• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pertumbuhan Dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium Ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA

VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascolanicum L)

TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM

SKRIPSI

Oleh :

SELVIA JUNITA HAREFA

0603010008

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

RESPONS PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI BEBERAPA

VARIETAS BAWANG MERAH (Allium ascolanicum L)

TERHADAP PEMBERIAN PUPUK KALIUM

SKRIPSI

Oleh :

SELVIA JUNITA HAREFA

060301008/BDP – AGRONOMI

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian

Universitas Sumatera Utara

DEPARTEMEN BUDIDAYA PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium

Nama : Selvia Junita Harefa

NIM : 060301008

Departemen : Budidaya Pertanian Program Studi : Agronomi

Disetujui oleh Komisi Pembimbing,

Ketua, Anggota,

(Prof. Dr. Ir. B. Sengli J Damanik, MSc) (Ir. Sanggam Silitonga) Ketua Anggota

Mengetahui,

(Ir. T. Sabrina, M. Agr, Sc, Ph.D) Ketua Departeme Agroekoteknologi

(4)

ABSTRAK

SELVIA JUNITA HAREFA: Respons pertumbuhan dan produksi beberapa varietas bawang merah, terhadap pemberian pupuk kalium, dibimbing oleh B. SENGLI J DAMANIK dan SANGGAM SILITONGA.

Bawang merah merupakan komoditas hortikultura. Bawang merah memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi. Kualitas bawang merah tergantung dari warna umbi, aroma yang khas dan besar umbi. Pemberian pupuk kalium merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas umbi. Tujuan penelitian ini adalah memepelajari pengaruh varietas dan pupuk kalium serta interaksi ke duanya. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, mulai bulan Desember 2010 sampai Febuari 2011 menggunakan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor .Faktor pertama adalah varietas yang terdiri dari 3 varietas yaitu, varietas kuning, varietas maja, varietas bima dan faktor kedua pupuk kalium dengan 4 taraf yaitu 0 g/tanaman, 0,4 g/tanaman, 0,8 g/tanaman dan 1,2 g/tanaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah siung per sampel, diameter umbi, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot. Perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah siung per sampel.

(5)

ABSTRACT

SELVIA JUNITA HAREFA: Respons growth and production same variety

of shallot about giving varios level of calium fertilizer supervised by B. SENGLI J. DAMANIK, and SANGGAM SILITONGA

Shallot is holticulture komodity. Shallot has much profit and value high economy. Quality of shallot suspended from tuber colour, smelling particular and big tuber.giving calium fertilizer is one of efforts to increase quality of shallot. The objective of the research was to examine the growth and production same variety of shallot by giving level of calium fertilizer. The research was done in green house Faculity Of Agriculture North Sumatera University, from December 2010 until Febuary 2011 by using factorial completely randomized block design with two factor.The first factor was variety in three levels namely : kuning variety maja variety, bima variety. The second factor was calium fertilizer with four levels namely 0 g/plant, 0,4 g/plant, 0,8 g/plant, 1,2 g/plant.

The result of the research showed that the variety was significant on the plant height, total of leaves, total of clove/sample, tuber diameter, wet weigh tubert/sample, dry weight tuber/sample, dry weigh tubert/plot. Calium fertilizer showed significant on tuber diameter, wet weight/sample, dry weight/sample, dry weight/plot but non significant on plant height, total of leaves and total of clove/sample.

(6)

RIWAYAT HIDUP

Selvia Junita Harefa, lahir di Sei Siasam, 20 Juni 1987, putri pertama dari lima bersaudara, putri dari pasangan Z. Harefa dan M. Sinambela.

Pada tahun 2005 penulis lulus dari SMA Katolik Cinta Kasih Tebing Tinggi dan pada tahun 2006 terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Agronomi Departemen Budidaya Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB).

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul”

Respons Pertumbuhan dan Produksi Beberapa Varietas Bawang Merah (Allium ascolanicum L) Terhadap Pemberian Pupuk Kalium ”

yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ayahanda Z. harefa, Ibunda M. Sinambela, abang dan adik atas semangat, doa dan dukungannya. Penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc selaku ketua komisi pembimbing dan Bapak Ir. Sanggam Silitonga selaku anggota komisi pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan saran dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terima kasih juga saya sampaikan kepada teman-teman BDP 2006, atas semangat, doa, dukungan dan bantuan yang diberikan kepada penulis.

Semoga tulisan ini bermanfaat bagi peningkatan hasil bawang merah dan ilmu pengetahuan.

Medan , April 2011

(8)

DAFTAR ISI

Tempat dan Waktu Penelitian ... 13

Bahan dan Alat Penelitian ... 13

Metode Penelitian... 13

Parameter yang diukur ... 16

Tinggi tanaman(cm) ... 15

Jumlah daun (helai) ... 16

Jumlah siung per sampel (buah) ... 16

Diameter umbi (cm) ... 16

Bobot segar umbi per sampel (g) ... 16

Bobot kering umbi per sampel (g) ... 16

Bobot kering umbi per plot (g)... 17

Pelaksanaan penelitian ... 18

Persiapan lahan... 18

(9)

Aplikasi pupuk kalium ... 18

Penyiraman ... 18

Penyulaman ... 18

Penyiangan ... 18

Pembumbunan ... 19

Pemupukan ... 19

Pengendalian hama dan penyakit ... 19

Panen ... 19

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 20

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan ... 45

Saran ... 45

(10)

DAFTAR TABEL

No. Hal. 1. Rataantinggi tanaman umur 2,3,4,5,6,7 MST (cm) pada berbagai

perlakuan varietas dan pupuk kalium ... 21 2. Rataan jumlah daun umur 2,3,4,5,6,7 MST (helai) pada berbagai

perlakuan varietas dan pupuk kalium ... 26 3. Rataan jumlah siung per sampel (buah) pada berbagai perlakuan

varietas dan pupuk kalium ... 30 4. Rataan diameter umbi (cm) pada berbagai perlakuan varietas dan

pupuk kalium ... 32 5. Rataan bobot segar umbi per sampel (g) pada berbagai perlakuan

varietas dan pupuk kalium ... 35 6. Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada berbagai perlakuan

varietas dan pupuk kalium ... 38 7. Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada berbagai perlakuan

varietas dan pupuk kalium ... 41

(11)

DAFTAR GAMBAR

13.Histogram hubungan varietas dengan jumlah siung per sampel

(buah) ... 31 14. Histogram hubungan varietas dengan diameter umbi (cm) ... 33 15.Kurva respons dosis pupuk kalium dengan diameter umbi (cm) ... 34

16. Histogram hubungan varietas dengan bobot segar umbi per sampel (g) ... 36

17. Kurva respons dosis pupuk kalium dengan bobot segar umbi per sampel (g) ... 37

(12)

19. Kurva respons dosis pupuk kalium dengan bobot kering umbi per sampel(g) ... 40

20. Histogram hubungan varietas dengan bobot kering umbi per plot (g) ... 42

21. Kurva respons dosis pupuk kalium dengan bobot kering umbi per plot (g) ... 43

(13)
(14)

24.Data jumlah daun umur 6 MST(helai) ... 63

25.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 6 MST... ... 63

26.Data jumlah daun umur 7 MST (helai) ... 64

27.Daftar sidik ragam jumlah daun umur 7 MST... ... 64

28.Data jumlah suing per sampel (buah) ... 65

29.Daftar sidik ragam jumlah suing per sampel... ... 65

30.Data diameter umbi (cm) ... 66

31.Daftar sidik ragam diameter umbi... 66

32.Data bobot segar umbi per sampel (g) ... 67

33.Daftar sidik ragam bobot segar umbi per sampel... ... 67

34.Data bobot kering umbi per sampel (g) ... 68

35.Daftar sidik ragam bobot kering umbi per sampel... ... 68

36.Data bobot kering umbi per plot (g) ... 69

37.Daftar sidik ragam berat kering umbi per plot... ... 69

38.Rangkuman uji beda rataan ... 70

(15)

ABSTRAK

SELVIA JUNITA HAREFA: Respons pertumbuhan dan produksi beberapa varietas bawang merah, terhadap pemberian pupuk kalium, dibimbing oleh B. SENGLI J DAMANIK dan SANGGAM SILITONGA.

