TELEVISI SEBAGAI MEDIA INFORMASI ANAK
(
Studi Deskriptif Tentang Fungsi Televisi Sebagai Media informasi Bagi Anak di SD Melati Komplek Marelan Medan)Diajukan Oleh : MAULANA ANTASARI
060922042
DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI (EKSTENSION)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
KATA PENGANTAR
Bissmilahirrahmanirrahim Assalamu’alaikum wr. wb
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa penulis panjatkan kepada nabi besar Muhammad SAW yang senantiasa kita harapkan syafaatnya di yaumil akhir.
Adapun judul dari penelitian ini adalah “Televisi Sebagai Media
Informasi Anak” (Studi Deskriptif Tentang Fungsi Televisi Sebagai Media Informasi Bagi Anak di SD Swasta Melati Komplek Marelan Medan)”. Penelitian ini dilakukan untuk melengkapi salah satu persyaratan yang harus ditempuh dalam menyelesaikan studi Strata 1 (S1) pada program studi Ilmu Komunikasi FISIP di Universitas Sumatera Utara (USU).
Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini adalah karena adanya motivasi, masukan serta kritikan yang penulis peroleh dari berbagai pihak, oleh
karena itu penulis pertama kali menyampaikan terima kasih kepada Ayahanda dan Ibunda Tercinta yang telah berkorban untuk anaknya sampai saat ini dan mendukung penulis baik secara moril dan materil. Tidak lupa juga penulis
ucapkan terima kasih untuk kakakku Lisa Ferbasari, S.Pd dan adikku tersayang Tri Artha Rina telah memberikan support dan motivasi kepada penulis sampai
skripsi ini selesai.
Penghargaan yang tak ternilai penulis sampaikan kepada : 1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA, selaku Dekan FISIP USU.
3. Ibu Dra. Mazdalifah, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah membagikan
pengetahuan melalui penyusunan skripsi, terima kasih untuk saran, kritik serta waktu luang yang diberikan hingga penyelesaian skripsi ini.
4. Ibu Dra. Dewi Kurniawati, M. Si, selaku dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU
yang telah membantu perkuliahan penulis dan nasehatnya, terima kasih ibu. 5. Seluruh Dosen Ilmu Komunikasi FISIP USU, terima kasih telah membimbing
penulis dalam perkuliahan.
6.. Kak Icut, Rotua dan Maya, yang telah membantu seluruh urusan akademis penulis di kantor Jurusan Ilmu Komunikasi, terima kasih.
7. Kak Ros selaku staf akademik yang telah membantu urusan bidang akademik kepada penulis.
8. Pak Poniman selaku Kepala Sekolah SD Swasta Melati Pasar III Marelan Medan yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan penelitian di sekolah SD Swasta Melati. Terima kasih telah mencarikan dan memberikan
data kepada penulis.
9. Kepada ibu Syahrina yang telah membantu penulis menyebarkan kuesioner dan
turut membantu dan tidak lupa juga seluruh staf dan guru SD Swasta Melati, terima kasih yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk melakukan penelitian.
10. Teman-temanku yang terbaik yang selalu ngumpul dikala kita senang dan duka : Bobby Johari, Mustafa, Yusrizal alias Koche, tri yuwono, liston ismail
11. Teman-temanku yang selalu bersama : Peni, Habibie, Lena, Inne dan Haulian
Fitri alias Batman terima kasih ya untuk selama ini telah mensupport penulis dan jangan lupa teruskan semangat kalian untuk mengerjakan skripsi, jangan malas-malas ya. Buat Ruth Sylvia yang selalu baik ama penulis, jangan lupa
ya dengan penulis walaupun pastinya juga berpisah.
12. Teman-teman kost Ku yang sudah memberikan motivasi dan bantuan bagi
penulis untuk menyelesaikan skripsi, Aan, Bang Maliki, Bang Ipan, Bang Udin, Agus, Bang Dedi, Bang Hasrul, Marco, Harley, terutama untuk Dika terima kasih banyak telah membantu ku.. Sukses untuk kalian semua.
13. Sahabatku Nurmareta yang berada di Jakarta yang akhirnya juga selesai skripsinya, terima kasih telah mensupport aku walaupun kita sudah jauh.
Semoga kita dapat bersama lagi.
14. Seluruh teman-teman Ilmu Komunikasi Extension stambuk 2006 dan 2007, terima kasih telah menjadi tempat berbagi cerita, informasi kuliah, masukan,
saran dan waktu ngumpul untuk tertawa.
Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk
kesempurnaan skripsi ini, karena penulis menyadari bahwa masih banyak yang harus dibenahi dan masih jauh dari sempurna penulisan skripsi ini.
Hanya Allah-lah sumber segala kesempurnaan. Semoga kebaikan dan
kesabaran semua pihak yang telah membantu dinilai ibadah di sisi-Nya. Amiin.
Billahitaufik walhidayah Wassalamu’alaikum wr. wb
Penulis,
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Televisi Sebagai Media Informasi Anak” dengan perumusan masalah bagaimana fungsi televisi sebagai media informasi anak di SD Melati komplek Marelan Pasar III Medan.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui fungsi televisi sebagai media informasi anak. dan untuk mengetahui pola menonton televisi pada anak SD.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi. dengan analisa tabel tunggal yang mana menggunakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.
Sampel yang digunakan sebanyak 48 murid SD Swasta Melati Pasar III Marelan dari kelas III s/d V dengan teknik Stratified Random Sampling dan Simpel Random Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, internet serta penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para murid untuk dijadikan responden.
Analisa data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal yaitu membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa tabel tunggal menggunakan tabulasi data untuk memindahkan variabel responden ke Foltron Cobol dengan menggunakan SPSS versi 15.0.
DAFTAR ISI
1.2. Perumusan Masalah……….. 4
1.3. Pembatasan Masalah ………. 5
1.5.2. Televisi Sebagai Media Informasi Anak………... 8
1.6. Kerangka Konsep ……… 10
1.7. Model Teoritis ……….. 11
1.8. Operasional Variabel……… 11
1.9. Definisi Operasional ……… 12
1.9.1. Metodologi Penelitian ………. 14
BAB II URAIAN TEORITIS ………..… 14
2.1. Sejarah Televisi ……….…. 14
2.2. Fungsi Televisi ………. 21
2.3. Televisi Sebagai Media Informasi Anak ……….… 23
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ……….… 32
3.1. Metodologi Penelitian ……… 32
3.2. Lokasi Penelitian ………. 32
3.3. Populasi dan Sampel ……… 33
3.4. Teknik Pengambilan Sampel……… 34
3.5. Teknik Pengumpulan Data ……….. 35
3.6. Teknik Analisis Data ……….. 36
3.7.2. Potensi Fisik SD Swasta Melati Marelan ……….. 39
3.7.2.1. Potensi Fisik ……… 39
3.7.2.2. Potensi Personal ………..….. 40
3.7.3. Sistematika Pengajaran di SD Swasta Melati ………..…. 42
3.7.4. Visi dan Misi SD Swasta Melati Marelan ..…………..….. 43
3.7.5. Prestasi yang Diraih Oleh SD Swasta Melati ………..…. 44
3.7.6. Struktur Organisasi SD Swasta Melati Marelan… .……..… 44
BAB IV ANALISA DATA……… 45
4.1. Pengumpulan dan Pengumpulan Data ………….……… 45
4.1.1. Tahap Awal……… 45
4.1.2. Pengumpulan Data ……… 45
4.2. Proses Pengolahan Data……….. 46
4.2.1. Penomoran Kuesioner ……… 46
4.2.2. Editing ………. 46
4.2.3. Coding ……….. 46
4.2.4. Inventarisasi Variabel ……….. 47
4.2.5. Tabulasi Data ……… 47
4.3. Analisa Tabel Tunggal ……….……… 47
4.4. PEMBAHASAN……….... .. 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN………66
5.1. KESIMPULAN ……… 66
5.2. SARAN………. 67 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Tabel
Halaman
1.
Operasional variabel ………. 122. Populasi Murid SD Swasta Melati Tahun 2007 …..………. 33
3. Teknik penarikan sampel ……….. 35
4. Fasilitas dan sarana penunjang di SD Swata Melati……….. 40
5. Staf pengajar dan staf SD Swasta Melati ……….. 41
6. Jumlah siswa SD Swasta Melati Marelan……….. 42
7. Usia responden ………. 47
8. Jenis Kelamin ……… 48
9. Kelas ………. 48
10. Pekerjaan orang tua ………. 49
11. Aktivitas di luar sekolah ………. 49
12. Penghasilan orang tua ……….. 50
13. Frekuensi menonton TV ……….. 51
14. Menunjang/tidak menunjang ilmu pengetahuan ……… 52
15. Televisi memberikan ilmu pengetahuan ……….. 53
16. Televisi memberikan ragam info ………. 54
17. TV menggali ide dan pengetahuan ……….. 55
18. Jenis acara yang dapat menggali ide dan pengetahuan ……… 56
19. Isi acara yang dapat memberikan inspirasi ………. 57
20. Televisi membantu/tidak dalam memahami suatu pengertian ………… 58
21. Televisi dapat membantu merangsang belajar ………. 59
DAFTAR BAGAN
Bagan
Halaman
1.
