• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara cemburu dengan stres pada remaja di SMUn 1 Pamulang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan antara cemburu dengan stres pada remaja di SMUn 1 Pamulang"

Copied!
121
0
0

Teks penuh

(1)

DENGAN STRESS PADA REMAJA

セN@

DI SMUN 1 PAMULANG

Oleh:

NAILUL MUNA

NIM.102070026052

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)

DI SMUN 1 PAMULANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi untuk Memenuhi Syarat-syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.)

Pembimbing I,

:!:6!:.h.

D.

NIP. 250 326 891

Oleh:

NAILUL MUNA NIM. 102070026052

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing II,

Yunita Faela Nisa, M. Psi. Psi. NIP. 150 368 748

FAKUL TAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SY ARIF HIDA YATULLAH JAKARTA

(3)

Skripsi yang berjudul "HUBUNGAN ANTARA CEMBURU DENGAN

STRESS PADA REMAJA" telah diujikan dalam sidang Munaqasyah

Fakultas Psikologi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada

tanggal 20 Februari 2007. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi (S. Psi.).

Jakarta, 20 Februari 2007

Sidang Munaqasyah

Ketua,

I

M. Si.

Penguji I,

Dr . Fadhilah Sural a M. Si. NI . 150 215 283

Pembimbing I,

Anggota

Sekretaris,

M. Si.

Penguji II,

f-Bambang ryadi, Ph. D.

NIP. 150 326 891

Pembimbing II,

(4)

Seora11f1 mu{min ya11fi {uat fe6ifi 6ai{aan fe6ifi aisu{aiJIJ{afi aaripaaa seora11f1

mu{min ya11fj feman aafam sega[a /ig6ai{an Pe{ifiara[an apa-apa ya11fj

me11fjUntu11fj{an /{{tmu aan mofion[afi perto{011fjan.Jl.{[afi, aan ja11fjan Ceman

sema11fjat (patan fiati). Ji/{{t &timpa suatu musi6afi ja11fjan[an 6er{ata,

"on anaai{an a{u ta&nya mefa{u/{{tn itu tentu 6erafij,6at 6egini aan 6egitu

",

tetapi /{{tta/{{tn[afi, "ini talifir .JJ.{{afi, aan apa ya11fj &kgfienaafij, .Jl.{{afi, pasti a{an

£/igija/{{tn:Nya. "'l:(ftanui{afi, SeSU11fjgUnnya ucapan "mufai/{{tn" aan Ji/{{t{au"

mem6u/{{t peCua11fJ 6agi /{{trya setan

".

(:H.

セ@

:Muslim)

Jfenaa{[afi /{{tmu se[a{u jujur, /{{Irena kgjujuran itu

aapat menunju{/{{tn paaa /ig6ai/{{tn,

seaa11fj/{{tn kg6ai/{{tn itu aapat menunju{{an jafan kg surga.

(Jf.

セ@

<Bu{fiari :Muslim)

Self fiefp is tfie 6est way to success:

'l:(fyafij,nan &ri senairi aaa[an jafan ter6ai{menuju suk§es.

(Pri

<Banasa)

Ja11fjanfan pernan mem6afiagia/{{tn seseorang ae11fjan austa,

'I'api safij,ti[afi seseora11fj aengan kgjujuran

(5)

kg.u aaa(afi Centera jiwaftu

I6u .... ftuingin sfa{u

m

d"ekg.tmu

sefa{u 6ermanja

m

pangftuanmu

tetapi li.§aaaan memak.§aftu untufi.jaufi aarimu

d"emi tercapainya cita-citaftu

J6u .

...

ftu sfa{u ingin mem6afiagiakg.nmu

sfa{u mem6eri sesuatu yang 6emifai li.§paaamu

aoakg.n aftu i6u, agar aapat mencapai semua asa itu ....

(:Nai{u{ Jvluna)

Karya sederhana ini kupersembahkan untuk: Ibundaku tercinta clan ayahku tercinta (aim). Kepada kakak-kakak clan abang-abangku tersayang. Kepada keluarga besar di Paraman Ampalu, Sumatera Barat. Kepada Mamak, Nantulang, Etek, Bapak, sepupu-sepupu clan seluruh keluarga. Juga kepada sahabat-sahabatku, serta orang-orang yang pernah hadir clan mengisi kehidupanku, dimanapun kalian berada ...

Terima kasih atas segala cinta clan kasih sayang yang telah kalian berikan untukku. Tiada yang dapat kuberikan untuk membalas kebaikan kalian. Hanya doa clan ucapan terima kasih yang tak terhingga dari ha ti yang paling dalam

(6)

(C) Nailul Muna

(8) Februari 2007

(D) Hubungan antara Cemburu dengan Stress pada Remaja

(E) xv+ 74 halaman

(F) Dalam hubungan dengan kekasih, sering sekali emosi muncul, baik emosi yang positif maupun emosi yang negatif. Emosi positif yang sering muncul yaitu adanya perasaan cinta, kegembiraan atau perasaan senang, dan kagum. Sedangkan emosi yang negatif contohnya marah, kesal, cemburu, benci, sedih, takut atau khawatir atau perasaan was-was dan curiga.

Rasa cemburu merupakan pengalaman emosional negatif sebagai hasil dari kemungkinan akan kehilangan relasi yang berharga, baik oleh kehadiran pesaing yang riil (nyata) maupun pesaing yang dibayangkan ada.

Stress dapat terjadi secara tiba-tiba, dalam percintaan, stress yang terjadi secara tiba-tiba adalah salah satu jenis stress situasi. Contoh stress ini dalam hubungan percintaan karena kehadiran pihak ketiga yang menyebabkan cemburu, curiga dan lain-lain. Sekiranya tidak dihadapi dengan baik akan membawa kepada tingkat stress yang lebih besar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang signifikan antara cemburu dengan stress pada remaja.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif dengan metode penelitian korelasional yang bertujuan untuk mengetahui sejauhmana variasi pada satu variabel berkaitan dengan variasi pada satu atau lebih variabel lain berdasarkan koefisien korelasi.

Penelitian dilaksanakan dengan jumlah sampel sebanyak 80 siswa dari populasi sebanyak 1012 siswa. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah simple random sampling.

(7)

stress tingkat Ill, (4) stress tingkat IV, (5) stress tingkat V, dan (6) stress tingkat VI.

Teknik analisis data dilakukan dengan menggunakan korelasi Pearson untuk menguji validitas item, Alpha Cronbach untuk menguji reliahilitas instrumen pengumpul data, dan Spearman's rho untuk pengujian hipotesis.

Jumlah item valid untuk skala cemburu sebanyak 54 item yang kemudian digunakan dalam penelitian. Sedangkan jumlah item .valid untuk skala stress sebanyak 52 item. Adapun reliabilitas skala cemburu adalah 0,9317 dan reliabilitas skala stress adalah 0,9148. Berdasarkan analisis Spearman's rho terhadap hipotesis yang diajukan, diperoleh hasil bahwa r-hitung

=

0,345 > r-tabel

=

0,286 (a

=

0,01 ). Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara cemburu dengan stress pada remaja di SMUN 1 Pamulang. (G) Daftar bacaan: 26 buku (1973 - 2006), 5 Website, 4 skripsi, 1 tesis, 1
(8)

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan kesehatan,

keselamatan, nikmat iman serta nikmat Islam. Shalawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari alam kegelapan sampai kepada alam yang terang benderang seperti saat sekarang ini. Dan karena Beliaulah kita bisa terangkat pada derajat yang lebih tinggi.

Alhamdulillaahirabbil'aalamiin, akhirnya skripsi ini dapat tersusun dengan baik, walaupun melalui beberapa rintangan yang cukup kuat, tetapi penulis menyadari itu semua hanya untuk menguji kesabaran penulis. Penulls ingin mengucapkan terima kasih yang tidak terkira kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.

1. Kepada orangtuaku , ayah Ali Hamsyah (aim), dan ibu Hj. Wirdah Lubis tercinta yang selalu memberi semangat, dorongan, nasehat-nasehat serta perhatian, walaupun jarang dan hanya melalui kabel telepon. Kepada kakak-kakak dan abang-abangku tersayang dan terkasih Bang Zillan, Rahmat, Husnan, Uni Lita, lrhami, Nurhelmi, dan Uni Fitri yang telah memberikan semangat dan dukungan serta perhatian, serta kepada kakak ipar: Kak Radima, Kak Ida, Bang Sarnedi (aim), Bang Regar (aim) dan Bang Eri S, juga keponakan-keponakan.

2. Kepada Mamak Ir. H. M. Roem Lubis dan Nantulang Ora. Rita Brisma, Etek Ora. Erisda Lubis, Bapak Ors. Sairi Batubara, sepupu-sepupu (Miftah, Sarah, Era&Nabila, Adri, Kiki, Era, Fadhel&Fitrah) serta seluruh keluarga dimanapun berada. Tak banyak yang dapat penulis lakukan untuk keluarga ini, selain berdoa semoga kita selalu diberikan

kesehatan, ketabahan, serta keselamatan dunia dan akhirat. Semoga penulis juga dapat membahagiakan keluarga ini, amin.

3. Dekan Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Netty Hartati, M. Si, Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Psikologi lbu Ora. Hj. Zahrotun Nihayah, M. Si, beserta seluruh civitas akademika Fakultas Psikologi. 4. Dasen pembimbing I Bapak Bambang Suryadi, Ph. D, dan dosen

(9)

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

7. Kepada Bapak Kepala Sekolah, Bapak Eka selaku ketua bidang kesiswaan, dan seluruh siswa SMUN 1 Pamulang yang telah bersedia menjadi subyek penelitian ini.

