• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) Terhadap Pendapatan Petani (Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

DAMPAK PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

(Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

PINTANI M.P. GEA

070304041

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

DAMPAK PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI

(Studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang)

SKRIPSI

OLEH:

PINTANI M.P. GEA

070304041

AGRIBISNIS

Skripsi sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara, Medan

Disetujui oleh: Komisi pembimbing

Ketua Anggota

(Dr., Ir., Rahmanta Ginting, MSi.) (Dr., Ir., Satia Negara Lubis, MEc.) NIP. 196309281998031001 NIP. 196304021997031001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

ABSTRAK

Pintani M.P. Gea (070304041). “DAMPAK PENGEMBANGAN

USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI” di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli

Serdang. Penelitian ini dilakukan tahun 2010 dan dibimbing oleh Bapak

Dr.,Ir.,Rahmanta Ginting, MSi. dan Bapak Dr.,Ir.,Satia Negara Lubis, MSi.

Penelitian dilakukan secara Proposive (sengaja), dikarenakan Desa Kota

Datar merupakan salah satu yang menerima dan telah menjalankan program

PUAP, dan merupakan yang terbesar dalam pemberian bunga pinjaman di

Kabupaten Hamparan Perak selama waktu penelitian berlangsung. Metode

penentuan sampel menggunakan metode Sampel Random Berstrata (Stratified

Random Sampling).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses program

PUAP berlangsung; dampak yang terjadi terhadap kinerja organisasi Gapoktan

dalam menyalurkan BLM-PUAP; untuk mengetahui motivasi petani dalam

mengembangkan usahanya setelah menerima dana PUAP; serta untuk mengetahui

ada atau tidak perbedaan pendapatan petani sebelum ada program PUAP dengan

setelah ada program PUAP. Metode penelitian menggunakan metode uji beda

rata-rata atau t-hitung dengan uji dua sampel berpasangan (Paired Sample T-Test).

Dari hasil penelitian diperoleh kinerja organisasi Gapoktan dalam

menyalurkan BLM-PUAP tergolong efektif, baik dilihat dari pihak penyalur yaitu

organisasi Gapoktan maupun pihak pengguna yaitu petani; tingkat motivasi petani

dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP tergolong

motivasi tinggi; dan terdapat perbedaan nyata terhadap pendapatan petani sebelum

ada program PUAP dengan setelah ada program PUAP.

(4)

RIWAYAT HIDUP

Pintani M.P. Gea, lahir pada tanggal 04 April 1988 di Kota Binjai. Penulis

merupakan anak ketiga dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Toroziduhu

Gea dan Ibu Nurhaida Hasibuan.

Pendidikan yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 1993 masuk Taman Kanak-Kanak di TK Santa Theresia di Binjai, dan

tamat pada tahun 1994.

2. Tahun 1994 masuk Sekolah Dasar di SD Negeri No. 024764 di Binjai, dan

tamat pada tahun 2000.

3. Tahun 2000 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Negeri 1 di

Binjai, dan tamat pada tahun 2003.

4. Tahun 2003 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 3 di Binjai, dan

tamat pada tahun 2006.

5. Tahun 2007 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan.

6. Bulan Juni-Juli 2011 mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa

Pematang Cengkering, Kecamatan Medang Deras, Kabupaten Batu

Bara.

7. Tahun 2011 melakukan penelitian skripsi di Desa Kota Datar Kecamatan

Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.

8. Tahun 2007-2011 menjadi anggota Ikatan Mahasiswa Departemen Sosial

(5)

9. Tahun 2009 menjadi panitia dalam Seminar Nasional “Fungsi dan Pengaruh

Perbankan dalam Peningkatan Sektor Pertanian” di Medan.

10.Tahun 2009 menjadi panitia dalam Musyawarah Kerja Wilayah VII

(6)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul Dampak Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) Terhadap Pendapatan Petani, studi kasus: Desa Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini

adalah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Program Studi

Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis

mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr., Ir., Rahmanta Ginting, MSi. selaku Ketua Komisi Pembimbing yang

telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Dr., Ir., Satia Negara Lubis, MEc. selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Ibu Dr., Ir., Salmiah, MS. selaku Ketua Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

4. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

5. Bapak Abdul khalik. selaku penyuluh pertanian lapangan (PPL), Bapak Parlin

selaku sekretaris Gapoktan Namora, dan bapak-bapak pengurus Gapoktan

Namora yang telah banyak membantu penelitian di lapangan.

6. Seluruh instansi dan responden yang terkait dengan penelitian ini yang telah

(7)

7. Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis haturkan kepada ayahanda

Toroziduhu Gea dan ibunda Nurhaida Hasibuan, atas kasih sayang serta

dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis

selama menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.

8. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Program Studi

Agribisnis Stambuk 2007 yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah

banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua.

Amin.

Medan, November 2011

(8)

DAFTAR ISI

ABSTRAK... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 7

1.3. Tujuan Penelitian ... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Tinjauan Pustaka ... 9

2.2. Landasan Teori ... 15

2.3. Kerangka Pemikiran ... 25

2.4. Hipotesis Penelitian ... 27

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 28

3.2. Metode Penentuan Sampel ... 29

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 31

3.4. Metode Analisa Data ... 31

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 37

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 4.1. Gambaran Umum Wilayah Penelitian ... 42

4.2. Gambaran Gapoktan Penelitian ... 43

4.3. Karakteristik Petani Responden ... 45

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Proses Penyaluran Dana PUAP ... 49

5.2. Kinerja Organisasi Gapoktan dalam Menyalurkan BLM-PUAP... 58

5.3.Motivasi Petani Dalam Mengembangkan Usahanya Setelah Menerima BLM PUAP ... 74

(9)

6.1. Kesimpulan ... 83 6.2. Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

(10)

DAFTAR TABEL

No.

Judul

Halaman

1. Data Penerima PUAP Tahun 2008-2009 di Kecamatan Hamparan

Perak ... 28

2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang ... 31

3. Skala Skor Penilaian Efektivitas ... 33

4. Skala Skor Penilaian Efektivitas ... 35

5. Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Kelompok Umur Di Desa Kota Datar, 2010 ... 43

6. Karakteristik Petani Responden Penerima BLM-PUAP Berdasarkan Status Mata Pencaharian ... 45

7. Sebaran Petani Responden Menurut Golongan Umur ... 46

8. Sebaran Responden Petani Padi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 47

9. Jumlah Petani Responden Berdasarkan Kriteria Pengalaman Berusahatani ... 48

10. Target dan Realisasi Dana BLM-PUAP di Desa Kota Datar ... 58

11. Realisasi Penerima PUAP di Gapoktan Namora, Desa Kota Datar .... 60

12. Persentase Tunggakan Dana PUAP, di Gapoktan Namora ... 62

13. Penilaian Responden Terhadap Persyaratan Awal PUAP ... 65

14. Penilaian Responden Terhadap Prosedur Peminjaman Dana PUAP .. 67

15. Penilaian Responden Terhadap Realisasi Pinjaman ... 68

16. Penilaian Responden Terhadap Biaya Administrasi Pinjaman ... 69

17. Penilaian Responden Terhadap Tingkat Bunga Pinjaman ... 70

18. Penilaian Responden Terhadap Pelayanan Pengurus Gapoktan ... 71

19. Penilaian Responden Terhadap Jarak/Lokasi Pelayanan... 72

20. Hasil Perhitungan Skor Penilaian Responden Terhadap Efektivitas Penyaluran BLM-PUAP Tahun 2009 ... 73

21. Penilaian Responden Terhadap Durasi Kegiatan ... 75

22. Penilaian Responden Terhadap Frekuensi Kegiatan ... 75

23. Penilaian Responden Terhadap Ketabahan, Keuletan dan Kemampuan dalam Mengahadapi Rintangan dan Kesulitan ... 76

(11)

25. Penilaian Responden Terhadap Tingkat Aspirasi yang Hendak

Dicapai dengan Kegiatan yang Dilakukan ... 77 26. Hasil Perhitungan Skor Penilaian Responden Terhadap motivasi

(12)

DAFTAR GAMBAR

No.

Judul

Halaman

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1.

Laporan Penyaluran Dana BLM PUAP Periode I Gapoktan

Namora

2.

Laporan Penyaluran Dana BLM PUAP Periode II Gapoktan

Namora

3.

Data jumlah anggota Gapoktan Namora, Desa Kota Datar

4.

Karakteristik Petani Responden

5.

Dana Penyaluran, Pengembalian, Tunggakan BLM PUAP

Gapoktan Namora, Desa Kota Datar

6.

Jawaban Responden Terhadap Pernyataan Efetifitas dan

Motivasi

7.

Pendapatan Petani Per Produksi Sebelum Menerima BLM

PUAP

8.

