• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet(Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Lama Penyimpanan Pada Kertas Koran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet(Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Lama Penyimpanan Pada Kertas Koran"

Copied!
115
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR

KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN

AIR KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN PADA KERTAS

KORAN

Oleh:

TENGKU OCTIFA AFRIZA 060301018/BDP-AGRONOMI

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR

KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN

AIR KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN PADA KERTAS

KORAN

SKRIPSI

Oleh:

TENGKU OCTIFA AFRIZA 060301018/BDP-AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

(3)

ABSTRAK

TENGKU OCTIFA AFRIZA. Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Lama

Penyimpanan Pada Kertas Koran. Dibawah bimbingan B.SENGLI. J DAMANIK dan SABAR GINTING.

Stum mata tidur karet merupakan bahan tanaman yang banyak digunakan petani maupun perkebunan. Pemberian air kelapa dan penyimpanan pada kertas koran diharapkan dapat meningkatkan daya simpan stum karet selama penyimpanan tanpa mengurangi pesentase pertumbuhan stum karet di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) pada media kertas koran .

Penelitian dilakukan di lahan penelitian di Balai Penelitian Karet Sei Putih, Kec.Galang, mulai Februari hingga Mei 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi air kelapa dengan 4 taraf yaitu kkonsentrasi 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l dan 750 cc/l, faktor kedua yaitu lama penyimpanan dengan 3 taraf yaitu 10, 20 dan 30 hari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa K2 (500 cc/l) dapat meningkatkan jumlah daun sebesar 3,62 helai dan dan dapat menekan persentase mata melentis pada saat penyimpanan sebesar 37,5%. Dan lama penyimpanan pada kertas Koran L3 (30 hari ) dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat kering akar dan berat kering tajuk stum.

(4)

ABSTRAK

TENGKU OCTIFA AFRIZA. The growth of rubber budded stump (Hevea brasiliensis Muell Arg..) through giving coconut water and storage periode in

newspaper , supervised by B.SENGLI. J DAMANIK and SABAR GINTING.

Rubber budded stump is a material plant which used by many farmer and . Giving coconut water and and storage periode in newspaper was hoped to increase storage capacity of rubber budded stump as long as period of saving without decrease percentage of it’s growth in field . The research was aimed to identify the growth of rubber budded stump through giving giving coconut water and storage periode in newspaper. Research was held in Balai Penelitian Karet Sei Putih, Kec.Galang, on February until May 2010. The method of this research randomized block design with 3 replication., coconut water concentration was put on first factor, consisted of 4 levels thats are 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l and 750 cc/l, and the second factor is storage of budded stump which consisted of 3 levels that are 10,20 30 days.

The results showed that coconut water at the concentration K2 (500 cc/l) could increase amount of leaf 3,62 and decreased percentage of break bud at storage 37,5%. And the storage periode in newspaper could increase the height of bud, diameter of bud, amount of leaf, root dried weight and

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Galang pada tanggal 05 Oktober 1988, anak pertama dari tiga

bersaudara dari pasangan Ayahanda T. Ramli Sobay dan Ibunda Siti Asiah SPd.

Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Medan dan pada tahun yang

sama terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi Departemen Budidaya

Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Unit

Kegiatan Mahasiswa (UKM) saHIVa, sebagai anggota Badan Kenaziran Mushalla

(BKM) Al Mukhlisin, pengajian Nahdatus Syu’ban, menjadi asisten Laboratorium

Agroklimatologi (TA. 2008/2009 – 2009/2010), Ekologi Tanaman (TA. 2009/2010).

Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. London Sumatra

Begerpang Estate Kec.Galang, Kab Deli Serdang pada bulan Juli 2009 sampai dengan

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya

sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Stum Mata Tidur

Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa dan Lama

Penyimpanan Pada Kertas Koran”.

Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ayahanda T. Ramli Sobay

dan Ibunda Siti Asiah SPd yang telah memberi dukungan moril maupun materil dan

juga sebagai pembimbing lapangan selama pelaksanaan penelitian;

Prof. Dr. Ir. B. Sengly. J Damanik, MSc. dan Ir. Hj. Sabar Ginting MS. selaku ketua

dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis mulai dari

penetapan judul, penelitian sampai penulisan skripsi; juga kepada staf pengajar dan

pegawai Departemen Budidaya Pertanian FP USU, serta rekan-rekan mahasiswa BDP

stambuk 2006; para asisten Laboratorium Agroklimatologi dan semua pihak yang

berperan sampai penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, kritik dan saran yang

bersifat membangun sangat dihargai. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat.

Medan, Juli 2010

(7)

DAFTAR ISI

Botani Tanaman Karet ... 5

Syarat Tumbuh Karet ... 6

Iklim ... 6

Tanah ... 7

Air Kelapa Sebagai Zat Pengatur Tumbuh ... 8

Peranan Auksin dan Sitokinin...10

Media Dan Lama Penyimpanan ... 13

METODE PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian ... 14

Bahan dan Alat ... 14

Metode Penelitian ... 14

Pelaksanaan Penelitian ... 17

Pemilihan stum... 17

Perendaman Dengan Air Kelapa ... 17

Cara Penyimpanan ... 17

Persiapan Lahan ... 18

(8)

Penanaman ... 18

Persentase Mata Melentis di Penyimpanan (%) ... 19

Persentase Mata Melentis di Lapangan (%) ... 19

Waktu Melentis (Hari)... 20

Tinggi Tunas (cm) ... 20

Diameter Tunas (cm) ... 20

Jumlah Daun (helai) ... 20

Berat Kering Akar(g) ... 20

Berat Kering Tajuk(g) ... 20

Luas Daun(cm)... 20

Laju Pertumbuhan Tanaman (g/hari) ... 21

Laju Pertumbuhan Relatif ... 21

Laju Asimilasi Bersih ... 21

Persentase Kematian Stum di Lapangan (%)... 22

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil………... 23

Persentase Mata Melentis di Penyimpanan (%) ... 23

Persentase Mata Melentis di Lapangan (%) ... 24

Waktu Melentis (Hari) ... 26

Tinggi Tunas (cm) ... 28

Diameter Tunas (cm) ... 30

Jumlah Daun (helai) ... 32

Berat Kering Akar(g) ... 35

Berat Kering Tajuk(g) ... 37

Luas Daun(cm)... 39

Laju Pertumbuhan Tanaman(g/hari) ... 41

Laju Pertumbuhan Relatif ... 43

Laju Asimilasi Bersih ... 45

Persentase Kematian Stum di Lapangan (%)... 47

Pembahasan ... 48

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54

(9)

DAFTAR PUSTAKA...55

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal.

1.Persentase mata melentis di penyimpanan (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 23

2.Persentase mata melentis di lapangan 1-3 MST (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 25

3.Waktu melentis (hari) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 27

4. Tinggi tunas 3-12 MST (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa... ... 29

5.Diameter tunas 3-12 MST (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa... ... 31

6.Jumlah daun 3-12 MST (helai) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 33

7.Berat kering akar 3-12 MST (g) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 36

8.Berat kering tajuk 3-12 MST (g) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 38

9.Luas daun 3-12 MST (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 40

10.Laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST (g/hari) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 42

11.Laju pertumbuhan relatif 3-12 MST (hari) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 44

12.Laju asimilasi bersih 3-12 MST (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 46

(11)

DAFTAR GAMBAR

No. Hal.

