Asuhan Keperawatan Pada Pasien Efusi Pleura dengan
Prioritas Masalah Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan
Karya Tulis Ilmiah (KTI)
Disusun dalam Rangka Menyelesaikan
Program Studi DIII Keperawatan
Oleh
(Nurkhasanah Lubis)
(112500040)
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
FAKULTAS KEPERAWATAN
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan Rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Asuhan Keperawatan
Pada Pasien Efusi Pleura dengan Prioritas Masalah Gangguan Pemenuhan Kebutuhan
Oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan”.
Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan
dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas
Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara sekaligus dosen pembimbing yang telah membimbing
penulis dengan cermat, memberikan masukan-masukan, serta inspirasi dalam
penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ikhsanuddin A Harahap, S.Kp, MNS, selaku Pembantu Dekan III Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan kesempatan penulis menimba
ilmu di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
6. Bapak Mula Tarigan, S.Kp, MNS, selaku Sekretaris Program Studi DIII
Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
7. Ibu Nur Asiah, S.Kep, Ns, M.Biomed, selaku dosen penguji yang telah memberi
banyak masukan kepada penulis untuk perbaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang
telah memberikan bimbingan, wawasan serta ilmu yang bermanfaat selama penulis
menempuh pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
9. Kedua orang tua yang selalu menjadi inspirasi, memberikan doa serta dukungan
10.Kepala ruangan beserta pegawai Ruangan Asoka 2 RSUD dr. Pirngadi Medan yang
telah mengijinkan penulis dinas untuk pengambilan kasus dalam penyusunan Karya
Tulis Ilmiah ini.
11.Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Universitas Sumatera
Utara yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah memberikan
dukungan moril dan spiritual kepada penulis dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Karya Tulis Ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan semoga dengan segala keterbatasan penulis dalam menyusun Karya
Tulis Ilmiah ini, bermanfaat bagi semua pihak terutama bidang keperawatan.
Medan , Juni 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar pengesahan ... i
Kata pengantar ... ii
Daftar isi ... iv
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2.Tujuan ... 2
1.3.Manfaat ... 3
BAB II PENGELOLAAN KASUS 2.1. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi 2.1.1. Definisi kebutuhan oksigenasi... 4
2.1.2. Sistem tubuh yang berperan dalam proses oksigenasi ... 4
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi ... 6
2.1.4. Masalah yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi ... 8
2.2. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan Oksigenasi 2.2.1. Pengkajian ... 10
2.2.2. Analisa data ... 14
2.2.3. Rumusan masalah ... 17
2.2.4. Perencanaan ... 17
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus 2.3.1. Pengkajian ... 21
2.3.2. Analisa data ... 32
2.3.3. Rumusan masalah ... 32
2.3.4. Perencanaan ... 33
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1. Kesimpulan ... 34
3.2. Saran ... 35
DAFTAR PUSTAKA ... 36
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi
tubuh. Oksigen diperlukan oleh semua sel untuk menghasilkan sumber energi Adenosin
Triposfat (ATP), sedangkan karbondioksida dihasilkan oleh sel-sel yang secara
metabolisme aktif dan membentuk asam yang harus dibuang oleh tubuh. Kekurangan
oksigen akan menyebabkan tubuh secara fungsional mengalami penurunan atau bahkan
dapat menimbulkan kematian. Berbagai upaya harus dilakukan perawat agar kebutuhan
dasar oksigenasi pasien terpenuhi dengan baik. Oleh karena itu, setiap perawat harus
paham dengan tingkat pemenuhan kebutuhan oksigen pada pasiennya serta mampu
mengatasi berbagai masalah terkait pemenuhan kebutuhan dasar oksigenasi (Potter &
Perry, 2005).
Sistem yang sangat berperan dalam proses penyampaian oksigen ke jaringan tubuh
adalah sistem respirasi, kardiovaskuler dan hematologi. Sistem respirasi berperan
penting dalam mengatur pertukaran oksigen dan karbondioksida. Untuk melakukan
pertukaran gas, sistem respirasi dan sistem kardiovaskuler harus bekerja sama. Sistem
kardiovaskuler bertanggung jawab untuk mengalirkan darah dari dan ke paru-paru agar
dapat terjadi pertukaran gas. Sedangkan sistem hematologi berperan penting sebagai
media yang mengangkut O2 dari paru-paru ke jaringan dan CO2 dari jaringan ke
paru-paru (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Efusi pleura merupakan salah satu penyakit yang dapat mengakibatkan
terganggunya sistem pernafasan dan pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh.
Efusi pleura adalah penumpukan cairan yang berlebihan di dalam rongga pleura yang
terletak diantara pleura parietalis (lapisan luar paru-paru) dan pleura visceralis (lapisan
dalam paru-paru). Normalnya di dalam rongga pleura hanya berisi 10-20 ml cairan
pleura yang berfungsi memudahkan paru-paru bergerak selama proses respirasi dan
mencegah kedua permukaan lapisan pleura bergesekan (Somantri, 2008).
Jumlah cairan yang berlebihan dalam rongga pleura mengakibatkan peningkatan
tekanan intrapleura sehingga kemampuan mengembang dinding thoraks atau paru-paru
saat inspirasi menurun, akibatnya kerja pernafasan meningkat maka energi yang
diperlukan oleh otot pernafasan untuk memberikan perubahan volume dalam paru-paru
atau meningkat. Jika paru-paru tidak mampu memenuhi kebutuhan oksigen akan
menimbulkan sesak nafas. Efusi pleura dapat disebabkan karena terjadi hambatan
reabsorpsi cairan dari rongga pleura seperti pada penyakit ginjal, dekompensasi kordis
dan dapat juga disebabkan karena peningkatan produksi cairan yang berlebihan akibat
adanya radang pada pleura seperti pada penyakit TB, pneumonia. Di Indonesia 80%
penyebab efusi pleura adalah penyakit tuberculosis (Alsagaff, 2002).
