• Tidak ada hasil yang ditemukan

BUSANA, FASHION DAN IDENTITAS MUSLIMAH KONTEMPORER Studi Interpretatif Fashion pada Komunitas Hijabers Malang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "BUSANA, FASHION DAN IDENTITAS MUSLIMAH KONTEMPORER Studi Interpretatif Fashion pada Komunitas Hijabers Malang"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

BUSANA, FASHION DAN IDENTITAS

MUSLIMAH KONTEMPORER

Studi Interpretatif

Fashion

pada Komunitas Hijabers Malang

SKRIPSI

Oleh:

DINI RAHMANISARI

05220239

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)

BUSANA, FASHION DAN IDENTITAS

MUSLIMAH KONTEMPORER

Studi Interpretatif

Fashion

pada Komunitas Hijabers Malang

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Muhammadiyah Malang

Sebagai Persyaratan untuk Mendapat Gelar S-1

Oleh:

DINI RAHMANISARI

05220239

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSTAS MUHAMMADIYAH MALANG

(3)
(4)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum warahmatullahi wabaraakaatuh

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt. atas segala

limpahan rahmat dan hidayahNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan

judul “Busana, Fashion dan Identitas Muslimah Kontemporer (Analisis Semiotika

Fashion dan Transformasi Sosial pada Komunitas Hijabers Malang)”.

Skripsi ini disusun berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis di

Basecamp Komunitas Hijabers Malang mulai tanggal 3 Januari 2012 sampai dengan 9

Maret 2012. Selain skripsi ini merupakan salah satu syarat bagi mahasiswa untuk dapat

meraih gelar strata 1, skripsi ini juga sebagai wujud penulis dalam mengkritisi fenomena

sosial yang muncul dan sedang menjadi pembicaraan hangat di masyarakat, khususnya

di Kota Malang.

Hadirnya skripsi ini tentu tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak yang turun

tangan memberikan dukungan moral maupun spiritual selama proses penulisan hingga

terselesaikannya skripsi ini. Penulis menyampaikan rasa hormat dan terimakasih yang

sebesar-besarnya kepada:

1. My Precious, Allah swt. atas limpahan rahmat yang sangat berharga, terutama

rahmat berupa hati yang menghasilkan buah pikir saat menulis.

2. Bapak Joko Susilo, M.Si dan Bapak Drs. Abdullah Masmuh, M.Si selaku dosen

(5)

3. Seluruh dosen dan staf Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu

Politik, Universitas Muhammadiyah Malang atas bimbingan dan bantuannya

selama penulis menempuh pendidikan.

4. My beloved, Ibuk dan Bapak atas doa di setiap sujudnya, juga kepada Akhi

Azhar dan seluruh keluarga atas dukungan material dan non material kepada

penulis. You are the most important to me.

5. Teman-teman KB-TK Permata Iman atas pengertian, doa dan semangat, juga

krucil-krucilku, senyum kalian menambah ribuan watt semangatku.

6. Teman-teman Green Radio, Eko Prihasanto, Adji Huru Hara, Cheng Prudjung,

dan Mar’atus Sholihah atas kesempatan berbagi ilmu, semangat dan ejekan.

7. Komunitas Hijabers Malang, atas kesempatan yang diberikan dan kesabaran

menjawab setiap pertanyaan penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu

penulis membuka diri terhadap segala saran dan kritik yang membangun. Semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca.

Malang, April 2012

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN SKRIPSI i

LEMBAR PENGESAHAN ii

PERNYATAAN ORISINALITAS iii

BERITA ACARA BIMBINGAN SKRIPSI iv

ABSTRAKSI v

KATA PENGANTAR vii

DAFTAR ISI ix

DAFTAR GAMBAR xiii

DAFTAR BAGAN xiv

DAFTAR TABEL xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

B. Rumusan Masalah

C. Tujuan

D. Manfaat

1

9

(7)

9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Busana dan Komunikasi Artifaktual