Bawang merah merupakan komoditas hortikultura. Bawang merah memiliki banyak manfaat dan bernilai ekonomis tinggi. Kualitas bawang merah tergantung dari warna umbi, aroma yang khas dan besar umbi. Pemberian pupuk kalium merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas umbi. Tujuan penelitian ini adalah memepelajari pengaruh varietas dan pupuk kalium serta interaksi ke duanya. Penelitian ini dilaksanakan di rumah kaca, Fakultas pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan, mulai bulan Desember 2010 sampai Febuari 2011 menggunakan rancangan acak kelompok dengan 2 faktor .Faktor pertama adalah varietas yang terdiri dari 3 varietas yaitu, varietas kuning, varietas maja, varietas bima dan faktor kedua pupuk kalium dengan 4 taraf yaitu 0 g/tanaman, 0,4 g/tanaman, 0,8 g/tanaman dan 1,2 g/tanaman

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan varietas berpengaruh nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah siung per sampel, diameter umbi, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot. Perlakuan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah siung per sampel.

(16)

ABSTRACT

SELVIA JUNITA HAREFA: Respons growth and production same variety

of shallot about giving varios level of calium fertilizer supervised by B. SENGLI J. DAMANIK, and SANGGAM SILITONGA

Shallot is holticulture komodity. Shallot has much profit and value high economy. Quality of shallot suspended from tuber colour, smelling particular and big tuber.giving calium fertilizer is one of efforts to increase quality of shallot. The objective of the research was to examine the growth and production same variety of shallot by giving level of calium fertilizer. The research was done in green house Faculity Of Agriculture North Sumatera University, from December 2010 until Febuary 2011 by using factorial completely randomized block design with two factor.The first factor was variety in three levels namely : kuning variety maja variety, bima variety. The second factor was calium fertilizer with four levels namely 0 g/plant, 0,4 g/plant, 0,8 g/plant, 1,2 g/plant.

The result of the research showed that the variety was significant on the plant height, total of leaves, total of clove/sample, tuber diameter, wet weigh tubert/sample, dry weight tuber/sample, dry weigh tubert/plot. Calium fertilizer showed significant on tuber diameter, wet weight/sample, dry weight/sample, dry weight/plot but non significant on plant height, total of leaves and total of clove/sample.

(17)

PENDAHULUAN

Latar belakang

Tanaman bawang merah diduga berasal dari Asia Tengah, yaitu sekitar Banglades, India, dan Pakistan, bawang merah sudah dikenal sejak ribuan tahun lalu dan digunakan orang terutama untuk obat. Eropa Barat diperkirakan baru mengenal bawang merah ini sekitar abad pertengahan dan menyebar luas ke Eropa

Timur, kedaratan Amerika, hingga Asia Timur dan Tenggara (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Komposisi kimia umbi bawang merah per 100 g terdapat air sekitar 80-85%, protein 1.5 %, lemak 0.3 %, karbohidrat 9.2 %, vitamin B1 0.03 mg, vitamin C 2.0 mg, kalsium (ca) 36 mg, besi (Fe) 0.8 mg, fosfor (P) 40.0 mg, energi 39.0 kalori (Rahayu dan Nur, 1999).

Data Biro Pusat Statistik tahun 2009, menunjukkan luasan panen bawang merah di Jawa Barat sebagai daerah pusat sentral bawang merah yaitu 9,982 Ha, dengan produksi 123,587 ton dan produktivitasnya 12,38 ton/ha sedangkan luasan panen tanaman bawang merah untuk daerah Sumatera Utara yaitu 1,379 Ha dengan produksi 12.665 ton dan produktivitasnya yaitu 9,18 ton/ha. Dari data tersebut produktivitas bawang merah di Jawa lebih tinggi sekitar 3,2 ton/ha dibandingkan di Sumatera Utara

(18)

masak sehari-hari dan tiap tahun akan terus meningkat mengimbangi kebutuhan masyarakat dan juga perluasan pasar (ekspor).

Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat susunan selalu dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Unsur K rata-rata menyusun 1 % bagian tanaman. Unsur ini berperan berbeda dibanding N, S, dan P karena sedikit berfungsi sebagai penyusun komponen tanaman, seperti protoplasma, lemak, dan selulosa, tetapi terutama berfungsi dalam pengaturan mekanisme (bersifat katalitik atau katalisator) seperti

fotosintesis, translokasi karbohidrat, sintesis protein dan lain-lain (Hanafiah, 2005).

Fungsi fisiologis unsur kalium dalam meningkatkan kuantitas dan kualitas umbi bawang merah. Unsur K ini sangat dibutuhkan tanaman hampir pada setiap proses pentingnya yaitu mulai dari penyerapan air, trasnpirasi, fotosistentis, respirasi, sintesa enzim hingga aktivitas enzim itu sendiri. (http://www.tanindo.com, 2010 ).

(19)

ketersediaan Kalium. Sedangkan aroma yang khas berkaitan erat dengan kandungan Sulfur

Di Indonesia tanaman bawang merah telah lama diusahakan oleh petani sebagai usahatani komersial. Meskipun demikian, adanya permintaan dan kebutuhan bawang merah yang terus meningkat setiap tahunnya belum dapat diikuti oleh peningkatan produksinya. Permasalah utama yang dihadapi banyaknya para petani yang belum mengetahui dosis pupuk yang baik dan sumber pupuk yang baik yang mampu meningkatkan hasil dan mutu bawang merah, selain permasalahan diatas kendala-kendala yang dihadapi para petani yaitu keterbatasan dalam hal budidaya tanaman seperti keragaman jenis tanah, pengendalian hama, penyakit dan gulma, pemupukan, penanganan pascapanennya, dan belum banyaknya tersedia varietas atau kultivar unggul yang cocok dengan lingkungan setempat.

Dari uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

mengenai respons pertumbuhan dan produksi beberapa varietas bawang merah (Allium ascolanium L) terhadap pemberian pupuk kalium.

Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah untuk menentukan dosis

pupuk kalium optimum terhadap pertumbuhan dan produksi bawang merah (Allium ascolanicum L).

Hipotesis Penelitian

(20)

Kegunaan Penelitian

(21)

TINJAUAN PUSTAKA

Botani tanaman

Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak panjang dan tidak terlalu dalam tertanam dalam tanah. Seperti juga bawang putih, tanaman ini termasuk tidak tahan kekeringan (Wibowo, 1994).

Batang pada bawang merah merupakan batang semu yang berbentuk dari kelopak-kelopak daun yang saling membungkus. Kelopak-kelopak daun sebelah

luar selalu melingkar menutup daun yang ada didalamnya (Tim Bina karya Tani, 2008).

Daun bawang merah bentuknya seperti pipa, yakni bulat kecil memanjang antara 50-70 cm, berlubang, bagian ujungnya meruncing, berwarna hijau muda sampai hijau tua, dan letak daun melekat pada tangkai yang ukuranya relatif pendek (Rukmana, 1994).