Hasil pengkajian keperawatan pada Ny.R diperoleh adanya gangguan pemenuhan
kebutuhan oksigenasi yang lebih dominan dibandingkan kebutuhan lainnya. Dari data
tersebut maka penulis tertarik membuat Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien Efusi Pleura dengan Prioritas Masalah Gangguan Pemenuhan
Kebutuhan Oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan”.
1.2. Tujuan
Tujuan Umum
Karya tulis ilmiah ini bertujuan untuk mendeskripsikan asuhan keperawatan pada
pasien efusi pleura dengan prioritas masalah gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi di RSUD dr. Pirngadi Medan.
Tujuan khusus
1. Untuk menjelaskan konsep dasar pemenuhan kebutuhan oksigenasi pada pasien
dengan efusi pleura.
2. Untuk menjelaskan implementasi asuhan keperawatan terhadap klien dengan
masalah oksigenasi.
1.3.Manfaat
1. Institusi
Sebagai bahan bacaan ilmiah, kerangka perbandingan untuk mengembangkan ilmu
keperawatan, serta menjadi sumber informasi bagi mereka yang ingin mengadakan
penelitian lebih lanjut.
2. Rumah sakit
Sebagai bahan masukan bagi perawat yang ada di rumah sakit untuk mengambil
keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah
oksigenasi.
3. Pasien dan keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang kebutuhan oksigenasi serta meningkatkan
kemandirian dan pengalaman dalam menolong diri sendiri serta sebagai acuan bagi
keluarga untuk melakukan perawatan kepada pasien yang mengalami masalah
pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
4. Mahasiswa
Dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan
BAB II
PENGELOLAAN KASUS
2.1. Konsep Dasar Pemenuhan Kebutuhan Oksigenasi
2.1.1. Definisi kebutuhan oksigenasi
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan
oksigen yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan
hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel
tubuh akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak
merupakan organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu
mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen
berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Potter
& Perry, 2005).
2.1.2. Sistem tubuh yang berperan dalam proses oksigenasi
Menurut Tarwoto & Wartonah (2006) ada 3 sistem tubuh yang bekerja dalam
penyampaian oksigen ke jaringan tubuh yaitu sistem respirasi, sistem kardiovaskuler
dan sistem hematologi.
a. Sistem respirasi terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah pompa
ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernafasan, diafragma, isi
abdomen, dinding abdomen dan pusat pernafasan di otak.
Pada sistem respirasi ada tiga langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi,
perfusi paru dan difusi.
1. Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan ke paru-paru, jumlahnya
sekitar 500 ml. Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan
tekanan antara intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada saat inspirasi
tekanan intrapleural lebih negatif (752 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760
mmHg) sehingga udara akan masuk ke alveoli. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kepatenan ventilasi yaitu kebersihan jalan nafas (adanya sumbatan atau obstruksi
jalan nafas akan menghalangi masuk dan keluarnya udara dari dan ke paru-paru),
adekuatnya sistem saraf pusat dan pusat pernafasan, adekuatnya pengembangan
eksternal interkosta, internal interkosta, otot abdominal (Tarwoto & Wartonah,
2006).
2. Perfusi
Perfusi paru adalah pergerakan aliran darah melalui sirkulasi paru untuk
dioksigenasi dimana pada sirkulasi paru darah yang dioksigenasi mengalir dalam
arteri pulmonalis dari ventrikel kanan jantung. Darah ini ikut serta dalam proses
pertukaran oksigen dan karbon dioksida di kapiler dan alveolus. Fungsi utama
sirkulasi pulmonal adalah mengalirkan darah yang dioksigenasi dari dan ke
paru-paru agar dapat terjadi pertukaran gas. Sirkulasi paru-paru merupakan 8-9% dari curah
jantung. Dengan demikian, adekuatnya pertukaran gas dalam paru dipengaruhi
oleh keadaan ventilasi dan perfusi. Pada orang dewasa sehat pada saat istirahat
ventilasi alveolar (volume tidal = V) sekitar 4 lt/menit, sedangkan aliran darah
kapiler pulmonal (Q) sekitar 5 lt/menit (Tarwoto & Wartonah, 2006).
3. Difusi
Dalam difusi pernafasan, komponen yang berperan penting adalah alveoli dan
darah. Untuk memenuhi kebutuhan O2 dari jaringan, proses difusi gas pada sistem
respirasi haruslah optimal. Difusi gas adalah bergeraknya O2 dan CO2 atau partikel
lain dari area bertekanan tinggi ke arah yang bertekanan rendah. Di dalam alveoli,
O2 melintasi membran alveoli-kapiler dari alveoli berdifusi kedalam darah karena
adanya perbedaan tekanan PO2 yang tinggi dialveolus (100 mmHg) dan tekanan
pada kapiler lebih rendah (PO2 40 mmHg), sedangkan CO2 berdifusi keluar alveoli
akibat adanya perbedaan tekanan PCO2 darah 45 mmHg dan di alveoli 40 mmHg.