Model teoritis ………... 11DAFTAR LAMPIRAN
1. Surat penelitian dari Fakultas Ilmu Sosial daan Ilmu Politik Departemen Ilmu komunikasi Universitas Sumatera Utara yang ditujukan kepada
kepala sekolah SD Swasta Melati Marelan Pasar III Medan.
2. Surat telah menyelesaikan penelitian di SD Swasta Melati Marelan Pasar
III Medan. 3. Kuesioner
4. Tabel Foltron Cobol
ABSTRAKSI
Penelitian ini berjudul “Televisi Sebagai Media Informasi Anak” dengan perumusan masalah bagaimana fungsi televisi sebagai media informasi anak di SD Melati komplek Marelan Pasar III Medan.
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui fungsi televisi sebagai media informasi anak. dan untuk mengetahui pola menonton televisi pada anak SD.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi. dengan analisa tabel tunggal yang mana menggunakan suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan persentase untuk setiap kategori.
Sampel yang digunakan sebanyak 48 murid SD Swasta Melati Pasar III Marelan dari kelas III s/d V dengan teknik Stratified Random Sampling dan Simpel Random Sampling. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah penelitian kepustakaan dengan menggunakan buku-buku, internet serta penelitian lapangan dengan menyebarkan kuesioner kepada para murid untuk dijadikan responden.
Analisa data yang digunakan adalah analisa tabel tunggal yaitu membagi-bagikan variabel penelitian kedalam kategori-kategori yang dilakukan atas dasar frekuensi. Analisa tabel tunggal menggunakan tabulasi data untuk memindahkan variabel responden ke Foltron Cobol dengan menggunakan SPSS versi 15.0.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Televisi merupakan media massa modern, yang berbeda dengan media
massa lainnya. Semua media komunikasi yang ada, televisi memiliki pengaruh yang besar pada kehidupan manusia. Hal ini disebabkan sebagian masyarakat di muka bumi ini memiliki televisi di rumahnya.
Menurut Ardianto & Komala (2004 : 125) menyatakan : Dengan melihat tayangan televisi mereka mendapatkan pengetahuan, hiburan, berita dan iklan.
Dalam sebuah penelitian, manusia dapat menghabiskan waktu tujuh jam dalam sehari untuk menonton televisi.
Televisi memiliki kelebihan, yakni dapat didengar sekaligus dapat dilihat
(audio visual). Jadi, apabila khalayak radio siaran hanya mendengar kata-kata, musik dan efek suara, maka khalayak televisi dapat melihat gambar yang
bergerak. Namun demikian, tidak berarti gambar lebih penting daripada kata-kata. Keduanya harus ada kesesuaian secara harmonis. Betapa menjengkelkan bila acara televisi hanya terlihat gambarnya tanpa suara, atau suara tanpa gambar. Seiiring berkembangnya zaman, televisi mengalami perkembangan yaitu adanya
pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh pelosok negeri dalam bantuan satelit dan diterima langsung pada layar televisi di
Televisi sebagai media yang sangat populer, disebabkan televisi bersifat
langsung dan nyata dan juga menunjukkan banyak hal dan segi. Dan disinilah televisi mempunyai fungsi. Fungsi televisi sama dengan fungsi media massa lainnya seperti surat kabar dan radio siaran), yakni memberi informasi, televisi
berfungsi melayani masyarakat akan informasi. Fungsi mendidik, fungsi kedua dari televisi ialah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (mass education),
televisi memuat gambar dan tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak bertambah pengetahuannya. Fungsi menghibur, hal-hal yang bersifat hiburan sering disiarkan di televisi untuk mengimbangi berita-berita yang
berbobot. Isi televisi yang bersifat hiburan bisa berbentuk reality show, gossip, sinetron dan yang lainnya. Fungsi mempengaruhi, Fungsi yang keempat ini, yakni
fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan televisi memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat.
Penelitian ini yang menjadi fokus penelitian yaitu fungsi menyiarkan
informasi. Fungsi informasi inilah khalayak terutama anak-anak dapat menambah pengetahuannya tentang dunia pendidikan mereka. Dengan memperoleh informasi
inilah semuanya tersaji.
Televisi senantiasa berusaha pula menyajikan tentang banyak hal berkaitan dengan hidup dan kehidupan. Mulai dari peristiwa maling kelas teri, korupsi kelas
kakap, sampai pada kejadian mendaratnya beberapa orang penghuni bumi di Bulan. Semuanya tersaji dalam rangkaian program televisi. Berita-berita yang
dengan norma dan etika yang berlaku dan mengapa cerita serta adegan itu dibuat
dan disajikan.
Langkah yang sangat bijak yang telah dilakukan oleh penyelenggara siaran televisi adalah sebelum materi tayangan itu disajikan, diawali dengan
pemberitahuan bahwa cerita itu merupakan cerita fiksi atau khayalan belaka. Disinilah penonton terutama anak-anak diminta untuk mengambil intisarinya.
Disini diperlukan pula peran orang tua dan yang lebih dewasa untuk memberikan penjelasan kepada anak-anak secara tepat, tetapi bijaksana.
Darwanto menjelaskan, bahwa Greenfield menyatakan : “ menonton
televisi banyak didominasi oleh anak-anak dari sinilah menonton televisi dapat menjadi suatu kegiatan pasif yang mematikan apabila orang tua tidak
mengarahkan apa-apa yang boleh dilihat oleh anak-anak mereka dan sekaligus mengajar anak-anak itu untuk menonton secara kritis serta belajar dari apa-apa yang mereka tonton ”.
Selanjutnya Hurlock mengatakan : bagi kebanyakan anak, waktu yang digunakan untuk menonton televisi melebihi proporsi jumlah waktu yang
digunakannya bagi bentuk bermainnya. Murray memberi komentar mengenai berapa banyak waktu yang dihabiskan anak pra sekolah untuk menonton televisi : “rata-rata anak prasekolah menghabiskan setengah dari waktu kerja orang dewasa
selama seminggu untuk duduk di depan layar televisi”. (Hurlock, 1997 : 342). Televisi berperan sebagai media informasi anak, yang mana televisi harus
suatu pengertian yang sebelumnya belum pernah dialami, serta merangsang untuk
menumbuhkan hasrat dan menggali hubungan dengan kegiatan dengan kegiatan sekitar.
Anak-anak yang dimaksud juga biasanya terdiri atas dua bagian yaitu
masa kanak-kanak dini (2 sampai 6 tahun) adalah usia prasekolah atau “prakelompok”. Anak itu berusaha mengendalikan lingkungan dan mulai belajar
menyesuaikan diri secara sosial. Akhir masa kanak-kanak 6 sampai 13 tahun pada anak perempuan dan 14 tahun pada anak laki-laki) adalah periode dimana terjadi kematangan seksual dan masa remaja dimulai. Perkembangan utama ialah
sosialisasi, ini merupakan usia sekolah atau “usia kelompok”. (Hurlock, 1997 : 38)
Penelitian ini memfokuskan perhatiannya pada anak-anak usia 6 – 13 tahun. Berdasarkan pra penelitian yang telah dilakukan yang menunjukkan bahwa intensitas anak-anak SD menonton TV cukup tinggi, memiliki prestasi akademik
yang tinggi.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, peneliti tertarik untuk meneliti
bagaimana fungsi televisi sebagai media informasi anak di SD melati Marelan Pasar III Medan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1.3. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari ruang lingkup penelitian yang terlalu luas dan mengambang, maka penulis memberikan batasan permasalahan agar lebih spesifik dan jelas.
Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu untuk mengetahui fungsi
televisi sebagai media informasi anak di SD Melati Komplek Marelan Pasar III Medan.
2. Penelitian ini ditujukan kepada murid kelas 3 sampai kelas 5 di SD Melati
Komplek Marelan Pasar III Medan.
3. Penelitian ini dilakukan selama bulan April-Juni 2008.
1.4. Tujuan dan Mamfaat Penelitian 1.4.1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui fungsi televisi sebagai media informasi anak.
