GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DALAM PEMANFAATA PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG BARINGIN
KECAMATAN PANYABUNGAN TIMUR KABUPATEN MANDAILING NATAL
TAHUN 2012
SKRIPSI
Oleh :
NIM. 0810000211
ABDUL WAHAB HASIBUAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU DALAM PEMANFAATA PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG BARINGIN
KECAMATAN PANYABUNGAN TIMUR KABUPATEN MANDAILING NATAL
TAHUN 2012
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat
Oleh :
NIM. 0810000211
ABDUL WAHAB HASIBUAN
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
ABSTRAK
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung risiko bagi ibu hamil apabila mengalami komplikasi yang dapat meningkatkan resiko kematian ibu dan kematian bayi apabila tidak mendapatkan pertolongan persalinan yang sehat. Akan tetapi pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di masyarakat masih sangat rendah disebabkan oleh fenomena persalinan yang dilakukan oleh dukun beranak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu dalam pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012. Dengan menggunakan desain metode survey deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, paritas), kepercayaan, pengetahuan dan sikap ibu dalam pemanfaatan penolong persalinan dengan menggunakan analisis Univariat dengan wawancara menggunakan kuesioner terhadap 57 responden yang dipilih secara Purposive Sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa Kepercayaan responden Dalam Pemanfaatan Penolong Persalinan berada pada kategori buruk yaitu 22 orang (38,6%), Pengetahuan responden berada pada kategori buruk yaitu 35 orang (61,4%). Sikap responden berada pada kategori buruk yaitu 30 orang (52,6%), Pemanfaatan Penolong Persalinan responden dengan memanfaatkan dukun bayi (bukan tenaga kesehatan) lebih banyak yaitu 36 orang (63,2%) daripada dengan memanfaatkan dokter, bidan, perawat (tenaga kesehatan) yaitu 21 orang (36,8%).
Perlu diadakan komunikasi/penyuluhan kepada masyarakat secara berkesinambungan mengenai pemanfaatan tenaga kesehatan di desa secara optimal melalui penyuluhan kesehatan yang diberikan dalam kegiatan perwiritan ibu-ibu.
Abstract
Deliveri period is one periode of a risk for pregnant women when experiencing complications that may increase the risk of maternal mortality and infant mortality if not getting a healthy delivery assistance. However, the use of delivery assistance by health personnel in the community is still very low due to the phenomenon of deliveries performed by midwives.
This research was aims to drscriv=be the characteristics of mothers in birth attendant utilization in Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan panyabungan Timur kabupaten mandailing natal tahun 2012. Using a descriptive survey design method that aims to describe maternal characteristics 9age, education, occupation, income, parity), the believe, knowledge and attitude of mothers in birth attendant utilization using univariat analysis with questionnaires of 57 respondents were selected by purposive sampling.
The results showed that respondents Faith In Childbirth Attendant Utilization in the category of poor 22 people (38,6%), knowlwdgw of the respondents were in category bad 35 people (61,4%). The attitude of the respondents in the of bad category 30 people (52,6%), utilization labour helper respondents using traditional birth attendants (not health) more that 36 people (63,2%) than with the use of doctors, midwives, nurses (medice) that 21 people (36,8%).
There should be communication/ outreach to the public on an angoing basis on the utilization of health workers in rural optimally through health education provided in the Perwiritan Ibu activity
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Abdul Wahab Hasibuan
Tempat/Tanggal Lahir : Jabi-jabi, 5 Juni 1983
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Nama Orang Tua
Ayah : H. Kaya Hasibuan
Ibu : Hj. Humilo Harahap
Anak ke : 3 dari 6 Bersaudara
Alamat Rumah : Desa Jabi-jabi Kecamatan Simangambat Kabupaten
Padang Lawas Utara
Riwayat Pendidikan
Tahun 1990-1996 : SD. Negeri Langkimat Padang Lawas Utara
Tahun 1996-1999 : MTs.N Daarul Falah Langga Payung
Tahun 1999-2001 : SMK Pemda Kisaran
Tahun 2003-2007 : D3 Keperawatan Helvetia Medan
Tahun 2008-2013 : Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ Gambaran Karakteristik Ibu Dalam Pemanfaatan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012.”.
Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda H. Kaya Hasibuan dan Ibunda Hj. Humilo Harahap yang telah memberikan dukungan baik moril dan materil dalam membesarkan, mendidik, memotivasi dan selalu mendoakan penulis. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, baik secara moril maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :
1. Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
2. Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Kesehatan Lingkungan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara beserta seluruh Dosen dan Staff Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku yang telah banyak memberikan ilmu dan pengalaman kepada penulis selama menuntut ilmu di FKM USU.
3. Drs. Tukiman, MKM selaku dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Namora Lumongga Lubis, Msc, PhD selaku dosen pembimbing II yang telah banyak memberikan bimbingan, arahan petunjuk dan saran-saran kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
6. Untuk istriku tercinta dr. Erlina dan buah hatiku Farhan Alfarizi Hasibuan yang selalau menjadi penyemangat penulis dalam menyelesaikan penelitian ini. 7. Untuk saudara-sauaraku tercinta Mora Halim Hasibuan, Siti Kholijah Hasibuan,
Ahmad Rojab Hasibuan, S.Ag, Jumiati Hasibuan, Am.Keb, Sofyan Hasibuan yang telah memberikan doa, dukungan dan motivasi kepada penulis.
8. Teman-temanku Yusdarli Hasibuan, SKM, Raden Erik Firmansyah, dan yang tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang banyak memberikan sumbangan pemikiran untuk penulis dalam menyelesaikan penelitian.
9. Utuk Bapak Mukhlis Nasution selaku Kepala Puskesmas Gunung Baringin dan dr. Erlina selaku Wakil Ketua Puskesmas Gunung Baringin dan Kepala Bidang KIA Puskesmas Gunung Baringin serta setuluh staff Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal yang banyak membantu dan memberikan kemudahan peniliti dalam memperoleh data untuk mendukung penelitian.
10. Semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu atas dukungan, kerjasama dan doanya.
Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini baik dari segi isi maupun penyajianya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua. Amin
Medan, Maret 2013 Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ... i
Abstrak ... ii
Daftar Riwayat Hidup ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi... vi
Daftar Tabel ... vii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.3.1. Tujuan Umum ... 8
1.3.2. Tujuan Khusus ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 10
2.1. Perilaku Dalam Bentuk Pengetahuan ... 10
2.2. Teori Yang Dikemukakan Oleh Lawrence Green ... 12
2.3. Teori Health Belief Model (HBM) ... 14
2.4. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan ... 15
2.4.1. Faktor Sosial Dalam Penggunaan Pelayanan kesehatan ... 15
2.4.2. Faktor Budaya Dalam Penggunaan Pelayanan kesehatan ... 16
2.5. Persalinan ... 16
2.5.1. Bentuk Persalinan ... 17
2.5.2. Proses Terjadinya Persalinan ... 18
2.5.3. Tanda Persalinan... 19
2.5.4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan ... 19
2.6. Penolong Persalinan ... 21
2.7. Pemanfaatan Penolong Persalinan ... 26
2.8. Kerangka Konsep ... 28
BAB III METODE PENELITIAN ... 30
3.1. Jenis Penelitian ... 30
3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30
3.2.1. Lokasi Penelitian ... 30
3.2.2. Waktu Penelitian... 30
3.3. Populasi dan Sampel ... 30
3.3.1. Populasi ... 30
3.3.2. Sampel ... 31
3.4. Metode Pengumpulan Data ... 32
3.4.1. Data Primer ... 32
3.4.2. Data Sekunder... 32
3.5. Defenisi Operasional ... 33
3.6.1. Aspek Pengukuran ... 35
3.6.2. Instrumen Penelitian ... 38
3.7. Teknik Pengolahan dan Analisa Data ... 38
3.7.1. Pengolahan Data ... 38
3.7.2. Analisa Data ... 39
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 40
4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40
4.1.1. Letak Geografis ... 40
4.1.2. Keadaan Penduduk ... 40
4.1.3. Keadaan Pendidikan ... 41
4.1.4. Keadaan Ekonomi... 42
4.2. Karakteristik Responden ... 43
4.3. Kepercayaan Responden ... 44
4.4. Pengetahuan Responden... 48
4.5. Sikap Responden ... 53
4.6. Pemanfaatan Penolong Persalinan Responden... 57
4.7. Tabulasi Silang ... 58
BAB V PEMBAHASAN ... 66
5.1. Gambaran Karakteristik Responden Dalam Pemanfaatan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012 ... 66
5.1.1. Gambaran Karakteristik responden Menurut Umur ... 67
5.1.2. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Pendidikan ... 70
5.1.3. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Pekerjaan ... 75
5.1.4. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Penghasilan ... 77
5.1.5. Gambaran Karakteristik Responden Menurut Parietas ... 79
5.2. Gambaran Kepercayaan Responden ... 81
5.3. Gambaran Pengetahuan Responden ... 85
5.4. Gambaran Sikap Responden ... 90
5.5. Pemanfaatan Penolong Persalinan Responden... 94
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 100
6.1. Kesimpulan ... 100
6.2. Saran ... 101
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1 : Kuesioner Penelitian Lampiran 2 : Mater Tabel Penelitian Lampiran 3 : Out Put Penelitian
Lampiran 4 : Surat Permohonan Izin Penelitian dari FKM USU Lampiran 5 : Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Daftar Jumlah Penduduk Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung
Baringin ... 41 Tabel 4.2. Daftar Jumlah Sekolah Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung
Baringin ... 42 Tabel 4.3. Distribusi Responden Berdasarkan Karakteristik Dalam
Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012 ... 43 Tabel 4.4. Distribusi Responden Berdasarkan Kepercayaan Dalam
Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012 ... 45 Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Kepercayaan
Dalam Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012 ... 48 Tabel 4.6. Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Dalam
Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012 ... 49 Tabel 4.7. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Dalam
Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012 ... 53 Tabel 4.8. Distribusi Responden Berdasarkan Sikap Dalam Pemanfaatan
Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2012 ... 54 Tabel 4.9. Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Sikap Dalam
Pemanfaatan Penolong Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012 ... 57 Tabel 4.10. Distribusi Responden Berdasarkan Pemanfaatan Penolong
Persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal
Tahun 2012 ... 58 Tabel 4.11. Tabulasi Silang Antara Umur dengan Pemanfaatan Penolong
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal
Tabel 4.12. Tabulasi Silang Antara Pendidikan dengan Pemanfaatan Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2012 ... 60 Tabel 4.13. Tabulasi Silang Antara Pekerjaan dengan Pemanfaatan
Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2012 ... 61 Tabel 4.14. Tabulasi Silang Antara Penghasilan dengan Pemanfaatan
Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2012 ... 62 Tabel 4.15. Tabulasi Silang Antara Parietas dengan Pemanfaatan
Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2012 ... 63 Tabel 4.16. Tabulasi Silang Antara Kepercayaan dengan Pemanfaatan
Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2012 ... 64 Tabel 4.17. Tabulasi Silang Antara Pengetahuan dengan Pemanfaatan
Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten
Mandailing Natal Tahun 2012 ... 65 Tabel 4.18. Tabulasi Silang Antara Sikap dengan Pemanfaatan Penolong
Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal
Abstract
Deliveri period is one periode of a risk for pregnant women when experiencing complications that may increase the risk of maternal mortality and infant mortality if not getting a healthy delivery assistance. However, the use of delivery assistance by health personnel in the community is still very low due to the phenomenon of deliveries performed by midwives.
This research was aims to drscriv=be the characteristics of mothers in birth attendant utilization in Wilayah Kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan panyabungan Timur kabupaten mandailing natal tahun 2012. Using a descriptive survey design method that aims to describe maternal characteristics 9age, education, occupation, income, parity), the believe, knowledge and attitude of mothers in birth attendant utilization using univariat analysis with questionnaires of 57 respondents were selected by purposive sampling.
The results showed that respondents Faith In Childbirth Attendant Utilization in the category of poor 22 people (38,6%), knowlwdgw of the respondents were in category bad 35 people (61,4%). The attitude of the respondents in the of bad category 30 people (52,6%), utilization labour helper respondents using traditional birth attendants (not health) more that 36 people (63,2%) than with the use of doctors, midwives, nurses (medice) that 21 people (36,8%).
There should be communication/ outreach to the public on an angoing basis on the utilization of health workers in rural optimally through health education provided in the Perwiritan Ibu activity
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di
Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka
kematian bayi yang ada di Indonesia. Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi
di Indonesia merupakan yang tertinggi di ASEAN dengan jumlah kematian ibu tiap
tahunnya mencapai 450 per seratus ribu kelahiran hidup yang jauh diatas angka
kematian ibu di Filipina yang mencapai 170 per seratus ribu kelahiran hidup,
Thailand 44 per seratus ribu kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2010).
Menurut data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007,
Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup,
Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 34 per pada 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan
kesepakatan global (Millenium Develoment Goals/MDG’s 2000) untuk tahun 2015, diharapkan angka kematian ibu menurun dari 228 pada tahun 2007 menjadi 102 per
100.000 kelahiran hidup dan angka kematian bayi menurun dari 34 pada tahun 2007
menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (Depkes, 2011).
Angka Kematian Ibu dan bayi di Provinsi Sumatera Utara masih tergolong
tinggi jika dibandingkan dengan provinsi lainnya di Indonesia dengan angka
kematian ibu rata-rata 413 per seratus ribu kelahiran hidup yang menjadikan Provinsi
Sumatera Utara menjadi provinsi yang ke 6 dengan Angka Kematian Ibu tertinggi di
Indonesia bersama dengan Jawa Barat yaitu dengan Angka Kematian Ibu 2280 per
per seratus ribu kelahiran hidup, Nusa Tenggara Barat 370 per seratus ribu kelahiran
hidup. Untuk Angka Kematian Ibu juga masih tinggi di Provinsi Sumatera Utara
dengan kematian bayi 40 per 1.000 kelahiran hidup bersama dengan Nusa Tenggara
Barat dengan kematian bayi 60 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan
Indonesia, 2010) .
Periode persalinan merupakan salah satu periode yang mengandung risiko
bagi ibu hamil apabila mengalami komplikasi yang dapat meningkatkan resiko
kematian ibu dan kematian bayi. Kematian ibu, kematian bayi dan juga berbagai
komplikasi lainnya pada umumnya terjadi pada masa persalinan, hal ini dikarenakan
masa bersalin setelah melahirkan dan 1 minggu pertama setelah melahirkan
merupakan periode yang berbahaya bagi ibu dan bayi, hal ini dapat dilihat dari data
Lancet (2006) bahwa sebanyak 60% ibu mengalami kematian pada periode ini
(Profil Kesehatan Indonesia, 2010). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Yuliarti
(2009) bahwa hampir seperempat jumlah wanita di negara miskin akan mengalami
komplikasi kesehatan karena kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan
meningkatnya angka kematian ibu dan bayi.
Oleh karena itu, pada tahun 2011 Kementerian Kesehatan meluncurkan
kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) sebagai upaya untuk meningkatkan akses
masyarakat terhadap persalinan yang sehat dengan cara memberikan kemudahan
pembiayaan kepada seluruh ibu hamil yang belum memiliki jaminan persalinan yang
diberikan kepada semua ibu hamil agar dapat mengakses pemeriksaan persalinan dan
persalinan bersih dan aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan merupakan salah
satu unsur penting dalam penurunan angka kematian ibu dan anak (Yuliarti, 2009).
