• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan UNESCO Terhadap Pengklaiman Budaya Tidak Berwujud Dan Penerapan Hukumnya Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Peranan UNESCO Terhadap Pengklaiman Budaya Tidak Berwujud Dan Penerapan Hukumnya Di Indonesia"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN UNESCO TERHADAP PENGKLAIMAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD DAN PENERAPAN HUKUMNYA DI INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi Tugas – Tugas dan Memenuhi Syarat – Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA HUKUM

Oleh

SAMUEL VALENTINO ADIPUTRA NIM : 060200263

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Peranan UNESCO terhadap pengklaiman budaya tidak berwujud dan implikasinya di Indonesia. Kebudayaan merupakan suatu ciri khas dari suatu bangsa. Kebudayaan merupakan warisan luhur bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, budaya suatu bangsa harus dilindungi dan dilestarikan oleh bangsa itu sendiri. Namun dalam perwujudannya, perlindungan dan pelestarian budaya tidak hanya harus dilakukan oleh bangsa itu sendiri, budaya suatu bangsa juga harus dihormati dan dilindungi oleh bangsa lain. Dalam hal ini, dibutuhkan suatu lembaga internasional yang dapat menaungi dan melindungi budaya – budaya yang dimiliki setiap bangsa – bangsa di dunia. Lembaga yang menangani tentang kebudayaan secara internasional yaitu United Nations Educational Scientific And Cultural Organization (UNESCO). Berdasarkan latar belakang ini dapat dilihat bahwa UNESCO mempunyai peranan penting dalam perlindungan kebudayaan. Adanya peneliti tertarik meneliti permasalahan ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan UNESCO dalam melindungi kebudayaan tidak berwujud dan untuk mengetahui bagaimana implikasnya di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Dimana penelitian memaparkan dan membahas data – data yang diperoleh mengenai peranan UNESCO, dan penerapan hukum yang dilakukan terhadap pengklaiman budaya di Indonesia.

(3)

DAFTAR ISI

ABSTRAK

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN………...

A. Latar Belakang Penulisan……….………1

B. Perumusan masalah………..………4

C. Keaslian Penulisan……….…………..4

D. Tinjauan Kepustakaan……….…………5

E. Metode Penulisan……….…………..…10

F. Sistematika Penulisan……….………10

BAB II : TINJAUAN UMUM TENTANG BUDAYA TIDAK BERWUJUD (INTANGIBLE CULTURAL ) A. Kebudayaan………....12

A.1. Pengertian Kebudayaan………..………….………...12

A.2 Pengertian Kebudayaan Nasional……….……….……….16

A.3. Pengertian Budaya Tidak Berwujud……….……….18

B. Ruang Lingkup Budaya Tidak Berwujud………….……….22

C. Tujuan Perlindungan Budaya Tidak Berwujud…………..………..25

(4)

C.2. Memahami Konsep Tradisi dalam Pelestarian Warisan Budaya Tidak

Berwujud………...………...……….………..28

C.3. Memahami Konsep Sejarah dalam Pelestarian Warisan Budaya Tidak Berwujud………...…………...……….………..31

BAB III : PERANAN UNESCO DALAM PERLINDUNGAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD A. PBB A.1 Sejarah Lahirnya PBB………...……….……….32

A.2 Asas dan Tujuan PBB……….34

A.3 Keanggotaan PBB………...35

A.4 Susunan Keanggotaan dan Tugas Badan – Badan PBB………36

A.5 Perkembangan Hubungan antara RI dan PBB………44

A.6 Peran Indonesia terhadap PBB………..………..………45

B. UNESCO B.1 Sejarah Terbentuknya UNESCO……….………46

B.2Konvensi – Konvensi yang Telah Dihasilkan UNESCO Untuk Melindungi Budaya Tidak Berwujud…..………...………48

(5)

BAB IV : PENERAPAN HUKUM DI INDONESIA

A. Peraturan Pemerintah Indonesia Tentang Budaya Tidak Berwujud…….69 B. Berbagai Pengklaiman Terhadap Budaya Tidak Berwujud di Indonesia

Oleh Negara Lain………..75 C. Beberapa Penjelasan Kasus Pengklaiman Budaya Tidak Berwujud Negara

Indonesia oleh Negara Malaysia………78 C.1. Klaim Batik………78 C.2. Klaim Tari Pendet……….…..84 D. Penegakan Hukum dan Perlindungan terhadap Budaya Tidak

Berwujud………86

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

(6)

ABSTRAKSI

Penelitian ini berjudul Peranan UNESCO terhadap pengklaiman budaya tidak berwujud dan implikasinya di Indonesia. Kebudayaan merupakan suatu ciri khas dari suatu bangsa. Kebudayaan merupakan warisan luhur bagi suatu bangsa. Oleh karena itu, budaya suatu bangsa harus dilindungi dan dilestarikan oleh bangsa itu sendiri. Namun dalam perwujudannya, perlindungan dan pelestarian budaya tidak hanya harus dilakukan oleh bangsa itu sendiri, budaya suatu bangsa juga harus dihormati dan dilindungi oleh bangsa lain. Dalam hal ini, dibutuhkan suatu lembaga internasional yang dapat menaungi dan melindungi budaya – budaya yang dimiliki setiap bangsa – bangsa di dunia. Lembaga yang menangani tentang kebudayaan secara internasional yaitu United Nations Educational Scientific And Cultural Organization (UNESCO). Berdasarkan latar belakang ini dapat dilihat bahwa UNESCO mempunyai peranan penting dalam perlindungan kebudayaan. Adanya peneliti tertarik meneliti permasalahan ini dikarenakan peneliti ingin mengetahui bagaimana peranan UNESCO dalam melindungi kebudayaan tidak berwujud dan untuk mengetahui bagaimana implikasnya di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif. Dimana penelitian memaparkan dan membahas data – data yang diperoleh mengenai peranan UNESCO, dan penerapan hukum yang dilakukan terhadap pengklaiman budaya di Indonesia.

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penulisan

Indonesia merupakan Negara yang sangat luas dan terdiri atas pulau – pulau. Latar belakang ini melahirkan keanekaragaman yang luar biasa. Baik keanekaragaman suku bangsa, bahasa, agama, adat istiadat, maupun kebudayaan. Ada ribuan, atau mungkin jutaan kebudayaan yang tersimpan di bumi pertiwi, mulai dari tarian, ornamen, motif kain, alat musik, cerita rakyat, musik dan lagu, makanan dan minuman, seni pertunjukan, produk arsitektur, dan lain sebagainya.

Kebudayaan merupakan suatu identitas dan ciri khas dari suatu bangsa, yang dimana kebudayaan dapat menunjukkan ciri dari suatu bangsa yang tidak dimiliki oleh bangsa lain. Sehingga sudah sangat jelas bahwa kebudayaan perlu untuk dilindungi baik oleh pemerintah maupun masyarakat bangsa tersebut.

Pada masa sekarang ini, kebudayaan sudah sering dilupakan dan diabaikan pelestariannya, baik oleh pemerintah maupun masyarakat, khususnya untuk kebudayaan – kebudayaan yang tidak berwujud ( Intangible Cultural).

(8)

merugikan bagi Indonesia, baik dari segi ekonomi, pariwisata, sosial, dan kebudayaan. Berhubung pelaku pemerintahan Republik Indonesia adalah bangsa sendiri, maka warisan budaya yang ada menjadi milik bersama seluruh Bangsa Indonesia. Ini berbeda situasinya dengan Negara Australia dan Amerika yang warisan budayanya menjadi milik penduduk asli secara eksklusif, sehingga penduduk asli mempunyai hak untuk melarang setiap kegiatan pemanfaatan yang akan berdampak buruk pada warisan budaya mereka.1

Salah satu badan internasional yang bersifat universal adalah PBB (Perserikatan Bangsa – Bangsa) yang tujuannya ingin menegakkan perdamaian dunia. Dalam mewujudkan tujuan itu PBB mempunyai badan khusus ( specialized agencies ), yang dibentuk dengan perjanjian antara pemerintah dan mempunyai

tanggung jawab internasional yang luas seperti terumus di dalam dokumen dasarnya, dalam bidang ekonomi, sosial, kulturil, pendidikan, kesehatan serta Sebagaimana diketahui, sejak beberapa tahun yang lalu sampai saat ini, masyarakat dunia telah memiliki suatu lembaga yang bersifat internasional dan universal untuk mengurus berbagai kepentingan antara Negara dengan Negara serta hubungan antara Negara dengan individu yang termasuk klasifikasi subyek hukum internasional sebagai salah satu pencerminannya, sehingga tercipta suatu sistem hubungan internasional yang mengarahkan hubungan itu kepada suatu kondisi yang memungkinkan terciptanya tingkat peradaban umat manusia yang tinggi.

(9)

bidang yang bertalian lainnya, yang akan diperhubungkan dengan PBB, dan perjanjian itu harus disetujui oleh Majelis Umum PBB dan lembaga itu sendiri.2

1. Riset ilmu pengetahuan pada tanah kering.

Badan khusus PBB yang mengurus pendidikan, ilmu pengetahuan dan bidang kulturil diantaranya adalah UNESCO ( United Nation Educational, Scientific, and Cultural Organization ), didirikan pada tanggal 4 Nopember 1946,

yang dalam perencanaanya atau proyek utama digambarakan usaha – usaha UNESCO, serta mencari input dengan jalan mencari masalah – masalah praktis di negara – negara anggota ( These plans, as known as “Major Project” represent a concentration of UNESCO efforts and resources on practical problems of

concerns to member state).

