PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR
KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN
AIR KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN PADA KERTAS
KORAN
Oleh:
TENGKU OCTIFA AFRIZA 060301018/BDP-AGRONOMI
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
PERTUMBUHAN STUM MATA TIDUR
KARET (Hevea brasiliensis Muell Arg.) DENGAN PEMBERIAN
AIR KELAPA DAN LAMA PENYIMPANAN PADA KERTAS
KORAN
SKRIPSI
Oleh:
TENGKU OCTIFA AFRIZA 060301018/BDP-AGRONOMI
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian
Universitas Sumatera Utara
DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
TENGKU OCTIFA AFRIZA. Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Lama
Penyimpanan Pada Kertas Koran. Dibawah bimbingan B.SENGLI. J DAMANIK dan SABAR GINTING.
Stum mata tidur karet merupakan bahan tanaman yang banyak digunakan petani maupun perkebunan. Pemberian air kelapa dan penyimpanan pada kertas koran diharapkan dapat meningkatkan daya simpan stum karet selama penyimpanan tanpa mengurangi pesentase pertumbuhan stum karet di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) pada media kertas koran .
Penelitian dilakukan di lahan penelitian di Balai Penelitian Karet Sei Putih, Kec.Galang, mulai Februari hingga Mei 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi air kelapa dengan 4 taraf yaitu kkonsentrasi 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l dan 750 cc/l, faktor kedua yaitu lama penyimpanan dengan 3 taraf yaitu 10, 20 dan 30 hari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa K2 (500 cc/l) dapat meningkatkan jumlah daun sebesar 3,62 helai dan dan dapat menekan persentase mata melentis pada saat penyimpanan sebesar 37,5%. Dan lama penyimpanan pada kertas Koran L3 (30 hari ) dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat kering akar dan berat kering tajuk stum.
ABSTRAK
TENGKU OCTIFA AFRIZA. The growth of rubber budded stump (Hevea brasiliensis Muell Arg..) through giving coconut water and storage periode in
newspaper , supervised by B.SENGLI. J DAMANIK and SABAR GINTING.
Rubber budded stump is a material plant which used by many farmer and . Giving coconut water and and storage periode in newspaper was hoped to increase storage capacity of rubber budded stump as long as period of saving without decrease percentage of it’s growth in field . The research was aimed to identify the growth of rubber budded stump through giving giving coconut water and storage periode in newspaper. Research was held in Balai Penelitian Karet Sei Putih, Kec.Galang, on February until May 2010. The method of this research randomized block design with 3 replication., coconut water concentration was put on first factor, consisted of 4 levels thats are 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l and 750 cc/l, and the second factor is storage of budded stump which consisted of 3 levels that are 10,20 30 days.
The results showed that coconut water at the concentration K2 (500 cc/l) could increase amount of leaf 3,62 and decreased percentage of break bud at storage 37,5%. And the storage periode in newspaper could increase the height of bud, diameter of bud, amount of leaf, root dried weight and
RIWAYAT HIDUP
Penulis lahir di Galang pada tanggal 05 Oktober 1988, anak pertama dari tiga
bersaudara dari pasangan Ayahanda T. Ramli Sobay dan Ibunda Siti Asiah SPd.
Tahun 2006 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Medan dan pada tahun yang
sama terdaftar sebagai mahasiswa program studi Agronomi Departemen Budidaya
Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti kegiatan organisasi Unit
Kegiatan Mahasiswa (UKM) saHIVa, sebagai anggota Badan Kenaziran Mushalla
(BKM) Al Mukhlisin, pengajian Nahdatus Syu’ban, menjadi asisten Laboratorium
Agroklimatologi (TA. 2008/2009 – 2009/2010), Ekologi Tanaman (TA. 2009/2010).
Penulis melaksanakan praktek kerja lapangan (PKL) di PT. London Sumatra
Begerpang Estate Kec.Galang, Kab Deli Serdang pada bulan Juli 2009 sampai dengan
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karuniaNya
sehingga dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pertumbuhan Stum Mata Tidur
Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa dan Lama
Penyimpanan Pada Kertas Koran”.
Penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ayahanda T. Ramli Sobay
dan Ibunda Siti Asiah SPd yang telah memberi dukungan moril maupun materil dan
juga sebagai pembimbing lapangan selama pelaksanaan penelitian;
Prof. Dr. Ir. B. Sengly. J Damanik, MSc. dan Ir. Hj. Sabar Ginting MS. selaku ketua
dan anggota komisi pembimbing yang telah membimbing penulis mulai dari
penetapan judul, penelitian sampai penulisan skripsi; juga kepada staf pengajar dan
pegawai Departemen Budidaya Pertanian FP USU, serta rekan-rekan mahasiswa BDP
stambuk 2006; para asisten Laboratorium Agroklimatologi dan semua pihak yang
berperan sampai penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum sempurna, kritik dan saran yang
bersifat membangun sangat dihargai. Akhir kata, semoga tulisan ini bermanfaat.
Medan, Juli 2010
DAFTAR ISI
Botani Tanaman Karet ... 5Syarat Tumbuh Karet ... 6
Iklim ... 6
Tanah ... 7
Air Kelapa Sebagai Zat Pengatur Tumbuh ... 8
Peranan Auksin dan Sitokinin...10
Media Dan Lama Penyimpanan ... 13
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian ... 14
Bahan dan Alat ... 14
Metode Penelitian ... 14
Pelaksanaan Penelitian ... 17
Pemilihan stum... 17
Perendaman Dengan Air Kelapa ... 17
Cara Penyimpanan ... 17
Persiapan Lahan ... 18
Penanaman ... 18
Persentase Mata Melentis di Penyimpanan (%) ... 19
Persentase Mata Melentis di Lapangan (%) ... 19
Waktu Melentis (Hari)... 20
Tinggi Tunas (cm) ... 20
Diameter Tunas (cm) ... 20
Jumlah Daun (helai) ... 20
Berat Kering Akar(g) ... 20
Berat Kering Tajuk(g) ... 20
Luas Daun(cm)... 20
Laju Pertumbuhan Tanaman (g/hari) ... 21
Laju Pertumbuhan Relatif ... 21
Laju Asimilasi Bersih ... 21
Persentase Kematian Stum di Lapangan (%)... 22
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil………... 23Persentase Mata Melentis di Penyimpanan (%) ... 23
Persentase Mata Melentis di Lapangan (%) ... 24
Waktu Melentis (Hari) ... 26
Tinggi Tunas (cm) ... 28
Diameter Tunas (cm) ... 30
Jumlah Daun (helai) ... 32
Berat Kering Akar(g) ... 35
Berat Kering Tajuk(g) ... 37
Luas Daun(cm)... 39
Laju Pertumbuhan Tanaman(g/hari) ... 41
Laju Pertumbuhan Relatif ... 43
Laju Asimilasi Bersih ... 45
Persentase Kematian Stum di Lapangan (%)... 47
Pembahasan ... 48
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 54
DAFTAR PUSTAKA...55
DAFTAR TABEL
No. Hal.
1.Persentase mata melentis di penyimpanan (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 23
2.Persentase mata melentis di lapangan 1-3 MST (%) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 25
3.Waktu melentis (hari) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 27
4. Tinggi tunas 3-12 MST (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa... ... 29
5.Diameter tunas 3-12 MST (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa... ... 31
6.Jumlah daun 3-12 MST (helai) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 33
7.Berat kering akar 3-12 MST (g) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 36
8.Berat kering tajuk 3-12 MST (g) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 38
9.Luas daun 3-12 MST (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 40
10.Laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST (g/hari) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 42
11.Laju pertumbuhan relatif 3-12 MST (hari) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 44
12.Laju asimilasi bersih 3-12 MST (cm) pada interaksi perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa ... 46
DAFTAR GAMBAR
No. Hal.