2. Untuk mengetahui pola menonton televisi pada anak SD.
1.4.2. Manfaat Penelitian
1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah dan memperkaya khasanah bacaan di Jurusan Ilmu Komunikasi Mahasiswa
FISIP USU Medan.
1.5. Kerangka Teori
Setiap penelitian memerlukan teori sebagai dasar untuk menjelaskan berbagai fenomena-fenomena yang penting dalam bidang yang diteliti. Kerlinger menyebutkan, teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi
yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut
(Rakhmat, 2004 : 6).
Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka
teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001:39).
Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah fungsi televisi dan televisi sebagai media informasi anak.
1.5.1. Fungsi Televisi
Televisi dalam bahasa inggris adalah television diartikan dengan melihat jauh. Melihat jauh disini diartikan dengan gambar dan suara yang diproduksi di suatu tempat lain melalui sebuah perangkat penerima/televisi set (wahyudi).
Menurut definisi diatas televisi merupakan salah satu media komunikasi
massa yang dapat menampilkan gambar untuk dipertunjukkan kepada khalayak melalui tempat yang berbeda sehingga khalayak dapat melihat secara serempak
ataupun bersamaan.
a. Fungsi menyiarkan informasi
Fungsi yang pertama dan utama inilah televisi dapat menyiarkan informasi kepada khalayak. Khalayak yang menonton memerlukan informasi mengenai berbagai hal yaitu mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau
pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan orang lain dan lain sebagainya. Acara-acara yang bersifat informatif
seperti berita, dokumenter, wawancara, diskusi dan features dapat dimanfaatkan untuk menunjang pengetahuan bagi khalayak terutama anak-anak. Dari acara-acara inilah banyak sekali butir-butir pengetahuan
terutama pengetahuan umum yang berfaedah. Jenis acara tersebut juga dapat dijadikan pendorong untuk menghaluskan perasaan anak agar
memahami dunia sekitar. Isi televisi harus memberikan ide bagi anak di balik program acara tersebut dan dapat memberikan penjelasan mengenai kata-kata asing dan informasi yang didapat.
b. Fungsi mendidik
Fungsi kedua ini ialah mendidik. Sebagai sarana pendidikan massa (mass
education), televisi memuat gambar dan tulisan yang mengandung pengetahuan, sehingga khalayak bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita dan dalam bentuk
yang lainnya yang mengandung aspek pendidikan. Tetapi kita tidak mungkin juga menuntut semua bentuk program acara mempunyai nilai
c. Fungsi Menghibur
Hal-hal yang bersifat hiburan sering disiarkan di televisi untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot. Isi televisi yang bersifat hiburan bisa berbentuk reality show, gossip, sinetron dan yang lainnya. Maksud
pemuatan isi yang mengandung hiburan, semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah khalayak disajikan acara-acara yang berat.
d. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi yang keempat ini, yakni fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan televisi memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi
mempengaruhi yang didalam televisi ini biasanya terdapat pada iklan-iklan yang dipesan oleh agen-agen iklan tersebut.
1.5.2. Televisi sebagai media informasi Anak
Televisi menggabungkan hal-hal yang menarik di setiap program acaranya untuk menyiarkan informasinya. Disinilah anak-anak termotivasi untuk mengikuti apa yang dilihat di layar televisi.
Semula dinilai bahwa televisi siaran kurang bermamfaat dalam dunia pendidikan, hal ini mengingat biaya operasionalnya cukup mahal, tetapi kemudian muncul pendapat-pendapat yang berlawanan, yang menyatakan bahwa televisi
sebagai media massa sangat bermanfaat dalam memajukan pendidikan suatu bangsa.
berpikirnya, maka tidak pantaslah kalau dalam waktu relatif singkat televisi telah
menempati jajaran teratas dari jajaran media massa.
Menurut pendapat DR. Jack Lyle, Director of Communication Institute The West Center, menyatakan sebagai berikut :
Bahwa televisi untuk kita sebagai “jendela dunia”, apa yang kita lihat melalui jendela ini, sangat membantu dalam mengembangkan daya kreasi kita.
(Darwanto, 2005 : 118). Disinilah televisi memegang peranan penting disini untuk menyiarkan informasinya.
Jelas sekali dari penjelasan diatas, bahwa televisi mampu memberikan
apresiasi kepada khalayak penonton. Sebagai media audio visual penyajian acaranya lebih menekankan kepada bahasa visual, meskipun tidak berarti
mengabaikan masalah auditif, walaupun yang bersifat auditif itu hanya sebagai kelengkapan penjelasan, bagi hal-hal yang belum atau tidak nampak pada gambar.
Hal ini berarti audio visual dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang
baru sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, atau dapat memberikan “pengalaman semu” atau Simulated Experience.
Simulated experience ini misalnya :
1.Melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.
2.Berjumpa dengan seseorang yag sebelumnya belum pernah dijumpai.
3.Datang ke suatu tempat yang belum pernah dijumpai.
Dengan hal-hal seperti tersebut diatas, menyebabkan anak perasaannya
terlibat ke dalam pengalaman aktual.
media audio visual, akan mendapatkan informasi sebesar 10 % dari informasi
yang pernah diperoleh sebelumnya, ini sebagai akibat timbulnya pengalaman tiruan (Simulated Experience) dari media audio visual tadi. Pengalaman tiruan yang didapat justru akan memberikan kesan yang mendalam bagi penonton, dan
inilah salah satu karakteristik media televisi yang sangat baik dimamfaatkan untuk merencanakan program siaran, khususnya program siaran pendidikan, sebab akan
membuat khalayak penonton tertarik pada hal-hal yang baru serta mempunyai keinginan untuk mengetahui hal-hal yang lebih banyak, dampak yang demikian ini merupakan gejala kejiwaan, dimana khalayak merasakan adanya perubahan
emosinya, termasuk didalamnya berkenaan dengan kesenangan, kesedihan, kegembiraan, kesusahan, kegusaran, percintaan dan sebagainya.
1.6. Kerangka Konsep
Kerangka sebagai hasil pemikiran yang rasional merupakan uraian yang
bersifat dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang dicapai. Untuk itu kerangka konsep dapat berupa teori-teori baru yang akan diuji atau
pengembangan teori-teori yang sudah ada dan bahkan berupa kemungkinan-kemungkinan implementasi hasil penelitian bagi kehidupan nyata. Perumusan kerangka konsep itu merupakan bahan yang akan menuntut dalam merumuskan
hipotesis penelitian. (Nawawi, 2001 : 40).
Kerangka konsep disusun sebagai perkiraan teoritis dan hasil yang akan
dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel, yaitu fungsi televisi
sebagai media informasi anak bagi murid-murid SD Melati
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
- Fungsi televisi sebagai media informasi: bagaimana fungsi televisi berperan
sebagai media informasi bagi anak dan televisi juga mampu meningkatkan kemampuan belajar, bukan saja untuk anak-anak, melainkan juga untuk semua
tingkatan usia.
1.7. Model Teoritis
Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep akan dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :
TELEVISI Fungsi
Bagan 1. 1.8. Operasional Variabel
Operasional variabel berfungsi untuk memudahkan kerangka konsep dalam
melakukan penelitian. Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain,
definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel (Singarimbun, 2006:46)
(Fungsi Mendidik) (Fungsi Menghibur)
(Fungsi Mempengaruhi) (Menyiarkan
Informasi)
Dalam penelitian ini akan diuraikan konsep indikator-indikator yang akan
diteliti yaitu :
Tabel 1 Operasional Variabel
Variabel Operasional
- Televisi sebagai media informasi anak - TV sebagai sumber informasi - TV sebagai alat menggali
pengetahuan tentang sesuatu
- TV sebagai alat membantu memahami suatu pengertian
- TV sebagai alat merangsang dan menggali hubungan dengan kegiatan sekitar.
1.9. Definisi Operasional
Menurut Singarimbun (2006 : 46), definisi operasional adalah unsur
penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah
yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama. Definisi operasional dari penelitian ini adalah :
- Sumber informasi : Sumber informasi disini untuk menunjang pengetahuan
- Menggali pengetahuan tentang sesuatu : Menggali pengetahuan disini mencari
ide dan menambah pengetahuan anak. Mendapat pengetahuan disini anak-anak tentang program kuis-kuis di bidang pendidikan mereka, contohnya kuis mengenai bahasa inggris.
- Membantu memahami suatu pengertian : maksudnya disini isi dari acara televisi ada hal yang tidak dipahami dan dimengerti yang bisa diperoleh dari televisi,
yaitu tentang penggunaan kata bahasa inggris, dunia bisnis yang mana mereka dituntut dapat memahami dan mengerti yang dapat dipetik isi dari acara tersebut.