Pendapatan Petani Per Produksi Sesudah Menerima BLM
(14)

ABSTRAK

Pintani M.P. Gea (070304041). “DAMPAK PENGEMBANGAN

USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) TERHADAP PENDAPATAN PETANI” di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli

Serdang. Penelitian ini dilakukan tahun 2010 dan dibimbing oleh Bapak

Dr.,Ir.,Rahmanta Ginting, MSi. dan Bapak Dr.,Ir.,Satia Negara Lubis, MSi.

Penelitian dilakukan secara Proposive (sengaja), dikarenakan Desa Kota

Datar merupakan salah satu yang menerima dan telah menjalankan program

PUAP, dan merupakan yang terbesar dalam pemberian bunga pinjaman di

Kabupaten Hamparan Perak selama waktu penelitian berlangsung. Metode

penentuan sampel menggunakan metode Sampel Random Berstrata (Stratified

Random Sampling).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses program

PUAP berlangsung; dampak yang terjadi terhadap kinerja organisasi Gapoktan

dalam menyalurkan BLM-PUAP; untuk mengetahui motivasi petani dalam

mengembangkan usahanya setelah menerima dana PUAP; serta untuk mengetahui

ada atau tidak perbedaan pendapatan petani sebelum ada program PUAP dengan

setelah ada program PUAP. Metode penelitian menggunakan metode uji beda

rata-rata atau t-hitung dengan uji dua sampel berpasangan (Paired Sample T-Test).

Dari hasil penelitian diperoleh kinerja organisasi Gapoktan dalam

menyalurkan BLM-PUAP tergolong efektif, baik dilihat dari pihak penyalur yaitu

organisasi Gapoktan maupun pihak pengguna yaitu petani; tingkat motivasi petani

dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP tergolong

motivasi tinggi; dan terdapat perbedaan nyata terhadap pendapatan petani sebelum

ada program PUAP dengan setelah ada program PUAP.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Sektor pertanian adalah salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan

oleh negara kita karena sektor pertanian memberikan banyak kontribusi dalam

pembangunan ekonomi. Kontribusi pertanian dalam pembangunan ekonomi

diantaranya adalah sebagai penyerap tenaga kerja; kontribusi terhadap

pendapatan; kontribusi dalam penyediaan pangan; pertanian sebagai penyedia

bahan baku; kontribusi dalam bentuk kapital; dan pertanian sebagai sumber devisa

(Anonimus, 2011a).

Sebagai penunjang kehidupan berjuta-juta masyarakat Indonesia, sektor

pertanian memerlukan pertumbuhan ekonomi yang kukuh dan pesat. Sektor ini

juga perlu menjadi salah satu komponen utama dalam program dan strategi

pemerintah untuk mengentaskan kemiskinan. Di masa lampau, pertanian

Indonesia telah mencapai hasil yang baik dan memberikan kontribusi penting

dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia, termasuk menciptakan lapangan

pekerjaan dan pengurangan kemiskinan secara drastis (Anonimus, 2011b).

Dari data yang di peroleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi

Sumatera Utara tahun 2009, jumlah penduduk miskin di Sumatera Utara adalah

sebesar 1.499.700 jiwa, dimana 11,56% berada di desa yang pada umumnya

(16)

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Deli Serdang, menyatakan

bahwa sumbangan sektor pertanian terhadap perekonomian Kabupaten Deli

Serdang masih sangat dominan terutama tanaman bahan makanan dan

perkebunan. Namun demikian, konstribusi sektor pertanian terhadap pembentukan

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Deli Serdang dari tahun ke

tahun cenderung mengalami penurunan. Sampai saat ini, sektor pertanian masih

merupakan basis ekonomi rakyat di pedesaan, menguasai hajat hidup sebagian

besar penduduk, menyerap lebih dari sepertiga jumlah tenaga kerja di Kabupaten

Deli Serdang. Pada tahun 2008, dari total 645.977 pekerja umur 10 tahun keatas di

kabupaten ini adalah sebanyak 219.061 jiwa atau 33,91% nya bekerja di sektor

pertanian. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pembangunan pertanian sangat

diperlukan dalam meningkatkan pembentukan Produk Domestik Regional Bruto

(PDRB) sebagai penunjang perekonomian serta meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dimana pertanian sebagai mata pencaharian pada umumnya.

Sasaran yang ingin dicapai melalui pembangunan pertanian adalah

meningkatnya ketahanan pangan nasional, yang tercermin melalui peningkatan

kapasitas produksi komoditas pertanian serta berkurangnya ketergantungan

pangan impor, meningkatnya nilai tambah dan daya saing komoditas pertanian,

serta meningkatnya pemanfaatan sumberdaya alam secara berkelanjutan. Sasaran

akhir adalah peningkatan kesejahteraan petani dan masyarakat desa lainnya yang

tercermin dari meningkatnya pendapatan petani, meningkatnya produktivitas

tenaga kerja pertanian, berkurangnya jumlah penduduk miskin, berkurangnya

jumlah penduduk yang kekurangan pangan dan turunnya ketimpangan pendapatan

(17)

Akan tetapi, perkembangan usaha agribisnis, sebagai penggerak ekonomi

perdesaan dinilai sangat lambat, hal ini disebabkan oleh terbatasnya akses petani

terhadap permodalan, sarana produksi, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK)

serta pasar. Kelembagaan agribisnis di perdesaan belum dapat berfungsi sebagai

lembaga ekonomi (Departemen Pertanian, 2009a).

Jika ditelusuri lebih jauh, permasalahan yang dihadapi dalam permodalan

pertanian berkaitan langsung dengan kelembagaan selama ini yaitu lemahnya

organisasi tani, sistem dan prosedur penyaluran kredit yang rumit, birokratis dan

kurang memperhatikan kondisi lingkungan sosial budaya perdesaan, sehingga

sulit menyentuh kepentingan petani yang sebenarnya. Kemampuan petani dalam

mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas karena lembaga keuangan

perbankan dan non-perbankan menerapkan prinsip 5-C (Character, Collateral,

Capacity, Capital dan Condition) dalam menilai usaha pertanian yang tidak semua persyaratan yang diminta dapat dipenuhi oleh petani. Secara umum, usaha

di sektor pertanian masih dianggap beresiko tinggi, sedangkan skim kredit masih

terbatas untuk usaha produksi, belum menyentuh kegiatan pra dan pasca produksi

dan sampai saat ini belum berkembangnya lembaga penjamin serta belum adanya

lembaga keuangan khusus yang menangani sektor pertanian (Syahyuti, 2007).

Untuk mempercepat tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis

sekaligus mengurangi kemiskinan dan pengangguran di perdesaan, pemerintah

meluncurkan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri

(PNPMMandiri). Salah satu kegiatan dari PNPM-M di Departemen Pertanian

dilakukan melalui kegiatan Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP)

(18)

Program Pemberdayaan 10.000 desa yang digulirkan Menteri Pertanian

pada tahun 2008 di Karawang, yaitu Program Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) merupakan strategi untuk penanggulangan kemiskinan dan

penciptaan lapangan kerja di perdesaan, sekaligus mengurangi kesenjangan

pembangunan antar wilayah pusat dan daerah serta antar subsektor

(Departemen Pertanian, 2009a).

Program PUAP mencoba mengatasi masalah dana dengan cara

menyalurkan dana kepada petani melalui kelompok tani/gapoktan. Dana PUAP

pada prinsipnya hanya sebagai stimulus dalam menggerakkan usaha tani petani

yang kemudian dikelola melalui LKM (Departemen pertanian, 2009d).

Dana tersebut digunakan untuk membiayai kegiatan produktif Budidaya

(On-farm) seperti tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan, serta

kegiatan Off-farm (non budidaya) yang terkait dengan komoditas pertanian yaitu

industri rumah tangga pertanian, pemasaran hasil pertanian (bakulan, dll) dan

usaha lain berbasis pertanian (Departemen Pertanian, 2009b).

PUAP merupakan program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di perdesaan dengan memberikan fasilitasi

bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun

rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu memberikan kepastian akses

pembiayaan kepada petani anggota Gapoktan. Struktur PUAP terdiri dari

Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sehingga dapat

lebih memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

(19)

menjadi salah satu penentu sekaligus indikator bagi keberhasilan program PUAP

itu sendiri (Departemen Pertanian, 2010f).

Adapun tujuan dari program PUAP bertujuan untuk: (1) Mengurangi

kemiskinan dan pengangguran melalui penumbuhan dan pengembangan kegiatan

usaha agribisnis di perdesaan sesuai dengan potensi wilayah; (2) Meningkatkan

kemampuan pelaku usaha agribisnis, Pengurus Gapoktan, Penyuluh dan Penyelia

Mitra Tani; (3) Memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan

untuk pengembangan kegiatan usaha agribisnis; (4) Meningkatkan fungsi

kelembagaan ekonomi petani menjadi jejaring atau mitra lembaga keuangan

dalam rangka akses ke permodalan (Departemen Pertanian, 2010b).

Sasaran PUAP yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut: (1)

Berkembangnya usaha agribisnis di 10.000 desa miskin yang terjangkau sesuai

dengan potensi pertanian desa; (2) Berkembangnya 10.000 Gapoktan/Poktan yang

dimiliki dan dikelola oleh petani; (3) Meningkatnya kesejahteraan rumah tangga

tani miskin, petani/peternak (pemilik dan/atau penggarap) skala kecil, buruh tani;

dan (4) Berkembangnya usaha agribisnis petani yang mempunyai siklus usaha

harian, mingguan, maupun musiman (Departemen Pertanian, 2010b).

Gapoktan yang sudah melaksanakan program PUAP sampai saat ini

berjumlah 20.426 Gapoktan yang berada di 33 Propinsi. Dari hasil evaluasi

kinerja Gapoktan penerima dan pengelola bantuan program, PUAP telah banyak

memberikan manfaat bagi petani terutama dalam bentuk fasilitasi pembiayaan

usaha ekonomi produktif yang murah dan mudah diakses

(20)

Desa Kota Datar merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan

Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang yang sudah melaksanakan program

PUAP. Dana PUAP telah diterima pada tahun 2009 dan dikelola oleh Gabungan

Kelompok Tani (Gapoktan) Namora yang berada di desa kota datar. Gapoktan

Namora terdiri dari 16 kelompok tani. Usaha produktif di Gapoktan Namora

adalah budidaya (On-Farm) yaitu tanaman pangan seperti padi, jagung;

hortikultura seperti cabai, kacang; perkebunan seperti coklat dan sawit; dan

peternakan seperti ternak ayam; dan non-budidaya (Off-Farm) yaitu industri

rumah tangga pertanian dan pemasaran hasil pertanian skala mikro (bakulan, dll).

Sampel dalam penelitian ini adalah yang usaha produktifnya dibidang budidaya

(On-farm), seperti tanaman pangan; hortikultura; perkebunan; dan peternakan.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang dapat dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana proses penyaluran dana Pengembangan Usaha Agribisnis

Pedesaan (PUAP)?

2. Bagaimana kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM-PUAP?

3. Bagaimana tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah

menerima dana BLM PUAP?

4. Apakah ada perbedaan pendapatan petani setelah mendapat dana BLM PUAP

dengan sebelum mendapat dana BLM PUAP?

(21)

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui proses penyaluran dana Pengembangan Usaha Agribisnis

Pedesaan (PUAP).

2. Untuk mengetahui kinerja organisasi Gapoktan dalam menyalurkan BLM

PUAP

3. Untuk mengetahui tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya

setelah menerima dana BLM PUAP.

4. Untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan pendapatan petani setelah

mendapat dana BLM PUAP dengan sebelum mendapat dana BLM PUAP.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan masukan untuk dapat membantu petani dalam memperbaiki

kelemahan dan kekurangan selama menjalankan proses agribisnis.

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi instansi pemerintah terkait untuk membuat

kebijakan dalam usaha meningkatkan kesejahteraan petani.

3. Sebagai bahan informasi ataupun referensi untuk pengembangan ilmu bagi

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA

PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

2.1. Tinjauan Pustaka

Tahun 2002 pemerintah melalui Departemen Pertanian RI mengeluarkan

kebijakan baru dalam upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam berusaha.

Kebijakan tersebut dituangkan dalam bentuk program fasilitasi Bantuan Langsung

Masyarakat (BLM). Program BLM ini diarahkan untuk pemberdayaan masyarakat

yang mencakup bantuan modal untuk pengembangan kegiatan sosial ekonomi

produktif; bantuan sarana dan prasarana dasar yang mendukung kegiatan sosial

ekonomi; bantuan pengembangan sumberdaya manusia untuk mendukung

penguatan kegiatan sosial ekonomi; bantuan penguatan kelembagaan untuk

mendukung pengembangan proses hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi secara

berkelanjutan melalui penguatan kelompok masyarakat dan unit pengelola

keuangan; dan bantuan pengembangan sistem pelaporan untuk mendukung

pelestarian hasil-hasil kegiatan sosial ekonomi produktif (Kasmadi, 2005).

Seiring dengan perkembangan dan perubahan kepemimpinan di

pemerintahan, maka kebijakan penguatan modal di bidang pertanian pun ikut

(23)

melalui Departemen Pertanian RI mencanangkan program baru yang diberi nama

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) merupakan program

Departemen Pertanian yang bertujuan untuk mengurangi kemiskinan,

pengangguran, dan kesenjangan antar wilayah dan sektor. Untuk mendukung

pelaksanaan PUAP diawali dengan peningkatan kapasitas sumberdaya manusia

sebagai pelaksana kegiatan PUAP di lapangan (Departemen Pertanian, 2008).

PUAP merupakan program pemberdayaan yang dilaksanakan oleh

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) di perdesaan dengan memberikan fasilitasi

bantuan modal usaha untuk petani pemilik, petani penggarap, buruh tani maupun

rumah tangga tani yang salah satu tujuannya yaitu memberikan kepastian akses

pembiayaan kepada petani anggota gapoktan. Struktur PUAP terdiri dari

Gapoktan, penyuluh pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT) sehingga dapat

lebih memberdayakan kelembagaan petani dan ekonomi perdesaan untuk

pengembangan kegiatan usaha agribisnis. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan)

penerima dana PUAP sebagai kelembagaan tani pelaksana PUAP tentunya

menjadi salah satu penentu sekaligus indikator bagi keberhasilan program PUAP

itu sendiri (Departemen Pertanian, 2010a).

Departemen Pertanian (2008) mendefinisikan Gabungan Kelompok Tani

(Gapoktan) sebagai kumpulan beberapa kelompok tani yang bergabung dan

bekerjasama untuk meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan

terdiri atas kelompok tani yang ada dalam wilayah suatu wilayah administrasi

(24)

Menurut Syahyuti (2007), Gapoktan adalah gabungan dari beberapa

kelompok tani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip kebersamaan dan

kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan pendapatan usahatani

bagi anggotanya dan petani lainnya. Pengembangan Gapoktan dilatarbelakangi

oleh kenyataan kelemahan aksesibilitas petani terhadap berbagai kelembagaan

layanan usaha, misalnya lemah terhadap lembaga keuangan, terhadap lembaga

pemasaran, terhadap lembaga penyedia sarana produksi pertanian serta terhadap

sumber informasi. Pada prinsipnya, lembaga Gapoktan diarahkan sebagai sebuah

kelembagaan ekonomi, namun diharapkan juga mampu menjalankan

fungsi-fungsi lainnya serta memiliki peran penting terhadap pertanian.

Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) merupakan organisasi petani di

perdesaan yang dibentuk secara musyawarah dan mufakat untuk meningkatkan

skala ekonomi dan efisiensi usaha. Gapoktan dibentuk atas dasar: (1) Kepentingan

yang sama di antara para anggotanya; (2) Berada pada kawasan usahatani yang

menjadi tanggung jawab bersama di antara para anggotanya; (3) Mempunyai

kader pengelola yang berdedikasi untuk menggerakkan para petani; (4) Memilki

kader atau pemimpin yang diterima oleh petani lainnya; (5) Mempunyai kegiatan

yang dapat dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar anggotanya, dan (6) Adanya

dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat

(Departemen Pertanian, 2010c).

Peningkatan kapasitas SDM ditujukan bagi pengurus gapoktan, Kelompok

Tani, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani (PMT). PMT adalah tenaga

(25)

utama mensupervisi dan advokasi kepada penyuluh pendamping dalam

pengembangan usaha agribisnis perdesaan (Departemen Pertanian, 2008).

Untuk membangun gapoktan yang ideal sesuai dengan tuntutan organisasi

masa depan, diperlukan dukungan sumber daya manusia yang berkualitas melalui

pembinaan yang berkelanjutan. Proses penumbuhan dan pengembangan gapoktan

yang kuat dan mandiri diharapkan secara langsung dapat menyelesaikan

permasalahan petani dalam pembiayaan, dan pemasaran. Berdasarkan Peraturan

Menteri Pertanian Nomor 273/Kpts/OT.160/4/2007 tentang Pedoman pembinaan

kelembagaan petani, pembinaan kelompok tani diarahkan pada penerapan sistem

agribisnis, peningkatan peranan, peran serta petani dan anggota masyarakat

perdesaan (Departemen Pertanian, 2010c).

