• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Usahatani Tembakau Rakyat Di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Usahatani Tembakau Rakyat Di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi"

Copied!
132
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT

DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

OLEH :

ERNA KRISTINA SIAHAAN

040304064

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT

DI KECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Diajukan kepada Departemen Agribisnis Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat – Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian

OLEH :

ERNA KRISTINA SIAHAAN

040304064

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : ANALISIS USAHATANI TEMBAKAU RAKYAT

DIKECAMATAN SUMBUL KABUPATEN DAIRI

Nama

: Erna Kristina Siahaan

Nim

: 040304064

Departemen

: Agribisnis

Program Studi

: Agribisnis

Disetujui Oleh,

Komisi Pembimbing

Ketua Komisi Pembimbing

Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Luhut Sihombing, MP)

(DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec)

Mengetahui,

Ketua Departemen Agribisnis

(4)

HALAMAN PENGESAHAN

Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Departemen Agribisnis

Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara dan Diterima untuk

Memenuhi Sebagian dari Persyaratan Memperoleh Derajat Sarjana

Pertanian

Pada Tanggal, November 2009

Panitia Penguji Skripsi

Ketua

: Ir. Luhut Sihombing, MP

………...

Anggota

: 1). DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec

………...

2).

………...

3).

………...

Mengesahkan,

Departemen Agribisnis

Fakultas Pertanian USU

Ketua

(5)

RINGKASAN

Erna Kristina Siahaan (040304064 SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

Analisis Usahatani Tembakau Rakyat di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam

tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain

bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk. Pertanian juga merupakan

sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya

kesempatan kerja yang diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih

bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor ini

masih perlu ditingkatkan. Kita menyadari bahwa masih sedikitnya peneliti sosial

ekonomi tentang perkebunan. Pengembangan tanaman perkebunan pada masa

mendatang mempunyai tantangan dalam hal untuk mendapatkan jenis tanaman

yang cocok dengan kondisi alamnya dan mempunyai prospek pemasaran yang

baik untuk masa mendatang. Salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai

nilai ekonomis yang tinggi adalah tembakau. Tembakau merupakan komoditi

perkebunan yang apabila dikelola dengan baik dan dapat dimanfaatkan sebagai

pemasok devisa negara.

Prospek tembakau di Indonesia masih sangat baik, karena memiliki pasar

yang jelas dalam hal ini industri rokok. Perkembangan terakhir menunjukkan

bahwa terjadi ketidakseimbangan antar produksi dan konsumsi tembakau dunia

dalam beberapa tahun terakhir, sementara konsumsi tembakau dunia cenderung

meningkat. Konsumsi total tembakau domestik Indonesia oleh industri rokok juga

masih menunjukkan peningkatan. Melihat akan potensi yang memungkinkan bagi

pengembangan tanaman pertembakauan seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja

yang cukup, teknologi yang tersedia, dengan potensi pasar dalam dan luar negeri,

maka arah pengembangan tanaman perkebunan tidak bisa lepas dari potensi yang

ada tersebut.

Kondisi teknik budidaya pada usahatani tembakau rakyat di Kecamatan

Sumbul secara umum masih bersifat tradisional mulai dari pembibitan,

pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan dan pembumbunan,

pengendalian hama dan penyakit, panen dan pengeringan. Petani sampel di daerah

penelitian juga masih menggunakan alat-alat yang sederhana untuk usahataninya.

Komponen biaya produksi terdiri dari biaya bibit, pupuk, obat-obatan,

penyusutan alat-alat pertanian, tenaga kerja, lahan dan pajak bumi dan bangunan

yang digunakan para petani sampel selama satu musim tanam.

Penerimaan adalah perkalian antara hasil produksi dengan harga. Semakin

tinggi hasil produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula penerimaan yang

akan diperoleh. Akan tetapi, produksi yang tinggi tanpa didukung harga jual yang

baik maka penerimaan yang diperoleh tidak tinggi. Artinya untuk memperoleh

penerimaan yang tinggi maka yang harus diperhatikan adalah kualitas dan

kuantitas dari produksi usahatani tembakau rakyat.

(6)

peralatan, tenaga kerja, lahan, pajak bumi dan bangunan) selama proses produksi

usahatani tembakau rakyat berlangsung.

(7)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Pematangsiantar pada tanggal 7 Agustus 1986

dari pasangan Bapak Eliver Siahaan,Bsc dan Ibu Nursia Siagian,Spd.

Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1.

Tahun 1992 masuk Sekolah Dasar di SD Swasta Taman Asuhan

Pematangsiantar.

2.

Tahun 1998 masuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SLTP Swasta

Taman Asuhan Pematangsiantar.

3.

Tahun 2001 masuk Sekolah Menengah Umum di SMU Negeri 1

Pematangsiantar.

4.

Tahun 2004 diterima di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas

Pertanian, Universitas Sumatera Utara.

5.

Bulan Juni - Juli 2008 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di

desa Raya Usang, kecamatan Raya, kabupaten Simalungun.

6.

Bulan Maret 2009 melaksanakan penelitian di Kecamatan Sumbul

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah

memberikan rahmat dan karunia kepada penulis, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana

Pertanian Jurusan SEP/Agribisnis di Universitas Sumatera Utara. Dalam

kesempatan ini penulis mengambil judul “Analisis Usahatani Tembakau

Rakyat Di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi ”.

Penulis menyadari dalam penulisan skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan dan tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Hal ini

disebabkan keterbatasan ilmu pengetahuan serta pengalaman yang mendukung

skripsi ini, untuk itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih

yang tak terhingga kepada Ayahanda Eliver Siahaan, Bsc dan Ibunda Nursia

Siagian, Spd atas doa, bimbingan, perhatian dan kasih sayangnya selama ini,

dan kepada abang-abang Sanggam Ernis Bungaran Siahaan, SP dan Harry

Lamona Siahaan yang telah memberikan dukungannya kepada penulis.

Secara khusus juga penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1.

Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Komisi Pembimbing.

2.

Bapak DR. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Anggota Komisi

Pembimbing.

(9)

4.

Bapak-bapak petani tembakau di Kecamatan Sumbul yang telah banyak

membantu dam memberikan informasi kepada penulis dalam

melaksanakan penelitian.

5.

Bapak Pondang Sinaga selaku Sekretaris Kecamatan yang telah banyak

membantu penulis dalam menyelesaikan penelitiaan ini.

6.

Kepada seluruh teman-teman yang selalu memberi dukungan yaitu Aya,

Emma, Oden, Anita, Juni SP, Emma Pinem SP. Serta kepada teman-teman

stambuk 2004 Jurusan SEP FP USU yang telah memberikan saran dan

kritik kepada penulis hingga selesainya skripsi ini.

Medan, November 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK...

DAFTAR RIWAYAT HIDUP...

KATA PENGANTAR ...

DAFTAR ISI ...

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang ...

1

1.2. Identifikasi Masalah ...

5

1.3. Tujuan Penelitian ...

6

1.4. Kegunaan Penelitian ...

6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA

PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Pustaka ...

7

2.1.1. Tinjauan Agronomi Tanaman Tembakau ...

7

2.1.2. Tinjauan Ekonomi ... 16

2.2. Landasan Teori ... 17

2.3. Kerangka Pemikiran ... 19

2.4. Hipotesis ... 21

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Lokasi ... 22

3.2. Metode Pengambilan Sampel ... 22

3.3. Metode Pengumpulan Data ... 23

3.4. Metode Analisis Data ... 23

3.5. Defenisi dan Batasan Operasional ... 25

3.5.1. Defenisi ... 25

(11)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Deskripsi Daerah Penelitian ... 27

4.1.1. Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah ... 27

4.1.2. Pengunaan Lahan ... 28

4.1.3. Kependudukan ... 29

4.1.4. Perekonomian Desa ... 31

4.1.5. Sarana dan Prasarana ... 32

4.1.6. Karakteristik Petani Tembakau di Kecamatan

Sumbul ... 33

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Teknis Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat di Daerah

Pebelitian ... 35

5.2. Komponen Biaya Produksi, Penerimaan, dan Pendapatan Bersih

Petani Tembakau Rakyat di Daerah Penelitian ... 37

5.2.1. Komponen Biaya Produksi ... 37

5.2.2. Penerimaan ... 43

5.2.3. Pendapatan Bersih ... 45

5.3. Kelayakan Usahatani Tembakau Rakyat di Daerah Penelitian

Dari Segi Ekonomi ... 46

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan ... 48

6.2. Saran ... 49

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel

Halaman

1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat perKabupaten

Di Sumatera Utara Tahun 2007 ...

