• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Pasta Gigi Pepsodent Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara"

Copied!
98
0
0

Teks penuh

(1)
(2)

ABSTRAK

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty pasta gigi Pepsodet Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program corporate social responsibility terhadap brand loyalty Pasta Gigi Pepsodent.

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Pengerjaan metode analisis data dengan menggunakan bantuan software SPSS 20 for windows. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan 81 responden sebagai sampel penelitian yang didapatkan berdasarkan accidental sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap konsumen tentang penerapan program CSR (X) memiliki hubungan yang sangat erat terhadap brand loyalty sabun mandi Lifebouy (Y) dengan nilai R sebesar 0,677 dan R square sebesar 0,459. Persamaan regresi penelitian adalah Y = 6,184 + 0,649X + e. Secara keseluruhan variabel sikap konsumen tentang penerapan program CSR (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand loyalty pasta gigi pepsodet pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU.

(3)

ABSTRACT

The effect of Consumer Behavior about Corporate Social Responsibility program towards brand loyalty( a case study on Pepsodent for college students at FKG USU). The main purpose this research to analyze effect of consumer behavior towards brand loyalty.

This research is a causal associative type that aims to determine the relationship between two variables or more. The methods of data analysis using software SPSS 20 for Windows. The data which is used in this research are primary data and secondary data. This study using 81 respondents as the sample, obtained by accidental sampling methods.

The results of this research based on the analysis of simple linear regression shows that consumer behavior positively and significantly effect on the brand loyalty, R value 0,677 and R square 0,459. Regression formula for this analyze Y = 6,184 + 0,649X + e.

(4)
(5)

1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec. selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME., selaku Ketua Departemen S1 Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Marhayanie Msi., selaku Sekretaris Departemen Manajemen 4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, Msi., selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Bapak Liasta Ginting, SE,Msi., selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu untuk membimbing serta memberi arahan dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Ibu Dr. Yeni Absah, SE, Msi., selaku Dosen Pembaca Penilai meluangkan waktunya dalam memberikan saran dan kritik demi kesempurnaan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Civitas Akademik di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal pengetahuan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dan penulisan skripsi ini dengan baik.

8. Seluruh Staf dan Pegawai di Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara yang telah membantu penulis dalam hal penyelesaian administrasi selama masa pendidikan dan penyelesaian skripsi ini.

(6)

10. Kepada adikku sekaligus sahabatku Febrian, adikku yang paling sabar Satriani dan yang paling lucu Giza Saora yang telah memotivasi, mendoakan dan menyemangati penulis hingga penyelesaian skripsi ini. 11. Untuk Annisa, S.Farm, Apt teman dan sahabat saya tersayang terima kasih

untuk kebersamaan, perhatian, pegertian dan motivasi serta semangat yang positif kepada penulis selama masa perkuliahan dan juga dalam proses penyelesaian skripsi ini.

12. Kepada dunsanak anggota keluarga ex-K22b, Zikri azhari , Ficky Vernandes Isman, dan Gustaf Prameswara terima kasih untuk kebersamaan selama lebih kurang dua tahun satu atap, selalu ada untuk berbagi pikiran dan kegalauan. Semoga kisah ini untuk waktu yang sangat lama.

13. IMIB USU, terima kasih untuk pengalaman berorganisasi, semangat kekeluargaan dan semua proses pembelajarannya, saya sangat beruntung pernah terlibat dengan orang-orang hebat yang ada dalam organisasi ini. Kepada dunsanak IMIB USU 2008, Ririn Rahmala, Dinnya Darosha, Siska Ardilla, Dodi Darmawan terima kasih atas kebersamaan dan semangat saling berbagi, semoga kita masih bisa melangkah bersama kedepannya. Untuk sepupuku jauh sekali Randi Kendra Putra, konco Rio Ade Putra terima kasih untuk kebersamaannya selama ini.

(7)

15. Kepada rekan-rekan Manajemen FE USU angkatan 2008 terima kasih untuh semangat berbagi, kebersamaan, pengalaman selama masa perkuliahan ini. Agung S Naibaho, Ade Nurhidayat, Ifandi Akbar, Dian Hartati Lubis, Hani Aritonang, Anggi wigumanti, Marisa, Jamalluddin, Wina rizana dan kawan kawan daimyo, Khairul Efendi Lubis, Khairunnisa, Devi Wulandari, Dewi H, Desgon Hestian, dan M Khadafi Siregar. Dan rekan rekan Stambuk 2008 lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, sukses untuk kita semua.

16. Kepada kawan-kawan Manajemen FE USU 2009, 2010 dan 2011. Terima kasih atas kerja sama , berbagi pikiran dan pengalamannya.

17. Kepada Yulindia Pitri dan Elfiza fitrianis terima kasih telah membantu penulis dalam melakukan penelitian di FKG USU

18. Kepada Tri Lestari terima kasih atas motivasi dan dorongan kepada penulis, dan juga atas penjelasan hikmah di semester VIII ini.

19. Untuk tim pencari bakat, Fadhli Friandes, Salmi Hengky, Nanda Ferdiansyah, dan anggota harmonika 22, M Iqbal, Rachmat Hidayat, Leo Syahputra, Ade ismail, Yurizki, Dedi Amin, Febri, Fauzan terima kasih untuk tempat persinggahan dan semua bakatnya.

(8)

Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan peneliti lainnya, khususnya Mahasiswa Fakultas Ekonomi Departemen Manajemen Universitas Sumatera Utara.

Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua serta memberikan balasan kepada pihak-pihak yang telah bersedia membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Amin.

Medan, 15 Februari 2010

Penulis

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR LAMPIRAN... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 8

1.3 Tujuan Penelitian ... 8

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prilaku Konsumen ... 10

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 29

3.2 Tempat dan waktu Penelitian ... 29

3.3 Batasan Operasional ... 29

3.4 Definisi Operasional ... 30

3.5 Skala Pengukuran Variabel ... 32

3.6 Populasi dan Sampel ... 32

3.7 Jenis Dan Sumber Data ... 34

3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 35

3.9 Uji Validitas Dan Realibilitas ... 36

3.9.1 Uji Validitas ... 36

(10)

3.9.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 37

3.10 Teknik Analisis Data ... 38

3.10.1 Analisis Deskriptif ... 38

3.10.2 Uji asumsi klasik ... 38

3.10.3 Analisis Regresi Sederhana ... 40

3.10.4 Uji t ... 40

3.10.5 Koefisien Determinasi (R) ... 41

BAB IV HASILPENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran umum perusahaan ... 43

4.1.1 Sejarah singkat perusahaan ... 43

4.1.2 Perkembangan Perusahaan ... 44

4.2 Hasil Penelitian ... 48

4.2.1 Analisis deskriptif ... 48

4.2.3 Analisis deskriptif variabel ... 52

4.2.3 Uji asumsi klasik ... 55

4.3 Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 73

(11)

DAFTAR TABEL

No. Table Judul Halaman

3.1 Operasionalisasi Variabel ... 31

3.2 Instrumen Skala Likert ... 32

3.3 Hasisl Uji Validitas ... 37

3.4 Hasil Uji Realiabilitas ... 38

3.5 Nilai Interprestasi ... 42

4.1 Daftar produk pepsodent ... 46

4.2 Usia Responden ... 49

4.3 Jenis Kelamin Responden ... 49

4.4 Lama Menggunakan pepsodent sejak tahun ... 50

4.5 Mengetahui Pesodent ... 50

4.6 Jenis pepsodent ... 51

4.7 Distribusi tanggapan responden terhadap sikap konsumen ... 52

4.8 Distribusi tanggapan responden terhadap brand loyalty ... 54

4.9 One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test ... 58

4.10 Uji glejser ... 60

4.11 Uji multikolinearitas ... 61

4.12 Analisis regresi linear sederhana ... 62

4.13 Hasil Uji Signifika(Uji-t) ... 63

(12)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman

2.1 Model prilaku konsumen ... 11

2.2 Manifestasi Model Sikap... .. 14

2.6 Kerangka konseptual ... 27

4.1 Kurva Hasil Uji Normalitas ... 56

4.2 Grafik Hasil Uji Normalitas ... 57

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

(14)

ABSTRAK

Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty pasta gigi Pepsodet Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program corporate social responsibility terhadap brand loyalty Pasta Gigi Pepsodent.

