Lembar observasi yang digunakan sebagai alat peneltian disusun oleh peneliti dengan pengembangan teori yang ada. Lembar observasi berisi pernyataan untuk mengidentifikasi pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh bidan berisi 11 item pernyataan, dengan jawaban ya dan tidak. Pernyataan bernilai 1 untuk jawaban ya dan bernilai 0 untuk jawaban tidak. Dengan penilaian akhir yaitu: Kompeten = 11,Tidak Kompeten bila nilai = <11

18

(33)

Pada proses pengumpulan data, peneliti menggunakan 6 orang asisten peneliti yang dilakukan persamaan persepsi yang berkaitan dengan prosedur penelitian. Syarat asisten peneliti dalam penelitian ini adalah mahasiswa jurusan kebidanan dan keperawatan yang mempunyai pengetahuan tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Sebelum melakukan pengumpulan data, peneliti beserta asisten mencermati item-item pelaksanaan inisiasi menyusu dini yang sesuai dalam instrumen penelitian. Item-item itu dimaknai untuk dipahami bersama sehingga diharapkan peneliti dan asisten mempunyai persepsi yang sama.

H. Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah instrumen yang digunakan berupa lembar observasi selesai disusun, dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena suatu instrumen penelitian dikatakan valid jika instrumen tersebut mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh instrumen penelitian tersebut. (Notoatmodjo, 2010)

1. Uji Validitas

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan (Arikunto, 2008). Uji validitas pada penelitian ini menggunakan panel expert yaitu peneliti melakukan konsultasi dengan ahli dalam bidang ilmu kesehatan anak yaitu dr. Johanes Saing, Sp.A (K) dan ibu Nur Afidarti, S.Kp, M.Kep. 2. Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan apabila fakta atau kenyataan hidup diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang berlaina (Nursalam, 2003). Uji instrumen melalui metode ini dilakukan cukup sekali saja (Azwar, 2008).

(34)

I. Prosedur pengumpulan data

Adapun prosedur pengumpulan data adalah sebagai berikut :

1. Peneliti terlebih dahulu mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada insitusi pendidikan (Program Studi DIV Bidan Pendidik Universitas Sumatera Utara) dan kemudian permohonan izin penelitian yang diperoleh dikirim ke Rumah Sakit Sakit Santa Elisabeth Medan.

2. Setelah mendapatkan surat balasan berupa izin penelitian dari pihak rumah sakit, peneliti melakukan pendekatan pada responden untuk memberikan penjelasan bila bersedia menjadi responden maka dipersilahkan menandatangani lembar persetujuan.

3. Kemudian responden diberi penjelasan tentang tata cara observasi yang dilakukan pada saat meneliti.

4. Responden diminta untuk melakukan prosedur pelaksanaan IMD sejauh yang ia ketahui.

5. Selama observasi berlangsung, peneliti dan asisten peneliti mendampingi responden dengan tujuan agar jika ada sesuatu yang kurang jelas, responden dapat langsung menanyakan kepada peneliti atau asisten peneliti.

6. Peneliti dan asisten peneliti mencocokkan prosedur tindakan yang dilakukan oleh responden kelembar observasi dengan mencekhlist daftar cocok.

(35)

J. Rencana analisis data

Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul melalui beberapa tahap ditandai dengan editing untuk memeriksa kelengkapan identitas responden, kemudian data diberi coding untuk memudahkan peneliti dalam melakukan analisa data. Selanjutnya, entry data dalam komputer dan dilakukan pengolahan data dengan mengunakan teknik komputerisasi.

Tehnik analisis data yang digunakan adalah statistik deskriptif yaitu analisis univariate yang merupakan analisa yang dilakukan untuk menganalisa tiap variabel yang ada secara deskriptif (Notoatmodjo, 2010). Analisa ini digunakan untuk mendeskripsikan pelaksanaan inisiasi menyusu dini dalam bentuk distribusi frekuensi dengan menggunakan bantuan program komputer.

(36)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang dilakukan mengenai Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014 di peroleh hasil sebagai berikut.

