• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII-8 SMP NEGERI 27 MEDAN.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII-8 SMP NEGERI 27 MEDAN."

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK

PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII- 8 SMP NEGERI 27 MEDAN

Oleh: Eka Nurlia NIM. 4121111009

ProgramStudi PendidikanMatematika

SKRIPSI

DiajukanUntuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

(2)
(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

(4)

iii

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA MELALUI PENDEKATAN REALISTIK

PADA MATERI SEGI EMPAT DI KELAS VII- 8 SMP NEGERI 27 MEDAN

Eka Nurlia (4121111009) ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, (2) Mengetahui ketuntasan belajar matematika siswa, (3) Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran melalui pendekatan realistik. Jenis penelitian ini adalah ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam 2 siklus yang masing- masing dilaksanakandalam2 kali pertemuan. Subjek dalampenelitian ini adalah siswa kelas VII- 8 SMP Negeri 27 Medan yang berjumlah 40 orang. Objek dalam penelitian ini adalah upaya meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pendekatan realistik pada materi segi empat di kelas VII- 8 SMP Negeri 27 Medan.

Pengambilan data dilakukan dengan tes kemampuan pemecahan masalah, lembar observasi dan lembar respon siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan pemecahan masalah mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata- rata pemecahan masalah matematika siswa dari tes awal, siklus I, dan siklus II, yakni dari 54,37 (54,37%) dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah sangat rendah di tes awal menjadi 73,83 (73,83%) dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah sedang di siklus I dan menjadi 92,5 (92,5%) dengan tingkat kemampuansangat tinggi di siklus II.

Ketuntasan belajar matematika siswa mengalami peningkatan secara klasikal dari tes awal, siklus I, dan siklus II. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan jumlah siswa yang tuntas dari tes awal, siklus I, dan siklus II, yakni dari 0 (0%) siswa yang tuntas di tes awal menjadi 27 (67,5%) siswa yang tuntas di siklus I danmenjadi 39 (92,5%) siswa yang tuntas di siklus II.

(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan hidayah_Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Pendekatan Realistik Pada Materi Segi Empat di Kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan”. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Jurusan Matematika Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Negeri Medan.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Prof. Dr. Hasratuddin, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis sejak awal sampai dengan selesainya penulisan skripsi ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada Bapak Dr. M. Manullang, M.Pd, Ibu Dra. Katrina Samosir, M.Pd, dan Bapak Pardomuan NJM Sinambela S.Pd, M.Pd selaku Dosen Pemberi Saran dan Penguji yang telah memberikan masukan dan saran mulai dari rencana penelitian sampai selesainya penyusunan skripsi ini.

Ucapan terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Prof. Dr. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor beserta staf-stafnya di Universitas Negeri Medan, Bapak Drs. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan beserta staf-stafnya di FMIPA Universitas Negeri Medan, Bapak Drs. Edy Surya, M.Si, selaku ketua Jurusan Matematika dan Pegawai di Jurusan Matematika yang telah banyak membantu penulis.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu HJ. Masraya, S.Pd, selaku kepala sekolah SMP Negeri 27 Medan, Ibu Dra. Mariyanti, S.Pd, selaku guru bidang studi matematika SMP Negeri 27 Medan dan guru-guru yang telah memberikan izin, bantuan, dan informasi bagi penulis selama melakukan

penelitian.

(6)

v

mendukung, memberikan doa, dorongan moril, dan materil kepada penulis selama mengikuti pendidikan sampai dengan selesai. Terima kasih juga disampaikan kepada adik penulis Heri Prassetyo yang senantiasa memberikan dukungan dan semangat.

Ucapan terima kasih juga penulis ucapkan kepada sahabat-sahabat selama perkuliahan Sri Milawarni Tambunan, Yuli Handita Realina Sidauruk, Levana

Hutagalung, Elisa Librana Naibaho, Edia Wiradaratama Putri, Juniar Ginting, Indah Hartaty Tamba dan semua teman-teman DIK A Matematika 2012 serta seluruh teman-teman di Jurusan Matematika yang telah banyak membantu dan memotivasi penulis. Terima kasih juga diucapkan kepada teman-teman PPLT SMP Negeri 1 Beringin 2015 (Naimah Hasanah, Nur Annisa Widya Ningsih, Jumlia Syaulani Rizki, Dedi Irwanto, dll). Dan ucapan terima kasih juga diucapkan kepada orang yang terkasih Ismail yang senantiasa memberikan motivasi, dukungan, dan doa kepada penulis.

Penulis telah berupaya semaksimal mungkin dalam penyelesaian skripsi ini, namun penulis menyadari masih banyak kelemahan baik dari segi isi maupun tata bahasa. Untuk itu penulis mengaharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun dari pembaca demi sempurnanya skripsi ini. Kiranya skripsi ini bermanfaat bagi para guru matematika dalam menambah khasanah ilmu pendidikan.