1. Hubungan antara persentase mata melentis di penyimpanan (%) pada perlakuan konsentrasi air kelapa ... 24
2. Hubungan antara persentase mata melentis di lapangan (%) pada perlakuan konsentrasi air kelapa 3 MST ... 26
3. Hubungan antara waktu melentis (hari) pada perlakuan konsentrasi air kelapa ... 27
4. Hubungan antara tinggi tunas pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST. ... 30
5. Hubungan antara diameter tunas pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST. ... 32
6. Hubungan antara jumlah daun pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST ... 34
7. Hubungan antara jumlah daun pada perlakuan konsentrasi air kelapa pada 12 MST ... 35
8. Hubungan antara berat kering akar pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST ... 37
9. Hubungan antara berat kering tajuk pada perlakuan lama penyimpanan pada 6 MST ... 39
10.Hubungan antara luas daun pada perlakuan lama penyimpanan pada 6 MST ... 41
11.Hubungan antara laju pertumbuhan tanaman pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST……… 43
12.Hubungan antara laju pertumbuhan relatif pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST……… 45
DAFTAR LAMPIRAN
No. Hal.
1.Bagan lahan penelitian ... 56
2.Jadwal kegiatan ... 57
3.Deskripsi karet Klon PB 260 ... 58
4.Persentase mata melentis di Penyimpanan (%) ... 59
5.Sidik ragam Persentase mata melentis di penyimpanan (%) ... 59
6.Persentase mata melentis 1 MST(%) ... 60
7.Sidik ragam persentase mata melentis 1 MST ... 60
8.Persentase mata melentis 2 MST (%) ... 61
9.Sidik ragam persentase mata melentis 2 MST ... 61
10. ... Per sentase mata melentis 3 MST (%) ... 62
11. ... Sid ik ragam persentase mata melentis 3 MST ... 62
62. ... Laju pertumbuhan tanaman 3-6 MST (g/hari). ... 88
63. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan tanaman 3-6 MST. ... 88
64. ... Laju pertumbuhan tanaman 6-9 MST (g/hari) ... 89
65. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan tanaman 6-9 MST ... 89
66. ... Laju pertumbuhan tanaman 9-12 MST (g/hari) ... 90
67. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan tanaman 9-12 MST ... 90
68. ... Laju pertumbuhan relatif 3-6 MST ... 91
69. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan relatif 3-6 MST ... 91
70. ... Laju pertumbuhan relatif 6-9 MST ... 92
71. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan relatif 6-9 MST ... 92
72. ... Laju pertumbuhan relatif 9-12 MST ... 93
.
73. ... Sidi k ragam laju pertumbuhan relatif 9-12 MST... 93
77. ... Sidi k ragam laju asimilasi bersih 6-9 MST ... 95
78. ... Laju asimilasi bersih 9-12 MST ... 96
79. ... Sidi k ragam laju asimilasi bersih 9-12 MST ... 96
80. ... Pers entase stum mati di lapangan ... 97
81. ... Sidi k ragam persentase stum mati di lapangan... 97
82. ... Foto pencabutan stum mata tidur di lapangan ... 98
83. ... Foto sampel stum mata tidur di lapangan ... 98
84. Foto sampel destruktif stum mata tidur... 99
85. Foto peneliti dan dosen pembimbing di lapangan... 99
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Karet merupakan komoditas andalan bagi perekonomian Indonesia karena
menambah devisa negara dan sumber mata pencaharian bagi lebih dari 10 juta
penduduk di 16 propinsi di Indonesia. Saat ini luas perkebunan karet Indonesia 3,3
ABSTRAK
TENGKU OCTIFA AFRIZA. Pertumbuhan Stum Mata Tidur Karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.) Dengan Pemberian Air Kelapa Dan Lama
Penyimpanan Pada Kertas Koran. Dibawah bimbingan B.SENGLI. J DAMANIK dan SABAR GINTING.
Stum mata tidur karet merupakan bahan tanaman yang banyak digunakan petani maupun perkebunan. Pemberian air kelapa dan penyimpanan pada kertas koran diharapkan dapat meningkatkan daya simpan stum karet selama penyimpanan tanpa mengurangi pesentase pertumbuhan stum karet di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian air kelapa dan lama penyimpanan terhadap pertumbuhan stump mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) pada media kertas koran .
Penelitian dilakukan di lahan penelitian di Balai Penelitian Karet Sei Putih, Kec.Galang, mulai Februari hingga Mei 2010. Metode yang digunakan adalah rancangan acak kelompok dengan 3 ulangan dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu konsentrasi air kelapa dengan 4 taraf yaitu kkonsentrasi 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l dan 750 cc/l, faktor kedua yaitu lama penyimpanan dengan 3 taraf yaitu 10, 20 dan 30 hari
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa K2 (500 cc/l) dapat meningkatkan jumlah daun sebesar 3,62 helai dan dan dapat menekan persentase mata melentis pada saat penyimpanan sebesar 37,5%. Dan lama penyimpanan pada kertas Koran L3 (30 hari ) dapat meningkatkan pertumbuhan tinggi tunas, diameter tunas, jumlah daun, berat kering akar dan berat kering tajuk stum.
ABSTRAK
TENGKU OCTIFA AFRIZA. The growth of rubber budded stump (Hevea brasiliensis Muell Arg..) through giving coconut water and storage periode in
newspaper , supervised by B.SENGLI. J DAMANIK and SABAR GINTING.
Rubber budded stump is a material plant which used by many farmer and . Giving coconut water and and storage periode in newspaper was hoped to increase storage capacity of rubber budded stump as long as period of saving without decrease percentage of it’s growth in field . The research was aimed to identify the growth of rubber budded stump through giving giving coconut water and storage periode in newspaper. Research was held in Balai Penelitian Karet Sei Putih, Kec.Galang, on February until May 2010. The method of this research randomized block design with 3 replication., coconut water concentration was put on first factor, consisted of 4 levels thats are 0 cc/l, 250 cc/l, 500 cc/l and 750 cc/l, and the second factor is storage of budded stump which consisted of 3 levels that are 10,20 30 days.
The results showed that coconut water at the concentration K2 (500 cc/l) could increase amount of leaf 3,62 and decreased percentage of break bud at storage 37,5%. And the storage periode in newspaper could increase the height of bud, diameter of bud, amount of leaf, root dried weight and
persen dimiliki perkebunan besar. Sedangkan Thailand 95 persen perkebunan
karetnya didominasi rakyat tetapi mereka memiliki produktivitas mencapai 1,8
ton/tahun. Produksi karet Indonesia pada tahun ini diperkirakan meningkat menjadi
2,7 juta ton, jika dibandingkan dengan produksi pada tahun 2009 yang mencapai 2,65
juta ton. Peningkatan tersebut tidak terlalu besar, karena Indonesia sedang
melaksanakan peremajaan pada tanaman karet yang luasnya mencapai 50.000 hektar
sejak tahun 2008
Perkembangan pasar karet alam dalam kurun waktu tiga tahun terakhir relatif
kondusif bagi produsen, yang ditunjukkan oleh tingkat harga yang relatif tinggi. Hal
tersebut dikarenakan permintaan yang terus meningkat, terutama dari China, India,
Brazil dan negara-negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi di
Asia-Pasifik. Menurut IRSG (International Rubber Study Group) dalam studi Rubber
Eco-Project (2005), diperkirakan akan terjadi kekurangan pasokan karet alam dalam
dua dekade ke depan. Karena itu pada kurun waktu 2006-2025, diperkirakan harga
karet alam akan stabil sekitar US $ 2.00/kg (Anwar, 2008).
Tanaman karet klon PB 260 merupakan klon penghasil lateks yang dianjurkan
untuk dikembangkan di Indonesia mulai tahun1991. Karakteristik klon PB 260 adalah
pertumbuhan lilit batang pada saat tanaman belum menghasilkan sedang, tahan
terhadap penyakit daun utama (Corynespora, Colletotrichum dan Oidium). Potensi
produksi awal cukup tinggi dengan rata-rata produksi aktual 2.107 kg/ha/tahun
selama 9 tahun penyadapan dan tidak respon terhadap simultan. Lateks berwarna
putih kekuningan. Pengembangan tanaman dapat dilakukan pada daerah beriklim
Salah satu masalah yang dihadapi para pekebun jika menggunakan stum
okulasi mata tidur sebagai bahan tanam ialah tingginya persentase kematian stum di
lapangan (Siagian dkk, 1990). Persentase kematian yang terjadi di lapangan
diakibatkan oleh terhambatnya pertumbuhan akar dan tunas.
