1 1.1 Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan, alam sangat berperan bagi kehidupan kita, melalui alam kita dapat memanfaatkan kekayaan alam yang berada disekitar kita, selain dapat kita manfaatkan kekayaan alam itu, kita juga dapat menggunakan alam sekitar kita sebagai media belajar dalam dunia pendidikan. Pendidikan kita dapatkan sejak kita lahir sampai kita meninggal. Pendidikan bisa kita dapatkan dalam kehidupan sehari hari mulai pagi hari sampai sore hari pendidikan kita dapatkan. Baik itu pendidikan yang kita dapatkan melalui pendidikan formal maupun pendidikan yang kita dapatkan secara tidak formal. Salah satu pendidikan yang kita peroleh melalui pendidikan tidak formal yaitu pendidikan yang kita dapat melalui alam.Salah satu mata pelajaran yang berhubungan dengan alam yaitu Ilmu Pendidikan Alam (IPA).
IPA adalah pengetahuan manusia tentang alam yang diperoleh dengan cara yang terkontrol (Asy'ari, 2006: 7). Dalam hal ini dapat ditemukan bahwa ilmu pengetahuan IPA diperoleh siswa melalui latihan secara implisit maupun secara ekplisit cara berpikir kreatif dalam memecahkan masalah.IPA menekankan pada pemberian pengalaman secara langsung untuk mengembangkan kompetensi agar siswa mampu menjelajahi dan memahami alam sekitar secara ilmiah, (Putra, 2013:40-41). Proses pembelajaran IPA dapat membantu siswa untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam tentang alam sekitar. IPA diperlukan dalam kehidupan sehari-hari untuk memenuhi kebutuhan manusia melalui pemecahan masalah-masalah yang dapat diidentifikasikan. (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 Standar Isi)
fakta dan konsep artinya guru akan bertindak sebagai satu-satunya sumber informasi yang terpenting karena terdesak waktu untuk mengejar pencapaian kurikulum, maka guru akan memilih jalan yang termudah yakni menginformasikan fakta dan konsep melalui metode caramah. Akibatnya para siswa cenderung pasif, tidak bersemangat, bosan karena tidak ada aktifitas yang dilakukan, bahkan siswa apatis terhadap mata pelajaran IPA
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 20 januari 2015 di SD Negeri Danyang 1 diperoleh hasil bahwa mata pelajaran IPA sagat sulit bagi siswa dan menyebabkan hasil belajar siswa kurang baik. Hal ini diakibatkan karena guru di dalam mengajar, masih menggunakan gaya mengajar yang konvensional dan ceramah, terlebih lagi guru kurang memanfaatkan media di setiap proses pembelajaran, guru masih bergantung pada buku teks dan buku pegangan siswa sehingga pembelajaran menjadi tidak menyenangkan.
Bila kondisi kegiatan pembelajaran seperti ini dibiarkan berlarut-larut maka akan menyebabkan mutu hasil belajar siswa akan tetap rendah karena pelajaran yang membosankan dan tidak menarik sehingga siswa tidak termotivasi untuk mengikutinya. Berdasarkan kenyataan tersebut guru dirasa sangat perlu menerapkan suatu strategi pembelajaran yang dapat meningkatkan aktivitas siswa sehingga mutu hasil belajar IPA dapat ditingkatkan.
IPA dalam pembelajaran harus dilihat sebagai suatu komponen penting dari keseluruhan pendidikan kepada siswa. IPA memerankan peranan yang signifikan dalam mengarahkan dan membimbing siswa pada konsep-konsep alam dalam kehidupan sehari-hari siswa dalam konteks kehidupan masa kini..