Proses difusi dipengaruhi oleh faktor ketebalan membran, luas permukaan
membran, komposisi membran, koefisien difusi O2 dan CO2, serta perbedaan
tekanan gas O2 dan CO2 (Muttaqin, 2010).
b. Sistem Kardiovaskuler
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk
memompa darah sebagai transport oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena
Kemudian dari aorta darah disalurkan keseluruh sirkulasi sistemik melalui arteri,
arteriol, dan kapiler serta menyatu kembali membentuk vena yang kemudian di
alirkan ke jantung melalui atrium kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam
ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis kemudian keluar ke arteri pulmonalis
melalui katup pulmonalis untuk kemudian di alirkan ke paru-paru kanan dan kiri
untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali ke atrium kiri
dan bersirkulasi secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik
berdampak pada kemampuan transpor gas oksigen dan karbon dioksida (Tarwoto &
Wartonah, 2006).
c. Sistem Hematologi
Oksigen membutuhkan transpor dari paru-paru ke jaringan dan karbon dioksida dari
jaringan ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah
berikatan dengan hemoglobin (Hb) dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel
darah merah mengandung 280 juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat
molekul besi dalam hemoglobin berikatan dengan satu molekul oksigen membentuk
oksihemoglobin (HbO2). Reaksi pengikatan Hb dengan O2 adalah Hb + O2↔ HbO2.
Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 di pengaruhi oleh suhu, pH, konsentrasi 2,3
difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian, besarnya Hb dan jumlah
eritrosit akan mempengaruhi transport gas (Tarwoto & Wartonah, 2006).
2.1.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
Menurut Tarwoto & Wartonah (2006) ada beberapa faktor yang mempengaruhi
kebutuhan oksigenasi antara lain faktor fisiologi, perkembangan, perilaku, dan
lingkungan.
Tabel dibawah ini menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
:
No Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi
1. Faktor Fisiologi - Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti pada anemia.
- Menurunnya konsentrasi O2 yang di inspirasi seperti pada
obstruksi saluran nafas bagian atas.
- Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun
- Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam,
ibu hamil, luka, dan lain-lain.
- Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada
seperti pada kehamilan, obesitas, penyakit kronik TB paru.
2. Faktor
Perkembangan
- Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan
surfaktan.
- Bayi dan toddler : adanya risiko saluran pernafasan akut
- Anak usia sekolah dan remaja, risiko infeksi saluran
pernafasan dan merokok.
- Dewasa muda dan pertengahan :
Diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang
mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru.
- Dewasa tua :
Adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan
arteriosklerosis, elastisitas menurun, ekspansi paru
menurun.
3. Faktor Perilaku - Nutrisi:
Misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi
paru, gizi yang buruk menjadi anemia sehingga daya ikat
oksigen berkurang, diet yang tinggi lemak menimbulkan
arteriosklerosis.
- Exercise:
exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
- Merokok:
Nikotin menyebabkan vasokontriksi pembuluh darah
perifer dan koroner.
Menyebabkan intake nutrisi/ Fe menurun mengakibatkan
penurunan hemoglobin, alkohol menyebabkan depresi
pusat pernafasan.
- Kecemasan : menyebabkan metabolisme meningkat
3. Faktor
Lingkungan
- Tempat kerja (polusi)
- Suhu lingkungan
- Ketinggian tempat dari permukaan laut
2.1.4. Masalah yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi
Masalah atau gangguan yang terkait pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu
perubahan fungsi jantung dan perubahan fungsi pernafasan. Perubahan fungsi jantung
yang mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu gangguan konduksi jantung seperti
disritmia (takikardia/bradikardia), menurunnya cardiac output seperti pada pasien
dekompensi kordis menimbulkan hipoksia jaringan, kerusakan fungsi katup seperti pada
stenosis, obstruksi, myokardial iskemia/infark mengakibatkan kekurangan pasokan
darah dari arteri koroner ke miokardium sedangkan pada perubahan fungsi pernafasan
masalah yang dapat mempengaruhi kebutuhan oksigenasi yaitu hiperventilasi,
hipoventilasi dan hipoksia (Tarwoto & Wartonah, 2006).
Tabel berikut menjelaskan perubahan fungsi pernafasan yang mempengaruhi kebutuhan
oksigenasi.
No Perubahan fungsi pernafasan Definisi Tanda dan gejala
1. Hiperventilasi Upaya tubuh dalam
meningkatkan jumlah O2
dalam paru-paru agar
pernafasan lebih cepat dan
dalam.
Takikardia, nafas
pendek, nyeri dada
(chest pain),
menurunnya
konsentrasi,
disorientasi.
2. Hipoventilasi
Terjadi ketika ventilasi
alveolar tidak adekuat
Nyeri kepala,
penurunan kesadaran,
untuk memenuhi
penggunaan O2 tubuh atau
mengeluarkan CO2 dengan
cukup. Biasanya terjadi
pada atelektasis (kolaps
paru)
disritmia,
ketidakseimbangan
elektrolit, kejang dan
kardiak arrest
3. Hipoksia Kondisi tidak tercukupinya
pemenuhan O2 dalam tubuh
akibat dari defisiensi O2
yang diinspirasi atau
meningkatnya penggunaan
cepat dan dalam,
sianosis, sesak nafas
dan clubbing finger.
2.2.Konsep Dasar Asuhan Keperawatan Kebutuhan oksigenasi
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian keperawatan adalah proses sistematis dari pengumpulan, verifikasi,
komunikasi data tentang klien. Fase pengkajian keperawatan mencakup
pengumpulan data dari sumber primer (klien), sumber sekunder (keluarga, tenaga
kesehatan), pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang (Potter & Perry, 2005).
1. Riwayat Kesehatan
Riwayat kesehatan yang perlu dikaji meliputi data saat ini dan yang telah lalu.