Medan, Mei 2016 Penulis

Eka Nurlia

(7)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vi

Daftar Gambar ix

Daftar Tabel x

Daftar Grafik xii

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 10

1.3. Batasan Masalah 10

1.4. Rumusan Masalah 11

1.5. Tujuan Penelitian 11

1.6. Manfaat Penelitian 11

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis 13

2.1.1. Pengertian Belajar 13

2.1.2. Belajar Matematika 14

2.1.3. Masalah Matematika 15

2.1.4. Pemecahan Masalah Matematika 16

2.1.5. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika 17

2.1.6. Pendekatan Pembelajaran 21

(8)

2.1.8. Model Pembelajaran Matematika dengan Menggunakan Pendekatan Realistik dan Metode Pemecahan

Masalah 36

2.1.9. Materi Pelajaran Segi Empat 38

2.1.10. Respon Siswa 44

2.2. Kerangka Konseptual 44

2.3. Kajian Penelitian yang Relevan 45

2.4. Hipotesis Tindakan 46

BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

3.2. Subjek Penelitian 47

3.3. Objek Penelitian 47

3.4. Definisi Operasional 47

3.5. Jenis Penelitian 47

3.6. Prosedur Penelitian 48

3.7. Alat Pengumpul Data 52

3.8. Teknik Analisis Data 53

3.9. Penarikan Kesimpulan 58

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Hasil Penelitian 59

4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus I 59

4.1.1.1. Permasalahan I 59

(9)

viii

4.1.1.3. Pelaksanaan Tindakan I 61

4.1.1.4. Tahap Observasi I 62

4.1.1.5. Analisis Data I 63

4.1.1.6. Refleksi I 69

4.1.2. Deskripsi Hasil Penelitian Siklus II 72 4.1.1.1. Alternatif Pemecahan Masalah II 73 4.1.1.2. Pelaksanaan Tindakan II 74

4.1.1.3. Tahap Observasi II 75

4.1.1.4. Analisis Data II 76

4.1.1.5. Refleksi II 82

4.2. Pembahasan Hasil Penelitian 89

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan 92

5.2. Saran 92

(10)

ix

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1. Hasil Kerja Siswa 6

Gambar 2.1. Matematisasi Horizontal dan Vertikal 24

Gambar 2.2. Persegi Panjang 38

Gambar 2.3. Persegi 39

Gambar 2.4. Belah Ketupat 41

Gambar 2.5. Layang-layang 42

(11)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Alternatif Pemberian Skor Pemecahan Masalah 20 Tabel 2.2. Matematisasi Horizontal dan Vertikal dalam Pendekatan-

pendekatan Matematika 26

Tabel 4.1. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Awal 60 Tabel 4.2. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I 63 Tabel 4.3. Deskripsi Hasil Observasi Siswa Siklus I 64 Tabel 4.4. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siklus I (Memahami Masalah) 65 Tabel 4.5. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siklus I

(Merencanakan Pemecahan) 66

Tabel 4.6. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siklus I

(Menyelesaikan Pemecahan) 66

Tabel 4.7. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siklus I (Memeriksa Kembali) 68 Tabel 4.8. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siklus I 70 Tabel 4.9. Deskripsi Hasil Angket Respon Siswa 69 Tabel 4.10. Kesulitan Siswa dalam Melaksanakan Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah I 70

Tabel 4.11. Hasil Penelitian dan Kriteria Ketuntasan Siklus I 71 Tabel 4.12. Deskripsi Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II 76 Tabel 4.13. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siklus II (Memahami Masalah) 78 Tabel 4.14. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siklus II

(Merencanakan Pemecahan) 78

(12)

xi

Pemecahan Masalah Matematis Siklus II

(Menyelesaikan Pemecahan) 79

Tabel 4.16. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siklus II (Memeriksa Kembali) 80 Tabel 4.17. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Matematis Siklus II 81 Tabel 4.18. Deskripsi Hasil Angket Respon Siswa 82 Tabel 4.19. Hasil Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah tiap Tes 83 Tabel 4.20. Peningkatan Jumlah Siswa Tuntas Mengerjakan Tes Kemampuan

Pemecahan Masalah Siswa 84

(13)

xii

DAFTAR GRAFIK

Grafik 4.1. Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Pemecahan

Masalah I 67

Grafik 4.2. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis I 68 Grafik 4.3. Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Pemecahan

