• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Insentif Profit Sharing Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT. Perkebunan Nusantara Iii (Persero) Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Insentif Profit Sharing Dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Pada PT. Perkebunan Nusantara Iii (Persero) Medan"

Copied!
173
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INSENTIF PROFIT SHARING DAN IKLIM KERJA

TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

TESIS

Oleh

KEMAL PASHA SIAGIAN

087019030/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENGARUH INSENTIF PROFIT SHARING DAN IKLIM KERJA

TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PT. PERKEBUNAN

NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Ilmu Manajemen pada Sekolah Pasca Sarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

KEMAL PASHA SIAGIAN 087019030/IM

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH INSENTIF PROFIT SHARING DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN Nama Mahasiswa : Kemal Pasha Siagian

Nomor Pokok : 087019030

Program Studi : Ilmu Manajemen

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, M.Si)

Ketua Anggota

(Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc)

Ketua Program Studi Direktur,

(Prof. Dr. Paham Ginting, MS) (Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 23 Desember 2011

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS:

KETUA : Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, M.Si ANGGOTA : 1. Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc

2. Prof. Dr. Rismayani, MS

(5)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul: ”PENGARUH INSENTIF PROFIT SHARING DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PADA PT PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN”

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Desember 2011 Yang membuat pernyataan

(6)

ABSTRAK

Perusahaan berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja pegawai adalah dengan pemberian insentif serta menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang nyaman dan kondusif, agar pegawai dapat dan mau bekerja optimal. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh insentif profit sharing dan iklim kerja terhadap kinerja pegawai di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, serta sejauh mana pengaruh fleksibilitas, responsibilitas, standard kerja, dan komitmen organisasi terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh insentif profit sharing dan iklim kerja terhadap kinerja pegawai di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, serta untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh fleksibilitas, responsibilitas, standard kerja, dan komitmen organisasi terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Teori yang digunakan adalah teori manajemen sumber daya manusia tentang kinerja; dan iklim organisasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus. Sifat penelitian ini adalah explanatory. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, daftar pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 orang. Variabel diukur dengan skala Likert. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda melalui uji F dan uji t.

Hasil penelitian untuk uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa insentif

profit sharing dan iklim kerja secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Secara parsial iklim kerja berpengaruh lebih dominan terhadap kinerja karyawan. Uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa fleksibilitas, responsibilitas, standard kerja, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. secara parsial menunjukkan bahwa responsibilitas berpengaruh lebih dominan terhadap iklim kerja. Secara parsial, komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

(7)

ABSTRACT

The company strives to improve employee performance in achieving corporate objectives. One of the company's efforts to improve the performance of employees is by providing incentives and creating conducive and comfortable work environment and work climate, so that employees can and want to work optimally. Formulation of the problem in this study is to what extent the influence of profit-sharing incentives and work climate on the performance of employees in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, as well as the extent of the influence of flexibility, responsibility, work standards, and organizational commitment to the work climate at the PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. The research objective was to determine and analyze the effect of profit sharing incentives and work climate on the performance of employees in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, as well as to determine and analyze the influence of flexibility, responsibility, work standards, and organizational commitment to the work climate at the PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

The theory used is the theory of human resource management on the performance, and organizational climate.

The approach used in this study is a case study approach. The nature of this study is explanatory. This type of research is quantitative descriptive. Techniques of data collection through interviews, questionnaires and documentation study. The sample in this study as many as 84 people. Variables measured by Likert scale. Testing the hypothesis using multiple regression analysis by F test and t test

The first hypothesis test results show that simultaneously profit sharing incentives and work climate significantly influence the performance of employees of PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Partially, working climate is more dominant effect on the performance of employees. Test result of the second hypothesis suggests that flexibility, responsibility, work standards, and organizational commitment significantly influence the working climate in the PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Partially indicates that the responsibility is more dominant influence on climate. Partially, organizational commitment had no significant effect on work climate in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan hidayah dan karunia-Nya kepada penulis selama proses menuntut ilmu dan menyelesaikan tugas akhir tesis ini.

Penelitian ini merupakan tugas akhir S2 pada Program Studi Magister Ilmu

Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara. Judul Penelitian

adalah ”PENGARUH INSENTIF PROFIT SHARING DAN IKLIM KERJA TERHADAP KINERJA PEGAWAI PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN”.

Selama menjalani proses perkuliahan dan penyelesaian tesis ini, penulis

banyak memperoleh bantuan moril maupun materiil dari berbagai pihak, oleh karena

itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Paham Ginting, MS, selaku Ketua Program Studi Ilmu

Manajemen Sekolah Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Prof. Dr. Arnita Zainoeddin, M.Si selaku Ketua Komisi Pembimbing dan

Ibu Dr. Sitti Raha Agoes Salim, M.Sc, selaku anggota Komisi Pembimbing

yang telah banyak meluangkan waktu dalam memberikan pengarahan dan

(9)

5. Ibu Prof. Rismayani, MS, Ibu Dr. Prihatin Lumbanraja, M.Si, dan Bapak Drs.

Syahyunan, M.Si, selaku Komisi Pembanding.

6. Bapak dan Ibu Staf Pengajar Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pasca

Sarjana Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan ilmu pengetahuan

dan wawasan yang sangat bermanfaat bagi penulis.

7. Bapak H. Sunardiono, SE, M.Sc, selaku Kepala Bagian Umum PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dan Ibu Diana Lubis, SE selaku

Kepala Urusan di Bagian Komersil PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Medan yang telah memberikan izin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian

ini.

8. Ayahanda H. Arifin Siagian, SE dan Ibunda Hj. Radewita Siregar, ayahanda

mertua H. Ir. Darwin Abdullah dan ibunda mertua Hj. Dra. Potjut Ernawati

Panglima Polem, M.Pd, terima kasih atas kasih sayang dan doanya kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Strata-2 ini.

9. Istri tercinta Wina Erwina, S.Psi dan buah hati tersayang Mazaya Qanita

Siagian, terima kasih buat cinta dan kasih sayang, doa dan dukungannya yang

selalu setia mendampingi penulis menjalani hidup dalam suka maupun duka.

10.Adik-adik saya, Yuri Anugerah Siagian, SH, Astrid Annisa, ST dan Dinda

Putri, terima kasih atas doa dan dukungannya.

11.Seluruh sahabat Angkatan XIV Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah

Pasca Sarjana Universitas Sumatera Utara atas bantuan dan semangatnya

(10)

12.Seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dalam penyelesaian

tesis ini.

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada semua

pihak yang telah memberikan bantuan moril maupun materiil kepada penulis. Penulis

menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari sempurna, untuk itu masih diharapkan

kritikan yang positif dari pembaca untuk memberikan saran yang konstruktif untuk

perbaikan.

Medan, Desember 2011 Penulis

Kemal Pasha Siagian.

(11)

Kemal Pasha Siagian, lahir pada tanggal 25 November 1981 di Medan, anak

pertama dari dua bersaudara, dari pasangan Ayahanda H. Arifin Siagian, SE dan

Ibunda Hj. Radewita Siregar.

Pendidikan dimulai pada tahun 1989 di SD Tunas Harapan, Dumai sampai

menginjak bangku kelas II SD, kemudian dikarenakan orang tua pindah tugas pindah

ke SD Inpres 105387 di Sei Karang dan tamat tahun 1994. Tahun 1994 masuk SMP

Negeri 3 Medan, lulus dan tamat tahun 1997. Kemudian di tahun yang sama

melanjutkan pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Medan, lulus dan tamat

tahun 2000. Kemudian melanjutkan kuliah Strata-1 di Universitas Sumatera Utara

Fakultas Psikologi, lulus dan tamat tahun 2005. Pada tahun 2008 melanjutkan

pendidikan Strata-2 di Program Studi Magister Ilmu Manajemen SPs Universitas

Suamtera Utara.

Semenjak tahun 2005 penulis sudah bekerja di beberapa perusahaan yang

berbeda yaitu di HSBC, PT PNM (Persero) dan terakhir hingga saat ini bekerja di

PT. Erha Clinic Indonesia.