Perwujudan dari program di atas, sejak tahun 1955 UNESCO melancarkan program yang tercakup di dalam 3 ( tiga ) bidang, yaitu :

2. Penghargaan yang sama terhadap nilai budaya Timur dan Barat. 3. Melancarkan pendidikan dasar yang ekstensif di Amerika Latin.

( “The three fields covered are scientific, research on arid lands, mutual appreciation of castern and western cultural value, and extention of primary

education in Latin America “).3

2

F. Isyawara, Pengantar Hukum Internasional, Bandung, 1972, hal.324.

3

(10)

Sebagai langkah untuk menindak lanjutinya yang berhubungan dengan hal tersebut, UNESCO telah mengirimkan tenaga ahli dan bantuan internasional, dan untuk itu pihak peserta agung dapat meminta bantuan kepada UNESCO di dalam penyelenggaraan perlindungan terhadap budaya tidak berwujud ataupun dalam hubungan dengan masalah – masalah yang lain yang timbul dari pelaksanaan ataupun penerapan konvensi budaya tidak berwujud.

Berdasarkan hal itu, menjadi alasan penulis untuk membahas materi skripsi ini dengan judul : “Peranan UNESCO Terhadap Pengklaiman Budaya Tidak Berwujud dan Implikasinya di Indonesia”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan paparan diatasa maka penulis tertarik untuk mengetahui :

1. Bagaimana peranan UNESCO dalam perlindungan budaya tidak berwujud ? 2. Bagaimana penerapan hukum yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk

melindungi budaya tidak berwujud tersebut ?

C. Keaslian Penulisan

(11)

Penulisan karya ilmiah ini adalah murni dan benar – benar berasal dari pemikiran penulis dan pertanyaan – pertanyaan yang timbul dari dalam diri penulis bahwa terhadap judul diperlukannya suatu pembahasan yang lebih dalam, keaslian penulisan ini dapat dibuktikan karena sebelum penulisan ini berlangsung penulis telah melakukan pengecean terhadap judul ini terlebih dahulu ke Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara apakah mengenai judul ini telah dibahas sebelumnya atau tidak, hasil dari pengecekkan tersebut adalah penulis telah mendapatkan persetujuan dari pihak perpustakaan dan jurusan bahwasanya judul ini dapat dilanjutkan penulisannya.

D. Tinjauan Kepustakaan

Dalam melakukan sebuah penelitian maka dibutuhkan suatu tinjauan kepustakaan, yang bertujuan sebagai bahan pemikiran penuis mengenai hal – hal apa saja yang nantinya akan menjadi bahasan terhadap penulisan ilmiah ini, dan merupakan pembimbing atau petunjuk apabila penulis memerlukan teori – teori dari para ahli mengenai objek yang sedang diteliti penulis yang nantinya akan diambil menjadi sebuah kutipan untuk menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam penulisan karya ilmiah.

Tinjauan kepustakaan dalam penulisan ini menggunakan Library Research, yaitu mempelajari serta mengumpulkan data yang diperoleh dari buku –

(12)

secara internasional seperti konvensi – konvensi mengenai budaya tak berwujud maupun yang secara nasional. Teori yang dibahas meliputi teori kebudayaan dan teori organisasi internasional.

Teori kebudayaan secara garis besar membahas tentang terbentuknya budaya. Dimana kebudayaan merupakan hal kompleks yang mencakup pengetahuan, keprecayaan, kesenian, moral, hukum, adat – istiadat, dan kebiasaan lain yang didapatkan oleh manusia sebagai anggota masyarakat.4

1. Memandang kebudayaan sebagai kata benda

Kata kebudayaan dan culture. Kata kebudayaan berasal dari kata Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal. Dengan demikian kebudayaan dapat diartikan : hal – hal yang bersangkutan dengan akal, Ada sarjana yang mengupas kata budaya sebagai suatu perkembangan dari majemuk budi-daya, yang berarti daya dari budi. Karena itu mereka membedakan budaya dari kebudayaan. Demikianlah budaya adalah daya dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa itu.

Berikut ada empat teori dan pendekatan kebudayaan, yaitu:

Dalam arti lewat produk budaya kita mendenifisikan dan mengelola kebudayaan itu. Teori produk budaya ini juga penting karena semua hasil budaya yang ada di muka bumi merupakan produk budaya kolektif manusia. Identitas budaya dapat dilihat dari pendekatan ini.

(13)

2. Memandang kebudayaan sebagai kata kerja

Pendekatan ini dikemukakan oleh Pleh Van Peursen. Pendekatan ini juga penting untuk dipahami, karena akan mampu menjelaskan kepada kita bagaimana proses-proses budaya itu terjadi di tengah kehidupan kita. Produk-produk budaya yang kita pahami lewat pendekatan pertama di atas ternyata juga menyiratkan adanya proses-proses budaya manusia yang oleh Van Peursen disebut ada tiga terminal proses budaya. Kehidupan mistis dimana mitos berkuasa, atau kuasa mitos mengemudikan arah kebudayaan suatu masyarakat, dilanjutkan dengan hadirnya kehidupan ontologis dan yang terakhir adalah kehidupan fungsional yang hari-hari ini lebih mendominasi kehidupan budaya kita.

3. Memandang kebudayaan sebagai kata sifat

(14)

4. Memandang kabudayaan sebagai kata keadaan

Kondisi-kondisi budaya tertentu menjadi menentukan wajah kebudayaan.

Selanjutnya adalah teori mengenai organisasi internasional. Dalam hukum internasional positif, tidak ada satu pasal pun yang memberikan batasan tentang apa yang dimaksud dengan organisasi internasional, namun demikian para ahli berusaha mengemukakan pendapat mereka mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan organisasi internasional.

Menurut D.W.Bowett :

“…and no generally accepted definition of the public international union has ever benn reached. In general, however, they are permanent association (i.e.,

postal or railway administration), based upon a treaty of a multilateral than a

bilateral type and with some define criterion of purpose”.5

5

D.W.Bowett. The Law of International Institutions, 2nd ed Butter Worth London, 1970, (…dan tidak ada definisi organisasi internasional uyang diterima secara umum. Pada umumnya, bagaimanapun juga organisasi ini adalah organisasi permanen (misalnya di bidang pos atau administrasi kereta api) yang didirikan atas dasar perjanjian internasional, yang kebanyakan merupakan perjanjian multilateral dari pada perjanjian bilateral dan dengan tujuan tertentu).

(15)

Ia hanya membandingkan fungsi, hak, dan kewajiban serta wewenang berbagai organ lembaga internasional dengan Negara modern.

Hal demikian diutarakannya dengan mengatakan bahwa :

“In the first place, just as functions of the modern state and the rights, duties, and powers of its instrumentalities are governed by a branch of municipal law called

State Constitutional Law, so international institutions are similarly conditioned by

a body of rules may will be described as international constitutional law”.

(Pertama – tama, seperti fungsi suatu Negara modern dengan hak, kewajiban dan kekuasaan yang dimiliki berbagai alat perlengkapannya, itu semuanya diatur oleh hukum nasional, yang dinamakan Hukum Tata Negara (State Constitutional Law) sehingga demikian organisasi internasional yang ada, sama halnya dengan alat perlengkapan Negara modern yang diatur oleh semacam Hukum Tata Negara).

Menurut Boer Mauna memberikan pengertian organisasi internasional sebagai berikut:

Suatu perhimpunan Negara – Negara yang merdeka dan berdaulat yang bertujuan untuk mencapai kepentingan bersama melalui organ- organ dari perhimpunan itu sendiri.6

a. A permanent organization to carry on a continuing set of functions.

Menurut Leroy Bannet, organisasi internasional mempunyai ciri – ciri sebagai berikut:

b. Voluntary membership if eligble parties.

c. Basic instrument, stating goals, structure and methods of operation.

6

Boer Mauna,seperti dikutip oleh Syahmin A.N.,SH. Pokok – pokok Hukum Organisasi

(16)

d. A broadly representative consultative conference organ.

e. Permanent secretariat to carry on continuous.

E. Metode Penulisan

Metode penelitian adalah suatu proses yang menjelaskan tentang cara pelaksanaan kegiatan penelitian mencakup cara pengumpulan data, alat yang digunakan, dan cara analisis data.

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian deskriptif. Dimana penelitian memaparkan dan membahas data – data yang diperoleh mengenai peranan UNESCO, dan penerapan hukum yang dilakukan terhadap pengklaiman budaya di Indonesia.

F. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan skripsi ini, dibagi di dalam 5 ( lima ) bab yang meliputi :

(17)

BAB II : Pada Bab kedua diuraikan mengenai tinjauan umum tentang budaya tidak berwujud, yang materinya meliputi pengertian budaya tidak berwujud,ruang lingkup budaya tidak berwujud, dan tujuan perlindungan budaya tidak berwujud.

