DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANGGOTA
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh:
PURNOMO
NIM: 107051003173
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANGGOTA
Skripsi
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai
Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)
Oleh Purnomo NIM: 107051003173
Di Bawah Bimbingan
Dr. Asep Usman Ismail, M.A NIP: 19600720 199103 1 001
JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM
FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
Skripsi berjudul KOMUNIKASI ORGANISASI KOMUNITAS SUPORTER AREMANIA MALANG DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANGGOTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16 Juni 2011. Skripsi ini
telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi
Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.
Jakarta, 16 Juni 2011
Sidang Munaqasyah
Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,
Drs. Jumroni, M.Si. Umi Musyarofah, MA NIP: 19630515 199203 1 006 NIP: 19710816 199703 2 002
Anggota,
Penguji I Penguji II
Prof. Dr. H. Yunan Yusuf, MA Dr. Suhaimi, M.Si NIP: 19490119 198003 1 001 NIP: 19670906 199403 1 002
Pembimbing
Dengan ini saya menyatakan bahwa:
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya
atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 7 Juni 2011
i Purnomo
Komunikasi Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang dalam Pembinaan Akhlak Anggota
Komunikasi organisasi adalah pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Salah satu contoh organisasi yang memiliki jumlah massa besar adalah komunitas suporter. Namun, banyak ulah serta tingkah laku suporter Indonesia yang sering meresahkan masyarakat. Perlu adanya pembinaan akhlak melalui komunikasi organisasi yang dijalankan secara efektif dalam menyelesaikan masalah ini. Aremania merupakan salah satu suporter yang diakui sebagai suporter terbaik yang ada di Indonesia. Dalam suatu organisasi seperti Aremania, komunikasi jelas sangat penting sekali perannya. Mereka mempunyai anggota kelompok yang sangat banyak dan luas, sehingga tak mudah bagi mereka untuk mengkoordinir “pasukannya”.
Dari uraian di atas, muncul pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian ini. Bagaimana iklim organisasi yang dibangun oleh komunitas suporter Aremania? Bagaimana iklim komunikasi yang dibangun oleh komunitas suporter Aremania? Bagaimana kinerja organisasi pada komunitas suporter Aremania sehingga mampu berprestasi?
Pada skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang sangat bergantung kepada perspektif yang digunakan serta permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi (penggambaran), verstehen (pemahaman dan pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan dan eksplorasi. Dengan menggunakan analisis triangulasi, yaitu menganilis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dalam data dan fakta empiris di lapangan. Di sini jawaban yang ada di cross-check dengan dokumen yang ada.
Dalam skripsi ini peneliti memakai teori Hubungan Manusia oleh Elton Mayo. Teori hubungan manusia ini diperkenalkan pada tahun 1930-1931 an, dan didukung pula oleh Barnard 1938, Roethlisherger dan Dichson 1939. Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Teori ini menyarankan strategi peningkatan dan penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan kepuasan anggota organisasi dan menciptakan organisasi yang dapat membantu individu mengambangkan potensinya. Dengan meningkatkan kepuasan kerja dan mengarahkan aktualisasi diri pekerja, akan mempertinggi motivasi bekerja sehingga akan dapat meningkatkan produksi organisasi.
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala
rahmat, taufik, hidayah, dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga
penulis mampu menyelesaikan proses penulisan skripsi ini dengan baik. Sholawat
dan salam tak lupa penulis limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,
beserta keluarga dan para sahabatnya.
Adanya skripsi ini tak bisa lepas dari dukungan, bantuan, dan doa’ dari
berbagai pihak. Tanpa keberadaan mereka, tentu saja skripsi ini tak akan pernah
bisa diselesaikan. Dalam kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih penulis yang amat besar dan berdoa agar mereka diberikan balasan
yang jauh lebih indah dari Allah SWT, mereka-mereka yang berjasa yaitu:
1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan
Ilmu Komunikasi. Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Pembantu Dekan
Bidang Akademik. Drs. Mahmud Jalal, MA, sebagai Pembantu Dekan
Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, serta Drs. Study Rizal LK.
MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.
2. Bapak Drs. Jumroni M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran
Islam (KPI), Ibu Umi Musyarofah, MA, sebagai Sekretaris Jurusan KPI,
yang telah membantu dalam memberikan informasi akademik dan
penyusunan transkip nilai penulis. Dra. Nunung Khairiyah, MA, sebagai
Dosen Penasihat Akademik KPI A angkatan 2007, yang telah memberikan
iii
3. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA, selaku Dosen Pembimbing yang
dengan tekun dan sabar membimbing penulis selama empat bulan ini. Dan
atas pengarahannya serta candaannya yang telah memberikan motivasi
untuk bisa segera merampungkan skripsi ini.
4. Pendiri komunitas suporter Aremania, Bpk. Ovan Tobing dan pendiri
Arema Fans Club, Bpk. Ir. Lucky Zainal. Nawak-nawak dari Aremania di
Malang khususnya dan Indonesia umumnya, yaitu: Sam Erik, Sam Fendy,
Sam Saiful, Sam Catur, Sam Edi, Sam Empo, Sam Mukhlis, Sam Rifani,
dan nawak-nawak Aremania lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu. Terima kasih atas jamuannya dan jawaban-jawaban kalian.
5. Orang tua yaitu Ibu Muryati yang dalam usaha dan perjuangannya selama
ini yang tak kenal lelah meski sakit namun tetap bertahan. Serta Bapak
Sudarjo yang sedang berjuang dengan sakit jantungnya, telah memberikan
harapan kepada penulis dengan pengadaan Notebook ini. Kalian adalah
inspirasi nyata dalam hidup penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan
kesehatan dan keberkahan kepada kalian, Amin.
6. Seluruh Dosen Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, atas pengamalan dan
ilmu-ilmu yang bermanfaat selama ini.
7. Para staf Tata Usaha (TU) yang memberikan informasi, arahan, dan
bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.
8. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Fakultas
FIDKOM yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku
iv
9. Mohammah Anwar, Purningsih, dan Aldin Alamsyah, saudara-saudara
penulis yang memberikan warna-warni dalam hidup keluarga.
