• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran Dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Think Pair and Share Berbantu Media Video pada Siswa Kelas 5 Sem

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori - Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Upaya Peningkatkan Proses Pembelajaran Dan Hasil Belajar IPA Melalui Model Pembelajaran Think Pair and Share Berbantu Media Video pada Siswa Kelas 5 Sem"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

9 2.1 Kajian Teori

Kajian teori ini merupakan uraian pendapat dari para ahli yang mendukung penelitian. Beberapa teori dari para ahli tersebut mengkaji objek yang sama yang mempunyai pandagan dan pendapat yang berbeda-beda. Pembahasan kajian teori dalam penelitian ini berisi tentang hakikat IPA, hakikat belajar, model pembelajaran Think Pair and Share, media video dan hasil belajar.

2.1.1 Hakikat IPA

Menurut Sagala (2010: 61), pembelajaran ialah membelajarkan siswa menggunakan asas pendidikan maupun teori belajar, merupakan penentu utama keberhasilan pendidikan. Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah. Mengajar dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik, sedangkan belajar dilakukan oleh peserta didik atau murid.

Darmodjo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 12) menyatakan bahwa mengajar dan belajar merupakan suatu proses yang tidak dapat dipisahkan dalam pembelajaran. Pembelajaran akan berhasil apabila terjadi proses mengajar dan proses belajar yang harmoni. Proses belajar mengajar tidak dapat berlangsung hanya dalam satu arah, melainkan dari berbagai arah (multiarah) sehingga memungkinkan siswa untuk belajar dari berbagai sumber belajar yang ada. Ilmu Pengetahuan Alam sebagai disiplin ilmu dan penerapannya dalam masyarakat membuat pendidikan IPA menjadi penting. Struktur kognitif anak tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitifi lmuwan. Anak perlu dilatih dan diberi kesempatan untuk mendapatkan keterampilan-keterampilan dan dapat berpikir serta bertindak secara ilmiah.

(2)

terjadi, mencoba apa yang diamati, mempergunakan pengetahuan baru untuk meramalkan apa yang akan terjadi, menguji bahwa ramalan-ramalan itu benar.

Menurut Sulistyorini (2007: 8), pembelajaran IPA harus melibatkan keaktifan anak secara penuh (active learning) dengan cara guru dapat merealisasikan pembelajaran yang mampu memberi kesempatan pada anak didik untuk melakukan keterampilan proses meliputi: mencari, menemukan, menyimpulkan, mengkomunikasikan sendiri berbagai pengetahuan, nilai-nilai, dan pengalaman yang dibutuhkan. Menurut De Vito, et al. (Usman Samatowa, 2006: 146), pembelajaran IPA yang baik harus mengaitkan IPA dengan kehidupan sehari-hari siswa. Siswa diberi kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, membangkitkan ide-ide siswa, membangun rasa ingin tahu tentang segala sesuatu yang ada di lingkungannya, membangun keterampilan (skill) yang diperlukan, dan menimbulkan kesadaran siswa bahwa belajar IPA menjadi sangat diperlukan untuk dipelajari.

Menurut Hendro Darmojo dan Jenny R. E. Kaligis (1993: 7), pembelajaran IPA didasarkan pada hakikat IPA sendiri yaitu dari segi proses, produk, dan pengembangan sikap. Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar sebisa mungkin didasarkan pada pendekatan empirik dengan asumsi bahwa alam raya ini dapat dipelajari, dipahami, dan dijelaskan yang tidak semata-mata bergantung pada metode kausalitas tetapi melalui proses tertentu, misalnya observasi, eksperimen, dan analisis rasional. Dalam hal ini juga digunakan sikap tertentu, misalnya berusaha berlaku seobjektif mungkin dan jujur dalam mengumpulkan dan mengevaluasi data. Proses dan sikap ilmiah ini akan melahirkan penemuan-penemuan baru yang menjadi produk IPA. Jadi dalam pembelajaran IPA siswa tidak hanya diberi pengetahuan saja atau berbagai fakta yang dihafal, tetapi siswa dituntut untuk aktif menggunakan pikiran dalam mempelajari gejala-gejala alam.