1. Hubungan antara persentase mata melentis di penyimpanan (%) pada perlakuan konsentrasi air kelapa ... 24

2. Hubungan antara persentase mata melentis di lapangan (%) pada perlakuan konsentrasi air kelapa 3 MST ... 26

3. Hubungan antara waktu melentis (hari) pada perlakuan konsentrasi air kelapa ... 27

4. Hubungan antara tinggi tunas pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST. ... 30

5. Hubungan antara diameter tunas pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST. ... 32

6. Hubungan antara jumlah daun pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST ... 34

7. Hubungan antara jumlah daun pada perlakuan konsentrasi air kelapa pada 12 MST ... 35

8. Hubungan antara berat kering akar pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST ... 37

9. Hubungan antara berat kering tajuk pada perlakuan lama penyimpanan pada 6 MST ... 39

10.Hubungan antara luas daun pada perlakuan lama penyimpanan pada 6 MST ... 41

11.Hubungan antara laju pertumbuhan tanaman pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST……… 43

12.Hubungan antara laju pertumbuhan relatif pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST……… 45

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Hal.

1.Bagan lahan penelitian ... 56

2.Jadwal kegiatan ... 57

3.Deskripsi karet Klon PB 260 ... 58

4.Persentase mata melentis di Penyimpanan (%) ... 59

5.Sidik ragam Persentase mata melentis di penyimpanan (%) ... 59

6.Persentase mata melentis 1 MST(%) ... 60

7.Sidik ragam persentase mata melentis 1 MST ... 60

8.Persentase mata melentis 2 MST (%) ... 61

9.Sidik ragam persentase mata melentis 2 MST ... 61

10. ... Per sentase mata melentis 3 MST (%) ... 62

11. ... Sid ik ragam persentase mata melentis 3 MST ... 62

(13)
(14)
(15)
(16)

62. ... Laju pertumbuhan tanaman 3-6 MST (g/hari). ... 88

63. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan tanaman 3-6 MST. ... 88

64. ... Laju pertumbuhan tanaman 6-9 MST (g/hari) ... 89

65. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan tanaman 6-9 MST ... 89

66. ... Laju pertumbuhan tanaman 9-12 MST (g/hari) ... 90

67. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan tanaman 9-12 MST ... 90

68. ... Laju pertumbuhan relatif 3-6 MST ... 91

69. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan relatif 3-6 MST ... 91

70. ... Laju pertumbuhan relatif 6-9 MST ... 92

71. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan relatif 6-9 MST ... 92

72. ... Laju pertumbuhan relatif 9-12 MST ... 93

.

73. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan relatif 9-12 MST... 93

(17)

77. ... Sidi k ragam laju asimilasi bersih 6-9 MST ... 95

78. ... Laju asimilasi bersih 9-12 MST ... 96

79. ... Sidi k ragam laju asimilasi bersih 9-12 MST ... 96

80. ... Pers entase stum mati di lapangan ... 97

81. ... Sidi k ragam persentase stum mati di lapangan... 97

82. ... Foto pencabutan stum mata tidur di lapangan ... 98

83. ... Foto sampel stum mata tidur di lapangan ... 98

84. Foto sampel destruktif stum mata tidur... 99

85. Foto peneliti dan dosen pembimbing di lapangan... 99

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Karet merupakan komoditas andalan bagi perekonomian Indonesia karena

menambah devisa negara dan sumber mata pencaharian bagi lebih dari 10 juta

penduduk di 16 propinsi di Indonesia. Saat ini luas perkebunan karet Indonesia 3,3

(18)

ABSTRAK

TENGKU OCTIFA AFRIZA. Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Lama

Penyimpanan Pada Kertas Koran. Dibawah bimbingan B.SENGLI. J DAMANIK dan SABAR GINTING.

Stum mata tidur karet merupakan bahan tanaman yang banyak digunakan petani maupun perkebunan. Pemberian air kelapa dan penyimpanan pada kertas koran diharapkan dapat meningkatkan daya simpan stum karet selama penyimpanan tanpa mengurangi pesentase pertumbuhan stum karet di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) pada media kertas koran .

Penelitian dilakukan di lahan penelitian di Balai Penelitian Karet Sei Putih, Kec.Galang, mulai Februari hingga Mei 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi air kelapa dengan 4 taraf yaitu kkonsentrasi 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l dan 750 cc/l, faktor kedua yaitu lama penyimpanan dengan 3 taraf yaitu 10, 20 dan 30 hari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa K2 (500 cc/l) dapat meningkatkan jumlah daun sebesar 3,62 helai dan dan dapat menekan persentase mata melentis pada saat penyimpanan sebesar 37,5%. Dan lama penyimpanan pada kertas Koran L3 (30 hari ) dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat kering akar dan berat kering tajuk stum.

(19)

ABSTRAK

TENGKU OCTIFA AFRIZA. The growth of rubber budded stump (Hevea brasiliensis Muell Arg..) through giving coconut water and storage periode in

newspaper , supervised by B.SENGLI. J DAMANIK and SABAR GINTING.

Rubber budded stump is a material plant which used by many farmer and . Giving coconut water and and storage periode in newspaper was hoped to increase storage capacity of rubber budded stump as long as period of saving without decrease percentage of it’s growth in field . The research was aimed to identify the growth of rubber budded stump through giving giving coconut water and storage periode in newspaper. Research was held in Balai Penelitian Karet Sei Putih, Kec.Galang, on February until May 2010. The method of this research randomized block design with 3 replication., coconut water concentration was put on first factor, consisted of 4 levels thats are 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l and 750 cc/l, and the second factor is storage of budded stump which consisted of 3 levels that are 10,20 30 days.

The results showed that coconut water at the concentration K2 (500 cc/l) could increase amount of leaf 3,62 and decreased percentage of break bud at storage 37,5%. And the storage periode in newspaper could increase the height of bud, diameter of bud, amount of leaf, root dried weight and

(20)

persen dimiliki perkebunan besar. Sedangkan Thailand 95 persen perkebunan

karetnya didominasi rakyat tetapi mereka memiliki produktivitas mencapai 1,8

ton/tahun. Produksi karet Indonesia pada tahun ini diperkirakan meningkat menjadi

2,7 juta ton, jika dibandingkan dengan produksi pada tahun 2009 yang mencapai 2,65

juta ton. Peningkatan tersebut tidak terlalu besar, karena Indonesia sedang

melaksanakan peremajaan pada tanaman karet yang luasnya mencapai 50.000 hektar

sejak tahun 2008

Perkembangan pasar karet alam dalam kurun waktu tiga tahun terakhir relatif

kondusif bagi produsen, yang ditunjukkan oleh tingkat harga yang relatif tinggi. Hal

tersebut dikarenakan permintaan yang terus meningkat, terutama dari China, India,

Brazil dan negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di

Asia-Pasifik. Menurut IRSG (International Rubber Study Group) dalam studi Rubber

Eco-Project (2005), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam dalam

dua dekade ke depan. Karena itu pada kurun waktu 2006-2025, diperkirakan harga

karet alam akan stabil sekitar US $ 2.00/kg (Anwar, 2008).

