Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Nyeri
Perut pada Anak di Kompleks Perumahan
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan pada
Tahun 2010
Oleh :
SILVIA T. BRAHMANA
070100362
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Nyeri
Perut pada Anak di Kompleks Perumahan
Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan pada
Tahun 2010
KARYA TULIS ILMIAH INI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH
SATU SYARAT UNTUK MEMPEROLEH KELULUSAN
SARJANA KEDOKTERAN
Oleh :
SILVIA T.BRAHMANA
070100362
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
LEMBAR PENGESAHAN
Gambaran Pengetahuan Ibu Mengenai Nyeri Perut pada Anak di Kompleks Perumahan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan pada Tahun 2010
Nama : Silvia T. Brahmana NIM : 070100362
Pembimbing Penguji I
dr. Erjan Fikri, Sp. B, Sp. BA dr. Lita Feriyawati, M. Kes NIP : 196301271989111001 NIP : 197002082001122001
Medan, 14 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Para ibu merupakan sarana yang tepat untuk melakukan penelitian, karena ibu adalah seseorang yang selalu mengasuh, mendidik serta merawat dan selalu ada di setiap anak membutuhkan pertolongan. Penelitian ini sengaja dilakukan di kompleks perumahan PPKS Medan. Karena kompleks perumahan merupakan suatu lokasi yang tepat dimana banyak terdapat ibu–ibu serta keragaman pengetahuan.
Desain penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 54 ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di kompleks perumahan PPKS Medan. Subjek yang memenuhi syarat dan bersedia mengikuti penelitian ini setelah dijelaskan tujuan dari penelitian. Diberikan kuesioner kepada responden untuk dijawab. Selanjutnya data dianalisa dengan analisa deskriptif program SPSS 17,0.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan para ibu mengenai gambaran nyeri perut yang sering terjadi pada anaknya. Serta faktor–faktor apa saja yang dapat menyebabakan perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap ibu.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa pengetahuan para ibu mengenai nyeri perut pada anak mayoritas berada dalam pengetahuan cukup yaitu 46 orang (85,2%) responden, kategori baik adalah 8 orang (14,8%) responden, dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang. Banyak faktor yang berperan dalam pengetahuan ibu yaitu pendidikan, usia, jenis pekerjaan serta jumlah anak juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar para ibu kompleks perumahan PPKS Medan, memiliki pengetahuan yang cukup mengenai nyeri perut pada anak. Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya responden yang kurang peduli akan gejala nyeri perut dan menganggap bahwa nyeri perut itu merupakan hal yang biasa. Maka dari itu, sudah selayaknya penyuluhan mengenai kesehatan di kompleks ini harus lebih sering dilakukan agar pengetahuan penduduk khususnya para ibu lebih bertambah.
ABSTRACT
Abdominal pain is the sensationof pain that is felt around the chest and inguinal region. Abdominal pain is not a diagnosis, but symptom of a disease. Mothers are the right sample to carry out the research, because mother is a per-son who always takes care, teaches, as well as looks after her child/children each time they need help. This research carried out in the neighborhood of PPKS Medan. The neighborhood was a suitable location because there were many mothers with different level of knowledge.
The design of the research was descriptive survey research. Subjects of the research were 54 housewives who lived in the neighborhood of PPKS Medan. Subjects that were fulfill the criteria and agree to join the research after being informed the aim of the research. Questionnaires are given to the respondent to be answered. Further, the research data was analysed with descriptive analyze of SPSS 17,0 program.
The aim of this research is to know mothers’ knowledge level about the description of abdominal pain which is often happened child/children. As well as factors that contribute the difference of mothers’ knowledge level.
This research found mothers’ knowledge level were majorly average about abdominal pain in child/children, which contain 46 respondents (85,2%). Mothers with good knowledge level were 8 respondents (14,8%) and there was no respondent which has bad knowledge level. Many factors contributed mothers’ knowledge level, which were education, age, job, and number of children.
From the result of the research, we concluded that most mothers in the neighborhood of PPKS Medan had average knowledge level about abdominal pain in the child/children. This condition was possibly caused by many respondents were not to care about the symptoms of abdominal pain and though that abdominal pain was a usual matter. Therefore, medical counselling should be carried out more often in this neighborhood so the community knowledge level, especially mothers, more improves.
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmatNyalah karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan. Karya tulis
ilmiah ini adalah merupakan syarat kelulusan pendidikan kedokteran agar dapat
menuju ke jenjang profesian dan meraih gelar Sarjana Kedokteran.
Judul dari karya tulis ilmiah ini adalah “Gambaran Pengetahuan Ibu
Mengenai Nyeri Perut pada Anak di Kompleks Perumahan PPKS Medan”.
Dimana yang dikaji atau di teliti di sini adalah, seberapa besar pengetahuan setiap
ibu mengenai nyeri perut yang tentunya pasti pernah diderita setiap anak baik itu
akut maupun tidak. Serta penanganan awal yang dilakukan para ibu tersebut
kepada anaknya apabila mengalami nyeri perut.
Penulis mengakui banyaknya kekurangan dalam tulisan ini sehingga
laporan hasil penelitian ini tidak mungkin penulis sebut sebagai suatu karya yang
sempurna. Kekurangan dan ketidak sempurnaan tulisan ini tidak dapat dilepaskan
dari berbagai macam rintangan dan halangan yang selalu datang pada diri penulis.
Penulis rasakan semua itu sebagai suatu ujian dan pengalaman yang sangat
berharga dalam kehidupan penulis. Hanya kesabaran, keteguhan dan ketekunan
yang penulis coba lakukan untuk terselesaikannya karya tulis ilmiah ini.
Penulis sadar dengan kekurangan diri penulis untuk melakukan banyak hal
sendiriran. Mau ataupun tidak, penulis telah melibatkan beberapa orang,
kelompok atau elemen lain untuk membantu, mendukung, dan memberikan saran
yang sangat berharga bagi penulis. Kepada merekalah penulis ucapkan banyak
terima kasih. Beberapa yang dapat penulis sebut telah mempunyai peranan yang
sangat besar dalam penulisan ini penulis akan sebut sebagai berikut:
1. Rektor Universitas Sumatera Utara dan Dekan fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara, yang telah memberikan kesempatan kepada
saya untuk mengikuti Program Pendidikan Dokter di Fakultas Kedokteran
2. Bapak dr. Erjan Fikri, Sp. B, Sp. BA selaku Dosen Pembimbing dalam
tugas akhir ini, atas segala kesabaran dan ilmu yang telah diberikan.
3. Kedua orang tua Penulis, Ir. J. Brahmana, MS dan D. Ginting, BBA atas
segala pengorbanan dan kasih sayangnya yang diberikan kepada penulis.
Tetaplah iringi ananda dengan doa dan kasih sayang kalian.
4. Kepada seluruh penduduk yang bertempat tinggal di Kompleks Perumahan
PPKS. Tanpa kerjasama dan keramahan penduduk tentu karya tulis ini
tidak akan rampung.
5. Kepada Teman-teman Penulis (Katerin, Margareth, Septi, Benjamin,
Debby dan Axel ) yang telah membantu penulis dalam pengambilan data,
pengumpulan data, serta memberi masukan yang sangat berguna bagi
Penulis.
6. Teman-teman angkatan 2007 Fakultas Kedokteran USU yaitu “sok
Kompak”, Alta, Amel, Andy, Berry, Cerah, Christine, Citra, Gerald,
Laurent, Listra, Otneil, Bang Paul, Sarah, Kakak Shanti, Sheba, Tere,
Deddy, Anes, Bona, Dina, Adelin, Sisco, dan Todung yang telah
mendukung dalam penyelesaian karya tulis ilmiah ini, Penulis ucapkan
terima kasih atas kerja samanya.
7. Kepada seluruh staff pengajar IKK, yang sangat membantu memberikan
masukan sehingga karya tulis ini dapat selesai dengan semaksimal
mungkin.
8. Seluruh teman-teman Stambuk 2007, terima kasih atas dukungan dan
bantuannya.
9. Serta semua pihak baik langsung maupun tidak langsung yang telah
memberikan bantuan dalam penulisan laporan penelitian ini. Kepada
Akhir kata penulis ucapkan terima kasih atas semua dan apapun yang telah
diberikan kepada Penulis. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu membalas semua
kebaikan yang selama ini diberikan kepada penulis dan melimpahkan
Rahmat-Nya.