- Merangsang dan menggali hubungan dengan kegiatan sekitar : Anak-anak dapat mengubah pola pikir atau merangsang anak untuk berbuat sesuatu dan
menjalin hubungan keakraban. Merangsang dan menggali hubungan kegiatan sekitar maksudnya melakukan kegiatan di sekitar karena TV. Mereka dapat berinteraksi melalui lingkungan, lingkungan disini anak-anak dapat belajar
bagaimana berinteraksi kepada orang lain, kebersihan dan cara bergaul. Merangsang anak melakukan percobaan. Percobaan disini didapat dari isi
acara televisi, apa yang mereka dapat dari televisi, anak-anak dapat mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga ilmu pengetahuan anak-anak bertambah melalui televisi. Lalu merangsang anak untuk belajar
bahasa Inggris, apa yang didapat di televisi anak-anak sudah bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, mereka dapat belajar dan
1.9.1.Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi. Metode deskripsi dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001 : 63).
Penelitian deskripsi hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi.
Adapun ciri-ciri pokok metode deskripsi yaitu :
1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat aktual.
2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang kuat. (Nawawi, 2001 :
BAB II
URAIAN TEORITIS
2.1. Sejarah Televisi
Radio merupakan media massa elektronik, seperti halnya televisi siaran yang begitu besar manfaatnya bagi kehidupan manusia seperti sekarang, mengalami
proses perkembangan yang panjang.
Pada awalnya melakukan penelitian yang seksama terhadap televisi adalah para cendikiawan di universitas-universitas di Eropa dengan bertitik tolak dari
prinsip-prinsip yang sudah lama ada.
Kemajuan dan perkembangan televisi tidak lepas dari teleskop (telescope)
oleh Galilei pada tahun 1608. Teropong atau alat penglihat jauh (tele berarti jauh,
scopein berarti melihat) pada waktu itu dianggap sebagai penemuan yang
mempunyai arti penting bagi komunikasi jarak jauh dengan menggunakan
isyarat-isyarat.
Pada tahun 1800, yakni ditemukannya elemen galvanik yang memungkinkan
dibangkitkannya aliran listrik, maka cara-cara baru untuk berkomunikasi jarak jauh itu lebih dapat dikembangkan.
Pada tahun 1835 sejarah seorang Amerika bernama S. Morse menemukan
telegraph (tele berarti jauh, graphein berarti menggambar atau menulis) yang memungkinkan pengiriman dan perekaman isyarat-isyarat dalam jarak jauh yang
alat penerima tampak sebuah titik atau garis, tergantung dari lamanya menekan
knop. Kombinasi titik dan garis tersebut dapat mengandung makna tertentu sesuai dengan abjad huruf. Maka, dengan sistem Morse tersebut dapat dikirimkan pesan dalam jarak jauh.
Penemuan yang ditemukannya sistem komunikasi jarak jauh seperti di atas itu, para cendikiawan mempunyai pikiran yang lebih jauh bahwa akan lebih baik,
apabila komunikasi jarak jauh itu bukan dengan cara pengiriman dan penerimaan dalam bentuk titik dan garis, melainkan suara manusia. Pada waktu itu sudah diketahui bahwa dapat didengarnya suara manusia adalah dikarenakan
getaran-getaran udara dan bahwa getaran-getaran-getaran-getaran tersebut disebabkan perubahan tekanan halus pada udara.
Alexander. G Bell berhasil melakukan penelitian itu pada tahun 1875. Lahirlah telephone (tele berarti jauh, phone berarti suara). Dalam telepon tersebut Bell menempatkan komponen pemancar dan komponen penerima pada satu
perangkat, sehingga dua orang yang berbeda dalam jarak yang jauh dapat berkomunikasi secara dialogis, berbicara dan sekaligus mendengarkan.
Hasil penemuan Bell itu pada tahun 1878 telah disempurnakan oleh Hughes, yakni dengan mengganti komponen pemancarnya dengan apa yang dinamakan
Microphone (micros berarti kecil), sehingga getaran udara yang disebabkan suara
yang diucapkan seseorang menjadi lebih kecil dan halus, dan oleh pihak penerima dapat terdengar lebih keras.
kemampuan menghilangkannya rintangan-rintangan yang biasa menutupi
penglihatan. Yang diinginkan adalah perkembangan dari teleskop, yakni televisi (television) yang bebas dari penghalang untuk melihatnya (tele berarti jauh,
vision berarti penglihatan yang berasal dari kata videre yang berarti melihat).
Apabila pada telegrap dan telepon yang menjadi persoalan berkisar pada bagaimana pemamfaatan tenaga yang sifatnya mekanik (perubahan tekanan pada
kunci Morse dan perubahan tekanan pada micropon) yang membangkitkan getaran listrik dan pada gilirannya menjadi getaran mekanik kembali, maka pada televisi yang menjadi permasalahan ialah bagaimana agar suatu titik cahaya yang
muncul di depan pemancar dan yang dapat menimbulkan perubahan getaran listrik, pada alat penerima dapat timbul titik cahaya juga.
Masalah tersebut tidaklah mudah diatasi, sehingga sesudah ditemukannya telepon, diperlukan waktu kira-kira 50 tahun untuk memperoleh jawaban yang berarti. Hal ini berkat penemuan dua orang Inggris bernama May dan Vellough by
Smith yang pada tahun 1873 menemukan apa yang dinamakan gejala listrik foto (electric photo). Penemuan ini sejalan dengan penemuan bola lampu oleh Edison
pada tahun 1879. Sesudah itu timbullah pemikiran-pemikiran ke arah penyempurnaan televisi, yang meskipun belum memuaskan untuk dilihat, namun ditinjau dari segi ilmu pengetahuan dan teknik, merupakan kemajuan yang tidak
kecil artinya.
Hasil penemuan gejala listrik foto tersebut dapat diketahui bahwa jika
Scanning disk atau alat peraba merupakan alat yang amat penting dalam
televisi. Yang mula-mula menemukannya adalah Paul Nipkow pada tahun 1884, yang kemudian disempurnakan oleh Lazarre Weiller pada t6ahun 1885. Metode Nipkow dan Weiller ini dinamakan mechanical scanning procedure atau cara
perabaan secara mekanik, yang dalam ekperimennya menggunakan bahan yang bernama selenium.
Penemuan Nipkow dan Weiller itu diteliti terus oleh para ahli sampai 30 tahun lamanya. Pada tahun 1920 Herbert E. Ives dari Bell Laboratories di Amerika Serikat mengadakan penelitian tentang cara pengiriman isyarat dalam
bentuk gambar, yakni gambar diam (still picture) dengan jalan mentransmisikannya melalui kawat.
Kemajuan yang pesat dalam pertelevisian sehingga mencapai taraf yang begitu memuaskan bagi manusia seperti sekarang ini adalah berkat ditemukannya
iconoscope (icon berarti gambar, scopein berarti melihat) oleh Dr. Vladimir K.
Zworykin pada tahun 1920. Dia adalah sarjana Rusia yang bekerja pada Westinghouse Electric and Manufacturing Company di Amerika Serikat.
Iconoscope merupakan sebuah alat semacam “pistol listrik” untuk melakukan perabaan (scanning) terhadap gambar dari suatu obyek yang diambil lensa kamera, segaris demi segaris sedemikian cepatnya, sehingga bagi orang
yang melihatnya bagaikan gambar bersinambungan.
Iconoscope yang berupa lampu itu terdapat di dalam kamera elektronik (lain
perubahan getaran listrik tadi menjadi gambar yang sama dengan yang diambil
kamera dengan alat yang dinamakan kinescope.
Iconoscope termasuk alat kuno, sebab kini banyak digunakan model yang lebih baru, yakni image-orthicon, yang sedemikian pekanya, sehingga mampu
menampilkan apa saja yang dapat dilihat manusia. Image-orthicon ini berbentuk lampu senter (flashlight) yang panjangnya 30 cm. Di dalamnya terdapat sehelai
mika yang sangat tipis, berbentuk persegi dengan ukuran beberapa inci dan dipasang di bagian ujung kamera untuk mengambil suatu obyek. Keping mika yang amat halus itu ditaburi partikel-partikel kalsium perak yang disebut mosaic.
Kemampuannya ialah dapat membangkitkan getaran listrik apabila dihadapkan kepada cahaya.
Mosaic adalah suatu kumpulan sel-sel listrik foto (photo electric), perubahan-perubahan cahaya pada suatu obyek yang diambil lensa kamera, menyebabkan sel-sel pada obyek dapat menimbulkan electron-elektron yang
jumlahnya berubah-ubah. Terjadinya proses tersebut disebabkan sebuah alat peraba yang dinamakan scanner atau dapat dikatakan pistol electron, yang apabila
memberus terhadap setiap sel, maka terbangkitkanlah getaran listrik yang kemudian mengalir melalui jaringan lampu-lampu kamera.