Perawat juga mengkaji keadaan pasien dan keluarganya. Kajian tersebut
berfokus pada keluhan utama, riwayat kesehatan masa lalu, riwayat kesehatan
keluarga, riwayat pekerjaan (Somantri, 2008).
Tabel pengkajian riwayat kesehatan :
No Riwayat Kesehatan Hal yang perlu di kaji
gangguan pernafasan yaitu batuk, peningkatan
produksi sputum, dispneu, hemoptisis, nyeri
dada.
2. Riwayat kesehatan masa
lalu
Penyakit yang pernah di alami, riwayat merokok,
pengobatan saat ini dan masa lalu, riwayat
alergi, kondisi tempat tinggal
3. Riwayat kesehatan
keluarga
Riwayat penyakit keturunan seperti riwayat
adanya keluarga yang sesak nafas, batuk lama,
batuk darah dari generasi sebelumnya
4. Riwayat pekerjaan Situasi tempat bekerja dan lingkungannya
2. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi
Lakukan pemeriksaan dengan melihat keadaan umum klien dan nilai
tanda-tanda abnormal seperti adanya tanda sianosis, pucat, kelelahan,
sesak nafas, batuk, penilaian produksi sputum, dan lainnya. Penilaian
bentuk dada secara inspeksi untuk melihat seberapa jauh kelainan yang
terjadi pada klien. Bentuk dada normal pada orang dewasa adalah diameter
anteroposterior dalam proporsi terhadap diameter lateral adalah 1:2.
Jenis-jenis kelainan pada bentuk dada meliputi barrel chest, funnel chest, pigeon
chest, kifoskoliosis. Observasi kesimetrisan pergerakan dada, gangguan
pergerakan dada atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan
penyakit paru atau pleura (Muttaqin, 2010).
b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada dan
mengetahui abnormalitas pada dinding thoraks seperti adanya nyeri tekan,
massa, bengkak, mengidentifikasi keadaan kulit, dan mengetahui vocal/
c. Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan apakah jaringan dibawahnya terisi
oleh udara, cairan, bahan padat atau tidak. Pemeriksa juga menggunakan
perkusi untuk memperkirakan ukuran dan letak struktur tertentu di dalam
thoraks (contoh diafragma, jantung, hepar dan lain-lain). Suara perkusi
paru normal adalah resonan atau sonor (Muttaqin, 2010).
d. Auskultasi
Pengkajian auskultasi berguna untuk mendengarkan suara nafas normal
dan suara tambahan (abnormal). Suara nafas normal dihasilkan dari
getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli dan bersifat
bersih. Jenis suara nafas normal yaitu bronkhial, bronkovesikular, dan
vesikular sedangkan jenis suara tambahan yaitu wheezing, mengi, ronchi,
pleural friction rub, dan krekels (Somantri, 2008).
Menurut Tarwoto & Wartonah (2006) data hasil pemeriksaan fisik yang
akan ditemukan pada pasien dengan gangguan pemenuhan kebutuhan
oksigenasi, yaitu :
Berikut tabel penjelasannya :
No Pemeriksaan Fisik Hasil pemeriksaan yang ditemukan
1. Mata - Konjunctiva pucat (anemia)
- Kojunctiva sianosis (hipoksemia)
2. Kulit - Sianosis perifer
- Sianosis secara umum
- Edema
- Edema periorbital
3. Jari dan Kuku - Sianosis
- Clubbing finger
4. Mulut dan bibir - Membran mukosa sianosis
5. Hidung - Pernafasan dengan cuping hidung
6. Vena Leher - Adanya distensi/bendungan
7. Dada - Retraksi otot bantu pernafasan
- Pergerakan tidak simetris antara dada kiri
dan dada kanan
- Suara nafas normal (vesikuler,
bronkovesikuler, bronchial)
- Suara nafas tidak normal (crakles, ronchi,
wheezing)
- Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan,
dullness)
8. Pola pernafasan - Pernafasan normal (eupnea)
- Pernafasan cepat (takipneu)
- Pernafasan lambat (bradipneu)
3. Pemeriksaan penunjang
Tabel pemeriksaan penunjang pada pasien dengan gangguan kebutuhan oksigenasi
:
No Pemeriksaan penunjang
1. Tes untuk menentukan keadekuatan sistem
konduksi jantung
- EKG
- Exercise stress test
2. Tes untuk menentukan kontraksi
miokardium aliran darah
- Echocardiolography
- Kateterisasi jantung
- Angiografi
3. Tes untuk mengukur ventilasi dan
oksigenasi
- Tes fungsi paru-paru
dengan spirometri
- Tes astrup
- Pemeriksaan darah
lengkap
4. Melihat struktur sistem pernafasan - Foto thoraks
- Bronkoskopi
- CT Scan paru
5. Menentukan sel abnormal/ infeksi sistem
pernafasan
- Kultur apus tenggorokan
- Sitologi
- Specimen sputum
(BTA)
2.2.2. Analisa Data
Analisa data adalah kemampuan kognitif perawat dalam pengembangan
daya berpikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu
pengetahuan, pengalaman, pengertian tentang substansi ilmu keperawatan dan
proses penyakit. Dalam melakukan analisa data diperlukan kemampuan
menghubungkan data dengan penyebab berdasarkan konsep, teori dan prinsip
yang relevan untuk membuat kesimpulan dalam menentukan masalah
keperawatan (Potter & Perry, 2005).