Tanaman karet klon PB 260 merupakan klon penghasil lateks yang dianjurkan

untuk dikembangkan di Indonesia mulai tahun1991. Karakteristik klon PB 260 adalah

pertumbuhan lilit batang pada saat tanaman belum menghasilkan sedang, tahan

terhadap penyakit daun utama (Corynespora, Colletotrichum dan Oidium). Potensi

produksi awal cukup tinggi dengan rata-rata produksi aktual 2.107 kg/ha/tahun

selama 9 tahun penyadapan dan tidak respon terhadap simultan. Lateks berwarna

putih kekuningan. Pengembangan tanaman dapat dilakukan pada daerah beriklim

(21)

Salah satu masalah yang dihadapi para pekebun jika menggunakan stum

okulasi mata tidur sebagai bahan tanam ialah tingginya persentase kematian stum di

lapangan (Siagian dkk, 1990). Persentase kematian yang terjadi di lapangan

diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas.

Air kelapa mengandung auksin dan sitokinin. Auksin yang berfungsi dalam

menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan

pucuk aksilar dan adventif serta inisiasi pengakaran sedangkan sitokinin berfungsi

untuk merangsang pembelahan sel dalam jaringan dan merangsang pertumbuhan

tunas (Salisbury, 1995). Oleh karena itu, penggunaan air kelapa diharapkan dapat

merangsang pertumbuhan tunas dan akar pada stum okulasi mata tidur.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan potasium (kalium)

hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7

sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium

(Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur

(S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin

seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niakin, riboflavin,

dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai

pendukung pertumbuhan tanaman (http://tinacakrabuana.blogspot.com, 2009).

Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa

dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek

tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas

terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa. Bobot

(22)

Berdasarkan penelitian Lestari (2001) serbuk gergaji lembab dapat

mempertahankan kesegaran stum mata tidur setelah disimpan selama 4 minggu. Dan

hasil penelitian Soetiono dan Soesilo (1986) sabut kelapa lembab mampu

mempertahankan kesegaran stum mata tidur selama penyimpanan, namun dapat

menyebabkan biaya transport yang tinggi karena beratnya dan penggunaan sabut

kelapa juga tinggi dalam biaya penyediaannya, maka digunakan kertas koran dalam

penelitian ini (Erlan, 2007).

Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai pertumbuhan stum mata tidur karet dengan pemberian air kelapa dan lama

penyimpanan dalam kertas Koran. Sehingga dapat berguna dalam pengiriman stum ke

luar daerah yang memakan waktu yang lama tanpa adanya stum yang mati.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan stum mata tidur karet

(Hevea brasiliensis Muell. Arg) dengan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan

pada kertas koran.

Hipotesis Penelitian

Semakin tinggi tingkat konsentrasi air kelapa muda yang diberikan maka

semakin baik pertumbuhan stum mata tidur karet. Semakin lama penyimpanan

dengan kertas koran maka semakin baik pertumbuhan stum mata tidur karet. Ada

pengaruh interaksi antara tingkat konsentrasi air kelapa muda dan perbedaan lama

penyimpanan terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet.

(23)

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai

salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat pula berguna untuk

pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembibitan karet.

TINJAUAN PUSTAKA

Botani Tanaman

Menurut

Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) adalah sebagai berikut :

Kindom : Plantae

(24)

Subdivisio : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Euphorbiales

Famili : Euphorbiaceae

Genus : Hevea

Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg.

Tanaman Karet berupa pohon dengan ketinggiannya dapat mencapai 30-40

m. Sistem perakarannya kompak/padat, akar tunggangnya dapat menembus tanah

hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m.

Batangnya bulat silindris, kulit kayunya halus rata berwarna pucat hingga kecokelatan

dan sedikit bergabus (Syamsulbahri, 1996).

Daun berselang – seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin

berkilat. Petiola tipis, hijau dengan panjang 3,5 – 30 cm. Helaian anak daun

bertangkai pendek dan berbentuk lonjong atau oval, pangkal sempit dan tegang, ujung

runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5 - 35 cm dan

lebar 2,5 - 12,5 cm (Sianturi, 2001).

Tanaman karet termasuk tanaman berumah satu. Bunga jantan dan bunga

betina terdapat di dalam satu karangan bunga yang berbentuk panicla (malai). Pada

ujung ranting atau cabang yang telah menggugurkan daun, kadang-kadang malai

muncul pada ketiak daun yang lama, sebelum gugur daun. Pada satu karangan bunga

umumnya terdapat 3-15 malai. Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30,

(25)

betina dalam satu pohon bervariasi dan pada keadaan pembungaan yang cukup baik,

jumlah bunga betina dapat mencapai 6000-8000 bunga per pohon (Siagian, 2005).

Buah beruang 3, jarang yang beruang 4 hinnga 6. Diameter buah 3 - 5 cm dan

terpisah 3, 4, atau 6 cocci berkatup 2, perikarp berbalok dan endokarp berkayu. Biji

besar, bulat bersegi 4, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna cokelat

nuda dengan noda-noda cokelat tua, panjang 2 - 3,5 cm dan lebar 1,5 - 3 cm dan tebal

1,5 – 2,5 cm (Sianturi, 2001).

Pertumbuhan stum mata tidur yang baik yaitu pertumbuhan jagur, tinggi

payung daun pertama >25 cm dengan diameter minimal 8 mm serta daun hijau segar

(Siagian, 2005).

Syarat Tumbuh Iklim

Untuk petumbuhan terbaiknya, tanaman Karet memerlukan persyaratan iklim

dan tanah yang sesuai dengan daerah asalnya, Brazil yang beriklim tropis, daerah

yang cocok ditanami Karet yaitu daerah yang berada antara 15˚LU - 10˚LS. Suhu

harian yang diinginkan tanaman Karet adalah antara 25˚ - 30˚C. Ketinggian tempat

yang cocok untuk tanaman Karet adalah antara 6 – 700 m dari permukaan laut

(Setyamidjaja, 1993).

Tanaman karet menyenangi curah hujan yang cukup tinggi antara 2000 – 2500

mm/tahun. Kebutuhan sianr matahari juga cukup tinggi, dalam sehari memerlukan

(26)

Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman Karet adalah rata – rata

berkisar antara 75% - 90%. Kelembaban yang terlalu tinggi tidak baik untuk

pertumbuhan Karet, karena dapat membuat laju aliran transpirasi tanaman karet

menjadi kecil sehingga absorbsi unsur hara dari tanah menjadi lambat. Selain itu

tanaman sering mengalami gutasi dan terjadi lelehan lateks akibat retakan kulit.

Angin yang betiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang.

Angin kencang pada musim kemarau sangat berbahaya, laju evapotranspirasi menjadi

besar (Sianturi, 2001).

Tanah

Tanaman karet termasuk tanaman perkebunan yang mempunyai toleransi

cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah

yang terlalu tinggi. Tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang banyak

dijumpai di Indonesia. Tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik paa kisaran pH

3,5 – 7,5. Meskipun demikian, tanaman Karet akan berproduksi maksimal pada tanah

yang subur dengan pH antara 5 – 6 (Setiawan, 2000).

Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah – tanah

yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang

dikehendaki adalah bersolum dalam, kedalaman lapisan padas lebih dari 1 m,

permukaan air tanah rendah yaitu ± 10 – 20 cm. Sangat toleran terhadap kemasaman

tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat

menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).

(27)

Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat

dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman.

Menurut Dwijoseputro (1994) air kelapa selain mengandung mineral juga

mengandung sitokinin, fosfor dan kinetin yang berfungsi mempergiat pembelahan sel

serta pertumbuhan tunas dan akar. Selama ini air kelapa banyak digunakan di

laboratorium sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan.

Diperkirakan bahwa dalam air kelapa mengandung zeatin yang diketahui

termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin bersama dengan auksin mempunyai

peranan penting untuk kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan

diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar.

Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya

fitohormon lain terutama auksin (Werner, dkk, 2001).

Air kelapa adalah salah satu bahah alami, didalamnya terkandung hormon

seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa

lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Bey dkk,

2006).

Air kelapa mengandung unsur K yang tinggi sehingga dapat memacu

pertumbuhan tanaman. Fungsi K bagi tanaman yaitu mamperkuat tubuh tanaman

karena dapat menguatkan serabut-serabut akar, dapat memperlancar metabolisme dan

mempengaruhi penyerapan hara (Hendaryono dan Wijayani, 1994).

Berikut ini merupakan kandungan zat yang ada dalam air kelapa muda:

Kandungan Air Kelapa Mg/L

(28)

Asam Pantotenik 0.52

Sumber: Yong,dkk (Nanyang Technological University), 2009.

Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa

dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek

tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas

terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa. Bobot

kering maksimum 9,05 g diperoleh pada konsentrasi air kelapa optimum 60,61%.

Konsentrasi air kelapa sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata pada variabel jumlah

akar, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot kering tunas.

Sampai konsentrasi 100% air kelapa yang diuji masih dapat meningkatkan panjang

akar, jumlah akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot kering tunas.

Komposisi nutrisi dari air kelapa dipengaruhi oleh jenis buah dan perbedaan

(29)

dalam air kelapa yang berbeda jenis dan tingkat kematangannya. Jumlah maksimum

terdapat dalam air kelapa yang berasal dari kelapa hijau yang muda (Majeed, 2003).

Berdasarkan penelitian Susiloadi (1999) tentang perendaman air kelapa

terhadap tanaman markisa dengan 4 faktor yaitu 0, 6, 12 dan 24 jam, lama

perendaman dengan air kelapa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan

akarnya adalah 12 jam.

Peran Auksin Dan Sitokinin

Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu

proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan

sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. Beberapa tipe auksin aktif dalam

konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi auksin: untuk

merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis

longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau

cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan

sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial

terutama untuk akar (Dewi, 2008).

Auksin eksogen dapat memacu pertumbuhan dan pemanjangan akar awal.

Pemberian auksin pada tanaman tanpa tajuk dapat membentuk akar samping. Selain

itu juga dapat memacu perkembangan akar liar pada batang

(Salisbury dan Ross, 1995).

Sitokinin diproduksi oleh akar dan dapat merangsang pembentukan akar

lateral meskipun pada konsentrasi sama dapat menghambat pertumbuhan sumbu

(30)

meningkatkan diameternya yang disebabkan rangsangan bersama dengan auksin dari

kegiatan kambium akar (Wilkins, 1992).

Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ,

menunda penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu

perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan

kloroplas dan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1995).

Menurut Dewi (2008), sitokinin, auksin, dan faktor lainnya berinteraksi

dalam mengontrol dominasi apikal, yaitu suatu kemampuan dari tunas terminal

untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Sitokinin yang masuk dari akar ke

dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja auksin, dengan mengisyaratkan

tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasio auksin dan sitokinin merupakan

faktor kritis dalam mengontrol penghambatan tunas aksilar. Auksin dari tunas

apikal menghambat pertumbuhan tunas aksilar. Hal ini menolong perpanjangan tunas

sumbu utama. Sitokinin, yang ditransportasi dari akar ke atas, berlawanan dengan

auksin, menstimulasi pertumbuhan tunas aksilar. Hal inilah yang menjawab

mengapa, pada kebanyakan tumbuhan, tunas aksilar di dekat ujung tajuk kurang

pertumbuhannya dibanding dengan tunas aksilar yang dekat dengan akar.

Respon terhadap hormon, biasanya tidak begitu tergantung pada jumlah

absolut hormon tersebut, akan tetapi tergantung pada konsentrasi relatifnya

dibandingkan dengan hormon lainnya. Keseimbangan hormon, dapat mengontrol

pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon secara mandiri.

Interaksi ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang fungsi hormon.

(31)

ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat membelah (Wilkins,

1992).

Auksin berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu

pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada

konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi

(pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh auksin pertumbuhan

akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar (Salisbury

dan Ross, 1995).

Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu

tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini

merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu.

Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di

kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung

menghambat aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem

apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena ini

disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah

yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan

dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini

menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah

tumbuhan. Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu

cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah

akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan

(32)

jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara

ZPT tumbuhan lainnya (Dewi, 2008).

Media Dan Lama Penyimpanan

Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan bahwa stum mata tidur dapat

dipertahankan kesegarannya selama 3 sampai 4 minggu dengan membungkusnya

dalam satu lembar kertas koran yang lembab. Kertas koran merupakan media simpan

yang termurah, ringan, mudah diperoleh dan dipenuhi kebutuhannya (Erlan, 2004).

Kertas koran bekas dan plastil polyethylen dapat digunakan untuk menyimpan

stum mata tidur untuk pengiriman jarak jauh. Dan hasilnya, dapat mempertahankam

stum sampai 20 hingga 30 hari (Planters’ Bulletin, 1982).

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Lahan Percobaan Balai Penelitian Karet Sungei

Putih Galang. Mulai Februari sampai Mei 2010 dengan ketinggian tempat ± 20 m di

atas permukaan laut.

(33)

jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara

ZPT tumbuhan lainnya (Dewi, 2008).

Media Dan Lama Penyimpanan

Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan bahwa stum mata tidur dapat

dipertahankan kesegarannya selama 3 sampai 4 minggu dengan membungkusnya

dalam satu lembar kertas koran yang lembab. Kertas koran merupakan media simpan

yang termurah, ringan, mudah diperoleh dan dipenuhi kebutuhannya (Erlan, 2004).

Kertas koran bekas dan plastil polyethylen dapat digunakan untuk menyimpan

stum mata tidur untuk pengiriman jarak jauh. Dan hasilnya, dapat mempertahankam

stum sampai 20 hingga 30 hari (Planters’ Bulletin, 1982).

BAHAN DAN METODA PENELITIAN

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian telah dilaksanakan di Lahan Percobaan Balai Penelitian Karet Sungei

Putih Galang. Mulai Februari sampai Mei 2010 dengan ketinggian tempat ± 20 m di

atas permukaan laut.