Masalah II 80

Grafik 4.4. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa

pada Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis II 81 Grafik 4.5. Hasil Rata-rata Kemampuan Pemecahan Masalah 83 Grafik 4.6. Tingkat Kemampuan Pemecahan Masalah Siswa pada Siklus I

dan Siklus II 86

Grafik 4.7. Tingkat Kemampuan Guru dalam Proses Belajar Mengajar

Siklus I dan Siklus II 87

(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran I (Siklus I) 96 Lampiran 2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran II (Siklus I) 105 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran III (Siklus II) 115 Lampiran 4 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran IV (Siklus II) 122

Lampiran 5 Lembar Kegiatan Siswa I 130

Lampiran 6 Alternatis Jawaban Lembar Kegiatan Siswa I 133

Lampiran 7 Lembar Kegiatan Siswa II 135

Lampiran 8 Alternatis Jawaban Lembar Kegiatan Siswa II 137

Lampiran 9 Lembar Kegiatan Siswa III 138

Lampiran 10 Alternatis Jawaban Lembar Kegiatan Siswa III 141

Lampiran 11 Lembar Kegiatan Siswa IV 142

Lampiran 12 Alternatis Jawaban Lembar Kegiatan Siswa IV 147

Lampiran 13 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Awal 149 Lampiran 14 Kisi-kisi Tes Kemampuan Awal Siswa 150 Lampiran 15 Lembar Vaiditas Tes Kemampuan Awal Siswa 151

Lampiran 16 Tes Kemampuan Awal Siswa 157

(15)

xiv

Lampiran 28 Kisi-kisi Angket 184

Lampiran 29 Lembar Validitas Angket 185

Lampiran 30 Angket 188

Lampiran 31 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran I 190 Lampiran 32 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran II 193 Lampiran 33 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran III 196 Lampiran 34 Lembar Observasi Pelaksanaan Pembelajaran IV 199 Lampiran 35 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Awal 202 Lampiran 36 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Awal Berdasarkan Langkah

Pemecahan Masalah 204

Lampiran 37 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siklus I 206

Lampiran 38 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siklus I Berdasarkan Langkah Pemecahan Masalah Siklus I 208

Lampiran 39 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

Siklus II 210

Lampiran 40 Tabulasi Nilai Tes Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siklus I Berdasarkan Langkah Pemecahan Masalah Siklus II 212

(16)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bagian dari ilmu pengetahuan

yang memiliki peranan penting dalam pembentukan kualitas sumber daya manusia. Mutu pendidikan matematika harus terus ditingkatkan sebagai upaya pembentukan sumber daya manusia yang bermutu tinggi, yakni manusia yang mampu berpikir kritis, logis, sistematis, kreatif, inovatif, dan berinisiatif dalam menanggapi masalah yang terjadi.

Sedangkan Paling (dalam Abdurrahman, 2009 : 203) mengemukakan bahwa:

“Matematika adalah suatu cara untuk menemukan jawaban terhadap masalah yang dihadapi manusia; suatu cara menggunakan informasi, menggunakan pengetahuan tentang bentuk dan ukuran, menggunakan pengetahuan untuk menghitung, dan yang paling penting adalah memikirkan dalam diri manusia itu sendiri dalam memilih dan menggunakan hubungan-hubungan.”

Dalam kehidupan sehari-hari, kita selalu menghadapi banyak permasalahan. Permasalahan-permasalahan itu tentu saja tidak semuanya merupakan permasalahan matematis, namun matematika memiliki peranan yang sangat sentral dalam menjawab permasalahan keseharian itu. Ini berarti bahwa matematika sangat diperlukan oleh setiap orang dalam kehidupan sehari-hari untuk membantu memecahkan permasalahan. Hal ini sesuai dengan pernyataan Cornelius (dalam Abdurahman, 2009 : 204) mengemukakan bahwa :

(17)

2

Berdasarkan kutipan, dapat disimpulkan bahwa melalui pembelajaran matematika diharapkan peserta didik dapat mengembangkan kemampuan berfikir, bernalar, mengkomunikasikan gagasannya serta dapat mengembangkan aktivitas kreatif dalam memecahkan masalah. Ini menunjukkan bahwa matematika memiliki manfaat dalam mengembangkan kemampuan siswa sehingga penting untuk dipelajari.

Ada tiga elemen penting dalam pembelajaran matematika. Ketiga elemen ini terangkum dalam kurikulum bidang studi matematika Lenner (dalam Abdurrahman, 2009 : 204) mengatakan bahwa: “Kurikulum bidang studi matematika hendaknya mencakup 3 elemen, (1) konsep, (2) keterampilan dan (3) pemecahan masalah.”

Konsep menunjukkan pada pemahaman dasar siswa. Siswa mengembangkan suatu konsep ketika mereka mampu mengklasifikasikan atau mengelompokkan benda-benda atau ketika mereka dapat menganalisis satu nama dengan kelompok benda tertentu. Dengan pemahaman siswa terhadap konsep dan dengan keterampilan yang mereka miliki, siswa akan mampu menyelesaikan suatu masalah yang diberikan kepada mereka.