(3)

berupa “keterampilan proses” atau metode ilmiah yang sederhana, (3) memiliki sikap ilmiah di dalam mengenal alam sekitarnya dan memecahkan masalah yang dihadapinya, serta menyadari kebesaran penciptanya, (4) memiliki bekal pengetahuan dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pendidikannya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Menurut Mulyasa,(2010: 111) tujuan pendidikan IPA di Sekolah Dasar berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) atau Kurikulum 2006 adalah agar peserta didik mampu memiliki kemampuan sebagai berikut:

1) Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

2) Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3) Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

4) Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

5) Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

6) Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

7) Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPAsebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(4)

Ilmu Pengetahuan alam (IPA) atau sains menurut Holton dan Roller yang dikutip oleh Sumaji (2007:13) bahwa ilmu pengetahuan alam atau sains adalah suatu deretan konsep serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain dan yang tumbuh sebagai hasil eksperimen dan observasi serta berguna untuk diamati dan di eksperimentasikan.

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di dalam pembahasannya terdapat beberapa penjelasan mengenai IPA , menurut Sumadi, dkk (2007:13) terdapat beberapa penjelasan mengenai Ilmu Pengetahuan Alam (IPA),yaitu:

Tujuan dan fungsi mata pelajaran IPA dalam pendahuluan Garis –Garis Besar Program Pengajaran (GBPP) untuk mata pelajaran IPA untuk mata pelajaran IPA tingkat SD,SLTP,SLTA terdapat kesamaan mengenai tujuan dan fungsinya. Pemberian mata pelajaran IPA atau pendidikan IPA bertujuan “agar siswa memahami atau menguasai konsep IPA dan saling keterkaitanya, serta mampu menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang di dapatinya.

Dalam pembelajara IPA terdapat fungsi yang dapat dirasakan oleh pendidik maupun peserta didik(siswa) .Fungsi Mata pelajaran IPA antara lain :

1) Memberi bekal pengetahuan dasar , baik untuk dapat melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi maupun untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

2) Mengembang ketrampilan-ketrampilan dalam memperoleh, mengembangkan dan menetapkan konsep- konsep IPA.

3) Menanamkan sikap ilmiah dan melatihh siswa dalam menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah yang dihadapinya

4) Menyadarkan siswa akan keteraturnya alam dan segala keindahanya, sehingga siswa terdorong untuk mencintai dan mengagungkan ciptaan-NYA memupuk daya kreatif dan inovatif siswa

(5)

2.1.2 Hasil Belajar

Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Beajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang sebagai subyek dalam belajar. Sedangkan mengajar merujuk pada apa yang seharusnya dilakukan seseorang guru sebagai pengajar.

Dua konsep belajar mengajar yang dilakukan oleh siswa dan guru terpadu dalam satu kegiatan. Diantara keduannya itu terjadi interaksi dengan guru. Kemampuan yang dimiliki siswa dari proses belajar mengajar saja harus bisa mendapatkan hasil bisa juga melalui kreatifitas seseorang itu tanpa adanya intervensi orang lain sebagai pengajar.

2.1.2.1Pengertian Hasil Belajar

Purwanto (2011: 44) mengemukakan bahwa hasil belajar dapat dijelaskan dengan memahami dua kata yang membentuknya, yaitu “hasil” dan “belajar”. Pengertian hasil (product) menunjuk pada suatu perolehan akibat dilakukannya suatu aktivitas atau yang mengakibatkan perubahan input secara fungsional. Winkel (2004: 53) mendefinisikan\ hasil belajar sebagai perubahan yang mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Aspek perubahan itu mengacu kepada taksonomi bloom (aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik). Menurut Patta Bundu (2006: 17), hasil belajar adalah tingkat penguasaan yang dicapai siswa dalam mengikuti program belajarmengajar sesuai dengan tujuan pendidikan yang ditetapkan yang meliputi aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Aspek kognitif berkaitan dengan pengetahuan yang dimiliki siswa, aspek afektif berkaitan dengan penguasaan nilai-nilai atau sikap yang dimiliki siswa sebagai hasil belajar, sedangkan aspek psikomotorik yaitu berkaitan dengan keterampilan-keterampilan motorik yang dimiliki oleh siswa.

(6)

yang disebut kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, tujuan belajar telah ditetapkan lebih dahulu oleh guru. Anak yang berhasil dalam belajar ialah yang berhasil mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuantujuan instruksional. Berdasarkan pengertian-pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hasil belajar mencangkup tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Berikut penjelasan mengenai ketiga aspek tersebut.

1) Aspek kognitif

Aspek kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual, mencangkup enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2) Aspek afektif

Aspek afektif berkenaan dengan sikap, mencangkup lima aspek yaitu penerimaaan, partisipasi, penilaian, organisasi, pembentukan pola hidup.