Medan, 01 Desember 2010
Penulis,
Silvia T. Brahmana
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI vii
DAFTAR TABEL ix
DAFTAR LAMPIRAN x
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
01
1.2. Rumusan Masalah 02
1.3. Tujuan Penelitian
02
1.4. Manfaat Penelitian 03
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Nyeri Perut pada Anak
2.1.1. Definisi 04
2.1.2. Epidemiologi 04
2.1.3. Klasifikasi 04
2.1.4. Etiologi 06
2.1.5. Patofisiologi 08
2.1.6. Patogenesis 09
2.1.7. Manifestasi klinis 10
2.1.8. Diagnosis 12
2.1.9. Penatalaksanaan... 20 2.1.10. Prognosis... 22
2.2. Pengetahuan
2.2.2. Tingkat Pengetahuan 23
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian 24
3.2. Definisi Operasional Penelitian 24
BAB 4 METODE PENELITIAN
4.1. Rancangan Penelitian 27
4.2. Tempat dan waktu Penelitian 27
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian
27
4.4. Metode Pengumpulan Data 29
4.5. Metode Analisis Data 29
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 30
5.1.2. Karakteristik Responden 30
5.1.3. Hasil Analisa Data 32
5.2. Pembahasan
5.2.2. Pengetahuan Responden 36
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 39
6.2. Saran 39
DAFTAR PUSTAKA 41
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1 Beberapa penyebab organik sakit perut berulang 06
Tabel 2 Penyebab organik sakit perut berulang 07
Tabel 3 Faktor psikologis dan fisiologis 09
Tabel 4 Gejala klinis sakit perut berulang klasik 11
Tabel 5 Tanda peringatan sakit perut berulang... 13
Tabel 6.1. Distribusi karakteristik responden 31
Tabel 6.2. Pengetahuan responden 07
Tabel 6.3. Distribusi frekuensi berdasarkan pendidikan terakhir 33
Tabel 6.4. Distribusi frekuensi berdasarkan usia responden 34
Tabel 6.5. Distribusi frekuensi berdasarkan pekerjaan... 35
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Judul
1 Riwayat Hidup
2 Ethical Clearence
3 Surat Izin Melakukan Penelitian di PPKS Medan
4 Data Induk Responden Uji Validitas dan Reabilitas
5 Hasil Uji Validitas dan reabilitas Kuesioner
6 Output SPSS Uji Validitas dan Reabilitas
7 Surat Persetujuan
8 Kuesioner Penelitian
9 Data Induk Kuesioner
ABSTRAK
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region inguinalis. Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu penyakit. Para ibu merupakan sarana yang tepat untuk melakukan penelitian, karena ibu adalah seseorang yang selalu mengasuh, mendidik serta merawat dan selalu ada di setiap anak membutuhkan pertolongan. Penelitian ini sengaja dilakukan di kompleks perumahan PPKS Medan. Karena kompleks perumahan merupakan suatu lokasi yang tepat dimana banyak terdapat ibu–ibu serta keragaman pengetahuan.
Desain penelitian ini adalah penelitian survey deskriptif. Subjek penelitian ini adalah 54 ibu rumah tangga yang bertempat tinggal di kompleks perumahan PPKS Medan. Subjek yang memenuhi syarat dan bersedia mengikuti penelitian ini setelah dijelaskan tujuan dari penelitian. Diberikan kuesioner kepada responden untuk dijawab. Selanjutnya data dianalisa dengan analisa deskriptif program SPSS 17,0.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan para ibu mengenai gambaran nyeri perut yang sering terjadi pada anaknya. Serta faktor–faktor apa saja yang dapat menyebabakan perbedaan pengetahuan yang dimiliki oleh setiap ibu.
Dari penelitian ini diperoleh bahwa pengetahuan para ibu mengenai nyeri perut pada anak mayoritas berada dalam pengetahuan cukup yaitu 46 orang (85,2%) responden, kategori baik adalah 8 orang (14,8%) responden, dan tidak ada responden yang berpengetahuan kurang. Banyak faktor yang berperan dalam pengetahuan ibu yaitu pendidikan, usia, jenis pekerjaan serta jumlah anak juga dapat mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu.
Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa sebagian besar para ibu kompleks perumahan PPKS Medan, memiliki pengetahuan yang cukup mengenai nyeri perut pada anak. Hal ini mungkin dikarenakan banyaknya responden yang kurang peduli akan gejala nyeri perut dan menganggap bahwa nyeri perut itu merupakan hal yang biasa. Maka dari itu, sudah selayaknya penyuluhan mengenai kesehatan di kompleks ini harus lebih sering dilakukan agar pengetahuan penduduk khususnya para ibu lebih bertambah.
ABSTRACT
Abdominal pain is the sensationof pain that is felt around the chest and inguinal region. Abdominal pain is not a diagnosis, but symptom of a disease. Mothers are the right sample to carry out the research, because mother is a per-son who always takes care, teaches, as well as looks after her child/children each time they need help. This research carried out in the neighborhood of PPKS Medan. The neighborhood was a suitable location because there were many mothers with different level of knowledge.
The design of the research was descriptive survey research. Subjects of the research were 54 housewives who lived in the neighborhood of PPKS Medan. Subjects that were fulfill the criteria and agree to join the research after being informed the aim of the research. Questionnaires are given to the respondent to be answered. Further, the research data was analysed with descriptive analyze of SPSS 17,0 program.
The aim of this research is to know mothers’ knowledge level about the description of abdominal pain which is often happened child/children. As well as factors that contribute the difference of mothers’ knowledge level.
This research found mothers’ knowledge level were majorly average about abdominal pain in child/children, which contain 46 respondents (85,2%). Mothers with good knowledge level were 8 respondents (14,8%) and there was no respondent which has bad knowledge level. Many factors contributed mothers’ knowledge level, which were education, age, job, and number of children.
From the result of the research, we concluded that most mothers in the neighborhood of PPKS Medan had average knowledge level about abdominal pain in the child/children. This condition was possibly caused by many respondents were not to care about the symptoms of abdominal pain and though that abdominal pain was a usual matter. Therefore, medical counselling should be carried out more often in this neighborhood so the community knowledge level, especially mothers, more improves.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Sakit perut ataupun nyeri abdomen merupakan salah satu keluhan yang
sangat sering menyebabkan seorang anak dibawa berobat ke dokter. Secara
umum, sakit perut yang berlangsung akut lebih sering dihubungkan dengan
kelainan organik, sedangkan sakit perut yang berlangsung kronis atau berulang
lebih merupakan suatu kelainan fungsional. Walaupun demikian tidak jarang
ditemukan keadaan yang sebaliknya; sakit perut berulang sebagai manifestasi
klinis dari suatu kelainan organik, sedangkan sakit perut akut merupakan suatu
episode awal dari rangkaian sakit perut berulang sebagai akibat kelainan
fungsional (Hegar, 2003).
Tidak semua sakit perut berpangkal dari lesi yang ada di dalam abdomen,
tetapi mungkin juga berasal dari daerah di luar abdomen. Bila keluhan ini
diperiksa pada dokter, ternyata hanya kurang lebih 10% dari keluhan tersebut
yang memerluka tindakan pembedahan. Secara individual setiap anak memiliki
toleransi yang berbeda terhadap rasa nyeri abdomen ini, karena itu nyeri abdomen
harus ditanggapi walaupun penyebab yang pasti sulit diketahui (Wiryati, 2007).
Sakit perut yang berulang sering terjadi pada anak. Anak perempuan
cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak laki-laki. Delapan
puluh persen kasus sakit perut berulang disebabkan kelainan fungsional saluran
cerna. Dan sekitar 5–15,6% sakit perut berulang disebabkan oleh kelainan
organik. Pada anak dibawah 4 tahun sebagian besar penyebabnya adalah organik,
sedangkan pada anak yang lebih besar kelainan fungsional saluran cerna
merupakan penyebab terbanyak (Boediarso, 1995).
Seorang anak kadang-kadang tidak hanya mengalami satu kali sakit perut,
tetapi berulang kali. Apley (1957) menyatakan seorang anak mengalami serangan
sakit perut berulang jika sekurang-kurangnya mendapat serangan tiga kali dalam
waktu 3 bulan. Di Inggris sakit perut berulang merupakan keluhan yang umum
sulit dalam diagnosis dan terapi. Apley (1962) mendapat kelainan organis pada
5% kasus sakit perut berulang, sedangkan Gomez dan Dally (1977) mendapat
15,6% (Wiryati, 2007).
Pitono Soeparto dkk (1981) melakukan pemeriksaan terhadap 48 anak
dengan sakit perut berulang. Dari 48 penderita ternyata 52,1% tidak diketahui
penyebabnya, 22,9% dengan dasar kelainan emosi, 12,5% faktor alergi,ulkus pada
6,3%, epilepsi 4,2% dan penyempitan duodenum 2,1% (Wiryati, 2007).
Maka dari itu ibu sangat berperan penting dalam tindak lanjut nyeri pada
anak. Sehingga pengetahuan dasar mengenai penyakit dan penanganannya dari
ibu-ibu yang telah memiliki anak sangat perlu di gali terlebih pengetauan mereka
mengenai nyeri perut yang terjadi pada anaknya.
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan para ibu mengenai penyebab nyeri perut serta
bagaimana penanganan awal yang dilakukan?