Gapoktan yang telah mengikuti pelatihan kepemimpinan, kewirausahaan

dan manajemen, akan diberikan dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)

sebesar 100 juta rupiah untuk setiap Gapoktan dalam rangka mengembangkan

usaha agribisnis perdesaan yang meliputi usaha budidaya (tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan dan peternakan) dan usaha non-budidaya (industri rumah

tangga, pemasaran/bakulan, dan usaha lainnya yang berbasis pertanian)

(Departemen Pertanian, 2008).

Dalam pengembangan usaha agribisnis perdesaan Gapoktan dapat

membentuk unit usaha otonom yang meliputi unit simpan pinjam, unit usaha

saprodi, unit usaha pengolahan dan pemasaran. Pembentukan unit usaha otonom

disepakati dalam rapat anggota Gapoktan.(Departemen Pertanian, 2008).

Sejalan dengan format penumbuhan kelembagaan tani di perdesaan,

(26)

273/Kpts/OT.160/4/2007 telah menetapkan Gapoktan merupakan format final dari

organisasi di tingkat petani di perdesaan yang di dalamnya terkandung

fungsi-fungsi pengelolaan antara lain unit pengolahan dan pemasaran hasil, unit

peyediaan saprodi, unit kelembagaan keuangan mikro. Melalui Permentan 273

Kementerian Pertanian telah menetapkan dan mewadahi Gapoktan sebagai

kelembagaan ekonomi petani serta sekaligus menentukan arah pembinaan

kelembagaan petani di perdesaan. Gapoktan penerima BLM PUAP, diarahkan

untuk dapat dibina dan ditumbuhkan menjadi Lembaga Keuangan Mikro

Agribisnis (LKM-A) sebagai salah satu unit usaha dalam Gapoktan

(Departemen Pertanian, 2010c).

2.1.1. Indikator Keberhasilan Program PUAP

Indikator keberhasilan output antara lain:

a. Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga

tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha

produktif pertanian; dan

b. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya

manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.

Indikator keberhasilan outcome antara lain:

a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola

bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap,

buruh tani maupun rumah tangga tani;

b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang

(27)

c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di

perdesaan; dan

d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan

rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.

Sedangkan indikator benefit dan impact antara lain:

a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di

lokasi desa PUAP;

b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang

dimiliki dan dikelola oleh petani; dan

c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.

(Departemen Pertanian, 2010b).

2.1.2. Strategi PUAP 2.1.2.1. Strategi Dasar

Adapun strategi dasar dalam Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) adalah:

1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP;

2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang terjangkau;

3) Fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani

miskin; dan

4) Penguatan kelembagaan gapoktan.

(Departemen Pertanian, 2010b).

(28)

Adapun strategi operasional dalam Pengembangan Usaha Agribisnis

Perdesaan (PUAP) adalah:

1) Pemberdayaan masyarakat dalam pengelolaan PUAP dilaksanakan melalui:

a. Pelatihan bagi petugas pembina dan pendamping PUAP;

b. Rekrutmen dan pelatihan bagi Penyuluh dan PMT;

c. Pelatihan bagi pengurus Gapoktan; dan

d. Pendampingan bagi petani oleh penyuluh dan PMT.

2) Optimalisasi potensi agribisnis di desa miskin yang terjangkau dilaksanakan

melalui:

a. Identifikasi potensi desa;

b. Penentuan usaha agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) unggulan; dan

c. Penyusunan dan pelaksanaan RUB berdasarkan usaha agribisnis unggulan.

3) Fasilitasi modal usaha bagi petani kecil, buruh tani dan rumah tangga tani

miskin kepada sumber permodalan dilaksanakan melalui:

a. Penyaluran BLM PUAP kepada pelaku agribisnis melalui Gapoktan;

b. Pembinaan teknis usaha agribisnis dan alih teknologi; dan

c. Fasilitasi pengembangan kemitraan dengan sumber permodalan lainnya.

4) Penguatan kelembagaan gapoktan dilaksanakan melalui:

a. Pendampingan gapoktan oleh penyuluh pendamping;

b. Pendampingan oleh PMT di setiap kabupaten/kota; dan

c. Fasilitasi peningkatan kapasitas gapoktan menjadi lembaga ekonomi yang

dimilki dan dikelola petani.

(29)

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Evaluasi Program PUAP

Evaluasi pelaksanaan program PUAP dilakukan untuk mengetahui apakah

pelaksanaan program tersebut telah sesuai atau berhasil berdasarkan

indikator-indikator yang ada. Keberhasilan program PUAP akan memberikan dampak

berupa manfaat yang optimal dan oleh karena itu evaluasi pelaksanaan program

ini sangat diperlukan untuk menilai indikator-indikator keberhasilan PUAP antara

lain:

Indikator keberhasilan output antara lain:

a. Tersalurkannya dana BLM PUAP kepada petani, buruh tani dan rumah tangga

tani miskin anggota Gapoktan sebagai modal untuk melakukan usaha

produktif pertanian; dan

b. Terlaksananya fasilitasi penguatan kapasitas dan kemampuan sumber daya

manusia pengelola Gapoktan, Penyuluh Pendamping dan Penyelia Mitra Tani.

Indikator keberhasilan outcome antara lain:

a. Meningkatnya kemampuan Gapoktan dalam memfasilitasi dan mengelola

bantuan modal usaha untuk petani angota baik pemilik, petani penggarap,

buruh tani maupun rumah tangga tani;

b. Meningkatnya jumlah petani, buruh tani dan rumah tangga tani yang

mendapatkan bantuan modal usaha;

c. Meningkatnya aktivitas kegiatan agribisnis (hulu, budidaya, dan hilir) di

perdesaan; dan

d. Meningkatnya pendapatan petani (pemilik dan atau penggarap), buruh tani dan

rumah tangga tani dalam berusaha tani sesuai dengan potensi daerah.

(30)

a. Berkembangnya usaha agribisnis dan usaha ekonomi rumah tangga tani di

lokasi desa PUAP;

b. Berfungsinya Gapoktan sebagai lembaga ekonomi petani di perdesaan yang

dimiliki dan dikelola oleh petani; dan

c. Berkurangnya jumlah petani miskin dan pengangguran di perdesaan.

(Departemen Pertanian, 2010b).

Berdasarkan indikator-indikator tersebut, maka untuk menilai keberhasilan

program PUAP, akan digunakan salah satu indikator yang dianggap bisa mewakili

keberhasilan program tersebut. Indikator yang dimaksud adalah menilai tingkat

pendapatan. Pemilihan indikator ini dengan pertimbangan bahwa pendapatan

merupakan salah satu parameter yang bisa digunakan untuk menilai tingkat

kesejahteraan seseorang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Daerobi (2007)

yang menyatakan bahwa Indikator kesejahteraan dapat dilihat melalui dimensi

moneter yaitu pendapatan dan pengeluaran.

2.2.2. Penilaian Kinerja Gapoktan

Gabungan Kelompok Tani atau GAPOKTAN adalah gabungan dari

beberapa kelompoktani yang melakukan usaha agribisnis di atas prinsip

kebersamaan dan kemitraan sehingga mencapai peningkatan produksi dan

pendapatan usahatani bagi anggotanya dan petani lainnya.

Gapoktan mempunyai 6 (enam) fungsi, yaitu sebagai: (1) unit usahatani;

(2) Unit usaha pengolahan; (3) Unit sarana dan prasarana produksi; (4) Unit usaha

pemasaran; (5) Unit usaha keuangan mikro; dan (6) unit jasa penunjang.

(31)

Guna mencapai Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usahatani, peran

penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai

berikut: (1) Mengambil keputusan dalam menentukan pengembangan

produksi usaha tani yang menguntungkan berdasarkan informasi yang tersedia

(dalam bidang teknologi, sosial, permodalan, sarana produksi dan sumber

daya alam lainnya); (2) Menyusun rencana definitive Gapoktan dan

melaksanakan kegiatan atas dasar pertimbangan efisiensi; (3) Memfasilitasi

penerapan teknologi (bahan, alat, cara) usaha tani anggota sesuai dengan

rencana kegiatan Gapoktan; (4) Menjalin kerjasama/kemitraan dengan pihak

lain yang terkait dalam pelaksanaan usaha tani; (5) Mentaati dan

melaksanakan kesepakatan yang dihasilkan bersama dalam Gapoktan maupun

dengan pihak lain; (6) Mengevaluasi kegiatan bersama dan rencana kebutuhan

Gapoktan, sebagai bahan rencana kegiatan yang akan datang; (7)

Meningkatkan kesinambungan produktivitas dan kelestarian sumber daya

alam dan lingkungan; (8) Mengelola administrasi secara baik; (9)

Merumuskan kesepakatan bersama, baik dalam memecahkan masalah maupun

untuk kegiatan Gapoktan; dan (10) Merencanakan dan melaksanakan

pertemuan berkala baik di Gapoktan maupun dengan pihak lain.

2) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pengolahan

Agar Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha pengolahan, peran

penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai

berikut: (1) Menyusun perencanaan kebutuhan peralatan pengolahan hasil

usaha tani anggotanya; (2) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan

(32)

peralatan-peralatan pertanian; (3) Mengembangkan kemampuan petani

anggota Gapoktan dalam pengolahan produk pertanian; dan (4)

Mengorganisasikan kegiatan produksi petani anggota Gapoktan ke dalam unit

usaha pengolahan hasil pertanian.

3) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Sarana dan Prasarana Produksi

Agar Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha sarana dan prasarana, peran

penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai

berikut: (1) Menyusun rencana kebutuhan sarana dan prasarana setiap

anggotanya; (2) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pihak penyedia

sarana dan prasarana produksi pertanian (pabrik, kios saprotan, dan lain-lain);

dan (3) Mengorganisasikan kegiatan penyedia sarana dan prasarana produksi

pertanian dengan dinas terkait dan lembaga usaha sarana dan prasarana

produksi pertanian.

4) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Pemasaran

Untuk mencapai Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha pemasaran,

peran penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan

sebagai berikut: (1) Mengidentifikasi serta menganalisis potensi dan peluang

pasar berdasarkan sumber daya yang dimiliki untuk mengembangkan

komoditi yang lebih menguntungkan; (2) Merencanakan kebutuhan pasar

dengan memperhatikan segmentasi pasar (tingkat kemampuan calon pembeli);

(3) Menjalin kerjasama/kemitraan usaha dengan pemasok kebutuhan

(33)

komoditi yang dibutuhkan pasar; (5) Mengembangkan kemampuan anggota

dalam memasarkan produk pertanian dan menganalisis usaha masing-masing

anggota untuk dijadikan satu unit usaha yang menjamin pada permintaan pasar

dilihat dari kualitas, kuantitas serta kontinuitas.

5) Gapoktan Berfungsi sebagai Unit Usaha Keuangan Mikro

Untuk Gapoktan dapat berfungsi sebagai unit usaha keuangan mikro, peran

penyuluh pertanian mengarahkan Gapoktan mempunyai kemampuan sebagai

berikut: (1) Menumbuhkembangkan kreativitas dan prakarsa anggota untuk

memanfaatkan informasi dan akses permodalan yang tersedia; (2)

Meningkatkan kemampuan anggota untuk dapat mengelola keuangan mikro

secara komersial dan menggali sumber-sumber usaha yang mampu

meningkatkan permodalan; dan (3) Mendorong dan mengadvokasi anggota

agar mau dan mampu melaksanakan kegiatan simpan-pinjam guna

memfasilitasi pengembangan modal usaha.

Menurut kamus bahasa Indonesia, Kinerja dapat diartikan sebagai sesuatu

yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan. Menurut Cascio (1992: 267),

penilaian kinerja adalah sebuah gambaran atau deskripsi yang sistematis tentang

kekuatan dan kelemahan yang terkait dari seseorang atau suatu kelompok.

Penilaian keberhasilan kinerja suatu lembaga dapat mengacu pada

pencapaian sasaran dan tujuan. Parameter keberhasilan kinerja Gapoktan dapat

diukur dari kemampuan lembaga tersebut dalam menyalurkan dan mengelola dana

(34)

ditentukan oleh kemampuannya menjangkau sebanyak mungkin petani dalam hal

ini anggota kelompok tani yang benar-benar memerlukan bantuan penguatan

modal untuk kegiatan usahanya. Penilaian keefektivan ini dapat dilihat dari dua

sudut pandang yang berbeda yaitu dari sisi penilaian kinerja Gapoktan dalam

menyalurkan dana PUAP kepada anggotanya dan dari sisi persepsi anggota atau

yang menerima dana bantuan PUAP.

Penilaian keefektivan penyaluran kredit (penyaluran dana PUAP) dengan

melihat kinerja aktivitas dapat diketahui dengan menggunakan beberapa tolak

ukur sebagai berikut :

1. Target dan Realisasi Target

Berapa persentase realisasi kredit (pinjaman dana PUAP) yang dapat

tersalurkan bila dibandingkan dengan tingkat pengajuan pinjaman.

2. Jangkauan Kredit (Tersalurkannya Dana PUAP)

Bagaimana jangkauan kredit (pinjaman dana PUAP) terhadap masyarakat

(petani), dalam artian beragamnya sektor yang menerima bantuan kredit.

Semakin beragam sektor penerima kredit maka kredit semakin efektif.

3. Frekuensi Kredit (Pinjaman dana PUAP)

Jumlah pengguna (petani) yang menggunakan dana kredit pinjaman (dana

PUAP). Frekuensi pinjaman ini dilihat dari banyaknya trsansaksi, dalam hal

ini transaksi peminjaman dan pengembalian pinjaman.

4. Persentase Tunggakan

Persentase tunggakan ditentukan dari banyaknya jumlah tunggakan pinjaman

kredit tersebut.

(35)

Lembaga Keuangan Mikro Agribisnis (LKM-A) merupakan lembaga

keuangan mikro yang ditumbuhkan dari gapoktan pelaksana PUAP dengan

fungsi utamanya adalah untuk mengelola aset dasar dari dana PUAP dan dana

keswadayaan angggota.

Disisi lain, Pardosi (1998) menyatakan bahwa keberhasilan dalam

efektivitas penyaluran menurut penerima kredit diukur dengan melihat tanggapan

kreditur terhadap persyaratan awal (mudah, sedang, berat), prosedur peminjaman

(mudah, sedang, sulit), realisasi kredit (cepat, sedang, lambat), biaya administrasi

(ringan, sedang, berat), tingkat bunga (ringan, sedang, berat), pelayanan dan jarak

atau lokasi kreditur (dekat. sedang, jauh).

2.2.3. Motivasi

Motif berasal dari bahasa latin movere yang berarti bergerak atau to move

yang berarti kekuatan dalam diri organisme yang mendorong untuk berbuat

(driving force). Motif sebagai pendorong tidak berdiri sendiri tetapi saling terkait dengan faktor lain yang disebut dengan motivasi. Menurut Caplin (1993) motif

adalah suatau keadaan ketegangan didalam individu yang membangkitkan,

memelihara dan mengarahkan tingkah laku menuju pada tujuan atau sasaran.

Motif juga dapat diartikan sebagai tujuan jiwa yang mendorong individu untuk

melakukan aktivitas-aktivitas tertentu dan untuk tujuan-tujuan tertentu terhadap

situasi disekitarnya (Woodworth dan Marques dalam Mustaqim, 1991).

Sedangkan menurut Koontz dalam Moekjizat (1984) motif adalah suatu keadaan

dari dalam yang memberi kekuatan, yang menggiatkan atau menggerakkan, dan

(36)

Menurut Gunarsa (2003) terdapat dua motif dasar yang menggerakkan

perilaku seseorang, yaitu motif biologis yang berhubungan dengan kebutuhan

untuk mempertahankan hidup dan motif sosial yang berhubungan dengan

kebutuhan sosial. Sementara Maslow A.H. menggolongkan tingkat motif menjadi

enam, yaitu: kebutuhan fisik, kebutuhan rasa aman, kebutuhan akan kasih sayang,

kebutuhan seks, kebutuhan akan harga diri dan kebutuhan aktualisasi diri (dalam

Mahmud, 1990).

Terlepas dari beberapa definisi tentang motif diatas, tentu kita dapat

menarik suatu kesimpulan bahwa motif adalah suatu dorongan dari dalam diri

individu yang mengarahkan pada suatu aktivitas tertentu dengan tujuan tertentu

pula. Sementara itu motivasi didefinisikan oleh MC. DOnald (dalam Hamalik,

1992) sebagai suatu perubahan energi didalam pribadi seseorang yang ditandai

dengan timbulnya afektif dan reaksi untuk mencapai tujuan. Menurutnya terdapat

tiga unsur yang berkaitan dengan motivasi yaitu:

1. Motif dimulai dari adanya perubahan energi dalam pribadi, misalnya adanya

perubahan dalam sistem pencernaan akan menimbulkan motif lapar.

2. Motif ditandai dengan timbulnya perasaan (afectif arousal), misalnya karena

amin tertarik dengan tema diskusi yang sedang diikuti, maka dia akan

bertanya.