10.Kawan-kawan dan sahabat penulis, Wawan, Dwi Januar ‘Dije’ Handoko,
Manda, Adik Fitri, Adik Ainun Selvi, Adik Irra, terima kasih atas kebaikan
kalian selama ini.
11.Semua sahabat di KPI A angkatan 2007, Ali Uraidi, Faiz, Anis, Hendri,
Eka, Nuri n the undur-undur, dan kawan yang lain yang tak bisa penulis
sebutkan satu per satu.
12.Kawan-kawan KKN Sembilan, Ogi, Hambali, Maul, Adji, Mita, Rizka dan
yang lainnya. Serta Mimih beserta keluarga serta warga kampung cisentul
dan sekitarnya. Terima kasih atas kenangan indah selama di sana.
Akhir kata, skripsi ini tentu saja masih belum sempurna karena masih
banyak kekurangan di dalamnya. Namun, penulis berharap saran serta kritik
dalam rangka perbaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Jakarta, 7 Juni 2011
v
ABSTRAK………. i
KATA PENGANTAR……….. ii
DAFTAR ISI………. v
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… ………… 1
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….... 8
C. Tujuan Penelitian………..……. 9
D. Manfaat Penelitian……….…… 10
E. Tinjauan Pustaka……… 10
F. Metodologi Penelitian………..…….. 11
G. Sistematika Penulisan………..…... 14
BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Organisasi………. 16
1. Pengertian Komunikasi Organisasi……… 16
2. Teori Organisasi………. 18
3. Fungsi dan Bentuk Komunikasi Organisasi………... 20
4. Iklim Komunikasi Organisasi………..…... 24
5. Kinerja Organisasi………... 27
B. Akhlak………... 28
1. Pengertian Akhlak……….………. 28
2. Urgensi Akhlak dalam kehidupan………... 30
3. Pola Pembinaan Akhlak………..……... 31
BAB III PROFIL KOMUNITAS SUPORTER AREMANIA MALANG A. Sejarah, Visi, Misi, dan Tujuan Aremania Malang……… 36
1. Sejarah Aremania……….………... 36
2. Visi Aremania………..………... 45
3. Misi Aremania……….……….... 46
4. Tujuan Aremania………..………... 46
B. Profil Anggota Aremania………..………. 47
BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Temuan………..….…… 49
1. Interaksi Sosial melalui Jaringan Komunikasi Organisasi…. 49 2. Isi Pesan Komunikasi………..…… 53
3. Media Komunikasi dan Efektifitasnya………... 54
4. Pesan-pesan Akhlak……….…………... 55
B. Analisis……….. 57
1. Iklim Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang….. 59
vi
DAFTAR PUSTAKA……….……….… 73
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sepak bola merupakan olahraga yang menjunjung tinggi nilai sportivitas.
Kata kolumnis bola Walter Lutz, kendati perang, krisis, bencana, skandal
permainan, suap-menyuap perwasitan terhadap fair-play, sepak bola tidak akan
pernah lapuk dan mati, malahan senantiasa ada dan terus menghibur dunia.1
Dalam sepak bola sendiri, jumlah pemain yang terlibat di lapangan cukup
banyak, yaitu 22 pemain yang dibagi menjadi 2 tim. Sedangkan jumlah pengadil
justru lauh lebih sedikit yakni hanya berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 wasit
dan 2 hakim garis. Melihat perbandingan yang cukup jauh tersebut, jelas sulit
untuk menyatukan pemahaman masing-masing pemain. Sehingga berbagai
pertandingan yang bermasalah dengan keputusan wasit kerap terjadi. Berbagai
jalan keluar sudah mulai dipikirkan oleh FIFA, mulai dari wacana penambahan
pengadil hingga pemakaian teknologi canggih di stadion.2
Di Indonesia kualitas kompetisi sepak bola masih kalah jauh dibandingkan
dengan kompetisi sepak bola di Eropa dan Amerika Latin. Terutama dalam hal
aturan, kemandirian klub, stadion berstandar internasional dan tentu saja pengadil
di lapangan. Tidak seperti di Eropa, umumnya wasit di Indonesia masih “cacat”,
banyak keputusan dari mereka yang merugikan suatu tim. Bahkan pada musim
2010/2011 ini Indonesia mulai mengimpor wasit asing untuk dipakai di ISL.
1
Lihat catatan sepak bola Sindhunata, Bola di Balik Bulan (Jakarta: Penerbit Buku
Kompas, 2002) hlm. viii 2
Presiden UEFA, Michael Platini, mulai mencanangkan penambahan asisten wasit pada
sisi garis belakang gawang di Liga Champion 2011. Selain itu penggunaan earphone pun mulai
Tidak heran jika banyak pertandingan yang berlangsung ricuh bahkan berakhir
rusuh.3
Dalam olahraga sepak bola, ada empat elemen pokok yang harus ada agar
suatu pertandingan dapat berjalan lancar. Pemain, wasit, panitia penyelenggara,
dan suporter. Suporter adalah salah satu elemen yang amat penting dalam sepak
bola. Tanpa suporter, atmosfer pertandingan sepak bola terasa hambar. Bagai
sayur tanpa garam. Namun, suporter juga bisa membuat sepak bola ternoda. Itu
bila mereka bertindak yang mencederai sportivitas. Tawuran, melempari wasit dan
pemain, atau bahkan membakar stadion. Persepsi para suporter di mata
masyarakat pun menjadi negatif. Itu karena masyarakat sering dibuat resah dan
naik pitam atas ulah suporterlah yang sebenarnya menyulitkan untuk menegakkan
keadilan.
Secara sosio-antropologis, dalam wujud praktis, menurut Anung Handoko
(2008: 14) membagi penonton menjadi dua golongan. Pertama, penonton yang
murni ingin menikmati permainan cantik saja, tidak peduli dari tim mana pun, dan
kedua, adalah penonton yang berpihak pada tim tertentu. Mereka dengan sangat
kreatif membuat jargon-jargon tertentu untuk menamai kelompoknya. Dan yang
kedua inilah yang dinamakan suporter sejati dan fanatik. Atas dasar fanatisme,
mereka sering berlebihan dalam mendukung tim kesayangan. Baik dengan cara
yang sopan sampai dengan cara yang brutal sekali pun. Fakta paling nyata bisa
dilihat setiap Persija Jakarta menggelar pertandingan kandang di Senayan.