Air kelapa mengandung auksin dan sitokinin. Auksin yang berfungsi dalam
menginduksi pemanjangan sel, mempengaruhi dominansi apikal, penghambatan
pucuk aksilar dan adventif serta inisiasi pengakaran sedangkan sitokinin berfungsi
untuk merangsang pembelahan sel dalam jaringan dan merangsang pertumbuhan
tunas (Salisbury, 1995). Oleh karena itu, penggunaan air kelapa diharapkan dapat
merangsang pertumbuhan tunas dan akar pada stum okulasi mata tidur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa air kelapa kaya akan potasium (kalium)
hingga 17 %. Selain kaya mineral, air kelapa juga mengandung gula antara 1,7
sampai 2,6 % dan protein 0,07 hingga 0,55 %. Mineral lainnya antara lain natrium
(Na), kalsium (Ca), magnesium (Mg), ferum (Fe), cuprum (Cu), fosfor (P) dan sulfur
(S). Disamping kaya mineral, air kelapa juga mengandung berbagai macam vitamin
seperti asam sitrat, asam nikotinat, asam pantotenal, asam folat, niakin, riboflavin,
dan thiamin. Terdapat pula 2 hormon alami yaitu auksin dan sitokinin sebagai
pendukung pertumbuhan tanaman (http://tinacakrabuana.blogspot.com, 2009).
Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa
dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek
tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas
terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa. Bobot
Berdasarkan penelitian Lestari (2001) serbuk gergaji lembab dapat
mempertahankan kesegaran stum mata tidur setelah disimpan selama 4 minggu. Dan
hasil penelitian Soetiono dan Soesilo (1986) sabut kelapa lembab mampu
mempertahankan kesegaran stum mata tidur selama penyimpanan, namun dapat
menyebabkan biaya transport yang tinggi karena beratnya dan penggunaan sabut
kelapa juga tinggi dalam biaya penyediaannya, maka digunakan kertas koran dalam
penelitian ini (Erlan, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai pertumbuhan stum mata tidur karet dengan pemberian air kelapa dan lama
penyimpanan dalam kertas Koran. Sehingga dapat berguna dalam pengiriman stum ke
luar daerah yang memakan waktu yang lama tanpa adanya stum yang mati.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan stum mata tidur karet
(Hevea brasiliensis Muell. Arg) dengan pemberian air kelapa dan lama penyimpanan
pada kertas koran.
Hipotesis Penelitian
Semakin tinggi tingkat konsentrasi air kelapa muda yang diberikan maka
semakin baik pertumbuhan stum mata tidur karet. Semakin lama penyimpanan
dengan kertas koran maka semakin baik pertumbuhan stum mata tidur karet. Ada
pengaruh interaksi antara tingkat konsentrasi air kelapa muda dan perbedaan lama
penyimpanan terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet.
Penelitian ini berguna untuk mendapatkan data penyusunan skripsi sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pertanian di Fakultas Pertanian,
Universitas Sumatera Utara, Medan dan diharapkan dapat pula berguna untuk
pihak-pihak yang berkepentingan dalam pembibitan karet.
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Tanaman
Menurut
Karet (Hevea brasiliensis Muell. Arg) adalah sebagai berikut :
Kindom : Plantae
Subdivisio : Angiospermae
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiaceae
Genus : Hevea
Spesies : Hevea brasiliensis Muell. Arg.
Tanaman Karet berupa pohon dengan ketinggiannya dapat mencapai 30-40
m. Sistem perakarannya kompak/padat, akar tunggangnya dapat menembus tanah
hingga kedalaman 1-2 m, sedangkan akar lateralnya dapat menyebar sejauh 10 m.
Batangnya bulat silindris, kulit kayunya halus rata berwarna pucat hingga kecokelatan
dan sedikit bergabus (Syamsulbahri, 1996).
Daun berselang – seling, tangkai daun panjang, 3 anak daun yang licin
berkilat. Petiola tipis, hijau dengan panjang 3,5 – 30 cm. Helaian anak daun
bertangkai pendek dan berbentuk lonjong atau oval, pangkal sempit dan tegang, ujung
runcing, sisi atas daun hijau tua dan sisi bawah agak cerah, panjangnya 5 - 35 cm dan
lebar 2,5 - 12,5 cm (Sianturi, 2001).
Tanaman karet termasuk tanaman berumah satu. Bunga jantan dan bunga
betina terdapat di dalam satu karangan bunga yang berbentuk panicla (malai). Pada
ujung ranting atau cabang yang telah menggugurkan daun, kadang-kadang malai
muncul pada ketiak daun yang lama, sebelum gugur daun. Pada satu karangan bunga
umumnya terdapat 3-15 malai. Bunga betina dalam satu malai bervariasi antara 0-30,
betina dalam satu pohon bervariasi dan pada keadaan pembungaan yang cukup baik,
jumlah bunga betina dapat mencapai 6000-8000 bunga per pohon (Siagian, 2005).
Buah beruang 3, jarang yang beruang 4 hinnga 6. Diameter buah 3 - 5 cm dan
terpisah 3, 4, atau 6 cocci berkatup 2, perikarp berbalok dan endokarp berkayu. Biji
besar, bulat bersegi 4, tertekan pada satu atau dua sisinya, berkilat, berwarna cokelat
nuda dengan noda-noda cokelat tua, panjang 2 - 3,5 cm dan lebar 1,5 - 3 cm dan tebal
1,5 – 2,5 cm (Sianturi, 2001).
Pertumbuhan stum mata tidur yang baik yaitu pertumbuhan jagur, tinggi
payung daun pertama >25 cm dengan diameter minimal 8 mm serta daun hijau segar
(Siagian, 2005).
Syarat Tumbuh Iklim
Untuk petumbuhan terbaiknya, tanaman Karet memerlukan persyaratan iklim
dan tanah yang sesuai dengan daerah asalnya, Brazil yang beriklim tropis, daerah
yang cocok ditanami Karet yaitu daerah yang berada antara 15˚LU - 10˚LS. Suhu
harian yang diinginkan tanaman Karet adalah antara 25˚ - 30˚C. Ketinggian tempat
yang cocok untuk tanaman Karet adalah antara 6 – 700 m dari permukaan laut
(Setyamidjaja, 1993).
Tanaman karet menyenangi curah hujan yang cukup tinggi antara 2000 – 2500
mm/tahun. Kebutuhan sianr matahari juga cukup tinggi, dalam sehari memerlukan
Kelembaban nisbi (RH) yang sesuai untuk tanaman Karet adalah rata – rata
berkisar antara 75% - 90%. Kelembaban yang terlalu tinggi tidak baik untuk
pertumbuhan Karet, karena dapat membuat laju aliran transpirasi tanaman karet
menjadi kecil sehingga absorbsi unsur hara dari tanah menjadi lambat. Selain itu
tanaman sering mengalami gutasi dan terjadi lelehan lateks akibat retakan kulit.
Angin yang betiup kencang dapat mengakibatkan patah batang, cabang atau tumbang.
Angin kencang pada musim kemarau sangat berbahaya, laju evapotranspirasi menjadi
besar (Sianturi, 2001).
Tanah
Tanaman karet termasuk tanaman perkebunan yang mempunyai toleransi
cukup tinggi terhadap kesuburan tanah. Tanaman ini tidak menuntut kesuburan tanah
yang terlalu tinggi. Tanah kurang subur seperti podsolik merah kuning yang banyak
dijumpai di Indonesia. Tanaman ini masih bisa tumbuh dengan baik paa kisaran pH
3,5 – 7,5. Meskipun demikian, tanaman Karet akan berproduksi maksimal pada tanah
yang subur dengan pH antara 5 – 6 (Setiawan, 2000).