8. My best friends Putri Maryanti H. dan Entin Desia S, Hany dkk, Dwi, Neni, dkk/Ainul Mardiyah, teman seperjuangan kelas D, teman-teman angkatan 2002, serta mahasiswa/i Fakultas Psikologi, semoga ukhuwah dan silaturrahim kita dapat terus terjaga. Khusus buat Putri dan Nchie, terima kasih banyak untuk semuanya.

9. Kepada seseorang yang jauh di mata, tetapi selalu ada di hati. Terima kasih untuk motivasinya. You always in my heart.

10. Kak Ag us, S. Psi, dan Kak Makki (rental komikstar), yang sud ah memberikan wawasan dan pengalamannya.

11. Sahabat-sahabati organisasi Pelajar Islam Indonesia (Pll) dan Remaja Mesjid Pamulang Permai I.

12. Kepada Susi, lid, Enrin, Epi, Eki, dan semua teman-teman SD di Paraman Ampalu, teman-teman SMP di Tap-Sel, teman-teman SMK di Padang&Jakarta, dan kepada semua teman-teman di Jakarta (UIN/luar UIN).

13. Kepada semua pihak lain yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam skripsi ini, semoga Allah SWT memberikan hidayahNya kepada kita semua. Amin ...

Jakarta, Februari 2007

(10)

HALAMAN PERSETUJUAN . . . .. . . .... .. ii

HALAMAN PENGESAHAN . . . . .. . . . ... . . ... . . ... . . . ... .. . . .... iii

MOTTO... iv

DEDIKASI... v

ABSTRAK... ... vi

KATA PENGANTAR ... .... ... ... ... ... ... ... ... ... ... viii

DAFT AR ISi ... ... ... ... ... .. . . .. .. . ... ... ... . . .. . ... . .. ... ... ... . . . ... .. x

DAFTAR TABEL ... ... . ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. xiv

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFT AR LAMPI RAN . .. ... ... . . . ... . . . ... . .. . . .. . . ... . . . ... ... . .. ... .

xv

BAB 1 PENDAHULUAN... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... 1

1.1 . Latar belakang masalah . . . .. . . 1

1.2. ldentifikasi masalah . . . .. .. .. . .. . 8

1.3. Pembatasan dan perumusan masalah ... . . ... ... 8

1.4. Tujuan dan manfaat penelitian . . . ... 9

1.5. Sistematika penulisan 10 BAB 2 KAJIAN PUST AKA .. . . ... ... ... . .. ... ... . .. ... ... . . ... . .. ... .... 11

2.1. Cemburu ... 11

(11)

2.1.5. Faktor yang dapat memicu cemburu... 21

2.1.6. Gender dan cemburu... 22

2.2. Stress... 23

2.2.1. Definisi stress... 23

2.2.2. Macam-macam stress... . . . .. 24

2.2.3. Stressor atau sumber stress ... ., . . . .. 28

2.3.4. Tahapan dan ciri-ciri orang yang mengalami stress... 29

2.3.5. Pengaruh stress terhadap jasmani -dan kejiwaan... .. ... ... .... ... 32

2.3. Remaja.. ... ... ... ... .. .... ... .. ... 34

2.3.1. Definisi remaja... ... ... .... ... ... 34

2.3.2. Remaja menu rut hukum... ... .. ... .. ... .. 34

2.3.3. Penggolongan masa remaja... ... 35

2.3.4. Perkembangan heteroseksual pada remaja.. .. 36

2.3.5. Keadaan emosi selama masa remaja... 38

2.4. Kerangka Berfikir... ... .. .. .. .. . .... ... ... 39

2.5. Hipotesis Penelitian... ... ... 41

BAB3 METODE PENELITIAN ... . 42

3.1. Jen is Penelitian .. . . 42

3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian . . . ... 42

3.1.2. Devinisi variabel dan operasional variabel . . . ... 43

3.2. Pengambilan Sampel ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .... 44

(12)

3.3.2. Teknik uji instrumen.. .. .. . . .. .. . . ... 46

3.4. Teknik Analisa Data... 52

3.5. Tahapan Penelitian... 60

BAB 4 PRESENTASI DAN ANALISIS DATA... 62

4.1 Gambaran Umum Responden Penelitian... ... ... ... ... 62

4.2. Presentasi dan Analisis Data... . . . .. 63

4.2.1. Uji instrumen penelitian . . . .. . . 63

4.2.2. Uji hipotesis . . . .. . . 66

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN... . .. ... .... 68

5.1. Kesimpulan... 68

5.2. Diskusi... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... ... .. . ... ... ... ... 68

5.3. Saran . . . .. . . .. . . .. . .. . . . ... . . .. . . .. . . . ... ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... . 72

(13)

Tabel 3.1. Blue print skala cemburu ... 47

Tabel 3.2. Kisi-kisi instrumen skala cemburu ... .48

Tabel 3.3. Blue print skala cemburu yang valid ... 49

Tabel 3.4. Blue print ska la stress ... 50

Tabel 3.5. Kisi-kisi instrumen skala stress ... 51

Tabel 3.6. Blue print skala stress yang valid ... 52

Tabel 3. 7. Skoring skala ... : ... 52

Tabel 3.8. Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai Alpha Cronbach ... 54

Tabel 3.9. Nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach skala cemburu ... 55

Tabel 3.10. Nilai koefisien reliabilitas Alpha Cronbach skala stress ... 55

Tabel 3.11. Hasil uji normalitas skala cemburu dan skala stress ... 56

DAFTAR TABEL PADA BAB 4:

Tabel 4.1. Gambara umum responden berdasarkan jenis kelamin, usia dan kelas ... 62

Tabel 4.2. lnterpretasi skor skala cemburu ... 64

Tabel 4.3. Kategori ska la cemburu ... 64

Tabel 4.4. lnterpretasi skor skala stress ... 65

Tabel 4.5. Kategori skala stress ... 65

[image:13.595.28.436.146.573.2]
(14)
[image:14.595.69.437.146.544.2]
(15)

Lampiran 2. Skala cemburu dan skala stress Lampiran 3. Validitas skala cemburu

Lampiran 4 Reliabilitas skala stress Lampiran 5. Validitas skala stress Lampiran 6. Reliabilitas skala stress Lampiran 7. Item skala cemburu Lampiran 8. Item valid skala cemburu Lampiran 9. Item skala stress

Lampiran 10. Item valid skala stress Surat izin melakukan try out dan penelitian

(16)

1.1 . Latar Belakang Masalah

Emosi adalah salah satu berkat Tuhan bagi manusia, maka kita perlu bersyukur kepada-Nya karena kita tahu betapa tinggi nilai emosi bagi kita. Tuhan memberikan emosi pada manusia untuk tujuan mulia, yaitu agar manusia hidup bahagia, berkelimpahan, dan memiliki hubungan yang harmonis antar manusia.

Manusia yang mampu mengendalikan emosi secara baik akan dapat meraih apa yang terbaik, karena pada dasarnya emosi adalah kekuatan yang luar biasa kalau dikendalikan untuk tujuan positif dan membangun, secara efektif dan efisien. Jadi, akan sangat besar manfaatnya kalau kita dapat

mengendalikan emosi untuk meraih tujuan yang diberikan Tuhan dalam kehidupan di dunia ini.

Banyak orang hidup di dalam ketidakberdayaan karena emosi yang dimiliki ;i

tidak dapat dikendalikan. Mereka mengeluarkan emosi·tanpa pengendalian

\,\

(17)

Ada orang yang berusaha menghindari emosi atau perasaan tertentu yang tidak disukai, sehingga melakukan hal-hal yang terlalu menyimpang,_Qan negatif. Mereka tidak mampu mengendalikan emosi dan mengubahnya

menjadi sesuatu yang bermanfaat dan mendorong mereka untuk melakukan hal-hal yang positif. Untuk menghindari emosi tersebut mereka melakukan pelarian ke dalam hal-hal yang merusak seperti minum alkohol berlebihan, menyalahgunakan obat-obatan, berjudi, makan berlebihan dan berbagai hal yang justru merusak. Hal ini juga dipertegas oleh Hurlock (1980) yang menyatakan bahwa ketika seseorang atau remaja pada khususnya mempunyai banyak masalah, namun tidak mampu mengatasinya secara memuaskan maka ia dapat mengalihkan perasaannya tersebut kepada hal-hal yang negatif seperti menggunakan obat-obat terlarang, merokok, minum-minuman keras atau menjadi pemabuk.

(18)

Dalam hubungan antar kekasih sering sekali emosi muncul, baik emosi yang positif maupun emosi yang negatif. Menurut Shaleh&Wahab HRPPTILセュッウゥ@

positif yang sering muncul yaitu adanya perasaan cinta, kegembiraan atau perasaan senang, dan kagum. Sedangkan emosi yang negatif contohnya marah, kesal, cemburu, benci, sedih, takut atau khawatir atau perasaan was-was dan curiga.

Cinta merupakan salah satu contoh emosi positif, karena di dalamnya

terdapat kehangatan, kepercayaan dan keinginan untuk membina hubungan. Ciri-cirinya antara lain seseorang akan merasa dekat dengan orang yang disenanginya, senang bercakap-cakap dengannya sampai waktu yang lama, merasa rindu apabila lama tidak bertemu.

Psikologi sebagai ilmu yang mempelajari manusia, sudah lama tertarik dengan konsep cinta, misalnya Eric Fromm dan Maslow (dalam Setiawan, 2005), karena menurut mereka manusia adalah satu-satunya makhluk yang dapat merasakan cinta. Hanya saja masalahnya, sebagai sebuah konsep, cinta sedemikian abstraknya sehingga sulit untuk didekati secara ilmiah.