(22)

Umbi sebagai produk akhir berada di dalam tanah bersama dengan akar. Besar kecilnya akar tergantung pada prose fisiologis di dalam tanaman dan penyerapan hara dari dalam tanah. Walaupun demikian peranan iklim dan lingkungan tidak boleh diabaikan. Ada jenis bawang yang berumbi tunggal atau hanya menghasilkan satu umbi lapis dan ada pula bawang yang berumbi belah,

pada prinsipnya bawang membentuk rumpun yang dapat dipisah-pisahkan (Aak, 1998).

Syarat Tumbuh

Iklim

Bawang merah merupakan tanaman yang tidak tahan akan kekeringan, karena sistem perakaran yang pendek, sementara itu kebutuhan air selama pertumbuhan dan pembentukan umbi cukup banyak. Bawang merah tidak tahan air hujan, tempat-tempat yang selalu basah dan becek. Mengingat hal itu penanaman bawang merah sebaiknya ditanam pada musim kemarau atau akhir musim penghujan, dengan demikian bawang merah selama pertumbuhannya berada pada musim kemarau dan hal ini akan lebih baik jika disertai pengairan yang baik (Wibowo, 1994).

Curah hujan yang sesuai dengan pertumbuhan tanaman tanaman bawang merah adalah antara 300-2.500 mm per tahun. Tanaman bawang merah sangat rentan terhadap curah hujan tinggi, terutama daunnya yang mudah rusak sehingga

dapat menghambat pertumbuhannya, dan umbinya pun mudah busuk (Tim Bina Karya Tani, 2008).

(23)

umbi tapi hasilnya tidak sebaik jika ditanaman didataran rendah yang bersuhu panas. (Wibowo, 1994).

Tanaman bawang merah dapat ditanam didataran rendah sampai dataran tinggi (0-900 m dpl), namun pertumbuhan tanaman maupun umbi terbaik pada ketinggian 250 m dpl, bawang merah menyukai daerah yang beriklim kering dengan suhu yang agak panas dan mendapat sinar matahari lebih dari 12 jam. Apabila tanaman bawang merah ditanam ditempat yang terlindung dapat

menyebabkan pertumbuhan umbi yang kecil dan hasilnya kurang memuaskan (Rahayu dan Nur, 1999).

Tanah

Tanaman bawang merah cocok ditanam pada tanah yang datar atau sedikit miring. Tanah untuk tanaman bawang merah harus mengandung air tetapi tidak boleh tergenang seperti halnya di dataran-dataran rendah dekat pantai pada umumnya. Tanaman bawang merah yang sering tergenang oleh air akan

mengalami pembusukan umbi dan mudah terserang penyakit (Tim Bina Karya Tani, 2008).

Tanaman bawang merah cocok ditanam pada tanah gembur dan subur dengan drainase baik. Jenis tanah yang cocok yaitu lempung berpasir dan lempung berdebu. pH tanah yang sesuai sekitar netral yaitu 5,5-6,5 (Rukmana, 1999).

(24)

Varietas

Perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan tanaman. Keragaman penampilan tanaman akibat susunan dan mungkin terjadi sekalipun tanaman yang digunakan berasal dari jenis yang sama (Sitompul dan Guritno, 1995).

Varietas unggul merupakan faktor utama yang menentukan tingginya produksi yang diperoleh bila persyaratan lain dipenuhi. Varietas unggul dapat diperoleh melalui pemuliaan tanaman. Suatu varietas unggul tidak selamanya akan menunjukkan keunggulannya, tetapi makin lama akan menurun tergantung pada komposisi genetiknya (Mangoendidjojo, 2003).

Keragaman penampilan tanaman akibat perbedaan susunan genetik selalu mungkin terjadi sekalipun bahan tanaman yang digunakan berasal dari jenis tanaman yang sama, namun perlu diingat bahwa susunan genetik yang berbeda tidak selalu seluruhnya diekspresikan, atau hanya diekspresikan sebagian yang mungkin mengakibatkan hanya sedikit perubahan penampilan tanaman. Susunan genetik yang berbeda dapat juga diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup bentuk dan fungsi tanaman yang akan menghasilkan keragaman pertumbuhan (Sitompul dan Guritno, 1995).

(25)
(26)

Pupuk kalium

Senyawa K hasil pelapukan mineral, didalam tanah dijumpai jumlah yang bervariasi tergantung jenis bahan induk pembentuk tanah, tetapi karena unsur ini mempunyai ukuran bentuk terhidrasi yang relatif besar dan bervalensi 1, maka unsur ini tidak kuat dijerap muatan permukaan koloid, sehingga mudah mengalami pelindia (Leaching) dari tanah. Keadaan ini menyebabkan ketersediaan unsur ini dalam tanah umumnya rendah dibanding basa-basa lainnya (Hanafiah, 2005).

Pada dasarnya, kalium dalam tanah ditemukan dalam mineral-mineral yang setelah terlapuk dapat melepaskan ion-ion kalium ion-ion diadsorbsi pada kation cepat tertukar dan cepat tersedia untuk diserap tanaman. Kalium tersedia terkumpul didalam tanah dengan regim kelemahan tanah ustuc atau kering dimana tidak ada pencucian (Foth, 1991).

Kalium diserap tanaman dalam bentuk ion K+ didalam tanah, ion tersebut bersifat sangat dinamis. Kalium dalam jaringan tanaman tetap berbentuk ion K+. Tidak ditemukan dalam bentuk senyawa organik. Kalium bersifat mobil (mudah bergerak ) sehingga siap dipindahkan dari satu organ ke organ lain yang membutuhkan. Secara umum peran kalium berhubungan dengan proses metabolisme, seperti fotosintesis, dan respirasi ( Novizan, 2005).

(27)

Fungsi utama kalium (K) ialah membantu pembentukan protein dan karbohidrat. Kalium juga berperan dalam memperkuat tubuh tanaman agar daun, bunga dan buah tidak mudah gugur yang tidak bisa dilupakan ialah kalium pun merupakan sumber kekuatan bagi tanaman dalam menghadapi kekeringan dan penyakit (Lingga dan Marsono, 2004).

Kalium adalah salah satu unsur golongan IA yang mempunyai sifat sangat higroskopis yaitu kemampuan untuk menyerap dan menahan molekul air yang sangat kuat. Keadaan ini menyebabkan air tersedia setiap saat bagi tanaman untuk melakukan aktivitas penting seperti fotosintetis. Karena bawang merah mengandung 88% air, maka jelas unsur K ini mutlak dibutuhkan untuk menunjang pembesaran umbi bawang merah

Kalium bukan merupakan komponen dari bahan organik yang membentuk tanaman. Ia khusus terdapat dalam cairan sel dalam bentuk ion-ion K+. Namun kalium ini mempunyai fungsi yang mutlak harus ada dalam metabolisme tanaman. kalium mempunyai pengaruh positif terhadap hasil dan kualitas tanaman. kebutuhan tanaman akan unsur ini sangat tinggi, apabila kalium tersedia dalam jumlah terbatas maka gejala kekurangan unsur hara akan segera nampak pada tanaman. Kalium merupakan unsur mobil dalam tanaman dan segera akan dtranslokasikan ke jaringan merismatik, bilamana jumlahnya terbatas bagi tanaman (Nyapka, 1988).