B. Fashion dalam Makna dan Dimensi Historis

C. Identitas dan Citra Sosial

C.1. Sebuah Konstruksi Identitas

C.2. Identitas dalam Masyarakat Kontemporer

C.3. Citra Sosial: Budaya Citra dan Budaya Cita Rasa

C.4. Transformasi Sosial

D. Muslimah Kontemporer: Ideologi Beragama dan Budaya

D.1. Agama sebagai Cara Pandang

D.2. Hedonisme Spiritual

E. Kerangka Teoritik

F.1. Pendekatan Semiotik sebagai Alat Analisis Budaya dan

(8)

57

59

60

65

BAB III METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

B. Objek Penelitian

C. Subjek Penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

D.1. Visualisasi Iklan Hijab Style

D.2. Dokumentasi Foto

E. Analisis Data

68

69

72

75

75

75

76

BAB IV DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

A. Gambaran Komunitas Hijabers Malang

B.1. Format Komunitas Hijabers Malang

B.2. Sistem Organisasi Komunitas Hijabers Malang

B.3. Pendekatan Organisasi

77

78

(9)

B.4. Jaringan Komunitas Hijabers Malang 83

84

BAB V ANALISIS DATA

FASHION DAN TRANSFORMASI SOSIAL MUSLIMAH

KONTEMPORER

A. Fungsi dan Makna pada Busana dan Fashion

B. Identitas Diri sebagai Produk dari Keanggotaan Kelompok

C. Identitas dalam Kode Hijabers Community

D. Fashion sebagai Fenomena Komunikasi dan Budaya

E. Konsumsi, Selera dan Transformasi Sosial

85

88

91

102

110

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

B. Kelemahan Penelitian

C. Saran

B.1. Saran Akademis

B.2. Saran Praktis

117

120

121

121

(10)

DAFTAR PUSTAKA 123

LAMPIRAN

1. The Committee of Hijabers Malang Community

2. Visualisasi iklan Hijab Style

3. Visualisasi Jakarta Fashion Week 2012

(11)

4. Selebritis Era Jilbab

Neno Warisman

Tya Subiakto

Ratih Sanggarwati

Inneke Koesherawati

5. Selebritis Era Hijab

Zaskia Adya Mecca

Marshanda

151

152

153

154

157

158

158

158

159

159

160

160

(12)

DAFTAR GAMBAR

Piramida Hirarki Kebutuhan Abraham Maslow

Model Perkembangan Identitas Martin dan

Nakayama

Empat Tingkatan dalam Perwujudan Identitas

Teori Keseimbangan Heider

Model Balance dan Imbalance Heider

Proses Perubahan Sosial Kelman

Proses Persepsi

Beberapa Proses Psikologi yang Mempengaruhi

Persepsi Seseorang

Langkah Dasar dalam Proses Self-Fulfilling

Prophecy

Segitiga Semantik Ogden dan Richard

Pencitraan Makna

Model Induktif dalam Penelitian Kualitatif

Model Operasionalisasi Majemuk Satu Tahap

(13)

Gambar 3.2.1

Panel atau Meja Bundar

Seminar

Simposium

Model Komunikasi Laswell

Visualisasi Iklan Hijab Style

Logo Hijabers Community

Ikon Hijabers Community

Logo Hijabers Malang Community

Slogan Komunitas Hijabers Malang

Grand Launching Malang Hijabers Community

Gathering Malang Hijabers Community di Cafe Ria

(14)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1.1

Bagan 1.1.2

Bagan 1.1.3

Pemberitaan Tren Berbusana Muslimah di Media

Online

Pemberitaan Mengenai Pertumbuhan Gaya

Berjilbab

Pemberitaan Mengenai Pertumbuhan Gaya Berhijab 4

8

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.5.1.4

Tabel 5.1.1

Tabel 5.1.4

Kode Kinesis dalam Komunikasi Non Verbal

Makna Budaya Warna Hijabers Community

Makna Budaya Warna Hijabers Malang Community 64

90

(16)

DAFTAR PUSTAKA

Ardianto, Elvinaro., Q-Anees, Bambang. 2009. Filsafat Ilmu Komunikasi. Bandung:

Remaja Rosdakarya

Barnard, Malcolm. 2011. Fashion sebagai Komunikasi: Cara Mengkomunikasikan

Identitas Sosial, Seksual, Kelas, dan Gender. Diterjemahkan Oleh Idy Suband

Ibrahim dan Drs. Yosal Iriantara, MS. Yogyakarta: Jalasutra.