(19)

perang memperebutkan kekuasaan, misteri, permainan dan sebagainya. Kisah pada setiap orang berasal dari "skenario" yang sudah dikenalqya, apakah dari orang tua, pengalaman, cerita dan sebagainya. Kisah ini

biasanya mempengaruhi orang bagaimana ia bersikap dan bertindak dalam

sebuah hubungan.

Dalam sebuah hubungan kekasih, tak jarang jug a emosi negatif muncul. Di atas telah disebutkan beberapa contoh emosi yang negatif, salah satunya yaitu perasaan cemburu. Rasa cemburu merupakan pengalaman emosional negatif sebagai hasil dari kemungkinan akan kehilangan relasi yang

berharga, baik oleh kehadiran pesaing yang riil (nyata) maupun pesaing yang dibayangkan ada (Sawitri, 2004).

Cemburu juga merupakan bentuk khusus dari kekhawatiran yang didasari oleh kurang adanya keyakinan terhadap diri sendiri dan ketakutan akan kehilangan kasih sayang dari seseorang. Seseorang yang mempunyai rasa cemburu selalu mempunyai sikap benci terhadap saingannya

(Shaleh&Wahab, 2004).

(20)

Masa remaja merupakan masa peralihan antara anak dan masa dewasa , yakni antara 12 sampai 21 tahun. Menurut Stanley Hall (dalam gオョセイウ。L@

1989), masa remaja merupakan masa penuh gejolak-gejolak emosi dan ketidakseimbangan sehingga remaja mudah mengalami stress. Remaja diombang-ambingkan oleh munculnya kekecewaan, meningkatnya konflik, krisis penyesuaian, angan-angan yang tidak tercapai, hal-hal percintaan, keterasingan dalam kehidupan dewasa dan norma kebudayaan.

Hurlock (1980) menyatakan bahwa masa remaja merupakan saat dimana

pertama kali tumbuhnya keinginan individu untuk memiliki hubungan dekat dengan lawan jenisnya. Karena salah satu tugas perkembangan remaja adalah membina hubungan baru yang lebih matang, baik dengan teman sejenis maupun lawan jenis. Ketika seseorang menginjak masa remaja, mulai ada ketertarikan kepada lawan jenisnya. Hal ini disebabkan karena mulai berfungsinya alat reproduksi dan meningkatnya produksi hormon seksual dan pada saat itulah remaja mulai jatuh cinta.

(21)

mengembangkan minatnya kepada berbagai kegiatan yang melibatkan

keikutsertaan laki-laki dan perempuan.

Stress berlaku dalam semua aspek kehidupan. Adakalanya stress membawa

dampak yang positif sehingga individu yang mengalami stress positif akan

merasa lebih bersemangat untuk menghadapi kehidupan. Selain itu, ada juga

stress yang membawa dampak negatif sehingga individu yang mengalami

stress negatif akan merasa sangat tertekan dan hilang kemampuan 1:mtuk

berfungsi secara optimal.

Dalam hubungan antar kekasih atau percintaan, stress secara positif atau

eustress lazimnya akan merangsang perasaan kasih sayang yang lebih

mendalam dan membina ikatan hubungan yang lebih kukuh. lni karena eustress

dapat dianggap sebagai hal yang dapat menguji kekuatan kasih antara dua insan.

Namun demikian stress negatif atau distress juga sering menyebabkan pasangan

muda berkonflik dan secara tidak langsung mengikis tenaga dan perasaan cinta

yang ada antara satu sama lain. Distress ini dapat memisahkan pasangan apabila

langkah-langkah yang sepatutnya, tidak diambil untuk memperbaiki hubungan

tersebut. Stress negatif dalam percintaan juga dapat mengurangi rasa kasih

sayang dan mungkin memusnahkan hubungan percintaan tersebut sekiranya

(22)

Menu rut Charles (dalam Hartina, 2006), salah satu jenis utama stress adalah

stress situasi (situational stress). Stress ini berlaku dengan tiba-tiba akibat

kejadian tertentu yang tidak disangka dan memerlukan seseorang untuk

menghadapinya dengan segera. Contoh penyebab stress ini dalam percintaan

ialah kehadiran pihak ketiga yang menyebabkan cemburu, curiga dan lain-lain.

Sekiranya tidak dihadapi dengan baik akan membawa kepada tingkat stress yang

lebih besar.

Dari uraian di atas, maka skripsi ini akan melihat hubungan antara cemburu

dengan stress pada remaja. Oleh karena itu, penelitian ini berjudul:

Hubungan antara Cemburu dengan Stress pada Remaja di SMUN 1

Pamulang.

1.2 .

ldentifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka identifikasi

permasalahannya adalah:

1. Apakah ada hubungan antara cemburu dengan stress pada remaja?

2. Apakah perasaan cemburu berpengaruh terhadap tingkat stress pada

remaja?

3. Apakah ada hubungan antara cemburu dengan stress berdasarkan jenis

(23)

1.3.

Pembatasan dan Perumusan Masalah

Agar masalah yang diteliti tetap selalu berada dalam jalurnya dan terarah, maka batasan permasalahan penelitian ini adalah:

a. Cemburu merupakan reaksi emosional yang negatif berupa takuUcemas, marah dan sedih, yang dirasakan oleh seseorang terhadap pacarnya karena adanya orang ketiga yang dapat mengancam keharmonisan hubungan antara kekasih, ancaman tersebut bisa bersifat nyata maupun khayalan.

b. Stress yang dimaksud adalah gangguan fisiologis seperti gangguan sistem pencernaan dan respon psikologis terhadap stimulus yang tidak menyenangkan dan menekan, sehingga hormon akan meningkat dan mengalir ke dalam tubuh, emosi pun meningkat dan ketegangan

bertambah. Seseorang dikatakan mengalami stress apabila ia tidak dapat mengendalikan emosinya, ia juga tidak lagi mampu memenuhi tuntutan baik dari lingkungan, dari dalam dirinya sendiri, juga dari situasi yang ada dengan apa yang dimilikinya.

c. Remaja yang dimaksud adalah siswa-siswi SMUN 1 Pamulang, yang berusia 14 sampai 18 tahun.

(24)

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan cemburu dengan stress pada remaja.

Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

untuk:

1. Memberikan kontribusi yang positif terhadap khazanah ilmu psikologi.

2. Merangsang penelitian lain yang ada kaitannya dengan cemburu .dan stress.

3. Sebagai bahan pertimbangan bagi remaja yang sedang berpacaran agar lebih bijak dalam memikirkan ha! yang berkaitan dengan cemburu dan stress.

Sedangkan secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi remaja dalam menghadapi permasalahan cemburu yang berhubungan dengan stress

1.5.

Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk mempermudah pembahasan, skripsi ini terbagi dalam Hrna bab dengan sistematika sebagai berikut:

(25)

BAB2

BAB 3

BAB4

BABS

masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika

penulisan. セ@

Kajian pustaka mengenai cemburu meliputi definisi cemburu, jenis-jenis cemburu, proses cemburu, faktor-faktor yang mempengaruhi cemburu, faktor yang dapat memicu cemburu, gender dan cemburu. Stress meliputi definisi stress, macam-macam stress, stressoratau sumber-sumber stress, tahapan dan ciri-ciri orang yang mengalami stress, pengaruh stress terhadap jasmani dan kejiwaan. Remaja meliputi definisi remaja, remaja menurut hukum, penggolongan masa remaja, perkembangan heteroseksualitas pada remaja, dan keadaan emosi selama masa remaja. Kerangka berfikir serta hipotesis penelitian.

Metode Penelitian. Bab ini berisi tentang jenis penelitian, pendekatan dan metode penelitian, definisi variabel dan

operasional variabel, pengambilan sampel, populasi dan sampel, teknik pengambilan sampel, pengumpulan data, metode dan instrumen penelitian, teknik uji instrumen, teknik analisa data, dan tahapan penelitian.

Presentasi dan analisa data, membahas tentang gambaran umum responden, presentasi dan anailsa data, dan pembahasan has ii.

(26)

2.1.

Cemburu

2.1.1. Definisi cemburu

Manusia diciptakan dan ditakdirkan Tuhan untuk hidup berpasang-pasangan. Dalam menjalani kehidupan, setiap pasangan tentu pernah merasakan

adanya konflik yang mengiringi hubungan mereka. Salah satu konflik tersebut adalah perasaan cemburu. Cemburu bagi pasangan sebenarnya merupakan ha! yang tidak aneh, karena perasaan cemburu merupakan ha! yang biasa terjadi pada setiap pasangan.

Parker et all (dalam Halimatussadiyah, 2004) menyatakan bahwa cemburu merupakan reaksi emosi yang tidak menyenangkan terhadap suatu

hubungan karena adanya orang ketiga yang terlihat sebagai penyelundup diantara mereka.

Rasa cemburu juga merupakan pengalaman emosional negatif sebagai hasil dari kemungkinan akan kehilangan relasi yang berharga, baik oleh kehadiran pesaing yang riil (nyata) maupun pesaing yang dibayangkan ada

(27)

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, cemburu diartikan sebagai perasaan

セ@ tidak atau kurang senang melihat orang lain beruntung atau sebagaiqya.

White (1989) menyatakan bahwa cemburu juga merupakan reaksi emosional berupa perasaan takut, cemas, dan marah karena adanya ancaman dari pihak ketiga yang mungkin akan merusak hubungan dengan pasangan, dan ancaman tersebut bisa bersifat nyata, potensial maupun hayalan. Hal ini juga terjadi karena merasa kurang yakin pada diri sendiri.