BAB III : Pada Bab ini dibahas mengenai peranan UNESCO dalam perlindungan budaya tidak berwujud yang ditinjau dari Konvensi Internasional Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage 2003 (Konvensi untuk Perlindungan Warisan

Budaya Tidak Benda 2003). Materi berikutnya mengenai peranan UNESCO dalam perlindungan budaya tidak berwujud.

BAB IV : Dalam Bab Keempat diuraikan mengenai peranan hukumnya di Indonesia, dengan materi mengenai Peraturan Presiden No.78 tahun 2007 tentang pengesahan Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Benda.

(18)

BAB II

TINJAUAN UMUM TENTANG BUDAYA TIDAK BERWUJUD

( INTANGIBLE CULTURAL )

A. Kebudayaan

A.1 Pengertian Kebudayaan

Pengertian secara harafiah serta batasan – batasan yang dikemukakan oleh para sarjana atau dari ketentuan perundang – undangan adalah penting untuk diuraikan di dalam setiap usaha untuk menelaah serta menyelidiki sesuatu hal tertentu sehingga lebih mudah untuk memahami dan menelaah suatu permasalahan yang ada.

Adapun kata kebudayaan = cultuur (Bahasa Belanda) = culture (Bahasa Inggris) = tsaqafah (Bahasa Arab), berasal dari perkataan Latin colere yang berarti mengolah, mengerjakan, terutama mengolah tanah, atau bertani. Dari arti ini berkembang arti culture sebagai segala daya upaya serta tindakan manusia untuk mengolah tanah dan merubah alam.

(19)

dari budi yang berupa cipta, rasa, dan karsa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, dan karsa tersebut.7

Definisi lain dikemukakan oleh R.Linton dalam buku : “The Cultural background of personality”, bahwa kebudayaan adalah konfigurasi dari tingkah

laku yang dipelajari dan hasil tingkah laku, yang unsur – unsur pembentukannya didukung dan diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.

Adapun ahli antropologi yang merumuskan definisi tentang kebudayaan secara sistematis dan ilmiah adalah E.B.Taylor, yang menulis dalam bukunya : “Primitve Culture”, bahwa kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat – istiadat, dan kemampuan yang lain, serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat.

8

1)Sutan Takdir Alisyahbana

Di samping definisi – definisi tersebut di atas, masih banyak definisi yang dikemukakan oleh para sarjana – sarjana Indonesia, seperti :

Kebudayaan adalah manifestasi dari suatu bangsa. 2)Dr. Moh. Hatta

Kebudayaan adalah ciptaan hidup dari suatu bangsa. 3)Mangunsarkoro

Kebudayaan adalah segala yang bersifat hasil kerja jiwa manusia dalam arti yang seluas – luasnya.

7

Koentjaraningrat, Pengantar Antropologi, cetakan kedua, Jakarta,1965,hal. 77-78.

8

(20)

4)Haji Agus Salim

Kebudayaan adalah merupakan persatuan istilah budi dan daya menjadi makna sejiwa dan tidak dapat dipisah – pisahkan.

5)Koentjaraningrat

Menurut Koentjaraningrat dalam bukunya Pengantar Ilmu Antropologi mengatakan bahwa menurut ilmu antropologi kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri manusia dengan belajar.9

a. bahasa,

Koentjaraningrat (1983) membagi kebudayaan atas 7 unsur:

b. sistem pengetahuan, c. organisasi sosial,

d. sistem peralatan hidup dan teknologi, e. sistem mata pencaharian hidup, f. sistem religi, dan

g. kesenian.

Kesemua unsur kebudayaan tersebut mewujud ke dalam bentuk sistem budaya/adat – istiadat (kompleks budaya, tema budaya, gagasan), sistem sosial (aktivitas sosial, kompleks sosial, pola sosial, tindakan), dan unsur – unsur kebudayaan fisik (benda kebudayaan)10

9

(21)

Sehingga dapat diperoleh pengertian mengenai kebudayaan adalah sesuatu yang akan mempengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi sistem ide tau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam kehidupan sehari – hari, kebudayaan itu bersifat abstrak. Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah benda – benda yang bersifat nyata, misalnya pola – pola perilaku, bahasa, peralatan hidup, organisasi sosial, religi, seni, dan lain – lain, yang kesemuanya ditujukan untuk membantu umat manusia dalam melangsungkan kehidupan bermasyarakat.

Berdasarkan penjelasan diatas, dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Kebudayaan adalah segala sesuatu yang dilakukan dan dihasilkan manusia, meliputi :

a. Kebudayaan materiil (bersifat jasmaniah) yang meliputi benda – benda ciptaan manusia, misalnya kendaraan, alat rumah tangga, dan lain – lain. b. Kebudayaan non materiil (bersifat rohaniah) yaitu semua hal yang tidak

dapat dilihat dan diraba, misalnya agama, bahasa, ilmu pengetahuan dan sebagainya.

2. Kebudayaan itu tidak diwariskan secara generative (biologis) melainkan hanya mungkin diperoleh dengan cara belajar.

3. Kebudayaan diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat. Tanpa masyarakat kemungkinannya sangat kecil untuk membentuk kebudayaan. Sebaliknya tanpa kebudayaan tidak mungkin manusia (secara individual maupun kelompok) dapat mempertahankan kehidupannya.11

11

(22)

A.2 Pengertian Kebudayaan Nasional

Kebudayaan nasional secara mudah dimengerti sebagai kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998, yakni:

Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan pembangunan yang berbudaya.12

Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar Dewantara adalah “puncak – puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi nasional, hukum nasional, serta bahasa nasional. Definisi yang diberikan oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan

Disebutkan juga pada pasal selanjutnya bahwa kebudayaan nasional juga mencermikan nilai – nilai luhur bangsa. Tampaklah bahwa batasan kebudayaan nasional yang dirumuskan oleh pemerintah berorientasi pada pembangunan nasional yang dilandasi oleh semangat Pancasila.

12

(23)

menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak – puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama.13

Sebelum di amandemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan – kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak – puncak di daerah – daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh – tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang.

13

(24)

bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional.14

14

Direktorat Sejarah dan Nilai Tradsional, Kongres Kebudayaan 1991 : Kebudayaan Warisan Budaya diartikan oleh Davidson sebagai “ Produk atau hasil budaya fisik dari tradisi – tradisi yang berbeda dan prestasi – prestasi spiritual dalam bentuk nilai dari masa lalu yang menjadai elemen pokok dalam jatidiri suatu kelompok atau bangsa”. Jadi warisan budaya merupakan hasil budaya fisik (tangible), dan nilai budaya (intangible), dari masa lalu.

Warisan budaya adalah salah satu bagian dari Pusaka suatu bangsa, yaitu Pusaka Budaya. Pusaka Budaya adalah hasil cipta, rasa, dan karsa yang istimewa dari lebih 500 suku bangsa di Tanah Air Indonesia, secara sendiri – sendiri, sebagai kesatuan Bangsa Indonesia, dan dalam interaksinya dengan budaya lain sepanjanag sejarah keberadaannya. Pusaka budaya mencakup pusaka berwujud (tangible), dan pusaka tidak berwujud (intangible).

A.3 Pengertian Budaya Tidak Berwujud

Pengertian budaya tidak berwujud sebagaimana yang tertulis dalam Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage Pasal 2 ayat

(25)

For the purposes of this Convention,

The “intangible cultural heritage” means the practices, representations,

expressions, knowledge, skills – as well as the instruments, objects, artefacts and

cultural spaces associated therewith – that communities, groups and, in some

cases, individuals recognize as part of their cultural heritage. This intangible

cultural heritage, transmitted from generation to generation, is constantly

recreated by communities and groups in response to their environment, their

interaction with nature and their history, and provides them with a sense of

identity and continuity, thus promoting respect for cultural diversity and human

creativity. For the purposes of this Convention, consideration will be given solely

to such intangible cultural heritage as is compatible with existing international

human rights instruments, as well as with the requirements of mutual respect

among communities, groups and individuals, and of sustainable development.15

(“Warisan budaya tidak berwujud” adalah berbagai praktek, representasi, ekspresi, pengetahuan, keterampilan : serta instruemn – instrument, obyek, artefak dan lingkungan budaya yang terkait meliputi berbagai komunitas, kelompok, dan dalam berbapa hal tertentu, perseorangan yang diakui sebagai warisan budaya mereka. Warisan budaya tidak berwujud ini, diwariskan dari generasi ke generasi, secara terus – menerus diciptakan kembali oleh berbagai komunitas dan kelompok sebagai tanggapan mereka terhadap lingkungannya, interaksi mereka dengan alam, serta sejarahnya, dan memberikan mereka makna jati diri dan keberlanjutan,

15

(26)

untuk memajukan penghormatan keanekaragaman budaya dan kreatifitas manusia. Untuk maksud – maksud Konvensi ini, pertimbangan akan diberikan hanya kepada warisan budaya tidak berwujud yang selaras dengan instrumen – instrumen internasional yang mengenai hak – hak asasi manusia, serta segala persyaratan saling menghormati antar berbagai komunitas, kelompok dan perseorangan, dan pembangunan yang berkelanjutan.)