Castells, Manuel. 2004. The Power of Identity, Information Age: Economy, Society, and

Culture, 2nd ed.

---. 2009. Communication Power. New York: Oxford University.

Dayaksini, Tri., Hudaniah, eds, 2006. Psikologi Sosial. Malang: UMM Press.

Danesi, Marcel. 2011. Pesan, Tanda, dan Makna: Buku Teks Dasar Mengenai

Semiotika dan Teori Komunikasi, 2nd ed. Diterjemahkan oleh Evi Setyarini dan

Lusi Lian Piantari. Yogyakarta: Jalasutra

DeVito, J. A. 1997. Komunikasi Antarmanusia, 5th ed. Diterjemahkan oleh Agus

Maulana MSM. Jakarta: Professional Books.

Ibrahim, Idi Subandy. 2011. Budaya Populer sebagai Komunikasi: Dinamika Popscape

dan Mediascape di Indoneisa Kontemporer. Yogyakarta: Jalasutra.

Littlejohn, Stephen W., Foss, Karen A. 2009. Teori Komunikasi, 9th ed. Diterjemahkan

oleh Mohammad Yusuf Hamdan. Jakarta: Salemba Humanika.

Piliang, Yasraf Amir. 2011. Dunia yang Dilipat: Tamasya Melampaui Batas-batas

(17)

Rakhmat, Jalaluddin. 2007. Psikologi Komunikasi, 24th ed. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Rivers, William L., Peterson, Theodore., Jensen, Jay W. 2008. Media Massa dan

Masyarakat Modern, 2nd ed. Diterjemahkan oleh Haris Munandar dan Dudy

Priatna. Jakarta: Kencana.

Nugroho, Eko. 2008. Pengenalan Teori Warna. Yogyakarta: ANDI

Nurudin. 2007. Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: RajaGrafindo Persada

Sachari, Agus. 2002. Budaya Visual Indonesia. Jakarta: Erlangga

Samovar, L. A., Porter, R. E., McDaniel, E. R. 2010. Komunikasi Lintas Budaya, 7th ed.

Diterjemahkan oleh Indri Margaretha Sidabalok. Jakarta: Salemba Humanika.

Silalahi, Ulber. 2009. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, 6th ed. Bandung:

Alfabeta.

Thompson, Michael., Ellis, Richard., dkk. 1990. Cultural Theory. Colorado: Westview.

M.A, Morissan. 2010. Psikologi Komunikasi. Bogor: Ghalia Indonesia.

Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 7th ed. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Telaah buku:

Listiani, Wanda. 2009. Pemetaan Unsur Paradigma Kajian Gaya Hidup dan Konsumsi

(18)

Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer. Yogyakarta: TICI

Publication.

Qodir, Zuly. 2009. Kontekstualisasi Religiusitas dan Kontestasi Publik: Agama di

Dunia Modern 7: 143-164. Ditulis dalam buku bersama Irwan Abdullah dkk

yang berjudul Dinamika Masyarakat dan Kebudayaan Kontemporer.

Yogyakarta: TICI Publication.

E-Books

Barthes, Roland. 2001. Semiologi. Diterjemahkan oleh Kurniawan. Magelang:

IndonesiaTera. Retrived January 3, 2012. http://books.google.co.id

Budiman, Kris. 2004. Jejaring Tanda-tanda: Strukturalisme dan Semiotik dalam Kritik

Kebudayaan. Magelang: IndonesiaTera. Retrived January 10, 2012.

http://books.google.co.id

Davis, Fred. 1992. Fashion, Culture, and Identity. Chicago: University of Chicago

press. Retrived January 10, 2012. http://books.google.co.id

Goble, Frank G. 1987. Mazhab Ketiga: Psikologi Humanistik Abraham Maslow.

Diterjemahkan oleh Drs. A. Supratinya. Yogyakarta: Kanisius. Retrived January

21, 2012. http://books.google.co.id

Sumber non-buku:

(19)

Donovan, Kevin. 2002. American Comedy-Action Film: The Tuxedo. Actor: Jackie

Chan as Jimmi Thong, Jeniifer Love Hewitt as Del Blaine, Jason Isaacs as Clark

Devlin. USA: Dreamworks

Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedi Bebas. 2011. Neno Warisman. Retrived

January 3, 2012. http://id.wikipedia.org/wiki/Neno_Warisman.