(34)

Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah stum mata tidur karet

(klon: PB 260) sebagai objek yang akan diamati. Air kelapa sebagai zpt, polibek

ukuran 18 x 40 cm, kertas koran, air, Dithane M-45, pupuk kandang ayam, top soil,

dan goni rami.

Alat yang digunakan adalah gelas ukur, ember, jangka sorong, meteran,

timbangan analitik, oven, Leaf Area Meter, cangkul, gembor, pisau dan pulling jack.

Metode Penelitian

Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor

perlakuan, yaitu :

Faktor I: Konsentrasi air kelapa yang terdiri dari 4 taraf yaitu:

K0= 0 ml /l air

K1= 250 ml l air

K2= 500 ml /l air

K3= 750 ml /l air

Faktor II : Lama penyimpan yang terdiri dari 3 taraf yaitu:

L1 = penyimpanan 10 hari

L2 = penyimpanan 20 hari

L3 = penyimpanan 30 hari

Sehingga akan diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu:

K0L1 K1L1 K2L1 K3L1

(35)

K0L3 K1L3 K2L3 K3L3

Jumlah seluruh tanaman : 288 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier sebagai

berikut:

Yijk = hasil pengamatan pada blik ke-i, karena tingkat konsentrasi air kelapa pada

taraf ke-j dan lama penyimpanan pada taraf ke-k

(36)

jk )

(αβ = efek interaksi konsentrasi air kelapa taraf ke-j dan lama penyimpanan taraf

ke-k pada blok ke-i

ij

ε = efek galat yang disebabkan faktor konsentrasi air kelapa taraf ke-j dan

faktor lama penyimpanan ke-k pada blok ke-i

Jika perlakuan (konsentrasi, lama penyimpanan dan interaksi) nyata maka

dilanjutkan dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada α = 5%.

(Steel dan Torrie, 1995).

PELAKSANAAN PENELITIAN

Pemilihan Stum

Stum yang digunakan adalah stum yang berumur 21 hari setelah

pengokulasian. Pemilihan stum dilakukan setelah stum dibongkar dengan

menggunakan cangkul atau pulling jack. Kemudian dilakukan seleksi dengan kriteria:

(37)

panjangnya 5-10 cm, akar tunggang tidak bercabang, tidak berbentuk garpu dan

berbonggol, dan tidak terserang jamur akar putih. Luka pada akar ditutup dengan

penutup luka TB 192 dan ujung batang bekas serongan dicelup dalam lilin cair. Lalu

mata okulasi masih hidup dan berasal dari mata daun. Stum yang dipilih mata

okulasinya tidak lebih dari dua kali okulasi.

Perendaman Stum Dengan Air kelapa Muda

Air kelapa yang digunakan dalam perendaman stum adalah air kelapa yang

berasal dari kelapa hijau yang muda yang dilarutkan dengan 1 liter air. Stum okulasi

mata tidur pada bagian akarnya direndam dengan larutan air kelapa sesuai dengan

perlakuan masing- masing selama 12 jam, lalu dikeringanginkan selama ±3 jam.

Cara Penyimpanan Stum

Cara penyimpanan stum yaitu dengan menggunakan 3 lembar kertas koran

yang telah dicelupkan ke dalam Larutan Dithane M-45 1 gram/L air untuk

menghindari tumbuhnya jamur pada stum selama penyimpanan. Stum diletakkan di

atas lembar koran kemudian digulung sehingga setum tersebut terbalut rapi,

kemudian dimasukkan ke dalam goni rami dan disusun rapi lalu goni rami diikat

bagian atasnya disimpan sesuai perlakuan.

Persiapan Lahan

Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari

gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran 16 x 5,2 m,

jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 60 cm dan ukuran plot 1 x 1 m dan jarak

antar plot dengan parit luar 50 cm yang memanjang dari arah utara-selatan.

(38)

Media tanam yang digunakan adalah campuran top soil dengan pupuk

kandang dengan perbandingan 2:1 yang diisi ke dalam polibek dengan ukuran

18 x 40 cm sampai ¾ bagian polibek.

Penanaman Stum

Sebelum penanaman dilakukan, terlebih dahulu dibuat lubang pada bagian

tengah polibek menggunakan tugal. Selanjutnya stum mata tidur ditanam dengan

mata okulasi menghadap Utara-Selatan agar mata okulasi mendapat sinar matahari

pagi dan sore secara maksimal dan mata yang baru melentis akan terhindar dari siang

yang terik. Penanaman dilakukan secara padat sehingga terhindar dari rongga-rongga

udara. Selesai penanaman dilakukan penyiraman untuk menjamin pemadatan

tanahnya.

Pemeliharaan Tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, namun apabila

tanah cukup lembab maka dilakukan satu hari sekali.

Penyiangan

Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan

penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul

untuk membersihkan gulma yang terdapat di areal penelitian sekali seminggu.

Penunasan

Penunasan dilakukan terhadap tunas-tunas liar yang tumbuh pada batang

(39)

dilakukan apabila telah tumbuh tunas liar pada stum. Tujuannya untuk mempercepat

tumbuhnya tunas okulasi.

Pemupukan

Stum dipupuk dengan menggunakan pupuk lengkap NPKMg 15:15:6:4

sebanyak 5 g per polibek pada 1 bulan setelah penanaman, kemudian 10 g per polibek

untuk bulan berikutnya. Pemupukan dilakukan 1 kali sebulan.

Pengamatan Parameter

Persentase melentis di penyimpanan(%)

Persentase Melentis (%) = Jumlah tunas yang sudah muncul Jumlah tanaman seluruhnya

Persentase melentis di lapangan (%)

Persentase mata melentis di lapangan dihitung 1-3 MST dengan rumus:

Persentase Melentis (%) = Jumlah tunas yang sudah muncul Jumlah tanaman seluruhnya

Waktu melentis (hari)

Lamanya tunas yang melentis dihitung apabila sudah mencapai 75% dari mata

tunas sudah melentis.

Tinggi tunas (cm)

Tinggi tunas diukur setiap 3 minggu sekali dimulai dari 3 MST. Tinggi tunas

diukur dari pangkal jendela okulasi sampai titik tumbuh tanaman tersebut.

Diameter tunas (cm)

Diameter tunas diukur setiap 3 minggu sekali dimulai dari 3 MST dengan

menggunakan jangka sorong.

x 100 %

(40)

Jumlah daun atau tunas (helai)

Jumlah daun / tunas dihitung setiap 3 minggu sekali dimulai dari 3 MST.

Berat kering akar (gram)

Berat kering akar dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu sekali

dimulai dari 3 MST. Akar dipotong sampai leher akar kemudian dicincang kecil lalu

dimasukkan ke dalam amplop kertas dan diovenkan dengan suhu 600 selama 48 jam

lalu ditimbang.

Berat kering tajuk (gram)

Berat kering tajuk dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu sekali

dimulai dari 3 MST. Tajuk dipotong sampai pertautan okulasi kemudian dimasukkan

ke dalam amplop kertas dan diovenkan dengan suhu 600 selama 48 jam lalu

ditimbang.

Luas daun (cm)

Luas daun diukur per sampel destruktif setiap 3 minggu sekali dimulai dari 3

MST. Daun diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter.