Menurut J.J. Hoenigman, wujud kebudayaan dibedakan menjadi tiga,yaitu:

a. Gagasan (Wujud ideal)

Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide – ide, gagasan, nilai – nilai, norma – norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala – kepala atau di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku – buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut

b. Aktivitas (tindakan)

(27)

pola – pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari – hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan.

c. Artefak (karya)

Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal – hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan.16

a. Kebudayaan material

Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.

Berdasarkan wujudnya tersebut, kebudayaan dapat digolongkan atas dua komponen utama:

Kebudayaan material adalah kebudayaan yang mengacu pada semua ciptaan masyarakat yang nyata, konkret. Contoh kebudayaan material ini adalah temuan – temuan yang dihasilkan dari suatu penggalian arkeologi: mangkuk tanah liat, perhisalan, senjata, dan seterusnya. Kebudayaan material juga mencakup barang –

16

(28)

barang, seperti televisi, pesawat terbang, stadion olahraga, pakaian, gedung pencakar langit, dan mesin cuci.

b. Kebudayaan nonmaterial

Kebudayaan nonmaterial adalah ciptaan – ciptaan abstrak yang diwariskan dari generasi ke generasi, misalnya dongeng, cerita rakyat, dan lagu atau tarian tradisional.

B. Ruang Lingkup Budaya Tidak Berwujud

Untuk mengetahui bahwa ilmu budaya termasuk kelompok pengetahuan budaya lebih dahulu perlu diketahui pengelompokan ilmu pengetahuan. Prof.Dr.Harsya Bactiar mengemukakan bahwa ilmu dan pengetahuan dikelompokkan dalam tiga kelompok besar yaitu :

1. Ilmu – ilmu Alamiah (natural scince).

(29)

2. Ilmu – ilmu sosial ( social scince ) .

Ilmu – ilmu sosial bertujuan untuk mengkaji keteraturan – keteraturan yang terdapat dalam hubungan antara manusia. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode ilmiah sebagai pinjaman dari ilmu – ilmu alamiah. Tapi hasil penelitiannya tidak 100% benar, hanya mendekati kebenaran. Sebabnya ialah keteraturan dalam hubungan antara manusia ini tidak dapat berubah dari saat ke saat.

3. Pengetahuan budaya ( the humanities ).

Bertujuan untuk memahami dan mencari arti kenyataan – kenyataan yang bersifat manusiawi. Untuk mengkaji hal ini digunakan metode pengungkapan peristiwa-peristiwa dan kenyataan – kenyataan yang bersifat unik, kemudian diberi arti.

Pengetahuan budaya (the humanities) dibatasi sebagai pengetahuan yang mencakup keahlian (disilpin) seni dan filsafat. Keahlian inipun dapat dibagi – bagi lagi ke dalam berbagai hiding keahlian lain, seperti seni tari, seni rupa, seni musik,dll.17

Di dalam Convention for the Safeguarding of the Intangible Culltural Heritage (Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Tak Berwujud)

dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan budaya tidak berwujud seperti tercantum dalam pasal 1 konvensi ini adalah sebagai berikut :

17

(30)

Warisan budaya tak berwujud sebagaimana dalam ayat (1), diwujudkan antara lain di bidang – bidang sebagai berikut :

a. Tradisi dan ekspresi lisan, termasuk bahasa sebagai wahana warisan budaya tak benda;

b. Seni pertunjukan;

c. Adat istiadat masyarakat, ritus, dan perayaan – perayaan;

d. Pengetahuan dan kebiasaan perilaku mengenai alam dan semesta; e. Kemahiran kerajinan tradisional.

Adapun beberapa contoh warisan budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia adalah sebagai berikut :

a. Tari – tarian.

Misal : Tari Pendet, Tari Remo, Tari Lilin, Tari Jaipong, Tari Kecak, dll. b. Candi

Misal : Candi Borobudur, Candi Prambanan, Candi Mendut, dll. c. Lagu Daerah

Misal : Sayonara, Soleram, Ampar – ampar pisang, Apuse, dll. d. Masakan

Misal : Tumpeng, Rendang, Gudeg, Lodho, Soto, Sate, Ruja, dll. e. Pakaian adat

Misal : Baju Bodho, Kebaya, Jarit, Kain Songket, Batik, dll. f. Upacara adat

(31)

g. Alat musik daerah

Misal : Angklung, Seruling, Tifa, Rebana, Kulintang, Gamelan, dll. h. Rumah adat

Misal : Joglo, Gadang, Limas, dll.

C. Tujuan Perlindungan Budaya Tidak Berwujud

Yang dimaksud dengan perlindungan dalam hal ini menurut Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Tidak Berwujud adalah :

Pasal 2 ayat (3) :

"Perlindungan" adalah tindakan – tindakan yang bertujuan memastikan kelestarian warisan budaya tidak berwujud, termasuk identifikasi, dokumentasi, penelitian, preservasi, perlindungan, pemajuan, peningkatan, penyebaran, khususnya melalui pendidikan, baik formal maupun nonformal, serta revitalisasi berbagai aspek warisan budaya tersebut.

("Safeguarding" means measures aimed at ensuring the viability of the intangible

cultural heritage, including the identification, documentation, research,

preservation, protection, promotion, enhancement, transmission, particularly

through formal and non formal education, as well as the revitalization of the various

aspects of such heritage.18

18

(32)

C.1. Prinsip – Prinsip Dasar Konsep Pelestarian Warisan Budaya Tak Benda

Kata pelestarian sudah dikenal umum baik dikalangan akademis, birokrat, dan masyarakat luas. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia menurunkan tiga arti untuk kata “lestari”:

a) seperti keadaan semula; b) tidak berubah;

c) kekal.

Ketiga arti kata ini mungkin masih tepat digunakan dalam pemahaman terhadap produksi budaya bersifat fisik (tangible) seperti Benda Cagar Budaya. Akan tetapi produk budaya yang bersifat tan benda (intangible) seperti dalam bentuk seni dan tradisi (yang lebih menekankan dalam bentuk ide, konsep, norma) ketiga arti tersebut sangat berlawanan dengan sifat seni dan tradisi yang hidup. Bila arti kata lestari itu kita terapkan kepada pelestarian seni maupun tradisi, maka kebudayaan suatu masyarakat akan tidak bergerak, tidak hidup sejajar dengan perkembangan budayanya. Sebab kesenian, maupun tradisi apapun tidak ada tidak mengalami perubahan.

(33)

Kamus Besar Bahasa Indonesia juga menurunkan tiga kata “melestarikan” yaitu :

(1) menjadikan (membiarkan) tetap tidak berubah;

(2) membiarkan tetap seperti keadaan semula;

(3) mempertahankan kelangsungan (hidupnya).

Arti yang pertama dan kedua tidak mengembangkan kreativitas seni, maupun tradisi. Sedangkan arti yang ketiga masih dapat ditafsirkan bagaimana kreativitas seni maupun tradisi berkiprah untuk melangsungkan hidup suatu jenis kesenian maupun tradisi lainnya.

(34)

C.2. Memahami Konsep Tradisi dalam Pelestarian Warisan Budaya Tak Benda

Dalam percakapan sehari – hari “tradisi” sering dikatikan dengan pengertian kuno, ataupun dengan sesuatu yang bersifat sebagai warisan nenek moyang. Edward Shils dalam bukunya yang berjudul Tradision (1981) telah membahas pengertian “tradisi” itu secara panjang lebar. Pada intinya ia menunjukkan bahwa hidupnya suatu masyarakat senantiasa didukung oleh tradisi, namun tradisi itu bukanlah sesuatu yang statis.

Kalau kita berbicara tradisi hal – hal yang harus diperhatikan :

1. Waktu/masa.

(35)

mengembangkan tradisi tari Yahya dengan menciptakan Beksan Golek Menak sebagai varian tekhnik baru atas dasar tehnik tari Yogya yang telah mantap”

Disamping satuan – satuan masa yang kurang lebih berkaitan dengan kesatuan – kesatuan politis kenegaraaan itu, istilah tradisi juga dapat digunakan untuk satuan yang lebih kecil, seperti angkatan murid dalam suatu sekolah.

2. Batas wilayah cakupan.

(36)

3. Pertemuan tradisi dan pusat tradisi.

Berbeda dengan itu adalah pertemuan dua tradisi yang terjadi di pusat. Masuknya suatu pertemuan dua tradisi biasanya terlihat dengan jelas sebagai perhadapan dua tradisi yang berbeda. Apa yang berasal dari luar diterima sebagai suatu warisan baru yang tiba – tiba datang. Masuknya tradisi baru itu mempunyai tiga kemungkinan akibat :

a) yang baru itu menjadi satu khasanah tambahan disamping yang lama; b) yang baru itu memberi pengaruh ringan kepada tradisi setempat yang telah

mengakar, tanpa mengubah citra dasar tradisi setempat itu ;

c) tradisi baru berpengaruh cukup kuat terhadap tradisi lama dalam bidang yang sama, sehingga menjadi suatu bentuk baru. Contoh kuat yang dirasakan pada masyarakat Bali yaitu sistem pembakaran mayat dari menggunakan kayu api ke teknologi kompor.

4. Perubahan

(37)

C.3. Memahami Konsep Sejarah dalam Pelestarian Warisan Budaya Tak Benda

Dalam memahami sejarah bangsa tercakup dua pengertian di dalamnya yaitu masa lampau dan rekontruksi tentang masa lampau. Masa lamapau hanya terdapat dalam ingatan orang – orang (ingatan kolektif) yang pernah mengalaminya. Kenyataan ini baru bisa diketahui oleh orang lain apabila diungkapkan kembali dengan adanya komonikasi dan dokumentasi yang menjadi kisah atau gambaran tentang peristiwa masa lampau. Proses ini disebut rekontruksi sejarah atau dalam ilmu sejarah disebut dengan Historiografi.

Dalam pengelolaan pelestarian sejarah, bukan sejarahnya maupun peristiwanya yang harus dilestarikan. Melainkan nilai – nilai sejarah yang terdapat dalam peristiwa tersebut. Peristiwa sejarah cukup sekali terjadi, akan tetapi nilai – nilai dari peristiwa tersebut akan hidup sepanjang jaman. Hal ini sangat dipengaruhi oleh umat manusia sebagai cermin hidup.

Di dalam pengelolaan pelestarian yang sifatnya tak berwujud yang diharapkan adalah menghasilkan :

1. Kualitas produk budaya ( bukan jumlah produk budaya). 2. Konsep – konsep , nilai – nilai, norma – norma.

3. Pencitraan suatu pemikiran dari suatu masyarakat pendukung kebudayaan yang bersangkutan.

(38)

BAB III

PERANAN UNESCO DALAM PERLINDUNGAN BUDAYA TIDAK BERWUJUD

Sebelum membahas tentang peranan UNESCO, terlebih dahulu penulis akan membahas mengenai Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB), dimana UNESCO merupakan salah satu organisasi internasional yang berada di bawah naungan PBB.

A. Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) A.1Sejarah Lahirnya PBB

(39)

menjadi dasar bagi terwujudnya PBB. Adapun isi pokok Piagam Atlantik sebagai berikut.

1. Tidak diperkenankan melakukan perluasan wilayah.

2. Setiap bangsa berhak menentukan bentuk dan corak pemerintahnya sendiri.

3. Semua negara diperkenankan ikut serta dalam perdagangan internasional.

4. Mengusahakan perdamaian dunia di mana setiap bangsa dapat hidup bebas dari ketakutan dan kekurangan.

5. Menolak jalan kekerasan dalam menyelesaikan perselisihan internasional.

Sedangkan Konferensi San Fransisco merupakan konferensi terakhir dalam rangkaian kegiatan terbentuknya PBB. Konferensi San Fransisco berlangsung selama 2 bulan yakni dari tanggal 25 April sampai 26 Juni 1945. Peserta konferensi berjumlah 50 negara yakni 47 negara penandatanganan Declaration of the United Nations ditambah Ukraina, Belarusia, dan Argentina. Kelima puluh negara ini dikenal sebagai negara anggota pendiri (original members) atau anggota asli. Konferensi ini menyetujui dan menandatangani

Piagam Perdamaian (Charter of Peace) yang kemudian piagam ini menjadi Piagam PBB (United Nations Charter).

(40)

Piagam perdamaian itu baru disahkan oleh pemerintah masing – masing negara peserta pada tanggal 24 Oktober 1945. Pada tanggal tersebut merupakan hari berdirinya PBB secara resmi. Pada tanggal 10 Januari 1946 Majelis Umum PBB bersidang pertama kali di London (Inggris). Sidang-sidang berikutnya diselenggarakan setiap tahun di markas besar PBB di Lake Succes, New York (Amerika Serikat).19

1. Persamaan derajat dan kedaulatan semua negara anggota. A.2 Asas dan Tujuan PBB

Asas Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah sebagai berikut :

2. Persamaan hak dan kewajiban semua negara anggota. 3. Penyelesaian sengketa dengan cara damai.

4. Setiap anggota akan memberikan bantuan kepada PBB sesuai ketentuan Piagam PBB.

5. PBB tidak boleh mencampuri urusan dalam negeri negara anggota.

Sedangkan tujuan Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah sebagai berikut :

1. Memelihara perdamaian dan keamanan dunia.

2. Mengembangkan hubungan persahabatan antarbangsa berdasarkan asas-asas persamaan derajat, hak menentukan nasib sendiri, dan tidak mencampuri urusan dalam negeri negara lain.

19

(41)

3. Mengembangkan kerjasama internasional dalam memecahkan masalah – masalah ekonomi, sosial, budaya, dan kemanusiaan. Menyelesaikan perselisihan dengan cara damai dan mencegah timbulnya peperangan. 4. Memajukan dan menghargai hak asasi manusia serta kebebasan atau

kemerdekaan fundamental tanpa membedakan warna, kulit, jenis kelamin, bahasa, dan agama.

5. Menjadikan pusat kegiatan bangsa-bangsa dalam mencapai kerja sama yang harmonis untuk mencapai tujuan PBB.20

A.3 Keanggotaan PBB

Keanggotaan PBB terdiri dari 2 macam, yaitu:

a. Anggota asli (orginal members) yang terdiri dari 50 negara yang menandatangani Piagam San Fransisco 26 Juni 1945. Pada tanggal 15 Oktober 1945 Polandia menyusul sehingga menjadi 51 negara.

b. Anggota tambahan, yakni Negara – Negara anggota PBB yang masuk kemudian berdasar syarat – syarat disetujui Majelis Umum PBB.

Syarat – syarat untuk menjadi anggota Perserikatan Bangsa – Bangsa adalah sebagai berikut :

1. Negara merdeka.

2. Negara yang cinta damai.

20

(42)

3. Sanggup mematuhi ketentuan – ketentuan yang tercantum dalam Piagam PBB.

4. Diusulkan oleh Dewan Keamanan dan disahkan oleh Majelis Umum PBB.

A.4 Susunan Keanggotaan dan Tugas Badan-Badan PBB

PBB yang terdiri atas 6 (enam) badan utama dengan susunan keanggotaan dan tugas sebagai berikut.

a) Majelis Umum (General Assembly) 1. Keanggotaan

Semua negara anggota PBB adalah anggota Majelis Umum. Sidang Majelis umum terdiri dari seluruh anggota dan setiap anggota memiliki satu suara. Majelis Umum bersidang sekali setahun. Sidang luar biasa dilakukan apabila diminta oleh Dewan Keamanan atau sebagian besar anggota.

2. Tugas dan Wewenang

Tugas dan wewenang Majelis Umum sebagai berikut.

a. Membicarakan persoalan-persoalan yang tercantum dalam PBB.

b. Membicarakan segala sesuatu yang berkaitan dengan perdamaian dan keamanan dunia.

c. Memilih anggota – anggota Dewan Ekonomi Sosial, menerima anggota baru, dan mengangkat Sekretaris Jenderal yang mengepalai Sekretariat.

(43)

e. Memiliki wewenang mengadakan perubahan terhadap pasal – pasal piagam PBB.21

b) Dewan Keamanan (Security Council)

1. Keanggotaan

Dewan Keamanan mempunyai anggota 15 negara.

a. Lima negara anggota tetap (the Big Five) yakni Inggris, Perancis, RRC, Amerika Serikat, dan Uni Sovyet (Rusia). Kelima negara itu mempunyai hak veto yaitu hak untuk menolak atau membatalkan suatu keputusan dalam Dewan Keamanan. Hak veto tidak berlaku apabila masalah yang disidangkan DK menyangkut kepentingan negara anggota DK.

b. Sepuluh negara anggota tidak tetap (dipilih secara bergiliran untuk masa tugas dua tahun). Indonesia pernah dipilih menjadi anggota tidak tetap DK antara tahun 1973 – 1974.

2. Tugas

Tugas dan wewenang DK sebagai berikut.

a. Menyelesaikan perselisihan internasional secara damai.

b. Mengadakan tindakan pencegahan atau paksaan dalam memelihara perdamaian dan keamanan.

21

(44)

c. Memilih hakim – hakim Mahkamah Internasional. d. Mengawasi wilayah – wilayah sengketa.22

c) Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council) 1. Keanggotaan

Pada mulanya keanggotaan Dewan Ekonomi dan Sosial sebanyak 18 anggota yang dipilih setiap tahun oleh Majelis Umum untuk masa jabatan tiga tahun. Sekarang anggotanya berjumlah 27. Setiap tahun 9 anggota Dewan Ekonomi dan Sosial diganti.

2. Tugas

Tugas dan wewenang Dewan Ekonomi dan Sosial sebagai berikut.

a. Membahas masalah – masalah ekonomi, sosial, budaya, kebudayaan, pendidikan, dan kesehatan internasional.

b. Memberi saran – saran kepada Majelis Umum atau badan – badan khusus untuk memperhatikan hak – hak asasi manusia.

c. Memberikan bantuan dalam bidang ekonomi, sosial, budaya, ilmu pengetahuan, dan lain – lain.

(45)

Dalam melaksanakan tugasnya, Dewan Ekonomi – Sosial ini dibantu oleh organisasi – organisasi khusus (Specialized Agencies) antara lain:

a . UNESCO (United Nations Educational Scientific And Cultural Organization)

UNESCO adalah Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan PBB. Tugasnya memajukan kerja sama antarbangsa melalui bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan dalam rangka penegakan hukum, penegakan hak asasimanusia, dan penegakan keadilan.

UNESCO berdiri pada tanggal 4 November 1946 yang berkedudukan di Paris, Perancis.

b. UNICEF (United Nations International Childrens Emergency Fund)

UNICEF adalah Organisasi Dana Perkembangan anak-anak Internasional PBB. Tugasnya memberikan bantuan dalam rangka menyejahterakan ibu dan anak. UNICEF didirikan pada tanggal 11 1946 di New York, Amerika Serikat.

c. WHO (World Health Organization)

(46)

d. FAO (Food and Agricultural Organization)

FAO adalah Organisasi Bahan Makanan dan Pertanian. FAO berdiri pada tanggal 16 Oktober 1945 yang berkedudukan di Roma, Italia. Tugasnya meningkatkan efisiensi dan distribusi makanan dan hasil – hasil pertanian ke berbagai pelosok dunia.

e. ILO (International Labour Organization)

ILO adalah Organisasi Perburuhan Internasional. Organisasi ini didirikan pada tanggal 11 April 1919 yang berkedudukan di Jenewa, Swiss. Pada tahun 1946 organisasi ini diterima sebagai organisasi khusus dalam PBB. Organisasi ini bertugas memperbaiki taraf hidup dan aturan perburuhan.

f. IBRD (International Bank for Reconstruction And Development)

IBRD adalah Bank Dunia untuk Pembangunan dan Perkembangan. Organisasi ini berdiri pada tanggal 27 Desember 1945 yang berkedudukan di Washington, Amerika Serikat.

g. IMF (International Monetary Fund)

(47)

Serikat. IMF bertujuan memajukan kerja sama di bidang ekonomi, keuangan, dan perdagangan sehingga memperluas kesempatan kerja.

h. ITU (International Telecommunication Union)

ITU merupakan Persatuan Telekomunikasi Internasional. Organisasi ini didirikan pada tahun 1865 dan diterima sebagai organisasi di bawah PBB pada tahun 1947. Tujuan ITU adalah untuk menghimpun kerja sama internasional yang melayani masyarakat pengguna telepon, telegram, dan radio. Markas ITU di Jenewa, Swiss.

i. WMO (World Meteorogical Organization)

WMO merupakan Organisasi Meteorologi Sedunia. Organisasi ini berdiri pada tanggal 23 Maret 1950. Organisasi ini bertujuan saling tukar laporan mengenai cuaca dengan standar internasional. Markas WMO di Jenewa, Swiss.

j. IMCO (Inter Govermental Maritime Consultative Organization)

(48)

k. UNDP (United Nations Development Programme) atau program pembangunan Perserikatan Bangsa – Bangsa.

Tugasnya memberikan bantuan, terutama untuk meningkatkan pembangunan Negara – Negara berkembang.

l. UNHCR (United Nations High Comissioner for Refugees) atau Komisi Tinggi Urusan Pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Tugasnya melindungi hak – hak pengungsi di seluruh dunia.23

d) Dewan Perwalian (Trusteship Council) 1. Keanggotaan

Anggota Dewan Perwalian ini berimbang antara anggota – anggota yang mengelola daerah – daerah perwalian dan yang tidak. Dewan Perwalian ini dahulu merupakan bekas daerah – daerah jajahan musuh Sekutu (Jerman, Italia, Jepang, dan Spanyol) dalam Perang Dunia II yang lalu. Kelima negara besar anggota Dewan Keamanan juga merupakan anggota – anggota tetap Dewan Perwalian.

2. Tugas

Dewan Perwalian bertugas mengawasi dan membimbing daerah – daerah yang belum memiliki pemerintah sendiri dan daerah mandat.

23

(49)

http://afand.cybermq.com/post/detail/9230/badan-badan-kelengkapan-perserikatan-e) Mahkamah Internasional (International Court of Justice) 1. Keanggotaan

Keanggotaan Mahkamah Internasional adalah Badan Peradilan utama dari PBB. Mahkamah Internasional terdiri atas 15 hakim dari 15 negara. Anggota ini bertugas selama 9 tahun. Mahkamah Internasional ini berkeduduka n di Den Haag.

2. Tugas

Tugas Mahkamah Internasional sebagai berikut.

a. Mengadili perselisihan-perselisihan atau persengketaan antarnegara-negara anggota PBB yang persoalannya diajukan oleh negara yang berselisih.

b. Memberikan pendapat kepada Majelis Umum PBB tentang penyelesaian sengketa antar Negara – Negara anggota PBB.

c. Mendesak DK PBB untuk mengambil tindakan terhadap pihak yang tidak menghiraukan keputusan Mahkamah Internasional.24

f) Sekretariat

Sekretariat PBB dipimpin oleh seorang sekretaris jenderal yang dipilih oleh Majelis Umum atas usul DK PBB untuk masa jabatan 5 tahun dan dapat dipilih kembali.

24

(50)

Tugas utama Sekretaris Jenderal sebagai berikut.

a. Melaksanakan tugas-tugas administrasi PBB.

b. Menyusun laporan tahunan tentang kegiatan PBB yang harus disampaikan kepada MU.

c. Menyiapkan, mengumumkan dan melaksanakan segala keperluan badan – badan PBB.

d. Mengajukan kepada DK PBB mengenai situasi yang menurut pendapatnya dapat membahayakan perdamaian internasional.

Sekretaris Jenderal PBB pertama adalah Trygve Lie dari Norwegia (1 Februari 1946 – 10 April 1953). Selanjutnya jabatan sekretaris Jenderal PBB ini secara berturut – turut sebagai berikut.

a. Dag Hamarskjold (Swedia), 1953 – 1961 b. U Thant (Myanmar), 1961 – 1971

c. Kurt Wadheim (Austria), 1971 – 1981 d. Javier Perez de Cuellar (Peru), 1981 – 1991 e. Boutros-Boutros Ghali (Mesir), 1991 – 1996 f. Kofi Annan (Ghana), 1997 – 2006

g. Ban Ki-Moon (Korea Selatan), 2007- ....25

(51)

A.5 Perkembangan Hubungan antara RI dengan PBB

Untuk pertamakalinya hubungan RI dengan PBB adalah ketika PBB ikut campur dalam persoalan Indonesia – Belanda pada waktu Agresi Militer Belanda Pertama pada tanggal 21 Juli 1947. Terbentuknya Komisi Jasa – Jasa Baik atau yang kemudian dikenal dengan Komisi Tiga Negara (KTN) mempunyai tugas yang dibebankan Dewan Keamanan PBB yaitu membantu menyelesaikan sengketa antara RI dan Belanda secara damai. Atas prakarsa KTN maka tercapailah perundingan Renville. Ketika Belanda melakukan Agresi Militernya II pada tanggal 19 Desember 1948, Dewan Keamanan PBB mengubah KTN menjadi Komisi Perserikatan Bangsa – Bangsa untuk Indonesia (UNCI = United Nations Comission for Indonesia) yang bertugas melancarkan perundingan antara RI dan

(52)

diplomasi maka Belanda terpaksa melepaskan Irian Barat. Melalui Pemerintahan Sementara PBB (UNTEA = United Nations Temporary Executive Authority) maka Irian Barat kembali ke pangkuan NKRI pada tanggal 1 Mei 1963. Dengan demikian PBB berperan penting dan berjasa dalam menjaga keutuhan wilayah RI.26

a. Secara tidak langsung, Indonesia ikut menciptakan perdamaian dunia melalui kerja sama dalam konferensi Asia Afrika, ASEAN maupun gerakan Non Blok. A.6 Peran Indonesia terhadap PBB

Republik Indonesia tidak hanya menerima bantuan dari PBB akan tetapi juga berperan aktif baik secara tidak langsung maupun secara langsung terhadap PBB, yakni sebagai berikut.

b. Secara langsung yakni Indonesia mengirimkan Pasukan Garuda sebagai sumbangan terhadap PBB untuk menciptakan perdamaian dunia.

c. Pada tahun 1985 Indonesia membantu PBB yakni memberikan bantuan pangan ke Ethiopia pada waktu dilanda bahaya kelaparan. Bantuan tersebut disampaikan pada peringatan Hari Ulang Tahun FAO ke- 40.

d. Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada tahun 1973-1974.27

26

(53)

B. UNESCO

B.1 Sejarah Terbentuknya UNESCO

4 Nopember 1946, UNESCO dibentuk oleh 43 negara dunia. Lembaga ini bergerak di bidang ilmu, budaya, dan pendidikan. Tujuan pendirian organisasi ini adalah untuk membangun hubungan ilmu dan kebudayaan di antara berbagai negara serta menyebarkan buku-buku dalam berbagai bahasa. Dengan cara ini, diharapkan ikatan kebudayaan dunia semakin meningkat. Di antara poin penting yang tercantum dalam piagam pendirian UNESCO adalah penghormatan terhadap keadilan, pemerintahan hukum, perlindungan HAM, dan kebebasan asasi. Badan utama dalam UNESCO adalah Sekjen, Badan Pelaksana, dan Sidang Umum. Markas UNESCO terletak di Paris.

Adapun Direktur Jendral UNESCO sampai saat ini adalah :

1. Julian Huxley, Britania Raya (1946–1948)

2. Jaime Torres Bodet, Meksiko (1948–1952)

3. John Wilkinson Taylor, Amerika Serikat (sementara 1952–1953)

4. Luther Evans, Amerika Serikat 1953–1958

5. Vittotino Veronese, Italia (1958–1961)

6. René Maheu, Perancis (1961–1974; sementara 1962)

(54)

8. Federico Mayor, Spanyol (1987–1999)

9. Koïchiro Matsuura, Jepang (1999–saat ini)28

Landasan tujuan didirikannya UNESCO adalah untuk memberikan kontribusi terhadap perdamaian dan keamanan dengan mempromosikan kolaborasi antara bangsa – bangsa melalui pendidikan, ilmu pengetahuan dan budaya dalam rangka menghormati lebih lanjut untuk keadilan universal, untuk aturan hukum dan hak asasi manusia dan kebebasan fundamental yang menegaskan untuk bangsa di dunia, tanpa pembedaan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama, berdasarkan Piagam Perserikatan Bangsa – Bangsa.( “The purpose of the Organization is to contribute to peace and security by promoting

collaboration among the nations through education, science and culture in order

to further universal respect for justice, for the rule of law and for the human

rights and fundamental freedoms which are affirmed for the peoples of the world,

without distinction of race, sex, language or religion, by the Charter of the United

Nations”.)29

28

http://id.wikipedia.org/wiki/Organisasi_Pendidikan,_Ilmu_Pengetahuan,_dan_Kebuday aan_Perserikatan_Bangsa-Bangsa

29

(55)

B.2 Konvensi – Konvensi yang telah dihasilkan UNESCO untuk melindungi Budaya Tidak Berwujud.

Misi United Nations Educational. Scientific and Cultural Organization (UNESCO), bersifat unik, karena misinya tersebut meliputi perkembangan umat manusia, yaitu pendidikan, ilmu pengetahuan, pengetahuan social, dan humaniora, serta komunikasi guna menentukan tempat dan mengarahkan manusia dalam gerakan perubahan dunia yang sangat cepat.

UNESCO, sebagai satu – satunya badan Perserikatan Bangsa – Bangsa (PBB) dengan tugas khusus untuk melindungi warisan budaya berada dalam pengawasan upaya internasional untuk melindungi kreativitas dan keragaman di seluruh dunia.

Beberapa Konvensi UNESCO untuk melindungi warisan budaya di seluruh dunia antara lain :

1. Konvensi Hak Cipta Dunia (Universal Copyright Convention) tahun 1952, revisi tahun 1971.

2. Konvensi Untuk Perlindungan Kekayaan Budaya dalam Konflik Bersenjata dengan Peraturan untuk Pelaksanaan Konvensi tersebut (Convention for the Protection of Cultural Property in the Event of Armed Conflict), tahun 1954,

protocol pertama pada tahun 1954, dan protocol kedua pada tahun 1999.

(56)

(Convention of the Menas of Prohibiting and Preventing the Illicit Import,

Export and Transfer of Ownership of Cultural Property) tahun 1970.

4. Konvensi mengenai Perlindungan Warisan Alam dan Budaya Dunia (Convention concerning the Protection of the World Cultural and Natural

Heritage) tahun 1972.

5. Konvensi untuk Konvensi untuk Perlindungan Warisan Budaya Tidak Benda (Convention for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage) tahun

2003.

6. Konvensi mengenai Perlindungan dan Promosi Keragam Ekspresi Budaya (Convention on the Protection and Promotion of the Diversity of Cultural

Expressions) tahun 2005.

Adapun penjelasan dari konvensi-konvensi diatas, sebagai berikut; 1. Konvensi Hak Cipta Dunia (1952)

(57)

Aliansi Global UNESCO untuk Keragaman Budaya mengeksplorasi cara – cara baru untuk mengubah kreativitas yang terdapat di Negara – Negara yang sedang berkembang menjadi industri budaya yang berkelanjutan. Tujuan dari aliansi ini adalah untuk mempromosikan keragaman budaya, pembangunan ekonomi, dan mendorong terciptanya lapangan kerjanya dalam bidang musik, penerbitan, perfilman, kerajinan, dan pertunjukan seni. Konvensi ini telah diratifikasi oleh seratus Negara di seluruh dunia.

2. Konvensi Untuk Perlindungan Kekayaan Budaya dalam Konflik Bersenjata (1954)

Konvensi Hague 1954 ini mempunyai suatu prinsip dasar yang menjadi dasar ideologi perlindungan benda budaya dunia. Prinsip tersebut terdapat dalam pembukaan konvensinya: “Being Convinced that damage to cultural property belonging to any people whatsoever means damage to cultural heritage of all

mankind, since each people makes its contribution to the culture of the world”.

Perlindungan yang diberikan oleh konvensi ini terbagi menjadi General Protection, dan Special Protection. Perlindungan Umum atau General Protection

(58)

boleh berlakunya peran militer dalam properti budaya hanyalah dengan alasan ”unavoidable military necessity (kepentingan militer yang tak terhindarkan)”. Peraturan ini dengan jelas menunjukkan kelemahan Konvensi ini, karena ternyata properti budaya pun masih dapat digunakan untuk kepentingan militer, walaupun kelebihannya adalah dengan adanya peraturan tersebut, bolehnya digunakan suatu properti budaya adalah hanya oleh ijin komando tertinggi, sehingga perusakan yang terjadi mampu tereduksi.

3. Konvensi mengenai Cara Untuk Melarang dan Mencegah Impor, Ekspor dan Pengalihan Kepemilikan Kekayaan Budaya yang Tidak Diperbolehkan (1970)

The UNESCO Convention on the Means of Prohibiting and preventing the

illicit Import, Export and Transfer of Ownership of Cultural Property 1970,

selanjutnya disebut Konvensi UNESCO 1970, bertujuan melindungi properti budaya terhadap ancaman pencurian, eksport ilegal dan alienasi yang salah. Pada tanggal 27 Juni 2003 telah tergabung 100 Negara Anggota dalam Konvensi UNESCO 1970 atau Konvensi Paris 1970 ini30

Dalam keanggotaan konvensi ini, termasuk pula Amerika, Perancis, dan Kanada, bukan hanya negara pengekspor saja. Konvensi UNESCO 1970 dibuat di Paris

.

30

Prevention of the Illicit, Import, Export and Transfer of Ownership of Cultural Property 1970, 12th session of the Intergovernmental Committee for promoting the return and Restitution of Cultural Property to its Countries of Origin or its Restitution in case of Illicit Appropriation, UNESCO, Paris, 25-28 Maret 2003, http:// www. unesco. org/ culture/

(59)

dalam sesi XVI Konferensi Umum UNESCO dan dideklarasikan selesai pada tanggal 14 November 197031

Konvensi UNESCO 1970 melindungi benda budaya dengan cara melakukan kontrol terhadap jalannya perdagangan dan membuat pemerintah bisa bekerjasama untuk mengembalikan dan menemukan benda budaya yang telah dicuri dan dipindahkan secara ilegal melintasi batas nasional. Sehingga Konvensi Paris 1970 ini lebih merupakan instrumen diplomasi, tak ada ketentuan pemberian sanksi.

.

32

Suatu anggota negara dapat menentukan ketentuan mana yang dapat diadopsi dan lebih cocok dengan sistem hukumnya. UNESCO hanya dapat menawarkan nasihat dalam penyusunan peraturan hukum. Seperti dalam pasal 14, disebutkan bahwa Negara Anggota Konvensi haruslah menyediakan servis secara nasional yang bertanggungjawab atas perlindungan kekayaan budaya dengan biaya yang pantas.33

Konvensi 1970 menyebutkan bahwa negara harus menyebutkan harta nasionalnya dalam sebuah daftar untuk kemudian dapat dilindungi bila dicuri. Mekanisme penemuan kembali properti yang dicuri disediakan untuk diadopsi

31

UNESCO Convention on the Means of Prohibiting and Preventing the Illicit Import,

Export and Transfer of Ownership of Cultural Property (Paris, 14 November 1970) List of the 100 States Parties as at 27 June 2003, http:// www. unesco. org/ culture/ laws/ 1970/ html_eng/ page3.

shtml

32

Jenny Doole, Culture Without Context, IARC Home Page, Illicit Antiquities Research Centre, University of Cambridge, uk, May 2001

33

In order to prevent illicit export and to meet the obligations arising from the

implementation of this Convention, each State Party to the Convention should, as far as it is able, provide the national services responsible for the protection of its cultural heritage with an adequate budget and, if necessary, should set up a fund for this purpose, pasal 14, Konvensi Paris

(60)

oleh negara. Dengan syarat, benda budaya yang dinominasikan adalah milik negara, bukan milik individu ataupun institusi. Untuk menyiasati masalah ini, Konvensi 1970 memerlukan bantuan dari Konvensi lain, yaitu Konvensi UNIDROIT34 (International Institute for the Unification of Private Law) 1995 atau Konvensi Venice 1995.35

Konvensi UNIDROIT 1995 dibuka untuk penandatanganan di Roma pada tanggal 24 Juni 1995. Dalam data keanggotaan tahun 2003, telah 29 negara yang menjadi negara anggota konvensi 1995 ini. Yang terakhir menjadi negara anggota dan adalah Slovakia, konvensi 1995 akan berlaku mempunyai kekuatan hukum mengikat Slovakia pada tanggal 1 Desember 2003.

Bisa dikatakan bahwa konvensi UNIDROIT 1995 dan Konvensi 1970 adalah bersifat saling melengkapi atau komplementer.

36

Konvensi 1995 ini dibuat untuk menindaklanjuti permasalahan yang ada pada Konvensi 1970. Seperti misalnya mengakui hak perseorangan dan institusi untuk mendaftarkan properti mereka37

34

UNIDROIT (the International Institute for the Unification of Private Law) Convention on Stolen or Illegally Exported Cultural Objects.

35

UNESCO Conventions for the Return and Protection of Cultural Property, dalam The

Return of Cultural Property, http: // www. liv. ac. uk/ -sinclair/ ALGY399_ Site/ return_ cult_

property. Htm.

36

Status Report UNIDROIT Convention on Stolen or Illegally Exported Cultural Objects, opened to signature at Rome on 24 VI 1995, the list.

37

UNESCO Status Report UNIDROIT Convention on Stolen or Illegally Exported Cultural Objects, opened to signature at Rome on 24 VI 1995, the list.Conventions for the Return

and Protection of Cultural Property, op.cit.

(61)

Perbedaan lain dengan Konvensi 1970 adalah Konvensi 1995 dapat berlaku bila ada klaim secara internasional. Sedangkan Konvensi 1970 hanya sebagai instrumen diplomasi saja.38

Dalam pengumuman Press39

a. Melawan Impor, Ekspor dan transfer benda budaya yang melawan hukum (pasal 2 konvensi 1970).

2001 Negara Swiss dalam pertemuan diskusi Dewan Federal nasional ratifikasi konvensi 1970, disimpulkan mengenai prinsip dasar konvensi 1970 untuk standar minimum implementasi perlindungan benda budaya dalam legislatif, administratif, dan peraturan perjanjian internasional oleh masing-masing negara peserta. Konvensi ini bersifat non-self executing, sehingga memerlukan diimplementasikan terlebih dahulu pelaksanaannya kedalam peraturan domestik. Prinsip – prinsip tersebut adalah kewajiban negara peserta untuk:

b. Menerbitkan daftar nasional yang mencakup properti yang dilindungi dimana bila diekspor dapat mengakibatkan suatu bencana kepunahan warisan budaya nasional (pasal 5 paragraf b).

c. Mengadakan sistem pengadaan sertifikat ekspor untuk tiap – tiap barang yang akan diekspor (pasal 6).

d. Mengambil langkah-langkan penting untuk mencegah museum dan institusi semacamnya untuk mendapatkan properti budaya yang didapat dengan cara

38

Jenny Doole, op.cit.

39

Press Package November 2001, 1970 UNESCO Convention and the Cultural Goods

(62)

ekspor ilegal dari negara peserta lain, setelah konvensi ini berlaku mempunyai kekuatan hukum (pasal 7, paragraf A, kalimat pertama).

e. Melarang impor properti budaya yang dicuri dari museum atau tempat ibadah atau monumen publik atau institusi serupa dari negara peserta lain. Atau mengembalikan objek tersebut ke negara asal (pasal 7 paragraf b).

f. Melakukan kerjasama antar negara peserta yang warisan budaya mereka mengalami masalah kerusakan arkeologi ataupun material etnologi (pasal 9). g. Mewajibkan para penyalur benda antik untuk membuat daftar asal setiap

barang yang ia jual, sehingga para pembeli bisa mengetahui benda tersebut ilegal atau tidak (pasal 10, paragraf a).

h. Mencegah cara apapun pindah kepemilikan suatu properti budaya yang dinilai sama dengan memajukan impor properti secara melawan hukum (pasal 13, paragraf a).

i. Mengakui hak setiap negara peserta untuk mengumumkan kepemilikan nasional beberapa properti budaya tertentu, yang ipso facto tak bisa diekspor (pasal 13, paragraf d).

Menurut Marina Schneider40

Konsultan UNESCO pada divisi Warisan Budaya, Linda F. Pinkerton, menerangkan mengenai penerapan Konvensi 1970 ini

, seperti dalam prinsip yang telah disebut diatas, disebut bahwa konvensi 1970 ini tidak mempunyai efek retroaktif atau berlaku surut, sehingga hanya berlaku pada saat setelah ratifikasi.

41

40

Marina Schneider, The UNESCO and UNIDROIT Conventions, UNIDROIT, Division

of Cultural Heritage, UNESCO http://icom.museum/convention.html

(63)

harus mengimplementasikan konvensi ini secara individual, maksudnya pengimplementasian konvensi ini kedalam sistem hukum negara tersebut. Pinkerton mencontohkan Kanada sebagai salah satu contoh negara yang mengimplementasikan konvensi ini. Kanada mengimplementasikan peraturan impor dan ekspor pada tahun 1977.

Kanada menggolongkan sebagai tindak kriminal suatu impor ke Kanada dari negara lain apabila diketahui benda budaya tersebut termasuk ekspor yang ilegal dari negara anggota perjanjian internasional mengenai properti budaya seperti konvensi 1970 tersebut. Dalam hal ekspor, Kanada membuat suatu daftar kontrol ekspor yang dibagi dalam beberapa kelas. Objek ekspor harus setidaknya telah 50 tahun dan orang yang membuatnya sudah tidak hidup lagi. Kelas atau golongan lain dari daftar ekspor Kanada, si eksporter harus menyertakan perijinan ekspor, dan perijinan ini bisa didapat apabila properti budaya tersebut tidak memiliki kedudukan yang luar biasa atau kepentingan nasional.42

Konvensi UNESCO 1970 ini berkomplementer dengan konvensi UNIDROIT 1995, sehingga UNESCO merekomendasikan negara-negara anggota untuk menjadi anggota dua instrumen tersebut. Sementara itu, UNESCO membantu negara-negara anggota untuk menyusun susunan ketentuan hukum

41

Linda F. Pinkerton, Working Group on Controlling Illicit Traffic in Cultural Property,

and Implementing the 1970 UNESCO Convention on the Means of Prohibiting and Preventing the Illicit Import, Export and Transfer of Ownership of Cultural Property, http:// www. heritage. lt/

unesco/ illicit2001/ book/ 05.htm

42

(64)

dalam perlindungan objek budaya yang bergerak43. Juga mengadakan training atau pelatihan yang dilakukan secara regional oleh ICOM (International Council

of Museums) dan International Criminal Police Organization (INTERPOL)44

Daftar Warisan Dunia meliputi 851 kekayaan yang membentuk bagian dari warisan alam dan budaya yang dianggap oleh Komite Warisan Dunia memiliki nilai universal yang utama. Semua ini mencakup 660 kekayaan budaya, 166 kekayaan alam dan 25 merupakan campuran dari keduanya yang tersebar di 141 negara anggota. Pada November 2007, 185 negara anggota telah meratifikasi Konvensi Warisan Dunia.

.

4. Konvensi mengenai Perlindungan Warisan Alam dan Budaya Dunia (1972)

Konvensi mengenai Perlindungan Warisan Alam dan Budaya Dunia yang lebih dikenal dengan Konvensi Warisan Dunia disahkan dalam Konferensi Umum UNESCO di Paris tanggal 16 November 1972. Tujuan utama dari Konvensi Warisan Dunia adalah identifikasi, perlindungan dan pelestarian w

Referensi

Dokumen terkait

Keragaman kebudayaan di Indonesia antara lain tampak dalam ber- macam-macam bentuk rumah adat, pakaian adat, adat kebiasaan (tradisi), dan kesenian daerah.. Contoh rumah adat

Gejala alam yang sering terjadi di Indonesia dan negara-negara tetangga, yaitu gunung meletus, banjir, dan tanah longsor.. Negara-negara di Semenanjung Malaka, seperti

Dari hasil penelitian penulis maka ada temuan yaitu, Di Indonesia, Malaysia, dan Negara Brunei Darussalam mempunya perbedaan dalam memberi sanksi dalam pelanggaran Pencatatan

Krisis keuangan yang terjadi di wilayah Asia dalam kisaran tahun 1997 yang menimpa beberapa negara seperti Thailand, Singapura, Indonesia, Malaysia, Korea Selatan, dan

Pada beberapa masyarakat tradisional di Indonesia kita bisa melihat konsepsi budaya yang terwujud dalam perilaku berkaitan dengan pola pemberian makan pada bayi yang berbeda

Populasi pada penelitian ini adalah Bank umum konvensional yang ada di Negara Indonesia dan Malaysia selama periode 2013-2017 dengan data laporan keuangan yang

Sedikitnya, dengan melihat jumlah pemeluk yang mencapai lebih dari seperempat milyar dan tersebar di beberapa negara seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam,

Beberapa tahun berlalu setelah Indonesia mengikrarkan diri sebagai negara yang memiliki pandangan politik luar negeri bebas aktif, Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia