DAMPAK PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI
(Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH:
PINTANI M.P. GEA
070304041
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
DAMPAK PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI
(Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)
SKRIPSI
OLEH:
PINTANI M.P. GEA
070304041
AGRIBISNIS
Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui oleh: Komisi pembimbing
Ketua Anggota
(Dr., Ir., Rahmanta Ginting, MSi.) (Dr., Ir., Satia Negara Lubis, MEc.) NIP. 196309281998031001 NIP. 196304021997031001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ABSTRAK
Pintani M.P. Gea (070304041). “DAMPAK PENGEMBANGAN
USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI” di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang. Penelitian ini dilakukan tahun 2010 dan dibimbing oleh Bapak
Dr.,Ir.,Rahmanta Ginting, MSi. dan Bapak Dr.,Ir.,Satia Negara Lubis, MSi.
Penelitian dilakukan secara Proposive (sengaja), dikarenakan Desa Kota
Datar merupakan salah satu yang menerima dan telah menjalankan program
PUAP, dan merupakan yang terbesar dalam pemberian bunga pinjaman di
Kabupaten Hamparan Perak selama waktu penelitian berlangsung. Metode
penentuan sampel menggunakan metode Sampel Random Berstrata (Stratified
Random Sampling).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses program
PUAP berlangsung; dampak yang terjadi terhadap kinerja organisasi Gapoktan
dalam menyalurkan BLM-PUAP; untuk mengetahui motivasi petani dalam
mengembangkan usahanya setelah menerima dana PUAP; serta untuk mengetahui
ada atau tidak perbedaan pendapatan petani sebelum ada program PUAP dengan
setelah ada program PUAP. Metode penelitian menggunakan metode uji beda
rata-rata atau t-hitung dengan uji dua sampel berpasangan (Paired Sample T-Test).
Dari hasil penelitian diperoleh kinerja organisasi Gapoktan dalam
menyalurkan BLM-PUAP tergolong efektif, baik dilihat dari pihak penyalur yaitu
organisasi Gapoktan maupun pihak pengguna yaitu petani; tingkat motivasi petani
dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP tergolong
motivasi tinggi; dan terdapat perbedaan nyata terhadap pendapatan petani sebelum
ada program PUAP dengan setelah ada program PUAP.
RIWAYAT HIDUP
Pintani M.P. Gea, lahir pada tanggal 04 April 1988 di Kota Binjai. Penulis
merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Toroziduhu
Gea dan Ibu Nurhaida Hasibuan.
Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:
1. Tahun 1993 masuk Taman Kanak-Kanak di TK Santa Theresia di Binjai, dan
tamat pada tahun 1994.
2. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri No. 024764 di Binjai, dan
tamat pada tahun 2000.
3. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 di
Binjai, dan tamat pada tahun 2003.
4. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 di Binjai, dan
tamat pada tahun 2006.
5. Tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan.
6. Bulan Juni-Juli 2011 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa
Pematang Cengkering, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu
Bara.
7. Tahun 2011 melakukan penelitian skripsi di Desa Kota Datar Kecamatan
Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
8. Tahun 2007-2011 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Departemen Sosial
9. Tahun 2009 menjadi panitia dalam Seminar Nasional “Fungsi dan Pengaruh
Perbankan dalam Peningkatan Sektor Pertanian” di Medan.
10.Tahun 2009 menjadi panitia dalam Musyawarah Kerja Wilayah VII
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.
Skripsi ini berjudul Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) Terhadap Pendapatan Petani, studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini
adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr., Ir., Rahmanta Ginting, MSi. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang
telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
2. Bapak Dr., Ir., Satia Negara Lubis, MEc. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.
3. Ibu Dr., Ir., Salmiah, MS. selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas
Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.
5. Bapak Abdul khalik. selaku penyuluh pertanian lapangan (PPL), Bapak Parlin
selaku sekretaris Gapoktan Namora, dan bapak-bapak pengurus Gapoktan
Namora yang telah banyak membantu penelitian di lapangan.
6. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini yang telah
7. Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada ayahanda
Toroziduhu Gea dan ibunda Nurhaida Hasibuan, atas kasih sayang serta
dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis
selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
8. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Program Studi
Agribisnis Stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah
banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.
Amin.
Medan, November 2011
DAFTAR ISI
ABSTRAK... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR TABEL ... v
DAFTAR GAMBAR ... vi
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Identifikasi Masalah ... 7
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Kegunaan Penelitian ... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 9
2.2. Landasan Teori ... 15
2.3. Kerangka Pemikiran ... 25
2.4. Hipotesis Penelitian ... 27
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28
3.2. Metode Penentuan Sampel ... 29
3.3. Metode Pengumpulan Data ... 31
3.4. Metode Analisa Data ... 31
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 37
BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 42
4.2. Gambaran Gapoktan Penelitian ... 43
4.3. Karakteristik Petani Responden ... 45
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Penyaluran Dana PUAP ... 49
5.2. Kinerja Organisasi Gapoktan dalam Menyalurkan BLM-PUAP... 58
5.3.Motivasi Petani Dalam Mengembangkan Usahanya Setelah Menerima BLM PUAP ... 74
6.1. Kesimpulan ... 83 6.2. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No.
Judul
Halaman
1. Data Penerima PUAP Tahun 2008-2009 di Kecamatan Hamparan
Perak ... 28
2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang ... 31
3. Skala Skor Penilaian Efektivitas ... 33
4. Skala Skor Penilaian Efektivitas ... 35
5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Kota Datar, 2010 ... 43
6. Karakteristik Petani Responden Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian ... 45
7. Sebaran Petani Responden Menurut Golongan Umur ... 46
8. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47
9. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Pengalaman Berusahatani ... 48
10. Target dan Realisasi Dana BLM-PUAP di Desa Kota Datar ... 58
11. Realisasi Penerima PUAP di Gapoktan Namora, Desa Kota Datar .... 60
12. Persentase Tunggakan Dana PUAP, di Gapoktan Namora ... 62
13. Penilaian Responden Terhadap Persyaratan Awal PUAP ... 65
14. Penilaian Responden Terhadap Prosedur Peminjaman Dana PUAP .. 67
15. Penilaian Responden Terhadap Realisasi Pinjaman ... 68
16. Penilaian Responden Terhadap Biaya Administrasi Pinjaman ... 69
17. Penilaian Responden Terhadap Tingkat Bunga Pinjaman ... 70
18. Penilaian Responden Terhadap Pelayanan Pengurus Gapoktan ... 71
19. Penilaian Responden Terhadap Jarak/Lokasi Pelayanan... 72
20. Hasil Perhitungan Skor Penilaian Responden Terhadap Efektivitas Penyaluran BLM-PUAP Tahun 2009 ... 73
21. Penilaian Responden Terhadap Durasi Kegiatan ... 75
22. Penilaian Responden Terhadap Frekuensi Kegiatan ... 75
23. Penilaian Responden Terhadap Ketabahan, Keuletan dan Kemampuan dalam Mengahadapi Rintangan dan Kesulitan ... 76
25. Penilaian Responden Terhadap Tingkat Aspirasi yang Hendak
Dicapai dengan Kegiatan yang Dilakukan ... 77 26. Hasil Perhitungan Skor Penilaian Responden Terhadap motivasi
DAFTAR GAMBAR
No.