[image:36.595.156.480.326.521.2]

1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1 : Distribusi Karakteristik Bidan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

n = 54

No Karakteristik f %

1 Umur

< 30 tahun 44 81,5

30 - 40 tahun 5 9,26

> 40 tahun 5 9,26

2 Pendidikan

D3 53 98,1

D4 1 1,85

3 lama Bekerja

< 1 tahun 11 20,4

1 - 10 tahun 34 63

> 10 tahun 9 16,7

(37)
[image:37.595.126.520.166.663.2]

2. Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

Tabel 5.2 : Distribusi Hasil Observasi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

n = 54

No. Kegiatan Dilakukan Tidak

f % f % 1 Setelah kepala bayi lahir, Bidan membersihkan

hidung dan mulut bayi

54 100 - - 2 Setelah keseluruhan badan bayi lahir, Bidan

mengeringkan badan dan kepala bayi secepatnya, kecuali kedua tangan tanpa menghilangkan verniks yang menyamankan kulit bayi

53 98 1 1,9

3 Bidan mengikat tali pusat bayi 54 100 - - 4 Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bidan

menengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit melekat dikulit ibu

54 100 - -

5 Bidan meletakkan kepala bayi berada diantara kedua payudara dengan posisi muka bayi berada setinggi puting susu ibu.

53 98 1 1,9

6 Bidan menyelimuti ibu dan bayi. Jika perlu, gunakan topi bayi.

54 100 - - 7 Bidan membiarkan bayi mencari puting susu ibu. 52 96 2 3,7 8 Bidan menganjurkan ibu untuk merangsang bayi

dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

53 98 1 1,9

9 Bidan membiarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam.

47 87 7 13

10 Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, Bidan tetap membiarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

44 81 10 19

11 Bidan membereskan bayi bila sudah berhasil menyusu dini untuk tindakan perawatan selanjutnya.

54 100 - -

Dari hasil observasi pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini didapati bahwa ada 5 tindakan yang dilakukan oleh seluruh Bidan (54 orang) yaitu: 1) setelah kepala bayi lahir, Bidan membersihkan hidung dan mulut bayi, 2) Bidan mengikat tali pusat bayi,

23

(38)

3) bila bayi tidak memerlukan resusitasi, Bidan menengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit melekat dikulit ibu, 4) Bidan menyelimuti ibu dan bayi Jika perlu, gunakan topi bayi, dan 5) Bidan membereskan bayi bila sudah berhasil menyusu dini untuk tindakan perawatan selanjutnya . selain itu ada ,tindakan yang dilakukan oleh hanya 44 orang bidan (81 %) yaitu jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, Bidan tetap membiarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

Tabel 5.3 : Distribusi Alasan Bidan Tidak Melakukan Tindakan Inisiasi Menyusu Dini Sesuai Lembar Observasi

n = 54

No. Kegiatan Alasan f %

1 Setelah keseluruhan badan bayi lahir, Bidan tidak mengeringkan badan dan kepala bayi secepatnya, kecuali kedua tangan tanpa menghilangkan verniks yang menyamankan kulit bayi

Bidan langsung mengikat tali pusat bayi karena lupa

1 1,9

2 Bidan tidak meletakkan kepala bayi berada diantara kedua payudara dengan posisi muka bayi berada setinggi puting susu ibu.

Bidan langsung melekatkan mulut bayi ke puting susu ibu dengan alasan agar bayi dapat langsung menyusu dan segera manjalani proses IMD selama satu jam.

1 1,9

3 Bidan tidak membiarkan bayi mencari puting susu ibu.

Bidan langsung melekatkan mulut bayi ke puting susu ibu dengan alasan agar bayi dapat langsung menyusu dan segera manjalani proses IMD selama satu jam.

2 3,7

4 Bidan tidak menganjurkan ibu untuk merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

Bidan lupa dan hanya mengamati saja 1 1,9

5 Bidan membiarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam.

‐ BidanTidak mau berlama-lama diruang bersalin.

‐ Bidan merasa cukup waktu setelah bayi berhasil menyusu walau kurang dari satu jam.