(28)

Dosis pupuk dalam pemupukan haruslah tepat, artinya dosis tidak terlalu sedikit atau terlalu banyak yang dapat menyebabkan pemborosan atau dapat merusak akar tanaman. Bila dosis pupuk terlalu rendah, tidak ada pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sedangkan bila dosis terlalu banyak dapat

(29)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di rumah kasa Fakultas Pertanian Univeritas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian ± 25 meter diatas permukaan laut, mulai bulan Desember 2010 sampai Febuari 2011.

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah umbi bawang merah varietas (kuning, maja, bima), kompos, pupuk (Urea, TSP, KCL), fungisida Dithane M-45 80 WP, insektisida Dursban 20 EC dan bahan lain yang mendukung penelitian ini.

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah cangkul, gembor, meteran, plang nama, ember, pacak sampel, timbangan analitik, kolkulator dan alat-alat lain yang mendukung pelaksanaan penelitian ini.

Metode penelitian

Penelitian ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK) faktorial yang terdiri dari 2 faktor perlakuan yaitu :

(30)

Sehingga diperoleh 12 kombinasi perlakuan yaitu : Jumlah tanaman per plot : 16 tanaman Jumlah tanaman sampel per plot : 4 tanaman Jumlah tanaman sampel : 144 tanaman Jumlah tanaman seluruhnya : 576 tanaman

Data hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan sidik ragam dengan model linear sebagai berikut :

Yijk = μ + ρi + αj + βk + (αβ)jk + εijk Dimana :

Yijk : Hasil pengamatan pada blok ke-i dengan varietas (V) pada taraf ke-j dan pengaruh pemberian pupuk kalium pada taraf ke-k

μ : Nilai tengah ρi : Efek dari blok ke-i

αj : Efek dari perlakuan varietas pada taraf ke-j βk : Efek perlakuan pupuk kalium pada taraf ke-k

(αβ)jk : Interaki antara varietas taraf ke-j dan pupuk kalium pada taraf ke-k εijk : Galat dari blok ke-i, yaitu varietas pada taraf ke-j dan pupuk kalium pada

(31)
(32)

Paremeter yang diukur

Tinggi tanaman (cm)

Tinggi tanaman diukur dari leher umbi sampai ujung tanaman tertinggi. Pengukuran tinggi tanaman dilakukan saat tanaman berumur 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu.

Jumlah daun per rumpun (helai)

Pengamatan jumlah daun per rumpun yaitu dengan cara menghitung jumlah seluruh daun yang muncul pada anakan setiap rumpunnya. Dilakukan saat tanaman berumur 2 MST sampai 7 MST, yang dilakukan dengan interval 1 minggu.

Jumlah siung per sampel (buah)

Pengamatan jumlah siung dilakukan dengan menghitung jumlah siung setiap sampel tanaman, pengamatan ini dilakukan setelah panen.

Diameter umbi (cm)

Diameter umbi di ukur dengan menggunakan jangka sorong setelah umbi dipanen dan dikeringkan. Pengukuran diameter umbi dilakukan pada bagian tengah umbi.

Bobot segar umbi per sampel (gram)

Pengamatan bobot segar umbi dilakukan dengan menimbang umbi per sampel tanaman, pengamatan ini dilakukan saat panen.

Bobot kering umbi per sampel (gram)

(33)

selama 3-4 hari atau lebih. Dengan syarat umbi bersih dari tanah dan kotoran serta daun telah dipotong lebih kurang 1 cm dari umbi.

Bobot kering umbi per plot (gram)

(34)

Pelaksanaan penelitian

Persiapan lahan

Areal penanaman dibersihkan kemudian diolah dengan kedalaman 20-30 cm sambil digemburkan. Dibuat petak plot dengan ukuran 100 cm x 100 cm, dibuat parit pemisah antar plot dengan lebar 30 cm dan antar blok dengan lebar 50 cm. Umbi yang akan ditanam 1/3 ujungnya kelihatan.

Penanaman

Dibuat lubang tanam sedalam 5 cm menggunakan tugal, kemudian dimasukkan 1 umbi per lubang tanam dengan ujungnya menghadap keatas lalu ditutupi dengan tanah.

Aplikasi pupuk kalium

Pupuk kalium diaplikasikan pada saat tanamam sesuai dengan dosis perlakuan yaitu 0 g KCL, 0,4 g KCL, 0,8 g KCL, dan 1,2 g KCL per tanaman Penyiraman

Penyiraman dilakukan pada pagi atau sore hari atau disesuaikan dengan kondisi lapangan.

Penyulaman

Penyulaman dilakukan satu minggu setelah tanam dengan mengganti tanaman yang mati, layu, rusak, atau kurang baik tumbuhnya.

Penyiangan

(35)

Pembumbunan

Pembumbunan dilakukan untuk menjaga agar tanaman tidak mudah rebah Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan.

Pemupukan

Pemupukan dilakukan sesuai dosis anjuran yaitu Urea 500 kg/ha (2 g/tanaman), TSP 300 kg/ha (1,2 g/tanaman) dan KCL sesuai dosis perlakuan.

Pupuk Urea diberikan secara bertahap yaitu sebagian urea diberikan pada saat tanam dan sisanya diberikan setelah tanaman berumur 4 minggu.

Pengendalian hama dan penyakit

Pengendalian hama dilakukan dengan penyemprotan insektisida Dursban 20 EC sedangkan pengendalian penyakit dilakukan dengan penyemprotan fungisida Dithane M-48 80 WP dengan konsentrasi 2cc/liter air. Kemudian disemprotkan pada tanaman yang terkena serangan.

Panen

(36)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Tinggi tanaman (cm)

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam tinggi tanaman dapat dilihat pada lampiran 4 sampai 15. Varietas respons terhadap tinggi tanaman umur 2 MST sampai 7 MST sedangkan perlakuan pupuk kalium serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Tinggi tanaman pada umur 2 MST tertinggi terdapat pada V1 dengan rataan 23.77 dan terendah terdapat pada V2 dengan rataan 11.74 yang mana perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2, sedangkan V1 berbeda tidak nyata dengan V3 dan pada umur 3 MST tinggi tanaman tertinggi terdapat pada V1 dengan rataan 27.96 dan terendah pada V2 dengan rataan 20.54 yang mana perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2 sedangkan V1 berbeda tidak nyata dengan V3 sedangkan tinggi tanaman pada umur 4 MST tertinggi terdapat pada V1 dengan rataan 32.40 dan terendah terdapat pada V2 dengan rataan 25.69 yang mana perlakuan V1 berbeda nyata dengan V2, sedangkan V1 berbeda tidak nyata dengan V3.

(37)

nyata dengan V2, sedangkan V1 berbeda tidak nyata dengan V3. Hasil uji beda rataan tinggi tanaman 2 MST -7 MST pada perlakuan varietas dan pupuk kalium dapat dilihat pada tabel 1

Tabel 1 . Rataan tinggi tanaman pada umur 2-7 MST (cm) pada berbagai perlakuan varietas dan pupuk kalium.

Perlakuan

(38)

Histogram tinggi tanaman 2 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 1.

Gambar 1. Histogram antara varietas dengan tinggi tanaman 2 MST (cm).

Berdasarkan gambar 1 dapat kita ketahui tinggi tanaman tertinggi terdapat pada V1 yaitu 23.77 dan yang terendah pada V2 yaitu 11.74.

Histogram tinggi tanaman 3 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Histogram antara varietas dengan tinggi tanaman 3 MST (cm).

(39)

Histogram tinggi tanaman 4 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 3.

Gambar 3. Histogram antara varietas dengan tinggi tanaman 4 MST (cm).

Dari gambar diatas dapat kita lihat bahwa tinggi tanaman tertinggi pada 4 MST terdapat pada V1 yaitu 32.40 dan terendah V2 yaitu 25.69.

Histogram tinggi tanaman 5 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 4.

Gambar 4. Histogram antara varietas dengan tinggi tanaman 5 MST (cm).

(40)

Histogram tinggi tanaman 6 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 5.

Gambar 5. Histogram antara varietas dengan tinggi tanaman 6 MST (cm).

Berdasarkan gambar 5 kita ketahui tinggi tanaman tertinggi terdapat pada V1 yaitu 38.22 dan terendah pada V2 yaitu 34.73.

Histogram tinggi tanaman 7 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 6.

Gambar 6. Histogram antara varietas dengan tinggi tanaman 7 MST (cm).

Dari gambar 6 dapat diketahui tinggi tanaman tertinggi pada 7 MST terdapat pada V1 43.82 dan terendah pada V2 yaitu 41.38.

Respons ketiga varietas terhadap parameter tinggi tanaman berpengaruh nyata. Tinggi tanaman tertinggi terdapat pada varietas kuning (V1) dan terendah terdapat pada varietas maja (V2) terjadinya perbedaan antara ketiga verietas ini disebabkan karena adanya perbedaan susunan genetik dari tiap varietas hal ini menyebabkan varietas satu dengan varietas yang lain memiliki ciri dan sifat

(41)

khusus yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) yang mengatakan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan tanaman.

Jumlah daun (helai)

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah daun dapat dilihat pada lampiran 16 sampai 27 yang menunjukkan bahwa perlakuan varietas repons terhadap jumlah daun pada umur 2 MST sampai 7 MST, sedangkan perlakuan pupuk kalium serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata

Jumlah daun pada umur 2 MST tertinggi terdapat pada V1 dengan rataan 14.16 dan terendah terdapat pada V2 dengan rataan 7.27 yang mana V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3 dan jumlah daun pada umur 3 MST tertinggi pada V1 dengan rataan 18.86 dan terendah terdapat pada V2 dengan rataan 11.59 yang mana V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3 sedangkan jumlah daun pada 4 MST tertinggi pada V1 dengan rataan 23.94 dan terendah terdapat pada V2 dengan rataan 13.46 yang mana V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3.

(42)

mana V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3 sedangkan V2 berbeda tidak nyata dengan V3. Tabel 2 menunjukkan bahwa perlakuan verietas berpengaruh nyata terhadap jumlah daun.

Tabel 2 . Rataan jumlah daun pada umur 2 MST – 7 MST (helai) pada berbagai perlakuan varietas dan pupuk kalium.

Perlakuan

(43)

Histogram jumlah daun 2 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 7.

Gambar 7. Histogram antara varietas dengan jumlah daun 2 MST (helai).

Berdasarkan gambar 7 jumlah daun pada umur 2 MST yaitu V1 (14.16), V2( 7.27) dan V3 (11.00).

Histogram jumlah daun 3 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 8.

Gambar 8. Histogram antara varietas dengan jumlah daun 3 MST (helai).

(44)

Histogram jumlah daun 4 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 9.

Gambar 9. Histogram antara varietas dengan jumlah daun 4 MST (helai).

Dari gambar 9 dapat dilihat hubungan varietas dengan jumlah daun pada 4 MST yaitu V1 (23.94), V2 (13.46) dan V3 (17.78)

Histogram jumlah daun 5 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 10.

Gambar 10. Hubungan antara varietas dengan jumlah daun 5 MST (helai).

(45)

Histogram jumlah daun 6 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 11.

Gambar 11. Hubungan antara varietas dengan jumlah daun 6 MST (helai).

Berdasarkan gambar 11 dapat dilihat hubungan varietas dengan jumlah daun V1 (32.67) V2 (19.81) dan V3 (25.08).

Histogram jumlah daun 7 MST pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 12.

Gambar 12. Hubungan antara varietas dengan jumlah daun 7 MST (helai).

Dari gambar 12 dapat dilihat hubungan varietas dengan jumlah daun pada 7 MST yaitu V1 (34.56), V2 (20.60) dan V3 24.06.

Pada parameter jumlah daun ketiga varietas tanggap (respons) terhadap perlakuan varietas, hal ini disebabkan perbedaan sifat dari tiap varietas yang menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya menurut Mongendidjojo (2003) yang manyatakan bahwa varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi,

(46)

sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari lainnya.

Jumlah siung per sampel (buah)

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam jumlah siung per sampel dapat dilihat pada lampiran 28 dan 29 yang menunjukkan bahwa perlakuan varietas respons terhadap jumlah siung per sampel sedangkan perlakuan pupuk kalium serta interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Perlakuan varietas respons terhadap jumlah siung per sampel. Jumlah siung per sampel tertinggi terdapat pada V1 dengan rataan 6.44 dan terendah pada V2 dengan rataan 5.19 yang mana V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3, sedangkan V2 berbeda tidak nyata dengan V3. Hasil uji beda rataan jumlah siung per sampel pada perlakuan varietas dan pupuk kalium dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3 . Rataan jumlah siung per sampel (buah) pada berbagai perlakuan

varietas dan pupuk kalium.

Pupuk Kalium Varietas RATAAN

V1 V2 V3

K0 6.75 5.33 5.17 5.75

K1 6.58 3.67 5.08 5.11

K2 5.92 5.75 6.00 5.89

K3 6.50 6.00 5.25 5.92

RATAAN 6.44a 5.19b 5.38b 5.67

(47)

Histogram jumlah suing per sampel pada perlakuan varietas yang dapat dillihat pada gambar 13.

Gambar 13. Histogram antara varietas dengan jumlah siung per sampel (buah)

Berdasarkan gambar diatas jumlah siung tertinggi terdapat pada V1 yaitu 6.44 dan terendah pada V2 5.19

Dari tabel 3 dapat kita lihat bahwa varietas repons terhadap jumlah siung per sampel, jumlah siung per sampel tertinggi terdapat pada varietas kuning (V1) dan terendah terdapat pada varietas maja (V2). Hal ini diduga karena perbedaan varietas cukup besar mempengaruhi sifat dalam tanaman dimana keragaman penampilan tanaman terjadi akibat adanya pengaruh genetik. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) yang menyatakan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan tanaman. Diameter umbi (cm)

Data hasil pengamatan dan daftar sidik ragam diameter umbi dapat dilihat pada lampiran 30 dan 31 yang menunjukkan bahwa perlakuan varietas respons

(48)

terhadap diameter umbi dan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap diameter umbi sedangkan interaksi kedua perlakuan berpengaruh tidak nyata.

Dari tabel 4 dapat dilihat respons varietas terhadap parameter diameter umbi, yang mana diameter umbi tertinggi terdapat pada V1 dengan rataan 3.29 dan terendah pada V2 dengan rataan 2.99 yang mana V1 berbeda nyata dengan V2 sedangkan V1 berbeda tidak nyata dengan V3 dan pada perlakuan pupuk kalium diameter umbi tertinggi terdapat pada K3 dengan rataan 3.41 dan terendah pada K0 dengan rataan 2.74 yang mana K3 berbeda nyata dengan K0, tetapi berbeda tidak nyata dengan K1 dan K2. tabel 4 menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap parameter diameter umbi. Tabel 4 . Rataan diameter umbi (cm) pada berbagai perlakuan varietas dan pupuk

kalium.

Pupuk Kalium Varietas Rataan

V1 V2 V3

K0 2.85 2.65 2.72 2.74c

K1 3.20 3.09 3.29 3.19ab

K2 3.45 3.19 3.22 3.29ab

K3 3.66 3.02 3.56 3.41a

Rataan 3.29a 2.99b 3.20a 3.16

(49)

Histogram diameter umbi pada perlakuan varietas yang dapat dilihat pada gambar 14.

Gambar 14. Histogram antara varietas dengan diameter umbi (cm)

Dari gambar histogram diatas diketahui diameter umbi pada V1 (3.29), V2 (2.99) dan V3 (3.20).

(50)

Kurva respons diameter umbi pada perlakuan pupuk kalium yang dapat dilihat pada gambar 15.

Gambar 15. Kurva respons dosis pupuk kalium terhadap parameter diameter umbi (cm).

Berdasarkan gambar 15 dapat dilihat kurva respons dosis pupuk kalium terhadap parameter diameter umbi berbentuk linear yang mana diameter umbi tertinggi terdapat K2 yaitu 3.29.

Pada parameter diameter umbi pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata, hal disebabkan karena pemberian pupuk kalium yang cukup akan diserap tanaman yang berperan dalam pembentukan karbohidrat, dan kalium juga dapat menyerap dan menahan air yang sangat kuat sehingga air tersedia bagi tanaman saat pembentukan umbi, sehingga umbinya dapat terbentuk dengan baik. Hal ini sesuai dengan literatur kalium adalah salah satu unsur golongan IA yang mempunyai sifat sangat higroskopis yaitu kemampuan untuk menyerap dan menahan molekul air yang sangat kuat. Keadaan ini menyebabkan air tersedia setiap saat bagi tanaman untuk melakukan aktivitas penting seperti fotosintetis. Karena bawang merah mengandung 88% air, maka jelas unsur K (kalium) ini mutlak dibutuhkan untuk menunjang pembesaran umbi bawang merah.

(51)

Bobot segar umbi per sampel (g)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot segar umbi per sampel dapat dilihat pada lampiran 32 dan 33 yang menunjukkan bahwa perlakuan varietas respons terhadap bobot segar umbi per sampel dan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot segar umbi per sampel sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Pada perlakuan varietas bobot segar umbi per sampel tertinggi pada V1 dengan rataan 26.94 dan terendah pada V2 dengan rataan 17.36 yang mana V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3, dan V2 berbeda nyata dengan V3 dan pada perlakuan pupuk kalium bobot segar umbi per sampel tertinggi terdapat pada K2 dengan rataan 25.29 dan terendah pada K0 dengan rataan 17.14 yang mana K2 berbeda nyata dengan K0 dan K1dan K3, dan K3 berbeda nyata dengan K2 dan K0, dan berbeda tidak nyata dengan K1. Tabel 5 menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot segar umbi per sampel.

Tabel 5 . Rataan bobot segar umbi per sampel (g) pada berbagai perlakuan varietas dan pupuk kalium.

Pupuk Kalium Varietas RATAAN

(52)

Histogram bobot segar umbi per sampel pada perlakuan varietas dapat dilihat pada gambar 16.

Gambar 16. Histogram antara varietas dengan bobot segar umbi per sampel (g)

Dari gambar histogram diatas dapat kita ketahui bobot segar umbi tertinggi terdapat pada V1 yaitu 25.94 dan terendah pada V2 yaitu 17.36.

Respons ketiga varietas terhadap bobot segar umbi per sampel yang mana bobot segar umbi per sampel tertinggi terdapat pada varietas kuning dan terendah pada varietas maja. Perbedaan yang diperoleh pada tiap parameter dikarenakan perbedaan potensi produksi yang diperoleh antar varietas dan perbedaan sifat dari tiap varietas yang menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya menurut Mongendidjojo (2003) yang manyatakan bahwa varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari lainnya dan dari deskripsi tanaman kita ketahui varietas kuning potensi produksinya tinggi dengan hasil 7-21 ton/ha sedangkan varietas maja potensi produksi 10,9 ton/ha dan varietas bima potensi produksinya 9,9 ton/ha.

(53)

Kurva respons bobot segar umbi per sampel pada perlakuan pupuk kalium dapat dilihat pada gambar 17

Gambar 17. Kurva respons dosis pupuk kalium dengan bobot segar umbi per sampel (g)

Dari gambar 17 kita ketahui kurva respons dosis pupuk kalium terhadap bobot segar umbi per sampel berbentuk kuadratik yang mana bobot segar umbi tertinggi terdapat pada K2 yaitu 25.29

(54)

Bobot kering umbi per sampel (g)

Hasil pengamatan dan daftar sidik ragam bobot kering umbi per sampel dapat dilihat pada lampiran 34 dan 35 yang menunjukkan bahwa perlakuan varietas tanggap pada parameter bobot kering umbi per sampel dan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Pada perlakuan varietas bobot kering umbi per sampel tertinggi pada V1 dengan rataan 18.14 dan terendah pada V2 dengan rataan 12.99 yang mana V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3, dan V2 berbeda nyata dengan V3 dan pada perlakuan pupuk kalium bobot kering umbi per sampel tertinggi terdapat pada K2 dengan rataan 18.43 dan terendah pada K0 dengan rataan 12.86 yang mana K2 berbeda nyata dengan K3, K1 dan K0, sedangkan K1 berbeda nyata dengan K2 dan K0, tetapi tidak berbeda nyata dengan K3. Tabel 6 menunjukkan bahwa perlakuan varietas dan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per sampel.

Tabel 6 . Rataan bobot kering umbi per sampel (g) pada berbagai perlakuan varietas dan pupuk kalium.

Pupuk Kalium Varietas RATAAN

V1 V2 V3

(55)

Histogram bobot kering umbi per sampel pada perlakuan varietas yang dapat dilihat pada gambar 18.

Gambar 18. Histogram antara varietas dengan bobot kering umbi per sampel (g)

Dari gambar 18 dapat dilihat bobot kering umbi per sampel tertinggi terdapat pada V1 yaitu 18.14 dan terendah pada V2 yaitu 12.99.

Tanggap (respons) dari tiap varietas terhadap bobot kering umbi per sampel dapat kita lihat dari gambar 18, yang mana bobot kering umbi per sampel tertinggi terdapat pada varietas kuning dan terendah pada varietas maja. Perbedaan yang diperoleh pada tiap parameter dikarenakan perbedaan potensi produksi antar varietas, dan ketahanan tanaman terhadap hama dan penyaki,t dan juga perbedaan susunan genetik dari tiap varietas, hal ini menyebabkan varietas satu dengan varietas yang lain memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu dengan yang lain. Menurut Sitompul dan Guritno (1995) yang mengatakan bahwa perbedaan susunan genetik merupakan faktor penyebab keragaman penampilan tanaman. Program genetik yang akan diekspresikan pada suatu fase pertumbuhan yang berbeda dapat diekspresikan pada berbagai sifat tanaman yang mencakup berbagai bentuk dan fungsi tanaman yang menghasilkan keanekaragaman pertumbuhan tanaman dan dari deskripsi tanaman kita ketahui

(56)

varietas kuning memiliki keunggulan dari varietas lainnya, yaitu varietas kuning memiliki ketahanan yang lebih terhadap serangan hama penyakit.

Kurva respons bobot kering umbi per sampel pada perlakuan bobot kering umbi per sampel dapat dilihat pada gambar 19.

Gambar 19. Kurva respons dosis pupuk kalium dengan bobot kering umbi per sampel (g)

Berdasarkan gambar 19 diketahui kurva respons dosis pupuk kalium dengan bobot kering umbi per sampel berbentuk kuadratik yang mana bobot kering umbi tertinggi terdapat pada K2 yaitu 18.43.

Parameter bobot kering umbi per sampel berpengaruh nyata pada perlakuan pupuk kalium dimana bobot kering umbi per sampel tertinggi terdapat pada perlakuan K2 dan terendah terdapat pada perlakuan K0. Hal ini disebabkan semakin tinggi dosis pupuk kalium yang diberikan kepada tanaman, maka semakin menurun pula potensi produksi yang dihasilkan tanaman tersebut. Menurut Lingga (1995) yang menyatakan respon tanaman terhadap pemupukan akan meningkat jika pemberian pupuk sesuai dengan dosis, waktu dan cara yang tepat. Ketersediaan unsur hara bagi tanaman merupakan salah satu faktor yang sangat mempengaruhi produksi tanaman.

(57)

Bobot kering umbi per plot (g)

Hasil pengamatan bobot kering umbi per plot dan daftar sidik ragamnya dapat dilihat pada lampiran 36 dan 37 yang menunjukkan bahwa perlakuan varietas tanggap terhadap bobot kering umbi per plot dan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot kering umbi per plot sedangkan interaksi keduanya berpengaruh tidak nyata.

Pada perlakuan varietas bobot kering umbi per plot tertinggi pada V1 dengan rataan 182.22 dan terendah pada V2 dengan rataan 161.07 yang mana V1 berbeda nyata dengan V2 dan V3, dan V2 berbeda nyata dengan V3. Pada perlakuan pupuk kalium bobot kering umbi per plot tertinggi terdapat pada K2 dengan rataan 194.51 dan terendah pada K0 dengan rataan 132.87 yang mana K2 berbeda nyata dengan K0, K1 dan K3, sedangkan K3 berbeda nyata dengan K0 dan K2, namun berbeda tidak nyata dengan K1. Hasil uji beda rataan bobot kering

umbi per plot pada perlakuan varietas dan pupuk kalium dapat dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 . Rataan bobot kering umbi per plot (g) pada berbagai perlakuan varietas dan pupuk kalium.

Pupuk Kalium Varietas RATAAN

V1 V2 V3

(58)

Histogram bobot kering umbi per plot pada perlakuan varietas yang disajikan pada gambar 20.

Gambar 20. Histogram antara varietas dengan bobot kering umbi per plot (g)

Berdasarkan gambar 20 kita ketahui bobot kering umbi per sampel tertinggi terdapat pada V1 yaitu 182.22.

Dari gambar histogram 20 dapat kita lihat respons tiap varietas pada parameter bobot kering umbi per plot yang mana bobot kering umbi per plot tertinggi terdapat pada varietas kuning dan terendah pada varietas maja. Perbedaan yang diperoleh pada tiap parameter dikarenakan perbedaan potensi produksi yang diperoleh antar varietas dan disebabkan perbedaan sifat dari tiap varietas yang menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari yang lainnya menurut Mongendidjojo (2003) yang manyatakan bahwa varietas adalah sekumpulan individu tanaman yang dapat dibedakan oleh setiap sifat (morfologi, fisiologi, sitologi, kimia, dll) yang nyata untuk usaha pertanian dan bila diproduksi kembali akan menunjukkan sifat-sifat yang dapat dibedakan dari lainnya dan menurut deskripsi tanaman yang mana varietas kuning dengan potensi produksi yang tinggi dengan hasil 7-21 ton/ha sedangkan varietas maja potensi produksi 10,9 ton/ha dan varietas bima potensi produksinya 9,9 ton/ha.

(59)

Kurva respons bobot kering umbi per plot pada perlakuan pupuk kalium dapat dilihat pada gambar 21.

Gambar 21. Kurva respons dosis pupuk kalium dengan bobot kering umbi per plot (g)

Berdasarkan gambar kurva respons diatas bobot kering umbi per plot tertinggi terdapat pada K2 yaitu 194.51 dan grafiknya berbentuk kuadratik.

(60)
(61)

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Perbedaan Varietas kuning, varietas maja dan varietas bima memberikan respons yang berbeda nyata terhadap semua parameter yaitu tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah siung per sampel, diameter umbi, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot. Varietas yang paling respons terhadap tiap parameter adalah varietas kuning.

2. Perlakuan pemberiaan pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap parameter diameter umbi, bobot segar umbi per sampel, bobot kering umbi per sampel, bobot kering umbi per plot. Dosis pupuk kalium terbaik pada perlakuan K2 (0,8 g/tanaman).

3. Tidak ada interaksi perlakuan varietas dan pupuk kalium yang nyata terhadap semua parameter yang diamati.

Saran

(62)

DAFTAR PUSTAKA

Aak, 1998. Pedoman Bertanam Bawang. Penerbit Kanisius. Yogyakarta.

Foth, H. D. 1991. Daar-dasar Ilmu Tanah. Univeritas Lampung Press. Lampung Hanafiah, K. A. 2005. Dasar-dasar Ilmu Tanah. Raja grafindo persada, Jakarta. Hasibuan, B. E., 2009. Pupuk dan Pemupukan. USU Press. Medan.

Heddy, S., Wahyono, H. S., Metty, K., 1994. Pengantar Produksi Tanaman dan Penanganan Pasca Panen. Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Merah, diakses tanggal 27 Juli 2009.

http://www.tanindo.com. 2010. Tingkatkan Produktivitas dan Kualitas Bawang Merah dengan Pupuk KaliMagS, diakses tanggal 27 Juli 2010.

http://www.litbang.deptan.go.id.2010.BudidayaBawang.pdf diakses tanggal 27 Juli 2010.

http://www.pustaka-deptan.go.id 2010. Hasil Penelitian Pertanian Komoditas Bawang Merah. Diakses tanggal 27 Juli 2010.

Mangoendidjojo, W, 2003. Dasar-Dasar Pemuliaan Tanaman. Penerbit Kanisius. Jakarta

Lakitan, B., 1996. Fisiologi Pertumbuhan dan Perkembangan Tanaman. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Lingga, P. 1995. Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Lingga, P. dan Marsono. 2004. Petunjuk Menggunakan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta.

Novizan, 2005. Petunjuk Pemupukan Yang Efektif. Agomedia Putaka. Jakarta. Nyapka, M.Y., A. M. Lubis., Pulung., A.G Amrah., A. Munawar., G.B Hong., dan

N. Hakim., 1988. Kesuburan Tanah. UNILA. Lampung.

Rahayu E. dan Nur Berlian VA, 1999. Bawanh Merah. Penerbit Swadaya. Jakarta. Rukmana, R. 1994. Bawang Merah Budidaya dan Pengolahan Pacapanen.

(63)

Sitompul, S. M dan Bambang, G., 1995. Analisis Pertumbuhan Tanaman. Gadja Mada University Press. Yogyakarta.

Steel, R. G. D., dan J. H. Torrie., 1995. Prinsip dan Prosedur Statistika Penterjemah Bambang Sumantri. Gramedia Pustaka Umum, Jakarta.

Sutedjo, M. L, 2002. Pupuk dan Cara Pemupukan, Rineka Cipta. Jakarta.

Tim Bina Karya Tulis, 2008. Pedoman Bertanam Bawang Merah. Yrama Widia. Bandung.

Tjitrosoepomo, G, 2007. Taksonomi Tumbuhan (Spermathopyta). Gagjah Mada University Press, Yogyakarta.

(64)
(65)

Lampiran 2 : Deskripsi bawang merah

Bawang Merah Varietas Kuning

Asal : Local Brebes

Sisilah : -

Golongan Varietas : -

Umur Mulai Berbunga : 50 hari setelah tanam Umur Panen : 60 hari setelah tanam Tinggi Tanaman : 34,5

Bentuk Daun : Silindris berlubang

Warna Daun : Hijau

Jumlah Daun per Rumpun : 15-50 helai Bentuk Bunga : Seperti payung Warna Bunga : Putih

Bentuk biji : Bulat, keriput

Warna biji : Hitam

Jumlah Anakan : -

Susut bobot umbi : 21,5 %

Produksi : 7-21 ton/ha

Daya simpan umbi : -

Resistensi penyakit : Cukup tahan terhadap busuk umbi (Botrytis alii) Kepekaan terhadap

Penyakit : Peka terhadap busuk ujung daun

Pengusul : -

(66)

Bawang Merah Varietas Maja

Asal : Local Cipanas

Sisilah : -

Golongan Varietas : -

Umur Mulai Berbunga : 50 hari setelah tanam Umur Panen : 60 hari setelah tanam Tinggi Tanaman : 24,3-43,7

Bentuk Daun : Silindris berlubang Warna Daun : Hijau tua

Jumlah Daun per Rumpun : 16-49 helai Bentuk Bunga : Seperti payung Warna Bunga : Putih

Bentuk biji : Bulat, keriput

Warna biji : Hitam

Jumlah Anakan : -

Susut bobot umbi : 24,9 %

Produksi : 10,0 ton/ha

Daya simpan umbi : -

Resistensi penyakit : Cukup tahan terhadap busuk umbi (Botrytis alii) Kepekaan terhadap

Penyakit : peka terhadap busuk ujung daun

Pengusul : -

(67)

Bawang Merah Varietas Bima

Bentuk Daun : Silindris seperti pipa Warna Daun : Hijau kekuning-kuningan Jumlah Daun per Rumpun : 34-47 helai

Bentuk Bunga : Seperti payung Warna Bunga : Putih

Bentuk biji : Bulat, keriput

Warna biji : Hitam

Jumlah Anakan : -

Susut bobot umbi : 21,5 -22 %

Produksi : 9,9 ton /ha

Daya simpan umbi : -

Resistensi penyakit : Cukup tahan terhadap Alternaria porri Kepekaan terhadap

Penyakit : Tidak tahan terhadap fusarium

Pengusul : -

(68)

Lampiran 3 : Jadwal Kegiatan Penelitian

Bobot kering umbi per sampel

(g) X

Bobot kering umbi per plot (g) X

2 Pelaksanaan penelitian

Persiapan lahan X

Penanaman X

Aplikasi pupuk kalium X

Penyiraman Dilakukan sesuai kondisi lapangan

Penyulaman X

Penyiangan

Dilakukan sesuai kondisi lapangan Pembumbunan

Pemukan X X

Pengendalian hama dan penyakit Dilakukan sesuai kondisi lapangan

(69)

Lampiran 4. Data pengamatan tinggi tanaman 2 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 5. Sidik ragam tinggi tanaman 2 MST

(70)

Lampiran 6. Data pengamatan tinggi tanaman 3 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 7. Sidik ragam tinggi tanaman 3 MST

(71)

Lampiran 8. Data pengamatan tinggi tanaman 4 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 9. Sidik ragam tinggi tanaman 4 MST

(72)

Lampiran 10. Data pengamatan tinggi tanaman 5 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 11. Sidik ragam tinggi tanaman 5 MST

(73)

Lampiran 12. Data pengamatan tinggi tanaman 6 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 13. Sidik ragam tinggi tanaman 6 MST

(74)

Lampiran 14. Data pengamatan tinggi tanaman 7 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 15. Sidik ragam tinggi tanaman 7 MST

(75)

Lampiran 16. Data pengamatan jumlah daun 2 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 17. Sidik ragam jumlah daun 2 MST

(76)

Lampiran 18. Data pengamatan jumlah daun 3 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 19. Sidik ragam jumlah daun 3 MST

(77)

Lampiran 20. Data pengamatan jumlah daun 4 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 21. Sidik ragam jumlah daun 4 MST

(78)

Lampiran 22. Data pengamatan jumlah daun 5 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 23. Sidik ragam jumlah daun 5 MST

(79)

Lampiran 24. Data pengamatan jumlah daun 6 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 25. Sidik ragam jumlah daun 6 MST

(80)

Lampiran 26. Data pengamatan jumlah daun 7 MST (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 27. Sidik ragam jumlah daun 7 MST

(81)

Lampiran 28. Data pengamatan jumlah siung per sampel (buah)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 29. Sidik ragam jumlah siung per sampel

(82)

Lampiran 30. Data pengamatan diameter umbi (cm)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 31. Sidik ragam diameter umbi

(83)

Lampiran 32. Data pengamatan bobot segar umbi per sampel (g)

Lampiran 33. Sidik ragam bobot segar umbi per sampel

(84)

Lampiran 34. Data pengamatan bobot kering umbi per sampel (g)

Lampiran 35. Sidik ragam bobot kering umbi per sampel

(85)

Lampiran 36. Data pengamatan bobot kering umbi per plot (g)

Perlakuan BLOK Total Rataan

I II III

Lampiran 37. Sidik ragam bobot kering umbi per plot

(86)
(87)

Foto hasil penelitian tiap perlakuan

(88)

Pupuk kalium 0,8 g/tanaman varietas kuning Pupuk kalium 0,8 g/tanaman varietas maja

Pupuk kalium 0,8 g/tanaman varietas bima Pupuk kalium 1,2 g/tanaman varietas kuning

Gambar

Tabel 1 . Rataan tinggi tanaman pada umur 2-7 MST (cm) pada berbagai perlakuan varietas dan pupuk kalium
Gambar 1. Histogram antara varietas dengan tinggi tanaman 2 MST (cm).
Gambar 4. Histogram antara varietas dengan tinggi tanaman 5 MST (cm).
Tabel 2 . Rataan jumlah daun pada umur 2 MST – 7 MST (helai)  pada berbagai perlakuan varietas dan pupuk kalium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sehubungan berakhirnya masa sanggah dan tidak adanya sanggah dari peserta, maka dengan ini diundang untuk hadir sebagaimana perihal di atas pada :. Hari / Tanggal : JUM AT,

Prinsip-prinsip latihan yang telah diterapkan secara optimal oleh setiap pelatih baik untuk latihan penguasaan teknik dasar (kihon) karate akan memperlihatkan suatu hasil

“Morphological, Thermal, and Mechanical Properties of Starch Biocomposite Film Reinforced by Cellulose Nanocrystals From R ice Husks”. Y., John

Kontribusi sektor pariwisata bagi bangsa Indonesia sangat terasa manfaatnya karena pembangunan dalam bidang pariwisata telah menyerap tenaga kerja, serta

Hasil dari 26 responden yang merupakan mahasiswa/i sastra Inggris UAI semester 6 dapat dibagi menjadi dua kategori: kelompok A sebanyak 46.15% yang memahami isu

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penulisan ini maka penulis mengadakan penelitian yang difokuskan pada pembagian kuisioner kepada brand image, harga dan

Guna mendukung kinerja kepolisian, perlu informasi kepada masyarakat tentang kasus atau tindak pidana yang terjadi.Pemrosesan tindak pelanggaran hukum ini adalah

Keuntungan mengetahui pola sekuens, tidak hanya membantu proses identifikasi forensik tetapi juga dalam bidang antropologi dan arkeologi oleh karena perbedaan posisi