3. Motif ditandai oleh reaksi-rekasi untuk mencapai tujuan. Menurut Terry

(dalam Moekjizat, 1984) motivasi adalah keinginan didalam diri individu yang

mendorong individu untuk bertindak

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan

(37)

bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Dalam konteks studi psikologi, Abin

Syamsuddin Makmun (2003) mengemukakan bahwa untuk memahami motivasi

individu dapat dilihat dari beberapa indikator, diantaranya:

1) Durasi kegiatan;

2) Frekuensi kegiatan;

3) Persistensi pada kegiatan;

4) Ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi rintangan dan

kesulitan;

5) Devosi dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;

6) Tingkat aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;

7) Tingkat kualifikasi prestasi atau produk (out put) yang dicapai dari kegiatan

yang dilakukan; dan

8) Arah sikap terhadap sasaran kegiatan.

(Anonimus, 2011c)

2.2.4. Pendapatan Usahatani

Pada akhirnya usahatani yang dilakukan akan memperhitungkan

biaya-biaya yang telah dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh. Selisih antara

biaya yang dikeluarkan dengan penerimaan yang diperoleh tersebut merupakan

pendapatan dari usahatani yang dijalankan. Tujuan utama dari analisis pendapatan

adalah menggambarkan keadaan sekarang suatu kegiatan usaha dan

menggambarkan keadaan yang akan datang dari perencanaan atau tindakan

(Soeharjo dan Patong, 1973). Analisis pendapatan usahatani sangat bermanfaat

(38)

Analisis pendapatan usahatani memerlukan dua keterangan pokok, yaitu

keadaan penerimaan dan keadaan pengeluaran selama jangka waktu tertentu.

Penerimaan merupakan total nilai produk yang dihasilkan yang diperoleh dari

hasil perkalian antara jumlah output (produk yang dihasilkan) dengan harga

produk tersebut. Sedangkan pengeluaran atau biaya merupakan semua

pengorbanan sumberdaya ekonomi dalam satuan uang yang diperlukan untuk

menghasilkan suatu output dalam suatu periode produksi.

Penerimaan usahatani dapat berbentuk tiga hal yakni (1) hasil penjualan

tunai (seperti tanaman pangan, ternak, ikan dan lain sebagainya); (2) produk yang

dikonsumsi keluarga petani; (3) kenaikan nilai inventaris selisih nilai akhir tahun

dengan nilai awal tahun). Sementara itu, pengeluaran usahatani tani meliputi biaya

tetap dan biaya tidak tetap (variabel). Bentuk pengeluaran dalam usahatani berupa

pengeluaran tunai dan pengeluaran yang diperhitungkan. Pengeluaran tunai adalah

pengeluaran yang dibayarkan dengan menggunakan uang, seperti biaya

pengadaan sarana produksi usahatani dan pembayaran upah tenaga kerja.

Sedangkan pengeluaran yang diperhitungkan adalah pengeluaran yang digunakan

untuk menghitung nilai pendapatan kerja petani apabila nilai kerja keluarga

diperhitungkan.

Analisis pendapatan tunai dan pendapatan total produksi usahatani

merupakan bentuk analisis dalam usahatani yang digunakan untuk melihat

keuntungan relatif dari suatu kegiatan cabang usahtani berdasarkan perhitungan

finansial. Dalam analisis ini dilakukan dua pendekatan, yaitu perhitungan

(39)

tunai dan biaya yang diperhitungkan). Soekartawi (1986) menjelaskan beberapa

istilah yang terkait dengan pengukuran pendapatan usahatani antara lain :

1. Pendapatan kotor usahatani adalah ukuran hasil perolehan total sumberdaya

yang digunakan dalam usahatani. Istilah lain untuk pendapatan kotor usahatani

adalah nilai produksi atau penerimaan kotor usahatani.

2. Pendapatan kotor tunai didefinisikan sebagai nilai mata uang yang diterima

dari penjualan produk usahatani. Pendapatan kotor tunai usahatani tidak

mencakup pinjaman uang untuk keperluan usahatani yang berbentuk benda

dan yang dikonsumsi.

3. Pendapatan kotor tidak tunai adalah pendapatan yang bukan dalam bentuk

uang, seperti hasil panen yang dikonsumsi, hasil panen yang digunakan untuk

bibit atau makanan ternak, untuk pembayaran, disimpan di gudang, dan

menerima pembayaran dalam bentuk benda.

4. Pengeluaran total usahatani didefinisikan sebagai nilai semua input yang habis

terpakai di dalam produksi, tetapi tidak termasuk tenaga kerja keluarga petani.

Pengeluaran usahatani meliputi pengeluaran tunai dan pengeluaran tidak tunai.

5. Pengeluaran tunai adalah pengeluaran berdasarkan nilai uang. Jadi segala

pengeluaran untuk keperluan kegiatan usahatani yang dibayar dalam bentuk

benda tidak termasuk dalam pengeluaran tunai.

6. Pengeluaran tidak tunai adalah nilai semua input yang digunakan namun tidak

dalam bentuk uang. Misalnya nilai barang dan jasa untuk keperluan usahatani

(40)

7. Pendapatan bersih adalah selisih antara pendapatan kotor usahatani dengan

total pengeluaran usahatani. Pendapatan bersih usahatani mengukur imbalan

yang diperoleh keluarga petani akibat dari penggunaan faktor-faktor produksi.

2.3. Kerangka Pemikiran

Masalah paling dasar bagi sebagian besar petani adalah masalah

keterbatasan modal yang dimiliki oleh para petani. Kemampuan petani dalam

mengakses sumber-sumber permodalan sangat terbatas.

Dalam rangka mengatasai masalah tersebut, pemerintah mencanangkan

program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Bantuan dana

PUAP ini disalurkan melalui Gapoktan sebagai lembaga pelaksana yang

dipercaya oleh Departemen Pertanian.

Pelaksanaan program PUAP perlu dievaluasi untuk menilai apakah ada

dampak yang berarti dari pemanfaatan dana bantuan tersebut.

Penilaian dilakukan dengan mengukur tingkat motivasi petani dalam

mengembangkan usahataninya setelah adanya program PUAP. Kemudian

penilaian juga dilakukan dengan melihat indikator keberhasilan PUAP, salah

satunya dengan mengukur tingkat pendapatan anggota Gapoktan PUAP sebelum

dan sesudah adanya program tersebut. Selanjutnya dilakukan penilaian terhadap

kinerja Gapoktan PUAP yang dinilai dari kemampuan Gapoktan dalam mengelola

(41)

Motivasi Petani

pengelolaan dan penyaluran dana PUAP melalui pola pinjaman dilihat dari pihak

Gapoktan sebagai penyalur atau pemberi pinjaman dan dari pihak petani sebagai

peminjam atau pengguna.

Setelah dilakukan evaluasi, kemudian ditarik kesimpulan secara

keseluruhan dan kemudian direkomendasikan saran perbaikan bagi pelaksanaan

[image:41.595.154.549.289.709.2]

program PUAP kedepannya.

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Organisasi Pelaksana

PUAP

Sebelum PUAP Tingkat Pendapatan GAPOKTAN

Dampak PUAP Terhadap Petani Dampak terhadap

Kinerja Gapoktan

Sesudah PUAP Tingkat Pendapatan Kemampuan

Mengelola dan Menyalurkan

Dana PUAP Secara Efektif

Evaluasi dan Saran Perbaikan Pelaksanaan Evaluasi

(42)

Keterangan :

Menyatakan Pengaruh

Menyatakan Perbandingan

2.4. Hipotesis Penelitian

Sesuai dengan identifikasi masalah, maka diambil hipotesis penelitian

yaitu :

Ada perbedaan pendapatan petani dari usaha yang dikembangkannya

(43)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Metode penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu

secara sengaja, berdasarkan pra survey yang dilakukan dengan tujuan-tujuan

penelitian. Daerah ini diangkat menjadi daerah penelitian dengan pertimbangan

bahwa berdasarkan data sekunder yang diperoleh, desa ini merupakan salah satu

desa yang telah memperoleh dana Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) dan telah mengusahakan dan mengembangkan dana Pengembangan

Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) untuk kegiatan agribisnis. Selain itu

Gapoktan Namora yang berada di Desa Kota Datar adalah termasuk yang tertinggi

dalam pemberian jasa/bunga untuk pinjaman dana PUAP di kecamatan Hamparan

[image:43.595.108.517.685.756.2]

Perak. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Data Penerima PUAP Tahun 2008-2009 di Kecamatan Hamparan Perak

No. Nama Desa Nama gapoktan Tahun Penerimaan

BLM PUAP

Jasa (%)

1 Paluh Manan Jaya Bersama 2008 1

2 Selemak Hikmah Tani 2008 1

(44)

4 Sei Baharu Rahmat Tani 2008 2

5 Kota Datar Namora 2009 3

6 Kota Rantang Sinar Tani 2009 1

7 Desa Lama Sepakat Tani 2009 2

Sumber : Data primer (2008-2009), diolah

3.2. Metode Penentuan Sampel

Dalam penelitian ini, sampel yang digunakan adalah para petani di Desa

Kota Datar, Kecamatan Hamparan Perak, Kabupaten Deli Serdang yaitu pada

Gapoktan Namora yang terdiri dari 16 kelompok tani dengan jumlah anggota

kelompok tani sebanyak 1565 anggota. Gapoktan Namora telah memperoleh dana

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP) pada tahun 2009 dan mulai

direalisasikan tahun 2010.