Pendapat yang hampir sama diungkapkan pula oleh Nadjati (2000), yang mengatakan bahwa ketika seseorang merasakan orang yang dicintainya mengarahkan cintanya kepada orang lain, maka ia akan merasakan emosi ganda yaitu marah, benci, serta ada keinginan untuk menyakiti.

Menurut Deaux dan Wrightsman (dalam Halimatussadiyah, 2004)

kebanyakan definisi cemburu lebih kepada wilayah emosi. Hal ini dialami ketika pasangan merasa bahwa ada orang lain yang secara nyata atau

(28)

Seperti yang telah di paparkan di bab sebelumnya bahwa manusia memiliki

セ@ emosi positif maupun emosi negatif. Emosi positif yang sering muncuJ yaitu adanya perasaan cinta, kegembiraan atau perasaan senang, dan kagum Sedangkan emosi yang negatif contohnya marah, kesal, cemburu, benci, sedih, takut atau khawatir atau perasaan was-was (Shaleh&Wahab, 2004).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa cemburu merupakan reaksi emosional yang negatif yang dirasakan oleh seseorang karena adanya orang ketiga yang dapat mengancam keharmonisan hubungan yang ada. Ancaman tersebut bisa bersifat nyata, maupun khayalan.

2.1.2. Jenis-jenis cemburu

White (seperti yang dikutip oleh Brehm, 1992) mengkategorikan cemburu kedalam dua jenis yaitu chronic jealousy dan relationship jealousy.

Chronic jealousy ditemukan pada seseorang yang mengidentifikasikan dirinya sedang mengalami perasaan cemburu dalam hubungan yang sedang dijalani. Cemburu jenis ini berkaitan dengan karakteristik kepribadian

(29)

Relationship jealousy lebih menggunakan pendekatan situasional セ@ dibandingkan dengan pendekatan kepribadian. Jenis cemburu ini

menekankan faktor-faktor dalam hubungan yang meningkatkan atau menghambat perasaan cemburu. Pada pendekatan ini cemburu dilihat sebagai reaksi individu terhadap kondisi hubungan.

Buunk (seperti yang dikutip oleh Brehm, 1992) membagi cemburu kepada actual jealousy dan anticipate jealousy. Actual jealousy merupakan cemburu yang sedang dialami atau pernah dialami oleh seseorang. Sedangkan Anticipate jealousy merupakan cemburu yang diduga dapat dialami individu apabila kejadian yang dapat memicu kecemburuan ada di dalam hubungan tersebut. Sebagian individu hanya berfikir mengenai hal yang mungkin

membuatnya cemburu, dan bila hal tersebut tidak muncul maka ia tidak akan cemburu. Sebaliknya, jika hal tersebut muncul maka individu akan

mengalami cemburu.

(30)

2.1.3. Proses Cemburu

Menurut Brehm (1992), cemburu merupakan suatu proses ーウゥォッャッァゥセ@ yang

kompleks. White (dalam Brehm, 1992) menjelaskan beberapa komponen dalam proses cemburu, yaitu:

a. Primary appraisal (penilaian awal). Pada tahap ini individu

mempersepsikan adanya ancaman terhadap hubungan yang sedang ia

jalani. Proses ini merupakan permulaan dan ambang terjadinya kecemburuan individu. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi primary appraisal pada cemburu ada 2 yaitu: 1) faktor hubungan yang meliputi a) kualitas hubungan, b) tipe hubungan. 2) faktor karakteristik ancaman yang meliputi a) beratnya ancaman (severity of the threat) dan b) tipe ancaman, yang akan dijelaskan pada subbab berikutnya.

b. Secondary appraisal (penilaian kedua). lndividu mencoba untuk

(31)

rasional, seperti individu berkata bahwa ia tidak akan pernah bahagia lagi _ karena kekasih rneninggalkannya. Akan tetapi individu yang rnengal<;trni

cernburu tidak rnenyadari bahwa pikirannya tidak rasional. la rnenganggap pikiran rnerupakan bagian dari realitas yang rnenyebabkan reaksi ernosional yang ekstrirn.

c. Emotional Reaction (reaksi ernosional). Keadaan ernosional dan intensitas respon ernosional saat cernburu sangat beragarn dan berrnacarn-rnacarn. Sebagian besar orang rnenganggap cernburu hanya rnengalarni ernosi negatif, seperti kernarahan pada pasangan atau pihak ketiga, kecernasan akan kehilangan hubungan dengan pasangan, depresi dan sedih.

Bringle (dalarn Lesrnawati, 2004) rnenyatakan bahwa reaksi khas yang

rnuncul dalarn reactive jealousy adalah rnarah, takuUcernas dan sedih. Marah

(32)

Pendapat yang hampir sama mengenai reaksi emosional yang ditimbulkan oleh perasaan cemburu juga diungkapkan oleh Sharpsteen dan Kirkl(atrick (1997) yang menyatakan bahwa tiga emosi yang timbul akibat cemburu yaitu ketakutan/kecemasan, marah dan perasaan sedih. Ketakutan merupakan reaksi utama ketika individu merasa terancam kehilangan pasangan,

kemudian baru muncul kemarahan sebagai reaksi kedua. Setelah kehilangan terjadi, maka selanjutnya individu akan merasa sedih.

Ketika individu mengalami ketakutan/kecemasan akan kehilangan pasangan, ada beberapa reaksi yang akan ditimbulkan, antara lain, individu akan

merasa bingung, takut, frustrasi, merasa diawasi, tidak dapat hidup sendiri,

dan menyalahkan diri sendiri.

Adapun reaksi yang ditimbulkan apabila individu mengalami kemarahan yaitu individu tidak akan berfikir sebelum bertindak, mudah menyindir, merasa marah, benci, kejam, kasar, ingin membalas dendam, ingin melukai seseorang, berfikir negatif, bertengkar dengan pasangan, menyalahkan pasangan, dan membuat pasangan cemburu.

(33)

merasa tidak ada yang peduli, rendah diri, merasa sakit, patah hati, dan merasa tidak dianggap.

d. Coping (penanggulangan). lndividu yang sedang cemburu akan mengatasi perasaan tersebut dengan cara yang berbeda-beda. Adapun tujuan dari perilaku coping ini menurut Bryson (dalam Brehm, 1992) ada 2 orientasi

utama yaitu: 1) Usaha untuk mempertahankan hubungan yang akan mengahasilkan perilaku yang konstruktif yaitu komunikasi dan solusi, maupun perilaku yang destruktif yaitu pura-pura tidak tahu dan menghindari konflik. Dan 2) usaha untuk mempertahankan self-esteem dengan cara

memutuskan hubungan atau dengan menyerang pasangan atau orang ketiga secara verbal maupun fisik.

e. Coping Result (hasil penanggulangannya). Komponen terakhir merupakan hasil dari respon coping yang dilakukan oleh individu.

Jika kita melihat proses yang telah dikemukakan di atas, jelas sekali bahwa komponen-komponen cemburu serta reaksinya, melibatkan faktor-faktor kognitif yang terlihat pada proses pertama dan kedua, kemudian emosional yang ada pada proses ketiga dan perilaku yang terlihat pada proses keempat dan kelima.

(34)

ketiga akan menjadi fokusnya. Tiga reaksi emosional yang akan diukur adalah takut/cemas, marah dan sedih.

2.1.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi cemburu

Menurut James Park (dalam Halimatussadiyah, 2004) munculnya cemburu dalam hubungan cinta dikarenakan tiga hal, yaitu perbandingan, persaingan dan ketakutan akan kehilangan pasangannya. Ketika ketiga faktor tersebut

tidak signifikan, maka kecemburuan individu terhadap pasangannya·semakin berkurang. Dan para peneliti percaya bahwa ada 2 faktor yang biasa

mendasari kebanyakan reaksi cemburu, yaitu keinginan akan hubungan yang eksklusif serta perasaan inadequacy.

Sedangkan menurut Berscheid (seperti yang dikutip dalam Brehm, 1992) faktor-faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya cemburu jika dilihat dalam prosesnya terjadi pada tahap primary appraisal. Pada tahap ini individu dapat mempersepsikan adanya ancaman pada hubungan yang sedang ia jalani, karena hal-hal berikut:

a. Faktor hubungan yang meliputi:

(35)

karena ia menganggap hubungannya sangat berarti. jika seseorang semakin tergantung pada hubungan untuk membuat bahagia, maka semakin mudah untuk mengalami cemburu.

Selain depedency, kualitas hubungan juga dipengaruhi oleh perasaan tidak aman (insecure) yang akan terjadi jika individu merasa

hubungannya terancam, karena bagi seseorang yang memiliki perasaan tidak aman maka ia dapat mempersepsikan adanya ancaman terhadap hubungannya, walaupun sebenarnya ancaman tersebut tidak ada.

2. Tipe hubungan. Cemburu seringkali terjadi pada hubungan percintaan dibandingkan hubungan pertemanan. Karena dalam hubungan pertemanan kita lebih membebaskan teman tersebut untuk berhubungan dengan orang lain. Di dalam hubungan percintaan, kita lebih sensitif untuk mempersepsikan bahwa hadirnya orang lain atau pihak ketiga sebagai ancaman yang dapat merusak hubungan.

b. Faktor ancaman yang meliputi:

1. Beratnya ancaman. Segala sesuatu mengenai orang lain yang lebih menarik dan melebihinya di segala bidang dan juga mantan pacar pasangan akan dianggap sebagai ancaman yang cukup berarti bagi

(36)

mantan pacar atau orang lain yang lebih dari dirinya, individu akan mudah mempersepsikan ancaman dalam hubungannya walaupun terkadang hal itu memang tidak ada.