4

2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat perKecamatan

Di Kabupaten Dairi Tahun 2007 ...

5

3. Distribusi Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumbul Tahun 2008 ... 28

4. Distribusi Penduduk Menurut Usia di Kecamatan Sumbul Tahun 2008 .. 29

5. Distribusi Pemduduk Menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan Sumbul

Tahun 2008 ... 30

6. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Kecamatan Sumbul

Tahun 2008 ... 31

7. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Sumbul Tahun 2008 ... 32

8. Karakteristik Petani Sampel ... 33

9. Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam ... 39

10.Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam ... 40

11.Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam ... 41

12.Rata-rata Pemakaian dan Biaya Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam ... 42

13.Rata-rata Biaya Produksi Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam ... 43

14.Rata-rata Penerimaan Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam ... 44

15.Rata-rata Pendapatan Bersih Per Petani dan Per Hektar Dalam 1 Musim

Tanam ... 45

(13)

DAFTAR GAMBAR

Gambar

Halaman

1. Tanaman Tembakau ...

7

2. Skema Tahapan-tahapan Pengolahan Tembakau Rakyat ... 14

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

Halaman

1. Karakteristik Petani Sampel di Daerah Penelitian ... 50

2. Biaya Penggunaan Pupuk Per Petani Dalam 1 Musim Tanam ... 51

3. Biaya Penggunaan Pupuk Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 54

4. Biaya Penggunaan Obat-obatan Per Petani Dalam 1 Musim Tanam ... 57

5. Biaya Penggunaan Obat-obatan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 60

6. Biaya Penyusutan Peralatan Per Petani Dalam 1 Musim Tanam ... 63

7. Biaya Penyusutan Peralatan Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 66

8. Distribusi dan Biaya Tenaga Kerja Per Petani Dalam 1 Musim Tanam ... 69

9. Distribusi dan Biaya Tenaga Kerja Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam .. 72

10.Biaya Produksi Per Petani Dalam Musim Tanam ... 75

11.Biaya Produksi Per Hektar Dalam 1 Musim Tanam ... 76

12.Penerimaan Per Petani Dalam 1 Msim Tanam ... 77

13.Penerimaan Per Hektar Dalam 1 Msim Tanam ... 78

14.Pendapatan Per Petani Dalam 1 Msim Tanam ... 79

15.Pendapatan Per Hektar Dalam 1 Msim Tanam ... 80

(15)

RINGKASAN

Erna Kristina Siahaan (040304064 SEP-AGRIBISNIS) dengan judul skripsi

Analisis Usahatani Tembakau Rakyat di Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi.

Indonesia merupakan negara pertanian, artinya sektor pertanian dalam

tatanan pembangunan nasional memegang peranan penting karena selain

bertujuan menyediakan pangan bagi seluruh penduduk. Pertanian juga merupakan

sektor andalan penyumbang devisa negara dari sektor non migas. Besarnya

kesempatan kerja yang diserap dan besarnya jumlah penduduk yang masih

bergantung pada sektor ini memberikan arti bahwa dimasa mendatang sektor ini

masih perlu ditingkatkan. Kita menyadari bahwa masih sedikitnya peneliti sosial

ekonomi tentang perkebunan. Pengembangan tanaman perkebunan pada masa

mendatang mempunyai tantangan dalam hal untuk mendapatkan jenis tanaman

yang cocok dengan kondisi alamnya dan mempunyai prospek pemasaran yang

baik untuk masa mendatang. Salah satu tanaman perkebunan yang mempunyai

nilai ekonomis yang tinggi adalah tembakau. Tembakau merupakan komoditi

perkebunan yang apabila dikelola dengan baik dan dapat dimanfaatkan sebagai

pemasok devisa negara.

Prospek tembakau di Indonesia masih sangat baik, karena memiliki pasar

yang jelas dalam hal ini industri rokok. Perkembangan terakhir menunjukkan

bahwa terjadi ketidakseimbangan antar produksi dan konsumsi tembakau dunia

dalam beberapa tahun terakhir, sementara konsumsi tembakau dunia cenderung

meningkat. Konsumsi total tembakau domestik Indonesia oleh industri rokok juga

masih menunjukkan peningkatan. Melihat akan potensi yang memungkinkan bagi

pengembangan tanaman pertembakauan seperti ketersediaan lahan, tenaga kerja

yang cukup, teknologi yang tersedia, dengan potensi pasar dalam dan luar negeri,

maka arah pengembangan tanaman perkebunan tidak bisa lepas dari potensi yang

ada tersebut.

Kondisi teknik budidaya pada usahatani tembakau rakyat di Kecamatan

Sumbul secara umum masih bersifat tradisional mulai dari pembibitan,

pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiangan dan pembumbunan,

pengendalian hama dan penyakit, panen dan pengeringan. Petani sampel di daerah

penelitian juga masih menggunakan alat-alat yang sederhana untuk usahataninya.

Komponen biaya produksi terdiri dari biaya bibit, pupuk, obat-obatan,

penyusutan alat-alat pertanian, tenaga kerja, lahan dan pajak bumi dan bangunan

yang digunakan para petani sampel selama satu musim tanam.

Penerimaan adalah perkalian antara hasil produksi dengan harga. Semakin

tinggi hasil produksi yang dihasilkan maka semakin tinggi pula penerimaan yang

akan diperoleh. Akan tetapi, produksi yang tinggi tanpa didukung harga jual yang

baik maka penerimaan yang diperoleh tidak tinggi. Artinya untuk memperoleh

penerimaan yang tinggi maka yang harus diperhatikan adalah kualitas dan

kuantitas dari produksi usahatani tembakau rakyat.

(16)

peralatan, tenaga kerja, lahan, pajak bumi dan bangunan) selama proses produksi

usahatani tembakau rakyat berlangsung.

(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Indonesia memiliki potensi alamiah yang bagus untuk mengembangkan

sektor pertanian, salah satu sub sektor dari sektor pertanian adalah sektor

perkebunan. Sebagai suatu kepulauan yang terletak di daerah tropis sekitar

khatulistiwa, Indonesia memiliki beragam jenis tahan yang mampu menyuburkan

tanaman, sinar matahari yang konsisten sepanjang tahun, konsisi alam yang

memenuhi persyaratan tumbuh tanaman, dan curah hujan rata-rata per tahun yang

cukup tinggi, semua kondisi itu merupakan faktor-faktor ekologis yang baik untuk

membudidayakan tanaman perkebunan (Rahardi, 1995).

Berbagai usaha telah dilaksanakan untuk pengembangan tembakau.

Perbaikan teknik budidaya pada akhirnya akan membawa manfaat dalam usaha

pengembangan tersebut. Teknik pembibitan yang efisien, usaha mendapatkan

bahan tanam unggul melalui hibridasi, pengaturan jarak tanam, usaha

perlindungan terhadap hama dan penyakit ditujukan kepada ditemukannya suatu

priode penanaman dan pemeliharaan tembakau yang efisien dengan sasaran

produksi maksimum (Abdullah dan Soedarmanto, 1987).

Tanaman tembakau merupakan salah satu komoditas andalan nasional dan

berperan penting bagi perekonomian Indonesia, terutama dalam penyediaan

lapangan pekerjaan, sumber pendapatan bagi petani dan sumber devisa bagi

negara disamping mendorong berkembangnya agribisnis tembakau dan

(18)

Biaya produksi tanaman tembakau adalah nilai korbanan yang dikeluarkan

selama proses produksi berlangsung dalam satu siklus produksi. Biaya produksi

terdiri dari biaya tetap yaitu biaya yang nilainya tetap sampai pada batas tertentu

yang tidak dipengaruhi oleh volume hasil. Biaya tidak tetap yaitu biaya yang

nilainya tambah sesuai dengan volume produksi yang dihasilkan (Suparman,

1986).

Biaya usahatani tembakau pada umumnya dapat dibagi menjadi 2 (dua)

jenis, yaitu biaya prasarana/sarana produksi dan biaya tenaga kerja. Pada

usahatani tembakau biaya prasarana dan sarana produksi meliputi pembelian bibit

tembakau, pupuk, obat-obatan dan peralatan yang diperlukan. Adapun biaya

tenaga kerja meliputi biaya pengolahan lahan, penanaman, pemeliharaan, maupun

biaya tenaga kerja lainnya yang berkaitan dengan kegiatan usahatani tembakau

(Prawirokusumo, 1990).