Dua dari ketiga elemen tersebut dijadikan sebagai tujuan belajar matematika yang terangkum di dalam lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 20 tahun 2006 tentang standar isi, disebutkan bahwa:

“Pembelajaran matematika bertujuan supaya siswa memiliki kemampuan

sebagai berikut: (1) memahami konsep matematika serta menjelaskan keterkaitan antar konsep; (2) menggunakan penalaran pada pola dan sifat; (3) memecahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh; (4) mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain dan (5) memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalm kehidupan.”

(18)

3

masalah. Dengan pembelajaran matematika diharapkan siswa mampu menghubungkan antara apa yang diketahui dalam soal dan apa yang ditanyakan serta mampu menganalisis keterkaitan antara keduanya sehingga siswa dapat menyelesaikan masalah dalam matematika. Untuk itu, tentunya peran guru sangat penting dalam pembelajaran matematika, seorang guru hendaknya bertugas untuk menyajikan sebuah pelajaran dengan tepat, jelas, menarik, efektif, dan efisien. Hal

ini dilakukan guru dengan terlebih dahulu memiliki pendekatan pembelajaran yang tepat. Kemudian guru dapat menyususn dan menerapkan pendekatan pembelajaran yang bervariasi agar siswa lebih tertarik dan bersemangat dalam pembelajaran matematika. Sehingga pembelajaran matematika lebih bermakna dan siswa mampu menyelesaikan pemecahan masalah baik dalam kehidupan sehari-hari. Sesuai dengan pernyataan Hamid K, (2007 : 1) menyatakan:

“Guru sebagai penggerak proses belajar mengajar memainkan peranan yang sangat besar. Tingkat keterlibatan siswa serta interaksi yang terjadi dalam proses belajar mengajar sangat tergantung pada guru, apakah ia mampu mengembangkan suatu sistem instruksional atau tidak. Guru yang baik akan selalu menerapkan berbagai alternatif pendekatan dalam pengelolaan proses belajar mengajar yang inovatif dan lebih efisien.”

Akan tetapi harapan pendidikan nasional dan harapan pendidikan pembelajaran matematika saat ini baik dari proses maupun hasil pembelajarannya belum memenuhi harapan yang diinginkan. Trianto (2009 : 1) menyatakan bahwa:

“Berdasarkan hasil penelitian terhadap rendahnya hasil belajar peserta didik, hal tersebut disebabkan oleh proses pembelajaran yang didominasi oleh pembelajaran tradisional. Pada pembelajaran ini suasana kelas cenderung teacher-centred sehingga siswa menjadi pasif.

Hal ini sejalan dengan Abdurrahman (2012 : 20 ) bahwa :

(19)

4

Selanjutnya Arends (dalam Trianto, 2009 : 90) mengemukakan bahwa : “Dalam mengajar guru selalu menuntut siswa untuk belajar dan jarang memberikan pelajaran tentang bagaimana siswa untuk belajar, guru juga menuntut siswa untuk menyelesaikan masalah, tapi jarang mengajarkan bagaimana siswa seharusnya menyelesaikan masalah.”

Kondisi ini melahirkan anggapan bagi peserta didik bahwa belajar matematika tidak lebih dari sekedar mengingat kemudian melupakan fakta dan konsep, semua itu terbukti tidak berhasil membuat siswa memahami dengan baik apa yang mereka pelajari. Penguasaan dan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep matematika lemah karena tidak mendalam. Akibatnya siswa tidak mampu menggunakan materi matematika yang sudah dipelajarinya untuk memecahkan masalah, dibuktikan dengan prestasi belajar siswa masih rendah.

Hal ini dapat dilihat dari hasil survei empat tahunan TIMSS (http://litbang.kemendikbud.go.id/) yang dikoordinasikan oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement), salah

satu indikator kognitif yang dinilai adalah kemampuan siswa untuk memecahkan masalah non rutin. Pada keikutsertaan pertama kali tahun 1999 Indonesia memperoleh nilai rata-rata 403 dan berada pada peringkat ke 34 dari 38 negara, tahun 2003 memperoleh nilai rata-rata 411 dan berada di peringkat ke 35 dari 46 negara, tahun2007 memperoleh nilai rata-rata 397 dan berada di peringkat ke 36 dari 49 negara, dan tahun 2011 memperoleh nilai rata-rata 386 dan berada pada peringkat 38 dari 42 negara. Nilai standar rata-rata yang ditetapkan oleh TIMSS adalah 500 hal ini artinya posisi Indonesia dalam setiap keikutsertaannya selalu memperoleh nilai dibawah rata-rata yang telah ditetapkan.

