TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT DI DAERAH PASAR V
LINGKUNGAN X KELURAHAN TANJUNG SARI SETIABUDI MEDAN
TENTANG TANDA – TANDA MATI
Oleh:
ELISYAH GUNAWAN
NIM : 070100350
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
LEMBAR PENGESAHAN
Tingkat Pengetahuan Masyarakat di Daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan Tentang Tanda-Tanda Mati
Nama : Elisyah Gunawan NIM : 070100350
Pembimbing Penguji I
(dr. Mistar Ritonga, Sp.F) (dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes) NIP: 19520408 198903 1 001 NIP: 19731015 200112 2 002
Penguji II
(dr. Nurfida Khairani A, M.Kes) NIP: 197000819 199903 2 001
Medan, 15 Desember 2010 Dekan
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
ABSTRAK
Mati adalah terhentinya triple life secara permanent, dimana tanda-tanda kematian yang penting adalah terhentinya denyut jantung, terhentinya pergerakan, terhentinya pernafasan, kulit terlihat pucat, melemasnya otot-otot tubuh, dan terhentinya aktivitas otak. Ada beberapa kasus yang perlu diperhatikan tentang tanda-tanda mati, karena merupakan problematik yang sifatnya nasional.Hal ini disebabkan karena belum tersosialisasinya Fatwa Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 1990 tentang kapan seseorang dikatakan mati .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengertian mati, tanda-tanda mati, dan kapan seseorang dikatakan mati.
Penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif yang bersifat cross sectional.Subjek penelitian ini adalah 109 masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan.Subjek yang memenuhi syarat dan bersedia mengikuti penelitian ini telah diberi penjelasan mengenai tujuan dari penelitian.Responden diberikan kuisioner untuk dijawab, selanjutnya data dianalisa dengan deskriptif program SPSS 17.0.
Dari hasil pengolahan data didapati tingkat pengetahuan dari 109 responden yakni 72 (66,1%) responden yang berpengetahuan baik, 35 (32,5%) responden berpengetahuan sedang, dan 2 (1,8%) responden berpengetahuan kurang.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa tingkat pengetahuan masyarakat di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan tentang tanda-tanda mati adalah baik.
ABSTRACT
Death is the end of triple life permanently, where the signs of death that matters is the cessation of heartbeat, a cessation of movement, cessation of breathing, pale skin, limp body muscles, and the cessation of brain activity.There are some cases that need attention on the signs of death, because it is the problematic nature is due not nasional.Socialitation Fatwa Indonesian Doctors Association (IDI) in 1990 about when someone is said to die.
The purpose of this study was to know extent of public knowledge about the understanding of death, signs of death, and when someone is said to die.
The study was a descriptive type of research that is cross sectional.Subjek this study were 109 people living in the area of Market Environment X V village of Tanjung Sari Setiabudi Medan.Subjek qualified and willing to participate in this study have been given an explanation about the purpose of research.Responden given questionnaires to answer, then the data were analyzed with descriptive analysis SPSS17.0 program.
From the data processing level of knowledge found to result from 109 respondents ie 72 (66.1%) of respondents knowledgeable good, 35 (32.5%) respondents were knowledgeable, and 2 (1.8%) of respondents knowledgeable about.
The conclusion of this study is that the level of public knowledge in the area of Market Environment X V village of Tanjung Sari Setiabudi Medan on the signs of death is good.
Kata Pengantar
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan kasih dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan judul “Tingkat Pengetahuan Masyarakat di Daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan Tentang Tanda-Tanda Mati” sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked) pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Proses penulisan Karya Tulis Ilmiah ini tidak terlepas dari bimbingan, bantuan, dukungan, dan do’a dari berbagai pihak.Dalam kehormatan ini ucapan terima kasih yang tidak terhingga penulis sampaikan kepada:
1. Prof. dr. Gontar A. Siregar, Sp.PD-KGEH, Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. dr. Mistar Ritonga, Sp.F selaku dosen pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini yang selalu memberikan waktu untuk membimbing dan memberikan saran kepada penulis dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
3. dr. Sarma Nursani Lumbanraja, Sp.OG selaku dosen penasihat akademik yang telah membimbing saya selama masa perkuliahan.
4. dr. Mutiara Indah Sari, M.Kes dan dr. Nurfida Khairani Arrasyid, M.Kes selaku dosen penguji laporan karya tulis ilmiah penulis yang telah memberikan kritik dan saran demi kesempurnaan laporan karya tulis ilmiah penulis.
5. Seluruh staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan pengajaran kepada penulis selama mengikuti pendidikan.
6. Orangtua penulis tercinta Bapak Syahwinal Dalimunthe dan Ibu Hj. Roslina Dewi Siregar yang selalu memberi semangat dan dukungan kepada penulis.
8. Dan teman-teman terdekat penulis Sahid Jaya Lubis, Debby Karina, Silvia Brahmana, Suhenda Ginting, Jossuadi Siregar, Mirhansyah, Caroline, Sri Ramadhani, Dewi Puji , Sondang Napitupulu, Rodeo Siahaan, Deddy Kristofer, Yohannes Nauman, yang telah membantu untuk menyumbangkan tenaga, ide, dan pikiran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
Akhirnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat disebutkan satu persatu penulis ucapkan terima kasih. Dan semoga Tuhan selalu memberikan rahmat dan hidayahNya kepada kita.
Medan, November 2010 Hormat Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN i
ABSTRAK ii
ABSTRACT iii
KATA PENGANTAR... iv
DAFTAR ISI vi
DAFTAR TABEL viii
DAFTAR GAMBAR... ix
DAFTAR LAMPIRAN x
ix
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
111
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Penelitian 2
1.3.1. Tujuan Umum 2
1.3.2. Tujuan Khusus 2
1.4. Manfaat Penelitian 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengetahuan
2.1.1. Definisi Pengetahuan 3
2.1.2. Tingkat Pengetahuan 3
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mermpengaruhi
Pengetahuan 4
2.2. Mati
2.2.2. Jenis mati 6
2.2.3 Istilah-Istilah Tentang Mati 8
2.2.4 Tanda Mati 10
2.2.5 Perkiraan Saat Kematian 16
BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1. Kerangka Konsep Penelitian 18
3.2. Definisi Operasional Penelitian 18
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Jenis Penelitian
20
4.2. Tempat dan waktu Penelitian 20
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 20
4.4. Tekhnik Pengumpulan Data 21
4.5. Metode Analisis Data 21
BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 5.1. Hasil Penelitian
5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian 22
5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden 23 5.1.3 Deskripsi Frekuensi Pengetahuan Responden . 24
5.1.3. Hasil Analisa Data 29
5.2. Pembahasan 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan 31
6.2. Saran 31
DAFTAR PUSTAKA 32
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Pasar V
Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan 23 Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Pengertian Mati 24
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Mata Keruh Merupakan Tanda Kematian 24
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Anak Mata Melebar Merupakan Tanda Kematian 25 Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Kulit Dingin Merupakan Tanda Kematian 25
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Kulit Tidak Bercahaya Merupakan Tanda Kematian 26 Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Nadi Tidak Teraba Merupakan Tanda Kematian 26 Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Punggung Biru Merupakan Tanda Kematian 27
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Badan Sudah Kaku Merupakan Tanda Kematian 27 Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Kuku Bila Ditekan dan Dilepas Tetap Terlihat Pucat
Merupakan Tanda Kematian 28
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai
Telah Terjadi Pembusukan Merupakan Tanda Kematian 28
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 2 Kuisioner
Lampiran 3 Lembar Penjelasan
Lampiran 4 Data Induk Responden Uji Validitas dan Realibilitas
Lampiran 5 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas
Lampiran 6 Frekuensi Karakteristik Responden
Lampiran 7 Frekuensi Karakteristik Pengetahuan
Lampiran 8 Lembar Persetujuan Komisi Etik (Ethical Clearence)
ABSTRAK
Mati adalah terhentinya triple life secara permanent, dimana tanda-tanda kematian yang penting adalah terhentinya denyut jantung, terhentinya pergerakan, terhentinya pernafasan, kulit terlihat pucat, melemasnya otot-otot tubuh, dan terhentinya aktivitas otak. Ada beberapa kasus yang perlu diperhatikan tentang tanda-tanda mati, karena merupakan problematik yang sifatnya nasional.Hal ini disebabkan karena belum tersosialisasinya Fatwa Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 1990 tentang kapan seseorang dikatakan mati .