Dalam merencanakan usahatani tanaman tembakau dalam satu luasan areal

diperlukan penyusunan farm budget (Biaya Petani). Tujuan dari penyusunan farm

budget adalah untuk mengevaluasi taksiran biaya (cost) maupun manfaat (benefit)

yang akan dihasilkan selama umur proyek dari tanaman tembakau tersebut. Untuk

mendapatkan gamabaran tingkat kelayakan perlu dilakukan analisis finansial.

Langkah yang akan mendukung dalam analisis finansial dalam suatu proyek

usahatani adalah menentukan koefisien teknis. Koefisien teknis ini merupakan

acuan dalam analisis finansial (Prawirokusumo, 1990).

Dengan demikian akan dapat diketahui secara pasti tingkat kelayakan

(19)

rakyat jalur tata niaganya berbeda. Hal ini disebabkan oleh volume tembakau

yang dihasilkan oleh petani masih dalam jumlah kecil (Prawirokusumo, 1990).

Perkembangan tanaman tembakau dewasa ini ditinjau dari penambahan

luas areal sungguh memuaskan, terutama perkebunan rakyat dan perkebunan

swasta. Tembakau merupakan salah satu komoditi ekspor non migas yang

memiliki prospek cukup cerah sebab permintaan didalam negeri juga semakin

kuat dengan semakin berkembangnya sektor agroindustri (Abdullah dan

Soedarmanto, 1987).

Pada masa yang akan datang, komunitas tembakau di Indonesia

diharapkan memperoleh posisi yang sejajar dengan komoditas perkebunan

lainnya, seperti karet, kopi, dan kelapa sawit, baik dalam luas areal maupun

produksinya. Sumbangan nyata tanaman tembakau terhadap perekonomian

Indonesia dalam bentuk devisa dari ekspor tembakau dan hasil industri tanaman

tembakau. Sumbangan lainnya adalah penyediaan bahan baku untuk industri

dalam negeri. Yang tidak kalah penting dari munculnya industri tembakau adalah

tersedianya lapangan pekerjaan bagi jutaan penduduk Indonesia dari tahap

penanaman, pemeliharaan, pemanenan, pengolahan, industri, dan pemasaran

(Suparman, 1986).

Tembakau rakyat dijual tidak hanya cuma di daerah Kabupaten Dairi

tetapi sampai ke daerah tetangga lainnya. Misalnya Kabupaten Humbang

Hasudutan, Karo, Pakpak Barat, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, dan lain-lain.

Dibawah ini dapat dilihat data luas panen, produksi dan produktivitas

(20)

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat Per

Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2007

No

Kecamatan

Luas Panen

Produksi

Produktivitas

Ton/Ha

Ha

%

Ton

%

1.

Nias

-

-

-

-

-

2.

Mandailing Natal

6,00

1,85

2,53

0,83

0,41

3.

Tapanuli Selatan

14,00

4,33

9,72

3,21

0,69

4.

Tapanuli Tengah

-

-

-

-

-

5.

Tapanuli Utara

50,00

15,47

10,73

3,55

0,21

6.

Toba Samosir

-

-

-

-

-

7.

Labuhan Batu

-

-

-

-

-

8.

Asahan

-

-

-

-

-

9.

Simalungun

-

-

-

-

-

10. Dairi

48,50

15,01

28,80

9,53

0,59

11. Karo

182,00

56,34 249,14

82,46

1,36

12. Deli Serdang

-

-

-

-

-

13. Langkat

-

-

-

-

-

14. Nias Selatan

-

-

-

-

-

15. Humbang Hasudutan

22,00

6,81

1,20

0,39

0,05

16. Pakpak Bharat

-

-

-

-

-

17. Samosir

-

-

-

-

-

18. Serdang Bedagai

-

-

-

-

-

Jumlah

323,00

100,00 302,12 100,00

3,31

Sumber : BPS Propinsi Sumatera Utara 2007

Dari Tabel 1 menunjukkan bahwa Kabupaten Dairi memiliki luas panen

sebesar 48,50 Ha, dengan produksi sebesar 28,80 Ton, sehingga dapat

menghasilkan produktivitas tembakau rakyat sebesar 0,59 Ton/Ha.

Dibawah ini dapat dilihat data luas panen, produksi dan produktivitas

(21)

Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat Per

Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2007

No

Kecamatan

Luas Panen

Produksi

Produktivitas

Ton/Ha

Ha

%

Ton

%

1.

Sidikalang

-

-

-

-

-

2.

Sitinjo

-

-

-

-

-

3.

Berampu

-

-

-

-

-

4.

Perbuluan

1,00

2,06

0,71

2,46

0,71

5.

Sumbul

13,00

26,80

7,10

24,65

0,54

6.

Silahisabungan

-

-

-

-

-

7.

Silima Pungga-pungga

0,50

1,03

-

-

-

8.

Lae Parira

-

-

-

-

-

9.

Siempat Nempu

-

-

-

-

-

10. Siempat Nempu Hulu

-

-

-

-

-

11. Siempat Nempu Hilir

9,00

18,55

5,00

17,36

0,55

12. Tinggilingga

9,00

18,55

5,60

19,44

0,62

13. Gunung Sitember

9,00

18,55

6,18

21,45

0,68

14. Pegagan Hilir

1,00

2,06

0,60

2,08

0,60

15. Tanah Pinem

6,00

12,37

3,61

12,53

0,60

Jumlah/Total

48,50 100,00

28,80 100,00

0,59

Sumber : Dinas Perkebunan Sumatera Utara 2007

Kecamatan Sumbul Kabupaten Dairi merupakan salah satu daerah yang

mengelola tanaman tembakau di Propinsi Sumatera Utara, salah satu diantaranya

adalah perkebunan rakyat.

Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dirumuskan beberapa

permasalahan sebagai berikut :

1.

Bagaimana teknis budidaya tembakau rakyat didaerah penelitian?

2.

Bagaimana komponen biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan bersih

petani tembakau rakyat didaerah penelitian?

3.

Apakah usahatani tembakau rakyat didaerah penelitian layak atau tidak layak

(22)

Tujuan Penelitian

1.

Untuk mengetahui teknis budidaya tembakau rakyat di daerah penelitian.

2.

Untuk mengetahui komponen biaya biaya, penerimaan dan pendapatan petani

tembakau rakyat di daerah penelitian.

3.

Untuk mengetahui apakah usahatani tembakau rakyat didaerah penelitian

layak atau tidak layak diusahakan secara finansial.

Kegunaan Penelitian

1.

Sebagai bahan informasi bagi Pemerintah maupun Lembaga lainnya dalam

mengambil kebijaksanaan khususnya dalam bidang Analisis Usahatani

Tembakau Rakyat.

2.

Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak yang membutuhkan.

3.

Sebagai bahan untuk membuat skripsi yang merupakan salah satu syarat

dalam menempuh ujian sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera

(23)

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI

DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Agronomi Tanaman Tembakau

Tembakau Rakyat termasuk dalam Famili solanaceae, dengan sistematika

(taksonomi) sebagai berikut :

Class

: Dicotyledoneae

Ordo

: Personatae

Famili

: Solanaceae

Sub Familia : Nicotianae

Genus

: Nicotiana

Species

: Nicotiana tobacum dan Nicotiana rustika

(Matnawi, 2002).

Gambar 1. Tanaman Tembakau

Berbagai jenis tembakau yang dibudidayakan di Indonesia, menurut

kegunaannya terdiri atas tembakau cerutu, tembakau rokok putih atau virginia,

tembakau rokok kretek, tembakau pipa dan tembakau kunyah (rajangan)

(Sudarmo, 1992).

Tanaman tembakau terdiri atas akar, batang daun, bunga dan buah seperti

(24)

1.

Bagian Akar (Radix)

Tanaman tembakau memiliki akar tunggang, jika tanaman tumbuh bebas

pada tanah yang subur, akar dapat tumbuh sepanjang 0,75 cm. Selain akar

tunggang terdapat pula akar-akar serabut dan bulu-bulu akar. Pertumbuhan

perakaran ada yang lurus, berlekuk, baik pada akar tunggang maupun akar

serabut.

2.