1.3Tujuan Penelitian
1.3.1.Tujuan Umum
Untuk mengetahui sampai sejauh mana pengetahuan para ibu mengenai
gambaran nyeri perut yang sering terjadi pada anak.
1.3.2.Tujuan Khusus
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui pengetahuan para ibu mengenai nyeri perut pada
anak.
2. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan mengenai nyeri
perut pada anak dari setiap ibu melalui tinggi rendahnya jenjang
pendidikan.
3. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan mengenai nyeri
4. Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan pengetahuan mengenai
nyeri perut pada anak berdasarkan perbedaan umur yang dimiliki ibu.
5. Untuk mengetahui apakah ada perbedaan pengetahuan mengenai nyeri
perut pada anak berdasarkan jumlah anak yang dimiki ibu.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:
1. Dinas Kesehatan Kota Medan dalam memberikan
penyuluhan-penyuluhan pengetahuan mengenai nyeri perut kepada masyarakat
umum khususnya para ibu.
2. Para ibu terlebih yang berada di kompleks perumahan PPKS Medan
agar dapat lebih sigap dan tepat dalam menangani nyeri perut pada
anak agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Nyeri perut pada Anak 2.1.1 Defenisi
Nyeri perut adalah nyeri yang dirasakan di antara dada dan region
inguinalis. Nyeri perut bukanlah suatu diagnosis, tapi merupakan gejala dari suatu
penyakit. Nyeri akut abdomen didefinisikan sebagai serangan nyeri perut berat
dan persisten, yang terjadi tiba-tiba serta membutuhkan tindakan bedah untuk
mengatasi penyebabnya. Appley mendefinisikan sakit perut berulang sebagai
serangan sakit perut yang berlangsung minimal 3 kali selama paling sedikit 3
bulan dalam kurun waktu 1 tahun terakhir dan mengganggu aktivitas sehari-hari
(Markum, 1999).
2.1.2 Epidemiologi
Sakit perut biasanya terjadi pada anak usia 5 hingga 14 tahun, sementara
frekuensi tertinggi pada usia 5-10 tahun. Apley menemukan bahwa nyeri perut
terjadi pada 10-12% anak laki-laki usia 5-10 tahun dan menurun setelah usia itu.
Anak perempuan cenderung lebih sering menderita sakit ini dibandingkan anak
laki-laki (Perempuan:Laki-laki = 5:3). Sakit perut ini jarang terjadi pada anak di
bawah usia 5 tahun dan di atas 15 tahun (Boediarso, 2010 dan Wiryati, 2007).
2.1.3 Klasifikasi
Pada garis besarnya sakit perut dapat dibagi menurut datangnya serangan
dan lamanya serangan, yaitu akut atau kronik (berulang), yang kemudian dibagi
lagi atas kasus bedah dan non bedah (pediatrik). Selanjutnya dapat dibagi lagi
berdasarkan umur penderita, yang di bawah 2 tahun dan di atas 2 tahun, yang
masing-masing dapat dikelompokkan menjadi penyebab gastrointestinal dan luar
Konsep yang klasik membagi sakit perut berulang ke dalam 2 golongan:
organik (fungsional) dan psikogenik (psikosomatik). Biasanya harus dicari dulu
penyebab organik, bila tidak ditemukan bisa dipikirkan kemungkinan penyebab
psikogenik. Cara pendekatan seperti ini tentu akan banyak memakan waktu dan
biaya (Boediarso, 2009).
Barr mengajukan konsep yang agak berbeda. Sakit perut berulang
digolongkan atas 3 kelompok, yaitu: organik, disfungsional, dan psikogenik.
Nyeri organik disebabkan oleh suatu penyakit, misalnya infeksi saluran kemih.
Nyeri disfungsional disebabkan oleh berbagai variasi fisiologi normal dan dibagi
dalam dua kategori, yaitu sindrom nyeri spesifik (yang mekanisme penyebab
nyerinya diketahui, misalnya defisiensi laktase dan konstipasi) dan sindrom nyeri
nonspesifik (mekanisme penyebab nyeri tidak jelas atau tidak diketahui). Nyeri psikogenik disebabkan oleh tekanan emosional atau psikososial tanpa adanya
kelainan organik atau disfungsi (Boediarso, 2009).
Untuk memastikan diagnosis kelompok nyeri psikogenik maka ada tiga
kriteria yang harus dipenuhi yaitu:
1. Ada bukti yang cukup kuat untuk menghilangkan penyebab kelainan
organik.
2. Bukti positif bahwa ada gangguan emosional dan ada kaitan waktu antara
timbulnya sakit perut dengan periode meningkatnya stress yang dialami
anak.
3. Sakit perut ini akan bereaksi langsung dengan hilangnya ketegangan
emosional meskipun kemungkinan hal ini tidak selalu terjadi
Konsep ketiga diajukan oleh Levine dan Rappaport (1984) yang
menekankan adanya penyebab multifaktor.
Sakit perut berulang merupakan perpaduan dari empat faktor, yaitu:
1. Predisposisi somatik, disfungsi, atau penyakit
2. Kebiasaan dan cara hidup
3. Watak dan pola respons
Faktor-faktor tersebut berperan meningkatkan atau meredakan rasa sakit.
Dengan demikian dapat diterangkan mengapa beberapa anak menderita konstipasi
tanpa sakit perut berulang. Demikian pula halnya dengan kondisi psikososial yang
buruk akan menimbulkan sakit perut berulang pada anak tertentu, tetapi tidak
pada anak lain (Boediarso, 2010).
2.1.4 Etiologi
Dari penelitian terdahulu hanya 7% kasus yang disebabkan oleh kelainan
organik yang akan menimbulkan sakit perut (Apley, 1959), hal ini meningkat
terhadap berbagai kondisi seperti konstipasi, abdominal, gastritis, ulkus peptikum
dihubungkan dengan Helycobacter pylori dan irritable bowel syndrome.
Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab dari
dalam saluran cerna, ginjal, dan lain-lain (Tabel 1). Penyebab sakit perut berulang
yang terbesar adalah faktor psikofisiologi (Boediarso, 2009).
Kelainan organik sebagai diagnosis banding penyebab sakit perut berulang
telah banyak dilaporkan, tetapi hanya ditemukan pada 5-15,6% kasus. Pada garis
besarnya kelainan organik sebagai penyebab sakit perut berulang dapat dibagi
menurut penyebab intra-abdominal dan extra-abdominal.
Penyebab intra-abdominal dapat diklasifikasikan lagi menurut penyebab
dari dalam saluran cerna, ginjal, dan lain-lain (Tabel 1). Pada tabel 2 dapat pula
dilihat kelainan organik sebagai penyebab sakit perut. Penyebab sakit perut
Tabel 1. Beberapa penyebab organik sakit perut berulang
Ekstra-abdominal
Intra-abdominal
Gastrointestinal Ginjal Lain-lain
Keracunan timbal
Tabel 2.Penyebab organik sakit perut berulang
Saluran urogenital Gastrointestinal Hematologi Lain-lain
2.1.5 Patofisiologi
Rasa sakit perut, baik mendadak maupun berulang, biasanya selalu
bersumber pada (Hegar, 2003):
1. Visera perut
2. Organ lain di luar perut
3. Lesi pada susunan saraf spinal
4. Gangguan metabolik
5. Psikosomatik
Reseptor rasa sakit di dalam traktus digestivus terletak pada saraf yang
tidak bermielin yang berasal dari sistim saraf otonom pada mukosa usus. Jaras
saraf ini disebut sebagai serabut saraf C yang dapat meneruskan rasa sakit lebih
menyebar dan lebih lama dari rasa sakit yang dihantarkan dari kulit oleh serabut
saraf A.
Reseptor nyeri pada perut terbatas di submukosa, lapisan muskularis dan
serosa dari organ di abdomen. Serabut C ini akan bersamaan dengan saraf
simpatis menuju ke ganglia pre dan paravertebra dan memasuki akar dorsa
ganglia. Impuls aferen akan melewati medula spinalis pada traktus spinotalamikus lateralis menuju ke talamus, kemudian ke konteks serebri.
Impuls aferen dari visera biasanya dimulai oleh regangan atau akibat
penurunan ambang batas nyeri pada jaringan yang meradang. Nyeri ini khas
bersifat tumpul, pegal, dan berbatas tak jelas serta sulit dilokalisasi. Impuls nyeri
dan visera abdomen atas (lambung, duodenum, pankreas, hati, dan sistem
empedu) mencapai medula spinalis pada segmen thorakalis 6, 7, 8 serta dirasakan
didaerah epigastrium.
Impuls nyeri yang timbul dari segmen usus yang meluas dari ligamentum
Treitz sampai fleksura hepatika memasuki segmen Th 9 dan 10, dirasakan di sekitar umbilikus. Dari kolon distalis, ureter, kandung kemih, dan traktus genitalia
perempuan, impuls nyeri mencapai segmen Th 11 dan 12 serta segmen lumbalis
pertama. Nyeri dirasakan pada daerah supra publik dan kadang-kadang menjalar
ke labium atau skrotum. Jika proses penyakit meluas ke peritorium maka impuls
Penyebab metabolik seperti pada keracunan timah dan porfirin belum jelas
patofisiologi dan patogenesisnya. Patofisiologi sakit perut berulang yang
fungsional (tidak berhubungan dengan kelainan organik) masih sulit dimengerti.
Diperkirakan ada hubungan antara sakit perut berulang fungsional dengan
penurunan ambang rangsang nyeri. Berbagai faktor psikologik dan fisiologik
dapat berperan sebagai mediator sebagai mediator atau moderator dari sakit perut
berulang fungsional (Tabel 3).
Psikologik Fisiologik
Juga diketahui ada hubungan yang kuat antara sakit perut berulang
fungsional dengan tipe kepribadian tertentu, yaitu sering cemas/gelisah, dan selalu
ingin sempurna. Pada anggota keluarga lainnya juga sering ditemukan kelainan
psikosomatik seperti migrain, kolon iritabel (ulshen, 2000).
Hubungan antara sistim susunan saraf pusat dan saluran cerna yang sangat
kompleks mungkin dapat membantu menjelaskan patofosiologi sakit perut
berulang fungsional.
2.1.6 Patogenesis
Hipersensitivitas visera diduga sangat berperan terhadap kejadian nyeri
perut non-organik pada anak. Gangguan motilitas terlihat pada anak yang
dilakukan pemeriksaan manometri. Pada pemeriksaan manometri terlihat
peningkatan intensitas kontraksi otot pada usus halus dan usus besar, serta waktu
singgah di dalam usus yang lambat (delayed intestinal transit time). Konsep
perubahaan ambang reseptor pada dinding saluran cerna, perubahan modulasi
dalam mengkonduksi impuls sensorik, dan perubahan ambang kesadaran di
susunan saraf pusat pada pasien dengan irritable bowel syndrome.
Peranan inflamasi dan imunomodulasi dalam patogenesis sakit perut
fungsional, perlu dipertimbangkan dengan ditemukannya proses inflamasi
nonspesifik pada biopsi jaringan saluran cerna (Boediarso, 2010 dan Wiryati, 2007). Mekanisme timbulnya sakit perut organik, ialah (Grace, 2006 dan
Boediarso, 2010).
1. Gangguan vaskuler. Emboli atau trombosis, ruptur, oklusi akibat torsi atau
penekanan seperti pada kista ovarium terpuntir dan jepitan usus pada
invaginasi.
2. Peradangan. Peradangan organ di dalam rongga peritonium menimbulkan
rasa sakit bila proses peradangan telah mengenal peritoneum parietalis.
Mekanisme perjalaran nyeri sama seperti peradangan pada umumnya yang
disalurkan melalui persyarafan somatik.
3. Gangguan pasase. Nyeri bisa ditimbulkan oleh adanya gangguan pasase
atau obtruksi organ yang berbentuk pembuluh, baik yang terdapat di dalam
rongga peritoneal atau pun retroperitoneal. Bila pasase dalam
saluran-saluran tersebut terganggu akan timbul rasa sakit akibat tekanan intra
lumen yang meninggi di bagian proksimal sumbatan. Sakit dirasakan
hilang timbul atau terus menerus dengan puncak nyeri yang hebat (kolik).
4. Penarikan dan peregangan peritoneum viseralis. Penarikan dan peregangan
pada peritoneum viseral dapat merangsang terjadinya nyeri yang bersifat
tumpul (dull pain).
Dalam prakteknya, keempat mekanisme timbulnya sakit perut jarang ditemukan
sendiri-sendiri, tapi umumnya merupakan proses campuran.
2.1.7 Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik sakit perut pada bayi dan anak bergantung pada umur
penderita. Pedoman yang dipakai untuk menyatakan seorang bayi atau anak sakit
• 0-3 bulan : umumnya digambarkan dengan adanya muntah.
• 3 bln-2 th : muntah, tiba-tiba menjerit, menangis tanpa adanya trauma
yang dapat menerangkannya.
• 2 th–5 th : dapat mengatakan sakit perut tetapi lokalisasi belum tepat.
• > 5 th : dapat menerangkan sifat dan lokalisasi sakit perut.
Sakit perut berulang variasinya cukup luas baik dalam hal frekuensi, waktu,
intensitas, lokasi dan gejala yang mengikuti. Mual, keringat, dingin, muntah,
pusing, pucat dan palpitasi sering menyertai sakit perut berulang. Gejala klinis
sakit perut berulang yang klasik dapat dilihat pada tabel 4. Pada sakit perut
berulang dengan gambaran klasik ini, etiologinya bukan kelainan organik
(Boediarso, 2010 dan Wiryati, 2007).
Diketahui tiga tipe sakit perut berulang yaitu : kolik periumbilikus (paling
sering), peptic symptoms’s (hampir sama dengan dispepsia non ulser pada
dewasa) dan nyeri perut bawah dengan gangguan buang air besar (ekivalen
dengan sindrom usus iritabel). Gejala klinis ini dapat menetap sampai dewasa
pada 30-50% kasus. Sakit perut berulang merupakan salah satu manifestasi dini
dari irritable bowel syndrome (Boediarso, 2010).
Tabel 4. Gejala klinis sakit perut berulang klasik
Paroksimal
Daerah perlumbilikus atau suprapubis
Nyeri berlangsung kurang satu jam
Nyeri tidak menjalar, kram atau tajam, tak membangunkan anak malam hari
Nyeri tidak berhubungan dengan makanan, aktifitas, kebiasaan buang air besar
Mengganggu aktivitas
Di antara dua episode terdapat masa bebas gejala
Pemeriksaan fisik (N), kecuali kadang-kadang sakit perut di kiri bawah
2.1.8 Diagnosis
2.8.1. Anamnesis (Markum, 1999; Boediarso, 2010 dan Wiryati, 2007).
• Usia: Sakit perut berulang biasanya terjadi pada usia 5-14 tahun.
• Jenis kelamin: Perempuan lebih sering mengalami sakit perut berulang
dibandingkan laki-laki (5:3).
• Riwayat sakit perut.
a. Lokalisasi.
Sakit yang disebabkan gangguan saluran pencernaan bagian atas biasanya
dirasakan di daerah epigastrium. Gangguan di ileum distal dan appendiks
dirasakan di daerah perut kanan bawah. Rasa sakit yang disebabkan oleh infeksi
usus ataupun gangguan psikis lokalisasinya sukar ditentukan.
b. Sifat dan faktor yang menambah / mengurangi rasa sakit.
Sakit yang berasal dari spasme otot polos usus, traktus urinarius, traktus
biliaris, biasanya berupa kolik yang sukar ditentukan lokalisasinya dengan tepat
dan tidak dipengaruhi oleh adanya batuk atau penekanan abdomen. Sakit yang
berasal dari iritasi peritoneum akan terasa menetap di tempat iritasi dan
menghebat bila penderita batuk atau ditekan perutnya.
c. Waktu timbul.
Waktu timbul yang dialami oleh sang anak dipengaruhi oleh apa
saja.Misalkan dapat dipengaruhi oleh jenis makanan, pola aktivitas dan lainnya.
d. Lama sakit perut.
Lamanya anak mengalami sangat perut juga sangat berpengaruh kepada
e. Frekuensi.
Begitu pula dengan freukensi, kadar seringnya terjadi nyeri perut juga dapat
menentukan hasil diagnosa dan pentalaksanaan yang dapat diberikan dengan
segera kepada anak.
f. Gejala yang mengiringi.
- Pola defekasi
- Pola kencing
- Siklus Haid
g. Akibat sakit perut pada anak:
a) Terdapatkah kemunduran kesehatan pada anak tersebut?
b) Bagaimana nafsu makan anak?
h. Gejala / gangguan traktus respiratorius
Adanya gangguan pada respiratori, bisa menyebabkan terjadinya nyeri
perut pada anak.
i. Gangguan muskuloskeletal
Nyeri perut ini, juga bisa disebabkan oleh adanya gangguan ataupun
kelainan pada muskuloskeletal.
j. Aspek psikososial:
a. Pola hidup dan kebiasaan pola tidur, aktivitas sehari-hari, makanan,
penggunaan toilet.
b. Lingkungan: tetangga, sekolah, perkawinan orang tua, keadaan rumah,
persaingan sesama saudara kandung, beban keuangan, disiplin yang terlalu
kaku.
c. Temperamen, pola respon yang dipelajari: bagaimana anak mengatasi
stress di masa lampau, gampang bergaul, kaku, perfeksionis, obsesif,
k. Trauma.
Trauma tumpul dapat menyebabkan hematoma subserosal ataupun
pankreatitis
l. Penyakit yang pernah diderita dalam keluarga.