2. Jenis ancaman. Ancaman yang dipersepsikan dapat berupa ar.caman seksual yang terjadi ketika individu merasakan bahwa pasangannya berminat untuk melakukan hubungan seksual dengan orang lain. Jenis ancaman lain yaitu ancaman emosional yang terjadi ketika pasangan lebih perhatian atau lebih peduli terhadap orang lain dibandingkan dirinya, ada juga ancaman yang berupa ancaman non sosial yaitu kecemburuan karena aktivitas pasangan terlalu padat dan sibuk pada pekerjaannya atau hobinya sehingga pasangan yang menganggap dirinya tidak dipedulikan akan bereaksi cemburu.

2.1.5. Faktor yang dapat memicu cemburu

(37)

(1) karena pasangan yang rnernberikan perhatian pada lawan jenis, (2) pasangan tidak berbagi keuntungan yang didapat, (3) pasangan tidak setia, (4) pasangan lebih peduli terhadap orang lain, (5) dibohongi oleh pasangan. Faktor-faktor ini disusun secara hierarki dari faktor yang paling rnenirnbulkan kecernburuan, hingga faktor yang kurar.g rnenirnbulkan kecernburuan

(Yulianto, 2002).

Di Indonesia sendiri, Nugraha (1994) rnenernukan adanya 7 faktor yang rnenyebabkan kecernburuan rnahasiswa terhadap pasangannya yaitu: (1) pacar berternan dekat dengan lawan jenis lain, (2) pacar akrab dengan lawan jenis lain, (3) pacar terlalu sibuk dengan kegiatan pribadinya, (4) pacar

rnengagurni lawan jenis lain, (6) pacar rnernberikan perhatian kepada lawan jenis lain, dan (7) pacar rnengalarni kontak fisik dengan lawan jenis lain. Dan rnenurut pengalarnan, jika ancarnan itu adalah rnantan pacar atau orang yang pernah rnenyukai pasangan, rnaka ancarnan itu akan dianggap lebih serius.

2.1.6. Gender dan cemburu

Hasil studi rnenunjukkan bahwa antara laki-laki dan perernpuan cenderung rnerasakan cernburu dengan alasan yang berbeda. Sebagai contoh

(38)

dilakukan di Indonesia oleh Nugraha (1994) yang menghasilkan adanya perbedaan gender dalam faktor-faktor penyebab cemburu, pada mabasiswi faktor (1) pacar berteman dekat dengan lawan jenis lain, (2) pacar akrab dengan lawan jenis lain, dan (4) pacar mengagumi lawan jenis lain, lebih menyebabkan kecemburuan terhadap pasangan dibandingkan dengan mahasiswa.

2.2. Stress

2.2.1. Definisi stress

Sarafino (1998) mendefinisikan stress sebagai suatu keadaan yang timbul ketika interaksi individu dengan lingkungan mendorong seseorang

mempersepsikan adanya ketidaksesuaian antara tuntutan dari situasi yang ada dengan sumber yang dimilikinya baik secara biologis, psikologis atau sistem sosial.

Lazarus dan Folkman (dalam Goldberger&Breznitz, 1982) mendefinisikan stress secara psikologis, sebagai berikut:

"Psychological stress requires two judgment that environmental and or

internal demands tax or exceed the individual's resources for managing them"

(39)

dari dalam dirinya sudah membebani dan melebihi kemampuannya untuk mengatasi tuntutan tersebut.

Menurut Renner Biren (dalam Nurlaela, 2001) stress adalah gangguan-gangguan fisiologis dan respon psikologis terhadap stimulus yang tidak menyenangkan dan menekan. Stimulus yang menyebabkan stress disebut stressor, bisa berasal dari lingkungan atau dari dalam diri individu yang bersangkutan dan juga bisa berupa tekanan fisik dan tekanan psikologis.

Menurut Lazarus (1976), stress adalah fenomena universal sebagai akibat dari pengalaman intensif yang menekan, sehingga menimbulkan pengaruh tertentu pada tingkah laku individu. Stress muncul apabila ada tuntutan dari lingkungan yang berada di luar batas kemampuan individu untuk

mengatasinya.

Zakiyah Daradjat (2004) menyatakan bahwa ketika seseorang sedang labil, maka ia tidak bisa berfikir positif karena dikendalikan oleh emosinya. Orang yang biasa menerima kenyataan yang dialaminya dan yang bisa

mengendlikan emosi, cenderung jarang mengalami stress.

(40)

itu stress dapat juga merupakan faktor pencetus, penyebab sekaligus akibat dari suatu gangguan atau penyakit (Hawari, 1996).

Berdasarkan beberapa definisi di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa seseorang dikatakan mengalami stress apabila ia tidak dapat

mengendalikan emosinya, ia juga tidak lagi mampu memenuhi tuntutan baik dari lingkungan, dari dalam dirinya sendiri, juga dari situasi yang ada dengan apa yang dimilikinya.

2.2.2. Macam-macam stress

Menurut Hartina (2006) stress berlaku dalam semua aspek kehidupan. Adakalanya stress membawa dampak yang positif sehingga individu yang

mengalami stress positif akan merasa lebih bersemcingat untuk menghadapi kehidupan. Selain itu, ada juga stress yang membawa dampak negatif sehingga individu yang mengalami stress negatif akan merasa sangat tertekan dan hilang kemampuan untuk berfungsi secara optimal.

Hartina (2006), membagi stress menjadi dua macam, yaitu:

a. Stress positif

Stress positif biasanya dikenal dengan nama

eustress.

Dalam percintaan stress
(41)

dianggap sebagai hal yang dapat menguji kekuatan cinta atau perasaan antara dua insan. Selain itu eustress juga akan memberikan dampak yang positif bagi

kita, misalnya, saat kita dihadapkan pada suatu kasus atau persoalan yang menarik bagi kita, kita menjadi tertantang untuk menyelesaikannya.

Kreativitas kita pun lalu terstimulasi, dan kita akan bersemangat. Contoh: bagi yang suka matematika, ia akan bersemangat mengerjakan soal-soal matematika.

b. Stress negatif

Stress negatif atau distress juga sering menyebabkan pasangan muda berkonflik dan secara tidak langsung mengikis tenaga dan perasaan cinta yang ada antara satu sama lain. Distress ini dapat memisahkan pasangan apabila langkah-langkah yang sepatutnya, tidak diambil untuk memperbaiki hubungan tersebut. Distress atau stress negatif dalam percintaan juga dapat mengurangi rasa kasih sayang dan mungkin memusnahkan hubungan percintaan tersebut sekiranya tidak ditangani dengan segera.

Selain itu distress juga akan memberikan dampak negatif bagi tubuh dan jiwa kita. Karena, ketika seseorang mengalami distress, maka otak secara

(42)

yang semakin keras, sekresi asam lambung yang berlebihan, dan

penyempitan saluran pernafasan. Respon-respon fisiologis tersebutlah yang lambat laun akan merusak sistem fisiologis dan neural (saraf) kita. Kerusakan di satu sistem akan menyebabkan kerusakan pada sistem lainnya. Oleh sebab itu bukan tidak mungkin, semua sistem tubuh kita pun akan ikut terkena dampaknya.

Menurut Prisandi (2006) distress atau stress negatif berkaitan erat dengan emosi negatif. Saat kita mengalami distress, otomatis emosi kita pun negatif. Ada beberapa jenis respon terhadap emosi negatif, yaitu :

1. Repress/Supress. Respon yang dilakukan adalah dengan menekan -baik secara sadar maupun tidak sadar- emosi. Penekanan yang dilakukan adalah ke alam bawah sadar. Dalam hal ini kita cenderung melupakan semua kemarahan kita.

2. Express. Respon ini dilakukan dengan mengekspresikan semua apa yang kita rasakan. Misalnya ketika kita marah pada teman/pacar kita, kita Jalu mengumpat di depannya atau menamparnya.

(43)

2.2.3. Stressor atau sumber stress

Stress berawal dari adanya sumber stress (stressor) yaitu keadaan, $ituasi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan, obyek atau individu yang dapat menimbulkan stress. Menurut Lazarus (1976) stressor yang timbul dari dalam diri individu itu sendiri disebut stressor internal dan stressor yang berasal dari lingkungan disebut dengan stresor eksternal. Stressor bisa mengancam kehidupan atau status seseorang, atau dapat menyerang sistem keyakinan yang dianut.

Soewondo (1993) mendefinisikan sumber-sumber stress (stressor) sebagai keadaan, situasi, objek atau individu yang dapat menimbulkan stress. Menurut Soewondo secara umum stressor dapat dibagi atas:

1. Stressor Fisik

Contohnya adalah keadaan cuaca: panas-dingin, suara bising, kondisi dan peralatan kerja yang buruk, populasi udara, keracunan makanan, obat-obatan, dan lain-lain.

2. Stressor Sosial:

a. Keluarga

(44)

b. Kondisi sosial, ekonorni, politik.