Bagian Batang (Caulis)

Tanaman tembakau pada umumnya memiliki batang yang tegak dengan

tinggi sekitar 2,5 m. Namun pada kondisi syarat tumbuh yang baik tanaman ini

bisa mencapai tinggi sekitar 4 m. Sedangkan pada kondisi syarat tumbuh yang

jelas biasanya lebih pendek, yaitu sekitar 1 m.

3.

Bagian Daun (Folium)

Daun tembakau bentuknya bulat panjang, ujungnya meruncing, tepinya

(pinggirnya) licin dan bertulang sirip. Antara daun dan batang tembakau

dihubungkan oleh tangkai daun yang pendek dan tidak bertangkai sama sekali.

Bagian terpenting tanaman tembakau adalah daun karena bagian inilah yang akan

dipetik (dipanen).

4.

Bagian Bunga (Flos) dan Buah (Fructus)

Bunga tembakau termasuk bunga majemuk yang berbentuk seperti

terompet, benang sari berjumlah lima buah, warna bunga dalam satu helai ada

yang kemerah-merahan dan putih.

Bakal buah terdapat pada bagian dasar bunga, biji-bijinya sangat kecil,

dengan jumlah mencapai ribuan perbatang, sehingga untuk kebutuhan pembibitan

(25)

memelihara bunga hingga berbuah sampai tua untuk keperluan penanaman pada

musim berikutnya (Matnawi, 2002).

Menurut musimnya tanaman tembakau di Indonesia dapat dipisahkan

menjadi dua jenis yaitu :

Tembakau VO (Voor-Oogst)

Tembakau musim kemarau, artinya jenis tembakau ini ditanam pada waktu

musim penghujan dan dipanen pada waktu musim kemarau.

Contonya : Tembakau Sigaret, Tembakau Rakyat dan Tembakau Asapan.

Tembakau NO (Na-Oogst)

Tembakau musim hujan, artinya jenis tembakau yang ditanam pada musim

kemarau, kemudian di panen pada musim penghujan.

Contohnya : Tembakau Cerutu dan Tembakau Pipa.

(Tim Penulis, 1997).

Tembakau rakyat yang sering juga disebut sebagai tembakau asli dan

tembakau rajangan terbesar di berbagai daerah di Indonesia. Banyaknya orang

yang meragukan prospek tembakau asli/rakyat ini, sebab setelah munculnya

jenis-jenis tembakau eksport (terutama Virginia), tembakau asli menjadi tersisih,

anggapan ini tidak benar sebab dalam beberapa hal tembakau asli memiliki

kelebihan yang tidak dimiliki oleh varietas import. Beberapa kelebihan penting

yang dimiliki tembakau asli diantaranya lebih tahan terhadap serangan hama dan

penyakit serta pengolahannya dapat dilakukan secara sederhana (sun/air curing),

sehingga biayanya lebih murah (Rachman, 1983).

Tembakau rakyat dapat diusahakan di tanah sawah maupun tegalan.

(26)

antara kedua jenis lahan itu, biasanya tanaman tembakau rakyat ini ditanam secara

bergilir dengan tanaman padi atau palawija (Padmo dan Djatmiko, 1991).

Tembakau asli masih bisa dibedakan dengan jelas dari tembakau lainnya.

Bentuk daun tembakau asli bervariasi : bersayap, tidak bersayap, bertangkai

panjang, dan bertangkai pendek (Tim Penulis, 1997).

Jenis tembakau yang banyak diusahakan di Indonesia adalah jenis

tembakau yang memiliki kadar nikotin yang rendah. Spesies Nicotiana ruscita

mengandung kadar nikotin tertinggi yaitu sekitar 16 %, sedangkan Nicotiana

tabacum

mempunyai kadar nikotin terendah yaitu sebesar 0,6 %

Tembakau rakyat kebanyakan kebanyakan dipakai sebagai tembakau

rajangan. Hasil rajangan cukup bervariasi, mulai dari rajangan kasar tengah, dan

halus. Dilihat dari warna juga cukup bervariasi, mulai dari kuning, emas, merah,

coklat, sampai hitam kelam. Perbedaan warna ini sebenarnya masih bisa

dimodifikasikan sesuai dengan selera dan keinginan, kecuali warna kuning yang

berhubungan erat dengan varietas yang ditanam. Penggunaan tembakau ini juga

bervariasi, sebagai bahan campuran dalam industri pokok kretek dan sigaret,

dibuat lintingnya atau sering juga digunakan untuk tembakau kunyah (Padmo dan

Djadmiko, 1991).

Tahapan kegiatan usaha tani tembakau rakyat :

1.

Pengolahan Lahan

Pengolahan lahan sebelum penanaman penting sekali dilakukan dengan

(27)

hama dan penyakit tanaman. Pengolahan lahan dilakukan dengan mencangkul

lahan secara merata dan diangin-anginkan, setelah itu dibuat selokan.

Tanaman tembakau rakyat bisa tumbuh di dataran tinggi maupun dataran

rendah, perbedaan ketinggian tempat mengakibatkan perbedaan kualitas daun

tembakau. Tanaman tembakau dapat ditanam pada ketinggian 1000-1500 m

dpl, pH 5,5-6,5. Jika tumbuh pada dataran tinggi maka daunnya akan besar,

tebal dan kuat, sedangkan tembakau yang di tanam di dataran rendahnya

daunnya besar, tipis dan elastis.

2.

Penanaman

Umur tembakau siap ditanam dari persemaian adalah 40-45 hari,

penanaman tembakau dilakukan dengan jarak 0,9 m x 0,7 m dan 1 m x 0,7 m.

3.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan agar tanaman tumbuh dengan baik dan

mendapatkan hasil yang optimal. Pemberian pupuk harus dilaksanakan dengan

tepat, baik waktu maupun jenis pupuk yang digunakan.

Pupuk kandang diberikan 7 hari sebelum tanam dengan dosis 0,5

kg/tanaman, 75 kg/ha TSP, dan 100 kg/ha ZA diberikan pada umur 15-20

HST (Hari Setelah Tanam). Cara pemberian pupuk dengan membuat lubang

tugalan di kiri dan kanan tanaman dengan jarak 10-15 cm dari pangkal batang,

kemudian pupuk ditabur pada lubang dan ditutup dengan tanah yang ada

disekitarnya.

4.

Penyiraman dan Pengairan

Untuk mendapatkan produksi dan kualitas tembakau yang tinggi perlu

(28)

tanaman tembakau memerlukan air yang sesuai dengan kebutuhan yang

diinginkan.

Pada masa awal penanaman sampai umur 7 HST penyiraman dilakukan

setiap hari untuk mencegah kematian bibit yang baru dipindahkan akibat terik

matahari atau keracunan pupuk. Penyiraman sebaiknya pada pagi dan sore

hari, saat suhu udara dan terik matahari tidak terlalu tinggi.

Pada umur 7-25 HST air yang diberikan 1-2 liter pertanam, interval

penyiraman diperjarangkan menjadi 3-5 hari sekali dengan jumlah air yang

diberikan sekitar 3-4 liter pertanam pada umur 25 HST. Pada umur > 25 HST

tanaman sudah mulai kuat, interval penyiraman makin diperjarang sampai

seminggu sekali dengan jumlah air yang diberikan sekitar 4 liter per tanam.

5.

Penyiangan dan Pembumbunan

Penyiangan dan pembumbunan dilakukan secara bersama untuk

menghemat waktu, biaya, dan tenaga serta biasanya 2 x selama satu musim

tanam yaitu pada umur 10 HST dan 30 HST.

Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan gulma sehingga dalam

penyerapan unsur hara tanaman tidak terganggu dalam ”persaingan” yang

berupa gulma. Pembumbuan dilakukan sekaligus pada saat penyiangin ini

bertujuan agar tanah gembur, sirkulasi udara di alam tanah lancar, dan

kelembaban tanah terjaga. Hal ini dilakukan karena makin lama tanah akan

semakin memadat.

6.

Pemangkasan

Waktu pemangkasan yang baik pada saat 10%-20% tanaman telah

(29)

-

Pemangkasan bunga (Topping)

Pemangkasan bunga berfungsi dapat menebalkan dan meleberkan daun

yang dihasilkan.

- Pemangkasan tunai katiak daun (Suckering)

Pemangkasan tunas ketiak daun bertujuan untuk mengefisienkan

penggunaan zat hara dan menjaga kualitas daun agar tetap baik.

7.

Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman

Sebaiknya agar selalu menjaga kebersihan kebun, pengaturan jarak tanam,

pemetikan, pemotongan bagian tanaman yang terserang, menggunakan

varietas yang tahan terhadap serangan hama dan penyakit dan menggunakan

pestisida secara selektif dan bijaksana.

8.

Panen

Penentuan waktu panen yang tetap semakin penting karena pemanenan

yang dilakukan sebelum matang atau kelewat matang berpengaruh sama

buruknya. Daun yang dipetik sebelum matang kualitasnya akan menurun

karena setelah kering menjadi kisut dan tulang daunnya melengkung sehingga

permukaan helaian daun tidak rata. Disamping itu warnanyapun kurang

menarik, yaitu coklat tua. Sedangkan daun yang terlambat dipanen biasanya

mudah sobek dan warnanya merah tua sehingga kadang-kadang daunnya

membusuk sebelum kering. Oleh karena itu, waktu pemanenan yang tidak

tepat akan menurunkan kualitas sehingga harganya pun anjlok.

Pelaksanaan pemanenan daun tembakau dapat dilakukan setelah berumur

45-65 hari setelah tanam. Kriteria daun yang telah matang ditandai dengan

(30)

daun telah berubah warnanya menjadi hijau kekuningan serta pucuk daun agak

melengkung kebawah (Tim Penulis, 1997).

Tahapan-tahapan pengolahan tembakau rakyat adalah:

Keterangan:

Saling Behubungan

Pemetikan Daun

Sortasi Pertama

Penggulungan

Pemeraman

Penghilangan Gagang

Perajangan

Sortasi Kedua

Pencampuran

Persiapan Penjemuran

Pelemasan

(31)

Tahapan-tahapan pengolahan tembakau rakyat adalah :

1.

Sortasi Pertama

Sortasi pertama dilakukan untuk memilih daun tembakau sesuai dengan

kualitasnya dan dikelompok-kelompokkan.

2.

Pemeraman

Daun tembakau di tumpuk di tempat pemeraman kemudian ditutup dengan

daun pisang atau daun kelapa. Pemeraman dilakukan selama 3-4 hari sampai

daun tembakau berwarna kuning.

3.

Sortasi Kedua

Mengelompokkan daun tembakau berdasarkan warna asli pemeraman.

4.

Penghilangan gagang dan penggulungan

Setelah diperam dan disortasi maka daun tembakau dihilangkan

gagangnya setelah itu digulung.

5.

Perajangan

Perajangan tembakau dilakukan pada pukul 03.00-06.00 pagi dengan

menggunakan alat perajang sederhana. Halus kasarnya rajangan tergantung

permintaan pasar.

6.

Pencampuran dan Persiapan Penjemuran

Hasil rajangan yang masih basah diaduk rata setelah itu persiapan untuk

penjemuran. Daun tembakau rajangan dijemur di atas ragen (sesek) dengan

ketebalan merata sekitar 3 cm. Penjemuran diusahakan agar kering pada hari

yang sama dengan kadar air 40%.

Tanda-tanda daun yang telah kering bila diremas seolah-olah patah. Dari

(32)

7.

Pelemasan dan Pengepakan

Daun yang telah dikeringkan maka diembunkan pada malam hari, apabila

rajangan tembakau sudah lemas atau elastis kemudian diatur berlapis-lapis dan

diikat dengan tali.

Gulungan daun di masukkan ke dalam pembungkus yang terbuat dari tikar

atau sesek anyaman bambu, bobot 1 bal biasanya 40-100 kg (Matnawi, 2002).

Tinjauan Ekonomi Tanaman Tembakau

Tanaman perkebunan seperti tembakau merupakan komoditas yang

mempunyai nilai ekonomis sangat tinggi. Apabila dikelola dengan baik dan dapat

dimanfaatkan sebagai pemasok Devisa Negara, serta tanaman perkebunan

merupakan tanaman tahunan, ekosistemnya lebih stabil, sehingga strategi

pengendalian hama dan penyakit seharusnya di rencanakan lebih baik (Sudarmo,

1993).

Secara politis, perdagangan tembakau di pasar Internasional mempunyai

dampak positif, sebab dapat mendekatkan hubungan antara Negara yang

bersangkutan seperti antara Indonesia dengan Negara Eropa Barat yang secara

tradisional membeli tembakau Indonesia (Matnawi, 2002).

Indonesia tidak termasuk produsen utama tembakau dunia apabila dilihat

dari luas tanah, jumlah produksi dan tenaga kerja yang terlibat dalam budidaya

tembakau, namun disisi lain tembakau-tembakau Indonesia sejak lama dikenal

sebagai tembakau yang bermutu tinggi, khususnya untuk keperluan bahan baku

(33)

Potensi permintaan pasar terhadap tembakau rakyat tinggi, hal ini dapat

dilihat dari pasar penjualan tembakau rakyat. Tembakau rakyat biasanya

digunakan oleh masyarakat bersuku batak untuk campuran sirih dan rokok gulung

(Matnawi, 2002).

Landasan Teori

Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi dimana peranan input

(faktor produksi atau korbanan produksi) dalam menghasilkan output (hasil atau

produksi) menjadi perhatian yang utama. Peranan input bukan saja dilihat dari

macam atau ketersediaannya dalam waktu yang tepat, tetapi dapat juga dilihat dari

segi efisiensi penggunaan faktor tersebut (Tohir, 1991).

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk atau output. Produk

atau produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain

disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang

baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu

juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usaha tani tersebut

dilaksanakan dengan kurang baik (Soekartawi, 1995).

Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga

kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya

mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi

faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya,

keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan

mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan

(34)

Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha

pertanian. Tanpa modal, sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak

modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan

modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan

masukan (Daniel, 2002).

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahtani swasembada,

khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam

usahatani swasembada atau usahatani keluarga, faktor tenaga kerja keluarga

petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).

Untuk menghasilkan produksi (output) diperlukan bantuan kerjasama

beberapa faktor produksi sekaligus. Masalah ekonomi yang kita hadapi kini

adalah bagaimana petani dapat mengkombinasikan faktor-faktor produksi tersebut

agar tercapai efisiensi yang setinggi-tingginya baik secara fisik maupun secara

ekonomis (Mubyarto, 1998).

Menurut Prawirokusumo (1990), Income statement adalah suatu ringkasan

dari pendapatan atau pengeluaran untuk jangka waktu tertentu dan berfungsi

sebagai alat kontrol untuk alat evaluasi suatu usaha. Ada beberapa pembagian

tentang pendapatan yaitu:

1.

Pendapatan tenaga kerja (labour income) adalah jumlah seluruh

penerimaan dikurangi biaya produksi kecuali biaya tenaga kerja.

2.

Pendapatan tenaga kerja keluarga (family labour income) adalah total

pendapatan tenaga kerja dikurangi upah tenaga kerja dalam keluarga.

3.

Pendapatan keluarga petani (family’s income) adalah pendapatan bersih

(35)

Istilah tataniaga di negara kita diartikan sama dengan pemasaran atau

distribusi, yaitu semacam kegiatan ekonomi yang berfungsi membawa atau

menyampaikan barang dari produsen kekonsumen (Mubyarto, 1998).

Dalam pemasaran komoditi pertanian terdapat pelaku-pelaku ekonomi

yang terlibat secara langsung ataupun tidak langsung, dengan cara melaksanakan

fungsi-fungsi pemasaran. Komoditi yang dipasarkan juga bervariasi kualitasnya

dengan harga yang beragam pula. Fungsi-fungsi pemasaran yang dilakukan

lembaga-lembaga pemasaran juga bervariasi (Sudiyono, 2004).

Sebagai proses produksi yang komersial, maka pemasaran pertanian

merupakan syarat mutlak yang diperlukan dalam pembangunan pertanian.

Pemasaran pertanian dapat menciptakan nilai tambah melalui guna tempat, guna

bentuk, dan guna waktu. Dengan demikian, pemasaran pertanian dianggap

memberikan nilai tambah yang dapat dianggap sebagai kegiatan produktif

(Sudiyono, 2004).

Kerangka Pemikiran

Tembakau rakyat merupakan salah satu usaha perkebunan yang memiliki

prospek yang cukup cerah untuk dikembangkan karena selain memberikan hasil

yang memuaskan juga membuka lapangan pekerjaan bagi masyarakat Indonesia.