Medan, Desember 2011

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... v

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II. URAIAN TEORITIS ... 8

2.1. Penelitian Terdahulu ... 8

2.2. Insentif ... 9

2.2.1. Pengertian Insentif ... 9

2.2.2. Jenis-jenis Insentif ... 11

2.2.3. Program Insentif yang Efektif ... 12

2.3. Insentif Profit Sharing ... 13

2.4. Teori Tentang Iklim Kerja ... 16

2.4.1. Pengertian Iklim Kerja ... 16

2.4.2. Indikator Iklim Kerja ... 19

(13)

2.5. Teori Tentang Kinerja ... 33

2.5.1. Pengertian Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja ... 33

2.5.2. Penilaian Kinerja ... 36

2.5.3. Tujuan Penilaian Kinerja... 38

2.5.4. Manfaat Penilaian Kinerja... 40

2.6. Kerangka Berpikir ... 44

2.7. Hipotesis ... 47

BAB III. METODE PENELITIAN ... 48

3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ... 48

3.2. Jenis dan Sifat Penelitian ... 48

3.3. Populasi dan Sampel ... 49

3.4. Metode Pengumpulan Data ... 50

3.5. Jenis dan Sumber Data ... 51

3.6. Identifikasi dan Definisi Operasional Variabel ... 51

3.6.1. Identifikasi Variabel Hipotesis Pertama ... 51

3.6.2. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Pertama ... 52

3.6.3. Identifikasi Variabel Hipotesis Kedua ... 53

3.6.4. Definisi Operasional Variabel Hipotesis Kedua ... 53

3.7. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 55

3.8. Uji Asumsi Klasik ... 59

3.9. Model Analisis Data ... 61

3.9.1. Model Analisis Data Hipotesis Pertama ... 61

3.9.2. Model Analisis Data Hipotesis Kedua ... 63

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 66

4.1. Hasil Penelitian ... 66

(14)

4.1.2. Karakteristik Responden ... 77

4.1.3. Penjelasan Responden ... 79

4.2. Hasil Analisis ... 100

4.2.1. Uji Asumsi Klasik ... 100

4.2.2. Hipotesis Pertama ... 106

4.2.3. Hipotesis Kedua ... 112

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 121

V.1. Kesimpulan ... 121

V.2. Saran ... 121

(15)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

3.1. Populasi dan Sampel Penelitian ... 50

3.2. Definisi Operasional Variabel Penelitian Hipotesis Pertama ... 53

3.3. Definisi Operasional Variabel Penelitian Hipotesis Kedua ... 55

3.4. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Hipotesis Pertama ... 57

3.5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Instrumen Hipotesis Kedua ... 58

4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 77

4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Umur ... 78

4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir ... 79

4.4. Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Bekerja ... 79

4.5. Tanggapan Responden atas Variabel Insentif Profit Sharing ... 80

4.6. Tanggapan Responden atas Variabel Iklim Kerja ... 83

4.7. Tanggapan Responden atas Variabel Kinerja Karyawan ... 89

4.8. Tanggapan Responden atas Variabel Fleksibilitas ... 92

4.9. Tanggapan Responden atas Variabel Responsibilitas ... 95

4.10. Tanggapan Responden atas Variabel Standar Kerja ... 97

4.11. Tanggapan Responden atas Variabel Komitmen Organisasi ... 99

4.12. Uji Multikolinieritas Hipotesis Pertama ... 104

(16)

4.14. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Hipotesis Pertama ... 105

4.15. Uji Heteroskedastisitas dengan Uji Glejser Hipotesis Kedua... 106

4.16. Uji Determinasi Hipotesis Pertama ... 108

4.17. Uji F Hipotesis Pertama ... 109

4.18. Uji t Hipotesis Pertama ... 111

4.19. Uji Determinasi Hipotesis Kedua ... 115

4.20. Uji F Hipotesis Kedua ... 116

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

2.1. Kerangka Program Pembagian Keuntungan ... 16

2.2 Kerangka Berpikir... 46

4.1. Uji Normalitas Hipotesis Pertama dengan Menggunakan Histogram ...

102

4.2. Uji Normalitas Hipotesis Pertama dengan Menggunakan Normal

P-P Plot ... 102

4.3. Uji Normalitas Hipotesis Kedua dengan Menggunakan Histogram .. 103

4.4. Uji Normalitas Hipotesis Kedua dengan Menggunakan Normal

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Kuesioner ... 126

2. Tabulasi Jawaban Responden ... 137

3. Analisis Regresi ... 143

(19)

ABSTRAK

Perusahaan berusaha untuk meningkatkan kinerja karyawan dalam upaya mencapai tujuan perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kinerja pegawai adalah dengan pemberian insentif serta menciptakan lingkungan dan iklim kerja yang nyaman dan kondusif, agar pegawai dapat dan mau bekerja optimal. Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah sejauh mana pengaruh insentif profit sharing dan iklim kerja terhadap kinerja pegawai di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, serta sejauh mana pengaruh fleksibilitas, responsibilitas, standard kerja, dan komitmen organisasi terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh insentif profit sharing dan iklim kerja terhadap kinerja pegawai di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, serta untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh fleksibilitas, responsibilitas, standard kerja, dan komitmen organisasi terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Teori yang digunakan adalah teori manajemen sumber daya manusia tentang kinerja; dan iklim organisasi.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi kasus. Sifat penelitian ini adalah explanatory. Jenis penelitian adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, daftar pertanyaan (questionaire) dan studi dokumentasi. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 84 orang. Variabel diukur dengan skala Likert. Pengujian hipotesis menggunakan analisis regresi berganda melalui uji F dan uji t.

Hasil penelitian untuk uji hipotesis pertama menunjukkan bahwa insentif

profit sharing dan iklim kerja secara serempak berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Secara parsial iklim kerja berpengaruh lebih dominan terhadap kinerja karyawan. Uji hipotesis kedua menunjukkan bahwa fleksibilitas, responsibilitas, standard kerja, dan komitmen organisasi berpengaruh signifikan terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. secara parsial menunjukkan bahwa responsibilitas berpengaruh lebih dominan terhadap iklim kerja. Secara parsial, komitmen organisasi tidak berpengaruh signifikan terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

(20)

ABSTRACT

The company strives to improve employee performance in achieving corporate objectives. One of the company's efforts to improve the performance of employees is by providing incentives and creating conducive and comfortable work environment and work climate, so that employees can and want to work optimally. Formulation of the problem in this study is to what extent the influence of profit-sharing incentives and work climate on the performance of employees in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, as well as the extent of the influence of flexibility, responsibility, work standards, and organizational commitment to the work climate at the PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. The research objective was to determine and analyze the effect of profit sharing incentives and work climate on the performance of employees in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, as well as to determine and analyze the influence of flexibility, responsibility, work standards, and organizational commitment to the work climate at the PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

The theory used is the theory of human resource management on the performance, and organizational climate.

The approach used in this study is a case study approach. The nature of this study is explanatory. This type of research is quantitative descriptive. Techniques of data collection through interviews, questionnaires and documentation study. The sample in this study as many as 84 people. Variables measured by Likert scale. Testing the hypothesis using multiple regression analysis by F test and t test

The first hypothesis test results show that simultaneously profit sharing incentives and work climate significantly influence the performance of employees of PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Partially, working climate is more dominant effect on the performance of employees. Test result of the second hypothesis suggests that flexibility, responsibility, work standards, and organizational commitment significantly influence the working climate in the PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan. Partially indicates that the responsibility is more dominant influence on climate. Partially, organizational commitment had no significant effect on work climate in PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

(21)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pegawai adalah aset utama suatu organisasi yang menjadi perencana dan

pelaku aktif dari setiap aktivitas organisasi. Pegawai mempunyai pikiran, dorongan

perasaan, keinginan, kebutuhan status, latar belakang pendidikan, usia dan jenis

kelamin yang heterogen yang dibawa ke dalam organisasi perusahaan. Pegawai

bukan mesin, uang, dan material yang sifatnya pasif dan dapat dikuasai serta diatur

sepenuhnya dalam mendukung tercapainya tujuan organisasi, pegawai berfungsi

untuk mengoperasikan peralatan, melakukan tugas dan tanggung jawabnya sesuai

dengan job description.

Dalam melaksanakan tanggungjawab pekerjaannya, pegawai dituntut untuk

dapat meningkatkan kinerjanya sehingga dapat mendukung keberhasilan pencapaian

tujuan organisasi. Kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang

dicapai oleh seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung

jawab yang diberikan kepadanya. Dalam suatu organisasi peranan seorang pimpinan

tidak dapat dipisahkan, karenapimpinan atau manajer yang baik adalah yang mampu

menciptakan suatu kondisi sehingga orang secara individu atau kelompok dapat

(22)

Kinerja pegawai berhubungan dengan banyak faktor di dalam perusahaan,

oleh karena itu upaya peningkatan kinerja pegawai dapat dicapai melalui proses dan

membutuhkan waktu tertentu. Peningkatan kinerja pegawai erat kaitannya dengan

bagaimana memotivasi pegawai, bagaimana pengawasan dilakukan, dan bagaimana

cara mengembangkan budaya kerja yang efektif serta bagaimana menciptakan

lingkungan dan iklim kerja yang nyaman dan kondusif, agar pegawai dapat dan mau

bekerja optimal sehingga dapat mendukung pencapaian tujuan perusahaan.