3) Aspek psikomotorik

Aspek psikomotorik berkenaan dengan keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada tujuh aspek yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan yang kompleks, penyesuaian pola gerakan, kreativitas.

2.1.2.2Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar siswa tidak akan jauh dari beberapa pengaruh baik itu pengaruh dari luar maupun dari dalam. Menurut Dalyono dan Sri Rumini hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

a) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri (a) faktor psikis antara lain kognitif atau inteligensi, bakat, afektif,psikomotorik, motivasi, minat, (b) Faktor fisik antara lain kesehatan jasmani, indera, anggota badan, organ dalam tubuh.

(7)

Sejalan dengan pendapat Ngalim Purwanto (2010: 106) menyebutkan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu: (1) Faktor dari luar yang mencakup faktor lingkungan, baik lingkungan alam maupun sosial. Faktor instrumental, berkaitan dengan kurikulum, atau bahan ajar, guru sebagai pengajar, sarana dan fasilitas yang tersedia, administrasi dan manajemen, (2) faktor dari dalam yang mencakup faktor fisiologi, berkaitan dengan bagaimana kondisi fisik, panca indera, dan sebagainya. Faktor psikologi, seperti minat, tingkat kecerdasan, bakat, motivasi, kemapuan kognitif, dan sebagainya.

Dari pendapat dari Dalyono dapat ditarik kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ada dua, yaitu faktor dari dalam diri (internal) dan faktor dari luar (eksternal). Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa dalam penelitian ini adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa (eksternal), yaitu faktor instrumental. Faktor instrumental dalam penelitian ini berkaitan dengan bahan ajar atau sumber belajar.

.

2.1.2.3Pengertian Hasil Belajar IPA di Sekolah Dasar

(8)

berkaitan dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan intelektual lainnya, sedangkan aspek nonkognitif erat kaitannya dengan sikap, emosi (afektif), serta keterampilan fisik atau kerja otot (psikomotorik). Jika ditelaah dari hakikat IPA sendiri, maka hasil belajar IPA dilihat dari segi produk, proses, dan sikap. Segi produk, siswa diharapkan mampu menguasai konsep-konsep IPA. Segi proses, siswa diharapkan memiliki kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan, gagasan, dan menerapkan konsep yang diperolehnya untuk menjelaskan. Segi sikap dan nilai siswa diharapkan mempunyai minat untuk mempelajari benda benda di lingkungannya, bersikap ingin tahu, tekun, kritis, mawas diri, serta bertanggung jawab.

2.1.3 Model pembelajaran Think Pair and Share

(9)

mengerjakan bukan berfikir. Dalam menentukan batasan waktu untuk tahap ini, guru harus mempertimbangkan pengetahuan dasar siswa untuk menjawab pertanyaan yang diberikan, jenis dan bentuk pertanyaan yang diberikan, serta jadwal pembelajaran untuk setiap kali pertemuan. Tahap pair guru meminta para siswa untuk berpasangan (bisa dengan teman sebangku atau dengan teman dekat yang lain) untuk memikirkan masalah pada tahap think dan menyamakan presepsi terhadap permasalahn yang diberikan. Interaksi selama periode ini dapat menghasilkan jawaban bersama jika suatu pertanyaan telah diajukan atau penyampaian ide bersama jika suatu isu khusus telah diidentifikasi. Tahap pair ini memberikan peluang bagi siswa untuk mengungkapkan ide dan gagasan dengan saling berdiskusi dengan pasangannya. Hal ini menjadikan pembelajaran lebih efektif, karena masing- masing siswa dituntut aktif dalam pembelajaran. Pada tahap terakhir yaitu tahap share, guru meminta pasangan- pasangan untuk berbagi dengan kelompok berpasangan keseluruhan kelas dengan menunjuk salah satu pasangan untuk mempresentasikan hasil kerjanya, dan dibahas secara klasikal (Lyman,1990; Ledlow,2001; Azizah,2003; Anonim,2007). Hal ini efektif baik untuk guru maupun siswa untuk mengetahui ide- ide dari tiap pasangan, dan kegiatan sharing ini dilanjutkan sampai sekitar sebagian pasangan mendapat hasil dari yang didiskusikan untuk dilaporkan atau dipresentasikan. Pada langkah akhir ini, guru meminta pasangan- pasangan tersebut untuk berbagi atau bekerjasama dengan kelas secara keseluruhan mengenai apa yang telah mereka bicarakan. Langkah ini akan menjadi efektif jika guru berkeliling kelas dari pasangan satu ke pasangan yang lain, sehingga seperempat atau separo dari pasangan-pasangan tersebut memperoleh kesempatan untuk melapor.

