• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komunikasi organisasi komunitas suporter aremania Malang dalam pembinaan akhlak anggota

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Komunikasi organisasi komunitas suporter aremania Malang dalam pembinaan akhlak anggota"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANGGOTA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persayaratan Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh:

PURNOMO

NIM: 107051003173

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(2)

DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANGGOTA

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Mencapai

Gelar Sarjana Komunikasi Islam (S.Kom.I)

Oleh Purnomo NIM: 107051003173

Di Bawah Bimbingan

Dr. Asep Usman Ismail, M.A NIP: 19600720 199103 1 001

JURUSAN KOMUNIKASI PENYIARAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

(3)

Skripsi berjudul KOMUNIKASI ORGANISASI KOMUNITAS SUPORTER AREMANIA MALANG DALAM PEMBINAAN AKHLAK ANGGOTA telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16 Juni 2011. Skripsi ini

telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Komunikasi

Islam (S. Kom.I) pada Jurusan Komunikasi Penyiaran Islam.

Jakarta, 16 Juni 2011

Sidang Munaqasyah

Ketua Merangkap Anggota, Sekretaris Merangkap Anggota,

Drs. Jumroni, M.Si. Umi Musyarofah, MA NIP: 19630515 199203 1 006 NIP: 19710816 199703 2 002

Anggota,

Penguji I Penguji II

Prof. Dr. H. Yunan Yusuf, MA Dr. Suhaimi, M.Si NIP: 19490119 198003 1 001 NIP: 19670906 199403 1 002

Pembimbing

(4)

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya

atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia

menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 7 Juni 2011

(5)

i Purnomo

Komunikasi Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang dalam Pembinaan Akhlak Anggota

Komunikasi organisasi adalah pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Salah satu contoh organisasi yang memiliki jumlah massa besar adalah komunitas suporter. Namun, banyak ulah serta tingkah laku suporter Indonesia yang sering meresahkan masyarakat. Perlu adanya pembinaan akhlak melalui komunikasi organisasi yang dijalankan secara efektif dalam menyelesaikan masalah ini. Aremania merupakan salah satu suporter yang diakui sebagai suporter terbaik yang ada di Indonesia. Dalam suatu organisasi seperti Aremania, komunikasi jelas sangat penting sekali perannya. Mereka mempunyai anggota kelompok yang sangat banyak dan luas, sehingga tak mudah bagi mereka untuk mengkoordinir “pasukannya”.

Dari uraian di atas, muncul pertanyaan-pertanyaan yang menjadi permasalahan penelitian ini. Bagaimana iklim organisasi yang dibangun oleh komunitas suporter Aremania? Bagaimana iklim komunikasi yang dibangun oleh komunitas suporter Aremania? Bagaimana kinerja organisasi pada komunitas suporter Aremania sehingga mampu berprestasi?

Pada skripsi ini, penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu metode yang sangat bergantung kepada perspektif yang digunakan serta permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi (penggambaran), verstehen (pemahaman dan pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan dan eksplorasi. Dengan menggunakan analisis triangulasi, yaitu menganilis jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dalam data dan fakta empiris di lapangan. Di sini jawaban yang ada di cross-check dengan dokumen yang ada.

Dalam skripsi ini peneliti memakai teori Hubungan Manusia oleh Elton Mayo. Teori hubungan manusia ini diperkenalkan pada tahun 1930-1931 an, dan didukung pula oleh Barnard 1938, Roethlisherger dan Dichson 1939. Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Teori ini menyarankan strategi peningkatan dan penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan kepuasan anggota organisasi dan menciptakan organisasi yang dapat membantu individu mengambangkan potensinya. Dengan meningkatkan kepuasan kerja dan mengarahkan aktualisasi diri pekerja, akan mempertinggi motivasi bekerja sehingga akan dapat meningkatkan produksi organisasi.

(6)

ii

KATA PENGANTAR









Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

rahmat, taufik, hidayah, dan kesempatan yang diberikan kepada penulis sehingga

penulis mampu menyelesaikan proses penulisan skripsi ini dengan baik. Sholawat

dan salam tak lupa penulis limpahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW,

beserta keluarga dan para sahabatnya.

Adanya skripsi ini tak bisa lepas dari dukungan, bantuan, dan doa’ dari

berbagai pihak. Tanpa keberadaan mereka, tentu saja skripsi ini tak akan pernah

bisa diselesaikan. Dalam kata pengantar ini penulis ingin mengucapkan rasa

terima kasih penulis yang amat besar dan berdoa agar mereka diberikan balasan

yang jauh lebih indah dari Allah SWT, mereka-mereka yang berjasa yaitu:

1. Bapak Dr. Arief Subhan, MA, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi. Drs. Wahidin Saputra, MA, sebagai Pembantu Dekan

Bidang Akademik. Drs. Mahmud Jalal, MA, sebagai Pembantu Dekan

Bidang Administrasi Umum dan Keuangan, serta Drs. Study Rizal LK.

MA, sebagai Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan.

2. Bapak Drs. Jumroni M.Si, sebagai Ketua Jurusan Komunikasi Penyiaran

Islam (KPI), Ibu Umi Musyarofah, MA, sebagai Sekretaris Jurusan KPI,

yang telah membantu dalam memberikan informasi akademik dan

penyusunan transkip nilai penulis. Dra. Nunung Khairiyah, MA, sebagai

Dosen Penasihat Akademik KPI A angkatan 2007, yang telah memberikan

(7)

iii

3. Bapak Dr. H. Asep Usman Ismail, MA, selaku Dosen Pembimbing yang

dengan tekun dan sabar membimbing penulis selama empat bulan ini. Dan

atas pengarahannya serta candaannya yang telah memberikan motivasi

untuk bisa segera merampungkan skripsi ini.

4. Pendiri komunitas suporter Aremania, Bpk. Ovan Tobing dan pendiri

Arema Fans Club, Bpk. Ir. Lucky Zainal. Nawak-nawak dari Aremania di

Malang khususnya dan Indonesia umumnya, yaitu: Sam Erik, Sam Fendy,

Sam Saiful, Sam Catur, Sam Edi, Sam Empo, Sam Mukhlis, Sam Rifani,

dan nawak-nawak Aremania lainnya yang tidak bisa penulis sebutkan

satu-persatu. Terima kasih atas jamuannya dan jawaban-jawaban kalian.

5. Orang tua yaitu Ibu Muryati yang dalam usaha dan perjuangannya selama

ini yang tak kenal lelah meski sakit namun tetap bertahan. Serta Bapak

Sudarjo yang sedang berjuang dengan sakit jantungnya, telah memberikan

harapan kepada penulis dengan pengadaan Notebook ini. Kalian adalah

inspirasi nyata dalam hidup penulis. Semoga Allah senantiasa memberikan

kesehatan dan keberkahan kepada kalian, Amin.

6. Seluruh Dosen Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, atas pengamalan dan

ilmu-ilmu yang bermanfaat selama ini.

7. Para staf Tata Usaha (TU) yang memberikan informasi, arahan, dan

bantuan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Pimpinan dan para staf Perpustakaan Utama UIN Jakarta dan Fakultas

FIDKOM yang telah memberikan pelayanan dan fasilitas buku-buku

(8)

iv

9. Mohammah Anwar, Purningsih, dan Aldin Alamsyah, saudara-saudara

penulis yang memberikan warna-warni dalam hidup keluarga.

10.Kawan-kawan dan sahabat penulis, Wawan, Dwi Januar ‘Dije’ Handoko,

Manda, Adik Fitri, Adik Ainun Selvi, Adik Irra, terima kasih atas kebaikan

kalian selama ini.

11.Semua sahabat di KPI A angkatan 2007, Ali Uraidi, Faiz, Anis, Hendri,

Eka, Nuri n the undur-undur, dan kawan yang lain yang tak bisa penulis

sebutkan satu per satu.

12.Kawan-kawan KKN Sembilan, Ogi, Hambali, Maul, Adji, Mita, Rizka dan

yang lainnya. Serta Mimih beserta keluarga serta warga kampung cisentul

dan sekitarnya. Terima kasih atas kenangan indah selama di sana.