Perusahaan berusaha untuk meningkatkan kinerja pegawainya sebagai salah

satu upaya mencapai tujuan perusahaan. Salah satu upaya yang dilakukan perusahaan

untuk meningkatkan kinerja pegawai adalah dengan pemberian insentif yang

didasarkan pada pencapaian kinerja pegawai. Hal ini berarti bahwa setiap

peningkatan kinerja pegawai diberikan penghargaan oleh perusahaan, dengan tujuan

untuk memotivasi pegawai agar selalu berusaha meningkatan kinerjanya. Insentif

adalah suatu alat penggerak yang penting. Seorang pegawai cenderung untuk

berusaha lebih giat apabila balas jasa yang diterima memberikan kepuasan terhadap

apa yang diharapkan. Dengan demikian pemberian insentif akan lebih memotivasi

pegawai untuk meningkatkan kinerjanya.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan merupakan salah satu badan

usaha milik negara yang tetap berusaha meningkatkan kinerja pegawainya, seiring

dengan misi PTPN III (Persero) untuk melaksanakan program yang terfokus pada

pengembangan industri hilir dan perluasan areal tanaman untuk mengembangkan

(23)

atas pangsa pasar, nilai tambah dan pertumbuhan usaha. Dalam upaya meningkatkan

kinerja pegawai tersebut, perusahaan melakukan pemberian insentif kepada pegawai.

Pemberian insentif kepada pegawai terus dievaluasi oleh perusahaan, sehingga

pemberian insetif tersebut mengalami perbaikan dari waktu ke waktu. Salah satu

upaya yang dilakukan adalah pemberian insentif finansial berupa profit sharing, dimana dalam sistem ini perusahaan memberikan sebagian laba yang didapat kepada

seluruh pegawai dengan juga mempertimbangkan kinerja perusahaan dalam hal ini

kinerja pegawai. Insentif profit sharing di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Medan sudah berlangsung sejak tahun 2004, dimana sebelumnya perusahaan

memberikan insentif dalam bentuk tantiem. Insentif dalam bentuk tantiem ini hanya diberikan kepada pegawai level staff (karyawan pimpinan) ke atas, sedang pegawai

level karyawan (karyawan pelaksana) tidak mendapatkan tantiem.

Pada tahun 2008, besarnya profit sharing kepada pegawai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah sebesar 15 % dari pencapaian laba, demikian

juga pada tahun 2009. Pemberian insentif profit sharing bertujuan untuk meningkatkan kinerja pegawai. Sesuai dengan evaluasi kinerja yang dilakukan

perusahaan, kinerja perusahaan pada tahun 2008 sebesar 96%, dan pada tahun 2009

sebesar 95,2%. Dengan demikian terdapat penurunan kinerja sebesar 0,8%. Kinerja

perusahaan ini mencerminkan kinerja pegawai, karena kinerja perusahaan merupakan

total kinerja pegawai secara keseluruhan. Fenomena masalah yang terkait dengan

kinerja pegawai di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan adalah mengenai

(24)

keterlambatan pekerjaan yang diselesaikan, pencapaian target kerja masih belum

maksimal, kemampuan interpersonal yang belum terasah, juga keterampilan dan

penguasaan terhadap pekerjaan yang masih belum maksimal. Hal ini juga terlihat dari

penurunan skor Balridge PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, dimana

tahun 2006 mendapatkan skor 467, naik 2,56% menjadi skor 479 di tahun 2007.

Kemudian skor Balridge PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan di tahun

2008 naik 0,83% menjadi 483, namun di tahun 2009 terjadi penurunan skor Balridge

ini menjadi 477 atau turun sebesar 1,24%.

Dalam bekerja, pegawai tidak terlepas dari iklim kerja yang ada dalam

perusahaan. Iklim kerja merupakan suasana kerja dimana para pegawai organisasi

melakukan pekerjaan mereka. Iklim kerja mengitari dan mempengaruhi segala hal

yang terjadi dalam perusahaan. Dalam suasana kerja yang baik seperti rasa

kekeluargaan yang kuat diantara sesama pegawai, bekerja dengan nyaman, serta

sarana prasarana yang lengkap, pegawai akan mampu meningkatkan kinerjanya.

Sebaliknya dalam suasana kerja yang kurang baik atau buruk, kinerja pegawai akan

menurun. Iklim kerja dalam penelitian ini dikaji dalam hubungannya dengan

fleksibilitas, responsibilitas, standard, dan komitmen organisasi.

Sehubungan dengan hal tersebut, perusahaan berusaha menciptakan suatu

iklim kerja yang baik dan kondusif bagi seluruh pegawainya, yaitu dengan

memperhatikan beban kerja, keserasian kerja, kerjasama, dan peraturan-peraturan

yang ada dalam perusahaan. Iklim kerja yang terjadi saat ini di PT. Perkebunan

(25)

metode yang digunakan untuk melaksanakan tugas-tugas, adanya batasan-batasan

keputusan penting yang dipusatkan pada manajemen level atas, lingkungan kerja

yang memberikan keamanan, kenyamanan, kebersihan dan kelengkapan sarana

prasarana kerja.

Sesuai dengan tempat penelitian di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Medan, dapat dilihat bahwa iklim kerja secara fisik sudah memadai. Namun dalam

hal non fisik masih perlu mendapat perhatian, karena masih terlihat hubungan kerja

yang kurang harmonis di antara sesama pegawai. Hal ini berhubungan dengan

fleksibilitas, responsibilitas, standard, dan komitmen organisasi. Kondisi di PTPN III

Medan menunjukkan bahwa pegawai kurang fleksibel dalam bekerja, kurang dapat

bekerja dengan kreatif karena terpaku pada aturan-aturan baku yang ditetapkan

perusahaan, yang pada umumnya bersifat birokratis. Dalam hal responsibilitas,

menunjukkan bahwa pegawai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan kurang

terlibat dalam berbagai pengambilan keputusan sehingga mempengaruhi tanggung

jawabnya dalam pelaksanaan pekerjaan. Dalam hal standar kerja, para pegawai PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Medan masih belum seluruhnya dapat

melakukan pekerjaan sesuai dengan standar, dalam hal waktu penyelesaian pekerjaan,

kuantitas dan kualitas pekerjaan.

Beberapa pekerjaan tidak dapat diselesaikan dengan tepat waktu, sesuai

dengan kuantitas dan kualitas yang ditentukan perusahaan. Dalam hal komitmen

organisasi, masih terlihat kurangnya kerjasama antar pegawai PT. Perkebunan

(26)

dilihat dari pelaksanaan pekerjaan, dimana sebagian pegawai dapat menyelesaikan

pekerjaan sesuai dengan standar yang ditentukan perusahaan, sedangkan sebagian

pegawai lainnya tidak dapat menyelesaikan pekerjaan sesuai ketentuan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dirumuskan masalah sebagai berikut:

1. Sejauh mana pengaruh insentif profit sharing dan iklim kerja terhadap kinerja pegawai di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan?

2. Sejauh mana pengaruh fleksibilitas, responsibilitas, standard kerja, dan

komitmen organisasi terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan Nusantara III

(Persero) Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh insentif profit sharing dan iklim kerja terhadap kinerja pegawai di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh fleksibilitas, responsibilitas,

standard kerja, dan komitmen organisasi terhadap iklim kerja di PT. Perkebunan

(27)

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Sebagai masukan bagi pimpinan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

dan menjadi bahan pertimbangan dalam hal peningkatan kinerja pegawai.

2. Sebagai pengembangan ilmu pengetahuan bagi Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Sebagai menambah pengetahuan dan wawasan peneliti di bidang ilmu

manajemen, khususnya dalam manajemen sumber daya manusia.

4. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan melakukan penelitian yang

(28)

BAB II

URAIAN TEORITIS

2.1. Penelitian Terdahulu

Ali (2007) melakukan penelitian dengan judul: ”Pengaruh Sistem Insentif

Profit Sharing terhadap Peningkatan Kinerja SDM pada PT Perkebunan Nusantara IV

(Persero)”. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa sistem insentif profit

sharing dapat meningkatkan produktivitas SDM secara signifikan dengan syarat

cukup tersedia pekerjaan, karena sesungguhnya masalah produktivitas SDM hanyalah

salah satu aspek dari rantai nilai bisnis. Untuk meningkatkan daya saing harus

dilakukan penanganan secara menyeluruh dari pengadaan bahan baku, proses

produksi.