Dalam penyaluran dana BLM PUAP di Gapoktan Namora sudah berjalan

3 priode, yang pertama yaitu penyaluran dana Rp. 100.000.000,- kemudian dari

hasil pengembalian dana tersebut ditambah dengan jasa yang diperoleh, maka

dana tersebut digulirkan kembali kepada petani pemilik, petani penggarap, buruh

tani maupun rumah tangga tani yang membutuhkan.

Dalam hal ini penulis menggunakan metode penentuan sampel yaitu

Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling). Menurut Setiawan

(2005), populasi dibagi ke dalam sub populasi (strata), dengan tujuan membentuk

sub populasi yang di dalamnya membentuk satuan-satuan sampling yang memiliki

nilai variabel yang tidak terlalu bervariasi (relatif homogen).

Jumlah sampel yang diambil sebanyak 30 sampel. Menurut Nazir (2005)

bahwa ukuran sampel yang diterima berdasarkan pada metode penelitian

(45)

Dalam hal ini, yang menjadi populasi adalah petani yang telah menerima

dana BLM PUAP periode I dan periode II di Gapoktan Namora. Sementara yang

akan dijadikan sampel dalam penelitian ini adalah petani yang mengusahakan

budidaya (On-Farm) yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan

peternakan; sedangkan yang non-budidaya (Off-Farm) yaitu industri rumah

tangga pertanian dan pemasaran hasil pertanian skala mikro (bakulan, dll) tidak

diikutsertakan. Sehingga sub populasinya dapat dibagi menjadi tanaman pangan;

hortikultura; perkebunan; dan peternakan.

Sampel penelitian dihitung dengan persamaan Soepomo (1997) yaitu:

Spl Js

N n

× =

Dimana:

Spl = Sampel

n = Jumlah anggota kelompok tani di setiap usaha produktif

N = Total populasi

Js = Besar sampel (30 orang)

1. Spl Js

N n × = 30 61 30× =

= 15

2. Spl Js

N n × = 30 61 20 × = = 10

3. Spl Js

N n × = 30 61 2 × =

= 1

4. Spl Js

(46)

30 61

2

× =

= 1

5. Spl Js

N n

× =

30 61

4 × =

= 2

6. Spl Js

N n

× =

30 61

3 × =

(47)
[image:47.595.115.517.112.246.2]

Tabel 2. Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang

No. Usaha Produktif Priode Jumlah

(Orang)

Penentuan Sampel

1. Tanaman pangan

Periode I

30 15

2. Hortikultura 20 10

3. Perkebunan 2 1

4. Tanaman pangan

Periode II

2 1

5. Hortikultura 4 2

6. Peternakan 3 1

Jumlah 61 30

Sumber : Data Gapoktan Namora (2010-2011), diolah

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah terdiri dari data primer

dan data skunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari hasil pengamatan,

wawancara, dan hasil pengumpulan data secara langsung kepada petani dengan

menggunakan alat bantu kuisioner. Sedangkan data skunder adalah data yang

diperoleh dari buku, literatur, dan lembaga atau instansi yang terkait dengan

penelitian ini.

3.4. Metode Analisa Data

Identifikasi Masalah 1, Bagaimana proses penyaluran dana Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP)? Dianalisis secara deskriptif

dengan cara menjelaskan proses-proses yang dilakukan dalam pelaksanaan

Program Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP). Data-data kualitatif

diperoleh dari hasil wawancara dengan pengurus Gapoktan dan data-data

sekunder didapat dari pihak yang bersangkutan.

(48)

dapat dilihat dari kemampuannya dalam mengelola dan menyalurkan dana PUAP

secara efektif berdasarkan kriteria penilaian baik dilihat dari pihak Gapoktan

sendiri maupun dilihat dari pengguna dana PUAP, dalam hal ini adalah petani.

Efektivitas penyaluran dana PUAP dari pihak Gapoktan dapat dilihat dari

beberapa tolok ukur, antara lain : (1) target dan realisasi pinjaman; (2) jangkauan

pinjaman; (3) frekuensi pinjaman; (4) persentase tunggakan; dan (5) pembentukan

LKM-A (Lembaga Keuangan Mikro-Agribisnis). Pengolahan data dilakukan

secara kualitatif. Data-data kualitatif diperoleh dari hasil wawancara dengan

pengurus Gapoktan dan data-data sekunder didapat dari pihak yang bersangkutan.

Efektivitas penyaluran dana PUAP berdasarkan tanggapan dari pengguna

(petani) dana PUAP dapat dianalisis menggunakan sistem pemberian skor

penilaian keefektivan yang kemudian diuraikan secara deskriptif. Penentuan skor

tersebut akan menggunakan skala Likert jenjang tiga. Pengukurannya dilakukan

dengan menghadapkan seorang responden pada beberapa pernyataan, yaitu: 1)

persyaratan awal; 2) prosedur; 3) realisasi pinjaman; 4) biaya administrasi; 5)

tingkat bunga; 6) pelayanan; dan 7) jarak atau lokasi, kemudian responden

tersebut diminta untuk memberikan tanggapan yang mempunyai skor 1- 3, yaitu:

tiga (3) untuk jawaban yang paling mendukung (seperti: Mudah; Cepat; Murah;

Rendah; Baik; dan Dekat); dua (2) untuk jawaban Sedang; dan satu (1) untuk

jawaban yang tidak mendukung (seperti: Sulit; Lama; Mahal; Tinggi; Buruk; dan

Jauh).

Nilai skor yang diperoleh adalah antara 210-630. Nilai skor 210 didapat

dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan

(49)

atau dapat ditulis (1x 7 x 30 = 210). Sedangkan nilai skor 630 diperoleh dari hasil

pengalian skor tertinggi (3) dengan jumlah parameter yang digunakan (7) dan

dengan jumlah responden (30) atau dapat ditulis dengan (3 x 7 x 30 = 630).

Berdasarkan perolehan skor dari responden, selanjutnya ditentukan

rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas penyaluran dana PUAP.

Selang diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor

minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban (Umar, 2005).

Selang

kategori Jumlah

Minimal Nilai

Maksimal

Nilai

=

Sehingga dapat ditulis dengan:

Selang = 3

210

630−

= 140

Berdasarkan perolehan nilai selang, selanjutnya ditentukan skor efektivitas

penyaluran dana PUAP dengan cara membagi tiga skor diantara total nilai

minimal sampai total nilai maksimal hingga diperoleh tiga selang efektivitas.

Nilai 140 merupakan selang untuk setiap tingkat penilaian. Dari nilai

selang tersebut, dapat ditentukan rentang skala tiap kategori penilaian. Penilaian

tanggapan responden terhadap penyaluran dana PUAP akan dibagi ke dalam tiga

kategori, yaitu efektif, cukup efektif, dan tidak efektif. Skala rentang penilaian

yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Skala Skor Penilaian Efektivitas

Kategori Penilaian Rentang Skala

Belum efektif 210-350

Cukup efektif 351-490

Efektif 491-630

Berdasarkan Tabel 3, dapat dijelaskan bahwa jika total skor berada pada

(50)

dikatakan belum efektif. Jika total skor berada pada rentang nilai antara 351-490,

maka penyaluran pinjaman dana PUAP dapat dikatakan cukup efektif. Sementara

itu, apabila total skor berada pada rentang nilai antara 491-630, maka penyaluran

pinjaman dana PUAP dapat dikatakan efektif.

Identifikasi Masalah 3, Bagaimana tingkat motivasi petani dalam mengembangkan usahanya setelah menerima dana BLM PUAP? dapat dianalisis

menggunakan sistem pemberian skor dan kemudian diuraikan secara deskriptif.

Penentuan skor tersebut akan menggunakan skala Likert jenjang tiga, dengan nilai

masing-masing: meningkat (skor 3); tetap/tidak meningkat (skor 2); dan menurun

(skor 1).

Dalam hal ini diberikan 5 parameter, yaitu: (1) durasi kegiatan; (2)

frekuensi kegiatan; (3) ketabahan, keuletan dan kemampuan dalam mengahadapi

rintangan dan kesulitan; (4) pengorbanan untuk mencapai tujuan; dan (5) tingkat

aspirasi yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan. Masing-masing

mempunyai nilai tertinggi 3 dan nilai terendah 1.