Akhir kata, skripsi ini tentu saja masih belum sempurna karena masih

banyak kekurangan di dalamnya. Namun, penulis berharap saran serta kritik

dalam rangka perbaikan penulisan skripsi ini. Terima kasih.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Jakarta, 7 Juni 2011

(9)

v

ABSTRAK………. i

KATA PENGANTAR……….. ii

DAFTAR ISI………. v

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah……… ………… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah……….... 8

C. Tujuan Penelitian………..……. 9

D. Manfaat Penelitian……….…… 10

E. Tinjauan Pustaka……… 10

F. Metodologi Penelitian………..…….. 11

G. Sistematika Penulisan………..…... 14

BAB II LANDASAN TEORI A. Komunikasi Organisasi………. 16

1. Pengertian Komunikasi Organisasi……… 16

2. Teori Organisasi………. 18

3. Fungsi dan Bentuk Komunikasi Organisasi………... 20

4. Iklim Komunikasi Organisasi………..…... 24

5. Kinerja Organisasi………... 27

B. Akhlak………... 28

1. Pengertian Akhlak……….………. 28

2. Urgensi Akhlak dalam kehidupan………... 30

3. Pola Pembinaan Akhlak………..……... 31

BAB III PROFIL KOMUNITAS SUPORTER AREMANIA MALANG A. Sejarah, Visi, Misi, dan Tujuan Aremania Malang……… 36

1. Sejarah Aremania……….………... 36

2. Visi Aremania………..………... 45

3. Misi Aremania……….……….... 46

4. Tujuan Aremania………..………... 46

B. Profil Anggota Aremania………..………. 47

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS A. Temuan………..….…… 49

1. Interaksi Sosial melalui Jaringan Komunikasi Organisasi…. 49 2. Isi Pesan Komunikasi………..…… 53

3. Media Komunikasi dan Efektifitasnya………... 54

4. Pesan-pesan Akhlak……….…………... 55

B. Analisis……….. 57

1. Iklim Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang….. 59

(10)

vi

DAFTAR PUSTAKA……….……….… 73

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sepak bola merupakan olahraga yang menjunjung tinggi nilai sportivitas.

Kata kolumnis bola Walter Lutz, kendati perang, krisis, bencana, skandal

permainan, suap-menyuap perwasitan terhadap fair-play, sepak bola tidak akan

pernah lapuk dan mati, malahan senantiasa ada dan terus menghibur dunia.1

Dalam sepak bola sendiri, jumlah pemain yang terlibat di lapangan cukup

banyak, yaitu 22 pemain yang dibagi menjadi 2 tim. Sedangkan jumlah pengadil

justru lauh lebih sedikit yakni hanya berjumlah 3 orang yang terdiri dari 1 wasit

dan 2 hakim garis. Melihat perbandingan yang cukup jauh tersebut, jelas sulit

untuk menyatukan pemahaman masing-masing pemain. Sehingga berbagai

pertandingan yang bermasalah dengan keputusan wasit kerap terjadi. Berbagai

jalan keluar sudah mulai dipikirkan oleh FIFA, mulai dari wacana penambahan

pengadil hingga pemakaian teknologi canggih di stadion.2

Di Indonesia kualitas kompetisi sepak bola masih kalah jauh dibandingkan

dengan kompetisi sepak bola di Eropa dan Amerika Latin. Terutama dalam hal

aturan, kemandirian klub, stadion berstandar internasional dan tentu saja pengadil

di lapangan. Tidak seperti di Eropa, umumnya wasit di Indonesia masih “cacat”,

banyak keputusan dari mereka yang merugikan suatu tim. Bahkan pada musim

2010/2011 ini Indonesia mulai mengimpor wasit asing untuk dipakai di ISL.

1

Lihat catatan sepak bola Sindhunata, Bola di Balik Bulan (Jakarta: Penerbit Buku

Kompas, 2002) hlm. viii 2

Presiden UEFA, Michael Platini, mulai mencanangkan penambahan asisten wasit pada

sisi garis belakang gawang di Liga Champion 2011. Selain itu penggunaan earphone pun mulai

(12)

Tidak heran jika banyak pertandingan yang berlangsung ricuh bahkan berakhir

rusuh.3

Dalam olahraga sepak bola, ada empat elemen pokok yang harus ada agar

suatu pertandingan dapat berjalan lancar. Pemain, wasit, panitia penyelenggara,

dan suporter. Suporter adalah salah satu elemen yang amat penting dalam sepak

bola. Tanpa suporter, atmosfer pertandingan sepak bola terasa hambar. Bagai

sayur tanpa garam. Namun, suporter juga bisa membuat sepak bola ternoda. Itu

bila mereka bertindak yang mencederai sportivitas. Tawuran, melempari wasit dan

pemain, atau bahkan membakar stadion. Persepsi para suporter di mata

masyarakat pun menjadi negatif. Itu karena masyarakat sering dibuat resah dan

naik pitam atas ulah suporterlah yang sebenarnya menyulitkan untuk menegakkan

keadilan.

Secara sosio-antropologis, dalam wujud praktis, menurut Anung Handoko

(2008: 14) membagi penonton menjadi dua golongan. Pertama, penonton yang

murni ingin menikmati permainan cantik saja, tidak peduli dari tim mana pun, dan

kedua, adalah penonton yang berpihak pada tim tertentu. Mereka dengan sangat

kreatif membuat jargon-jargon tertentu untuk menamai kelompoknya. Dan yang

kedua inilah yang dinamakan suporter sejati dan fanatik. Atas dasar fanatisme,

mereka sering berlebihan dalam mendukung tim kesayangan. Baik dengan cara

yang sopan sampai dengan cara yang brutal sekali pun. Fakta paling nyata bisa

dilihat setiap Persija Jakarta menggelar pertandingan kandang di Senayan.

Suporter The Jak Mania selalu mendapat perhatian ekstra keras oleh aparat

kepolisian. Razia minuman keras, benda tajam, sampai senjata api hampir rutin

3

(13)

dilakukan. Itu semata diterapkan guna mencegah tawuran yang selalu terjadi pasca

pertandingan.4

Noda-noda seperti itu masih terus menghiasi wajah sepak bola Indonesia.

Ulah pendukung Persebaya Surabaya yang terlibat bentrok dengan warga di Solo

(22/1) tahun lalu, seakan membuka cerita lama tentang buruknya mental suporter

di Indonesia. Ironisnya Persebaya tidak sedang melakoni pertandingan di Solo,

namun justru akan menyaksikan tim kesayangannya berlaga melawan Persib

Bandung. Sungguh miris menyaksikan adegan kekerasan dan tindak anarkis itu,

meski hanya lewat layar kaca. Kekerasan itu bukan pertama kali terjadi. Di

waktu-waktu sebelumnya kekerasan itu selalu datang silih berganti. Kekerasan seolah

menjadi penyerta yang tak bisa dihindari dalam dunia persepakbolaan Tanah Air.

Dari fenomena di atas jelas sangat erat kaitannya dengan akhlak bangsa

ini. Suporter sendiri sejatinya adalah suatu organisasi. Perlu adanya pembinaan

agar organisasi tersebut dapat berprestasi, yang salah satunya adalah pembinaan

akhlak bagi anggotanya.5

Akhlak berasal dari kata “akhlaq” yang merupakan jama’ dari “khulqu”

dari bahasa Arab yang artinya perangai, budi, tabiat dan adab. Akhlak diartikan

sebagai ilmu tata krama, 6 ilmu yang berusaha mengenal tingkah laku manusia,

kemudian member nilai kepada perbuatan baik atau buruk sesuai dengan

norma-norma dan tat susila. Akhlak itu terbagi dua yaitu Akhlak yang Mulia atau Akhlak

yang Terpuji (Al-Akhlakul Mahmudah) dan Akhlak yang Buruk atau Akhlak yang

Tercela (Al-Ahklakul Mazmumah).7

4

Simon Kuper dan Stefan Szymanski, Soccernomics, (Jakarta: Erlangga, 2010) h. 15. 5

Arni Muhammad, Komunikasi Organisasi, (Jakarta: Bumi Aksara, 2004), h. 27. 6

Husin Al-Habsyi, Kamus Al-Kautsar, (Surabaya: Assegaf, tt), h. 87. 7

(14)

Mungkin banyak diantara kita kurang memperhatikan masalah akhlak. Di

satu sisi kita mengutamakan tauhid yang memang merupakan perkara pokok/inti

agama ini, berupaya menelaah dan mempelajarinya, namun disisi lain dalam

masalah akhlak kurang diperhatikan. Sehingga tidak dapat disalahkan bila ada

keluhan-keluhan yang terlontar dari kalangan awam, seperti ucapan : “…Wah

udah ngerti agama kok kurang ajar sama orang tua.” Atau ucapan : “Dia sih

agamanya bagus tapi sama tetangga tidak pedulian…”, dan lain-lain.8

Seharusnya ucapan-ucapan seperti ini ataupun yang semisal dengan ini

menjadi cambuk bagi kita untuk mengoreksi diri dan membenahi akhlak. Islam

bukanlah agama yang mengabaikan akhlak, bahkan islam mementingkan akhlak.