Laju pertumbuhan tanaman (g/hari)

Laju pertumbuhan tanaman dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu

sekali dengan membandingkan pertumbuhan setiap 3 minggu tanaman selanjtnya.

Laju pertumbuhan tanaman dihitung dengan rumus:

LPT= BKT2 - BKT1 T2-T1

(41)

Laju pertumbuhan tanaman dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu

sekali dengan membandingkan pertumbuhan setiap 3 minggu tanaman selanjutnya.

Laju pertumbuhan tanaman dihitung dengan rumus:

LPR= ( log BKT2 – log BKT1 ) T2-T1

Laju Asimilasi Bersih (g/m2/hari)

Laju asimilasi bersih dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu sekali

dengan membandingkan pertumbuhan setiap 3 minggu tanaman selanjtnya. Laju

asimilasi bersih dihitung dengan rumus:

LAB= X

Persentase kematian stum di lapangan (%)

Persentase stum yang mati di lapangan dihitung pada saat minggu terakhir,

yaitu 12 MST dengan rumus:

(42)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Persentase mata melentis di penyimpanan (%)

Data dan daftar sidik ragam persentase mata melentis di penyimpanan dapat

dilihat masing-masing pada lampiran 4 - 5. Dari hasil sidik ragam setelah

ditransformasi ke arc.sin x menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh

(43)

penyimpanan dan Interaksi kedua berpengaruh tidak nyata terhadap persentase mata

melentis.

Rataan persentase mata melentis dari perlakuan lama penyimpanan dan

konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Rataan persentase mata melentis di penyimpanan (%) pada perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa

Konsentrasi

Lama Penyimpanan (L)

% Rataan

(K) L1 L2 L3

K0 5.421 5.050 4.940 5.137

K1 2.639 1.673 2.639 2.317

K2 1.673 2.639 1.673 1.995

K3 1.673 1.673 1.673 1.673

Rataan 2.852 2.759 2.731

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh

nyata terhadap parameter persentase mata melentis di penyimpanan dengan rataan

tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (0 cc/l) yakni sebesar 5,13% dan yang terendah

pada K3 (750cc/l) yakni sebesar 1,67%.

Grafik rataan persentase mata melentis di penyimpanan pada perlakuan

(44)

Gambar 1. Hubungan antara persentase mata melentis di penyimpanan pada perlakuan konsentrasi air kelapa

Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan konsentrasi air

kelapa menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan persentase mata

melentis, dimana persentase mata melentis maksimum terdapat pada konsentrasi 0

cc/l dan minimum pada konsentrasi 750 cc/l.

Persentase mata melentis di lapangan (%)

Data dan daftar sidik ragam persentase mata melentis 1 – 3 MST dapat dilihat

masing-masing pada lampiran 6 - 11. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke

arc.sin x menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap

persentase mata melentis 1 – 3 MST. Sedangkan lama penyimpanan dan Interaksi

kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase mata melentis.

Rataan persentase mata melentis dari perlakuan lama penyimpanan dan

(45)

Tabel 2. Rataan persentase mata melentis di lapangan (%) pada perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi Air kelapa pada 1-3 MST

Konsentrasi

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh

nyata terhadap parameter persentase mata melentis di lapangan dengan rataan

tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (0 cc/l) yakni sebesar 61,11 % dan yang

(46)

Grafik rataan persentase mata melentis di lapangan pada perlakuan

konsentrasi air kelapa pada 3 MST tertera pada Gambar 2.

Gambar 2. Hubungan antara persentase mata melentis di lapangan pada perlakuan konsentrasi air kelapa pada 3 MST

Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan konsentrasi air

kelapa menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan persentase mata

melentis di lapangan, dimana persentase mata melentis maksimum terdapat pada

konsentrasi 0 cc/l dan minimum pada konsentrasi 250 cc/l.

Waktu melentis (hari)

Data dan daftar sidik ragam waktu melentis dapat dilihat masing-masing pada

lampiran 12 – 13. Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa

berpengaruh nyata terhadap waktu melentis mata tunas. Sedangkan lama

penyimpanan dan Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap waktu

(47)

Rataan waktu mata melentis dari perlakuan lama penyimpanan dan

konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Rataan waktu melentis (hari) pada perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa

Konsentrasi

Lama Penyimpanan (L)

Hari Rataan

(K) L1 L2 L3

K0 25.000 23.333 24.333 24.222 b

K1 33.333 30.333 31.000 31.556 a

K2 29.667 29.000 33.333 30.667 a

K3 32.000 30.000 29.667 30.556 a

Rataan 30.000 28.167 29.583

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh

nyata terhadap parameter waktu melentis dengan rataan tertinggi pada waktu mata

melentis terdapat pada perlakuan K1 yakni sebesar 31,55 hari dan yang terendah pada

perlakuan K0 yakni sebesar 24,22 hari.

Grafik rataan waktu mata melentis pada perlakuan konsentrasi air kelapa

(48)

Gambar 3. Hubungan antara waktu mata melentis pada perlakuan konsentrasi air kelapa setelah 75% mata melentis.

Dari Gambar 3 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan konsentrasi air

kelapa menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan waktu mata melentis,

dimana K0 (0 cc/l) merupakan perlakuan dengan waktu tercepat mata melentis dan

pada K1 (250 cc/l) merupakan waktu paling lama untuk mata melentis.

Tinggi tunas (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tunas 3 s/d 12 MST dapat

dilihat pada Lampiran 22 - 29. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin

x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas

pada 3 – 12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas.

Rataan tinggi tunas 3 s/d 12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan

(49)

Tabel 4. Rataan tinggi tunas (cm) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST

Konsentrasi

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh

nyata terhadap parameter tinggi tunas rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (30

(50)

Grafik rataan tinggi tunas pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST

tertera pada Gambar 4.

Gambar 4. Hubungan antara tinggi tunas dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST

Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan tinggi tunas, dimana pada

lama penyimpanan 30 hari merupakan rataan tinggi tunas tertinggi.

Diameter tunas (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tunas 3 s/d 12 MST dapat

dilihat pada Lampiran 30 - 37. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin

x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap diameter tunas

pada 6-12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua perlakuan

(51)

Rataan diameter tunas 6-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan

pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Rataan diameter tunas (cm) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST

Konsentrasi

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata

terhadap parameter diameter tunas dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L3

(30 hari ) yakni sebesar 1,10 cm dan yang terendah pada L2 (20 hari) yakni sebesar

(52)

Grafik rataan diameter tunas pada perlakuan lama penyimpanan pada 12

MST tertera pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan antara diameter tunas dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST

Dari Gambar 5 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan diameter tunas, dimana pada

lama penyimpanan 30 hari merupakan rataan tinggi tunas tertinggi.

Jumlah daun (helai)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun 3 s/d 12 MST dapat

dilihat pada Lampiran 46 - 53. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin

x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun

pada 3 – 12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap

jumlah daun 12 MST dan Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap

(53)

Rataan jumlah daun 3-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan

pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Rataan jumlah daun (helai) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST

Konsentrasi

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata

(54)

(30 hari ) yakni sebesar 3,35 helai dan terendah pada L2 (20 hari) yakni sebesar 2,48

helai .