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat pengetahuan masyarakat tentang pengertian mati, tanda-tanda mati, dan kapan seseorang dikatakan mati.
Penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif yang bersifat cross sectional.Subjek penelitian ini adalah 109 masyarakat yang bertempat tinggal di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan.Subjek yang memenuhi syarat dan bersedia mengikuti penelitian ini telah diberi penjelasan mengenai tujuan dari penelitian.Responden diberikan kuisioner untuk dijawab, selanjutnya data dianalisa dengan deskriptif program SPSS 17.0.
Dari hasil pengolahan data didapati tingkat pengetahuan dari 109 responden yakni 72 (66,1%) responden yang berpengetahuan baik, 35 (32,5%) responden berpengetahuan sedang, dan 2 (1,8%) responden berpengetahuan kurang.
Kesimpulan penelitian ini adalah bahwa tingkat pengetahuan masyarakat di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan tentang tanda-tanda mati adalah baik.
ABSTRACT
Death is the end of triple life permanently, where the signs of death that matters is the cessation of heartbeat, a cessation of movement, cessation of breathing, pale skin, limp body muscles, and the cessation of brain activity.There are some cases that need attention on the signs of death, because it is the problematic nature is due not nasional.Socialitation Fatwa Indonesian Doctors Association (IDI) in 1990 about when someone is said to die.
The purpose of this study was to know extent of public knowledge about the understanding of death, signs of death, and when someone is said to die.
The study was a descriptive type of research that is cross sectional.Subjek this study were 109 people living in the area of Market Environment X V village of Tanjung Sari Setiabudi Medan.Subjek qualified and willing to participate in this study have been given an explanation about the purpose of research.Responden given questionnaires to answer, then the data were analyzed with descriptive analysis SPSS17.0 program.
From the data processing level of knowledge found to result from 109 respondents ie 72 (66.1%) of respondents knowledgeable good, 35 (32.5%) respondents were knowledgeable, and 2 (1.8%) of respondents knowledgeable about.
The conclusion of this study is that the level of public knowledge in the area of Market Environment X V village of Tanjung Sari Setiabudi Medan on the signs of death is good.
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Mati adalah terhentinya triple life secara permanen. Dalam tubuh manusia ada tiga organ tubuh yang penting yang selalu dilihat dalam penentuan kematian seseorang, yaitu jantung, paru-paru dan otak (khususnya batang otak). Diantara ketiga organ tersebut, kerusakan permanen pada batang otak merupakan tanda bahwa manusia itu secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi. Oleh karena itu, setelah mendengar pertimbangan dari para ahli kedokteran, agama, hukum, dan sosiologi, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berpendapat bahwa manusia dinyatakan mati apabila batang otak tidak berfungsi lagi. Kematian pada saat ini tidak hanya merupakan masalah didalam kedokteran saja, akan tetapi juga mempunyai aspek legal. Seseorang dinyatakan mati baik dilihat dari kedokteran maupun dari segi hukum, bila dokter atas dasar pengetahuan kedokteran yang sesuai dengan standar profesi tidak lagi menemukan adanya tanda-tanda kehidupan yang spontan (Idries,1997).
Tanda-tanda kematian yang penting adalah terhentinya denyut jantung, terhentinya pergerakan pernafasan, kulit terlihat pucat, melemasnya otot-otot tubuh, dan terhentinya aktivitas otak (Mansjoer, 2000).
Menurut pengamatan, ada beberapa kasus yang perlu diperhatikan karena merupakan problematik yang sifatnya nasional. Hal ini disebabkan karena belum tersosialisasinya Fatwa Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 1990 tentang kapan seseorang dikatakan mati (Idries, 1997).
1.2. Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan masyarakat terhadap tanda-tanda mati menurut medis?
1.3. Tujuan Penelitian 1.3.1. Tujuan umum :
Mengetahui tingkat pengetahuan masayarakat Medan khususnya di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi terhadap tanda-tanda mati.
1.3.2. Tujuan khusus :
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
1. Mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat Medan khususnya di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi tentang pengertian mati menurut medis.
2. Mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat Medan khususnya di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi tentang kapan seseorang dikatakan mati.
1.4. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :
1. Untuk penyuluhan bahwa seseorang dikatakan mati apabila telah ditemukan tanda mati seperti mata keruh, kulit dingin, denyut nadi tidak teraba, dan berbagai tanda-tanda mati lainnyai.
2. Agar masyarakat dapat dengan cepat menentukan seseorang dapat dikatakan mati atau belum.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari "tahu" dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan pokok yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami suatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, radio, televisi, poster, majalah, dan surat kabar (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dialaminya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai pada manusia dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan dapat dibagi atas enam bagian, yaitu:
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
2. Memahami (comprehension); sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui sehingga dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.
3. Aplikasi (application); sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4. Analisa (analysis); suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek dalam komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan dengan satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis); menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kesembuhan baru.
6. Evaluasi (evaluation); berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoadmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:
1. Pendidikan
Adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidkan itu mempertinggi taraf intelegensia individu.
2. Persepsi
3. Motivasi
Merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar ( merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan). Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.
4. Pengalaman
Adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyababkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehata. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoadmodjo, 2003).
2.2. Mati
2.2.1 Definisi mati
Mati adalah terhentimya triple life secara permanen. Dalam tubuh manusia ada tiga organ tubuh yang penting yang selalu dilihat dalam penentuan kematian seseorang, yaitu jantung, paru-paru dan otak (khususnya batang otak) (Idries, 1997).
2.2.2. Jenis –jenis mati
Kematian dapat dibedakan atas 2 bagian, yaitu : A. Kematian somatik
Kematian somatik adalah kematian yang dinilai dari terhentinya sistem sirkulasi, respirasi dan inervasi. Ketiga sistem ini disebut sebagai 3 pilar atau tonggak kehidupan. Bila salah satu sistem tersebut berhenti maka sistem yang lain ikut berhenti. Tetapi sekarang karena kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kesehatan, dapat membuat sirkulasi dan respirasi terus berfungsi walaupun otak sebagai pusat pengendali persyarafan telah berhenti fungsinya.