Yang perlu diingat bahwa tauhid sebagai sisi pokok/ inti islam yang memang

seharusnya kita utamakan, namun tidak berarti mengabaikan perkara

penyempurnaannya. Dan akhlak mempunyai hubungan yang erat. Tauhid

merupakan realisasi akhlak seorang hamba terhadap Allah dan ini merupakan

pokok inti akhlak seorang hamba. Seorang yang bertauhid dan baik akhlaknya

berarti ia adalah sebaik-baik manusia. Semakin sempurna tauhid seseorang maka

semakin baik akhlaknya, dan sebaliknya bila seorang muwahhid memiliki akhlak

yang buruk berarti lemah tauhidnya.9

Al-Qur'an menyuruh manusia menjadi bermartabat, rendah hati, dapat

dipercaya, baik budi, beriman, dewasa, dan mau mendengarkan. Al-Qur'an bahkan

menggambar-kan jalan yang seharusnya kita tempuh,

                              

8Harun Yahya, “Nilai

-Nilai Moral Al-Qur’an,” artikel diakses pada 16 April 2011 dari

http://www.harunyahya.com/indo/buku/moral001.htm 9

(15)

Artinya: "Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya, Allah tidak me-nyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri." (QS. Luqman :18)

Aremania adalah sebutan untuk komunitas pendukung (suporter) klub

Arema Indonesia. Aremania tidak termasuk dalam struktur organisasi PS Arema

Malang melainkan berdiri sendiri sebagai organisasi independen pendukung

Arema. Oleh karena itu Aremania selalu mandiri dalam segala urusan dan

pembiayaannya. Aremania merupakan basis suporter sepakbola terbesar di

Indonesia. Bukan hanya terbesar namun Aremania juga dikenal sebagai kelompok

suporter terbaik yang ada di Indonesia. Sebelumnya pendukung Arema pernah

berada dalam "masa kelam" di mana setiap kesebelasannya bertemu dengan tim

lain hampir dipastikan akan terjadi kerusuhan.10

Bahkan pada tahun 2008 Aremania dengan tak terkendali merusak dan

membakar berbagai fasilitas di stadion Brawijaya Kediri. Peristiwa itu disebabkan

karena ketidakpuasan mereka terhadap kepemimpinan wasit di lapangan.

Akibatnya para Aremania dihukum pelarangan selama dua tahun mengenakan

kostum tim saat mendukung Arema. Hukuman ini diterima oleh semua Aremania

dan dapat dipatuhi selama dua tahun.11

Setelah timbul kesadaran untuk menunjukkan bahwa mendukung

kesebelasan kesayangnnya tak harus dengan pandangan sempit (chauvinisme

lokal), Aremania mulai berbenah diri dan mulai merubah imejnya, tidak hanya

damai, sportif, loyal, tapi juga atraktif. Sebagai salah satu pelopor kelompok

10

Wawancara pribadi dengan Lucky Zainal, Pendiri Arema dan Arema Fans club, Malang, 15 April 2011

11

(16)

suporter sepak bola nasional dan dikukuhkan dengan anugerah suporter terbaik

oleh Menpora dan suporter terbaik Copa Indonesia 2006, Aremania telah

membuktikan eksistensinya dalam membangun warna suporter sepak bola

nasional.12

Pada Indonesian Super League 2010, Aremania menjadi suporter yang

melakukan tour dengan jumlah paling besar di ASIA. Sebanyak 40 ribu Aremania

yang berasal dari seluruh Indonesia berbondong-bondong menuju Jakarta untuk

menyaksikan Persija v Arema. Selama tour hanya sedikit terjadi pencopetan dan

tawuran, dan merupakan tour away terbesar di Asia dan tersukses sepanjang

sejarah persepakbolaan Indonesia. Hasilnya, Aremania mampu membawa Arema

juara pada Indonesian Super League 2010.

Satu lagi prestasi ditorehkan Aremania tahun 2010, bukan sebagai the best

suporter di Indonesia, Aremania tercatat sebagai penonton terbanyak antar klub di

ASEAN dan berada di peringkat tujuh di Asia. Data rata-rata penonton terbanyak

ini diperoleh Malang Post dari forum sepakbola Asia.13

Selain berprestasi di dunia nyata, Aremania mampu berbicara lebih di

dunia maya/ new media. Aremania mempunyai terobosan baru di bidang

jurnalistik. Aremania mendirikan situs www.ongisnade.net.14 Di samping itu,

Aremania memiliki Tribun Aremania. Tribun Aremania adalah fitur baru dari

Ongisnade berupa blog artikel, opini, surat pembaca, kiriman foto, hingga citizen

journalism dari Aremania dan pengunjung Ongisnade. Blogger, jurnalis, penulis

lepas, atau Aremania yang tidak memiliki latar belakang jurnalistik pun bisa

12

Mochammad Rijal Ilmi, “Sejarah Berdirinya Aremania”, diakses 25 April 2011 pada

situs http://rijal954.wordpress.com/2010/09/04/sejarah-berdiirinya-aremania/ 13

Malang Post, 2010 14

(17)

mengirimkan artikel berupa opini, kritikan dan ide saran untuk tim Arema, liputan

event Aremania, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan Arema, Aremania, dan

sepakbola Indonesia. Sejak online pada Oktober 2007, Ongisnade.com telah

menembus lebih dari satu juta pageview dan jumlah tersebut terus mengalami

peningkatan traffic yang signifikan dari waktu ke waktu. Berpangkal pada

eksistensi mereka itulah akhirnya pada tahun 2010 Aremania dengan

Ongisnade-nya meOngisnade-nyandang predikat sebagai website sepakbola terbaik di Indonesia dan

bahkan Asia tenggara.15

Dalam suatu organisasi seperti Aremania, komunikasi jelas sangat penting

sekali perannya. Mereka mempunyai anggota kelompok yang sangat banyak dan

luas, sehingga tak mudah bagi mereka untuk mengkoordinir “pasukannya”.

Komunikasi organisasi adalah pertunjukan dan penafsiran pesan di antara

unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu.16 Ada

empat tipe komunikasi yang biasa terjadi dalam organisasi yaitu komunikasi dari

atasan kepada bawahan, komunikasi dari bawahan kepada atasan, komunikasi

horizontal dan komunikasi informal. Pandangan pimpinan organisasi terhadap

organisasi akan mempengaruhi arus komunikasi dalam organisasi.

Teori hubungan manusia memandang komponen manusia sangat penting

dalam organisasi dan karena itu, mereka menekankan pentingnya individu dan

hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Berdasarkan hal itu berbagai bentuk

komunikasi dikembangkan, baik komunikasi kepada bawahan, kepada atasan,

horizontal, dan komunikasi informal. Dengan adanya berbagai bentuk komunikasi

15 Ibid 16

(18)

yang dominan dalam organisasi memungkinkan kebutuhan-kebutuhan manusia

dalam organisasi terpenuhi.17

Aremania memerlukan sebuah pembinaan yang ekstra untuk menyatukan

dukungan. Di sinilah pentingnya dibentuk kepengurusan berupa manajemen

organisasi Aremania. Dengan adanya komunikasi yang baik antar pengurus, suatu

organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya.

Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu,

para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu memahami

dan menyempurnakan kemampuan komunikasi mereka (Kohler 1981).

Melihat latar belakang prestasi yang ditorehkan Aremania di atas, yang

berada di tengah keterpurukan persepsi masyarakat terhadap sepakbola Indonesia

dewasa ini, peneliti merasa tertarik membuat suatu penelitian. Penelitian ini

merupakan jenis penelitian pada bidang ilmu sosial dengan perspektif dari

komunikasi organisasi. Oleh karena itulah peneliti menuangkan tema penelitian

ini ke dalam sebuah skripsi yang diberi judul “Komunikasi Organisasi Komunitas Suporter Aremania Malang dalam Pembinaan Akhlak Anggota.”

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

1. Pembatasan Masalah

Mengacu pada latar belakang di atas, maka peneliti membatasi penelitian

ini yaitu hanya pada pola komunikasi yang terjadi antar suporter Aremania. Demi

kevalidan data, anggota suporter yang menjadi subjek tersebut ialah mereka yang

berusia di atas 18 tahun dan benar-benar anggota resmi Aremania. Dan sampel

17

(19)

penelitian ini ialah anggota Aremania dari korwil atau lebih tepatnya forum

Aremania.com. Peneliti memfokuskan pada subjek penelitian serta pesan-pesan

yang di terjadi antara satu dengan lainnya. Pesan-pesan tersebut ditelaah untuk

menganalisis iklim organisasi, iklim komunikasi, dan kinerja organisasi.

2. Perumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan di atas maka permasalahan yang akan diteliti

adalah:

1. Bagaimana iklim organisasi yang dibangun oleh komunitas suporter

Aremania dalam pembinaan akhlak anggota?