Judul
Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1.
Laporan Penyaluran Dana BLM PUAP Periode I GapoktanNamora
2.
Laporan Penyaluran Dana BLM PUAP Periode II GapoktanNamora
3.
Data jumlah anggota Gapoktan Namora, Desa Kota Datar4.
Karakteristik Petani Responden5.
Dana Penyaluran, Pengembalian, Tunggakan BLM PUAPGapoktan Namora, Desa Kota Datar
6.
Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Efetifitas danMotivasi
7.
Pendapatan Petani Per Produksi Sebelum Menerima BLMPUAP
8.
Pendapatan Petani Per Produksi Sesudah Menerima BLMABSTRAK
Pintani M.P. Gea (070304041). “DAMPAK PENGEMBANGAN
USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI” di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli
Serdang. Penelitian ini dilakukan tahun 2010 dan dibimbing oleh Bapak
Dr.,Ir.,Rahmanta Ginting, MSi. dan Bapak Dr.,Ir.,Satia Negara Lubis, MSi.
Penelitian dilakukan secara Proposive (sengaja), dikarenakan Desa Kota
Datar merupakan salah satu yang menerima dan telah menjalankan program
PUAP, dan merupakan yang terbesar dalam pemberian bunga pinjaman di
Kabupaten Hamparan Perak selama waktu penelitian berlangsung. Metode
penentuan sampel menggunakan metode Sampel Random Berstrata (Stratified
Random Sampling).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses program
PUAP berlangsung; dampak yang terjadi terhadap kinerja organisasi Gapoktan
dalam menyalurkan BLM-PUAP; untuk mengetahui motivasi petani dalam
mengembangkan usahanya setelah menerima dana PUAP; serta untuk mengetahui
ada atau tidak perbedaan pendapatan petani sebelum ada program PUAP dengan
setelah ada program PUAP. Metode penelitian menggunakan metode uji beda
rata-rata atau t-hitung dengan uji dua sampel berpasangan (Paired Sample T-Test).
Dari hasil penelitian diperoleh kinerja organisasi Gapoktan dalam
menyalurkan BLM-PUAP tergolong efektif, baik dilihat dari pihak penyalur yaitu
organisasi Gapoktan maupun pihak pengguna yaitu petani; tingkat motivasi petani
dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP tergolong
motivasi tinggi; dan terdapat perbedaan nyata terhadap pendapatan petani sebelum
ada program PUAP dengan setelah ada program PUAP.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan
oleh negara kita karena sektor pertanian memberikan banyak kontribusi dalam
pembangunan ekonomi. Kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi
diantaranya adalah sebagai penyerap tenaga kerja; kontribusi terhadap
pendapatan; kontribusi dalam penyediaan pangan; pertanian sebagai penyedia
bahan baku; kontribusi dalam bentuk kapital; dan pertanian sebagai sumber devisa
(Anonimus, 2011a).
Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor
pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini
juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi
pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian
Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting
dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan
pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis (Anonimus, 2011b).
Dari data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi
Sumatera Utara tahun 2009, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara adalah
sebesar 1.499.700 jiwa, dimana 11,56% berada di desa yang pada umumnya
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Deli Serdang, menyatakan
bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Deli
Serdang masih sangat dominan terutama tanaman bahan makanan dan
perkebunan. Namun demikian, konstribusi sektor pertanian terhadap pembentukan
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Deli Serdang dari tahun ke
tahun cenderung mengalami penurunan. Sampai saat ini, sektor pertanian masih
merupakan basis ekonomi rakyat di pedesaan, menguasai hajat hidup sebagian
besar penduduk, menyerap lebih dari sepertiga jumlah tenaga kerja di Kabupaten
Deli Serdang. Pada tahun 2008, dari total 645.977 pekerja umur 10 tahun keatas di
kabupaten ini adalah sebanyak 219.061 jiwa atau 33,91% nya bekerja di sektor
pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan pertanian sangat
diperlukan dalam meningkatkan pembentukan Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) sebagai penunjang perekonomian serta meningkatkan kesejahteraan
masyarakat dimana pertanian sebagai mata pencaharian pada umumnya.
Sasaran yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian adalah
meningkatnya ketahanan pangan nasional, yang tercermin melalui peningkatan
kapasitas produksi komoditas pertanian serta berkurangnya ketergantungan
pangan impor, meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian,
serta meningkatnya pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Sasaran
akhir adalah peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat desa lainnya yang
tercermin dari meningkatnya pendapatan petani, meningkatnya produktivitas
tenaga kerja pertanian, berkurangnya jumlah penduduk miskin, berkurangnya
jumlah penduduk yang kekurangan pangan dan turunnya ketimpangan pendapatan
Akan tetapi, perkembangan usaha agribisnis, sebagai penggerak ekonomi
perdesaan dinilai sangat lambat, hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses petani
terhadap permodalan, sarana produksi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)
serta pasar. Kelembagaan agribisnis di perdesaan belum dapat berfungsi sebagai
lembaga ekonomi (Departemen Pertanian, 2009a).
Jika ditelusuri lebih jauh, permasalahan yang dihadapi dalam permodalan
pertanian berkaitan langsung dengan kelembagaan selama ini yaitu lemahnya
organisasi tani, sistem dan prosedur penyaluran kredit yang rumit, birokratis dan
kurang memperhatikan kondisi lingkungan sosial budaya perdesaan, sehingga
sulit menyentuh kepentingan petani yang sebenarnya. Kemampuan petani dalam
mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas karena lembaga keuangan
perbankan dan non-perbankan menerapkan prinsip 5-C (Character, Collateral,
Capacity, Capital dan Condition) dalam menilai usaha pertanian yang tidak semua persyaratan yang diminta dapat dipenuhi oleh petani. Secara umum, usaha
di sektor pertanian masih dianggap beresiko tinggi, sedangkan skim kredit masih
terbatas untuk usaha produksi, belum menyentuh kegiatan pra dan pasca produksi
dan sampai saat ini belum berkembangnya lembaga penjamin serta belum adanya
lembaga keuangan khusus yang menangani sektor pertanian (Syahyuti, 2007).
Untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis
sekaligus mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, pemerintah
meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
(PNPMMandiri). Salah satu kegiatan dari PNPM-M di Departemen Pertanian
dilakukan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)
Program Pemberdayaan 10.000 desa yang digulirkan Menteri Pertanian
pada tahun 2008 di Karawang, yaitu Program Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) merupakan strategi untuk penanggulangan kemiskinan dan
penciptaan lapangan kerja di perdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan
pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor
(Departemen Pertanian, 2009a).
Program PUAP mencoba mengatasi masalah dana dengan cara
menyalurkan dana kepada petani melalui kelompok tani/gapoktan. Dana PUAP
pada prinsipnya hanya sebagai stimulus dalam menggerakkan usaha tani petani
yang kemudian dikelola melalui LKM (Departemen pertanian, 2009d).
Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif Budidaya
(On-farm) seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta
kegiatan Off-farm (non budidaya) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu
industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan
usaha lain berbasis pertanian (Departemen Pertanian, 2009b).
PUAP merupakan program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di perdesaan dengan memberikan fasilitasi
bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun
rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu memberikan kepastian akses
pembiayaan kepada petani anggota Gapoktan. Struktur PUAP terdiri dari
Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sehingga dapat
lebih memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
menjadi salah satu penentu sekaligus indikator bagi keberhasilan program PUAP
itu sendiri (Departemen Pertanian, 2010f).
Adapun tujuan dari program PUAP bertujuan untuk: (1) Mengurangi
kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan
usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; (2) Meningkatkan
kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia
Mitra Tani; (3) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan
untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; (4) Meningkatkan fungsi
kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan
dalam rangka akses ke permodalan (Departemen Pertanian, 2010b).
Sasaran PUAP yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut: (1)
Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin yang terjangkau sesuai
dengan potensi pertanian desa; (2) Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang
dimiliki dan dikelola oleh petani; (3) Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga
tani miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani;
dan (4) Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha
harian, mingguan, maupun musiman (Departemen Pertanian, 2010b).
Gapoktan yang sudah melaksanakan program PUAP sampai saat ini
berjumlah 20.426 Gapoktan yang berada di 33 Propinsi. Dari hasil evaluasi
kinerja Gapoktan penerima dan pengelola bantuan program, PUAP telah banyak
memberikan manfaat bagi petani terutama dalam bentuk fasilitasi pembiayaan
usaha ekonomi produktif yang murah dan mudah diakses
Desa Kota Datar merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan
Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang yang sudah melaksanakan program
PUAP. Dana PUAP telah diterima pada tahun 2009 dan dikelola oleh Gabungan
Kelompok Tani (Gapoktan) Namora yang berada di desa kota datar. Gapoktan
Namora terdiri dari 16 kelompok tani. Usaha produktif di Gapoktan Namora
adalah budidaya (On-Farm) yaitu tanaman pangan seperti padi, jagung;
hortikultura seperti cabai, kacang; perkebunan seperti coklat dan sawit; dan
peternakan seperti ternak ayam; dan non-budidaya (Off-Farm) yaitu industri
rumah tangga pertanian dan pemasaran hasil pertanian skala mikro (bakulan, dll).
Sampel dalam penelitian ini adalah yang usaha produktifnya dibidang budidaya
(On-farm), seperti tanaman pangan; hortikultura; perkebunan; dan peternakan.
1.2. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa
permasalahan sebagai berikut :
1. Bagaimana proses penyaluran dana Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP)?
2. Bagaimana kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM-PUAP?
3. Bagaimana tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah
menerima dana BLM PUAP?
4. Apakah ada perbedaan pendapatan petani setelah mendapat dana BLM PUAP
dengan sebelum mendapat dana BLM PUAP?
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui proses penyaluran dana Pengembangan Usaha Agribisnis
Pedesaan (PUAP).
2. Untuk mengetahui kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM
PUAP
3. Untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya
setelah menerima dana BLM PUAP.
4. Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan pendapatan petani setelah
mendapat dana BLM PUAP dengan sebelum mendapat dana BLM PUAP.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan masukan untuk dapat membantu petani dalam memperbaiki
kelemahan dan kekurangan selama menjalankan proses agribisnis.
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah terkait untuk membuat
kebijakan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan petani.
3. Sebagai bahan informasi ataupun referensi untuk pengembangan ilmu bagi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN
2.1. Tinjauan Pustaka
Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan
kebijakan baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha.
Kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk program fasilitasi Bantuan Langsung
Masyarakat (BLM). Program BLM ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat
yang mencakup bantuan modal untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi
produktif; bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial
ekonomi; bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung
penguatan kegiatan sosial ekonomi; bantuan penguatan kelembagaan untuk
mendukung pengembangan proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara
berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola
keuangan; dan bantuan pengembangan sistem pelaporan untuk mendukung
pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif (Kasmadi, 2005).
Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di
pemerintahan, maka kebijakan penguatan modal di bidang pertanian pun ikut
melalui Departemen Pertanian RI mencanangkan program baru yang diberi nama
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program
Departemen Pertanian yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan,
pengangguran, dan kesenjangan antar wilayah dan sektor. Untuk mendukung
pelaksanaan PUAP diawali dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia
sebagai pelaksana kegiatan PUAP di lapangan (Departemen Pertanian, 2008).
PUAP merupakan program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di perdesaan dengan memberikan fasilitasi
bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun
rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu memberikan kepastian akses
pembiayaan kepada petani anggota gapoktan. Struktur PUAP terdiri dari
Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sehingga dapat
lebih memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk
pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)
penerima dana PUAP sebagai kelembagaan tani pelaksana PUAP tentunya
menjadi salah satu penentu sekaligus indikator bagi keberhasilan program PUAP
itu sendiri (Departemen Pertanian, 2010a).
Departemen Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani
(Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan
bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan
terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi
Menurut Syahyuti (2007), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa
kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan
kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani
bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi
oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan
layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga
pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap
sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah
kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan
fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian.
Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan organisasi petani di
perdesaan yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan
skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan dibentuk atas dasar: (1) Kepentingan
yang sama di antara para anggotanya; (2) Berada pada kawasan usahatani yang
menjadi tanggung jawab bersama di antara para anggotanya; (3) Mempunyai
kader pengelola yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani; (4) Memilki
kader atau pemimpin yang diterima oleh petani lainnya; (5) Mempunyai kegiatan
yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggotanya, dan (6) Adanya
dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat
(Departemen Pertanian, 2010c).
Peningkatan kapasitas SDM ditujukan bagi pengurus gapoktan, Kelompok
Tani, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). PMT adalah tenaga
utama mensupervisi dan advokasi kepada penyuluh pendamping dalam
pengembangan usaha agribisnis perdesaan (Departemen Pertanian, 2008).
Untuk membangun gapoktan yang ideal sesuai dengan tuntutan organisasi
masa depan, diperlukan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas melalui
pembinaan yang berkelanjutan. Proses penumbuhan dan pengembangan gapoktan
yang kuat dan mandiri diharapkan secara langsung dapat menyelesaikan
permasalahan petani dalam pembiayaan, dan pemasaran. Berdasarkan Peraturan
Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman pembinaan
kelembagaan petani, pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem
agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat
perdesaan (Departemen Pertanian, 2010c).
Gapoktan yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan
dan manajemen, akan diberikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)
sebesar 100 juta rupiah untuk setiap Gapoktan dalam rangka mengembangkan
usaha agribisnis perdesaan yang meliputi usaha budidaya (tanaman pangan,
hortikultura, perkebunan dan peternakan) dan usaha non-budidaya (industri rumah
tangga, pemasaran/bakulan, dan usaha lainnya yang berbasis pertanian)
(Departemen Pertanian, 2008).
Dalam pengembangan usaha agribisnis perdesaan Gapoktan dapat
membentuk unit usaha otonom yang meliputi unit simpan pinjam, unit usaha
saprodi, unit usaha pengolahan dan pemasaran. Pembentukan unit usaha otonom
disepakati dalam rapat anggota Gapoktan.(Departemen Pertanian, 2008).
Sejalan dengan format penumbuhan kelembagaan tani di perdesaan,
273/Kpts/OT.160/4/2007 telah menetapkan Gapoktan merupakan format final dari
organisasi di tingkat petani di perdesaan yang di dalamnya terkandung
fungsi-fungsi pengelolaan antara lain unit pengolahan dan pemasaran hasil, unit
peyediaan saprodi, unit kelembagaan keuangan mikro. Melalui Permentan 273
Kementerian Pertanian telah menetapkan dan mewadahi Gapoktan sebagai
kelembagaan ekonomi petani serta sekaligus menentukan arah pembinaan
kelembagaan petani di perdesaan. Gapoktan penerima BLM PUAP, diarahkan
untuk dapat dibina dan ditumbuhkan menjadi Lembaga Keuangan Mikro
Agribisnis (LKM-A) sebagai salah satu unit usaha dalam Gapoktan
(Departemen Pertanian, 2010c).
2.1.1. Indikator Keberhasilan Program PUAP
Indikator keberhasilan output antara lain:
a. Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga
tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha
produktif pertanian; dan
b. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya
manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.
Indikator keberhasilan outcome antara lain:
a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola
bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap,
buruh tani maupun rumah tangga tani;
b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang
c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di
perdesaan; dan
d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan
rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.
Sedangkan indikator benefit dan impact antara lain:
a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di
lokasi desa PUAP;
b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang
dimiliki dan dikelola oleh petani; dan
c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.
(Departemen Pertanian, 2010b).
2.1.2. Strategi PUAP 2.1.2.1. Strategi Dasar
Adapun strategi dasar dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) adalah:
1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP;
2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang terjangkau;
3) Fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani
miskin; dan
4) Penguatan kelembagaan gapoktan.
(Departemen Pertanian, 2010b).
Adapun strategi operasional dalam Pengembangan Usaha Agribisnis
Perdesaan (PUAP) adalah:
1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui:
a. Pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP;
b. Rekrutmen dan pelatihan bagi Penyuluh dan PMT;
c. Pelatihan bagi pengurus Gapoktan; dan
d. Pendampingan bagi petani oleh penyuluh dan PMT.
2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang terjangkau dilaksanakan
melalui:
a. Identifikasi potensi desa;
b. Penentuan usaha agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) unggulan; dan
c. Penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis unggulan.
3) Fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani
miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui:
a. Penyaluran BLM PUAP kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan;
b. Pembinaan teknis usaha agribisnis dan alih teknologi; dan
c. Fasilitasi pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya.
4) Penguatan kelembagaan gapoktan dilaksanakan melalui:
a. Pendampingan gapoktan oleh penyuluh pendamping;
b. Pendampingan oleh PMT di setiap kabupaten/kota; dan
c. Fasilitasi peningkatan kapasitas gapoktan menjadi lembaga ekonomi yang
dimilki dan dikelola petani.
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Evaluasi Program PUAP
Evaluasi pelaksanaan program PUAP dilakukan untuk mengetahui apakah
pelaksanaan program tersebut telah sesuai atau berhasil berdasarkan
indikator-indikator yang ada. Keberhasilan program PUAP akan memberikan dampak
berupa manfaat yang optimal dan oleh karena itu evaluasi pelaksanaan program
ini sangat diperlukan untuk menilai indikator-indikator keberhasilan PUAP antara
lain:
Indikator keberhasilan output antara lain:
a. Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga
tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha
produktif pertanian; dan
b. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya
manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.
Indikator keberhasilan outcome antara lain:
a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola
bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap,
buruh tani maupun rumah tangga tani;
b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang
mendapatkan bantuan modal usaha;
c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di
perdesaan; dan
d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan
rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.
a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di
lokasi desa PUAP;
b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang
dimiliki dan dikelola oleh petani; dan
c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.
(Departemen Pertanian, 2010b).
Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka untuk menilai keberhasilan
program PUAP, akan digunakan salah satu indikator yang dianggap bisa mewakili
keberhasilan program tersebut. Indikator yang dimaksud adalah menilai tingkat
pendapatan. Pemilihan indikator ini dengan pertimbangan bahwa pendapatan
merupakan salah satu parameter yang bisa digunakan untuk menilai tingkat
kesejahteraan seseorang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Daerobi (2007)
yang menyatakan bahwa Indikator kesejahteraan dapat dilihat melalui dimensi
moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran.
2.2.2. Penilaian Kinerja Gapoktan
Gabungan Kelompok Tani atau GAPOKTAN adalah gabungan dari
beberapa kelompoktani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip
kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan
pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya.