Dari keikutsertaan Indonesia dalam PISA (Programme for International Student Assesment) (http://litbang.kemendikbud.go.id/), Indonesia juga berada

(20)

5

posisi Indonesia dalam setiap keikutsertaannya selalu memperoleh nilai dibawah rata-rata yang telah ditetapkan.

Dari kenyataan tersebut terlihat bahwa prestasi belajar siswa sangat rendah. Hal ini karena siswa kurang mampu memahami konsep matematika yang mengakibatkan siswa tidak mampu memecahkan masalah matematika. Salah satu penyebab kesulitan siswa dalam memahami konsep matematika dan dalam

pemecahan masalah matematika adalah pendekatan yang digunakan oleh guru bidang studi tidak tepat dan kurang bervariasi, dalam mengajar cenderung berpusat pada buku, hanya memberikan informasi rumus yang diikuti dengan pemberian contoh soal, sehingga siswa merasa jenuh, dan menyebabkan pencapaian hasil belajar tidak optimal. Hal imi dapat dilihat dari pengamatan peneliti saat pembelajaran matematika berlangsung. Pembelajaran dimulai dari pemberian konsep dan contoh-contoh soal yang diberikan oleh guru ke siswa dalam bentuk jadi, sesekali guru bertanya dan pemberian tugas di rumah. Dalam proses belajar mengajar tidak ditemukan siswa belajar secara berkelompok, siswa hanya mendengarkan penjelasan guru, mencatat hal-hal yang dianggap penting dan siswa sungkan untuk bertanya pada guru. Pembelajaran cenderung tidak bermakna bagi siswa yang diindikasikan kurangnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran. Karena dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar, tetapi mungkin berinteraksi dengan keseluruhan sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran. Guru juga jarang menyampaikan informasi mengenai suatu materi terhadap penerapannya dalam dunia nyata.

Berdasarkan hasil observasi awal (tanggal 20 januari 2016) dengan pemberian tes kepada siswa kelas VII-8 di Smp Negeri 27 Medan, dari hasil tes

(21)

6

pemecahan masalah, dan 44,37% dapat menarik kesimpulan. Nilai rata-rata kemampuan pemecahan masalah matematis kelas yang diperoleh dari 40 orang siswa pada tes awal ini adalah 54,37 (54,37%) dengan tingkat kemampuan pemecahan masalah sangat rendah. Dari 40 orang siswa tidak ada siswa yang mendapat nilai diantara 90-100 yang dikategorikan sangat tinggi, 80-89 yang dikategorikan tinggi, 70-79 yag dikategorikan sedang, 1 orang siswa mendapat

nilai diantara 60-69 yang dikategorikan rendah, dan 39 orang siswa mendapat nilai diantara 0-59 yang dikategorikan sangat rendah.

Dari fakta diatas dapat kita lihat bahwa kemampuan pemecahan masalah siswa masih sangat kurang atau perlu ditingkatkan. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan menyelesaikan masalah perlu diperbaiki dan harus lebih fokus kepada pembelajaran yang berorientasi pemecahan masalah khususnya di SMP Negeri 27 Medan.

Sebagai contoh soal nomor 1: Sebuah taman bunga akan dipasang ubin berbentuk persegi panjang dengan ukuran panjang 40 cm dan lebar 20 cm. jika luas lapangan 8 m2, berapa banyak ubin yang diperlukan untuk menutupi seluruh taman bunga tersebut?

Hasil kerja siswa dapat dilihat dari contoh siswa dalam menjawab soal berikut:

(22)

7

Dari soal diatas, siswa diharapkan menulis terlebih dahulu langkah-langkahnya sebelum menyelesaikan permasalahan. Oleh sebab itu diperlukan upaya untuk pemecahan masalah tersebut.

Kemampuan pemecahan masalah merupakan salah satu kemampuan dasar matematika yang perlu dimiliki oleh siswa. Lemahnya penguasaan konsep dan prinsip oleh siswa, dapat mengakibatkan kemampuan siswa dalam pemecahan

masalah akan lemah pula. Padahal, kemampuan pemecahan masalah sangat penting dalam pembelajaran matematika karena kemampuan pemecahan masalah yang diperoleh dalam suatu pengajaran matematika pada umumnya dapat ditransfer untuk digunakan dalam memecahkan masalah lain dalam kehidupan sehari-hari.

Dari situasi tersebut, pembelajaran matematika yang diterapkan kurang bermakna sehingga peserta didik menjadi bosan dan tidak menyenangi matematika. Oleh karena itu diperlukan suatu pendekatan pembelajaran yang mudah dipahami, bermakna, dapat diterima oleh peserta didik dan berhubungan erat dengan lingkungan sekitar.