2 5

3,7 9,3

6 Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, Bidan tetap membiarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

‐ Bidan menghentikan proses IMD setelah 1 jam walau belum berhasil menyusu dengan alasan sudah terlalu lama di ruang bersalin ‐ Bidan mengatakan menyusui dilanjutkan

diruang perawatan saja

(39)

untuk pekerjaan lain

[image:39.595.143.495.254.336.2]

2. Kompetensi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini

Tabel 5.4 : Distribusi Kompetensi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

n = 54

No Kompetensi f %

1 Kompeten 41 76

2 Tidak Kompeten 13 24

Total 54 100

Dari hasil observasi pelaksanaan inisiasi menyusu dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2014,bidan kemudian di kelompokan menjadi 2 kategori , berdasarkan kompetensinya, dalam melaksanakan tindakan inisiasi menyusu dini pada persalinan normal yaitu bidan yang kompeten dalam melaksanakan tindakan dengan tepat dan sistematis sebanyak 41 orang (76%), sedangkan bidan yang tidak kompeten sebanyak 13 orang (24%).

B. Pembahasan

1. Interpretasi Data dan Diskusi Hasil

Dari pelaksanaan inisiasi menyusu dini oleh 54 orang Bidan terdapat 41 orang (76%) yang kompeten, namun masih ada Bidan yang tidak kompeten yaitu sebanyak 13 orang (24%). Padahal inisiasi menyusu dini merupakan tindakan wajib pada Asuhan Persalinan Normal (APN) segera setelah bayi lahir yang sudah menjadi kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh seorang Bidan. Manfaat inisiasi menyusu

(40)

dini bagi ibu dan bayi sangat banyak, yang jika dilaksanakan dengan baik, dapat mencegah resiko kematian ibu dan bayi (Roesli, 2008).

Bidan yang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini adalah Bidan yang mampu melakukan tindakan dengan tepat dan sistematis sesuai lembar observasi sebanyak 11 langkah. Pada pelaksanaan tersebut oleh Bidan yang tidak kompeten, terdapat 6 langkah tindakan yang tidak dilaksanakan yaitu: 1) Setelah keseluruhan badan bayi lahir, Bidan mengeringkan badan dan kepala bayi secepatnya, kecuali kedua tangan tanpa menghilangkan verniks yang menyamankan kulit bayi, 2) Bidan meletakkan kepala bayi berada diantara kedua payudara dengan posisi muka bayi berada setinggi puting susu ibu, 3) Bidan membiarkan bayi mencari puting susu ibu, 4) Bidan menganjurkan ibu untuk merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu, 5) Bidan membiarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam, dan 6) Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, Bidan tetap membiarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

Pada tindakan Bidan yang tidak mengeringkan badan dan kepala bayi secepatnya setelah keseluruhan badan bayi lahir, kecuali kedua tangan tanpa menghilangkan verniks yang menyamankan kulit bayi, ada 1 orang (1,9%) yang tidak melakukan tindakan ini karena langsung mengikat tali pusat bayi. Hal ini dapat mengganggu pelaksanaan inisiasi menyusu dini karena saluran pernafasan bayi akan terhalang oleh darah dan lendir sehingga bayi akan sulit mencium dan menemukan puting susu ibunya.

Sama halnya dengan hanya 1 orang (1,9%) bidan yang tidak meletakkan kepala bayi berada diantara kedua payudara dengan posisi muka bayi berada setinggi puting

(41)

susu ibu, melainkan bidan langsung melekatkan mulut bayi ke puting susu ibu dengan alasan agar bayi dapat langsung menyusu dan segera manjalani proses IMD selama satu jam. Begitu juga pada tindakan bidan membiarkan bayi mencari puting susu ibu, terdapat 2 orang (3,7%) yang tidak melakukannya dengan alasan yang sama. Padahal dengan mendekatkan wajah bayi diantara puting susu ibu, bayi akan dengan sendirinya bisa menemukan puting susu ibu dengan bantuan bau verniks yang ada ditelapak tangannya (Kristyansari, 2009). Membiarkan bayi mencari sendiri puting ibu dapat meningkatkan kecerdasan bayi, meningkatkan kekebalan tubuh bayi, dan meningkatkan hubungan batin antara bayi dan ibu (Roesli, 2007).

Kemudian terdapat 1 orang bidan yang tidak menganjurkan ibu untuk merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu, karena alasan lupa dan bidan hanya mengamatinya saja. Pasienpun hanya diam melihat sembari menjaga agar bayinya tak jatuh dari dadanya. Pelukan ibu membuat bayi merasa aman dan nyaman seperti dalam rahim ibu. Hal ini merupakan terapi bagi bayi yang sangat berpengaruh terhadap perkembangan psikologis, karena ia mendapat modal pertama membentuk kepercayaan diri terhadap lingkungan.