Gapoktan mempunyai 6 (enam) fungsi, yaitu sebagai: (1) unit usahatani;
(2) Unit usaha pengolahan; (3) Unit sarana dan prasarana produksi; (4) Unit usaha
pemasaran; (5) Unit usaha keuangan mikro; dan (6) unit jasa penunjang.
Guna mencapai Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usahatani, peran
penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai
berikut: (1) Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan
produksi usaha tani yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia
(dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber
daya alam lainnya); (2) Menyusun rencana definitive Gapoktan dan
melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi; (3) Memfasilitasi
penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani anggota sesuai dengan
rencana kegiatan Gapoktan; (4) Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak
lain yang terkait dalam pelaksanaan usaha tani; (5) Mentaati dan
melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam Gapoktan maupun
dengan pihak lain; (6) Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan
Gapoktan, sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang; (7)
Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumber daya
alam dan lingkungan; (8) Mengelola administrasi secara baik; (9)
Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan masalah maupun
untuk kegiatan Gapoktan; dan (10) Merencanakan dan melaksanakan
pertemuan berkala baik di Gapoktan maupun dengan pihak lain.
2) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pengolahan
Agar Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha pengolahan, peran
penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai
berikut: (1) Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil
usaha tani anggotanya; (2) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan
peralatan-peralatan pertanian; (3) Mengembangkan kemampuan petani
anggota Gapoktan dalam pengolahan produk pertanian; dan (4)
Mengorganisasikan kegiatan produksi petani anggota Gapoktan ke dalam unit
usaha pengolahan hasil pertanian.
3) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Sarana dan Prasarana Produksi
Agar Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha sarana dan prasarana, peran
penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai
berikut: (1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana setiap
anggotanya; (2) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia
sarana dan prasarana produksi pertanian (pabrik, kios saprotan, dan lain-lain);
dan (3) Mengorganisasikan kegiatan penyedia sarana dan prasarana produksi
pertanian dengan dinas terkait dan lembaga usaha sarana dan prasarana
produksi pertanian.
4) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pemasaran
Untuk mencapai Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha pemasaran,
peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan
sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi serta menganalisis potensi dan peluang
pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan
komoditi yang lebih menguntungkan; (2) Merencanakan kebutuhan pasar
dengan memperhatikan segmentasi pasar (tingkat kemampuan calon pembeli);
(3) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pemasok kebutuhan
komoditi yang dibutuhkan pasar; (5) Mengembangkan kemampuan anggota
dalam memasarkan produk pertanian dan menganalisis usaha masing-masing
anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin pada permintaan pasar
dilihat dari kualitas, kuantitas serta kontinuitas.
5) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Keuangan Mikro
Untuk Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha keuangan mikro, peran
penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai
berikut: (1) Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota untuk
memanfaatkan informasi dan akses permodalan yang tersedia; (2)
Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola keuangan mikro
secara komersial dan menggali sumber-sumber usaha yang mampu
meningkatkan permodalan; dan (3) Mendorong dan mengadvokasi anggota
agar mau dan mampu melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna
memfasilitasi pengembangan modal usaha.
Menurut kamus bahasa Indonesia, Kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu
yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Cascio (1992: 267),
penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang
kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok.
Penilaian keberhasilan kinerja suatu lembaga dapat mengacu pada
pencapaian sasaran dan tujuan. Parameter keberhasilan kinerja Gapoktan dapat
diukur dari kemampuan lembaga tersebut dalam menyalurkan dan mengelola dana
ditentukan oleh kemampuannya menjangkau sebanyak mungkin petani dalam hal
ini anggota kelompok tani yang benar-benar memerlukan bantuan penguatan
modal untuk kegiatan usahanya. Penilaian keefektivan ini dapat dilihat dari dua
sudut pandang yang berbeda yaitu dari sisi penilaian kinerja Gapoktan dalam
menyalurkan dana PUAP kepada anggotanya dan dari sisi persepsi anggota atau
yang menerima dana bantuan PUAP.
Penilaian keefektivan penyaluran kredit (penyaluran dana PUAP) dengan
melihat kinerja aktivitas dapat diketahui dengan menggunakan beberapa tolak
ukur sebagai berikut :
1. Target dan Realisasi Target
Berapa persentase realisasi kredit (pinjaman dana PUAP) yang dapat
tersalurkan bila dibandingkan dengan tingkat pengajuan pinjaman.
2. Jangkauan Kredit (Tersalurkannya Dana PUAP)
Bagaimana jangkauan kredit (pinjaman dana PUAP) terhadap masyarakat
(petani), dalam artian beragamnya sektor yang menerima bantuan kredit.
Semakin beragam sektor penerima kredit maka kredit semakin efektif.
3. Frekuensi Kredit (Pinjaman dana PUAP)
Jumlah pengguna (petani) yang menggunakan dana kredit pinjaman (dana
PUAP). Frekuensi pinjaman ini dilihat dari banyaknya trsansaksi, dalam hal
ini transaksi peminjaman dan pengembalian pinjaman.
4. Persentase Tunggakan
Persentase tunggakan ditentukan dari banyaknya jumlah tunggakan pinjaman
kredit tersebut.
Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan lembaga
keuangan mikro yang ditumbuhkan dari gapoktan pelaksana PUAP dengan
fungsi utamanya adalah untuk mengelola aset dasar dari dana PUAP dan dana
keswadayaan angggota.
Disisi lain, Pardosi (1998) menyatakan bahwa keberhasilan dalam
efektivitas penyaluran menurut penerima kredit diukur dengan melihat tanggapan
kreditur terhadap persyaratan awal (mudah, sedang, berat), prosedur peminjaman
(mudah, sedang, sulit), realisasi kredit (cepat, sedang, lambat), biaya administrasi
(ringan, sedang, berat), tingkat bunga (ringan, sedang, berat), pelayanan dan jarak
atau lokasi kreditur (dekat. sedang, jauh).
2.2.3. Motivasi
Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move
yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat
(driving force). Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait dengan faktor lain yang disebut dengan motivasi. Menurut Caplin (1993) motif
adalah suatau keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan,
memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran.
Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu untuk
melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap
situasi disekitarnya (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991).
Sedangkan menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan
dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan
Menurut Gunarsa (2003) terdapat dua motif dasar yang menggerakkan
perilaku seseorang, yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan
untuk mempertahankan hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan
kebutuhan sosial. Sementara Maslow A.H. menggolongkan tingkat motif menjadi
enam, yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang,
kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (dalam
Mahmud, 1990).