Pada kematian somatik dapat terjadi hal-hal berikut, yaitu : 1) sel-sel tubuh masih hidup
2) otot-otot masih dapat dirangsang dan masih memberikan reaksi terhadap rangsangan listrik, peristaltik usus kadang-kadang masih terdengar
3) pupil mata masih bereaksi terhadap penetesan midriatikum atau myotikum seperti atropin dan fisostigmin
4) sel-sel sperma masih hidup dalam testikel
Tanda-tanda kematian somatik : 1) Berhentinya sirkulasi
Untuk menyatakan bahwa sirkulasi darah absolut berhenti, harus diperiksa dengan inspeksi, palpasi dan auskultasi yang terus-menerus selama 5 menit. Beberapa test tambahan dapat dilakukan walau dari segi pemeriksaan medis kurang begitu berguna untuk dilakukan, yaitu:
a. Test Magnus → dengan mengikat salah satu ujung jari tangan/kaki, yang menjadi bengkak dan sianose pada orang hidup.
b. Test ujung jari → dengan menekan ujung kuku sehingga timbul warna pucat dan akan kembali menjadi warna semula bila dilepaskan.
c. Test diaphanous → dengan menyenter telapak tangan akan terlihat warna muda di pinggir telapak tangan.
d. Bila arteri kecil (arteri radialis) dipotong→ pada orang hidup darah akan memancar keluar dan pada orang mati darah akan mengalir (Amir, 2008).
2) Berhentinya respirasi
Untuk menentukan berhentinya respirasi dapat dilakukan auskultasi dengan menggunakan stetoskop selama 5 menit secara terus-menerus. Selain auskultasi dapat juga dilakukan subsidiari test yaitu dengan :
a. Meletakkan kaca didepan mulut dan hidung. Pada orang yang masih hidup maka akan terjadi endapan embun dipermukaan kaca tersebut, sedangkan pada orang mati tidak terjadi.
b. Mendekatkan kapas atau bulu ayam didepan mulut atau hidung. Pada orang yang masih hidup terlihat kapas/bulu ayam itu akan bergerak, tetapi pada orang yang sudah mati tidak terlihat kapas/bulu ayam bergerak.
d. Winslow’s Test yaitu dengan cara meletakkan mangkok yang penuh berisi air diatas dada atau perut, maka pada orang yang masih hidup air dalam mangkok tersebut akan tumpah, tetapi pada orang yang sudah mati sebaliknya (Syarief, 1985)
3) Berhentinya inervasi
Fungsi motorik dan sensorik berhenti. Dapat dilihat dari hilangnya semua refleks, tidak ada rasa sakit, tidak ada tonus otot dan tidak ada refleks cahaya pada pupil mata dan pupil mata melebar, kecuali pada keracunan morfin menjadi sangat kecil (Amir, 2008).
B. Kematian Molekuler
Kematian molekuler terjadi sesudah kematian somatik. Jarak antara mati somatik dan mati molekuler tidak serentak pada semua sel dan jaringan tubuh, tetapi bergantung pada jenis sel. Sel-sel otak paling cepat mati oleh karena kekurangan O2. Dalam waktu 4-5 menit jaringan otak tidak mendapat O2, ia akan mati dan tidak dapat diperbaiki lagi. Sedangkan otot masih dapat dirangsang dengan listrik di bawah 3 jam, sementara kornea mata masih dapat ditransplantasikan dibawah 6 jam kematian dan sperma dapat bertahan sampai 24 jam (Amir, 2008).
2.2.3. Istilah-istilah tentang mati
Dalam ilmu Tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu : A. Mati suri (suspended animation,apparent death)
Adalah terhentinya ketiga sistem kehidupan diatas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.
B. Mati serebral
lainnya yaitu sistem pernafasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.
C. Mati otak (mati batang otak)
Adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.
2.2.4 Tanda mati
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernafasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas pasca mati), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera (Budiyanto, 1994).
A. Tanda kematian tidak pasti 1. Terjadi penurunan suhu
Merupakan tanda kematian molekuler. Segera setelah kematian, suhu tubuh mulai turun mengikuti temperatur sekitarnya sesuai dengan hukum fisika. Banyak peneliti menggunakan proses ini untuk menentukan lama kematian.
Ada beberapa pedoman dalam menentukan lama kematian dari penurunan suhu, tetapi karena pedoman yang ada bukan dari penelitian Indonesia, maka pedoman ini tidak tepat dipakai, atau paling tidak diperhitungkan dengan keadaan didaerah kita. Misalnya, Sympson (Inggeris) mengatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami penurunan temperatur 2,5° F setiap jam pada 6 jam pertama dan 1,6°-2° F pada 6 jam berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya.Jasing P. Modi (India), menyatakan hubungan penurunan suhu dengan lama kematian adalah sebagai berikut :
1) Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara suhu tubuh dan suhu sekitarnya.
3) Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai terakhir atau 1/8 dari perbedaan suhu initial tadi (Amir, 2008).
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kecepatan penurunan suhu mayat yang perlu diperhatikan oleh karena menentukan ketepatan perkiraan saat kematian adalah :
1) Faktor lingkungan, dimana bila perbedaan antara suhu mayat dengan suhu lingkungan sangat besar, maka penurunan suhu akan berlangsung dengan cepat; demikian pula intensitas serta kualitas dari aliran atau pergerakan udara akan berpengaruh terhadap kecepatan penurunan suhu mayat.
2) Suhu tubuh sebelum kematian, beberapa keadaan seperti infeksi, perdarahan otak serta kematian karena penjeratan akan didahului dengan peningkatan suhu tubuh. Dengan demikian adanya keadaan tersebut harus diperhitungkan didalam penafsiran saat kematian. 3) Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya, tebalnya
jaringan lemak dan jaringan otot serta ketebalan pakaian yang menutupi tubuh mayat akan mempengaruhi kecepatan penurunan suhu. Dengan demikian pada orang yang jaringan lemaknya tebal atau memakai pakaian berlapis-lapis, penurunan suhu akan berlangsung lebih lambat bila dibandingkan dengan orang yang kurus serta tidak mengenakan pakaian (Idries, 1997).
2. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit, dengan melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi.
3. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, dimana nadi karotis tidak teraba.
4. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,misalnya daerah belikat dan bokong pada mayat yang terlentang.
6. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.
7. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air (Budiyanto, 1994).
B. Tanda pasti kematian
1. Lebam mayat (livor mortis)
Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu, kecuali pada bagian terbawah tubuh dan pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat bisanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang (memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis.
Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian, yaitu memperkirakan sebab kematian, misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecokelatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang menetap, dan memperkirakan saat kematian.
beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada dan perut. Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum pemeriksaan. Pada lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah,maka keadaan ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.
Dari lebam mayat dapat diperoleh manfaat bagi kepentingan medikolegal :
a. Tanda pasti kematian. b. Lama kematian.
c. Posisi mayat waktu mati.
d. Sebab kematian (seperti pada keracunan CO, sianida) (Amir, 2008)
2. Kaku mayat (rigor mortis)
Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur.Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.
terjadi kaku mayat otot berada dalam posisi teregang, maka saat kaku mayat terbentuk akan terjadi pemendekan otot.
Faktor-faktor yang mempercepat terjadinya kaku mayat adalah aktivitas fisik sebelum mati, suhu tubuh yang tinggi, bentuk tubuh yang kurus dengan otot-otot kecil dan suhu lingkungan tinggi.