Contohnya tidak rnendapatkan pekerjaan, pajak, rnasalah keuangan, dan sebagainya.

c. Jabatan, karir, hubungan interpersonal dan lingkungan

Contohnya kornpetisi dalarn pekerjaan, kornunikasi, dan sebagainya. 3. Stressor psikologis

a. Frustrasi

Tidak tercapainya keinginan atau tujuan karena adanya harnbatan. b. Ketidakpastian

Adanya keraguan atau ketidakpastian akan rnasa depan, pekerjaan, rnasalah keluarga dan sebagainya.

c. Rasa bersalah, khawatir, dan inferior

2.2.4. Tahapan dan ciri-ciri orang yang mengalami stress

Gangguan stress biasanya tirnbul secara Jarnban, tidak jelas kapan rnulainya dan seringkali kita tidak rnenyadarinya. Narnun dernikian, dari pengalarnan praktek psikiatri, para ahli rnencoba rnernbagi stress tersebut dalarn enarn tahapan. Setiap tahapan rnernperlihatkan sejurnlah gejala-gejala yang

(45)

Petunjuk-petunjuk tahapan stresss tersebut dikemukakan oleh Robert

J.

Van Amberg,

Psikiater, (dalam Hawari, 1996) yaitu sebagai berikut

1. Stress tingkat I (tingkat ringan)

Tahapan ini merupakan tingkat stress yang paling ringan, dan pada tahapan ini disertai dengan perasaan-perasaan: semangat besar, penglihatan tajam, energi dan gugup berlebihan, kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya. Tahapan ini biasanya menyenangkan dan orang lalu セ@

bertambah semangat, tanpa disadari bahwa sebenarnya cadangan energinya

sedang menipis.

2. Stress tingkat II (tingkat sedang)

Keluhan-keluhan yang sering dikemukakan pada tingkatan ini adalah: merasa letih sewaktu bangun pagi, merasa lelah sesudah makan siang, merasa lelah menjelang sore hari, terkadang gangguan dalam sistem pencernaan

(gangguan usus, perut, kembung), kadang-kadang jantung berdebar-debar, perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang leher), perasaan tidak bisa santai.

3. Stress tingkat Ill (tingkat sedang)

(46)

otot-otot terasa tegang, perasaan tegang yang semakin meningkat,

gangguan tidur (susah tidur, sering terbangun malam dan sukar エゥ、オセ@ kembali, atau bangun terlalu pagi), badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan).

Pada tahapan ini penderita sudah harus berkonsultasi pada dokter, kecuali kalau beban stress atau tuntutan-tuntutan dikurangi, dan tubuh mendapat kesempatan untuk beristirahat atau relaksasi, guna memuluhkan suplai energi.

4. Stress tingkat IV (tingkat berat/tinggi)

Tahapan ini sudah menunjukkan keadaan yang lebih buruk, yang ditandai dengan ciri-ciri yaitu: untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit, kegiatan-kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa sulit, kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi pergaulan sosial dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat, tidur semakin sukar, mimpi-mimpi

menegangkan, dan seringkali terbangun dini hari, perasaan negativisik, kemampuan berkonsentrasi menurun tajam, perasaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa.

5. Stress tingkat V (tingkat berat/tinggi)

(47)

Stress dapat berpengaruh terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan seseorang. Di bawah akan disebutkan beberapa pengaruhnya: o Reaksi yang bersifat jasmani dapat berupa:

Jantung berdebar-debar, otot tegang, sakit kepala, sakit perut/diare, lelah, gangguan makan dan eksim.

o Reaksi yang bersifat kejiwaan berupa:

Sukar konsentrasi, sukar tidur, cenderung menyalahkan orang lain, cemas, menarik diri, menyerang, dan mudah tersinggung.

Reaksi jasmani ataupun kejiwaan yang disebutkan di atas merupakan reaksi

distress, karena dampak stress yang dialami merupakan dampak negatif. Tetapi terkadang reaksi dari stress dapat juga berdampak positif (eustress), hal ini dapat dilihat apabila terjadi reaksi seperti semangat Jebih besar, penglihatan tajam, dan kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya.

(48)

2.3. Remaja

2.3.1. Definisi remaja

Remaja adalah salah satu masa dalam rentang perjalanan pertumbuhan dan perkembangan individu,

lstilah adolescence atau remaja berasal dari kata Latin yaitu adolescere yang

berarti "tumbuh" atau "tumbuh menjadi dewasa". lstilah adolescence, seperti yang dipergunakan saat ini mempunyai arti yang luas, mencakup

kematangan mental, emosional, sosial, dan fisik.

Pandangan ini diungkapkan oleh Piaget yang menyatakan bahwa: Secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu

berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua, melainkan berada dalam tingkat yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah

hak .... .integrasi dalam masyarakat (dewasa) mempunyai banyak aspek efektif, kurang lebih berhubungan dengan masa

puber ... termasuk juga perubahan intelektual yang

mencolok ... transformasi intelektual yang khas dari cara berfikir remaja memungkinkannya untuk mencapai integrasi dalam hubungan sosial orang dewasa, yang kenyataannya merupakan ciri khas yang umum dari periode perkembangan ini. (Hurlock, 1980)

2.3.2. Remaja menurut hukum

Beberapa undang-undang tidak mengenal istilah remaja. Undang-undang Kesejahteraan Anak (UU No. 4/1979) misalnya, menganggap semua orang di bawah usia 21 tahun dan belum menikah sebagai anak-anak dan karenanya berhak mendapat perlakuan dan kemudahan-kemudahan yang

(49)

dan lain-lain). Di sisi lain, undang-undang tidak menganggap mereka yang di atas usia 16 tahun untuk wanita atau 19 tahun untuk laki-laki (pasal 7 UU No. 1/1974 tentang perkawinan) bukan anak-anak lagi, tetapi mereka juga belum dapat dianggap sebagai dewasa penuh, sehingga masih diperlukan izin orang tua untuk mengawinkan mereka. Namun, ketika usia seseorang antara 16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki sampai 21 tahun (pasal 6 ayat 2 UU No. 1/1974 tentang perkawinan), maka baru dapat disejajarkan dengan pengertian-pengertian "Remaja" dalam ilmu-ilmu sosial lainnya.

Dari beberapa definisi di alas, penulis menarik kesimpulan bahwa masa remaja adalah masa dimana individu mulai tumbuh ke arah kematangan, baik itu kematangan organ-organ fisik (seksual), emosional, mental juga

kematangan sosial psikologi. Selain itu remaja juga diartikan sebagai masa perkembangan sikap, dari sikap yag tergantung kepada orang tua ke arah sikap kemandirian, adaya perhatian terhadadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.

2.3.3. Penggolongan masa remaja

(50)

Pada tahap ini, remaja mengembangkan fikiran-fikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah terangsang secara erotis. Kepekaan yang berlebihan tersebut terjadi karena berkurangnya kendali terhadap ego yang menyebabkan para remaja awal sulit mengerti dan dimengerti orang dewasa.

2. Remaja madya (Middle adolescence): 14-18 tahun

Pada tahap ini, remaja sangat membutuhkan kawan-kawan. la senang jika memiliki banyak teman yang menyukainya. Ada kecenderungan "narcistis" atau mencintai diri sendiri dengan menyukai teman-teman yang

mempunyai sifat-sifat yang sama dengan dirinya. Selain itu ia berada dalam kondisi kebingungan karena ia tidak tahu harus memilih teman yang mana, ia juga peka atau tidak peduli, ramai-ramai atau sendiri, optimis atau pesimis, idealis atau materialis dan sebagainya.

3. Remaja akhir (Late adolescence): 18-21 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa dan ditandai dengan pencapaian 5 hal, seperti yang disebutkan di bawah ini:

a. Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b. Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang lain dalam pengalaman-pengalaman baru.

(51)

d. Egosentris (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri dengan orang lain).

e. Tumbuh "dinding" yang memisahkan diri pribadinya (private self) dengan masyarakat umum (public)

2.3.4. Perkembangan heteroseksualitas pada remaja

Masa remaja juga merupakan saat dimana pertama kali tumbuhnya

keinginan individu untuk memiliki hubungan dekat dengan lawan jenisnya. Karena salah satu tugas perkembangan remaja adalah membina hubungan baru yang lebih matang, baik dengan teman sejenis maupun lawan jenis. Ketika seseorang menginjak masa remaja, mulai ada ketertarikan kepada lawan jenisnya. Hal ini disebabkan karena mulai berfungsinya alat reproduksi dan meningkatnya produksi hormon seksual dan pada saat itulah remaja mulai jatuh cinta.

(52)

2.3.5. Keadaan emosi selama masa remaja

Hurlock (1980) menyatakan bahwa secara tradisional masa remaja dianggap sebagai periode "badai dan tekanan'', suatu masa dimana ketegangan emosi meninggi sebagai akibat dari perubahan fisik dan kelenjar. Tetapi tidak semua remaja mengalami masa badai dan tekanan. Sebagian besar remaja mengalami ketidakstabilan dari waktu ke waktu sebagai konsekuensi dari usaha penyesuaian diri pada pola perilaku baru dan harapan sosial yang baru. Misalnya, masalah yang berhubungan dengan percintaan merupakan masalah yang pelik pada periode ini. Bila kisah cinta berjalan lancar, remaja akan merasa bahagia, tetapi mereka akan merasa sedih apabila kisah

percintaannya kurang lancar. Selain itu menjelang berakhirnya masa sekolah para remaja mulai mengkhawatirkan masa depan mereka.

Dalam budaya Amerika, periode remaja ini dipandang sebagai masa "Strom

and Stress", frustasi dan penderitaan, konflik dan krisis penyesuaian, mimpi dan melamun tentang cinta dan perasaan teralineasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas dalam Yusuf Syamsu, 2000).

(53)

mudah mengalami stress. Remaja diombang-ambingkan oleh munculnya kekecewaan, meningkatnya konflik, krisis penyesuaian, angan-angan yang tidak tercapai, hal-hal percintaan, keterasingan dalam kehidupan dewasa dan norma kebudayaan.