Penelitian ini merupakan penelitian asosiatif kausal yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya. Pengerjaan metode analisis data dengan menggunakan bantuan software SPSS 20 for windows. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Penelitian ini menggunakan 81 responden sebagai sampel penelitian yang didapatkan berdasarkan accidental sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel sikap konsumen tentang penerapan program CSR (X) memiliki hubungan yang sangat erat terhadap brand loyalty sabun mandi Lifebouy (Y) dengan nilai R sebesar 0,677 dan R square sebesar 0,459. Persamaan regresi penelitian adalah Y = 6,184 + 0,649X + e. Secara keseluruhan variabel sikap konsumen tentang penerapan program CSR (X) berpengaruh positif dan signifikan terhadap brand loyalty pasta gigi pepsodet pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU.

(15)

ABSTRACT

The effect of Consumer Behavior about Corporate Social Responsibility program towards brand loyalty( a case study on Pepsodent for college students at FKG USU). The main purpose this research to analyze effect of consumer behavior towards brand loyalty.

This research is a causal associative type that aims to determine the relationship between two variables or more. The methods of data analysis using software SPSS 20 for Windows. The data which is used in this research are primary data and secondary data. This study using 81 respondents as the sample, obtained by accidental sampling methods.

The results of this research based on the analysis of simple linear regression shows that consumer behavior positively and significantly effect on the brand loyalty, R value 0,677 and R square 0,459. Regression formula for this analyze Y = 6,184 + 0,649X + e.

(16)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Ketatnya persaingan seringkali melatar belakangi perusahaan untuk menghalalkan segala cara untuk menekan biaya serendah-rendahnya dan meraih keuntungan yang tinggi (efisiensi). Dengan alasan efisiensi ini banyak perusahaan seringkali mengabaikan masalah-masalah sosial seperti kesejahteraan karyawan, keamanan lingkungan dan kepedulian sosial. Padahal, perusahaan baik skala besar atau kecil merupakan bagian dari lingkungan bisnis global.

Seiring dengan semakin besar dan luasnya pengaruh perusahaan terhadap kehidupan masyarakat, perusahaan sudah seharusnya bertanggung jawab terhadap keseluruhan lingkungan, baik internal maupun eksternal perusahaan. Setiap keputusan dan tindakan yang diambil perusahaan harus mencerminkan tanggung jawab perusahaan.

Namun dengan berjalannya waktu, pengaruh globalisasi dan internasionalisasi memaksa perusahaan mau tidak mau harus menyadari arti penting dari pertanggung jawaban sosial dan memasukkan tanggung jawab sosial dalam isu strategis bisnis mereka. Tidak jarang perusahaan memasukkan isu tanggung jawab sosial ke dalam visi dan misi perusahaan. Pertanggung jawaban sosial ini lazim disebut sabagai corporate social responsibility (CSR). Corporate social responsibility biasanya dipahami sebagai cara sebuah perusahaan dalam

(17)

lingkungan dan persoalan-persoalan sosial dan dalam waktu yang sama bisa memenuhi harapan dari shareholders maupun stakeholders.

Ide Corporate Social Responsibility (CSR) sendiri mulai digunakan sejak tahun 1970-an, namun hingga saat ini masih menjadi tema hangat untuk di bahas.

The World Bussiness Council for Sustainable Development (WBCSD)

mendefinisikan CSR sebagai komitmen perusahaan untuk berkontribusi dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan, bekerja dengan para karyawan perusahaan, keluarga karyawan, komunitas lokal dan komunitas secara keseluruhan dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan.

Di Indonesia, penerapan CSR telah ada sejak tahun 1990-an. Namun hingga saat ini perkembangan CSR masih membutuhkan banyak perhatian semua pihak, baik pemerintah, masyarakat luas maupun perusahaan. CSR di Indonesia telah diatur dalam UU No.40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Dalam UU No. 40 Tahun 2007, pasal 74 ayat (1) menyatakan perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Keputusan Menteri BUMN Nomor : Kep-236/MBU/2003 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan (PKBL).

Corporate social responsibility merupakan suatu elemen penting dalam

(18)

untuk memelihara kualitas lingkungan dimana mereka beroperasi demi peningkatan kualitas hidup masyarakat dalam jangka panjang, baik untuk generasi saat ini maupun bagi generasi penerus. Namun perusahaan juga memperhatikan aspek ekonomis dimana kegiatan sosial ini diharapkan akan membentuk citra positif perusahaan dimata masyarakat yang nantinya akan mempengaruhi peningkatan profit perusahaan.

Berdasarkan riset yang dilakukan oleh United States-based Business for Social Responsibility (BSR) pada tahun 2002, banyak sekali keuntungan yang

didapatkan oleh perusahaan yang telah mempraktekkan corporate social responsibility antara lain:

1. Meningkatkan kinerja keuangan 2. Mengurangi biaya operasional

3. Meningkatkan brand image dan reputasi perusahaan 4. Meningkatkan penjualan dan loyalitas pelanggan

Hasil riset yang dilakukan oleh Roper Search Worldwide dalam Susanto (2007:5) menunjukkan 75% responden memberi nilai lebih kepada produk dan jasa yang dipasarkan oleh perusahaan yang memberi kontribusi nyata kepada komunitas melalui program pengembangan. Sekitar 66% responden juga menunjukkan mereka siap berganti merek kepada merek perusahaan yang memiliki citra sosial yang positif yang didapatkan melalui CSR.

Berdasarkan riset tersebut dapat dilihat bahwa CSR dapat menciptakan Brand loyalty. Dengan adanya CSR, akan memberikan kesan positif terhadap

(19)

yang membentuk ikatan emosional dibenak konsumen, lama kelamaan ikatan emosional tersebut akan berkembang menjadi brand loyalty.

Program corporate social responsibility bila di kelola dengan baik akan menciptakan suatu kaitan emosional antara masyarakat dengan perusahaan yang nantinya akan berdampak pada brand awareness, dan lama-kelamaan akan berkembang menjadi brand loyalty yang akan menciptakan ekuitas merek yang menguntungkan bagi perusahaan (Temporal dan Trott, 2005:37).

Banyak kegiatan-kegiatan yang bisa dilakukan untuk membangun brand loyalty, diantaranya adalah kegiatan yang berhubungan dengan penjualan seperti

promosi. Namun brand loyalty juga bisa dibangun dengan membentuk citra positif perusahaan melalui kegiatan-kegiatan yang terangkum dalam corporate sosial responsibility. Mowen dan Minor (2002:108) mendefinisikan brand loyalty

sebagai sejauh mana seseorang pelanggan menunjukkan sikap positif terhadap suatu merek, mempunyai komitmen pada merek tertentu, dan berniat untuk terus membelinya dimasa depan.

Corporate social responsibility (CSR) bagi kalangan dunia usaha bukan

(20)

perusahaan. Visi perusahaan yang terdiri dari empat pilar yang menggambarkan arah dan tujuan jangka panjang perusahaan. Empat pilar itu adalah (1)“Kami bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik setiap hari.(2)Kami membantu orang-orang merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan dengan brand dan pelayanan yang baik bagi mereka dan bagi orang lain.(3) Kami menjadi sumber inspirasi orang-orang untuk melakukan hal kecil setiap hari yang dapat membuat perbedaan besar bagi dunia.(4) Kami akan mengembangkan cara baru dalam melakukan bisnis dengan tujuan membesarkan perusahaan kami dua kali lipat sambil mengurangi dampak lingkungan”. Misi korporasi Unilever adalah untuk meningkatkan vitalitas hidup. Hal ini menunjukkan bagaimana perusahaan benar-benar memahami pelanggan abad 21 dan kehidupan mereka.(www.unilever.com)

Sebagai perusahaan yang mempunyai tanggung jawab sosial, Unilever Indonesia menjalankan program Corporate Social Responsibility (CSR) yang luas. Keempat pilar program Unilever adalah Lingkungan, Nutrisi, Higiene dan Pertanian Berkelanjutan. Program CSR termasuk antara lain kampanye Cuci Tangan dnegan Sabun (lifebuoy), program Edukasi kesehatan Gigi dan Mulut (Pepsodent), program Pelestarian Makanan Tradisional (Bango) serta program Memerangi Kelaparan untuk membantu anak Indonesia yang kekurangan gizi (Blue Band).

(21)

Indonesia yang benar-benar menjalankan misinya. Bekerja sama dengan Departemen Pendidikan dan Kesehatan Pemerintah Indonesia dan diakui oleh Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), sejak tahun 1990an, Pepsodent telah menjalankan Program Sekolah yang hingga tahun 2006 telah menjangkau lebih dari 3,2 juta anak-anak berusia di bawah 12 tahun di seluruh Indonesia dan jumlah ini terus meningkat. Program ini meningkatkan kebiasaan menyikat gigi secara benar dan semenjak dini untuk mencegah masalah gigi khususnya gigi berlubang.