(10)

Chotimah,dkk (2007) mengembangkan langkah-langkah pembelajaran sebagai berikut:

1) Pengajar menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin dicapai .

2) Pebelajar diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan yang disampaikan pengajar

3) Pebelajar diminta untuk berpasangan dengan teman sebelahnya (daam kelompok terdiri dari dua orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing.

4) Pengajar memimpin pleno kecil, tiap kelompok mengemukakan hasil diskusinya 5) Berawal dari kegiatan tersebut, pengajar mengarahkan pembicaraan pada pokok

permasalahan dan menambah materi yang akan diungkapkan oleh pebelajar 6) Pengajar memberikan kesimpulan

7) Menutup kegiatan pembelajaran

Sedangkan kelebihan model pembelajaran Think Pair and Share menurut Ibrahim, dkk. (2000: 6) adalah;

1) Meningkatkan pencurahan waktu pada tugas. Penggunaan metode pembelajaran Think Pair and Share menuntut siswa menggunakan waktunya untuk mengerjakan tugas-tugas atau permasalahan yang diberikan oleh guru di awal pertemuan sehingga diharapkan siswa mampu memahami materi dengan baik sebelum guru menyampaikannya pada pertemuan selanjutnya.

2) Memperbaiki kehadiran. Tugas yang diberikan oleh guru pada setiap pertemuan selain untuk melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran juga dimaksudkan agar siswa dapat selalu berusaha hadir pada setiap pertemuan. Sebab bagi siswa yang sekali tidak hadir maka siswa tersebut tidak mengerjakan tugas dan hal ini akan mempengaruhi hasil belajar mereka.

3) Angka putus sekolah berkurang. Model pembelajaran Think Pair and Share diharapkan dapat memotivasi siswa dalam pembelajaran sehingga hasil belajar siswa dapat lebih baik daripada pembelajaran dengan model konvensional.

(11)

disampaikan guru dan menjawab semua yang ditanyakan oleh guru. Dengan melibatkan siswa secara aktif dalam proses belajar mengajar, metode pembelajaran Think Pair and Share akan lebih menarik dan tidak monoton dibandingkan metode konvensional.

5) Penerimaan terhadap individu lebih besar. Dalam model pembelajaran konvensional, siswa yang aktif di dalam kelas hanyalah siswa tertentu yang benar-benar rajin dan cepat dalam menerima materi yang disampaikan oleh guru sedangkan siswa lain hanyalah “pendengar” materi yang disampaikan oleh guru. Dengan pembelajaran TPS hal ini dapat diminimalisir sebab semua siswa akan terlibat dengan permasalahan yang diberikan oleh guru

6) Hasil belajar lebih mendalam. Parameter dalam PBM adalah hasil belajar yang diraih oleh siswa. Dengan pembelajaran TPS perkembangan hasil belajar siswa dapat diidentifikasi secara bertahap. Sehingga pada akhir pembelajaran hasil yang diperoleh siswa dapat lebih optimal.

7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi. Sistem kerjasama yang diterapkan dalam model pembelajaran TPS menuntut siswa untuk dapat bekerja sama dalam tim, sehingga siswa dituntut untuk dapat belajar berempati, menerima pendapat orang lain atau mengakui secara sportif jika pendapatnya tidak diterima. Sedangkan kelemahan model pembelajaran Think Pair and Share menurut Ibrahim, dkk. (2000: 6) adalah;.

1) Membutuhkan koordinasi secara bersamaan dari berbagai aktivitas. 2) Membutuhkan perhatian khusus dalam penggunaan ruangan kelas. 3) Banyak kelompok yang melapor dan perlu dimonitor

4) Lebih sedikit ide yang muncul.

5) Jika ada perselisihan, tidak ada penengah. 6) Menggantungkan pada pasangan.

(12)

Berdasarkan kelemahan dalam model pembelajaran Think Pair and Share menurut Ibrahim, dkk. (2000: 6). Maka solusi dalam penganan model pembelajaran ini adalah sebagai berikut :

1) Siswa dikondisikan dalam berkelompok sesuai dengan jumlah siswa dikelas 2) Guru memberikan penjelasan dengan kata kata yang mudah dipahami siswa 3) Mengkaitkan materi dalam kehidupan sehari hari

4) Guru mengajarkan siswa untuk tidak bergantung pada siswa lain.