Sambas (2008) melakukan penelitian dengan judul: ”Pengaruh Kompetensi

dan Iklim Kerja Terhadap Kinerja Staf di Unit Penunjang Medik Rumah Sakit Umum

Pusat H. Adam Malik Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: variabel

kompetensi yaitu pendidikan formal dan pengetahuan memberi pengaruh yang cukup

besar terhadap kinerja karyawan. Dalam lingkup iklim kerja diperoleh bahwa

kompensasi, kerjasama tim, dan kebijakan organisasi memberi nilai yang cukup besar

(29)

2.2. Insentif

2.2.1. Pengertian Insentif

Insentif merupakan perangsang yang diberikan kepada pegawai atas prestasi

kerjanya dengan tujuan agar para pegawai bekerja lebih giat dan efisien yang pada

umumnya diberikan dalam bentuk uang (Simamora, 2004). Pemberian insentif yang

adil dan layak merupakan daya penggerak yang merangsang terciptanya pemeliharaan

karyawan. Karena dengan pemberian insentif karyawan merasa mendapat perhatian

dan pengakuan terhadap prestasi yang dicapainya, sehingga semangat kerja dan sikap

loyal karyawan akan lebih baik.

Pelaksanaan pemberian insentif dimaksudkan perusahaan terutama untuk

meningkatkan prestasi kerja karyawan dan mempertahan karyawan yang mempunyai

produktivitas tinggi untuk tetap berada di dalam perusahaan. Insentif itu sendiri

merupakan rangsangan yang diberikan kepada karyawan dengan tujuan untuk

mendorong karyawan dalam bertindak dan berbuat sesuatu untuk tujuan perusahaan

(Hasibuan, 2004). Hal ini berarti insentif merupakan suatu bentuk motivasi bagi

karyawan agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi

bagi perusahaan.

Ada beberapa defenisi yang dikemukakan para ahli mengenai insentif seperti:

1. Menurut Sarwoto (1996), Insentif merupakan sarana motivasi, dapat berupa

(30)

agar dalam diri mereka timbul semangat yang lebih besar untuk berprestasi bagi

organisasi”.

2. Menurut Mathis dan Jackson (2002), insentif adalah kompensasi yang dikaitkan

dengan kinerja individu, kelompok ataupun kinerja organisasi. Insentif adalah

gaji variabel yang merupakan upaya untuk mengaitkan imbalan yang nyata

diberikan kepada karyawan untuk kinerja yang melampaui harapan.

3. Adapun definisi insentif menurut Terry dan Leslie (2003) adalah :

Incentive is an important actuating tool. Human being tend to strive more itensely when the reward for accomplishing satisfies their personal demand”. Artinya: Insentif adalah suatu alat penggerak yang penting. Manusia cenderung

untuk berusaha lebih giat apabila balas jasa yang diterima memberikan

kepuasan terhadap apa yang diminta.

3. Menurut Hasibuan (2004), insentif merupakan suatu perangsang atau pendorong

yang diberikan dengan sengaja kepada para pekerja agar dalam diri mereka

timbul semangat yang yang lebih besar untuk berprestasi bagi perusahaan.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa insentif merupakan

salah satu bentuk rangsangan atau motivasi yang sengaja diberikan kepada karyawan

untuk mendorong semangat kerja karyawan agar mereka bekerja lebih produktif lagi,

meningkatkan prestasinya dalam mencapai tujuan perusahaan. Menurut Mathis dan

Jackson (2002), asumsi dasar dari pemberian insentif adalah sebagai berikut:

a. Beberapa pekerjaan memberikan kontribusi kepada keberhasilan perusahaan

(31)

b. Beberapa orang berkinerja lebih baik dibandingkan yang lainnya.

c. Karyawan yang melaksanakan pekerjaannya dengan lebih baik harus

menerima kompensasi yang lebih juga.

d. Bagian dari total kompensasi karyawan harus diberikan untuk memberikan

imbalan bagi kinerja yang berada di atas memuaskan.

2.2.2. Jenis-Jenis Insentif

Menurut Dessler (2007) terdapat 3 (tiga) jenis insentif yaitu:

1. Financial incentive

Setiap orang cenderung pada finansial insentif, karena uang merupakan alat utama

yang dapat membantu manusia dalam memenuhi kebutuhan pokok mereka.

Bentuk dari pemberian insentif ini adalah:

a. Bonus. Dalam pemberian bonus sebagai insentif ini setiap orang akan

memperolehnya berdasarkan hasil yang dicapai perusahaan tanpa

memperhitungkan upah aktual seseorang.

b. Komisi. Adalah sejenis bonus yang dibayarkan pihak yang menghasilkan

penjualan yang melebihi standar. Kondisi irii biasanya diberikan kepada

pegawai bagian penjualan/marketing/salesman.

c. Profit Sharing. Merupakan salah satu jenis insentif yang tertua. Dalam hal pembayarannya terdiri dari bermacam-macam bentuk, tetapi biasanya

mencakup berupa sebagian dari laba yang disertakan ke dalam suatu dana dan

(32)

d. Pembayaran yang ditangguhkan. Merupakan program balas jasa yang

mencakup pembayaran di kemudian hari.

2. Non financial incentive

Suatu ganjaran bagi pegawai yang bukan berbentuk keuangan, dalam hal ini

merupakan kebutuhan pegawai yang bukan berwujud uang, misalnya:

a. Terjaminnya tempat kerja.

b. Terjaminnya komunikasi yang baik antara atasan dan bawahan.

c. Adanya penghargaan berapa ujian atau pengakuan atas hasil kerja yang baik.

3. Social incentive

Sosial insentif ini tidak jauh berbeda dengan non financial incentive, tetapi sosial

insentif lebih cenderung pada keadaan dan sikap dari para rekan-rekan sekerjanya.

Setelah melihat uraian diatas mengenai jenis-jenis insentif, maka dapat ditarik

kesimpulan bahwa ketiga jenis insentif sama pentingnya, yaitu pada dasarnya

untuk mencapai kepuasan kerja bagi para pegawainya, karena dengan kepuasan

kerja, mereka akan melaksanakan pekerjaannya dengan sungguh-sungguh.

Sehubungan dengan penelitian ini pembahasan difokuskan pada faktor yang

berhubungan langsung dengan perusahaan, yaitu pemberian insentif finansial yaitu

sebagian keuntungan perusahaan yang dibagikan kepada pegawai.

2.2.3. Program Insentif yang Efektif

Sebuah sistem insentif biasanya akan memiliki kesempatan sukses yang lebih

besar jika semua karyawan di dalam organisasi diberi kesempatan berpartisipasi. Jika

(33)

kepada orang-orang yang memiliki kesempatan memperoleh bayaran insentif ekstra,

dan akibatnya akan kurang mau bekerja sama sampai maksimal.

Program insentif yang dirancang dengan baik akan berjalan karena program

tersebut didasarkan pada dua prinsip psikologis yang diterima dengan baik, yaitu:

motivasi yang meningkat menyebabkan melejitnya kinerja dan pengakuan merupakan

faktor utama dala motivasi. Sayangnya, banyak program insentif yang dirancang

secara tidak tepat, dan program tersebut akhirnya tersendat-sendat.

Seperti yang diungkapkan oleh Simamora (2004) bahwa program insentif

yang baik harus memenuhi beberapa aturan sebagai berikut:

a. Sederhana, aturan sistem insentif haruslah ringkas, jelas, dan dapat dimengerti.

b. Spesifik, para karyawan perlu mengetahui secara rinci apa yang diharapkan

supaya mereka kerjakan.

c. Dapat dicapai, setiap karyawan harus memiliki kesempatan yang masuk akal

untuk memperoleh sesuatu.

d. Dapat diukur, tujuan yang terukur merupakan landasan dimana rencana insentif

dibangun. Program bernilai rupiah merupakan pemborosan jika pencapaian

spesifik tidak dapat dikaitkan dengan uang dikeluarkan.

2.3. Insentive Profit Sharing

Menurut Wietzman dalam Kuncoro (2002), pada prinsipnya, sistem bagi hasil

(34)

Beberapa negara industri maju telah berhasil menerapkan sistem ini guna memelihara

stabilitas penyerapan tenaga kerja sekaligus meningkatkan pendapatan tenaga kerja.

Pembagian keuntungan merupakan sistem insentif yang diberikan kepada

sekelompok pekerja atau tim kerja. Bagian tertentu dari laba perusahaan

didistribusikan kepada tenaga kerja sebagai tambahan upah pokoknya. Ide dasar

mengenai SBH ini pada awalnya dikembangkan oleh Wietzman pada akhir dasawarsa

delapan puluhan (Kuncoro, 2002). Menurut Wietzman, sebuah perusahaan yang

menerapkan SBH akan cenderung mengurangi hasrat untuk memecat tenaga

kerjanya, sungguhpun permintaan akan produk yang dihasilkannya bergejolak.

Menurut Mathis dan Jackson (2002) pembagian keuntungan adalah

mendistribusikan sebagian keuntungan perusahaan kepada karyawan. Biasanya

persentase keuntungan yang dibagikan kepada karyawan disetujui pada akhir tahun

sebelum didistribusikan. Dalam sebuah program bagi keuntungan, karyawan

menerima bagian keuntungan di akhir tahun.

Untuk memulai program pembagian keuntungan, manajemen haruslah

mengidentifikasikan cara-cara yang diperlukan dimana peningkatkan produktivitas,

kualitas, dan kinerja finansial dapat terjadi dan memutuskan bahwa beberapa hasil

tadi haruslah dibagi-bagi dengan para karyawan. Langkah yang paling kritis adalah

melibatkan seluruh karyawan pada seluruh tingkat pekerjaan dalam proses bagi hasil

ini, kadangkala dengan membentuk satuan tugas yang khusus menangani pembagian

keuntungan tersebut, yang terdiri dari para manajer maupun non manajer. Begitu

(35)

bagaimana keuntungan itu akan dibagi diantara para karyawan, dan (2) pengukuran

kinerja apa yang akan digunakan. Dengan demikian, unsur utama sebagai dasar dalam

penentuan insentif profit sharing adalah pengukuran kinerja yang digunakan oleh perusahaan.

Menurut Mathis dan Jackson (2002), pembagian keuntungan dapat

didistribusikan dalam 4 (empat) cara, yaitu:

a. Jumlah yang merata untuk seluruh karyawan

b. Persentase yang sama untuk seluruh gaji pokok karyawan

c. Persentase dari hasil sesuai dengan kategori karyawan.

d. Jumlah persentase berdasarkan kinerja karyawan sesuai dengan pengukuran.

Menurut Dessler (2007), insentif profit sharing (pembagian keuntungan)

adalah insentif yang melibatkan karyawan dalam sebuah upaya bersama untuk

mencapai tujuan produktivitas dan berbagi keuntungan. Dalam hal ini, semua atau

hampir semua karyawan menerima sebuah bagian dari keuntungan tahunan

perusahaan. Terdapat beberapa jenis pembagian keuntungan, yaitu: dalam bentuk

tunai atau tertunda. Dalam pembagian tunai, perusahaan hanya membagikan suatu

persentase keuntungan (biasanya 15% hingga 20%) sebagai pembagian keuntungan

kepada karyawan secara teratur. Sedangkan pembagian keuntungan tertunda adalah

perusahaan menyiapkan suatu bagian keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya

(36)

Tujuan utama program insentif profit sharing (pembagian keuntungan) menurut Mathis dan Jackson (2002) adalah: meningkatkan produktivitas, merekrut

atau melatih kembali para karyawan, meningkatkan kualitas produk/jasa, dan

meningkatkan semangat karyawan.

Selanjutnya kerangka program pembagian keuntungan dapat digambarkan

sebagai berikut:

Sumber: Mathis dan Jackson (2002).

Gambar 2.1. Kerangka Program Pembagian Keuntungan

2.4. Teori Tentang Iklim Kerja 2.4.1. Pengertian Iklim Kerja

Setiap perusahaan selalu berusaha untuk meningkatkan produktivitas

karyawan secara individu maupun secara kelompok, karena peningkatan tersebut

akan meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, perusahaan selalu berusaha

Sebagai sarana yang memungkingkan dari kontribusi karyawan

Cara-cara mengalokasikannya kepada karyawan

1. Persentase tetap dari keuntungan

2. Persentase yang bergerak sesuai dengan penjualan atau pengembalian modal

3. Keuntungan unit

4. Beberapa formula lainnya

1. Kesetaraan untuk seluruh karyawan

2. Berdasarkan pendapatan karyawan

3. Berdasarkan seluruh pendapatan atau lama masa kerja

(37)

untuk menciptakan iklim kerja yang baik, sehingga karyawan dapat melakukan setiap

pekerjaannya dengan maksimal.

Menurut Hoogendoorn (1999), iklim kerja menunjukkan kemampuan

perusahaan untuk menyediakan suasana kerja yang baik bagi karyawan. Dalam hal

ini, perusahaan berusaha untuk memenuhi kebutuhan karyawan akan tempat dan

ruang kerja yang baik, sehingga menciptakan suasana kerja yang baik pula.

Menurut Davis dan Newstrom (1998), iklim kerja adalah suasana kerja

dimana para pegawai organisasi melakukan pekerjaan mereka. Pengertian ini dapat

mengacu iklim kerja pada lingkungan suatu departemen, unit perusahaan yang

penting seperti pabrik cabang atau suatu organisasi secara keseluruhan.

Iklim tidak dapat dilihat dan disentuh, tetapi ia ada dan mengitari serta

mempengaruhi segala hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Pada gilirannya, iklim

kerja dipengaruhi oleh hampir semua hal yang terjadi dalam suatu organisasi. Iklim

kerja adalah konsep sistem yang dinamis.

Setiap lingkungan keluarga, institusi pendidikan, perusahaan dan

departemen-departemen kerja mempunyai iklim sendiri-sendiri. Menurut Hepner dalam

Mangkunegara (2004) pembentuk iklim organisasi adalah manusia, dan bukan

bangunan, perabot, peralatan, maupun hasil produksi. James dan Jenoe dalam

Simamora (2004) mengemukakan tiga pandangan tentang iklim organisasi, yaitu :

1. Iklim organisasi sebagai sekumpulan ciri organisasi yang dapat diterangkan

(38)

tersebut dengan organisasi lainnya yang secara relatif bertahan dan

mempengaruhi perilaku individu dalam organisasi tersebut.

2. Iklim sebagai konsep yang merefleksikan isi dan kelebihan dari nilai-nilai, norma,

perilaku dan perasaan para anggota dan sebuah sistem sosial yang secara

operasional dapat diukur melalui persepsi dari anggota-anggota sistem.

3. Iklim organisasi itu mempunyai sesuatu yang signifikan hanya pada setiap

individu. Karena individu tersebut itulah yang terlibat atau tidak terlibat dalam

keputusan-keputusan, mengalami atau tidak komunikasi yang efektif dan hangat,

mempunyai atau tidak otonomi, dan sebagainya.

Mangkunegara (2004) menyimpulkan bahwa iklim kerja adalah kualiatas

relatif dari lingkungan internal suatu organisasi, yang dialami dan mempengaruhi

perilaku anggotanya, dan dapat digambarkan dalam suatu perangkat karakteristik.

Apabila dikaitkan dengan budaya, budaya lebih cenderung pada nilai, norma, dan

tradisi organisasi. Dengan kata lain, budaya adalah filosofi suatu organisasi,

sedangkan iklim organisasi adalah atmosfir dari sebuah organisasi.

Iklim organisasi berhubungan erat dengan suasana atau atmosfer yang

terdapat dalam organisasi itu sendiri (Dessler, 2006). Dalam hal ini iklim organisasi

merupakan suatu variabel yang mempengaruhi kinerja individu dan organisasi

sebagai efek dari proses organisasional dan psikologis. Iklim yang dirasakan positif

oleh karyawan akan memunculkan perilaku yang inovatif yang muncul dari

pemikiran-pemikiran baru yang tidak terkekang dan mendapatkan dukungan dari

(39)

keberfungsian organisasi (Hutahaean, 2005). Maka dari itu menciptakan iklim kreatif

dalam sebuah organisasi menjadi sangat penting untuk mendukung dan menstimulasi

kreativitas individu-individu di dalamnya.

Iklim organisasi penting untuk diciptakan karena merupakan persepsi

seseorang tentang apa yang diberikan oleh organisasi dan dijadikan dasar bagi

penentuan tingkah laku anggota selanjutnya. Iklim ditentukan oleh seberapa baik

anggota diarahkan, dibangun dan dihargai oleh organisasi (Kusnan, 2004).