Terdapat kekakuan pada mayat yang menyerupai kaku mayat, yaitu : 1) Cadaveric spasm (instantaneous rigor), adalah bentuk kekakuan
otot yang terjadi pada saat kematian dan menetap.
2) Heat stiffening, yaitu kekakuan otot akibat koagulasi protein otot panas.
3) Cold stiffening, yaitu kekakuan tubuh akibat lingkungan dingin, sehingga terjadi pembekuan cairan tubuh, termasuk cairan sendi, pemadatan jaringan lemak subkutan dan otot, sehingga bila sendi ditekuk akan terdengar bunyi pecahnya es dalam rongga sendi (Budiyanto, 1994).
3. Pembusukan (decomposition,putrefaction)
Adalah proses degradasi jaringan yang terjadi akibat autolisis atau suatu keadaan dimana bahan-bahan organik tubuh mengalami dekomposisi baik yang disebabkan oleh karena adanya aktivitas bakteri, maupun karena autolisis.
Autolisis adalah perlunakan dan pencairan jaringan tubuh yang terjadi dalam kondisi steril, tanpa pengaruh bakteri. Hal tersebut dikarenakan adanya aktivitas enzimatik, yang berasal dari sel itu sendiri yang dilepaskan setelah terjadi kematian.
tersebut banyak mengandung cairan dan bakteri; selain memang letak usus tersebut dekat dengan dinding perut. Pewarnaan akan menyebar keseluruh perut dan kemudian ke daerah dada, pada saat ini dapat tercium bau busuk.
Warna hijau dapat disebabkan oleh karena terbentuknya sulf-Hb; dimana H2s yang berasal dari pemecahan protein akan bereaksi dengan Hb, membentuk Hb-S dan Fe-S.
Rumus Casper , menunjukkan perbedaan kecepatan pembusukan pada
keadaan lingkungan yang berbeda-beda. Menurut casper keadaan mayat setelah berada selama 1 minggu diudara terbuka adalah sama dengan 2 minggu didalam air dan 8 minggu di dalam kuburan (Budiyanto, 1994)
4. Adiposera atau lilin mayat
Adalah terbentuknya bahan yang berwarna keputihan, lunak atau berminyak ,berbau tengik yang terjadi didalam jaringan lunak tubuh pasca mati.
Adiposera dapat terbentuk diseberang lemak tubuh, bahkan didalam hati, tetapi lemak superfisial yang pertama kali terkena.Biasanya perubahan berbentuk bercak, dapat terlihat di pipi, payudara atau bokong, bagian tubuh atau ekstremitas.
Adiposera akan membuat gambaran permukaan luar tubuh dapat bertahan hingga bertahun-tahun, sehingga identifikasi mayat dan perkirakan sebab kematian masih dimungkinkan.
Faktor-faktor yang mempermudah terbentuknya adiposera adalah kelembaban dan lemak tubuh yang cukup, sedangkan yang menghambat adalah air yang mengalir yang membuang elektrolit (Budiyanto, 1994).
5. Mumifikasi
Jaringan berubah menjadi keras dan kering, berwarna gelap, berkeriput dan tidak membusuk karena kuman tidak dapat berkembang pada lingkungan yang kering.
Mumifikasi terjadi bila suhu hangat, kelembaban rendah, aliran udara yang baik, tubuh yang dehidrasi dan waktu yang lama (12-14 minggu). Mumifikasi jarang dijumpai pada cuaca yang normal (Budiyanto, 1994).
2.2.5 Perkiraan saat kematian
Selain perubahan pada mayat tersebut diatas, beberapa perubahan lain dapat digunakan untuk memperkirakan saat kematian, yaitu :
1) Perubahan pada mata 2) Perubahan isi lambung 3) Isi kandung kemih 4) Pertumbuhan rambut 5) Pertumbuhan kuku
6) Perubahan dalam cairan serebrospinal 7) Perubahan dalam cairan vitreus 8) Kadar semua komponen berubah 9) Adanya reaksi supravital
10) Petunjuk dari pakaian 11) Petunjuk dari jam tangan
Penentuan lama kematian secara kasar dengan menggunakan perubahan temperatur dan kaku mayat dan dapat dipedomani dari tabel berikut :
Temperatur Tubuh Kaku Mayat Lama Kematian
Hangat Tidak kaku Dibawah 3 jam
Hangat Kaku 3-8 jam
Dingin Kaku 8-24 jam
Bila memakai suhu rektal dapat dipakai;
a. Ambil dua kali suhu mayat dengan jarak setengah atau satu jam untuk melihat penurunan rata-rata.
b. Penurunan rata-rata 0,5° C setiap jam. c. Lama kematian = 37- (suhu rektal) + 3
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERSIONAL
3.1. Kerangka konsep penelitian
Hubungan keduanya ditunjukkan pada gambar dibawah ini :
Gambar 1.
3.2 Definisi operasional
1)Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (Notoatmodjo, 2007).Dalam hal ini objek tersebut adalah tanda-tanda mati.
2)Mati adalah terhentinya triple life secara permanen, yaitu jantung, paru-paru, dan otak.
3)Tanda mati terbagi dua, yaitu tanda kematian tidak pasti dan tanda pasti kematian.
4)Cara ukur penelitian adalah kuisioner. 5)Alat ukur penelitian adalah data kuisioner. 6)Skala ukur penelitian adalah nominal.
7)Alasan mengapa penelitian ini dilakukan di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan karena pada daerah tersebut belum pernah dilakukan penelitian tentang tingkat pengetahuan masyarakat terhadap tanda-tanda mati.
8) Pengetahuan pada kuisioner diukur dengan memberikan jawaban terhadap kuisioner yang diberikan, terdiri dari 10 pertanyaan dengan memilih jawaban benar dengan skor 3, salah dengan skor 2, atau tidak tahu dengan skor 1.
Tingkat Pengetahuan Masyarakat
Kategori :
a. Pengetahuan baik bila skor > 75 %,
b. Pengetahuan sedang bila skor 40 % sampai 75%, c. Pengetahuan kurang bila skor < 40%,
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Jenis penelitian
Penelitian ini adalah penelitian jenis deskriptif yang bersifat cross sectional. 4.2 Waktu dan Tempat penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juli – Oktober 2010.
4.3 Populasi dan Sample Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua warga yang tinggal di Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi. Berdasarkan data diperoleh sebanyak 150 orang. Dalam penelitian ini dilakukan pengambilan sample dengan rumus (Notoatmodjo, 2007) :
N 1 + N(d²) dimana :
N = jumlah populasi (150)
d = penyimpangan terhadap populasi/ketepatan yang diinginkan (0,05) n = jumlah sample yang diambil
dari hasil perhitungan diperoleh jumlah sample (n) yang akan diambil dalam penelitian ini adalah sebesar 109 sample. Pengambilan sample akan diambil secara simple random sampling.
Kriteria inklusi :
a. Laki-laki atau Perempuan, usia antara 18-65 tahun. b. Bersedia menjadi responden.
Kriteria eksklusi :
a. Belum dewasa dan lansia. b. Dalam keadaan tidak sehat.
c. Bukan merupakan warga Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan.
4.4 Teknik Pengumpulan data 1) Data primer
Data primer yang diperoleh berupa :
Pengetahuan Masyarakat di Daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi. Adapun kuisioner yang akan digunakan sebelumnya telah diuji validitas dan reabilitas.