2.4.

Kerangka Berfikir

Salah satu persoalan yang dihadapi oleh individu yang sedang menjalin hubungan percintaan dengan pasangannya adalah timbulnya perasaan cemburu. Hal ini terjadi ketika hadirnya berbagai ancaman diantara mereka dan ini mungkin sekali dapat menghancurkan hubungan mereka.

Terkadang istilah bahwa cemburu merupakan tanda cinta itu memang dapat dibenarkan. Tetapi bila cemburu itu telah menjadi suatu emosi yang tidak sehat dan tidak wajar (patologi cemburu/disebut juga morbid jealousy), maka individu akan cenderung menjadi cemas, depresi, dan sulit untuk mengontrol kemarahan dan akan cenderung merusak dirinya atau orang lain, bahkan ia juga mampu untuk membunuh dirinya sendiri.

(54)

stressor. Ancaman ini mungkin berbentuk kehadiran orang ketiga, perselisihan

atau pertengkaran yang berkepanjangan,krisis atau perubahan besar dalam

kehidupan, jarak yang memisahkan dan lain-lain. Akibat dari kehadiran ancaman

ini individu akan mengalami pelbagai perasaan seperti salah sangka, cemburu,

ingin tahu, curiga, risau dan lain-lain. Perasaan yang dirasakan seperti bimbang

dan curiga ini hanya akan mengurangi tenaga seseorang apabila tidak diredakan

dengan segera.

Menurut Orman (dalam Hartina, 1995) salah satu penyebab individu merasa

bimbang ialah kurangnya rasa percaya terhadap kemampuan diri sendiri atau

orang lain. Kalau saja pasangan memiliki rasa percaya satu sama lain, walau

apapun yang terjadi hubungan mereka akan tetap baik-baik saja.

Orang yang mengalami stress adalah orang yang memiliki perasaan cemas

dan tertekan karena tuntutan dalam dirinya, dan ini bisa terjadi karena

perasaan cemburu yang berlebihan terhadap pasangannya.

Dari uraian tersebut, maka penulis menduga bahwa terdapat hubungan

antara cemburu dengan stress pada remaja. Hubungan tersebut yaitu,

semakin tinggi tingkat cemburu, maka semakin tinggi pula tingkat stress.

(55)

Tinggi Tinggi

Cemburu ( X) Stress (Y)

Rendah Rend ah

2.5

Hipotesis Penelitian

Hipotesis Alternatif (Ha) : Ada hubungan yang signifikan antara cemburu dengan stress pada remaja.

(56)

3.1. Jenis Penelitian

Metode sebuah penelitian memainkan peran penting dalam mengarahkan penelitian kepada data yang akan dicari. Tujuan dari penelitian ini adalah mencari apakah ada hubungan antara cemburu dengan stress pada remaja.

3.1.1. Pendekatan dan metode penelitian

Pendekatan penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Menurut Craswell (dalam Alsa, 2004), penelitian kuantitatif adalah penelitian yang bekerja dengan angka, yang datanya berwujud bilangan (skor atau nilai, peringkat atau frekuensi), yang dianalisis dengan menggunakan statistik untuk menjawab pertanyaan atau hipotesis penelitian yang sifatnya spesifik, dan untuk melakukan prediksi bahwa suatu variabel tertentu mempengaruhi variabel yang lain. Oleh karena itu penelitian kuantitatif secara tipikal dikaitkan dengan proses induksi enumeratif, yaitu menarik kesimpulan berdasarkan angka dan melakukan abstraksi

(57)

Penelitian ini adalah penelitian korelasional. Menurut Sevilla, dkk (1993) penelitian korelasional adalah penelitian yang dirancang untuk menentukan tingkat hubungan variabel yang berbeda dalam suatu populasi. Selain itu fokus penelitiannya lebih kepada pengujian hubungan antara dua atau lebih variabel daripada menguji pengaruh suatu intervensi atau perilaku.

3.1.2. Definisi variabel dan operasional variabel

Variabel merupakan obyek penelitian. Dalam penelitain ini terdapat dua variabel, yaitu:

Variabel bebas (Independent Variabef): Cemburu ( X ) Variabel Terikat (Dependent Variabe/): Stress ( Y)

Adapun definisi operasional untuk kedua variabel penelitian ini adalah: 1. Cemburu yang dimaksud adalah reaksi emosional berupa perasaan

(58)

2. Stress merupakan gangguan fisiologis seperti gangguan sistem pencernaan dan respon psikologis terhadap stimulus yang tidak menyenangkan dan menekan, sehingga hormon akan meningkat dan mengalir ke dalam tubuh, emosi pun meningkat dan ketegangan

bertambah. Seseorang dikatakan mengalami stress apabila ia tidak dapat mengendalikan emosinya, ia juga tidak lagi mampu memenuhi tuntutan baik dari lingkungan, dari dalam dirinya sendiri, juga dari situasi yang ada dengan apa yang dimilikinya.

Stress memiliki enam tingkatan, dari keenam tingkatan diklasifikasikan menjadi tiga, seperti yang telah dipaparkan pada bab 2. Tingkatan stress ini dikemukakan oleh oleh Robert J. Van Amberg, Psikiater (dalam Hawari, 1996).

3.2. Pengambilan Sampel

3.2.1. Populasi dan sampel

(59)

melakukan penelitian yang baik adalah sebanyak 30 orang. Agar hasilnya dapat dianalisis secara statistik dengan menggunakan distribusi normal, oleh karena itu jika jumlah sampel yang diharapkan tidak terpenuhi, maka jumlah minimal setidaknya harus tercapai.

3.2.2. Teknik pengambilan sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah random sampling, dengan metode simple random sampling (sampel acak sederhana). Menurut Kountur (2004), metode simple random sampling merupakan cara pemilihan sampel, dimana anggota dari populasi dipilih satu persatu secara random (semua populasi mendapat kesempatan yang sama untuk dipilih). Dalam penelitian ini, metode simple random sampling dilakukan dengan menggunakan label random sampling.

3.3. Pengumpulan Data

3.3.1. Metode dan instrumen penelitian

(60)

dari penelitian ini yang berupa angka-angka, kemudian dianalisis dengan menggunakan rumus statistik.

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini yaitu dengan

menyebarkan daftar pernyataan atau angket yang mengacu pada skala liker! dengan metode summated ratings, yaitu pernyataan-pernyataan yang

menempatkan individu pada suatu situasi yang menggambarkan dirinya.

Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala liker! yang hanya memiliki 4 alternatif jawaban dengan meniadakan jawaban netral atau ragu-ragu. Hal ini dilakukan untuk menghindari subyek dalam melakukan proteksi diri dengan selalu memberikan jawaban netral atau ragu-ragu, karena hal tersebut dapat membuat subyek tidak dapat menentukan sikap secara pasti. Keempat alternatif jawaban yang disediakan, yaitu: SS (Sangat Setuju), S (setuju), TS (Tidak Setuju) dan STS (Sangat Tidak Setuju). (Saifuddin Azwar,

1999)

3.3.2. Teknik uji instrumen

(61)

Angket yang dipergunakan dalam penelitian ini bersifat langsung dan

tertutup. Bersifat langsung karena angket ini langsung diberikan dan diisi oleh responden dan tidak dapat diwakili. Sedangkan bersifat tertutup karena pernyataan-pernyataan yang dibuat oleh penulis mempunyai jawaban yang telah disediakan dan disusun terlebih dahulu, sehingga responden tidak mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban sendiri kecuali memilih alternatif jawaban yang sudah ada dalam angket.

1. Skala Cemburu

[image:61.595.20.437.205.682.2]

Skala ini terdiri dari item-item mengenai skala cemburu. Untuk mengukur tingkat cemburu, penulis membuat skala cemburu berdasarkan Sharpsteen dan Kirkpatrick (1997) sebanyak 88 item, yang mencakup 3 aspek reaksi emosional yaitu: (1) TakuUcemas. (2) Marah. (3) Sedih. Aspek tersebut dibagi lagi kepada beberapa indikator (dapat dilihat dalam blue print di bawah ini):

Tabel 3.1.

Blue Print Skala Cemburu berdasarkan Sharpsteen dan Kirkpatrick (1997)

No. Aspek lndikator

1. a. TakuUcemas

>

individu akan merasa bingung

>

takut

>

frustrasi

>

merasa diawasi

>

tidak dapat hid up sendiri

>

menvalahkan diri sendiri
(62)

;;.. merasa marah ;;.. benci

;;.. kejam/kasar

;;.. ingin membalas dendam ;;.. ingin melukai seseorang ;;.. berfikir negatif

;;.. bertengkar dengan pasangan ;;.. menyalahkan pasangan ;;.. membuat pasangan cemburu

3. c. Sedih ;;.. menangis ;;.. merasa sedih

;;.. merasa tidak bahagia ;;.. merasa butuh bantuan ;;.. merasa dalam kehampaan ;;.. depresi

;;.. tidak punya gairah ;;.. merasa sendiri

;;.. merasa tidak ada yang peduli ;;.. rendah diri

;;.. merasa sakit ;;.. patah hati

[image:62.595.25.433.51.659.2]

>

dan merasa tidak dianaaao

Tabel 3.2.