Suporter The Jak Mania selalu mendapat perhatian ekstra keras oleh aparat
kepolisian. Razia minuman keras, benda tajam, sampai senjata api hampir rutin
3
dilakukan. Itu semata diterapkan guna mencegah tawuran yang selalu terjadi pasca
pertandingan.4
Noda-noda seperti itu masih terus menghiasi wajah sepak bola Indonesia.
Ulah pendukung Persebaya Surabaya yang terlibat bentrok dengan warga di Solo
(22/1) tahun lalu, seakan membuka cerita lama tentang buruknya mental suporter
di Indonesia. Ironisnya Persebaya tidak sedang melakoni pertandingan di Solo,
namun justru akan menyaksikan tim kesayangannya berlaga melawan Persib
Bandung. Sungguh miris menyaksikan adegan kekerasan dan tindak anarkis itu,
meski hanya lewat layar kaca. Kekerasan itu bukan pertama kali terjadi. Di
waktu-waktu sebelumnya kekerasan itu selalu datang silih berganti. Kekerasan seolah
menjadi penyerta yang tak bisa dihindari dalam dunia persepakbolaan Tanah Air.
Dari fenomena di atas jelas sangat erat kaitannya dengan akhlak bangsa
ini. Suporter sendiri sejatinya adalah suatu organisasi. Perlu adanya pembinaan
agar organisasi tersebut dapat berprestasi, yang salah satunya adalah pembinaan
akhlak bagi anggotanya.5
Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu”
dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak diartikan
sebagai ilmu tata krama, 6 ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia,
kemudian member nilai kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan
norma-norma dan tat susila. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak
yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang
Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).7
4
Simon Kuper dan Stefan Szymanski, Soccernomics, (Jakarta: Erlangga, 2010) h. 15. 5
Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 27. 6
Husin Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar, (Surabaya: Assegaf, tt), h. 87. 7
Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di
satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti
agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam
masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada
keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan : “…Wah
udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih
agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian…”, dan lain-lain.8
Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini
menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam
bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak.
Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/ inti islam yang memang
seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara
penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid
merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan
pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya
berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka
semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak
yang buruk berarti lemah tauhidnya.9
Al-Qur'an menyuruh manusia menjadi bermartabat, rendah hati, dapat
dipercaya, baik budi, beriman, dewasa, dan mau mendengarkan. Al-Qur'an bahkan
menggambar-kan jalan yang seharusnya kita tempuh,
8Harun Yahya, “Nilai
-Nilai Moral Al-Qur’an,” artikel diakses pada 16 April 2011 dari
http://www.harunyahya.com/indo/buku/moral001.htm 9
Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak me-nyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman :18)
Aremania adalah sebutan untuk komunitas pendukung (suporter) klub
Arema Indonesia. Aremania tidak termasuk dalam struktur organisasi PS Arema
Malang melainkan berdiri sendiri sebagai organisasi independen pendukung
Arema. Oleh karena itu Aremania selalu mandiri dalam segala urusan dan
pembiayaannya. Aremania merupakan basis suporter sepakbola terbesar di
Indonesia. Bukan hanya terbesar namun Aremania juga dikenal sebagai kelompok
suporter terbaik yang ada di Indonesia. Sebelumnya pendukung Arema pernah
berada dalam "masa kelam" di mana setiap kesebelasannya bertemu dengan tim
lain hampir dipastikan akan terjadi kerusuhan.10
Bahkan pada tahun 2008 Aremania dengan tak terkendali merusak dan
membakar berbagai fasilitas di stadion Brawijaya Kediri. Peristiwa itu disebabkan
karena ketidakpuasan mereka terhadap kepemimpinan wasit di lapangan.
Akibatnya para Aremania dihukum pelarangan selama dua tahun mengenakan
kostum tim saat mendukung Arema. Hukuman ini diterima oleh semua Aremania
dan dapat dipatuhi selama dua tahun.11
Setelah timbul kesadaran untuk menunjukkan bahwa mendukung
kesebelasan kesayangnnya tak harus dengan pandangan sempit (chauvinisme
lokal), Aremania mulai berbenah diri dan mulai merubah imejnya, tidak hanya
damai, sportif, loyal, tapi juga atraktif. Sebagai salah satu pelopor kelompok
10
Wawancara pribadi dengan Lucky Zainal, Pendiri Arema dan Arema Fans club, Malang, 15 April 2011
11
suporter sepak bola nasional dan dikukuhkan dengan anugerah suporter terbaik
oleh Menpora dan suporter terbaik Copa Indonesia 2006, Aremania telah
membuktikan eksistensinya dalam membangun warna suporter sepak bola
nasional.12
Pada Indonesian Super League 2010, Aremania menjadi suporter yang
melakukan tour dengan jumlah paling besar di ASIA. Sebanyak 40 ribu Aremania
yang berasal dari seluruh Indonesia berbondong-bondong menuju Jakarta untuk
menyaksikan Persija v Arema. Selama tour hanya sedikit terjadi pencopetan dan
tawuran, dan merupakan tour away terbesar di Asia dan tersukses sepanjang
sejarah persepakbolaan Indonesia. Hasilnya, Aremania mampu membawa Arema
juara pada Indonesian Super League 2010.