Akan tetapi pemanfaatan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan di
masyarakat masih sangat rendah jika dibandingkan dengan indikator yang diharapkan
pemerintah sebesar 90% persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan. Hal ini
dapat dilihat dari data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS, 2003-2004)
persentase kelahiran pada tahun 2003 yang ditolong oleh tenaga medis sekitar
56,95% dan pada tahun 2004 naik menjadi sekitar 57,51%. Sementara persentase
penolong persalinan oleh tenaga non medis masih cukup tinggi yaitu 43,05% pada
tahun 2003 dan 42,5% pada tahun 2004. Hal ini juga didapatkan berdasarkan data
Susenas tahun 2007, persalinan menggunakan dukun masih cukup tinggi, yaitu
mencapai 30,27%. Hal ini sejalan dengan hasil Riset Kesehatan Dasar tahun 2010
dimana berdasarkan tempat persalinan anak terakhir terdapat tenaga yang menolong
proses persalinan adalah dokter (2,1%), bidan (51,9%), paramedis lain (1,4%), dukun
(40,2%), serta keluarga (4,0%) (Riskesdas, 2010).
Cakupan pertolongan persalinan yang masih belum sesuai target yang
diberikan oleh pemerintah menjadi salah satu masalah yang terjadi di beberapa
daerah di Indonesia, berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2010 bahwa
Provinsi Sumatera Utara memiliki cakupann pertolongan persalinan sebesar 84%
yang masih jauh dibawah cakupan provinsi lain yaitu Provinsi Bali dengan 98,8%
dan beberapa propinsi lainnya yang cakupannya diatas 90%. Oleh karena itu, masih
meningkatkan cakupan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan
(Depkes, 2010).
Di daerah pedesaan misalnya masih kebanyakan ibu hamil lebih mempercayai
dukun beranak untuk menolong persalinan yang biasanya dilakukan di rumah. Hal ini
dikarenakan masih terdapatnya penolakan pengobatan modren yang disebabkan
prinsip pengobatan modren yang tidak cocok dengan pemahaman mereka tentang
pertolongan persalinan. Berdasarkan hasil penelitian Saimin (2005) bahwa terdapat
42,6 % responden melakukan pemeriksaan kehamilan kepada dukun beranak, hal ini
semakin menguatkan bahwa masih banyaknya masyarakat yang masih mempercayai
dukun beranak dan 62,8% pertolongan persalinan dilakukan oleh dukun beranak.
Fenomena persalinan yang dilakukan oleh dukun beranak menjadi bagian
yang cukup besar pengaruhnya dalam menentukan kesehatan ibu dan bayi. Menurut
Depkes (2011), berdasarkan hasil penelitian dari 97 negara bahwa ada korelasi yang
signifikan antara pertolongan persalinan dengan kematian ibu. Semakin tinggi
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan di suatu wilayah akan diikuti penurunan
kematian ibu di wilayah tersebut. Namun sampai saat ini di beberapa wilayah di
Indonesia masih banyak ditemukan pertolongan persalinan yang masih dilakukan
oleh dukun bayi yang masih menggunakan cara-cara tradisional sehingga banyak
merugikan dan membahayakan keselamatan ibu dan bayi baru lahir. Di beberapa
daerah, keberadaan dukun bayi sebagai orang kepercayaan dalam menolong
persalinan, sosok yang dihormati dan berpengalaman, sangat dibutuhkan oleh
muda dan belum seluruhnya mendapatkan kepercayaan dari masyarakat (Depkes,
2011).
Banyak hal yang membuat seorang ibu untuk memilih pertolongan
persalinan, salah satunya adalah karakteristik ibu ( umur, paritas, penghasilan,
pendidikan) yang dapat mempengaruhi keputusan ibu dalam menggunkan
pertolongan persalinan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Yuliarti (2009) bahwa
masyarakat dengan karakteristik tinggal di pedesaan, pendidikan SD- SMP atau tidak
sekolah,tidak bekerja, tidak memiliki jaminan kesehatan memiliki pencapaian
dibawah 50% untuk penggunaan persalinan di tenaga kesehatan. Hal ini juga sejalan
dengan pendapat Sutanto (2002) dalam bahwa pekerjaan, paritas dan tingkat risiko
kehamilan ibu memiliki kaitan dengan pencarian dan pemilihan pertolongan
persalinan (Yuliarti, 2009).
Pengetahuan dapat menjadi salah faktor ibu dalam memanfaatkan persalinan.
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Yaziz (2008) bahwa mayoritas responden yang
memiliki pengetahuan cukup baik yang menggunakan pelayanan persalinan ke
tenaga kesehatan (bidan). Hal ini juga sesuai dengan pendapat Azwar (1996) dalam
Yuliarti (2009) bahwa pemanfaatan pelayanan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat
pendidikan dan juga sosial ekonomi orang tersebut, dimana tingkat pendidikan dapat
mempengaruhi pengetahuan seseorang. Hal ini juga sejalan dengan hasil penelitian
Heriyanti (2008) yang menunjukkan bahwa pengetahuan ibu memiliki pengaruh
terhadap pemanfaatan persalinan.
Sedangkan menurut Anderson dalam Notoatmodjo (2003) yang menyatakan
social, kepercayaan, kondisi keluarga dan kondisi masyarakat yang dapat
mempengaruhi seorang individu dalam memanfaatkan pelayanan kesehatan termasuk
juga pelayanan pemanfaatan pertolongan persalinan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian Yaziz (2008) bahwa terdapat hubungan antara kepercayaan terhadap tenaga
kesehatan dengan pemanfaatan tenaga kesehatan (bidan). Hasil penelitian Yuliarti
(2009) juga menunjukkan bahwa kepercayaan yang tinggi terhadap pelayanan yang
diberikan dukun dapat mempengaruhi keputusan ibu dalam melakukan pemanfaatan
dukun beranak dalam penolong persalinan.
Kabupaten Mandailing Natal merupakan salah satu kabupaten yang memiliki
persalinan yang ditolong tenaga kesehatan yang terendah di Provinsi Sumatera Utara
dengan cakupan sebesar 69,61%. Hal ini masih sangat jauh dari target yang diberikan
oleh Departemen Kesehatan untuk cakupan pertolongan persalinan yang dilakukan
oleh tenaga kesehatan sebesar 90% (Depkes, 2008), Kabupaten Mandailing Natal
merupakan salah satu kabupaten yang memiliki fasilitas kesehatan berupa pusat
kesehatan masyarakat (Puskesmas) terbanyak jika dibandingkan dengan kabupaten
lainnya di Provinsi Sumatera Utara yaitu sebanyak 25 puskesmas (Profil Kesehatan
Sumut, 2008). Hal ini seharusnya membuat cakupan pertolongan persalinan di
Kabupaten Mandailing Natal tinggi sejalan dengan fasilitas kesehatan yang ada di
tempat tersebut.
Hasil berbeda didapatkan berdasarkan Profil Dinas Kesehatan Kabupaten
Mandailing Natal tahun 2010 dari 284 orang ibu yang melakukan persalinan hanya
sebanyak 187 orang (75%) yang di tolong oleh petugas kesehatan sedangkan
kampung atau dukun beranak. (Profil Dinas Kesehatan Kabupaten Mandailing Natal
tahun 2010).
Puskesmas Gunung Baringin merupakan salah satu puskesmas di Kabupaten
Mandailing Natal. Puskesmas Gunung Baringin merupakan salah satu puskesmas
yang memiliki wilayah paling luas yang membuat puskesmas ini memiliki kerja yang
lebih ekstra lagi untuk melakukan pelayanan kesehatan termasuk pertolongan
persalinan didalamnya. Masih banyaknya masyarakat di Puskesmas Gunung Baringin
yang menggunakan jasa tenaga non kesehatan dalam hal meminta pertolongan
persalinan, cakupan pertolongan persalinan tenaga non medis di wilayah Gunung
Baringin masih tinggi dikarenakan juga di daerah ini memiliki 4 orang dukun
beranak yang masih sering di datangi untuk meminta pertolongan persalinan, hal ini
sangat riskan dan rawan dalam menjaga kesehatann ibu dan bayi karena sekitar 40 %
ibu yang melahirkan masih ditolong oleh dukun beranak ( Profil Puskesmas Gunung
Baringin, 2010) .