Petani adalah sebagai individu yang melakukan suatu kegiatan

usahataninya, usahatani yang dimaksud adalah berupa usahatani tembakau rakyat.

Petani akan memperoleh penerimaan usahatani dari hasil penjualan

produksi tembakau. Penerimaan usahatani merupakan hasil perkalian antara

(36)

memperoleh penerimaan, untuk mengetahui pendapatan maka perlu diketahui

biaya produksi. Biaya Produksi terdiri dari pupuk, obat-obatan, biaya penyusutan,

upah tenaga kerja, dan pajak bumi dan bangunan. Setelah biaya produksi

diketahui, maka Pendapatan dapat diperoleh setelah mengurangkan penerimaan

dengan biaya produksi.

Keseluruhan kegiatan usahatani tembakau tersebut dapat dianalisis

menggunakan rumus R/C sehingga dapat diketahui bagaimana kondisi finansial

(37)

Adapun skema pemikiran dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

Keterangan :

[image:37.595.115.512.145.624.2]

= Mempengaruhi

GAMBAR 1. SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN

Usahatani

Tembakau Rakyat

Produksi

Penerimaan

Harga

Pendapatan

Biaya Produksi :

- Bibit

- Pupuk

- Obat-obatan

- Penyusutan

- Upah Tenaga Kerja

- Sewa Lahan

- PBB

Petani

(38)

Hipotesis Penelitian

Adapun hipotesis dari penelitian ini yang sesuai dengan landasan teori adalah

sebagai berikut:

1.

Usahatani tembakau rakyat memberikan pendapatan lebih besar dari biaya

yang dikeluarkan.

2.

Usahatani tembakau rakyat di daerah penelitian layak diusahakan dari segi

(39)

METODE PENELITIAN

Metode Penentuan Lokasi

Secara teritorial penelitian ini akan mempunyai ruang lingkup cakupan

seluruh wilayah Propinsi Sumatera Utara yang terdiri dari 26 Kabupaten/Kota.

Namun dalam pelaksanaan survey difokuskan hanya pada Kecamatan Sumbul

Kabupaten Dairi. Daerah penelitian ditetapkan secara purposive yaitu secara

sengaja berdasarkan data yang ada, karena Kecamatan Sumbul tersebut potensial

dalam melaksanakan usahatani tanaman tembakau rakyat (Soekartawi, 2002)

Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan secara acak agar tiap unit penelitian atau

satuan elementer dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai

sampel. Apabila besarnya sampel yang diinginkan berbeda-beda, maka kesempatan bagi

tiap satuan elementer untuk terpilihpun berbeda-beda pula.

P

opulasi petani tembakau yang terdapat di kecamatan Sumbul kabupaten

Dairi berjumlah 217 KK, dari jumlah tersebut ditetapkan sampel sebanyak 68 KK

populasi petani tembakau rakyat.

Penarikan sampel petani di kecamatan Sumbul kabupaten Dairi dengan

menggunakan rumus Slovin berikut ini:

n

=

2

1

N

e
(40)

Dimana :

n

= Besarnya Sampel ( Jiwa)

N

= Jumlah Populasi ( Jiwa)

e

= Margin Eror ( 10 %)

(Sevilla, 1993)

Jumlah sampel yang mengusahakan usahatani tembakau rakyat didaerah

penelitian yaitu :

n

=

2

1

N

e

N

+

=

)

01

.

0

(

217

1

217

+

= 68 kk

Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian terdiri dari data primer dan

sekunder. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan petani di

Kecamaatn Sumbul melalui survey maupun data kuisioner yang sudah disiapkan.

Sedangkan data sekunder diperoleh melalui kantor atau instansi terkait seperti

BPS (Badan Pusat Statistik).

Metode Analisis Data

Untuk permasalahan 1 dianalisis dengan menggunakan analisis deskriptif

yaitu mengamati teknis budidaya tanaman tembakau. (Soekartawi, 2002)

Untuk permasalahan 2 dianalisis dengan analisis deskriptif yaitu

(41)

pajak bumi dan bangunan) berdasarkan survey dan pengamatan yang dilakukan

didaerah penelitian. (Soekartawi, 2002)

Untuk penerimaan petani dari usahatani tembakau rakyat maka digunakan

rumus sebagai berikut:

Tr = Py.Y

Keterangan:

Tr

=

Total Revenue/Total Penerimaan (Rp)

Py

=

Price/Harga (Rp)

Y

=

Yield/Produksi yang diperoleh dalam usahatani (Rp)

(Soekartawi, 2002)

Dimana untuk mengetahui pendapatan petani dari usahatani tembakau

rakyat maka digunakan rumus sebagai berikut:

Pd = TR – TC

Keterangan:

Pd

=

Pendapatan Usahatani/Keuntungan (Rp)

TR

=

Total Revenue/Total Penerimaan (Rp)

TC

=

Total Cost/Total Biaya (Rp)

(Soekartawi,2002)

Untuk permasalahan 3 dimana untuk mengetahui kelayakan usahatani

tanaman tembakau rakyat dari segi ekonomi digunakan analisis R/C sebagai

berikut :

(42)

Keterangan :

Revenue

=

Penerimaan (Rp)

Cost

=

Biaya (Rp)

Kriteria :

Jika R/C

1, maka usahatani tembakau rakyat layak diusahakan.

Jika R/C < 1, maka usahatani tembakau rakyat tidak layak diusahakan

(Soekartawi, 2002).

Defenisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman atau kekeliruan dalam penafsiran

penelitian ini, maka perlu dibuat defenisi dan batasan operasional sebagai berikut :

Defenisi

1.

Usahatani adalah suatu penemuan dimana petani mengolah usahataninya

berdasarkan faktor-faktor peroduksi (lahan, modal, tenaga kerja, dan sarana

produksi).

2.

Perkebunan rakyat adalah suatu usaha budidaya tanaman yang dilakukan oleh

rakyat yang dihasilkan dalam skala yang terbatas luasnya.

3.

Komponen biaya produksi termasuk biaya tenaga kerja, biaya penyusutan dan

biaya sarana produksi seperti bibit, pupuk, obat-obatan yang digunakan

selama satu periode produksi yang dinilai dalam rupiah/periode.

4.

Penerimaan adalah perkalian antara hasil produksi dengan harga.

5.

Biaya adalah ongkos yang dikeluarkan untuk menghasilkan produksi

(43)

6.

Pendapatan adalah selisih anatara penerimaan usahatani tembakau rakyat

dengan biaya usahatani tembakau rakyat.

7.

Kriteria kelayakan adalah kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan suatu

usahatani untuk mengukur apakah usahatani itu layak atau tidak layak untuk

diusahakan.

8.

Yang menjadi populasi dan sampel adalah para petani yang melakukan

usahatani tembakau rakyat.

Batasan Operasional

1.

Penelitian dilakukan di Kabupaten Dairi.

2.

Penelitian dilakukan dari November 2008 s/d April 2009.

(44)

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

Deskripsi Daerah Penelitian

Letak Geografis, Batas dan Luas Wilayah

Kecamatan Sumbul berada di Kabupaten Karo, Provinsi Sumatera Utara.

Kecamatan Sumbul mempunyai luas 192,58 Km

2

terletak pada ketinggian 1.400

m di atas permukaan laut, antara :

Lintang Utara

: 02.25º - 02.45º

Bujur Timur

: 98.00º - 98.30º

Sebagian besar arealny terdiri dari Pegunugan yang bergelombang dan

hanya sebagian kecil yang datar/rata. Dan sebagian besar adalah hutan, maka

iklim di Daerah ini adalah iklim sedang (Sub Tropis).

Secara administrasi Kecamatan Sumbul mempunyai batas-batas wilayah

sebagai berikut :

Sebelah Utara

:

Kecamatan Pegagan Hilir

Sebelah Timur

:

Kabupaten Karo dan Kabupaten Simalungun

Sebelah Selatan

:

Kecamatan Perbuluan

Sebelah Barat

:

Kecamatan Silahisabungan.

Wilayah kecamatan Sumbul terdiri dari 1 kelurahan yaitu kelurahan

pegagan julu I dan 18 desa yaitu desa pegagan julu II, desa pegagan julu III, desa

pegagan julu IV, desa pegagan julu V, desa pegagan julu VI, desa pegagan julu

VII, desa pegagan julu VIII, desa pegagan julu IX, desa pegagan julu X, desa

(45)

perjuangan, desa pangguruan, desa sileu leu parsaoran, desa tanjung beringin I,

dan desa barisan nauli.