Satu lagi prestasi ditorehkan Aremania tahun 2010, bukan sebagai the best
suporter di Indonesia, Aremania tercatat sebagai penonton terbanyak antar klub di
ASEAN dan berada di peringkat tujuh di Asia. Data rata-rata penonton terbanyak
ini diperoleh Malang Post dari forum sepakbola Asia.13
Selain berprestasi di dunia nyata, Aremania mampu berbicara lebih di
dunia maya/ new media. Aremania mempunyai terobosan baru di bidang
jurnalistik. Aremania mendirikan situs www.ongisnade.net.14 Di samping itu,
Aremania memiliki Tribun Aremania. Tribun Aremania adalah fitur baru dari
Ongisnade berupa blog artikel, opini, surat pembaca, kiriman foto, hingga citizen
journalism dari Aremania dan pengunjung Ongisnade. Blogger, jurnalis, penulis
lepas, atau Aremania yang tidak memiliki latar belakang jurnalistik pun bisa
12
Mochammad Rijal Ilmi, “Sejarah Berdirinya Aremania”, diakses 25 April 2011 pada
situs http://rijal954.wordpress.com/2010/09/04/sejarah-berdiirinya-aremania/ 13
Malang Post, 2010 14
mengirimkan artikel berupa opini, kritikan dan ide saran untuk tim Arema, liputan
event Aremania, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Arema, Aremania, dan
sepakbola Indonesia. Sejak online pada Oktober 2007, Ongisnade.com telah
menembus lebih dari satu juta pageview dan jumlah tersebut terus mengalami
peningkatan traffic yang signifikan dari waktu ke waktu. Berpangkal pada
eksistensi mereka itulah akhirnya pada tahun 2010 Aremania dengan
Ongisnade-nya meOngisnade-nyandang predikat sebagai website sepakbola terbaik di Indonesia dan
bahkan Asia tenggara.15
Dalam suatu organisasi seperti Aremania, komunikasi jelas sangat penting
sekali perannya. Mereka mempunyai anggota kelompok yang sangat banyak dan
luas, sehingga tak mudah bagi mereka untuk mengkoordinir “pasukannya”.
Komunikasi organisasi adalah pertunjukan dan penafsiran pesan di antara
unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.16 Ada
empat tipe komunikasi yang biasa terjadi dalam organisasi yaitu komunikasi dari
atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi
horizontal dan komunikasi informal. Pandangan pimpinan organisasi terhadap
organisasi akan mempengaruhi arus komunikasi dalam organisasi.
Teori hubungan manusia memandang komponen manusia sangat penting
dalam organisasi dan karena itu, mereka menekankan pentingnya individu dan
hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Berdasarkan hal itu berbagai bentuk
komunikasi dikembangkan, baik komunikasi kepada bawahan, kepada atasan,
horizontal, dan komunikasi informal. Dengan adanya berbagai bentuk komunikasi
15 Ibid 16
yang dominan dalam organisasi memungkinkan kebutuhan-kebutuhan manusia
dalam organisasi terpenuhi.17
Aremania memerlukan sebuah pembinaan yang ekstra untuk menyatukan
dukungan. Di sinilah pentingnya dibentuk kepengurusan berupa manajemen
organisasi Aremania. Dengan adanya komunikasi yang baik antar pengurus, suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya.
Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu,
para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami
dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler 1981).
Melihat latar belakang prestasi yang ditorehkan Aremania di atas, yang
berada di tengah keterpurukan persepsi masyarakat terhadap sepakbola Indonesia
dewasa ini, peneliti merasa tertarik membuat suatu penelitian. Penelitian ini
merupakan jenis penelitian pada bidang ilmu sosial dengan perspektif dari
komunikasi organisasi. Oleh karena itulah peneliti menuangkan tema penelitian
ini ke dalam sebuah skripsi yang diberi judul “Komunikasi Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang dalam Pembinaan Akhlak Anggota.”
B. Pembatasan dan Perumusan Masalah
1. Pembatasan Masalah
Mengacu pada latar belakang di atas, maka peneliti membatasi penelitian
ini yaitu hanya pada pola komunikasi yang terjadi antar suporter Aremania. Demi
kevalidan data, anggota suporter yang menjadi subjek tersebut ialah mereka yang
berusia di atas 18 tahun dan benar-benar anggota resmi Aremania. Dan sampel
17
penelitian ini ialah anggota Aremania dari korwil atau lebih tepatnya forum
Aremania.com. Peneliti memfokuskan pada subjek penelitian serta pesan-pesan
yang di terjadi antara satu dengan lainnya. Pesan-pesan tersebut ditelaah untuk
menganalisis iklim organisasi, iklim komunikasi, dan kinerja organisasi.
2. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan di atas maka permasalahan yang akan diteliti
adalah:
1. Bagaimana iklim organisasi yang dibangun oleh komunitas suporter
Aremania dalam pembinaan akhlak anggota?
2. Bagaimana iklim komunikasi yang dibangun oleh komunitas suporter
Aremania dalam pembinaan akhlak anggota?
3. Bagaimana kinerja organisasi dalam pembinaan akhlak anggota pada
komunitas suporter Aremania sehingga mampu berprestasi?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan seperti di
atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, sebagai
berikut:
1. Untuk mengetahui dan mengungkapkan iklim organisasi yang terjadi pada
komunitas suporter Aremania dalam pembinaan akhlak anggota.
2. Untuk mengetahui dan mengungkapkan iklim komunikasi yang terjadi
pada komunitas suporter Aremania dalam pembinaan akhlak anggota.
3. Untuk mengetahui dan mengungkapkan kinerja organisasi dalam
pembinaan akhlak anggota yang dibentuk pada komunitas suporter
D. Manfaat Penelitian
Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat memeberikan manfaat, yaitu:
1. Manfaat Akademis
Keberadaan Aremania sebagai suporter teladan di Indonesia mampu
memberikan warna baru. Dari perspektif komunikasi, manfaat penelitian ini yaitu
kita dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi organisasi melalui konsep yang
diterapkan di tubuh Aremania karena mampu menampilkan iklim organisasi yang
kondusif. Sedangkan dari perspektif Dakwah, kita akan mengetahui dan
memperkaya kajian ilmu dakwah melalui aktifitas keagamaan yang berada di
kalangan suporter seperti Aremania dalam proses pembinaan moral anggota ke
arah yang lebih baik.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah wawasan khususnya
bagi kalangan teoritis, praktisi, dan aktivis organisasi. Selain itu diharapkan pula
menjadi sumber inspirasi bagi para suporter di tanah air lainnya agar mampu
berlomba-lomba menjadi yang terbaik di pinggir lapangan. Peneliti mengharapkan
perhatian yang lebih dari masyarakat dan merubah persepsi mereka terhadap
tindakan negatif para suporter sepakbola. Sehingga manfaat luas yakni
menciptakan iklim organisasi positif yang merata di setiap organisasi suporter
Indonesia.
E. Tinjauan Pustaka
Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melakukan observasi terhadap
penulis lakukan. Hal ini penulis temukan dari saudari Dini Noviyanti18. Ia
meneliti tentang pola komunikasi organisasi sama seperti penulis lakukan. Hanya
saja, ia hanya meneliti bagian bidang data saja, bukan keanggotaan secara
menyeluruh.