Pendekatan pembelajaran matematika yang mengaitkan pengalaman anak dengan konsep-konsep matematika adalah Pendekatan Realistik. Dalam pengalaman sering dijumpai bahwa soal-soal kontekstual yang umumnya dibatasi pada aplikasi dijumpai pada bagian akhir dari kegiatan belajar mengajar di kelas, bahkan seringkali hanya dipandang sebagai pengayaan dari materi yang telah dipelajari. Dalam kegiatan pendekatan realistik soal kontekstual ditempatkan di awal pembelajaran serta berperan sebagai pemicu terjadinya penemuan kembali oleh murid.

Pendekatan Realistik adalah sebuah pembelajaran matematika yang menekankan pada penyelesaian masalah secara informal sebelum menggunakan

(23)

8

Pendekatan realistik dikembangkan berdasarkan pandangan Freudenthal yang berpendapat bahwa matematika merupakan kegiatan manusia yang lebih menekankan aktivitas siswa untuk mencari, menemukan, dan membangun sendiri pengetahuan yang diperlukan sehingga pembelajaran menjadi terpusat pada siswa Soedjadi (dalam Frisnoiry, 2013 : 10). Pendekatan realistik mempunyai harapan lebih baik dalam meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

siswa. Pendekatan realistik merupakan pendekatan pembelajaran matematika yang

telah diujicobakan dan diimplementasikan di Negeri Belanda sejak 30 tahun

yang lalu yang dikenal dengan RME (Realistic Mathematics Education), artinya pendidikan matematika realistik (PMR) dan secara operasional disebut pembelajaran matematika realistik. RME telah diuji coba dan penelitian yang dilakukan tentang penerapannya membawa hasil yang sangat menggembirakan. Pada tahun 1991 Treffers (dalam Frisnoiry, 2013 : 10) mengungkapkan bahwa 75% sekolah-sekolah di Negeri Belanda telah menggunakan pendekatan realistik.

Selain itu, penelitian yang dilakukan pada tahun 1996 oleh Becker dan Selter (dalam Frisnoiry, 2013: 10) mengungkapkan bahwa siswa di dalam pendekatan RME mempunyai skor yang lebih tinggi dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran dengan pendekatan konvensional dalam hal keterampilan berhitung, lebih khusus lagi dalam aplikasi. Pembelajaran yang berorientasi pada RME bersifat: mengutamakan reinvention (menemukan kembali), pengenalan konsep melalui masalah-masalah kontekstual, hal-hal yang konkrit atau dari sekitar lingkungan siswa, dan selama proses pematematikaan siswa mengkonstruksi pengetahuan atau idenya sendiri.

Salah satu materi yang dapat dipelajari melalui pendekatan realistik adalah

(24)

9

matematika ke dalam kehidupan sehari-hari siswa, diharapkan siswa mampu untuk memecahkan suatu permasalahan yang diajukan kepadanya. Hal ini sesuai

dengan prinsip matematika sekolah yang diungkapkan oleh NCTM: “Students

must learn mathematics with understanding, actively building new knowledge

from experience and prior knowledge”. Pada siswa harus belajar matematika

dengan pemahaman, secara aktif membangun pengetahuan baru dari pengalaman

dan pengetahuan sebelumnya.

Masalah realistik adalah masalah nyata (real), yang disajikan guru pada awal proses pembelajaran sehingga ide atau pengetahuan matematikanya dapat muncul dari masalah realistik tersebut. Selama proses memecahkan masalah realistik, para siswa akan mempelajari pemecahan masalah dan bernalar, selama proses diskusi para siswa akan belajar berkomunikasi. Hasil yang dapat selama pembelajaran akan lebih bertahan lama karena ide matematika ditemukan siswa sendiri dengan bantuan guru. Pada akhirnya, para siswa akan memiliki sikap menghargai matematika karena dengan masalah realistik yang berkaitan dengan kehidupan nyata sehari-hari proses pembelajaran matematika tidak menjadi kering dan tidak langsung ke bentuk abstrak sehingga siswa termotivasi untuk belajar matematika dan mampu mengembangkan ide serta gagasan mereka dalam menyelesaikan permasalahan dalam matematika. Dengan menggunakan pembelajaran matematika realistik yang pembelajarannya bertitik tolak dari masalah realistik diharapkan siswa akan mampu membangun pemahamannya sendiri dan membuat pembelajaran akan lebih bermakna sehingga pemahaman siswa terhadap materi lebih mendalam yang akan bermanfaat untuk meningkatkan kemampuannya dalam pemecahan masalah.

Pemecahan masalah merupakan salah satu kecakapan matematika dan

(25)

10

mengatakan bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna.

Pendekatan realistik dalam pembelajaran matematika sangat berkaitan erat dengan kemampuan pemecahan masalah. Hal ini sejalan dengan teori Pendidikan Matematika Realistik di atas, dengan demikian pembelajaran matematika dengan

menggunakan pendekatan realistik dapat dikaitkan dengan kemampuan pemecahan masalah matematika siswa.