Pada analisa data diperlukan data dasar dan data fokus. Data dasar adalah
kumpulan data yang berisikan mengenai status kesehatan klien, kemampuan
klien mengelola kesehatan terhadap dirinya sendiri dan hasil konsultasi dari
medis atau profesi kesehatan lainnya. Data fokus adalah data tentang
perubahan-perubahan atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah
kesehatannya serta hal-hal yang mencakup tindakan yang dilaksanakan
terhadap klien. Selanjutnya data dasar itu digunakan untuk menentukan
diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan keperawatan, serta tindakan
keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah pasien. Pengumpulan data
dimulai sejak pasien masuk rumah sakit (Initial assessment), selama klien
dirawat secara terus-menerus serta pengkajian ulang untuk
menambah/melengkapi data (Sigit, 2010).
Tipe data terdiri dari data subjektif dan data objektif. Data subjektif adalah
dan kejadian. Informasi tersebut tidak bisa ditentukan oleh perawat, mencakup
persepsi, perasaan klien terhadap masalah kesehatan yang dialaminya. Data
objektif adalah data yang dapat diobservasi dan diukur, dapat diperoleh
menggunakan panca indera selama pemeriksaan fisik. Misalnya frekuensi nadi,
pernafasan, tekanan darah, berat badan dan tingkat kesadaran (Sigit, 2010).
Tabel berikut menjelaskan data-data yang biasa ditemukan untuk menentukan
masalah keperawatan yang muncul pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi :
No Data
subjektif Data objektif
Faktor yang
ronki basah halus,
ronki basah kasar,
dan ronki kering)
- Perubahan pada
irama dan
frekuensi
pernafasan
- Batuk tidak efektif
- Sianosis
- Kesulitan bersuara
- Penurunan bunyi
nafas
benda asing pada
jalan nafas, sekresi
pada bronchi, dan
eksudat pada
alveoli.
- PPOK, infeksi,
asma, alergi jalan
nafas dan trauma.
inspirasi/ekspirasi
- Nafas cuping
hidung
- Ortopneu
- Fase ekspirasi
lama
- Pernafasan
pursed-lip
- Penggunaan
otot-otot bantu nafas
hipoventilasi
- Obesitas
- Nyeri
- Kelelahan otot-otot
respirasi
(misal pucat dan
kehitaman)
- Sianosis
- Hipoksia
- Cuping hidung
mengembang
- Penumpukan cairan
dalam paru
- Gangguan pasokan
- Gelisah
- Takikardia
2.2.3. Rumusan Masalah
Menurut Tarwoto & Wartonah (2006) disebutkan masalah keperawatan yang
mungkin muncul pada gangguan pemenuhan kebutuhan oksigenasi yaitu:
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas
2.2.4. Perencanaan
Dx. 1 Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Defenisi: Kondisi dimana pasien tidak mampu membersihkan sekret, slem
sehingga menimbulkan obstruksi saluran pernafasan dalam rangka
mempertahankan saluran pernafasan.
Tujuan/kriteria hasil :
1. Saluran nafas menjadi bersih
2. Pasien dapat mengeluarkan sekret secara efektif
3. Mudah untuk bernafas
4. Kegelisahan, sianosis, dan dispneu tidak ada
Intervensi Rasional
- Sediakan alat suction
- Monitor jumlah, bunyi nafas, AGD,
efek pengobatan bronchodilator
- Terapi inhalasi, latihan nafas dalam
dan batuk efektif
- Bantu oral hygiene tiap 4 jam
- Mobilisasi tiap 2 jam
- Beri pendidikan kesehatan tentang
efek merokok, alkohol, menghindari
allergen, latihan bernafas
- Peralatan dalam keadaan siap
- Indikasi dasar kepatenan jalan
nafas
- Mengeluarkan secret
- Memberi rasa nyaman
- Mempertahankan sirkulasi
- Mencegah komplikasi paru
Dx. 2 Ketidakefektifan pola nafas
Defenisi : Kondisi dimana pola inhalasi dan ekshalasi pasien tidak mampu
karena adanya gangguan fungsi paru.
Tujuan/Kriteria hasil :
1. Kedalaman inspirasi dan kemudahan bernafas
2. Ekspansi dada simetris
3. Tidak ada penggunaan otot bantu nafas
4. Bunyi nafas tambahan tidak ada
5. Nafas pendek tidak ada
Intervensi Rasional
- Berikan oksigen sesuai program
- Monitor jumlah pernafasan,
penggunaan otot bantu
- Mempertahankan oksigen arteri
pernafasan, batuk, bunyi paru,
tanda vital, warna kulit, AGD
- Beri posisi fowler, semi fowler
- Bantu terapi inhalasi
- Meningkatkan pengembangan
paru
- Membantu mengeluarkan sekret
Dx. 3Gangguan pertukaran gas
Definisi: Suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman
oksigen dan karbon dioksida diantara alveoli paru dan sistem vaskuler.