---. 2011. Tya Subiakto. Retrived January 3, 2012.

http://id.wikipedia.org/wiki/Tya_Subiakto.

---. 2011. Ratih Sanggarwati. Retrived January 3, 2012.

http://id.wikipedia.org/wiki/Ratih_Sanggarwati

---. 2011. Inneke Koesherawati. Retrived January 3, 2012.

http://id.wikipedia.org/wiki/Inneke_Koesherawati

---. 2011. Zaskia Adya Mecca. Retrived January 3, 2012.

http://id.wikipedia.org/wiki/Zaskia_Adya_Mecca

---. 2011. Marshanda. Retrived January 3, 2012.

(20)

Aktualisasi diri

Apresiasi

Cinta dan Kasih Sayang

Rasa Aman dan Kedamaian

Fisiologis BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia tidak bisa lepas dari berbagai kebutuhan untuk memenuhi

keberlangsungan hidupnya. Untuk itu, Abraham Maslow mengemukakan

gagasannya mengenai hierarki kebutuhan yang dijabarkan dalam

visualisasi piramida kebutuhan.

Maslow menyebutkan lapisan paling dasar – bagian terbesar –

adalah kebutuhan fisiologis. Kemudian dilanjutkan pada tingkat yang lebih

mengerucut, yaitu kebutuhan akan rasa aman dan kedamaian, kebutuhan

untuk dicintai dan disayangi, kebutuhan untuk dihargai, dan kebutuhan

untuk aktualisasi diri. Masing-masing tahap pada piramida tersebut

bersifat homeostatis. Artinya, seseorang tidak akan beranjak ke tingkat

berikutnya jika kebutuhan dalam tingkat tertentu belum terpenuhi. Adapun

tingkat-tingkat kebutuhan tersebut dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Gambar A.1

Piramida Hierarki Kebutuhan

(21)

Pada tingkat paling dasar, yaitu kebutuhan yang bersifat fisiologis

mencakup kebutuhan primer manusia, yaitu kebutuhan akan sandang,

pangan dan papan dan kebutuhan biologis. Kebutuhan ini sering juga

disebut sebagai kebutuhan dasar (basic needs).

Kebutuhan pangan adalah kebutuhan akan makan dan minum.

Kemudian kebutuhan papan, yaitu tempat tinggal untuk berlindung. Dan

yang terakhir adalah kebutuhan sandang, yaitu pakaian untuk menutup dan

melindungi tubuh dari suhu di lingkungan hidupnya.

Ketiga kebutuhan dasar tersebut merupakan kebutuhan dasar yang

substansial. Artinya, jika tidak dipenuhi dalam keadaan yang sangat

ekstrim (misalnya kelaparan), manusia akan kehilangan kendali atas

perilakunya sendiri. Karena seluruh kapasitas manusia dikerahkan dan

dipusatkan hanya untuk memenuhi kebutuhan dasar tersebut.Begitu pula

sebaliknya, jika kebutuhan dasar ini relatif sudah tercukupi, maka akan

muncul kebutuhan yang lebih tinggi, yang mulai beranjak pada tingkat

kebutuhan berikutnya.

Seiring dengan perkembangan kehidupan manusia, ketiga

kebutuhan dasar tersebut juga mempunyai perkembangan fungsi.

Kebutuhan akan sandang, misalnya. Pakaian awalnya digunakan manusia

untuk menutup tubuh, sebagai pelindung dari suhu dan udara di sekitar.

Namun seiring dengan berkembangnya kehidupan manusia, pakaian juga

digunakan sebagai simbol, status, jabatan, maupun kedudukan seseorang

(22)

berpakaian hingga peran pakaian sebagai produk fashion (yang tentu saja

juga merambah pada artefak-artefak fashion).

Deskripsi verbal fashion adalah gaya dan up to date. Fashion juga

dapat berupa benda-benda atau atribut yang dipakai manusia untuk

mengidentifikasikan dirinya secara khusus dan kelompok sosialnya

sebagai satu kesatuan dirinya dengan pikiran-pikiran atau pernyataan citra

diri pribadi ataupun yang sifatnya komunal. Benda-benda tersebut dapat

berupa gaya berpenampilan dan segala atribut yang dipandang sebagai

identitas pribadi atau kelompok.