Pepsodent juga memahami bahwa banyak bagian di Indonesia yang mengalami masalah gigi dan juga dihadapkan pada masalah rendahnya jumlah dokter gigi dan jumlah penduduk itu sendiri. Itulah sebabnya program Pemeriksaan Gigi Gratis Pepsodent khusus dirancang untuk menjangkau orang-orang ini dengan memberikan perawatan dan pendidikan gigi gratis dengan cara yang menyenangkan dan memungkinkan. Dengan kembali bekerja sama dengan Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI), pepsodent kembali menyelenggarakan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2011 selama bulan September dan Oktober.

(22)

nasionan Pepsodent ini sebenarnya bukan hanya kampanye produk, namun serta merta membawa nama baik Unilever.

Kegiatan corporate social responsibility merupakan salah satu alternatif yang inovatif dan sulit ditiru oleh kompetitor dalam membina hubungn baik dengan konsumen (consumer relationship). Setiap perusahaan mempunyai strategi sendiri-sendiri dalam penerapan program corporate social responsibility. Banyak penelitian yang menyebutkan bahwa program corporate social responsibility mendatangkan banyak keuntungan bagi perusahaan dan membawa efek yang positif bagi masyarakat. Kegiatan corporate social responsibility yang telah dilakukan Pepsodent diintegrasikan ke dalam bauran pemasaran (khususnya bauran promosi). Akan tetapi perusahaan perlu mengetahui apakah program corporate social responsibility yang telah mereka lakukan membawa dampak yang signifikan terhadap sikap konsumen terutama loyalitas merek atau tidak. Oleh karena dasar itulah penulis bermaksud untuk mengetahui bagaimanakah respon konsumen terhadap kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan Pepsodent dan apakah kegiatan corporate social responsibility yang dilakukan Pepsodent ini membawa efek langsung terhadap perilaku pembelian konsumen dengan melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Sikap konsumen Tentang Penerapan Corporate Social Responsibility Terhadap Brand Loyalty Pasta Gigi Merek Pepsodent Pada Mahasiswa FKG USU ”

1.2. Perumusan Masalah

(23)

antara sikap konsumen tentang penerapan program corporate social responsibility terhadap brand loyalty pasta gigi merek Pepsodent?”

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai peneliti : Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh sikap konsumen dalam penerapan program corporate social responsibility terhadap brand loyalty pasta gigi Pepsodent.

1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi penulis

Untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta sebagai sarana untuk latihan berpikir secara logis dan sistematis. Serta sebagai implementasi untuk menerapkan teori yang telah diperoleh di bangku kuliah dalam praktek yang sebenarnya.

1.4.2 Bagi perusahaan

Sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan untuk mengembangkan program corporate social responsibility (CSR).

1.4.3 Bagi peneliti lain

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1Prilaku Konsumen

Prilaku konsumen menurut Mowen dan Minor (2002:6) adalah studi tentang unit pembelian (buying habits) dan proses pertukaran yang melibatkan perolehan, konsumsi dan pembuangan barang, jasa, pengalaman serta ide-ide. Sedangkan Engel, Blackwell dan Miniard (1994:3), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang mendahului dan menyusuli tindakan ini.

(25)

Rangsangan Harga teknologi Social

pencarian informasi

pilihan merek

Tempat politik Pribadi evaluasi

pilihan penyalur promosi budaya psikologis keputusa

waktu Gambar 2.1 Model Prilaku Konsumen

Sumber : Kotler (2002:183),

Menurut Kotler (2002:183), faktor-faktor utama yang mempengaruhi perilaku pembelian adalah faktor budaya, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Faktor-faktor psikologis yang dapat mempengaruhi perilaku pembelian konsumen yaitu motivasi, pembelajaran, persepsi dan sikap.

2.2 Pengertian dan Model Sikap 2.2.1 Pengertian Sikap

Sikap adalah sebuah susunan dari motivasi, emosi persepsi dan proses kognitif dengan mempertimbangkan beberapa aspek lingkungan. Sebuah Eko nomi sikap adalah cara kita berpikir, merasa dan bertindak terhadap aspek-aspek lingkungan seperti toko, program televisi dan lain-lain. (Del Hawkins,2001:394).

(26)

2.2.2 Model Sikap

Secara garis besar, Sumarwan (2002:82) mengungkapkan bahwa terdapat beberapa model sikap, antara lain:

a. The Tricomponent Attitude Model (Triandis). Sikap konsumen terhadap

suatu produk terbentuk dari tiga komponen yaitu kepercayaan (kognitif), emosi (afektif) dan keinginan berperilaku (konatif).

b. Multi Attribute Atitude Model (Fishbein). Model multiatribut menjelaskan bahwa sikap konsumen terhadap suatu model sikap (produk atau merek) sangat ditentukan oleh sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang dievaluasi. Model tersebut disebut multi atribut karena evaluasi konsumen terhadap objek berdasarkan kepada evaluasinya terhadap banyak atribut yang dimiliki oleh objek tersebut.

c. Ideal Point Model (Model Angka-Ideal). Engel et al. dalam Sumarwan

(2002:82), menjelaskan bahwa model angka ideal ini memberikan informasi mengenai sikap konsumen terhadap merek suatu produk dan sekaligus bisa memberikan informasi mengenai merek yang ideal yang dirasakan konsumen.

(27)

1) Komponen kognitif dari sikap menggambarkan pengetahuan dan persepsi terhadap suatu objek sikap. Pengetahuan dan persepsi tersebut diperoleh melalui pengalaman langsung dari objek sikap tersebut dan informasi dari berbagai sumber lainnya. Pengetahuan dan persepsi tersebut biasanya berbentuk kepercayaan (beliefs) artinya konsumen mempercayai bahwa suatu objek sikap memiliki atribut dan perilaku yang spesifik dan akan mengarahkan pada hasil yang spesifik.Kepercayaan yang dikatakan mewakili asosiasi yang konsumen bentuk antara objek, atribut, dan manfaat, didasarkan atas proses pembelajaran kognitif. Seseorang membentuk tiga jenis kepercayaan (Mowen dan Minor, 2002:312):

a) Kepercayaan atribut-objek

Kepercayan atribut-objek menghubungkan sebuah atribut dengan objek, seperti seseorang, barang atau jasa.

b) Kepercayaan manfaat-atribut

Kepercayaan atribut-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh sebuah atribut tertentu menghasilkan atau memberikan manfaat tertentu.

c) Kepercayaan manfaat objek

Kepercayaan objek-manfaat merupakan persepsi konsumen tentang seberapa jauh produk, orang atau jasa tertentu yang akan memberikan manfaat tertentu.

(28)

evaluasi menyeluruh terhadap objek sikap (produk atau merek). Afektif mengungkapkan penilaian konsumen terhadap suatu produk apakah baik atau buruk, disukai atau tidak disukai.

3) Komponen konatif. Konatif adalah komponen ketiga dari sikap yang menggambarkan kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan objek sikap (produk atau merek tertentu).

2.2.3 Manifestasi Model Sikap

Inisiator Komponen Manifestasi Komponen Sikap

Gambar 2.2 Manifestasi Model Sikap Sumber : Del Hawkins et al (2001:395) 2.3 Tinjauan Mengenai Brand (Merek)

2.3.1 Pengertian Brand (Merek)

Merek (brand) menjadi elamen yang penting bagi perusahaan bukan hanya sebuah nama,logo atau symbol, tapi memiliki peranan yang lebih besar dari pada

Stimuli :

(29)

itu. Merek adalah payung yang merepresentasikan produk atau layanan yang ditawarkan, dapat berperan sebagai orang, perusahaan maupun berperan sebagai Negara. Merek merupakan cerminan value yang diberikan perusahaan kepada pelanggan. Produk tanpa merek akan menjadi komoditas, sedangkan produk yang diberikan merek akan memiliki nilai lebih tinggi di mata pelanggan

Menurut Kotler (2002:357), merek adalah tanda, simbol atau rancangan atau kombinasi dari semua ini yang dimaksudkan untuk mengidentifikasi produk atau jasa dari satu atau kelompok penjual dan membedakannya dari produk pesaing. Sedangkan menurut pendapat Kartajaya (2005:182), merek tidak sekedar nama. Berdasarkan pendapat tersebut dapat dikemukakan bahwa merek disamping menjadi identitas produk yang membedakan dengan produk pesaing tetapi juga memberi manfaat baik bagi pembeli, penjual maupun bagi masyarakat.

2.3.2 Brand Loyalty (Loyalitas Merek)

Oliver dalam Tjiptono (2005:387) mengemukakan bahwa loyalitas merek adalah komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga menimbulkan pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek.

(30)

yang bias identifikasikan apakah seorang konsumen mendekati loyal atau tidak. Selanjutnya dikemukakan empat hal yang menunjukkan kencenderungan konsumen loyal yaitu sebagai berikut:

a) Konsumen yang loyal terhadap merek cenderung percaya diri terhadap pilihannya.

b) Konsumen yang loyal lebih memungkinkan merasakan resiko yang lebihtinggi dalam pembeliannya.

c) Konsumen yang loyal terhadap merek juga memungkinkan loyal terhadap tempat produksi barang atau jasa.

d) Kelompok yang minoritas cenderung untuk loyal terhadap merek.

2.3.3 Tingkat Loyalitas Merek

Menurut David Aeker dalam buku Managing Brand Equity (dalam MIM Academy Brand Operation 2010:71) mendefinisikan Brand loyalty adalah sebuah

ukuran ketertarikan pelanggan suatu merek.”Brand loyalty is a measure of the attachment that acostumer has to brand”.

Tingkat ketertarikan pelanggan terhadap suatu merek dapat di bagi kedalam empat tingkat, antara lain:

a) Switcher/price sensitive

Pada tingkat ini, pelanggan tidak loyal kepada merek atau belum memiliki brand equity yang kuat. Setiap merek dipersepsikan memberikan kepuasan

(31)

b) Satisfied/habitual buyer

Pada tingkat ini, pelanggan merasa puas terhadap produk atau setidaknya puas terhadap perusahaan. Pelanggan juga sensitif terhadap benefit baru yang ditawarkan kepada mereka.

c) Satisfied buyer with switching cost

Pada tingkat ini, pelanggan merasa puas terhadap produk. Mereka harus mengaluarkan biaya tertentu apabila ingin berpindah merek. Pada tingkatan ini, pelanggan sensitif dangan benefit yang dapat melampaui biaya untuk beralih ke merak lain (switching cost).

d) Commited buyer

Pada tingkatan ini, pelanggan memiliki rasa bangga menggunakan produk yang ditawarkan perusahaan. Mereka merekomendasikan merek yang sama kepada orang lain. Pada tingkatan ini, merek produk memiliki brand equity yang kuat dimabat pelanggan.

2.4 Promosi

(32)

Promosi adalah segala bentuk komunikasi yang digunakan untuk menginformasikan (to inform), membujuk (to persuade), atau mengingatkan orang-orang tentang produk yang dihasilkan organisasi, individu, ataupun rumah tangga (Simamora, 2003:285).

2.4.1 Bauran Promosi (Promotion Mix) a. Periklanan (Advertising)

Periklanan merupakan salah satu bentuk dari komunikasi impersonal yang digunakan oleh perusahaan barang atau jasa. Peranan periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran (awareness) terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, menambah pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan, membujuk calon konsumen untuk membeli atau menggunakan jasa tersebut, dan membedakan diri perusahaan satu dengan perusahaan lain.

b. Penjualan perseorangan (Personal Selling)

Penjualan perseorangan mempunyai peranan penting dalam pemasaran jasa, karena :

1. Interaksi secara personal antara penyedia jasa dan konsumen sangat penting.

2. Jasa tersebut disediakan oleh orang bukan oleh mesin. 3. Orang merupakan bagian dari produk jasa.

(33)

bukan prospek (calon pembeli) sebaliknya, melalui penjualan perorangan perusahaan sudah berhadapan dengan calon pembeli potensial.

c. Promosi Penjualan

Promosi penjualan adalah semua kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang atau jasa dari produsen sampai pada penjualan akhirnya.

Promosi penjualan dapat diberikan kepada :

1. Konsumen, berupa penawaran cuma – cuma, sampel, demo produk, kupon, pengembalian tunai, hadiah, kontes, dan garansi.

2. Perantara, berupa barang cuma – cuma, diskon, iklan kerja sama, distribution contests, penghargaan.

3. Tenaga penjualan, berupa bonus, penghargaan , dan hadiah untuk tenaga penjualan terbaik.

d. Hubungan Masyarakat (Public Relational)

Hubungan masyarakat merupakan kiat pemasaran penting lainnya, di mana perusahaan tidak hanya harus berhubungan dengan pelanggan, pemasok, dan penyalur, tetapi juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan publik yang lebih besar.

Hubungan masyarakat sangat peduli terhadap beberapa tugas pemasaran, antara lain :

1. Membangun citra.

(34)

4. Memperkuat positioning perusahaan. 5. Memengaruhi publik yang spesifik.

6. Mengadakan peluncuran untuk produk / jasa baru.

Program hubungan masyarakat, antara lain : 1) Publikasi.

2) Acara – acara penting. 3) Hubungan dengan investor. 4) Pameran.

5) Mensponsori beberapa acara.

e. Informasi dari Mulut ke Mulut (Word of Mouth)

Dalam hal ini peranan orang sangat penting dalam mempromosikan jasa. Pelanggan sangat dekat dengan penyampaian jasa. Dengan kata lain pelanggan tersebut akan berbicara kepada pelanggan lain yang berpotensial tentang pengalamannnya. Sehingga informasi dari mulut - kemulut ini sangat besar pengaruhnya dan dampaknya terhadap pemasaran dibandingkan dengan aktivitas komunikasi lainnya.

f. Pemasaran Langsung (Direct Marketing)

(35)

2.5 Corporate Social Responsibility(CSR)

Corporate Social Responsibilities (CSR) adalah kegiatan-kegiatan sosial

yang dilakukan perusahaan sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan terhadap masyarakat luas dan lingkungan. Kotler dan Lee (2005) mendefinisikan Tanggung Jawab Sosial perusahaan (CSR) sebagai komitmen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui diskresioner praktek bisnis dan perusahaan sumber daya. Ada beberapa bentuk inisiatif sosial yang menunjukkan utama kegiatan untuk mendukung alasan sosial dan untuk mendukung komitmen untuk melakukan CSR. Keenam inisiatif sosial dieksplorasi adalah sebagai berikut:

1. Penyebab promosi: korporasi menyediakan dana, kontribusi, atau lainnya perusahaan sumber daya untuk meningkatkan kesadaran dan keprihatinan tentang penyebab sosial atau untuk dukungan penggalangan dana, partisipasi, atau sukarelawan untuk suatu tujuan;

2. Penyebab yang berhubungan dengan pemasaran: suatu korporasi berkomitmen untuk memberikan kontribusi atau menyumbangkan persentase dari pendapatan ke Specifik menyebabkan berdasarkan penjualan produk;

(36)

4. Perusahaan filantropi: korporasi membuat kontribusi langsung untuk amal atau menyebabkan, paling sering dalam bentuk tunai hibah, sumbangan, dan layanan yang baik.

5. Komunitas sukarelawan: korporasi mendukung dan mendorong karyawan, ritel mitra, dan anggota lain untuk merelakan waktu mereka untuk mendukung local organisasi masyarakat dan penyebabnya.

6. Bertanggung jawab sosial praktek bisnis: sebuah perusahaan mengadopsi dan melakukan diskresioner praktek bisnis dan investasi yang mendukung penyebab sosial untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan melindungi lingkungan.

Sedangkan Corporate social responsibility menurut Murray dan Vogel (1997:20) adalah:“Pro-social corporate endeavors or corporate social performance has traditionally been conceptualized rather broadly as the

managerial obligation to take action to protect and improve both the welfare of

society as the whole and the interest of organizations.”

(37)

Sedangkan pengertian corporate social responsibility menurut Bank Dunia (Swa, Desember 2005) adalah: “CSR is the commitment of business to contribute to sustainable economic development working with employees and their

representatives, the local community and society at large to improve quality of

life, in ways that are both good for business and good for development.”

Corporate social responsibility adalah janji bisnis untuk menyumbang

pembangunan ekonomi yang berkesinambungan bersama dengan karyawan dan perwakilan mereka, untuk komunitas lokal dan masyarakat luas untuk meningkatkan kualitas kehidupan, yang saling menguntungkan untuk bisnis dan pembangunan.

Sedangkan pengertian corporate social responsibility versi Uni Eropa (Swa, Desember 2005) dalam adalah: “CSR is a concept whereby companies integrate social and environmental concerns in their business operations and in

their interaction with their stakeholders on a voluntary basis.”

CSR adalah sebuah konsep dimana perusahaan memberikan perhatian terhadap masyarakat dan lingkungan secara terintegrasi dalam operasi bisnisnya dan di dalam interaksi mereka dengan stakeholder yang sifatnya sukarela. Sen dan Bhattacharya (2001:112) mengidentifikasi ada enam hal pokok yang termasuk dalam corporate social responsibility ini yaitu:

a. Community support, antara lain dukungan pada program- program

(38)

b. Diversity, merupakan kebijakan perusahaan untuk tidak membedakan konsumen dan calon pekerja dalam hal gender, fisik (cacat), atau ke dalam ras-ras tertentu.

c. Employee support, berupa perlindungan kepada tenaga kerja, insentif dan penghargaan serta jaminan keselamatan kerja.

d. Environment, menciptakan lingkungan yang sehat dan aman, mengelola

limbah dengan baik, menciptakan produk-produk yang ramah lingkungan dan lain-lain.

e. Non-U.S operations. Perusahaan bertanggung jawab untuk memberikan

hak yang sama bagi masyarakat dunia untuk mendapat kesempatan bekerja antara lain dengan membuka pabrik di luar negeri (abroad operations).

f. Produc,t Perusahaan berkewajiban untuk membuat produk-produk yang

aman bagi kesehatan, tidak menipu, melakukan riset dan pengembangan produk secara kontinyu dan menggunakan kemasan yang bisa didaur ulang (recycled).

Sebuah perusahaan bisa menenerapkan salah satu atau seluruh bentuk corporate social responsibility yang tersebut di atas. Persaingan yang ketat

membuat perusahaan berharap bahwa kegiatan corporate social responsibility ini akan membantu perusahaan untuk memberikan nilai lebih bagi pelanggan dan meningkatkan loyalitas mereka pada produk-produk perusahaan. Agar kegiatan corporate social responsibility ini benar-benar efektif, perusahaan harus

(39)

corporate social responsibility dan juga memperkirakan dengan cermat sumber

daya yang dibutuhkan untuk program ini.

Dari sudut pandang perusahaan, Harris dan Klepper dalam Moir (2001:92), alasan-alasan utama perusahaan dalam menjalankan aktivitas corporate social responsibility adalah:

a. Corporate citizenship, menjalankan peran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat.

b. Melindungi dan meningkatkan kualitas lingkungan, dimana dengan lingkungan yang baik, perusahaan akan dapat menjalankan bisnis dengan lebih baik.

c. Memberikan penghargaan kepada karyawan sehingga perusahaan akan mendapatkan beberapa keuntungan seperti loyalitas karyawan

d. Public relations, mewujudkan nilai-nilai hubungan dengan masyarakat` e. Pluralisme, memberikan jaminan agar masyarakat luas tetap dapat

memberikan pilihan atas usaha pemerintah dan sektor swasta

f. Komitmen dari manajer dan staf senior untuk ikut terlibat dalam masalah-masalah dalam masyarakat.

2.5 Penelitian Terdahulu

1) Penelitian dengan judul “The Influence of Corporate Social Responsibility Activity toward Customer Loyalty through Improvement of Quality of Life

in Urban Area” yang dilakukan Tengku Ezni Balqiah et al dalam The

South Eaast Asian Journal of Management tahun 2011 . Penelitian ini

(40)

dapat membuat kompetitif keuntungan dengan mempengaruhi tanggapan pelanggan terhadap penawaran perusahaan. Nasabah kesadaran Aktivitas CSR akan mempengaruhi loyalitas mereka melalui persepsi mereka bahwa aktivitas dapat meningkatkan masyarakat kualitas hidup dimana kegiatan CSR diterapkan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi hubungan antara kesadaran CSR dan loyalitas yang dimediasi oleh CSR Kepercayaan, Perusahaan Kepercayaan Kemampuan, Kualitas Hidup, dan Reputasi Perusahaan dengan menggunakan Struktural Persamaan Pemodelan (SEM). Hasil penelitian menunjukkan sedikit perbedaan di antara lima perusahaan / merek sebagai obyek penelitian, yang minuman, sabun, mobil, pelumas, dan rokok. Hasil ini memiliki implikasi bagi perusahaan yang kegiatan CSR tidak hanya dikenakan biaya kegiatan pusat, tetapi juga dapat membuat reputasi, dan dalam jangka panjang dapat menciptakan loyalitas pelanggan yang memberikan kontribusi untuk terhadap keuangan perusahaan.

2) Penelitian dengan judul ” Pengaruh Sikap Konsumen Tentang Penerapan Program Corporate Social Responsibility (CSR) Terhadap Brand Loyalty Air Mineral Merek Aqua” dilakukan oleh Firdaus, mahasiswi Fakultas Ekonomi USU. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat korelasi atau hubungan antara sikap konsumen dalam penerapan program corporate social responsibility dan brand loyalty merupakan hubungan yang

(41)
(42)

2.7 Hipotesis

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian asosiatif kausal. Penelitian asosiatif kausal adalah penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lainnya (Umar, 2003:35)

Oleh Karena itu penelitian ini akan menganalisis sikap konsumen terhadap penerapan CSR sebagai variabel independen terhadap brand loyalty sebagai variable dependen pada produk pasta gigi Pepsodent pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan pada Fakultas Kedokteran Gigi Unversitas Sumatera Utara yang beralamat di jalan Alumni no 2 kampus USU. Waktu penelitian mulai bulan Mei 2012 sampai dengan Juli 2012.

3.3. Batasan Operasional Variabel

Penelitian yang baik adalah penelitian yang dilakukan secara terfokus dan mendalam. Agar penelitian dapat dilakukan secara terfokus, maka tidak semua masalah akan diteliti. Untuk itu diperlukan batasan, variabel apa saja yang akan diteliti serta bagaimana hubungan variabel tersebut dengan variabel yang lain. Penelitian ini hanya dibatasi mengenai sikap konsumen pada corporate social responsibility yang telah dilakukan oleh Pepsodent dan pengaruhnya terhadap

(44)

3.4. Defenisi Operasional

Dalam penelitian ini variabel yang diteliti dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable). Definisi operasional untuk masing-masing variable adalah sebagai berikut:

a. Variabel bebas (independent variabel) adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi penyebab terjadinya perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2006:33). Pada penelitian ini variabel bebasnya adalah sikap pada penerapan program corporate social responsibility (X), yaitu berkaitan dengan tindakan dan juga perasaan konsumen terhadap penerapan program CSR yang dilakukan oleh pepsodent yang meliputi beberapa hal berikut :

1. Komponen kognitif, yaitu berupa kepercayaan (beliefs) konsumen terhadap motivasi dan kesesuaian (fit) program CSR ang dilakukan oleh pepsodent.

2. Komponen afektif, yaitu berupa perasaan (senang atau tidak senang) konsumen pada penerapan program CSR yang dilakukan oleh pepsodent. 3. Komponen konatif, yaitu menggambarkan kecendrungan dari seseorang

untuk melakukan tindakan tertentu yang berkaitan dengan penerapan program CSR.

(45)

pasta gigi Pepsodent. Brand Loyalty yaitu komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga menimbulkan pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya pemasaran berpotensi menyebabkan perilaku beralih merek.

Tabel 3.1

Operasionalisasi Variabel

Variable Defnisi Indikator Skala

Sikap konsumen X

Berupa kepercayaan (beliefs) konsumen yangdidapatkan melalui pengalaman individu terhadap motivasi dan kesesuaian (fit) program Corporate Social

Responsibility yang dilakukan oleh Pepsodent

a. Kognitif kepercayaan) b. Afektif (perasaan) c. Konatif (tindakan)

Likert

Brand loyalty (Y)

Komitmen yang dipegang teguh untuk membeli ulang atau berlangganan dengan produk/jasa yang disukai secara konsisten di masa mendatang, sehingga menimbulkan pembelian merek yang sama secara berulang meskipun pengaruh situasional dan upaya

pemasaran berpotensi

menyebabkan perilaku beralih merek.

a. Faktor tingkat harga (price premium) b. Faktor keyakinan

pilihan produk c. Faktor menyukai

merek (liking the brand)

d. Faktor kebiasaan (habitual buying) e. Word of mouth

Likert

3.5 Skala Pengukuran Variabel

(46)

fenomena sosial (Sugiyono, 2008:132). Peneliti memberikan lima alternatif jawaban kepada responden dengan menggunakan skala 1 sampai dengan 5 untuk keperluan analisis kuantitatif penelitian, yang dapat dilihat pada Tabel 3.5dibawah ini :

Table 3.2

Instrument Skala Likert

No Alternative jawaban Skor

1 Sangat Setuju 5

2 Setuju 4

3 Kurang setuju 3

4 Tidak setuju 2

5 Sangat tidak setuju 1

Sumber : Sugiyono,( 2008:133) 3.6Populasi dan Sampel

3.6.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2008:133). Di dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang menggunakan pasta gigi Pepsodent dan mengetahui tentang hal penerapan program Icorporate social responsibility (CSR) yang dilakukan oleh Pepsodent yaitu”Bulan Kesehatan Gigi

(47)

3.6.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2008:132). Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian adalah purposive sampling dimana peneliti memilih sampel berdasarkan penelitian terhadap beberapa karakteristik anggota sampel yang disesuaikan dengan maksud penelitian (Kuncoro, 2009:139). Sampel diambil dengan teknik accidental sampling yang merupakan teknik pengambilan sampel dimana responden yang dipilih peneliti kebetulan ditemui oleh peneliti yang jumlahnya tidak diketahui, sehingga untuk menentukan jumlah sampel digunakan rumus sebagai berikut (Supramono dan Haryanto, 2003:62):

n = Keterangan :

n = jumlah sampel

Zα = nilai standar normal yang besarnya tergantung α bila α = 0,05 z = 1,67

bila α = 0,01 z = 1,96 p = estimator proporsi populasi

q = 1-p

d = penyimpangan yang ditolerir

(48)

p , dan nilai

q= 1-0,7= 0,3

Dengan demikian, jumlah sampel yang mewakili populasi dalam penelitian ini adalah:

n =

n = , , ,

, = 80,67

maka dari perhitungan di atas maka sampel penelitian ini di bulatkan menjadi 81 orang sampel.

3.7. Jenis Dan Sumber Data

Penelitian ini menggunakan dua jenis sumber data, yaitu data primer dan data sekunder.

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari obyek penelitian melalui kuesioner dan wawancara terstruktur kepada responden.

b. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber lain yang telah mengolah informasi terlebih dahulu seperti dari pihak perusahaan, jurnal, buku-buku pendukung, penelusuran internet dan sebagainya.

3.8. Teknik Pengumpulan Data 3.8.1 Wawancara

(49)

3.8.2 Daftar Pertanyaan (kuesioner)

Merupakan teknik menggunakan angket atau kuesioner dalam suatu cara pengumpulan data adalah dengan memberikan dan menyebarkan daftar pertanyaan kepada responden, dengan harapan mereka dapat memberi respon atas daftar pertanyaan tersebut. Jawaban tersebut selanjutnya diberi skor dengan skala Likert.

3.8.3 Studi Dokumentasi

Yaitu pengumpulan data dengan cara mempelajari jurnal ilmiah, buku-buku pendukung, penelusuran internet dan sebagainya yang berhubungan dengan masalah yang diteliti.

3.9. Uji Validitas Dan Realibilitas 3.9.1 Uji Validitas

Suatu skala pengukuran disebut valid bila melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan mengukur apa yang seharusnya diukur. Bila skala pengukuran tidak valid maka tidak bermanfaat bagi peneliti karena tidak mengukur apa yang seharusnya dilakukan (Kuncoro, 2009:172). Pengujian validitas instrumen dengan menggunakan program SPSS 17, dengan kriteria sebagai berikut :

a) Jika rhitung ≥ rtabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan valid b) Jika rhitung < rtabel maka pertanyaan tersebut dinyatakan tidak valid

(50)

3.9.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan tingkat kepercayaan alat ukur. Bila suatu alat ukur dipakai dua kali untuk mengukur gejala yang sama dan hasil pengukuran diperoleh relatif konsisten, maka alat pengukur tersebut reliabel (Situmorang, 2011:79). Butir pertanyaan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya sebagai berikut :

1. Jika ralpha ≥ rtabelmaka pertanyaan reliabel

2. Jika ralpha < rtabelmaka pertanyaan tidak reliable

3.9.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Setelah melakukan uji validitas terhadap 30 orang mahasiswa FKG USU di luar sampel di dapat kan hasil sebagai berikut

Table 3.3

Table Hasil Uji Validitas NO Scale

(51)

Tabel 3.3 menunjukkan seluruh butir pernyataan telah valid karena jumlah r hitung diatas r tabel untuk responden 30 orang. Hal ini dapat di lihat dari semua nilai

Corrected Item-Total Correlation sudah di atas 0.361. Dengan demikian

kuesioner dapat dilanjutkan pada tahap pengujian reliabilitas.

Menurut Kuncoro (dalam Ginting dan Situmorang, 2011:82) butir pernyataan yang sudah dinyatakan valid dalam uji validitas akan ditentukan reliabilitasnya dengan kriteria jika nilai Cronbach’s Alpha >0.80 maka pertanyaan reliabel.

Table 3.4 Table uji realiabilitas

Cronbach's Alpha N of Items

.867 10

Sumber : Output SPSS (Juni 2012)

Pada Table 3.4, hasil pengujian reliabilitas menunjukkan bahwa 10 pernyataan dengan koefisien alpha (Cronbach’s Alpha) adalah 0.867. Hal ini berarti 0.867 > 0.80 sehingga dapat dinyatakan bahwa kuesioner tersebut telah reliabel dan dapat disebarkan kepada responden untuk dijadikan sebagai instrument penelitian.

3.10. Teknik Analisis Data 3.10.1 Analisis Deskriptif

(52)

3.10.2 Uji asumsi klasik

Sebelum melakukan analisis regresi, agar didapat perkiraan yang efisien dan tidak bias maka dilakukan uji asumsi klasik. Beberapa kriteria persyaratan asumsi klasik yang harus dipenuhi.

3.10.2.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah distribusi sebuah data mendekati distribusi normal, yaitu data dengan bentuk lonceng, data tidak melenceng ke kiri dan kanan, dan titik-titik mengikuti data di sepanjang garis diagonal. Untuk memastikan apakah data di sepanjang garis diagonal berdistribusi normal maka dilakukan uji kolmogrov smirnov. Dengan menggunakan tingkat signifikan 5%, maka jika nilai Asymp. Sign (2-tailed) diatas nilai signifikan 5% (0,05) artinya variabel residual berdistribusi normal.

3.10.2.2 Uji Heteroskedastisitas

Uji Heteroskedastisitas merupakan varians variabel independent yang konstan untuk setiap nilai tertentu variabel independent (homokedastisita). Alat untuk menguji heteroskedastisitas dibagi menjadi dua bagian yaitu analisis grafik dan uji glejser. Melalui analisis grafik, suatu model regresi dianggap tidak terjadi heteroskedastisitas apabila titik-titik menyebar secara acak tidak membentuk suatu pola tertentu yang jelas serta tersebar baik di atas maupun di bawah angka nol pada sumbu Y, sedangkan kriteria glejser adalah :

(53)

b. .Jika nilai signifikan < 0,5 maka mengalami gangguan heteroskedastisitas.

3.10.2.3 Uji Multikolinearitas

Uji Multikolinearitas artinya variabel independent yang satu dengan variabel yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui tidak adanya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai tolerance dan VIF (Variance inflation Factor) dengan menggunakan program SPSS. Tolerance mengukur

variabilitas variabel terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Nilai umum yang biasa dipakai adalah nilai tolerance > 0,1 atau nilai VIF < 5, maka tidak terjadi multikolinearitas. Dan model yang baik apabila tidak terjadi multikolinearitas.

3.10.3 Analisis Regresi Sederhana

Digunakan untuk mengetahui besarnya hubungan dan pengaruh variabel independen (X) terhadap variabel dependen (Y). untuk memperoleh hasil yang lebih terarah, maka peneliti menggunakan bantuan program software SPSS versi 20 dengan rumus:

Y

Keterangan :

Y : Brand Loyalty terhadap pasta gigi Pepsodent

(54)

e : Standard Error 3.10.4 Uji t

Uji t dilakukan untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat. Variabel bebas dikatakan berpengaruh terhadap variabel terikat bisa dilihat dari probabilitas variabel bebas Nilai dapat diperoleh dengan menggunakan bantuan SPSS 20. Nilai t hitung selanjutnya akan dibandingkan dengan t tabel dengan tingkat kesalahan (alpha) 10% dan derajat kebebasan (df) = (n-k)

H0 : bi=0 (tidak ada pengaruh sikap konsumen tentang penerapan program corporate social responsibility terhadap brand loyalty)

H1: bi≠0 (terdapat sikap konsumen tentang penerapan program corporate social responsibility terhadap brand loyalty)

Kaidah pengambilan keputusan :

H0 diterima jika t hitung < t tabel pada α = 5% H0 ditolak jika t hitung > t tabel pada α = 5% 3.10.5 Koefisien Determinasi ( )

(55)

konsumen) terhadap variable terikat (brand loyalty). Hal itu bisa kita lihat pada Tabel nilai interprestasi berikut ini :

Table 3.5 Nilai Interprestasi

Nilai Interprestasi 0.0 – 0.19 Sangat tidak erat

(56)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933 sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H. van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933, terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari 1934 Tambahan No. 3.

(57)

4.1.2 Perkembangan Perusahaan 1. Visi dan Misi Perusahaan

Unilever telah membuat program CSR dengan baik dan sistematis. Bahkan telah memasukkan unsur-unsur tanggung jawab sosial dalam visi dan misi perusahaan. Visi perusahaan yang terdiri dari empat pilar yang menggambarkan arah dan tujuan jangka panjang perusahaan. Empat pilar itu adalah :

1) “Kami bekerja untuk membangun masa depan yang lebih baik setiap hari. 2) Kami membantu orang-orang merasa nyaman, berpenampilan baik dan

lebih menikmati kehidupan dengan brand dan pelayanan yang baik bagi mereka dan bagi orang lain.

3) Kami menjadi sumber inspirasi orang-orang untuk melakukan hal kecil setiap hari yang dapat membuat perbedaan besar bagi dunia.

4) Kami akan mengembangkan cara baru dalam melakukan bisnis dengan tujuan membesarkan perusahaan kami dua kali lipat sambil mengurangi dampak lingkungan”.

Misi Unilever adalah peningkatan vitalitas hidup. Unilever memenuhi kebutuhan akan nutrisi, kesehatan dan perawatan pribadi sehari-hari dengan produk-produk yang membuat para pemakainya merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati kehidupan.

(58)

Unilever dan Unilever akan terus bekerja keras untuk mengembangkan produk baru yang memungkinkan pengkonsumsian makanan sehat menjadi nikmat, menyegarkan dan terjangkau untuk setiap orang di manapun juga.

2. Produk-Produk Unilever

Rangkaian Produk Unilever Indonesia mencangkup brand-brand ternama yang disukai di dunia seperti Pepsodent, Lux, Lifebuoy, Dove, Sunsilk, Clear, Rexona, Vaseline, Rinso, Molto, Sunlight, Walls, Blue Band, Royco, Bango, dan lain-lain.

3. Tinjauan Mengenai Pepsodent

(59)
(60)

bawah 12 tahun di seluruh Indonesia dan jumlah ini terus meningkat. Program ini meningkatkan kebiasaan menyikat gigi secara benar dan semenjak dini untuk mencegah masalah gigi khususnya gigi berlubang

Untuk mempertegas komitmen yang berkelanjutan, Unilever melalui brand Pepsodent, kembali bersinergi bersama Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) dan Asosiasi Fakultas Kedokteran Gigi Indonesia (AFDOKGI) untuk menyelenggarakan Bulan Kesehatan Gigi Nasional (BKGN) 2011 selama bulan September dan Oktober. Hal ini ditandai dengan penandatanganan kesepakatan antara drg. Ratu Mirah Afifah, GCClinDent., MDSc, Professional Relationship Manager Oral Care PT Unilever Indonesia, Tbk., drg. Zaura Anggraeni, MDS,

(61)

Aksi ini adalah bentuk komitmen dan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dari PT. Unilever dengan merek Pepsodentnya dalam meningkatkan kualitas kesehatan gigi masyarakat Indonesia serta komitmen bersama dengan PDGI, AFDOKGI, Politeknik Kesehatan Gigi, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, dan LSM sebagai mitra kerjasama. Khusus dengan PDGI dan FDOKGI kemitraan itu teraplikasi dalam bentuk pelayanan periksa gigi dan perawatannya secara gratis serta program edukasi kepada anak-anak dan orangtua. “Dengan adanya kegiatan BKGN ini diharapkan tercipta kesadaran masyarakat bahwa merawat dan menjaga kesehatan gigi dan mulut yang rutin secara teratur dan benar serta periksa ke dokter gigi setiap enam bulan sekali dapat memperbaiki kesehatan gigi dan mulut yang sejalan dengan misi sosial Pepsodent ‘Senyum Sehat Senyum Indonesia”.

4.2 Hasil Penelitian 4.2.1 Analisis Deskriptif

(62)

1. Deskripsi Responden Berdasarkan Usia Table 4.2 Usia Responden

Usia Frequency % Valid % Cumulative %

17.00 9 11.1 11.1 11.1

18.00 38 46.9 46.9 58.0

19.00 16 19.8 19.8 77.8

20.00 12 14.8 14.8 92.6

21.00 6 7.4 7.4 100.0

Total 81 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS (Juni 2012)

Berdasarkan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa responden yang terbanyak yang berumur 20 tahun sebanyak 12 orang (14.8%), diikuti dengan usia responden 19 tahun sebanyak 16 orang (19.8%), yang berumur 18 tahun sebanyak 38 orang (46.9%), yang berumur 17 tahun sebanyak 9 orang (11.1%), dan yang berumur 21 tahun sebanyak 6 orang (7.4%). Proporsi distribusi umur responden pada penelitian ini masih relatif muda.

2. Deskripsi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Tabel 4.3

Jenis Relamin Responden

Jenis kelamin Frequency % Valid % Cumulative %

Laki-laki 20 24.7 24.7 24.7

Perempuan 61 75.3 75.3 100.0

Total 81 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS (Juni 2012)

(63)

3. Deskripsi responden berdasarkan sejak kapan menggunakan Pepsodent

Tabel 4.4

Lama Mengugunakan Pepsodent

Frequency % Valid Percent Cumulative Percent

1991- 1995 10 12.3 12.3 12.3

1996 – 2000 49 60.5 60.5 72.8

2001 – 2005 22 27.2 27.2 100.0

Total 81 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS (Juni 2012)

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden berdasarkan sejak kapan menggunakan produk pepsodent. Dimana sebanyak 10 orang(12.3%) menggunakan sekitar tahun 1991-1995, 49 orang (60.5%) mulai menggunakan sekitar tahun 1996-2000 dan sebanyak 22 orang (27.2%) sejak sekitar tahun 2001-2005.

4. Karakteristik Responden Berdasarkan dari siapa mengetahui Pepsodent

Table 4.5

Mengetahui Pepsodent

Frequency % Valid Percent Cumulative Percent

Orang tua 66 81.5 81.5 81.5

Iklan 15 18.5 18.5 100.0

Total 81 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS (juni 2012)

(64)

5. Karakteristik Responden Berdasarkan Produk Pepsodent yang digunakan

Table 4.6 Jenis pepsodent

Jenis pepsodent Frequency % Valid Percent

Cumulative Percent Pepsodent White 43 53.1 53.1 53.1 Pepsodent whitening 8 9.9 9.9 63.0 Pepsodent sensitive 7 8.6 8.6 71.6 Pepsodent herbal 10 12.3 12.3 84.0 Pepsodent Complete

12 1 1.2 1.2 85.2

Pepsodent Complete 8 4 4.9 4.9 90.1 Pepsodent Center

Fresh 3 3.7 3.7 93.8

Pepsodent White Now 2 2.5 2.5 96.3 Pepsodentsensitive

expert 3 3.7 3.7 100.0

Total 81 100.0 100.0

Sumber : Output SPSS (Juni 2012)

(65)

4.2.2 Analisis Deskriptif Variabel a. Variabel Sikap Konsumen (X)

Tabel 4.7

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Sikap Konsumen

Pernyataan STS TS KS S SS

F % F % F % F % F % 1) Menurut saya program

“CSR” yang diterapkan pepsodent

ini murni bertujuan baik.

1 1,2 7 8,6 15 18,5 44 54,3 14 17,3

2) Saya merasa senang dengan adanya program “CSR” dari pepsodent

0 0 3 3,7 20 24,7 39 48,1 19 23,5

3) Saya menyukai program adanya program “CSR” dari pepsodent karena

5) Saya berkeinginan untuk membeli pasta gigi pepsodent yang

telah banyak melakukan kegiatan

sosial.

0 0 4 4,9 20 24,7 44 54,3 13 16,0

Sumber : Output SPSS (juni 2012)

Dari tabel 4.7 dapat dilihat bahwa :

(66)

bahwa mayoritas responden berpendapat bahwa kegiatan CSR ini murni bertujuan baik.