Bekerjanya scanner hampir sama dengan kalau kita manusia sedang
membaca buku : dari kiri ke kanan, lalu pindah ke bawah, dari kiri ke kanan lagi dan demikian seterusnya. Sebuah kumparan (spoel) yang kawatnya dijalin secara
gambar-gambar yang tampak pada layer televisi berlalu dengan kecepatan 30 rangka
(frames) setiap detik (film yang diputar di gedung bioskop berlalu dengan kecepatan 24 rangka setiap detik).
Getaran-getaran yang ditimbulkan terlalu lemah, haruslah diperkuat sebelum
lepas dari lampu gambar. Alat untuk memperkuatnya dinamakan electron
amplifier atau penguat electron, setelah lepas maka melalui alat penguat
tambahan, getaran-getaran tersebut dapat dipancarkan dengan perantaraan gelombang pembawa atau carrier wave dan dilakukan oleh pemancar.
Getaran-getaran listrik yang dipancarkan oleh alat pemancar dengan
perantaraan gelombang pembawa itu, tertangkap oleh antena pesawat televisi yang dipasang di puncak-puncak rumah, kemudian tersalurkan ke dalam pesawat
penerima. Prosesnya sekarang menjadi terbalik. Getaran-getaran listrik dirubah kembali menjadi cahaya oleh sebuah alat bernama kinescope yang telah diterangkan di muka. Sinar elektronik ditimbulkan untuk melakukan perabaan
terhadap muka yang bercahaya dari kinescope yang lazim disebut layer televisi. Partikel-partikel cahaya yang sangat halus pada layar televisi yang diraba-raba
oleh sinar tadi, menimbulkan gambar-gambar yang diambil kamera. Jelasnya : tampaklah pada layar televisi gambar-gambar dari obyek-obyek yang diambil oleh kamera.
Televisi mengalami perkembangan secara dramatis, terutama melalui pertumbuhan televisi kabel. Transmisi program televisi kabel menjangkau seluruh
Menurut catatan Agee, et al, siaran percobaan televisi di Amerika Serikat
dimulai pada tahun 1920-an. Para ilmuwan terus mengembangkan teknologi komunikasi dalam bentuk televisi ini. Antara tahun 1890 dan 1920, sekelompok ilmuwan Inggris, Perancis, Rusia dan Jerman menyarankan pengembangan
teknik-teknik transmisi gambar televisi. John L. Baird, sebagai penemu dari Skotlandia, memperagakan pertama kali teknologi gambar hidup televisi di
London tahun 1926. Sejak itu televisi dapat menayangkan gambar-gambar hidup seperti film layar lebar. Sementara itu, the English Derby membuat movie house
(film televisi) pada tahun 1923. British Broadcast Corporation (BBC) merupakan
televisi siaran yang pertama di dunia yang membuat jadwal televisi secara teratur pada 2 Nopember 1936.
Tahun 1948 merupakan tahun pentingdalam dunia pertelevisian, dengan adanya perubahan dari televisi eksperimen ke televisi komersial di Amerika. Karena perkembangan televisi yang sangat cepat, dari waktu ke waktu media ini
memiliki dampak terhadap kehidupan masyarakat sehari-hari.
Secara bertahap, layar televisi berkembang dari diagonal 7 inci kemudian
12, 17, 21, 24 sampai 39 inci. Penonton televisi kini lebih selektif. Jam tayang televisi bertambah. Penerimaan programnya mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Sistem penyampaian program lebih berkembang lagi.
2.2. Fungsi Televisi
Menurut definisi diatas televisi merupakan salah satu media komunikasi
massa yang dapat menampilkan gambar untuk dipertunjukkan kepada khalayak melalui tempat yang berbeda sehingga khalayak dapat melihat secara serempak ataupun bersamaan.
Televisi mempunyai fungsi yang sangat berperan penting dalam menyiarkan bentuk-bentuk program acaranya. Fungsi tersebut diantaranya :
a. Fungsi menyiarkan informasi
Fungsi yang pertama dan utama inilah televisi dapat menyiarkan informasi kepada khalayak. Khalayak yang menonton memerlukan informasi
mengenai berbagai hal yaitu mengenai peristiwa yang terjadi, gagasan atau pikiran orang lain, apa yang dilakukan orang lain, apa yang dikatakan
orang lain dan lain sebagainya. Acara-acara yang bersifat informatif seperti berita, dokumenter, wawancara, diskusi dan features dapat dimanfaatkan untuk menunjang pengetahuan bagi khalayak terutama
anak-anak. Dari acara-acara inilah banyak sekali butir-butir pengetahuan terutama pengetahuan umum yang berfaedah. Jenis acara tersebut juga
dapat dijadikan pendorong untuk menghaluskan perasaan anak agar memahami dunia sekitar. Isi televisi harus memberikan ide bagi anak di balik program acara tersebut dan dapat memberikan penjelasan mengenai
kata-kata asing dan informasi yang didapat. Isi televisi disini termasuk dalam film-film sejarah dan mengapa film ini termasuk dalam fungsi
nama-nama yang selama ini kita kenal sebagai pahlawan nasional sudah
bias menjadi bukti. Termasuk juga sinetron. Sinetron juga memberikan informasi. Sinetron yang tidak memberikan informasi adalah sinetron yang biasanya hanya mementingkan aspek hiburan saja. Pokoknya asal
penonton terhibur, target pembuatan sinetron itu tercapai. b. Fungsi mendidik
Fungsi kedua ini ialah mendidik dan sebagai media komunikasi massa televisi merupakan sarana yang ampuh untuk menyiarkan acara pendidikan kepada khalayak yang jumlahnya begitu banyak secara
simultan khususnya kepada anak-anak. Sesuai dengan makna mendidik, yakni meningkatkan pengetahuan dan penalaran masyarakat, stasiun
televisi menyiarkan acara-acara tertentu secara teratur, misalnya pelajaran bahasa, matematika, elektronik dan lain-lain. Sebagai sarana pendidikan massa (mass education), televisi memuat gambar dan tulisan yang
mengandung pengetahuan, sehingga khalayak bertambah pengetahuannya. Fungsi mendidik ini bisa secara implisit dalam bentuk berita dan dalam
bentuk yang lainnya yang mengandung aspek pendidikan. Tetapi kita tidak mungkin juga menuntut semua bentuk program acara mempunyai nilai edukasi yang tinggi, inilah resensi program televisi. Persoalannya
bagaimana memanfaatkan televisi untuk khalayak. Media televisi telah berhasil memainkan salah satu fungsinya sebagai saluran efektif dalam
Selain berfungsi menyiarkan informasi, televisi juga berfungsi mendidik.
Dalam menjalani fungsinya itu, televisi secara khusus menyajikan ruang ilmu pengetahuan untuk menambah pengetahuan para pemirsanya. Pesan-pesan yang disampaikan melalui televisi sarat dengan nilai pendidikan
juga.
c. Fungsi Menghibur
Fungsi hiburan bagi sebuah media elektronik yaitu televisi menduduki posisi yang paling tinggi dibanding dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya masyarakat kita memang masih menjadikan televisi sebagai
media hiburan. Acara hiburan itu juga dianggap perekat diibarat lem karena masyarakat pada umumnya dapat melihat acara televisi tersebut
sambil “ngemil”.
Maka jangan heran, jika jam-jam prime time (jam 19.00 sampai 21.00) biasanya akan disajikan acara-acara hiburan baik sinetron, kuis atau acara
jenaka lainnya. Sangat sulit untuk diterima penonton seandainya, pada jam
prime time itu menyiarkan acara “Dialog Politik” misalnya. Jelas acara itu
akan menimbulkan penolakan masyarakat. Hal-hal yang bersifat hiburan sering disiarkan di televisi untuk mengimbangi berita-berita yang berbobot. Isi televisi yang bersifat hiburan bisa berbentuk reality show,
gossip, sinetron dan yang lainnya. Maksud pemuatan isi yang mengandung hiburan, semata-mata untuk melemaskan ketegangan pikiran setelah
d. Fungsi Mempengaruhi
Fungsi yang keempat ini, yakni fungsi mempengaruhi, yang menyebabkan televisi memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Fungsi mempengaruhi yang didalam televisi ini biasanya terdapat pada iklan-iklan
yang dipesan oleh agen-agen iklan tersebut.
Nurudin menjelaskan, bahwa Joseph A Devito (1997) menyatakan :
“fungsi persuasi ini dianggap sebagai bentuk yang paling penting. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk :1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan atau nilai seseorang, 2) mengubah sikap,
kepercayaan atau nilai seseorang, 3) Menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu dan 4) memperkenalkan etika atau menawarkan sistem
nilai tertentu”.