Kisi-kisi instrumen skala cemburu

No. Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

1. Takut/cemas 2,4,6,8, 10, 12, 14, 1,3,5,7,9, 1113, 15, 26

16, 18,20,22,24,26 17, 19,21,23,25

2. Marah 28,30,31,32,33,34, 27,29,37,38,39, 40

35,36,41,42,44,45, 40,43,46,47,50,

48,49,52,53,56,57, 51,54,55,58,59,

62,63 60,61,6465,66

3. Sedih 70, 71, 72, 76, 77, 78, 67,68,6973, 74, 75 22

82,83,84,87,88 79,80,8185,86

(63)

Skala cemburu di atas telah diujicobakan (try out) pada tanggal 21 Desember 2006 di SMUN 1 Pamulang. Peneliti menyebarkan angket kepada 60 siswa di SMU tersebut. Berdasarkan uji validitas diperoleh 54 item yang valid dan layak dijadikan item dalam penelitian, dan mewakili tiap indikator yang akan diteliti. Sedangkan berdasarkan hasil uji reliabilitasnya yaitu sebesar 0.9317 yang berarti alat tes ini sangat reliabel.Tabel di bawah ini menunjukkan item-item yang valid pada skala cemburu dan akan digunakan untuk penelitian.

Tabel

3.3.

Blue print skala cemburu yang valid

No. Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

1. Takut/cemas 2,4,8, 12,22,24,26 1,3, 7, 11, 13, 15, 17, 16 21,23

2. Ma rah 28,30,31,36,42,44, 27,38,40,51,54,55, 24 45,48,49,52,53,56, 58,60,61,66

62,63

3. Sedih 72, 76, 77, 78,84, 67,68,69,73,74,75, 14 79,80,86

Jumlah 54

Detil hasil uji validitas skala cemburu dapat dilihat pada lampiran.

2. Skala Stress

Untuk mengukur tingkat stress, penulis juga membuat skala stress

[image:63.595.18.439.200.546.2]
(64)
[image:64.595.24.456.116.674.2]

Tabel 3.4.

Blue Print Skala Stress berdasarkan Van Amberg, R. (1996)

No Asoek lndikator

1. Stress tingkat I

>

semangat besar (ringan)

>

penglihatan tajam

>

energi dan gugup berlebihan

>

kemampuan menyelesaikan pekerjaan lebih dari

biasanva

2. Stress tingkat II

>

merasa letih sewaktu bangun pagi (sedang)

>

merasa lelah sesudah makan siang

>

merasa lelah menjelang sore hari

>

terkadang gangguan dalam system pencernaan

(gangguan usus, perut, kembung)

>

kadang-kadang jantung berdebar-debar

>

perasaan tegang pada otot-otot punggung dan

tengkuk (belakang leher)

>

oerasaan tidak bisa santai

3. Stress tingkat

>

gangguan usus lebih terasa (sakit perut, mulas, Ill (sedang) sering ingin ke belakang)

>

otot-otot terasa tegang

>

perasaan tegang yang semakin meningkat

>

gangguan tidur (susah tidur, sering terbangun malam

dan sukar tidur kembali, atau bangun terlalu pagi)

セ@ badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh pingsan)

4. Stress tingkat

>

untuk bisa bertahan sepanjang hari terasa sulit IV (berat/tinggi)

>

kegiatan yang semula menyenangkan kini terasa

sulit

>

kehilangan kemampuan untuk menanggapi situasi

pergaulan sosial dan kegiatan rutin lainnya terasa berat

"

tidur semakin sukar, mimpi-mimpi menegangkan,

,...

dan seringkali terbangun dini hari

>

perasaan negativisik

>

kemampuan berkonsentrasi menurun tajam

>

oerasaan takut vana tidak daoat diielaskan

5. Stress tingkat

>

keletihan yang mendalam

V (berat/tinggi)

>

untuk pekerjaan-pekerjaan yang sederhana saja terasa kurang mampu

>

· gangguan system pencernaan (sakit maag atau
(65)

>

sukar buang air besar atau sebaliknya fases encer dan sering ke belakang

-,

oerasaan takut vano semakin meniadi, mirio oanik

6. Stress tingkat

>

debaran jantung terasa amat keras VI (berat/tinggi)

>

nafas sesak

>

badan gemetar •,,

tubuh dingin

,.

>

keringat bercucuran

:..-

tenaga untuk hal-hal yang ringan sekalipun sudah tidak kuasa lagi [image:65.595.21.459.83.538.2]

>

pinQsan atau co/laps.

Tabel 3.5.

Kisi-kisi Instrument Skala Stress

No. Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

1. Stress tingkat I 2,4,6,8, 10, 12, 14,88 1,3,5,7,9, 11, 13,87 16 2. Stress tingkat II 16, 18,20,22,24,26, 15, 17, 19,21,23,25, 18

28,30,32 27,29,31

3. Stress tingkat Ill 34,36,38,40,42,44 33,35,37 ,39,41,43 12 4. Stress tingkat IV 46,48,50,52,54,56, 45,47,49,51,53,55, 16

58,60 57,59

5. Stress tingkat V 62,64,66,68, 70, 72 61,63,65,67,69,71 12 6. Stress tingkat VI 74, 76, 78,80,82,84,86 73,75,77,79,81,83,85 14

Jumlah 44 44 88

(66)

Tabel di bawah ini menunjukkan item-item yang valid pada skala stress dan akan digunakan untuk penelitian.

Tabel 3.6.

Blue print skala stress yang valid

No. Aspek Favourable Unfavourable Jumlah

1. Stress tingkat I 2,4,6, 12, 14,88 1,3,7,11,13 11 2. Stress tingkat II 22,24,26,28,30 15, 17, 19,23,27,31 11

3. Stress tingkat Ill 38,40,44 36 4

4. Stress tingkat IV 48,50,52,56,58,60 45,51,53,55,57 11 5. Stress tingkat V 62,66,68, 72 61,63,67,69 8 6. Stress tingkat VI 74, 78,80,84,86 73,75 7

Jumlah 52

..

. . .

.

Debi has1I UJI valid1tas skala stress dapat d11ihat pada lampiran

Skor yang digunakan untuk setiap kategori pada penelitian ini adalah:

Tabel 3.7. Skoring skala

Jenjang Pilihan Favourable Unfavourable

SS (Sangat Setuju) 4 1

s

(Setuju) 3

2

TS (Tidak Setuju)

2

3

STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4

3.4. Teknik Analisis Data

[image:66.595.20.457.160.564.2]
(67)

(X) dengan variabel terikat (dependent variabel) yaitu stress (Y). Dalam penelitian ini analisis data dilakukan dalam beberapa tahap:

1. Analisis data untuk uji instrumen

a. Uji validitas skala

Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara tepat. Dalam uji validitas, skor tiap item dikorelasikan dengan skor total. Rumus yang digunakan adalah korelasi Product Moment yang dikemukakan oleh Pearson, yaitu:

Keterangan Rumus:

r xy

=

koefisien korelasi variable X dengan variabel Y N

=

jumlah subjek penelitian

I: XY

=

jumlah hasil perkalian antara skor X dan skor Y I:X

=

jumlah nilai variabel X

Y

=

jumlah nilai skor variabel Y

b. Uji Reliabilitas skala

(68)

menghitung reliabilitas alat pengumpulan data (uji reliabilitas) akan digunakan teknik Alpha Cronbach. Adapun rumusnya adalah sebagai berikut (Az.war, 2003):

a

= 2 (1-

s/+

S/)

sx2

Dimana: S/ dan S/

=

Varian skor belahan 1 dan 2.

Sx2

=

Varians skor Skala

a

=

Koefisien alpha

Menurut Triton (2006 ), tingkat reliabilitas dengan metode Alpha Cronbach diukur berdasarkan skala Alpha O sampai dengan 1. Apabila skala tersebut dikelompokkan ke dalam lima kelas dengan range yang sama, maka

ukuran kemantapan Alpha dapat diinterpretasi seperti label berikut :

Tabel 3.8.

Tingkat reliabilitas berdasarkan nilai Alpha

Alpha Tingkat reliabilitas

0,00- 0,20 Kurang reliabel > 0,20- 0,40 Agak reliabel > 0,40-0,60 Cukup reliabel

> 0,60-0,80 Reliabel

[image:68.595.20.436.189.568.2]
(69)

Berdasarkan hasil perhitungan uji in

Gambar

Tabel 3.1.
Gambar 3.1 Scatterplot normalitas skala cemburu untuk laki-laki. ......... 57
Tabel 3.1.
Tabel 3.2.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Likuidasi posisi terbuka akan dilakukan secara otomatis oleh sistem perdagangan Century Trader 4 apabila Equity nasabah sama dengan atau lebih sedikit dari 20% (dua puluh

Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan bahan pakan hebal tepung Jahe dalam ransum terhadap kadar serum

Sistem dokumentasi di Jurusan Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya mengikuti sistem dokumen yang ada di Universitas Brawijaya, baik jenis

Pelaksanaan kegiatan dalam bentuk pemberian keterampilan menjahit masker yang sesuai dengan persyaratan kesehatan dengan menggunakan pola yang sederhana di Desa

UAPPA/B-W Vertikal Kemenkes, sedangkan Unit Akuntansi Wilayah Dekonsentrasi dibentuk oleh masing-masing Kepala Daerah (Gubernur) atau Kepala Dinas Kesehatan Propinsi. 3)

(2) Rencana struktur ruang wilayah Kabupaten Bengkulu Selatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian 1:50.000 sebagaimana

masalah matematis pada kelas yang mendapat pembelajaran dengan pendekatan. problem-centered learning lebih tinggi daripada peningkatan

Berdasarkan hasil observasi di Panti Asuhan Al-Muslimun Kepatihan Tulungagung mempunyai strategi pembinaan perilaku keagamaan anak yatim yang bertujuan agar anak asuhnya