2. Bagaimana iklim komunikasi yang dibangun oleh komunitas suporter

Aremania dalam pembinaan akhlak anggota?

3. Bagaimana kinerja organisasi dalam pembinaan akhlak anggota pada

komunitas suporter Aremania sehingga mampu berprestasi?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pokok permasalahan yang telah penulis rumuskan seperti di

atas, maka ada beberapa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penelitian ini, sebagai

berikut:

1. Untuk mengetahui dan mengungkapkan iklim organisasi yang terjadi pada

komunitas suporter Aremania dalam pembinaan akhlak anggota.

2. Untuk mengetahui dan mengungkapkan iklim komunikasi yang terjadi

pada komunitas suporter Aremania dalam pembinaan akhlak anggota.

3. Untuk mengetahui dan mengungkapkan kinerja organisasi dalam

pembinaan akhlak anggota yang dibentuk pada komunitas suporter

(20)

D. Manfaat Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini, dapat memeberikan manfaat, yaitu:

1. Manfaat Akademis

Keberadaan Aremania sebagai suporter teladan di Indonesia mampu

memberikan warna baru. Dari perspektif komunikasi, manfaat penelitian ini yaitu

kita dapat memperkaya kajian ilmu komunikasi organisasi melalui konsep yang

diterapkan di tubuh Aremania karena mampu menampilkan iklim organisasi yang

kondusif. Sedangkan dari perspektif Dakwah, kita akan mengetahui dan

memperkaya kajian ilmu dakwah melalui aktifitas keagamaan yang berada di

kalangan suporter seperti Aremania dalam proses pembinaan moral anggota ke

arah yang lebih baik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini dapat menjadi masukan dan menambah wawasan khususnya

bagi kalangan teoritis, praktisi, dan aktivis organisasi. Selain itu diharapkan pula

menjadi sumber inspirasi bagi para suporter di tanah air lainnya agar mampu

berlomba-lomba menjadi yang terbaik di pinggir lapangan. Peneliti mengharapkan

perhatian yang lebih dari masyarakat dan merubah persepsi mereka terhadap

tindakan negatif para suporter sepakbola. Sehingga manfaat luas yakni

menciptakan iklim organisasi positif yang merata di setiap organisasi suporter

Indonesia.

E. Tinjauan Pustaka

Sebelum melakukan penelitian ini, penulis melakukan observasi terhadap

(21)

penulis lakukan. Hal ini penulis temukan dari saudari Dini Noviyanti18. Ia

meneliti tentang pola komunikasi organisasi sama seperti penulis lakukan. Hanya

saja, ia hanya meneliti bagian bidang data saja, bukan keanggotaan secara

menyeluruh.

Selain itu penulis juga menemukan skripsi lain yang mempunyai

kemiripan, yaitu skripsi yang dibuat oleh Januar Azhari19. Ia mengkaji tentang

pola komunikasi organisasi, namun perbedaannya ia meneliti pola komunikasi

personal ketua (dari atasan kepada bawahan). Satu lagi yaitu skripsi dari saudari

Farah Nurul Hikam Agustina20. Pada skripsi ini ia menuliskan tentang peran

pengurus, dan anggota organisasi. Sedangkan perbedaan dengan penelitian ini

yaitu perspektif yang ia kaji lebih dikhususkan kepada perspektif dakwah.

F. Metodologi Penelitian

1. Metode Penelitian

Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan kualitatif, yaitu

pendekatan yang sangat bergantung kepada perspektif yang digunakan serta

permasalahan yang diteliti dalam rangka melakukan deskripsi (penggambaran),

verstehen (pemahaman dan pemaknaan), interpretasi (penafsiran), pengembangan

dan eksplorasi.21

18

Dini Novitanti, “Pola Komunikasi di Balai Besar Meteorologi dan Geofisika Wilayah II

Kampung Utan Tangerang,“ (Skripsi S1 Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi, Jurusan

Komunikasi Penyiaran Islam, 2009) 19

Januar Azhari, “Pola Komunikasi Organisasi Nur Mahmudi sebagai Walikota Depok

dalam Implementasi Kebijakan Publik,” (Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi,

Universitas Islam Negeri Jakarta, 2008) 20

Farah Nurul Hikam Agustina, “Komunikasi Organisasi Persatuan Islam Tionghoa

Indonesia (PITI) Dewan Pimpinan Wilayah Jakarta dalam Berdakwah,” (Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi, Universitas Islam Negeri Jakarta, 2009) 21

(22)

Dengan menggunakan metode analisis triangulasi, yaitu menganilis

jawaban subjek dengan meneliti kebenarannya dalam data dan fakta empiris di

lapangan. Di sini jawaban yang ada di cross-check dengan dokumen yang ada.

Menurut Dwodjowinoton ada beberapa macam triangulasi antara lain, triangulasi

sumber, triangulasi waktu, triangulasi teori, triangulasi periset, dan triangulasi

mode.22

Penelitian ini juga mencoba menemukan fakta-fakta dan

mendeskripsikannya, dalam hal ini peneliti ingin mengemukakan bagaimana pola

komunikasi organisasi Aremania sehingga dapat solid dan damai.

2. Subjek dan Objek Penelitian

Subjek penelitian adalah sumber tempat memperoleh keterangan.23

Subjeknya yaitu pengurus pusat Aremania dan sebagian anggota Aremania.

Anggota suporter yang menjadi subjek penelitian ini ialah mereka yang berusia di

atas 18 tahun dan benar-benar anggota resmi Aremania. Sedangkan objek adalah

bagian dari subjek yang diteliti secara terperinci. Objek penelitian memerinci

fenomena yang akan diteliti sekaligus merupakan deskripsi penelitian.24 Dalam

hal ini yang menjadi objek penelitian yaitu pola komunikasi organisasi komunitas

Suporter Aremania. Dengan mencari sumber data yang akurat, yaitu semua pihak

yang terlibat guna memberikan informasi mengenai mengenai pola komunikasi

organisasi mereka, baik dari atasan kepada bawahan maupun sebaliknya. Serta

dari website Arema Indonesia yaitu www.ongisnade.net

22

Digital Collections, Universitas Kristen Petra 23

Tatang M Arifin, Menyusun Rencana Penelitian, (Jakarta: Rajawali, 1986), h. 92. 24

(23)

3. Tahapan Penelitian

a. Teknik Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini

ialah:

i. Observasi

Observasi yaitu melakukan pengamatan langsung untuk memperoleh data

yang diperlukan.25Teknik observasi yang kami gunakan adalah pengamatan

langsung yaitu berkunjung langsung ke kota Malang dan mengikuti agenda

Aremania baik di dalam lapangan maupun di luar lapangan. Observasi dilakukan

peneliti untuk mendapatkan data mengenai aktivitas, kordinasi, pembagian tugas,

kerja sama kelompok, dan lain-lain.

ii. Interview

Interview merupakan suatu alat pengumpulan informasi yang langsung

tentang beberapa jenis data.26 Interview dilakukan dengan sumber utama yaitu

ketua organisasi, anggota suporter dan masyarakat. Teknik interview yang

digunakan yaitu bebas terpimpin, yaitu penulis siapkan pertanyaan kemudian

dijawab secara bebas dan terbuka.

iii. Dokumentasi

Dokumentasi digunakan untuk mendapatkan gambaran umum bentuk

konkrit dan mengadakan pengamatan langsung melalui media yang bersangkutan.

Dalam hal ini , akan dilakukan pengamatan dan pencatatan langsung terhadap

objek penelitian, yaitu pola komunikasi komunitas superter Aremania.

25

Winarmo Surahmad, Dasar-Dasar Teknik Penelitian, (Bandung: CV Tarsita, 1989), h. 162.

26

(24)

b. Teknik Pengolahan Data

Mengolah data yang diperoleh dan telah terkumpul untuk diterjemahkan

ke dalam bentuk tabel-tabel dan grafik. Penjabaran hasil wawancara ke dalam

bentuk narasi. Data yang diolah akan disesuaikan dengan kerangka konsep

keilmuan komunikasi organisasi, sehingga keabsahan hasil data dapat lebih

maksimal.

c. Analisa Data

Data yang diperoleh dari lapangan diolah dan dianalisa sesuai dengan jenis

data yang terkumpul, yaitu dengan menggunakan metode deskriptif analisis, yaitu

suatu teknik analisis data dimana peneliti terlebih dahulu memaparkan semua data

yang diperoleh dari hasil pengamatan kemudian menganalisanya dengan

berpedoman kepada sumber-sumber yang tertulis. Hal ini juga guna menjawab

pertanyaan dari rumusan masalah. Penemuan diharapkan mampu menjawab

pertanyaan-pertanyaan tersebut.