2.1.4 Hakikat Media Pembelajaran

(13)

yang semakin canggih, mulai dari berkembangnya bentuk bahan ajar cetak, lalu merambah ke bahan ajar audio, hingga bahan ajar audio-video.

Ini semua menunjukkan bahwa bentuk bahan ajar selalu mengikuti perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan. Hal ini diperkuat dengan pendapat Webster (Azhar Arsyad, 2011: 5) teknologi merupakan suatu perluasan konsep media, dimana teknologi bukan sekedar benda, alat, bahan, atau perkakas, tetapi tersimpul pula sikap, perbuatan, organisasi, dan manajemen yang berhubungan dengan penerapan ilmu. Teknologi yang paling tua yang dimanfaatkan dalam prosesbelajar adalah percetakan yang bekerja atas dasar prinsip mekanis. Kemudian lahir teknologi audio-visual yang menggabungkan penemuan mekanis dan elektronis untuk tujuan pembelajaran. Pengajaran dengan menggunakan audio-visual bercirikan adanya pemakaian perangkat keras selama proses belajar, seperti mesin proyektor film, tape recorder, dan proyektor visual lebar. Jadi, pengajaran melalui audio-visual adalah produksi dan penggunaan materi yang penyerapannya melalui pandangan dan pendengaran. Teknologi audio visual yang sering digunakan dalam pembelajaran adalah film, slide, dan video.

2.1.5 Pengertian Video

Menurut Azhar Arsyad (2011 : 49) menyatakan bahwa video merupakan gambargambar dalam frame, di mana frame demi frame diproyeksikan melalui lensa proyektor secara mekanis sehingga pada layar terlihat gambar hidup. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan, bahwa video merupakan salah satu jenis media audio-visual yang dapat menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Kemampuan video melukiskan gambar hidup dan suara memberikan daya tarik tersendiri. Video dapat menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep-konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

(14)

menggambarkan suatu objek yang bergerak bersama-sama dengan suara alamiah atau suara yang sesuai. Video menyajikan informasi, memaparkan proses, menjelaskan konsep yang rumit, mengajarkan keterampilan, menyingkat atau memperpanjang waktu, dan mempengaruhi sikap.

2.1.6 Manfaat Penggunaan Media Video Dalam Pembelajaran

Dalam penggunaan media video dalam pembelajaran banyak manfaat yang didapat. Manfaat media video menurut Andi Prastowo (2012 : 302), antara lain : a) Memberikan pengalaman yang tak terduga kepada peserta didik,

b)memperlihatkan secara nyata sesuatu yang pada awalnya tidak mungkin bias dilihat,

c) menganalisis perubahan dalam periode waktu tertentu,

d)memberikan pengalaman kepada peserta didik untuk merasakan suatu keadaan tertentu, dan

e) menampilkan presentasi studi kasus tentang kehidupan sebenarnya yang dapat memicu diskusi peserta didik.

Berdasarkan penjelasan tentang media video , keberadaan media video sangat tidak disangsikan lagi di dalam kelas. Dengan video siswa dapat menyaksikan suatu peristiwa yang tidak bisa disaksikan secara langsung, berbahaya, maupun peristiwa lampau yang tidak bisa dibawa langsung ke dalam kelas. Siswa pun dapat memutar kembali video tersebut sesuai kebutuhan dan keperluan mereka. Pembelajaran dengan media video menumbuhkan minat serta memotivasi siswa untuk selalu memperhatikan pelajaran.

2.1.7 Penerapan Think Pair and Share berbantuan media video

(15)

penerapan model pembelajaran Think Pair and Share berbantuan media video adalah sebagai berikut:

1) Siswa dengan mudah memahami materi pelajaran

2) Siswa semakin aktif dalam pembelajaran dan lebih fokus terhadap materi yang disampaikan

3) Mengurangi kegaduhan di dalam kelas. 4) Hasil belajar siswa semakin meningkat

Dari beberapa dampak diatas dapat kita simpulkan bahwa penerapan model pembelajaran Think Pair and Share berbantuan media video sangat efektif digunaka dalam pembelajaran khususnya pembelajaran IPA,karena melalui media video siswa akan lebih mudah memahami materi pelajaran tanpa harus keluar lingkungan sekolah.