Selain itu penulis juga menemukan skripsi lain yang mempunyai
kemiripan, yaitu skripsi yang dibuat oleh Januar Azhari19. Ia mengkaji tentang
pola komunikasi organisasi, namun perbedaannya ia meneliti pola komunikasi
personal ketua (dari atasan kepada bawahan). Satu lagi yaitu skripsi dari saudari
Farah Nurul Hikam Agustina20. Pada skripsi ini ia menuliskan tentang peran
pengurus, dan anggota organisasi. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini
yaitu perspektif yang ia kaji lebih dikhususkan kepada perspektif dakwah.
F. Metodologi Penelitian
1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu
pendekatan yang sangat bergantung kepada perspektif yang digunakan serta
permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi (penggambaran),
verstehen (pemahaman dan pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan
dan eksplorasi.21
18
Dini Novitanti, “Pola Komunikasi di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II
Kampung Utan Tangerang,“ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan
Komunikasi Penyiaran Islam, 2009) 19
Januar Azhari, “Pola Komunikasi Organisasi Nur Mahmudi sebagai Walikota Depok
dalam Implementasi Kebijakan Publik,” (Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,
Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008) 20
Farah Nurul Hikam Agustina, “Komunikasi Organisasi Persatuan Islam Tionghoa
Indonesia (PITI) Dewan Pimpinan Wilayah Jakarta dalam Berdakwah,” (Fakultas Ilmu Dakwah
dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009) 21
Dengan menggunakan metode analisis triangulasi, yaitu menganilis
jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dalam data dan fakta empiris di
lapangan. Di sini jawaban yang ada di cross-check dengan dokumen yang ada.
Menurut Dwodjowinoton ada beberapa macam triangulasi antara lain, triangulasi
sumber, triangulasi waktu, triangulasi teori, triangulasi periset, dan triangulasi
mode.22
Penelitian ini juga mencoba menemukan fakta-fakta dan
mendeskripsikannya, dalam hal ini peneliti ingin mengemukakan bagaimana pola
komunikasi organisasi Aremania sehingga dapat solid dan damai.
2. Subjek dan Objek Penelitian
Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan.23
Subjeknya yaitu pengurus pusat Aremania dan sebagian anggota Aremania.
Anggota suporter yang menjadi subjek penelitian ini ialah mereka yang berusia di
atas 18 tahun dan benar-benar anggota resmi Aremania. Sedangkan objek adalah
bagian dari subjek yang diteliti secara terperinci. Objek penelitian memerinci
fenomena yang akan diteliti sekaligus merupakan deskripsi penelitian.24 Dalam
hal ini yang menjadi objek penelitian yaitu pola komunikasi organisasi komunitas
Suporter Aremania. Dengan mencari sumber data yang akurat, yaitu semua pihak
yang terlibat guna memberikan informasi mengenai mengenai pola komunikasi
organisasi mereka, baik dari atasan kepada bawahan maupun sebaliknya. Serta
dari website Arema Indonesia yaitu www.ongisnade.net
22
Digital Collections, Universitas Kristen Petra 23
Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 92. 24
3. Tahapan Penelitian
a. Teknik Pengumpulan Data
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini
ialah:
i. Observasi
Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data
yang diperlukan.25Teknik observasi yang kami gunakan adalah pengamatan
langsung yaitu berkunjung langsung ke kota Malang dan mengikuti agenda
Aremania baik di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Observasi dilakukan
peneliti untuk mendapatkan data mengenai aktivitas, kordinasi, pembagian tugas,
kerja sama kelompok, dan lain-lain.
ii. Interview
Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang langsung
tentang beberapa jenis data.26 Interview dilakukan dengan sumber utama yaitu
ketua organisasi, anggota suporter dan masyarakat. Teknik interview yang
digunakan yaitu bebas terpimpin, yaitu penulis siapkan pertanyaan kemudian
dijawab secara bebas dan terbuka.
iii. Dokumentasi
Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan gambaran umum bentuk
konkrit dan mengadakan pengamatan langsung melalui media yang bersangkutan.
Dalam hal ini , akan dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap
objek penelitian, yaitu pola komunikasi komunitas superter Aremania.
25
Winarmo Surahmad, Dasar-Dasar Teknik Penelitian, (Bandung: CV Tarsita, 1989), h. 162.
26
b. Teknik Pengolahan Data
Mengolah data yang diperoleh dan telah terkumpul untuk diterjemahkan
ke dalam bentuk tabel-tabel dan grafik. Penjabaran hasil wawancara ke dalam
bentuk narasi. Data yang diolah akan disesuaikan dengan kerangka konsep
keilmuan komunikasi organisasi, sehingga keabsahan hasil data dapat lebih
maksimal.
c. Analisa Data
Data yang diperoleh dari lapangan diolah dan dianalisa sesuai dengan jenis
data yang terkumpul, yaitu dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu
suatu teknik analisis data dimana peneliti terlebih dahulu memaparkan semua data
yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian menganalisanya dengan
berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis. Hal ini juga guna menjawab
pertanyaan dari rumusan masalah. Penemuan diharapkan mampu menjawab
pertanyaan-pertanyaan tersebut.
4. Teknik Penulisan
Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman
Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh
CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) tahun 2007.
G. Sistematika Penulisan
BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan
BAB II Landasan Teori, meliputi pengertian komunikasi organisasi, iklim organisasi, iklim komunikasi, kinerja organisasi,
komunikasi organisasi verbal, non verbal.
[image:25.595.109.532.86.472.2]BAB III Profil Komunitas Suporter Aremania Malang, meliputi: sejarah, struktur organisasi Aremania, visi misi, program,
gambaran umum kegiatan dan acara.
BAB IV Temuan dan analisis, Memaparkan hasil analisis penulis atas data-data di lapangan. Berisi bentuk komunikasi, sarana, dan
iklim dari komunitas suporter Aremania.
16 A. Komunikasi Organisasi
1. Pengertian Komunikasi Organisasi
Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga
halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu
organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya,
kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan.
Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu,
para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu
memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikator mereka (kohler
1981).
Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal
dari bahasa latin communication, yang bersumber dari kata Communis. Arti kata
communis di sini adalah sama, dalam arti sama makna.1 Pendapat hampir sama
juga dikemukakan oleh Astrid Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari
kata communicare yang di dalam bahasa latin memiliki arti “berpartisipasi” atau
“memberitahukan”. Kata communis berarti “milik bersama” atau “berlaku
dimana-mana”.2
Sedangkan ditinjau dari segi terminologis (istilah), para ahli komunikasi
mendefinisikan komunikasi antara lain sebagai berikut:
1
Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,
2000), h. 3-4. 2
Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta,
Barelson dan Stener sebagaimana yang dikutip oleh Sasa Djuarsa Sendjaja
dalam bukunya “Pengantar Komunikasi” mengatakan bahwa komunikasi adalah
suatu proses informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan ain-lain. Melalui
penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan
lain-lain.3
Sedangkan menurut Onong Uchyana Effendy, komunikasi berarti proses
penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk
memberitahukan atau merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara
lisan maupun tak langsung melalui media.4
Dari beberapa definisi komunikasi menurut para ahli komunikasi, dapat
dikatakan bahwa seseorang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain
ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai tujuan, harapan, dan isi pesan yang
disampaikan.
Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan
organisasi. Khocler mengatakan organisasi adalah system hubungan yang
berstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai
tujuan tertentu. Lain lagi dengan pendapat Wright; dia mengatakan bahwa
organisasi adalah suatu bentuk system terbuka dari aktifitas yang dikoordinasikan
oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.
Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules mengklasifikasikan
komunikasi organisasi menjadi dua, yaitu definisi fungsional dan definisi
interpretatif. Definisi fungsional komunikasi organisasi yaitu sebagai
pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit kemonukasi yang merupakan
3
Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi (Universitas Terbuka, 1998), h. 7. 4
bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan definisi interpretatif komunikasi
organisasi yaitu proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan
organiasi.5
Dari berbagai definisi komunikasi organisasi di atas, dapat disimpulkan
bahwa komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan berbagai
pesan dari komunikator kepada komunikan yang berada dalam satu sistem yang
saling berhubungan, mempunyai kepentingan, visi, dan misi yang sama di dalam
kelompok formal maupun informal.
2. Teori Organisasi
Dalam kajian ilmu komunikasi organisasi setidaknya ada lima teori
organisasi yang cukup terkenal. Teori organisasi dapat membantu untuk melihat
proses komunikasi dalam organisasi. Masing-masing teori tersebut tentu akan
berbeda pandangannya terhadap komunikasi organisasi. Kelima teori tersebut
yaitu teori klasik, teori hubungan manusia, teori sistem sosial, teori politik dan
teori simbol.
Menurut Scott (Goldhaber, 1986) ada empat yang merupakan unsur kunci
dari teori oganisasi klasik, yaitu pembagian kerja, hierarki proses fungsional,
struktur dan pengawasan yang ketat. Teori system memandang organisasi sebagai
kaitan bermacam-macam komponen yang saling tergantung satu sama lain dalam
mencapai tujuan organisasi. Dalam teori politik, ahli-ahli teori politik melihat
kekuasaan (power), konflik dan distribusi dari sumber-sumber yang langka
5
R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan
sebagai pokok permasalahan pada organisasi. Perspektif teori simbolis didasarkan
pada satu seri asumsi mengenai hakikat organisasi dan tingkah laku manusia. 6
Dalam skripsi ini peneliti memakai teori Hubungan Manusia oleh Elton
Mayo. Teori hubungan manusia ini diperkenalkan pada tahun 1930-1 an, dan
didukung pula oleh Barnard 1938, Roethlisherger dan Dichson 1939.
Elton Mayo adalah mahasiswa kedokteran. Tetapi tidak begitu lama ia lalu
mengikuti minatnya akan filsafat dan psikologi. Mayo lahir di Australia,
kemudian pergi ke Amerika Serikat dan menjadi staf dosen di Universitas
Harvard, dan akhirnya menjadi Dosen Riset Industri pada Fakultas Ilmu-Ilmu
Perusahaan Berijazah di Harvard. Mayo amat terkenal dengan proyek yang
lazimnya disebut Howthorne Studies atau percobaan-percobaan Hawthorne.
Dari hasil penelitian Elton Mayo, para peneliti mengambil kesimpulan
bahwa hubungan sosial atau manusiawi di antara perapekerja, peneliti dan
penyelia (supervisors) lebih penting dalam menentukan produktivitas daripada
perubahan-perubahan kondisi kerja di atas. Moral pekerja (anggota organisasi)
yang tinggi akan menaikkan produktivitas, kemudian timbul pertanyaan
bagaimana cara untuk meningkatkan moral anggota. Moral meningkat atau tidak
tergantung seberapa besar perhatian yang bersifat pribadi, individual an simpati
diberikan kepada karyawan, dan struktur sosial kelompok kerja. Bahkan
faktor-faktor sederhana, seperti siapa yang duduk dekat seseorang karyawan, merupakan
hal penting dalam organisasi.
Dalam teori hubungan manusia, manusia sebagai anggota organisasi
merupakan inti organiasasi sosial. Manusia terlibat dalam tingkah laku organisasi.
6“
Teori-teori Organisasi dan Iklim Komunikasi Organisasi”, artikel diakses pada 2 Mei
2011 dari http://images.insandinami.multiply.multiplycontent.com/attachment/0
Misalnya anggota organisasi yang memutuskan apa peranan yang akan
dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Tanpa manusia organisasi tidak akan
ada. Oleh karena itu factor manusia dalam organisasi haruslah mendapat perhatian
dan tidak dapat diabaikan seperti halnya dengan teori klasik.7
Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan
hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Teori ini menyarankan strategi
peningkatan dan penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan kepuasan
anggota organisasi dan menciptakan organisasi yang dapat membantu individu
mengambangkan potensinya. Dengan meningkatkan kepuasan kerja dan
mengarahkan aktualisasi diri pekerja, akan mempertinggi motivasi bekerja
sehingga akan dapat meningkatkan produksi organisasi.
Inilah permulaan teori hubungan manusia menolak prinsip teori struktural
klasik dan menentang pandangan yang mekanis terhadap organisasi yang tidak
sensitif terhadap kebutuhan sosial anggota organisasi.
3. Fungsi dan Bentuk Komunikasi Organisasi
Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah
sebagai berikut:
1) Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem
pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi
berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat
waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat
melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran
manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan
organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.
Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan
pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan
sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.
2) Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang
berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap
fungsi regulatif, yaitu berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam
tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk
mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah
atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana
semestinya. Kemudian, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada
dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian
peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.
3) Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan
kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.
Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk
mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang
dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang
lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan
kewenangannya.
4) Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang
memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan
baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:
tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. Saluran
komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat
kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan
aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih
besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.8
Adapun bentuk-bentuk komunikasi organisasi dapat dikelompokkan
sebagai berikut:
a) Komunikasi lisan dan tulisan
Komunikasi lisan dan tulisan merupakan jenis komunikasi verbal.
Komunikasi lisan dan diartikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara
berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku
penerima. Misalnya seorang Rektor menyampaikan suatu keputusan kepada
bawahannya dengan menyandikan keputusan itu dalam bentuk kata-kata yang
diucapkan langsung ke Purek nya. Purek yang mendengar kata-kata tersebut
menginterpretasikan artinya atau maksudnya serta berespons terhadap keputusan
yang disampaikan tersebut. Sedangkan kalau komunikasi tulisan apabila
keputusan yang akan disampaikan oleh Rektor tadi disandikan ke dalam
simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca,
kemudian dikirimkan pada Purek yang dimaksudkan. Komunikasi tertulis ini
dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar, laporan, sedangkan
komunikasi lisan dapat dalam bentuk percakapan interpersonal secara tatap muka,
atau melalui telepon, dan media lainnya.
b) Komunikasi verbal dan non verbal
Komunikasi verbal bisa dikatakan bentuk yang paling umum digunakan
dalam organisasi. Oleh karena itu adalah penting bagi seorang manajer untuk
mengetahui lebih banyak mengenai komunikasi tersebut. Komunikasi verbal
adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang
dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal merupakan
karakteristik khusus dari manusia. Tidak ada makhluk lain yang dapat
menyampaikan bermacam-macam arti melalui kata-kata. Kemampuan
menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi administrator
dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan
pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk
mencapai tujuan.
Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah
penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti
komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan
kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat
juga dikatakan bahwa semua kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak
berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan
komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi
wajah dan nada atau kecepatan berbicara. Misalnya seorang pimpinan berbicara
dengan suara yang keras dan wajah yang merah padam, itu menandakan bahwa
c) Komunikasi ke atas, ke bawah, dan ke samping
Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada
atasan atai dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua
pegawai perusahaan kecuali yang berada pada tingkatan yang palin atas mungkin
berkomunikasi ke atas.
Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para
atasan atau para pmpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah
digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas
dan pemeliharaan.
d) Komunikasi formal dan informal
Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah
direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini
mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun
tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan
bagi anggota organisasi yang berbeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal
tidaklah direncanakan dan biasanya tidaklah mengikuti struktur formal organisasi,
tetapi timbul dari interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi. Yang
termasuk komunikasi informal ini adalah berita-berita dari mulut kemulut
mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya
bersifat rahasia.
4. Iklim Komunikasi Organisasi
Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat
Pendekatan Makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang
berinteraksi dengan lingkungannya.
Pendekatan Mikro memfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan submit
pada suatu organisasi.
Pendekatan individual berpusat pada tingkah laku komunikasi individual
dalam organisasi.
Pendekatan dalam sub bab ini adalah bahwa iklim komunikasi merupakan
suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut
komunikasi organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari
interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat itu.
Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari
persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi.9
Payne dan Pugh (1976) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu
konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap,
tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. Selanjutnya
Litwin dan Stringer (1968) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut:
1) Rasa tanggung jawab 2) Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan
3) Ganjaran atau reward 4) Rasa persaudaraan
5) Semangat tim
Penelitian yang dilakukan Redding menunjukkan bahwa iklim komunikasi
lebih luas dari persepsi bawahan (anggota) terhadap kualitas hubungan dan
komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Redding
9
(Goldhaber, 1986) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi
tersebut.
1) Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi
mereka dengan atasan membentu mereka membangun dan menjaga
perasaan diri berharga dan penting
2) Partisipasi membuat keputusan
3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia
4) Keterbukaan dan keterusterangan
5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja
dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.
Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur
organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini
didefinisikan, disepakati, dikembangkan dan dikokohkan secara
berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya.
Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi:
1. Anggota organisasi. Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang
melaksanakan pekerjaan organisasi. Mereka terlibat dalam
kegiatan-kegiatan perasaan yang mencakup emosi, keinginan, dan aspek-aspek
perilaku manusia yang bukan aspek intelektual.
2. Pekerjaan dalam organisasi. Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi.
Terdiri dari tugas-tugas formal dan informal. Tugas ini menghasilkan
produk dan memberikan pelayanan organisasi.10
10
Ahmad Elqorni, “Iklim Komunikasi Organisasi”, artikel diakses pada 5 Mei 2011 dari
Iklim komunikasi Organisasi merupakan fungsi kegiatan yang :
menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut
mempercayai mereka dan memberi kebebasan dalam mengambil resiko
mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam
mengerjakan tugas-tugas mereka
menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi
mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh info yang dapat
dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi.
Iklim komunikasi memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku
individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi. Untuk
melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, mengikatkan diri mereka dengan
organisasi. Iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh yang paling
penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha
anggota Organisasi
5. Kinerja Organisasi
Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yng dapat
mencapai dan mencerminkan keberhasilan pemimpin. Kinerja merupakan hasil
yang dicapai dari perilaku anggota organisasi (Gibson, 1998:179). Jadi kinerja
organisasi merupakan hasil yang diinginkan organisasi dari perilaku orang-orang
di dalamnya.11
Konsep kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah
pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan Byars, 1981 dalam
Kebn 1995). Hal ini berati bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihatdari
tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada
tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Informasi tentang kinerja organisasi
dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan
organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan apa belum.12
B. Akhlak
1. Pengertian Akhlak
Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari
khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.13
Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran
sifat bathil manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak
anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini
disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan
bathin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian
berubah menjadi etika.14
Dalam kamus Al-Munjid, khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah
laku atau tabiat.15 Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, 16 ilmu yang berusaha
mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik
atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila.
Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli berbeda pendapat, namun
intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat-pendapat ahli tersebut
dihimpun sebagai berikut.
12
http://lawu96.multuply.com/journal/item/8 13
A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11. 14
Sahilun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991), h. 14. 15Luis Ma’luf,
Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah, (Beirut, tt), h. 194. 16
1. Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang
harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan
kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga
jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.17
2. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.
Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut
akhlaqul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul
madzmumah.18
3. Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak,
kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang
benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.19
4. Hamzah Ya’qub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut.
a. Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara
terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan
batin.
b. Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik
dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan
tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.20
5. Ibu Miskawaih (w,1030 M) mendifinisikan akhlak sebagai suatu keadaan
yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa
melalui proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari).21
17
Abd. Hamid Yunus, Da’irab Al-Ma’arif, Asy-Syaib, (Kairo, tt), h. 936.
18
Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, (Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyah, tt), h. 14. 19
Soegarda Poerbakawatja,Ensiklopedia Pendidikan,(Jakarta:Gunung Agung, 1976), h. 9. 20Hamzah Ya’qub,
Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 12. 21
Jadi, pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi
atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini
timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan
tanpa memerlukan pikiran.
Dapat dirumuskan bahwa akhlak ialah ilmu yang mengajarkan manusia
berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan,
manusia, dan makhluk sekelilingnya.
2. Urgensi Akhlak dalam Kehidupan
Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan
keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan
syariah yang diyakini seseorang.22 Akhlak yang mulia adalah pertanda
kematangan iman. Akhlak yang mulia juga pertanda ibadah yang benar. Serta
akhlak yang mulia merupakan kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Nabi
saw diutus untuk menyempurnakan akhlak. Beliau bersabda, “Aku diutus untuk
menyempurnakan akhlak manusia.” Beliau juga bersabda, “Orang yang paling
aku cintai dan paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat adalah yang
paling bagus akhlaknya.”23
Ketika bersahabat dengan orang yang berakhlak buruk, laksana kita
bersama dengan seorang pandai besi. Kalau pakaian atau kulit kita tidak terkena
percikan api dari hasil timpahan besi panas, minimal kita mersakan asap yang
cukup membuat kita sesak. Begitulah adanya ketika kita bersahabat dengan orang
yang berperangai buruk. Kalau kita tidak dilibatkan langsung dengan kasus-kasus
22
Muna Hadad Yakan, Hati-hati terhadap Media yang Merusak Anak, hal. 38-40, GIP 23
Buletin-al-iman, artikel diakses pada 1 Mei 2011 dari
yang ditimbukannya, minimal kita dapat merasakan tajamnya ucapan-ucapaannya
atau perlakuan kasarnya kepada orang lain yang cukup membuat kita iba dengan
orang yang dizolimi itu. Mungkin hari ini adalah orang lain akan tetapi
kemungkinan besok kitalah yang menjadi objek keburukannya.
Orang yang berakhlak mulia laksana seorang penjual minyak wangi. Kalau
kita tidak dapat mencoba minyak wangi tersebut, minimal kita dapat turut
merasakan aroma harum dari minyak wangi tersebut. Begitu pula halnya ketika
kita bersahabat dengan orang yang berakhlak baik. Kalau kita tidak dapat meniru
akhlaknya, minimal kita dapat merasakan tutur bahasa dan sopan santunnya
kepada kita. Maka yang muncul adalah perasaan aman dan tentram berada
bersamanya.24
3. Pola Pembinaan Akhlak
Kata pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina” artinya bangunan.
Setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe-“ dan
akhiran “-an” menjadi “pembinaan” yang mempunyai arti pembaruan,
penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna
dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.
Adapun arti pembinaan itu sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia
adalah “pembinaan” berarti proses, pembuatan, cara membina, pembaharuan,
penyempurnaan, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna
untuk memperoleh hasil yang lebih baik.25
24
Karman El Sultani Al Buqisy, artikel diakses pada 1 Mei 2011 dari http://karmansultani.blogspot.com/2008/09/urgensi-akhlak-dalam-pergaulan.html
25
Arti kata “pembinaan” dari segi terminologi, yaitu:
a. Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk
mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan,
mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran
pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai
pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun
kehidupan sosial masyarakat.
b. Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakkan
dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi,
menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan kemampuan seseorang
untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan
mengadakan dan menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki.
Pembinaan akhlak adalah suatu pembinaan budi pekerti yang dilakukan
dengan konsisten dan sungguh-sungguh agar terwujudnya akhlak yang mulia.
Menurut HM Arifin dalam bukunya ilmu pendidikan menyatakan: Dalam proses
pembinaan akhlak diperlukan suatu perhitungan dimana proses tersebut
berlangsung dengan jangka panjang. Dengan perhitungan tersebut maka proses
pembinaan lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai karena segala
sesuatunya telah direncanakan dengan matang.
Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pembinaan akhlak
adalah membiasakan/ melatih seseorang untuk melakukan perbuatan yang terpuji
dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai (norma-norma) yang
berlaku di masyarakat sehingga dapat dimanifestasikan baik berhubungan dengan
Islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak,
termasuk cara-caranya. Hubungan antara rukun Iman dan rukun Islam terhadap
pembinaan akhlak adalah menggunakan cara atau system yang integrated, yaitu
sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara
simultan untuk diarahkan pada pembinaan akhak.26
Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah
pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu.
Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia
itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan.
Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat.
Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhak lahiriah
dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa
dipaksa. Seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang bagus
misalnya, pada mulanya ia harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan
atau mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah
berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.
Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara-cara di atas dalam hal
pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat
dibentuk dengan hanya pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk
menerima keutamaan tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan
kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan
pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pembinaan ini
tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang
26
baik dan nyata.27 Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah SAW.
Keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang berbunyi:
21. Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa
menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya.
Daam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya
berakhlak utama, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat
yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat
kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. Namun ini
bukan berarti bahwa ia menceritakan dirinya sebagai orang yang paling bodoh,
paling miskin dan sebagainya di hadapan orang-orang, dengan tujuan justru
merendahkan orang lain. Yang demikian dianggap tercela dalam Islam.
Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan
memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil
penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut
perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada
hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat
27
disajika