Pada langkah berikutnya, terdapat 7 orang (11%) bidan tidak membiarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam. Hal ini disebabkan karena 2 orang pasien tidak mau berlama-lama diruang bersalin dan 5 orang bidan merasa cukup waktu setelah bayi berhasil menyusu walau kurang dari satu jam. Keadaan ini membuat bayi dan ibu memiliki waktu yang sedikit untuk terjadi kontak kulit ke kulit yang sangat bermanfaat bagi ibu dan bayi.

Pada tindakan yaitu jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, Bidan yang tidak membiarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan

(42)

kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama sebanyak 10 orang (19%) bidan.3 orang bidan menghentikan proses IMD setelah 1 jam walau belum berhasil menyusu dengan alasan sudah terlalu lama di ruang bersalin, 2 orang bidan mengatakan menyusui dilanjutkan diruang perawatan saja, dan 5 orang bidan lainnya mengatakan terburu-buru untuk pekerjaan lain. Hal ini sama saja tidak melakukan inisiasi menyusu dini karena bayi tidak mendapatkan ASI penting pertamanya (kolostrum).

Dari berbagai alasan pada penjelasan diatas, menunjukkan bahwa Bidan memiliki pengaruh penting dalam keberhasilan inisiasi menyusu dini. Menurut Nuchsan (2000) dalam Yulianty (2010), berhasil atau tidaknya penyusuan dini di tempat pelayanan ibu bersalin, rumah sakit sangat tergantung pada petugas kesehatan yaitu perawat, bidan, dokter. Merekalah yang pertama-tama akan membantu ibu bersalin melakukan penyusuan dini. Petugas kesehatan di kamar bersalin harus memahami tatalaksana laktasi yang baik dan benar, petugas kesehatan tersebut diharapkan selalu mempunyai sikap yang positif terhadap penyusuan dini. Mereka diharapkan dapat memahami, menghayati dan mau melaksanakannya.

Berdasarkan data yang didapatkan dari Dinas Provinsi Sumatera Utara dan Dinas Kesehatan Kota Medan tahun 2011, cakupan pelaksanaan IMD di Provinsi Sumatera Utara tahun 2010 hanya 38,2%, sedangkan di Kota Medan sebanyak 2,23% padahal cakupan pelaksanaan IMD yang ditargetkan dalam Program Pembangunan Nasional (PROPENAS) dan Strategi Nasional Program Peningkatan Cakupan Air Susu Ibu (PP-ASI) adalah sebesar 80% (Depkes RI, 2011).

Menurut hasil penelitian yang menunjukkan bahwa dari 54 orang Bidan terdapat 41 orang (76%) yang kompeten dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini, menunjukkan bahwa pelaksanaan inisiasi menyusu dini dirumah sakit Santa Elisabeth Medan ini sudah cukup baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian dari Yulianty

(43)

(2010) bahwa peran petugas kesehatan memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan IMD 35,5 % dan dari hasil pelaksanaan IMD yang dilakukan dalam penelitian di Puskesmas Bromo Kota Medan menunjukkan bahwa pelaksanaan IMD tergolong baik dengan persentase 90,3 % (Yulianty, 2010).

2. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti merasakan masih banyak keterbatasan yang dihadapi dalam melaksanakan penelitian yaitu proses pengumpulan data dalam melakukan observasi tindakan. Peneliti mengalami kesulitan dalam menentukan waktu responden untuk diteliti dengan jadwal dan kegiatan selama dinas berlangsung. Oleh karena itu, terkadang ada pasien yang bersalin spontan tidak dapat dijadikan objek penelitian. Kemudian tidak sedikit ibu yang bersalin spontan harus dilakukan tindakan akhir yaitu seksio sesarea karena penyulit persalinan dan komplikasi. Keadaan ini membuat responden tidak jadi diteliti. Disini juga peneliti harus berulang kali memberi pelatihan kepada asisten peneliti yaitu mahasiswa bidan yang berdinas diruang bersalin setiap sebulan sekali. Karena mahasiswa tersebut menjalani pergantian ruangan dan juga telah habis waktu dinasnya di rumah sakit Santa Elisabeth. Maka dari itu peneliti berusaha rutin memantau kegiatan penelitian agar data segera terkumpul sesuai waktu yang telah ditentukan.