Tanaman karet bukanlah tanaman manja, dapat tumbuh pada tanah – tanah
yang mempunyai sifat fisik baik, atau sifat fisiknya dapat diperbaiki. Tanah yang
dikehendaki adalah bersolum dalam, kedalaman lapisan padas lebih dari 1 m,
permukaan air tanah rendah yaitu ± 10 – 20 cm. Sangat toleran terhadap kemasaman
tanah, dapat tumbuh pada pH 3,8 hingga 8,0, tetapi pada pH yang lebih tinggi sangat
menekan pertumbuhan (Sianturi, 2001).
Air kelapa merupakan salah satu produk tanaman yang dapat
dimanfaatkan untuk meningkatkan kesuburan dan pertumbuhan tanaman.
Menurut Dwijoseputro (1994) air kelapa selain mengandung mineral juga
mengandung sitokinin, fosfor dan kinetin yang berfungsi mempergiat pembelahan sel
serta pertumbuhan tunas dan akar. Selama ini air kelapa banyak digunakan di
laboratorium sebagai nutrisi tambahan di dalam media kultur jaringan.
Diperkirakan bahwa dalam air kelapa mengandung zeatin yang diketahui
termasuk dalam kelompok sitokinin. Sitokinin bersama dengan auksin mempunyai
peranan penting untuk kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan
diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar.
Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya
fitohormon lain terutama auksin (Werner, dkk, 2001).
Air kelapa adalah salah satu bahah alami, didalamnya terkandung hormon
seperti sitokinin 5,8 mg/l, auksin 0,07 mg/l dan giberelin sedikit sekali serta senyawa
lain yang dapat menstimulasi perkecambahan dan pertumbuhan (Bey dkk,
2006).
Air kelapa mengandung unsur K yang tinggi sehingga dapat memacu
pertumbuhan tanaman. Fungsi K bagi tanaman yaitu mamperkuat tubuh tanaman
karena dapat menguatkan serabut-serabut akar, dapat memperlancar metabolisme dan
mempengaruhi penyerapan hara (Hendaryono dan Wijayani, 1994).
Berikut ini merupakan kandungan zat yang ada dalam air kelapa muda:
Kandungan Air Kelapa Mg/L
Asam Pantotenik 0.52
Sumber: Yong,dkk (Nanyang Technological University), 2009.
Berdasarkan penelitian Maryoni (2005) pemberian konsentrasi air kelapa
dapat meningkatkan pertumbuhan panjang tunas dan bobot kering tunas pada stek
tanaman panili. Dari peningkatan panjang tunas secara linear diperoleh tunas
terpanjang adalah 100,519 cm yang didapat pada konsentrasi 100% air kelapa. Bobot
kering maksimum 9,05 g diperoleh pada konsentrasi air kelapa optimum 60,61%.
Konsentrasi air kelapa sebagai faktor tunggal berpengaruh nyata pada variabel jumlah
akar, panjang akar, bobot basah akar, bobot kering akar, dan bobot kering tunas.
Sampai konsentrasi 100% air kelapa yang diuji masih dapat meningkatkan panjang
akar, jumlah akar, bobot basah akar, bobot kering akar dan bobot kering tunas.
Komposisi nutrisi dari air kelapa dipengaruhi oleh jenis buah dan perbedaan
dalam air kelapa yang berbeda jenis dan tingkat kematangannya. Jumlah maksimum
terdapat dalam air kelapa yang berasal dari kelapa hijau yang muda (Majeed, 2003).
Berdasarkan penelitian Susiloadi (1999) tentang perendaman air kelapa
terhadap tanaman markisa dengan 4 faktor yaitu 0, 6, 12 dan 24 jam, lama
perendaman dengan air kelapa yang paling baik untuk pertumbuhan tunas dan
akarnya adalah 12 jam.
Peran Auksin Dan Sitokinin
Auksin adalah zat aktif dalam sistem perakaran. Senyawa ini membantu
proses pembiakan vegetatif. Pada satu sel auksin dapat mempengaruhi pemanjangan
sel, pembelahan sel dan pembentukan akar. Beberapa tipe auksin aktif dalam
konsentrasi yang sangat rendah antara 0.01 sampai 10 mg/L. Fungsi auksin: untuk
merangsang pembesaran sel, sintesis DNA kromosom, serta pertumbuhan aksis
longitudinal tanaman, gunanya untuk merangsang pertumbuhan akar pada stekan atau
cangkokan. Auksin sering digunakan untuk merangsang pertumbuhan akar dan
sebagai bahan aktif sering yang digunakan dalam persiapan hortikultura komersial
terutama untuk akar (Dewi, 2008).
Auksin eksogen dapat memacu pertumbuhan dan pemanjangan akar awal.
Pemberian auksin pada tanaman tanpa tajuk dapat membentuk akar samping. Selain
itu juga dapat memacu perkembangan akar liar pada batang
(Salisbury dan Ross, 1995).
Sitokinin diproduksi oleh akar dan dapat merangsang pembentukan akar
lateral meskipun pada konsentrasi sama dapat menghambat pertumbuhan sumbu
meningkatkan diameternya yang disebabkan rangsangan bersama dengan auksin dari
kegiatan kambium akar (Wilkins, 1992).
Sitokinin berfungsi memacu pembelahan sel dan pembentukan organ,
menunda penuaan, meningkatkan aktivitas wadah penampung hara, memacu
perkembangan kuncup samping tumbuhan dikotil, dan memacu perkembangan
kloroplas dan sintesis klorofil (Salisbury dan Ross, 1995).
Menurut Dewi (2008), sitokinin, auksin, dan faktor lainnya berinteraksi
dalam mengontrol dominasi apikal, yaitu suatu kemampuan dari tunas terminal
untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Sitokinin yang masuk dari akar ke
dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja auksin, dengan mengisyaratkan
tunas aksilar untuk mulai tumbuh. Jadi rasio auksin dan sitokinin merupakan
faktor kritis dalam mengontrol penghambatan tunas aksilar. Auksin dari tunas
apikal menghambat pertumbuhan tunas aksilar. Hal ini menolong perpanjangan tunas
sumbu utama. Sitokinin, yang ditransportasi dari akar ke atas, berlawanan dengan
auksin, menstimulasi pertumbuhan tunas aksilar. Hal inilah yang menjawab
mengapa, pada kebanyakan tumbuhan, tunas aksilar di dekat ujung tajuk kurang
pertumbuhannya dibanding dengan tunas aksilar yang dekat dengan akar.
Respon terhadap hormon, biasanya tidak begitu tergantung pada jumlah
absolut hormon tersebut, akan tetapi tergantung pada konsentrasi relatifnya
dibandingkan dengan hormon lainnya. Keseimbangan hormon, dapat mengontrol
pertumbuhan dan perkembangan tumbuhan daripada peran hormon secara mandiri.
Interaksi ini akan menjadi muncul dalam penyelidikan tentang fungsi hormon.
ditambahkan bersama-sama dengan auksin, maka sel itu dapat membelah (Wilkins,
1992).
Auksin berperan dalam aspek pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu
pembesaran sel yaitu koleoptil atau batang penghambatan mata tunas samping, pada
konsentrasi tinggi menghambat pertumbuhan mata tunas untuk menjadi tunas absisi
(pengguguran) daun aktivitas dari kambium dirangsang oleh auksin pertumbuhan
akar pada konsentrasi tinggi dapat menghambat perbesaran sel-sel akar (Salisbury
dan Ross, 1995).
Sebagian besar tumbuhan memiliki pola pertumbuhan yang kompleks yaitu
tunas lateralnya tumbuh bersamaan dengan tunas terminalnya. Pola pertumbuhan ini
merupakan hasil interaksi antara auksin dan sitokinin dengan perbandingan tertentu.
Sitokinin diproduksi dari akar dan diangkut ke tajuk, sedangkan auksin dihasilkan di
kuncup terminal kemudian diangkut ke bagian bawah tumbuhan. Auksin cenderung
menghambat aktivitas meristem lateral yang letaknya berdekatan dengan meristem
apikal sehingga membatasi pembentukan tunas-tunas cabang dan fenomena ini
disebut dominasi apikal. Kuncup aksilar yang terdapat di bagian bawah tajuk (daerah
yang berdekatan dengan akar) biasanya akan tumbuh memanjang dibandingkan
dengan tunas aksilar yang terdapat dekat dengan kuncup terminal. Hal ini
menunjukkan ratio sitokinin terhadap auksin yang lebih tinggi pada bagian bawah
tumbuhan. Interaksi antagonis antara auksin dan sitokinin juga merupakan salah satu
cara tumbuhan dalam mengatur derajat pertumbuhan akar dan tunas, misalnya jumlah
akar yang banyak akan menghasilkan sitokinin dalam jumlah banyak. Peningkatan
jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara
ZPT tumbuhan lainnya (Dewi, 2008).
Media Dan Lama Penyimpanan
Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan bahwa stum mata tidur dapat
dipertahankan kesegarannya selama 3 sampai 4 minggu dengan membungkusnya
dalam satu lembar kertas koran yang lembab. Kertas koran merupakan media simpan
yang termurah, ringan, mudah diperoleh dan dipenuhi kebutuhannya (Erlan, 2004).
Kertas koran bekas dan plastil polyethylen dapat digunakan untuk menyimpan
stum mata tidur untuk pengiriman jarak jauh. Dan hasilnya, dapat mempertahankam
stum sampai 20 hingga 30 hari (Planters’ Bulletin, 1982).
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Lahan Percobaan Balai Penelitian Karet Sungei
Putih Galang. Mulai Februari sampai Mei 2010 dengan ketinggian tempat ± 20 m di
atas permukaan laut.
jumlah yang lebih banyak. Interaksi antagonis ini umumnya juga terjadi di antara
ZPT tumbuhan lainnya (Dewi, 2008).
Media Dan Lama Penyimpanan
Berdasarkan hasil penelitian dijelaskan bahwa stum mata tidur dapat
dipertahankan kesegarannya selama 3 sampai 4 minggu dengan membungkusnya
dalam satu lembar kertas koran yang lembab. Kertas koran merupakan media simpan
yang termurah, ringan, mudah diperoleh dan dipenuhi kebutuhannya (Erlan, 2004).
Kertas koran bekas dan plastil polyethylen dapat digunakan untuk menyimpan
stum mata tidur untuk pengiriman jarak jauh. Dan hasilnya, dapat mempertahankam
stum sampai 20 hingga 30 hari (Planters’ Bulletin, 1982).
BAHAN DAN METODA PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian telah dilaksanakan di Lahan Percobaan Balai Penelitian Karet Sungei
Putih Galang. Mulai Februari sampai Mei 2010 dengan ketinggian tempat ± 20 m di
atas permukaan laut.
Bahan yang digunakan dalam penelitian adalah stum mata tidur karet
(klon: PB 260) sebagai objek yang akan diamati. Air kelapa sebagai zpt, polibek
ukuran 18 x 40 cm, kertas koran, air, Dithane M-45, pupuk kandang ayam, top soil,
dan goni rami.
Alat yang digunakan adalah gelas ukur, ember, jangka sorong, meteran,
timbangan analitik, oven, Leaf Area Meter, cangkul, gembor, pisau dan pulling jack.
Metode Penelitian
Penelitian menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) dengan 2 faktor
perlakuan, yaitu :
Faktor I: Konsentrasi air kelapa yang terdiri dari 4 taraf yaitu:
K0= 0 ml /l air
K1= 250 ml l air
K2= 500 ml /l air
K3= 750 ml /l air
Faktor II : Lama penyimpan yang terdiri dari 3 taraf yaitu:
L1 = penyimpanan 10 hari
L2 = penyimpanan 20 hari
L3 = penyimpanan 30 hari
Sehingga akan diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu:
K0L1 K1L1 K2L1 K3L1
K0L3 K1L3 K2L3 K3L3
Jumlah seluruh tanaman : 288 tanaman
Data hasil penelitian dianalisis sidik ragam dengan model linier sebagai
berikut:
Yijk = hasil pengamatan pada blik ke-i, karena tingkat konsentrasi air kelapa pada
taraf ke-j dan lama penyimpanan pada taraf ke-k
jk )
(αβ = efek interaksi konsentrasi air kelapa taraf ke-j dan lama penyimpanan taraf
ke-k pada blok ke-i
ij
ε = efek galat yang disebabkan faktor konsentrasi air kelapa taraf ke-j dan
faktor lama penyimpanan ke-k pada blok ke-i
Jika perlakuan (konsentrasi, lama penyimpanan dan interaksi) nyata maka
dilanjutkan dengan DMRT (Duncan Multiple Range Test) pada α = 5%.
(Steel dan Torrie, 1995).
PELAKSANAAN PENELITIAN
Pemilihan Stum
Stum yang digunakan adalah stum yang berumur 21 hari setelah
pengokulasian. Pemilihan stum dilakukan setelah stum dibongkar dengan
menggunakan cangkul atau pulling jack. Kemudian dilakukan seleksi dengan kriteria:
panjangnya 5-10 cm, akar tunggang tidak bercabang, tidak berbentuk garpu dan
berbonggol, dan tidak terserang jamur akar putih. Luka pada akar ditutup dengan
penutup luka TB 192 dan ujung batang bekas serongan dicelup dalam lilin cair. Lalu
mata okulasi masih hidup dan berasal dari mata daun. Stum yang dipilih mata
okulasinya tidak lebih dari dua kali okulasi.
Perendaman Stum Dengan Air kelapa Muda
Air kelapa yang digunakan dalam perendaman stum adalah air kelapa yang
berasal dari kelapa hijau yang muda yang dilarutkan dengan 1 liter air. Stum okulasi
mata tidur pada bagian akarnya direndam dengan larutan air kelapa sesuai dengan
perlakuan masing- masing selama 12 jam, lalu dikeringanginkan selama ±3 jam.
Cara Penyimpanan Stum
Cara penyimpanan stum yaitu dengan menggunakan 3 lembar kertas koran
yang telah dicelupkan ke dalam Larutan Dithane M-45 1 gram/L air untuk
menghindari tumbuhnya jamur pada stum selama penyimpanan. Stum diletakkan di
atas lembar koran kemudian digulung sehingga setum tersebut terbalut rapi,
kemudian dimasukkan ke dalam goni rami dan disusun rapi lalu goni rami diikat
bagian atasnya disimpan sesuai perlakuan.
Persiapan Lahan
Lahan yang akan digunakan untuk penelitian terlebih dahulu dibersihkan dari
gulma dan sampah, lalu dilakukan pembuatan plot percobaan berukuran 16 x 5,2 m,
jarak antar plot 30 cm dan jarak antar blok 60 cm dan ukuran plot 1 x 1 m dan jarak
antar plot dengan parit luar 50 cm yang memanjang dari arah utara-selatan.
Media tanam yang digunakan adalah campuran top soil dengan pupuk
kandang dengan perbandingan 2:1 yang diisi ke dalam polibek dengan ukuran
18 x 40 cm sampai ¾ bagian polibek.
Penanaman Stum
Sebelum penanaman dilakukan, terlebih dahulu dibuat lubang pada bagian
tengah polibek menggunakan tugal. Selanjutnya stum mata tidur ditanam dengan
mata okulasi menghadap Utara-Selatan agar mata okulasi mendapat sinar matahari
pagi dan sore secara maksimal dan mata yang baru melentis akan terhindar dari siang
yang terik. Penanaman dilakukan secara padat sehingga terhindar dari rongga-rongga
udara. Selesai penanaman dilakukan penyiraman untuk menjamin pemadatan
tanahnya.
Pemeliharaan Tanaman Penyiraman
Penyiraman dilakukan dua kali sehari pada pagi dan sore hari, namun apabila
tanah cukup lembab maka dilakukan satu hari sekali.
Penyiangan
Untuk menghindari persaingan antara gulma dan tanaman, maka dilakukan
penyiangan. Penyiangan gulma dilakukan secara manual atau menggunakan cangkul
untuk membersihkan gulma yang terdapat di areal penelitian sekali seminggu.
Penunasan
Penunasan dilakukan terhadap tunas-tunas liar yang tumbuh pada batang
dilakukan apabila telah tumbuh tunas liar pada stum. Tujuannya untuk mempercepat
tumbuhnya tunas okulasi.
Pemupukan
Stum dipupuk dengan menggunakan pupuk lengkap NPKMg 15:15:6:4
sebanyak 5 g per polibek pada 1 bulan setelah penanaman, kemudian 10 g per polibek
untuk bulan berikutnya. Pemupukan dilakukan 1 kali sebulan.
Pengamatan Parameter
Persentase melentis di penyimpanan(%)
Persentase Melentis (%) = Jumlah tunas yang sudah muncul Jumlah tanaman seluruhnya
Persentase melentis di lapangan (%)
Persentase mata melentis di lapangan dihitung 1-3 MST dengan rumus:
Persentase Melentis (%) = Jumlah tunas yang sudah muncul Jumlah tanaman seluruhnya
Waktu melentis (hari)
Lamanya tunas yang melentis dihitung apabila sudah mencapai 75% dari mata
tunas sudah melentis.
Tinggi tunas (cm)
Tinggi tunas diukur setiap 3 minggu sekali dimulai dari 3 MST. Tinggi tunas
diukur dari pangkal jendela okulasi sampai titik tumbuh tanaman tersebut.
Diameter tunas (cm)
Diameter tunas diukur setiap 3 minggu sekali dimulai dari 3 MST dengan
menggunakan jangka sorong.
x 100 %
Jumlah daun atau tunas (helai)
Jumlah daun / tunas dihitung setiap 3 minggu sekali dimulai dari 3 MST.
Berat kering akar (gram)
Berat kering akar dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu sekali
dimulai dari 3 MST. Akar dipotong sampai leher akar kemudian dicincang kecil lalu
dimasukkan ke dalam amplop kertas dan diovenkan dengan suhu 600 selama 48 jam
lalu ditimbang.
Berat kering tajuk (gram)
Berat kering tajuk dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu sekali
dimulai dari 3 MST. Tajuk dipotong sampai pertautan okulasi kemudian dimasukkan
ke dalam amplop kertas dan diovenkan dengan suhu 600 selama 48 jam lalu
ditimbang.
Luas daun (cm)
Luas daun diukur per sampel destruktif setiap 3 minggu sekali dimulai dari 3
MST. Daun diukur dengan menggunakan alat Leaf Area Meter.
Laju pertumbuhan tanaman (g/hari)
Laju pertumbuhan tanaman dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu
sekali dengan membandingkan pertumbuhan setiap 3 minggu tanaman selanjtnya.
Laju pertumbuhan tanaman dihitung dengan rumus:
LPT= BKT2 - BKT1 T2-T1
Laju pertumbuhan tanaman dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu
sekali dengan membandingkan pertumbuhan setiap 3 minggu tanaman selanjutnya.
Laju pertumbuhan tanaman dihitung dengan rumus:
LPR= ( log BKT2 – log BKT1 ) T2-T1
Laju Asimilasi Bersih (g/m2/hari)
Laju asimilasi bersih dihitung per sampel destruktif setiap 3 minggu sekali
dengan membandingkan pertumbuhan setiap 3 minggu tanaman selanjtnya. Laju
asimilasi bersih dihitung dengan rumus:
LAB= X
Persentase kematian stum di lapangan (%)
Persentase stum yang mati di lapangan dihitung pada saat minggu terakhir,
yaitu 12 MST dengan rumus:
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil
Persentase mata melentis di penyimpanan (%)
Data dan daftar sidik ragam persentase mata melentis di penyimpanan dapat
dilihat masing-masing pada lampiran 4 - 5. Dari hasil sidik ragam setelah
ditransformasi ke arc.sin x menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh
penyimpanan dan Interaksi kedua berpengaruh tidak nyata terhadap persentase mata
melentis.
Rataan persentase mata melentis dari perlakuan lama penyimpanan dan
konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Rataan persentase mata melentis di penyimpanan (%) pada perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa
Konsentrasi
Lama Penyimpanan (L)
% Rataan
(K) L1 L2 L3
K0 5.421 5.050 4.940 5.137
K1 2.639 1.673 2.639 2.317
K2 1.673 2.639 1.673 1.995
K3 1.673 1.673 1.673 1.673
Rataan 2.852 2.759 2.731
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh
nyata terhadap parameter persentase mata melentis di penyimpanan dengan rataan
tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (0 cc/l) yakni sebesar 5,13% dan yang terendah
pada K3 (750cc/l) yakni sebesar 1,67%.
Grafik rataan persentase mata melentis di penyimpanan pada perlakuan
Gambar 1. Hubungan antara persentase mata melentis di penyimpanan pada perlakuan konsentrasi air kelapa
Dari Gambar 1 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan konsentrasi air
kelapa menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan persentase mata
melentis, dimana persentase mata melentis maksimum terdapat pada konsentrasi 0
cc/l dan minimum pada konsentrasi 750 cc/l.
Persentase mata melentis di lapangan (%)
Data dan daftar sidik ragam persentase mata melentis 1 – 3 MST dapat dilihat
masing-masing pada lampiran 6 - 11. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke
arc.sin x menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap
persentase mata melentis 1 – 3 MST. Sedangkan lama penyimpanan dan Interaksi
kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap persentase mata melentis.
Rataan persentase mata melentis dari perlakuan lama penyimpanan dan
Tabel 2. Rataan persentase mata melentis di lapangan (%) pada perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi Air kelapa pada 1-3 MST
Konsentrasi
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh
nyata terhadap parameter persentase mata melentis di lapangan dengan rataan
tertinggi terdapat pada perlakuan K0 (0 cc/l) yakni sebesar 61,11 % dan yang
Grafik rataan persentase mata melentis di lapangan pada perlakuan
konsentrasi air kelapa pada 3 MST tertera pada Gambar 2.
Gambar 2. Hubungan antara persentase mata melentis di lapangan pada perlakuan konsentrasi air kelapa pada 3 MST
Dari Gambar 2 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan konsentrasi air
kelapa menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan persentase mata
melentis di lapangan, dimana persentase mata melentis maksimum terdapat pada
konsentrasi 0 cc/l dan minimum pada konsentrasi 250 cc/l.
Waktu melentis (hari)
Data dan daftar sidik ragam waktu melentis dapat dilihat masing-masing pada
lampiran 12 – 13. Dari hasil sidik ragam menunjukkan bahwa konsentrasi air kelapa
berpengaruh nyata terhadap waktu melentis mata tunas. Sedangkan lama
penyimpanan dan Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap waktu
Rataan waktu mata melentis dari perlakuan lama penyimpanan dan
konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Rataan waktu melentis (hari) pada perlakuan lama penyimpanan dengan konsentrasi air kelapa
Konsentrasi
Lama Penyimpanan (L)
Hari Rataan
(K) L1 L2 L3
K0 25.000 23.333 24.333 24.222 b
K1 33.333 30.333 31.000 31.556 a
K2 29.667 29.000 33.333 30.667 a
K3 32.000 30.000 29.667 30.556 a
Rataan 30.000 28.167 29.583
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari tabel 3 dapat dilihat bahwa perlakuan konsentrasi air kelapa berpengaruh
nyata terhadap parameter waktu melentis dengan rataan tertinggi pada waktu mata
melentis terdapat pada perlakuan K1 yakni sebesar 31,55 hari dan yang terendah pada
perlakuan K0 yakni sebesar 24,22 hari.
Grafik rataan waktu mata melentis pada perlakuan konsentrasi air kelapa
Gambar 3. Hubungan antara waktu mata melentis pada perlakuan konsentrasi air kelapa setelah 75% mata melentis.
Dari Gambar 3 menunjukkan bahwa pengaruh perlakuan konsentrasi air
kelapa menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan waktu mata melentis,
dimana K0 (0 cc/l) merupakan perlakuan dengan waktu tercepat mata melentis dan
pada K1 (250 cc/l) merupakan waktu paling lama untuk mata melentis.
Tinggi tunas (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tunas 3 s/d 12 MST dapat
dilihat pada Lampiran 22 - 29. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin
x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas
pada 3 – 12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap tinggi tunas.
Rataan tinggi tunas 3 s/d 12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan
Tabel 4. Rataan tinggi tunas (cm) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST
Konsentrasi
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari tabel 4 dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh
nyata terhadap parameter tinggi tunas rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (30
Grafik rataan tinggi tunas pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST
tertera pada Gambar 4.
Gambar 4. Hubungan antara tinggi tunas dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST
Dari Gambar 4 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan tinggi tunas, dimana pada
lama penyimpanan 30 hari merupakan rataan tinggi tunas tertinggi.
Diameter tunas (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam tinggi tunas 3 s/d 12 MST dapat
dilihat pada Lampiran 30 - 37. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin
x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap diameter tunas
pada 6-12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua perlakuan
Rataan diameter tunas 6-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan
pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Rataan diameter tunas (cm) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST
Konsentrasi
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata
terhadap parameter diameter tunas dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L3
(30 hari ) yakni sebesar 1,10 cm dan yang terendah pada L2 (20 hari) yakni sebesar
Grafik rataan diameter tunas pada perlakuan lama penyimpanan pada 12
MST tertera pada Gambar 5.
Gambar 5. Hubungan antara diameter tunas dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST
Dari Gambar 5 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan diameter tunas, dimana pada
lama penyimpanan 30 hari merupakan rataan tinggi tunas tertinggi.
Jumlah daun (helai)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam jumlah daun 3 s/d 12 MST dapat
dilihat pada Lampiran 46 - 53. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin
x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap jumlah daun
pada 3 – 12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap
jumlah daun 12 MST dan Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap
Rataan jumlah daun 3-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan
pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Rataan jumlah daun (helai) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST
Konsentrasi
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata
(30 hari ) yakni sebesar 3,35 helai dan terendah pada L2 (20 hari) yakni sebesar 2,48
helai .
Grafik rataan jumlah daun pada perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST
tertera pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara jumlah daun dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST
Dari Gambar 6 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan jumlah daun, dimana pada
lama penyimpanan 30 hari merupakan rataan jumlah daun tertinggi.
Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pada konsentrasi air kelapa berpengaruh
nyata terhadap parameter jumlah daun 12 MST, dengan rataan tertinggi terdapat pada
perlakuan K2 (500 cc/l) yakni sebesar 3,62 helai dan terendah pada K3 (750cc/l)
Grafik rataan jumlah daun pada perlakuan konsentrasi air kelapa pada 12
MST tertera pada Gambar 6.
Gambar 6. Hubungan antara jumlah daun dengan perlakuan konsentrasi air kelapa pada 12 MST
Dari Gambar 6 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan jumlah daun 12 MST,
dimana jumlah daun mengalami penurunan pada konsentrasi 750 cc/l.
Berat kering akar (gram)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam berat kering akar 3-12 MST dapat
dilihat pada Lampiran 54 - 61. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin
x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap berat kering
akar pada 6 dan 12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua
Rataan berat kering akar 3-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan
pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Rataan berat kering akar (gram) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST
Konsentrasi
Dari tabel 7 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata pada
parameter berat kering akar dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L1 (10
hari ) yakni sebesar 53,11 g dan terendah pada dengan L3 yakni sebesar 32,64 g.
Grafik rataan berat kering akar dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12
MST tertera pada Gambar 7.
Gambar 7. Hubungan antara berat kering akar dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST
Dari Gambar 7 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat linear dengan jumlah daun 12 MST, dimana
semakin lama penyimpanan maka jumlah daun semakin menurun.
Berat kering tajuk (gram)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam berat kering tajuk 3-12 MST dapat
x menunjukkan bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap berat kering
tajuk pada 6 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap berat kering tajuk.
Rataan berat kering tajuk 3-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan dan
pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Rataan berat kering tajuk (gram) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST
Konsentrasi
Dari tabel 8 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata
terhadap berat tajuk pada 6 MST rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L1 yakni
sebesar 2,29 g dan terendah pada L2 yakni sebesar 2,16 g.
Grafik rataan berat kering tajuk dengan perlakuan konsentrasi air kelapa pada
6 MST tertera pada Gambar 8.
Gambar 8. Hubungan antara berat kering tajuk dengan perlakuan konsentrasi air kelapa pada 6 MST
Dari Gambar 8 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan berat kering tajuk 6 MST,
dimana berat kering tajuk tertinggi terdapat pada lama penyimpanan 10 hari.
Luas daun (cm)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam luas daun 3-12 MST dapat dilihat
pada Lampiran 70 - 77. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin x
MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan interaksi kedua perlakuan berpengaruh
tidak nyata terhadap luas daun Rataan luas daun 3-12 MST pada perlakuan lama
penyimpanan dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada
Tabel 9.
Tabel 9. Rataan luas daun (cm) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST
Konsentrasi
Dari tabel 9 dapat dilihat bahwa pada 6 MST rataan tertinggi terdapat pada
perlakuan L1 yakni sebesar 7,93 g yang berbeda tidak nyata dengan L3 yakni sebesar
57,27 gdan diikuti dengan L2 yakni sebesar 5,80 g.
Grafik rataan luas daun dengan perlakuan lama penyimpanan pada 6 MST
tertera pada Gambar 9.
Gambar 9. Hubungan antara luas daun dengan perlakuan lama penyimpanan pada 6 MST
Dari Gambar 9 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat kuadratik dengan luas daun, dimana pada lama
penyimpanan 10 hari merupakan rataan luas daun tertinggi.
Laju pertumbuhan tanaman (g/hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST
dapat dilihat pada Lampiran 78 - 83. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke
pertumbuhan tanaman pada 9-12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan
Interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan
tanaman.
Rataan laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST pada perlakuan lama
penyimpanan dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada
Tabel 10.
Tabel 10. Rataan laju pertumbuhan tanaman (g/hari) dengan perlakuan lama penyimpan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST
Konsentrasi
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari tabel 10 dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh
pada perlakuan L1 yakni sebesar 0,98 g dan yang terendah pada L3 yakni sebesar
0,23 g.
Grafik rataan laju pertumbuhan tanaman dengan perlakuan lama penyimpanan
pada 10 MST tertera pada Gambar 12
Gambar 10. Hubungan antara laju pertumbuhan tanaman dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST
Dari Gambar 10 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat linear dengan laju pertumbuhan tanaman,
dimana semakin lama lama penyimpanan maka semakin rendah laju pertumbuhan
tanaman.
Laju pertumbuhan relatif (g/g/hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST
dapat dilihat pada Lampiran 84- 89. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke
pertumbuhan relatif pada 9-12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi
kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata terhadap laju pertumbuhan relatif.
Rataan laju pertumbuhan tanaman 3-12 MST pada perlakuan lama
penyimpanan dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada
Tabel 11.
Tabel 11. Rataan laju pertumbuhan relatif (g/g/hari) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST
Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa perlakuan lama penyimpanan berpengaruh
nyata terhadap laju pertumbuhan relatif pada 9-12 MST rataan tertinggi terdapat pada
perlakuan L1 yakni sebesar 0,009 dan yang terendah pada L3 yakni sebesar 0,004.
Grafik rataan laju pertumbuhan relatif dengan perlakuan lama penyimpanan
pada 12 MST tertera pada Gambar 11.
Gambar 11. Hubungan antara laju pertumbuhan relatif dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST
Dari Gambar 11 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat linear dengan laju pertumbuhan relatif, dimana
semakin lama lama penyimpanan maka semakin rendah laju pertumbuhan relatif.
Laju asimilasi bersih (g/m2/hari)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam laju asimilasi bersih 3-12 MST dapat
dilihat pada Lampiran 91 - 96. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke arc.sin
12 MST. Sedangkan konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua perlakuan
berpengaruh tidak nyata terhadap laju asimilasi bersih.
Rataan laju asimilasi bersih 3-12 MST pada perlakuan lama penyimpanan
dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Rataan laju asimilasi bersih (g/m2/hari) dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa pada umur 3 s/d 12 MST sama menunjukkan bebeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari tabel 124 dapat dilihat bahwa lama penyimpanan berpengaruh nyata
terhadap laju asimilasi bersih pada 9-12 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada
Grafik rataan laju asimilasi bersih dengan perlakuan lama penyimpanan pada
12 MST tertera pada Gambar 12.
Gambar 12. Hubungan antara laju asimilasi bersih dengan perlakuan lama penyimpanan pada 12 MST
Dari Gambar 12 menunjukkan bahwa pengaruh lama penyimpanan
menunjukkan hubungan yang bersifat linear dengan laju asimilasi bersih, dimana
semakin lama lama penyimpanan maka semakin rendah laju asimilasi bersih.
Persentase kematian stum di lapangan (%)
Data hasil pengamatan dan sidik ragam persentase kematian di lapangan
dapat dilihat pada Lampiran 97. Dari hasil sidik ragam setelah ditransformasi ke
arc.sin x menunjukkan bahwa lama, konsentrasi air kelapa dan Interaksi kedua
Rataan persentase persentase kematian stum di lapangan pada perlakuan lama
penyimpanan dan pemberian perbedaan konsentrasi air kelapa dapat dilihat pada
Tabel 13.
Tabel 13. Rataan persentase kematian stum (%) di lapangan dengan perlakuan lama penyimpanan dan perbedaan konsentrasi air kelapa
Konsentrasi
Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama menunjukkan berbeda tidak nyata pada Uji Duncan taraf 5 %.
Dari tabel 13 dapat dilihat bahwa persentase kematian tertinggi terdapat pada
perlakuan K0 (0 cc/l) yaitu 2,63% dan pada lama penyimpanan L3 (30 hari) yaitu
2,39%.
Pembahasan
Pengaruh konsentrasi air kelapa terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)
Konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap persentase mata melentis
di penyimpanan, persentase mata melentis di lapangan dan waktu melentis. Pada
perlakuan K3 dapat menekan persentase mata melentis di penyimpanan sebesar
1,67% dan waktu melentis mata tunas pada perlakuan K0 lebih cepat yaitu 24 hari
dibandingkan perlakuan K3 yaitu 30 hari. Hal ini menunjukkan bahwa pemberian air
Persentase melentis dan waktu melentis yang rendah dikarenakan perendaman dengan
air kelapa dengan adanya hormon auksin dan sitokinin yang terkandung dalam air
kelapa membantu perkembangan akar terlebih dahulu sehingga memperlambat
pertumbuhan tunas di penyimpanan. Warner, dkk (2001) menyatakan bahwa dalam
air kelapa mengandung zeatin yang diketahui termasuk dalam kelompok sitokinin.
Sitokinin mempunyai kemampuan mendorong terjadinya pembelahan sel dan
diferensiasi jaringan tertentu dalam pembentukan tunas pucuk dan pertumbuhan akar.
Namun demikian, peranan sitokinin dalam pembelahan sel tergantung pada adanya
fitohormon lain terutama auksin.
Pemberian air kelapa dapat menghambat pertumbuhan tunas sampai 30 hari
pada perlakuan K3 untuk sementara sehingga menyebabkan semakin lama tunas yang
melentis pada stum. Lamanya tunas melentis tersebut dikarenakan adanya hormon
auksin dan sitokinin yang terlebih dahulu merangsang pertumbuhan akar pada stum.
Sitokinin diproduksi oleh akar dan dapat merangsang pembentukan akar lateral
meskipun pada konsentrasi sama dapat menghambat pertumbuhan sumbu utama.
Meskipun dapat menghambat pemanjangan akar primer, pemberian sitokinin dapat
meningkatkan diameter akar yang disebabkan rangsangan bersama dengan auksin
dari kegiatan kambium akar (Wilkins, 1992).
Konsentrasi air kelapa berpengaruh nyata terhadap persentase mata melentis
di lapangan setelah 3 MST, yaitu dapat meningkat pada perlakuan K3 yaitu sebesar
59,72 %. Konsentrasi air kelapa juga berpengaruh nyata terhadap jumlah daun 12
MST dengan rataan tertinggi pada K2 yaitu 3,62 helai. Diduga bahwa pertumbuhan
mengandung auksin dan sitokinin telah memacu pertumbuhan akar. Akar yang
tumbuh kemudian menghasilkan hormon sitokinin yang dapat memacu pertumbuhan
tunas tanpa adanya hambatan dari auksin yang dihasilkan dari tunas terminal yang
telah dipotong sebelumnya. Menurut Dewi (2008), sitokinin, auksin, dan faktor
lainnya berinteraksi dalam mengontrol dominasi apikal, yaitu suatu kemampuan
dari tunas terminal untuk menekan perkembangan tunas aksilar. Sitokinin yang
masuk dari akar ke dalam sistem tajuk tumbuhan, akan melawan kerja auksin.
Sitokinin, yang ditransportasi dari akar ke atas, berlawanan dengan auksin,
menstimulasi pertumbuhan tunas . Hal inilah yang menjawab mengapa, pada
kebanyakan tumbuhan, tunas di dekat ujung tajuk kurang pertumbuhannya
dibanding dengan tunas yang dekat dengan akar. Namun, apabila tunas apikal
dibuang, maka pada tumbuhan yang sama, memungkinkan tumbuhnya cabang
lateral. Jadi rasio auksin dan sitokinin merupakan faktor kritis dalam mengontrol
penghambatan tunas. Dimana apabila konsentrasi auksin yang tinggi dapat
menghambat kerja sitokinin dan sebaliknya.
Pengaruh lama penyimpanan terhadap pertumbuhan stum mata tidur karet (Hevea brasiliensis Muell Arg.)
Lama penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 3 – 12
MST, diameter tunas pada 6-12 MST, jumlah daun pada 3 – 12 MST, berat kering
akar pada 6 dan 12 MST, berat kering tajuk pada 6 MST, luas daun 6 MST, laju
Lama penyimpanan juga berpengaruh nyata terhadap tinggi tunas pada 3 –
12 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (30 hari ) yakni sebesar
5,34 dan diameter tunas pada 6-12 MST dengan rataan tertinggi terdapat pada
perlakuan L3 (30 hari ) yakni sebesar 1,10 cm serta jumlah daun pada 3 – 12 MST
dengan rataan tertinggi terdapat pada perlakuan L3 (30 hari ) yakni sebesar 3,35 helai.
Diduga hal ini dikarenakan tidak adanya daun pada saat penyimpanan dan semakin
lama tanaman disimpan akan mengakibatkan tanaman mempercepat pertumbuhan
akar karena adanya stress selama penyimpanan. Namun, masih dapat melakukan
proses metabolisme dengan memanfaatkan air dan unsur hara yang ada pada media
penyimpanan yaitu kertas koran sebagai sumber nutrisi. Selanjutnya setelah
penanaman ke polibek, unsur hara yang tersedia pada media tanah dan pupuk
kandang dapat langsung merangsang pertumbuhan tunas, sehingga setelah 3 minggu
ditanam di polibek tunas sudah bermunculan. Pertumbuhan akar selama masa
penyimpanan akan mendorong pertumbuhan tunas di lapangan dan seiring juga dapat
meningkatkan jumlah daun. Menurut Wilkins (1989) pertumbuhan tunas tergantung
pada pertumbuhan akar.
Lama penyimpanan juga berpengaruh nyata terhadap berat kering tajuk pada
6 MST pada perlakuan L1 (10 hari) yaitu 2,60 g, luas daun 6 MST pada perlakuan L1
(10 hari) yaitu 9,14 cm dan laju pertumbuhan tanaman 12 MST pada perlakuan L1
yaitu sebesar 0,98 g/hari. Hal ini sejalan dengan pertumbuhan bibit di mana bobot
kering berkorelasi dengan pertumbuhan bibit (tinggi tunas, jumlah daun dan jumlah
tunas). Bibit dengan pertumbuhan yang lebih baik tentu akan menghasilkan bobot