2.4.2. Indikator Iklim Kerja

Iklim kerja yang sehat merupakan rencana jangka panjang dalam suatu

perusahaan. Pimpinan perusahaan perlu melakukan berbagai pendekatan terhadap

masalah iklim kerja. Pendisiplinan yang tidak bijaksana dan penekanan terhadap

orang-orang mungkin menghasilkan prestasi yang lebih baik secara temporer, tetapi

hal tersebut akan menghilangkan iklim kerja organisasi. Perusahaan seperti ini pada

akhirnya akan gulung tikar karena kehabisan modal.

Menurut Hoogendoorn (1999), indikator iklim kerja dalam suatu perusahaan

adalah :

a. Otonomi dan fleksibilitas

b. Menaruh kepercayaan dan terbuka

c. Simpatik dan memberi dukungan

d. Jujur dan menghargai

(40)

f. Pekerjaan yang berisiko

g. Pertumbuhan kepribadian.

Ad.a. Otonomi dan fleksibilitas

Pemberian otonomi yang luas kepada karyawan dalam melakukan pekerjaan

akan menciptakan iklim kerja yang baik, karena karyawan dapat bekerja

berdasarkan aturan-aturan atau konsep-konsep yang dibuatnya. Otonomi juga

menunjukkan kepercayaan pimpinan terhadap kemampuan dan tanggung

jawab seorang karyawan.

Fleksibilitas menunjukkan adanya pertukaran informasi dari pimpinan dengan

bawahan, dalam hal ini keputusan pimpinan masih dapat didiskusikan dengan

karyawan, khususnya tentang bagaimana keputusan tersebut dapat dicapai.

Ad.b. Menaruh kepercayaan dan terbuka

Memberikan kepercayaan dan terbuka kepada karyawan akan memberikan

suasana kerja yang baik dalam perusahaan, karena tidak ada kekuasaan yang

memisahkan karyawan dengan pimpinan. Keterbukaan pimpinan juga akan

direspon dengan keterbukaan karyawan, sehingga terjadi komunikasi dua arah

yang baik.

Ad.c. Simpatik dan memberi dukungan

Seorang pemimpin yang mampu bersikap simpatik akan dihormati karyawan,

sehingga keputusan pemimpin tersebut juga dapat dihormati dan dilakukan

oleh karyawan. Pemberian dukungan kepada karyawan dalam setiap pekerjaan

(41)

Ad.d. Jujur dan menghargai

Di dalam suatu pekerjaan, kejujuran dan saling menghargai baik antara

sesama karyawan maupun antara pimpinan dan karyawan dapat menciptakan

iklim kerja yang baik, karena setiap orang selalu terbuka dan menghargai

kepada orang lain.

Ad.e. Kejelasan tujuan

Setiap perusahaan mempunyai tujuan, namun bagaimana manajemen

menjelaskan tujuan tersebut kepada karyawan, akan mempengaruhi iklim

kerja. Semakin jelas tujuan yang akan dicapai, maka proses kerja karyawan

juga akan semakin jelas, sehingga iklim kerja karyawan akan semakin baik

pula.

Ad.f. Pekerjaan yang berisiko

Adanya suatu pekerjaan yang berisiko di dalam perusahaan membutuhkan

keahlian khusus. Oleh karena itu, pekerjaan tersebut harus ditempatkan pada

suatu bagian atau tempat khusus sehingga tidak memperburuk iklim kerja

secara keseluruhan.

Ad.g. Pertumbuhan kepribadian

Karyawan merupakan faktor produksi penting dalam perusahaan dan

pelaksana seluruh kegiatan dalam perusahaan. Setiap karyawan mempunyai

kepribadian yang berbeda, dimana kepribadian tersebut juga akan terbawa ke

dalam tempat kerja. Kepribadian yang baik akan menciptakan suasana kerja

(42)

Selaras dengan pengembangan iklim organisasi, iklim kerja yang positif

merupakan suatu kondisi dimana keadaan perusahaan dan lingkungannya dalam

keadaan aman, damai, dan menyenangkan untuk akivitas kerja pegawai. Sergiovanni

dalam Mangkunegara (2004) berpendapat bahwa iklim secara umum diciptakan, dibentuk dan disalurkan sebagai hasil dari suatu kepemimpinan interpersonal yang

efektif oleh pimpinan organisasi. Pada hakekatnya iklim bersifat interpersonal dan

dimanifestasikan dalam sikap dan perilaku pimpinan, pegawai dalam kegiatan

kerjanya. Selain itu, iklim merupakan energi yang terdapat di dalam organisasi yang

dapat memberikan pengaruhnya terhadap organisasi, tergantung bagaimana energi

tersebut di salurkan dan diarahkan oleh pimpinan organisasi. Semakin baik energi

yang disalurkan dan diarahkan maka semakin baik pula pengaruhnya terhadap

perusahaan.

Sehubungan dengan iklim kerja yang positif ini, Frederick dalam Dessler

(2006) mengutarakan, bahwa perusahaan merupakan tempat yang tenang dan

terjamin untuk bekerja. Fasilitas fisik selalu dijaga kebersihannya,

kerusakan-kerusakan kecil secepatnya mendapatkan perbaikan.

Moedjiarto dalam Simamora (2004) mengemukakan bahwa iklim kerja yang

positif, menunjukan adanya rasa kekeluargaan yang kuat antara di dalam perusahaan.

Rasa kebersamaan itu demikian kuatnya sehingga satu sama lain merasa wajib saling

(43)

organisasi dan perilaku anggota organisasi sebagai suatu kelompok. Perilaku

pimpinan dapat mempengaruhi interaksi interpersonal para anggota organisasi.

Dengan demikian dinamika kepemimpinan yang dilakukan pimpinan dengan anggota

dipandang sebagai kunci untuk memahami variasi iklim kerja. Interaksi antara

perilaku anggota dan perilaku pimpinan akan menentukan iklim kerja yang

bagaimana yang akan terwujud, iklim kerja yang baik dan kondusif bagi kegiatan

pendidikan akan menghasilkan interaksi yang efektif sehingga upaya pencapaian

tujuan organisasi akan berjalan dengan baik.

Interaksi di dalam tempat kerja, baik yang lisan maupun yang tertulis mutlak

diperlukan dan akan memberikan dampak proses dan hasil kerja yang positif. Kolb,

et.al dalam Komariah dan Triatna (2005) mencatat 11 dimensi iklim organisasi yang dapat diadaptasikan bagi iklim kerja, yaitu :

1. Struktur tugas, perincian metode yang dipakai untuk melaksanakan tugas

organisasi.

2. Hubungan imbalan hukum, tingkat batas pemberian imbalan tambahan seperti

promosi dan kenaikan gaji berdasarkan prestasi dan jasa, bukan pada

pertimbangan lain seperti senioritas dan favoritisme.

3. Sentralisasi keputusan, batasan-batasan keputusan penting yang dipusatkan pada

manajemen level atas

4. Tekanan pada prestasi, keinginan pihak pekerja organisasi untuk melaksanakan

(44)

5. Tekanan pada latihan dan pengembangan, tingkat ketika organisasi berusaha

meningkatkan prestasi individu melalui kesiapan latihan dan pengembangan yang

cepat

6. Lingkungan kerja yang memberikan keamanan, kenyamanan, kebersihan dan

kelengkapan sarana prasarana.

7. Keterbukaan versus ketertutupan, tingkat ketika orang-orang lebih suka menutupi

kesalahan mereka dan menampilkan diri secara baik dan bekerja sama.

8. Rasa kekeluargaan yang kuat antara pimpinan dan pegawai.

9. Pengakuan dan umpan balik, tingkat seorang individu mengetahui apa pendapat

atasan dan manajemen terhadap pekerjaannya serta tingkat dukungan mereka atas

dirinya

10. Status dan semangat, perasaan umum diantara individu bahwa organisasi

merupakan tempat kerja yang baik.

11. Kompetensi dan keluwesan organisasi secara umum, tingkat organisasi

mengetahui apa tujuannya dan mengejarnya secara luwes dan kreatif. Termasuk

juga batas organisasi mengantisipasi masalah, mengembangkan metode baru dan

mengembangkan keterampilan baru pada pekerja.

2.4.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Iklim Kerja

Iklim organisasi merupakan konsep sistem yang mencerminkan keseluruhan

gaya hidup suatu organisasi, oleh karena itu perusahaan harus memperhatikan

beberapa faktor berikut ini, karena iklim organisasi dapat berdampak pada kreativitas

(45)

Steve Kelneer sebagaimana dikutip oleh Kusnan (2004) menyebutkan faktor

yang mempengaruhi iklim organisasi, yaitu:

1. Flexibility dan confirmity

Flexibility dan confirmity merupakan kondisi organisasi yang memberikan keleluasaan bertindak bagi karyawan serta melakukan penyesuaian diri

terhadap tugas-tugas yang diberikan. Hal ini berkaitan dengan aturan yang

ditetapkan organisasi, kebijakan dan prosedur yang ada. Penerimaan terhadap

ide-ide yang baru merupakan nilai pendukung di dalam mengembangkan

iklim organisasi yang kondusif demi tercapainya tujuan organisasi.

2. Responsibility

Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan mengenai pelaksanaan tugas

organisasi yang diemban dengan rasa tanggung jawab atas hasil yang dicapai,

karena mereka terlibat di dalam proses yang sedang berjalan.

3. Standards

Perasaan karyawan tentang kondisi organisasi dimana manajemen

memberikan perhatian kepada pelaksanaan tugas dengan baik, tujuan yang

telah ditentukan serta toleransi terhadap kesalahan atau hal-hal yang kurang

sesuai atau kurang baik.

4. Reward

Hal ini berkaitan dengan perasaan karyawan tentang perhargaan dan

(46)

5. Clarity

Terkait dengan perasaan pegawai bahwa mereka mengetahui apa yang

diharapkan dari mereka berkaitan dengan pekerjaan, peranan dan tujuan

organisasi.

6. Team commitment

Berkaitan dengana perasaan karyawan mengenai perasaan bangga mereka

memiliki organisasi dan kesediaan untuk berusaha lebih saat dibutuhkan.

Dari enam faktor tersebut, dalam penelitian ini dianalisis empat faktor saja

yang berhubungan dengan organisasi secara langsung, yaitu: fleksibilitas,

responsilibitas, standard kerja, dan komitmen organisasi. Keempat faktor tersebut

diuraikan sebagai berikut.

a. Fleksibilitas

Sebagaimana telah dijelaskan bahwa fleksibilitas merupakan kondisi

organisasi yang memberikan keleluasaan bertindak bagi karyawan serta

melakukan penyesuaian diri terhadap tugas-tugas yang diberikan. Penyesuaian

diri terhadap tugas-tugas berhubungan dengan menciptakan iklim kreatif

untuk keleluasaan karyawan berinovasi sesuai dengan kebutuhan kerja.

Mencipatakan iklim kreatif dalam sebuah organisasi diperlukan adanya upaya

untuk membangun sebuah kultur organisasi yang memungkinkan

individu-individu di dalamnya berinovasi. Salah satu kunci utama untuk memunculkan

kreativitas dalam sebuah kelompok atau organisasi adalah kebebasan. Artinya,

(47)

menentukan cara menyelesaikan tugas yang diberikan. Walaupun demikian,

organisasi perlu memiliki sistem kontrol yang ketat terhadap pemberian

kebebasan sehingga kebebasan untuk menentukan cara yang paling tepat dan

nyaman dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan yang diberikan tetap

dalam koridor pengawasan (Henry, 2001). Kebebasan itu sendiri memerlukan

kontrol dan manajemen yang baik karena juga akan sangat berpotensi

memunculkan konflik emosional dan perseteruan karena kompleksnya

keragaman individu dalam organisasi itu sendiri (Zhou, et.al, 2003).

Dalam prakteknya membangun iklim kreatif dalam organisasi berhubungan

dengan banyak aspek (Cabra, et.al, 2005). Oleh karena itu membangun sebuah

iklim kreatif dan inovatif dalam perusahaan menjadi sangat penting tidak

hanya untuk mempertahankan kelangsungan eksistensi organisasi namun juga

memberikan rasa nyaman kepada pekerja saat melaksanakan tugas yang

diberikan oleh organisasi (Mutiah dan Hadi, 2009).

b. Responsilibitas

Setiap karyawan mempunyai tanggung jawab, hanya tingkat dan urgensinya

yang berbeda-beda, tergantung pada beban tugas dan pekerjaan yang

diserahkan kepadanya. Tanggung jawab dalam hal ini adalah kewajiban

seorang karyawan untuk melaksanakan pekerjaan yang telah diserahkan

kepadanya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan peraturan. Kesadaran dalam

bekerja meliputi bagaimana kesadaran seorang karyawan dalam mentaati

(48)

seperti yang dikemukakan oleh, dengan tanggung jawab dan kesadaran kerja

tersebut, karyawan dapat dan selalu berusaha bekerja sesuai dengan peraturan

dan tujuan yang ditetapkan. Jadi karyawan yang dalam bekerjanya memiliki

tanggung jawab kerja dapat dikatakan bahwa mereka memiliki komitmen

yang tinggi untuk keberhasilan suatu organisasi.

Menurut Mathis dan Jackson (2002), untuk mewujudkan tanggung jawab

tersebut harus ada keterlibatn karyawan dalam proses pekerjaan yang menjadi

tanggung jawab karyawan tersebut. Jika tidak ada keterlibatan, karyawan pada

umumnya tidak dibebankan tanggung jawab atas hasil pekerjaan tersebut.

Tanggung jawab kerja pegawai pada hakekatnya adalah tanggung jawab

pegawai dalam melaksanakan suatu tugas pekerjaan yang diembankan

padanya dan dalam lingkup wewenangnya. Tanggung jawab kerja pegawai,

adalah suatu pengertian yang di dalamnya mengandung norma etika, sosial,

dan scientific. Artinya, aktivitas pegawai di suatu bidang tugas pekerjaan yang dipertanggung-jawabkan itu adalah baik, dapat diterima, disetujui orang-orang

lain, dan mengandung kebenaran yang bersifat umum. Tanggung jawab

pegawai juga mengandung keberanian mengambil resiko terhadap tantangan,

hambatan, dan rintangan yang menghalangi tercapainya tujuan pekerjaan yang

telah diyakini kebaikan dan kebenarannya. Jadi, tanggung jawab pegawai di

bidang tugas pekerjaannya adalah kesanggupan pegawai, yaitu kesanggupan

untuk menjalankan tugas pekerjaan yang menjadi wewenang yang

(49)

c. Standard kerja

Untuk menetapkan tingkat kerja karyawan, dibutuhkan penilaian kerja.

Penilaian kerja yang adil membutuhkan standar. Patokan yang dapat

digunakan sebagai perbandingan terhadap kerja antar karyawan. Menurut

Simamora (2004), semakin jelas standar kerjanya, makin akurat tingkat

penilaian kerjanya. Masalahnya, baik para penyelia maupun karyawan tidak

seluruhnya mengerti apa yang seharusnya mereka kerjakan. Karena bisa jadi,

standar kerja tersebut belum ada. Oleh karena itu, langkah pertama adalah

meninjau standar kerja yang ada dan menyusun standar yang baru jika

diperlukan.

Menurut Mathis dan Jackson (2002), minimal sebuah standar kerja, harus

berisi dua jenis informasi dasar tentang apa yang harus dilakukan dan

seberapa baik harus melakukannya. Standar kerja merupakan identifikasi

tugas pekerjaan, kewajiban, dan elemen kritis yang menggambarkan apa yang

harus dilakukan. Standar kerja terfokus pada seberapa baik tugas akan

dilaksanakan.

Agar berdaya guna, setiap standar/kriteria harus dinyatakan secara cukup jelas

sehingga manajer dan bawahan atau kelompok kerja mengetahui apa yang

diharapkan dan apakah telah tercapai atau tidak. Standar haruslah dinyatakan

secara tertulis dalam upaya menggambarkan kerja yang sungguh-sungguh

(50)

Hal ini dikarenakan bahwa tugas pekerjaan dan standar kerja saling berkaitan,

adalah praktik yang lazim mengembangkannya pada waktu yang bersamaan.

Apapun metode analisis pekerjaan yang digunakan haruslah

memperhitungkan aspek kuantitatif kerja. Lebih lanjut, setiap standar harus

menunjuk pada aspek spesifik pekerjaan.

Tampaknya lebih mudah mengukur kerja terhadap standar yang dapat

digambarkan dalam istilah kuantitatif. Sungguhpun demikian, pekerjaan

manajerial memiliki sebuah komponen tambahan, yaitu, disamping hasil yang

merefleksiksn kinerja manajer itu sendiri, hasil yang lainya mencerminkan

kerja unit organisasional yang menjadi tanggung jawab manajer bersangkutan.

d. Komitmen organisasi

Komitmen karyawan terhadap organisasi juga bukanlah merupakan suatu hal

yang terjadi secara sepihak. Dalam hal ini organisasi dan karyawan harus

secara bersama-sama menciptakan kondisi yang kondusif untuk mencapai

komitmen yang dimaksud. Komitmen ikut dipengaruhi oleh iklim organisasi

tempat seorang karyawan bekerja. Jika, iklim dalam organisasi tersebut

kurang menunjang, misalnya fasilitas kurang, hubungan kerja kurang

harmonis, jaminan sosial dan keamanan kurang, maka secara otomatis

komitmen karyawan terhadap organisasi menjadi makin luntur (Kuntjoro,

2002).