Nilai skor yang diperoleh adalah antara 150 - 450. Nilai skor 150 didapat

dari hasil pengalian skor terendah (1) dengan jumlah parameter yang digunakan

yaitu lima dan dengan jumlah responden yang telah ditentukan (30 responden),

atau dapat ditulis (1x 5 x 30 = 150). Sedangkan nilai skor 450 diperoleh dari hasil

pengalian skor tertinggi (3) dengan jumlah parameter yang digunakan lima dan

dengan jumlah responden (30) atau dapat ditulis dengan (3 x 5 x 30 = 450).

Penentuan selang untuk setiap tingkat penilaian dilakukan dengan cara

pengurangan antara nilai skor maksimum dengan nilai skor minimum yang

(51)

dengan

3 150 450−

= 100. Nilai 100 merupakan selang untuk setiap tingkat

penilaian. Dari nilai selang tersebut, dapat ditentukan rentang skala tiap kategori

[image:51.595.116.513.198.257.2]

penilaian. Skala rentang penilaian yang diperoleh dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Skala Skor Penilaian Efektivitas

Kategori Penilaian Rentang Skala

Motivasi rendah 150-250

Motivasi sedang 251-350

Motivasi tinggi 351-450

Berdasarkan Tabel 4, dapat dijelaskan bahwa jika total skor berada pada

rentang nilai antara 150-250, maka tingkat motivasi petani setelah adanya dana

BLM PUAP masih rendah. Jika total skor berada pada rentang nilai antara

251-350, maka tingkat motivasi petani setelah adanya dana BLM PUAP dapat

dikatakan sedang atau tetap. Sementara itu, apabila total skor berada pada rentang

nilai antara 351-450, maka motivasi petani dalam mengembangkan usahanya

setelah menerima dana BLM PUAP dapat dikatakan tinggi.

Hipotesis, Apakah ada perbedaan pendapatan petani dari usaha yang dikembangkannya setelah mendapat dana BLM PUAP dengan sebelum mendapat

dana BLM PUAP? Dijelaskan dengan uji statistik t-hitung untuk berpasangan,

dengan Formulasinya sebagai berikut :

n

d

/

hitung

t

S

o

d d

=

; db = n – 1

Dimana:

o

d

d

-

= Rata-rata tingkat pendapatan setelah ada dana pinjaman -

sebelum ada dana pinjaman.

Sd = Standar deviasi

(52)

db = Derajat Bebas (Walpole, 1995)

Pendapatan usahatani :

I = TR – TC

Dimana:

I = Pendapatan Usahatani

R = Total Penerimaan

TC = Total Biaya

Penerimaan usaha tani dapat diperoleh dengan formula:

TRi = Yi x Py

Dimana:

TRi = Total Penerimaan

Yi = Produksi yang diperoleh dalam suatu usaha tani i

Py = Harga Y

Biaya usaha tani dapat diperoleh dengan formula:

TC = FC + VC

Keterangan :

TC = Total Biaya

FC = Biaya Tetap

VC = Biaya Tidak Tetap.

(Soekartawi, 1995)

Hipotesis awal yaitu menunjukkan tidak ada perbedaan tingkat pendapatan

(53)

menunjukkan adanya perbedaan tingkat pendapatan sebelum dan sesudah adanya

program PUAP. Hipotesis tersebut dapat dinyatakan sebagai berikut :

H0 : μ1 = μ2 atau μD = μ1- μ2 = 0

H1 : μ2 > μ1 atau μD = μ2 - μ1 > 0

Dimana :

μ1 = Pendapatan usaha sebelum mendapatkan pinjaman

μ2 = Pendapatan usaha setelah mendapatkan pinjaman

Kriteria Uji :

Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1, α = 0.05

Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1, α = 0.05

Penggunaan alpha sebesar 5% dalam uji statistik t-hitung sesuai dengan

kebutuhan peneliti yang juga didasarkan pada pernyataan Usman, dkk (2008),

bahwa dalam penelitian sosial, besarnya alpha yang digunakan dapat bernilai 1%

atau 5%. Penentuan besarnya alpha tersebut tergantung kepada peneliti. Hasil

pengolahan data kemudian diinterpretasikan secara deskriptif.

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam

penelitian ini, maka diberikan beberapa defenisi dan batasan operasional.

3.5.1. Defenisi

1. Pengembangan Usaha Agribisnis di Perdesaan yang selanjutnya di sebut

PUAP adalah bagian dari pelaksanaan program PNPM-Mandiri melalui

bantuan modal usaha dalam menumbuhkembangkan usaha agribisnis sesuai

(54)

2. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri yang selanjutnya di

sebut PNPM-Mandiri adalah program pemberdayaan masyakarat yang

ditujukan untuk mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesempatan kerja.

3. Agribisnis adalah rangkaian kegiatan usaha pertanian yang terdiri atas 4

(empat) sub-sistem, yaitu (a) subsistem hulu yaitu kegiatan ekonomi yang

menghasilkan sarana produksi (input) pertanian; (b) subsistem pertanian

primer yaitu kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi yang

dihasilkan subsistem hulu; (c) subsitem agribisnis hilir yaitu yang mengolah

dan memasarkan komoditas`pertanian; dan (d) subsistem penunjang yaitu

kegiatan yang menyediakan jasa penunjang antara lain permodalan,

teknologi dan lain-lain.

4. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah

yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan asal-usul adat istiadat setempat yang diakui dan

dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan RI (sebagaimana

tercantum pada Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa).

Dalam pelaksanaan PUAP yang dimaksud dengan desa termasuk didalamnya

adalah Kelurahan (Kota), Nagari (Sumatera Barat), Kampung (Papua dan

Papua Barat).

5. Desa Miskin adalah desa yang secara ekonomis pendapatan per kapitanya per

tahun berada dibawah standar minimum pendapatan per kapita nasional dan

(55)

6. Perdesaan adalah kawasan yang secara komparatif memiliki keunggulan

sumberdaya alam dan kearifan lokal (endogeneous knowledge) khususnya

pertanian dan keanekaragaman hayati.

7. Petani adalah perorangan warga negara Indonesia beserta keluarganya atau

korporasi yang mengelola usaha di bidang pertanian yang meliputi usaha

hulu, usaha tani, agroindustri, pemasaran dan jasa penunjang.

8. Kelompok Tani (Poktan) adalah kumpulan petani/peternak yang dibentuk atas

dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi,

sumber daya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha

anggota.

9. Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) PUAP adalah kumpulan beberapa

Kelompok Tani yang bergabung dan bekerja sama untuk meningkatkan skala

ekonomi dan efisiensi usaha.

10. Usaha Produktif adalah segala jenis usaha ekonomi yang dilakukan oleh

petani/kelompok tani di perdesaan dalam bidang agribisnis yang mempunyai

transaksi hasil usaha harian, mingguan, bulanan, musiman maupun tahunan.

11. Penyuluh Pendamping adalah penyuluh pertanian yang ditugaskan oleh

Bupati/Walikota atau pejabat yang ditunjuk untuk mendampingi petani,

kelompok ta

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
Tabel 1. Data Penerima PUAP Tahun 2008-2009 di Kecamatan Hamparan Perak
Tabel 2.  Jumlah Populasi dan Sampel Penelitian Di Desa Kota Datar Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang
Tabel 4. Skala Skor Penilaian Efektivitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Untuk menghindari hal tersebut sangat di sarankan anda tidak terlalu sering melakukan refresh, dan jika anda harus melakukannya seperti saat kita merename folder atau file

Kerja sama antar karyawan dalam perusahaan terjalin dengan solid dan teratur sehingga mampu mengerjakan pekerjaan sesuai dengan job description .Budaya organisasi yang

Membuktikan bahwa hipotesis alternative (Ha) diterima yaitu penerapan model pembelajaran berbasis proyek menunjukkan bahwa adanya peningkatan nilai rata- rata siswa

Alternatif teknologi proses pengolahan dan pengemasan produk pangan lokal yang dapat diterapkan untuk pengembangan produk pangan darurat ini antara lain pengalengan,

Diperoleh informasi bahwa sekolah SMK Muhammadiyah 3 Singosari telah menerapkan Kurikulum 2013 baik yang lama ataupun revisi yang menekankan proses pembelajaran berpusat

Seiring dengan perkembangan teknologi, peserta didik usia SMP memiliki kecenderungan berhubungan dengan smartphone. Dari hasil pengamatan, penggunaan smartphone

 Bumi,bulan &amp; matahari berada dalam satu garis lurus.  Bulan menghalang cahaya matahari sampai ke bumi.  Sebahagian bumi mengalami gerhana penuh manakala. yang lain

Berdasarkan pembahasan diatas menunjukkan bahwa praktek pembiayaan yang berbasis jual-beli menggunakan akad murabahah sudah sesuai dengan prinsip-prinsip syariah