Adakah di antara− keluarga yang menderita kista fibrosis, pankreatisis, ulkus peptikum, kolon irritable. Adakah faktor stress dalam keluarga. Pada anamnesis yang teliti kita sudah dapat mengetahui apakah penyebab sakit
perut berulang itu kelainan organik atau bukan (Tabel 5) (Boediarso, 2010)
Tabel 5. Tanda peringatan sakit perut berulang yang disebabkan kelainan organik
1. Nyeri terlokalisir, jauh dari garis tengah
2. Nyeri menjalar (punggung, bahu, ektremitas bawah)
3. Membangunkan anak pada malam hari
4. Timbul tiba-tiba
5. Muntah
6. Gangguan motilitas (diare, obstripusi, inkontinensia)
7. Pendarahan saluran cerna
8. Dysuria
9. Gangguan tumbuh kembang
10.Gejala sistemik : panas, arthalgia, ruam kulit
11.Riwayat keluarga : ulkus peptikum, H pylori, intoleransi laktosa, IBD
12.Kesadaran sesudah episode
13. Usia kurang dari 4 tahun atau lebih 15 tahun
2.8.2. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik harus dilakukan dengan lengkap mulai dari kepala
sampai keujung kaki walaupun titik beratnya pada abdomen. Perhatikan keadaan
periksa. Jika ia terbaring diam dan kesakitan bila berubah posisi maka ini
mungkin tanda abdomen akut (Hegar, 2003).
Pemeriksaan pada abdomen harus dilakukan pada posisi anak yang santai
dan dilihat/dicari: asimetri perut, bentuk perut (buncit, skapoid), gambaran usus,
nyeri terlokalisasi, adanya ketegangan dinding perut baik sebelum atau sesudah
rangsangan tangan, massa tumor, cairan ascites, nyeri tekan, bagaimana bising
usus di seluruh perut dan colok dubur (Wiryati, 2007).
Perlu dicari tanda-tanda kedaruratan seperti dinding abdomen yang kaku, defens
muskuler, nyeri tekan dan nyeri lepas. Disamping itu perlu juga dicari kemungkinan adanya hernia inguinalis strangulata atau inkarserata dan
pneumonia (Grace, 2006).
Perhatikan keadaan umum pasien, apakah tampak sakit ringan, sedang,
atau berat. Bila sangat berat dan disertai muntah hebat kemungkinan besar kasus
bedah. Sakit perut yang timbul karena rangsangan, batuk, nafas dalam dan
pergerakan kemungkinan disebabkan peritonitis. Bila nyeri terasa saat pasien
membungkuk mungkin disebabkan oleh pankreatitis. Bila disertai diare, muntah
dan kencing sedikit berarti sudah terdapat dehidrasi.
Pemeriksaan perut harus dilakukan dalam keadaan lemas (relaks). perut
yang tegang, adanya tahanan, nyeri tekan dan nyeri lepas mungkin merupakan
kasus bedah, karena pada infeksi saluran cerna biasanya hanya terdapat nyeri
tekan demikian pula dengan adenitis mesenterik. Perut yang kembung
(meteorismus) bisa disebabkan adanya intoleransi karbohidrat. Perhatikan adanya hernia atau pembesaran kelenjar getah bening (limfadenitis) didaerah lipat paha
(inguinal).
Lihat juga apakah ada purpura terutama didaerah bokong dan punggung
kaki, ada atau tidaknya pneumonia dan kemungkinan adanya infeksi saluran
kemih baik bagian atas atau bagian bawah (Ulshen, 2000).
2.8.3. Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
Mengingat begitu luasnya daftar diagnosis banding untuk sakit perut,
penyebabnya, tapi perlu diingat bahwa prosedur tersebut memerlukan biaya dan
sering tidak memberikan hasil positif.
Lagipula beberapa pemeriksaan bersifat invasif dan menyakitkan anak,
oleh karena itu anamnesis yang cermat dan terarah, pemeriksaan fisik yang teliti
dan menyeluruh dapat mengarahkan pada prosedur pemeriksaan yang diperlukan
(Ulshen, 2000 dan Khan, 2009).
A.Pemeriksaan laboratorium
Apusan darah dengan gambaran anemia zat besi dapat menyertai
kehilangan darah kronik. Leukositosis biasanya menyertai infeksi saluran kemih
dan usus, tetapi infeksi Salmonella biasanya leukopenia. Laju endap darah
meningkat pada infeksi usus. Pemeriksaan ureum dan elektrolit darah penting
pada diare dengan dehidrasi (Boediarso, 2010).
Pemeriksaan urin perlu dilakukan untuk menentukan adanya infeksi
saluran kemih, batu saluran kemih, kelainan hepatobilier, glomerulonefritis akut
dan sindrom nefrotik (Hegar, 2003).
Analisis tinja dapat dilakukan untuk melihat adanya kelainan hepatobilier,
kerusakan pankreas, infeksi bakteri atau parasit, alergi protein susu sapi, kelainan
bedah (invaginasi) dan malabsorpsi karbohidrat yang sering ditemukan pada
sindrom usus inflamatorik. Intoleransi laktosa dapat diperiksa dengan mengukur
pH tinja dan tes reduksi dalam tinja (Ulshen, 2000).
Pemeriksaan biokimia seperti klirens urea, kreatinin, amilase dan lipase
dapat membantu mengetahui adanya kelainan pada pankreas, hati dan sistem
bilier (Ulshen, 2000).
B.Pemeriksaan penunjang
Foto polos abdomen, berbaring dan tegak sangat penting untuk melihat
obstruksi usus, massa atau tinja dalam kolon, kalsifikasi pada pankreatitis kronik
dan beberapa jenis tumor, batu empedu dan gambaran mukosa usus pada colitis
Foto polos tiga posisi sangat diperlukan untuk menegakkan diagnosis
adanya obstruksi dan kelainan diluar traktus digestivus. Foto polos perut dan
pielografi intravena penting untuk menegakkan diagnosis traktus urinarius dan
batu di dalam saluran kemih (Smeltzer, 2002).
Barium kontras X-Ray merupakan indikasi utama untuk menentukan
kelainan pada saluran pencernaan bagian atas seperti ulkus peptikum dan lesi
peradangan kronik. Pemeriksaan barium meal untuk melihat kelainan usus halus.
Double contrast enema untuk melihat kelainan mukosa secara terperinci. Kolesistografi dilakukan untuk melihat malfungsi saluran empedu atau batu
empedu.
Pemeriksaan kolangiografi atas indikasi bila dicurigai adanya kista
koledokus atau pankreatitis. Pemeriksaan kontras saluran kemih (IVP, sistogram,
dll) bila dicurigai adanya infeksi atau disfungsi saluran kemih.
Pemeriksaan ultrasonografi (USG) dapat dilakukan bila diduga adanya kelainan
perut dan hepatobilier. Electroensefalograf (EEG), Electromiograf (EMG),
Electrocardiograf (EKG) untuk menyokong kecurigaan pada epilepsi perut,
spasmofilia atau hipokalsemia (Boediarso, 2010).
Pemeriksaan sigmoidoskopi dan kolonoskopi dilakukan untuk mendeteksi
kolitis ulserativa, kolitis pseudomembran atau penyakit Crohn. Pemeriksaan endoskopi dan radiologi dikerjakan apabila gejala klinis tidak memperlihatkan
perbaikan dan masih dipikirkan keterlibatan kelainan organik seperti ulkus
peptikum, lesi peradangan kronik pada lambung atau duodenum (Ulshen, 2000).
Pemeriksaan psikologik perlu dilakukan bila diduga kemungkinan
penyebab psikogenik atau pada pemeriksaan lainnya tidak ditemukan kelainan.
Oleh karena sebagian besar penyebab sakit perut tidak diketahui maka perlu
dipilih pemeriksaan mana saja yang benar-benar harus dilakukan dan
tahap-tahapnya sehingga tidak membebani anak dan keluarga dengan pemeriksaan yang
tidak perlu atau sebaliknya ada pemeriksaan yang perlu dilakukan tetapi terlewati
2.8.4. Kriteria Diagnosis
Keluhan saluran cerna fungsional umumnya bersifat kronis atau rekuren.
Pendekatan diagnosis sangat bergantung kepada kemampuan anak
mengemukakan keluhan yang dirasakannya, sehingga beberapa kelainan tidak
ditemukan pada anak di bawah usia tertentu.
Pemastian seorang anak menderita sakit perut fungsional tidak boleh
hanya berdasarkan ditemukannya gangguan emosi pada anak tersebut. Perlu
diingat bahwa kelainan organik yang berkepanjangan juga akan memberikan
dampak gangguan emosi pada seorang anak, karena itu anamnesis yang teliti dan
pemeriksaan fisik yang lengkap merupakan hal terpenting dalam melakukan
evaluasi anak dengan sakit perut (Wiryati, 2007 dan Chang L, 2009).
Adanya suatu kelainan organik perlu dipikirkan bila pada anamnesis dan
pemeriksaan fisik ditemukan beberapa hal yaitu seperti pada tabel 5 di atas.
Diagnosis nyeri perut yang banyak digunakan saat ini adalah Kriteria
Rome. Kriteria Rome membagi keluhan nyeri perut non-organik menjadi 5 kategori diagnosis, yaitu (Boediarso, 2010 dan Chang, 2009) :
1. Dispepsia Fungsional
Dispepsia adalah rasa sakit atau tidak nyaman (discomfort) pada
perut bagian atas (di atas umbilikus). Keluhan telah dirasakan selama
paling sedikit 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12
bulan terakhir. Rasa sakit tidak berhubungan dengan pola defekasi dan
bentuk tinja.
Berdasarkan gejala klinis, Dispepsia fungsional dibagi menjadi 3
bentuk, yaitu (1) Ulcer like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa
sakit, (2) dysmotility like dyspepsia, bila yang dirasakan adalah rasa tidak
nyaman, dan (3) Unspecified (non specific) dyspepsia, bila keluhan yang
disampaikan pasien tidak memenuhi kriteria ulcer atau dysmotility
sering sendawa, mual, retching, atau muntah. Semua keluhan di atas
mencerminkan gangguan pada saluran cerna atas.
2. Sindrom Usus Iritabel
Sakit perut atau rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan
perubahan pola defekasi dan bentuk tinja. Anak telah cukup matang untuk
menjelaskan rasa sakit yang dialami selama paling sedikit 12 minggu,
tidak perlu berurutan, dalam kurun waktu 12 bulan terakhir. Keluhan akan
hilang setelah defekasi. Kemungkinan adanya kelainan organik perlu
dipikirkan bila ditemukan rasa sakit pada malam hari, diare, perdarahan
per rektum, demam atau penurunan berat badan dan riwayat sindrom usus
iritabel dalam keluarga.
3. Nyeri perut fungsional
Sakit dirasakan di daerah periumbilikus berlangsung secara terus
menerus pada anak usia sekolah atau remaja, tidak berhubungan dengan
keadaan fisiologis seperti makan, defekasi, atau menstruasi, beberapa
kasus mengganggu aktivitas sehari-hari. Episode berlangsung kurang dari
1 jam, bahkan kadangkala hanya berlangsung beberapa menit.
Rasa sakit umumnya tidak sampai membangunkan anak pada saat
tidur, tetapi sakit yang dirasakan pada malam hari seringkali menyebabkan
anak tidak dapat tidur. Anak umumnya mempunyai masalah emosi, sifat
perfeksionis, kesulitan belajar, dan orangtua mempunyai harapan yang
terlalu besar kepada anak.
Anak sering pula mengeluh sakit kepala, mual (tanpa muntah), dan
letih. Faktor psikologis berupa kecemasan atau depresi, gejala somatisasi,
serta fobia sekolah perlu dipikirkan.
4. Migren perut
Sakit perut timbul secara paroksismal pada daerah garis tengah
dan diselingi periode tidak sakit selama beberapa minggu hingga beberapa
bulan.
Keluhan lain (minimal 2 keluhan) seperti sakit kepala, takut
terhadap cahaya, riwayat migren di dalam keluarga, sakit kepala pada satu
sisi, dan aura sebagai prodomal serangan sakit (visual, sensorik, atau
motorik) juga ditemukan pada anak dengan migren perut. Keluhan telah
berlangsung dalam kurun waktu 12 bulan dengan minimal 3 kali serangan.
5. Erofagia
Udara yang tertelan dapat menyebabkan distensi perut secara
berlebihan sehingga mengganggu masukan minum/makan anak. Keluhan
berlangsung selama minimal 12 minggu, tidak perlu berurutan, dalam
kurun waktu 12 bulan terakhir. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisis
terlihat distensi perut akibat adanya udara di dalam lumen usus, sendawa
berulang kali, dan sering flatus. Erofagia seringkali tidak terlalu
diperhatikan oleh orangtua.
Erofagia perlu dipikirkan apabila pada saat pemeriksaan fisis ditemukan suara menelan berulang kali yang disertai keluhan tersebut di
atas. Keluhan dan gejala klinis akan hilang pada saat tidur. Kecemasan
yang dialami oleh seorang anak dapat menyebabkan perilaku menelan
secara berlebihan (Markum, 1999).
2.1.9 Penatalaksanaan
Pertama kali yang harus diperhatikan dalam menghadapi nyeri perut pada
anak adalah memilah apakah kelainan fungsional (kelainan organik) atau
psikogenik (psikosomatik) yang mendasari keluhan tersebut. Pemeriksaan
penunjang tidak menjadi urutan pertama pada nyeri perut tanpa gejala-gejala yang
pasti. Meskipun belum disepakati oleh semua negara tetapi sebagian besar sudah
menyetujui penggunaan Kriteria Rome untuk diagnosis nyeri perut fungsional.
Tata laksana dimulai dengan melakukan wawancara dengan anak dan
wawancara merupakan hal penting yang harus diperhatikan. Penggunaan buku
harian oleh orangtua dan anak untuk mencatat jenis makanan, derajat nyeri (skor),
pola defekasi dan keluhan spesifik lainnya.
Dengan pemantauan tersebut diharapkan mereka akan lebih memberikan
perhatian terhadap keluhan yang dirasakan. Anak diajak ikut serta mengevaluasi
penyakitnya dengan menuliskan apa yang dirasakan. Beberapa data perlu
diketahui seperti prestasi belajar, stress emosi di keluarga maupun di sekolah,
aktivitas sosial, dan perkembangan aktivitas dalam beberapa bulan terakhir
(Boediarso, 2010).
Seringkali sulit untuk memilah melakukan pendekatan psikogenik atau
organik, maka sesuai dengan data epidemiologi kejadian nyeri perut pada anak,
umur 4 tahun dipakai sebagai batas umur untuk memilah melakukan pendekatan
diagnostik, dimana anak di bawah 4 tahun lebih dihubungkan dengan kelainan
organik, pemeriksaan penunjang tetap dilakukan walaupun sebagian besar kasus
nyeri perut pada anak tidak memperlihatkan kelainan organik. Pada keadaan
tersebut, alarm symptoms atau signal sign dapat digunakan sebagai dasar
pendekatan tata laksana (Kartono, 2000).
Beberapa kelainan nyeri perut non-organik memerlukan medikamentosa
sebagai terapi suportif, walaupun sejauh ini penelitian kontrol mengenai terapi
dispepsia fungsional pada anak masih terbatas. Obat dan makanan yang dianggap
dapat menimbulkan keluhan sebaiknya dihentikan. Agonis reseptor H2, Pompa
Proton Inhibitor banyak diberikan pada dyspepsia, prokinetik dapat diberikan
pada dispepsia tipe dismotilitas.
Faktor psikologis sebagai pencetus keluhan perlu diketahui. Apabila faktor
stres psikologis sangat menonjol, maka diperlukan kerjasama antara dokter dan
keluarga dalam menyusun strategi mengurangi faktor stres tersebut. Penjelasan
kepada anak dan orangtua tentang penyakitnya sangat diperlukan, meskipun
keluhan yang dirasakan sangat mengganggu, anak perlu tahu bahwa hal tersebut
bukanlah sesuatu yang serius. Pencatatan harian tentang keluhan yang diderita
Obat-obat anti-depresi seperti imipramin atau amitriptilin digunakan pada
orang dewasa, sedangkan pada anak belum ada laporan studi kontrol.
Siproheptadine efektif pada beberapa kasus dengan sakit kepala migren dan
muntah. Pada kasus dengan konstipasi sangat dianjurkan pemberian diet tinggi
serat (diet yang direkomendasikan : umur dalam tahun + 5 gr), dan penggunaan
minuman yang mengandung bikarbonat harus dihentikan (Wiryati, 2007).
Pengobatan diberikan sesuai etiologi. Pada sakit berulang fungsional
pengobatan ditujukan kepada penderita dan keluarga bukan hanya mengobati
gejala. Tujuan pengobatan ialah memberikan rasa aman serta edukasi kepada
penderita dan keluarga sehingga kehidupan keluarga menjadi normal kembali dan
dapat mengatasi rasa sakit sehingga dapat melaksanakan aktivitas sehari-hari
dengan baik (Boediarso, 2010).
Penting untuk menentukan apakah nyeri perut membutuhkan suatu
tindakan bedah atau tidak, perlu dipikirkan pada keadaan sakit mendadak, kolik,
tempatnya tertentu, jauh dari umbilikus, bertambah nyeri dengan aktivitas, muntah
yang berwarna hijau atau feses. Pada keadaan ini maka anak harus dirawat di
rumah sakit (Ulshen, 2000).
Untuk nyeri psikogenik kadang-kadang diperlukan pula konsultasi ke
psikolog dan atau psikiater anak. Pemberian obat seperti antispasmodik,
antikolinergik, antikonvulsan dan anti-depresan tidak bermanfaat (Ulshen, 2000).
2.1.10 Prognosis
Banyak faktor yang mempengaruhi sakit perut pada anak (Ulshen, 2000):
1) Anak dari keluarga yang banyak menderita sakit perut cenderung
mengalami sakit perut berulang dibanding keluarga yang normal.
2) Anak perempuan mempunyai kemungkinan lebih besar untuk sembuh dari
sakit perutnya daripada anak laki-laki tetapi mempunyai kemungkinan
lebih besar untuk berkembang menjadi gejala lain.
3) Lebih muda anak yang menderita sakit perut (sebelum usia 6 bulan)
2.2. Pengetahuan
2.2.1. Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari “tahu” dan terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi
melalui panca indera manusia, yakni indera pengihatan, pendengaran, penciuman,
rasa dan raba. Pengetahuan merupakan pokok yang sangat penting untuk
terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.2.2. Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan dapat dibagi atas enam bagian, yaitu : (1) tahu
(know) ; sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya
termasuk dalam pengetahuan tingkat ini ialah mengingat kembali (recall)
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan
yang diterima , (2) memahami (comprehension) ; sebagai suatu kemampuan untuk
menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui sehingga dapat
menginterpretasikan materi tersebut dengan benar , (3) aplikasi (application) ;
sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi
dan kondisi yang sebenarnya , (4) analisa (analysis) ; suatu kemampuan untuk
menjabarkan materi suatu objek dalam komponen tetapi masih didalam struktur
organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain , (5) sintesis
(synthesis) ; menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kesembuhan baru , (6) evaluasi
(evaluation) ; berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau
objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau
BAB 3
KERANGKA KONSEP PENELITIAN dan DEFENISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Konsep
Pengetahuan ibu
Berdasarkan: - Umur
- Pendidikan
- Jlh. Anak
- Pekerjaan
3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Nyeri Perut
Nyeri perut adalah sensasi subjektif yang tidak menyenangkan yang terasa
di regio abdomen. Nyeri perut pada anak terbagi atas 2 yaitu nyeri perut akut dan
nyeri perut berulang. Dan biasanya nyeri perut akut tersebut membutuhkan
tindakan bedah langsung sedangkan sakit perut berulang merupakan gejala yang
paling sering dialami oleh anak-anak di seluruh dunia dan menyebabkan tingginya
tingkat absensi anak di sekolah serta penggunaan sumber daya kesehatan. Kriteria
dari nyeri perut akut adalah nyeri yang dirasakan begitu hebat yang terjadi secara
tiba-tiba dan sedangkan nyeri perut berulang penyebabnya dapat dikelompokkan
menjadi 3 yaitu organik yang di sebabkan oleh kerusakan organ, disfungsional
yang dikarenakan terdapat kelainan pada suatu organ atau malah sulit terdeteksi
dan yang ketiga adalah psikogenik yang biasanya dipicu oleh stress yang sangat
berlebihan.
Nyeri Perut pada
3.2.2 Pengetahuan
Pengetahuan menunjukkan seberapa besar Ibu mengetahui mengenai nyeri
perut, akibat dan pencegahannya. Pengetahuan adalah jawaban responden yang
berkaitan dengan nyeri perut pada anak. Pengetahuan disini akan mencakup
mengenai pengertian nyeri perut, tanda-tanda nyeri perut, bahaya nyeri perut,
penyebab nyeri perut, pertolongan terhadap penderita, dan pencegahan nyeri perut
ini sendiri.
Pengetahuan mengenai pengertian, klasifikasi dan penyebab beserta
perjalanan gejala penyakit diwakili oleh soal nomor 1, 2, 4, 5, 6, 7, 8, 10 dan 11.
Pengetahuan mengenai tanda-tanda (gejala penyerta) diwakili oleh soal nomor 3,
9, 12 dan 13 sedangkan mengenai pertolongan terhadap penderita diwakili oleh
soal nomor 14. Pengetahuan mengenai pencegahan dari gejala penyakit beserta
prognosisnya diwakili oleh soal nomor 15 dan 16 .
Untuk mengetahui gambaran pengetahuan kaum ibu tersebut digunakan
kuesioner sebagai instrumen. Dalam kuesioner tersebut diajukan 16 pertanyaan
dengan bentuk pertanyaan pilihan berganda, dimana total nilai 80, apabila
responden menjawab pertanyaan dengan benar diberi nilai 5 dan apabila salah
diberi skor 0.
Tingkat pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori, yaitu:
a. Tingkat pengetahuan “BAIK” apabila responden dapat menjawab dengan
benar ≥ 75% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
b. Tingkat pengetahuan “CUKUP” apabila responden dapat menjawab
dengan benar 40% sampai 75% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang
diberikan.
c. Tingkat pengetahuan “KURANG” apabila responden dapat menjawab
dengan benar ≤ 40% dari jumlah keseluruhan pertanyaan yang diberikan.
3.2.3 Anak
Menurut undang-undang No.23 Tahun 2009, definisi anak pada Pasal 1
belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam
kandungan.
3.2.4. Kaum Ibu
Kaum Ibu adalah ibu (wanita yang telah menikah atau membina keluarga
serta belum memiliki anak ataupun telah mempunyai anak) yang tinggal di
Kompleks Perumahan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan Sumatera Utara
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey yang bersifat deskriptif
dengan cara pengambilan data cross sectional, yaitu dimana disini peneliti
mencari hubungan antara pengetahuan para ibu dengan melakukan pengukuran
sesaat dengan menggunakan kuesioner. Tentunya tidak semua subyek harus
diperiksa pada hari ataupun saat yang sama, namun pengetahuan ibu mengenai
nyeri perut diukur menurut keadaan atau statusnya pada waktu obeservasi, jadi
pada desain cross sectional tidak ada tindak lanjut atau follow up.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah Kompleks Perumahan Penelitian Kelapa Sawit
di Kecamatan Medan Maimun Kelurahan Kampung Baru pada bulan Agustus
sampai Oktober 2010.
4.3 Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi target dalam penelitian ini adalah semua ibu yang telah
memiliki anak. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini adalah semua
ibu yang telah memiliki anak yang bertempat tinggal tetap di Kompleks
Perumahan Pusat Penelitian Kelapa Sawit.
Sampel yang diambil dalam penelititan ini adalah yang memenuhi
kriteria sebagai berikut:
Kriteria inklusi data yaitu:
1) Ibu yang telah memiliki anak dari usia 1 tahun sampai 18 tahun.
2) Ibu yang memiliki waktu di rumah lebih dari 15 jam.
3) Ibu yang bersedia ikut dalam penelitian.
Kriteria eksklusi data yaitu:
1) Para Ibu yang tidak memiliki waktu untuk ikut dalam penelitian.
2) Para ibu yang belum memiliki anak.
3) Para ibu yang sibuk dalam pekerjaan sehingga tidak memiliki waktu
luang merawat anak.
4) Para ibu yang bekerja ataupun memiliki kesibukan lainnya lebih dari 8
jam perhari diluar rumah.
5) Para ibu yang bekerja di bidang medis baik perawat, bidan, dokter
ataupun instalasi lain yang bergerak di bidang kesehatan.
Tehnik penarikan sampel menggunakan non probability sampling jenis
quota sampling. Dimana di sini sampel yang akan di ambil telah ditentukan
jumlah dan kriterianya. Dan dalam pengaplikasian telah di peroleh 120 jumlah
populasi dan kriteria sesuai yang dipaparkan di atas (Wahyuni, 2007).
Sedangkan untuk besarnya sampel yang akan diambil didalam penelitian
ini sehingga dapat mewakili populasi populasi ataupun sampel yaitu;
N.Z²1-α/2 P.(1-P)
n =
(N-1)d² + Z²1-α/2. P.(1-p)
Keterangan
n : Besar sampel minimum
Z1-α/2 : Nilai distribusi normal baku pada α tertentu
P : Harga proporsi di populasi
d : Kesalahan (absolut) yang dapat ditolerir
N : Jumlah di populasi
Apabila d aplikasikan ke dalam rumus:
120. (1, 96)². 0, 5. (1-0, 5)
n =
460, 992 . 0, 23
n =
1,19 + 0, 9604
n = 53, 6
Maka setelah dijumlahkan menurut perumusan di atas maka diperoleh
hasil yaitu 53,6 maka selanjutnya akan digenapkan menjadi 54 (Wahyuni, 2007).
4.4 Metode Pengumpulan Data
Pengumpulan data secara primer dimana data langsung di ambil dari
subjek penelitian dengan cara memberikan kuesioner. Data primer yang diperoleh
tersebut berupa perilaku ibu (Pengetahuan) dalam menangani nyeri perut yang
diderita anaknya melalui kuesioner.
Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini telah diuji validitas dan
reliabilitasnya dengan menggunakan teknik korelasi “product moment” dan uji
Cronbach (Cronbach Alpha) dengan menggunakan program SPSS seri 17,0. Sampel yang digunakan dalam uji validitas memiliki karakter yang hampir sama
dengan sampel dalam penelitian ini. Jumlah sampel dalam uji validitas dan
reliabilitas ini sebanyak 10 orang. Hasil uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat
pada lampiran.
4.5 Metode Analisis Data
Data dan kuesioner dari setiap kuesioner akan diperiksa kelengkapan
informasinya. Pada setiap data akan dilakukan pemeriksaan kesalahan dan
kekeliruan dalam pengumpulan data melalui kuesioner yang ada (proses editing),
kemudian dilakukan penomoran pada setiap lembar responden (coding), dan
memasukkan data dalam bentuk tabel-tabel distribusi untuk mempermudah
analisa dan pengolahan data serta pengambilan kesimpulan (tabulating). Seluruh
data akan dimasukkan ke dalam komputer (data entry) untuk dianalisa. Analisis
mengenai pengetahuan, sikap dan tindakan terhadap nyeri perut dilakukan secara
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian berada di wilayah Kecamatan Medan Maimun yang
merupakan salah satu dari 21 kecamatan di kota Medan, Sumatra Utara,
Indonesia. Kecamatan Medan Maimun berbatasan dengan Medan Polonia di
sebelah barat, Medan Kota di timur, Medan Johor di selatan, dan Medan Petisah
di utara.
Kecamatan Medan Maimun yang memiliki luas 2, 98 km² ini terdiri dari 6
kelurahan, yaitu kelurahan Sukaraja, kelurahan AUR, kelurahan Jati, kelurahan
Hamdan, kelurahan Sei Mati, dan kelurahan Kampung Baru. Kompleks Pusat
Penelitian Kelapa Sawit berada di kelurahan Kampung Baru, yang tepatnya
berada di jalan Brigadir Jenderal Katamso.
5.1.2. Karakteristik Responden
Responden dalam penelitian ini adalah kaum Ibu yang tinggal di
Kompleks PPKS Medan pada tahun 2010. Berdasarkan tabel 6.1. dapat dilihat
bahwa usia responden yang paling banyak terdapat pada kelompok usia 41 sampai
50 tahun yaitu sebanyak 21 (39,1%) sedangkan usia responden terendah berada
dalam kelompok usia diatas 50 tahun yaitu sebanyak 4 (7,5%).
Pendidikan terakhir responden terbagi atas 5 jenjang pendidikan yaitu, SD
(sekolah dasar), SMP (sekolah menengah pertama), SMA/ SMK (sekolah
menengah umum/ kejuruan), Diploma (D1, D3 dan D3) dan S1. Melalui tabel 6.1.
dapat dilihat bahwa pendidikan terakhir responden yang paling banyak adalah
SMA/SMK, yaitu sebanyak 26 (48,1%), sedangkan pendidikan terakhir responden
terendah adalah SD yaitu sebanyak 5 (9,3%) dan sisanya berpendidikan SMP
yaitu sebanyak 14 (25,9%), S1 sebanyak 5 (9,3%) serta DIPLOMA sebanyak 4
Dari tabel 6.1. dapat dilihat bahwa mayoritas responden bekerja sebagai
ibu rumah tangga yaitu sebanyak 42 (77,8%), sebagai pegawai negeri sipil (PNS)
sebanyak 5 (9,3%), sebagai karyawan sebanyak 4 (7,4%), sebagai guru sebanyak
2 (3,7%) dan wiraswasta 1 (1,9%).
Sedangkan jumlah anak dari setiap responden yang paling banyak adalah
berjumlah 2 sebanyak 14 (25,9%), dengan jumlah anak 4 sebanyak 11 (20,4%),
dengan jumlah anak 3 sebanyak 11 (20,4%), dengan jumlah anak 1 sebanyak 11
(20,4%), dengan jumlah anak 6 sebanyak 4 (7,4%) dan jumlah anak terendah
dengan jumlah anak 6 sebanyak 4 (7,4%).
Tabel 6.1. Distribusi Karakteristik Responden di Kompleks PPKS Medan 2010
5.1.3. Hasil Analisa Data 1) Pengetahuan Responden
Pengetahuan responden dinilai berdasarkan 16 pertanyaan yang mencakup
informasi yang diketahui responden mengenai nyeri perut pada anak, antara lain
pengertian gejala nyeri, penyebab dari nyeri perut, tindakan yang harus dilakukan
hingga upaya pencegahan yang harus dilakukan responden terhadap anaknya.
Berdasarkan tabel 6.2. dapat dilihat bahwa mayoritas pengetahuan responden
mengenai nyeri perut terhadap anak adalah cukup, yaitu sebanyak 46 orang
(85,2%), sedangkan sebanyak 8 orang (14,8%) berpengetahuan baik dan tidak
terdapat seorang responden pun yang berpengetahuan kurang.
Tabel 6.2. Pengetahuan Responden mengenai Nyeri Perut pada Anak di Kompleks PPKS Medan pada Tahun 2010
Pengetahuan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 8 14,8
Cukup 46 85,2
Kurang 0 0
Jumlah 54 100
2) Distribusi Frekuensi Pengetahuan berdasarkan Pendidikan Terakhir
Berdasarkan tabel 6.3. dapat dilihat bahwa responden dengan pengetahuan
baik mayoritas mengemban pendidikan terakhir SMA ataupun SMK, yakni 5
orang (62,5%). Responden dengan pengetahuan cukup (sedang) mayoritas
mengemban pendidikan terakhir SMA/SMK sebanyak 21 orang (45,6%).
Sedangkan responden dengan pengetahuan kurang tidak ditemukan pada
Tabel 6.3. Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Nyeri Perut pada Anak di Kompleks PPKS Medan pada Tahun 2010 berdasarkan Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan Terakhir
Tingkat Pengetahuan
Total Cukup
(Sedang) Baik Kurang f % f % f %
SD 4 8,7 1 12,5 0 0 5
SMP 13 28,3 1 12,5 0 0 14
SMA/SMK 21 45,6 5 62,5 0 0 26
DIPLOMA 3 6,5 1 12,5 0 0 4
S1 5 10,9 0 0 0 0 5
TOTAL 46 100 8 100 0 0 54
3) Distribusi Frekuensi Pengetahuan berdasarkan Usia
Berdasarkan tabel 6.4. dapat dilihat bahwa responden dengan pengetahuan
baik mayoritas berada pada kelompok usia 30-40 tahun, yakni 3 orang (37,5%).
Responden dengan pengetahuan cukup (sedang) mayoritas berada pada kelompok
usia 41-50 tahun, yakni 20 orang (43,5%). Sedangkan untuk pengetahuan kurang,
tidak terdapat satu pun responden dengan kriteria pengetahuan kurang
Tabel 6.4. Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Nyeri Perut pada Anak di Kompleks PPKS Medan pada Tahun 2010 berdasarkan Usia Responden
Kelompok usia
Tingkat Pengetahuan
Total Baik Cukup
(Sedang) Kurang f % f % f %
>30 tahun 2 25 7 15,2 0 0 9
30-40 tahun 3 37,5 17 37 0 0 20
41-50 tahun 1 12,5 20 43,5 0 0 21
>50 tahun 2 25 2 4,3 0 0 4
Total 8 100 46 100 0 0 54
6) Distribusi Frekuensi Pengetahuan berdasarkan Pekerjaan
Berdasarkan tabel 6.5. dapat dilihat bahwa responden dengan jenis
pekerjaan Ibu rumah tangga yaitu 4 orang (50%) memiliki pengetahuan yang baik.
Responden dengan jenis pekerjaan ibu rumah tangga juga mempunyai
pengetahuan yang cukup (sedang), yakni 38 orang (82,6%). Responden dengan
Tabel 6.5. Distribusi Frekuensi Pengetahuan mengenai Nyeri Perut pada Anak di Kompleks PPKS Medan pada Tahun 2010 berdasarkan Pekerjaan Responden
Jenis Pekerjaan
Tingkat Pengetahuan
Total Baik Cukup
(Sedang) Kurang f % f % f %
Guru 0 0 2 4,3 0 0 2
Karyawan 3 37,5 1 2,2 0 0 4
Wiraswasta 1 12,5 0 0 0 0 1
PNS 0 0 5 10,9 0 0 5
Ibu Rumah 4 50 38 82,6 0 0 42
Tangga
Total 8 100 46 100 0 0 54
5) Distribusi Frekuensi Pengetahuan berdasarkan Jumlah Anak
Berdasarkan tabel 6.6. dapat dilihat bahwa responden dengan pengetahuan
baik mempunyai jumlah anak hanya 1, yakni 3 orang (37,5%), responden dengan
pengetahuan cukup (sedang) mayoritas mempunyai jumlah anak 2, yakni 12 orang
(26,1%). Untuk pengetahuan kurang, tidak terdapat satu pun responden dengan