Komitmen karyawan terhadap organisasi atau dalam banyak literatur

(51)

didefinisikan oleh Porter sebagai kekuatan yang bersifat relatif dari individu

dalam mengidentifikasikan keterlibatan dirinya ke dalam bagian organisasi.

Perkara ini ditandai dengan tiga hal, yaitu penerimaan terhadap nilai-nilai dan

tujuan organisasi, kesiapan dan kesediaan untuk berusaha dengan

sungguh-sungguh atas nama organisasi, dan keinginan untuk mempertahankan

keanggotaan di dalam organisasi atau dengan kata lain menjadi bagian dari

organisasi (Luthans, 2005).

Pengertian komitmen terhadap organisasi ini lebih dari sekedar keanggotaan

formal dan kesetiaan yang pasif terhadap organisasi. Komitmen terhadap

organisasi meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk

mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi

pencapaian tujuan. Karyawan yang menunjukkan komitmen tinggi memiliki

keinginan untuk memberikan tenaga dan tanggung jawab yang lebih dalam

menyokong kesejahteraan dan keberhasilan organisasi tempatnya bekerja.

Dalam komitmen terhadap organisasi tercakup unsur loyalitas terhadap

organisasi, keterlibatan dalam pekerjaan, dan identifikasi terhadap nilai-nilai

dan tujuan organisasi. Untuk meningkatkan dan mengoptimalkan komitmen,

harus diketahui beberapa faktor yang mempengaruhi komitmen tersebut.

Komitmen seseorang sangat berkaitan erat dengan motivasi dan juga kepuasan

kerja yang dirasakan oleh orang tersebut. Komitmen, motivasi dan kepuasan

(52)

yang terjadi secara terus menerus antara pribadi tersebut dengan pekerjaan dan

lingkungan tempatnya bekerja dalam suatu kurun waktu tertentu.

Mathieu dan Zajac (1990) dalam Luthans (2005) mengatakan komitmen akan

mulai terbentuk bila seseorang mulai merasa termotivasi. Ini berarti seseorang

sudah merasa terikat dengan pekerjaannya dan merasakan kepuasan dari

pekerjaan tersebut. Sebagai sebuah sikap, komitmen lebih bersifat global

daripada kepuasan kerja, karena komitmen diterapkan pada pekerjaan secara

keseluruhan, bukan hanya pada satu atau beberapa bidang tugas dari

pekerjaan. Komitmen juga bersifat lebih stabil karena kejadian sehari-hari

dalam pekerjaan tidak mengubahnya. Kemudian, menurut Luthans (2005)

determinan komitmen karyawan adalah umur, masa jabatan dalam organisasi,

pembayaran (gaji/ upah), afeksi (kedudukan kontrol internal dan eksternal),

dan organisasi (desain kerja, dan gaya kepemimpinan pengawas). Sedangkan,

faktor-faktor yang mempengaruhi komitmen dalam berorganisasi menurut

Allen dan Meyer (1997) adalah karakteristik pribadi individu, karakteristik

organisasi, dan pengalaman selama berorganisasi.

Allen dan Meyer (1997) membedakan komitmen karyawan atas tiga

komponen, yaitu affective, normative dan continuance. Mereka berpendapat bahwa setiap komponen memiliki dasar yang berbeda. Komponen affective

berkaitan dengan emosional, identifikasi dan keterlibatan karyawan di dalam

(53)

organisasi. Komponen normative merupakan perasaan-perasaan karyawan tentang kewajiban yang harus ia berikan kepada organisasi. Karyawan yang

memiliki komponen normative tinggi, tetap menjadi anggota organisasi karena mereka harus melakukannya. Komponen continuance berarti komponen berdasarkan persepsi karyawan tentang kerugian yang akan

dihadapinya jika ia meninggalkan organisasi. Karyawan dengan komponen

continuance tinggi, tetap bergabung dengan organisasi tersebut karena mereka membutuhkan organisasi.

2.5. Teori Tentang Kinerja

2.5.1. Pengertian Kinerja dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kinerja

Kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang atau sekelompok

orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tangungjawab

masing-masing, dalam rangka upaya mencapai tujuan organisai bersangkutan sacara legal,

tidak melanggar hukum dan sesuai dengan moral dan etika. Kinerja karyawan lebih

mengarah pada tingkatan prestasi kerja karyawan. Menurut Mangkunegara (2004),

kinerja adalah hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh seseorang

dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan

kepadanya. Secara umum dapat dikatakan bahwa kinerja (performance) merupakan wujud atau keberhasilan pekerjaan seseorang atau organisasi dalam mencapai

(54)

Suatu organisasi dapat berkembang merupakan keinginan setiap individu yang

ada di dalam organisasi tersebut, sehingga diharapkan dengan perkembangan tersebut

organisasi mampu bersaing dan mengikuti kemajuan zaman. Kemajuan organisasi

dipengaruhi faktor-faktor lingkungan yang bersifat eksternal dan intenal. Salah satu

faktor internal yang mempengaruhi kemajuan organisasi adalah kinerja pegawai di

dalam organisasi tersebut.

Robbins (2002) menyatakan bahwa ada tiga kriteria kinerja yang paling

umum, yaitu: hasil kerja perorangan, perilaku dan sifat. Jika mengutamakan hasil

akhir, lebih dari sekedar alat, maka pihak manajemen harus mengevaluasi hasil kerja

dari seorang pekerja. Dengan menggunakan hasil kerja, seorang manajer perencana

dapat menentukan kriteria untuk kuantitas yang diproduksi, sisa yang dihasilkan, dan

biaya per unit produksi.

Dalam kebanyakan kasus, tidak mudah untuk mengidentifikasi hasil tertentu

sebagai hasil langsung dari kegiatan seorang pekerja. Hal ini terutama sekali terlihat

pada staf personalia dan perorangan yang memiliki tugas kerja intrinsik sebagai

bagian kelompok. Pada kasus selanjutnya kinerja kelompok dapat dievaluasi dengan

segera, akan tetapi kontribusi dari setiap anggota kelompok, sulit atau tidak mungkin

diidentifikasikan dengan jelas. Dalam hal ini, manajemen perlu mengevaluasi

Gambar

Gambar 2.1. Kerangka Program Pembagian Keuntungan
Gambar 2.2. Kerangka Berpikir
Tabel 3.1. Populasi dan Sampel Penelitian
Tabel 3.2. Definisi Operasional Variabel  Hipotesis Pertama
+7

Referensi

Dokumen terkait

NIM 8136132020 Pengaruh Lingkungan Kerja, Iklim Organisasi dan Motivasi Kerja Terhadap Kinerja Pegawai Dinas Pendidikan Kota Subulussalam.. Program Pascasarjana

Pemberian insentif dalam instansi, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta sangat bermanfaat untuk bisa meningkatkan kinerja pegawai, karena insentif dapat

Pemberian insentif dalam instansi, baik lembaga pemerintahan maupun lembaga swasta sangat bermanfaat untuk bisa meningkatkan kinerja pegawai, karena insentif

2.2.3 Pengaruh Lingkungan Kerja Dan Beban Kerja Terhadap Kinerja Kinerja merupakan suatu hasil kerja yang dihasilkan oleh seorang karyawan diartikan untuk mencapai

Hasil analisis determinasi variabel pemberian insentif terhadap kinerja karyawan adalah 0,37,1 , artinya variabel pemberian insentif dapat dijelaskan oleh variabel

Pemberian premi sesuai dengan prestasi kerja yang telah dikorbankan, maka mengakibatkan setiap karyawan bekerja dengan baik dengan kata lain ada motivasi untuk

Pengembangan sumber daya manusia berpengaruh terhadap kinerja pegawai pada PT Perkebunan Nusantara IV (Persero) Medan dengan kontribusi pengaruh sebesar 36,5% dan sisanya sebesar

Lingkungan kerja merupakan salah satu faktor penting dalam menciptakan kinerja pegawai. Karena Lingkungan kerja mempunyai pengaruh langsung terhadap pegawai didalam