Tujuan/kriteria hasil:
1. Kulit tidak pucat
2. Tidak menggunakan pernafasan mulut
3. Tidak menggunakan otot bantu nafas
4. Tidak ada pernafasan cuping hidung
5. Tidak mengalami nafas dangkal
6. Tidak ada dispneu saat istirahat maupun beraktivitas
7. Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas
Intervensi Rasional
- Monitor/ kaji kembali adanya nyeri,
pucat, kesulitan bernafas, hasil
laboratorium, retraksi sterna,
penggunaan otot bantu nafas,
penggunaan oksigen, X-ray, catat
tanda vital
- Suction jika ada indikasi
- Monitor intake dan output cairan
- Beri terapi inhalasi
- Batasi pengunjung
- Beri posisi fowler/semi fowler
- Beri pendidikan kesehatan tentang
nafas dalam, latihan bernafas,
mobilisasi, kebutuhan istirahat, efek
merokok dan alkohol
- Data dasar untuk pengkajian lanjut
- Meningkatkan pertukaran gas
- Menjaga keseimbangan cairan
- Melonggarkan saluran pernafasan
- Mengurangi kecemasan
- Meningkatkan pengembangan paru
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1. Pengkajian
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN USU FORMAT PENGKAJIAN PASIEN DI RUMAH SAKIT
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 42 tahun
Status Perkawinan : Belum menikah
Agama : Kristen
Pendidikan : Tamat SD
Pekerjaan : Petani
Alamat : Marendal, Jl. Swadaya
Tanggal Masuk RS : 26 mei 2014
No. Register : 02.01.01.201400036096.009
Ruangan/kamar : Asoka 2
Golongan darah : B
Tanggal pengkajian : 2 juni 2014
Tanggal operasi : -
Diagnosa Medis : Efusi Pleura
II.KELUHAN UTAMA
Pasien mengatakan merasa sesak nafas, kepala pusing, penglihatan kabur.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A. Provocative/ palliative
1. Apa penyebabnya
Pasien mengatakan tidak mengetahui penyebabnya, tiba-tiba sesak nafas terus
menerus.
Pasien mengatakan tidak ada keadaan yang dapat mengurangi sesak nafas nya.
B. Quantity/quality
1. Bagaimana dirasakan
Pasien mengatakan sangat sesak nafas, dada terasa berat.
2. Bagaimana dilihat
Pasien terlihat gelisah, sangat sulit bernafas, ada penggunaan otot bantu nafas,
ada pernafasan cuping hidung.
C. Region
1. Dimana lokasinya
Pasien mengatakan nyeri di daerah dada kalau terasa sangat sesak nafas.
2. Apakah menyebar
Pasien mengatakan nyeri nya tidak menyebar hanya di bagian dada.
D. Severity
Pasien terlihat gelisah, tidak bisa tidur.
E. Time
Sesak nafas terjadi terus menerus.
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami
Pasien menderita penyakit ginjal sudah 2 tahun setengah.
B. Pengobatan/tindakan yang dilakukan
Cuci darah 2 kali seminggu, hari senin dan kamis.
C. Pernah dirawat/dioperasi
Pasien pernah dirawat di RS Adam Malik dan RS Perbaungan karena percobaan
bunuh diri.
D. Lama dirawat
RS Perbaungan selama 3 hari
E. Alergi
Tidak ada riwayat alergi
F. Imunisasi
Lengkap
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A.Orang tua
Pasien mengatakan kedua orang tuanya tidak mengalami penyakit yang sama
dengan pasien.
B.Saudara kandung
Tidak ada riwayat penyakit yang sama dengan pasien.
C.Penyakit keturunan yang ada
Tidak ada riwayat penyakit keturunan di keluarga pasien.
D.Anggota keluarga yang meninggal
Ayah pasien.
E.Penyebab meninggal
Sakit tua.
VI. RIWAYAT KEADAAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentang penyakitnya
Pasien merasa tidak yakin penyakitnya dapat disembuhkan.
B. Konsep Diri
- Gambaran diri :
Pasien merasa bahwa dia adalah seorang anak yang harus berbakti pada orang
tua.
- Ideal diri :
Pasien ingin selalu menjadi anak yang berbakti untuk orang tuanya.
Pasien tampak putus asa dengan penyakitnya.
- Peran diri :
Setelah sakit pasien merasa tidak berguna lagi karena tidak bisa bekerja lagi
untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
- Identitas :
Sebelum sakit pasien berperan sebagai seorang anak dan membantu orang
tuanya berladang.
C. Keadaan emosi
Selama sakit emosi pasien menjadi labil dan mudah marah.
D. Hubungan sosial
- Orang yang berarti : Ibu
- Hubungan dengan keluarga : Baik
- Hubungan dengan orang lain : Baik
- Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada
E. Spiritual
- Nilai dan keyakinan : Pasien merasa sangat yakin dengan agamanya
- Kegiatan ibadah : Selama sakit pasien tidak pernah ke gereja lagi
VII. STATUS MENTAL
- Tingkat kesadaran
Bingung/orientasi
- Penampilan
Rapi
- Pembicaraan
Lambat
- Alam perasaan
Lesu
- Afek
- Interaksi selama wawancara
Klien dapat menjawab pertanyaan dengan baik
- Persepsi
o Pendengaran : Dapat mendengar dengan baik
o Penglihatan : Penglihatan kabur
o Perabaan : Tidak ada masalah
o Pengecapan : Dapat membedakan rasa asam, manis, pahit
o Penghirupan : Tidak ada masalah
VIII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
Pasien tampak lemah, berbaring di tempat tidur.