Berdasarkan uraian masalah diatas, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul: “Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Siswa Melalui Pendekatan Realistik Pada Materi Segi Empat di Kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan”.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang dikemukakan di atas diperoleh beberapa identifikasi masalah, maka dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Guru masih mendominasi aktivitas pembelajaran (teacher centered). 2. Kemampuan pemecahan masalah matematis siswa masih relatif rendah. 3. Siswa kurang mampu menerapkan konsep matematika dalam pemecahan

masalah matematis.

4. Guru jarang menyampaikan informasi mengenai penerapannya dalam kehidupan nyata.

1.3. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan dan identifikasi masalah, agar penelitian ini lebih terarah maka perlu dibuat batasan terhadap masalah yang

(26)

11

SMP Negeri 27 Medan pada materi segi empat dapat ditingkatkan melalui pendekatan realistik.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan batasan masalah yang dikemukakan maka rumusan masalahnya adalah:

1. Bagaimana peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pendekatan realistik di kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan? 2. Bagaimana ketuntasan belajar matematika siswa melalui pendekatan

realistik di kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan?

3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan realistik pada materi segi empat di kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui peningkatan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa melalui pendekatan realistik di kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan.

2. Untuk mengetahui ketuntasan belajar matematika siswa melalui pendekatan realistik di kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan.

3. Untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan realistik pada materi segi empat di kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan.

1.6. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa:

a. Mengetahui penerapan matematika dalam kehidupan nyata.

(27)

12

2. Bagi guru:.

Memberikan masukan yang bermanfaat bagi tenaga pengajar tentang pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah siswa.

3. Bagi sekolah:

a. Secara tidak langsung akan membantu memperlancar proses belajar

mengajar.

b. Dapat memberikan sumbangan yang baik dalam meningkatkan mutu pendidikan sekolah khususnya dalam belajar matematika.

4. Bagi peneliti:

(28)

92 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian ini adalah:

1. Berdasarkan tes kemampuan pemecahan masalah, diperoleh bahwa pemecahan

masalah matematis siswa mengalami peningkatan melalui pendekatan realistik pada materi segi empat di kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan rata-rata pemecahan masalah matematis siswa dari tes awal, siklus I, dan siklus II, yakni dari 54,37 (54,37%) dengan tingkat kemampuan sangat rendah di tes awal menjadi 73,83 (73,83%) dengan tingkat kemampuan sedang di siklus I dan menjadi 92,5 (92,5%) dengan tingkat kemampuan sangat tinggi di siklus II. Berdasarkan indikator kemampuan pemecahan masalah matematis siswa juga mengalami peningkatan dari siklus I ke siklus II. Pada langkah memahami masalah meningkat dari 95 (95%) dengan tingkat kemampuan sangat tinggi menjadi 99,58 (99,58%) dengan tingkat kemampuan sangat tinggi. Pada langkah merencanakan pemecahan masalah meningkat dari 74,16 (74,16%) dengan tingkat kemampuan sedang menjadi 95,83 (95,83%) dengan tingkat kemampuan sangat tinggi. Pada langkah menyelesaikan pemecahan masalah meningkat dari 79,44 (79,44%) dengan tingkat kemampuan sedang menjadi 92,55 (92,55%) dengan tingkat kemampuan sangat tinggi. Pada langkah memeriksa kembali meningkat dari 47,91 (47,91%) dengan tingkat kemampuan sangat rendah menjadi 78,83 dengan tingkat kemampuan sedang.

2. Berdasarkan dari hasil penelitian, diperoleh bahwa ketuntasan belajar matematika siswa mengalami peningkatan melalui pendekatan realistik pada

(29)

93

3. Respon siswa terhadap pembelajaran dengan pendekatan realistik pada materi segi empat di kelas VII-8 SMP Negeri 27 Medan adalah positif dikarenakan lebih dari 80% siswa setuju terhadap pembelajaran melalui pendekatan realistik.

5.2. Saran

Adapun saran dalam penelitian ini adalah:

1. Kepada guru, khususnya guru matematika, menggunakan pendekatan realistik ini dapat menjadi salah satu alternatif untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa khususnya pada materi segi empat dan perlu juga di uji coba untuk materi lainnya.

2. Disarankan kepada guru matematika lebih menekankan pada aspek merencanakan pemecahan masalah yaitu merencanakan setiap langkah-langkah yang ditanya didalam soal serta penggunaan rumus yang tepat untuk melaksanakan pemecahan masalah. Selain itu disarankan untuk lebih memotivasi siswa agar dapat bertanya dan mengemukakan pendapat atau ide-idenya serta membuat suatu media agar siswa tertarik untuk belajar.