2. Sebanyak 71,6 % responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa mereka merasa senang dengan adanya program CSR dari pepsodent ini. Sedangkan 24,7% responden menyatakan kurang setuju, 3,7% menyatakan tidak setuju, dan tidak ada responden yang menanggapi sangat tidak setuju. 3. Sebanyak 76,6 % responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa

mereka menyukai program adanya program “CSR” dari pepsodent karena memberikan kontribusi yang positif bagi masyarakat. Sedangkan 12,3% responden menyatakan kurang setuju, dan 11,1 % responden menyatakan tidak setuju dan tidak ada responden yang menanggapi sangat tidak setuju. 4. Sebanyak 61,7% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa

mereka akan mendukung “program CSR” yang diterapkan pepsodent Sedangkan 30,8% responden menyatakan kurang setuju, 6,2% menyatakan tidak setuju dan 1,2% menanggapi sangat tidak setuju.

(67)

b. Variabel Brand Loyalty (Y)

Tabel 4.8

Distribusi Tanggapan Responden Terhadap Brand loyalty

Pernyataan STS TS KS S SS

F % F % F % F % F % 1) Saya tetap membeli

pastagigi merek pepsodent yang menerapkan program CSR walaupun terdapat produk lain yang lebih murah.

0 0 8 9,9 19 23,5 42 51,9 12 14,8

2) Saya menyukai pasta gigi pepsodent karena kualitasnya yang baik.

0 0 3 3,7 29 35,8 41 50,6 8 9,9

3) Saya menyukai pasta gigi pepsodent karena citra dan kualitasnya baik oleh karena penerapan program CSR

1 1,2 6 7,4 22 27,2 39 48,1 13 16,0

4) Saya telah terbiasa membeli pasta gigi pepsodent

1 1,2 3 3,7 26 32,1 39 48,1 12 14,8

5) Saya

merekomendasikan

orang lain untuk menggunakan pasta gigi pepsodent

0 0 4 4,9 27 33,3 33 40,7 17 21,0

Sumber : Output SPSS (juni 2012)

Dari Tabel 4.8 dapat dilihat bahwa :

(68)

2. Sebanyak 60,5% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa produk pepsodent memiliki kualitas yang baik. Sedangkan 35,8 % responden menyatakan kurang setuju, 3,7% menyatakan tidak setuju.

3. Sebanyak 64,1 % responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa menyukai pasta gigi pepsodent karena citra dan kualitasnya baik oleh karena penerapan program “CSR, 27,2% menyatakan kurang setuju, 8,6% responden menyatakan tidak setuju, dan sangat tidak setuju.

4. Pernyataan keempat, 14,8% responden menyatakan sangat setuju, 48,1 % menyatakan setuju, 32,1% menyatakan kurang setuju, 3,7% responden menyatakan tidak setuju, dan 1,2% menanggapi sangat tidak setuju. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas responden(62,9%) menyatakan mereka sudah terbiasa dengan produk pasta gigi pepsodent.

5. Sebanyak 61,7% responden menyatakan sangat setuju dan setuju bahwa mereka akan merekomendasikan orang lain untuk menggunakan produk pepsodent. Sedangkan 33,3% responden menyatakan kurang setuju, 4,9% menyatakan tidak setuju.

4.2.3 Uji Asumsi Klasik 4.2.3.1 Uji Normalitas

(69)
(70)
(71)

Table 4.9

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual

N 81

Normal Parametersa,b

Mean 0E-7

Std.

Deviation 2.05082614 Most Extreme

Differences

Absolute .048

Positive .033

Negative -.048

Kolmogorov-Smirnov Z .428

Asymp. Sig. (2-tailed) .993

a. Test distribution is Normal.

b. Calculated from data.

Sumber : Output SPSS (Juni 2012)

Pada Tabel 4.9 dapat dilihat nilai Asymp. Sig. (2-tailed) adalah 0,993. Nilai tersebut lebih besar dari nilai signifikansi 0,05 yang berarti variabel residual atau data berdistribusi normal. Nilai Kolmogorov-Smirnov Z lebih kecil dari 1,97 berarti tidak ada perbedaan antara distribusi teoritik dan distribusi empiric atau dengan kata lain dikatakan normal.

4.2.3.2Uji Heteroskedastisitas

Uji ini bertujuan untuk menguji apakah didalam model regresi terjadi ketidaksamaan varians. Jika varians sama maka disebut homoskedastisitas dan jika berbeda disebut heteroskedastisitas. Model regresi yang diinginkan adalah model yang homokedastis. Ada beberapa cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan pendekatan grafik dan uji Glejser.

a) Pendekatan grafik

(72)
(73)

b) Uji Glejser

Pendekatan grafik yaitu melihat sebaran titik scatterplot memiliki kelemahan dimana jika jumlah pengamatan sedikit maka akan sulit menginterpretasikan hasil grafik plot. Untuk itu dilakukan uji Glejser.

Table 4.10 Uji Glejser Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 2.985 .863 3.457 .001

sikaptotal -.069 .045 -.170 -1.538 .128

a. Dependent Variable: absut Sumber : Output SPSS (Juni 2012)

Tabel 4.10 menunjukkan bahwa probalitas signifikannya 0,128 yang berarti di atas tingkat kepercayaan 5% (0,05), jadi disimpulkan model regresi tidak mengarahadanya heteroskedastisistas.

4.2.3.3Uji Mulitikolinearitas

(74)

Tabel 4.11 Uji Multikolinearitas

Coefficientsa Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. Collinearity Statistics B Std.

Error

Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 6.184 1.532 4.037 .000

sikaptotal .649 .079 .677 8.184 .000 1.000 1.000 a. Dependent Variable: brandtotal

Sumber : Output SPSS (Juni 2012)

Untuk mendeteksi adanya multikolinieritas dapat dilihat pada Tabel 4.11 kolom Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tampak pada tabel, nilai VIF variable independen tidak lebih besar dari 5 atau VIF < 5 dan nilai Tolerance > 0,1 . Dari hasil tersebut maka ditarik kesimpulan bahwa data atau variabel tidak terkena multikolinieritas.

4.2.3.4Analisis Regresi Linier sederhana

Analisis regresi linier berganda dilakukan dengan aplikasi SPSS 20.0 for windows. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh

variabel independen yaitu sikap konsumen terhadap variabel dependen yaitu brand loyalty. Model regresi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah :

(75)

Table 4.12

Analisis Regresi Linear Sederhana Coefficientsa

Model Unstandardized

Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 6.184 1.532 4.037 .000

sikaptotal .649 .079 .677 8.184 .000

a. Dependent Variable: brandtotal Sumber : Output SPSS (Juni 2012)

Y , 4 , 4

Dari persamaan tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Konstanta (a) = 6,184, menunjukkan harga konstan, dimana jika nilai variabel independen sama dengan nol, maka brand loyalty pasta gigi Pepsodent (Y) sama dengan 6,184.

2. Koefisien regresi variabel sikap konsumen tentang penerapan program corporate social responsibility (X) = ( 0,649) , menunjukkan bahwa variabel sikap konsumen tentang penerapan program corporate social responsibility (X) berpengaruh positif terhadap brand loyalty (Y). Artinya jika variabel sikap konsumen tentang penerapan program corporate social responsibility ditingkatkan maka brand loyalty pasta gigi Pepsodent akan bertambah sebesar 0,649.

4.2.3.5Uji – t

Gambar

Gambar 2.1 Model Prilaku Konsumen
Gambar 2.2 Manifestasi Model Sikap Sumber : Del Hawkins et al (2001:395)
Tabel 3.1
Table 3.2 Instrument Skala Likert
+7

Referensi

Dokumen terkait

We examined if predictive models based on normalized difference vegetation index (NDVI), reduced simple ratio (RSR) and tasseled cap indices (Brightness, Greenness and Wetness)

untuk mampu mengintegrasikan kedua macam komponen tersebut secara terpadu dalam menyiapkan peserta didik untuk memiliki kemampuan bekerja dan berkembang di masa depan. Jika

Perbedaan kinerja simpang Pasteur pada kondisi kebijakan “4 in 1” dengan kondisi tanpa kebijakan “4 in 1” adalah terjadinya pengurangan panjang antrian maksimum sebesar

[r]

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan jaringan saraf untuk memprediksi harga komoditas pangan menggunakan metode backpropagation.. Penelitian ini

Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya adalah pengertian Sikap, Masyarakat Sebagai Khalayak Pembaca, Pengaruh Media, Surat Kabar Sebagai Media Massa,

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 Tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan

Analisis data merupakan proses mencari dan mengatur secara sistematik hasil observasi terhadap berbagai kegiatan-kegiatan yang diperankan oleh Guru PAI MA Ma’arif NU kota Blitar