Berdasarkan hasil survey awal yang dilakukan oleh peneliti dan informasi
yang di dapat dari masyarakat dukun bayi ternyata tinggal 4 orang dan yang terlatih
hanya 1 orang saja yang 3 orang adalah dukun bayi tidak terlatih. Sehingga ini
menimnulkan keinginan penulis untuk menganalisa “Gambaran Karakteristik Ibu
dalam Pemanfaatan Penolong persalinan Di Wilayah Kerja Puskesmas Gunung
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian di latar belakang, dapat dirumuskan permasalahan
penelitian ini adalah Gambaran Karakteristik Ibu dalam Pemanfaatan Penolong
Persalinan di Wilayah Kerja Gunung Baringin Kecamtatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012”.
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan Umum
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu dalam
pemanfaatan penolong persalinan di wilayah kerja Gunung Baringin Kecamatan
Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012”.
1.3.2. Tujuan Khusus.
1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik ibu yang meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, paritas, ibu dalam pemanfaatan penolong
persalinan di wilayah kerja Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012.
2. Untuk mengetahui tingkat kepercayaan ibu dalam pemanfaatan penolong
persalinan di wilayah kerja Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012.
3. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan ibu dalam pemanfaatan penolong
persalinan di wilayah kerja Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
4. Untuk mengetahui tingkat sikap ibu dalam pemanfatan penolong persalinan di
wilayah kerja puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Untuk masukan bagi Puskesmas Gunung Baringin dalam upaya meningkatkan
pelayanan bagi ibu saat persalinan dengan mutu yang berkualitas.
2. Sebagai masukan bagi berbagai pihak yang akan melanjutkan penelitian ini
ataupun penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Perilaku dalam Bentuk Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengetahuan umumnya datang
dari pengalaman juga dapat diperoleh dari informasi yang disampaikan orang lain, di
dapat dari buku, surat kabar, atau media massa, elektronik.
Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yaitu indra penglihatan,
penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan merupakan domain yang
sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (ever behavior). Pada dasarnya pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang
dapat memahami sesuatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapi.
Pengetahuan dapat diperoleh dari pengalaman langsung ataupun melalui
pengalaman orang lain. Pengetahuan dapat ditingkatkan melalui penyuluhan baik
secara individu maupun kelompok untuk meningkatkan pengetahuan kesehatan yang
bertujuan untuk tercapainya perubahan perilaku individu, keluarga dan masyarakat
dalam upaya mewujudkan derajat kesehatan optimal.
Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan mempunyai enam tingkatan yaitu:
1. Tahu (know)
Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya,
termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali terhadap
diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain : menyebutkan, mendefenisikan, mengatakan.
2. Pemahaman (Comprehension)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek
yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang
telah memahami terhadap objek atau materi atau harus dapat menjelaskan,
menyebutkan contoh, menyampaikan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menggunakan materi yang
telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat
diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan buku, rumus, metode, prinsip dalam
konteks, atau situasi lain. Misalnya adalah dapat menggunakan rumus statistik dalam
perhitungan-perhitungan hasil penelitian dan dapat menggunakan prinsip-prinsip
siklus pemecahan masalah kesehatan dari kasus-kasus yang diberikan.
4. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek
dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam struktur organisasi, dan masih ada
kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata
kerja seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan
dan sebagainya.
5. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk menghubungkan
adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi
yang ada. Misalnya: dapat menyusun, merencanakan, meringkas, menyesuaikan dan
sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan-kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini
berdasarkan kriteria yang telah ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria
yang ada.
Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket
yang menanyakan isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden.
Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan
dengan tingkatan-tingkatan di atas. (Notoatmodjo, 2003).
2.2. Teori yang dikemukakan oleh Lawrence Green
Menurut Green dalam Notoatmodjo (2003) bahwa faktor penyebab masalah
kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya
perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :
1. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), adalah pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap
hala-hal yang berkaitan dengan kesehatan, sistem nilai yang dianut oleh
masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi dan lain sebagainya.
Ikhwal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Untuk perilaku kesehatan misalnya :
pemeriksaan kesehatan bagi ibu hamil diperlukan pengetahuan dan kesehatan bagi
hamil, baik bagi kesehatan ibu sendiri dan janinnya, disamping itu kadang -
kadang kepercayaan, tradisi dan sistem nilai masyarakat juga dapat mendorong
atau menghambat ibu tersebut untuk periksa kehamilan. Misalnya orang hamil
tidak boleh di suntik (periksa hamil termasuk suntik anti tetanus), karena suntikan
bisa menyebabkan anak cacat. Faktor – faktor ini terutama yang positif
mempermudah terwujudnya perilaku, maka sering disebut faktor pemuda.
2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah Faktor – Faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat,
misalnya : air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja,
ketersediaan makanan yang bergizi dan sebaiknya. Termasuk juga fasilitas
pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu,
polindes, pos obat desa, dokter dan bidan praktek swasta, dan sebagainya. Untuk
berperilaku sehat, Masyarakat memerlukan sarana dana prasaran pendukung,
misalnya : perilaku pemeriksaan kehamilan. ibu hamil yang mau periksa hamil
tidak hanya karena dia tahu dan sadar manfaat periksa hamil saja, melainkan ibu
tersebut dengan mudah harus dapat memperoleh fasilitas atau tempat periksa
hamil, misalnya : Puskesmas, polindes, bidan praktek, ataupun rumah sakit.
fasilitas ini pada hakekatnya mendukung atau memungkinkan terwujudnya
perilaku kesehatan, maka faktor – faktor ini disebut faktor pendukung, atau faktor
pemungkin.
3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor ini meliputi
sikap dan perilaku toko masyarakat (toma), tokoh agama (toga), sikap dan
– peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkait dengan
kesehatan. untuk berperilaku sehat, masyarakat kadang – kadang bukan hanya
perlu pengetahuan dan sikap positif, dan dukungan fasilitas saja, melainkan
diperlukan perilaku contoh (acuan) dari para tokoh masyarakat, tokoh agama,
para petugas, lebih-lebih pada petugas kesehatan. disamping itu undang-undang
juga diperlukan untuk memperkuat perilaku masyarakat tersebut seperti perilaku
periksa hamil, serta kemudahan memperoleh fasilitas periksa hamil, juga
diperlukan peraturan atau perundang-undangan yang mengharuskan ibu hamil
periksa hamil(Notoatmodjo, 2003).
2.3. Teori Health Believe Model (HBM)
Teori kepercayaan kesehatan adalah salah satu teori yang paling sering
digunakan dalam aplikasi ilmu perilaku kesehatan yang dikembangkan pada tahun
1950 oleh sekelompok psikologi untuk membantu menjelaskan mengapa orang akan
menggunakan pelayanan kesehatan. sejak terbentuk teori HBM telah digunakan
untuk menjelaskan berbagai perilaku kesehatan. Yang dihipotesis oleh teori HBM
adalah tindakan-tindakan yang berkaitan dengan kesehatan beberapa kejadian
stimulasi yang terdiri dari 3 faktor yaitu :
1. Cukup motivasi (masalah kesehatan) untuk membuat masalah yang ada menjadi
relevan.
2. Keyakinan bahwa seorang rentan atau serius mengalami masalah kesehatan dari
suatu penyakit atau kondisi. Hal ini sering dianggap sebagai ancaman yang
3. Keyakinan bahwa mengikuti rekomendasi tertentu yang akan bermanfaat dalam
mengurangi ancaman yang dirasakan, pada biaya yang dikeluarkan. biaya
mengacu pada hambatan yang dirasakan harus diatasi dalam rangka untuk
mengikuti rekomondasi kesehatan, tetapi tidak terbatas pengeluaran keuangan
(Maiman, 1997).
2.4. Aspek Sosial Budaya Dalam Pencarian Pelayanan Kesehatan
Masyarakat Indonesia terdiri atas banyak suku bangsa yang mempunyai latar
belakang budaya yang beraneka ragam. Lingkungan budaya tersebut sangat
mempengaruhi tingkah laku manusia yang memiliki budaya tersebut, sehingga
dengan keanekaragaman budaya, menimbulkan variasi dalam perilaku manusia dalam
segala hal, termasuk dalam perilaku kesehatan. (Kresno, 2000).
Walaupun jaminan kesehatan dapat membantu banyak orang yang
berpenghasilan rendah dalam memperoleh perawatan yang mereka butuhkan, tetapi
ada alasan lain disamping biaya perawatan kesehatan, yaitu adanya celah diantara
kelas sosial dan budaya dalam penggunaan pelayanan kesehatan (Sarafino, 2002).
2.4.1. Faktor Sosial Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan
a. Cenderung lebih tinggi pada kelompok orang muda dan orang tua.
b. Cenderung lebih tinggi pada orang yang berpenghasilan tinggi dan berpendidikan
tinggi.
c. Cenderung lebih tinggi pada kelompok Yahudi dibandingkan dengan penganut
agama lain.
d. Persepsi sangat erat hubungannya dengan penggunaan pelayanan kesehatan.
2.4.2. Faktor Budaya Dalam Penggunaan Pelayanan Kesehatan
Faktor kebudayaan yang mempengaruhi penggunaan pelayanan kesehatan
diantaranya adalah :
a. Rendahnya penggunaan pelayanan kesehatan pada suku bangsa terpencil.
b. Ikatan keluarga yang kuat lebih banyak menggunakan fasilitas pelayanan
kesehatan.
c. Meminta nasehat dari keluarga dan teman-teman.
d. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit. Dengan asumsi jika pengetahuan
tentang sakit meningkat maka penggunaan pelayanan kesehatan juga meningkat.
e. Sikap dan kepercayaan masyarakat terhadap provider sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
2.5. Persalinan
Persalinan adalah proses di mana bayi, plasenta, selaput ketuban keluar dari
uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan
cukup bulan (setelah kehamilan 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit
(Winknjosastro, 2007). Helen Varney mengatakan persalinan adalah rangkaian proses
yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan
kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan
diakhiri dengan kelahiran plasenta (Varney, H, 2007). Persalinan dan kelahiran
normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan,
lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam,
tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006). Tanda-tanda
keluar darah lendir yang banyak karena robekan-robekan kecil pada serviks,
terkadang ketuban pecah dengan sendirinya, pada pemeriksaan dalam didapat serviks
yang mendatar dan pembukaan jalan sudah ada (Yeyeh, 2009).
Proses dinamik dari persalinan meliputi empat komponen yang saling
berkaitan yang mempengaruhi baik mulainya dan kemajuan persalinan. Empat
komponen ini adalah passanger (janin), passage (pelvis ibu), power (kontraksi uterus), dan Psikis (status emosi ibu). Bila persalinan dimulai, interaksi antara
passanger, passage, power, dan psikis harus sinkron untuk terjadinya kelahiran pervaginam spontan (Wlash, 2007)
2.5.1. Bentuk Persalinan
Bentuk persalinan berdasarkan defenisi adalah sebagai berikut :
a. Persalinan spontan, bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri.
b. Persalinan buatan, bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan ditimbulkan
dari luar dengan jalan rangsangan.
Beberapa istilah yang berkaitan dengan umur kehamilan dan berat janin yang
dilahirkan sebagai berikut (Manuaba, 1998) :
a. Abortus (terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di
luar kandungan).
b. Persalinan prematuritas (persalinan sebelum umur hamil 28 sampai 36 minggu).
c. Persalinan aterm (persalinan antara umur hamil 37 sampai 42 minggu).
e. Persalinan presipitatus (persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam).
2.5.2. Proses Terjadinya Persalinan
Bagaimana terjadinya persalinan belum diketahui secara pasti, sehingga
menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulai terjadinya kekuatan his
(kontraksi otot rahim). Perlu diketahui bahwa ada dua hormon yang dominan saat
hamil yaitu:
a. Estrogen yang berfungsi unrtuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan
memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, dan rangsangan mekanis.
b. Progesteron yang berfungsi untuk menurunkan sensivisitas otot rahim,
menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,
rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis dan juga menyebabkan otot
rahim dan otot polos relaksasi (Manuaba, 1998).
Bagaimana terjadinya persalinan masih belum dapat dipastikan, besar
kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama, sehingga pemicu persalinan
menjadi multifaktor. Berdasarkan teori yang dikemukakan, persalinan anjuran
(induksi persalinan) dapat dilakukan dengan jalan:
1. Memecahkan ketuban
2. Induksi persalinan secara hormonal/kimiawi
3. Induksi persalinan dengan mekanis
2.5.3. Tanda Persalinan
Gejala persalinan sebagai berikut:
1. Kekuatan his makin sering terjadi dan teratur dengan jarak kontraksi yang
semakin pendek.
2. Dapat terjadi pengeluaran pembawa tanda, yaitu berupa pengeluaran lendir, dan
lendir bercampur darah.
3. Dapat disertai ketuban pecah.
4. Pada pemeriksaan dalam dijumpai perubahan serviks, dapat berupa perlunakan,
pendataran maupun pembukaan serviks.
2.5.4. Faktor-faktor Penting dalam Persalinan
Terdapat beberapa faktor yang berperan penting dalam persalinan yaitu:
1. Power (his, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, ketegangan dan kontraksi ligamentum rotundum).
2. Passanger (janin dan plasenta).
3. Passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang).
Dalam persalinan masih terdapat subfaktor yang memengaruhi jalannya
persalinan sehingga dapat terjadi kemungkinan (1) persalinan yang berlangsung
dengan kekuatan sendiri yang disebut dengan persalinan eutosia dan (2) persalinan
yang berlangsung dan menyimpang dari kekuatan sendiri disebut persalinan distosia.
Persalinan letak belakang kepala dan berlangsung spontan terjadi paling banyak.
Persalinan di Indonesia terutama di pedesaan sebagian besar ditolong oleh tenaga
kematian ibu adalah perdarahan, infeksi, pre-eklampsia dan eklampsia (Manuaba,
1998).
Dalam upaya menurunkan AKI, maka pemerintah menjalankan berbagai
program yang dicanangkan secara internasional diantaranya adalah Safe Motherhood
dan Making Pregnancy Safer (MPS). Safe Motherhood dicanangkan di Nairobi Kenya 1987 dan memiliki empat pilar yaitu:
1. Keluarga Berencana untuk menjamin tiap individu dan pasangannya memiliki
informasi dan pelayanan untuk merencanakan saat, jumlah, dan jarak kehamilan.
2. Pelayanan Antenatal untuk mencegah komplikasi dan menjamin bahwa
komplikasi dalam persalinan dapat terdeteksi secara dini serta ditangani secara
benar.
3. Persalianan Aman untuk menjamin bahwa semua tenaga kesehatan mempunyai
pengetahuan, keterampilan, dan peralatan untuk melaksanakan perrsalinan yang
bersih, aman dan menyediakan pelayanan pasca persalinan kepada ibu dan bayi
baru lahir.
4. Pelayanan Obstetrik Neonatal Esensial/Emergensi untuk menjamin tersedianya
pelayanan esensial pada kehamilan risiko tinggi dengan gawat-obstetrik/GO,
pelayanan emergensi untuk gawat-darurat-obstetrik/GDO dan komplikasi
persalianan pada setiap ibu yang membutuhkannya.
Keempat pilar tersebut harus disediakan melalui pelayanan kesehatan primer
Making Pregnancy Safer (MPS) memiliki 3 pesan kunci yaitu: (1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih, (2) setiap komplikasi obstetrik dan
neonatal ditangani secara adekuat, dan (3) setiap perempuan usia subur mempunyai
akses terhadap pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan
komplikasi keguguran. Making Pregnancy Safer (MPS) memiliki empat strategi utama yaitu:
1. Meningkatkan akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir
berkualitas.
2. Membangun kemitraan yang efektif melaui kerjasama lintas program, lintas
sektor dan mitra lainnya dalam melakukan advokasi untuk memaksimalkan
sumber daya yang tersedia.
3. Mendorong pemberdayaan perempuan dan keluarga melalui peningkatan
pengetahuan untuk menjamin perilaku yang menunjang kesehatan ibu/bayi baru
lahir serta pemanfaatan pelayanan yang tersedia.
4. Mendorong keterlibatan masyarakat dalam menjamin penyediaan dan
pemanfaatan pelayanan kesehatan ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009).
2.6. Penolong Persalinan
Yang dimaksud dengan tenaga penolong persalinan adalah orang-orang yang
biasa memeriksa wanita hamil atau memberikan pertolongan selama persalinan dan
nifas. Tenaga yang dapat memberikan pertolongan selama persalinan dapat dibedakan
menjadi dua yaitu tenaga kesehatan (mereka yang mendapatkan pendidikan formal
seperti dokter spesialis, dokter umum, bidan dan perawat bidan) dan bukan tenaga
Berdasarkan Depkes RI (1997), dalam program KIA dikenal beberapa jenis
tenaga yang memberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat. Jenis tenaga
tersebut adalah:
1. Tenaga Profesional : dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu
bidan, dan perawat lain.
2. Dukun bayi :
a. Terlatih : ialah dukun bayi yang mendapatkan latihan oleh tenaga kesehatan yang
dinyatakan lulus.
b. Tidak terlatih : ialah dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus (Manalu, 2007).
1. Tenaga Kesehatan
Komplikasi dan kematian ibu serta neonatal sering terjadi pada masa sekitar
masa persalinan. Oleh sebab itu intervensi ditekankan pada kegiatan pertolongan
persalinan yang aman yaitu oleh tenaga kesehatan (Depkes RI, 2001). Persalinan oleh
tenaga kesehatan dianggap memenuhi persyaratan sterilitas, selain itu bila mendadak
terjadi resiko tinggi atau mengalami keadaan gawat darurat maka penanganan atau
pertolongan pertama serta rujukan dapat segera dilakukan. Dalam menolong
persalinan, teknik pertolongan persalinan dan prinsip sterilisasi alat kesehatan
diterapkan oleh tenaga kesehatan sehingga diharapkan persalinan aman dapat
diperoleh. Keterbatasan dari penolong persalinan ini adalah pelayanan hanya terbatas
pada pelayanan medis, tanpa terjangkau oleh faktor budaya sehingga rasa aman
segi keberadaan dan jarak. Umumnya imbalan jasa berupa uang sehingga
menyulitkan masyarakat miskin (Manuaba, 2006).
Menurut Supartini (2004) diharapkan setiap ibu hamil memanfaatkan petugas
kesehatan seperti dokter, bidan dan perawat dalam pertolongan persalinan. Dengan
memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan, ibu akan mendapatkan
pelayanan yang sesuai dengan prinsip bebas kuman dan prosedur standar pelayanan.
Jika ditemui adanya komplikasi dalam persalinan, ibu akan mendapatkan pertolongan
yang tepat (Supartini, 2004).
Menurut Fatimah yang dikutip Manalu (2007), bidan adalah seseorang yang
telah mengikuti dan menyelesaikan program pendidikan bidan yang telah diakui
pemerintah dan lulus ujian sesuai dengan persyaratan yang berlaku. Bidan desa yang
ditempatkan dan bertugas di desa, mempunyai wilayah kerja 1 sampai 2 desa dan
dalam melaksanakan tugas pelayanan medik baik didalam maupun diluar jam
kerjanya harus tetap bertanggung jawab langsung kepada kepala puskesmas.
Tugas pokok bidan desa adalah : (1) Melaksanakan kegiatan puskesmas di
desa wilayah kerjanya berdasarkan urutan prioritas masalah yang dihadapi, sesuai
dengan kewenangan yang dimiliki dan diberikan, (2) Menggerakkan dan membina
masyarakat desa di Wilayah kerjanya agar tumbuh kesadarannya untuk dapat
berperilaku hidup sehat.
Bidan selama ini adalah tenaga kesehatan yang menjembatani antara
pelayanan kesehatan tradisional dengan pelayanan kesehatan modern. Pada banyak
situasi, terkadang mereka dihadapkan pada kasus-kasus rujukan dukun bayi terlambat
sudah tidak boleh menanganinya dan kemudian dirujuk ke rumah sakit dalam kondisi
sangat gawat.
2. Bukan Tenaga Kesehatan (Dukun Beranak)
Tenaga yang sejak dahulu kala sampai sekarang memegang peranan penting
dalam pelayanan persalinan adalah dukun bayi (dukun beranak, dukun bersalin).
Dalam lingkungannya, dukun bayi merupakan tenaga terpercaya. Dukun bayi adalah
seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang wanita yang dapat kepercayaan
serta memiliki keterampilan menolong persalinan secara tradisional, dan memperoleh
keterampilan tersebut dengan secara turun temurun belajar secara praktis atau cara
lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan tersebut serta melalui petugas
kesehatan (Depkes RI, 2001).
Anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan dukun beranak
berkaitan pula dengan sistim nilai budaya masyarakat sehingga dukun bayi pada
umumnya diperlakukan sebagai tokoh masyarakat potensi sumber daya manusia.
Pengetahuan tentang fisiologi dan patologi dalam kehamilan, persalinan serta nifas
sangat terbatas, sehingga bila timbul komplikasi ia tidak mampu mengatasinya,
bahkan tidak mampu untuk menyadari arti dan akibatnya (Prawirohardjo, 2009)
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2005, dukun bersalin adalah
praktek pelayanan kesehatan alternatif yang dilakukan oleh dukun yang khusus
menangani masalah kehamilan/kelahiran baik yang sudah pernah mendapat pelatihan
dari Departemen Kesehatan maupun belum. Istilah dukun bersalin juga dikenal
dengan paraji (Jawa Barat), atau dukun beranak (DKI Jakarta). Dukun beranak di Bali
laki-laki yang berusia di atas 50 tahun yang menurut kepercayaan umat Hindu telah
mendapat wahyu atau petunjuk gaib (Swasono, 1998). Praktek tenaga kesehatan
(nakes) adalah praktek pribadi/per orangan yang dilakukan oleh perawat atau bidan
yang dilakukan tidak di rumah sakit, puskesmas, puskesmas pembantu, polindes,
posyandu, atau klinik.
Hasil studi yang dilakukan Balitbang Kes (2006) menyatakan bahwa
kemampuan tenaga non profesional / dukun bersalin masih kurang, khususnya yang
berkaitan dengan tanda-tanda bahaya, resiko kehamilan dan persalinan serta
rujukannya. Menurut Suprapto (2003), kurangnya pengetahuan dukun bayi dalam
mengenal komplikasi yang mungkin timbul dalam persalinan dan penanganan
komplikasi yang tidak tepat akan meningkatkan resiko kematian pada ibu bersalin.
Sedangkan dari hasil penelitian Zalbawi (2006) dikatakan bahwa alasan ibu
memilih dukun bayi dalam persalinan karena pelayanan yang diberikan lebih sesuai
dengan sistem sosial budaya yang ada, mereka sudah dikenal lama karena berasal dari
daerah sekitarnya dan pembayaran biaya persalinan dapat diberikan dalam bentuk
barang (Zalbawi, 2006).
Dukun beranak adalah seorang anggota masyarakat, pada umumnya seorang
wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan menolong persalinan
secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut secara turun temurun,
belajar secara praktis atau cara lain yang menjurus kearah peningkatan keterampilan
tersebut serta melalui petugas kesehatan (Manalu, 2007). terjadi kejadian yang
tetap menuju persalinan aman. Penolong persalinan wajib menerapkan upaya
pencegahan infeksi seperti yang dianjurkan yaitu (Depkes,2004) :
1. Sarung Tangan
Sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril harus dipakai dalam setiap
pemeriksaan dalam, membantu kelahiran bayi, melakukan episiotomi, menjahit laserasi, dan memberikan asuhan bagi bayi baru lahir. Sarung tangan harus diganti apabila terkontaminasi atau berlubang.
2. Perlengkapan Pelindung Pribadi
Mengenakan penutup tubuh yang bersih dan penutup kepala atau ikat rambut pada
saat menolong persalinan, Jika memungkinkan, pakai masker dan kacamata yang
bersih. Semua perlengkapan tersebut harus dikenakan selama membantu kelahiran
bayi dan pada saat melaksanakan penjahitan laserasi atau luka episiotomi.
3. Persiapan Tempat Persalinan, Peralatan dan Bahan
Ruangan bersalin harus memiliki sistem penerangan/pencahayaan yang
cukup, baik dari jendela, lampu di langit-langit kamar, maupun sumber cahaya
lainnya. Ruangan harus hangat dan terhalang dari tiupan angin secara langsung.
Harus tersedia perlengkapan dan obat-obatan esensial yang diperlukan untuk
persalinan, membantu kelahiran asuhan bayi baru lahir.
2.7.Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan
Menurut Syahrial yang dikutip Simangunsong (2009), proses pemanfaatan
pelayanan kesehatan terbagi dalam beberapa tahap yaitu:
a. Keinginan dan kebutuhan apa yang mendorong pelanggan untuk menggunakan
b. Apakah pelanggan mengumpulkan informasi berkaitan dengan kebutuhan yang
dirasakan (information gathering).
c. Bagaimana pelanggan mengevaluasi alternatif (decision evaluation). d. Bagaimana pelanggan memanfaatkan jasa pelayanan (decision execution).
e. Bagaimana sikap pelanggan setelah memanfaatkan jasa pelayanan (post decision assessment).
Pemanfaatan (utility) pelayanan kesehatan oleh masyarakat dapat terjadi pada saat masyarakat ingin memperbaiki status kesehatannya, dengan tujuan untuk
mencapai status kesehatan yang lebih baik. Alasan mengapa masyarakat memerlukan
status kesehatan yang lebih baik karena didorong oleh adanya keinginan untuk dapat
menikmati hidup sebaik mungkin (Simangunsong, 2009). Menurut Arrow yang
dikutip Tjiptoherijanto (1994), hubungan antara keinginan sehat dan permintaan akan
pelayanan kesehatan hanya kelihatannya saja sederhana, tetapi sebenarnya sangat
kompleks. Penyebab utamanya adalah karena persoalan kesenjangan informasi.
Adanya keinginan sehat menjadi konsumsi perawatan kesehatan melibatkan berbagai
informasi, yaitu aspek yang menyangkut status kesehatan yang membaik, informasi
tentang macam perawatan yang tersedia dan informasi tentang efektifitas pelayanan
tersebut. Dari informasi inilah masyarakat kemudian terpengaruh untuk melakukan
2.8. Kerangka Konsep
Keterangan :
Untuk mengungkap gambaran karakteristik ibu dalam pemanfaatan penolong
persalinan di Wilayah Kerja Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan Timur
Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012, maka kerangka konsep yang digunakan
adalah menurut teori Green (1980) yang menyatakan karakteristik (umur, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, paritas), kepercayaan, pengetahuan dan sikap termasuk dalam
faktor predisposing yang dapat mempengaruhi ibu dalam pemanfaatan penolong
persalinan.
Karakteristik :
− Umur
− Pendidika
− Pekerjaa
− Pendapatan
− Paritas Kepercayaan Pengetahuan Sikap
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini bersifat penelitian survei dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif yang bertujuan untuk menggambarkan karakteristik ibu (umur, pendidikan,
pekerjaan, pendapatan, paritas), kepercayaan, pengetahuan dan sikap ibu dalam
pemanfaatan penolong persalinan di Wilayah Kerja Gunung Baringin Kecamatan
Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1.Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin
Kecamatan Panyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal. Adapun alasan
pemilihan lokasi ini adalah masih terdapatnya masyarakat yang melakukan penolong
persalinan non kesehatan (dukun beranak) di wilayah tersebut.
3.2.2.Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Juni - Agustus 2012
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang yang melakukan
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan
Timur Kabupaten Mandailing Natal pada bulan Maret 2011- Maret 2012 berjumlah
3.3.2.Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari jumlah ibu yang melakukan
persalinan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan Panyabungan
Timur Kabupaten Mandailing Natal. Jumlah sampel yang akan diteliti dihitung
dengan menggunakan rumus Lemeshow (1994), sebagai berikut :
Jumlah sampel dihitung (Lemeshow, 1994) dengan memakai rumus sebagai
berikut :
n = 57
Keterangan :
n = Besar Sampel
N= Besar Populasi (284)
d = Galat pendugaan (0,1)
Z = Tingkat kepercayaan (90%=1,645)
P = Proporsi populasi (0,5)
Setelah dilakukan perhitungan menggunakan rumus di atas maka diketahui
jumlah sampel dari populasi 284 orang didapat sampel penelitian sebanyak 57 orang
Cara pengambilan sampel untuk penelitian ini adalah dengan teknik
pengambilan sampel Non random Sampling yaitu dengan cara Purposive Sampling
dimana pengambilan sampel berdasarkan kriteria yang dibuat oleh peneliti.
Kriteria responden yang akan menjadi sampel :
1. Ibu yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan
Panyabungan Timur selama 1 tahun .
2. Ibu yang melakukan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin
pada bulan Maret 2011- Maret 2012..
3. Ibu yang melahirkan dengan anak lahir selamat .
3.4. Metode Pengumpulan Data 3.4.1. Data Primer
Data primer diperoleh dengan hasil pengumpulan data responden melalui
wawancara langsung dengan kuesioner penelitian yang sudah dipersiapkan untuk
mengetahui identitas, perilaku (pengetahuan, sikap dan tindakan) pada Ibu yang
memanfaatkan pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin
Kecamatan Panyabungan Timur.
3.4.2. Data Sekunder
Data sekunder yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari laporan
tahunan PWS-KIA tentang cakupan pertolongan persalinan dan laporan tahunan
Puskesmas Gunung Baringin.
3.5 Definisi Operasional
Sesuai fokus kajian dan tujuan penelitian, deskripsi fokus penelitian akan
disusun berdasarkan karakteristik, pengetahuan, kepercayaan ibu dalam pemanfaatan
pertolongan persalinan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan
Panyabungan Timur.Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012 . Sebagai pedoman
awal untuk pengumpulan informasi sesuai fokus penelitian, digunakan defenisi
operasional yang dikembangkan seperti uraian di bawah ini.
1. Karakteristik adalah faktor yang melekat dari dalam diri responden yang dapat
membedakan responden yang mencakup umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan dan paritas.
a. Umur adalah lama hidup ibu nifas yang dihitung sejak tahun dilahirkan
sampai tahun pada saat penelitian dilakukan yang dibagi atas umur dengan
reproduksi sehat (20 – 35 tahun) dan resproduksi tidak sehat (<20 atau> 35
tahun)
b. Pendidikan yaitu sekolah formal yang pernah dicapai oleh responden
berdasarkan ijazah terakhir, yang dibedakan atas : SD, SLTP, SLTA,
Perguruan tinggi
c. Pekerjaan yaitu suatu kegiatan/aktivitas yang dilakukan responden secara
rutin selain sebagai ibu rumah tangga dan mendapatkan imbalan berupa uang
atau barang untuk memenuhi kebutuhan keluarga, yang dibedakan atas
bekerja dan tidak bekerja.
d. Pendapatan yaitu jumlah penghasilan suami istri perbulan yang terdiri dari
Minimum Rata-Rata Mandailing Natal No.561/20442138/K/Tahun 2010 yang
dikelompokkan menjadi kurang dari Rp. 1.020.000,- lebih atau sama dengan
Rp. 1.02.000,- perbulan .
e. Paritas adalah jumlah persalinan yang pernah dilakukan oleh ibu nifas sebagai
responden hingga waktu penelitian yang dibedakan menjadi jumlah anak < 2
dan jumlah anak ≥ 2.