Pakaian atau busana juga apapun yang kita kenakan untuk

menunjang penampilan sesungguhnya merupakan sesuatu yang erat

dengan diri kita. Maka dari itu tak heran jika pepatah jawa menyebutkan

“ajining rogo, soko busono” (Harga diri dapat dinilai dari cara

berpakaian). Pakaian yang dikenakan akan memberikan pernyataan

tentang diri seseorang. Bahkan jika seseorang bukan termasuk orang yang

terlalu memperhatikan penampilan pun, orang yang bertemu dan

berinteraksi tetap akan menafsirkan penampilan seolah-olah sedang

sengaja membuat suatu pesan. Pernyataan ini membawa pada fungsi

komunikasi dan non-komunikasi dari pakaian yang dikenakan.

Saat ini fashion, busana dan pakaian merupakan sebuah bagian

yang sangat penting. Apalagi bagi sebagian masyarakat di kota-kota besar

yang kental dengan atmosfer budaya pop. Ragam industri fashion saling

bersaing untuk memperebutkan segmen konsumen. Bahkan kepentingan

(23)

0

1991 1998 2000 2001 2005 2011

4380

1110

62600 66500 62000

56000

atau tidak hal tersebut perlahan-lahan namun pasti telah menggerus

nilai-nilai budaya muslim.

Muslimah dalam budaya pop di kota-kota besar, di kampus dan di

mall, ramai menjalankan aksi „jilbabisasi‟ dengan penampilan berbusana

yang lebih gaya. Seakan menampilkan identitas baru seorang muslimah,

dari muslimah yang ortodoks, dengan jilbab – bahkan jilbab lebar dan

bercadar– yang membatasi diri dari kehidupan hedonis, menjadi muslimah

yang modern dengan mobilitas yang lebih fleksibel.

Bagan A.1

Pemberitaan tren berbusana muslimah di media online

Dalam sebuah masyarakat dimana, di satu sisi persoalan gaya

adalah segalanya dan, di sisi lain perhatian ilmuwan, akademisi atau

pemerhati sosial budaya masih tergolong langka, diperlukan penjelasan

yang diharapkan dapat membantu memahami seluk-beluk dan

pernak-pernik pertumbuhan gaya hidup dalam masyarakat Indonesia mutakhir.

(24)

Padahal dalam masyarakat ini style sedang menjadi perhatian yang cukup

serius bagi kebanyakan orang.

Menurut Subandy (2011), Masyarakat konsumen Indonesia

mutakhir tampaknya tumbuh transformasi kapitalisme konsumsi yang

ditandai dengan menjamurnya pusat perbelanjaan bergengsi, industri mode

atau fashion, industri kecantikan, industri gosip, kawasan hunian mewah,

dan segala serbuan gaya hidup lewat industri iklan dan televisi yang sudah

sampai ke ruang-ruang jiwa yang paling pribadi.

Tak bisa dilupakan pula globalisasi industri media dari

mancanegara dengan modal besar mulai marak masuk ke tanah air.

Serbuan majalah-majalah mode dan gaya hidup trans-nasional yang terbit

dalam edisi khusus bahasa Indonesia jelas menwarkan gaya hidup yang

belum memungkinkan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat.

Majalah-majalah dengan segmentasi menengah keatas ini jelas

menanamkan nilai, cita rasa dan gaya yang terlihat dari kemasan, rubrik

serta konten yang menawarkan gaya hidup „serba wah!‟. Begitu pula

majalah dengan segmentasi muda dan anak-anak yang telah menjadi

ladang persemaian gaya hidup.

Subandy menambahkan, ditengah kegelisahan kawula muda

mencari identitas dan citra-diri ini kini beredar bacaan yang menawarkan

gaya hidup dengan budaya selera di seputar perkembangan tren busana,

problema gaul, pacaran, shopping, dan acara mengisi waktu senggang

yang jelas perlahan tapi pasti akan ikut membentuk budaya kawula muda

(25)

Media pun seakan tengah menanamkan semacam ideologi yang

samar-samar terbentuk: beragama tapi tetap trendi atau biar religius tapi

tetap modis! Rupanya para pemuka agama perlu mengerutkan dahi dengan

harus mulai melihat bahwa sensibilitas keagamaan pun mulai mengalamai

komodifikasi (menjadi komoditas) di pentas konsumsi massa.

Saat ini kerudung, jilbab, gamis, dan baju koko – dengan pelbagai

model, corak dan warna – mulai menjadi bisnis besar serta banyak dipakai

oleh para artis dalam dunia hiburan. Bahkan yang terasa saat ini seperti

terjadi „ledakan islamisasi‟ namun ironisnya ledakan tersebut terjadi dalam

perilaku konsumtif di dunia mode dan shopping, padahal yang mungkin

terjadi sebenarnya adalah kapitalisasi islam atau penaklukan semangat

keagamaan oleh pasar, dunia bisnis, atau kapitalisme itu sendiri.

Dalam hal ini, tentu saja media massa tdak dapat sembunyi tangan,

karena media massa mempunyai kontribusi peran yang tidak kalah penting

dalam menyebarkan informasi. Label fungsi media sebagai hiburan,

sumber informasi dan alat persuasi yang melekat pada citra media tentu

sudah menjadi kajian umum yang sering dibahas. Seperti yang

dikemukakan Black dan Whitney (Nurudin, 2007: 64) “fungsi komunikasi

antara lain: To inform (menginformasikan), (2) to entertain (memberi

hiburan), (3) to persuade(membujuk), ...”

Dengan menggelandang fungsi-fungsi tersebut, Public figure yang

menjadi sorotan akan dikupas habis dalam berita infotainment cetak

maupun elektronik. Industri busana dan kosmetik pun tidak tinggal diam.

(26)

tidak akan disia-siakan. Mereka pun turut menjajal peruntungan dengan

menampilkan artis „berpenampilan baru‟.

Pada Bagan 1.2. Peneliti menentukan tahun berdasarkan artis yang

menjadi tokoh berjilbab yang kerap muncul di berbagai media massa saat

itu. Dengan asumsi bahwa gaya yang ditampilkan masyarakat adalah

sebuah plagiasi dari penampilan artis yang menjadi public figure.

Tahun 1991 Neno Warisman yang dikenal dengan gaya

berjilbabnya lewat video clip lagu a-ba-ta-tsa. Meskipun model berjilbab

Neno Warisman tidak jauh beda dengan gaya berjilbab masa kini, namun

pada saat itu gaya berjilbab Neno Warisman lebih akrab dengan gaya

berbusana muslim ibu-ibu. Tujuh tahun kemudian televisi menampilkan

komposer sekaligus pianis muda yang enerjik, Tya Subiakto. Dua tahun

menjelang, muncul Ratih Sanggarwati yang lebih dikenal sebagai bintang

catwalk memutuskan berjilbab di tahun 2000. Tidak hanya itu, wanita

yang akrab dengan nama Ratih Sang ini juga meluncurkan beberapa buku

tentang mode dangaya berjilbab.

Yang cukup mengejutkan masyarakat adalah saat Inneke

Koesherawati, yang dikenal sebagai model dan bintang film dewasa era

90-an ini memutuskan untuk berjilbab pada tahun 2001. Dengan

penampilan baru, Inne beberapa kali mamainkan peran dalam film dan

sinetron religi. Salah satu industri kosmetik untuk muslimah pun tertarik

menjadikannya brand ambassador. Berikutnya pada 2005 Zaskia Adya

Mecca tampil dalam sinetron religi garapan Deddy Mizwar. Menyusul

(27)

0

Hebohnya pemberitaan media tentu menjadi pemicu kehebohan

gaya hidup masyarakat. Saat peneliti mencari data pertumbuhan berita

mengenai gaya berjilbab di media online, angka yang ditunjukkan cukup

massa, Inneke Koesherawati pada masanya telah menoreh „prestasi‟ luar

biasa. Karena pada jangka waktu satu tahun, pemberitaan mengenai gaya

berjilbab berkembang pesat. Kemudian disusul oleh Zaskia Adya Mecca.