2) Data sekunder
Data sekunder diperoleh dari pihak kantor Kelurahan di Kelurahan Tanjung Sari Kecamatan Medan Selayang. Data yang diperoleh adalah data-data berupa jumlah warga yang terdaftar di daerah tersebut.
4.5 Metode Analisis Data
BAB 5
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
5.1. Hasil Penelitian 5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian
5.1.2. Deskripsi Karakteristik responden
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden di Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan
Karakteristik Frekuensi Persentase %
Umur
5.1.3. Deskripsi Frekuensi Pengetahuan Responden
Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Pengertian Mati
Definisi Mati Frekuensi Presentase (%)
Benar 102 93,6
Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai pengertian mati sebesar 93,6% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 6,4 %.
Tabel 5.3 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Mata Keruh Merupakan Tanda Kematian
Mata Keruh Merupakan Tanda Kematian
Frekuensi Presentase (%)
Benar 27 24,8
Tabel 5.4 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Anak Mata Melebar Merupakan Tanda Kematian
Anak Mata Melebar Merupakan Tanda Kematian
Frekuensi Presentase (%)
Benar 27 24,8
Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai anak mata melebar merupakan tanda kematian sebesar 24,8 % , dan pengetahuan yang kurang sebesar 75,2%.
Tabel 5.5 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Kulit Dingin Merupakan Tanda Kematian
Kulit Dingin Merupakan Tanda Kematian
Frekuensi Presentase (%)
Benar 65 59,6
Tabel 5.6 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Kulit Tidak Bercahaya Merupakan Tanda Kematian
Kulit Tidak Bercahaya Merupakan Tanda Kematian
Frekuensi Presentase (%)
Benar 41 37,6
Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai kulit tidak bercahaya merupakan tanda kematian sebesar 37,6% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 62,4%.
Tabel 5.7 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Nadi Tidak Teraba Merupakan Tanda Kematian
Nadi Tidak Teraba Merupakan Tanda Kematian
Frekuensi Presentase (%)
Benar 83 76,1
Tabel 5.8 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Punggung Biru Merupakan Tanda Kematian
Punggung Biru Merupakan Tanda Kematian
Frekuensi Presentase (%)
Benar 25 23,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai punggung biru merupakan tanda kematian sebesar 23,0% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 77,0%.
Tabel 5.9 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Badan Sudah Kaku Merupakan Tanda Kematian
Badan Sudah Kaku Merupakan Tanda Kematian
Frekuensi Presentase (%)
Benar 88 80,7
Tabel 5.10 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Kuku Bila Ditekan dan Dilepas Tetap Terlihat Pucat Merupakan Tanda Kematian
Kuku Bila Ditekan dan Dilepas Tetap Terlihat Pucat Merupakan Tanda Kematian
Frekuensi Presentase (%)
Benar 61 56,0
Dari tabel diatas diketahui bahwa pengetahuan baik warga mengenai kuku bila ditekan dan dilepas tetap terlihat pucat sebesar 56,0% , dan pengetahuan yang kurang sebesar 44,0%.
Tabel 5.11 Distribusi Frekuensi Pengetahuan Responden Mengenai Telah Terjadi Pembusukan Merupakan Tanda Kematian
Telah Terjadi Pembusukan Merupakan Tanda Kematian
Frekuensi Presentase (%)
Benar 75 68,8
Tabel 5.12 Hasil Analisis Data
Kategori Tingkat Pengetahuan
Frekuensi Presentase (%)
Baik (>75) 72 66,1
Dalam penelitian ini didapati hasil tingkat pengetahuan dari 109 responden yakni 72 (66,1%) responden berpengetahuan baik dan 35 (32,1%) responden berpengetahuan sedang, serta dijumpai responden dengan hasil tingkat pengetahuan yang kurang sebanyak 2 (1,8%) responden.
5.2. Pembahasan
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan maka diketahui bahwa dari 109 responden yang diteliti di Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan, diketahui 72 (66,1%) responden dengan pengetahuan baik, 35 (32,1%) responden dengan pengetahuan sedang, dan 2 (1,8%) responden dengan pengetahuan kurang. Melalui data tersebut, dapat dilihat bahwa mayoritas responden memiliki pengetahuan yang baik yaitu lebih dari 50% responden menjawab pertanyaan dengan benar.
masyarakat tentang punggung biru merupakan tanda kematian adalah kurang yaitu 77,0%, pengetahuan masyarakat tentang badan sudah kaku merupakan tanda kematian adalah baik, yaitu 80,7%, pengetahuan masyarakat tentang kuku bila ditekan dan dilepas tetap terlihat pucat merupakan tanda kematian adalah baik, yaitu 56,0%, pengetahuan masyarakat tentang telah terjadi pembusukan merupakan tanda kematian adalah baik yaitu 68,8%.
Hal ini mungkin ada kaitannya dengan faktor pendidikan terakhir yang dijalani oleh responden. Pendapat ini juga didukung oleh Koenraadt (2006) melalui hasil penelitiannya di Thailand yang menyatakan bahwa seseorang dengan pendidikan lebih tinggi berpeluang untuk memanfaatkan lebih banyak sarana informasi untuk meningkatkan pengetahuannya. Seseorang dengan latar belakang pendidikan yang baik, pada umumnya akan lebih mudah untuk menyerap informasi baru. Namun demikian, dengan mengetahui pengetahuan yang baik tidak berarti dapat memprediksi tindakan yang akan dilakukan, ketika pengetahuan seseorang baik/positif maka tindakan yang diambilnya bisa saja negatif, demikian juga sebaliknya.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. KESIMPULAN
Berdasarkan tujuan dan hasil penelitian, maka dapat di simpulkan bahwa tingkat pengetahuan masyarakat daerah Pasar V lingkungan X kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan tentang pengertian mati, tanda-tanda mati, dan kapan seseorang dikatakan mati adalah baik.
6.2. SARAN
Adapun saran yang diberikan peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagi Lembaga Kesehatan
Agar lembaga kesehatan khususnya Dinas Kesehatan kota Medan mengadakan penyuluhan kepada masyarakat tentang tanda-tanda mati menurut medis sehingga tingkat pengetahuan masyarakat terhadap tanda-tanda mati dapat lebih bertambah baik.
2. Bagi Peneliti
DAFTAR PUSTAKA
Amir, Amri., 2008. Rangkaian Ilmu Kedokteran Forensik.Edisi 2. Medan: Ramadhan.
Budiyanto, et al., 1994. Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: FKUI.
Idries, M. Abdul., 1997. Pedoman Ilmu Kedokteran Forensik. Jakarta: Binarupa Aksara.
Chadha,P.V., 1995. Catatan Kuliah Ilmu Forensik dan Toksikologi. Edisi 5. Jakarta: Widya Medika.
Syarif,N.,1985. Tanatologi. Bagian Kedokteran Kehakiman Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan.
Sunatrio., Penentuan Mati. Available from:
Maret 2010)
Mansjoer, et al., 2000. Kapita Selekta kedokteran. Edisi ke-3. Jakarta: EGC.
Notoatmodjo, S., 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S., 2005. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.