2.2 Kajian Penelitian yang Relevan

(16)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Giyastutik dengan penelitiannya yang berjudul “Penerapan Pembelajaran Kooperatif Think Pair and Share Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas Vii A Smp Negeri 3 Karanganyar Tahun Pelajaran 2007/2008 .Dari seluruh pelaksanaan proses pembelajaran tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa meningkat. Hal ini dapat dilihat dari meningkatnya ketuntasan klasikal hasil belajar siswa. Dalam pelaksanaan siklus I dan II dengan metode Think Pair and Share diperoleh peningkatan hasil belajar siswa. Pencapaian rata-rata kelas pada siklus sebesar 72,19 naik 13,44 dari prasiklus. Jumlah siswa yang mencapai batas tuntas pada siklus I adalah 37 siswa (92,5%) naik 35% dari prasiklus. Sedang siswa yang belum mencapai batas tuntas ada 3 orang (7,5%) turun 35% dari prasiklus.Sedangkan pada siklus II mengalami peningkatan hasil belajar yang signifikan yaitu 80,46 naik 8,27 dari siklus I. Pada siklus ini semua siswa (100%) mencapai batas ketuntasan

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah diuraikan terdapat masalah pada hasil belajar IPA siswa kelas V SD Negeri 1 Danyang. Dalam proses pembelajaran IPA pada materi pelapukan pada batuan siswa kelas V SD Negeri 1 Danyang mengalami kesulitan dalam pemahaman tentang pelapukan, yang menyebabkan prestasi belajar siswa rendah dilihat dari rata-rata ulangan harian siswa. Dalam pembelajaran siswa masih malu bertanya dan mengeluarkan pendapat sehingga keaktifan siswa belum terlihat. Guru juga masih menggunakan pembelajaran konvensional dengan hanya berceramah dan kegiatan diskusi jarang dilakukan.

(17)

memiliki kelebihan yaitu aktivitas guru dan siswa selama kegiatan belajar mengajar terjadi interaksi atau kerjasama. Siswa cenderung aktif dalam kegiatan pembelajaran. Dapat mendorong siswa untuk menghargai pendapat orang lain. Juga kemampuan kerjasama siswa dapat terbangun. Dan dapat meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik.

Adapun kerangka berpikir mengenai penerapan model pembelajaran Think Phare and Share berbantuan media video pada mata pelajaran IPA dapat ditunjukkan melalui peta konsep sebagai berikut:

2) Mengorganisasikan siswa untuk belajar 3) Berdiskusi dalam kelampok dan bertukan

(18)

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan kerangka pikir yang telah diungkapkan di kajian teori, maka hipotesis dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut: 1) Penarapan model pembelajaran Think Phare And Share berbantu media video

dalam pembelajaran IPA pokok bahasan proses pembentukan tanah dapat meningkatkan proses pembelajaran pada siswa kelas 5 semester II SDN 1 Danyang tahun pelajaran 2014/2015 secara signifikan minimal 10 % melalui cara: memahami pembelajaran dengan menggunaan media video,mengorganisasikan siswa untuk belajar, berdiskusi dalam kelampok dan bertukan pendapat maupun usulan, mengembangkan dan mempresentasikan hasil berupa laporan dengan signifikansi guru sebesar 80 % dan signifikansi siswa sebesar 85%

Referensi

Dokumen terkait

Asam urat terutama disintesis dalam hati yang dikatalisis oleh enzim xantin oksidase. Asam urat diangkut ke ginjal oleh darah untuk difiltrasi,direabsorbsi,sebagian dan

antara alkohol dengan suatu anhidrida asam atau klorida asam, yang lebih reaktif.. daripada asam karboksilat dan dapat bereaksi secara tak

Penerbitan Standby L/C oleh bank (sebagai pihak yang menjamin) pada dasarnya merupakan suatu jenis garansi (jaminan) yang diberikan atas permintaan nasabah untuk kepentingan bank

Bahwa Dakwaan yang dibacakan Jaksa Penuntut Umum, yang mendakwa Terdakwa Sonya Solatiah dengan dakwaan primair pasal 340 Kitab Undang-.. Undang Hukum Pidana dan

Allah SWT, atas berkat dan rahmatNya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi saya tepat waktu karena saya hanya bisa berusaha tetapi yang menentukan hanya

Bahwa perbuatan wanprestasi/ingkar janji yang dilakukan oleh Tergugat I dan tergugat II sudah jelas telah merugikan Penggugat, baik kerugian atas tidak dikembalikan

Para pegawai dan staff Kantor Wilayah DJKN Jawa Timur yang turut membantu dalam memberikan data penunjang, saran dan kritik yang membangun agar

Sejauh ini program tersebut telah menggunakan banyak indikator kinerja berbasis pada output (hasil) untuk mengevaluasi program, tetapi tidak pernah menggunakan sebuah indeks