3. Implikasi terhadap Asuhan Kebidanan / Pendidikan Bidan

Setelah mengetahui bahwa masih banyak bidan yang tidak memiliki kompetensi akan berpengaruh kepada pelaksanaan inisiasi menyusu dini dan manfaatnya tidak akan dirasakan kepada masyarakat. Bagi pelayanan kebidanan khususnya di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan untuk bidan yang bertugas agar lebih meningkatkan

(44)
(45)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian pelaksanaan inisiasi menyusu dini di rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2014, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa Bidan yang memiliki kompetensi dalam pelaksanaan inisiasi menyusu dini di rumah sakit Santa Elisabeth Medan tahun 2014 sebanyak 41 orang (76%), sedangkan bidan yang tidak kompeten sebanyak 13 orang (24%). Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan inisiasi menyusu dini disini belum semua bidan melaksanakan dengan baik meskipun sebagian besar bidan memiliki kompetensi.

B. Saran

1. Bagi Pelayanan Kebidanan

Diharapkan agar senantiasa memberikan pelayanan yang berkualitas dengan mengaplikasikan ilmu kebidanan terbaru kepada masyarakat agar terjalin hubungan kerjasama yang baik sewaktu memberikan pelayanan kesehatan.

2. Bagi Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

(46)

sakit agar memberikan suatu penghargaan untuk bidan yang memiliki kinerja paling baik dalam hal pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

3. Bagi Penelitian Kebidanan

Penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukan pengetahuan dan informasi guna pengembangan penelitian selanjutnya terkait faktor- faktor penyebab tidak dilakukannya inisiasi menyusu dini oleh bidan. Begitu juga apakah ada hubungan kompetensi bidan dengan pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Azis. (2010). Metode Penelitan Kebidanan dan Teknik Analisis Data. Jakarta : Salemba Medika.

Azwar, Azrul. (2008). Metodologi Penelitian Kedokteran dan Masyarakat. Jakarta : Bina Rupa Aksara,SKUI

American College of Obstetrics and Gynecology. (2007). Breastfeeding Maternal and Infant Aspect. Special Report from ACOG Clin Rev, 12 (Supp), 1s-16s. Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rineka Cipta.

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2011). Rencana Pembangunan Nasional Jangka Menengah 2010-2014. Jakarta: Bappenas.

BPNI, Maharashtra. (2007). Mother Support and Training Coordinator. India : Planning Commission and Government of India. Diakses di (http://www.unicef.org/ India).

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2011). Materi Penyuluhan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : Departemen Kesehatan Republik Indonesia.

Fotarisman, Zaluchu. (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Bandung : Citapustaka Media.

Hidayat., & Mufdilah, Anum. (2009). Kebidanan Komunitas. Jakarta : TIM

IDAI. (2010). Materi Seminar dan Pelatihan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

Indira. (2007). Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta : TIM.

(48)

Kosim, dkk dalam IDAI (2010). Buku Ajar Neonatologi. Jakarta : Badan Penerbit IDAI.

Kristiyansari, W. (2009). ASI, Menyusui dan Sadari. Yogyakarta : Nuhamedika

Maryunani, Anik. (2012). Inisiasi Menyusu dini, ASI Eksklusif dan Manajemen Laktasi, Jakarta : TIM.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam, (2003). Konsep & Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan : Pedoman Skripsi, Tesis dan Instrumen Penelitian. Jakarta : Salemba Medika.

Nuryanti. (2011). Praktek Pelaksanaan Inisisi Menyusui Dini di RSIA Siti Khadijah Muhammadiyah cabang Makassar. Makassar : BP FKUM Diakses melalui (http://www.jurnalisem.com/inisiasi-menyusu-dini) tanggal 26 Desember 2013.

Prasetyono, Dwi Sunar. (2009). Buku Pintar ASI Eksklusif. Jogjakarta : Diva Press. Purnamawati. (2008). Bayiku Anakku, Panduan Praktis Kesehatan Anak. Jakarta :

Intisari.

RISKESDAS. (2010). Laporan Riset Kesehatan Dasar 2010. Jakarta : Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan RI.

Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusu Dini plus ASI Ekslusif. Jakarta : Pustaka Bunda Rosita , Ane. (2008). Penatalaksanaan Asuhan Bayi Baru Lahir. Bandung : TIM

Saifuddin, Azwar. (2008). Metode Penelitian (Belbuk.com). Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

SDKI .(2007). Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI). Jakarta: Badan Pusat Statistik.

(49)

Soepardan, (2008). Buku Ajar Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : EGC Sugiyono,DR. (2009).Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta

Sulistyawati, Ari. (2009). Buku Ajar Asuhan Kebidanan pada Ibu Nifas. Yogyakarta: Andi.

Wardani, Arminta. (2007). Buku Pintar Inisiasi Menyusu Dini. Jogjakarta : DIVA Press.

Yulianti, 2011. Bagaimana Pengaruh Terapeutik Terhadap Pelaksana Inisiasi Menyusu Dini Terhadap Pelaksana IMD di RSUD Dr. Tengku Mansyur Kota Tanjungbalai. http://www.jurnalisem.com/inisiasi-menyusu-dini ) tanggal 6 Juli 2014.

WHO Collaborative Study Team. (2000). Effect of Breastfeeding on Infant and Child Mortality Due to Infectious Disease in Less Develoved Countries A Pooled Analysis. The Lancet 355:415-5.

(50)

Lampiran 1

LEMBAR PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN

Salam sejahtera bagi kita semua Dengan Hormat,

Nama Saya Hotmauhur Tarigan, sedang menjalani pendidikan diprogram D-IV Bidan Pendidik Fakultas Keperawatan USU. Saya sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini”.

Inisiasi menyusu dini atau permulaan menyusu dini adalah bayi mulai menyusu sendiri segera setelah lahir. Inisiasi menyusu dini berperan dalam pencapaian tujuan Millenium Development Goals (MDGs) yaitu membantu mengurangi kemiskinan dan kelaparan serta membantu mengurangi angka kematian anak. (Bappenas, 2011).

Meskipun IMD telah diketahui banyak manfaatnya namun pelaksanaannya ternyata tidak mudah dilakukan. Pada dasarnya, praktik inisiasi menyusui dini sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu faktor yang mendukung (enabling factor) berupa fasilitas rumah bersalin yang mendukung IMD dan faktor yang memperkuat (reinforcing factor) berupa peran tenaga kesehatan. Jika tenaga kesehatan tidak mempunyai kesadaran, keahlian dan pengetahuan mengenai inisiasi menyusu dini maka tidak akan terlaksana program inisiasi menyusui dini. (Depkes RI, 2011)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pelaksanaan inisiasi menyusu dini. Kami akan melakukan observasi kepada Ibu Bidan tentang pelaksanaan inisiasi menyusu dini khususnya bagaimana prosedur tindakan yang dilakukan oleh Bidan sewaktu pelaksanaan inisiasi menyusu dini.

Partisipasi Ibu bersifat sukarela dan tanpa paksaan. Setiap data yang ada dalam penelitian ini akan dirahasiakan dan digunakan untuk kepentingan peneliti. Untuk penelitian ini Ibu tidak akan dikenakan biaya apapun. Bila Ibu membutuhkan penjelasan, maka dapat menghubungi Saya:

Nama : Hotmauhur Tarigan

(51)

Terima kasih Saya ucapkan kepada Ibu Bidan yang telah ikut berpartisipasi pada penelitian ini. Keikutsertaan Ibu dalam penelitian ini akan menyumbangkan sesuatu yang berguna bagi ilmu pengetahuan.

Setelah memahami berbagai hal yang menyangkut penelitian ini diharapkan Ibu bersedia mengisi lembar persetujuan yang telah kami persiapkan.

Medan, 2014 Peneliti

(52)

Lampiran 2

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Alamat : Telp/HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti tentang penelitian “Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini”, maka dengan ini Saya bersedia secara sukarela dan tanpa paksaan menyatakan bersedia ikut serta dalam penelitian tersebut.

Demikianlah surat pernyataan ini untuk dapat dipergunakan seperlunya.

Medan, 2014

(53)

Lampiran 3

LEMBAR OBSERVASI

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

No PROSEDUR PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI

DILAKUKAN YA TIDAK 1. Setelah kepala bayi lahir, Bidan membersihkan hidung dan mulut

bayi

2. Setelah keseluruhan badan bayi lahir, Bidan mengeringkan badan dan kepala bayi secepatnya, kecuali kedua tangan tanpa menghilangkan verniks yang menyamankan kulit bayi

3. Bidan mengikat tali pusat bayi

4. Bila bayi tidak memerlukan resusitasi, bidan menengkurapkan bayi di dada ibu dengan kulit melekat dikulit ibu

5. Bidan meletakkan kepala bayi berada diantara kedua payudara dengan posisi muka bayi berada setinggi puting susu ibu.

6. Bidan menyelimuti ibu dan bayi. Jika perlu, gunakan topi bayi. 7. Bidan membiarkan bayi mencari puting susu ibu.

8. Bidan menganjurkan ibu untuk merangsang bayi dengan sentuhan lembut, tetapi tidak memaksakan bayi ke puting susu.

9. Bidan membiarkan bayi dalam posisi kulit bersentuhan dengan kulit ibunya setidaknya selama satu jam, walaupun ia telah berhasil menyusu pertama sebelum satu jam.

10. Jika belum menemukan puting payudara ibunya dalam waktu satu jam, Bidan tetap membiarkan kulit bayi tetap bersentuhan dengan kulit ibunya sampai berhasil menyusu pertama.

(54)

tindakan perawatan selanjutnya.

Lampiran 4

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH PROGRAM D-IV BIDAN PENDIDIK FK USU

Nama Mahasiswa: Hotmauhur Tarigan Nama Pembimbing : Erniyati, S.Kep., MNs Nim : 1350102015 Nip : 196708121999032001 Judul KTI : Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

Tanggal Materi Anjuran / Saran Paraf

Pembimbing 06-11-2013 Acc Judul

BAB I

Sistematika latar belakang diperbaiki, tujuan ditambah 13-11-2013 BAB I Tujuan umum saja, lanjut ke

BAB II 02-12-2013 BAB I, BAB II.

BAB III

Lanjut BAB IV dan Instrument Penelitian

16-12-2013 BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV dan Instrumen Penelitian

Perbaiki Instrument Penelitian

17-12-2013 BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, dan Instrumen Penelitian

Acc BAB I-III, perbaiki BAB IV, dan instrumen penelitian

21-12-2013 BAB IV, Instrument Penelitian, dan Daftar Pustaka

Acc BAB IV dan Instrumen Penelitian, Perbaki Daftar Pustaka dan Lengkapi Lampiran

24-12-2013 Daftar Pustaka dan Lampiran

Perbaiki Daftar Pustaka dan Lampiran

27-12-2013 Lampiran dan Daftar Pustaka

Acc Lampiran dan perbaiki Daftar Pustaka

06-01-2014 Proposal Lengkap Perbaiki Daftar Pustaka 08-01-2014

20-01-2014

Kons perbaikan Daftar Pustaka

Konsul Anjuran perbaikan dari sidang profosal (jlh pernyataan observasi Pelaksanaan IMD) dan Nilai Skor Baik, Kurang baik. Buruk menjadi Skor Kompeten dan Tidak

Acc Sidang Proposal

ACC Perbaikan hasil sidang proposal KTI

dan ACC Lanjutkan ke

(55)

kompeten.

08-05-2014 Konsul BAB V Hasil Penelitian

Perbaiki kalimat dan urutan hasil observasi

12-05-2014 Konsul Perbaikan BAB V hasil penelitian

Buat kaitan dengan teori dan lanjutkan BAB V Pembahasan

24-05-2014 Konsul Perbaikan BAB V Pembahasan

ACC BAB V Hasil penelitian, perbaiki pembahasan dan Lanjutkan ke BAB VI 26-05-2014 Konsul Perbaikan

Pembahasan dan Konsul BAB VI

ACC Perbaikan BAB V Pembahasan dan BAB VI, Lanjutkan ke Abstrak 28-05-2014 Konsul Abstrak Perbaikan Abstrak 03-06-2014 Konsul Perbaikan

Abstrak

ACC Abstrak, dan periksa ulang keseluruhan KTI 05-06-2014 Konsul Keseluruhan

KTI

Perbaiki tanda baca, huruf besar sesuai EYD

(56)

Lampiran 5

MASTER TABEL

PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI DI RUMAH SAKIT SANTA ELISABETH MEDAN TAHUN 2014 Nomor Responden Pernyataan Observasi Jumlah Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

2 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9 Tidak

3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

5 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

6 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9 Tidak

7 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9 Tidak

8 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

9 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

10 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

11 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

12 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

13 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

14 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

15 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

16 1 1 1 1 1 1 1 0 1 0 1 9 Tidak

17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

18 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10 Tidak

19 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

20 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

21 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10 Tidak

22 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

23 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

24 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 10 Tidak

25 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

26 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

27 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

28 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

30 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

31 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

32 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

33 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

34 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9 Tidak

(57)

36 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

37 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

38 1 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1 8 Tidak

39 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10 Tidak

40 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

41 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 10 Tidak

42 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

43 1 1 1 1 1 1 1 1 0 0 1 9 Tidak

44 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

45 1 0 1 1 1 1 0 1 0 1 1 8 Tidak

46 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

47 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

48 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

49 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

52 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

53 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 11 Kompeten

(58)

Lamiran 6

Output SPSS Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Lembar Observasi

P1

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 54 100,0 100,0 100,0

P2

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 1,9 1,9 1,9

Benar 53 98,1 98,1 100,0

Total 54 100,0 100,0

P3

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 54 100,0 100,0 100,0

P4

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 54 100,0 100,0 100,0

P5

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 1,9 1,9 1,9

Benar 53 98,1 98,1 100,0

Total 54 100,0 100,0

P6

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 54 100,0 100,0 100,0

P7

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 2 3,7 3,7 3,7

Benar 52 96,3 96,3 100,0

(59)

P8

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 1 1,9 1,9 1,9

Benar 53 98,1 98,1 100,0

Total 54 100,0 100,0

P9

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 7 13,0 13,0 13,0

Benar 47 87,0 87,0 100,0

Total 54 100,0 100,0

P10

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Salah 10 18,5 18,5 18,5

Benar 44 81,5 81,5 100,0

Total 54 100,0 100,0

P11

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Benar 54 100,0 100,0 100,0

Kompetensi

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak

Kompeten

13 24,1 24,1 24,1

Kompeten 41 75,9 75,9 100,0

(60)

Lampiran 7

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hotmauhur Tarigan

Tempat/Tanggal Lahir : Sibaganding 12 Mei 1969

Agama : Katholik

Nama Ayah : Liyasi Tarigan

Nama Ibu : Djile Damanik

Alamat : Desa Sibaganding, Dusun I Kecamatan : Bangun Purba Kabupaten : Deli Serdang

Pendidikan Formal :

Tahun 1975 – 1982 : SD GKPS Subsidi Sibaganding Tahun 1983 – 1987 : SMP Swasta Deli Murni Deli Tua Tahun 1987 – 1990 : SMA RK Swasta Deli Murni Deli Tua

Tahun 1993 – 1996 : Sekolah Perawat Kesehatan Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan

(61)
(62)

Gambar

Tabel 5.1 : Distribusi Karakteristik Bidan di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tabel 5.2 :   Distribusi Hasil Observasi Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014 n = 54
Tabel 5.4 : Distribusi Kompetensi Bidan dalam Pelaksanaan Inisiasi Menyusu Dini di  Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan Tahun 2014

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang tidak berhubungan signifikan : Variabel sikap, pengetahuan dan akses media informasi tidak memiliki hubungan sebab akibat dengan perilaku berisiko HIV-AIDS pada

mainan yang bisa dibuat dari pelepah pisang, Kak. “Ada juga

Puji dan syukur tak lupa penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas bimbingan dan penyertaan selama menulis skripsi ini, sehingga skripsi dengan judul

Pada kamus Inggris pencarian dapat dilakukan dengan relatif mudah, sedangkan pada kamus Mandarin pencarian kata dari Mandarin ke bahasa lain lebih kompleks1. Pencarian arti

Pada hari ini, Senin tanggal tujuh bulan September tahun dua ribu lima belas bertempat di Unit Layanan Pengadaan Barang/Jasa (ULP) Balai Pengkajian Teknologi

Penelitian ini mengangkat tema tentang bagaimana efektivitas kebijakan pelarangan yang dibentuk oleh pihak Kapolres Bangka Selatan terhadap penurunan intensitas konflik

2017 Wawancara remaja yang tinggal di lpka, dan dengan beberapa hasil wawan cara digunakan sebagai sebagai data pendukung dalam penyusunan latar belakang masalah

Pemikiran-pemikiran tersebut tentu dapat dipandang sebagai persoalan yang menarik, untuk mengarahkan pemahaman terhadap empat hal, yaitu pertama , untuk melihat dan