Terlepas dari beberapa definisi tentang motif diatas, tentu kita dapat
menarik suatu kesimpulan bahwa motif adalah suatu dorongan dari dalam diri
individu yang mengarahkan pada suatu aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu
pula. Sementara itu motivasi didefinisikan oleh MC. DOnald (dalam Hamalik,
1992) sebagai suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai
dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat
tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu:
1. Motif dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, misalnya adanya
perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar.
2. Motif ditandai dengan timbulnya perasaan (afectif arousal), misalnya karena
amin tertarik dengan tema diskusi yang sedang diikuti, maka dia akan
bertanya.
3. Motif ditandai oleh reaksi-rekasi untuk mencapai tujuan. Menurut Terry
(dalam Moekjizat, 1984) motivasi adalah keinginan didalam diri individu yang
mendorong individu untuk bertindak
Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan
bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Dalam konteks studi psikologi, Abin
Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi
individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:
1) Durasi kegiatan;
2) Frekuensi kegiatan;
3) Persistensi pada kegiatan;
4) Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan
kesulitan;
5) Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
6) Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
7) Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan
yang dilakukan; dan
8) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.
(Anonimus, 2011c)
2.2.4. Pendapatan Usahatani
Pada akhirnya usahatani yang dilakukan akan memperhitungkan
biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara
biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan
pendapatan dari usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan
adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan
menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan
(Soeharjo dan Patong, 1973). Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat
Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu
keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu.
Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan yang diperoleh dari
hasil perkalian antara jumlah output (produk yang dihasilkan) dengan harga
produk tersebut. Sedangkan pengeluaran atau biaya merupakan semua
pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk
menghasilkan suatu output dalam suatu periode produksi.
Penerimaan usahatani dapat berbentuk tiga hal yakni (1) hasil penjualan
tunai (seperti tanaman pangan, ternak, ikan dan lain sebagainya); (2) produk yang
dikonsumsi keluarga petani; (3) kenaikan nilai inventaris selisih nilai akhir tahun
dengan nilai awal tahun). Sementara itu, pengeluaran usahatani tani meliputi biaya
tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Bentuk pengeluaran dalam usahatani berupa
pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai adalah
pengeluaran yang dibayarkan dengan menggunakan uang, seperti biaya
pengadaan sarana produksi usahatani dan pembayaran upah tenaga kerja.
Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang digunakan
untuk menghitung nilai pendapatan kerja petani apabila nilai kerja keluarga
diperhitungkan.
Analisis pendapatan tunai dan pendapatan total produksi usahatani
merupakan bentuk analisis dalam usahatani yang digunakan untuk melihat
keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahtani berdasarkan perhitungan
finansial. Dalam analisis ini dilakukan dua pendekatan, yaitu perhitungan
tunai dan biaya yang diperhitungkan). Soekartawi (1986) menjelaskan beberapa
istilah yang terkait dengan pengukuran pendapatan usahatani antara lain :
1. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya
yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani
adalah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani.
2. Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai nilai mata uang yang diterima
dari penjualan produk usahatani. Pendapatan kotor tunai usahatani tidak
mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda
dan yang dikonsumsi.
3. Pendapatan kotor tidak tunai adalah pendapatan yang bukan dalam bentuk
uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, hasil panen yang digunakan untuk
bibit atau makanan ternak, untuk pembayaran, disimpan di gudang, dan
menerima pembayaran dalam bentuk benda.
4. Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua input yang habis
terpakai di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.
Pengeluaran usahatani meliputi pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai.
5. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi segala
pengeluaran untuk keperluan kegiatan usahatani yang dibayar dalam bentuk
benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai.
6. Pengeluaran tidak tunai adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak
dalam bentuk uang. Misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani
7. Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan
total pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan
yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi.
2.3. Kerangka Pemikiran
Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani adalah masalah
keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Kemampuan petani dalam
mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas.
Dalam rangka mengatasai masalah tersebut, pemerintah mencanangkan
program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Bantuan dana
PUAP ini disalurkan melalui Gapoktan sebagai lembaga pelaksana yang
dipercaya oleh Departemen Pertanian.
Pelaksanaan program PUAP perlu dievaluasi untuk menilai apakah ada
dampak yang berarti dari pemanfaatan dana bantuan tersebut.
Penilaian dilakukan dengan mengukur tingkat motivasi petani dalam
mengembangkan usahataninya setelah adanya program PUAP. Kemudian
penilaian juga dilakukan dengan melihat indikator keberhasilan PUAP, salah
satunya dengan mengukur tingkat pendapatan anggota Gapoktan PUAP sebelum
dan sesudah adanya program tersebut. Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap
kinerja Gapoktan PUAP yang dinilai dari kemampuan Gapoktan dalam mengelola
Motivasi Petani
pengelolaan dan penyaluran dana PUAP melalui pola pinjaman dilihat dari pihak
Gapoktan sebagai penyalur atau pemberi pinjaman dan dari pihak petani sebagai
peminjam atau pengguna.
Setelah dilakukan evaluasi, kemudian ditarik kesimpulan secara
keseluruhan dan kemudian direkomendasikan saran perbaikan bagi pelaksanaan
[image:41.595.154.549.289.709.2]program PUAP kedepannya.
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Organisasi Pelaksana
PUAP
Sebelum PUAP Tingkat Pendapatan GAPOKTAN
Dampak PUAP Terhadap Petani Dampak terhadap
Kinerja Gapoktan
Sesudah PUAP Tingkat Pendapatan Kemampuan
Mengelola dan Menyalurkan
Dana PUAP Secara Efektif
Evaluasi dan Saran Perbaikan Pelaksanaan Evaluasi
Keterangan :
Menyatakan Pengaruh
Menyatakan Perbandingan
2.4. Hipotesis Penelitian
Sesuai dengan identifikasi masalah, maka diambil hipotesis penelitian
yaitu :
Ada perbedaan pendapatan petani dari usaha yang dikembangkannya
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian
Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu
secara sengaja, berdasarkan pra survey yang dilakukan dengan tujuan-tujuan
penelitian. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan pertimbangan
bahwa berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini merupakan salah satu
desa yang telah memperoleh dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan
(PUAP) dan telah mengusahakan dan mengembangkan dana Pengembangan
Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) untuk kegiatan agribisnis. Selain itu
Gapoktan Namora yang berada di Desa Kota Datar adalah termasuk yang tertinggi
dalam pemberian jasa/bunga untuk pinjaman dana PUAP di kecamatan Hamparan
[image:43.595.108.517.685.756.2]Perak. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Data Penerima PUAP Tahun 2008-2009 di Kecamatan Hamparan Perak
No. Nama Desa Nama gapoktan Tahun Penerimaan
BLM PUAP
Jasa (%)
1 Paluh Manan Jaya Bersama 2008 1
2 Selemak Hikmah Tani 2008 1
4 Sei Baharu Rahmat Tani 2008 2
5 Kota Datar Namora 2009 3
6 Kota Rantang Sinar Tani 2009 1
7 Desa Lama Sepakat Tani 2009 2
Sumber : Data primer (2008-2009), diolah
3.2. Metode Penentuan Sampel
Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah para petani di Desa
Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang yaitu pada
Gapoktan Namora yang terdiri dari 16 kelompok tani dengan jumlah anggota
kelompok tani sebanyak 1565 anggota. Gapoktan Namora telah memperoleh dana
Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada tahun 2009 dan mulai
direalisasikan tahun 2010.