Dalam pembelajaran IPA terdapat fungsi yang dapat di dirasakan oleh pendidik maupun peserta didik (siswa). Fungsi mata pelajaran IPA antara lain:
a. Memberi bekal pengetahuan dasar, baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan lebih tinggi maupununtuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
b. Menyadarkan siswa akan keteraturan alam dan segala
Kondisi yang demikianlah yang ditemui di SDN Danyang 1 Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan, hasil observasi yang telah lakukan penulis bahwa dalam pembelajaran siswa kurag memahami materi pembelajaran khususnya dalam mata pelajaran IPA. Hal ini terlihat dari rendahnya hasil belajar IPA di SD Negeri 1 Danyang , rata-rata nilai ulangan harian mata pelajaran IPA yaitu 65.00 masih berada sangat jauh dari pencapaian KKM ≥ 69 yang telah ditentukan oleh guru kelas , dari 39 siswa masih ada 11 siswa yang sulit memahami materi yang dijelakan guru terutama mapel IPA yang berarti siswa belum mencapai KKM dan hanya 28 siswa yang nilainya ≥ 69 yang telah tuntas. Perolehan nilai ulangan harian IPA yang masih dibawah KKM berakibat berkurangnya hasil belajar IPA yang di peroleh siswa.
Berdasarkan isu yang ditulis di Kompasiana Online pada tanggal 15 Juni 2010 yang menyebutkan bahwa tentang permasalahan mutu pendidikan di Indonesia merupakan permasalahan yang sangat komplek, dan tidak bisa dilepaskan antara satu poin masalah dengan poin masalah lainnya. Contoh isu mutu pendidikan yang berupa hasil belajar yang selama ini kita kenal dengan Hasil Ujian Nasional. Sekarang ini hasil ujian nasioanal dijadikan sebagai salah satu alat ukur dan pemetaan mutu pendidikan di Indonesia. Dari evaluasi hasil ujian nasional tersebut akhirnya Pemerintah mengambil suatu kebijakan untuk meningkatkan mutu hasil belajar peserta didik. Akhirnya diambil kesimpulan bahwa hasil belajar yang bermutu hanya bisa dicapai melalui proses belajar yang bermutu pula. Dan proses belajar yang bermutu membutuhkan SDM serta biaya yang relative besar.
Model pembelajaran Think Pair and Share ini berkembang dari penelitian belajar kooperatif. Pertama kali dikembangkan oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland, (Arends: 1997), menyatakan bahwa model pembelajaran
Think Pair and Share merupakan suatu cara yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi bahwa semua resitasi atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan dialami .Guru
memilih menggunakan Think Pair and Share untuk membandingkan tanya jawab
kelompok keseluruhan.
Menurut Ibrahim, dkk. (2000: 6) kelebihaan model pembelajaran Think Pair and Share ini adalah:
(1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran Think Pair and Share menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya,
(2) Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka,
(3) Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran Think Pair and Share diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional,
(5) Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran Think Pair and Share hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru,
(6) Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam proses belajar mengajar adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran Think Pair and Share perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal,
(7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima.
Adapun tahapan Think Pair and Share menurut Chotimah,dkk (2007) meliputi: 1) Pengajar menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai. 2) Pebelajar diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang
disampaikan pengajar.
3) Pebelajar diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (daam kelompok terdiri dari dua orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.
4) Pengajar memimpin pleno kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya.
5) Berawal dari kegiatan tersebut, pengajar mengarahkan pembicaraan pada pokok permasalahan dan menambah materi yang akan diungkapkan oleh pebelajar
6) Pengajar memberikan kesimpulan. 7) Guru menutup kegiatan pembelajaran
1.1 Identifikasi Masalah
Penggunaan sumber belajar yang inovatif serta cara penyampaian informasi kepada siswa sangat penting digunakan untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran. Hal ini akan membantu siswa untuk meningkatkan kreatifitasnya melalui lingkungan belajar yang disediakan guru. Proses belajar yang inovatif ini belum nampak pada proses pembelajaran di SDN 1 Danyang, guru masih menjadi sumber informasitunggal bagi siswa.
Berdasarkan observasi, dapat ditemukan beberapa permasalahan pada siswa kelas IV SDN 1 Danyang, antara lain :
a. Guru menggunakan metode ceramah yang menyebabkan siswa kurang konsen
dalam pembelajaran .
b. Pada proses pembelajaran masih sedikit siswa yang mau menjawab
pertanyaan yang disampaikan oleh guru dan kurangnya perhatian dan antusias siswa dalam mengikuti proses pembelajaran.
c. Siswa selalu ramai sendiri saat pembelajaran.
d. Anak tidak bisa menyerap pelajaran dengan baik sehingga nilai rata-rata ulangan harian mata pelajaran IPA 59,00.
1.3 Batasan Masalah
Peneliti akan melakukan penelitian terhadap kelas V karena nilai rata-rata ulangan harian Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) di kelas tersebut rata-rata masih rendah. Peneliti akan menerapkan model pembelajaran Think Phare And Share. Selanjutya masalah yang menjadi obyek penulis membeatasi hnya pada analisis :
a. Penerapan sebuah model pembelajaran Think Pair and Share untuk
meningkatkan proses dan hasil belajar pada mata pelajaran IPA.
b. Penerepan model pembelajaran Think Pair and Share berbantu media video. c. Peneliti fokus pada satu materi pokok yaitu pembentukan tanah melalui
pelapukan, dengan Standar kompetensi dan Kompetensi Dasar IPA kelas 5 Semester II :
7. Memahami perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan penggunaan sumber daya alam
Kompetensi Dasar
7.1. Mendiskripsikan proses pembentukan tanah karena pelapukan 7.2. Mengidentifikasi jenis-jenis tanah
1.4 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan maka dapat dibuat suatu rumusan masalah sebagai berikut:
1) Bagaimana penerapan model pembelajaran Think Phare And Share berbantu
media video dalam pembelajaran IPA dapat meningkatkan proses
pembelajaran siswa kelas 5 mata pelajaran IPA SD Negeri 1 Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ?
2) Apakah peningkatan proses melalui model pembelajaran Think Phare And Share berbantu media video dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 5 mata pelajaran IPA SD Negeri 1 Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan ?
1.5 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk :
1) Menerapkan model pembelajaran Think Phare And Share berbantuan media
video untuk meningkatkan proses pembelajaran siswa kelas 5 mata pelajaran IPA SD Negeri 1 Danyang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan
2) Menerapkan model pembelajaran Think Phare And Share berbantuan media
video untuk meningkatkan hasil belajar IPA melalui peningkatan proses
pembelajaran dengan menggunakan model Think Phare And Share
1.6 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1.6.1 Manfaat Teoretis
Dengan penelitian ini diharapkan model pembelajaran Think Phare And Share berbantuan media video bermanfaat sebagai pemahaman serta pengetahuan dasar dalam dunia pendidikan. Hasil Penelitian ini juga diharpakan berguna bagi penelitian selanjutnya dan mendukung kajian teori tentang pembelajaran IPA menggunakan model pembelajaran Think Phare And Share berbantuan media video, pembelajaran akaan lebih bermakna bagi siswa dan dapat menunjang kelancaran proses belajar dan meningkatkan hasil belajar siswa.
1.6.2 Manfaat Praktis a. Bagi guru
Dengan dilaksanakannya penelitian dengan model pembelajaran
Think Phare And Share berbantuan media video dapat digunakan guru sebagai panduan guru dalam menjelaskan materi pelajaran, sehingga materi yang di jelaskan dapat dipahami siswa dengan baik.
b. Bagi siswa
Keaktifan proses belajar dan hasil belajar IPA meningkat dengan menggunakan model pembelajaran Think Phare And Share berbantuan media video
c. Bagi sekolah
Memberikan manfaat bagi sekolah sehingga dapat digunakan oleh guru dikelas yang berbeda dengan memanfaatkan model pembelajaran