Pada era Marshanda, penutup kepala sebagai bagian dari aurat wanita

bukan lagi disebut sebagai jilbab, namun hijab. Pada masa itu pula

semakin marak perempuan yang menutup diri dengan hijab. Berikut bagan

yang menggambarkan pesatnya perkembangan berhijab dimulai dari era

Zaskia sampai Marshanda:

(28)

0

2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011

174 399 1040

Ketika perkembangan trend fashion, model busana, rancangan

pakaian dan gaya muslimah di tanah air mencapai titik yang mengesankan

sekaligus menggelisahkan, ketika berbagai media massa – cetak,

elektronik sampai dunia maya menawarkan model terkini, etalase toko

atau butik sengaja memajang busana dengan corak, warna dan rancangan

yang menarik cita rasa dan memikat perhatian segmen konsumen.

Diperlukan pemahaman yang mendalam mengenai peran dan makna

busana bagi pemakai dan orang yang memandangnya. Juga bagaimana

transformasi sosial muslimah kontemporer dalam komunitas hijabers?

(29)

B. Rumusan Masalah

Menanggapi fenomena yang telah disampaikan diatas, peneliti

merumuskan beberapa permasalahan untuk ditindaklanjuti. Diantaranya;

1. Apakah fungsi dan makna busana muslimah dalam Komunitas

Hijabers Malang bagi pemakai dan orang yang memandangnya?

2. Bagaimanakah transformasi sosial muslimah dalam Komunitas

Hijabers Malang?

C. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai

fungsi dan makna busana muslimah dalam komunitas Hijabers Malang,

baik bagi pemakai dan juga orang yang memandangnya. Dan yang

berkaitan dengan fenomena tersebut, lebih jauh penelitian ini bertujuan

untuk mengetahui gambaran transformasi sosial muslimah dalam

Komunitas Hijabers Malang pula.

D. Manfaat

Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat bagi para

akademisi, praktisi, maupun masyarakat. Manfaat dari penelitian ini

diantaranya adalah;

1. Manfaat Akademis, hasil penelitian ini dapat digunakan oleh para

akademisi untuk menjadi sebuah referensi penelitian lebih lanjut

mengenai budaya, identitas, citra dan peran media dalam mengemas

(30)

transformasi sosial dalam masyarakat kontemporer yang telah

berkolaborasi dengan budaya pop.

2. Manfaat Praktis, melalui penelitian ini diharapkan mahasiswa Ilmu

Komunikasi khususnya Universitas Muhammadiyah Malang dan

masyarakat pada umumnya, menjadikannya sebagai bahan masukan

yang dapat memperluas wawasan agar lebih kritis menanggapi berbagai

fenomena baru yang muncul dalam atmosfer budaya populer.

3. Manfaat Teoritis, penelitian ini dapat memberikan kontribusi mengenai

makna tanda dalam fashion dan budaya pada lingkup masyarakat

Gambar

Gambar 2.1.1
Gambar A.1

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanfaatkan kekuatan yang dimiliki seperti panorama alam yang indah, sejuk dan masih asli, sumber air yang melimpah, kondisi keamanan yang baik, suasana

Hasil penelitian ini memberikan informasi tentang penilain responden (nasabah bank) atas pelayanan bank yang dilihat melalaui dimensi kualitas pelayanan; dimana jawaban

Setelah dinyatakan lulus ujian lisan tugas akhir , mahasiswa wajib mengumpulkan tugas akhirnya yang telah direvisi dan ditanda tangani oleh pembimbing dan penguji,

• Memenuhi kaidah penulisan ilmiah yg utuh (rumusan masalah, pemecahan masalah, dukungan teori mutakhir, kesimpulan dan daftar pustaka).. • Dalam bentuk buku

a) Perancagan LQR Langkah pertama yang akan dilakukan adalah mencari matriks umpan balik optimal K, yang akan meminimumkan indeks performansi. b) Perancangan LQG yang

Tiga objektif telah dibentuk bagi membangunkan satu kajian yang baharu iaitu dengan mengenal pasti metafora konsepsi yang terdapat dalam mantera, menganalisis akal budi

Proses hidrolisis menggunakan enzim biasanya lebih disukai daripada proses menggunakan asam karena enzim bekerja lebih spesifik sehingga tidak menghasilkan produk

If you’re not too bothered about being able to see historical information past the point you started using Subversion, just export your source code from the old version control