2. Kepercayaan adalah segala yang dianggap benar oleh responden tentang
memanfatkan pertolongan persalinan yang dikategorikan kepercayaan baik,
sedang dan buruk.
3. Pengetahuan adalah segala hasil tahu responden tentang memanfatkan
pertolongan persalinan yang dikategorikan menjadi pengetahuan baik, sedang dan
buruk.
4. Sikap adalah respon/penilaian responden tentang memanfatkan pertolongan
persalinan yang dikategorikan baik, sedang, dan buruk.
5. Pemanfaatan penolong persalinan yaitu dengan penggunaan persalinan oleh
seorang ibu dalam melahirkan bayi yang diikuti pengeluaran plasenta dari tubuh
ibu yaitu oleh tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan.
a. Tenaga kesehatan adalah orang yang memperoleh pendidikan kesehatan yang
berupaya melakukan pertolongan persalinan yang meliputi dokter, perawat,
bidan.
b. Tenaga non kesehatan adalah orang yang tidak memperoleh pendidikan
kesehatan yang berupaya melakukan pertolongan persalinan seperti dukun
3.6 Aspek Pengukuran dan Instrumen 3.6.1. Aspek Pengukuran
Adapun dalam mengukur tingkat karakteristik ibu (umur, pendidikan, pekerjaan,
pendapatan, paritas), pengetahuan, kepercayaan, pemanfaatan penolong persalinan) di
buat dalam aspek pengukuran. Aspek pengukuran untuk pengetahuan dan
kepercayaan dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap
pertanyaan dan kuesioner yang disesuaikan dengan skor. Nilai yang tertinggi
dikumpulkan dikategorikan menjadi tiga tingkat (Arikunto, 1998), yaitu
1. Nilai baik, apabila responden mendapat nilai > 75% dari seluruh skor.
2. Nilai sedang, apabila responden mendapat nilai 45% – 75 % dari seluruh skor.
3. Nilai buruk, apabila responden mendapat nilai < 45% dari seluruh skor.
1. Variabel Umur
Untuk mengetahui umur responden diajukan satu butir pertanyaan berbentuk
kuesioner yang didasarkan pada skala interval
2. Variabel Pendidikan
Untuk mengetahui pendidikan responden diajukan satu butir pertanyaan
berbentuk kuesioner yang didasarkan pada skala ordinal.
3. Variabel Pekerjaan
Untuk mengetahui pekerjaan responden diajukan satu butir pertanyaan
4. Variabel Penghasilan
Untuk mengetahui penghasilan responden diajukan satu butir pertanyaan
berbentuk kuesioner yang didasarkan pada skala rasio kategorik. Berdasarkan Upah
Minimum Regional (UMR) Kota Panyabungan kemudian diklarifikasikan dalan 2
kategori yaitu :
a. > UMR yaitu > Rp. 1.020.000 per bulan
b. < UMR yaitu < Rp. 1.020.000 per bulan
5. Variabel Paritas
Untuk mengetahui Paritas responden diajukan satu butir pertanyaan berbentuk
kuesioner yang didasarkan pada skala interval
6. Kepercayaan
Untuk mengetahui kepercayaan responden dalam pemanfaatan penolong persalinan
diajukan 10 (sepuluh) pertanyaan dari nomor 1-10 dengan skor tertinggi adalah 20.
Jawaban benar bernilai 2, jawaban dan jawaban salah bernilai 0. Berdasarkan jumlah
nilai yang diperoleh kemudian diklarifikasikan dalan 3 kategori yaitu :
a. Percaya, apabila jumlah skor responden > 15 (75%)
b. Kurang percaya, apabila jumlah skor responden 9 - 15(45%-75%)
c. Tidak percaya, apabila jumlah skor responden < 9 (<45%)
7. Pengetahuan
Pengetahuan dapat diukur dengan skoring terhadap kuesioner yang telah diberi bobot.
Dengan jumlah pertanyaan sebanyak 15 dimana setiap jawaban memiliki nilai
a. Pengetahuan baik, apabila jumlah skor responden > 23 (75%)
b. Pengetahuan sedang, apabila jumlah skor responden 14 – 23 (45%-75%)
c. Pengetahuan buruk, apabila jumlah skor responden < 14 (<45%)
8. Sikap
Sikap dapat diukur dengan 10 pertanyaan dengan jawaban tertinggi mendapat nilai =
2 dan terendah = 0. Total skor tertinggi = 20.
a. Sikap baik, apabila jumlah skor responden > 15 (75%)
b. Sikap sedang, apabila jumlah skor responden 9 – 15 (45%-75%)
c. Sikap buruk, apabila jumlah skor responden < 9 (<45%)
9. Pemanfaatan Persalinan
Variabel tindakan tentang pemanfaatan penolong persalinan berupa
pertanyaan tertutup dan terbuka dengan 2 pilihan jawaban yaitu :
1. Ya (Positif/1), apabila responden memanfaatkan Dokter, Bidan dan Perawat
(Tenaga Kesehatan) sebagai penolong persalinan
2. Tidak (Negatif/O), apabila responden tidak memanfaatkan Dokter, Bidan
dan Perawat (Tenaga Kesehatan) sebagai penolong persalinan
Berdasarkan jawaban yang diperoleh kemudian diklarifikasikan dalam 2
kategori yaitu :
1. Pemanfaatan penolong persalinan baik apabila responden menjawab “Ya”
3.6.2. Instrumen Penelitian
Instrumen yang di gunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner. Kuesioner
di gunakan untuk mengetahui gambaran karakteristik Ibu dalam pemanfaatan
penolong persalinan di wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin Kecamatan
anyabungan Timur Kabupaten Mandailing Natal Tahun 2012.
3.7 Tehnik Pengolahan dan Analisis Data 3.7.1 Pengolahan Data
Teknik pengolahan data dilakukan dengan menggunakan komputer, kemudian
hasilnya disajikan dalam tabel.
Proses pengolahan data dilakukan melalui tahap sebagai berikut :
1. Pengeditan Data (editing)
Kegiatan ini dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyan yang telah diisi,
berkaitan dengan kelengkapan pengisian, kejelasan, relevansi, dan konsistensi
jawaban dan koreksi terhada kesalahan pengisian.
2. Pengkodean Data (Coding)
Pemberian kode yang dimaksudkan untuk mempermudah pada saat data dan
juga mempercepat pada saat entry data, yaitu dengan memberikan kode pada
pertanyaan penelitian dalam kuesioner.
3. Pemasukan Data (Entry)
Tahap ini dilakukan dengan car memasukkan dat ke dalam computer untuk di
olah dan dianalisis melalui program SPSS for window.
4. Pengecekan Data (Cleaning)
3.7.2. Analisis Data
Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat untuk mendapatkan
gambaran tentang distribusi frekuensi masing-masing variabel yang meliputi umur,
pendidikan, pekerjaan, pendapatan, parietas, kepercayaan, pengetahuan, sikap serta
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian 4.1.1. Letak Geografis
Pueskesmas Gunung Baringin dilihat secara geografis mempunyai letak
wilayah berada di punggung bukit dan dataran tinggi/lereng, dengan luas wilayah ±
351,45 Km2
Wilayah Gunung Baringin mempunyai batas sebagai berikut :
. Secara administrative wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin terdiri
dari 15 Desa/ Kelurahan
1. Sebelah utara dengan Desa Padang Laru
2. Sebelah Selatan dengan Desa Banjar Lancat
3. Sebelah Barat dengan Desa Hutarim Baru
4. Sebelah Timur dengan Desa Pagur
4.1.2. Keadaan Penduduk
Setiap tahun jumlah penduduk wilayah kerja Puskesmas Gunung Baringin
semakin bertambah. Pada tahun 2010 jumlah penduduk Desa/Kelurahan di wilayah
kerja Puskesmas Gunung Baringin ada