Koenraadt CM, Tuiten W, Sithiprasna R, Kijchalao U, Kones JW, Scott TW. Dengue knowledge and practices and their impact on Aedes Aegypti
populations in Kamphaeng Phet, Thailand. Am J Trop Med Hyg 2006;
74(4):692-700. Available from :
17th, 2009]
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Elisyah Gunawan
Tempat / Tanggal Lahir : Aekhitetoras / 02 Agustus 1989
Agama : Islam
Alamat : Jl. Setiabudi Pasar V Perumahan Raysa Minimalis Blok E No.4 Medan
Riwayat Pendidikan : 1. Sekolah Dasar Negeri No. 114351 Aekhitetoras (1995-2001) 2. Sekolah Menengah Pertama Harapan 1 Medan ( 2001-2004) 3. Sekolah Menengah Atas Harapan 1 Medan ( 2004-2007 ) 4. Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara (
2007-Sekarang ) Riwayat Organisasi : -
KUISIONER
TINGKAT PENGETAHUAN MASYARAKAT PASAR V LINGKUNGAN X KELURAHAN TANJUNG SARI SETIABUDI MEDAN
TENTANG TANDA – TANDA MATI Nama responden :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
Pendidikan :
1. Pengertian mati adalah berakhirnya proses kehidupan pada seluruh tubuh yaitu pernafasan, peredaran darah, dan pergerakan.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
2. Mata keruh merupakan tanda kematian.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
3. Anak mata melebar merupakan tanda kematian.
a. Ya
b. Tidak
4. Kulit dingin merupakan tanda kematian.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
5. Kulit tidak bercahaya merupakan tanda kematian.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
6. Nadi tidak teraba merupakan tanda kematian.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
7. Punggung biru merupakan tanda kematian.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
8. Badan sudah kaku merupakan tanda kematian.
a. Ya
b. Tidak
9. Kuku bila ditekan dan dilepas tetap terlihat pucat merupakan tanda kematian.
a. Ya
b. Tidak
c. Tidak tahu
10. Telah terjadi pembusukan merupakan tanda kematian.
a. Ya
b. Tidak
LEMBAR PENJELASAN
Saya, Elisyah Gunawan (NIM: 070100350) adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara akan melakukan penelitian dengan judul “Tingkan Pengetahuan Masyarakat di Daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi Medan Tentang Tanda-Tanda Mati”. Adapun tujuan dilakukannya penelitian tersebut adalah untuk memenuhi salah satu salah satu syarat untuk menyelesaikan program pendidikan dokter dan memperoleh gelar sarjana kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Di dalam penelitian tersebut, akan diadakan pengumpulan data melalui kuesioner yang dibagikan kepada mayarakat d I daerah tersebut.
Kerahasiaan data-data yang diperoleh dalam penelitian akan menjadi tanggung jawab peneliti. Data-data yang diperoleh dari penelitian hanya akan digunakan untuk kepentingan pendidikan semata, presentasi dan publikasi hasil penelitian hanya akan dilakukan di kalangan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Apabila terdapat pertanyaan lebih lanjut, silahkan hubungi peneliti di nomor 081362110363. Atas perhatian dan kesediaan Ibu/Bapak menjadi partisipan dalam penelitian ini, peneliti mengucapkan terima kasih.
Medan, 05 November 2010
Partisipan, Peneliti,
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN
“Informed Consent”
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : ...
Menyatakan bersedia untuk menjadi responden dalam penelitian ini tanpa adanya paksaan dari pihak manapun. Saya akan menjawab dengan jujur seluruh pertanyaan yang diberikan oleh peneliti.
Medan, ……… 2010
Yang membuat pernyataan
Hasil Uji Validitas Dan Reliabilitas Kuesioner
BAB 1 PENDAHULUAN
1.5. Latar Belakang
Mati adalah terhentinya triple life secara permanen. Dalam tubuh manusia ada tiga organ tubuh yang penting yang selalu dilihat dalam penentuan kematian seseorang, yaitu jantung, paru-paru dan otak (khususnya batang otak). Diantara ketiga organ tersebut, kerusakan permanen pada batang otak merupakan tanda bahwa manusia itu secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi. Oleh karena itu, setelah mendengar pertimbangan dari para ahli kedokteran, agama, hukum, dan sosiologi, Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berpendapat bahwa manusia dinyatakan mati apabila batang otak tidak berfungsi lagi. Kematian pada saat ini tidak hanya merupakan masalah didalam kedokteran saja, akan tetapi juga mempunyai aspek legal. Seseorang dinyatakan mati baik dilihat dari kedokteran maupun dari segi hukum, bila dokter atas dasar pengetahuan kedokteran yang sesuai dengan standar profesi tidak lagi menemukan adanya tanda-tanda kehidupan yang spontan (Idries,1997).
Tanda-tanda kematian yang penting adalah terhentinya denyut jantung, terhentinya pergerakan pernafasan, kulit terlihat pucat, melemasnya otot-otot tubuh, dan terhentinya aktivitas otak (Mansjoer, 2000).
Menurut pengamatan, ada beberapa kasus yang perlu diperhatikan karena merupakan problematik yang sifatnya nasional. Hal ini disebabkan karena belum tersosialisasinya Fatwa Ikatan Dokter Indonesia (IDI) tahun 1990 tentang kapan seseorang dikatakan mati (Idries, 1997).
1.6. Rumusan Masalah
Bagaimana pengetahuan masyarakat terhadap tanda-tanda mati menurut medis?
1.7. Tujuan Penelitian 1.7.1. Tujuan umum :
Mengetahui tingkat pengetahuan masayarakat Medan khususnya di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi terhadap tanda-tanda mati.
1.7.2. Tujuan khusus :
Yang menjadi tujuan khusus dalam penelitian ini adalah :
3. Mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat Medan khususnya di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi tentang pengertian mati menurut medis.
4. Mengetahui sejauh mana pengetahuan masyarakat Medan khususnya di daerah Pasar V Lingkungan X Kelurahan Tanjung Sari Setiabudi tentang kapan seseorang dikatakan mati.
1.8. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu :
4. Untuk penyuluhan bahwa seseorang dikatakan mati apabila telah ditemukan tanda mati seperti mata keruh, kulit dingin, denyut nadi tidak teraba, dan berbagai tanda-tanda mati lainnyai.
5. Agar masyarakat dapat dengan cepat menentukan seseorang dapat dikatakan mati atau belum.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengetahuan
2.1.1 Defenisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari "tahu" dan terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Pengetahuan merupakan pokok yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (Notoatmodjo, 2003).
2.1.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia, yakni melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan terdiri dari sejumlah fakta dan teori yang memungkinkan seseorang dapat memahami suatu gejala dan memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan juga dapat diperoleh dari pengalaman orang lain yang disampaikan kepadanya, dari buku, teman, orang tua, radio, televisi, poster, majalah, dan surat kabar (Notoatmodjo, 2003).
Pengetahuan yang ada pada diri manusia bertujuan untuk dapat menjawab masalah kehidupan yang dialaminya sehari-hari dan digunakan untuk menawarkan berbagai kemudahan bagi manusia. Dalam hal ini pengetahuan dapat diibaratkan sebagai suatu alat yang dipakai pada manusia dalam menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi (Notoatmodjo, 2003).
Menurut Notoatmodjo (2003), tingkat pengetahuan dapat dibagi atas enam bagian, yaitu:
terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima.
8. Memahami (comprehension); sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar objek yang diketahui sehingga dapat menginterpretasikan materi tersebut dengan benar.
9. Aplikasi (application); sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
10. Analisa (analysis); suatu kemampuan untuk menjabarkan materi suatu objek dalam komponen tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitan dengan satu sama lain.
11. Sintesis (synthesis); menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu kesembuhan baru.
12. Evaluasi (evaluation); berkaitan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada.
2.1.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan eksternal (Notoadmodjo, 2003). Faktor internal meliputi:
5. Pendidikan
Adalah suatu proses belajar yang berarti terjadi proses pertumbuhan, perkembangan atau perubahan kearah yang lebih dewasa, lebih baik dan lebih matang pada diri individu, kelompok atau masyarakat. Beberapa hasil penelitian mengenai pengaruh pendidikan terhadap perkembangan pribadi, bahwa pada umumnya pendidkan itu mempertinggi taraf intelegensia individu.
6. Persepsi
7. Motivasi
Merupakan dorongan, keinginan dan tenaga penggerak yang berasal dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu dengan mengenyampingkan hal-hal yang dianggap kurang bermanfaat. Dalam mencapai tujuan dan munculnya motivasi memerlukan rangsangan dari dalam diri individu (biasanya timbul dari perilaku yang dapat memenuhi kebutuhan sehingga menjadi puas) maupun dari luar ( merupakan pengaruh dari orang lain/lingkungan). Motivasi murni adalah motivasi yang betul-betul disadari akan pentingnya suatu perilaku dan dirasakan suatu kebutuhan.
8. Pengalaman
Adalah sesuatu yang dirasakan (diketahui, dikerjakan), juga merupakan kesadaran akan suatu hal yang tertangkap oleh indera manusia. Pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman berdasarkan kenyataan yang pasti dan pengalaman yang berulang-ulang dapat menyababkan terbentuknya pengetahuan. Pengalaman masa lalu dan aspirasinya untuk masa yang akan datang menentukan perilaku masa kini.
Faktor eksternal yang mempengaruhi pengetahuan antara lain: meliputi lingkungan, sosial ekonomi, kebudayaan dan informasi. Lingkungan sebagai faktor yang berpengaruh bagi pengembangan sifat dan perilaku individu. Sosial ekonomi, penghasilan sering dilihat untuk menilai hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehata. Kebudayaan adalah perilaku normal, kebiasaan, nilai dan penggunaan sumber-sumber di dalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup. Informasi adalah penerangan, keterangan, pemberitahuan yang dapat menimbulkan kesadaran dan mempengaruhi perilaku (Notoadmodjo, 2003).
2.3. Mati
2.2.2 Definisi mati
Mati adalah terhentimya triple life secara permanen. Dalam tubuh manusia ada tiga organ tubuh yang penting yang selalu dilihat dalam penentuan kematian seseorang, yaitu jantung, paru-paru dan otak (khususnya batang otak) (Idries, 1997).
2.2.2. Jenis –jenis mati
Kematian dapat dibedakan atas 2 bagian, yaitu : C. Kematian somatik
Kematian somatik adalah kematian yang dinilai dari terhentinya sistem sirkulasi, respirasi dan inervasi. Ketiga sistem ini disebut sebagai 3 pilar atau tonggak kehidupan. Bila salah satu sistem tersebut berhenti maka sistem yang lain ikut berhenti. Tetapi sekarang karena kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi kesehatan, dapat membuat sirkulasi dan respirasi terus berfungsi walaupun otak sebagai pusat pengendali persyarafan telah berhenti fungsinya.
Pada kematian somatik dapat terjadi hal-hal berikut, yaitu : 6) sel-sel tubuh masih hidup
7) otot-otot masih dapat dirangsang dan masih memberikan reaksi terhadap rangsangan listrik, peristaltik usus kadang-kadang masih terdengar
8) pupil mata masih bereaksi terhadap penetesan midriatikum atau myotikum seperti atropin dan fisostigmin
9) sel-sel sperma masih hidup dalam testikel
Tanda-tanda kematian somatik : 4) Berhentinya sirkulasi
Untuk menyatakan bahwa sirkulasi darah absolut berhenti, harus diperiksa dengan inspeksi, palpasi dan auskultasi yang terus-menerus selama 5 menit. Beberapa test tambahan dapat dilakukan walau dari segi pemeriksaan medis kurang begitu berguna untuk dilakukan, yaitu:
e. Test Magnus → dengan mengikat salah satu ujung jari tangan/kaki, yang menjadi bengkak dan sianose pada orang hidup.
f. Test ujung jari → dengan menekan ujung kuku sehingga timbul warna pucat dan akan kembali menjadi warna semula bila dilepaskan.
g. Test diaphanous → dengan menyenter telapak tangan akan terlihat warna muda di pinggir telapak tangan.
h. Bila arteri kecil (arteri radialis) dipotong→ pada orang hidup darah akan memancar keluar dan pada orang mati darah akan mengalir (Amir, 2008).
5) Berhentinya respirasi
Untuk menentukan berhentinya respirasi dapat dilakukan auskultasi dengan menggunakan stetoskop selama 5 menit secara terus-menerus. Selain auskultasi dapat juga dilakukan subsidiari test yaitu dengan :
e. Meletakkan kaca didepan mulut dan hidung. Pada orang yang masih hidup maka akan terjadi endapan embun dipermukaan kaca tersebut, sedangkan pada orang mati tidak terjadi.
f.Mendekatkan kapas atau bulu ayam didepan mulut atau hidung. Pada orang yang masih hidup terlihat kapas/bulu ayam itu akan bergerak, tetapi pada orang yang sudah mati tidak terlihat kapas/bulu ayam bergerak.
h. Winslow’s Test yaitu dengan cara meletakkan mangkok yang penuh berisi air diatas dada atau perut, maka pada orang yang masih hidup air dalam mangkok tersebut akan tumpah, tetapi pada orang yang sudah mati sebaliknya (Syarief, 1985)
6) Berhentinya inervasi
Fungsi motorik dan sensorik berhenti. Dapat dilihat dari hilangnya semua refleks, tidak ada rasa sakit, tidak ada tonus otot dan tidak ada refleks cahaya pada pupil mata dan pupil mata melebar, kecuali pada keracunan morfin menjadi sangat kecil (Amir, 2008).
D. Kematian Molekuler
Kematian molekuler terjadi sesudah kematian somatik. Jarak antara mati somatik dan mati molekuler tidak serentak pada semua sel dan jaringan tubuh, tetapi bergantung pada jenis sel. Sel-sel otak paling cepat mati oleh karena kekurangan O2. Dalam waktu 4-5 menit jaringan otak tidak mendapat O2, ia akan mati dan tidak dapat diperbaiki lagi. Sedangkan otot masih dapat dirangsang dengan listrik di bawah 3 jam, sementara kornea mata masih dapat ditransplantasikan dibawah 6 jam kematian dan sperma dapat bertahan sampai 24 jam (Amir, 2008).
2.2.4. Istilah-istilah tentang mati
Dalam ilmu Tanatologi dikenal beberapa istilah tentang mati, yaitu : D. Mati suri (suspended animation,apparent death)
Adalah terhentinya ketiga sistem kehidupan diatas yang ditentukan dengan alat kedokteran sederhana. Dengan peralatan kedokteran canggih masih dapat dibuktikan bahwa ketiga sistem tersebut masih berfungsi. Mati suri sering ditemukan pada kasus keracunan obat tidur, tersengat aliran listrik dan tenggelam.
E. Mati serebral
lainnya yaitu sistem pernafasan dan kardiovaskular masih berfungsi dengan bantuan alat.