Televisi sering kali membuat atau mengukuhkan nilai-nilai yang sudah
kita yakini sebelumnya
.
Orang religius punya kecenderungan mendengarkan acara-acara televisi yang berbau religius. Dalam posisi ini, televisi mampu mengukuhkan nilai yang diyakini seseorang itu.Televisi juga mampu dalam upaya mengerakkan seseorang untuk berbuat
sesuatu hal dan tidak berbuat sesuatu hal yang lain. Misalnya dalam iklan. Iklan tujuan utamanya adalah mengerakkan konsumen untuk membeli
barang yang diiklankan. Mengapa seseorang memilih barang “A” dan tidak memilih barang “B” dalam masyarakat industri sekarang sedikit banyak dipengaruhi oleh keberadaan televisi.
yang baik dan mana yang tidak baik. Pemberitaan televisi tentang suatu
kasus korupsi yang menimpa seorang pejabat pemerintah, itu sama artinya televisi sedang menawarkan etika lain bahwa mereka yang korupsi itu tidak baik dan jangan diikuti. Itu semua mengandung pembujukan.
2. 3. Televisi sebagai media informasi Anak
Medium televisi menggabungkan hal-hal yang menarik di setiap program acaranya untuk menyiarkan informasinya. Disinilah anak-anak termotivasi untuk mengikuti apa yang dilihat di layar televisi.
Semula dinilai bahwa televisi siaran kurang bermanfaat dalam dunia pendidikan, hal ini mengingat biaya operasionalnya cukup mahal, tetapi kemudian
muncul pendapat-pendapat yang berlawanan, yang menyatakan bahwa televisi sebagai media massa sangat bermanfaat dalam memajukan pendidikan suatu bangsa.
Dari pendapat itu dalam perkembangannya membuktikan bahwa dengan sifat audio visual yang dimiliki televisi, menjadikan televisi sangat pragmatis,
sehingga mudah mempengaruhi penonton dalam hal : sikap, tingkah laku dan pola berpikirnya, maka tidak pantaslah kalau dalam waktu relatif singkat televisi telah menempati jajaran teratas dari jajaran media massa.
Menurut pendapat DR. Jack Lyle, Director of Communication Institute The West Center, menyatakan sebagai berikut :
(Darwanto, 2005 : 118). Disinilah televisi memegang peranan penting disini untuk
menyiarkan informasinya.
Jelas sekali dari penjelasan diatas, bahwa televisi mampu memberikan apresiasi kepada khalayak penonton. Kita tidak menuntut semua program
mempunyai nilai edukasi yang tinggi. Inilah resensi program televisi. Televisi dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan informasi untuk anak-anak, yaitu
diantaranya :
- Mendampingi menonton untuk memberi masukan dasar-dasar metode penciptaan. Sebutlah, anak diminta keterangan menerangkan karakter
tertentu dalam sebuah seri atau fungsi sebuah kamar dalam suatu adegan tertentu yang senantiasa dipakai untuk bertengkar. Ini juga memberi uraian
bahwa karakter tidak hanya manusia, tetapi juga pada benda-benda.
- Satuan acara televisi menjadi semacam pekerjaan rumah untuk ditulis oleh anak-anak. Sebutlah, anak-anak diminta menulis atau menceritakan garis
besar cerita. Dengan cara ini, kita mulai mengajarkan menciptakan sinopsis dan lain-lain.
- Mempraktekkan kembali sebuah satuan acara di dalam rumah misalnya, kisah kartun putri tidur. Ini memungkinkan mengapresiasi anak-anak bagaimana menggunakan musik untuk menggugah emosi dan lain-lain.
- Mengajarkan metode menilai sebuah satuan acara bagus atau tidak. Sebutlah dalam sebuah acara komedi, komedi yang baik mengandung
dan lain-lain. Anak bisa diajarkan untuk menyampaikan perasaannya
terhadap sebuah film. Sekiranya perasaan-perasaan di atas muncul semua, dan kita tidak hanya tertawa tanpa guna, kita sesungguhnya telah melatih anak-anak untuk berapresiasi terhadap suatu satuan acara yang baik
- Mengajarkan pola menonton yang baik. Beragamnya acara dan channel
televisi, serta esensi pameran perhatian yang dilakukan oleh setiap satuan
acara, menjadikan anak-anak hanya menginginkan satuan acara yang mempunyai dampak emosi yang besar secara fisik. Mereka akan memindahkan channel, jika ada suatu acara dalam rentang waktu yang
pendek tidak menimbulkan dampak emosi dan simpati tertentu. Selain itu menjadikan anak-anak dapat mengambil manfaatnya setelah menonton
serta menghindari pengaruh negatif (memilih program sesuai dengan perkembangan usia anak).
Karakteristik program televisi harus memberikan dasar pemikiran yang
jelas, sesuai norma dan etika yang berlaku dalam memberikan informasi untuk anak-anak.
Karakteristik program televisi yang cocok untuk anak-anak adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sejarah perjuangan bangsa, nilai-nilai budaya bangsa, cerita seorang ksatria, seni budaya bangsa dan tentu saja
nilai-nilai pancasila dan UUD 1945. Pengalaman dan pengetahuan anak-anak masih sederhana, demikian juga daya imajinasi mereka. Karena itu, jiwa
Anak-anak tidak hanya memerlukan makanan jasmani, tetapi juga
memerlukan makanan rohani/jiwa yang sehat, untuk mengantarkan anak itu menjadi dewasa yang kaya iman dan takwa kepada Tuhan YME.
Perlu disadari bersama bahwa ‘masa anak-anak’ merupakan masa suka
meniru. siapa dan apa yang ditiru adalah sesuatu yang memang mereka sukai. Di sini, peranan medium televisi yang bersifat audio visual menjadi saran efektif
untuk pembentukan sifat dan sikap anak-anak, asalkan isi pesan yang disajikan, baik audio maupun visualnya, memang dirancang untuk keperluan itu.
Sebagai media audio visual penyajian acaranya lebih menekankan kepada
bahasa visual, meskipun tidak berarti mengabaikan masalah auditif, walaupun yang bersifat auditif itu hanya sebagai kelengkapan penjelasan, bagi hal-hal yang
belum atau tidak nampak pada gambar.
Hal ini berarti audio visual dapat memberikan pengalaman-pengalaman yang baru sesuai dengan pengalaman yang telah dimiliki sebelumnya, atau dapat
memberikan “pengalaman semu” atau Simulated Experience. Simulated experience ini misalnya :
4.Melihat sesuatu yang belum pernah dilihat sebelumnya.
5.Berjumpa dengan seseorang yag sebelumnya belum pernah dijumpai. 6.Datang ke suatu tempat yang belum pernah dijumpai.
Dengan hal-hal seperti tersebut diatas, menyebabkan anak perasaannya terlibat ke dalam pengalaman aktual.
yang pernah diperoleh sebelumnya, ini sebagai akibat timbulnya pengalaman
tiruan (Simulated Experience) dari media audio visual tadi. Pengalaman tiruan yang didapat justru akan memberikan kesan yang mendalam bagi penonton, dan inilah salah satu karakteristik media televisi yang sangat baik dimamfaatkan untuk
merencanakan program siaran, khususnya program siaran pendidikan, sebab akan membuat khalayak penonton tertarik pada hal-hal yang baru serta mempunyai
keinginan untuk mengetahui hal-hal yang lebih banyak, dampak yang demikian ini merupakan gejala kejiwaan, dimana khalayak merasakan adanya perubahan emosinya, termasuk didalamnya berkenaan dengan kesenangan, kesedihan,
kegembiraan, kesusahan, kegusaran, percintaan dan sebagainya.
Televisi, jika dikonsumsi menurut cara-cara yang benar akan menghasilkan
sejumlah manfaat bagi anak. Yaitu :
- Membantu memahami dunia sekitar
Anak-anak akan tertolong dalam memenuhi keingintahuan mereka tentang
segala sesuatu yang ada di seputar kehidupan ini. Terutama yang menjadi lingkungan sekitar, baik yang dekat maupun jauh. Itulah sebabnya televise
dijuluki sebagai ‘jendela dunia’.
- Membantu proses belajar baca tulis dan melek visual (visual literacy)
Kemampuan televisi menyajikan segala hal dalam bentuk visual pada dasarnya
telah mempermudah anak-anak untuk mengenal dan menguasai huruf. Selain itu, televisi mengakrabkan anak dengan penampilan visual dari benda-benda
- Memperluas wawasan/membuka cakrawala
Begitu luas dan rumitnya kehidupan ini sehingga tanpa bantuan orang lain rasanya amat sukar bagi anak untuk dapat mencernanya sendiri. Televisi datang mengisi sebagian fungsi ini terutama untuk hal-hal yang bersifat kompleks, yang
sekiranya dijelaskan secara biasa hampir tidak mungkin.