Penggunaan Lahan

Kecamatan Sumbul mempunyai luas wilayah 7345 ha (73.450.000 m

2

).

Penggunaan lahan dikecamatan Sumbul menurut fungsinya terdiri dari usahatani

lahan kering, lahan sawah, halaman pekarangan dan lainnya. Jenis lahan terdiri

dari tanah andosol, grumusol, latosol, podsoloid merah, podsoloid kuning, yang

membutuhkan penambahan unsur hara untuk mendapatkan unsur tanah yang baik.

Gambaran luas wilayah Kecamatan Sumbul berdasarkan jenis penggunaan

[image:45.595.114.511.416.504.2]

lahan dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumbul Tahun 2008

No

Jenis Lahan

Luas (Ha)

Persentase (%)

1

Lahan Kering

4.305

58,61

2

Lahan Sawah

2.441

33,23

3

Halaman Pekarangan

546

7,43

4

Lainnya

53

0,72

Jumlah

7.345

100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa sebanyak 4305 Ha (58,61 %)

penggunaan lahan diKecamatan Sumbul lebih banyak digunakan sebagai lahan

kering yaitu untuk lahan pertanian yang mengusahakan tanaman keras dan

tanaman perkebunan seperti tembakau. Mata pencaharian masyarakat kecamatan

Sumbul yang dominan bekerja sebagai petani dimana dalam satu lahan milik

(46)

Lahan seluas 2441 Ha (33,23 %) digunakan untuk lahan pertanian sawah.

Lahan pertanian sawah di Kecamatan Sumbul menggunakan sistem pengairan

teknis.

Luas lahan 546 Ha (7,43 %) dan 53 Ha (0,72 %) berfungsi sebagai lahan

non pertanian yaitu digunakan untuk pemukiman penduduk, perkantoran,

pertokoan, sekolah dan pekarangan.

Kependudukan

Penduduk Kecamatan Sumbul sebanyak 40.465 jiwa yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 19.830 jiwa (49,01 %) dan perempuan sebanyak 20.635 jiwa (

50.99 %), dengan jumlah rumah tangga 8.710 Kepala Keluarga (KK) dengan

penyebaran yang tidak merata. Rata-rata benyaknya jiwa per rumah tangga adalah

sebanyak 5 jiwa.

Penduduk di Kecamatan Sumbul memiliki kelompok umur yang

bervariasi. Secara terperinci keadaan penduduk menurut kelompok umur dapat

dilihat pada tabel berikut :

Tabel 4. Distribusi Penduduk menurut Usia di Kecamatan Sumbul Tahun

2008.

No

Golongan Umur (Tahun)

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1

0-14

12.497

30,88

2

15-64

18.739

46,30

3

64+

9.229

22.80

Jumlah

40.465

100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa jumlah penduduk terbanyak di kecamatan

Sumbul menurut kelompok umur terdapat pada golongan umur 15-64 tahun yaitu

[image:46.595.115.512.567.645.2]
(47)

umur di kecamatan Sumbul terdapat pada golongan umur 64 tahun keatas yaitu

sebanyak 9229 jiwa (22,80 %). Jumlah penduduk pada golongan umur 0-14 tahun

merupakan penduduk yang produktif dan dapat bekerja sehingga dapat

menghidupi kebutuhan keluarga.

Pendidikan merupakan hal utama bagi penduduk untuk dapat

mengembangkan pengetahuan dan Sumber Daya Manusia. Dalam proses

pendidikan dapat diperoleh terapan dari nilai-nilai moral dan etika serta

pengetahuan untuk mencapai tujuan pembangunan. Pendidikan terdiri dari 2 jenis

yaitu pendidikan formal dan pendidikan non formal. Distribusi penduduk menurut

tingkat pendidikan formal di kecamatan Sumbul dapat diihat pada tabel berikut

ini:

Tabel 5. Distribusi Penduduk menurut Tingkat Pendidikan di Kecamatan

Sumbul Tahun 2008.

No

Tingkat Pendidikan Formal

Jumlah

Penduduk (Jiwa)

Persentase

(%)

1

Tidak/Belum Sekolah

5.264

13,00

2

Tidak Tamat SD

6.971

17,22

3

Tamat SD

8.794

21,73

4

Tamat SLTP

5.991

14,80

5

Tamat SLTA

7.829

19,34

6

Tamat Diploma I-II

918

2,26

7

Tamat Diploma III

1.984

4,90

8

Tamat Diploma IV-S1

2.714

6,70

9

Tamat S2-S3

0

0

Jumlah

40.465

100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Tabel 5 menunjukkan bahwa pendidikan penduduk secara formal sangat

bervariasi. Namun distribusi penduduk paling banyak yaitu penduduk pada

tingakat pendidikan SD. Penduduk yang tamat SD sebanyak 8794 jiwa (21,73 %).

[image:47.595.113.516.430.603.2]
(48)

dapat dilihat dari jumlahpenduduk yang tamat SLTP sebanyak 5991 jiwa (14,80

%) tamat SLTA sebanyak 7829 jiwa (19,34 %).

Penduduk yang mengikuti pendidikan hingga tingkat perguruan tinggi

jumlahnya sedikit bila dibandingkan dengan jumlah penduduk secara keseluruhan.

Jumlah penduduk yang mengambil pendidikan hingga ke tinggkat perguruan

tinggi adalah sebanyak 5616 jiwa ( 13,87 %). Jumlah yang tidak/belum sekolah

mencapai 5264 jiwa (13 %).

Perekonomian Desa

Pada umumnya sumber mata pencaharian penduduk dikecamatan Sumbul

adalah sektor pertanian. Komposisi penduduk kecamatan Sumbul menurut mata

pencaharian dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 6. Distribusi Penduduk menurut Mata Pencaharian di Kecamatan

Sumbul Tahun 2008.

No

Mata Pencaharian

Jumlah (Jiwa)

Persentase (%)

1

Petani/Nelayan

4.680

32,73

2

Pedagang

2.813

19,67

3

Pengusaha Ternak

977

6,83

4

Buruh Tani

3.214

22,48

5

PNS

2.612

18,27

Jumlah

14.296

100,00

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Tabel 6 menunjukkan bahwa mayoritas penduduk kecamatan Sumbul

mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian sebanyak 4680 jiwa (32,73

%). Penduduk dengan sumber mata pencaharian buruh tani juga mencapai 3214

jiwa (22,48 %). Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas perekonomian

didominasioleh sektor pertanian. Penduduk yang mata pencahariannya sebagai

[image:48.595.110.513.459.566.2]
(49)

pencahariannya sebagai PNS sebanyak 2612 jiwa (18,27 %). Penduduk yang

menekuni mata pencaharian sebagai peternak paling sedikit terdapat dikecamatan

Sumbul yaitu sebesar 977 jiwa (6,83 %).

Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan

masayarakat, semakin baik sarana dan prasarana akan mempercepat laju

pembangunan. Sarana dan prasarana di Kecamatan Sumbul seperti sarana

pendidikan, kesehatan, dan transportasi yang cukup memadai. Keadaan sarana dan

[image:49.595.112.514.387.679.2]

prasarana di Kecamatan Sumbul dapat di lihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Sarana dan Prasarana di Kecamatan Sumbul Tahun 2008

NO

SARANA DAN PRASARANA

JUMLAH

(UNIT)

1.

Prasarana Pendidikan

TK

2

SD

39

SMP

10

SMA

8

2.

Prasarana Kesehatan

Rumah Sakit

-

Puskesmas

2

Posyandu

57

3.

Prasarana Ibadah

Gereja

174

Mesjid

11

4

Sarana Tranportasi

Truk

20

Angkutan Umum

213

Mobil Pribadi

96

Sepeda Motor

250

Sepeda

90

Sumber : Kantor Kepala Desa Kecamatan Sumbul 2008

Kondisi sarana transportasi di Kecamatan Sumbul tersedia dengan baik,

(50)

Hal ini didukung pula dengan kondisi jalan yang sudah diaspal, walaupun ada

beberapa titik dijumpai kondisi jalan yang rusak. Sehingga pateni tidak

mengalami kesulitan dalam memperoleh sarana produksi dan penjualan hasil

karena sarana tranportasi cukup tersedia. Prasarana yang tersedia juga lengkap

yang mencakup seluruh aspek kehidupan masyarakat kecamatan Sumbul dari

pelayanan kesehatan, pendidikan, hingga keagamaan.