4. Teknik Penulisan

Penulisan hasil penelitian ini menyesuaikan dengan buku Pedoman

Penulisan Karya Ilmiah (Skripsi, Tesis, dan Disertasi) yang diterbitkan oleh

CeQDA (Center for Quality Development and Assurance) tahun 2007.

G. Sistematika Penulisan

BAB I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, batasan dan rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, tinjauan

(25)

BAB II Landasan Teori, meliputi pengertian komunikasi organisasi, iklim organisasi, iklim komunikasi, kinerja organisasi,

komunikasi organisasi verbal, non verbal.

[image:25.595.109.532.86.472.2]

BAB III Profil Komunitas Suporter Aremania Malang, meliputi: sejarah, struktur organisasi Aremania, visi misi, program,

gambaran umum kegiatan dan acara.

BAB IV Temuan dan analisis, Memaparkan hasil analisis penulis atas data-data di lapangan. Berisi bentuk komunikasi, sarana, dan

iklim dari komunitas suporter Aremania.

(26)

16 A. Komunikasi Organisasi

1. Pengertian Komunikasi Organisasi

Pentingnya komunikasi bagi manusia tidaklah dapat dipungkiri begitu juga

halnya bagi suatu organisasi. Dengan adanya komunikasi yang baik suatu

organisasi dapat berjalan lancar dan berhasil dan begitu pula sebaliknya,

kurangnya atau tidak adanya komunikasi organisasi dapat macet atau berantakan.

Komunikasi yang efektif adalah penting bagi semua organisasi. Oleh karena itu,

para pimpinan organisasi dan para komunikator dalam organisasi perlu

memahami dan menyempurnakan kemampuan komunikator mereka (kohler

1981).

Secara Etimologis atau menurut asal katanya, istilah komunikasi berasal

dari bahasa latin communication, yang bersumber dari kata Communis. Arti kata

communis di sini adalah sama, dalam arti sama makna.1 Pendapat hampir sama

juga dikemukakan oleh Astrid Susanto, yaitu perkataan komunikasi berasal dari

kata communicare yang di dalam bahasa latin memiliki arti “berpartisipasi” atau

“memberitahukan”. Kata communis berarti “milik bersama” atau “berlaku

dimana-mana”.2

Sedangkan ditinjau dari segi terminologis (istilah), para ahli komunikasi

mendefinisikan komunikasi antara lain sebagai berikut:

1

Onong Uchyana Effendi, Dinamika Komunikasi, (Bandung: PT. Remaja Rosda Karya,

2000), h. 3-4. 2

Phil Astrid S. Susanto, Komunikasi Dalam Teori dan Praktek, (Bandung: Bina Cipta,

(27)

Barelson dan Stener sebagaimana yang dikutip oleh Sasa Djuarsa Sendjaja

dalam bukunya “Pengantar Komunikasi” mengatakan bahwa komunikasi adalah

suatu proses informasi, gagasan, emosi, keahlian, dan ain-lain. Melalui

penggunaan simbol-simbol seperti kata-kata, gambar-gambar, angka-angka, dan

lain-lain.3

Sedangkan menurut Onong Uchyana Effendy, komunikasi berarti proses

penyampaian suatu pernyataan oleh seseorang kepada orang lain untuk

memberitahukan atau merubah sikap, pendapat dan perilaku, baik langsung secara

lisan maupun tak langsung melalui media.4

Dari beberapa definisi komunikasi menurut para ahli komunikasi, dapat

dikatakan bahwa seseorang berkomunikasi berarti mengharapkan agar orang lain

ikut berpartisipasi atau bertindak sesuai tujuan, harapan, dan isi pesan yang

disampaikan.

Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan

organisasi. Khocler mengatakan organisasi adalah system hubungan yang

berstruktur yang mengkoordinasi usaha suatu kelompok orang untuk mencapai

tujuan tertentu. Lain lagi dengan pendapat Wright; dia mengatakan bahwa

organisasi adalah suatu bentuk system terbuka dari aktifitas yang dikoordinasikan

oleh dua orang atau lebih untuk mencapai suatu tujuan bersama.

Menurut R. Wayne Pace dan Don F. Faules mengklasifikasikan

komunikasi organisasi menjadi dua, yaitu definisi fungsional dan definisi

interpretatif. Definisi fungsional komunikasi organisasi yaitu sebagai

pertunjukkan dan penafsiran pesan diantara unit-unit kemonukasi yang merupakan

3

Sasa Djuarsa Sendjaja, Pengantar Komunikasi (Universitas Terbuka, 1998), h. 7. 4

(28)

bagian dari suatu organisasi tertentu. Sedangkan definisi interpretatif komunikasi

organisasi yaitu proses penciptaan makna atas interaksi yang merupakan

organiasi.5

Dari berbagai definisi komunikasi organisasi di atas, dapat disimpulkan

bahwa komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan berbagai

pesan dari komunikator kepada komunikan yang berada dalam satu sistem yang

saling berhubungan, mempunyai kepentingan, visi, dan misi yang sama di dalam

kelompok formal maupun informal.

2. Teori Organisasi

Dalam kajian ilmu komunikasi organisasi setidaknya ada lima teori

organisasi yang cukup terkenal. Teori organisasi dapat membantu untuk melihat

proses komunikasi dalam organisasi. Masing-masing teori tersebut tentu akan

berbeda pandangannya terhadap komunikasi organisasi. Kelima teori tersebut

yaitu teori klasik, teori hubungan manusia, teori sistem sosial, teori politik dan

teori simbol.

Menurut Scott (Goldhaber, 1986) ada empat yang merupakan unsur kunci

dari teori oganisasi klasik, yaitu pembagian kerja, hierarki proses fungsional,

struktur dan pengawasan yang ketat. Teori system memandang organisasi sebagai

kaitan bermacam-macam komponen yang saling tergantung satu sama lain dalam

mencapai tujuan organisasi. Dalam teori politik, ahli-ahli teori politik melihat

kekuasaan (power), konflik dan distribusi dari sumber-sumber yang langka

5

R. Wayne Pace dan Don F. Faules, Komunikasi Organisasi, Strategi Meningkatkan

(29)

sebagai pokok permasalahan pada organisasi. Perspektif teori simbolis didasarkan

pada satu seri asumsi mengenai hakikat organisasi dan tingkah laku manusia. 6

Dalam skripsi ini peneliti memakai teori Hubungan Manusia oleh Elton

Mayo. Teori hubungan manusia ini diperkenalkan pada tahun 1930-1 an, dan

didukung pula oleh Barnard 1938, Roethlisherger dan Dichson 1939.

Elton Mayo adalah mahasiswa kedokteran. Tetapi tidak begitu lama ia lalu

mengikuti minatnya akan filsafat dan psikologi. Mayo lahir di Australia,

kemudian pergi ke Amerika Serikat dan menjadi staf dosen di Universitas

Harvard, dan akhirnya menjadi Dosen Riset Industri pada Fakultas Ilmu-Ilmu

Perusahaan Berijazah di Harvard. Mayo amat terkenal dengan proyek yang

lazimnya disebut Howthorne Studies atau percobaan-percobaan Hawthorne.

Dari hasil penelitian Elton Mayo, para peneliti mengambil kesimpulan

bahwa hubungan sosial atau manusiawi di antara perapekerja, peneliti dan

penyelia (supervisors) lebih penting dalam menentukan produktivitas daripada

perubahan-perubahan kondisi kerja di atas. Moral pekerja (anggota organisasi)

yang tinggi akan menaikkan produktivitas, kemudian timbul pertanyaan

bagaimana cara untuk meningkatkan moral anggota. Moral meningkat atau tidak

tergantung seberapa besar perhatian yang bersifat pribadi, individual an simpati

diberikan kepada karyawan, dan struktur sosial kelompok kerja. Bahkan

faktor-faktor sederhana, seperti siapa yang duduk dekat seseorang karyawan, merupakan

hal penting dalam organisasi.

Dalam teori hubungan manusia, manusia sebagai anggota organisasi

merupakan inti organiasasi sosial. Manusia terlibat dalam tingkah laku organisasi.

6

Teori-teori Organisasi dan Iklim Komunikasi Organisasi”, artikel diakses pada 2 Mei

2011 dari http://images.insandinami.multiply.multiplycontent.com/attachment/0

(30)

Misalnya anggota organisasi yang memutuskan apa peranan yang akan

dilakukannya dan bagaimana melakukannya. Tanpa manusia organisasi tidak akan

ada. Oleh karena itu factor manusia dalam organisasi haruslah mendapat perhatian

dan tidak dapat diabaikan seperti halnya dengan teori klasik.7

Teori hubungan manusia ini menekankan pada pentingnya individu dan

hubungan sosial dalam kehidupan organisasi. Teori ini menyarankan strategi

peningkatan dan penyempurnaan organisasi dengan meningkatkan kepuasan

anggota organisasi dan menciptakan organisasi yang dapat membantu individu

mengambangkan potensinya. Dengan meningkatkan kepuasan kerja dan

mengarahkan aktualisasi diri pekerja, akan mempertinggi motivasi bekerja

sehingga akan dapat meningkatkan produksi organisasi.