- Memperkaya pengalaman hidup
Televisi telah memungkinkan anak untuk ‘mengalami’ berbagai hal tanpa harus merasakannya sendiri. Mereka tahu tempat-tempat lain tanpa harus mengunjunginya sendiri. Mereka bahkan dapat menyaksikan kesenangan atau
pun penderitaan orang lain di layar kaca.
- Menunjang pelajaran sekolah terutama dalam pengetahuan umum
Jika pandai memilih informasi yang disajikan televisi, sebenarnya terdapat banyak muatan yang dapat berfungsi sebagai penunjang dan pengayaan
(enrichment) bagi pengetahuan yang diperoleh di ruang kelas.
- Memberikan ‘sambungan’ dengan dunia global
Melalui televisi, anak dapat merasakan ketersambungannya dengan bagian yang
lebih luas dari lingkungan sekitar dimana mereka berada ketersambungan ini membuat mereka dapat merasakan dunia yang lain dari dunianya. Yang penting, ketersambungan ini bukan cuma dalam arti fisik, tetapi juga mental, berikut
kehidupan yang ada di tempat lain itu, masalah yang berkembang di sana, isi pikiran yang sedang dipikirkan orang dan sebagainya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskripsi. Metode deskripsi dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan/melukiskan keadaan subjek/objek penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya (Nawawi, 2001 : 63).
Penelitian deskripsi hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa, tidak mencari atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat
prediksi.
Adapun ciri-ciri pokok metode deskripsi yaitu :
1. Memusatkan perhatian pada masalah-masalah yang ada pada saat
penelitian dilakukan atau masalah-masalah yang bersifat aktual.
2. Menggambarkan fakta-fakta tentang masalah yang diselidiki sebagaimana
adanya, diiringi dengan interpretasi rasional yang kuat. (Nawawi, 2001 : 63).
3.2. Lokasi Penelitian
3.3. Populasi dan Sampel - Populasi
Menurut Nawawi (2001: 141) populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang dapat terdiri dari manusia, benda-benda, hewan,
tumbuh-tumbuhan, gejala-gejala, nilai test, atau peristiwa sebagai sumber data yang memiliki karakteristik tertentu didalam suatu penelitian.
Tabel 2
POPULASI MURID SD SWASTA MELATI TAHUN 2007 MARELAN PASAR III MEDAN
Jln. Sumbawa 2 No 223
No Kelas Jumlah
1. III 118 orang
2. IV 93 orang
3. V 108 orang
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah seluruh murid yang
terdaftar di tahun 2007. Adapun yang menjadi alasan bagi peneliti dalam memilih populasi tersebut adalah selain anak murid SD Melati ini sekolah, sehingga mudah untuk ditemui di lokasi penelitian. Peneliti mengambil populasi kelas III sampai
dengan kelas V, karena memudahkan untuk mengambil data serta membimbingnya untuk mengisi kuesioner yang mau diajukan. Para siswa di kelas
III sampai kelas V, layak untuk dijadikan sampel karena mereka dapat memahami yang mau mereka isi datanya.
Berdasarkan data yang diperoleh pada saat pra penelitian, jumlah murid SD
Melati 2007 adalah 320.
- Sampel
peneliti menggunakan rumus Arikunto yang mana apabila subjeknya kurang dari
100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10 – 15 % atau 20 – 25 % atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari :
- Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
- Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini
menyangkut banyak sedikitnya data.
- Besar resiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang resikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.
Peneliti mengambil antara 10 -15 %, untuk lebih spesifik mengambil 15 % sehingga memudahkan mengambil datanya.
Berdasarkan data yang ada maka penelitian ini memerlukan sampel sebanyak :
100 320 48
15
=
X
3.4. Teknik Pengambilan Sampel
Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut :
1) Stratified Random Sampling
Dalam teknik ini pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara
bertingkat atau berjenjang, tidak langsung pada unit sampling yang menjadi unsur populasi tersebut. Tingkatan ini sangat tergantung pada
Tabel 3
Teknik Penarikan Sampel : Stratified Random Sampling
Kelas Populasi Penarikan
sampel
Sampel
III 118 118x48
320 17
IV 93 93x48
320 15
V 108 108x48
320 16
Total 48
2) Simpel Random Sampling
Dalam teknik ini random untuk mendapatkan sampel langsung dilakukan pada unit sampling. Dengan demikian setiap unit sampling sebagai unsur
populasi yang terkecil, memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau mewakili populasi. Teknik penarikan sampel ini
menggunakan dua cara yaitu dengan cara undian dan tabel angka random. Penelitian ini menggunakan teknik penarikan sampel dengan cara menggunakan undian. Cara ini mengundi jumlah populasi yang ada,
lalu diambil berdasarkan jumlah sampel yang ada.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun proposal penelitian, penulis menggunakan 2 sumber data yaitu :
serta tulisan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas.
Buku-bukunya seperti buku mengenai metode penelitian komunikasi, ilmu komunikasi maupun filsafat komunikasi dan buku-buku penunjang penelitian yaitu mengenai buku televisi, perkembangan anak,
komunikasi manusia, bercinta dengan televisi dan lain sebagainya.
2. Penelitian lapangan (Field Research), yaitu pengumpulan data dari
responden melalui :
- Kuesioner, yaitu alat pengumpulan data dalam bentuk sejumlah pertanyaan tertulis yang harus dijawab secara tertulis pula oleh
responden. Dipandang dari bentuknya maka ada :
1. Kuesioner pilihan ganda, yang dimaksud adalah sama dengan
kuesioner tertutup.
2. Kuesioner isian, yang dimaksud adalah kuesioner terbuka.
3. Check list, sebuah daftar, dimana responden tinggal membubuhkan
tanda check (√ ) pada kolom yang sesuai.
4. Rating-scale, (skala bertingkat), yaitu sebuah pernyataan diikuti oleh
kolom-kolom yang menunjukkan tingkatan-tingkatan, misalnya mulai dari sangat setuju sampai ke sangat tidak setuju.
Penelitian ini menggunakan kuesioner pilihan ganda dan kuesioner
isian. Kuesioner ini untuk mendapatkan data-data murid SD Melati mengenai fungsi televisi sebagai media informasi anak.
Ditinjau dari pelaksanaannya, maka dibedakan atas :
a. Interview bebas, inguided interview, dimana pewawancara bebas menanyakan, tetapi juga mengingat akan data apa yang akan dikumpulkan.
b. Interview terpimpin, guided interview yaitu interview yang dilakukan oleh pewawancara dengan membawa sederetan
pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang dimaksud dalam interview terstruktur.
c. Interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas
dan interview terpimpin.
Penelitian ini menggunakan Interview bebas, inguided interview untuk
menanyakan respondennya di SD Melati Marelan Pasar III Medan. Dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan
ditanyakan.
- Observasi, yaitu pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap
gejala yang tampak pada objek penelitian. (Nawawi, 2001 : 100) Yang diobservasi disini objek penelitian yaitu mengamati atau melihat anak-anak menonton televisi.
3.6. Teknik Analisis Data
Data yang diperoleh dalam penelitian akan dianalisa dalam beberapa tahap
analisa yaitu :
- Analisa tabel tunggal, yaitu suatu analisa yang dilakukan dengan membagi-bagikan variabel penelitian ke dalam kategori-kategori yang
dilakukan atas dasar frekuensi. Tabel tunggal merupakan langkah awal dalam menganalisa kolom yang merupakan sejumlah frekuensi dan
persentase untuk setiap kategori (Singarimbun, 1995 : 266).
3.7. Deskripsi Lokasi Penelitian
3.7.1. Sejarah berdirinya SD Swasta Melati Medan
Pihak Yayasan Pendidikan Melati mendirikan SD Melati yang didirikan oleh salah seorang pengusaha minyak PT. Ternate Oil dengan keinginan semata-mata untuk amal sosial masyarakat merupakan pendorong utama pendirian SD swasta Melati Medan. Pendirian sekolah ini juga bertujuan untuk mendidik
anak-anak dapat berpotensi pada bidang Imtaq dan Iptek.