Karakteristik Petani Tembakau di Kecamatan Sumbul

Petani tembakau adalah orang yang memiliki mata pencaharian sebagai

petani tembakau, melakukan kegiatan produksi mulai dari mengolah tanah sampai

pada kegiatan panen dan bertempat tinggal di kecamatan Sumbul.

Yang termasuk karakteristik 68 petani sample adalah umur, pendidikan,

pengalaman bertani , luas lahan dan volume penjualan. Karakteristik petani

[image:50.595.113.515.498.583.2]

sample tersebut dapat dilihat pada berikut :

Tabel 8. Karakteristik Petani Sampel

No.

Uraian

Rentang

Rataan

1 Luas Lahan (Ha) 0,12 – 1,00 0,28 2 Pendidikan(Tahun) 6 – 12 9,49

3 Umur (Tahun) 30 – 62 42,90

4 Pengalaman Bertani (Tahun) 3 – 37 16,49 5 Jumlah Tanggungan (jiwa) 1 - 6 3,62 Sumber : Analisis Data Primer Lampiran 1 (2008)

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa luas lahan petani sampel yaitu berkisar

antara 0,12-1,00 ha dengan rataan 0.28 ha. Dari hasil penelitian dapat diketahui

bahwa luas lahan yang diusahakan oleh petani sampel sudah luas.

Untuk tingkat pendidikan formal petani dapat dilihat yaitu berkisar antara

(51)

bahwa tingkat pengetahuan yang dimiliki oleh petani dalam rangka pengelolaan

usahataninya dapat dikatakan tergolong cukup yaitu diperkirakan rata-rata tamat

SMP.

Umur petani sampel yaitu berkisar 30-62 tahun dengan rataan sebesar

42,90 tahun. Dari rataan dapat dilihat bahwa petani sampel masih berada dalam

kategori usia yang produktif sehingga potensial dalam pengelolaan usaha taninya

dapat dikatakan besar.

Untuk tingkat pengalaman bertani petani sampel di daerah penelitian

berkisar 3-37 tahun dengan rataan 16,49 tahun sehingga dari hasil penelitian di

lapangan dapat dikatakan tingkat pengalaman bertani petani sampel sudah

tergolong lama sehingga petani sampel memiliki wawasan dan pengetahuan yang

lebih baik dalam pengelolaan usahataninya.

Jumlah tanggungan keluarga para petani sampel di daerah penelitian yaitu

berkisar antara 1-6 jiwa dengan rataan 3,62 jiwa. Dari hasil rataan tersebut dapat

(52)

HASIL DAN PEMBAHASAN

(1) Teknis Budidaya Tanaman Tembakau Rakyat di Daerah Penelitian

Kondisi teknik budidaya pada usahatani tembakau rakyat di Kecamatan

Sumbul secara umum masih bersifat tradisional mulai dari pembibitan,

pengolahan tanah, penanaman, pemupukan, penyiraman, penyiangan. Petani

sampel di daerah penelitian juga masih menggunakan alat-alat yang sederhana

untuk usahataninya.

1.

Pembibitan

Pembibitan dilakukan petani disebuah lahan kosong yang berukuran 2 m x 2

m. Sebelumnya lahan tersebut telah dicangkul sehingga gembur untuk

ditanami bibit tembakau. Setelah gembur bibit tembakau tersebut langsung

disemai dilahan tersebut.

±

0,1 ons/hektar. Lalu ditutup dengan goni dan

dibiarkan hingga

±

2 minggu sampai menjadi kecambah. Setelah itu goni

tersebut dibuka lalu digantikan dengan membuat atap dengan ketinggian

setengah meter, dan dibiarkan

±

2 bulan. Setelah itu bibit-bibit tersebut sudah

dapat ditanam kelahan.

2.

Pengolahan Lahan

Langkah awal dari persiapan menanam tembakau rakyat dimulai dengan

pengolahan lahan secara sempurna, agar dapat menghasilkan produksi

tembakau rakyat yang optimal. Misalnya saja lahan yang akan digunakan

bekas penanaman padi, maka langkah awal adalah membabat jerami kemudian

(53)

menanam. Didaerah penelitian para petani masih menggunakan alat pertanian

yang tradisional seperti cangkul.

3.

Penanaman

Penanaman dilakukan dengan cara menanam bibit yang berumur 40 - 45 hari,

dengan jarak tanam yang digunakan 50 cm x 100 cm.

4.

Pemupukan

Pemupukan yang dilakukan oleh petani sampel didaerah penelitian

dilaksanakan dua kali dalam satu musim tanam (6 bulan). Pemupukan pertama

dilakukan pada saat penanaman bibit. Sedangkan pemupukan yang kedua

dilakukan pada saat tanaman tembakau sudah berumur 21 hari (3 minggu).

Pupuk yang digunakan oleh petani sampel didaerah penelitian adalah pupuk

NPK, Rz, TSP, Urea , Hidrokomplek, Boron, Patenkalibutir, dan Kompos.

5.

Penyiangan dan Pembumbunan

Petani sampel melakukan penyiangan dan pembumbunan secara bersamaan

untuk menghemat waktu, biaya, dan tenaga. Penyiangan dan pembumbunan

dilakukan satu kali dalam satu musim tanam. Penyiangan dan pembumbunan

ini dilakukan para petani setelah umur tanaman tembakau 30 hari setelah

tanam.

6.

Pengendalian Hama dan Penyakit

Para petani di daerah penelitian melakukan pengendalian hama dan penyakit

tergantung kebutuhan dari tanaman tembakau rakyat itu sendiri.

7.

Panen dan Pengeringan

Pemanenan adalah suatu tahapan yang sangat penting diperhatikan dalam

(54)

didaerah penelitian dapat dilakukan 60 hari setelah tanam. Daun dapat dipanen

apabila warna daun sudah mulai berwarna kekuningan. Pemanenan dilakukan

dua kali dalam seminggu hingga daun tanaman habis atau

±

32 kali panen

dalam satu musim tanam. Satu kali panen bisa menghasilkan 3 sampai 4 helai

daun tembakau.

Setelah daun tembakau dipanen, para petani langsung mengeringkan daun

tembakau tersebut. Pengeringan yang dilakukan didaerah penelitian masih

alami, karena masih mengandalkan udara. Pengeringan ini dilakukan bukan

langsung dibawah sinar matahari, tetapi hanya diangin-anginkan saja. Agar

pengeringannya dapat merata.

Daun yang telah dipanen tersebut ujung tulang daunnya dicucuk kebambu

yang sudah dihaluskan. Lalu bambu yang sudah tercucuk daun tembakau

Gambar

Tabel 1. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat Per Kabupaten di Sumatera Utara tahun 2007
Tabel 2. Luas Panen, Produksi dan Produktivitas Tembakau Rakyat Per Kecamatan di Kabupaten Dairi Tahun 2007
GAMBAR 1. SKEMA KERANGKA PEMIKIRAN
Tabel 3. Distribusi Penggunaan Lahan di Kecamatan Sumbul Tahun 2008
+7

Referensi

Dokumen terkait

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh guru yang ada di SMK Bina Insan Mandiri Jakarta Barat yang berjumlah 44 orang, karena relatif sedikit jumlah populasi, maka

Masail al-Ushul yaitu masail zhahir al-Riwayah, adalah masalah-masalah hukum Islam yang terdapat pada zahir riwayah yaitu suatu permasalahan yang diriwayatkan oleh Abu

Dalam penelitian ini, cara untuk menentukan variabel independen yang paling berpengaruh terhadap variabel dependen adalah dengan menggunakan standarized

Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu untuk mengetahui pengaruh penggunaan iklan dan celebrity endorser di Youtube terhadap keputusan pembelian Shampoo

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, dapat disimpulkan bahwa akar penyebab terjadinya waste motion pada proses produksi rubber step aspira belakang di PT Agronesia

Pemilihan prinsip tersebut untuk dijadikan metode adalah karena prinsip koneksi visual dengan alam memiliki hasil penelitian yang paling kuat untuk merespon stress,

Hasil penelitian tentang Analisis Kemampuan Berpikir Kritis dalam Pemecahan Masalah Matematika Studi Multi Kasus pada Siswa Kelas V MI Miftahul Ulum Batu dan MI Wahid Hasyim 03