Inilah permulaan teori hubungan manusia menolak prinsip teori struktural

klasik dan menentang pandangan yang mekanis terhadap organisasi yang tidak

sensitif terhadap kebutuhan sosial anggota organisasi.

3. Fungsi dan Bentuk Komunikasi Organisasi

Sendjaja (1994) menyatakan fungsi komunikasi dalam organisasi adalah

sebagai berikut:

1) Fungsi informatif. Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem

pemrosesan informasi. Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi

berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat

waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat

melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Orang-orang dalam tataran

manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan

(31)

organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi.

Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi untuk melaksanakan

pekerjaan, di samping itu juga informasi tentang jaminan keamanan, jaminan

sosial dan kesehatan, izin cuti, dan sebagainya.

2) Fungsi regulatif. Fungsi ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang

berlaku dalam suatu organisasi. Terdapat dua hal yang berpengaruh terhadap

fungsi regulatif, yaitu berkaitan dengan orang-orang yang berada dalam

tataran manajemen, yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk

mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Juga memberi perintah

atau intruksi supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana

semestinya. Kemudian, berkaitan dengan pesan. Pesan-pesan regulatif pada

dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian

peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3) Fungsi persuasif. Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan

kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan.

Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk

mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang

dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang

lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan

kewenangannya.

4) Fungsi integratif. Setiap organisasi berusaha untuk menyediakan saluran yang

memungkinkan karyawan dapat melaksanakan tugas dan pekerjaan dengan

baik. Ada dua saluran komunikasi yang dapat mewujudkan hal tersebut, yaitu:

(32)

tersebut (buletin, newsletter) dan laporan kemajuan organisasi. Saluran

komunikasi informal seperti perbincangan antar pribadi selama masa istirahat

kerja, pertandingan olahraga, ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan

aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih

besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.8

Adapun bentuk-bentuk komunikasi organisasi dapat dikelompokkan

sebagai berikut:

a) Komunikasi lisan dan tulisan

Komunikasi lisan dan tulisan merupakan jenis komunikasi verbal.

Komunikasi lisan dan diartikan sebagai suatu proses dimana seorang pembicara

berinteraksi secara lisan dengan pendengar untuk mempengaruhi tingkah laku

penerima. Misalnya seorang Rektor menyampaikan suatu keputusan kepada

bawahannya dengan menyandikan keputusan itu dalam bentuk kata-kata yang

diucapkan langsung ke Purek nya. Purek yang mendengar kata-kata tersebut

menginterpretasikan artinya atau maksudnya serta berespons terhadap keputusan

yang disampaikan tersebut. Sedangkan kalau komunikasi tulisan apabila

keputusan yang akan disampaikan oleh Rektor tadi disandikan ke dalam

simbol-simbol yang dituliskan pada kertas atau pada tempat lain yang bisa dibaca,

kemudian dikirimkan pada Purek yang dimaksudkan. Komunikasi tertulis ini

dapat berupa surat, memo, buku petunjuk, gambar, laporan, sedangkan

komunikasi lisan dapat dalam bentuk percakapan interpersonal secara tatap muka,

atau melalui telepon, dan media lainnya.

(33)

b) Komunikasi verbal dan non verbal

Komunikasi verbal bisa dikatakan bentuk yang paling umum digunakan

dalam organisasi. Oleh karena itu adalah penting bagi seorang manajer untuk

mengetahui lebih banyak mengenai komunikasi tersebut. Komunikasi verbal

adalah komunikasi yang menggunakan simbol-simbol atau kata-kata, baik yang

dinyatakan secara oral atau lisan maupun tulisan. Komunikasi verbal merupakan

karakteristik khusus dari manusia. Tidak ada makhluk lain yang dapat

menyampaikan bermacam-macam arti melalui kata-kata. Kemampuan

menggunakan komunikasi verbal secara efektif adalah penting bagi administrator

dan manajer. Dengan adanya komunikasi verbal memungkinkan

pengidentifikasian tujuan, pengembangan strategi dan tingkah laku untuk

mencapai tujuan.

Sedangkan yang dimaksud dengan komunikasi nonverbal adalah

penciptaan dan pertukaran pesan dengan tidak menggunakan kata-kata seperti

komunikasi yang menggunakan gerakan tubuh, sikap tubuh, vocal yang bukan

kata-kata, kontak mata, ekspresi muka, kedekatan jarak dan sentuhan. Atau dapat

juga dikatakan bahwa semua kejadian di sekeliling situasi komunikasi yang tidak

berhubungan dengan kata-kata yang diucapkan atau dituliskan. Dengan

komunikasi nonverbal orang dapat mengekspresikan perasaannya melalui ekspresi

wajah dan nada atau kecepatan berbicara. Misalnya seorang pimpinan berbicara

dengan suara yang keras dan wajah yang merah padam, itu menandakan bahwa

(34)

c) Komunikasi ke atas, ke bawah, dan ke samping

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawahan kepada

atasan atai dari tingkat yang lebih rendah kepada tingkat yang lebih tinggi. Semua

pegawai perusahaan kecuali yang berada pada tingkatan yang palin atas mungkin

berkomunikasi ke atas.

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari para

atasan atau para pmpinan kepada bawahannya. Kebanyakan komunikasi ke bawah

digunakan untuk menyampaikan pesan-pesan yang berkenaan dengan tugas-tugas

dan pemeliharaan.

d) Komunikasi formal dan informal

Jaringan komunikasi formal salurannya ditentukan oleh struktur yang telah

direncanakan yang tidak dapat dipungkiri oleh organisasi. Komunikasi formal ini

mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun

tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan

bagi anggota organisasi yang berbeda. Sedangkan jaringan komunikasi informal

tidaklah direncanakan dan biasanya tidaklah mengikuti struktur formal organisasi,

tetapi timbul dari interaksi sosial yang wajar di antara anggota organisasi. Yang

termasuk komunikasi informal ini adalah berita-berita dari mulut kemulut

mengenai diri seseorang, pimpinan maupun mengenai organisasi yang biasanya

bersifat rahasia.

4. Iklim Komunikasi Organisasi

Untuk melihat komunikasi yang terjadi dalam suatu organisasi dapat

(35)

 Pendekatan Makro organisasi dipandang sebagai suatu struktur global yang

berinteraksi dengan lingkungannya.

 Pendekatan Mikro memfokuskan kepada komunikasi dalam unit dan submit

pada suatu organisasi.

 Pendekatan individual berpusat pada tingkah laku komunikasi individual

dalam organisasi.

Pendekatan dalam sub bab ini adalah bahwa iklim komunikasi merupakan

suatu citra makro, abstrak dan gabungan dari suatu fenomena global yang disebut

komunikasi organisasi. Kita mengasumsikan bahwa iklim berkembang dari

interaksi antara sifat-sifat suatu organisasi dan persepsi individu atas sifat-sifat itu.

Iklim dipandang sebagai suatu kualitas pengalaman subjektif yang berasal dari

persepsi atas karakter-karakter yang relatif langgeng pada organisasi.9

Payne dan Pugh (1976) mendefinisikan iklim organisasi sebagai suatu

konsep yang merefleksikan isi dan kekuatan dari nilai-nilai umum, norma, sikap,

tingkah laku dan perasaan anggota terhadap suatu sistem sosial. Selanjutnya

Litwin dan Stringer (1968) memberikan dimensi iklim organisasi sebagai berikut:

1) Rasa tanggung jawab 2) Standar atau harapan tentang kualitas pekerjaan

3) Ganjaran atau reward 4) Rasa persaudaraan

5) Semangat tim

Penelitian yang dilakukan Redding menunjukkan bahwa iklim komunikasi

lebih luas dari persepsi bawahan (anggota) terhadap kualitas hubungan dan

komunikasi dalam organisasi serta tingkat pengaruh dan keterlibatan. Redding

9

(36)

(Goldhaber, 1986) mengemukakan lima dimensi penting dari iklim komunikasi

tersebut.

1) Supportiveness, atau bawahan mengamati bahwa hubungan komunikasi

mereka dengan atasan membentu mereka membangun dan menjaga

perasaan diri berharga dan penting

2) Partisipasi membuat keputusan

3) Kepercayaan, dapat dipercaya dan dapat menyimpan rahasia

4) Keterbukaan dan keterusterangan

5) Tujuan kinerja yang tinggi, pada tingkat mana tujuan kinerja

dikomunikasikan dengan jelas kepada anggota organisasi.