Pendirian SD Swasta Melati Dilokasikan di Komplek Marelan Indah
tepatnya di jalan Sumbawa I / II No : 223 Medan. Lokasi ini dinilai strategis untuk pendirian sekolah, karena pada saat sekolah ini didirikan memang belum ada sekolah di daerah tersebut, sedangkan pertumbuhan penduduk terus bertambah
dan kebutuhan akan pendidikan dinilai sangat penting, sehingga pendiri Yayasan Pendidikan Melati merasa perlu untuk mendirikan sekolah tersebut dan tentunya
lokasi sekolah ini mudah dicapai oleh sarana transportasi.
Harapan dari yayasan ini bahwa sekolah tersebut sebagai sarana kepentingan
umum masyarakat Marelan khususnya. Harapan Yayasan juga terciptanya kerjasama yang baik antara masyarakat dengan pihak sekolah. Pada tahun 1984 didirikanlah TK di bawah naungan Yayasan Pendidikan Melati. Pada awal
berdirinya, yayasan ini hanya mendirikan TK (Taman Kanak-kanak) yang berjumlah ± 100 murid, dalam perkembangan selanjutnya, Pada tahun 1986
berdirilah SD dengan jumlah murid 17 orang, disusul pada tahun ke 6 jumlah murid 212 orang dan menamatkan 17 orang. Pada grafik puncaknya pada tahun 2003-2004 jumlah muridnya 704 dan menamatkan pertama pada tahun 91 – 92
orang. Sampai tahun 2005-2006 SD Melati menamatkan 15 kali dengan jumlah 1028 murid.
3.7.2. Potensi Fisik SD Swasta Melati Medan 3.7.2.1. Potensi Fisik
SD Swasta Melati Medan mempunyai fasilitas dan sarana yang cukup lengkap. Keseluruhan ruangan dibangun secara permanent dan dijaga
Tabel 4
Fasilitas dan Sarana Penunjang yang dimiliki SD Swasta Melati Medan No Fasilitas dan Sarana Penunjang
1.
Lapangan Olah raga - Sepak Bola
Sumber : Kantor Kepala Sekolah SD Swasta Melati Marelan Medan
Keterangan : Lapangan olah raga dan ruangan aula dipakai bersama oleh siswa-siswi mulai dari TK sampai SLTP.
3.7.2.2. Potensi Personal
Potensi personal dari organisasi tidak dapat diabaikan dalam mencapai tujuan suatu organisasi. Peneliti akan menguraikan potensi personal yang dimiliki
oleh SD Swasta Melati Medan melalui data berikut ini.
SD Swasta Melati Medan memiliki tenaga pengajar dan staf sebanyak 39
Tabel 5
Staf Pengajar dan Staf SD Swasta Melati Medan
No Nama Guru Jabatan L / P
Abdi Abdullah, S. Pd Nur Asitah
Masitah, S.Pd Supriani
Sri Aiwani Pane Sri Muliani, S. Pd
Novita Dewi Arianti, S. Pd Asnidar
Feri Ferdianto, S. Pd Nurliana Siregar Dra. Nurhayati Abdi Abdullah, S. Pd Supriadi, SE
Hj. Rismawati Ambarita, S. Pd Risda Padede, S. Pd
Astuty, S. Ag Thamrin, S. Pd Irfan Abrar, S. Pd Drs. Syarif Utoyo Handedy Hanafi, S. Pd Eka
Untuk melihat jumlah murid SD Swasta Melati Medan dapat dilihat lebih jelasnya
dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini.
Tabel 6
Jumlah Siswa SD Swasta Melati Medan
No Kelas Jumlah
1. 1 121 orang
2. II 69 orang
3. III 118 orang
4. IV 93 orang
5. V 108 orang
6. VI II5 orang
Jumlah 624 orang
Sumber : Kepala Sekolah SD Swasta Melati Marelan Medan.
3.7.3. Sistematika Pengajaran di SD Swasta Melati Medan
Dalam sistem pengajaran yang dilaksanakan di SD Swasta Melati Medan terdiri dari 2 sistem yaitu :
1. Sistem Guru Kelas
2. Sistem Guru Bidang Studi
Dalam pelaksanaannya, sistem guru kelas dilaksanakan pada murid kelas I dan
kelas II, sedangkan guru bidang studi dilaksanakan pada murid kelas 3 sampai dengan kelas 6.
Adapun bidang-bidang studi yang diajarkan pada murid-murid SD Swasta
Melati Medan adalah : 1. Pendidikan Agama
2. Pendidikan Moral Pancasila 3. Bahasa Indonesia
4. Bahasa Inggris
6. Ilmu Pengetahuan Alam
7. Ilmu Pengetahuan Sosial 8. Kesenian
9. Pendidikan Keterampilan Khusus
10. Teknologi Informasi Komputer 11. Olah raga
Selain mengadakan kegiatan belajar di sekolah, khusus untuk murid kelas 6 diberikan juga pelajaran tambahan atau les, kegiatan ini diadakan di ruangan masing-masing sesudah jadwal kegiatan belajar berakhir.
3.7.4. Visi dan Misi SD Swasta Melati Medan - Visi
Mewujudkan sumber daya manusia yang berilmu, beriman, berakhlak dan mencerdaskan anak bangsa dalam rangka turut mensukseskan program wajib
belajar. - Misi
- Menyiapkan anak bangsa yang memiliki potensi di bidang Imtaq dan Iptek - Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inovatif sesuai
dengan perkembangan zaman.
3.7.5. Prestasi Yang Diraih Oleh SD Swasta Melati Medan 1. Pernah juara 1 lomba Tawaf oleh IPHI 2 kali berturut-turut. 2. Lomba cerdas cermat TVRI Kecamatan Medan Marelan. 3. Lomba mata pelajaran di tingkat kotamadia Medan.
4. Juara I lomba bulu tangkis sampai tingkat nasional, tingkat pelajar.
3.7.6. Struktur Organisasi SD Swasta Melati Medan
Bagan 2.
Sumber : Kantor Kepala Sekolah SD Swasta Melati Marelan Medan Kepala Sekolah
Poniman
Tata Usaha Tata Usaha
BP
Seluruh Wali Kelas
Guru Bidang Studi
BAB IV
ANALISA DATA
4.1. Pelaksanaan dan Pengumpulan data
Tahap penelitian yang ditempuh oleh peneliti dalam pengumpulan daya adalah sebagai berikut :
4.1.1. Tahap Awal
Pada tahap awal ataupun pra penelitian peneliti mencari data awal mengenai lokasi yayasan SD Swasta Melati dan mau melihat anak-anak
bagaimana fungsi televisi sebagai media informasi untuk anak itu sendiri, kemudian menanyakan apakah diperbolehkan melakukan penelitian di sekolah
tersebut, selanjutnya menyerahkan surat pra penelitian agar dapat memperoleh data yang relevan untuk ditindak lanjuti.
4.1.2. Pengumpulan data
Pada tanggal 28 Agustus 2008, peneliti mengunjungi SD Swata Melati Pasar III Marelan Medan pada pukul 13.00 WIB untuk menyebarkan kuesioner,
dimana sebelumnya peneliti mengadakan briefing dengan kepala sekolah dan staf pengajarnya untuk mendiskusikan hal-hal teknis penyebaran kuesioner. Topik yang didiskusikan adalah pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pada
kuesioner yang ditujukan untuk anak-anak kelas III dan kelas V, Jumlah responden yang diminta, pengisian kuesioner yang dilakukan secara bertahap.
penyebaran kuesioner dilakukan lagi untuk kelas IV dan kelas V dan dipandu oleh
staf pengajar sendiri dimana sebelumnya berdiskusi dengan peneliti tentang teknis pengisian dan mengajarinya. Pengisian kuesioner yang dilakukan pada kelas III dengan jumlah 16 responden, pada kelas IV dengan jumlah 16 responden dan
pada kelas V dengan jumlah 17 responden. Kuesioner diberikan pada murid yang telah dikumpulkan di salah satu ruang kosong.
Pengisian kuesioner dilakukan selama 45 menit di kelas. Peneliti menjelaskan cara pengisian, maksud pertanyaan, memastikan apakah jawaban terisi semua, memberi kesempatan kepada murid jika tidak mengerti pertanyaan
yang dimaksud, mengkonfirmasi jawaban yang telah diisi serta menghimbau agar jawaban tidak terpengaruh dengan jawaban teman yang lainnya.
4.2. Proses Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan setelah peneliti selesai mengumpulkan data dari 48 responden. Adapun tahapan pegolahan data tersebut adalah :
4.2.1. Penomoran Kuesioner
Penomoran kuesioner yaitu memberikan nomor urut kuesioner sebagai
pengenal, yakni mulai dari 1-48. 4.2.2. Editing
Editing yaitu proses pengeditan jawaban responden untuk memperjelas
setiap jawaban yang meragukan dan menghindari terjadinya kesilapan pengisian dalam kotak kode yang disediakan.
4.2.3. Coding