Dalam penyaluran dana BLM PUAP di Gapoktan Namora sudah berjalan
3 priode, yang pertama yaitu penyaluran dana Rp. 100.000.000,- kemudian dari
hasil pengembalian dana tersebut ditambah dengan jasa yang diperoleh, maka
dana tersebut digulirkan kembali kepada petani pemilik, petani penggarap, buruh
tani maupun rumah tangga tani yang membutuhkan.
Dalam hal ini penulis menggunakan metode penentuan sampel yaitu
Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling). Menurut Setiawan
(2005), populasi dibagi ke dalam sub populasi (strata), dengan tujuan membentuk
sub populasi yang di dalamnya membentuk satuan-satuan sampling yang memiliki
nilai variabel yang tidak terlalu bervariasi (relatif homogen).
Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 sampel. Menurut Nazir (2005)
bahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan pada metode penelitian
Dalam hal ini, yang menjadi populasi adalah petani yang telah menerima
dana BLM PUAP periode I dan periode II di Gapoktan Namora. Sementara yang
akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan
budidaya (On-Farm) yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan
peternakan; sedangkan yang non-budidaya (Off-Farm) yaitu industri rumah
tangga pertanian dan pemasaran hasil pertanian skala mikro (bakulan, dll) tidak
diikutsertakan. Sehingga sub populasinya dapat dibagi menjadi tanaman pangan;
hortikultura; perkebunan; dan peternakan.
Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:
Spl Js
N n
× =
Dimana:
Spl = Sampel
n = Jumlah anggota kelompok tani di setiap usaha produktif
N = Total populasi
Js = Besar sampel (30 orang)
1. Spl Js
N n × = 30 61 30× =
= 15
2. Spl Js
N n × = 30 61 20 × = = 10
3. Spl Js
N n × = 30 61 2 × =
= 1
4. Spl Js
30 61
2
× =
= 1
5. Spl Js
N n
× =
30 61
4 × =
= 2
6. Spl Js
N n
× =
30 61
3 × =
Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
No. Usaha Produktif Priode Jumlah
(Orang)
Penentuan Sampel
1. Tanaman pangan
Periode I
30 15
2. Hortikultura 20 10
3. Perkebunan 2 1
4. Tanaman pangan
Periode II
2 1
5. Hortikultura 4 2
6. Peternakan 3 1
Jumlah 61 30
Sumber : Data Gapoktan Namora (2010-2011), diolah
3.3. Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer
dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan,
wawancara, dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada petani dengan
menggunakan alat bantu kuisioner. Sedangkan data skunder adalah data yang
diperoleh dari buku, literatur, dan lembaga atau instansi yang terkait dengan
penelitian ini.
3.4. Metode Analisa Data
Identifikasi Masalah 1, Bagaimana proses penyaluran dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)? Dianalisis secara deskriptif
dengan cara menjelaskan proses-proses yang dilakukan dalam pelaksanaan
Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Data-data kualitatif
diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan dan data-data
sekunder didapat dari pihak yang bersangkutan.
dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengelola dan menyalurkan dana PUAP
secara efektif berdasarkan kriteria penilaian baik dilihat dari pihak Gapoktan
sendiri maupun dilihat dari pengguna dana PUAP, dalam hal ini adalah petani.
Efektivitas penyaluran dana PUAP dari pihak Gapoktan dapat dilihat dari
beberapa tolok ukur, antara lain : (1) target dan realisasi pinjaman; (2) jangkauan
pinjaman; (3) frekuensi pinjaman; (4) persentase tunggakan; dan (5) pembentukan
LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis). Pengolahan data dilakukan
secara kualitatif. Data-data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan
pengurus Gapoktan dan data-data sekunder didapat dari pihak yang bersangkutan.
Efektivitas penyaluran dana PUAP berdasarkan tanggapan dari pengguna
(petani) dana PUAP dapat dianalisis menggunakan sistem pemberian skor
penilaian keefektivan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor
tersebut akan menggunakan skala Likert jenjang tiga. Pengukurannya dilakukan
dengan menghadapkan seorang responden pada beberapa pernyataan, yaitu: 1)
persyaratan awal; 2) prosedur; 3) realisasi pinjaman; 4) biaya administrasi; 5)
tingkat bunga; 6) pelayanan; dan 7) jarak atau lokasi, kemudian responden
tersebut diminta untuk memberikan tanggapan yang mempunyai skor 1- 3, yaitu:
tiga (3) untuk jawaban yang paling mendukung (seperti: Mudah; Cepat; Murah;
Rendah; Baik; dan Dekat); dua (2) untuk jawaban Sedang; dan satu (1) untuk
jawaban yang tidak mendukung (seperti: Sulit; Lama; Mahal; Tinggi; Buruk; dan
Jauh).
Nilai skor yang diperoleh adalah antara 210-630. Nilai skor 210 didapat
dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan
atau dapat ditulis (1x 7 x 30 = 210). Sedangkan nilai skor 630 diperoleh dari hasil
pengalian skor tertinggi (3) dengan jumlah parameter yang digunakan (7) dan
dengan jumlah responden (30) atau dapat ditulis dengan (3 x 7 x 30 = 630).
Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan
rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas penyaluran dana PUAP.
Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor
minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).
Selang
kategori Jumlah
Minimal Nilai
Maksimal
Nilai −
=
Sehingga dapat ditulis dengan:
Selang = 3
210
630−
= 140
Berdasarkan perolehan nilai selang, selanjutnya ditentukan skor efektivitas
penyaluran dana PUAP dengan cara membagi tiga skor diantara total nilai
minimal sampai total nilai maksimal hingga diperoleh tiga selang efektivitas.
Nilai 140 merupakan selang untuk setiap tingkat penilaian. Dari nilai
selang tersebut, dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian. Penilaian
tanggapan responden terhadap penyaluran dana PUAP akan dibagi ke dalam tiga
kategori, yaitu efektif, cukup efektif, dan tidak efektif. Skala rentang penilaian
yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Skala Skor Penilaian Efektivitas
Kategori Penilaian Rentang Skala
Belum efektif 210-350
Cukup efektif 351-490
Efektif 491-630
Berdasarkan Tabel 3, dapat dijelaskan bahwa jika total skor berada pada
dikatakan belum efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai antara 351-490,
maka penyaluran pinjaman dana PUAP dapat dikatakan cukup efektif. Sementara
itu, apabila total skor berada pada rentang nilai antara 491-630, maka penyaluran
pinjaman dana PUAP dapat dikatakan efektif.
Identifikasi Masalah 3, Bagaimana tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP? dapat dianalisis
menggunakan sistem pemberian skor dan kemudian diuraikan secara deskriptif.
Penentuan skor tersebut akan menggunakan skala Likert jenjang tiga, dengan nilai
masing-masing: meningkat (skor 3); tetap/tidak meningkat (skor 2); dan menurun
(skor 1).
Dalam hal ini diberikan 5 parameter, yaitu: (1) durasi kegiatan; (2)
frekuensi kegiatan; (3) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi
rintangan dan kesulitan; (4) pengorbanan untuk mencapai tujuan; dan (5) tingkat
aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Masing-masing
mempunyai nilai tertinggi 3 dan nilai terendah 1.
Nilai skor yang diperoleh adalah antara 150 - 450. Nilai skor 150 didapat
dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan
yaitu lima dan dengan jumlah responden yang telah ditentukan (30 responden),
atau dapat ditulis (1x 5 x 30 = 150). Sedangkan nilai skor 450 diperoleh dari hasil
pengalian skor tertinggi (3) dengan jumlah parameter yang digunakan lima dan
dengan jumlah responden (30) atau dapat ditulis dengan (3 x 5 x 30 = 450).
Penentuan selang untuk setiap tingkat penilaian dilakukan dengan cara
pengurangan antara nilai skor maksimum dengan nilai skor minimum yang
dengan
3 150 450−
= 100. Nilai 100 merupakan selang untuk setiap tingkat
penilaian. Dari nilai selang tersebut, dapat ditentukan rentang skala tiap kategori
[image:51.595.116.513.198.257.2]penilaian. Skala rentang penilaian yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Skala Skor Penilaian Efektivitas
Kategori Penilaian Rentang Skala
Motivasi rendah 150-250
Motivasi sedang 251-350
Motivasi tinggi 351-450
Berdasarkan Tabel 4, dapat dijelaskan bahwa jika total skor berada pada
rentang nilai antara 150-250, maka tingkat motivasi petani setelah adanya dana
BLM PUAP masih rendah. Jika total skor berada pada rentang nilai antara
251-350, maka tingkat motivasi petani setelah adanya dana BLM PUAP dapat
dikatakan sedang atau tetap. Sementara itu, apabila total skor berada pada rentang
nilai antara 351-450, maka motivasi petani dalam mengembangkan usahanya
setelah menerima dana BLM PUAP dapat dikatakan tinggi.
Hipotesis, Apakah ada perbedaan pendapatan petani dari usaha yang dikembangkannya setelah mendapat dana BLM PUAP dengan sebelum mendapat
dana BLM PUAP? Dijelaskan dengan uji statistik t-hitung untuk berpasangan,
dengan Formulasinya sebagai berikut :
n
d
/
hitungt
S
o
d d
−
=
; db = n – 1Dimana:
o
d
d
-
= Rata-rata tingkat pendapatan setelah ada dana pinjaman -sebelum ada dana pinjaman.
Sd = Standar deviasi
db = Derajat Bebas (Walpole, 1995)
Pendapatan usahatani :
I = TR – TC
Dimana:
I = Pendapatan Usahatani
R = Total Penerimaan
TC = Total Biaya
Penerimaan usaha tani dapat diperoleh dengan formula:
TRi = Yi x Py
Dimana:
TRi = Total Penerimaan
Yi = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani i
Py = Harga Y
Biaya usaha tani dapat diperoleh dengan formula:
TC = FC + VC
Keterangan :
TC = Total Biaya
FC = Biaya Tetap
VC = Biaya Tidak Tetap.
(Soekartawi, 1995)
Hipotesis awal yaitu menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat pendapatan
menunjukkan adanya perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah adanya
program PUAP. Hipotesis tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :
H0 : μ1 = μ2 atau μD = μ1- μ2 = 0
H1 : μ2 > μ1 atau μD = μ2 - μ1 > 0
Dimana :
μ1 = Pendapatan usaha sebelum mendapatkan pinjaman
μ2 = Pendapatan usaha setelah mendapatkan pinjaman
Kriteria Uji :
Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1, α = 0.05
Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1, α = 0.05
Penggunaan alpha sebesar 5% dalam uji statistik t-hitung sesuai dengan
kebutuhan peneliti yang juga didasarkan pada pernyataan Usman, dkk (2008),
bahwa dalam penelitian sosial, besarnya alpha yang digunakan dapat bernilai 1%
atau 5%. Penentuan besarnya alpha tersebut tergantung kepada peneliti. Hasil
pengolahan data kemudian diinterpretasikan secara deskriptif.
3.5. Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam
penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.
3.5.1. Defenisi
1. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut
PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui
bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai
2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya di
sebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyakarat yang
ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja.
3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4
(empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang
menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian
primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang
dihasilkan subsistem hulu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah
dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu
kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan,
teknologi dan lain-lain.
4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah
yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat
setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan
dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana
tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa).
Dalam pelaksanaan PUAP yang dimaksud dengan desa termasuk didalamnya
adalah Kelurahan (Kota), Nagari (Sumatera Barat), Kampung (Papua dan
Papua Barat).
5. Desa Miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per
tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan
6. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan
sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya
pertanian dan keanekaragaman hayati.
7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau
korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha
hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.
8. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas
dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,
sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha
anggota.
9. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa
Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala
ekonomi dan efisiensi usaha.
10. Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh
petani/kelompok tani di perdesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai
transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan.
11. Penyuluh Pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh
Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani,
kelompok ta