Iklim komunikasi organisasi terdiri dari persepsi-persepsi atas unsur-unsur

organisasi dan pengaruh unsur-unsur tersebut terhadap komunikasi. Pengaruh ini

didefinisikan, disepakati, dikembangkan dan dikokohkan secara

berkesinambungan melalui interaksi dengan anggota organisasi lainnya.

Unsur-unsur dasar yang membentuk suatu organisasi:

1. Anggota organisasi. Di pusat organisasi terdapat orang-orang yang

melaksanakan pekerjaan organisasi. Mereka terlibat dalam

kegiatan-kegiatan perasaan yang mencakup emosi, keinginan, dan aspek-aspek

perilaku manusia yang bukan aspek intelektual.

2. Pekerjaan dalam organisasi. Pekerjaan yang dilakukan anggota organisasi.

Terdiri dari tugas-tugas formal dan informal. Tugas ini menghasilkan

produk dan memberikan pelayanan organisasi.10

10

Ahmad Elqorni, “Iklim Komunikasi Organisasi”, artikel diakses pada 5 Mei 2011 dari

(37)

Iklim komunikasi Organisasi merupakan fungsi kegiatan yang :

 menunjukkan kepada anggota organisasi bahwa organisasi tersebut

mempercayai mereka dan memberi kebebasan dalam mengambil resiko

 mendorong mereka dan memberi mereka tanggung jawab dalam

mengerjakan tugas-tugas mereka

 menyediakan informasi yang terbuka dan cukup tentang organisasi

 mendengarkan dengan penuh perhatian serta memperoleh info yang dapat

dipercayai dan terus terang dari anggota organisasi.

Iklim komunikasi memberi pedoman bagi keputusan dan perilaku

individu. Keputusan-keputusan yang diambil oleh anggota organisasi. Untuk

melaksanakan pekerjaan mereka secara efektif, mengikatkan diri mereka dengan

organisasi. Iklim komunikasi dapat menjadi salah satu pengaruh yang paling

penting dalam produktivitas organisasi, karena iklim mempengaruhi usaha

anggota Organisasi

5. Kinerja Organisasi

Kinerja organisasi merupakan indikator tingkatan prestasi yng dapat

mencapai dan mencerminkan keberhasilan pemimpin. Kinerja merupakan hasil

yang dicapai dari perilaku anggota organisasi (Gibson, 1998:179). Jadi kinerja

organisasi merupakan hasil yang diinginkan organisasi dari perilaku orang-orang

di dalamnya.11

Konsep kinerja (performance) dapat didefinisikan sebagai sebuah

pencapaian hasil atau degree of accomplishtment (Rue dan Byars, 1981 dalam

Kebn 1995). Hal ini berati bahwa, kinerja suatu organisasi itu dapat dilihatdari

(38)

tingkatan sejauh mana organisasi dapat mencapai tujuan yang didasarkan pada

tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya. Informasi tentang kinerja organisasi

dapat digunakan untuk mengevaluasi apakah proses kerja yang dilakukan

organisasi selama ini sudah sejalan dengan tujuan yang diharapkan apa belum.12

B. Akhlak

1. Pengertian Akhlak

Menurut bahasa (etimologi) perkataan akhlak ialah bentuk jamak dari

khuluq (khuluqun) yang berarti budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabi’at.13

Akhlak disamakan dengan kesusilaan, sopan santun. Khuluq merupakan gambaran

sifat bathil manusia, gambaran bentuk lahiriah manusia, seperti raut wajah, gerak

anggota badan dan seluruh tubuh. Dalam bahasa Yunani pengertian khuluq ini

disamakan dengan kata ethicos atau ethos, artinya adab kebiasaan, perasaan

bathin, kecenderungan hati untuk melakukan perbuatan. Ethicos kemudian

berubah menjadi etika.14

Dalam kamus Al-Munjid, khuluq berarti budi pekerti, perangai, tingkah

laku atau tabiat.15 Akhlak diartikan sebagai ilmu tata krama, 16 ilmu yang berusaha

mengenal tingkah laku manusia, kemudian memberi nilai kepada perbuatan baik

atau buruk sesuai dengan norma-norma dan tata susila.

Dilihat dari sudut istilah (terminologi), para ahli berbeda pendapat, namun

intinya sama yaitu tentang perilaku manusia. Pendapat-pendapat ahli tersebut

dihimpun sebagai berikut.

12

http://lawu96.multuply.com/journal/item/8 13

A. Mustofa, Akhlak Tasawuf, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h. 11. 14

Sahilun A. Nasir, Tinjauan Akhlak, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1991), h. 14. 15Luis Ma’luf,

Kamus Al-Munjid, Al-Maktabah Al-Katulikiyah, (Beirut, tt), h. 194. 16

(39)

1. Abdul Hamid mengatakan akhlak ialah ilmu tentang keutamaan yang

harus dilakukan dengan cara mengikutinya sehingga jiwanya terisi dengan

kebaikan, dan tentang keburukan yang harus dihindarinya sehingga

jiwanya kosong (bersih) dari segala bentuk keburukan.17

2. Ahmad Amin mengatakan bahwa akhlak ialah kebiasaan baik dan buruk.

Contohnya apabila kebiasaan memberi sesuatu yang baik, maka disebut

akhlaqul karimah dan bila perbuatan itu tidak baik disebut akhlaqul

madzmumah.18

3. Soegarda Poerbakawatja mengatakan akhlak ialah budi pekerti, watak,

kesusilaan, dan kelakuan baik yang merupakan akibat dari sikap jiwa yang

benar terhadap khaliknya dan terhadap sesama manusia.19

4. Hamzah Ya’qub mengemukakan pengertian akhlak sebagai berikut.

a. Akhlak ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara

terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan

batin.

b. Akhlak ialah ilmu pengetahuan yang memberikan pengertian tentang baik

dan buruk, ilmu yang mengajarkan pergaulan manusia dan menyatakan

tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka.20

5. Ibu Miskawaih (w,1030 M) mendifinisikan akhlak sebagai suatu keadaan

yang melekat pada jiwa manusia, yang berbuat dengan mudah, tanpa

melalui proses pemikiran atau pertimbangan (kebiasaan sehari-hari).21

17

Abd. Hamid Yunus, Da’irab Al-Ma’arif, Asy-Syaib, (Kairo, tt), h. 936.

18

Ahmad Amin, Kitab Al-Akhlak, (Kairo: Darul Kutub Al-Mishriyah, tt), h. 14. 19

Soegarda Poerbakawatja,Ensiklopedia Pendidikan,(Jakarta:Gunung Agung, 1976), h. 9. 20Hamzah Ya’qub,

Etika Islam, (Bandung: Diponegoro, 1993), h. 12. 21

(40)

Jadi, pada hakikatnya khuluq (budi pekerti) atau akhlak ialah suatu kondisi

atau sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian. Dari sini

timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan tanpa dibuat-buat dan

tanpa memerlukan pikiran.

Dapat dirumuskan bahwa akhlak ialah ilmu yang mengajarkan manusia

berbuat baik dan mencegah perbuatan jahat dalam pergaulannya dengan Tuhan,

manusia, dan makhluk sekelilingnya.

2. Urgensi Akhlak dalam Kehidupan

Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat keislaman dan

keimanan seseorang. Akhlak yang baik adalah cerminan baiknya aqidah dan

syariah yang diyakini seseorang.22 Akhlak yang mulia adalah pertanda

kematangan iman. Akhlak yang mulia juga pertanda ibadah yang benar. Serta

akhlak yang mulia merupakan kunci kesuksesan hidup di dunia dan akhirat. Nabi

saw diutus untuk menyempurnakan akhlak. Beliau bersabda, “Aku diutus untuk

menyempurnakan akhlak manusia.” Beliau juga bersabda, “Orang yang paling

aku cintai dan paling dekat kedudukannya denganku di hari kiamat adalah yang

paling bagus akhlaknya.”23

Ketika bersahabat dengan orang yang berakhlak buruk, laksana kita

bersama dengan seorang pandai besi. Kalau pakaian atau kulit kita tidak terkena

percikan api dari hasil timpahan besi panas, minimal kita mersakan asap yang

cukup membuat kita sesak. Begitulah adanya ketika kita bersahabat dengan orang

yang berperangai buruk. Kalau kita tidak dilibatkan langsung dengan kasus-kasus

22

Muna Hadad Yakan, Hati-hati terhadap Media yang Merusak Anak, hal. 38-40, GIP 23

Buletin-al-iman, artikel diakses pada 1 Mei 2011 dari

(41)

yang ditimbukannya, minimal kita dapat merasakan tajamnya ucapan-ucapaannya

atau perlakuan kasarnya kepada orang lain yang cukup membuat kita iba dengan

orang yang dizolimi itu. Mungkin hari ini adalah orang lain akan tetapi

kemungkinan besok kitalah yang menjadi objek keburukannya.