B. Tanda-tanda vital
- Suhu tubuh : 36,5ºC
- Tekanan darah : 130/90 mmHg
- Nadi : 102 x/menit
- Pernafasan : 28 x/menit
- TB : 150 cm
- BB : 40 kg
C. Pemeriksaan Head to toe
1. Kepala
- Bentuk : Simetris
- Ubun-ubun : Tepat ditengah
- Kulit kepala : Bersih
2. Rambut
- Penyebaran dan keadaan rambut: Rambut hitam, tebal, tersebar merata
- Bau : Tidak bau
3. Wajah
- Warna kulit : Pucat
- Struktur wajah : Simetris, bentuk wajah oval
4. Mata
- Kelengkapan dan kesimetrisan : Mata lengkap, normal dan simetris kiri
kanan
- Palpebra : Simetris, normal tidak ada pembengkakan
- Konjunctiva dan sklera : Konjunctiva anemis, sclera tidak ikterus
- Visus : Kabur
- Tekanan bola mata : Tidak ada sakit pada mata
5. Hidung
- Tulang hidung dan posisi septum nasi : Normal, simetris
- Lubang hidung : Normal, simetris, dan terdapat
rambut
- Cuping hidung : Ada pernafasan cuping hidung
6. Telinga
- Bentuk telinga : Normal, simetris
- Ukuran telinga : Tidak diukur
- Lubang telinga : Normal, bersih
- Ketajaman pendengaran : Klien mampu mendengar dengan baik
7. Mulut dan faring
- Keadaan bibir : Pucat, kering
- Keadaan gusi dan gigi : Bersih
- Keadaan lidah : Normal
8. Leher
- Posisi trachea : Normal
- Thyroid : Tidak ada pembesaran
- Suara : Jelas
9. Pemeriksaan integumen
- Kebersihan : Kulit pasien bersih
- Kehangatan : Terasa dingin
- Warna : Pucat
- Turgor : Kembali cepat kurang dari 3 detik
- Kelembaban : Terasa lembab
- Kelainan pada kulit : Tidak ada
10.Pemeriksaan thoraks/dada
- Inspeksi thoraks : Bentuk thoraks burrel chest.
- Pernafasan (frekuensi, irama) :
Frekuensi 28 x/menit. Irama cepat dan dangkal.
- Tanda kesulitan bernafas :
Ada penggunaan otot bantu nafas dan pernafasan cuping hidung.
11.Pemeriksaan paru
- Palpasi getaran suara :
Vokal fremitus frekuensi getaran lebih lemah pada bagian dada sebelah kiri.
- Perkusi :
Tidak dilakukan
- Auskultasi :
Vesikuler melemah pada lapang tengah sampai bagian bawah paru kiri.
12.Pemeriksaan jantung
- Inspeksi : Tidak ada moonface pada wajah, tidak ada sianosis pada bibir
- Auskultasi : Bunyi jantung normal dan irama teratur
- Palpasi : Tidak dikaji
13.Pemeriksaan abdomen
- Inspeksi (bentuk, benjolan) : Bentuk normal, simetris, tidak ada benjolan
- Auskultasi : Peristaltik (+)
- Palpasi (tanda nyeri tekan, benjolan, ascites, hepar, lien): Tidak ada
- Perkusi (suara abdomen) : Tidak dikaji
14.Pemeriksaan muskuloskletal/ekstremitas
- Jumlah : Ekstremitas atas dan bawah lengkap
- Bentuk : Simetris kanan dan kiri
- Edema : Tidak ada
15.Pemeriksaan neurologi (nervus cranialis) :
- Nervus Olfaktorius/N I
Mampu mengidentifikasi bau dengan baik
- Nervus Optikus/ N II
Penglihatan pasien kabur
- Nervus Okulomotoris/ N III, Trochlearis/ N IV, Abdusens/ N V
Tidak dilakukan
- Nervus Trigeminus/ N V
Tidak dilakukan
- Nervus fasialis/ N VII
Tidak dilakukan
- Nervus Vestibulocochlearis/ N VIII
Pasien tidak mampu berdiri sendiri harus dibantu
- Nervus Glossopheringeus/ N IX, Vagu/ N X
Mampu menelan, menguyah dan membuka mulut dengan baik
- Nervus Asesorius/ N XI
- Nervus Hipoglossus/ N XII
Mampu menjulurkan dan menggerakkan lidah
IX. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
I. Pola makan dan minum
- Frekuensi makan/hari : Selama sakit pasien hanya makan 1x /
hari
- Selera makan : Menurun
- Nyeri ulu hati : Ada
- Alergi : Tidak ada
- Mual dan muntah : Ada kalau lagi sesak nafas
- Waktu pemberian makan : Pagi (7.00), Siang (11.30), Malam
(18.00)
- Jumlah dan jenis makan : 1 piring nasi bubur beserta buah dan lauk
- Waktu pemberian cairan/minum : Selesai makan dan saat klien merasa
haus
- Masalah makan dan minum (kesulitan menelan, mengunyah) : Tidak ada
II. Perawatan diri/personal hygiene
- Kebersihan tubuh : Mandi 2 kali sehari
- Kebersihan gigi dan mulut : Sikat gigi 2 kali sehari
- Kebersihan kuku kaki dan tangan : Bersih
III. Pola kegiatan/aktivitas
- Uraian aktivitas pasien untuk mandi, makan, eliminasi, ganti pakaian,
dilakukan secara mandiri, sebahagian, atau total.
Kegiatan Mandiri Sebahagian Total
Mandi √
Makan √
BAB √
BAK √
- Uraian aktivitas ibadah pasien selama dirawat/sakit
Selama sakit klien tidak pernah ke gereja lagi.
IV. Pola eliminasi
1. BAB
- Pola BAB : 1 kali sehari
- Karakter feses : Lembek
- Riwayat perdarahan : Tidak ada
- BAB terakhir : Pagi jam 7
- Diare : Tidak ada
- Penggunaan laksatif : Tidak
2. BAK
- Pola BAK : 1 kali sehari
- Karakter urine : Kuning jernih
- Nyeri/rasa terbakar/kesulitan BAK : Tidak ada
- Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : Ada
- Upaya mengatasi masalah :
-V. Mekanisme koping
- Adaftif
Bicara dengan orang lain
- Maladaftif
2.3.2. Analisa Data
No. Data Penyebab Masalah keperawatan
1. DS:
- Pasien mengatakan
sesak nafas
DO:
- Warna kulit pucat
- Gelisah
- Takikardia
- HR 102x/menit
- RR 28x/menit
- Nafas pendek
- Pernafasan cuping
hidung
- Penggunaan otot
bantu nafas
Ekspansi paru tidak
maksimal
Eliminasi CO2
berlebihan
Gangguan pertukaran gas
2.3.3. Rumusan Masalah
1. Gangguan pertukaran gas
Diagnosa Keperawatan (Prioritas)
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efusi pleura, penurunan ekspansi
paru, gangguan difusi jaringan ditandai dengan dispneu, kulit pucat, kepala
pusing, gelisah, takikardia, TD 130/90 mmHg, RR 28x/menit, nadi 102x/menit,
2.3.4. Perencanaan Keperawatan
No.
Dx Perencanaan keperawatan
1. Tujuan/Kriteria hasil:
a. Kulit tidak pucat
b. Tidak menggunakan otot bantu nafas
c. Tidak ada pernafasan cuping hidung
d. Tidak mengalami nafas dangkal
e. Tidak ada dispneu pada saat istirahat dan aktivitas
f. Pasien dapat menunjukkan peningkatan perubahan pertukaran gas
seperti: tanda vital, AGDA, ekspresi wajah
Intervensi Rasional
- Monitor adanya pucat,
kesulitan bernafas,
retraksi sterna,
penggunaan otot bantu
nafas, penggunaan
oksigen, catat tanda vital
- Monitor pemasukan
cairan
- Beri terapi inhalasi
seperti tarik nafas dalam
- Beri posisi fowler/semi
fowler
- Anjurkan klien istirahat
- Data dasar untuk pengkajian
lanjut
- Menjaga keseimbangan cairan
- Melonggarkan saluran pernafasan
- Mengurangi kesulitan bernafas
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Kebutuhan oksigenasi adalah kebutuhan dasar manusia dalam pemenuhan oksigen
yang digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, mempertahankan hidup
dan aktivitas berbagai organ atau sel. Tanpa oksigen dalam waktu tertentu sel tubuh
akan mengalami kerusakan yang menetap dan menimbulkan kematian. Otak merupakan
organ yang sangat sensitif terhadap kekurangan oksigen. Otak masih mampu
mentoleransi kekurangan oksigen hanya 3-5 menit. Apabila kekurangan oksigen
berlangsung lebih dari 5 menit, dapat terjadi kerusakan sel otak secara permanen (Potter
& Perry, 2005).
Karya Tulis Ilmiah ini membahas kasus pada seorang pasien yaitu Ny. R berusia
42 tahun dengan diagnosa medis Efusi pleura, masuk ke RS dr. Pirngadi Medan pada
tanggal 26 Mei 2014 dan dirawat inap di Ruang Asoka 2. Pengkajian yang dilakukan
kepada pasien pada tanggal 2 juni 2014, ditemukan data subjektif pasien mengatakan
sesak napas, kepala pusing, penglihatan kabur dan data objektif klien tampak gelisah,
kulit pucat, ada pernafasan cuping hidung, ada penggunaan otot bantu nafas, nafas
pendek, TD 130/90 mmHg, suhu tubuh 36,5ºC, RR 28x/menit, HR 102x/menit, irama
nafas cepat dan dangkal.
Dari data-data diatas maka penulis menegakkan diagnosa keperawatan (Prioritas)
pada pasien, yaitu:
1. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan efusi pleura, penurunan ekspansi
paru, gangguan difusi jaringan ditandai dengan dispneu, kulit pucat, kepala pusing,
gelisah, takikardia, TD 130/90 mmHg, RR 28x/menit, nadi 102x/menit, suhu tubuh
3.2. Saran
1. Perawat
Diharapkan pada perawat agar dapat melakukan asuhan perawatan dengan tepat
pada pasien dengan masalah pemenuhan kebutuhan oksigenasi.
2. Penulis
Agar dapat belajar mengenal dan memahami serta dapat mengaplikasikan
DAFTAR PUSTAKA
Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.
Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika.
Potter & Perry. (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan
Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Muttaqin, A. (2010). Pengkajian Keperawatan : Aplikasi Pada Praktik Klinik. Jakarta:
Salemba Medika.
Somantri, I. (2008). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan. Edisi 2. Jakarta : Salemba Medika.
Alsagaff, H, dkk. (2002). Dasar-dasar Ilmu Penyakit Paru. Edisi 2. Surabaya :
Airlangga University Press.
Wilkinson, M , J. (2006). Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
CATATAN PERKEMBANGAN
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No
- Melihat adanya
pucat, kesulitan
- Mengatur posisi
semifowler pada
pasien.
- Menjelaskan dan
melatih pasien cara
melakukan tarik
nafas dalam.
- Mengukur
tanda-tanda vital pasien.
- Menganjurkan pasien
Masalah belum
teratasi
P :
Intervensi
dilanjutkan
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No
- Melihat adanya
pucat, kesulitan
kembali pada pasien
agar melakukan
tarik nafas dalam.
- Mengukur
tanda-tanda vital pasien.
- Menganjurkan
cuping hidung
26x/menit
Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
No
- Melihat kembali
adanya pucat,
tanda vital pasien.
- Menganjurkan pasien
istirahat dan tidak
melakukan banyak
sesak nafas saat
istirahat.
cuping hidung
penggunaan
otot bantu
nafas
- TD: 130/90
mmHg
- HR :
85x/menit
- RR :
22x/menit
- Suhu : 36,6ºC
A :
Masalah teratasi
sebagian
P :
Intervensi