F. Mati otak (mati batang otak)
Adalah bila telah terjadi kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang ireversibel, termasuk batang otak dan serebelum. Dengan diketahuinya mati otak (mati batang otak) maka dapat dikatakan seseorang secara keseluruhan tidak dapat dinyatakan hidup lagi, sehingga alat bantu dapat dihentikan.
2.2.6 Tanda mati
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang berupa tanda kematian, yaitu perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan tersebut dapat timbul dini pada saat meninggal atau beberapa menit kemudian, misalnya kerja jantung dan peredaran darah berhenti, pernafasan berhenti, refleks cahaya dan refleks kornea mata hilang, kulit pucat dan relaksasi otot. Setelah beberapa waktu timbul perubahan pasca mati yang jelas yang memungkinkan diagnosis kematian lebih pasti.Tanda-tanda tersebut dikenal sebagai tanda pasti kematian berupa lebam mayat (hipostasis atau lividitas pasca mati), kaku mayat (rigor mortis), penurunan suhu tubuh, pembusukan, mumifikasi dan adiposera (Budiyanto, 1994).
B. Tanda kematian tidak pasti 8. Terjadi penurunan suhu
Merupakan tanda kematian molekuler. Segera setelah kematian, suhu tubuh mulai turun mengikuti temperatur sekitarnya sesuai dengan hukum fisika. Banyak peneliti menggunakan proses ini untuk menentukan lama kematian.
Ada beberapa pedoman dalam menentukan lama kematian dari penurunan suhu, tetapi karena pedoman yang ada bukan dari penelitian Indonesia, maka pedoman ini tidak tepat dipakai, atau paling tidak diperhitungkan dengan keadaan didaerah kita. Misalnya, Sympson (Inggeris) mengatakan bahwa dalam keadaan biasa tubuh yang tertutup pakaian mengalami penurunan temperatur 2,5° F setiap jam pada 6 jam pertama dan 1,6°-2° F pada 6 jam berikutnya, maka dalam 12 jam suhu tubuh akan sama dengan suhu sekitarnya.Jasing P. Modi (India), menyatakan hubungan penurunan suhu dengan lama kematian adalah sebagai berikut :
4) Dua jam pertama suhu tubuh turun setengah dari perbedaan antara suhu tubuh dan suhu sekitarnya.
6) Dua jam selanjutnya, suhu mayat turun setengah dari nilai terakhir atau 1/8 dari perbedaan suhu initial tadi (Amir, 2008).
Faktor-faktor penting yang mempengaruhi kecepatan penurunan suhu mayat yang perlu diperhatikan oleh karena menentukan ketepatan perkiraan saat kematian adalah :
4) Faktor lingkungan, dimana bila perbedaan antara suhu mayat dengan suhu lingkungan sangat besar, maka penurunan suhu akan berlangsung dengan cepat; demikian pula intensitas serta kualitas dari aliran atau pergerakan udara akan berpengaruh terhadap kecepatan penurunan suhu mayat.
5) Suhu tubuh sebelum kematian, beberapa keadaan seperti infeksi, perdarahan otak serta kematian karena penjeratan akan didahului dengan peningkatan suhu tubuh. Dengan demikian adanya keadaan tersebut harus diperhitungkan didalam penafsiran saat kematian. 6) Keadaan fisik tubuh serta pakaian yang menutupinya, tebalnya
jaringan lemak dan jaringan otot serta ketebalan pakaian yang menutupi tubuh mayat akan mempengaruhi kecepatan penurunan suhu. Dengan demikian pada orang yang jaringan lemaknya tebal atau memakai pakaian berlapis-lapis, penurunan suhu akan berlangsung lebih lambat bila dibandingkan dengan orang yang kurus serta tidak mengenakan pakaian (Idries, 1997).
9. Pernafasan berhenti, dinilai selama lebih dari 10 menit, dengan melakukan inspeksi, palpasi, auskultasi.
10. Terhentinya sirkulasi, dinilai selama 15 menit, dimana nadi karotis tidak teraba.
11. Kulit pucat, tetapi bukan merupakan tanda yang dapat dipercaya, karena mungkin terjadi spasme agonal sehingga wajah tampak kebiruan.
kematian disebut relaksasi primer. Hal ini mengakibatkan pendataran daerah-daerah yang tertekan,misalnya daerah belikat dan bokong pada mayat yang terlentang.
13. Pembuluh darah retina mengalami segmentasi beberapa menit setelah kematian. Segmen-segmen tersebut bergerak ke arah tepi retina dan kemudian menetap.
14. Pengeringan kornea menimbulkan kekeruhan dalam waktu 10 menit yang masih dapat dihilangkan dengan meneteskan air (Budiyanto, 1994).
C. Tanda pasti kematian
6. Lebam mayat (livor mortis)
Setelah kematian klinis maka eritrosit akan menempati tempat terbawah akibat gaya gravitasi, mengisi vena dan venula, membentuk bercak warna merah ungu, kecuali pada bagian terbawah tubuh dan pada bagian tubuh yang tertekan alas keras. Darah tetap cair karena adanya aktivitas fibrinolisin yang berasal dari endotel pembuluh darah. Lebam mayat bisanya mulai tampak 20-30 menit pasca mati, makin lama intensitasnya bertambah dan menjadi lengkap dan menetap setelah 8-12 jam. Sebelum waktu ini, lebam mayat masih hilang (memucat) pada penekanan dan dapat berpindah jika posisi mayat diubah. Memucatnya lebam akan lebih cepat dan lebih sempurna apabila penekanan atau perubahan posisi tubuh tersebut dilakukan dalam 6 jam pertama setelah mati klinis.
Lebam mayat dapat digunakan untuk tanda pasti kematian, yaitu memperkirakan sebab kematian, misalnya lebam berwarna merah terang pada keracunan CO atau CN, warna kecokelatan pada keracunan anilin, nitrit, nitrat, sulfonal; mengetahui perubahan posisi mayat yang menetap, dan memperkirakan saat kematian.
beberapa saat akan terbentuk lebam mayat baru di daerah dada dan perut. Lebam mayat yang belum menetap atau masih hilang pada penekanan menunjukkan saat kematian kurang dari 8-12 jam sebelum pemeriksaan. Pada lebam mayat darah terdapat di dalam pembuluh darah,maka keadaan ini digunakan untuk membedakannya dengan resapan darah akibat trauma (ekstravasasi). Bila pada daerah tersebut dilakukan irisan dan kemudian disiram dengan air, maka warna merah darah akan hilang atau pudar pada lebam mayat, sedangkan pada resapan darah tidak menghilang.
Dari lebam mayat dapat diperoleh manfaat bagi kepentingan medikolegal :
e. Tanda pasti kematian. f.Lama kematian.
g. Posisi mayat waktu mati.
h. Sebab kematian (seperti pada keracunan CO, sianida) (Amir, 2008)
7. Kaku mayat (rigor mortis)
Kelenturan otot setelah kematian masih dipertahankan karena metabolisme tingkat seluler masih berjalan berupa pemecahan cadangan glikogen otot yang menghasilkan energi. Energi ini digunakan untuk mengubah ADP menjadi ATP. Selama masih terdapat ATP maka serabut aktin dan miosin tetap lentur.Bila cadangan glikogen dalam otot habis, maka energi tidak terbentuk lagi, aktin dan miosin menggumpal dan otot menjadi kaku.