3. Kepada siswa SMP Negeri 27 Medan disarankan lebih berani dalam menyampaikan pendapat atau ide-ide, dapat mempergunakan seluruh perangkat pembelajaran sebagai acuan, dan lebih aktif karena guru melibatkan siswa dalam pembelajaran.

4. Kepada peneliti selanjutnya perlu lebih menekankan kepada siswa cara merencanakan pemecahan masalah pada langkah kemampuan pemecahan masalah matematis siswa, karena pada langkah merencanakan pemecahan masalah siswa mengalami kesulitan.

5. Kepada peneliti lanjutan agar hasil dan perangkat ini dapat dijadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran melalui pendekatan realistik

(30)

94

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman, M., (2009), Pendidikan Bagi Anak Yang Berkesulitan Belajar, Rineka Cipta, Jakarta.

Arikunto, Suharsimi., (2008), Penelitian Tindakan Kelas, Rineka Cipta, Jakarta.

Aqib, Z., (2006), Penelitian Tindakan Kelas, Yrama Widya, Bandung.

Frisnoiry, (2013), Pengembangan Perangkat Pembelajaran Untuk Membelajarkan Kemampuan Pemahaman dan Komunikasi Matematika Melalui Pendekatan Matematika Realistik di SMP N7 Binjai, Program Pascasarjana UNIMED, Medan.

Hasratuddin, (2010), Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP

Melalui Pendekatan Matematika Realistik, Jurnal Pendidikan

Matematika Volume 4 N0.2 Desember 2010,

http://ejournal.unsri.ac.id/index.php/jpm/article.view/317/80. (Diakses Desember 2015)

Hudojo, Herman, (1998), Mengajar Belajar Matematika, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Dikti, Jakarta.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2011), Survei Internasional PISA, http://litbang.kemendikbud.go.id/. (Diakses Februari 2016)

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, (2011), Survei Internasional TIMSS, http://litbang.kemendikbud.go.id/. (Diakses Desember 2015)

Munthe, Afrodita, (2015), Penerapan Pembelajaran Matematika Realistik Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa Pada Materi Segi Empat di Kelas VII MTs Amda Percut Sei Tuan Tahun Ajaran 2014/2015, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Sanjaya, Wina, (2009), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, kencana, Jakarta.

Sudjana, (2005), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Tim Dosen Unimed, (2014), Perkembangan Peserta Didik, Unimed, Medan.

(31)

95

Wijaya, Aryadi, (2012), Pendidikan Matematika Realistik, Graha Ilmu, Yogyakarta.

Siregar, Siti, (2014), Upaya Meningkatkan Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dengan Menerapkan Pendekatan Pembelajaran Matematika Realistik pada Materi Aritmatika Sosial Siswa di Kelas VII SMP Swasta Gema Bukit Barisan Tanjung Morawa T.P 2014/2015, Skripsi, FMIPA, Unimed, Medan.

Gambar

Gambar 1.1.  Hasil Kerja Siswa
Tabel 4.16. Deskripsi Tingkat Kemampuan Siswa pada Tes Kemampuan
Grafik 4.1.  Tingkat Kemampuan Siswa Menyelesaikan Pemecahan
tabel, diagram atau media lain dan (5) memiliki sifat menghargai kegunaan matematika dalm kehidupan.”
+2

Referensi

Dokumen terkait

dan mempunyai varians yang homogen, maka pengujiannya dilakukan dengan menggunakan uji t’ namunapabilapratesdanpascatestidakmemiliki data yang normal makadigunakanuji

Proyek akhir ini menghasilkan alat praktikum sistem plc-pneumatik, yang mempunyai prinsip kerja mengebor suatu benda kerja dengan 4 lubang dengan diameter bor 10 mm,

Untuk lebih memahami tentang verba tidak beraturan kala lampau Perfekt, sebaiknya pembelajar bahasa Jerman perlu juga mempelajari pola perubahan bentuk verba tidak

Apakah faktor Store Contact, Store Image, Store Atmospherics dan Store Theatrics mempengaruhi minat konsumen untuk melakukan pembelian di Toko Buku Gramedia Yogyakarta?...

• Memahami cacat-cacat kristal yang terbentuk dalam suatu bahan. • Mengetahui hubungan antara pergerakan dislokasi dengan

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” YOGYAKARTA LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN DAN PENJAMINAN MUTU

LAKIP Tahun 2012 yang merupakan bagian dari informasi pengukuran kinerja dalam melaksanakan Rencana Strategis BAPPEDA Kabupaten Bandung Tahun 2010-2015 adalah dokumen

mengenai ruang lingkup motivasi menurut para ahli dan indikator motivasi menurut Makmun (2009) yang diteliti sebagai variabel terikat dalam penelitian ini,