Orang yang berakhlak mulia laksana seorang penjual minyak wangi. Kalau

kita tidak dapat mencoba minyak wangi tersebut, minimal kita dapat turut

merasakan aroma harum dari minyak wangi tersebut. Begitu pula halnya ketika

kita bersahabat dengan orang yang berakhlak baik. Kalau kita tidak dapat meniru

akhlaknya, minimal kita dapat merasakan tutur bahasa dan sopan santunnya

kepada kita. Maka yang muncul adalah perasaan aman dan tentram berada

bersamanya.24

3. Pola Pembinaan Akhlak

Kata pembinaan berasal dari bahasa Arab “bina” artinya bangunan.

Setelah dibakukan ke dalam bahasa Indonesia, jika diberi awalan “pe-“ dan

akhiran “-an” menjadi “pembinaan” yang mempunyai arti pembaruan,

penyempurnaan usaha, tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna

dan berhasil guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.

Adapun arti pembinaan itu sendiri dalam kamus besar bahasa Indonesia

adalah “pembinaan” berarti proses, pembuatan, cara membina, pembaharuan,

penyempurnaan, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna

untuk memperoleh hasil yang lebih baik.25

24

Karman El Sultani Al Buqisy, artikel diakses pada 1 Mei 2011 dari http://karmansultani.blogspot.com/2008/09/urgensi-akhlak-dalam-pergaulan.html

25

(42)

Arti kata “pembinaan” dari segi terminologi, yaitu:

a. Pembinaan adalah suatu upaya, usaha kegiatan yang terus menerus untuk

mempelajari, meningkatkan, menyempurnakan, mengarahkan,

mengembangkan kemampuan untuk mencapai tujuan agar sasaran

pembinaan mampu menghayati dan mengamalkan ajaran Islam sebagai

pola kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan pribadi, keluarga maupun

kehidupan sosial masyarakat.

b. Pembinaan adalah segala upaya pengelolaan berupa merintis, meletakkan

dasar, melatih, membiasakan, memelihara, mencegah, mengawasi,

menyantuni, mengarahkan, serta mengembangkan kemampuan seseorang

untuk mencapai tujuan, mewujudkan manusia sejahtera dengan

mengadakan dan menggunakan segala daya dan dana yang dimiliki.

Pembinaan akhlak adalah suatu pembinaan budi pekerti yang dilakukan

dengan konsisten dan sungguh-sungguh agar terwujudnya akhlak yang mulia.

Menurut HM Arifin dalam bukunya ilmu pendidikan menyatakan: Dalam proses

pembinaan akhlak diperlukan suatu perhitungan dimana proses tersebut

berlangsung dengan jangka panjang. Dengan perhitungan tersebut maka proses

pembinaan lebih terarah pada tujuan yang hendak dicapai karena segala

sesuatunya telah direncanakan dengan matang.

Dengan demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa pembinaan akhlak

adalah membiasakan/ melatih seseorang untuk melakukan perbuatan yang terpuji

dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan nilai-nilai (norma-norma) yang

berlaku di masyarakat sehingga dapat dimanifestasikan baik berhubungan dengan

(43)

Islam sangat memberi perhatian yang besar terhadap pembinaan akhlak,

termasuk cara-caranya. Hubungan antara rukun Iman dan rukun Islam terhadap

pembinaan akhlak adalah menggunakan cara atau system yang integrated, yaitu

sistem yang menggunakan berbagai sarana peribadatan dan lainnya secara

simultan untuk diarahkan pada pembinaan akhak.26

Cara lain yang dapat ditempuh untuk pembinaan akhlak ini adalah

pembiasaan yang dilakukan sejak kecil dan berlangsung secara kontinyu.

Berkenaan dengan ini Imam al-Ghazali mengatakan bahwa kepribadian manusia

itu pada dasarnya dapat menerima segala usaha pembentukan melalui pembiasaan.

Jika manusia membiasakan berbuat jahat, maka ia akan menjadi orang jahat.

Dalam tahap-tahap tertentu, pembinaan akhlak, khususnya akhak lahiriah

dapat pula dilakukan dengan cara paksaan yang lama kelamaan tidak lagi terasa

dipaksa. Seseorang yang ingin menulis dan mengatakan kata-kata yang bagus

misalnya, pada mulanya ia harus memaksakan tangan dan mulutnya menuliskan

atau mengatakan kata-kata dan huruf yang bagus. Apabila pembinaan ini sudah

berlangsung lama, maka paksaan tersebut sudah tidak terasa lagi sebagai paksaan.

Cara lain yang tak kalah ampuhnya dari cara-cara di atas dalam hal

pembinaan akhlak ini adalah melalui keteladanan. Akhlak yang baik tidak dapat

dibentuk dengan hanya pelajaran, instruksi dan larangan, sebab tabi’at jiwa untuk

menerima keutamaan tidak cukup dengan hanya seorang guru mengatakan

kerjakan ini dan jangan kerjakan itu. Menanamkan sopan santun memerlukan

pendidikan yang panjang dan harus ada pendekatan yang lestari. Pembinaan ini

tidak akan sukses, melainkan jika disertai dengan pemberian contoh teladan yang

26

(44)

baik dan nyata.27 Cara yang demikian itu telah dilakukan oleh Rasulullah SAW.

Keadaan ini dinyatakan dalam ayat yang berbunyi:









































21. Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.

Selain itu pembinaan akhlak dapat pula ditempuh dengan cara senantiasa

menganggap diri ini sebagai yang banyak kekurangannya dari pada kelebihannya.

Daam hubungan ini Ibnu Sina mengatakan jika seseorang menghendaki dirinya

berakhlak utama, hendaknya ia lebih dahulu mengetahui kekurangan dan cacat

yang ada dalam dirinya, dan membatasi sejauh mungkin untuk tidak berbuat

kesalahan, sehingga kecacatannya itu tidak terwujud dalam kenyataan. Namun ini

bukan berarti bahwa ia menceritakan dirinya sebagai orang yang paling bodoh,

paling miskin dan sebagainya di hadapan orang-orang, dengan tujuan justru

merendahkan orang lain. Yang demikian dianggap tercela dalam Islam.

Pembinaan akhlak secara efektif dapat pula dilakukan dengan

memperhatikan faktor kejiwaan sasaran yang akan dibina. Menurut hasil

penelitian para psikolog bahwa kejiwaan manusia berbeda-beda menurut

perbedaan tingkat usia. Pada usia kanak-kanak misalnya lebih menyukai kepada

hal-hal yang bersifat rekreatif dan bermain. Untuk itu ajaran akhlak dapat

27

(45)

disajika

Gambar

gambaran umum kegiatan dan acara.
Nama-Nama Tabel 1 Geng yang menjadi cikal-bakal terbentuknya Aremania
Tabel 2 Nilai Pesan-Pesan Akhlak pada Komunitas Suporter Aremania
Gambar 1. Ovan Tobing dengan Jaket Aremania pertamanya. Jaket ini menjadi
+3

Referensi

Dokumen terkait

Saya merasa tidak perlu mengikuti bimbingan agama Islam karena sudah biasa dilakukan.. Saya merasa ibadah saya biasa saja, walaupun sudah mengikuti bimbingan

Data prestasi kerja sales diketahui dari data dokumentasi dari Perusahaan yang diteliti, dan data untuk kepribadian tipe-A dan tipe-B diperoleh dengan skala tipe kepribadian..

Berdasarkan pemaparan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana hasil belajar kognitif siswa dalam penerapan strategi Whole

Kerusakan otak yang menetap akan terjadi apabila kekurangan O2 dalam darah tidak segera dikoreksi atau apabila sirkulasi terhenti lebih dari 3 – 5 menit (Tjokronegoro,

Kemudian pernyataan lain juga disampaikan oleh masyarakat Etnis Tionghoa lainnya menyatakan bahwa ia hadir dalam Musrenbang, sebab menurutnya Musrenbang ini

Pola pikir yang dipakai oleh an-Nai’im mungkin bisa digambarkan sebagai berikut : Syariah Islam bertentangan dengan Kovensi Internasional HAM Menafsirkan wahyu

Dengan skema perselingkuhan da- lam pernikahan yang dimiliki, anak mengetahui pasangan seperti apakah yang memiliki kecenderungan lebih besar untuk melakukan perselingkuhan,

Namun secara lebih terperinci bertujuan untuk: (1) menjelaskan peta musik pop Indonesia dalam kera ngka besar industri budaya, (2) menjelaskan bentuk startegi pasar