Grafik rataan jumlah daun pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST

tertera pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan antara jumlah daun dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST

Dari Gambar 6 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan jumlah daun, dimana pada

lama penyimpanan 30 hari merupakan rataan jumlah daun tertinggi.

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi air kelapa berpengaruh

nyata terhadap parameter jumlah daun 12 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada

perlakuan K2 (500 cc/l) yakni sebesar 3,62 helai dan terendah pada K3 (750cc/l)

(55)

Grafik rataan jumlah daun pada perlakuan konsentrasi air kelapa pada 12

MST tertera pada Gambar 6.

Gambar 6. Hubungan antara jumlah daun dengan perlakuan konsentrasi air kelapa pada 12 MST

Dari Gambar 6 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan jumlah daun 12 MST,

dimana jumlah daun mengalami penurunan pada konsentrasi 750 cc/l.

Berat kering akar (gram)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam berat kering akar 3-12 MST dapat

dilihat pada Lampiran 54 - 61. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin

x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap berat kering

akar pada 6 dan 12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua

(56)

Rataan berat kering akar 3-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan

pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan berat kering akar (gram) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST

Konsentrasi

(57)

Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata pada

parameter berat kering akar dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (10

hari ) yakni sebesar 53,11 g dan terendah pada dengan L3 yakni sebesar 32,64 g.

Grafik rataan berat kering akar dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12

MST tertera pada Gambar 7.

Gambar 7. Hubungan antara berat kering akar dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST

Dari Gambar 7 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat linear dengan jumlah daun 12 MST, dimana

semakin lama penyimpanan maka jumlah daun semakin menurun.

Berat kering tajuk (gram)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam berat kering tajuk 3-12 MST dapat

(58)

x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap berat kering

tajuk pada 6 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk.

Rataan berat kering tajuk 3-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan

pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Rataan berat kering tajuk (gram) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST

Konsentrasi

(59)

Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata

terhadap berat tajuk pada 6 MST rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yakni

sebesar 2,29 g dan terendah pada L2 yakni sebesar 2,16 g.

Grafik rataan berat kering tajuk dengan perlakuan konsentrasi air kelapa pada

6 MST tertera pada Gambar 8.

Gambar 8. Hubungan antara berat kering tajuk dengan perlakuan konsentrasi air kelapa pada 6 MST

Dari Gambar 8 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan berat kering tajuk 6 MST,

dimana berat kering tajuk tertinggi terdapat pada lama penyimpanan 10 hari.

Luas daun (cm)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam luas daun 3-12 MST dapat dilihat

pada Lampiran 70 - 77. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin x

(60)

MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh

tidak nyata terhadap luas daun Rataan luas daun 3-12 MST pada perlakuan lama

penyimpanan dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Rataan luas daun (cm) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST

Konsentrasi

(61)

Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pada 6 MST rataan tertinggi terdapat pada

perlakuan L1 yakni sebesar 7,93 g yang berbeda tidak nyata dengan L3 yakni sebesar

57,27 gdan diikuti dengan L2 yakni sebesar 5,80 g.

Grafik rataan luas daun dengan perlakuan lama penyimpanan pada 6 MST

tertera pada Gambar 9.

Gambar 9. Hubungan antara luas daun dengan perlakuan lama penyimpanan pada 6 MST

Dari Gambar 9 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan luas daun, dimana pada lama

penyimpanan 10 hari merupakan rataan luas daun tertinggi.

Laju pertumbuhan tanaman (g/hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST

dapat dilihat pada Lampiran 78 - 83. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke

(62)

pertumbuhan tanaman pada 9-12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan

Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan

tanaman.

Rataan laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST pada perlakuan lama

penyimpanan dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada

Tabel 10.

Tabel 10. Rataan laju pertumbuhan tanaman (g/hari) dengan perlakuan lama penyimpan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST

Konsentrasi

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh

(63)

pada perlakuan L1 yakni sebesar 0,98 g dan yang terendah pada L3 yakni sebesar

0,23 g.

Grafik rataan laju pertumbuhan tanaman dengan perlakuan lama penyimpanan

pada 10 MST tertera pada Gambar 12

Gambar 10. Hubungan antara laju pertumbuhan tanaman dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST

Dari Gambar 10 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat linear dengan laju pertumbuhan tanaman,

dimana semakin lama lama penyimpanan maka semakin rendah laju pertumbuhan

tanaman.

Laju pertumbuhan relatif (g/g/hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST

dapat dilihat pada Lampiran 84- 89. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke

(64)

pertumbuhan relatif pada 9-12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi

kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan relatif.

Rataan laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST pada perlakuan lama

penyimpanan dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada

Tabel 11.

Tabel 11. Rataan laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST

(65)

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh

nyata terhadap laju pertumbuhan relatif pada 9-12 MST rataan tertinggi terdapat pada

perlakuan L1 yakni sebesar 0,009 dan yang terendah pada L3 yakni sebesar 0,004.

Grafik rataan laju pertumbuhan relatif dengan perlakuan lama penyimpanan

pada 12 MST tertera pada Gambar 11.

Gambar 11. Hubungan antara laju pertumbuhan relatif dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST

Dari Gambar 11 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat linear dengan laju pertumbuhan relatif, dimana

semakin lama lama penyimpanan maka semakin rendah laju pertumbuhan relatif.

Laju asimilasi bersih (g/m2/hari)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju asimilasi bersih 3-12 MST dapat

dilihat pada Lampiran 91 - 96. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin

(66)

12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua perlakuan

berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih.

Rataan laju asimilasi bersih 3-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan

dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Rataan laju asimilasi bersih (g/m2/hari) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST sama menunjukkan bebeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 124 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata

terhadap laju asimilasi bersih pada 9-12 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada

(67)

Grafik rataan laju asimilasi bersih dengan perlakuan lama penyimpanan pada

12 MST tertera pada Gambar 12.

Gambar 12. Hubungan antara laju asimilasi bersih dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST

Dari Gambar 12 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan

menunjukkan hubungan yang bersifat linear dengan laju asimilasi bersih, dimana

semakin lama lama penyimpanan maka semakin rendah laju asimilasi bersih.

Persentase kematian stum di lapangan (%)

Data hasil pengamatan dan sidik ragam persentase kematian di lapangan

dapat dilihat pada Lampiran 97. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke

arc.sin x menunjukkan bahwa lama, konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua

(68)

Rataan persentase persentase kematian stum di lapangan pada perlakuan lama

penyimpanan dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada

Tabel 13.

Tabel 13. Rataan persentase kematian stum (%) di lapangan dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa

Konsentrasi

Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.

Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa persentase kematian tertinggi terdapat pada

perlakuan K0 (0 cc/l) yaitu 2,63% dan pada lama penyimpanan L3 (30 hari) yaitu

2,39%.

Pembahasan

Pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

Konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap persentase mata melentis

di penyimpanan, persentase mata melentis di lapangan dan waktu melentis. Pada

perlakuan K3 dapat menekan persentase mata melentis di penyimpanan sebesar

1,67% dan waktu melentis mata tunas pada perlakuan K0 lebih cepat yaitu 24 hari

dibandingkan perlakuan K3 yaitu 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air

(69)

Persentase melentis dan waktu melentis yang rendah dikarenakan perendaman dengan

air kelapa dengan adanya hormon auksin dan sitokinin yang terkandung dalam air

kelapa membantu perkembangan akar terlebih dahulu sehingga memperlambat

pertumbuhan tunas di penyimpanan. Warner, dkk (2001) menyatakan bahwa dalam

air kelapa mengandung zeatin yang diketahui termasuk dalam kelompok sitokinin.

Sitokinin mempunyai kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan

diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar.

Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya

fitohormon lain terutama auksin.

Pemberian air kelapa dapat menghambat pertumbuhan tunas sampai 30 hari

pada perlakuan K3 untuk sementara sehingga menyebabkan semakin lama tunas yang

melentis pada stum. Lamanya tunas melentis tersebut dikarenakan adanya hormon

auksin dan sitokinin yang terlebih dahulu merangsang pertumbuhan akar pada stum.

Sitokinin diproduksi oleh akar dan dapat merangsang pembentukan akar lateral

meskipun pada konsentrasi sama dapat menghambat pertumbuhan sumbu utama.

Meskipun dapat menghambat pemanjangan akar primer, pemberian sitokinin dapat

meningkatkan diameter akar yang disebabkan rangsangan bersama dengan auksin

dari kegiatan kambium akar (Wilkins, 1992).

Konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap persentase mata melentis

di lapangan setelah 3 MST, yaitu dapat meningkat pada perlakuan K3 yaitu sebesar

59,72 %. Konsentrasi air kelapa juga berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 12

MST dengan rataan tertinggi pada K2 yaitu 3,62 helai. Diduga bahwa pertumbuhan

(70)

mengandung auksin dan sitokinin telah memacu pertumbuhan akar. Akar yang

tumbuh kemudian menghasilkan hormon sitokinin yang dapat memacu pertumbuhan

tunas tanpa adanya hambatan dari auksin yang dihasilkan dari tunas terminal yang

telah dipotong sebelumnya. Menurut Dewi (2008), sitokinin, auksin, dan faktor

lainnya berinteraksi dalam mengontrol dominasi apikal, yaitu suatu kemampuan

dari tunas terminal untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Sitokinin yang

masuk dari akar ke dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja auksin.

Sitokinin, yang ditransportasi dari akar ke atas, berlawanan dengan auksin,

menstimulasi pertumbuhan tunas . Hal inilah yang menjawab mengapa, pada

kebanyakan tumbuhan, tunas di dekat ujung tajuk kurang pertumbuhannya

dibanding dengan tunas yang dekat dengan akar. Namun, apabila tunas apikal

dibuang, maka pada tumbuhan yang sama, memungkinkan tumbuhnya cabang

lateral. Jadi rasio auksin dan sitokinin merupakan faktor kritis dalam mengontrol

penghambatan tunas. Dimana apabila konsentrasi auksin yang tinggi dapat

menghambat kerja sitokinin dan sebaliknya.

Pengaruh lama penyimpanan terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)

Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 3 – 12

MST, diameter tunas pada 6-12 MST, jumlah daun pada 3 – 12 MST, berat kering

akar pada 6 dan 12 MST, berat kering tajuk pada 6 MST, luas daun 6 MST, laju

(71)

Lama penyimpanan juga berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 3 –

12 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (30 hari ) yakni sebesar

5,34 dan diameter tunas pada 6-12 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada

perlakuan L3 (30 hari ) yakni sebesar 1,10 cm serta jumlah daun pada 3 – 12 MST

dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (30 hari ) yakni sebesar 3,35 helai.

Diduga hal ini dikarenakan tidak adanya daun pada saat penyimpanan dan semakin

lama tanaman disimpan akan mengakibatkan tanaman mempercepat pertumbuhan

akar karena adanya stress selama penyimpanan. Namun, masih dapat melakukan

proses metabolisme dengan memanfaatkan air dan unsur hara yang ada pada media

penyimpanan yaitu kertas koran sebagai sumber nutrisi. Selanjutnya setelah

penanaman ke polibek, unsur hara yang tersedia pada media tanah dan pupuk

kandang dapat langsung merangsang pertumbuhan tunas, sehingga setelah 3 minggu

ditanam di polibek tunas sudah bermunculan. Pertumbuhan akar selama masa

penyimpanan akan mendorong pertumbuhan tunas di lapangan dan seiring juga dapat

meningkatkan jumlah daun. Menurut Wilkins (1989) pertumbuhan tunas tergantung

pada pertumbuhan akar.

Lama penyimpanan juga berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk pada

6 MST pada perlakuan L1 (10 hari) yaitu 2,60 g, luas daun 6 MST pada perlakuan L1

(10 hari) yaitu 9,14 cm dan laju pertumbuhan tanaman 12 MST pada perlakuan L1

yaitu sebesar 0,98 g/hari. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan bibit di mana bobot

kering berkorelasi dengan pertumbuhan bibit (tinggi tunas, jumlah daun dan jumlah

tunas). Bibit dengan pertumbuhan yang lebih baik tentu akan menghasilkan bobot

Gambar

Tabel 1. Rataan persentase mata melentis di penyimpanan (%) pada perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa
Gambar 1. Hubungan antara persentase mata melentis di penyimpanan pada  perlakuan  konsentrasi air kelapa
Tabel 2. Rataan persentase mata melentis di lapangan (%) pada perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi Air kelapa pada 1-3 MST
Grafik rataan persentase mata melentis di lapangan pada perlakuan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Aplikasi Bradyrhizobium japonicum BJ 11 dan Aeromonas salmonicida PP sebagai inokulan campuran cenderung dapat meningkatkan laju pertumbuhan tanaman kedelai

Hal ini memperlihatkan bahwa Media Televisi hanya berpengaruh sebesar 22,9% dari beberapa variabel pada media promosi dibandingkan dengan faktor lain yang lebih berpengaruh

Saya tetap mengerjakan tugas yang diberikan meskipun guru tidak di dalam kelas.. Saya tetap menonton acara TV kesukaan saya meskipun saya belum belajar untuk ulangan

Berdasarkan hasil penclitian yang dilakukan Wahyuni (2004) tentang kemampuan adesi Streptococcus agalactiae dari susu sapi perah mastitis subklinis pada sel epitel ambing,

B. Pada tahap pertama skenario ini, dilakukan penyerangan serta proses alisis jenis serangan. Langkah awal yang dilakukan adalah menguji apakan Victim Server

Bank QNB Indonesia Tbk adalah model Altman Z-Score dengan tingkat akurasi sebesar 59,38 % sedangkan model Springate hanya memiliki 50 % tingkat akurasi dalam melakukan

Berasarkan permasalahan tersebut, tujuan dari penelitian ini untuk mendapatkan gambaran kondisi quality of worlklife (kualitas kehidupan kerja) buruh perempuan pekerja

Penelitian dan penyusunan skripsi ini dilakukan untuk memenuhi penyelesaian studi di Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan